35
3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok Timur, khususnya di PPP Labuhan Lombok. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan Lombok karena pelabuhan perikanan tersebut merupakan pusat dari kegiatan perikanan tuna, yang di dalamnya termasuk perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 10. Adapun pengumpulan data dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data sekunder pada bulan Agustus sampai bulan September tahun 2011. Tahap kedua adalah pengumpulan data primer pada bulan November tahun 2011.
N 8°21'
W S
8°24' 3
PPP Labuhan Lombok
8°27'
E
0
3
Kilometer
LEGENDA: #
8°30'
8°33'
Daratan # Lokasi Penelitian Batas Kabupaten INSERT PETA: 7°
8°36'
8° 9°
8°39'
10° 116°24' 116°27' 116°30' 116°33' 116°36' 116°39' 116°42' 116°45'
114°115°116°117°118°
skala 1 : 147.736
Gambar 10 Lokasi penelitian
36
3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Gulo (2002) menambahkan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri dari penelitian survei, diantaranya adalah: a. Dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya probabilistic sampling; b. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden; c. Karena biasanya survei dipakai pada sampel yang mewakili populasi, maka metode itu lebih disukai jika ingin ditarik kesimpulan dari sampel. Penggunaan metode survei melibatkan banyak responden, dan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan metode lainnya; d. Survei dilaksanakan dalam situasi yang alamiah. Biasanya responden dikunjungi di kantor atau di rumah untuk dimintai informasi. Responden tidak perlu direpotkan dengan keharusan untuk menghadiri acara tertentu. Pada metode penelitian survei dilakukan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.
Dalam metode survei juga dilakukan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang (Nazir 1988).
3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini ada dua jenis yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari beberapa pihak terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTB, DKP Kabupaten Lombok Timur, BAPPEDA Provinsi NTB dan PPP Labuhan Lombok serta penelusuran pustaka. Data primer diperoleh dari nelayan di wilayah Kabupaten Lombok Timur, khususnya nelayan-nelayan di PPP Labuhan Lombok, serta
37
beberapa pihak terkait lainnya. Secara umum, jenis dan sumber data sekunder dan data primer yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan selama penelitian Jenis Data Data yang Dibutuhkan Sumber Data DKP Provinsi Nusa Tenggara Jenis alat tangkap yang Barat, DKP Kabupaten Lombok menangkap ikan cakalang Timur, BAPPEDA Provinsi NTB DKP Provinsi Nusa Tenggara Produksi ikan cakalang per alat Barat, DKP Kabupaten Lombok tangkap per tahun (selama 5 Timur, kantor PPP Labuhan tahun) Lombok
Data sekunder
Nilai produksi ikan cakalang
DKP Provinsi Nusa Tenggara Barat, DKP Kabupaten Lombok Timur, Kantor PPP Labuhan Lombok
Ketersediaan BBM per tahun dan penggunaan BBM oleh unit penangkapan ikan cakalang per tahun
DKP Provinsi Nusa Tenggara Barat, DKP Kabupaten Lombok Timur, Kantor PPP Labuhan Lombok
Jumlah nelayan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur
DKP Provinsi Nusa Tenggara Barat, DKP Kabupaten Lombok Timur, Kantor PPP Labuhan Lombok
Kondisi umum Kabupaten Lombok Timur Kondisi umum PPP Labuhan Lombok Deskripsi alat tangkap untuk ikan cakalang Produksi ikan cakalang per trip per musim penangkapan Data primer
BAPPEDA Provinsi NTB Kantor PPP Labuhan Lombok Nelayan di PPP Labuhan Lombok Nelayan di PPP Labuhan Lombok
Nelayan di PPP Labuhan Lombok, Kantor PPP Labuhan Nilai produksi ikan cakalang Lombok, DKP Provinsi Nusa per kg per musim penangkapan Tenggara Barat, DKP Kabupaten Lombok Timur Penggunaan BBM per unit penangkapan ikan per trip Deskripsi unit penangkapan ikan cakalang
Nelayan di PPP Labuhan Lombok Nelayan di PPP Labuhan Lombok
38
Lanjutan Tabel 1 Jenis Data Data yang Dibutuhkan Biaya retribusi, biaya surat ijin penangkapan, dan lain-lain per trip per unit penangkapan ikan Data primer Faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung pengembangan perikanan cakalang
Sumber Data Nelayan di PPP Labuhan Lombok Pihak terkait di DKP Kabupaten Lombok Timur, kantor PPP Labuhan Lombok, serta nelayan di PPP Labuhan Lombok
Metode pengumpulan data untuk data primer dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.
Metode sampling ini mengambil sampel
secara sengaja yang dirasa dapat mewakili populasi sehingga tujuan yang diinginkan tercapai (Mangkusubroto dan Trisnadi 1985). Populasi yang diteliti merupakan nelayan di wilayah Kabupaten Lombok Timur, khususnya di PPP Labuhan Lombok. Adapun nelayan tersebut yaitu nelayan pancing tonda. Pemilihan nelayan pancing tonda dikarenakan penangkapan cakalang di wilayah Kabupaten Lombok Timur dilakukan dengan menggunakan alat tangkap tersebut. Selain itu, responden yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengelola PPP Labuhan Lombok serta stakeholder perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Wawancara kepada nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Nelayan pancing tonda yang diwawancara adalah nelayan pancing tonda yang berada di dermaga PPP Labuhan Lombok pada saat penelitian dilakukan. Jumlah nelayan yang diwawancara yaitu 10 orang. Perlu diinformasikan bahwa nelayan pancing tonda yang diwawancara adalah nelayan pancing tonda yang menjabat sebagai nahkoda dan atau pemilik kapal pada satu unit penangkapan ikan pancing tonda sehingga informasi mengenai unit penangkapan ikan tersebut diperoleh dengan jelas dan akurat. Informasi lain yang berhubungan dengan penelitian ini, terutama mengenai faktor internal dan faktor eksternal dari kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan serta wawancara secara tidak langsung kepada pengelola PPP Labuhan Lombok, staf DKP Provinsi NTB dan nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok.
39
3.4 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis stok sumberdaya ikan, analisis kelayakan usaha, analisis optimasi, dan analisis SWOT. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai analisis yang digunakan tersebut: 3.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan unit penangkapan ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Pada penelitian ini akan dideskripsikan mengenai alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang, kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap tersebut serta nelayan yang mengoperasikan alat tangkap tersebut.
3.4.2 Analisis Stok Sumberdaya Ikan Analisis stok sumberdaya ikan cakalang pada penelitian ini merupakan analisis pendugaan stok yang menggunakan pendekatan biologi. Pendekatan tersebut menggunakan tiga parameter yaitu pertumbuhan intrinsik (r), koefisien tangkap (q), dan daya dukung perairan (K). Selanjutnya, berdasarkan ketiga parameter tersebut akan dilakukan pendugaan produksi lestari dan effort optimal. Perlu diketahui bahwa pada penelitian ini pendugaan produksi lestari dan effort optimal menggunakan model Schaefer serta untuk pendugaan parameter biologi menggunakan model Fox. 3.4.2.1 Pendugaan parameter biologi Estimasi parameter biologi untuk pertumbuhan intrinsik (r), koefisien tangkap (q), dan daya dukung perairan (K) dilakukan dengan menggunakan model Fox. Variasi dari model surplus produksi tersebut dikembangkan oleh Fox (1975) dimana metode estimasi ekuilibrium dilakukan berdasarkan analisis model Schaefer dalam kondisi keseimbangan (Zulbainarni 2011). Estimasi parameter biologi dengan menggunakan model Fox yaitu:
40
Keterangan:
q = koefisien tangkap K = daya dukung perairan r = pertumbuhan intrinsik 3.4.2.2 Pendugaan produksi lestari dan effort optimal Nilai parameter biologi yang telah diperoleh, kemudian digunakan untuk menduga produksi lestari dan effort optimal menggunakan model Schaefer dimana model ini mengasumsikan bahwa populasi ikan mempunyai pertumbuhan kuadratik. Persamaan fungsi populasi (∂X/∂t) yaitu:
dimana r merupakan pertumbuhan intrinsik Apabila stok sumberdaya tereksploitasi maka besarnya hasil tangkapan (h) akan bergantung pada stok ikan (X), tingkat upaya penangkapan (E) dan koefisien tangkap (q) sebagai berikut (Schaefer 1957 vide Clark 1985):
Selanjutnya, setelah dilakukan penangkapan maka fungsi populasi merupakan selisih antara laju pertumbuhan stok dikurangi dengan hasil tangkapan
41
Pada kondisi keseimbangan dimana ∂X/∂t = 0, maka:
Hasil tangkapan maksimum lestari (hMSY) dicapai pada saat ∂h/∂E = 0
3.4.3 Analisis Kelayakan Finansial 3.4.3.1 Analisis usaha Menurut Hermanto (1989) vide Febrianto (2008), komponen yang dipakai dalam melakukan analisis usaha meliputi biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Terdapat beberapa analisis yang dilakukan dalam analisis usaha yaitu analisis keuntungan, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period (PP) dan analisis return of invesment (ROI). 1) Analisis keuntungan Analisis keuntungan bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan (Djamin 1984 vide Febrianto 2008). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung keuntungan yaitu:
Keterangan: π = keuntungan TR = total penerimaam TC = total biaya Dengan kriteria: o Jika TR > TC, kegiatan usaha mendapatkan keuntungan o Jika TR < TC, kegiatan usaha tidak mendapatkan keuntungan
42
o Jika TR = TC, kegiatan usaha berada pada titik impas atau usaha tidak mendapatkan untung atau rugi 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio) Analisis revenue-cost ratio (R/C) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Hermanto 1989 ; Sugiarto et al. 2002). Kegiatan usaha yang memiliki nilai R/C paling besar berarti kegiatan usahanya paling menguntungkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung R/C yaitu:
Dengan kriteria: o Jika R/C > 1, kegiatan usaha mendapatkan keuntungan o Jika R/C < 1, kegiatan usaha menderita kerugian o Jika R/C = 1, kegiatan usaha tidak mendapatkan untung atau rugi 3) Analisis payback period (PP) Payback period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain, PP dapat pula diartikan sebagai rasio antara pengeluaran investasi dengan keuntungannya yang hasilnya dengan satuan waktu. Perhitungan PP dapat dilakukan dengan rumus:
4) Analisis return of investment (ROI) Return of investment (ROI) adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROI yaitu:
3.4.3.2 Analisis Investasi Analisis investasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Analisis investasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kelayakan
43
usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur selama 10 tahun ke depan. 1) Net Present Value (NPV) Net present value digunakan untuk menilai manfaat investasi, yaitu berapa nilai kini dari manfaat bersih proyek yang dinyatakan dalam rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan apabila NPV > 0, dan bila NPV < 0 maka investasi dinyatakan tidak menguntungkan yang bearti bahwa proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan bila nilai NPV = 0 bearti pada proyek tersebut hanya kembali modal atau tidak untung dan juga tidak rugi. Rumus yang digunakan yaitu:
dimana: Bt
= keuntungan dari suatu proyek pada tahun ke-t
ct
= biaya dari proyek pada tahun ke-t
i
= tingkat suku bunga yang berlaku
t
= umur teknik proyek
2) Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return merupakan suku bunga maksimal sehingga NPV bernilai sama dengan nol berada dalam batas untung rugi. IRR dapat disebut sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Oleh sebab itulah IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang positif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek (Kurniawati 2005). Adapun rumus IRR yaitu:
dimana: DfP
= discount factor yang menghasilkan present value positif
DfN
= discount factor yang menghasilkan present value negatif
PVP
= present value positif
PVN
= present value negatif
44
Dengan kriteria kelayakan: o Jika IRR > i berarti investasi layak untuk dilaksanakan o Jika IRR < i maka investasi rugi atau tidak layak untuk dilaksanakan 3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah kini dari keuntungan bersih pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. Rumus yang digunakan adalah:
dimana: B = benefit; C = cost; i = discount rate; t = periode Dengan kriteria kelayakan: o Jika nilai B/C > 1, maka investasi layak dilaksanakan o Jika B/C < 1, maka investasi tidak layak dilaksanakan o Jika B/C = 1, maka keputusan pelaksanaan tergantung pada investor
3.4.4 Analisis optimasi Soekartawi (1993) menyatakan bahwa prinsip optimasi penggunaan faktor produksi pada dasarnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Pada penelitian ini, optimasi dilakukan pada jumlah unit penangkapan ikan cakalang yang terdapat di Kabupaten Lombok Timur. Optimasi jumlah unit penangkapan ikan cakalang dilakukan setelah diketahui produksi dan effort lestari terhadap ikan cakalang di perairan Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan produksi dan effort lestari tersebut, maka dilakukan optimasi dengan menggunakan “rasio optimasi”. Rumus rasio optimasi tersebut yaitu:
Penggunaan rasio optimasi dikarenakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur hanya satu jenis alat tangkap, yaitu pancing tonda (Mahdi 2005).
45
3.4.5 Analisis SWOT Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi usaha melalui IFE dan EFE, selanjutnya tahapan analisis matriks SWOT. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT, diantaranya adalah: 1. Identifikasi kekuatan-kelemahan dan peluang-ancaman Pada langkah ini dilakukan penelaahan terhadap kondisi aktual di lapangan yang mungkin terjadi dalam pengembangan perikanan. Hasil penelaahan ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Analisis SWOT Penentuan strategi yang terbaik dilakukan dengan pemberian bobot terhadap setiap unsur SWOT berdasarkan pada tingkat kepentingan. Penentuan tingkat kepentingan ini didasarkan pada pengamatan langsung dilapangan. Setiap unsur SWOT yang telah memiliki tingkat kepentingan selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan matriks banding berpasang sehingga diperoleh bobot untuk setiap unsur SWOT. Pemberian rating terhadap faktor-faktor yang digunakan. Rentang nilai rating adalah 1 – 5 yang memiliki arti bahwa 1 berarti faktor kurang berpengaruh hingga 5 berarti faktor sangat berpengaruh (Marimin, 2004). Kemudian, dilakukan perhitungan nilai skor yang merupakan hasil perkalian antara bobot dan rating. 3. Alternatif strategi hasil analisis SWOT Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Berdasarkan matriks ini, akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi (Marimin 2004). Gambar 11 menunjukkan matriks SWOT dan kemungkinan alternatif yang sesuai.
46
IFE/EFE
Strenghts (S) Strategi SO Menciptakan strategi yang Opportunities (O) menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ST Menciptakan strategi yang Treaths (T) menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Weaknesses (W) Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Gambar 11 Matriks SWOT dan kemungkinan alternatif yang sesuai