6
BAB II KAJIAN TEORI A. Karakteristik Wisatawan Menurut Kotler (2000:263) untuk menentukan profil dan minat pengunjung dapat dilakukan melalui aspek georafis dan aspek demografis. 1. Aspek Geografis Profil pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok unit geografis, yaitu kewarganegaraan, asal Negara, kota provinsi, desa, lingkungan dan lainnya. 2. Aspek Demografis Pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa variable dasar seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, status perkawinan, generasi, nasionalitas dan kelas social. 3. Aspek Fisiografi Pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok unit pasar berdasarkan sifat dan karakteristik dilihat dari kejiwaan seperti lama kunjung, pilihan kegiatan rekreasi, frekuensi kunjungan, dan belanja wisatawan. Variabel demografis adalah faktor yang paling sering digunakan dalam menentukan profil dan minat pengunjung. Hal ini disebabkan oleh pilihan, penggunaan dan
keinginan sering berhubungan dengan variable demografis
tersebut.
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
B. Konsep Fasilitas Wisata 1.
Pengertian Fasilitas Pengertian fasilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:415) adalah sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan fasilitas wisata di suatu kawasan wisata adalah segala sesuatu yang dapat membantu memudahkan pengguna (wisatawan) dalam memanfaatkan atau menikmati atraksi wisata. Fasilitas dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu.Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat.Fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu. Bukart dan Medlik (1974:133) memandang fasilitas sebagai salah satu faktor yang penting di suatu tempat wisata tetapi fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata,tetapi ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata, sebagaimana dikemukakannya bahwa: "Fasilitas bukanlah faktor utama yang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan failitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata.Pada initinya fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi.Disamping itu fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata.Fasilitas yang penyajiannya disertai dengan keramahtamahannya yang mengenyangkan wisatawan dapat menjadi daya tarik, dimana keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata.”
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam
rangka
mendapat
pengalaman
rekreasi
(Marpaung,2002:69).
Disamping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya
disertai
dengan
keramahtamahan
yang
menyenagkan
wisatawan, dimana keramahtamahannya dapat mengangkat pemeberian jasa menjadi suatu atraksi Lawson and Baud-bovy dalam bukunya Tourism and Recreation Handbook of Planning and Design (1998:17) membagi fasilitas kedalam 2 jenis: 1.) Fasilitas dasar untuk semua tipe resort atau komplek rekreasi dimanapun berada, yang memberikan pelayanan kepada wisatawan secara umum seperti akomodasi, makanan dan minuman, hiburan, bersantai dan juga infrastruktur dasar untuk pengelolaan sebuah objek wisata. 2.) Fasilitas khusus sesuai dengan karakterisitik yang tersedia yang menunjukan karakter alamiah sebuah objek wisata. Objek wisata pantai, gunung, spa dan objek wisata dengan tema lainnya memerlukan fasilitas khusus yang berbeda. 2.
Standar Fasilitas Wisata Standar dalam konteks perencanaan, berdasarkan pendapat Roger A. Lancaster dalam buku Recreation, Park and Open Space Standards and Guidelines (1982:37) adalah ukuran minimum yang dapat diterima oleh umum bagi suatu penetapan luas.Dapat diterima dalam pengertian ini adalah
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
ukuran-ukuran tersebut telah diaplikasikan dan merupakan hasil dari suatu implementasi perencanaan yang telah sesuai denga tujuan dan sasaran pembangunannya. Masih menurut Roger A. Lancaster (1983:51), mengemukakan mengenai pengertian standar fasilitas adalah sebagai jumlah fasilitas rekreasi, dengan segala kelengkapannya, yang erlu disediakan bagi kebutuhan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas rekreasi. Sastrayuda (2007) mengemukakan, standar fasilitas adalah sebagai jumlah fasilitas rekreasi dengan segala kelengkapannya, yang perlu disediakan bagi kebutuhan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas rekreasi.beberapa
persyaratan
yang
menjadi
dasar
panduan
dalam
pengembangan standar fasilitas wisata adalah: 1.) Standar harus realisis dan mudah untuk dicapai; menetapkan standar yang terlalu muluk dengan cara yag sulit dicapai dan teknologi yang belum bisa diterapkan di suatu daerah mengakibatkan standar tersebut hanya akan menjadi bahan yang menghiasi laporan studi namun tidak diimplementasikan. 2.) Standar harus dapat diterima dan berguna bagi pengguna maupun pengembil keputusan; standar yang baik artinya harus menjadi pegangan bersama baik perencanaan maupun oleh pelaksana, sehingga suatu standar tidaka kan menjadi benda mati yang kadang kala menjadi beban bagi pengguna.
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
3.) Standar harus didasarkan pada analisa yang sesuai berdasarkan informasi terbaik yang dapat diperoleh; sudah barang tentu ketersediaan informasi bagi analisis penentu serta penetapan suatu standar bagi fasilitas wisata yang akan dibangun merupakan salah satu syarat yang sulit dikarenakan data dan informasi yang terbaik kadang kala menjadi beban utama dalam proses perencanaan.
Standar fasilitas dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengukur efektivitas dan penciptaan pengalaman rekreasi pada beberapa atraksi wisata yang sejenis atau dapat pula digunakan untuk membangun keseimbangan antara pembangunan yang diprakarsai oleh swasta maupun pemerintah karenanya tidak ada satupun atraksi wisata yang akan memiliki standar fasilitas yang sama. Pada dasarnya suatu standar tidak dapat dipaksakan dan standar fasilitas wisata yang ditetapkan haruslah sensitif terhadap kondisi lingkungan fisik dan kebutuhan manusia. Oleh karenanya tidak ada satupun atraksi wisata akan memiliki standar fasilitas wisata yang sama (Makalam, 1994:15). Perencanaan pariwisata di mancanegara menunjukan bahwa tidak ada satupun peraturan yang dapat mengatur standar fasilitas wisata terutama untuk jenis atraksi wisata yang berbeda. Namun agar dapat digunakan secara efektif, standar fasilitas wisata yang diciptakan khusus untuk suatu kawasan harus memenuhi criteria yang disebutkan oleh Gold (1980:179) sebagai berikut:
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
a. Berorientasi kepada manusia b. Layak untuk dibangun c. Praktis d. Sesuai dengan waktu e. Memperhatikan keamanan Jenis atraksi akan membutuhkan jenis fasilitas yang berbeda. Untuk itu dalam menentukan standar fasilitas suatu objek perlu terlebih dahulu memperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1.) Tema dasar dari objek wisata; tema ini akan sangat bergantung kepada aktivitas yang akan berkembang di objek ini. 2.) Tingkat perkembangan; apakah objek wisata ini telah berkembang atau belum, berpotensi ataukah tidak. Kondisi ini akan mempengaruhi langkah penentuan arah dalam penetapan standar fasilitas yang dibutuhkan. 3.) Atraksi dan pola aktivitas, setelah ditentukan tema dasar maka akan teridentifikasi atraksi
dan pola aktivitas apa saj
yang dapat
dikembangkan di objek wisata tersebut. 3. Konsep Pengembangan Fasilitas Wisata Suatu lokasi wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya. Menurut Maryani (1997:11) syarat-syarat tersebut adalah: 1.) Something to see, artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain dengan daerah itu harus Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
mempunyai daya tarik khusus dan atraksi budaya yan dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. 2.) Something to do, artinya ditempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan berbagai fasilitas ang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat itu. 3.) Something to buy, artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal. 4.) How to arrive, termasuk didalamnya fasilitas aksesbilitas, yaitu bagaimana wisatawan mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan beberapa dan berapa lama tiba ditempat wisata itu. 5.) How to stay, artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara waktu selama ia berlibur di objek wisata itu. Untuk itu diperlukan fasilitas penginapan baik hotel, losmen, cottage dan sebagainya. 4.
Penentuan Jenis Fasilitas Wisata Yang termasuk dalam fasilitas wisata adalah fasilitas pendukung kegiatan wisata seorang wisatawan. Baud-Bovy and Lawson (1977:2465) membagi fasilitas pendukung (ancillary facilities) ke dalam enam jenis fasilitas, yaitu: a) Akomodasi (hotel, motel, cottage, apartment) b) Makan minum (restoran, coffee shop, snack bar,) c) Sanitasi
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
d) Aksesibilitas (jalan akses, setapak, pintu masuk/gerbang utama dan tempat parkir) e) Fasilitas aktif, yaitu fasilitas yang dijadikan sebagai salah satu penunjang aktifitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung atau wisatawan. f) Lain-lain (gedung/kantor administrasi, pos keamanan, pos penjaga pantai, dan lainnya). 5.
Konsep Tata Ruang Fasilitas Tujuan perencanaan dan pengendalian tata ruang pada umumnya dan tata ruang kota pada khususnya, adalah untuk menciptakan kebutuhan manusia dengan lingkungan pendukungnya. Oleh karena itu proses penyususnan program tata ruang tersebut khususnya bagi tata ruang fasilitas harus lebih mengutamakan keselarasan dan keserasian lingkungan fisik. Sebagai wadah penduduk berinteraksi dinamis untuk mencapai pemenuhan kehidupan penduduk yang sejahtera dalam lingkungan tersebut.Dengan demikian suatu perencanaan lebih bersifat konkrit dan realistis, dalam artian bahwa program-program pembangunan yang terkandung di dalamnya cukup nyata atau jelas dan memungkinkan untuk dapat dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan berbagai faktor perencanaan baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
6.
Konsep Zonasi Penempatan fasilitas yang baik dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.Inskeep (1991) menyebutkan bahwa zonasi dimaksudkan untuk membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan bisa dikendalikan serta diawasi. Penempatan fasilitas yang baik dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Rencana pembangunan kawasan wisata menganut Konsep “Tripartite“ yaitu konsep zonasi untuk area yang masih remote atau tingkat kepadatan baik penduduk, aktivitas, maupun bangunannya sangat jarang bahkan tidak ada sama sekali. Dalam konsep zonasi ini terdapat tiga elemen yang harus dikaji atau diidentifikasi, direncanakan, dan dikembangkan dengan baik. Elemen-elemen ini adalah: 1.)
Nucleus atau Core Zone Merupakan zona inti atau atraksi itu sendiri dan harus direncanakan, dikembangkan dan dikelola agar keasliannya tetap terjaga dan memberi ciri khas atau tema kawasan wisata tersebut.Building Rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan.
2.)
Inviolatate Belt atau Buffer Zone
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
Merupakan
natural
area
yang
berbentuk
landscape
dengan
pemandangan yang indah dan tidak untuk dikomersilkan, berfungsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktivitas maupun fasilitas yang ada dikawasan tersebut dan harus dipertahankan keberadaannya. Building Rationya antara 60%-80% dari luas keseluruhan. 3.)
Zone of Enclosure atau Services Zone Merupakan daerah pelayanan yang biasanya digunakan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas dan pelayanan untuk dikomersilkan.
Building
Rationya
antara
10%-20%
dari
luas
keseluruhan.
= Nucleus/ Core Zone
= Buffer Zone
= Service Zone
Gambar 2.2 Zonasi Lawson dan Bovy (1997)
Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
C. Kerangka Pemikiran
Kampung Batu Malakasari
Berdiri sejak bulan Juni tahun 2010
1. Kurangnya fasilitas wisata 2. Penataan fasilitas yang masih belum optimal
Tinjauan Teori
Kuesioner
Karakteristik Wisatawan (Kotler, 2000:263)
Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata (Gold ,1980:179)
Tabulasi Data
Likert
Analisis Karakteristik Wisatawan dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata di Kampung Batu Malakasari. Ariny Dwi Damayanti, 2012 Analisis Karakteristik Wisatawan Dan Persepsi Wisatawan Mengenai Fasilitas Wisata Di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu