8 suatu lanskap budaya adalah metode Cultural Heritage Landscape Assessment yang mengacu pada metode penilaian Heritage Victoria Landscape Assessment. Metode ini digunakan untuk menilai signifikansi lanskap budaya yang ada di Victoria, Australia. Metode ini juga mengacu pada piagam Burra yang ditetapkan pada tahun 1999 di Burra, Australia. Hasil dari penilaian signifikansi ini dapat bermanfaat untuk proses registrasi warisan budaya (cultural heritage), kegiatan perencanaan, rencana pengelolaan, dan penilaian warisan budaya lainnya.
3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi lanskap budaya Rumah Larik Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi yaitu Rumah Larik Enam Luhah, Rumah Larik Pondok Tinggi, dan Rumah Larik Dusun Baru (Gambar 3). Kegiatan penelitian dilakukan selama 9 bulan mulai dari bulan Oktober 2013 hingga Juni 2014.
Gambar 3 Lokasi penelitian Jenis dan Sumber Data Data-data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini untuk menilai karakter lanskap, karakter estetika, dan nilai penting lanskap yaitu data kesejarahan, data biofisik, data sosial, budaya, ekonomi, dan data pengelolaan. Data-data tersebut diperoleh melalui studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara terhadap beberapa narasumber yang terpercaya (Tabel 1).
9 Tabel 1 Jenis dan sumber data yang diperlukan No. 1
2
3
4
Jenis Data Data Kesejarahan: - sejarah Kerinci - sejarah Rumah Larik - sejarah lanskap/elemen lanskap - sejarah budaya dan masyarakat Kerinci Data Bio-Fisik: - peta administrasi Kota Sungai Penuh - peta landuse dan sejarah landuse - peta landform, geologi, landcover, dsb. - peta sejarah kota/kawasan - citra satelit - geologi, tanah, landform, hidrologi/drainase, vegetasi - sistem sirkulasi - kondisi fisik lanskap budaya Rumah Larik - elemen-elemen lanskap budaya - visual Data Sosial, Budaya, Ekonomi: - kependudukan - suku bangsa - aktivitas budaya/tradisi/seni - adat istiadat
Data Pengelolaan: - status kepemilikan - pengelola - sistem/teknis pengelolaan - kebijakan/peraturan pemerintah - rencana pemerintah, RTRW/RTRK
-
-
Sumber Dinas Pariwisata Studi pustaka Ahli sejarah Ketua/lembaga adat Tokoh masyarakat BAPPEDA BPN Kantor Kelurahan Pengamatan Masyarakat lokal Internet Studi pustaka
Kantor Kecamatan Dinas Kependudukan Dinas Pariwisata Masyarakat lokal Pengamatan Studi pustaka Ketua/lembaga adat Dinas Pariwisata Masyarakat lokal Studi pustaka
Prosedur Analisis Data Ada 3 jenis metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Landscape Character Assessment (LCA), Semantic Differential (SD), dan Cultural Heritage Landscape Assessment (CHLA). Prosedur analisis dari masingmasing metode ini dijelaskan sebagai berikut: Landscape Character Assessment (LCA) Penilaian karakter lanskap budaya Rumah Larik dilakukan dengan metode LCA (Swanwick 2002). Pada metode ini dilakukan beberapa modifikasi dalam tahapan prosesnya menyesuaikan dengan topik yang diteliti. Metode ini terdiri dari 4 tahap: Tahap 1, meliputi kegiatan persiapan yaitu menentukan ruang lingkup seperti, menentukan objek dan tujuan analisis, menentukan skala objek yang di analisis, data-data yang diperlukan beserta sumbernya, dan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan penilaian ini.
10 Tahap 2, kegiatan pengumpulan data sekunder seperti data geologi, landform, hidrologi/drainase, tanah, landcover/vegetasi (Natural factors); serta data landuse, permukiman, batas-batas, dan sejarah (Cultural/social factors). Tahap 3, melakukan kegiatan survei lapang untuk pengambilan data yang meliputi aspek estetika dan persepsi. Pada tahap ini dilakukan pengambilan data berupa sampel foto yang akan digunakan untuk penilaian estetika. Pengambilan sampel foto untuk penilaian estetika dilakukan dengan menentukan titik-titik terbaik atau vantage points terlebih dahulu pada peta ketiga Rumah Larik. Selain itu, juga dilakukan pengamatan (groundcheck) kesesuaian data sekunder dengan kondisi aktual di lapangan. Kegiatan survei lapang ini membutuhkan beberapa peralatan seperti kamera digital untuk dokumentasi, alat tulis dan papan jalan, dan peta lokasi penelitian. Tahap 4, meliputi kegiatan klasifikasi dan deskripsi karakter lanskap berdasarkan analisis terhadap semua data yang telah dikumpulkan. Output dari proses ini yaitu, peta tipe karakter lanskap, deskripsi tipe karakter lanskap, area karakter lasnkap, dan identifikasi karakteristik kunci lanskap (key characteristics). Peta tipe karakter lanskap diolah menggunakan laptop jenis Toshiba Satellite L505D dengan perangkat lunak Adobe Photoshop CS3, dan program pendukung grafis lainnya. Karakter setiap lanskap Rumah Larik ini masing-masing dijabarkan dalam bentuk poin-poin sehingga dapat dengan mudah diketahui persamaan maupun perbedaannya. Semantic Differential (SD) Metode Semantic Differential (SD) digunakan untuk mengukur atau menilai reaksi responden terhadap konsep atau kata-kata stimulus melalui rating pada skala bipolar yang dibatasi oleh kata sifat (adjectives) yang berlawanan. Konsep atau kata sifat yang digunakan dapat berupa situasi, kondisi, setting lingkungan atau lanskap, dan sejenisnya. Adapun prosedur penilaian estetika berdasarkan metode SD antara lain sebagai berikut: 1. Menentukan topik, tujuan, dan objek yang dinilai. Dalam kasus ini yang akan dinilai dengan menggunakan metode SD adalah karakter estetika lanskap budaya Rumah Larik di Kota Sungai Penuh yang terdiri atas Rumah Larik Enam Luhah, Pondok Tinggi, dan Dusun Baru. 2. Mempersiapkan kuesioner SD yang terdiri dari kata-kata bipolar. Kata-kata bipolar dipilih berdasarkan topik yang akan dinilai. Pada penelitian ini topik yang akan dinilai yaitu karakter estetika lanskap budaya Rumah Larik. Katakata bipolar yang sudah dipilih selanjutnya diseleksi kembali dengan cara eliminasi untuk menentukan kata-kata bipolar yang paling tepat dan sesuai dengan topik untuk digunakan dalam penilaian. Melalui seleksi ini maka terpilihlah 12 kata bipolar yang paling tepat untuk digunakan dalam penilaian (Tabel 2). Setiap kata bipolar dibatasi dengan 7 skala penilaian mulai dari (-3) yang paling rendah, 0 untuk nilai yang netral, dan (+3) untuk nilai tertinggi.
11 Tabel 2 Kata-kata bipolar untuk penilaian SD Kata-kata Bipolar No. Negatif Positif K1 Buruk Indah K2 Modern Tradisional K3 Profan Sakral K4 Semrawut Harmoni K5 Biasa Unik K6 Lemah Kuat K7 Tidak penting Penting/bernilai K8 Palsu Asli K9 Baru Lama/Antik K10 Pasif Aktif/Hidup K11 Rusak Terpelihara K12 Membosankan Menarik 3. Menentukan responden penilai. Responden yang digunakan dalam penilaian karakter estetika lanskap budaya ini bisa menggunakan pendekatan menurut Kivanc (2013) yaitu menurut persepsi para ahli, user, atau kombinasi antara persepsi ahli dan user. Pada penelitian ini, pendekatan yang akan digunakan adalah penilaian oleh responden ahli. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposif (purposial sampling), sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dan didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu (Faisal 2008). Responden ahli yang dipilih sebagai sampel adalah mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap program Sarjana dan Pascasarjana. Responden ini dipilih karena dianggap telah memiliki pemahaman terhadap nilai estetika lanskap. Responden ahli bisa lebih mendalam dalam menilai karena mereka memiliki banyak pengetahuan, pengalaman, dan kepekaan yang kuat dalam menilai suatu lanskap (Porteous 1996). Jumlah responden yang digunakan dalam penilaian berjumlah 30 orang (n = 30). 4. Mempersiapkan sampel foto objek atau lanskap yang dinilai. Jumlah sampel foto yang diambil harus mewakili gambaran umum lanskap secara keseluruhan. Foto yang diambil adalah foto bagian lanskap Rumah Larik dari ketiga lokasi pengamatan. Foto yang dijadikan sampel berjumlah 30 foto, yang terbagi menjadi 14 foto dari Rumah Larik Enam Luhah, 12 foto dari Rumah Larik Pondok Tinggi, dan 4 foto dari Rumah Larik Dusun Baru (Lampiran 2). Perbandingan jumlah sampel foto 14 : 12 : 4 tersebut diperoleh berdasarkan pertimbangan dan perhitungan luas area permukiman. Rumah Larik Enam Luhah memiliki luas area permukiman sekitar 59 926.25 m2, Rumah Larik Pondok Tinggi sekitar 55 667.88 m2, dan Rumah Larik Dusun Baru seluas 10 306.58 m2. Teknik pengambilan foto untuk sampel yaitu dengan menentukan lokasi vantage points pada peta kawasan. Penentuan lokasi vantage points dilakukan berdasarkan hasil LCA yang menghasilkan area karakter lanskap yaitu area yang memiliki karakter paling kuat dalam lanskap budaya Rumah Larik. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan foto di lapangan dengan menggunakan kamera DSLR Nikon tipe D3100 dengan lensa standar 18-55 mm. Foto yang digunakan dalam penilaian ini adalah foto berwarna. Kamera diatur dengan ukuran gambar 3456x2304 pixel (medium) dan pengaturan
12 lainnya agar setiap foto yang diambil memiliki kualitas gambar yang sama. Waktu pengambilan foto di lapangan dilakukan pada pukul 09.00 hingga 14.00 karena dianggap sebagai waktu dengan penyinaran matahari yang baik. 5. Penilaian oleh responden dilakukan secara bersama-sama. Responden dikumpulkan dalam sebuah ruangan dan diberikan kuesioner SD yang sudah disiapkan. Sebelum penilaian dimulai, dilakukan simulasi penilaian dengan menggunakan 2 sampel foto yang ditampilkan melalui LCD. Simulasi ini bertujuan agar responden menjadi lebih familiar dengan kata-kata bipolar yang digunakan. Setelah simulasi selesai dilakukan, maka langsung dilanjutkan dengan proses penilaian. Foto lanskap sebanyak 30 foto ditayangkan melalui LCD secara acak. Responden diminta untuk menilai dalam waktu 4 detik untuk setiap kata bipolar sehingga untuk menilai 1 buah foto membutuhkan waktu 48 detik. 6. Hasil dari penilaian setiap responden ini kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji KMO-MSA dan Bartlett. Uji lanjutnya menggunakan analisis biplot untuk mengetahui korelasi atau hubungan antar variabel dan analisis faktor (factor analysis) untuk mereduksi sejumlah variabel menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit yang dapat mewakili variabel asalnya. Proses analisis ini menggunakan laptop dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007, Minitab 16, SPSS 17 dan Microsoft Word 2007. Dari metode ini dihasilkan kesimpulan mengenai karakter estetika untuk mendukung penilaian karakter lanskap budaya Rumah Larik. Cultural Heritage Landscape Assessment (CHLA) Metode Cultural Heritage Landscape Assessment (CHLA) digunakan untuk menilai signifikansi/nilai penting dari suatu lanskap budaya. Metode ini diadaptasi dari Heritage Victoria Landscape Assessment Guidelines dalam Heritage Council of Victoria (2009). Adapun proses penilaian berdasarkan metode ini yaitu dengan cara mengumpulkan informasi tentang lanskap melalui survei lapang, penelusuran sejarah, sumber primer, fotografi dan koleksi seni, direktori dan buku yang relevan, wawancara sejarah (oral history interviews), dan pengetahuan masyarakat lokal. Pengumpulan data-data ini akan memerlukan beberapa peralatan seperti alat tulis, kamera digital dan voice recorder. Setelah data-data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi nilai dari lanskap budaya (cultural heritage values) dan melakukan pembobotan berdasarkan kriteria kelangkaan, keunikan, dan keaslian. Mengacu pada piagam Burra, maka ada 4 kriteria utama yang harus diidentifikasi dan dinilai untuk signifikansi lanskap budaya yaitu estetika, sejarah, sosial atau spiritual, dan ilmiah (Tabel 3). Skor hasil pembobotan lalu dijumlahkan dan dibuat interval kelas untuk mengetahui tingkat signifikansinya. Tingkat signifikansi akan dibagi menjadi 3 yaitu signifikansi rendah, sedang, dan tinggi. Langkah terakhir yaitu mendeskripsikan nilai penting (significant) lanskap budaya tersebut berdasarkan hasil pembobotan dari setiap kriteria. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan interval kelas menurut Selamet (1983) dalam Anggraeni (2011) adalah sebagai berikut:
13 Interval Kelas (IK)
= Skor maksimum (SMa) – Skor minimum (SMi) Jumlah Kategori
Signifikansi Tinggi Signifikansi Sedang Signifikansi Rendah
= SMi + 2IK + 1 sampai SMa = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK) = SMi sampai SMi + IK
Tabel 3 Kriteria penilaian signifikansi lanskap budaya No 1
2
Kriteria Estetikab a. Landusea
Skor Sedang (2)
Tinggi (3)
Terjadi perubahan penggunaan lahan >50%
Terjadi perubahan penggunaan lahan sebesar 25-50%
Terjadi perubahan penggunaan lahan <25%
b. Arsitektur rumah
Didominasi >50% oleh rumah bergaya arsitektur modern
Didominasi >50% oleh rumah semi modern tapi tetap memiliki corak/gaya tradisional
Didominasi >50% oleh rumah yang memiliki gaya arsitektur tradisional dan keaslian
c. Elemen lanskap
Keaslian elemen baik bentuk, material, dan letaknya <50%
Keaslian elemen baik bentuk, material, dan letaknya 50-75%
Keaslian elemen baik bentuk, material, dan letaknya >75%
d. Integritas/Unitya
Lanskap tidak memiliki kesatuan/unity dan karakternya tidak harmonis dengan lingkungan sekitar
Lanskap memiliki unity dan integritas karakter yang lemah dengan sekitarnya
Lanskap memiliki unity yang kuat dan karakter yang harmonis dengan sekitarnya
Terdapat hanya satu elemen bersejarah dengan umur >50 tahun
Terdapat 2-5 elemen bersejarah dengan umur >50 tahun
Terdapat lebih dari 5 elemen bersejarah dengan umur >50 tahun
Tidak terdapat area atau tempat yang memiliki nilai sejarah kejadian penting di masa lalu
Terdapat area atau tempat bersejarah di masa lalu namun saat ini sudah berubah fungsi
Area atau tempat bersejarah masih dipertahankan dan terdapat landmark /penanda
Area/ruang dan aktivitas sosial budaya masyarakat sudah tidak ada lagi
Aktivitas sosial budaya masyarakat masih berjalan namun area atau ruang untuk beraktivitas sudah tidak ada atau sebaliknya
Masih terdapat area atau tempat penting bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas sosial budaya
Sejarahb a. Elemen lanskapa
b. Area/ruanga
3
Rendah (1)
Sosial/Spiritualb a. Area/ruang
14
4
b. Norma/aturan adat
Setidaknya masih terdapat satu norma atau aturan adat yang masih dijalankan oleh masyarakat
Beberapa norma atau aturan adat sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat
Norma atau aturan adat masih sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat
c. Tradisi budaya
Masyarakat sudah sepenuhnya meninggalkan tradisi adat yang mengandung nilai spiritual
Nilai spiritual dalam tradisi masyarakat mulai menghilang/hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat
Masyarakat umumnya masih melakukan tradisi ritual adat pada acara tertentu
Aktivitas atau kearifan lokal yang bernilai pendidikan sudah hilang
Masih terdapat aktivitas atau kearifan lokal yang bernilai pendidikan namun sudah mulai hilang
Terdapat kearifan lokal yang dipertahankan dan berpotensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Tidak ada elemen yang memiliki nilai pengetahuan/ilmiah
Hanya beberapa elemen saja yang memiliki nilai pengetahuan yang tinggi
Setiap elemen memiliki nilai pengetahuan yang tinggi sehingga dapat bermanfaat bagi pendidikan
Ilmiahb a. Aktivitas
b. Elemen lanskap
[Dimodifikasi dari Harris dan Dines (1988)a dan Australia ICOMOS (1999)]b. Hasil dari analisis terhadap karakter dan signifikansi lanskap budaya ini kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menghasilkan rekomendasi tindakan pelestarian untuk diterapkan pada lanskap budaya Rumah Larik ini sesuai dengan tingkat signifikansinya. Tindakan pelestarian ini tetap memperhatikan tatanan, fungsi atau penggunaan, interpretasi, pengelolaan, dan pengembangan ke depannya. Tindakan pelestarian yang akan digunakan mengacu pada Piagam Burra yaitu, perubahan (change), pemeliharaan (maintenance), preservasi (preservation), restorasi (restoration), rekonstruksi (reconstruction), adaptasi (adaptation), penambahan (new work), melestarikan fungsi (conserving use), mempertahankan asosiasi dan makna (retaining association and meanings), dan interpretasi (interpretation). Piagam Burra digunakan karena piagam ini merupakan sebuah model adaptif yang dapat disesuaikan secara budaya pada pengelolaan tapak beberapa tempat di dunia (Mason 2008). Sementara berdasarkan UU No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bentuk tindakan pelestariannya yaitu perlindungan yang meliputi penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan, pemugaran; pengembangan meliputi penelitian, revitalisasi, dan adaptasi; serta pemanfaatan.