12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan intensitas cahaya yang rendah akan mengganggu jalannya fotosintesis. Oleh karena itu, agar tumbuhan dapat melakukan fotosintesis dengan baik, tumbuhan membutuhkan intensitas cahaya yang optimal.
3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni hingga bulan Juli 2012. Penelitian berlokasi di Areal Konservasi IUPHHK-HTI PT. RAPP Estate Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penelitian dilakukan di areal konservasi yang terdapat di setiap blok unit pengelolaan. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 4.
Blok D Blok C Blok B
Blok A
Gambar 4 Peta areal unit pengelolaan PT. RAPP Estate Meranti
13 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: peta Areal Unit Pengelolaan PT. RAPP Estate Meranti, Global Positioning System (GPS) receiver, soil pH tester digital, lux meter digital, teropong binokuler, buku Panduan Lapangan Mamalia (Payne et al. 2000), haga altimeter, pita ukur, meteran, tali tambang, perlengkapan herbarium, camera digital, tally sheet, personal computer (PC) dengan beberapa perangkat lunak (software) ArcView 3.3, ArcGis 9.3, SPSS 16 dan Microsoft Office 2007, serta pustaka mengenai beruang madu.
Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data komponen biotik habitat beruang madu yang mencakup data vegetasi (tingkat semai dan pancang: nama jenis dan jumlah individu, tingkat tiang dan pohon: nama jenis, jumlah individu, dan diameter). Selain itu, data yang dikumpulkan lainnya mengenai data komponen abiotik habitat beruang madu yang mencakup: pH tanah, intensitas cahaya matahari dan ketebalan gambut.
Metode Pengambilan Unit Contoh
Metode pengambilan unit contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah stratified random sampling dengan intensitas sampling 0.1% dari masing-masing luas blok areal konservasi. Pengambilan unit contoh dilakukan pada keempat Blok Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti, yaitu Blok A (4104.42 ha), Blok B (2028.34 ha), Blok C (2062.58 ha) dan Blok D (927.71 ha). Pada setiap blok tersebut dibuat transek-transek dengan panjang 260 m dan lebar 20 m. Jumlah seluruh transek yang diamati adalah 18 transek, yaitu 8 transek pada Blok A, 4 transek pada Blok B, 4 transek pada Blok C dan 2 transek pada Blok D.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data mengenai keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu, pola sebaran pohon pakan beruang madu dan faktor lingkungan yang menentukan keberadaan pohon pakan beruang madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti sebagai berikut:
14 a. Studi pustaka Sebelum dilakukannya inventarisasi di lapangan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang terkait dengan pakan beruang madu. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh daftar jenis pohon pakan yang dapat dijadikan acuan selama inventarisasi di lapangan. Selain itu, dilakukan juga pengumpulan beberapa peta yang dijadikan pedoman untuk pembuatan peta kerja, seperti peta Areal Unit Pengelolaan PT. RAPP Estate Meranti, peta penutupan lahan, peta sungai di Provinsi Riau, dan peta kontur ketebalan gambut Semenanjung Kampar. b. Wawancara Metode ini dilakukan guna memperoleh informasi tentang jenis pohon pakan beruang madu yang diketahui oleh responden di kawasan. Responden dalam wawancara ini adalah masyarakat sekitar kawasan dan tenaga kerja lapang Bagian Sustainability Departemen Forest Protection Unit Pengelolaan PT. RAPP Estate Meranti. Metode ini dilakukan dengan teknik wawancara terbuka, sehingga tidak dibuat daftar pertanyaan terstruktur seperti pada teknik wawancara tertutup. c. Analisis vegetasi Kegiatan inventarisasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui komposisi dan struktur dari setiap jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan. Kegiatan inventarisasi tumbuhan ini dilakukan dengan metode analisis vegetasi yang bertujuan untuk memperoleh data yang mencakup jenis, jumlah jenis, dan jumlah individu setiap jenis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak dengan ukuran panjang 260 m dan lebar 20 m (Gambar 5). Apabila dalam pencatatan nama jenis tumbuhan belum diketahui sewaktu pengumpulan data di lapangan, maka dilakukan pembuatan herbarium. Tahapan pembuatan herbarium di lapangan mengacu kepada Rugayah (2004), sebagai berikut: 1) Pengumpulan sampel herbarium berupa ranting, daun muda, daun tua, bunga dan buah. 2) Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan. 3) Pembuatan label gantung yang diikat pada sampel herbarium. Satu label untuk satu sampel. Pada label ditulis kolektor, nomor koleksi, dan nama lokal tumbuhan. 4) Pengawetan sampel herbarium dengan cara dicelup dalam alkohol, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Lipatan kertas koran tersebut ditumpuk, ditekan lalu dikeringkan dengan cara dijemur untuk mendapatkan panas dari cahaya matahari. 5) Sampel herbarium diidentifikasi nama spesies, genus dan familinya di Herbarium Bogorienses LIPI, Bogor. D A
B
A
B
C
D A
C
D
B
C
Keterangan: A = Petak contoh semai (2x2) m2 B = Petak contoh pancang (5x5) m2
A
B
C
arah rintisan D
260 m
C = Petak contoh tiang (10x10) m2 D = Petak contoh pohon (20x20) m2
Gambar 5 Skema penempatan metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak
15 d. Pengukuran pH tanah Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan soil pH tester digital. Pengukuran dilakukan pada setiap petak contoh inventarisasi tumbuhan. e. Pengukuran intensitas cahaya matahari Intensitas cahaya matahari diukur dengan menggunakan lux meter digital. Satuan lux meter digital adalah lux. Lux meter digital yang digunakan dapat menerima cahaya mulai dari 0 lx sampai 200000 lx. Pengukuran dilakukan pada setiap petak contoh. Pengukuran ini dilakukan sebanyak satu kali dalam satu hari antara pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Pengukuran dilakukan pada siang hari dikarenakan matahari mencapai posisi yang dapat menghasilkan intensitas cahaya terbesar yang dapat sampai ke muka bumi. Ketika intensitas cahaya matahari mencapai puncaknya sumber energi yang dibutuhkan tumbuhan untuk reaksi anabolik fotosintesis juga semakin banyak tersedia. Selain itu, pada saat intensitas cahaya matahari tertinggi, ukuran stomata yang terbuka mencapai ukuran maksimal (Lakitan 2008). Wahyudi et al. (2006) menyatakan bahwa keberlangsungan fotosintesis berkorelasi positif dengan ukuran stomata. Stomata berperan dalam masuknya karbondioksida yang diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis. f. Pengukuran ketebalan gambut Pengukuran ketebalan gambut dilakukan dengan cara identifikasi ketebalan gambut pada koordinat lokasi pengambilan contoh yang dimasukkan ke dalam peta kontur ketebalan gambut Areal Unit Pengelolaan PT. RAPP Estate Meranti dengan bantuan perangkat lunak ArcView 3.3 (Gambar 6). Masing-masing kontur pada peta tersebut menunjukkan ketebalan gambut di lokasi pengambilan contoh.
Gambar 6 Peta kontur ketebalan gambut PT. RAPP Estate Meranti
16 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Keanekaragaman Jenis Pohon Pakan Beruang Madu Data hasil inventarisasi tumbuhan digunakan untuk mengetahui potensi aktual tumbuhan pakan beruang madu yang terdapat di kawasan. Data potensi aktual tersebut dapat menggambarkan mengenai komposisi, kelimpahan, kemerataan dan dominansi tumbuhan pakan beruang madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti. Data hasil inventarisasi tumbuhan juga digunakan untuk menghitung kerapatan, frekuensi dan indeks nilai penting (INP). INP digunakan untuk mengetahui tingkat dominansi jenis tumbuhan yang menempati suatu daerah (Kartono 2000). Kusmana & Istomo (1995) menjelaskan bahwa kerapatan menunjukkan kelimpahan suatu jenis dalam suatu komunitas, frekuensi menunjukkan derajat penyebaran suatu jenis di dalam suatu komunitas, sedangkan dominansi menunjukkan penguasaan suatu jenis dalam suatu komunitas. Untuk tingkat semai dan pancang, INP merupakan penjumlahan nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR), sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dijumlahkan lagi dengan nilai dominansi relatif (DR). Beberapa persamaan yang digunakan untuk menghitung KR, FR, DR dan INP (Soerianegara & Indrawan 2005) sebagai berikut: Kerapatan suatu jenis = Kerapatan relatif (KR)
=
Frekuensi suatu jenis
=
Frekuensi relatif (FR)
=
Dominansi suatu jenis
=
Dominansi relatif (DR)
=
Luas bidang dasar suatu jenis INP (tiang dan pohon) INP (semai dan pancang)
x 100%
x 100%
x 100% 2
= ¼πd = KR+FR+DR = KR+FR
Analisis Pola Sebaran Pohon Pakan Beruang Madu Data frekuensi perjumpaan pohon pakan beruang madu di setiap petak contoh yang dilakukan pada kegiatan inventarisasi tumbuhan dianalisis pola sebarannya. Analisis pola sebaran dilakukan dengan menggunakan metode rasio ragam (Ludwig & Reynolds 1988), sebagai berikut: a. Peubah yang diukur dalam metode ini adalah nilai rata-rata dan nilai keragaman (variannya). Rumus yang digunakan untuk menduga rata-rata: 2 ( xi . f i ) x.n n xi . f i 2 = , dan S = X= N 1 N fi
17 Keterangan: X : nilai rata-rata S2 : nilai ragam xi : jumlah individu tiap sub petak fi : frekuensi banyaknya ditemukan jumlah individu n : Σ xi.fi N : Σ fi b. Kemudian digunakan kriteria pengambilan keputusan: Jika S2 = X , maka sebarannya acak. Jika S2 < X , maka sebarannya seragam. Jika S2 > X , maka sebarannya berkelompok. Setelah diketahui pola sebaran pohon pakan beruang madu, dilakukan uji korelasi untuk mengetahui apakah setiap jenis pohon pakan beruang madu memilki korelasi terhadap komponen habitat di areal konservasi. Sarwono (2006) menyatakan bahwa analisis korelasi digunakan untuk mengukur kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dan satu variabel tergantung yang berskala interval atau parametrik. Kriteria kuat atau lemahnya hubungan antara variabel dapat dilihat dari nilai korelasi variabel tersebut (Tabel 3).
Tabel 3
Kriteria kekuatan hubungan antara variabel yang diuji
Kriteria Tidak ada korelasi Korelasi sangat lemah Korelasi cukup kuat Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Korelasi sempurna
Nilai korelasi 0 >0-0.25 >0.25-0.50 >0.50-0.75 >0.75-0.99 1
Sumber: Sarwono (2006).
Analisis Faktor Lingkungan yang Menentukan Keberadaan Pohon Pakan Beruang Madu Untuk mengetahui komponen habitat yang menentukan keberadaan seluruh jenis pohon pakan beruang madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti digunakan analisis multivariat dengan pendekatan analisis faktor. Metode yang digunakan dalam analisis faktor adalah analisis komponen utama/principal component analysis (AKU/PCA). Analisis tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16. Menurut Timm (2002), AKU merupakan teknik statistik yang mentransformasikan secara linier satu set variabel ke dalam variabel baru dengan ukuran yang lebih kecil dan tidak saling berkorelasi. AKU digunakan untuk menemukan dan menafsirkan ketergantungan yang ada diantara variabel. Selain itu, AKU juga berfungsi untuk menguji hubungan yang mungkin ada diantara variabel. Ludwig & Reynolds (1988) menyatakan bahwa AKU pada dasarnya