RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.1.
Aspek Geografis dan Demografis
2.1.1. Aspek Geografis Sejak 3,5 abad yang lalu wilayah Kabupaten Tebo merupakan bekas jajahan Belanda yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan Onder Afdeling dan kemudian beralih menjadi pusat pemerintahan GUN pada masa penjajahan Jepang (1942-1945). Setelah Indonesia merdeka dijadikan sebagai pusat Ibu Kota Jambi Ulu selama 3,5 tahun (1948-1951), 2,5 tahun sebagai Ibu Kota Merangin (1957-1959), 20 tahun menjadi Ibu Kota Kewedanan (1945-1965), dan 35 tahun dibawah panji Kabupaten Bungo Tebo (1965-1999). Pada Tanggal 12 oktober 1999 resmi menjadi Kabupaten Tebo dengan 4 kecamatan dan 2 kecamatan pembantu yang terdiri dari 5 kelurahan dan 82 desa, sebagai salah satu kabupaten pemekaran berdasarkan UndangUndang Negara Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3903 Tahun 1999). Dengan meningkatnya penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan dan pembinaan masyarakat, pada Tahun 2000 UndangUndang Negara Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 berubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696). Kondisi fisik dasar suatu wilayah mempunyai peran yang penting, karena dapat mengetahui faktor-faktor alami untuk mengetahui keadaan dan potensi yang ada di suatu kawasan, sehingga dapat diketehui aktivitas yang sesuai untuk kawasan tersebut. Fisik alami yang ada di kawasan berfungsi sebagai wahana atau penampung aktivitas penduduk, sebagai suatu sumberdaya alam yang cukup mempengaruhi perkembangan kawasan dan sebagai pembentukan pola aktivitas penduduk.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 1
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.1.1.1. Letak Wilayah Kabupaten Tebo terletak diantara 0052’32”-01054’50” LS dan 101 48’57”-101049’17” BT, Iklim Kabupaten Tebo dipengaruhi oleh iklim tropis dan wilayah Kabupaten Tebo berada pada ketinggian antara 50 - 1.000 mdpl. Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah 646.100 Ha atau 11,86% dari luas wilayah Provinsi Jambi. 0
Wilayah Kabupaten Tebo terdiri dari 12 kecamatan, 101 desa dan 5 kelurahan. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas 129.695,95 Ha atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo. Secara administrasi Kabupaten Tebo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Sebelah Sebelah Sebelah
Utara Selatan Barat Timur
: : : :
Kabupaten Indragiri Hulu ( Provinsi Riau) Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo Kabupaten Bungo) dan Kabupaten Damasaraya Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batanghari
2.1.1.2. Topografi dan Luas Wilayah Kenampakan bentangan alam wilayah Kabupaten Tebo memiliki areal wilayah relatif datar dan agak sedikit berbukit, ruang memiliki kemiringan lereng mulai dari 0% hingga 45%), dengan penjelasan sebagai berikut: 1.
Daerah yang memiliki bentangan wilayah datar dengan kelerengan antara 0% hingga 2% terdapat disekitar daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay, Rimbo Bujang dan daerah Kecamatan VII Koto;
2.
Daerah yang memiliki bentangan wilayah landai dengan kelerengan antara 3% hingga 15% berada pada daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay, Rimbo Bujang, Tebo Ulu dan VII Koto;
3.
Daerah yang memiliki bentangan wilayah agak curam dengan kelerengan antara 16% hingga 40% berada pada daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay, Rimbo Bujang, Tebo Ulu dan VII Koto;
4.
Daerah yang memiliki bentangan wilayah curam hingga sangat curam dengan kelerengan lebih dari 40% terdapat pada daerah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Sumay dan Kecamatan Tebo Ulu.
Luas lahan di Kabupaten Tebo yang memiliki bentangan alam datar hingga landai dengan kelerengan 0-15% sebesar 523.200 Ha atau 80,9% dari luas wilayah Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk luas wilayah dengan bentangan alam agak curam hingga curam (16-40% dan >40%) sebesar
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 2
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
122.900 Ha. Untuk lebih jelas visualisasi topografi Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Topografi Kabupaten Tebo. NO
KECAMATAN
1
2
TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN 0 - 2%
3 - 15%
16 - 40%
> 40%
3
4
5
6
1
TEBO ILIR
35.600
64.000
30.000
133.300
2
TEBO TENGAH
5.200
90.200
10.400
109.000
3
TENGAH ILIR
-
-
-
-
4
SUMAY
4.400
80.800
16.400
126.800
5
RIMBO BUJANG
8.000
57.000
7.600
72.600
6
RIMBO ULU
-
-
-
-
7
RIMBO ILIR
-
-
-
-
8
TEBO ULU
-
92.300
9.600
112.700
9
VII KOTO
13.200
72.500
6.000
91.700
10
MUARA TABIR
-
-
-
-
11
SERAI SERUMPUN
-
-
-
-
12
VII KOTO ILIR
-
-
-
-
JUMLAH
66.400
456.800
80.000
42.900
(%) LUAS KABUPATEN
10,28
70,70
12,38
6,64
Sumber : BPN Kabupaten Tebo dan BPS, 2009.
2.1.1.3. Penggunaan Lahan Berdasarkan data pada Tahun 2009, penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Tebo, yakni pada penggunaan lahan perkebunan kurang lebih 48% dari seluruh wilayah Kabupaten Tebo, dengan rincian 94% merupakan perkebunan karet dan 5% perkebunan kelapa sawit sedangkan sisanya adalah perkebunan kelapa hibrida. Penggunaan lahan yang terbesar kedua adalah jenis penggunaan lahan hutan dimana 45% dari luas wilayah Kabupaten Tebo adalah areal hutan yang terdiri dari areal hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi, sedangkan penggunaan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian sebesar 2% dari luas wilayah Kabupaten Tebo, yang terdiri dari penggunaan berupa sawah lebih kurang 17% dari luas lahan yang digunakan sebagai kegiatan pertanian, sedangkan untuk tegalan sebesar 33% dan yang paling besar penggunaan lahan pertanian berupa kebun campuran sebesar 48%. Untuk lebih jelasnya data peenggunaan lahan di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 3
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.2. Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo. NO
JENIS PENGGUNAAN LAHAN
LUAS (HA)
PERSENTASE (%)
1
2
3
4
1
PERMUKIMAN
4.319
0,68
2
SAWAH
2.990
0,47
3
KEBUN CAMPURAN
8.234
1,29
4
TEGALAN
5
PERKEBUNAN KARET
6
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
7
PERKEBUNAN KELAPA HIBRIDA
8
HUTAN
9 10
5.704
0,89
295.515
46,2
15.825
2,48
1.800
0,28
291.121
45,54
SEMAK BELUKAR
9.612
1,50
LAINNYA
4.200
0,66
639.320
100
JUMLAH
Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2009.
Dari tabel di atas dapat dijabarkan, bahwa perekonomian Kabupaten Tebo didominasi oleh kondisi geografis, yaitu dari sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Namun karena kondisi Kabupaten Tebo yang masih didominasi oleh sektor Kehutanan, masih terdapat kawasan yang berhutan (45%) seperti: kawasan yang termasuk ke dalam Taman Nasional Bukit 12 dan Taman Nasional Bukit 30, dan sebagai lokasi Taman Hutan Raya Bukit Sari satu-satunya yang terdapat di Provinsi Jambi dengan luas lebih kurang 525 hektar. Disamping lokasi itu Kabupaten Tebo juga, didominasi oleh sektor pertambangan, dalam hal ini pertambangan batubara, pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam batubara belum dilakukan secara optimal. Umumnya areal pertambangan batubara berada dalam satu ruang dengan wilayah perkebunan, dan ada juga yang berada satu ruang dengan Hutan Produksi. Pilihan pertimbangan pemanfaatan selayaknya dilakukan secara optimal dan bijaksana dengan pertimbangan aspek lingkungan. Pengelolaan batubara dilakukan dengan teknik open pit mining, telah merubah bentangan alam, sehingga mempengaruhi ekosistim dan habitat aslinya. Pertambangan terbuka ini akan dapat mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia, sehingga keberadaan pertambangan semacam ini akan menimbulkan resiko lingkungan. Upaya reklamasi lingkungan tambang batubara yang berwawasan lingkungan merupakan strategis geografis yang tepat untuk Kabupaten Tebo. Pertambangan dan Energi; Kabupaten Tebo juga memiliki sumberdaya alam yang cukup potensial yaitu dengan adanya sebaran batu bara dan minyak bumi, khususnya untuk minyak bumi sejak Tahun 2005 yang lalu telah dilakukan eksploitasi oleh perusahaan PT. Pearl Oil Co. Ltd yang berlokasi di Desa Lubuk Mandarsyah Kecamatan Tengah Ilir. Untuk
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 4
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
komoditas batu bara terdapat 43 kuasa pertambangan. Delapan Perusahaan sudah memiliki izin eksploitasi dan baru 3 yang beroperasi. Batu bara di Kabupaten Tebo tersebar di Kecamatan Sumay, Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir, Serai Serumpun dan VII Koto Ilir. Pariwisata; pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tebo secara umum belum menunjukkan kontribusi yang berarti, namun demikian Kabupaten Tebo juga memiliki objek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan bersama-sama dengan kabupaten dan provinsi tetangga adalah objek wisata Hutan Lindung Bukit 12, Bukit 30 dan Kebun Raya Bukit Sari Alam dengan keanekaragaman flora dan fauna tropisnya selain itu terdapat pula objek wisata alam yang lain diantaranya; Danau Sigombak, Kebun Raya Bukit Sari, Taman Tanggo Rajo, Air Terjun Ketalo, Air Terjun Pemayungan, Air Terjun Bukit Karendo, Air Terjun Bulian Berdarah dan Situs Candi Gendon. Masih rendahnya kualifikasi dan kompetensi pariwisata di daerah ini menyebabkan daerah ini belum menjadi salah satu daerah tujuan wisata, namun data kearah tersebut terus kita kembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki, secara bertahap di upayakan melalui peningkatan minat rekreasi masyarakat dengan memperbaiki sarana dan prasarana rekreasi, sehingga tertata sesuai dengan standarisasi sektor pariwisata. 2.1.2. Aspek Demografis 2.1.2.1. Jumlah dan Sebaran Penduduk Penduduk merupakan subjek atau pelaku dan sekaligus sebagai objek atau sasaran kegiatan ekonomi yang melaksanakan proses pembangunan. Keberadaan peran ganda demikian menempatkan penduduk pada posisi sentral dalam setiap langkah kebijakan dan strategi pembangunan. Jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kualitas yang tinggi sehingga keberadaannya dapat menjadi modal dasar proses pembangunan, bukan sebaliknya penduduk justru dipandang sebagai beban pembangunan. Pemikiran demikan harus menjadi dasar pijakan dalam perumusan kebijakan dibidang kependudukan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Jumlah penduduk Kabupaten Tebo berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010 sebanyak 297.735 jiwa terdiri dari laki-laki 153.892 jiwa (51,69 persen) dan perempuan 143.843 jiwa (48,31 persen). Selama periode 20002010, jumlah penduduk Kabupaten Tebo mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,97 persen pertahun. Rasio jenis kelamin 107, dan rata-rata anggota keluarga berjumlah sebanyak 4-5 orang, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 46 jiwa/km2.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 5
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo, 2000 - 2010. TAHUN
PENDUDUK (jiwa)
PERTUMBUHAN (%)
1
2
3
2000
222.232
-
2003
230.418
3.68
2004
237.469
3.06
2005
244.349
2.90
2006
257.173
5.25
2007
262.376
2.02
2008
267.681
2.02
2009
282.826
5.66
2010
297.735
5.27
RATA-RATA
2,97
Sumber : BPS Kab. Tebo, 2011.
Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Tebo berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin tergambar pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Penduduk Kabupaten Tebo Menurut Jenis Kelamin, 2010. JENIS KELAMIN LAKI-LAKI
PEREMPUAN
LAKI-LAKI+ PEREMPUAN
SEX RASIO
3
4
5
6
TEBO ILIR
12.797
12.212
25.009
105
TENGAH ILIR
10.099
9.121
19.220
111
3
TEBO TENGAH
17.745
16.600
34.345
107
4
SUMAY
9.066
8.519
17.585
106
5
RIMBO BUJANG
31.163
28.658
59.821
108
6
RIMBO ULU
17.962
16.818
34.780
107
7
RIMBO ILIR
11.062
10.350
21.412
107
8
TEBO ULU
15.839
15.496
31.335
102
9
VII KOTO
9.253
8.605
17.858
108
10
MUARA TABIR
8.046
7.547
15.593
107
11
SERAI SERUMPUN
3.993
3.585
7.578
111
12
VII KOTO ILIR
6.867
6.332
13.199
108
2010
153.892
143.843
297.735
107
2009
142.873
139.953
282.826
102
2008
134.474
133.207
267.681
101
2007
131.809
130.567
262.376
101
2006
135.041
122.132
257.173
111
NO
KECAMATAN
1
2
1 2
Sumber : BPS, Kabupaten Tebo Dalam Angka, Sensus Penduduk 2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 6
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Rimbo Bujang yaitu mencapai 20,09 persen, sementara jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Serai Serumpun (2,54 persen). Proporsi penduduk lakilaki dibanding perempuan pada setiap wilayah kecamatan lebih banyak penduduk laki-laki. Kecenderungan ini berkaitan langsung dengan karakteristik angka harapan hidup kaum laki-laki yang umumnya lebih tinggi dari pada kaum perempuan. Variasi jumlah penduduk pada setiap kecamatan dan variasi luas wilayahnya menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar kecamatan dengan kepadatan tertinggi ditemukan di Kecamatan Rimbo Bujang sebesar 155 jiwa/km2 diikuti Kecamatan Rimbo Ilir sebesar 116 jiwa/km2, sementara kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Sumay (14 jiwa/km2) dan Kecamatan Serai Serumpun (17 jiwa/km2). Secara keseluruhan rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tebo masih tergolong jarang yaitu 46 jiwa per Km2. Tabel 2.5. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Tebo Per Kecamatan, 2010. NO
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
LUAS (KM2)
KEPADATAN (JIWA/KM2)
1
2
3
4
5
1
TEBO ILIR
25.009
392,66
64
2
TEBO TENGAH
34.345
672,28
51
3
TENGAH ILIR
19.220
557,09
35
4
SUMAY
17.585
1296,96
14
5
RIMBO BUJANG
59.821
386,71
155
6
RIMBO ULU
34.780
345,06
101
7
RIMBO ILIR
21.412
184,43
116
8
TEBO ULU
31.335
297,47
105
9
VII KOTO
17.858
558,99
32
10
MUARA TABIR
15.593
713,92
22
11
SERAI SERUMPUN
7.578
440,25
17
12
VII KOTO ILIR
13.199
565,19
23
297.735
6.461
46
KABUPATEN TEBO
Sumber: BPS Kab. Tebo, 2011.
2.1.2.2. Struktur Usia Penduduk Struktur usia penduduk menunjukkan sebaran penduduk berdasarkan kelompok usianya yang secara garis besarnya terbagi ke dalam tiga yaitu usia belum produktif, usia produktif, dan usia tidak produktif (usia lanjut). Kelompok usia belum produktif adalah penduduk dalam usia muda yang
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 7
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
berumur 0 – 14 tahun. Kelompok usia produktif yaitu penduduk berusia 15-64 tahun. Sedangkan jumlah penduduk yang termasuk kelompok usia kurang atau tidak produktif adalah penduduk yang berusia 65 tahun ke atas. Pada tahun 2010 kelompok usia belum produktif jumlahnya mencapai 94.071 jiwa atau 31,60 persen. Kelompok penduduk usia kerja mencapai 193.522 jiwa atau 65,00 persen. Sedangkan jumlah penduduk yang termasuk kelompok usia kurang atau tidak produktif mencapai 10.142 jiwa atau 3,40 persen. Kelompok umur penduduk seperti ini terlihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia, 2006 - 2010. KELOMPOK USIA 1
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
2
3
4
5
6
0 – 14 TAHUN
80.850
80.135
83.023
87.727
94.071
15 – 64 TAHUN
169.623
170.894
173.481
183.272
193.522
65 + TAHUN
6.700
11.347
11.177
11.827
10.142
JUMLAH
257.173
262.376
267.681
282.826
297.735
Sumber: BPS Kabupaten Tebo, 2011.
Jumlah kelompok penduduk usia kerja (PUK) merupakan tulang punggung perekonomian yang secara produktif melakukan aktivitas ekonomi untuk memperoleh pendapatan. Sedang kelompok penduduk di luar usia kerja (PDUK) merupakan penduduk yang kurang produktif untuk melakukan aktivitas ekonomi. Berdasarkan kelompok usia ini dapat pula diketahui dependency ratio (tingkat beban/tanggungan penduduk). Dependency ratio adalah merupakan perbandingan jumlah penduduk di luar usia kerja (PDUK) dengan jumlah penduduk usia kerja (PUK) atau variabel yang memperlihatkan perbandingan antara banyaknya penduduk tidak produktif dengan penduduk produktif. Gambaran Peduduk usia kerja dan penduduk di luar usia kerja serta dependency ratio penduduk Kabupaten Tebo seperti terlihat pada tabel berikut:
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 8
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.7. Perkembangan PUK, PDUK dan Rasio Beban Penduduk Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
169.623
170.894
173.481
183.272
193.522
87.550
91.482
94.200
99.554
104.213
257.173
262.376
267.681
282.826
297.735
PUK PDUK PENDUDUK DEPENDENCY RATIO (%)
0,34
0,35
0,35
0,35
0,35
Sumber: BPS Kabupaten Tebo, 2011.
Dependency ratio penduduk Kabupaten Tebo hanya sedikit mengalami perubahan yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,34 persen dan meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar 0,35. Kondisi ini terus konstan hingga tahun 2010. Angka Dependency ratio sebesar 0,35 ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung beban menghidupi 35 orang penduduk usia tidak produktif.
2.2.
Aspek Kesejahteraan
2.2.1. Perekonomian Daerah Dalam melaksanakan seluruh program pembangunan Kabupaten Tebo Tahun 2011-2016, suatu kerangka ekonomi makro daerah diperlukan sebagai acuan dalam memperkirakan perubahan produksi, pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja daerah dalam kurun waktu mendatang. Selain itu, dengan memperhitungkan perubahan ekonomi makro daerah dapat dihitung perkiraan kebutuhan investasi baik investasi pembangunan yang berasal dari Pemerintah maupun bersumber dari swasta dan masyarakat. 2.2.1.1. Struktur Perekonomian Daerah PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. PDRB Kabupaten Tebo atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Tebo Tahun 2006-2010 disajikan pada tabel di bawah ini.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 9
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.8. PDRB Kabupaten Tebo atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2006-2010. (jutaan rupiah) NO
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN
2
729.858,67
815.990,66
897.075,56
1.053.654,20 1.339.597,32
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
93.599,07
112.488,12
248.110,31
230.374,62
269.126,76
3
INDUSTRI PENGOLAHAN
32.399,20
41.707,55
47.123,15
50.372,23
55.529,63
4
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
5
BANGUNAN
6
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
7
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
8
KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN
9
JASA-JASA
3.886,63
4.187,54
4.687,18
5.377,68
5.901,57
89.272,61
105.291,04
125.509,34
134.458,15
152.192,87
196.653,57
222.988,23
269.264,56
305.929,06
347.560,45
75.608,98
88.895,77
102.503,15
114.864,33
126.958,87
46.496,37
53.225,89
62.331,94
71.337,78
81.564,67
156.627,24
174.267,58
195.203,60
219.443,18
240.710,31
PDRB DENGAN MIGAS
1.424.402,34
1.619.042,38
1.951.808,79
2.185.811,23 2.619.142,45
PDRB TANPA MIGAS
1.351.121,50
1.536.624,46
1.829.167,23
2.069.071,44 2.478.278,64
Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2010.
Dengan memperhatikan realisasi PDRB atas dasar harga berlaku maka dapat diketahui struktur ekonomi Kabupaten Tebo selama Tahun 2006–2010 sebagaimana Tabel berikut : Tabel 2.9. Struktur Ekonomi Kabupaten Tebo Menurut Lapangan Usaha, 2006 – 2010. KONTRIBUSI TERHADAP PDRB AHB DG MIGAS (%)
NO
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN
51,24
50,40
45,96
48,20
51,15
2
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
6,57
6,95
12,71
10,54
10,28
3
INDUSTRI PENGOLAHAN
2,27
2,58
2,41
2,30
2,12
4
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
0,27
0,26
0,24
0,25
0,23
5
BANGUNAN
6,27
6,50
6,43
6,15
5,81
6
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
13,81
13,77
13,80
14,00
13,27
7
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
5,31
5,49
5,25
5,25
4,85
8
KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN
3,26
3,29
3,19
3,26
3,11
9
JASA-JASA
11,00
10,76
10,00
10,04
9,19
100
100
100
100
100
TOTAL
Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011.
Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan peranan dan perubahan struktur
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 10
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
ekonomi dari tahun ke tahun. Distribusi persentase dari masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB atas harga berlaku seperti dikemukakan di atas berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Tebo. Hingga tahun 2010, sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Tebo yaitu 51,15 persen, diikuti sektor perdangan, hotel dan restoran sebesar 13,27 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 10,28 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 9,19 persen. Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi adalah sektor listrik dan air bersih yaitu sebesar 0,23 persen. Selama periode 2006 - 2010 sektor pertanian ini sedikit mengalami perubahan atau pergeseran, pada tahun 2006 kontribusinya sebesar dari 51,24 persen menjadi 51,15 persen pada tahun 2010 atau menurun sebesar 0,09 persen. Peningkatan sangat tajam terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, dari 6,57 persen pada tahun 2006 menjadi 10,28 persen pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 3,71 persen. Hal ini berarti struktur ekonomi Kabupaten Tebo yang didominasi sektor pertanian sedikit demi sedikit mulai digeser oleh sektor lain seperti sektor pertambangan dan penggalian. Struktur ekonomi sektoral Kabupaten Tebo masih berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam atau masih berstruktur primer. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai tambah PDRB Kabupaten Tebo selama kurun waktu 2006-2010, seperti tabel berikut: Tabel 2.10. Struktur Ekonomi Kabupaten Tebo Menurut Sektor Utama, 2006-2010.
NO
SEKTOR UTAMA
1
2
KONTRIBUSI TERHADAP PDRB AHB DG MIGAS (%) 2006
2007
2008
2009
2010
3
4
5
6
7
I
SEKTOR PRIMER
57,81
57,35
58,67
58,74
61,43
II
SEKTOR SKUNDER
8,81
9,34
9,08
8,70
8,16
III
SEKTOR TERSIER
33,38
33,31
32,24
32,55
30,42
100
100
100
100
100
TOTAL
Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011.
Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa dalam lima tahun terakhir sektor primer masih memberikan peran yang besar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupeten Tebo bahkan cenderung meningkat. Dari 57,81 persen pada tahun 2006 menjadi 61,43 persen pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 3,62 persen. Sebaliknya, peranan sektor sekunder
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 11
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
cenderung menurun, pada tahun 2006 sebesar 8,81 persen dan pada tahun 2010 menjadi 8,16 persen atau menurun sebesar 0,65 persen. Demikian pula dengan sektor tersier selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan, pada tahun 2006 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 33,38 persen, dan pada tahun 2010 kontribusinya hanya sebesar 30,42 persen atau menurun sebesar 2,96 persen. Ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir belum ada pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Tebo.
2.2.1.2.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merefleksikan peningkatan produksi seluruh barang-barang dan jasa-jasa dalam suatu perekonomian. Pada tingkat perekonomian wilayah atau regional, nilai produksi keseluruhan barangbarang dan jasa-jasa tersebut dinyatakan sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada setiap saat barang-barang dan jasa-jasa diproduksi atau dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar, biasa disebut harga konstan. Perhitungan pertama menghasilkan nilai PDRB nominal atau PDRB berdasarkan harga berlaku, sedangkan perhitungan kedua menghasilkan nilai PDRB rill atau PDRB berdasarkan harga konstan. Nilai PDRB rill menghilangkan efek kenaikan harga sehingga angkanya benarbenar mencerminkan kenaikan produksi seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang tingkat kenaikannya disebut sebagai laju pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 2.11. Nilai PDRB Kabupaten Tebo Atas Harga Konstan, 2006 – 2010. (jutaan rupiah) NO
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN
2
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
39.795,08
40.675,96
56.218,85
53.911,16
56.043,88
3
INDUSTRI PENGOLAHAN
20.786,93
22.570,22
23.538,72
23.896,35
24.610,87
4
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
1.606,71
1.686,44
1.765,10
1.891,72
2.013,92
5
BANGUNAN
36.596,86
38.847,56
41.605,74
44.572,23
46.417,52
6
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
122.317,23 128.330,85
136.649,09
7
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
48.456,12
53.058,42
56.964,90
59.487,80
62.814,38
8
KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN
22.143,15
23.633,57
25.731,12
27.417,74
29.448,33
9
JASA-JASA
68.485,59
71.584,43
75.146,73
79.673,48
83.719,44
PDRB DENGAN MIGAS
727.529,65 770.808,94
817.651,45
858.592,22 911.220,09
PDRB TANPA MIGAS
695.626,81 739.557,22
786.859,13
828.434,23 880.087,99
367.341,98 390.421,49
400.031,20
423.709,52 450.163,19
144.032,22 155.988,57
Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 12
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Berdasarkan nilai PDRB atas harga konstan diatas dapat di ketahui tingkat laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo pada masing-masing sektor, sebagai berikut: Tabel 2.12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tebo Menurut Lapangan Usaha, 2006 – 2010 (dalam %). NO
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN
2
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
3
4,29
6,28
2,46
5,92
6,24
442,49
2,21
38,21
(4,10)
3,96
INDUSTRI PENGOLAHAN
4,42
8,58
4,29
1,52
2,99
4
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
4,77
4,96
4,66
7,17
6,46
5
BANGUNAN
5,89
6,15
7,10
7,13
4,14
6
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
4,56
4,92
6,48
5,40
8,30
7
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9,50
9,50
7,36
4,43
5,59
8
KEUANGAN, SEWA & JASA PERUSAHAAN
6,27
6,73
8,88
6,55
7,41
9
JASA-JASA
3,99
4,52
4,98
6,02
5,08
PDRB DENGAN MIGAS
9,65
5,95
6,08
5,01
6,13
PDRB TANPA MIGAS
4,84
6,32
6,40
5,28
6,24
Sumber : BPS Kabupaten Tebo, 2011. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo dengan migas selama tahun 2006–2010 berfluktuasi dan cenderung memperlihatkan penurunan. Sedangkan tanpa migas menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2006 Ekonomi Kabupaten Tebo dengan migas tumbuh sebesar 9,65 persen dan tahun 2010 sebesar 6,13 persen atau turun sebesar 3,52 persen. Laju pertumbuhan ekonomi ini, mengindikasikan rendahnya dinamika perekonomian Kabupaten Tebo. Secara ideal, dalam konsep konjungtur, ada suatu fase dalam perekonomian dimana memperlihatkan trend peningkatan, seiring dengan perkembangan waktu. Namun sebaliknya, pada kondisi ekonomi Kabupaten Tebo, justru terjadi stagnan. Penurunan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo ini dipicu oleh berbagai sektor ekonomi yang juga mengalami penurunan yang cukup tajam seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan & komunikasi. Penurunan paling tinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu pada tahun 2006 tumbuh mencapai 442,49 persen dan pada tahun 2010 hanya 3,96 persen.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 13
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.2.1.3.
Tingkat Pendapatan Masyarakat
Pendapatan per kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh setiap penduduk secara rata-rata. Besaran ini diperoleh dari bagi hasil PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita maupun pendapatan regional per kapita. Angka pendapatan per kapita digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan penduduk. Namun, hal ini perlu diinterpretasikan secara hati-hati karena angka ini belum memperhitungkan net factor income yaitu selisih dari income outflow dengan income in flow. Secara umum apabila pendapatan per kapita suatu daerah naik maka dapat diartikan bahwa kondisi kesejahteraan penduduk meningkat. Demikian sebaliknya turunnya perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari menurunnya pula pendapatan per kapita daerah tersebut. Tumbuhnya ekonomi suatu daerah selain memberikan gambaran terjadinya peningkatan produksi barang dan jasa, juga memberikan gambaran tentang peningkatan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dengan migas atas dasar harga berlaku Kabupaten Tebo dalam rentang waktu 5 tahun dari tahun 2006-2010 terus mengalami peningkatan. Tabel. 2.13. Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten Tebo, 2006-2010.
TAHUN
PDRB PERKAPITA ATAS HARGA BERLAKU (RP.000)
PERT (%)
PDRB PERKAPITA ATAS HARGA KONSTAN (RP.000)
PERT (%)
1
2
3
4
5
2006
5.538
12,45
2.828
4,16
2007
6.170
11,41
2.937
3,85
2008
7.291
18,17
3.054
3,98
2009
7.728
5,99
3.050
(0,13)
2010
8.798
13,85
3.060
0,33
RATA-RATA
-
12,30
-
2,42
Sumber: BPS Kabupaten Tebo, 2011.
Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Tebo yang diukur berdasarkan PDRB atas harga berlaku pada tahun 2006–2010 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2006 dari Rp 5.538.000,menjadi Rp 8.798.000 tahun 2010 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,30 persen pertahun. Demikian pula dengan perkembangan pendapatan perkapita menurut PDRB atas harga konstan dari tahun 2006– 2010 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 Rp 2.828.000,- menjadi
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 14
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Rp 3.060.000,- tahun 2010, Secara rata-rata tumbuh sebesar 2,42 persen pertahun, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi riil Kabupaten Tebo naik cukup signifikan selama lima tahun terakhir.
2.2.1.4.
Kelembagaan Ekonomi
Dalam upaya mengoptimalkan aktivitas ekonomi masyarakat dalam kegiatan ekonominya maka diperlukan suatu kelembagaan ekonomi, satu diantaranya adalah koperasi. Keberadaan koperasi diharapkan dapat memberi daya dukung dalam permasalahan umum yang dihadapi rakyat dalam berproduksi, khususnya pada sektor pertanian yang mendominasi perekonomian Kabupaten Tebo. Melalui kelembagaan koperasi maka diharapkan masalah permodalan, daya tampung produksi dan pemasaran dapat teratasi. Masalah-masalah tersebut sangat mempengaruhi posisi tawar (bargaining position) petani terhadap pedagang dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan dan kesejahteraannya. Tabel 2.14. Perkembangan Jumlah Koperasi Kabupaten Tebo, 2006-2010. NO
JENIS KOPERASI
1
2
1
2
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
3
4
5
6
7
209
244
267
273
294
- KOPERASI UNIT DESA
34
34
34
34
34
- PRIMER KOPERASI POLISI
1
1
1
1
1
- KOPERASI SERBA USAHA
2
2
2
2
2
- KOPERASI PERTANIAN
40
39
39
38
38
KOPERASI PRIMER
- KOPERASI PERIKANAN
2
2
2
2
2
- KOPERASI PERKEBUNAN
15
21
36
36
36
- KPN/ KPRI
17
17
17
17
17
- KOPERASI KARYAWAN
7
7
7
7
7
- KOPONTREN
9
13
16
16
16
- KOPERASI PEDAGANG PASAR
4
4
4
4
4
- KSP
2
2
2
2
2
- KOPERASI WANITA
3
7
11
11
11
- KOPERASI ANGKUTAN
-
-
1
1
1
- KOPERASI LAINNYA
73
95
95
102
123
KOPERASI SEKUNDER
2
2
2
2
2
211
246
269
275
296
JUMLAH KOPERASI
Sumber : Diperindagkop Kabupaten Tebo, 2011.
Pembangunan dibidang koperasi di Kabupaten Tebo telah cukup berhasil, hal itu ditandai dengan peningkatan jumlah koperasi yang ada. Jika pada tahun 2009 jumlah koperasi yang ada berjumlah 275 unit dengan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 15
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
anggota sebanyak 26.587 orang dan total modal sebesar Rp. 5.987.855,yang terdiri dari modal sendiri sebanyak Rp. 5.516.626,- dan modal luar sebesar Rp. 471.229,-. Pada tahun 2010 jumlah koperasi meningkat menjadi 296 unit dengan anggota 26.174 orang dan total modal 13.400.853,000,yang terdiri dari modal sendiri Rp. 5.676.429,000- dan modal luar Rp. 7.724.424,000,-. Berdasarkan data kuantitatif terindikasi terjadi peningkatan jumlah koperasi di Kabupaten Tebo. Pada tahun 2006 terdapat 211 koperasi dan meningkat menjadi 296 koperasi pada tahun 2010. Selama kurun waktu lima tahun terakhir telah terjadi penambahan jumlah koperasi sebanyak 85 koperasi atau meningkat sebesar 40,28 persen.
2.2.1.5.
Perkembangan Industri Kecil, Menengah dan Besar
Sektor industri sangat diharapkan sekali memberi peningkatan nilai tambah dalam pergerakan ekonomi Kabupaten Tebo. Perusahaan industri pada dasarnya dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : Industri Besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajian rumah tangga (IKRT). Dikatakan industri besar jika jumlah pekerjanya lebih dari 100 orang. Industri sedang jika memiliki pekerja sebanyak 20 – 99 orang. Dikatakan Industri kecil jika mempekerjakan 5 – 19 orang pekerja dan Industri kerajinan rumah tangga untuk usaha yang memiliki sampai dengan 4 orang pekerja. Secara umum jumlah industri yang ada di Kabupaten Tebo tergambar pada tabel berikut: Tabel 2.15. Perkembangan Industri Besar Kabupaten Tebo, 2005 – 2009. NO
INDUSTRI BESAR
1 1 2 3 4
TAHUN 2005
2006
2007
2008
2009
2
3
4
5
6
7
UNIT USAHA
3
5
26
14
6
PERTUMBUHAN (%)
-
66,67
420
- 53,85
- 133,33
INVESTASI (Rp.000)
25.610.000
1.600.000
41.249.000
37.084.000
1.613.000
PERTUMBUHAN (%)
-
-93,75
2478,06
-10,09
-95,65
TENAGA KERJA
417
130
110
541
134
PERTUMBUHAN (%)
-
-68,82
-15,38
3918,18
-75,23
PRODUKSI (Rp.000)
51.000.000
485.000
43.050.000
68.237.200
570.000
PERTUMBUHAN (%)
-
-99,10
8876,29
58,51
-99,16
Sumber : BPS Kabupaten Tebo dalam angka 2006 – 2010.
Perkembangan industri skala besar di Kabupaten Tebo terindikasi kurang mengembirakan, baik jumlah usaha, investasi, penyerapan tenaga kerja maupun nilai produksi. Pada tahun 2005–2007 unit usaha menunjukkan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 16
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
peningkatan dari 3 unit menjadi 26 unit, namun hingga tahun 2009 tinggal lagi 6 unit. Investasi juga mengalami penurunan yang cukup tajam, dari 25,6 miliar tahun 2005 menjadi 1,6 miliar tahun 2009. Penyerapan tenaga kerja menurun dari 417 orang tahun 2005 menjadi 134 orang tahun 2009. Demikian pula dengan nilai produksi dari Rp. 51 miliar menjadi Rp. 570 juta. Pemberdayaan industri kecil dan menengah serta peningkatan kemampuan kewirausahaan, permasalahan yang dihadapi industri kecil dan menengah secara umum adalah: (a) Rendahnya produktivitas SDM pada industri kecil dan menengah. Kondisi ini membawa konsekwensi pada rendahnya pendapatan yang mereka terima, (b) Akses industri kecil dan menengah kepada sumberdaya produktif terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar sangat terbatas, (c) Kurang kondusifnya iklim usaha. Tabel 2.16. Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. NO
JENIS INDUSTRI KECIL
1
2
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
3
4
5
6
7
1
INDUSTRI MAKANAN RINGAN DAN KUE BASAH
143
136
137
148
150
2
INDUSTRI PENGGILINGAN PADI
51
52
54
56
56
3
INDUSTRI MINUMAN (AIR ISI ULANG)
7
8
10
14
18
4
INDUSTRI BAHAN GALIAN BUKAN LOGAM (BATU BATA DAN GENTENG)
200
203
205
212
215
5
INDUSTRI BARANG DARI LOGAM (PANDAI BESI DAN TERALIS)
31
33
34
36
44
6
INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERABOTAN KAYU (MEUBEL, KUSEN, DAN DAUN PINTU)
130
132
138
132
144
7
INDUSTRI BAHAN BANGUNAN (CONBLOCK, GORONG-GORONG, GENTENG SEMEN, DAN GIPSUM)
30
30
32
33
37
- ANYAMAN PANDAN
17
17
17
18
18
- ANYAMAN BAMBU
4
4
4
5
10
- BUNGA SISIK IKAN
5
5
5
5
5
- ROTAN
2
2
3
3
3
- SONGKET
2
2
2
2
2
- CENDERA MATA
1
1
1
3
4
- MINIATUR
1
1
1
2
3
INDUSTRI LAINNYA (SABLON, PERCETAKAN DAN REKLAME)
12
15
18
21
25
636
641
661
690
734
8
9
DARI TIANG
SEMEN TERAS,
INDUSTRI KERAJINAN
JUMLAH INDUSTI KECIL
Sumber : Dinas Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaen Tebo, 2010.
Untuk itu pemberdayaan industri kecil dan menengah dapat mempercepat perubahan struktural dalam peningkatan taraf hidup rakyat
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 17
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
banyak menempati posisi yang strategis. Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen, industri kecil dan menengah diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Sementara itu industri kecil dan menengah berperan memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan memeratakan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya daya saing dan daya tahan ekonomi daerah. Berkaitan dengan itu pemerintah kabupaten Tebo telah berupaya membina pertumbuhan industri kecil dan menengah, hal ini ditunjukkan dengan perkembangan industri kecil dan menengah beberapa kurun waktu terakhir. Ditinjau dari segi perdagangan, Kabupaten Tebo yang merupakan daerah yang cukup berpengaruh terhadap distribusi barang dan jasa. Dengan adanya potensi daerah yang dimiliki, maka dimungkinkan daerah ini untuk berkembang dalam kegiatan perdagangan baik domestik maupun mancanegara. Nilai ekspor beberapa komoditi unggulan selalu mengalami peningkatan, dan dalam neraca perdagangan selalu surplus karena tidak ada impor barang dari luar negeri. Tabel 2.17. Volume dan Nilai Komoditi Ekspor Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. 2006 NO
KOMODITI
1
2
2007
(Rp.000)
PERT (%)
3
2008
(Rp.000)
PERT (%)
4
5
2009
(Rp.000)
PERT (%)
6
7
2010
(Rp.000)
PERT (%)
(Rp.000)
PERT (%)
8
9
10
11
12
1
KARET
A
VOLUME (TON)
105.363.000
15,00
112.465.000
6,74
112.956.100
0,44
113.201.000
0,22
114.542.100
1,18
B
NILAI EKSPOR (Rp)
755.865.000
10,00
786.592.000
4,07
798.472.000
1,51
811.571.000
1,62
814.235.000
0,33
2
KAYU GERGAJIAN
A
VOLUME (TON)
215.355
5,00
205.497
(4,58)
203.763
(0,84)
203.794
0,02
109.764
(46,14)
B
NILAI EKSPOR (Rp)
258.435
5,00
265.540.400
2,75
269.046.400
1,32
270.100.000
0,39
4.328
11,98
4.452
2,87
4.521
1,55
5.116
13,16
61.034
1.093
341.208
12,00
349.150
2,33
350.112
0,28
357.421
2,09
2.701.380
655,80
3
ROTAN
A
VOLUME (TON)
B
NILAI EKSPOR (Rp)
4
KOPI
A
VOLUME (TON)
B
NILAI EKSPOR (Rp)
JUMLAH NILAI EKSPOR
127.843.000 (52,67)
652.164
12,00
695.200
6,60
703.562
1,20
703.671
0,02
713.621
1,41
2.571.520
12,00
2.653.250
3,18
2.671.603
0,69
2.679.893
0,31
2.701.380
0,80
1.017.213.178
8,78
1.055.134.800
3,73
1.070.540.115
1,46
1.084.708.314
1,32
947.480.760 (12,65)
Sumber : Diperindagkop Kab. Tebo, 2011.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 18
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.18. Neraca Perdagangan Luar Negeri Kabupaten Tebo, 2006 – 2009. NILAI (RP.000) EKSPOR
IMPOR
NILAI SURPLUS EKSPOR (RP.000)
1
2
3
4
2006
1.017.213.178
-
1.017.213.178
2007
1.055.134.800
-
1.055.134.800
2008
1.070.540.115
-
1.070.540.115
2009
1.084.708.314
-
1.084.708.314
TAHUN
Sumber: Diperidagkop Kab. Tebo, 2010
Selama periode 2006-2009, Komoditi ekspor Kabupaten Tebo yang selalu mengalami peningkat baik volume maupun nilai ekspor adalah karet, rotan dan kopi, sementara kayu gergajian dilihat dari segi volume cenderung mengalami penurunan. 1. Karet, pada tahun 2006 volume ekspor mencapai 105.363.000 ton meningkat menjadi 114.542.100 ton pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 7.838 ton (7,44 persen), dan nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar Rp. 755.865 juta menjadi Rp. 811.571 juta tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 55.706 juta (7,37 persen). 2. Kayu Gergajian, jika pada tahun 2006 volume ekspor kayu gergajian sebesar 215.355 ton maka pada tahun 2009 menjadi 203.794 ton atau turun sebesar 11.561 ton (5,37 persen), sedangkan nilai ekspor tetap mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp. 258.435.juta menjadi 270.100.juta,- pada tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 11.665 juta (4,51persen). Penurunan volume kayu gergajian ini disebabkan makin berkurangnya persediaan bahan baku kayu yang bisa diolah perusahaan untuk kebutuhan ekspor. 3. Rotan, pada tahun 2006 volume ekspor mencapai 4.328 ton meningkat menjadi 5.116 ton tahun 2009 atau sebesar 788 ton (18,21 persen), dan nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar Rp. 341,2 juta menjadi Rp. 357,4 juta pada tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 16,2 juta (4,75 persen). 4. Kopi, pada tahun 2006 volume ekspor mencapai 652.164 ton meningkat menjadi 703.671 ton tahun 2009 atau sebesar 51.507 ton (7,90 persen), dan nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar Rp.2.571 juta menjadi Rp. 2.679 juta tahun 2009 atau meningkat sebesar Rp. 108 juta (4,21 persen).
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 19
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.2.1.6. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan hubungan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Salah satu sasaran utama dalam pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja tiap tahun. Oleh karena upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Untuk memberikan gambaran mengenai ketenagakerjaan di Kabupaten Tebo, akan disajikan beberapa indikator yang dianggap penting dalam mewakili indikator ketenagakerjaan ini. Indikator tersebut diantaranya adalah penduduk usia kerja, lapangan pekerjaan dan sebagainya. a.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja.
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja yaitu penduduk yang bekerja dan mencari kerjaan sedang yang termasuk bukan angkatan kerja adalah yang masih sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. TPAK mengidentifikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencerminkan penyediaan tenaga kerja atau jumlah angkatan kerja. TPAK merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. Semakin besar TPAK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama. Sebaliknya, semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja, semakin kecil jumlah angkatan kerja, akan berakibat semakin kecil TPAK. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 20
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Perkembangan angkatan kerja dan TPAK di Kabupaten tebo pada tahun 2008–2010, sebagai berikut: Tabel 2.19. TPAK dan Kesempatan Kerja di Kabupaten Tebo, 2008-2010. KETERANGAN
2008
2009
2010
1
2
3
4
JUMLAH PENDUDUK
267.681
282.826
297.735
TENAGA KERJA (PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS)
176.949
180.673
224.682
1.
ANGKATAN KERJA
128.110
129.098
156.948
A. BEKERJA
124.188
121.078
149.421
B. PENGANGGURAN
3.922
8.020
7.527
BUKAN ANGKATAN KERJA
48.839
51.575
67.734
A. SEKOLAH
13.617
14.755
15.935
B. MENGURUS RUMAH TANGGA
27.981
29.943
39.621
C. LAINNYA
7.241
6.877
12.178
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) (%)
72,4
71,45
69,85
RASIO PENDUDUK YANG BEKERJA (%)
70,18
67,01
66,50
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)
3,06
6,21
4,8
2.
Sumber : SAKERNAS 2008-2010.
Penduduk usia kerja mengalami peningkatan dari 176.949 jiwa pada tahun 2007 menjadi 224.682 jiwa pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 26,96 persen. Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK) di Kabupaten Tebo pada tahun 2008 mencapai 72,4% dan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 69,85%. Penurunan ini seiring dengan makin menurunnya rasio penduduk yang bekerja dari 70,18% tahun 2008 menjadi 66,50% pada tahun 2010. Jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan yang cukup tajam dari 3.922 tahun 2008 menjadi 7.527 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 91,92 persen. Ini berarti semakin menurunnya kesempatan kerja, dan makin meningkatnya tingkat pengganguran terbuka. Dengan kondisi ini tentu pemerintah Kabupaten Tebo harus mengambil langkah-langkah yang lebih konkrit untuk dapat mengatasi tingkat pengangguran, terutama mendorong kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. b.
Lapangan Pekerjaan Utama dan Status Pekerjaan
Proporsi pekerja dilihat dari lapangan pekerjaan merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping mencerminkan struktur perekonomian dari suatu wilayah. Jika dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama pada tahun 2010 di Kabupaten Tebo sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 21
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
sebesar 89,66 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi sebesar 6,43 persen. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terkecil di sektor industri pengolahan sebesar 0,77 persen. Tabel 2.20. Penyerapan Tenaga Kerja pada Lapangan Pekerjaan Utama Menurut Di Kabupaten Tebo, 2010 (dalam %) LAPANGAN USAHA
JENIS KELAMIN
JUMLAH
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1
2
3
5
1. PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN & PERIKANAN
90,85
87,23
89,66
2. INDUSTRI PENGOLAHAN
0,69
0,92
0,77
3. PERDAGANGAN BESAR, ECERAN, RUMAH MAKAN DAN HOTEL
4,4
10,6
6,43
4. JASA KEMASYARAKATAN
1,35
0,78
1,16
5. LAINNYA (PERTAMBANGAN, LISTRIK, GAS DAN AIR)
2,72
0,47
1,98
Sumber : SAKERNAS Tahun 2010.
2.2.2. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2.2.2.1. Sektor Migas dan Pertambangan KabupatenTebo juga memiliki sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui cukup potensial,yaitu adanya sebaran batu bara dan minyak bumi, khususnya untuk minyak bumi sejak Tahun 2005 yang lalu telah dilakukan eksploitasi oleh perusahaan PT. Pearl Oil Co. Ltd yang berlokasi di Desa Lubuk Mandarsyah Kecamatan Tengah Ilir. Untuk komoditas Batu bara terdapat 45 kuasa pertambangan. Dua belas perusahaan sudah punya izin eksploitasi dan baru 3 (tiga) yang beroperasi. Batubara di Kabupaten Tebo tersebar di Kecamatan Sumay, Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir, Serai Serumpun dan VII Koto Ilir. Pengelolaan pertambangan batu bara di Kabupaten Tebo, menemui berbagai kendala sehingga dari 45 kuasa pertambangan yang telah diberikan baru 3 (tiga) yang beroperasi. Hal ini disebabkan antara lain; sebagian besar wilayah perizinan terletak di kawasan hutan produksi, sehingga perlu proses izin pinjam pakai kawasan dari kementerian kehutanan; lambatnya pemegang izin untuk melakukan kegiatan eksplorasi; kualitas batubara Kabupaten Tebo secara umum memiliki kualitas rendah dengan nilai kalori (calory value) berkisar 4500 – 5300 kkal/kg dan kadar air (total maisture) berkisar 40 - 50%, sehingga pemegang izin kesulitan dalam memasarkan produksinya dan beberapa lokasi perizinan berada di wilayah perkebunan. Dengan beroperasinya pertambangan batubara, kerusakan yang ditimbulkan menjadi masalah lingkungan di bidang pertambangan adalah,
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 22
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
masalah pasca tambang dan air asam tambang, maka perlu diantisipasikan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan. Keadaan ini sangat perlu diwaspadai karena selama ini usaha pertambangan selalu dipersepsikan dengan citra perusak lingkungan. Hal ini disebabkan karena usaha pertambangan, khususnya pertambangan batubara yang sifatnya terbuka (open pit mining), selalu merubah bentangan alam sehingga mempengaruhi ekosistim dan habitat aslinya. Pertambangan terbuka ini akan dapat mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia sehingga keberadaan pertambangan semacam ini akan menimbulkan penolakan di tengah masyarakat. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan hasil tambang sangat dirasakan masih kurangnya akurasi data potensi bahan galian tambang di Kab. Tebo sehingga potensi tambang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan dalam pengelolaan pertambangan terlihat kurangnya masyarakat pelaku tambang dalam aspek K3 dan lingkungan hidup. Secara umum dapat dikatakan dalam pengelolaan penambangan terlihat tanggung jawab sosial dan ekonomi perusahaan pertambangan terhadap masyarakat (Corporate Social responsibility) disekitar lingkungan tambang belum optimal. Di sisi lain, pelestarian plasma nutfah asli juga belum berjalan baik. Kerusakan ekosistem dan perburuan satwa dan tumbuhan yang dilindungi secara liar, yang dilatarbelakangi rendahnya kesadaran masyarakat, menjadi ancaman utama bagi keanekaragaman hayati dan tanaman obat-obatan. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) perlu diantisipasi ke depan, terutama yang berpotensi tetapi belum banyak dimanfaatkan seperti tanaman obat-obatan.
2.2.2.2. Sektor Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Perikanan Seberapa jauh peran sektor pertanian dalam pembangunan Kabupaten Tebo, dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tebo, sebagaimana tercermin pada Tabel 2.21. Terlihat bahwa dominasi kontribusi sektor pertanian sangat besar dalam mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Tebo selama kurun waktu 2005-2010. Pada tahun 2005 sektor pertanian menyumbang sebesar 54,8% dari total PDRB Kabupaten Tebo dan sampai pada tahun 2010 terlihat menurun menjadi 51,15%. (Tabel 2.21) Namun walaupun kontribusi sektor pertanian ini terus menurun namun secara riil PDRB nya terus meningkat dari Rp. 659.629,12 juta tahun 2005 menjadi Rp. 1.339.597,32 juta tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 15,22%. Secara riil terlihat bahwa sektor perkebunan berkontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB pertanian dimana tahun 2010 mencapai Rp. 908.361,22 Juta dan diikuti oleh sektor pertanian tanaman pangan yang mencapai Rp. 183.447,39 juta, kehutanan yang mencapai Rp. 114.908,66
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 23
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
juta dan peternakan Rp. 117.501,96 juta serta terendah perikanan Rp. 15.378,09. Kalau ditelusuri lebih lanjut dalam sektor pertanian sampai tahun 2010 ternyata sektor perkebunan memberikan kontribusi mencapai 34,68% dengan walaupun pertumbuhan rata-rata mengalami penurnan yakni 2.47% dari tahun 2005 sampai tahun 2010. Tabel 2.21. PDRB Kab. Tebo Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2010. LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
2010
GR (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
659.629,12
729.858,67
815.990,66
897.075,56
1.053.854,20
1.339.597,32
15,22
A. Tanaman Bahan Makanan
134.135,07
139.660,65
148.131,71
141.541,93
160.123,89
183.447,39
6,46
B. Tanaman Perkebunan
369.457,90
418.994,52
480.839,74
543.411,15
666.975,14
908.361,22
19,71
C. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya
65.152,89
70.509,57
79.031,48
93.433,27
102.965,87
117.501,96
12,52
D. Kehutanan
81.398,51
89.295,87
95.839,26
105.914,26
109.635,88
114.908,66
7,14
E. Perikanan
9.484,77
11.398,06
12.148,47
12.774,95
13.753,42
15.378,09
10,15
JUMLAH (RP.) 1. PERTANIAN
PERSENTASE KONTRIBUSI (%) 1. PERTANIAN
54,8
51,24
50,4
45,96
48,2
-1,23
A. Tanaman Bahan Makanan
11,14
9,8
9,15
7,25
7,33
-8,87
B. Tanaman Perkebunan
30,7
29,42
29,7
27,84
30,51
2,47
C. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya
5,41
4,95
4,88
4,79
4,71
-3,66
D. Kehutanan
6,76
6,27
5,92
5,43
5,02
-8,27
E. Perikanan
0,79
0,8
0,75
0,65
0,63
-5,67
Sumber: Tebo Dalam Angka, 2010.
Sedangkan pada subsektor tanaman pangan dan bahan makanan yang menunjukkan sumbangannya dalam menopang perekonomian yang terus menurun dari 11,14% sejak tahun 2005 menjadi 7.00% pada tahun 2010 atau rata-rata penurunan mencapai -8.87%. Penurunan ini kelihatannya perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah Kabupaten Tebo ke depan.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 24
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Sedangkan untuk sektor Kehutanan kontribusinya terlihat PDRB riil terlihat menurun dari 6,76% tahun 2005 menjadi 4,39% tahun 2010 atau turun sampai -8,27. Keadaan penurunan ini juga seiring dengan menurunnya kontribusi sektor kehutanan di Provinsi Jambi pada tahun 2009. Penurunan ini juga memberikan “early warning” (peringatan dini) bagi kita bahwa dimasa mendatang kita tidak bisa berharap banyak lagi dari sektor kehutanan ini dalam menopang perekonomian daerah. Hal ini disebabkan sangat menguatnya isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dewasa ini. Kondisi kritis kehutanan kita selama ini pada hakekatnya tidak terlepas dari sistim pengelolaan hutan yang hanya berorientasi pada Produksi tanpa memperhatikan rehabilitasi dan konservasi hutan sehingga mempengaruhi ‘water balance’ atau keseimbangan pasokan air. Konservasi dan rehabilitasi hutan merupakan pilihan prioritas program yang tidak dapat ditawarkan lagi pada sektor kehutanan ini. Kegiatan sub sektor peternakan dalam 5 tahun terakhir (2005-2010) terlihat perkembangannya secara riil PDRB nya terus meningkat dari Rp. 65.152,89 juta tahun tahun 2005 menjadi Rp. 117.501,96 juta tahun 2010 namun kontribusinya terhadap nilai tambah thd sektor pertanian cenderung menurun dalam kurun waktu 2005-2009 dari 5,41% menjadi 4,49% atau secara rata-rata terus menurun yakni mencapai -3,66 %. Penurunan kontribusi sektor peternakan ini disebabkan sangat pesatnya peningkatan kontribusi sektor–sektor lain terutama sektor perkebunan. Untuk sektor perikanan merupakan sektor yang memperlihatkan perkembangan yang terkecil di Kabupaten Tebo. Hal ini terlihat dengan meningkatnya pertumbuhan riil PDRB perikanan dari hanya Rp. 9.484,77 juta menjadi Rp. 15.378,09 juta tahun 2010 atau naik 10,15%. Namun kontribusi sektor ini terjadi penurunan dari 0,79% tahun 2005 menjadi 0,59 % tahun 2010 atau turun secara rata-rata -5,67%.
2.2.2.2.1.Tanaman Pangan. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dan ladang Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.22.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 25
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.22. Luas panen, Produksi dan Produkstivitas Padi Sawah dan Ladang Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. KETERANGAN
2006
2007
2008
2009
2010
GR (%)
1
2
3
4
5
6
7
JUMLAH PDDK TEBO
257.173
262.376
267.681
282.826
297735
3,73
LUAS PANEN SAWAH (HA)
4.185
4.387
4.467
4.519
4.189
0,02
LUAS PANEN LADANG (HA)
4.068
4.919
4.200
5.075
4.446
2,25
TOTAL LUAS PANEN
8.253
9.306
8.667
9.594
8.635
1,14
PRODUKSI PADI SAWAH (TON)
17.807
20.445
21.347
21.754
18.482
0,93
PRODUKSI PADI LADANG (TON)
9.342
10.415
10.591
11.458
9.615
0,72
TOTAL PRODUKSI PADI (TON) GKG
27.149
30.860
31.938
33.212
28.097
0,86
PRODUKTIVITAS (TON/HA) SAWAH
4,25
4,66
4,78
4,81
4,41
0,91
PRODUKTIVITAS (TON/HA) LADANG
2,30
2,12
2,52
2,26
2,16
-1,49
Sumber: Tebo dalam Angka 2006-2010.
Dari Tabel 2.22 diatas dapat terlihat bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Tebo dari 257.173 jiwa tahun 2006 menjadi 297.735 jiwa tahun 2010 dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,73% pertahun. Peningkatan jumlah penduduk ini terlihat seiring dengan meningkatnya kinerja hasil pertanian (padi, sawah dan ladang) sampai tahun 2010. Kenaikan ini tidak terlepas dari naiknya produktivitas padi sawah dan meningkatnya luas panen padi sawah dan ladang dari 8.253 Ha pada tahun 2006 menjadi 8.635 Ha tahun 2010 dengan laju kenaikan mencapai 1,14%. Kenaikan ini sangat berkontribusi terhadap total produksi padi yang naik dari 27.149 ton GKG pada tahun 2006 menjadi 28.097 ton tahun 2010 atau naik secara rata-rata 0,86%. Kenaikan ini sangat mendukung peningkatan produksi padi di Kab. Tebo. Untuk ke depan adanya perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi akan menimbulkan gejolak harga pangan dunia terutama beras sehingga peningkatan produksi padi daerah sendiri harus menjadi perhatian serius dimasa mendatang. a.
Ketersedian Beras di Konsumsi
Kalau ditelusuri lagi dalam hal penyedian beras yang tersedia dikonsumsi untuk masyarakat Kabupaten Tebo, terlihat bahwa sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 belum mencukupi kebutuhannya sendiri dimana di tahun 2006 terjadi kekurangan ketersediaan beras yang mencapai -37,61% tahun 2006 dan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yaitu minus 44,23% pada tahun 2010 sebagaimana terlihat pada Tabel 2.23.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 26
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Pada Tabel 2.23. terlihat bahwa sampai akhir tahun 2010 perbandingan antara beras kebutuhan 29.490 Ton tahun 2010 dengan tersedia dikonsumsi mencapai 17.443 ton tahun 2010 menjadikan Kabupaten Tebo mengalami minus sebanyak -13.834 ton beras untuk tahun 2010. Minus beras tersebut menjadikan Kabupaten Tebo masih daerah minus beras di Provinsi Jambi. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian khususnya padi sawah yang diperoleh selama periode tahun 2006 sampai 2010 sangat jauh dari kebutuhan konsumsi sehingga terjadi minus beras. Tabel 2.23. Ketersedian Beras Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
RERATA (%)
2
3
4
5
6
7
JUMLAH PDDK TEBO (PERTENGAHAN TAHUN)
257.173
262.376
267.681
282.826
297735
3,73
PRODUKSI PADI (GKG)
27.149
30.860
31.938
33.212
28.097
0,86
PRODUKSI BERAS (TON) 63,20% X GKG
17.158
19.504
20.185
20.990
17.757
0,86
TERSEDIA BERAS DIKONSUMSI DI RUMAH TANGGA (TON) = 98,23%XTON BERAS
16.854
19.158
19.828
20.618
17.443
0,86
KEBUTUHAN BERAS KONSUMSI (TON) PER TAHUN
27016
27563
28120
29711
31277
3,73
PLUS/MINUS (TON)
-10.162
-8.404
-8.292
-9.092
-13.834
8,02
PERSENTASE KEKURANGAN DARI KEBUTUHAN KONSUMSI (%)
-37,61
-30,49
-29,49
-30,60
-44,23
4,13
TERSEDIA BERAS DIKONSUMSI/ KAP/THN (KAP/THN/KG)
65,54
73,02
74,07
72,90
58,59
-2,76
KEBUTUHAN BERAS KONSUMSI DIKONSUMSI/KAP/THN (KG)
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
KEKURANGAN BERAS KONSUMSI KAP/TAHUN
-39,51
-32,03
-30,98
-32,15
-46,46
KETERANGAN 1
Sumber: Tebo dalam Angka 2006-2010.
Dari perspektif swasembada pangan (beras) kondisi tersebut perlu menjadi perhatian yang sangat serius, karena dalam terminologi swasembada pangan yang ideal adalah ketersediaan beras sampai tingkat rumah tangga paling tidak 90-95% harus dapat disediakan secara mandiri di Kabupaten Tebo. Dengan keadaan ini, untuk ke depan diperlukan strategi dan upaya untuk mencukupi kekurangan berasi dari sisi ketersediaan pangan khususnya beras di masa mendatang. Peluang yang dapat dilakukan ke depan adalah dengan perbaikan mutu bibit dan perbaikan irigasi tadah hujan yang mencapai 4.869 ha ( 46,14%) dan irigasi lainnya yang mecapai 3.954 ha (37,47 %).
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 27
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.24. Ketersedian Beras Kabupaten Tebo Tahun 2006–2016 Dengan Perkiraan Swasembada 75%. KETERANGAN
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
JUMLAH PDDK TEBO (PERTENGAHAN TAHUN)
257.173
262.376
267.681
282.826
297735
307.797
316.861
324.837
332.008
338.614
344.415
PRODUKSI PADI (GKG)
27.149
30.860
31.938
33.212
28.097
29.000
33.000
35.000
37.000
39.500
43.200
PRODUKSI BERAS (TON) 63,20%XGKG
17.158
19.504
20.185
20.990
17.757
18.328
20.856
22.120
23.384
24.964
27.302
TERSEDIA BERAS DIKONSUMSI DI RUMAH TANGGA (TON) =98,23%XTON BERAS
16.854
19.158
19.828
20.618
17.443
18.004
20.487
21.728
22.970
24.522
26.819
KEBUTUHAN BERAS KONSUMSI (TON) PER TAHUN
27016
27563
28120
29711
31277
32334
33286
34124
34877
35571
36181
PLUS/MINUS (TON)
-10.162
-8.404
-8.292
-9.092
-13.834
-14.330
-12.799
-12.396
-11.907
-11.049
-9.362
PERSENTASE KEKURANGAN DARI KEBUTUHAN KONSUMSI (%)
-37,61
-30,49
-29,49
-30,60
-44,23
-44,32
-38,45
-36,33
-34,14
-31,06
-25,87
TERSEDIA BERAS DIKONSUMSI/ KAP/THN (KAP/THN/KG)
65,54
73,02
74,07
72,90
58,59
58,49
64,66
66,89
69,19
72,42
76,61
KEBUTUHAN BERAS KONSUMSI DIKONSUMSI/ KAP/THN (KG)-
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
105,05
KEKURANGAN BERAS KONSUMSI /KAP/TAHUN
-39,51
-32,03
-30,98
-32,15
-46,46
-46,56
-40,39
-38,16
-35,86
-32,63
-28,44
Sumber: Tebo dalam Angka, 2010.
Berdasarkan Tabel 2.24 di atas untuk memenuhi swasembada pangan Kabupaten Tebo dengan tingkat swasembada lebih kurang 75% atau minus 25% dari kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Tebo di butuhkan produksi padi 43.200 ton GKG. Untuk mencapai tingkat produksi ini dibuthkan luas panen sekitar 8.500 ha luas panen padi sawah dengan produktivitas 5 ton GKG/ha. Untuk itu langkah yang sangat realistis adalah dengan melakukan dengan menaikkan indek tanam dengan mengkonversi lahan sawah tadah hujan dan lainnya yang luasnya mencapai 4.869 ha dan sawah lainnya mencapai 3.954 ha atau jumlahnya mencapai 8823 ha di Kabupaten Tebo.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 28
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.25. Luas Lahan Sawah Dirinci menurut Jenis Pengairan di Kabupaten Tebo (ha), 2010. JENIS PENGAIRAN (IRIGASI)
PASANG SURUT
LAINNYA
JUMLAH
LUAS PER KEC (%)
6
7
8
9
10
NO
KECAMATAN
TEKNIS
SETENGAH TEKNIS
SEDERHANA
TADAH HUJAN
1
2
3
4
5
1
TEBO ILIR
0
0
395
252
0
2.298
2.945
27,91
2
TEBO TENGAH
0
0
450
625
0
775
1.850
17,53
3
TEBO ILIR
0
0
0
390
0
216
606
5,74
4
SUMAY
0
0
0
907
0
83
990
9,38
5
RIMBO BUJANG
0
0
0
0
0
34
34
0,32
6
RIMBO ULU
0
0
0
0
0
0
0
0,00
7
RIMBO ILIR
0
0
0
0
0
0
0
0,00
8
TEBO ULU
400
0
0
523
0
333
1.256
11,90
9
VII KOTO
0
0
523
515
0
215
1.015
9,62
10
MUARA TABIR
0
0
0
1.020
0
0
1.020
9,67
11
SERAI SERUMPUN
0
0
0
637
0
0
637
6,04
12
VII KOTO
200
0
0
0
0
0
200
1,90
600
0
1.130
4.869
0
3.954
10.553
100,00
5,69
0,00
10,71
46,14
0,00
37,47
100,00
JUMLAH (%) PER JENIS IRIGASI
Sumber: Tebo dalam Angka 2006-2010.
Produksi padi di Kabupaten Tebo ditunjang oleh sawah beririgasi teknis seluas 600 ha (5.69%), Irigasi Sederhana 1.130 ha (10,71%). Sedangkan sawah yang berupa tadah hujan masih mencapai 4.869 ha (46,14%) dan lainnya seluas 3.954 ha (37.47%). Angka ini dapat dimaknai bahwa untuk memacu produksi dan prodiktivitas padi ke depan peningkatan peningkatan luas irigasi teknis merupakan pilihan yang tidak dapat dihindarkan ke depan. Hal ini dikarena sebagian besar masih berupa tadah hujan 4.860 ha (46,14%) dan irigasi lainnya 3.954 ha (37,47%) yang hanya sangat tergantung pada kemurahan alam. Berdasarkan Tabel 2.26 terlihat daerah yang sangat potensial untuk menghasilkan proudksi padi (beras) secara berturut turut adalah Kecamatan Tebo Ilir, Tebo ulu, Tengah Ilir, Sumay sedang kan kecamatan yang tidak penghasil padi adalah Rimbo Bujang Rimbo Ulu.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 29
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.26. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten Tebo, 2010.
NO
LUAS PANEN
PRODUKSI (TON)
RATA RATA PRODUKSI
(HA)
GKG
TON/HA
KECAMATAN
SAWAH
LADANG
SAWAH
LADANG
SAWAH+ LADANG
SAWAH
LADANG
3
4
5
6
7
8
9
1.347
384
5.885
814
6.699
4.37
2.12
300
285
1.337
616
1.953
4.46
2.16
1
2
1
TEBO ILIR
2
TEBO TENGAH
3
TENGAH ILIR
94
2.032
407
4.447
4.854
4.43
2.19
4
SUMAY
521
372
2.308
805
3.113
0
2.16
5
RIMBO BUJANG
0
0
0
0
0
0
0.00
6
RIMBO ULU
0
0
0
0
0
0
0.00
7
RIMBO ILIR
0
4
0
8
8
0
2.00
8
TEBO ULU
1.116
358
5.069
756
5.825
4.54
2.11
9
VII KOTO
127
510
549
1.107
1.656
4.32
2.17
10
MUARA TABIR
261
116
1.104
248
1.352
4.23
2.14
11
SERAI SERUMPUN
324
75
1.373
157
1.530
4.24
2.09
12
VII KOTO ILIR
99
310
450
657
1.107
4.55
2.12
4.189
4.446
18.482
9.615
28.097
4.41
2.16
JUMLAH
Sumber: Tebo Dalam Angka 2006-2010.
Dalam rangka swasembada pangan terutama beras di Kabupaten Tebo, ke depan diperlukan upaya intensifikasi padi disamping usaha ekstensifikasi yang sangat keras untuk mencukupi kebutuhannya secara mandiri. Salah satunya bisa saja dengan perbaikan sawah tadah hujan menjadi irigasi teknis untuk meningkatkan produksi padi sawah terutama di kecamatan potensial penghasil padi di Kabupaten Tebo. b.
Luas Panen, Produksi dan Produkstivitas Palawija
Untuk luas panen dan produksi palawija dapat dilihat pada Tabel 2.27. Kalau diperhatikan kecenderungan perkembangan luas panen palawija di Kabupaten Tebo, secara umum dapat dikatakan terjadi kenaikan dari beberapa komoditi seperti kedele dan ubi jalar dan sayuran. Kenaikan luas panen ini berdampak terjadinya kenaikan produksi palawija kedele dan ubi jalar. Namun untuk komoditi jagung dan ubi kayu terjadi penurunan luas panen sehingga juga berdampak pada produksinya.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 30
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.27. Luas Panen Palawija di Kabupaten Tebo, 2006-2010. PRODUKSI 2006
2007
2008
2009
2010
RERATA PERT. (%)
2
3
4
5
6
7
A. JAGUNG
484
392
290
327
229
-17,06
B. KEDELAI
328
998
1.306
1567
847
26,77
C. UBI KAYU
176
147
189
176
155
-3,13
URAIAN 1 LUAS PANEN (HA)
D. UBI JALAR
27
25
24
36
33
5,14
610
619
616
605
630
0,81
A. JAGUNG
1271
1835
1404
1240
870
-9,04
B. KEDELAI
492
1505
2.055
2.295
1.242
26,05
C. UBI KAYU
1.795
2.094
2.668
1.989
1.752
-0,60
D. UBI JALAR
186
226
196
276
239
6,47
E. SAYUR-SAYURAN
1847
2625,5
2.381
2.780
2.747
10,43
2,63
4,68
4,84
3,79
3,80
9,67
E. SAYUR-SAYURAN PRODUKSI (TON)
PRODUKTIVITAS (TON/HA) A. JAGUNG B. KEDELAI
1,50
1,51
1,57
1,46
1,47
-0,57
C. UBI KAYU
10,20
14,24
14,12
11,30
11,30
2,60
D. UBI JALAR(TON/HA)
6,89
9,04
8,17
7,67
7,24
1,26
E. SAYUR-SAYURAN (TON/HA)
3,03
4,24
3,87
4,60
4,36
9,55
Sumber: Tebo dalam angka 2006-2010
Berdasarkan Tabel 2.28. terlihat bahwa untuk penanaman jagung cukup tersebar dan terbanyak ditanam di Kecamatan VII Koto dan diikuti oleh Tengah Ilir dan Tungkal Ulu. Sedangkan untuk komoditi kedele terbesar terdapat di Kecamatan Tengah Ilir dan Tebo Ilir . Untuk komoditi Ketela Pohon di kecamatan Tebo Tangah dan Rimbo Ilir sedang ketela rambat di Tebo Tengah dan Rimbo Bujang. Untuk kacang Tanah di Rimbo Ilir dan Rimbo Bujang sedngkan kacang hijau di VII koto. Untuk ke depan dalam rangka meningkatan ketahanan pangan (swasembada) dapat dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas palawija di daerah potensial penghasil palawija melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 31
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.28. Luas Panen Palawija Menurut Kecamatan di Kabupaten Tebo, 2010. LUAS PANEN (HA) NO
KECAMATAN
1
2
JAGUNG
KACANG KEDELAI
KETELA POHON
KETELA RAMBAT
KACANG TANAH
KACANG HIJAU
3
4
5
6
7
8
1
TEBO ILIR
2
293
5
0
0
0
2
TEBO TENGAH
34
16
32
6
4
1
3
TENGAH ILIR
16
384
5
0
9
13
4
SUMAY
6
17
7
0
1
0
5
RIMBO BUJANG
17
4
17
6
11
3
6
RIMBO ULU
18
0
18
4
16
3
7
RIMBO ILIR
9
3
25
0
8
0
8
TEBO ULU
6
0
12
1
0
0
9
VII KOTO
100
104
10
4
10
6
10
MUARA TABIR
4
25
11
0
8
0
11
SERAI SERUMPUN
10
1
4
5
6
6
12
VII KOTO ILIR
7
0
9
7
3
4
229
847
155
33
76
36
JUMLAH
Sumber: Tebo dalam angka 2007.
2.2.2.2.2. Tanaman Perkebunan Untuk melihat perkembangan luas tanaman perkebunan di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.29. di bawah ini. Secara umum dapat dinyatakan bahwa telah terjadi penurunan luas lahan beberapa komoditi perkebunan di kabupaten Tebo seperti kopi dan coklat. Komoditi yang menunjukkan indikasi positif dalam perkembangan luas lahannya adalah kelapa dalam, kelapa sawit, Karet, Pinang. Untuk karet terlihat terjadi peningkatan luas lahan karet dari 108.440 Ha tahun 2006 menjadi 112.403 ha tahun 2010 atau naik secara rata –rata 0,90%. Sedangkan untuk kelapa sawit juga terjadi hal yang sama dimana terjadi kenaikan dari 30.917 ha tahun 2005 menjadi 48.662 ha tahun 2010 atau terjadi kenaikan sebesar 12,01%. Untuk kelapa dalam juga terjadi sedikit kenaikan dari 1.007 ha menjadi 1.020 ha tahun 2010 atau naik secara rata rata sebesar 0,32%. Sedangkan untuk Pinang juga terjadi kenaikan dari 183 ha tahun 2006 menjadi 187 ha tahun 2007 atau naik rata rata 0,54%. Sedangkan untuk kopi terjadi penurnan luas tanam dari 967 ha tahun 2006 menjadi 955 ha tahun 2010 atau turun 0,31%. Hal yang sama juga terjadi pada coklat yg turun dari 162 ha menjadi 38 ha tahun 2010 atau turun secara rata rata -30,41%.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 32
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.29. Jumlah Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. TAHUN
JENIS TANAMAN PERKEBUNAN
2006
2007
2008
2009
2010
PERT. RERATA (%)
1
2
3
4
5
6
7
KARET
108.440
110.485
110.880
111.950
112.403
0,90
KELAPA SAWIT
30.917
47.524
40.349
40.514
48.662
12,01
KELAPA DALAM
1.007
1.007
1.024
1.020
1.020
0,32
KOPI
967
967
969
955
955
-0,31
COKLAT
162
182
204
38
38
-30,41
PINANG
183
183
187
187
187
0,54
LUAS TANAM (HA)
PRODUKSI (TON) KARET
45.173
46.791
48.779
48.915
48.815
1,96
KELAPA SAWIT
365.693
366.662
0
243.080
256.324
-8,50
KELAPA DALAM
150
146
593
552
552
38,50
KOPI
191
193
311
287
287
10,72
COKLAT
21
21
31
21
21
0,00
PINANG
52
37
77
77
77
10,31
Sumber: Tebo Dalam Angka 2006-2010
Seiring dengan peningkatan luas lahan ini juga terjadi peningkatan produksi hampir semua komoditi perkebunan di Kabupaten Tebo. Hal terlihat dengan meningkatnya produksi karet dari 45.173 ton tahun 2006 menjadi 48.815 ton ton tahun 2010 dengan laju pertumbuhan 1.96% per tahun. Sedang untuk kelapa sawit terjadi penurunan dari 365.693 ton ton tahun 2006 menjadi 256.324 ton tahun 2010 atau turun secara rata-rata -8,50 %. Hal yang sama juga terjadi pada produksi pinang yang meningkat dari 52 ton tahun 2006 menjadi 77 ton ton tahun 2010 atau naik secara rata-rata 10,31%. Namun untuk coklat produksinya terlihat stagnasi dan tidak terjadi perkembangan dalam produksinya.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 33
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.30. Luas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Tebo, 2010.
NO
JENIS TANAMAN
1
2
1.
CASIAVERA
2.
KOPI
3.
CENGKEH
4.
KARET
5.
LUAS TANAM (HA)
KOMPOSISI TANAMAN
TT
TBM
TM
3
4
5
TT / R 6
-
-
-
955
22
742
191
-
-
-
-
112,002
30,922
60,198
21,283
KELAPA DALAM
1,017
113
846
6.
KELAPA SAWIT
8,983
4,431
4,541
7.
KELAPA HIBRIDA
-
-
-
-
8.
JAHE
-
-
-
-
-
9.
KEMIRI
10.
LADA
11.
PINANG
12.
TEBU
13. 14.
-
-
58 11
-
-
-
-
187
38
-
-
-
COKLAT
38
-
38
AREN
-
-
-
149
Sumber: Tebo Dalam Angka 2006-2010.
Untuk tanaman perkebunan tanaman dengan luas tanam tertinggi pada tanaman karet 112.002 ha, dengan luas tanaman baru menghasilkan 30.922 ha dan luas tanaman menghasilkan 60.198 ha sedangkan luas tanaman yang rusak mencapai 21.283 ha. Untuk kedepan peningkatan produktivitas karet yang ke depan sangat mendesak diperlukan replanting karet untuk lima mendatang.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 34
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.2.2.2.3. Peternakan Tabel 2.31. Jumlah Populasi Ternak dan Produksi di Kabupaten Tebo, 2006 - 2010 (Ekor) TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
PERT. RERATA (%)
2
3
4
5
6
7
SAPI
21.767
21.647
22.548
23.742
24.190
2,67
KERBAU
14.147
13121
13722
14176
14.371
0,39
KAMBING
17.394
23.707
29.116
34.441
38.968
22,34
6369
8015
8247
8457
8.589
7,76
SAPI
457.290
458.413
571.649
586.928
883.057
17,88
KERBAU
244.433
231214
267558
295669
333.803
8,10
KAMBING
14.035
42.278
90.569
91.482
87.872
58,18
6275
11515
21923
23528
26.916
43,91
JENIS 1 TERNAK (EKOR)
DOMBA PRODUKSI (KG)
DOMBA
Sumber: Tebo Dalam Angka 2006-2010.
Tabel 2.32. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak dan Kecamatan di Kabupaten Tebo, 2010 (Ekor) NO
KECAMATAN
SAPI POTONG
KERBAU
KAMBING
DOMBA
1
2
3
4
5
6
1,721
3,616
3.540
3.111
1.
TEBO ILIR
2.
TEBO TENGAH
717
1,564
1.260
572
3.
TENGAH ILIR
973
1,074
540
722
4.
SUMAY
835
1,104
820
808
5.
RIMBO BUJANG
6,626
818
2.310
52
6.
RIMBO ULU
5,208
864
3.236
21
7.
RIMBO ILIR
4,592
275
8.849
26
8.
TEBO ULU
652
1,204
8.505
696
9.
VII KOTO
973
1,964
6.857
568
1,051
63
328
608
SERAI SERUMPUN
136
350
2.132
672
VII KOTO ILIR
706
1,475
591
733
24,190
14371
38.968
8.589
10.
MUARA TABIR
11. 12.
KABUPATEN TEBO
Sumber: Tebo Dalam Angka 2010.
Berdasarkan Tabel 2.31. terlihat bahwa terjadi kenaikan populasi sapi dari 21.767 ekor tahun 2006 menjadi 24.190 ekor tahun 2010 dengan laju kenaikan 2,67% per tahun. Sedangkan untuk ternak kerbau juga terjadi
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 35
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
hal yang sama dimana terjadi kenaikan dari 14.147ekor tahun 2006 menjadi 14.176 ekor tahun 2010 dengan laju kenaikan 0,39% per tahun. Kenaikan populasi ternak juga terjadi pada kambing bahkan tertinggi dari 17.394 ekor tahun 2007 menjadi 38.968 ekor tahun 2010 dengan laju kenaikan 22,34% per tahun. Hal yang sama juga terjadi pada Domba dimana terjadi kenaikan populasi dari 6.369 ekor tahun 2006 menjadi 8.589 ekor tahun 2010 dengan laju kenaikan 7,76% per tahun Terjadinya peningkatan populasi ini perlu dipertahankan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani di Kabupaten Tebo. Kalau ditelusuri lebih lannjut populasi ternak tertinggi secara berturut turut terdapat di kecamatan rimbo Bujang, Rimbo Ulu dan Rimbo Ilir, Sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Serai Serumpun dan VII Koto Ilir. Untuk Populasi Kerbau popilasi tertinggi terdapat di Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah dan VII Koto sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Muara Tabir. Untuk Populasi Kambing tertinggi terdapat di kecamatan Rimbo Ilir, Tebo Ulu dan VII Koto sedangkan Populasi Terendah terdapat di Kecamatan Muara Tabir. Untuk Populasi Domba yang tertinggi terdapat di Tebo Ilir, Sumay dan VII Koto Ilir, sedangkan populasi terendah terdapat di Kecamatan Rimbo Ulu dan Rimbo Ilir. Sedangkan untuk populasi Unggas secara umum terlihat terjadi kenaikan populasi ternak itik dari 14.113 ekor tahun 2006 menjadi 32.060 ekor tahun 2010 atau terjadi kanaikan rata-rata 22,77%. Kenaikan ini seiring dengan kenaikan produksi telur dari 60.940 butir tahun 2006 menjadi 118,353 butir tahun 2010 atau terjadi kenaikan 18,05%. Namun untuk produksi daging itik terjadi penurunan dari 11.086 kg tahun 2006 menjadi 4.942 tahun 2010 atau turun -18,29%. Untuk ternak ayam broiler terjadi kenaikan yang signifikan dari 172.010 ekor tahun 2006 menjadi 306.187 ekor tahun 2010 atau rata rata naik sebesar 15,51%. Kenaikan ini seiring dengan produksi daging dari 248.788 kg tahun 2006 menjadi 1.311.863 kg tahun 2010 atau naik 51,54% per tahun. Untuk populasi ayam buras dimana terjadi penurunan dari 426.518 pada tahun 2006 menjadi 275.084 pada tahun 2010 atau turun sebesar 10.39%. Terjadinya penurunan ini seiring dengan penurunan produksi telur dari 161993 tahun 2006 menjadi 110.7771 tahun 2010 atau turun -9.06%. Namun untuk produksi daging ayam buras terjadi kenaikan yang sangat signifikan dari 32.103 kg tahun 2006 menjadi 192.525 kg tahun 2010 atau naik rata rata sebesar 56,49%.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 36
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.33. Jumlah Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Tebo, 2007- 2010 (Ekor). TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
PERT. RERATA(%)
2
3
4
5
6
7
POPULASI TERNAK ITIK
14.113
17.770
21.203
25.289
32.060
22,77
DAGING ITIK
11.086
4.474
4.641
4.641
4.942
-18,29
TELUR ITIK
60.940
80234
83626
99230
118.353
18,05
AYAM BROILER
172.010
245.843
245.843
274.361
306.187
15,51
DAGING BROILER
248.788
419833
672694
960106
1.311.863
51,54
426.518
464969
342082
263736
275023
-10,39
DAGING AYAM BURAS
32.103
585.199
469.968
349.608
192.525
56,49
TELUR BURAS (BTR)
161993
245689
195285
143674
110.771
-9,06
JENIS 1 TERNAK (EKOR)
TERNAK AYAM
PRODUKSI (KG) AYAM BURAS POPULASI AYAM BURAS
Sumber: Tebo dalam angka 2010.
Tabel 2.34. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak dan Kecamatan di Kabupaten Tebo, 2010 (Ekor). NO
KECAMATAN
PEDAGING
ITIK
1
2
3
4
5
1.
TEBO ILIR
33,671
49,193
2,01
2.
TEBO TENGAH
12,279
6,623
3,463
3.
TENGAH ILIR
11,005
11,363
2,285
4.
SUMAY
9,072
45,534
1,265
5.
RIMBO BUJANG
65,861
60,534
4,201
6.
RIMBO ULU
48,33
73,552
3,821
7.
RIMBO ILIR
40,366
21,609
6,222
8.
TEBO ULU
31,128
6,89
1,988
9.
VII KOTO
13,562
6,517
2,584
1,954
7,891
670
-
2,292
16,481
1,259
306,187
32,060
10.
MUARA TABIR
11.
SERAI SERUMPUN
12.
VII KOTO ILIR KABUPATEN TEBO
AYAM BURAS
177 7,618 275,023
Sumber: Tebo dalam angka 2010
Berdasarkan Tabel 2.34. di atas untuk ayam Buras tertinggi terdapat di Rimbo Bujang dengan populasi 65.861 ekor, diikuti oleh kecamatan Rimbo
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 37
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Ulu dan Rimbo Ilir. Sedangkan populasi terkecil terdapat di Kecamatan Serai Serumpun. Sedangkan untuk ayam pedaging populasi tertinggi terdapat di kecamatan Rimbo Ulu dengan populasi 73.522 ekor di ikuti kecamatan oleh Rimbo Bujang. Sedang untuk populasi ternak Itik yang tertinggi terdapat kecamtan Rimbo Ilir dengan populasi 6.222 ekor dan diikuti oleh kecamatan 4.201 ekor. Tabel 2.35. Kapasitas Tampung Ternak Di Kabupaten Tebo.
JENIS TANAMAN
LUAS PANEN 2010
JENIS LIMBAH/MAKANAN
DAYA DUKUNG LIMBAH (ST/HA)
JUMLAH DAYA DUKUNG LIMBAH (SATUAN TERNAK)
1
2
3
4
5
(SAWAH+LADANG)
8.635
JERAMI
1,136
9.809,36
JAGUNG
229
JERAMI
4,986
1.141,79
UBI KAYU
176
DAUN
0,767
134,99
UBI JALAR
27
DAUN
1,874
50,60
KACANG TANAH
76
JERAMI
1,74
132,24
KACANG KEDELE
847
JERAMI
1,269
1.074,84
TOTAL
12.343,83 ST
48.662
DAUN,SERAT, BKL, PELEPAH DAN LUMPUR SAWIT
1 HA = 2 EKOR
97.324 ST
GRAND TOTAL
109.667,83 ST
SAWIT
TEKNOLOGI
PELUANG PUPUK DIHASILKAN
FERMENTASI (PROBIOTIK) 1 EKOR SAPI = 10 KG PUPUK X 109.667,83 ST/SEHARI ATAU 1.096,68 TON PER HARI 1 TAHUN = 1096,68 TON X 365= 400.324,7 TON/TAHUN (YANG BISA DIKEMBALIKAN DALAM BENTUK PUPUK KE TANAMAN YANG MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN)
Sumber: Hasil Perhitungan 2010.
Berdasarkan jumlah limbah pertanian dan limbah sawit yang terdapat di Kabupaten Tebo dapat di hitung jumlah kapasitas tampung ternak besar. Hasil perhtungan diperoleh jumlah kapasitas tampung mencapai 109.667,83 ST. Hal ini mengindikasikan dari jumlah ternak besar (sapi) dan Ternak Ruminasia kecil (kambing dan Domba) yang ada masih sangat menungkinkan dilakukan pengembangan ternak kabupaten Tebo. Dengan memberikan bantuan paket lengkap peternakan yang dikaitkan dengan penurunan kemiskinan di Kabupaten Lengkap sangat memungkinkan direalisasikan di Kabupaten Tebo. Rumah Tangga miskin akan diberikan bantuan berupa 3 ekor ternak sapi, diberi bantuan satu unit biogas dan bantuan perbaikan kandang. Bantuan ini dikelola dalam bentuk kelompok tani dan satu kelompok disediakan alat bantu pembuatan kompos dan rumah kompos. Hasil kompos bisa di beli lagi oleh pemerintah melalui SKPD yang relevan seperti
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 38
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Perkebunan dan Prusahaan perusahaan dengan memanfaatkan dana CSR untuk pupuk perkebunannya. 2.2.2.2.4. Perikanan Produksi ikan di Kabupaten Tebo terlihat pada Tabel 2.49 bahwa secara umum terjadi peningkatan produksi dari 438,35 ton tahun 2006 menjadi 1.051,77 ton tahun 2010. Tabel 2.36. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Produksi Dan Nilai Produksi Perikanan Di Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. NO
URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
PERTUMB (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
613
635
635
0,89
PRODUKSI (TON) 1
RTP PENANGKAPAN
613
0
2
RTP BUDIDAYA
346
0
489
688
530
11,25
959
0
1.102,00
1.323,00
1.165
12,14
JUMLAH 1
PERAHU
556
0
566
571
571
0,67
2
MOTOR
6
0
6
17
17
29,74
562
0
572
588
588
30,41
95,64
0
131,51
518,61
755,11
67,63
1.177.518
0
2.005.231
7.485.201
12.082.080
-68,17
375,57
0
361,35
388,29
296,66
-5,73
4.028.835
0
4.175,03
9.960.566
5.933.242
10,16
471,21
0
492,86
906,9
1051,77
24,46
5.206.353
0
6.180.234
17.445.767
18.015.322
38,09
72,35
0
66,2
340,79
608,67
70,31
889.379
0
1.037.288
4.846.201
9.738.845
81,91
KERAMBA (UNIT)
196
0
170
360
239
5,08
PRODUKSI KERAMBA (TON)
23,3
0
65,3
175
146,45
58,34
288.139
0
967.650
2.639.001
2.489.650
71,45
JUMLAH PRODUKSI (TON) BUDIDAYA NILAI PERAIRAN UMUM NILAI JUMLAH PRODUKSI JUMLAH NILAI PROD.IKAN KOLAM (TON) NILAI
NILAI
Sumber: Tebo Dalam Angka; 2006-2010
Dari Tabel di atas terlihat jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) untuk budidaya terlihat bertambah dari 613 buah tahun 2006 menjadi 635 tahun 2010 atau naik 0,80%. Sedangkan RTP penangkapan meningkat secara drastic dari 346 tahun 2006 menjadi 530 RTP tahun 2010 atau rata rata pertahun sebanyak 11,25%. Peningkatan RTP ini juga seiring dengan peningkatan produksi ikan budidaya dari 95 ton menjadi 755,11 ton tahun 2010 atau naik secara rata rata per tahun sampai 67%. Keadaan ini juga
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 39
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
seiring dengan peningkatan produksi ikan kolam dari 72,35 ton tahun 2006 menjadi 608,67 ton tahun 2010 atau naik rata rata pertahun 70,31%. Hal yang sama juga terjadi pada ikan keramba yang produksi naik dari 23,3 ton tahun 2005 menjadi 146,45 ton tahun 2010 atau naik rata rata pertahun 58,34%. Tabel 2.37. Jumlah Rumahtangga Perikanan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Tebo, 2010. NO
KECAMATAN
PENANGKAPAN
BUDIDAYA
JUMLAH
1
2
3
4
5
1.
TEBO ILIR
152
5
157
2.
TEBO TENGAH
211
85
296
3.
TENGAH ILIR
41
30
71
4.
SUMAY
9
15
24
5.
RIMBO BUJANG
0
135
135
6.
RIMBO ULU
0
165
165
7.
RIMBO ILIR
0
31
31
8.
TEBO ULU
106
22
128
9.
VII KOTO
81
5
86
10.
MUARA TABIR
12
15
27
11.
SERAI SERUMPUN
0
15
15
12.
VII KOTO ILIR
23
7
30
635
530
1,165
JUMLAH
Sumber: Tebo Dalam Angka; 2010.
Untuk kabupaten Tebo, jumlah rumah tangga perikanan budidaya mencapai 635 RTP dan sedangkan untuk rumah tangga perikanan budidaya 530 RTP. pada ikan penangkapan terdapat 211 RTP terdapat dikecamatan Tebo Tengah diikuti kecamatan Tebo Ilir. Sedang Rumah tangga Perikanan Budidaya tertinggi terdapat di Kecamatan Rimbo Ulu mencapai 165 RTP dan diikuti oleh kecamatan Rimbo Bujang yaitu mencapai 135 RTP.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 40
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.38. Produksi dan Nilai Jual Ikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Tebo, 2010. KECAMATAN
BUDIDAYA
NILAI RP. (000)
PERAIRAN UMUM
NILAI RP (000)
JUMLAH
NILAI RP. (000)
1
2
3
4
5
6
7
1.
TEBO ILIR
10.98
175,715
59.33
1,186,640
70.31
1,362,355
2.
TEBO TENGAH
44.26
708,199
89.00
1,779,960
133.26
2,488,159
3.
TENGAH ILIR
3.58
57,353
17.80
355,992
21.38
413,345
4.
SUMAY
22.86
365,767
4.45
88,998
27.31
454,765
5.
RIMBO BUJANG
210.86
3,373,777
0.00
0
210.86
3,373,777
6.
RIMBO ULU
314.10
5,025,537
0.00
0
314.10
5,025,537
7.
RIMBO ILIR
103.51
1,656,205
0.00
0
103.51
1,656,205
8.
TEBO ULU
32.33
517,358
59.09
1,181,800
91.42
1,699,158
9.
VII KOTO
5.82
93,198
34.36
687,2
40.18
780,398
10. MUARA TABIR
0.09
1,434
23.73
474,656
23.82
476,09
11. SERAI SERUMPUN
2.24
35,845
0.00
0
2.24
35,845
12. VII KOTO ILIR
4.48
71,691
8.90
177,996
13.38
249,687
755.11
12,082,079
296.66
5,933,242
1,051.77
18,015,321
JUMLAH
Sumber : Tebo Dalam Angka; 2010
2.2.2.2.6. Kehutanan. Hasil pemetaan kawasan hutan Kabupaten Tebo memiliki kawasan hutan seluas 286.784,30 Ha terdiri dari TNBT 20.902 Ha, kawasan TNB Duabelas 12.390 Ha,Hutan Lindung Bukit Limau 6.657 Ha, Kebun Raya Bukit Sari 110,50 Ha, kawasan hutan produksi terbatas hulu sekalo 7.470 Ha, kawasan hutan produksi terbatas Sungai Sirih-sirih 3.535 Ha, kawasan hutan produksi tetap Pasir Mayang 194.241 Ha, kawasan hutan produksi tetap Tabir Kejasung 19.800 Ha, kawasan hutan produksi tetap Batang Tabir 15.766 Ha dan hutan produksi terbatas Hulu Sumay. Kondisi sumber daya hutan tersebut secara umum masih mengalami proses degredasi fungsi yang disebabkan oleh illegal logging dan illegal penggunaan kawasan hutan beberapa tahun yang lalu, namun saat ini sudah tidak ada lagi ilegal logging sehingga diharapkan fungsi hutan alam akan kembali normal, namun ancaman lain tetap saja ada, Tahun 2011 terjadi masalah besar untuk Hutan Raya Bukit Sari, karena terjadi kebakaran besar yang mengakibatkan terjadi pengurangan terhadap kondisi hutan alam di Hutan Raya tersebut. Guna untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai ekosistem kehidupan maka seluruh jajaran pemerintah telah diupayakan untuk melaksanakan pengawasan dan penanganan hutan secara terpadu. Dalam Pelestarian hutan di Kabupaten Tebo mendapat apresiasi dari pemerintah Provinsi Jambi dengan mendapat piagam penghargaan terbaik I dalam Kategori Kabupaten Peduli Kehutanan Tahun 2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 41
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Pemerintah Kabupaten Tebo pada Tanggal 29 Juli 2008 telah mengusulkan kepada Menteri Kehutanan Republik Indonesia untuk mencadangkan lokasi hutan tanaman rakyar (HTR) kurang lebih 14.000 Ha dan telahdisetujui oleh menteri Kehutanan melalui surat Nomor. 438/MenHutII/2008 Tanggal 26 November 2008 tentang pencadangan areal untuk pembangunan hutan tanaman rakyat (HTR) di Kabupaten Tebo Seluas kurang lebih 11.050 Ha yang terdapat di kecamatan VII Koto seluas 468,95 Ha, Kecamatan VII Koto Ilir seluas 3.148,64 Ha, Kecamatan Serai Serumpun 5.173,75 Ha dan Kecamatan Sumay seluas 2.258,66 Ha. Sebagaimana diketahui sejak diterapkannya otonomi daerah, Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan dieksploitasi sedemikian rupa untuk mengejar pendapatan asli daerah (PAD). Kecenderungan ini menjadikan hasil pengelolaan SDA menjadikan lingkungan semakin rusak, terutama untuk kawasan hutan. Untuk Kabupaten Tebo terlihat bahwa pada Tahun 2004 retribusi izin pemungutan hasil hutan (IPHH) masih merupakan andalan dalam Pendapatan Asli Daerah yaitu mencapai Rp 5.367.480.894,- pada Tahun 2004 atau berkontribusi 78,71% terhadap penerimaan retribusi daerah Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk Tahun 2009, terjadi penurunan yang sangat nyata dimana porovisi sumberdaya hutan hanya menyumbang sebesar Rp. 507.173.782. Lebih lanjut pengelolaan sumberdaya alam terutama hutan akan berkontribusi dan terjadinya pembentukan lahan kritis dimana untuk lahan kritis di dalam kawasan hutan telah mencapai 16.544,65 Ha dan di luar kawasan hutan mencapai 39.819,20 Ha untuk tahun 2004. Selanjutnya pada Tahun 2005 jumlah lahan kritis masih mencapai 5.189 Ha di dalam kawasan hutan sedang di luar kawasan hutan mencapai 24.887 Ha. Berdasarkan data di atas dapat dikatakan untuk Kabupaten Tebo, secara umum pengelolaan SDA masih belum berkelanjutan dan masih mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga daya dukung lingkungan menurun, ketersediaan SDA menipis. Hal ini sangat terlihat sampai saat ini masih sangat maraknya kejadian pembalakan liar (illegal logging), tebang berlebih (over cutting), pengkonversian hutan menjadi lahan perkebunan dan pemukiman, terjadinya kebakaran hutan yang telah mempercepat pengurangan sebagian besar hutan. Kondisi ini juga berimplikasi pada degradasi daya dukung daerah aliran sungai (DAS) yang diakibatkan kerusakan hutan dan sedimentasi yang tinggi menyebabkan kapasitas daya tampung sungai menurun. Kejadian ini menyebabkan meningkatnya debit air sungai secara tidak terkendali di musim hujan dan meningkatnya frekwensi banjir yang dapat menghancurkan sumber kehidupan (pertanian). Namun sebaliknya pada kondisi musim kemarau, hutan yang biasanya berperan menjaga water balance (keseimbangan air) tidak dapat berfungsi sehingga mempengaruhi cadangan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 42
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
dan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk irigasi (pertanian), industri, dan konsumsi rumah tangga. Dengan kata lain terjadi penurunan ketahanan air di Kabupaten Tebo. Khusus bagi dunia pertanian hal ini merupakan bencana besar, dimana sektor pertanian merupakan sumber ekonomi dan mata pencarian sebagian besar masyarakat di Kabupaten Tebo.
Kemudian yang perlu diantisipasi dalam pengelolaan kehutanan ini adalah lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal logging), perambahan dan okupasi kawasan hutan, perburuan satwa dan tumbuhan liar yang dilindungi, pembakaran hutan, peredaran hasil hutan illegal, tebang berlebih (over cutting). Selain penegakan hukum yang lemah, juga disebabkan oleh aspek penguasaan lahan yang sarat masalah, praktik pengelolaan hutan yang tidak lestari, dan terhambatnya akses masyarakat terhadap sumber daya hutan.
2.2.3. Kepemudaan dan Budaya Pemuda merupakan aset pembangunan yang sangat berharga jika potensi pemuda tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, tetapi jika tidak dikelola dengan baik maka potensi pemuda ini dapat menjadi permasalahan dalam proses pembangunan maupun di dalam kehidupan masyarakat. Permasalahan yang dapat timbul yang berkaitan dengan kepemudaan adalah seperti pengangguran, penyalahgunan narkoba, kriminalitas, dan lain-lain. Untuk dapat mengelola potensi ini dengan baik sekaligus meminimalisir kemungkinan timbulnya permasalahan kepemudaan.
2.2.4. Agama Masyarakat Kabupaten Tebo merupakan masyarakat religius yang masih memegang teguh nilai-nilai agama. Pada tahun 2010 pemeluk agama di Kabupaten Tebo yakni Islam 304.835, Protestan 2.426 orang, Katolik 4.029 orang, Hindu 74 orang dan Budha 70 orang. Berikut sebaran pemeluk agama di Kabupaten Tebo:
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 43
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.39. Pemeluk Agama di Kabupaten Tebo. KECAMATAN
ISLAM
PROTESTAN
KATOLIK
HINDU
BUDHA
1
2
3
4
5
6
TEBO ILIR
25.543
43
-
-
-
TEBO TENGAH
25.899
230
125
17
15
TENGAH ILIR
13.935
139
92
28
30
SUMAY
16.000
31
-
-
-
RIMBO BUJANG
72.400
1.256
2.949
22
20
RIMBO ULU
34.146
59
325
-
-
RIMBO ILIR
20.351
370
70
-
-
TEBO ULU
44.264
32
18
-
-
VII KOTO
20.315
47
15
7
5
MUARA TABIR
13.700
164
435
-
-
SERAI SERUMPUN
7.941
27
-
-
-
VII KOTO ILIR
10.341
28
-
-
-
JUMLAH
304.835
2.426
4.029
74
70
Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tebo 2010
Berdasarkan Tabel di atas, jumlah pemeluk agama terbesar ada di Kecamatan Rimbo Bujang, Tebo Ulu dan Rimbo Ilir. Kondisi ini sesuai dengan sebaran jumlah penduduk pada setiap kecamatan. Selain itu, berkaitan dengan aspek agama, berikut sarana ibadah di Kabupaten Tebo: Tabel 2.40. Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tebo. KECAMATAN
MASJID
1
GEREJA
PURA
VIHARA
4
5
6
-
-
-
-
-
-
-
-
20
-
-
-
-
22
-
-
-
-
RIMBO BUJANG
71
1
1
-
-
RIMBO ULU
88
-
-
-
-
RIMBO ILIR
28
-
-
-
-
TEBO ULU
35
-
-
-
-
VII KOTO
19
-
-
-
-
MUARA TABIR
18
-
-
-
-
SERAI SERUMPUN
13
-
-
-
-
VII KOTO ILIR
14
-
-
-
-
JUMLAH
384
1
1
-
-
PROTESTAN
KATOLIK
2
3
TEBO ILIR
24
TEBO TENGAH
32
TENGAH ILIR SUMAY
Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tebo 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 44
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel di atas menunjukkan minimnya tempat ibadah bagi pemeluk Protestan dan Katholik. Bahkan, umat Hindu dan Budha tidak memiliki tempat ibadah yakni Pura dan Vihara. Pemerintah daerah bersama dengan tokoh tokoh masyarakat berupaya dalam berbagai kegiatan untuk mendukung pembangunan agama dalam bentuk pembinaan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, pengajian bulanan. Program pembangunan agama telah dilaksanakan melalui pembinaan lembaga sosial keagamaan untuk meningkatkan pelayanan keagamaan dalam upaya melakukan pembinaan masyarakat terhadap pemahaman nilai nilai agama yang dianutnya. 2.3.
Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Infrastruktur Daerah 2.3.1.1. Jaringan Infrastruktur transportasi 2.3.1.1.1. Transportasi Darat a.
Jaringan Jalan dan jembatan
a.1.
Kondisi jalan
Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Tebo tahun dari tahun 2005 hingga 2010 tidak mengalami pertambahan yang berarti. Data statistik seperti ditampilkan pada Tabel 2.41. menunjukan bahwa peningkatan panjang jalan selama lima tahun terakhir hanya mencapai rata-rata 1,42 %. pertahun Dimana pada tahun 2005 panjang jalan 748,77 km dan di tahun 2010 bertambah menjadi 797,27 km. Berdasarkan kondisinya, jalan yang masuk kategori baik di Kabupaten Tebo mengalami perubahan rata-rata 14,10 % selama lima tahun terakhir. Perubahan ini ditandai dengan penambahan panjang jalan dalam kondisi baik dari 160,63 km di tahun 2005 menjadi 268,65 di tahun 2010. Namun demikian tahun 2008, kondisi jalan yang berada dalam kondisi baik mencapai 40,52% atau sepanjang 323,18 km. Hal ini berarti terjadi penurunan kualitas jalan pada tahun 2009 dan 2010. Sedangkan untuk jalan dalam kondisi sedang tidak mengalami perubahan yang berarti selama lima tahun terakhir.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 45
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.41. Panjang dan kondisi jalan di Kabupaten Tebo, 2005 – 2010 TAHUN
BAIK
%
SEDANG
%
RUSAK
%
RUSAK BERAT
%
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005
160.63
21.45
170.94
22.83
126.25
16.86
290.95
38.86
748.77
2006
280.53
36.72
158.29
20.72
107.45
14.07
217.60
28.49
763.87
2007
251.03
31.46
188.59
23.64
124.63
15.62
233.62
29.28
797.87
2008
323.18
40.51
194.22
24.34
100.30
12.57
180.17
22.58
797.87
2009
239.43
30.01
231.99
29.08
55.83
7.00
270.62
33.92
797.87
2010
268.65
33.70
362.50
45.47
50.17
6.29
115.95
14.54
797.27
-5,81
1,19
PERUBAHAN
14,10
13,12
Sumber: Tebo Dalam Angka, 2010.
Dilihat dari persentase jalan yang rusak ringan dan rusak berat yang cukup tinggi dan panjang jalan dengan permukaan tanah yang masih dominan maka kedepan pemerintah Kabupaten Tebo tetap harus memperioritaskan perbaikan dan peningkatan prasarana jalan di wilayah Kabupaten Tebo. Sebaran kondisi jalan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Tebo tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.42. Tabel 2.42. Panjang dan kondisi jalan di Kabupaten Tebo berdasakan Kecamatan, 2010. KONDISI JALAN KECAMATAN
KONDISI JALAN
KONDISI JALAN
KONDISI JALAN TOTAL
BAIK
%
SEDANG
%
RUSAK
%
RUSAK BERAT
%
2
3
4
5
6
7
8
8
10
TEBO ILIR
28.60
33.64
0.60
0.71
12.80
15.06
43.02
50.60
85.02
TEBO TENGAH
11.13
18.53
17.30
28.79
1.80
3.00
29.85
49.68
60.08
TENGAH ILIR
4.50
31.91
4.60
32.62
5.00
35.46
0.00
0.00
14.10
SUMAY
5.80
6.36
7.50
8.22
25.10
27.52
52.80
57.89
91.20
RIMBO BUJANG
28.10
19.58
53.20
37.06
13.40
9.33
48.85
34.03
143.55
RIMBO ULU
40.80
36.92
16.30
14.75
7.60
6.88
45.80
41.45
110.50
RIMBO ILIR
33.20
49.33
23.80
35.36
0.00
0.00
10.30
15.30
67.30
TEBO ULU
31.50
71.53
10.69
24.27
1.85
4.20
0.00
0.00
44.04
VII KOTO
7.80
42.62
10.50
57.38
0.00
0.00
0.00
0.00
18.30
MUARA TABIR
32.50
43.92
27.00
36.49
0.00
0.00
14.50
19.59
74.00
SERAI SERUMPUN
3.00
5.27
35.00
61.51
0.00
0.00
18.90
33.22
56.90
VII KOTO ILIR
9.90
21.11
19.50
41.58
0.00
0.00
17.50
37.31
46.90
1
JUMLAH
236.83
225.99
67.55
281.52
797.20
Sumber: (Tebo Dalam Angka, 2011).
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 46
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Kecamatan Sumay, Tebo Ilir, Tebo Tengah Rimbo Bujang, dan merupakan kecamatan dengan panjang jalan dengan kondisi rusak berat yang terbanyak. Sedangkan kecamatan dengan kondisi jalan rusak yang paling banyak ditemukan di kecamatan Tengah Ilir, dan Sumay. Kecamatan VII Koto Ilir dan VII Koto, Tengah Ulu tidak begitu banyak memiliki jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat dikarenakan jalan di kecamatankecamatan tersebut tidak begitu panjang. Sementara itu panjang jalan kabupaten menurut jenis permukaannya di Kabupaten Tebo mengalami perkembangan. Pada tahun 2000 panjang jalan memiliki jenis permukaan aspal hanya sekitar 155,04 Km atau 20,83 %, permukaan kerikil 163,80 Km atau 22,00 %, dan yang masih memiliki jenis permukaan tanah sekitar 425,73 Km atau 57,18 %. Sedangkan untuk tahun 2005 panjang jalan yang memiliki jenis permukaan aspal meningkat menjadi 267,62 km atau 37,02% jenis permukaan kerikil sepanjang 138,30 km atau 19,13% dan jenis permukaan tanah turun menjadi 317,00 km atau 43,85 %. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan jenis permukaan jalan yang cukup baik dimana panjang jalan dengan permukaan aspal meningkat menjadi 332,90 km atau 42,75 % ; kondisi jalan dengan permukaan kerikil meningkat menjadi 193,70 km atau 24,30% sedangkan jalan dengan permukaan tanah turun menjadi 270,67 km atau 33,95%. Karena pembangunan jalan kabupaten baru yang sangat terbatas selama lima tahun terakhir maka sebaran jalan pada setiap kecamatan dari tahun 2005 hingga 2010 tidak mengalami perubahan yang berarti. Kecamatan Rimbo Bujang, Rimbo Ulu dan Rimbo Ilir merupakan kecamatan yang memiliki jalan terpanjang dan persentase jalan dengan permukaan tanah juga masih dominan. Sedangkan Kecamatan Tengah Ilir, VII Koto (termasuk VII Koto Ilir) dan Tebo Ulu merupakan kecamatan dengan jalan yang terpendek di Kabupaten Tebo. Bahkan di Kecamatan Tengah Ilir hanya terdapat jalan dengan panjang 16,2 km ditahun 2005 menurun menjadi14,10 km di tahun 2009. Untuk pembangunan lima tahun kedepan kondisi sebaran jalan yang sedemikian harus mendapat perhatian.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 47
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.43. Jenis permukaan jalan di Kabupaten Tebo berdasarkan Kecamatan, 2010. KECAMATAN
ASPAL
KERIKIL
TANAH
TOTAL
1
2
3
4
5
TEBO ILIR
40.78
11.50
32.02
84.30
TEBO TENGAH
29.13
0.00
30.95
60.08
TENGAH ILIR
14.10
0.00
0.00
14.10
SUMAY
5.80
32.60
52.80
91.20
RIMBO BUJANG
54.70
21.00
67.85
143.55
RIMBO ULU
50.70
19.50
40.30
110.50
RIMBO ILIR
46.90
6.50
0.00
53.40
TEBO ULU
42.19
0.00
1.85
44.04
VII KOTO
9.30
9.00
0.00
18.30
MUARA TABIR
28.40
37.10
8.50
74.00
SERAI SERUMPUN
0.00
38.00
19.50
57.50
VII KOTO ILIR
16.4
13.00
17.50
46.90
338.40
188.20
271.27
797.87
JUMLAH
Sumber: Tebo Dalam Angka, 2010
a.2.
Jembatan
Kecuali ruas jalan, untuk menunjang kelancaran transportasi barang dan jasa juga diperlukan infrastruktur jembatan yang memadai. Selama lima tahun terakhir pembangunan jembatan baru cukup banyak dilakukan seperti yang disajikan pada Table. Jembatan penting yang dibangun adalah jembatan Tebo II dengan panjang 220 meter di atas sungai Batanghari. Jembatan ini membuka akses perekonomian masyarakat dari desa-desa yang ada dalam Kecamatan Serai Serumpun ke Kecamatan Tebo Ulu dan Kota Tebo. Tabel 2.44. Jumlah Jembatan yang dibangun Di Kabupaten Tebo, 2005–2010. TAHUN
JUMLAH (UNIT)
PANJANG (METER)
1
2
3
2005
3
70.00
2006
4
197.00
2007
7
202.00
2008
9
368.00
2009
2
55.00
2010
0
0
JUMLAH
29
987.00
Sumber; LKPJ Bupati Kabupaten Tebo 2006 – 2011.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 48
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
a.3.
Jalan Lingkungan
Pembangunan jalan lingkungan tiap tahunnya menambah jumlah panjang jalan lingkungan yang dimiliki oleh Kabupaten Tebo, pada akhir tahun 2010 jumlah panjang lingkungan yang ada mencapai + 65.008 M, dengan perkembangan pembangunan jalan lingkungan tiap tahunnya dapat dilihat Tabel 2.45. Tabel 2.45. Program Pembangunan Jalan Lingkungan. NO
TAHUN
PEMBANGUNAN JALAN LINGKUNGAN (METER)
1
2
3
1
2006
11.000
2
2007
13.020
3
2008
15.666
4
2009
8.993
5
2010
16.329
TOTAL
65.008
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tebo 2010
2.3.1.1.2. Transportasi Air Selain transportasi darat, transportasi sungai juga penting bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat Tebo. Hal ini disebabkan sebagian besar desa-desa di Kabupaten Tebo berada di pinggiran sungai. Data menunjukkan bahwa panjang sungai besar yang melalui Kabupaten Tebo mencapai 482 km yang terdiri dari Batang Hari sepanjang 300 km, Batang Sumay 70 km, Batang Tabir 52 km, Batang Langisip 23 km, Batang tebo 29 km dan batang Jujuhan sepanjang 7 km. Sungai yang sedemikian panjang di Kabupaten Tebo dapat menjadi potensi besar untuk menunjang pembangunan jika dapat dikelola dengan baik. Dengan transportasi sungai maka biaya transportasi akan relatif lebih murah dibandingkan dengan alat transportasi lain. Keunggulan komparatif ini jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan keuntungan besar bagi masyarakat. Dengan biaya transportasi yang murah maka harga jual hasil usaha masyarakat akan lebih tinggi sementara harga komoditi konsumsi masyarakat akan lebih rendah. Keuntungan dua sisi ini akan sangat membantu meringankan beban ekonomi masyarakat. Kendala yang dihadapi adalah debit air yang sangat fluktuatif. Pada musim kemarau debit air akan turun dengan drastis, sehingga akan mempengaruhi kapasitas angkutan sungai tersebut. Sementara itu di musim
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 49
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
penghujan debit air cukup besar yang sewaktu-waktu dapat mendatangkan banjir pada Daerah Aliran Sungai tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan program pengelolaan kawasan daerah aliran sungai dan kawasan tangkapan hujan disekitar sungai. Program yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan rasionalisasi sungai dan menjaga serta melestarikan vegetasi hutan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan tangkapan hujan yang lain. Program ini dapat diintegrasikan dengan program pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Pembangunan sarana transportasi sungai dan penyebarangan hendaknya juga menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Tebo untuk memajukan daerah dan masyarakat yang berada disekitar kawasan sungai. Program yang dapat dilakukan adalah pembangunan dermaga dan faslitas penyeberangan lain serta penyediaan/fasilitasi sarana transportasi sungai. Sayangnya tidak tersedia data yang cukup untuk melakukan evaluasi pembangunan transportasi sungai dan danau di Kabupaten Tebo selama lima tahun terakhir. 2.3.1.1.3. Perhubungan Urusan wajib bidang perhubungan di Kabupaten Tebo meliputi bidang perhubungan darat yang bertujuan untuk mengantisipasi tingginya tingkat kerusakan jalan akibat overloading, angka kecelakaan lalulintas. Programprogram utama yang dilaksanakan untuk melaksanakan pembangunan bidang perhubungan antara lain adalah program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, peningkatan pengelolaan terminal angkutan darat. Program ini bertujuan untuk menjamin pelayanan, kelancaran dan operasionalisasi bidang perhubungan yang efektif dan efisien, kegiatan dari program ini berupa peningkatan pengelolaan terminal angkutan darat yang ada di Kabupaten Tebo. Program yang kedua adalah peningkatan pelayanan angkutan yang bertujuan untuk peningkatan keselamatan dan keamanan LLAJ serta penciptaan pelayanan yang cepat, tepat, murah dan mudah. Program ini diimplementasikan dengan pemasangan rambu peringatan rawan kecelakaan dan pemasangan zona selamat sekolah, pengaturan dan pengendalian angkutan lebaran, natal dan tahun baru secara rutin setiap tahun rutin serta pengawasan angkutan umum. Program yang ketiga adalah peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor, yang memiliki tujuan untuk meningkatan kelancaran, ketertiban, keamanan, dan keselamatan pelayanan angkutan barang dijalan. Selama kurun waktu 20062010 telah dilaksanakan pengawasan dan pengendalian angkutan barang sebagai wujud implementasi program ini. Permasalahan pembangunan bidang perhubungan yang ditemui selama kurun tahun 2006-2010 diantaranya adalah keterbatasan sumber
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 50
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
daya manusia yang memenuhi kualifikasi teknis di bidang perhubungan, belum optimalnya pelaksanaan pengendalian, penertiban dan pengawasan poperasional sektor LLAJ, karena terbatasnya kapasitas sarana prasarana dan sumber daya yang ada, tingginya tingkat kerusakan jalan akibat kelebihan muatan (overload) karena belum didukung oleh prasarana pengawasan angkutan yang sesuai standar yang ditetapkan, serta minimnya prasarana sarana dan fasilitas keselamatan transportasi. Untuk itu solusi yang harus menjadi perhatian di masa yang akan datang adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia personil Dinas Perhubungan Kabupaten Tebo, efisiensi penggunaan dana yang ada dengan membuat skala prioritas yang bertujuan agar program-program yang dianggap strategis dapat terlaksana dengan baik dan penyediaan prasarana dan sarana keselamatan transportasi secara bertahap. 2.3.1.2. Telekomunikasi dan Listrik a.
Telekomunikasi
Pemakaian telepon di Kabupaten Tebo mengalami penurunan yang sangat dratis dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh penggunaan telepon seluler yang telah menjangkau hampir seluruh wilayah di Kabupaten Tebo. Sebaran pengguna saluran telepon di Kabupaten Tebo tahun 2005 hingga tahun 2009 disajikan pada Tabel 2.46. Selain pemakaian untuk umum, fasilitas telepon juga banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan Dinas /Kantor /Badan, Dinas Berbayar, Dinas tidak berbayar dan Dinas Sosial yang tersebar di Kabupaten Tebo. Tabel 2.46. Jumlah saluran telepon terpasang menurut jenis pemakaian. PEMAKAI
TAHUN 2005
2006
2007
2008
2009
2
3
4
5
6
BISNIS
1188
229
232
60
60
RUMAH TANGGA
3520
407
507
389
389
1
1
1
7
2
2
1
SOSIAL
7
WARTEL
177
DINAS JUMLAH TERPASANG
30
4
13
13
13
4922
654
760
465
465
JUMLAH KOSONG KAPASITAS SENTRAL
14
32
327
327
327
327
4954
1640
1640
1640
1640
Sumber: PT. Telkom Cabang Muara Tebo
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 51
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
b.
Listrik
Kecuali air bersih, listrik juga merupakan kebutuhan dasar saat ini. Penggunaan energi listrik untuk penerangan di wilayah pedesaan di Kabupaten Tebo masih relatif sedikit. Berdasarkan data tahun 2006, Jumlah daya listrik yang digunakan 2.386.515 Kwh, sedangkan data tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah daya pemakaian listrik meningkat mencapai 5,613,504 Kwh. Sementara jumlah pelanggan di tahun 2005 adalah 16.402 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 33.670 pelanggan (data tahun 2009 tidak tersedia) sehingga secara rata-rata terjadi peningkatan jumlah pelanggan sebesar 19,18% dan peningkatan pemakaian daya listrik mencapai 31,78% selama kurun waktu 2005 - 2010 (Tebo dalam Angka, 2009; 2011). Walaupu terjadi peningkatan yang cukup besar tetapi penggunaan energi listrik menurut jumlah rumah tangga di Kabupaten Tebo tahun 2008 baru mencapai 33,28 %. Angka ini meningkat dari 23,06 % pada tahun 2005. Jika pada tahun 2005 terdapat 5 devisi yang terletak di lima kecamatan dari 12 kecamatan di Kabupaten Tebo maka pada tahun 2008 terjadi penambahan menjadi 7 devisi. (Tebo dalam Angka, 2010). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa masih sangat terbatas kemampuan Pemerintah Tebo dalam menyediakan tenaga listrik bagi kebutuhan masyarakat. Padahal listrik tidak hanya penting bagi kebutuhan rumah tangga tetapi sangat vital bagi industri dan dunia usaha. Pengusaha dan penanam modal biasanya menjadikan ketersediaan tenaga listrik sebagai salah satu pertimbangan utama dalam menentukan usahanya pada suatu daerah. Perkembangan sarana kelistrikan di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 2.47. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Energi Listrik di Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. JENIS
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
PELANGGAN
16402
22092
22976
-
33670
PENINGKATAN (%) PEMAKAIAN (KWH)
2386515
3837505
19.18 4182956
PENINGKATAN (%)
-
5613504 31.78
Sumber: Tebo dalam angka 2007;2008;2009;2010;2011
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 52
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.3.1.3. Air Bersih Berdasarkan data Tebo dalam Angka tahun 2005, hanya 1080 konsumen yang memanfaatkan pelayanan air bersih di Kabupaten Tebo. Angka ini tentu sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Tebo yang mencapai 297.735 jiwa atau 61.974 KK. Hanya 1.74% keluarga di Kabupaten Tebo yang mendapat pelayanan air bersih. Sebagian besar masih mengusahan secara tradisional yang bersumber dari air sungai dan sumur gali. Sampai dengan tahun 2008, persentase rumah tangga yang menggunakan air leding meningkat menjadi 6,62% sedangkan rumah tangga yang belum mendapat akses air bersih masih cukup tinggi yaitu mencapai 40,78%. Kelompok rumah tangga ini masih menggunakan sumber air dari sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung dan sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dari jumlah kecamatan, baru lima kecamatan yang mampu dilayani oleh PDAM Tirta Muaro yaitu Kecamatan Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tebo Ulu, Rimbo Bujang dan Muara Tabir. Dalam tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah pelanggan sebesar 11,01% pelanggan. Namun total produksi terjual mengalami penurunan sebesar 18.463 m3 atau 4,33% (Tebo Dalam Angka, 2010; 2011). 2.3.1.4. Infrastruktur Perekonomian dan Perdagangan Infrastruktur ekonomi dan perdagangan di Kabupaten Tebo cukup memadai dimana pasar bisa ditemukan pada setiap kecamatan baik itu pasar tetap maupun pasar kalangan (mingguan). Demikian juga Gudang dan agen penyalur. Keberadaan infrastruktur ekonomi ini akan sangat menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan tersedianya infratruktur ekonomi yang mudah diakses oleh masyarakat akan meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi dengan cara mengurangi biaya transportasi dengan memperpendek jarak dan mengurangi waktu tempuh. Infrastruktur ekonomi di Kabupaten Tebo disajikan pada Tabel 2.48.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 53
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.48. Inventarisasi Sarana/Prasarana Perdagangan Menurut Jenis di Kabupaten Tebo, 2006 – 2009. KECAMATAN
PASAR TRASDISIONAL
GUDANG
SPBU
1
2
3
4
TEBO ILIR
55
5
1
TEBO TENGAH
63
7
1
TENGAH ILIR
12
1
SUMAY
18
2
RIMBO BUJANG
204
40
RIMBO ULU
17
5
RIMBO ILIR
16
6
TEBO ULU
17
VII KOTO
15
4
MUARA TABIR
6
1
SERAI SERUMPUN
5
VII KOTO ILIR
8
3
JUMLAH
436
74
3
2008
436
74
3
2007
27
13
3
2006
24
12
2
1
Sumber: Tebo dalam Angka, 2010.
Perkembangan sarana dan fasilitas ekonomi dan perdagangan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mencapai rata-rata 509,10% untuk pasar trasidional, 159,19% untuk jumlah gudang dan 16,67% untuk SPBU. Peningkatan sarana dan fasilitas ekonomi dan perdagangan ini sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2.3.1.5. Infrastruktur Pertanian (Pengairan) Bidang pengairan bertujuan menjaga sub-sistem produksi yang berbasis air melalui program-program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan pembangunan serta pemeliharaan dam/turap/talud/ bronjong pada wilayah sungai untuk mengurangi dampak kerusakan akibat banjir dan bencana alam lainnya, penurunan fungsi jaringan irigasi, rawa, dan air baku akibat kerusakan baik pada jaringannya maupun pada bendungannya yang diakibatkan oleh kondisi alam dan kurang berperannya petani dalam pemeliharaan jaringan irigasi, serta tingginya sedimentasi karena pesatnya alih fungsi lahan di wilayah hulu yang mengakibatkan embung, danau, dan rawa mengalami penurunan fungsi. Indikator pencapaian program bidang pengairan pekerjaan umum Kabupaten Tebo, terlihat dari perkembangan pembangunan di bidang
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 54
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
pengairan pada 5 tahun terakhir, pada akhir tahun 2005 jumlah Dam yang dibangun sebanyak 2 Unit dan hingga akhir tahun 2010 jumlah Dam yang dibangun sebanyak 10 Unit, sehingga secara keseluruhan jumlah Dam yang ada di Kabupaten Tebo ini sebanyak 12 unit. Tabel 2.49. Perkembangan Kegiatan di Bidang Pengairan Pekerjaan Umum Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. NO
KEGIATAN
1
2
PERKEMBANGAN KEGIATAN PENGAIRAN 2006 3
2007
2008
2009
2010
TOTAL
4
5
6
7
8
1
PEMBANGUNAN DAM
5
3
-
1
1
10
2
REHABILITASI DAM
8
6
7
3
2
26
3
PENINGKATAN DAM
-
3
7
18
7
33
4
OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAM
2
2
14
17
-
33
5
PENGERUKAN SALURAN DAM
-
1
-
-
-
1
6
PEMBANGUNAN TURAP DAS BATANGHARI
1
-
-
-
-
1
7
REHAP TURAP DAS BATANGHARI
-
-
1
-
-
1
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2010
Selain itu, telah dilakukan langkah-langkah antara lain meningkatkan fungsi irigasi; pembatasan alih fungsi lahan terutama pada wilayah hulu; serta menggalakkan konservasi sumberdaya air untuk menjaga ketersediaan air dalam rangka mengamankan ketersediaan pangan serta pengembangan daerah rawa harus diiringi dengan pembangunan sarana transportasi dan sarana penyediaan air bersih sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan kesejahteraan masyarakat juga meningkat. 2.3.1.6. Perumahan Dengan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tebo maka kebutuhan akan perumahan akan semakin tinggi pula. Sementara kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan perumahan masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari masih banyak terdapat perumahan yang tidak layak huni terutama bagi golongan penduduk miskin. Untuk itu peran pihak pemerintah dan swasta dalam pembangunan perumahan sangat dibutuhkan untuk menyediakan perumahan yang layak bagi penduduk. Disamping itu menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman khususnya daerah perkotaan dan meningkatnya kawasan kumuh juga menjadi permasalahan yang harus diantisipasi ke depan. Untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi penduduk maka tantangan yang dihadapi adalah: Harga rumah semakin mahal akibat dari naiknya harga bahan bangunan. Masyarakat umumnya lebih memilih membangun lokasi permukiman ditepi sungai dan dipinggir jalan raya sehingga akan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 55
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
menimbulkan hunian yang kumuh dan tidak bersih, yang berakibat dapat menurunkan kualitas lingkungan perumahan. Data hasil SUSENAS 2008 menunjukkan bahwa 85,47% rumah tangga di Kabupaten Tebo memiliki rumah sendiri sedangkan sisanya mengontrak dan menyewa (3,45%); 3,72 % tinggal di rumah dinas; dan 6,03 % tinggal di rumah milik orang tua atau saudara. Persentase kepemilikan rumah ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di tahun 2005 dimana 88,63% penduduk Kabupaten Tebo memiliki rumah sendiri. Sedangkan luas lantai rumah untuk rumah tangga di Kabupaten Tebo adalah rata-rata berkisar antara 20 - 49 m2 sebanyak 34,33%; 50 – 99 m2 sebanyak 55,95%. Kecendrungan masyarakat yang memiliki rata-rata luas rumah antara 20 – 99 m2 tersebut masih kurang lebih sama dengan kondisi di tahun 2005. Bahkan pada tahun 2005, rumah tangga yang memiliki luas rumah kurang dari 50 m2 mencapai 27,38% dan rumah tangga yang memiliki rumah antara 50 – 99 m2 mencapai 65,63%. Perubahan cukup berarti terjadi pada rumah tangga yang memiliki rumah dengan luas lebih dari 100 m2 meningkat menjadi 7,78% di tahun 2008 dari hanya 0,07% di tahun 2005 (SUSENAS, 2006; Indikator Kesejahteraan Rakyat Tebo 2008).
2.3.2. Kesehatan 2.3.2.1. Derajat Kesehatan Kondisi kesehatan merupakan komponen kedua yang menentukan kualitas sumberdaya manusia setelah tingkat pendidikan. Tingkat kesehatan penduduk ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya adalah kebersihan lingkungan, kesegaran jasmani dan rohani, kualitas makanan dan minuman, dan pelayanan kesehatan. Jika seluruh komponen pembentuk kesehatan relatif lebih baik maka kondisi kesehatan masyarakat juga akan menjadi lebih baik, demikian juga sebaliknya. Derajat kesehatan masyarakat secara umum diantaranya direfleksikan oleh status gizi masyarakat, tingkat kematian bayi, tingkat kematian ibu melahirkan dan usia harapan hidup. Angka usia harapan hidup (AHH) penduduk Kabupaten Tebo tahun 2006 mencapai 68,60 tahun. artinya perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur adalah selama 68,60 tahun. Sedangkan pada tahun 2009 AHH Kabupaten Tebo meningkat menjadi 68,98 tahun. Angka harapan hidup Kabupaten Tebo tahun 2009 sedikit lebih tinggi dari rata-rata Angka Harapan Hidup di provinsi Jambi yaitu 68,95 tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten dan kota lain di Provinsi Jambi kecuali Kabupaten Bungo, Batanghari dan merangin.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 56
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.50. Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. NO
TAHUN
USIA HARAPAN HIDUP
1
2
3
1
2006
68,60
2
2007
68,60
3
2008
68,80
4
2009
68,98
5
2010
BELUM TERSEDIA
Sumber : Susenas 2009.
Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2006 sebesar 6,2 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan untuk tahun 2010 AKB sebesar 6,2 per 1.000 kelahiran hidup atau mengalami penurunan bila dibanding dengan angka kematian bayi pada tahun sebelumnya yang mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2009; 5,5 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2008; 6 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2007. Kematian bayi tersebut lebih banyak dialami oleh ibu yang kekurangan gizi, infeksi/penyakit, berat bayi lahir rendah, pertolongan kelahiran yang kurang aman, kualitas gizi buruk dan kurangnya pemberian immunisasi. Angka Kematian Ibu melahirkan untuk tahun 2010 ini mengalami kenaikan bila di banding tahun sebelumnya, untuk tahun 2010 sebesar 153 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2009 sebesar 94.6 per 100.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2009 sebanyak 6 kejadian meningkat menjadi 9 kejadian pada tahun 2010. Kenaikan angka kematian ibu melahirkan ini, disebabkan oleh luasnya wilayah jangkauan pelayanan dalam Kabupaten Tebo dimana setiap desa terdiri dari beberapa dusun, masih kurangnya tenaga kesehatan terutama bidan, dimana sebagian besar desa baru memiliki satu orang bidan sedangkan wilayah dan jangkauan pelayanan cukup luas dan membaiknya kegiatan supervisi dan monitoring Dinas Kesehatan sehingga kejadian kematian dapat terlaporkan dan tercatat. Hal ini menjadi tantangan buat Kabupaten Tebo untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 57
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.51. Data Jumlah Angka Kelahiran dan Kematian Bayi di Kabupaten Tebo, 2006 – 2010. NO
INDIKATOR
1
2
TAHUN
1
JUMLAH KEMATIAN IBU
2
AKI (ANGKA KEMATIAN IBU)/ 100.000 KH
3
JUMLAH KEMATIAN BAYI
5
JUMLAH KELAHIRAN HIDUP
2006
2007
2008
2009
2010
3
4
5
6
7
7
7
7
6
9
125,7
120,7
110,3
94.6
152,8
35
35
46
90
37
5.569
5.800
6.345
6.342
5.888
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tebo 2010
Jumlah bayi yang dilahikan dengan penolong pertama tenaga non kesehatan seperti dukun mencapai rata-rata 24,37% selama periode 20062009. Trend penurunan terjadi selama periode tersebut walaupun angkanya masih cukup kecil yaitu 0,48%. Penolong pertama kelahiran dan bayi dilahirkan dengan berat badan tidak normal serta gizi buruk disajikan pada Tabel. Rata-rata angka bayi dengan gizi buruk di kabupaten Tebo selama lima tahun terakhir sebesar 0,20 % dari jumlah kelahiran. Walaupun secara angka, jumlah tersebut sangat kecil tetapi karena mendapat pelayanan kesehatan merupakan hak masyarakat maka pembangunan lima tahun ke depan harus memperhatikan kondisi ini. Dari angka tersebut terjadi penurunan rata-rata gizi buruk hanya 0,025% selama 2006-2009. Tabel 2.52. Penolong pertama kelahiran dan jumlah bayi dengan gizi buruk di Kabupaten Tebo, 2006 – 2009. PENOLONG PERTAMA
JUMLAH BAYI
TAHUN
TENAGA KESEHATAN
NON KESEHATAN
JUMLAH
%
BERAT DIBAWAH NORMAL
%
GIZI BURUK
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2006
4893
627
5520
88.64
16
0.29
16
0.29
2007
4393
1405
5798
75.77
58
1.00
20
0.34
2008
3473
2568
6041
57.49
58
0.96
4
0.07
2009
5265
1272
6537
80.54
37
0.57
7
0.11
Sumber: Tebo dalam Angka, 2010
Jumlah akseptor keluarga berencana (KB) di Kabupaten Tebo tahun 2010 mencapai 79,09% dari pasangan usia subur (PUS) angka ini meningkat dari 76,51 % di tahun 2009.Berdasarkan persentase pasangan usia subur, maka tidak terjadi peningkatan persentase PUS yang menjadi peserta KB selama dua tahun terakhir. Jumlah ini masih harus ditingkatkan sehingga pertambahan penduduk dapat lebih ditekan dan kualitas hidup masyarakat dapat lebih meningkat. Penyebaran jumlah akseptor KB pada masing-masing
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 58
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
kecamatan di Kabupaten Tebo tahun 2009 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.53. Tabel 2.53. Sebaran jumlah peserta Keluarga Berencana berdasarkan jenisnya di Kabupaten Tebo, 2009–2010. PERSENTASE PESERTA KB (%)
KECAMATAN
PUS
PESERTA KB
TIDAK KB
2010
2009
1
2
3
4
5
6
TEBO ILIR
5.679
4.503
1.176
79,29
78,87
MUARA TABIR
3.157
2.442
715
77,35
75,70
TENGAH ILIR
3.872
3.114
758
80,42
82,86
TEBO TENGAH
6.261
4.844
1.417
77,37
76,18
SUMAY
4.177
3.156
1.621
75,56
72,00
TEBO ULU
6.465
5.140
1.325
79,51
73,38
SERAI SERUMPUN
1.718
1.443
275
83,99
78,49
VII KOTO
3.020
2.635
385
87,25
77,83
VII KOTO ILIR
2.626
2.590
36
98,63
79,72
RIMBO ILIR
5.426
4.415
1.011
81,37
79,04
RIMBO BUJANG
12.179
9.373
2.806
76,96
77,65
RIMBO ULU
7.672
5.571
2.101
72,61
71,70
62.252
49.226
13.626
79,08
76,51
JUMLAH
Sumber: Tebo dalam Angka, 2010.
Untuk mencapai sasaran program keluarga berencana, telah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain; penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin; pelayanan KIE/ teknik motivasi dan konseling program KB/ KS; Pembinaan keluarga berencana. Terlaksananya program ini telah berhasil meningkatkan jumlah peserta KB baru maupun aktif di Kabupaten Tebo. Untuk peserta KB baru yang mencapai 2.406 peserta, sehingga peserta KB aktif telah mencapai 49.226 peserta dari 62.252 pasangan usia subur atau mencapai 79,07 persen pada akhir tahun 2010, hal ini menunjukkan terdapat peningkatan jumlah peserta KB aktif, dengan perbandingan pada tahun 2009 peserta KB aktif 46.820 pasang dari 61.192 pasangan usia subur, hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya permintaan masyarakat atau perempuan untuk menjadi peserta KB.
2.3.2.2. Sarana dan Prasarana Kesehatan Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan atau mewujudkan masyarakat yang lebih sehat malalui sosialisasi dan kegiatan penyuluhan tentang pola hidup sehat serta memberikan pelayanan pengobatan terhadap masyarakat yang menderita suatu penyakit. Jangkauan pelayanan kesehatan akan semakin
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 59
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
luas jika sarana dan prasarana kesehatan tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan kualitas yang lebih baik serta dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat. Artinya, penyediaan sarana dan prasarana kesehatan harus mampu menghasilkan pelayanan berbiaya rendah sehingga dapat dijangkau oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat miskin. Data dari Dinas Kesehatan Tebo menunjukkan bahwa perkembangan pembangunan sarana kesehatan selama tahun 2005-2009 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, dimana jumlah puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu masing-masing mengalami peningkatan rata-rata 9,87 %; 0,50 % dan 2,02 %. Jumlah puskemas, puskesmas pembantu dan posyandu pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.54. Tabel 2.54. Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Tebo, 2005–2010. TAHUN
RUMAH SAKIT
PUSKESMAS
PENINGKATAN/ TAHUN (%)
PUSKESMAS PEMBANTU
% PERTAHUN
POSYANDU
% PERTAHUN
1
2
3
4
5
6
7
8
2005
1
9
2006
1
9
0.00
44
4.76
280
4.09
2007
1
12
33.33
44
0.00
280
0.00
2008
1
13
8.33
44
0.00
285
1.79
2009
1
14
7.69
43
-2.27
285
0.00
2010
1
14
0,00
43
0,00
297
4,21
PENINGKATAN 2005/2010 (%)
42
9,87
269
0,50
2,02
Sumber: Tebo dalam Angka, 2011.
Guna peningkatkan mutu pelayanan kesehatan telah dilakukan upaya peningkatan standar pelayanan kesehatan melalui beberapa kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 60
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.55. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha Saifuddin Kabupaten Tebo. NO
INDIKATOR
1
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
2
3
4
5
6
7
1
KUNJUNGAN RAWAT JALAN (KUNJUNGAN)
2.439
4.209
3.399
4.081
5.179
2
RAWAT INAP (ORANG)
962
1.345
1.604
1.930
1.637
3
B.O.R (%)
731
1.644
2.255
44
20,3
4
B.T.O (KALI)
7,87
40,69
46,42
37,8
18,7
5
L.O.S (HARI)
3,21
3,32
4,03
3,06
4
6
T.O.I (HARI)
44,25
7,37
4,7
5,31
15,6
7
G.D.R (%)
7,74
7,98
10,39
0,25
22,3
8
N.D.R (%)
9,60
11,83
13,21
0,11
11,5
9
KUNJUNGAN IGD (KUNJUNGAN)
1.472
2.037
2.968
1.545
957
Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha Saifuddin, 2010
2.3.2.3. Tenaga Kesehatan Peningkatan tenaga kesehatan di Kabupaten Tebo selama lima tahun terakhir mencapai 10,74% untuk tenaga Dokter Umum, 36,29 % untuk tenaga Dokter Gigi, 14,00% untuk tenaga Dokter spesialis dan 22,93% untuk tenaga perawat serta 15,03% untuk tenaga Bidan. Tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2009, selama tahun 2010 terjadi pengurangan jumlah dokter spesialis dan tenaga perawat yang cukup signifikan yaitu mencapai 16,67% dan 21,84%. Selain itu penyebaran tenaga kesehatan terutama Dokter menjadi lebih baik dibandingkan tahun 2006. Pada tahun 2010 semua wilayah Kecamatan di Kabupaten Tebo telah memiliki sedikitnya satu orang tenaga Dokter yang dibantu oleh tenaga Bidan dan perawat yang cukup memadai. Jumlah dan sebaran tenaga kesehatan disajikan pada Tabel 2.56. Walaupun terjadi peningkatan jumlah yang ada saat ini masih belum memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah dokter umum yang ada di Kabupaten Tebo tahun 2010 adalah 42 orang yang berarti satu dokter melayani hampir 7.089 orang (tahun 2005, satu dokter melayani 9400 orang); satu orang dokter spesialis melayani 21.267 orang orang (tahun 2005: 48.870 orang). Sementara satu orang tenaga perawat masih harus melayani 1.849 orang dan satu tenaga bidan melayani 1.838 orang. Dengan perbandingan yang sedemikian, masih sulit bagi masyarakat Tebo akan mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Jumlah dan sebaran tenaga medis di Kabupaten tebo dapat dilihat pada Tabel 2.56.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 61
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.56. Jumlah dan sebaran tenaga kesehatan di Kabupaten Tebo, 2005–2010. DOKTER
BIDAN DAN PERAWAT
NON MEDIS
PUSKESMAS
DOKTER UMUM
DOKTER GIGI
DOKTER SPESIALIS
BIDAN
PERAWAT
SANITASI
KESEHATAN MASYARAKAT
1
2
3
4
5
6
7
8
TEBO ILIR
2
0
0
12
14
3
0
MUARA TEBO
2
1
0
20
11
3
1
TENGAH ILIR
3
1
0
12
17
2
0
TELUK SINGKAWANG
1
1
0
18
14
1
0
RIMBO BUJANG
2
1
0
17
17
1
1
RIMBO ULU
2
1
0
11
21
1
9
ALAI ILIR
1
1
0
11
7
1
3
PULAU TEMIANG
2
0
0
15
12
1
1
SUNGAI ABANG
2
1
0
13
16
2
2
TELUK LANCANG
2
0
2
4
1
2
MUARA TABIR
2
0
0
8
15
1
0
SERAI SERUMPUN
2
0
0
10
8
1
0
VII KOTO ILIR
2
0
0
13
5
0
2
RSUD
15
7
5
DINKES
2
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
42
14
5
162
161
18
21
2009
45
7
6
149
206
2008
43
10
5
128
99
2007
38
5
6
110
81
2006
34
7
4
2005
26
5
3
Sumber: Tebo dalam Angka, 2011.
Penambahan tenaga dokter baru terutama dokter spesialis harus menjadi progam prioritas Kabupaten Tebo lima tahun kedepan. Penambahan dokter ini juga akan secara langsung meningkatkan pelayanan rumah sakit daerah Tebo sehingga masyarakat tidak perlu lagi keluar daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sarana kesehatan yang ada seperti puskesmas juga harus ditingkatkan. Upaya ini harus dilakukan sejalan dengan peningkatan pelayanan puskesmas dan sarana kesehatan lainnya.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 62
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
2.3.3. Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia 2.3.3.1. Angka Melek Huruf Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan hinggá akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Program pembanguan SDM yang dilakukan di Kabupaten Tebo selama ini telah mampu meningkatkan kualitas SDM menjadi semakin baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya indek pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Tebo, dari 64,9 di tahun 2002 menjadi 71,34 di tahun 2009. Besaran peningkatan IPM dari tahun 2002 hingga tahun 2009 hanya rata-rata 2,42%. Tabel 2.57. Angka Melek Huruf dan Lama Bersekolah di Kabupaten Tebo, 2004 – 2009. TAHUN
2004
2007
2008
2009
PENINGKATAN 2002/2009 (%)
1
2
3
4
5
6
ANGKA MELEK HURUF (%)
94,90
94,90
90,94
90,94
0,00
LAMA BERSEKOLAH (TAHUN)
6,50
6,80
6,80
6,88
1,93
Taraf pendidikan penduduk Kabupaten Tebo dapat dilihat dari indikator angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah dan partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah. Mengenai angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas, pada tahun 2009, angka melek huruf penduduk Kabupaten Tebo rata-rata sebesar 94,91%. Angka ini relatif rendah dibanding dengan angka melek huruf kabupaten lainnya di Provinsi Jambi. Begitu pula dengan rata-rata lama bersekolah penduduk usia 10 tahun ke atas, yang pada tahun 2009 mencapai selama 6,88 tahun. Hampir tidak terdapat kemajuan yang berarti dalam indikator pembangunan angka merek huruf dimana pada tahun 2004, angka merek huruf juga sudah mencapai 94,90%. Sedangkan untuk lama bersekolah terjadi kenaikan walaupun dalam skala kecil yaitu 1,93% selama periode 2004–2009. Data sebaran tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Tebo terlihat dengan jelas bahwa mayoritas masyarakat Tebo masih berpendidikan rendah. Data tahun 2008 menunjukkan bahwa 29,78% penduduk Kabupaten Tebo tidak memiliki ijazah sekolah Dasar. Angka ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan data tahun 2005 yaitu sebesar 36,68 %. Sedangkan persentase penduduk yang menamatkan SD adalah 36,62% di tahun 2008, dimana angka ini meningkat dari 33,4 % ditahun 2005. Total persentase
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 63
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
penduduk yang berpendidikan tinggi (DI/II/III dan S1) hanya mencapai 1,20% (tahun 2005 1,69%). Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari 60% pendudukan Kabupaten Tebo hanya berpendidikan sampai Sekolah Dasar. 2.3.3.2. Pendidikan Anak Usia Dini Program Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan untuk memberikan kesempatan kepada semua anak 0 - 6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi dan tahap perkembangannya serta sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan jenjang sekolah dasar. Akumulasi dari pelaksanaan program dan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini ini, tergambar dari peningkatan jumlah fasilitas pendidikan anak usia dini pada tiap tahunnya, mulai dari tahun 2006 berjumlah 79 unit TK sederajat meningkat menjadi 99 Unit TK sederajat, sehingga dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terdapat 11 unit pembangunan fasilitas pendidikan anak usia dini di Kabupaten Tebo ini. Tabel 2.58. Data Perkembangan Jumlah Sekolah TK Sederajat, 2006–2010. NO
TAHUN
JUMLAH SEKOLAH TK SEDERAJAT
1
2
3
1
2006
79
2
2007
84
3
2008
90
4
2009
86
5
2010
90
Sumber: BPS dan Dikbudpora Kab. Tebo 2006-2010.
2.3.3.3. Pendidikan Dasar dan Menengah Jumlah murid tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Tebo 2005 – 2010 meningkat dengan rata-rata 1,86% sedangkan jumlah Guru meningkat cukup signifikan yaitu mencapai 9,89%. Demikian juga dengan rasio murid terhadap guru yang menurun dari rata-rata 28 murid per satu orang guru menjadi 16 orang murid untuk satu orang guru di tahun 2010 (berkurang rata-rata 6,66% pertahun). Jumlah sekolah dan ruang juga mengalami peningkatan dengan rata-rata 1,70% dan 1,66% namun rasio antara jumlah murid dan ruang yang tersedia dengan jumlah murid tidak mengalami penurunan bahkan meningkat rata-rata 1,29%. Peningkatan ini akibat penambahan jumlah siswa yang lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan jumlah ruang. Walaupun demikian rasio murid dengan ruang sebesar 28 murid untuk satu ruangan sudah sangat memadai. Data jumlah murid hingga rasio murid terhadap ruang disajikan pada Tabel 2.59.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 64
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.59. Jumlah Murid, Guru, Sekolah dan rasio Murid dan Guru serta rasio Murid dan ruang Tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Tebo berdasarkan Kecamatan, 2005 – 2010. KECAMATAN
MURID
GURU
SEKOLAH
RASIO MURID : GURU
RUANG
RASIO MURID : RUANG
1
2
3
4
5
6
7
TEBO ILIR
3.793
229
23
17
157
24
TEBO TENGAH
4.121
319
26
13
163
25
TENGAH ILIR
2.890
138
15
21
69
42
SUMAY
2.538
191
20
13
120
21
RIMBO BUJANG
7.308
417
38
18
234
31
RIMBO ULU
4732
249
22
19
156
30
RIMBO ILIR
2.528
167
14
15
95
27
TEBO ULU
4.630
327
28
14
166
28
VII KOTO
2.571
143
16
18
95
27
MUARA TABIR
2.570
124
11
21
75
34
SERAI SERUMPUN
1.041
99
9
11
52
20
VII KOTO ILIR
1.567
91
11
17
67
23
JUMLAH
40.289
2.492
16
1.449
28
2009
39.635
2.397
233
16
1.461
27
2008
39.187
2.180
231
22
1.394
28
2007
39.276
1.902
233
21
1.321
30
2006
37.493
1.718
223
22
1.421
26
2005
36.764
1.559
218
24
1.375
26
Sumber: Tebo dalam Angka, 2011.
Perbandingan data dari tahun 2005 hingga tahun 2010 menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah murid yang cukup baik yaitu mencapai rata-rata 9,48%; peningkatan jumlah guru sebesar 5,35%; peningkatan jumlah sekolah rata-rata 7,92%; rasio murid terhadap guru juga masih melangami peningkatan sebesar 4,94%. Walaupun terjadi peningkatan rasio murid terhadap guru tetapi rasionya masih sangat baik yaitu 15 murid untuk satu orang guru. Jumlah ruangan juga mengalami peningkatan sebesar 6,60% demikian juga rasio murid terhadap ruang dengan peningkatan ratarata 3,41%. Data jumlah murid hingga rasio ruang terhadap murid disajikan pada Tabel 2.60.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 65
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.60. Jumlah Murid, Guru, Sekolah dan rasio murid dan Guru serta rasio Murid dan ruang tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kabupaten Tebo berdasarkan Kecamatan, 2005 – 2010. KECAMATAN
MURID
GURU
SEKOLAH
RASIO MURID : GURU
RUANG
RASIO RUANG
1
2
3
4
5
6
7
TEBO ILIR
777
64
5
12
22
35
TEBO TENGAH
1.183
96
5
12
56
21
TENGAH ILIR
485
35
4
14
21
23
SUMAY
547
42
4
13
21
26
RIMBO BUJANG
2.526
181
8
14
75
34
RIMBO ULU
1.410
89
5
16
29
49
RIMBO ILIR
1.004
63
4
16
39
26
TEBO ULU
1.018
66
5
15
45
23
VII KOTO
381
26
2
15
18
21
MUARA TABIR
636
61
4
10
33
19
SERAI SERUMPUN
172
23
2
7
9
19
VII KOTO ILIR
345
31
3
29
16
22
JUMLAH
10.484
677
51
15
384
26
2009
9.523
579
46
16
372
26
2008
8.969
655
46
14
358
25
2007
8.577
596
41
14
343
25
2006
7.598
529
39
14
287
26
Sumber: Tebo dalam Angka, 2010.
Jumlah murid tingkat Sekolah Tingkat Atas (SLTA) di Kabupaten Tebo 2005–2010 meningkat dengan rata-rata 8,91% sedangkan jumlah Guru meningkat cukup signifikan yaitu mencapai rata-rata 8,99% pertahun. Demikian juga dengan rasio murid terhadap guru yang menurun dari ratarata pertahun 0,84%. Jumlah sekolah dan ruang juga mengalami peningkatan dengan rata-rata 7,21 % dan 10,85% sehingga rasio antara ruang yang tersedia dengan jumlah murid juga mengalami penurunan ratarata 0,28%. Rasio murid dengan ruang sebesar 31 murid untuk satu ruangan sudah sangat memadai (Tabel 2.61) .
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 66
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.61. Jumlah Murid, Guru, Sekolah dan rasio murid dan Guru serta rasio Murid dan ruang tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kabupaten Tebo berdasarkan Kecamatan, 2005 – 2010. KECAMATAN
MURID
GURU
SEKOLAH
RASIO MURID : GURU
RUANG
RASIO MURID : RUANG
1
2
3
4
5
6
7
TEBO ILIR
314
19
1
17
9
35
TEBO TENGAH
889
73
2
12
28
32
TENGAH ILIR
185
16
1
12
5
37
SUMAY
223
22
1
10
7
32
1.012
79
3
13
25
40
RIMBO ULU
850
69
3
12
29
29
RIMBO ILIR
848
48
2
18
24
35
TEBO ULU
509
42
2
12
16
32
VII KOTO
207
18
1
12
9
23
MUARA TABIR
191
19
1
10
6
32
SERAI SERUMPUN
56
10
1
6
3
19
VII KOTO ILIR
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
5.284
415
18
12
161
31
2009
4.576
416
17
11
150
31
2008
4.224
372
18
14
137
31
2007
3.956
284
21
13
111
36
2006
3.849
284
14
14
106
36
2005
3.461
271
14
12
97
32
RIMBO BUJANG
Sumber: Tebo dalam Angka, 2011.
2.3.3.4. Pendidikan Tinggi Untuk Pendidikan Tinggi sampai saat ini telah berdiri dua buah Sekolah Tinggi di Kabupaten Tebo yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tebo dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) di Rimbo Bujang. STAI Kabupaten Tebo pada tahun awal pendiriannya (1999/2000) menerima 83 orang mahasiswa dan sejak tahun ajaran 2005 menerima rata-rata lebih dari 200 mahasiswa baru pada setiap tahunnya. Demikian juga STIT yang pada tahun 2002/2003 menerima 115 mahasiswa dan pada tahun 2005/2006 menerima 192 mahasiswa bahkan pada tahun ajaran 2010/2011 menerima 780 orang mahasiswa.. Data tersebut menunjukkan bahwa cukup besar minat masyarakat Tebo untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 67
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.62. Jumlah mahasiswa di Kabupaten Tebo, 2005 – 2010. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
TAHUN
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
DOSEN
MAHASISWA
DOSEN
MAHASISWA
1
2
3
4
5
2005
38
226
47
192
2006
35
229
52
250
2007
35
303
27
298
2008
58
478
31
570
2009
48
478
40
610
2010
43
602
40
780
Sumber: Tebo dalam Angka, 2011.
2.3.3.5. Angka Partisipasi Sekolah Sebaran jumlah siswa pada setiap tingkatan pendidikan di Kabupaten Tebo dapat dilihat pada Tabel 2.59, 2.60. dan 2.61. Tabel-Tabel tersebut diatas menunjukan bahwa ada kesenjangan yang sangat lebar antara jumlah siswa sekolah dasar dan siswa sekolah menengah pertama (SLTP). Demikian juga terdapat perbedaan yang sangat nyata antara jumlah siswa SLTP dengan siswa SLTA. Data ini diperkuat Angka Partisipasi sekolah (APS) yang menunjukkan severapa banyak usia sekolah yang memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada. APS umur 7-12 tahun pada tahun 2008 mencapai 95,51% sedangakan APS kelompok umur 13-15 tahun 87,66%; APS kelompok umur 16 – 18 tahun turun menjadi 51,99% dan `APS kelompok umur 19-24 tahun hanya 6,06%. Data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan umur penduduk cenderung mengurangi minat dan partisipasi masyarakat uintuk bersekolah. Partisipasi masyarakat Kabupaten Tebo dalam bidang pendidikan tidak hanya rendah untuk tingkat menengah dan tinggi tetapi juga untuk pendidikan anak usia dini (Taman Kanak-Kanak dan Playgroup). Tabel 2.63. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Tebo. JENIS KELAMIN
KELOMPOK UMUR SEKOLAH (TAHUN) 7 -12
13 – 15
16 – 18
19 -24
1
2
3
4
5
LAKI-LAKI
96,40
83,52
48,75
7,69
PEREMPUAN
94,63
91,80
54,63
4,38
TOTAL
95,51
87,66
51,99
6,06
Sumber: SUSENAS 2008
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 68
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Selain Angka partispasi Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk masing-masing tingkat pendidikan juga menunjukkan kecendrungan yang sama. APK untuk tingkat Sekolah Dasar mencapai 115,87 ; APK tingkat SLTP sebesar 95,37% sedangkan APK tingkat SLTA hanya mencapai 71,35%. Selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan rata-rata APK untuk sekolah dasar sebesar 2,11%, SLTP 5,80 dan SLTA 9,09%. Data APK disajikan pada Tabel 2.64. Tabel 2.64. Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Tebo 2006 – 2010. TAHUN
ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
SD/MI/SDLB
106.64
107.7
110.5
111.14
115.87
SLTP/MTS
76.18
82.51
87.62
93.16
95.37
SLTA/MA
50.41
56.13
59.56
65.51
71.35
Sumber : LKPJ 2006 – 2011
2.3.3.6. Pendidikan Non-Formal Pelaksanaan Program Pendidikan Non-Formal bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat yang kurang beruntung dan atau sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal. Program ini dilaksanakan juga untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui berbagai keterampilan yang dimiliki. Adapun untuk mencapai sasaran yang diinginkan telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang antara lain pengembangan pendidikan keaksaraan dialokasikan, pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup. 2.3.3.7. Pendidikan Luar Biasa Program Pendidikan Luar Biasa dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak yang memiliki kelemahan fisik dan mental. Untuk mencapai sasaran dari program ini, telah dilaksanakan kegiatan antara lain, pengadaan alat praktek dan peraga siswa hal ini bertujuan untuk meningkatkan sarana dan prasaranan belajar, dengan demikian akses layanan pendidikan juga mengalami peningkatan sekaligus terjadi peningkatan kualitas pendidikan. 2.3.3.8.
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Program Peningkatan kualitas atau mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, dilaksanakanlah program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, telah dilaksanakan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 69
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
beberapa kegiatan yang antara lain; Pelaksanaan sertifikasi pendidik, pelaksanaan uji kopetensi pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan bagi pendidik untuk memenuhi standar kompetensi, pendidikan lanjutan bagi pendidik untuk memenuhi standar kualifikasi, dan pengembangan sistem pendataan. Keberhasilan dari pelaksanaan program ini tergambar dari jumlah guru yang telah mencapai kualifikasi pendidikan S1/DIV sebanyak 1353 orang, sedangkan untuk S2 sebanyak 7 orang pada akhir tahun 2010, walaupun masih banyak guru yang memiiki jenjang pendidikan setara SMA sebanyak 718 Orang, D1 sebanyak 77 Orang, D2 sebanyak 1433 Orang dan berpendidikan D3 sebanyak 148 orang. Dan keberhasilan dari pelaksanaan program ini juga tergambar dari jumlah guru yang lulus dari kegitan sertifikasi tenaga pendidik yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas tenaga pengajar di Kabupaten Tebo. Sampai akhir tahun 2010 terdapat 500 orang guru yang telah memiliki sertifikasi yang terdiri dari guru SD sebanyak 206 orang, guru SLTP sebanyak 196 orang dan 98 orang guru SLTA. 2.3.4. Pemerintahan Mulai tahun 2010 Kabupaten Tebo terdiri dari 12 Kecamatan dan 106 desa/kelurahan, terdiri dari 101 desa dan 5 kelurahan yaitu Kelurahan Muara Tebo, Tebing Tinggi, Wirotho Agung, Sungai Bengkal, dan Pulau Temiang. Seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Tebo merupakan desa swadaya. Kecamatan di Kabupaten Tebo adalah: 1. Kecamatan Tebo Ilir terdiri dari 11 desa/kelurahan 2. Kecamatan Muara Tabir terdiri dari 7 desa/kelurahan 3. Kecamatan Tebo Tengah terdiri dari 12 desa/kelurahan 4. Kecamatan Sumay terdiri dari 12 desa/kelurahan 5. Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa/kelurahan 6. Kecamatan Rimbo Bujang terdiri dari 8 desa/kelurahan 7. Kecamatan Rimbo Ulu terdiri dari 6 desa/kelurahan 8. Kecamatan Rimbo Ilir terdiri dari 9 desa/kelurahan 9. Kecamatan Tebo Ulu terdiri dari 12 desa/kelurahan 10. Kecamatan VII Koto terdiri dari 10 desa/kelurahan 11. Kecamatan Serai Serumpun terdiri dari 8 desa/kelurahan 12. Kecamatan VII Koto Ilir terdiri dari 6 desa/kelurahan Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan PEMDA Kabupaten Tebo tahun 2010 sebanyak 4.629 orang, atau meningkat 4,75% (220 orang) dari tahun 2009. Sebagian besar PNS di Kabupaten Tebo adalah guru yaitu 2.556 orang (55,2%) dan 498 orang (10,76%) merupakan tenaga kesehatan.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 70
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Jumlah tenaga honorer dan musiman di lingkungan pemda Kabupaten Tebo tahun 2010 adalah 186 orang atau turun 30,08% (266 orang) dari tahun sebelumnya. Sebesar 93 orang (50%) tenaga honorer adalah guru. Berikut jumlah PNS di Kabupaten Tebo: Tabel 2.65. Jumlah PNS Pemda Tebo, 2010. NO
UNIT KERJA
1
2
GOLONGAN
JUMLAH
IV
III
II
I
3
4
5
6
7
1.
SEKRETARIS DAERAH
15
59
71
2
147
2.
SEKRETARIAT DPRD
4
11
15
-
30
3.
DINAS DIKBUDPORA
8
22
12
-
42
4.
DINAS KESEHATAN
2
32
19
-
53
5.
DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA & TRANSMIGRASI
2
20
3
1
26
6.
DINAS KEPENDUDUKAN & CATATAN SIPIL
2
10
9
-
21
7.
DINAS PERHUBUNGAN & KOMINFO
4
12
18
7
41
8.
DINAS PU
4
24
15
2
45
9.
DINAS PERKOTAAN, PERTAMANAN & DAMKAR
2
10
14
8
34
10.
DINAS PENGELOLAAN PASAR & KEBERSIHAN
2
9
10
2
23
11.
DINAS PERINDAGKOP & UKM
1
13
8
-
22
12.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN
1
16
3
-
20
13.
DINAS PERIKANAN & PETERNAKAN
1
24
9
-
34
14.
DINAS KEHUTANAN
2
39
18
2
61
15.
DINAS PERKEBUNAN
2
20
18
1
41
16.
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2
12
1
-
15
17.
DINAS DPPKAD
3
23
20
1
47
18.
INSPEKTORAT
4
15
10
-
29
19.
BEPPEDA
2
20
5
-
27
20.
BKD
4
26
5
-
35
21.
BADAN PMPD
3
9
7
-
19
22.
BADAN PEMERDAYAAN PEREMPUAN & KB
4
25
3
1
33
23.
KANTOR KETAHANAN PANGAN & PENYULUHAN
1
61
12
-
74
24.
KANTOR LINGKUNGAN HIDUP
1
5
8
-
14
25.
KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
-
6
48
-
54
26.
KANTOR KESBANGPOL & LINMAS
1
7
3
-
11
27.
KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
1
8
3
-
12
28.
RSUD SULTAN THAHA SAIFUDDIN
-
62
110
4
176
29.
SEKRETARIAT KPUD
1
4
8
-
13
30.
GURU
902
1.083
571
-
2.556
31.
TENAGA KESEHATAN
-
188
310
-
498
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 71
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
1
2
3
4
5
6
7
32.
KANTOR CAMAT TEBO TENGAH
-
10
8
2
20
33.
KANTOR CAMAT TEBO ULU
-
6
18
-
24
34.
KANTOR CAMAT TEBO ILIR
-
10
8
2
20
35.
KANTOR CAMAT RIMBO BUJANG
-
10
8
1
19
36.
KANTOR CAMAT SUMAY
1
6
6
2
15
37.
KANTOR CAMAT VII KOTO
-
5
8
1
14
38.
KANTOR CAMAT RIMBO ILIR
-
6
11
1
18
39.
KANTOR CAMAT RIMBO ULU
-
9
6
-
15
40.
KANTOR CAMAT TENGAH ILIR
1
4
7
1
13
41.
KANTOR CAMAT SERAI SERUMPUN
-
6
8
-
14
42.
KANTOR CAMAT VII KOTO ILIR
-
4
5
2
11
43.
KANTOR CAMAT MUARA TABIR
-
3
11
2
16
44.
KANTOR KELURAHAN MUARA TEBO
-
4
4
-
8
45.
KELURAHAN TEBING TINGGI
-
4
2
-
6
46.
KANTOR KELURAHAN PULAU TEMIANG
-
3
3
-
6
47.
KANTOR KELURAHAN SUNGAI BENGKAL
-
4
4
-
8
48.
KANTOR KELURAHAN WIROTHO AGUNG
-
4
5
1
10
49.
UPTD DI LINGKUNGAN PEMKAB TEBO
61
47
30
1
139
1.044
2.020
1.518
47
4.629
TOTAL
Tabel di atas menunjukkan jumlah PNS di Kabupaten Tebo sudah cukup “gemuk”, persoalannya sebaran PNS belum proporsional. Misalnya Badan PMD hanya 19 orang sementara urusannya sangat luas dan penting dalam mewujudkan otonomi daerah karena bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat perdesaan. Kemudian pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu hanya 12 orang. Instansi ini sangat penting, namun dengan hanya 12 orang pegawai tentu sulit untuk melaksanakan pelayanan terpadu dengan baik. Berikut jumlah PNS di lingkungan Pemda Tebo menurut Golongan Kepangkatan dan jenis kelamin: Tabel 2.66. Jumlah PNS di lingkungan Pemda Tebo menurut Golongan Kepangkatan, 2010. GOLONGAN/PANGKAT
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
2
3
4
GOLONGAN I
75
5
80
785
728
1.513
GOLONGAN III
1.090
901
1.991
GOLONGAN IV
572
473
1.045
2.522
2.107
4.629
GOLONGAN II
JUMLAH
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tebo 2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 72
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tahun 2008-2010 penambahan PNS di Kabupaten Tebo 607 orang, dengan rincian tahun 2008 berjumlah 4.022 orang, kemudian tahun 2009 naik menjadi 4.409 orang, terakhir tahun 2010 menjadi 4.629 orang. Pada aspek perundang-undangan, jumlah Peraturan Daerah Kabupaten Tebo 193 dan Peraturan Bupati Tebo 123. Berikut jumlah Perda dan Perbub: Tabel 2.67. Jumlah Perda dan Perbub Tebo, 2001 – 2010. PERATURAN TAHUN
PERDA
PERBUB
JUMLAH
1
2
3
4
2001
57
-
57
2002
18
-
18
2003
16
-
16
2004
20
-
20
2005
13
-
13
2006
5
15
20
2007
18
18
36
2008
17
51
68
2009
14
39
53
2010
15
-
15
2011
-
-
-
TOTAL
193
123
316
Sumber: Bagian Hukum Setda Tebo 2011.
Peraturan Bupati merupakan jenis peraturan yang muncul kembali sejak tahun 2004, berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (sekarang diganti dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan). Jadi, sebelum tahun 2004 tidak ada peraturan Bupati atau Peraturan Gubernur. Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Tebo cukup banyak Perda dan Perbub yang pernah dan sedang berlaku. Materi Perda yang paling banyak yakni tentang APBD. Berikut jumlah Perda berdasarkan materi muatan sejak tahun 2001:
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 73
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.68. Jenis Perda Berdasarkan Materi Muatan, 2001 – 2010. JENIS
JUMLAH
MASIH BERLAKU
1
2
3
APBD
26
2
DESA
16
15
ADAT ISTIADAT
1
1
KELURAHAN
6
6
STRUKTUR ORGANISASI PEMDA
19
18
PEMBENTUKAN ORGANISASI PEMDA
14
6
PAJAK
8
3
RETRIBUSI
35
26
PEMEKARAN DESA
7
7
PEMBENTUKAN KECAMATAN
3
3
RENCANA
3
-
IZIN
10
6
PROTOKOLER DAN KEUANGAN DPRD
4
1
KEAMANAN DAN KETERTIBAN
4
4
BANTUAN KEUANGAN PARPOL
3
1
LAIN-LAIN
34
34
193
133
JUMLAH
Sumber: Bagian Hukum Setda Tebo 2011, diolah.
Berdasarkan tabel di atas, dari 193 Perda, terdapat 60 Perda yang sudah dinyatakan dicabut dan ada yang dengan sendirinya tidak berlaku lagi, misalnya Perda tentang APBD dan Perda tentang Perubahan APBD tahun 2001-2010. Kemudian Perda tentang Retribusi dicabut 9 buah karena bertentangan dengan UU No. 28 Tahun 2009 atau diganti dengan Perda yang baru. 2.3.5. Ketentraman dan Ketertiban Tingkat keamanan dan ketertiban di Kabupaten Tebo selama lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.69. Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa kejahatan (yang dilaporkan) terjadi rata-rata 0,56 atau terjadi kejahatan pada setiap 1,78 hari sekali selama periode tahun 2006-2009. Angka rata-rata kejahatan terjadi mengalami peningkatan dengan nilai 2,89% per tahun. Sedangkan angka pelanggaran terjadi dengan frekuensi yang lebih sering yaitu rata-rata 3,37 per hari. Walaupun demikian angka kejadian pelanggaran yang dilaporkan mengalami penurunan rata-rata 20,32% pertahun. Sementara itu angka kecelakaan rata-rata terjadi pada setiap 6,23 hari sekali dengan rata-rata kecelakaan meningkat 7,83% pertahun.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 74
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Tabel 2.69. Jumlah terjadinya kejahatan, kecelakaan dan pelanggaran di Kabupaten Tebo, 2006 – 2009. TAHUN
KEJAHATAN
KECELAKAAN
PELANGGARAN
DILAPORKAN
DISELESAIKAN
DILAPORKAN
DISELESAIKAN
DILAPORKAN
DISELESAIKAN
1
2
3
4
5
6
7
2009
177
89
51
28
719
719
2008
220
110
61
36
556
556
2007
245
146
74
48
1548
1548
2006
177
87
47
39
2097
2097
Sumber: Tebo dalam Angka 2010.
Dalam rangka mendukung ketentraman dan ketertiban masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Tebo selama tahun 2006-2010 telah menganggarkan biaya langsung dengan rata-rata anggaran pertahunnya sebesar Rp. 2.554.686.718,- dengan 2 program prioritas program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal serta program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan. Pemeliharaan kantrantibmas dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dari Satuan Polisi Pamong Praja yakni Mewujudkan Aparatur Polisi Pamong Praja yang Profesional dalam menegakkan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman masyarakat di daerah. Pencapaiaan peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan dalam kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan, sebagai mana terlihat dalam Tabel di bawah ini. Tabel 2.70. Obyek Sasaran Penertiban Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan, 2006 - 2010. NO
OBYEK SASARAN PENERTIBAN
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7 1
1
PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)
1
3
1
3
2
PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
-
2
-
2
-
3
JUMLAH PENERTIBAN BANGUNAN LIAR
-
-
2
-
1
4
PENERTIBAN PRAKTEK PROSTITUSI
-
-
3
-
4
5
PENERTIBAN MINUMAN KERAS
-
4
-
-
-
Sumber : Kantor Sat Pol PP Kabupaten Tebo, 2010.
2.3.6. Perizinan Perizinan merupakan instrument konkrit individual yang dikeluarkan oleh pemerintah/pemerintah daerah kepada orang atau badan hukum untuk melaksanakan usaha atau kegiatan tertentu. Sampai tahun 2009 perizinan bidang perdagangan di Kabupaten Tebo berjumlah 228 Surat Izin Usaha
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 75
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan. Jumah tersebut dibagi pada jenis usaha kecil (156), usaha menengah (55), dan usaha besar (17). Berdasarkan informasi yang diperoleh, saat ini di Kabupaten Tebo terdapat 13 Perda tentang Retribusi Perizinan. Namun dalam perkembangannya, 13 Perda tersebut dinilai perlu ditinjau kembali sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Tebo sedang melakukan kajian dan akan mengajukan Raperda yakni tentang penyertaan modal pada Bank Jambi, Raperda retribusi jasa umum, Raperda retribusi jasa usaha, Raperda perizinan tertentu, dan raperda pencabutan 13 Perda retribusi di atas. Berkaitan dengan perizinan ini, di Kabupaten Tebo telah ada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dengan 12 orang pegawai. Walaupun demikian, Tebo belum memiliki Perda tentang Perizinan Terpadu sebagaimana di daerah lain. Tujuan PTSP untuk menyederhanakan sistem perizinan, sehingga lebih efektif dan efisien sebagai instrument pembaharuan tata pemerintahan di Tebo. 2.4.
Aspek Daya Saing
Guna melihat kemampuan daya saing daerah maka dapat dilihat dari berbagai aspek. Adapun aspek yang dimaksud dapat berkenaan dengan daya saing ekonomi, daya saing SDM, daya saing infrastruktur dan daya saing investasi. Berikut beberapa informasi yang berkenaan dengan kemmapuan daya saing daerah Kabupaten Tebo. 2.4.1. Daya Saing Ekonomi Daya saing daerah dari sisi ekonomi dapat dilihat dari kemampuan sektor ekonomi yang ada dalam menghasilkan nilai tambah. Sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor jasa-jasa merupakan 4 sektor utama yang memiliki daya saing lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Hal ini terindikasi pada 2 tahun terakhir kemampuan daya tumbuh sektor tersebut dalam menghasilkan nilai tambah di atas 9 persen. Daya saing daerah juga dapat diamati dari semakin meningkatnya tingkat pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Tebo. Pada tahun 2006 tingkat pendapatan perkapita adalah sebesar Rp. 4.925.000 per kapita dan meningkat pada tahun 2010 menjadi Rp. 7.728.000 per kapita. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan ekonomi Kabupaten Tebo untuk tumbuh dan berkembang secara riil diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 76
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
Hal lainnya indikator daya saing daerah dari aspek ekonomi dapat diamati dari perkembangan lembaga ekonomi yang memberi daya dukung dalam perekonomian Kabupaten Tebo. Salah satu kelembagaan ekonomi yang menunjukan perkembangannya adalah jumlah koperasi. Pada tahun 2006, jumlah koperasi primer adalah 209 unit dan meningkat menjadi 294 unit pada tahun 2010. 2.4.2. Daya Saing Sumberdaya Manusia. Tingkat kemampuan daya saing daerah Kabupaten Tebo dari aspek sumber daya manusia, dapat juga dilihat dari kemampuannya meningkatkan kesempatan kerja atau mengurangi tingkat penganggguran. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi daya saing suatu daerah maka akan semakin tumbuh berkembang unit ekonomi. Pada akhirnya kondisi ini akan meningkatkan kesempatan kerja atau dalam artian akan mengurangi tingkat pengangguran. Pengangguran terbuka yang lebih besar merupakan masalah dalam pembangunan ekonomi daerah. Penciptaan kesempatan kerja untuk mengurangi angka pengangguran terbuka adalah salah satu sasaran pembangunan ekonomi dan sekaligus menjadi instrumen utama dalam pemerataan hasil-hasil pembangunan. Secara makro ekonomi, perkembangan kesempatan kerja nasional dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional, demikian juga untuk skala daerah (regional) perkembangan kesempatan kerja di daerah dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah kesempatan kerja yang tersedia dalam kurun waktu tertentu merupakan cerminan dari daya dukung ekonomi dalam penggunaan sumberdaya manusia yang tersedia. Walaupun ada penurunan tingkat pengangguran pada tahun 2010 sebesar 6,18 persen dari tahun 2009. Namun selama empat tahun terakhir tingkat pengangguran masih sangat tinggi yaitu pada tahun 2007 sebanyak 2.574 orang dan pada tahun 2010 menjadi 7.527 orang atau meningkat sebesar 192,42 persen. Peningkatan kegiatan ekonomi daerah di berbagai sektor akan memberikan dampak, baik langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja. Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah bagaimana dapat menyerap sebesar-besarnya tambahan angkatan kerja baru (new labor force) yang terjadi setiap tahun, dengan tetap memperhatikan aspek peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas berkorelasi positif dengan pendapatan yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan kesejahteraan para tenaga kerja dan keluarganya. Pada tahun 2009 Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK) di Kabupaten Tebo mencapai 70,26. Untuk tingkat Kecamatan, Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK)
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 77
RPJMD Kabupaten Tebo 2011 - 2016
tertinggi terdapat di Kecamatan Tebo Tengah sebesar 72,11 persen, sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Serai Serumpun dan VII Koto Ilir yaitu 69,40 persen.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II - 78