HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA KONSELING DENGAN KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DI SMP N 21 SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016
Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh Leli Lutfianah 1301411064
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: “Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya” (Leli Lutfianah)
Persembahan Skripsi ini dipersembahkan untuk: 1. Almamaterku Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang.
iv
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian ini menelaah mengenai hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam sistem di sekolah yang berperan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Kegiatan bimbingan di sekolah perlu didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap agar layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan efektif. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor eksternal yang turut mempengaruhi dalam pelaksanaan layanan BK di sekolah khususnya layanan konseling individu berjalan efektif. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka peneliti perlu membuktikan hubungan antara penggunaan sarana dan prasaran konseling dengan keefektifan layanan konseling individu. dengan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan diantara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 21 Semarang, diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan penggunaan sarana dan prasarana konseling dalam kriteria baik dan keefektifan layanan konseling individu dalam
v
kriteria efektif. Hasil penelitian tersebut telah membuktikan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu, artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka layanan konseling individu dapat berjalan dengan efektif. Penyusunan skripsi berdasarkan pada metode penelitian kuantitatif yang dilakukan dalam suatu prosedur terstruktur dan terencana. Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya memiliki banyak kendala, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun berkat rahmat Allah SWT. dan ketekunan, skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Fakultas Ilmu Pendidikan.
2.
Prof. Dr. Fakhrudin, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin penelitian untuk
penyelesaian skripsi ini. 3.
Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing dan penguji III yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
vi
4.
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si., Penguji I dan Dra. Sinta Saraswati, M.Pd. Kons., Penguji II yang telah menguji dan memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6.
Kepala Sekolah, Guru, Konselor, dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 21 Semarang yang telah memberi ijin dan fasilitas selama melaksanakan penelitian ini.
7.
Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya untuk terselesaikannya skripsi ini
8.
Keluarga besarku, umi ridho, serta adik-adikku tersayang yang telah memberikan semangat dan doanya.
9.
Teman-teman seperjuangan jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2011 yang menjadi penyemangat dan tempat berdiskusi.
10. Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu- persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, Februari 2016 Penulis
vii
ABSTRAK Lutfianah, Leli. 2016. Hubungan Antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Eko Nusantoro, M.Pd, Kons Kata Kunci: Sarana, Prasarana, Layanan konseling individu Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang ada dilapangan bahwa sarana dan prasarana di SMP Negeri 21 Semarang memadai akan tetapi belum digunakan secara maksimal dalam pelaksanaan kegiatan BK. Kegiatan layanan konseling individu masih jarang dilaksanakan dan berjalan kurang efektif dan hasil wawancara dengan siswa menunjukkan siswa masih merasa malu dan takut mengutarakan masalah pribadi dan cenderung pasif selama proses konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu Di SMP N 21 Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex-post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang pernah melaksanakan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologis. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis korelasi product moment. Hasil analisis menunjukkan penggunaan sarana dan prasarana konseling termasuk dalam kriteria baik dengan persentase sebesar 77%, keefektifan layanan konseling individu dalam kriteria efektif dengan persentase 77%, dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling yang ditunjukkan dengan nilai rhitung= 0,717 dengan nilai rtabel= 0,254 pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian harga rhitung> rtabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Simpulan dari penelitian ini bahwa di SMP Negeri 21 Semarang (1) penggunaan sarana dan prasarana BK dalam kriteria baik, (2) keefektifan layanan konseling individu dalam kriteria efektif, dan (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana BK dengan keefektifan layanan konseling individu. Artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka semakin efektif layanan konseling individu. Oleh karena itu disarankan kepada kepala sekolah untuk senantiasa meningkatkan sarana dan prasarana serta menjaga dan memeliharanya. Bagi guru BK untuk mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan konseling individu dengan harapan semakin banyak siswa yang mengikuti konseling individu dapat meningkatkan citra guru BK di mata stakeholder sekolah. Bagi peneliti dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan pendekatan lain agar hasil yang diperoleh lebih luas dan lengkap.
viii
DAFTAR ISI Halaman PENGESAHAN ……………………………………………………………. ii PERNYATAAN …………………………………………………………… iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv PRAKATA …………………………………………………………………. v ABSTRAK …………………………………………………………………. viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xiv DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………... xv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xvi Bab 1 Pendahuluan ………………………………………………………… 1 1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1 1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 6 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 6 1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 7 1.5. Sistematika Penulisan skripsi ……………………………………… 8 Bab 2 Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 10 2.1 Penelitian Terdahulu ……………………………………………. 10 2.2 Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………………….. 11 2.2.1 Pengertian Sarana dan Prasarana ……………………………….. 12 2.2.2 Tujuan Sarana dan Prasarana …………………………………… 13 2.2.3 Manfaat Sarana dan Prasarana …………………………………. 14 2.2.4 Standar Sarana dan Prasarana ………………………………...... 16 2.2.4.1 Sarana Konseling…………………………………...................... 20 2.2.4.2 Prasarana Konseling ……………………………….................... 21 2.2.4.2.1 Lokasi atau Tempat …………………………………………… 21 2.2.4.2.2 Ruang BK ……………………………………………………. 23 2.2.4.2.3 Suasana Ruang Konseling …………………………………….. 24 2.3 Keefektifan Keefektifan Layanan Konseling Individu ………….. 26 2.3.1 Pengertian Keefektifan …………………………………………. 26 2.3.2 Layanan Konseling Individu …………………………………… 27 2.3.2.1 Pengertian Konseling Individu ………………………………… 27 2.3.2.2 Tujuan Konseling Individu …………………………………….. 28 2.3.2.3 Komponen Konseling Individu ………………………………… 29 2.3.2.4 Asas Konseling Individu ……………………………….............. 30 2.3.2.5 Operasionalisasi Layanan Konseling Individu …………………. 32 2.3.2.6 Faktor Penghambat Layanan Konseling Individu………………. 34 2.3.2.7 Keefektifan Layanan Konseling Individu………………………. 34 2.4 Hubungan Antara Penggunaan Sarana Dan Prasarana Konseling dengan keefektifan Layanan Konseling Individu ………………. 40 2.5 Hipotesis ………………………………………………………… 43 Bab 3 Metode Penelitian ……………………………………………….. 44
ix
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………………… 3.2 Variabel Penelitian ………………………………………………….. 3.2.1 Jenis Variabel ……………………………………………………... 3.2.1.1 Variabel bebas …………………………………………............... 3.2.1.2 Varibel terikat …………………………………………………… 3.2.2 Hubungan Antar Variabel ………………………………………. 3.2.3 Definisi Operasional Variabel …………………………………... 3.2.3.1 Variabel Bebas ………………………………………………….. 3.2.3.2 Variabel Terikat …………………………………………………. 3.3 Populasi dan Sampel …………………………………………… 3.3.1 Populasi …………………………………………………………. 3.3.2 Sampel …………………………………………………………... 3.4 Metode dan Alat Pengumpul Data ……………………………… 3.4.1 Metode Pengumpul Data ……………………………………….. 3.4.2 Alat Pengumpul Data …………………………………………… 3.5 Penyusunan Instrumen ………………………………………….. 3.6 Validitas dan Reliabilitas ……………………………………….. 3.6.1 Validitas ………………………………………………………… 3.6.2 Reliabilitas ……………………………………………………… 3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ……………………………. 3.7.1 Hasil Uji Validitas Skala Persepsi tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ……………………………................... 3.7.2 Hasil Uji Validitas Skala Persepsi tentang Keefektifan Layanan Konseling Individu …………………………………………….. 3.7.3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………………………………………... 3.7.4 Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi tentang Keefektifan Layanan Konseling Individu ………………………………….... 3.8 Teknik Analisis Data ……………………………………………. 3.8.1 Analisis Deskriptif Presentase………………………………….... 3.8.2 Uji Normalitas …………………………………………………... 3.8.3 Analisis Korelasi ………………………………………………... 3.8 Kerangka Penelitian ………………………………………………… Bab 4 Hasil dan Pembahasan …………………………………………… 4.1 Hasil Penelitian …………………………………………………. 4.1.1 Analisis Deskriptif ……………………………………………… 4.1.1.1 Gambaran Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling di SMP Negeri 21 Semarang …………………………………………….. 4.1.1.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan …………. 4.1.1.1.2 Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator pada sub Variabel ……………………………………………..................... 4.1.1.1.3 Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator ………. 4.1.1.2 Gambaran Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang …………………………………………….. 4.1.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan …………. 4.1.1.2.2 Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator ………..
x
44 45 45 45 45 46 46 47 48 49 49 50 51 51 52 52 55 55 57 58 58 59 60 61 61 62 64 65 67 69 69 69 69 69 71 74 81 81 83
4.1.2 Hasil Analisis Statistik ………………………………………….. 89 4.1.2.1 Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 ………………................. 89 4.1.2.1.1 Hasil Uji Normalitas ……………………………………….. 89 4.1.2.1.2 Hasil Uji Hipotesis …………………………………………. 90 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………......... 92 4.2.1 Gambaran Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 …………………. 92 4.2.2 Gambaran Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun Pelajaran 2015/2016 ……………….. 94 4.2.3 Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun Ajaran 2015/2016 ………………………….. 95 4.3 Keterbatasan Penelitian ……………………………………............... 97 Bab 5 Penutup ……………………………………………………………… 98 5.1 Simpulan ……………………………………………………………….. 98 5.2 Saran …………………………………………………………………… 98 Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 100
xi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 4.1 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17
Halaman Jenis, rasio dan deskripsi sarana ruang konseling …………... 18 Populasi Siswa yang Pernah Mengikuti Konseling ………… 50 Sampel Siswa yang Pernah Mengikuti Konseling ………….. 50 Alternatif Jawaban pada Skala Persepsi ……………………. 52 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling …………………………………… 54 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Keefektifan Layanan Konseling Individu ………………………………. 55 Kriteria Reliabilitas Instrumen ……………………………… 58 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Persepsi ……... 59 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Persepsi ……... 61 Kriteria Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ……... 63 Kriteria Keefektifan Layanan Konseling Individu …………. 64 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ……………………… 66 Distribusi Frekuensi Skala Penggunaan sarana dan prasarana Konseling ………………………………………………........ 70 Deskripsi Penggunaan sarana dan prasarana Konseling per Sub Variabel ………………………………………………... 70 Hasil persentase berdasarkan indikator pada sub variabel sarana konseling ……………………………………………. 72 Hasil persentase berdasarkan indikator pada sub variabel prasarana konseling…………………………………………. 73 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Alat Pengumpul dan Penyimpan Data …………………………… 74 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Teknis ……………………………………….. 75 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Tata Usaha …………………………………… 77 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Lokasi ... 78 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Ruang BK ………………………………………………………….. 79 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Suasana Ruang Konseling …………………………………………… 80 Distribusi Frekuensi Keefektifan Layanan Konseling Individu …………………………………………………….. 82 Deskripsi Keefektifan Layanan Konseling Individu ………. 82 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis ……………………………………. 84 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Hubungan yang Bermakna …………………………………. 85 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Persetujuan Bersama ……………………………………….. 87
xii
Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kerjasama …………………………………………………... Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan KolmogorovSmirnov ……………………………………………………... Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Product Moment……………………………………………………….
xiii
88 89 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4
Hubungan antar variabel ………………………………… Hubungan antar variabel ………………………………… Prosedur Penyusunan Instrumen ………………………… Rumus Product Moment ………………………………… Skema Kerangka Penelitian ……………………………...
xiv
Halaman 43 46 53 65 68
DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 4.1 Diagram 4.2 Diagram 4.3 Diagram 4.4 Diagram 4.5 Diagram 4.6 Diagram 4.7 Diagram 4.8 Diagram 4.9 Diagram 4.10 Diagram 4.11
Hasil Analisis Deskriptif Persentase per Sub Variabel ………………………………………………………. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Alat Pengumpulan data dan Penyimpan Data ……..... Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Teknis ………………………………... Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Tata Usaha …………………………… Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Lokasi ……………………………………………...... Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Ruang BK …………………………………………… Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Suasana Ruang Konseling …………………………... Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis …………………………….. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Hubungan yang Bermakna ………………………….. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Persetujuan Bersama ………………………………... Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kerjasama ……………………………………………
xv
71 75 76 77 78 79 81 84 86 87 88
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21
Kisi-Kisi Instrumen Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling (Try Out) …………………………. Instrumen Try Out Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling …………………………………… Kisi-Kisi Instrumen Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu (Try out) …………………………... Instrumen Try Out Skala keefektifan Layanan Konseling Individu ………………………………………………… Kisi-Kisi Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………………............... Instrumen Penelitian Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling …………………………………….. Kisi-Kisi Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu ………………………….. Instrumen Penelitian Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu …………………………………….. Tabulasi Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………………............... Tabulasi Hasil UJi Coba (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu …………………………… Hasil Perhitungan Validitas (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………………............... Hasil Perhitungan Validitas (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu …………………………… Hasil Perhitungan Reliabilitas (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………….. Hasil Perhitungan Reliabilitas (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu ……………… Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Persentase Secara Keseluruhan Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling …………………………………………......... Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Persentase Secara Keseluruhan Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu ………………………………………………… Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling ………….. Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu ……………… Hasil Uji Normalitas Data …………………………….... Hasil Uji Hipotesis Korelasi Product Moment ………… Daftar Siswa Asuh Tindakan Konseling Individu ……………………………………………………………
xvi
103 104 108 109 113 114 117 118 122 125 128 138 147 148
149
151 153 155 157 158 159
Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24
Dokumentasi Penelitian ……………………………….... Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Kota Semarang ……………....................................................................... Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ………………
xvii
161 164 165
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah pertama (SMP) dalam tahap perkembangan termasuk dalam masa remaja. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif lingkungan, seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, meminum minuman keras, narkoba, kriminal, dan kejahatan seks. Penampilan perilaku remaja tersebut sangat tidak diharapkan, karena itu tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicitacitakan, seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu (1) beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan tersebut adalah mengembangkan potensi remaja dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
1
2
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkunganya.
Semua
perubahan
perilaku
tersebut
merupakan
proses
perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, mengubah dan memperbaiki perilaku (Hikmawati, 2014: 55). Upaya-upaya tersebut salah satunya dapat dilaksanakan dalam format individu atau layanan konseling individu. Seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah perlu didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling individu dapat berjalan dengan efektif. Seperti yang disebutkan dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk satuan pendidikan yang menyatakan perlu dipenuhinya sarana dan prasarana untuk terselenggaranya pelayanan konseling. Arikunto & Yuliana dalam Mustari (2014: 119) mengemukakan bahwa sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien, misalnya gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat media pengajaran. Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Sarana dan prasarana merupakan semua peralatan dan perlengkapan serta
3
fasilitas yang secara langsung maupun tidak langsung dipergunakan untuk menunjang jalannya proses pendidikan. Sedangkan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling merupakan semua peralatan dan perlengkapan serta fasilitas yang mendukung kerja dan kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Standar merupakan ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. Adapun standar sarana dan prasarana bimbingan dan konseling yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 yaitu: (a) ruang konseling adalah ruang untuk siswa memperoleh layanan konseling yang berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karier (b) luas minimum ruang konseling adalah 9 m2 (c) ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik; (d) ruang konseling dilengkapi dengan sarana meja kerja, kursi kerja, kursi tamu, lemari, papan kegiatan, instrumen, konseling, buku sumber, media pengembangan pribadi, dan jam dinding. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMP N 21 Semarang diperoleh data bahwa di SMP N 21 Semarang telah terdapat ruang BK yang terletak di lantai 2 dan jauh dari kantor personel sekolah sehingga sulit untuk ditemukan bagi pengunjung atau orang tua. Dalam ruang BK terdapat ruang kerja guru BK, ruang konseling individu dan ruang bimbingan kelompok. Sedangkan sarana pendukung yang lain diantaranya peralatan instrumentasi BK, LKS, komputer, meja, kursi, lemari besi, lemari kayu, rak buku, majalah tentang BK, televisi, buku daftar pengunjung, jam dinding, gambar dan tulisan motivasi,
4
kalender, AC, printer, globe, data siswa, dan struktur organisasi. Berdasarkan data yang diperoleh diatas bahwa sarana dan prasarana di SMP N 21 Semarang telah memadai namun belum digunakan secara maksimal dalam pelaksanaan kegiatan BK, serta kegiatan layanan konseling individu masih jarang terlaksana dan berjalan kurang efektif. Hal ini berdasarkan catatan dari guru BK menyebutkan bahwa keseluruhan siswa kelas VII, VIII, dan IX dengan total 712 siswa, hanya terdapat 60 siswa yang mengikuti layanan konseling individu. Adapun dari 60 siswa yang mengikuti layanan konseling individu hanya 15% atau sejumlah 9 siswa yang mengikuti layanan konseling individu secara sukarela, selebihnya yaitu 51 siswa mengikuti layanan konseling individu karena dipanggil oleh guru BK, dan berdasarkan rekomendasi atau usulan dari guru mapel dan wali kelas. Data awal lain yang diperoleh peneliti yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMP N 21 diperoleh data bahwa pelaksanaan layanan konseling individu yang berjalan selama ini dilakukan dengan sistem insidental yaitu pada saat jam istirahat, pulang sekolah, jam kosong dan sebelum KBM dimulai. Sedangkan berdasarkan wawancara tidak terstruktur dengan beberapa siswa yang pernah mengikuti konseling yaitu 5 anak, 1 anak laki-laki dan
4 anak perempuan
diperoleh data bahwa rata-rata mereka merasa malu dan takut untuk mengemukakan masalah pribadinya kepada guru BK, selain itu juga selama proses konseling siswa cenderung pasif dalam membuat keputusan alternatif pemecahan masalah. Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan ketidakpuasan siswa dalam mengikuti layanan konseling sehingga tidak terlihat kemanfaatan
5
layanan konseling individu dan tujuan layanan konseling belum tercapai secara maksimal. Salah satu aspek pendukung dalam keefektifan proses pelayanan konseling individu adalah keberadaan sarana dan prasarana berupa ruang konseling yang layak dan memadai. Ruang konseling merupakan salah satu sarana penting yang turut mempengaruhi keberhasilan pelayanan konseling individu di sekolah. Sebagaimana menurut Sukardi (2010: 97) bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling termasuk layanan konseling individu di sekolah akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada siswa, khususnya dalam rangka pelaksanaan konseling perorangan, mutlak diperlukan ruangan khusus dengan perlengkapan yang memadai dan nyaman, meskipun wujudnya sangat sederhana. Hal ini seperti dalam Prayitno (2001: 41) menyebutkan bahwa “agar pelaksanaan bimbingan dan konseling berjalan baik maka perlu adanya ruang tersendiri secara sederhana, menyenangkan, menarik dan teratur rapi”. Oleh karena itu diusahakan agar ruang konseling dapat memberikan kesan yang nyaman, menyenangkan, bersifat artistik, selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Ruang bimbingan dan konseling di sekolah dikatakan ideal apabila letak lokasi ruang bimbingan dan konseling strategis tetapi tidak terlalu terbuka sehingga prinsip-prinsip konfidensial tetap terjaga. Pada penelitian ini, peneliti memilih SMP N 21 Semarang sebagai tempat penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa sekolah tersebut termasuk sekolah RSBI yang sekarang berganti dengan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013,
6
sekolah ini memiliki standar sarana dan prasarana bimbingan dan konseling yang ideal sehingga dapat dijadikan sebagai percontohan bagi sekolah lain. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu Di SMP N 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016”.
1.2Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang utama dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu Di SMP N 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016?”. Berkaitan dengan masalah utama tersebut, maka dapat dijabarkan menjadi dua rumusan masalah yang meliputi: 1.2.1 Bagaimana gambaran penggunaan sarana dan prasarana konseling di SMP N 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016? 1.2.2 Bagaimana keefektifan layanan konseling individu di SMP N 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016?
1.3Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu Di SMP N 21 Semarang
7
Tahun 2015/2016. Berdasarkan tujuan utama penelitian tersebut, maka dapat dijabarkan sub tujuan penelitian sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui gambaran penggunaan sarana dan prasarana konseling di SMP N 21 Semarang Tahun ajaran 2015/2016. 1.3.2 Untuk mengetahui keefektifan layanan konseling individu di SMP N 21 Semarang Tahun ajaran 2015/2016.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1
Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
ilmu layanan Bimbingan dan Konseling (BK) khususnya tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu. 1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan kepala sekolah mengenai gambaran penggunaan sarana dan prasarana konseling yang dapat mendukung keefektifan dalam pelaksanaan layanan konseling individu agar senantiasa meningkatkan kualitas sarana dan prasaran, memelihara dan menjaganya
8
1.4.2.2 Bagi Guru BK Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan motivasi untuk meningkatkan pelayanan khususnya layanan konseling individu agar dapat meningkatkan citra guru BK di mata Stakeholder sekolah 1.4.2.3 Bagi Peneliti dan Civitas Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar kajian dalam usaha ikut serta untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka perlu disusun sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu: Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. Bab 2 Landasan Teori, berisi kajian mengenai landasan teori yang mendasari penelitian: penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling, keefektifan layanan konseling individu, hubungan antara penggunaan sarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu dan hipotesis Bab 3 Metode Penelitian, pada bab ini berisi uraian metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Metode penelitian ini meliputi jenis penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, metode dan
9
alat pengumpul data, penyusunan instrumen, validitas dan reliabilitas penelitian, hasil uji coba instrumen, teknik analisis data dan kerangka penelitian. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab ini berisi tentang hasil penelitian pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian. Bab 5 Penutup, bab ini berisi tentang simpulan hasil penelitian dan saransaran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Fajar (2012) dalam skripsi yang berjudul “Faktor Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri Se-Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa bahwa salah satu faktor eksternal penghambat pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah faktor sarana dan prasarana yang belum terpenuhi sehingga berdampak pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang berjalan kurang efektif. Widyaningtyas (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Profil Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri Se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa profil prasarana bimbingan dan konseling di SMP N se-kota Semarang termasuk dalam kriteria cukup memadai dengan presentase 33,3% dan pemanfaatan ruang bimbingan dan konseling dengan presentase 44,4%, namun untuk sarana bimbingan dan konseling termasuk dalam kriteria tidak memadai dengan presentase 66,7%. Sedangkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah agar program layanan bimbingan dan konseling berjalan efektif dan efisien maka perlu didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai.
10
11
Kaitan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah untuk membuktikan bahwa hasil penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan dilapangan telah memberikan dukungan kajian teoritis terutama dalam penelitian mengenai hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu, bahwa jika penggunaan sarana dan prasarana konseling baik, maka pelaksanaan layanan konseling individu diharapkan dapat berjalan efektif.
2.2 Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi (Depdiknas) dalam Arifin & Barnawi, (2012: 77). Kegiatan layanan konseling individu di sekolah akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan, apabila didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai. Oleh karena itu, sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan layanan utamanya layanan konseling individu. Penggunaan sarana dan prasarana dengan prinsip efektivitas berarti pemakaian sarana dan prasarana harus ditujukan
untuk selalu meningkatkan
kualitas layanan konseling agar dapat mencapai tujuan layanan. Sedangkan prinsip efisiensi menunjukkan bahwa pemakaian sarana dan prasarana secara hemat dan hati-hati sehingga tidak mudah habis, hilang, atau rusak.
12
Di dalam sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sarana dan prasarana, tujuan sarana dan prasarana, manfaat sarana dan prasarana, standar sarana dan prasarana. 2.2.1 Pengertian Sarana dan Prasarana Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007, sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Menurut Arikunto & Yuliana (dalam Mustari, 2014) sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien. Misalnya gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat media pengajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terlaksananya suatu kegiatan. Prasarana secara etimologis (arti kata) berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan misalnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. Sedangkan menurut Permendiknas No. 24 Tahun 2007, Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah. Misalnya halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana merupakan semua fasilitas yang dipakai untuk mencapai tujuan baik fasilitas yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Prasarana merupakan
13
fasilitas tidak langsung yang menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Sedangkan yang dimaksud sarana bimbingan dan konseling adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses kegiatan bimbingan dan konseling baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan layanan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien. Misalnya ruang bimbingan dan konseling, serta media bimbingan. Prasarana bimbingan dan konseling adalah fasilitas tidak langsung yang menunjang kegiatan bimbingan dan konseling agar dapat mencapai tujuan. Misalnya lokasi atau tempat bimbingan, suasana ruang BK.
2.2.2 Tujuan Sarana dan Prasarana Tujuan dari sarana dan prasarana dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 adalah untuk menjamin terwujudnya pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Tujuan dari sarana dan prasarana adalah mendukung semua kegiatan sekolah agar tercipta dan terpeliharanya kondisi sekolah yang optimal sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, secara rinci tujuan sarana dan prasarana yaitu:
14
1. Mewujudkan situasi dan kondisi sekolah yang baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. 2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi dalam pembelajaran 3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam proses pembelajaran 4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat- sifat individunya. Sedangkan menurut Sukardi (2010: 97) disebutkan bahwa tujuan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling adalah sebagai pendukung kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah berjalan dengan efektif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka tujuan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling adalah untuk mendukung pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling utamanya layanan konseling individu di sekolah agar tujuan layanan berjalan dengan efektif. 2.2.3 Manfaat Sarana dan Prasarana Media sebagai suatu sarana untuk menimbulkan minat/rangsangan dalam belajar. Suiraoka & Supariasa (2012: 10) menyebutkan pendapat beberapa ahli yang mengidentifikasi manfaat penggunaan media dalam pendidikan antara lain: 1. Media dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
15
2. Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti 1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film, atau model 2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau bingkai 3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photograph 4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal 5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain. 6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi iklim, dan lainlain) dapat divisualkan bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. 3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar 2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya 4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama
16
untuk siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuan dalam: 1) Memberikan perangsang yang sama 2) Mempersamakan pengalaman 3) Menimbulkan persepsi yang sama Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (dalam Suiraoka & Supariasa, 2012: 10) manfaat media yaitu 1. Media dapat menyebabkan pengajaran lebih menarik perhatian sasaran pendidikan, sehingga menumbuhkan motivasi belajar 2. Media dapat memperjelas makna bahan pengajaran 3. Media dapat membuat metode belajar akan lebih variatif dan sasaran pendidikan akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, media merupakan salah satu sarana dan prasarana pendidikan yang memiliki berbagai manfaat, yaitu diantaranya (1) untuk menarik perhatian siswa; (2) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik; (3) dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
2.2.4 Standar Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen pendidikan yang harus memenuhi standar Nasional Pendidikan. Kata standar dalam kamus besar bahasa Indonesia menunjukkan ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.
17
Adapun sebagai kajian dalam menjelaskan standar sarana dan prasana adalah sebagai berikut. Standar sarana dan prasarana pendidikan, sebagaimana yang telah digambarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007, yaitu mencakup: 1. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, 2. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Sedangkan standar untuk sarana dan prasarana bimbingan dan konseling berkaitan dengan ruang, digambarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 yaitu sebagai berikut: 1. Ruang konseling adalah ruang untuk siswa memperoleh layanan konseling yang berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karier. 2. Luas minimum ruang konseling adalah 9 m2. 3. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik. 4. Ruang konseling dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.1 berikut:
18
Tabel 2.1 Jenis, rasio dan deskripsi sarana ruang konseling No 1 1.1
Jenis Perabot Meja kursi
1 buah/ ruang
1.2
Kursi meja
1 buah/ ruang
1.3
Kursi tamu
2 buah/ ruang
1.4
Lemari
1 buah/ ruang
1.5 2
Papan kegiatan Peralatan konseling Instrument konseling Buku sumber Media pengembangan pribadi
1 buah/ ruang
2.1 2.2 2.3
3 3.1
Perlengkapan lain Jam dinding
Rasio
Deskripsi Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk bekerja dengan nyaman. Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk duduk dengan nyaman. Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk duduk dengan nyaman. Kuat, stabil, dan aman. Tertutup dan dapat dikunci.
1 set/ ruang 1 set/ ruang 1 set/ ruang
Menunjang pengembangan kognisi, emosi, dan motivasi peserta didik.
1 buah/ ruang
Sementara itu, ABKIN pada tahun 2007 memberikan gambaran yang berbeda tentang standar sarana yang terkait dengan ruang bimbingan dan konseling di sekolah, ABKIN merekomendasikan ruang bimbingan dan konseling di sekolah yang dianggap standar, dengan kriteria sebagai berikut:
19
1. Letak lokasi ruang bimbingan dan konseling mudah diakses (strategis) oleh konseli tetapi tidak terlalu terbuka sehingga prinsip-prinsip konfidensial tetap terjaga. 2. Jumlah ruang bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan jenis layanan dan jumlah ruangan 3. Antar ruangan sebaiknya tidak tembus pandang 4. Jenis
ruangan
yang
diperlukan
meliputi:
ruang
kerja,
ruang
administrasi/data, ruang konseling individual, ruang bimbingan dan konseling kelompok, ruang biblio terapi, ruang relaksasi/desensitisasi, dan ruang tamu. Awalia (2011: 34) menyebutkan terkait dengan fasilitas bimbingan dan konseling, disini dapat dikemukakan tentang unsur-unsurnya, yaitu: (1) tempat kegiatan, yang meliputi ruang kerja konselor, ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok, ruang tunggu tamu, ruang tenaga administrasi, dan ruang perpustakaan; (2) instrumen dan kelengkapan administrasi; (3) buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi layanan bimbingan, buku program tahunan, buku program semester, buku kasus, buku harian,buku hasil wawancara, laporan kegiatan layanan, data kehadiran siswa, leger BK, dan buku realisasi kegiatan BK; (4) perangkat elektronik (seperti: komputer dan tape recorder); dan (5) filling cabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan data siswa).
20
Sedangkan menurut Hikmati (2014: 6) menjelaskan bahwa fasilitas yang profesional perlu memperhatikan beberapa hal, diantarany:a (1) tata letak lokasi, dan (2) simbol, dekorasi ruangan, aksesoris, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka standar sarana dan prasarana konseling dibedakan menjadi dua yaitu (1) standar sarana konseling; (2) standar prasarana konseling. Sesuai dengan pengertian, maka yang termasuk dalam standar sarana konseling yaitu berupa alat pengumpul data, alat penyimpan data, perlengkapan teknis, perlengkapan tata usaha. Sedangkan yang termasuk dalam standar prasarana konseling yaitu berupa lokasi atau tempat, ruang BK, suasana ruang konseling. Adapun sebagai kajian dalam menjelaskan standar sarana dan prasarana konseling sebagai berikut: 2.2.4.1 Sarana Konseling Sukardi (2002: 63) menyebutkan bahwa terdapat beberapa sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling yaitu diantaranya (1) alat pengumpul data, (2) alat peyimpanan data, (3) perlengkapan teknis, (4) perlengkapan tata usaha. Adapun penjelasan kajian tentang sarana konseling yaitu sebagai berikut. 1. Alat pengumpul data Untuk mengetahui data lebih dalam mengenai siswa, maka diperlukan alat pengumpul data, baik tes maupun non tes. Alat pengumpul data tes yaitu: tes intelegensi, tes bakat khusus, tes bakat skolastik, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Sedangkan alat pengumpul data yang berupa non tes yaitu: observasi, catatan anekdot, daftar cheklist, wawancara, angket, biografi dan otobiografi, sosiometri dan himpunan data. 2. Alat penyimpan data Setelah data terkumpul, perlu diatur dan disimpan dengan baik agar memudahkan memperolehnya kembali kalau sewaktu-waktu dibutuhkan.
21
Alat-alat penyimpan data misalnya kartu pribadi siswa, map himpunan catatan pribadi siswa. 3. Perlengkapan teknis Perlengkapan teknis dalam bimbingan konseling meliputi blanko surat, daftar isian untuk konseling, kotak masalah, papan bimbingan, alat perekam suara. 4. Perlengkapan tata usaha Perlengkapan tata usaha dalam bimbingan konseling meliputi alat-alat tulis menulis, buku tamu, mesin ketik, telepon, jam.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa indikator dalam sarana konseling meliputi (1) alat pengumpul data, (2) alat penyimpan data, (3) perlengkapan teknis, (4) perlengkapan tata usaha.
2.2.4.2 Prasarana Konseling Berdasarkan pengertian tentang prasarana bimbingan dan konseling adalah fasilitas tidak langsung yang menunjang kegiatan bimbingan dan konseling agar dapat mencapai tujuan. Misalnya lokasi atau tempat bimbingan, suasana ruang BK. Oleh karena itu indikator prasarana konseling terdiri dari lokasi atau tempat, ruang BK, suasana ruang konseling. Adapun kajian mengenai prasarana konseling yaitu sebagai berikut. 2.2.4.2.1
Lokasi atau Tempat
Lokasi ruang bimbingan dan konseling haruslah dirancang dengan matang. Ketentuan-ketentuan mengenai lokasi ruang bimbingan dan konseling yang benarbenar representatif sulit untuk ditentukan dengan pasti sebab tidak ada lokasi yang memberikan keuntungan secara pasti. Berikut ini beberapa kemungkinan yang bisa dipakai sebagai acuan dalam menentukan lokasi ruangan bimbingan dan konseling menurut Sukardi (2010: 109) yaitu
22
(1) Para siswa, guru, orang tua dan pengunjung lainnya mudah untuk memasuki atau menemukan ruang bimbingan dan konseling, (2) Harus dekat dengan kantor personel sekolah lainnya, seperti: ruang guru, ruang kesehatan, perpustakaan, ruang kepala sekolah, dan sebagainya, (3) Jauh dari pusat kebisingan. Misalnya jauh dari ruang latihan kesenian, garasi, lapangan olah raga, mesin-mesin, dan sebagainya, (4) Ruang bimbingan dan konseling harus nyaman, tenang dan memberikan kesejukan kepada siswa/konseli.
Menurut Slameto (1988: 186), lokasi ruang bimbingan dan konseling harus di tempat yang tenang atau jauh dari keributan. Artinya lokasi ruang bimbingan dan konseling memiliki ruang tersendiri dan tidak bercampur dengan ruangan lain seperti ruang kesenian sehingga kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan Katadinata, S et.al. (2007:54) menyebutkan letak lokasi ruang bimbingan dan konseling yaitu mudah diakses (strategis) oleh konseli tetapi tidak terlalu terbuka sehingga prinsip-prinsip konfidensial tetap terjaga. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi ruang konseling yaitu sebagai berikut 1. Para siswa, guru, orang tua dan pengunjung lainnya mudah untuk memasuki atau menemukan ruang bimbingan dan konseling. 2. Harus dekat dengan kantor personel sekolah lainnya, seperti: ruang guru, ruang kesehatan, perpustakaan, ruang kepala sekolah, dan sebagainya. 3. Jauh dari pusat kebisingan. Misalnya jauh dari ruang latihan kesenian, garasi, lapangan olah raga, mesin-mesin, dan sebagainya. 4. Ruang bimbingan dan konseling harus nyaman, tenang dan memberikan kesejukan kepada siswa/konseli.
23
2.2.4.2.2
Ruang BK
Ruang bimbingan dan konseling merupakan ruang tempat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Ruang bimbingan dan konseling yang lengkap apabila memiliki jumlah ruangan bimbingan dan konseling yang disesuaikan dengan jenis layanan BK. Hal ini dikarenakan untuk terlaksananya kegiatan BK berjalan efektif mutlak dibutuhkan ruangan BK yang representatif dan nyaman untuk digunakan. Kartadinata, S et.al. (2007: 54) menyebutkan bahwa jenis ruangan bimbingan dan konseling yang diperlukan meliputi: 1. Ruangan kerja bimbingan dan konseling Ruangan ini berfungsi guna mendukung produktivitas kinerja konselor. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang kerja yaitu komputer, meja kerja konselor, almari, dan sebagainya. 2. Ruangan administrasi / data Merupakan ruang untuk menyimpan data konseli dengan menjamin keamanan data yang disimpan. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang administrasi/data yaitu lemari penyimpan dokumen (buku pribadi, catatan-catatan konseling, dan lain-lain) maupun berupa soft copy. 3. Ruangan konseling individual Merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk terjadinya interaksi antara konselor dengan konseli. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang konseling individu yaitu satu set meja kursi atau sofa, tempat untuk menyimpan majalah, yang dapat berfungsi sebagai biblio terapi. 4. Ruangan bimbingan dan konseling kelompok Merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk terjadinya dinamika kelompok dalam interaksi antara konselor dengan konseli dan konseli dengan konseli. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang bimbingan dan konseling kelompok yaitu sejumlah kursi, karpet, tape recorder, VCD dan televisi. 5. Ruangan biblio terapi Pada prinsipnya ruangan ini menjadi tempat bagi para konseli dalam menerima informasi, baik yang berkenaan dengan informasi pribadi, sosial, akademik, dan karir di masa datang. Karena itu selain menyediakan informasi secara lengkap, ruangannyapun mampu menopang banyak orang. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang biblio terapi yaitu daftar buku/ referensi (katalog), rak buku, ruang baca, buku daftar kunjungan siswa. Jika memungkinkan fasilitas pendukung seperti fasilitas internet.
24
6. Ruangan relaksasi / desensitisasi Merupakan ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi/ desensitisasi, harus tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan konseli untuk berkonsentrasi. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang relaksasi/ desensitisasi yaitu karpet, tape recorder, televisi, VCD/DVD, dan bantal. 7. Ruangan tamu Merupakan tempat para tamu atau seseorang untuk menunggu, maka ruang tunggu haruslah disusun atau diatur sedemikian rupa, sehingga para pengunjung atau tamu merasa kerasan untuk menunggu atau berada di ruang yang bersangkutan. Kelengkapan fasilitas yang melengkapi ruang tamu yaitu kursi dan meja tamu, buku tamu, jam dinding, tulisan dan atau gambar yang memotivasi konseli untuk berkembang dapat berupa motto, peribahasa, dan lukisan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka indikator ruang BK terdiri dari bermacam-macam ruang BK berdasarkan keperluan untuk layanan BK yaitu (1) ruangan kerja bimbingan dan konseling; (2) ruangan administrasi / data, (3) ruangan konseling individual, (4) ruangan bimbingan dan konseling kelompok, (5) ruangan biblio terapi, (6) ruangan relaksasi/desensitisasi, (7) ruangan tamu.
2.2.4.2.3
Suasana Ruang Konseling
Untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada siswa, khususnya dalam rangka pelaksanaan konseling individu, mutlak diperlukan ruangan khusus dengan perlengkapan yang memadai dan nyaman, meskipun wujudnya sangat sederhana. Oleh karena itu ruang konseling perlu diatur dengan suasana yang nyaman, damai dan tenang serta memperoleh penyinaran yang cukup. Menurut BSNP suasana ruang konseling yaitu dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik. Hal ini diperjelas lagi dalam (Winkel, 2012: 354355) menyebutkan bahwa tatanan ruang konseling adalah sebagai berikut:
25
“(1) Ruang konseling memiliki warna cat tembok yang tenang, terdapat beberapa hiasan dinding, satu-dua pot tumbuh-tumbuhan, dan sinar cahaya yang tidak menyilaukan sehingga konseli merasa kerasan; (2) Penataan seluruh perabot ruang hendaklah sesuai, misalnya kedua tempat duduk memungkinkan untuk duduk dengan enak sampai agak lama sehingga susunan tempat duduk konselor dan konseli sebaiknya dapat diatur sedemikian rupa, misalnya konseli agak ke samping di sisi kiri atau kanan meja dan tidak duduk berhadapan langsung dengan konselor; (3) Jarak tempat duduk yang ideal adalah antara satu sampai satu setengah meter; (4) Bentuk bangunan ruang memungkinkan pembicaraan secara pribadi (privacy) dan tidak terpasang peralatan rekaman berupa alat rekaman audio atau video” Sedangkan menurut Sukardi, (2010:98) menyebutkan bahwa ruangan konselor seharusnya ditata sebagai berikut: a) Memberikan kesan segar dan nyaman agar menimbulkan perasaan senang dan betah bagi setiap orang yang berada di dalamnya. b) Ruang konseling ditata secara artistik, sederhana, selalu dalam keadaan bersih dan rapi. c) Ruang konseling hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga siswa dan konselor/ guru pembimbing dalam keadaan rileks, tenang, dan damai selama proses konseling berlangsung. d) Ruang konseling hendaknya mendapat penerangan atau sinar yang cukup, dan ventilasi yang cukup memadai. e) Ruang konseling hendaknya tidak terganggu oleh suasana keributan di luar ruangan. f) Dinding ruangan konseling dan hiasan di dalamnya dihiasi dengan berwarna yang lembut, dan sederhana tetapi menarik.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa suasana ruang konseling yang nyaman dapat diatur dengan (1) dinding ruangan diberi warna yang lembut dan sederhana; (2) ruangan diberi ventilasi yang cukup; (3) bersifat artistik dan ruangan selalu rapi; (4) ruangan dapat memberikan rasa nyaman sehingga siswa merasa senang dan nyaman berada di ruangan tersebut, (5) dapat menjamin privasi siswa.
26
2.3 Keefektifan Layanan Konseling Individu Pembahasan
mengenai
konsep keefektifan layanan konseling individu
mengacu pada pengertian keefektifan dan konsep tentang layanan konseling individu. 2.3.1 Pengertian Keefektifan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata keefektifan menunjukkan makna keadaan berpengaruh sehingga membawa hasil. Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip efektivitas dalam Sugiyo (2011: 29) adalah apabila terdapat kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan tujuan. Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Supardi, 2013: 163). Untuk meningkatkan efektivitas dalam kegiatan pembelajaran atau layanan BK harus diperhatikan beberapa faktor: antara lain kondisi kelas, sumber belajar, media dan alat bantu (Kartimi dalam Supardi, 2013:164). Faktor tersebut merupakan faktor lingkungan yaitu sarana dan prasarana. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan pengertian keefektifan adalah keadaan yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
27
2.3.2
Layanan Konseling Individu Pembahasan mengenai konsep layanan konseling individu akan diuraikan ke
dalam beberapa bahasan yaitu pengertian layanan konseling individu, tujuan layanan konseling individu, komponen konseling individu, asas-asas konseling individu, operasionalisasi layanan konseling individu, faktor penghambat layanan konseling individu, dan indikator keefektifan layanan konseling. 2.3.2.1 Pengertian Layanan Konseling Individu Layanan
konseling
individu
merupakan
layanan
konseling
yang
diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi konseli (Prayitno, 2012: 105). Melalui layanan konseling individu, konseli akan memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasinya. Dalam Sukardi (2010: 63) mendefinisikan layanan konseling individu adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/ konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self-understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah (Latipun, 2004: 5).
28
Layanan konseling individu sering dianggap sebagai “jantung hatinya” pelayanan konseling, artinya konseling individu seringkali merupakan layanan esensial dan puncak (paling bermakna) dalam pengentasan masalah dan seorang ahli (konselor) yang mampu dengan baik menerapkan secara sinergis berbagai pendekatan, teknik dan asas-asas konseling dalam layanan konseling individu, diyakini akan mampu juga (dengan cara yang lebih mudah) menyelenggarakan jenis-jenis layanan lain dalam keseluruhan spectrum pelayanan konseling. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling individu adalah proses hubungan membantu yang melibatkan seorang konselor (guru BK) dengan konseli (peserta didik) dalam rangka membahas masalah pribadi konseli dengan tujuan agar konseli mencapai pemahaman diri, membuat keputusan, dan pemecahan masalah.
2.3.2.2 Tujuan Konseling Individu Tujuan konseling individu terdapat dua yaitu tujaun umum dan tujuan khusus. Tujuan umum layanan konseling individu adalah agar konseli memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga konseli mampu mengatasinya. Sedangkan tujuan khusus layanan konseling individu dalam Prayitno (2012: 109) adalah merujuk kepada fungsi bimbingan dan konseling. Pertama, melalui layanan konseling peroranagn konseli memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif dan dinamis (fungsi pemahaman). Kedua, pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya
29
persepsi dan sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami konseli itu (fungsi pengentasan). Ketiga, pengembangan dan pemeliharaan potensi konseli dan berbagai unsur positif yang ada pada diri konseli akan dapat tercapai dilatarbelakangi oleh pemahaman dan pengentasan masalah konseli
melalui
layanan
konseling
individu
(fungsi
pengembangan/
pemeliharaan). Keempat, pengembangan/ pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada diri konseli, diperkuat oleh terentaskannya masalah, akan merupakan kekuatan bagi tercegah menjalarnya masalah yang sekarang sedang dialami itu, serta (diharapkan) tercegah pula masalah-masalah baru yang mungkin timbul (fungsi pencegahan). Kelima, apabila masalah yang dialami konseli menyangkut dilanggarnya hak-hak konseli sehingga konseli teraniaya dalam kadar tertentu, layanan konseling individu dapat menangani sasaran yang bersifat advokasi (fungsi advokasi).
2.3.2.3 Komponen Konseling Individu Prayitno (2012: 111-113) menyebutkan bahwa dalam layanan konseling individu berperan dua pihak yaitu, seorang konselor dan seorang konseli. 1. Konselor Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling yang memiliki kewenangan dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan konseling. Dalam layanan konseling individu konselor menjadi aktor yang secara aktif mengembangkan proses konseling melalui dioperasionalkannya pendekatan, teknik dan asas-asas konseling terhadap konseli. Dalam proses
30
konseling, selain media pembicaraan verbal, konselor juga dapat menggunakan media tulisan, gambar, media elektronik, dan media pembelajaran lainya, serta media pengembangan tingkah laku. Semua hal itu diupayakan konselor dengan cara-cara yang cermat dan tepat, demi terentaskannya masalah yang dialami konseli. 2. Konseli Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada orang lain. Konseli menanggung semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ia ingin isi, atau ada sesuatu yang ingin dan atau perlu dikembangkan pada dirinya; semuanya itu agar ia mendapatkan suasana fikiran dan atau perasaan yang lebih ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti dan hal-hal positif lainnya dalam menjalani hidup sehari-hari dalam rangka rangka kehidupan dirinya secara menyeluruh.
2.3.2.4 Asas-Asas Konseling Individu Kekhasan yang paling mendasar layanan konseling individu adalah hubungan interpersonal yang amat intens antara konseli dan konselor. Asas-asas konseling memperlancar proses dan memperkuat bangunan yang ada dalam layanan konseling individu. Dasar etika konseling yang dikemukakan oleh Munro, Manthei, Small, dalam Prayitno (2012: 114) yaitu kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh konseli sendiri, mendasari seluruh kegiatan layanan
31
konseling individu. Sedangkan menurut Prayitno (2012: 115-118) menyebutkan beberapa asas konseling individu yaitu 1. Kerahasiaan Hubungan interpersonal yang amat intens sanggup membongkar berbagai isi pribadi yang paling dalam sekalipun, terutama pada sisi konseli. Untuk ini asas kerahasiaan menjadi jaminannya. Segenap rahasia pribadi konseli yang terbongkar menjadi tanggung jawab penuh konselor untuk melindunginya. Keyakinan konseli akan adanya perlindungan yang demikian itu menjadi jaminan untuk suksesnya pelayanan. 2. Kesukarelaan dan keterbukaan Kesukarelaan penuh konseli untuk menjalani proses layanan konseling individu bersama konselor menjadi buah dari terjaminya kerahasiaan pribadi konseli. Dengan demikian kerahasiaan-kesukarelaan menjadi unsur dwi tunggal yang mengantarkan konseli ke arena proses layanan konseling individu. Asas kerahasiaan dan kesukarelaan akan menghasilkan keterbukaan konseli. 3. Keputusan diambil oleh konseli sendiri Inilah asas yang secara langsung menunjang kemandirian konseli. Berkat rangsangan dan dorongan konselor agar konseli berfikir, menganalisis, menilai dan menyimpulkan sendiri; mempersepsi, merasakan dan bersikap sendiri atas apa yang ada pada diri sendiri dan lingkungannya; akhirnya konseli mampu mengambil keputusan sendiri untuk bertindak dan bertanggung jawab serta menanggung resiko yang mungkin ada sebagai akibat keputusan tersebut. 4. Asas kekinian dan kegiatan
32
Asas kekinian diterapkan sejak awal konselor bertemu konseli. Dengan nuansa kekinianlah segenap proses layanan dikembangkan, dan atas dasar kekinian pulalah kegiatan konseli dalam layanan dijalankan. 5. Asas kenormatifan dan keahlian Segenap aspek teknis dan isi layanan konseling individu adalah normatif; tidak ada satupun yang boleh terlepas dari kaidah-kaidah norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan. Konseli dan konselor terikat sepenuhnya oleh nilai-nilai dan norma yang berlaku yang menjadi spectrum nilai-nilai karakter cerdas. Sebagai ahli dalam pelayanan konseling, konselor mencurahkan keahlian profesionalnya dalam pengembangan konseling individu untuk kepentingan konseling dengan menerapkan segenap asas tersebut di atas.
2.3.2.5 Operasionalisasi Layanan Konseling Individu Layanan konseling individu merupakan upaya yang unik; keunikannya itu bersumber pada diri konseli, masalah yang dialami konseli dengan berbagai keterkaitannya, serta diri konselor sendiri. Seunik apapun masalah konseli, konselor sejak awal perlu mempersiapkan diri dan merencanakan layanan konseling individu untuk masalah-masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Prayitno (2012: 144-148) mengemukakan bahwa operasional layanan konseling individu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian unsur-unsur, pelaksanaan, penilaian, tindak lanjut dan laporan. Adapun kajian tentang operasional atau prosedur layanan konseling individu yaitu sebagai berikut:
33
1. Perencanaan Perencanaan merupakan langkah paling awal konselor yaitu mengidentifikasi konseli baik melalui proses pemanggilan maupun melalui perjanjian bagi konseli yang memerlukan waktu tersendiri untuk bertemu konselor. Menetapkan waktu pertemuan, tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan layanan, fasilitas layanan dan kelengkapan administrasi merupakan bagian perencanaan yang esensial kemudian hasilnya dikemas dalam satuan layanan (SATLAN). 2. Pengorganisasian Unsur-Unsur Untuk memanggil konseli, konselor perlu menyerahkan pemanggilan itu melalui prosedur administrasi secara cermat dengan cara yang bersifat mengajak dan menerapkan prinsip KTPS “Konseli Tidak Pernah Salah”. Kelengkapan yang akan digunakan konselor dalam layanan konseling individu seperti format isian, instrument yang akan digunakan, data yang akan dibahas, media informasi, bahan untuk tampilan kepustakaan. Tempat layanan dengan suasana yang nyaman dan menjamin terlaksananya asas kerahasiaan menjadi kewajiban konselor menciptakannya. 3. Pelaksanan Pelaksanaan layanan konseling individu terselenggara sejak konselor menerima konseli, melalui berbagai kegiatan, terutama: (1) menyelenggarakan penstrukturan; (2) membahas masalah konseli dengan menggunakan teknik-teknik umum dan strategi BMB3; (3) mendorong pengentasan masalah konseli dengan menerapkan teknik-teknik khusus; (4) memantapkan komitmen konseli dalam pengentasan masalahnya. 4. Penilaiaan Terhadap hasil layanan konseling individu perlu dilaksanakan tiga jenis penilaian, yaitu (1) penilaian segera (laiseg); (2) penilaian jangka pendek (laijapen); (3) penilaian jangka panjang (laijapang). Penilaian segera dilaksanakan pada setiap akhir sesi layanan, sedang penilaian jangka pendek dilakukan setelah konseli pada masa pasca layanan selama satu minggu sampai satu bulan, penilaian jangka panjang setelah beberapa bulan. Fokus penialaian diarahkan kepada diperolehnya pemahaman konseli berkenaan dengan Acuan (A) yang perlu digunakan konseli untuk mengatasi masalahnya, Kompetensi (K) yang perlu dikuasai konseli untuk pengentasan masalahnya itu, arah Usaha (U) konseli yang perlu diwujudkan, kondisi Perasaan pada diri konseli berkenaan dengan kondisi AKUR-nya itu dan Kesungguhan (S) konseli dalam upaya pengentasan masalah pribadinya itu. 5. Tindak Lanjut dan Laporan Melalui hasil penilaian (laiseg, laijapen dan laijapan) konselor menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, dan mengkomunikasikannya kepada pihak terkait, yaitu konseli (jika diperlukan), pihak ketiga dengan tetap menjaga asas kerahasiaan. Dokumentasi LAPELPROG disiapkan, dilaporkan dan didokumentasikan dengan sebaik-baiknya.
34
2.3.2.6 Faktor Penghambat Layanan Konseling Individu Pelaksanaan layanan konseling individu adalah sebagai salah satu wujud nyata dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan (konseli) di sekolah. Dalam pelaksanaan pemberian layanan konseling individu, tentunya tidak lepas dari hambatan pelaksanaan layanan yang dialami oleh konselor. Hambatan tersebut dapat berupa faktor internal dan eksternal. Winkel (2012: 353) menyebutkan kondisi adalah keadaan yang akan berpengaruh terhadap proses dan terhadap hubungan antarpribadi yang berlangsung selama wawancara konseling. Keadaan eksternal menyangkut hal-hal seperti lingkungan fisik di ruang untuk berwawancara konseling dan suasana yang diciptakan selama wawancara konseling. Keadaan internal menyangkut hal-hal pada konseli atau konselor sendiri, seperti sikap, sifat kepribadian, dan motivasi.
2.3.2.7 Keefektifan Layanan Konseling Individu Pengertian keefektifan adalah keadaan yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Hubungan membantu adalah membangun iklim yang kondusif bagi penghargaan timbal-balik, kepercayaan, kebebasan, komunikasi terbuka dan pemahaman umum tentang apa saja yang terlibat di dalam proses konseling. Shertzer dan Stone (1980) mendefinisikan hubungan konseling yaitu interaksi antara seseorang dengan orang lain yang dapat menunjang dan memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut. Agar
35
konseling dapat mencapai tujuan, maka hal yang perlu diperhatikan adalah proses konseling harus dapat terlaksana dengan efektif. Suherman (2011: 15) menyebutkan bahwa keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan klien bergantung kepada kemampuan dalam menerapkan teknik-teknik konseling serta kualitas pribadinya. Sedangkan Gibson (2011:249) menyebutkan bahwa efektivitas konseling ditentukan oleh efektivitas komunikasi konselor-klien. Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud keefektifan konseling adalah proses hubungan membantu yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan layanan. Sofyan Willis (2004: 41-44) menyebutkan beberapa karakteristik proses hubungan membantu yaitu sebagai berikut 1. Hubungan konseling itu sifatnya bermakna, terutama bagi klien, demikian pula bagi konselor Hubungan konseling mengandung harapan bagi klien dan konselor. Juga memiliki tujuan yang jauh yaitu tercapainya perkembangan klien. Hubungan konseling terjadi dalam suasana keakraban antara konselor dan klien (intimate), mengacu pada perkembangan potensi dan memecahkan masalah klien, mengurangi kecemasan, dan ada komitmen (keterikatan) antara kedua belah pihak (konselor-klien). 2. Bersifat afek Afek adalah perilaku-perilaku emosional, sikap, dan kecenderungankecenderungan yang didorong oleh emosi. Didalam hubungan konseling afek memegang peranan penting. Afek hadir dalam hubungan konseling karena adanya keterbukaan diri klien, keterpikatan, keasyikan diri dan saling sensitif satu sama lain (konselor dan klien). Keterbukaan kadangkadang dapat juga menimbulkan ketegangan dan keraguan. Karena untuk membuat diri jujur dan terbuka adalah berat bagi klien, terutama yang sudah lama menyimpan rahasia. 3. Integrasi pribadi Dalam hubungan konseling integrasi pribadi (ketulusan, kejujuran, dan keutuhan) konselor dan klien adalah amat penting. Orang-orang yang terlibat dalam relasi konseling harus jujur secara emosional dan intelektual satu sama lain.
36
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Saling menghargai adalah penting, karena setiap orang mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Konselor harus memiliki kualitas pribadi yang menentramkan, menyenangkan, mendorong, menyegarkan dan menyembuhkan, menghapus kepura-puraannya, membuang kesombongan, arogansi dan kebohongan. Konselor dan klien masing-masing menampilkan keaslian diri (genuine) dan dapat dipercaya. Persetujuan bersama Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama. Jika tanpa komitmen bersama, maka konseling akan dirasakan sebagai paksaan oleh klien. Jika klien merasa terpaksa, maka jangan diharapkan ada keterbukaan dan keterlibatan klien dalam dialog konseling. Kebutuhan Harapan mengandung makna adanya kebutuhan yang ingin terpenuhi melalui proses konseling. Hubungan dan proses konseling akan berhasil mencapai tujuan bila klien datang meminta bantuan atas dasar kebutuhannya. Kebutuhan klien mungkin butuh akan informasi, instruksi, nasehat, pemahaman, rencana, bantuan, dan treatmemt dari konselor. Orang yang meminta bantuan dengan sukarela berarti dia dewasa, sadar, dan mau percaya pada orang lain yang mau membantu. Sedangkan konselor akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut: memiliki kekuatan pribadi, ramah, energik, skill, berwawasan, dan teliti. Dengan sifat-sifat ini konselor akan mendapat kepercayaan dari klien dan kepercayaan diri klien juga akan meningkat. Struktur Dalam proses konseling terdapat struktur karena adanya keterlibatan konselor dan klien. Pertama, perbedaan identitas konselor dan klien. Mereka dilatarbelakangi kehidupan biologis, sosial, budaya, dan agama, sehingga mempunyai sikap-sikap dan kecenderungan tertentu. Kedua, struktur tugas antara konselor dan klien. Ketiga, adanya pola-pola respon dan stimulasi dalam hubungan konseling. Kerjasama Kerjasama antara konselor dan klien amat diperlukan, karena akan mempercepat tercapai tujuan konseling. Jika sekiranya klien bertahan maka ia menolak dan tertutup terhadap konselor. Akibatnya hubungan konseling akan macet. Demikian juga jika konselor kurang wawasan dan kurang terampil akan berakibat klien tidak berpartisipasi sehingga menghambat tujuan konseling. Konselor mudah didekati, klien merasa aman Konselor harus dirasakan oleh orang lain sebagai orang yang mudah didekati. Dia mudah menerima orang lain serta mudah memberi ide, saran, dan bantuan. Disamping itu klien merasa aman bersamanya. Konselor bebas dari rasa cemas, ragu-ragu, dan takut. Dia memperlihatkan penampilannya yang selalu prima, stabil, dan siap. Perubahan (Keberhasilan Konseling) Tujuan hubungan konseling adalah perubahan positif yang terjadi pada diri klien. Perubahan itu dapat dirinci yakni: terjadi pemahaman
37
potensi dan kelemahan diri. Selanjutnya adanya rencana untuk pengembangan potensi diri dan mengatasi masalah yang dihadapi. Sebenarnya dalam hubungan konseling, konselor dan klien saling belajar. Terutama klien, bahwa hasil belajar dan pengalaman konseling bersama konselor akan menghasilkan perubahan positif terhadap dirinya. Sebelum konseling klien amat menderita, bingung dan tak sanggup, dan tak berdaya. Namun setelah selesai melalui proses konseling, dia menjadi lebih sadar dan memahami diri, mendapatkan cara-cara yang terbaik untuk berbuat/ merencanakan mengenai kehidupannya, menjadi lebih dewasa, dan pribadinya terintegrasi. Perubahan internal dan eksternal terjadi didalam sikap dan tindakan serta persepsi terhadap diri, orang lain, dan dunia. Menurut Suherman, (2011: 118-119) disebutkan bahwa keberhasilan konseling ditandai dengan perubahan perilaku konseli yang positif. Tetapi perubahan perilaku konseli akan tergantung pada kriteria penilaian perubahan perilaku yang diinginkan. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui bahwa telah terjadi perubahan perilaku pada konseli, diantaranya yaitu: 1) Berkurangnya kesalahan skolastik 2) Berkurangnya masalah indisipliner 3) Meningkatnya penggunaan jasa konseling 4) Perubahan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan 5) Berkurangnya angka siswa yang droup-out 6) Meningkatnya keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler 7) Meningkatnya jumlah lulusan yang bekerja dan melanjutkan studi 8) Meningkatnya pemahaman diri 9) Meningkatnya penerimaan diri 10) Meningkatnya kepuasaan diri 11) Meningkatnya penerimaan terhadap orang lain 12) Meningkatnya tanggung jawab terhadap diri dan orang lain Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2012: 290-291) mengemukakan beberapa kriteria keberhasilan dan keefektifan layanan bimbingan, yang terbagi ke dalam dua kriteria yaitu kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang. 1) Kriteria keberhasilan tampak segera, diantaranya: (1) Apabila siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapinya (2) Apabila siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapinya (3) Apabila siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance). (4) Apabila siswa telah menurun ketegangan emosinalnya (emotional stress release). (5) Apabila siswa telah mulai menunjukkan sikap keterbukaannya (openness) serta mau memahami dan menerima kenyataan lingkungannya secara objektif
38
(6) Apabila siswa telah mulai berkurang dan menurun penentangannya terhadap lingkungan (7) Apabila siswa mulai menunjukkan kemampuannya untuk mengadakan pertimbangan, mengadakan pilihan dan pengambilan keputusan secara sehat dan rasional. (8) Apabila siswa telah menunjukkan kesediaan dan kemampuan untuk melakukan usaha-usaha/ tindakan perbaikan dan penyesuaian, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya 2) Kriteria keberhasilan jangka panjang, diantaranya: (1) Apabila siswa telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupannya yang dibuahkan oleh tindakan-tindakan dan usahausahanya (2) Apabila siswa telah mampu menghindari secara preventif kemungkinan-kemungkinan faktor yang dapat membawanya ke dalam kesulitan (3) Apabila siswa telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi anggota kelompok yang efektif. Menurut rogers dalam Hartono (2012: 92) kondisi psikologis dalam konseling mencakup keamanan dan kebebasan psikologis. Keamanan dan kebebasan psikologis merupakan kondisi dimana konseli merasa aman untuk mengekspresikan semua keluhan, kesulitan, dan semua hal yang membuat dirinya kecewa, tanpa adanya tekanan, paksaan, dan halangan dari pihak mana pun (Hartono, 2012:93). Situasi konseling harus diciptakan sebagai situasi yang menyenangkan, menggembirakan, dan membuat konseli merasa mendapatkan perlindungan. Menurut Rogers dalam Hartono (2012: 93) menyebutkan bahwa keamanan psikologis dapat dimunculkan konselor melalui tiga proses yang berasosiasi, yaitu: menerima konseli sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, tidak melakukan evaluasi secara eksternal kepada konseli, dan memahami konseli secara empati. Sedangkan kebebasan psikologis adalah
39
pentingnya konselor mengizinkan konseli secara bebas berekspresi simbolis, sehingga konseli dapat mengungkapkan semua bentuk keluhannya, perasaannya, dan permasalahan yang sedang dialaminya. Berdasarkan penjelasan tersebut keamanan dan kebebasan psikologis dapat diartikan sebagai kenyamanan psikologis. Sanders dan Mc Cormick (1993) menggambarkan konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Menurut Kolcaba (2003) aspek-aspek kenyamanan terdiri dari: a. b.
c.
Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri. Kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu, pencahayaan, suara, dll. Menurut Hakim (2006) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain (a) sirkulasi udara; (b) daya alam atau iklim seperti radiasi matahari, angin, curah hujan, temperatur; (c) kebisingan; (d) aroma atau bau-bauan; (e) keamanan; (f) kebersihan; (g) keindahan; (h) penerangan. Selanjutnya, M. Surya (2003) dalam Hartono (2012: 92-93) mengemukakan beberapa kebutuhan psikologis yang terkait dengan proses konseling, yaitu: memberi dan menerima kasih sayang, kebebasan, memiliki kesenangan, perasaan mencapai prestasi, memiliki harapan, dan memiliki ketenangan. Kebutuhan psikologis ini harus diperhatikan konselor dalam membina hubungan konseling karena merupakan faktor yang menunjang proses konseling.
40
Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik hubungan dalam proses konseling diatas, bahwa yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah siswa. Peneliti ingin melihat kondisi-kondisi psikologis siswa selama proses konseling agar konseling berjalan efektif. Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini yaitu (1) kenyamanan psikologis, (2) hubungan yang bermakna, (3) persetujuan bersama, (4) kerjasama.
2.4 Hubungan Antara Penggunaan Sarana Dan Prasarana Konseling dengan keefektifan Layanan Konseling Individu Pengertian keefektifan menunjukkan keadaan yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Tujuan layanan konseling individu secara umum yaitu agar konseli memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga konseli mampu mengatasinya. Dengan kata lain, tujuan umum dari konseling individu mengarah pada telah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri konseli kearah yang lebih baik. Seperti dalam Suherman (2011: 118-119) disebutkan bahwa keberhasilan konseling ditandai dengan perubahan perilaku konseli yang positif. Agar pelaksanaan layanan konseling individu berjalan efektif maka perlu adanya pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling. Pengelolaan pelayanan bimbingan didukung oleh adanya organisasi, personel pelaksana, sarana dan prasarana, dan pengawasan pelaksanaan layanan bimbingan (Depdiknas, 2004) dalam (Sukardi, 2010: 89). Dengan mengetahui hal-hal yang mendukung keefektifan layanan konseling individu maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan layanan konseling individu
41
dapat berjalan dengan berhasil atau mengalami hambatan, selain itu juga dapat diketahui manfaat dari layanan tersebut bagi siswa sehingga siswa akan tertarik untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling berikutnya, sedangkan bagi konselor sendiri akan dapat meningkatkan kinerjanya di mata stakeholder sekolah. Keefektifan layanan konseling individu merupakan proses hubungan membantu yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan layanan. Hubungaan berkualitas memiliki karakteristik diantaranya kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, dan kerjasama, keberhasilan konseling yang ditandai dengan perubahan konseli kearah yang positif. Keberadaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana konseling merupakan modal utama dalam pelaksanaan layanan konseling individu seperti menurut Prayitno (2001:41) menyebutkan bahwa “agar pelaksanaan bimbingan dan konseling berjalan baik maka perlu adanya ruang tersendiri secara sederhana, menyenangkan, menarik dan teratur rapi”. Sedangkan menurut Gybers, Norman and Henderson Patricia (2006: 97) disebutkan bahwa “Baseline information as the facilities available to the current guidance program is needed on a building by building basis”. Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa untuk terlaksana suatu program bimbingan harus tersedia fasilitas dasar berupa ruang bimbingan. Oleh karena itu sarana dan prasarana merupakan bagian penting untuk terselenggaranya layanan konseling individu berjalan efektif. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling merupakan semua peralatan dan perlengkapan serta fasilitas yang mendukung kerja dan kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling utamanya
42
layanan konseling individu di sekolah. Untuk kenyamanan dan ketertarikan konseli dalam mengikuti kegiatan konseling individu mutlak dibutuhkan sarana yang memadai seperti adanya ruang konseling yang sederhana yang memadai dengan suasana yang menyenangkan agar kerahasiaan konseli tetap terjaga sehingga konseli tidak malu dalam mengutarakan masalahnya dan konseli merasakan manfaat dari kegiataan bimbingan dan konseling sehingga tujuan bimbingan dan konseling akan tercapai secara maksimal. Selain itu juga apabila sarana dan prasarana bimbingan dan konseling memadai maka konselor sebagai pelaksana layanan merasa nyaman dan lebih berkompeten dalam menjalankan tugasnya. Penggunaan sarana dan prasarana konseling diduga memiliki hubungan dengan keefektifan layanan konseling individu. Artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka dapat memberikan kontribusi besar dalam pelaksanaan layanan konseling individu berjalan efektif sehingga tujuan tercapai dengan maksimal. Akan tetapi jika penggunaan sarana dan prasarana konseling kurang baik sebagaimana mestinya maka pelaksanaan layanan konseling individu tidak berjalan efektif dan tujuan tidak tercapai dengan maksimal karena konseli merasa tidak nyaman dengan suasana ruang konseling individu sehingga mengakibatkan konseli tidak terbuka mengenai masalahnya dan bisa jadi suaranya terdengar pelan karena kebisingan terjadi dimana-mana. Berdasarkan hal- hal yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan sarana dan prasarana konseling mempunyai hubungan dengan keefektifan layanan konseling individu. Secara ringkas hubungan antara
43
penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan
layanan
konseling individu dapat disajikan pada Gambar 2.1. Penggunaan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Layanan konseling individu berjalan efektif
Hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu Gambar 2.1 Hubungan antar variabel
2.5 Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya (Riduwan, 2010: 9). Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah yang harus dtempuh dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian banyak ditentukan oleh tepatnya metode yang digunakan. Ketepatan dalam memilih metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Oleh karena itu metode penelitian mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas hasil penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu menetapkan jenis penelitian, menetapkan variabel yang akan diteliti, menentukan populasi dan sampel, menetapkan metode dan alat pengumpulan data, perhitungan validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, serta kerangka penelitian. Meode penelitian ini akan dijabarkan dalam uraian sebagai berikut :
3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan hadirnya variabel, maka penelitian yang digunakan peneliti yaitu jenis penelitian ex-post facto. Arikunto, (2013: 17) menyebutkan istilah “ex post facto” terdiri dari tiga kata, ex diartikan dengan observasi atau pengamatan, post artinya sesudah, dan facto adalah fakta atau kejadian. Sehingga dapat disimpulkan pengertian Ex-post facto yaitu pengamatan setelah kejadian lewat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan paradigma kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mencari kemungkinan ada tidaknya
44
45
pengaruh penggunaan sarana dan prasarana konseling terhadap keefektifan layanan konseling individu di SMP N 21 Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional, karena dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel serta dalam menganalisis data menggunakan data-data numerikal yang di olah dengan menggunakan statistik yang kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan.
3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Jenis Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012: 60). Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel tersebut adalah sebagai berikut: 3.8.3.1 Variabel bebas Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2012: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan sarana dan prasarana konseling (X). 3.8.3.2 Varibel terikat Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:
46
61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keefektifan layanan konseling individu (Y). 3.8.4
Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variabel dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Variabel (X)
Variabel (Y)
Penggunaan Sarana Keefektifan Layanan dan Prasana Konseling Konseling Individu Siswa yang Mengikuti Konseling Gambar 3.1 Hubungan antar variabel Siswa yang Jenis kelamin Jumlah mengikuti konseling
Kelas VII
Pada penelitian ini hubungan antar variabel adalah hubungan positif, L P dimana semakin positif atau semakin baik penggunaan sarana dan 7 11 18
Kelas VIII
prasarana16 konseling layanan konseling individu dapat berjalan 20 maka 36
Kelas IX
efektif. 4
2
6 60 Siswa
3.8.5 Siswa yang
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel yang Jenis kelamin Jumlah
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang mengikuti konseling
Kelas VIII
L P dapat diamati (Azwar, 2005: 24). Untuk menghindari salah pengertian 7 11 18 mengenai data yang akan dikumpulkan serta menghindari kesalahan dalam 16 20 36
Kelas IX
menentukan pengumpul data, maka batasan operasional dari 4 alat-alat 2 6
Kelas VII
60 ini Siswa variabel-variabel penelitian adalah variabel bebas (x) yaitu penggunaan sarana dan prasarana konseling dan variabel terikat (y) yaitu keefektifan layanan konseling individu.
47
3.8.5.1 Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan sarana dan prasarana konseling. Sarana adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien. Sedangkan prasarana adalah alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka sarana dan prasarana bimbingan dan konseling merupakan semua peralatan dan perlengkapan serta fasilitas yang mendukung kerja dan kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. adapun yang menjadi fokus penelitian ini yaitu berkaitan dengan sarana dan prasarana konseling yang dijadikan sebagai alat untuk mendukung kerja dan kegiatan konseling individu berjalan efektif. Oleh karena itu penggunaan sarana dan prasarana konseling memiliki standar atau patokan agar kegiatan pelayanan berjalan efektif. Standar yang dimaksud dalam penelitian ini menunjuk pada ukuran sarana dan prasarana
konseling
yang
lengkap
dan
memadai
untuk
terselanggaranya pelayanan konseling individu. Seperti dalam Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana terdiri dari kriteria minum sarana dan kriteria minimum prasarana. Berdasarkan hal tersebut maka ukuran yang menjadi patokan pada penggunaan sarana dan prasarana konseling, dapat dibedakan menjadi
48
dua sub variabel yaitu sarana konseling dan prasarana konseling. Adapun yang menjadi indikator sarana konseling terdiri dari alat pengumpul
dan
penyimpan
data,
perlengkapan
teknis,
dan
perlengkapan tata usaha. Sedangkan indikator prasarana konseling terdiri dari lokasi atau tempat, jenis ruang BK, dan suasana ruang konseling. 3.8.5.2 Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah keefektifan layanan konseling individu. Keefektifan menunjukkan arti keadaan yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan
antara
konselor
dengan
klien
bergantung
kepada
kemampuan dalam menerapkan teknik-teknik konseling serta kualitas pribadinya. Oleh karena itu keefektifan layanan konseling individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses hubungan membantu yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan layanan. Proses hubungan yang berkualitas memiliki karakteristik diantaranya (1)
kenyamanan
psikologis
diciptakan
sebagai
situasi
yang
menyenangkan, menggembirakan, dan membuat konseli merasa mendapatkan perlindungan, (2) hubungan yang bermakna diciptakan dalam suasana keakraban antara konselor dan klien (3) persetujuan bersama muncul jika terdapat komitmen dan kesukarelaan, (4) kerjasama dapat diwujudkan melalui partisipasi dan keaktifan konseli
49
selama proses konseling. Karakteristik tersebut merupakan kondisikondisi psikologis siswa selama proses konseling agar konseling berjalan efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi indikator dalam penelitian ini yaitu kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, kerjasama.
3.9
Populasi dan Sampel
3.9.1
Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013: 173). Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa yang telah mengikuti layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016. Adapun alasan peneliti mengambil penelitian populasi dikarenakan penelitian ini tentang layanan konseling individu sehingga yang menjadi batasan adalah siswa yang pernah mengikuti layanan konseling individu.
50
Tabel 3.1 Populasi Siswa yang Mengikuti Konseling Siswa yang mengikuti konseling Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
3.9.2
Jenis kelamin L 7 16 4
P 11 20 2
Jumlah
18 36 6 60 Siswa
Sampel Arikunto (2013: 174) menjelaskan pengertian sampel adalah sebagian dari populasi. Sedangkan dalam (Sugiyono, 2012: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dalam populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Riduwan, (2010: 64) menyebutkan sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Adapun alasan peneliti mengambil teknik ini adalah jumlah sampel berjumlah 60 siswa sehingga sampel tersebut diambil semua. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa yang pernah mengikuti layanan konseling individu. Tabel 3.2 Sampel Siswa yang Mengikuti Konseling Siswa yang mengikuti konseling Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Jenis kelamin L 7 16 4
P 11 20 2
Jumlah
18 36 6 60 Siswa
51
3.10 Metode dan Alat Pengumpul Data 3.4.1 Metode Pengumpul Data Pengumpulan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian. Mengumpulkan data berarti mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala psikologis. Anggapan yang dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode skala psikologis, yaitu sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpul data yang lain. Karakteristik skala psikologi sebagai alat ukur adalah sebagai berikut: a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang diukur memahami pertanyaan atau pernyataannya namun tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih proyektif, yaitu berupa proyeksi dari perasaan atau kepribadiannya. b. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk butir soal, maka skala psikologi selalu berisi banyak butir soal. Jawaban subjek terhadap suatu butir soal baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bil; semua butir telah direspons. c. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan bersungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula (Azwar, 2010: 3-4).
52
3.4.2. Alat Pengumpul Data Untuk mengukur persepsi siswa tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu, peneliti menggunakan model skala pengukuran berupa skala likert. Dalam Sugiyono (2012: 133) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pada skala likert ada tiga pilihan skala, yaitu skala tiga, empat, atau lima. Pada umumnya menggunakan menggunakan skala dengan empat angka. Dalam penelitian ini terdapat empat alternatif jawaban untuk mengukur persepsi yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Alternatif jawaban pada skala persepsi dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori jawaban positif dan jawaban negatif. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.3 Alternatif Jawaban pada Skala Persepsi Kategori Jawaban (+)
Skor
Kategori Jawaban (-)
Skor
SS (Sangat Setuju)
4
SS (Sangat Setuju)
1
S (Setuju)
3
S (Setuju)
2
TS (Tidak Setuju)
2
TS (Tidak Setuju)
3
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
STS (Sangat Tidak Setuju)
4
Sukardi (2012: 147)
3.11 Penyusunan Instrumen Alat ukur yang baik sangat diperlukan dalam sebuah penelitian ilmiah. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian dinamakan sebagai instrumen penelitian. Peneliti menyusun sendiri instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan
53
melihat teori-teori yang mendasari variabel penelitian. Prosedur penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut:
Menyusun kisi-kisi instrumen
Menyusun instrumen
Revisi
Uji coba (Try Out)
Instrumen jadi
Gambar 3.2 Prosedur Penyusunan Instrumen Bagan di atas merupakan langkah-langkah menyusun sebuah instrumen. Langkah pertama yaitu menyusun kisi-kisi instrumen yang terdiri dari variabel, indikator, deskriptor dan jumlah item soal, langkah kedua menyusun instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan, langkah ketiga yaitu melakukan uji coba (try out) instrumen pada responden, langkah keempat yaitu merevisi hasil uji coba intrumen, dan langkah kelima yaitu instrumen jadi. Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen skala persepsi yang akan digunakan dalam membuat instrumen dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 sebagai berikut
54
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Variabel Penggunaan sarana dan prasarana konseling
Sub Variabel 1. Sarana konseling
Indikator 1.1 Alat pengumpul dan penyimpan data
1.2 Perlengkapan teknis 1.3 Perlengkapan tata usaha 2. Prasarana konseling
2.1 Lokasi
2.2 Ruang BK
Deskriptor 1.1.1 Tersedianya alat pengumpul data tes dan non tes 1.1.2 Tersedianya alat penyimpanan data 1.2.1 Tersedianya perlengkapan teknis 1.3.1 Tersedianya perlengkapan tata usaha 2.1.1 Ruang BK mudah ditemukan dan dekat dengan ruang guru 2.1.2 Ruang BK jauh dari kebisingan 2.1.3 Ruang BK memberikan kenyamanan 2.2.1 Tersedianya ruang BK
2.2.2 Tersedianya kelengkapan ruang BK 2.3 Suasana ruang 2.3.1 konseling 2.3.2 2.3.3 2.3.4
Warna dinding Ventilasi Suasana ruang Kenyamanan
Item + 1, 2. 3, 4, 5
-
6
7
8, 9, 10, 11
12
13, 14, 15, 16, 17 18 19
20, 21
22
23, 26, 28, 30, 31 24, 25, 27, 29
33
32
34 36
35 37
38
39
55
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Skala Persepsi Siswa Tentang Keefektifan Layanan Konseling Individu Variabel
Indikator
Keefektifan Layanan Konseling Individu
1. Kenyamanan psikologis
2. Hubungan yang bermakna
3.
4.
Persetujuan bersama
Kerjasama
Deskriptor
Item + 1, 3, 4
-
1.1 Terciptanya suasana yang menyenangkan untuk konseli 5, 6 1.2 Terciptanya suasana yang nyaman untuk konseli
2
2.1 Terciptanya suasana keakraban 2.2 Munculnya optimisme untuk melakukan penyesuaian diri secara lebih baik 3.1 Kemauan untuk konseling dengan sukarela 3.2 Kemauan untuk konseling dengan adanya komitmen 4.1 Kemauan untuk berpartisipasi selama proses konseling 4.2 Keaktifan konseli selama proses konseling
10, 11
9, 12
13, 14, 15
16
17, 18
19, 20
21, 23, 24
22
25, 26, 27
28
7, 8
29, 30, 31, 32, 33
3.12 Validitas dan Reliabilitas 3.12.1 Validitas Menurut Sugiyono, (2012: 173) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
56
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Singarimbun, (1989: 122) Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid (saheh). Untuk menguji validitas instrumen, peneliti menggunakan validitas konstruksi (construct validity), dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement expert) (Riduwan, 2010: 97). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dengan berdasarkan teori tersebut, maka selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara dimintai pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrumen di lapangan kemudian diukur validitasnya. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment. Rumus korelasi Product Moment n∑XY – (∑X)(∑Y) rhitung = {n∑X2 – (∑X)2}{n∑Y2 – (∑Y)2} Keterangan: rhitung
: Koofesien korelasi
n
: Jumlah Responden
ΣX
: Jumlah skor item variabel X
57
ΣY
: Jumlah skor item variabel Y
ΣXY
: Jumlah perkalian skor variabel X dengan skor variabel Y
ΣX2
: Jumlah kuadrat skor variabel X
ΣY2
: Jumlah kuadrat skor variabel Y (Riduwan, 2010: 98)
Pengujian validitas instrumen dengan mengkorelasikan skor tiap butir soal dengan skor total, dengan menggunakan rumus Product Moment diperoleh dan kemudian dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5%, jika r hitung> r tabel maka item dinyatakan valid.
3.12.2 Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu, reliabilitas intrumen perlu juga dilakukan pengujian. Pengujian reliabilitas butir instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik koefesien alpha dengan rumus sebagai berikut.
k b r11 = 1 t2 k 1
2
Keterangan: r11
: Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir soal
Σσb2
:
Σσt2
: Varians total
Jumlah varians butir
58
Kriteria pengujian realibilitas instrumen dikatakan reliabel yaitu jika memiliki harga r hitung> r tabel dengan taraf signifikasi 5%. Besar kecilnya koefisien mengidentifikasikan kuat dan lemahnya hubungan yang ada. Nilai r
hitungyang
lebih besar dari rtabel berarti instrumen semakin berkurang reliabilitasnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi Kriteria 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah
3.13 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 3.13.1 Hasil Uji Validitas Skala Persepsi tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Skala persepsi siswa tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling berjumlah 39 butir item pernyataan dengan jumlah responden yang diujicobakan adalah 60 siswa. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan taraf signifikasi 5% diketahui r tabel = 0,254, maka dengan r
hitung>
rtabel terdapat 6 item yang tidak valid atau tidak memenuhi syarat. Item
pernyataan yang tidak memenuhi syarat dihilangkan dan tidak digunakan dalam penelitian karena item-item yang lain telah mewakili dan sesuai dengan indikator yang akan dicari dalam instrumen. Selanjutnya penomorannya diurutkan kembali guna pengambilan data penelitian. Sehingga item yang akan digunakan dalam instrumen penelitian 33 butir item pernyataan. Untuk perhitungannya secara
59
statistik dapat dilihat pada lampiran. Item-item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Variabel Indikator Nomor Jumlah Item Valid Gugur Valid Gugur Penggunaan Alat 1, 2, 3, _ 7 _ sarana dan pengumpul 4, 5, 6, 7 prasarana dan konseling penyimpan data Perlengkapan 8, 9, 11, 10 4 1 teknis 12 Perlengkapan 13, 14, _ 5 _ tata usaha 15, 16, 17 Lokasi Ruang BK
Suasana ruang konseling Total
18, 19, 21 20, 22 23, 24, 26, 30 25, 27, 28, 29, 31 32, 33, 36, 39 34, 35, 37, 38
Total
7
5 5
4
1
5
7
2
9
6
2
8
33
6
39
3.13.2 Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Keefektifan Layanan Konseling Individu Skala persepsi tentang keefektifan layanan konseling individu berjumlah 33 butir item pernyataan dengan jumlah responden yang diujicobakan adalah 60 siswa. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan taraf signifikasi 5% diketahui r tabel = 0,254, maka dengan r hitung> rtabel terdapat 3 item yang tidak valid atau tidak memenuhi syarat. Item pernyataan
60
yang tidak memenuhi syarat dihilangkan dan tidak digunakan dalam penelitian karena item-item yang lain telah mewakili dan sesuai dengan indikator yang akan dicari dalam instrumen. Selanjutnya penomorannya diurutkan kembali guna pengambilan data penelitian. Sehingga item yang akan digunakan dalam instrumen penelitian 30 butir item pernyataan. Untuk perhitungannya secara statistik dapat dilihat pada lampiran. Item-item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Variabel
Keefektifan Layanan Konseling Individu
Total
Tabel 3.8 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Persepsi Indikator Nomor Jumlah Item Valid Gugur Valid Gugur Kenyamanan 1, 2, 3, _ 8 _ Psikologis 4, 5, 6, 7, 8 Hubungan 10, 11, 9 7 1 yang 12, 13, bermakna 14, 15, 16 Persetujuan 17, 19, 18 7 1 bersama 20, 21, 22, 23, 24 Kerjasama 25, 26, 33 8 1 27, 28, 29, 30, 31, 32 30 3
Total
8
8
5
9
33
3.13.3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan SPSS 17 dan menggunakan rumus Alpha, diperoleh koefisien reliabilitas skala persepsi penggunaan sarana dan prasarana konseling sebesar 0,837. Pada taraf kesalahan
61
5% dengan N = 60 diperoleh harga r tabel = 0,254. Dengan demikian r hitung> r tabel maka instrumen tersebut reliabel dengan kriteria reliabel tinggi. Dengan perhitungan statistik sebagai berikut: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.837
39
3.13.4 Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi tentang Keefektifan Layanan Konseling Individu Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan SPSS 17 dan menggunakan rumus Alpha, diperoleh koefisien reliabilitas skala persepsi keefektifan layanan konseling individu sebesar 0, 856. Pada taraf kesalahan 5% dengan N = 60 diperoleh harga r
tabel
= 0,254. Dengan demikian r
hitung>
r
tabel
maka instrumen tersebut reliabel dengan kriteria reliabel tinggi. Dengan perhitungan statistik sebagai berikut: Reliability Statistics Cronbach's Alpha .856
N of Items 33
3.14 Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan sarana dan prasarana konseling, untuk mengetahui gambaran keefektifan layanan
62
konseling individu, dan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskripitif persentase dan analisis korelasi. 3.14.1 Analisis Deskriptif Persentase Analisis deskriptif persentase bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang kondisi objek, dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu di SMP N 21 Semarang. Data atau skor dari jawaban responden diperoleh dari alternatif jawaban yang disediakan kemudian dimasukkan kedalam tabel, diskor, dijumlahkan dan dinyatakan dalam persentase. Rumus yang digunakan untuk memperoleh persentase adalah: P
n x100 % N
Keterangan: P
: Persentase nilai yang diperoleh
n
: jumlah skor yang diperoleh
N
: jumlah seluruh skor Untuk penentuan kriteria penggunaan sarana dan prasarana konseling
didasarkan pada perhitungan skor seperti dalam Widoyoko, (2014:144) yaitu sebagai berikut: 1.
Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan x jumlah pilihan (gradasi skor dalam rubrik)
63
2.
Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah kelas interval
3.
Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian, artinya kalau penilaian menggunakan skala 4, maka hasil penilaian diklasifikasikan menjadi 4 kelas interval
4.
Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus: Ji = (t-r)/JK
Keterangan: t = skor tertinggi ideal dalam skala, r = skor terendah ideal dalam skala, dan JK = jumlah kelas interval Sedangkan untuk memperoleh kriteria penggunaan sarana dan prasarana konseling dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: Persentase skor maksimum
= (4:4) x 100% = 100%
Persentase skor minimum
= (1:4) x 100% = 25%
Rentang persentase skor
= 100% - 25% = 75%
Panjang kelas interval
= 75% : 4
= 19
Tabel 3.9 Kriteria Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Interval 82% −100% 63% − 81% 44% − 62% 25% − 43% Sumber: hasil perhitungan peneliti
Kriteria Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
64
Sedangkan untuk memperoleh kriteria keefektifan layanan konseling individu dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: Persentase skor maksimum
= (4:4) x 100% = 100%
Persentase skor minimum
= (1:4) x 100% = 25%
Rentang persentase skor
= 100% - 25% = 75%
Panjang kelas interval
= 75% : 4
= 19%
Tabel 3.10 Kriteria Keefektifan Layanan Konseling Individu Interval 82% −100% 63% − 81% 44% − 62% 25% − 43% Sumber: hasil perhitungan peneliti
Kriteria keefektifan layanan konseling individu Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
3.14.2 Uji Normalitas Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui variabel dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS 17 dengan rumus Kolmogrov- Smirnov, dengan alasan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah lebih dari 50 responden. Apabila signifikansi lebih besar dari α= 0,05 maka data berdistribusi normal. Sesuai dengan perhitungan uji normalitas (terdapat dalam lampiran), hasil signifikansi penggunaan sarana dan prasarana konseling pada 60 siswa yaitu 0, 878> 0,05 sehingga data termasuk berdistribusi normal. Untuk hasil signifikansi
65
keefektifan layanan konseling individu pada 60 siswa yaitu 0,728> 0,05, sehingga data termasuk berdistribusi normal.
3.14.3 Analisis Korelasi Untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu Di SMP N 21 Semarang Tahun 2015/2016, dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, karena penelitian ini merupakan penelitian asosiatif (hubungan) dan jenis data penelitian ini merupakan jenis data interval dengan instrumen berupa skala psikologis. Berikut rumus Product Moment:
Gambar 3.3 Rumus Product Moment Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
ΣXY
: Jumlah perkalian skor item X dan Y
X
: Jumlah skor item X
Y
: Jumlah skor item Y
N
: Jumlah responden
ΣX2
: Jumlah kuadrat skor item X
2
: Jumlah kuadrat skor item Y
ΣY
Setelah diperoleh nilai “r“, kemudian dikonsultasikan ke tabel nilai r product moment. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik korelasi
66
product moment karena korelasi ini digunakan untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang dikorelasikan dalam bentuk data nominal. Syarat product moment atau aturan keputusan adalah sebagai berikut : 1) Kalau rhitung sama atau lebih besar dari rtabel disebut signifikan, konsekuensinya: hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. 2) Kalau rhitung lebih kecil dari rtabel disebut tidak signifikan, konsekuensinya: hipotesis nihil (Ho) diterima dan hipotesis kerja (Ha) ditolak. Korelasi diukur dengan suatu koefisien (r) yang mengindikasikan seberapa banyak relasi antar dua variabel. Daerah nilai yang mungkin adalah +1.00 sampai -1.00. Dengan +1.00 menyatakan hubungan yang sangat erat, sedangkan -1.00 menyatakan hubungan negatif yang erat. Berikut ini adalah panduan untuk nilai korelasi tersebut: Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien 0,80 - 1,000 0,60 - 0,799 0,40 - 0599 0,20 - 0,399 0,00 - 0,199
Tingkat Hubungan Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah (Riduwan, 2010: 138).
67
3.15 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan gambaran mengenai langkah-langkah atau proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang diselenggarakan oleh peneliti merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional dengan judul “Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu”. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penelitian ini mulai dari mencari latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data didalamnya ada beberapa hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu yaitu menentukan populasi dan sampel, penyusunan instrumen dan pengujian instrumen, kemudian dilanjutkan langkah berikutnya yaitu menganalisis data, setelah itu hasil penelitian dapat diketahui sehingga pada langkah terakhir penelitian dapat diberikan kesimpulan dan saran.
68
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Landasan Teori
Perumusan Hipotesis
Pengumpulan Data
Analisis Data Pengujian Instrumen
Populasi dan Sampel
Penemuan/ hasil
Penyusunan Instrumen
Kesimpulan dan Saran Gambar 3.4 Skema Kerangka Penelitian
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diterapkan dalam penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Hubungan Antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu Di SMP N 21 Semarang Tahun 2015/2016”.
4.1 Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui gambaran penggunaan sarana dan prasarana konseling, untuk mengetahui gambaran keefektifan layanan konseling individu, dan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu. 4.1.1
Analisis Deskriptif
4.1.1.1 Gambaran Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling di SMP Negeri 21 Semarang 4.1.1.1.1
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan
Hasil analisis data penelitian secara keseluruhan penggunaan sarana dan prasarana konseling di SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2015/2016 diperoleh hasil 77% termasuk kriteria baik dengan sampel penelitian sejumlah 60 siswa secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
69
70
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Interval Frekuensi % Kriteria 82% −100% 18 30 % Sangat Baik 63% − 81% 34 57 % Baik 44% − 62% 8 13 % Cukup Baik 25% − 43% 0 0% Kurang Baik
Mengenai frekuensi penggunaan sarana dan prasarana konseling bahwa dari 60 siswa yang menjadi sampel penelitian, 30% atau sejumlah 18 siswa memiliki kriteria sangat baik, 57% atau sejumlah 34 siswa memiliki kriteria baik dan 13% atau sejumlah 8 siswa memiliki persepsi cukup baik tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi siswa tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling di SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2015/2016 berada pada kriteria yang baik dengan persentase 57%. Sedangkan hasil perolehan skor penggunaan sarana dan prasarana konseling di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan sub variabel yang meliputi sarana konseling dan prasarana konseling dapat dituangkan dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.2 Deskripsi Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling per Sub Variabel No Sub Variabel 1 Sarana konseling 2 Prasarana konseling Rata-rata
Persentase 75% 78% 77%
Kriteria Baik Baik Baik
71
Lebih jelasnya, hasil analisis deskriptif tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK per sub variabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling 79%
78% 77% 76% 75% 74% 73% Sarana Konseling
Prasarana Konseling
Diagram 4.1. Hasil Analisis Deskriptif Persentase per Sub Variabel
Berdasarkan hasil analisis deskripsi persentase per sub variabel pada tabel 4.3, diperoleh bahwa bahwa kedua sub variabel yang termuat dalam penggunaan sarana dan prasarana konseling, keduanya termasuk dalam kriteria baik. Akan tetapi jika ditinjau dari perolehan persentase antar kedua sub variabel tersebut lebih tinggi perolehan persentase pada sub variabel prasarana konseling dengan persentase 78% dan sub variabel sarana konseling dengan persentase 75%. 4.1.1.1.2
Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator pada sub Variabel
Pemaparan mengenai hasil analisis deskriptif persentase data penelitian pada sub variabel meliputi: (1) sarana konseling; (2) prasarana konseling.
72
1) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Berdasarkan Indikator pada sub Variabel Sarana Konseling Hasil analisis deskriptif data penelitian mengenai sub variabel sarana konseling dengan tiga indikator meliputi alat pengumpul dan penyimpan data; perlengkapan teknis; perlengkapan tata usaha. Untuk lebih jelasnya hasil persentase dari setiap indikator akan dituliskan pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Hasil Persentase berdasarkan indikator pada sub variabel sarana konseling No Sub Variabel Indikator Persentase Kriteria 1 Sarana 1.1 Alat pengumpul dan 77% Baik konseling penyimpan data 2 1.2 Perlengkapan teknis 70% Baik 3 1.3 perlengkapan tata usaha 78% Baik Rata-rata 75% Baik
Dapat dideskripsikan bahwa pada tabel 4.3 mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada sub variabel kelengkapan sarana BK memperoleh hasil rata-rata sebesar 75% termasuk dalam kategori baik. Jika dilihat dari ketiga indikator pada sub variabel sarana konseling termasuk dalam kriteria baik. Akan tetapi jika kita bandingkan dari besarnya angka persentase yang diperoleh pada setiap indikator maka indikator perlengkapan tata usaha memiliki persentase tertinggi sebesar 78% dengan kriteria baik artinya perlengkapan tata usaha yang tersedia dalam keadaan baik. Sedangkan indikator perlengkapan teknis memiliki persentase terendah sebesar 70% dengan kriteria baik artinya perlengkapan teknis yang tersedia dalam keadaan baik.
73
2) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Berdasarkan Indikator pada sub Variabel Prasarana Konseling Hasil analisis deskriptif data penelitian mengenai sub variabel prasarana konseling dengan tiga indikator meliputi lokasi, ruang BK, suasana ruang konseling. Untuk lebih jelasnya hasil persentase dari setiap indikator dapat dilihat pada tabel 4.4berikut. Tabel 4.4 Hasil Persentase berdasarkan indikator pada sub variabel Prasarana Konseling No Sub Variabel Indikator Persentase Kriteria 1 Prasarana 2.1 Lokasi 79% Baik konseling 2 2.2 Ruang BK 77% Baik 3 2.3 Suasana ruang 78% Baik konseling Rata-rata 78% Baik
Dapat dideskripsikan bahwa pada tabel 4.4 mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada sub variabel prasarana konseling memperoleh hasil rata-rata sebesar 78% termasuk dalam kategori baik. Jika dilihat dari ketiga indikator pada sub variabel prasarana konseling termasuk dalam kriteria baik. Akan tetapi jika kita bandingkan dari besarnya angka persentase yang diperoleh pada setiap indikator maka indikator lokasi memiliki persentase tertinggi sebesar 79% dengan kriteria baik artinya artinya lokasi ruang BK dalam keadaan strategis sehingga mudah ditemukan oleh siswa. Sedangkan indikator ruang BK memiliki persentase terendah sebesar 70% dengan kriteria baik artinya ruang BK memiliki berbagai macam ruang BK yang memadai seperti ruang kerja guru BK, ruang
74
konseling, ruang bimbingan kelompok, ruang penyimpanan data siswa, ruang tamu. 4.1.1.1.3
Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator
Pemaparan mengenai hasil analisis deskriptif persentase data penelitian pada indikator variabel meliputi: 1) alat pengumpul dan penyimpan data; 2) perlengkapan teknis; 3) perlengkapan tata usaha; 4) lokasi; 5) ruang BK; 6) suasana ruang konseling. 1) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Alat Pengumpul dan Penyimpan Data Hasil analisis deskripsi mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator alat pengumpul dan penyimpan data dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Alat Pengumpul dan Penyimpan Data No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 19 38 3 0
Persentase 32% 63% 5% 0%
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator alat pengumpul dan penyimpan data tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
75
Alat Pengumpulan data dan Penyimpan Data 80%
63%
60% 40%
32% 5%
20%
0%
0% Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Diagram 4.2. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Alat Pengumpulan data dan Penyimpan Data Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator alat pengumpul dan penyimpan data termasuk pada kategori baik dengan persentase sebesar 63%. Termasuk dalam kategori persentase baik artinya penggunaan alat pengumpul dan penyimpan data dilakukan dengan baik. 2) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Perlengkapan Teknis Hasil analisis deskripsi mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator perlengkapan teknis dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Teknis No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 2 39 18 0
Persentase 3% 65% 32% 0%
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
76
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator perlengkapan teknis tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Perlengkapan Teknis 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
65%
32% 3% Sangat Baik
0% Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Diagram 4.3. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Teknis
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator perlengkapan teknis termasuk pada kategori baik dengan persentase sebesar 65%. Termasuk dalam kategori persentase baik artinya penggunaan perlengkapan teknis dilakukan dengan baik.
3) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Perlengkapan Tata Usaha Hasil analisis deskripsi mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator perlengkapan tata usaha dapat dilihat pada tabel berikut ini
77
Tabel 4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Tata Usaha No Jumlah Responden Persentase Kriteria 1. 22 37% Sangat Baik 2. 28 47% Baik 3. 10 17% Cukup Baik 4. 0 0% Kurang Baik
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator perlengkapan tata usaha tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Perlengkapan tata Usaha 50% 40%
47% 37%
30%
17%
20% 10%
0%
0% Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Diagram 4.4. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Perlengkapan Tata Usaha Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator perlengkapan tata usaha termasuk pada kategori baik dengan persentase sebesar 47%. Termasuk dalam kategori persentase baik artinya penggunaan perlengkapan tata usaha dilakukan dengan baik
78
4) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Lokasi Hasil analisis deskripsi mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator lokasi dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Lokasi No Jumlah Responden Persentase Kriteria 1. 26 43% Sangat Baik 2. 22 37% Baik 3. 10 17% Cukup Baik 4. 2 3% Kurang Baik
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator lokasi dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Lokasi 50%
43% 37%
40% 30%
17%
20%
3%
10% 0% Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Diagram 4.5. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Lokasi
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator lokasi termasuk pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 43%. Termasuk dalam kategori
79
persentase sangat baik artinya lokasi ruang BK sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh siswa. 5) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Ruang BK Hasil analisis deskripsi mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator ruang BK dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Ruang BK No Jumlah Responden Persentase Kriteria 1. 26 43% Sangat Baik 2. 24 40% Baik 3. 9 15% Cukup Baik 4. 1 2% Kurang Baik
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator ruang BK dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Ruang BK 50%
43%
40%
40% 30% 15%
20% 10%
2%
0% Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Diagram 4.6. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Ruang BK
80
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator ruang BK termasuk pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 43%. Termasuk dalam kategori persentase sangat baik artinya penggunaan ruang BK dilakukan dengan sangat baik dan telah dilengkapi dengan berbagai macam ruang untuk pelaksanaan layanan BK seperti tersedianya ruang kerja guru BK, ruang tamu, ruang penyimpanan data, ruang konseling individu, ruang bimbingan dan konseling kelompok.
6) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Suasana Ruang Konseling Hasil analisis deskripsi mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator suasana ruang konseling dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Suasana Ruang Konseling No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 25 24 11 0
Persentase 42% 40% 18% 0%
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator suasana ruang konseling dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
81
Suasana Ruang Konseling 50%
42%
40%
40% 30%
18%
20% 10%
0%
0% Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Diagram 4.7. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Suasana Ruang BK Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
penggunaan sarana dan prasarana konseling pada indikator suasana ruang konseling termasuk pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 42%. Termasuk dalam kategori persentase sangat baik artinya suasana ruang konseling telah memberikan kenyamanan untuk terlaksananya layanan konseling.
4.1.1.2 Gambaran Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang 4.1.1.2.1
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan
Hasil analisis data penelitian secara keseluruhan tentang keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 diperoleh hasil 77% termasuk kriteria efektif dengan sampel penelitian sejumlah 60 siswa secara umum dapat dituangkan dalam distribusi frekuensi sebagai berikut:
82
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Keefektifan Layanan Konseling Individu No Interval F % Kriteria 1. 82% −100% 23 38% Sangat Efektif 2. 63% − 81% 31 52% Efektif 3. 44% − 62% 6 10% Cukup Efektif 4. 25% − 43% 0 0% Kurang Efektif JUMLAH 60 100% Mengenai frekuensi tingkat keefektifan layanan konseling individu bahwa dari 60 siswa yang menjadi sampel penelitian, 38% atau sejumlah 23 siswa memiliki persepsi sangat efektif, 52% atau sejumlah 31 siswa memiliki persepsi efektif dan 10% atau sejumlah 6 siswa memiliki persepsi cukup efektif tentang keefektifan layanan konseling individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi siswa tentang keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2015/2016 berada pada kriteria yang efektif dengan persentase 52%. Sedangkan hasil perolehan skor keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan indikator yang meliputi kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, kerjasama dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.12 Deskripsi Keefektifan Layanan Konseling Individu No Indikator 1 Kenyamanan psikologis 2 Hubungan yang bermakna 3 Persetujuan bersama 4 Kerjasama Rata-Rata
Persentase 78% 78% 75% 76% 77%
Kriteria Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif
83
Berdasarkan hasil analisis persentase pada tabel 4.12, diperoleh bahwa keefektifan layanan konseling individu secara keseluruhan memiliki persentase 77% dan termasuk dalam kriteria efektif. Rincian hasil persentase keefektifan layanan konseling individu pada indikator kenyamanan psikologis memperoleh hasil 78%, yang artinya konseling berjalan efektif karena siswa dapat merasakan nyaman dan senang secara psikologis selama proses konseling berlangsung. Pada indikator hubungan yang bermakna diperoleh hasil 78%, yang artinya proses konseling berjalan efektif karena siswa mampu menjalin hubungan yang akrab dengan guru BK dan memiliki optimisme dalam penyelesaian masalah pribadi. Pada indikator persetujuan bersama diperoleh hasil 75%, yang artinya konseling berjalan efektif karena siswa memiliki kemauan dan komitmen untuk mengikuti konseling individu. Pada indikator kerjasama diperoleh hasil 76%, yang artinya konseling berjalan efektif karena siswa memiliki kemauan untuk berpartisipasi aktif selama proses konseling. Secara keseluruhan persentase keefektifan layanan konseling individu menunjukkan kriteria efektif.
4.1.1.1.4
Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator
Pemaparan mengenai hasil analisis deskriptif persentase data penelitian pada indikator variabel meliputi: 1) kenyamanan psikologis; 2) hubungan yang bermakna; 3) persetujuan bersama; 4) kerjasama. 1) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator kenyamanan psikologis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
84
Tabel 4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 22 30 7 1
Persentase 37% 50% 12% 2%
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator
Kriteria Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
kenyamanan psikologis tersebut
dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Kenyamanan Psikologis 50% 50% 40%
37%
30% 20%
12%
10%
2%
0% Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Diagram 4.8. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
keefektifanan layanan konseling individu pada indikator kenyamanan psikologis termasuk pada kategori efektif dengan persentase sebesar 50%. Termasuk dalam kategori persentase efektif artinya proses konseling dapat berjalan efektif dengan keadaan nyaman secara psikologis bagi siswa.
85
2) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Hubungan yang Bermakna Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator hubungan yang bermakna dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Hubungan yang Bermakna No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 29 26 4 1
Persentase 48% 43% 7% 2%
Kriteria Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator hubungan yang bermakna tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
86
Hubungan Yang Bermakna 48% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
43%
7% 2% Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif
Diagram 4.9. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Hubungan yang Bermakna Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar
keefektifanan layanan konseling individu pada indikator hubungan yang bermakna termasuk pada kategori sangat efektif dengan persentase sebesar 48%. Termasuk dalam kategori persentase sangat efektif artinya proses konseling dapat berjalan sangat efektif dengan adanya hubungan yang bermakna antara guru BK dan siswa.
3) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Persetujuan Bersama Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator persetujuan bersama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
87
Tabel 4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Persetujuan Bersama No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 22 27 11 0
Persentase 37% 45% 18% 0%
Kriteria Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator persetujuan bersama tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Persetujuan Bersama 45% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
37%
18%
0% Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Diagram 4.10. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Persetujuan Bersama Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar keefektifanan layanan konseling individu pada indikator persetujuan bersama termasuk pada kategori efektif dengan persentase sebesar 45%. Termasuk dalam kategori persentase efektif artinya proses konseling dapat berjalan efektif dengan adanya persetujuan bersama antara guru BK dan siswa untuk pelaksanaan konseling individu.
88
4) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Kerjasama Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator kerjasama dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kerjasama No 1. 2. 3. 4.
Jumlah Responden 20 31 8 1
Persentase 33% 52% 13% 2%
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator
Kriteria Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
kerjasama tersebut dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini:
Kerjasama 60%
52%
50% 40%
33%
30% 13%
20% 10%
2%
0% Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif
Diagram 4.9. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kerjasama
89
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar keefektifanan layanan konseling individu pada indikator kerjasama termasuk pada kategori efektif dengan persentase sebesar 52%. Termasuk dalam kategori persentase efektif artinya proses konseling dapat berjalan efektif dengan adanya kerjasama siswa dalam hal keterbukaan terhadap masalah yang dialami. 4.1.2 Hasil Analisis Statistik 4.1.2.1 Hubungan antara Tingkat Kelengkapan Sarana dan Prasarana BK dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 dalam hal ini korelasi yang dimaksud adalah korelasi positif. Untuk itu sebelum melakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. 4.1.2.1.1
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan rumus KolmogorovSmirnov dengan bantuan perhitungan SPSS 17 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Asymp. Sig. (2-tailed) Level of Penggunaan sarana Keefektifan significant Ho Ha dan prasarana layanan konseling (α) konseling individu 0, 424 0,664 0,05 Diterima Ditolak
Ket Normal
90
Dari hasil penghitungan SPSS diatas, menunjukan nilai Asymp. Sig. (2tailed) pada variabel penggunaan sarana dan prasarana konseling 0,424 > 0,05 Level of significant (α). Sementara itu, pada variabel keefektifan layanan konseling individu diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,664 > 0,05 Level of significant (α). Dengan demikian, data variabel penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu berdistribusi secara normal. 4.1.2.1.2
Hasil Uji Hipotesis
Sehubungan dengan jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah jenis penelitian expost facto, maka untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya dalam hal ini adalah hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment. Pemilihan teknik ini dilakukan karena data yang diolah adalah data interval dan berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan SPSS 17, berikut ini hasil penelitiannya:
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Product Moment N
rhitung
rtabel
60
0,717
0,254
Signifikansi
5%
Ket.
Ho
Signifikan
Di tolak
Ha
Kategori “r” hitung Di terima Kuat/ Tinggi
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji korelasi menggunakan product moment diperoleh rhitung = 0,717. Bila dbandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikasi 5%
91
dengan N=60, maka diperoleh harga rtabel = 0,254. Dengan demikian rhitung > rtabel, maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan yang positif dan signifian antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang” ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifian antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang” diterima. Adapun arah korelasi dalam statistik ada dua macam yaitu: 1. Korelasi positif terjadi apabila kenaikan atau penurunan nilai pada variabel X diikuti juga oleh naik nilai pada variabel Y. Korelasi positif menunjukkan adanya korelasi sejajar searah. 2. Korelasi negatif terjadi apabila kenaikan variabel X diikuti oleh penurunan pada variabel Y. Korelasi negatif menunjukkan adanya korelasi sejajar berlawanan arah. (Arikunto, 2010: 322) Berdasarkan hasil perhitungan korelasi menggunakan rumus product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,717 maka nilai koefisien korelasinya adalah korelasi positif. Dikarenakan dalam penelitian ini adalah korelasi positif yakni tiap-tiap kenaikan nilai variabel X (tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK) selalui disertai kenaikan yang seimbang (proporsional) pada nilai-nilai variabel Y (keefektifan layanan konseling individu). Dalam penelitian ini, maka semakin baik pengggunaan sarana dan prasarana konseling maka akan semakin efektif layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang. Berdasarkan gambaran penggunaan sarana dan
92
prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu diketahui bahwa penggunaan sarana dan prasarana konseling berada dalam kategori baik, sedangkan keefektifan layanan konseling individu berada pada kategori efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi positif antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dalam kategori kuat atau tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang sebesar 0,717. Perolehan koefisien korelasi sebesar 0,717 jika dikonversikan dengan tabel interpretasi nilai “r” masuk dalam kategori kuat atau tinggi.
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sub bab pembahasan akan diuraikan pembahasan mengenai penggunaan
sarana dan prasarana konseling, keefektifan layanan konseling individu, dan hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016. 4.2.1
Gambaran Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 Sebagaimana hasil penelitian mengenai penggunaan sarana dan prasarana
konseling di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 sebesar 77% yang menyatakan bahwa secara umum penggunaan sarana dan prasarana konseling termasuk dalam kriteria baik. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan sarana dan prasarana konseling disekolah tersebut telah dilakukan dengan baik. Dari sampel
93
penelitian sejumlah 60 siswa menunjukkan bahwa sejumlah 18 siswa memiliki kriteria sangat baik, sejumlah 34 siswa memiliki kriteria baik dan sejumlah 8 siswa memiliki kriteria cukup baik tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling. Penggunaan sarana dan prasarana dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. Pemakaian sarana dan prasarana memiliki dua prinsip yaitu efektivitas dan efisiensi. Penggunaan sarana dan prasarana dengan menggunakan prinsip efektivitas berarti pemakaian sarana dan prasarana harus ditujukan
untuk selalu meningkatkan kualitas layanan konseling agar dapat
mencapai tujuan layanan. Sedangkan prinsip efisiensi menunjukkan bahwa pemakaian sarana dan prasarana secara hemat dan hati-hati sehingga tidak mudah habis, hilang, atau rusak. Penggunaan sarana dan prasarana konseling jika dikaitkan dengan hasil penelitian maka termasuk dalam prinsip efektivitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dengan analisis deskriptif persentase diperoleh hasil baik, artinya penggunaan sarana dan prasarana konseling telah dilakukan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan konseling berjalan efektif dan dapat mencapai tujuan layanan.
94
4.2.2
Gambaran Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun Pelajaran 2015/2016 Sebagaimana hasil penelitian mengenai keefektifan layanan konseling
individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 sebesar 77% yang menyatakan bahwa secara umum keefektifan layanan konseling individu termasuk dalam kriteria efektif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian layanan konseling individu berjalan efektif. Dari 60 siswa yang menjadi sampel penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 23 siswa memiliki kriteria sangat efektif, sejumlah 31 siswa memiliki kriteria efektif dan sejumlah 6 siswa memiliki kriteria cukup efektif tentang keefektifan layanan konseling individu. Keefektifan layanan konseling individu merupakan proses hubungan membantu yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan layanan. Sofyan Willis (2004: 41-44) menyebutkan beberapa karakteristik proses hubungan membantu yaitu (1) hubungan itu sifatnya bermakna; (2) bersifat afek; (3) integritas pribadi; (4) persetujuan bersama; (5) kebutuhan; (6) struktur; (7) kerjasama; (8) klien merasa aman; (9) perubahan. Sedangkan menurut Rogers yang dikutip Hartono (2012: 93) kondisi psikologis dalam konseling mencakup keamanan dan kebebasan psikologis. Obyek keefektifan layanan konseling individu dalam penelitian ini adalah melihat kondisi-kondisi psikologis siswa agar proses konseling dapat berjalan efektif. Kondisi-kondisi tersebut termasuk yang dijadikan indikator dalam penelitian ini yaitu kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, kerjasama dan perubahan (keberhasilan konseling).
95
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian pendahuluan bahwa pada hasil wawancara dengan beberapa siswa yang telah mengikuti konseling diperoleh data siswa masih merasa malu dan takut untuk mengutarakan masalah pribadi siswa kepada guru BK, Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum merasa nyaman secara psikologis. Sander dan McCormick (1993) menggambarkan konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kenyamanan dapat berasal dari faktor internal seseorang yang mengalami maupun faktor eksternal. Hal ini seperti pendapat Winkel (1991:353) menyebutkan kondisi adalah keadaan yang akan berpengaruh terhadap proses dan terhadap hubungan antarpribadi yang berlangsung selama wawancara konseling, yaitu (1) keadaan eksternal menyangkut hal-hal seperti lingkungan fisik di ruang untuk berwawancara konseling dan suasana yang diciptakan selama wawancara konseling; (2) keadaan internal menyangkut hal-hal pada konseli atau konselor sendiri, seperti sikap, sifat kepribadian, dan motivasi.
4.2.3
Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun Ajaran 2015/2016 Sebagaimana hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi
product moment menunjukkan bahwa adanya korelasi yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016. Besarnya korelasi (r) penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu sebesar 0, 717 dengan signifikasi 0,05 atau α = 5%.
96
Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dengan nilai korelasi yang kuat atau tinggi. Hubungan kedua variabel bersifat positif yang artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka akan semakin efektif layanan konseling individu Ha (diterima). Begitu pula sebaliknya semakin tidak baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka pelaksanaan layanan konseling individu semakin tidak efektif Ho (ditolak). Hal tersebut memperkuat dukungan terhadap teori yang dikemukakan oleh Sukardi (2010: 97) bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan, apabila di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Walaupun sarana dan prasarana bukan satu-satunya karena untuk terselenggaranya layanan konseling individu terdapat beberapa tahapan operasionalisasi layanan konseling individu seperti yang dikemukakan oleh Prayitno (2012: 144-148) yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian unsur-unsur, pelaksanaan, penilaian serta tindak lanjut dan laporan. Tetapi sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang penting untuk terselenggaranya layanan konseling individu berjalan efektif.
97
4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016” telah mencapai tujuan penelitian, namun peneltian ini tentu memiliki keterbatasan atau kelemahan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Peneliti memiliki keterbatasan pengetahuan sehingga dalam mengungkap variabel keefektifan seharusnya terdapat indikator tentang keberhasilan konseling, karena berbagai teori yang peneliti dalami tidak muncul tetapi menurut penguji harus ada.
2.
Waktu penelitian mendekati liburan semester gasal, sehingga pihak sekolah disibukkan dengan pengisian Raport semester gasal. Oleh karena itu pelaksanaan penelitian menunggu awal tahun ajaran baru pada semester genap.
3.
Alat pengumpul data yang digunakan skala psikologis sehingga kemungkinan menimbulkan adanya bias dalam pengisiannya.
BAB 5 PENUTUP 5.3 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 : 1.
Penggunaan sarana dan prasarana konseling termasuk dalam kriteria baik.
2.
Keefektifan layanan konseling individu dalam kriteria efektif.
3.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dengan koefisien korelasi sebesar 0,717 dan taraf signifikansi 5% dapat dikategorikan dalam hubungan yang kuat atau tinggi. Artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka semakin efektif layanan konseling individu.
5.4 Saran Saran merupakan upaya lanjut dan masukan yang diberikan kepada lembaga atau pihak-pihak yang dipandang berkepentingan dengan hasil penelitian. Adapun saran yang dapat diberikan difokuskan pada substansi berdasarkan hasil penelitian dan ditunjukkan pihak-pihak terkait yaitu konselor sekolah, kepala sekolah, dan peneliti selanjutnya:
98
99
1.
Kepala Sekolah SMP N 21 Semarang sebagai seseorang yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan hendaknya memberikan perhatian khusus pada kegiatan bimbingan dan konseling dengan senantiasa meningkatkan sarana dan prasarana serta menjaga dan memeliharanya.
2.
Bagi Guru BK di SMP Negeri 21 Semarang, peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini hendaknya bisa dijadikan bahan evaluasi serta motivasi dalam meningkatkan pelayanan BK khususnya layanan konseling dengan harapan semakin
banyak
siswa
yang
mengikuti
konseling
individu
dapat
meningkatkan citra guru BK di mata stakeholder sekolah utamanya siswa, yaitu konseling individu bukan diperuntukkan siswa yang mengalami masalah saja tetapi bisa dijadikan sebagai tempat berbagi informasi. 3.
Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan pendekatan lain agar hasil yang diperoleh lebih luas dan lengkap.
Daftar Pustaka Arifin, Zaenal. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo. Arifin, M & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : PT Rineka Cipta. Awalya. 2011. Faktor-Faktor yang Menentukan Kompetensi dan Kinerja Guru BK di Kota Semarang. Semarang: Desertasi. Azwar, Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cahyono, Edy, dkk. 2014. Buku Panduan Penulisan Proposal, Tugas Akhir, Skripsi, dan Artikel Ilmiah. Semarang: Unnes Press. Fajar, Sugiarto. 2012. Faktor Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri Se-Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Unnes. Hartono & Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada media group. Hikmawati, Fenti. 2014. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kartadinata, S et.al. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dan Departemen Pendidikan Nasional. Latipun. 2010. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Makmun, Abin Syamsudin. 2012. Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul). Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustari, Muhamad. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mugiarso, Heru dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press.
100
101
Prayitno. 2012. Seri Panduan Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Unpad. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana. Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D). Bandung: Alfabeta. Suherman, Umam. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press. Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Tri Yuli Widyaningtyas. 2012. Profil Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri Se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Unnes. Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Winkel dan Sri Hastuti. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. http://kbbi.web.id/efektif di akses pada 21 januari 2015 pukul 14:56. http:Wisuda.unud.ac.id/pdf/0919151046-3-BAB%2011.pdf di akses pada 31 januari 2016 pukul 10.00.
102
LAMPIRAN
Kisi-Kisi Instrumen Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling (Try Out)
Variabel Tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK
Sub Variabel
Indikator
3. Kelengkapan 1.3 Alat sarana pengumpul bimbingan dan dan konseling penyimpan data
Deskriptor
1.3.1 Tersedianya alat pengumpul data tes dan non tes 1.3.2 Tersedianya alat penyimpanan data 1.4 Perlengkapan 1.4.1 Tersedianya teknis perlengkapan teknis 1.3 Perlengkapan 1.3.1 Tersedianya tata usaha perlengkapan tata usaha 4. Kelengkapan 2.4 Lokasi 2.4.1 Ruang BK prasarana mudah bimbingan dan ditemukan dan konseling dekat dengan ruang guru 2.4.2 Ruang BK jauh dari kebisingan 2.4.3 Ruang BK memberikan kenyamanan 2.5 Ruang BK 2.5.1 Tersedianya ruang BK 2.5.2 Tersedianya kelengkapan ruang BK 2.6 Suasana 2.6.1 Warna Ruang BK dinding 2.6.2 Ventilasi 2.6.3 Suasana ruang 2.6.4 Kenyamanan Instrumen Try Out
1. Pengantar
103
Item + 1, 2. 3, 4, 5
-
6 7
8, 9, 10, 11
12
13, 14, 15, 16, 17 18
19
20, 21
22
23, 26, 28, 30, 31 24, 25, 27, 29 33
32
34 36
35 37
38
39
104
Dengan hormat, saya meminta anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaanya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang perlu anda cermati. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan diri anda, dengan memberikan tanda centang/ check list (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawaban adalah sebagai berikut: SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut S
: Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut 3. Contoh Berilah jawaban pada pernyataan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
No Pernyataan 1. Saat awal semester, guru BK memberikan instrument angket mengenai masalah pribadi siswa
SS √
S
TS
STS
105
BAGIAN 1
No Pernyataan 1. Saat awal semester, guru BK memberikan instrument angket mengenai masalah pribadi siswa 2. Guru BK melakukan wawancara berkaitan dengan masalah pribadi 3. Guru BK memberikan tes bakat dan minat untuk menentukan ekstrakurikuler bagi siswa 4. Guru BK melakukan tes IQ untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa 5. Guru BK menyuruh siswa untuk mengisi biodata pribadi 6. Data pribadi siswa tersimpan dengan baik dalam kartu pribadi siswa 7. Siswa melihat arsip data siswa kurang tertata rapi di ruang BK 8. Guru BK menggunakan formulir khusus untuk keperluan memanggil siswa 9. Guru BK menggunakan catatan khusus untuk merekam hasil konseling 10. Sebagai media mengutarakan keluhan, guru BK menyediakan kotak masalah bagi siswa 11. Guru BK menggunakan papan bimbingan sebagai informasi mengenai dunia BK dan perkembangan siswa 12. Guru BK menggunakan alat perekam untuk keperluan pribadi saat proses konseling 13. Guru BK menyediakan perlengkapan alat tulis yang lengkap di ruang BK 14. Siswa yang datang ke ruang BK mengisi buku tamu yang telah disediakan 15. Ruang BK komputer
sudah
dilengkap
dengan
16. Tersedianya telepon khusus di ruang BK sebagai media komunikasi dalam memperoleh informasi dari wali murid
SS
S
TS
STS
106
17. Jam dinding telah di pasang di ruang BK agar pelaksanaan konseling dapat terjadwal sesuai dengan rencana 18. Posisi ruang BK mudah ditemukan karena memiliki letak yang strategis 19. Ruang BK dekat dengan ruang guru sehingga saya takut diketahui guru mapel 20. Ruang BK bersebelahan dengan ruang kesenian dan budaya sehingga saat proses konseling suara tidak terdengar 21. Ruang BK bersebelahan dengan ruang osis sehingga saya merasa malu jika ada teman yang melihat saat konseling 22. Saya nyaman saat berada di ruang BK 23. Di dalam ruang BK terdapat ruang kerja guru BK 24. Ruang kerja guru BK dilengkapi dengan seperangkat computer 25. Di dalam ruang BK terdapat almari untuk menyimpan data siswa 26. Di dalam ruang BK terdapat ruang konseling individu 27. Ruang konseling memiliki aksesoris yang membuat saya nyaman untuk berada disana 28. Di dalam ruang BK terdapat ruang untuk melaksanakan bimbingan kelompok 29. Ruang bimbingan kelompok konseling memiliki aksesoris yang membuat saya nyaman untuk berada disana 30. Di dalam ruang konseling terdapat tempat untuk latihan relaksasi 31. Di dalam ruang BK terdapat ruang tamu sebagai ruang tunggu yang nyaman 32. Warna dinding di ruang BK kusam 33. Pemandangan di ruang BK cerah 34. Sirkulasi udara di ruang konseling berjalan dengan baik 35. Sirkulasi udara tertutup rapat 36. Suasana ruang konseling tenang dan bersih 37. Suasana ruang konseling suram dan berisik
107
38. Suasana ruang konseling memberikan kenyamanan bagi konseli 39. Suasana ruang konseling yang ramai membuat siswa kurang nyaman
108
Kisi-Kisi Instrumen Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu (Try out)
Variabel Keefektifan layanan konseling
Indikator 1. Kenyamanan psikologis
Deskriptor
Item + 1.1 Terciptanya suasana yang 1, 3, 4 menyenangkan untuk konseli 1.2 Terciptanya suasana yang nyaman untuk konseli 5, 6
2. Hubungan yang 2.1 Terciptanya suasana bermakna keakraban 2.2 Munculnya optimisme untuk melakukan penyesuaian diri secara lebih baik 3. Persetujuan 3.1 Kemauan untuk konseling bersama dengan sukarela 3.2 Kemauan untuk konseling dengan adanya komitmen 4. Kerjasama
10, 11
2
7, 8 9, 12
13, 14, 16 15 17, 18
19, 20
21, 23, 22 24 4.1 Kemauan untuk 25, 26, 28 berpartisipasi selama proses 27 konseling 4.2 Keaktifan konseli selama 29, 30, proses konseling 31, 32, 33
109
Instrumen Try Out
1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaanya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang perlu anda cermati. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan diri anda, dengan memberikan tanda centang/ check list (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawaban adalah sebagai berikut: SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut S
: Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut 3. Contoh Berilah jawaban pada pernyataan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
No
Pernyataan
SS
1.
Saya merasa senang berada di ruang konseling
√
karena kondisi ruangan yang nyaman
S
TS
STS
110
Bagian 2
No 1 2 3
4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17
18 19
Pernyataan Guru bk memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengungkapkan masalah pribadi Kondisi ruangan yang ramai membuat siswa enggan untuk mengikuti konseling Saya merasa senang berada di ruang konseling karena kondisi ruangan yang nyaman Guru BK memberikan motivasi saat proses konseling Saya merasa sedang bercerita dengan sahabat ketika proses konseling Guru BK mampu mencairkan suasana saat proses konseling Saat proses konseling berlangsung saya ingin segera mengakhiri konseling Saya ragu-ragu untuk mengungkapkan masalah pribadi Selama proses konseling guru bk kurang menunjukkan perhatian terhadap masalah saya Saya merasa senang mengutarakan masalah tanpa rasa takut Saya merasa rileks selama proses konseling Saya merasa malu untuk mengungkapkan masalah pribadi selama proses konseling Dengan mengikuti konseling, saya berharap masalah pribadi terselesaikan Dengan mengikuti konseling, saya berharap mendapatkan informasi yang dibutuhkan Dengan mengikuti konseling, saya berharap mendapatkan nasehat Dengan mengikuti konseling tidak memberikan pengaruh positif terhadap diri saya Saya mengikuti konseling atas dasar kemauan sendiri Saya mengikuti konseling atas dasar saran dari teman Saya mengikuti konseling atas dasar perintah
SS
S
TS
STS
111
20 21
22
23 24 25 26 27
28 29 30 31 32
33 34 35 36 37 38 39
dari guru mapel Saya mengikuti konseling atas dasar panggilan dari guru BK Saya bersedia mengikuti konseling sampai selesai karena menginginkan masalah segera terselesaikan Saya merasa malas untuk mengikuti konseling karena takut guru membongkar rahasia saya Saya memiliki komitmen untuk mengikuti arahan dari guru bk selama proses konseling Saya bersedia melaksanakan hasil konseling untuk perubahan diri Saya menyetujui diadakannya konseling Saya mengikuti proses konseling dari awal sampai akhir Saya termotivasi untuk mengungkapkan perasaan yang mengganggu saat proses konseling Saya menghindari pembicaraan mengenai masalah yang dialami Saya terlibat aktif dalam menyimpulkan masalah yang dialami Saya berperan aktif dalam mencari solusi atas permasalahan saya selama konseling Saya terlibat aktif untuk membuat keputusan Saya terlibat aktif dalam mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah yang akan dipilih Saya berperan aktif dalam menerapkan keputusan hasil konseling Saya merasa bingung terhadap masalah yang sedang dihadapi Saya merasa putus harapan dengan permasalahan yang dihadapi Saya telah menyadari adanya masalah yang sedang dihadapi Saya telah memahami permasalahan yang dihadapi Saya mampu membuat rencana penyelesaian masalah yang dihadapi Saya mampu melaksanakan rencana solusi masalah yang telah dibuat
112
40
Saya menyepakati individu selanjutnya
kegiatan
konseling
113
Kisi-kisi Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Variabel
Tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK
Indikator
Alat pengumpul dan penyimpan data Perlengkapan teknis Perlengkapan tata usaha
Lokasi Ruang BK
Suasana Ruang Konseling Total
Nomor Item Valid Gugur 1, 2, 3, _ 4, 5, 6, 7
Jumlah
Total
Valid 7
Gugur _
7
8, 9, 11, 10 12 13, 14, _ 15, 16, 17
4
1
5
5
_
5
18, 19, 21 20, 22 23, 24, 26, 30 25, 27, 28, 29, 31 32, 33, 36, 39 34, 35, 37, 38
4
1
5
7
2
9
6
2
8
33
6
39
114
Instrumen Penelitian Skala Tingkat Kelengkapan Sarana dan Prasarana BK 1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaanya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang perlu anda cermati. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan diri anda, dengan memberikan tanda centang/ check list (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawaban adalah sebagai berikut: SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut S
: Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut 3. Contoh Berilah jawaban pada pernyataan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
No 1.
Pernyataan Saat
awal
semester,
guru
SS BK
memberikan
instrument angket mengenai masalah pribadi siswa
√
S
TS
STS
115
Bagian 1 No Pernyataan 1. Saat awal semester, guru BK memberikan instrument angket mengenai masalah pribadi siswa 2. Guru BK melakukan wawancara berkaitan dengan masalah pribadi 3. Guru BK memberikan tes bakat dan minat untuk menentukan ekstrakurikuler bagi siswa 4. Guru BK melakukan tes IQ untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa 5. Guru BK menyuruh siswa untuk mengisi biodata pribadi 6. Data pribadi siswa tersimpan dengan baik dalam kartu pribadi siswa 7. Siswa melihat arsip data siswa kurang tertata rapi di ruang BK 8. Guru BK menggunakan formulir khusus untuk keperluan memanggil siswa 9. Guru BK menggunakan catatan khusus untuk merekam hasil konseling 10. Guru BK menggunakan papan bimbingan sebagai informasi mengenai dunia BK dan perkembangan siswa 11. Guru BK menggunakan alat perekam untuk keperluan pribadi saat proses konseling 12. Guru BK menyediakan perlengkapan alat tulis yang lengkap di ruang BK 13. Siswa yang datang ke ruang BK mengisi buku tamu yang telah disediakan 14. Ruang BK sudah dilengkapi dengan komputer 15. Tersedianya telepon khusus di ruang BK sebagai media komunikasi dalam memperoleh informasi dari wali murid 16. Jam dinding telah di pasang di ruang BK agar pelaksanaan konseling dapat terjadwal sesuai dengan rencana
SS
S
TS
STS
116
17. Posisi ruang BK mudah ditemukan karena memiliki letak yang strategis 18. Ruang BK dekat dengan ruang guru sehingga saya takut diketahui guru mapel 19. Ruang BK bersebelahan dengan ruang kesenian dan budaya sehingga saat proses konseling suara tidak terdengar 20. Saya merasa nyaman saat berada di ruang BK 21. Di dalam ruang BK terdapat ruang kerja guru BK 22. Ruang kerja guru BK dilengkapi dengan seperangkat komputer 23. Di dalam ruang BK terdapat ruang untuk melaksanakan bimbingan kelompok 24. Di dalam ruang BK terdapat ruang konseling individu 25. Ruang konseling memiliki aksesoris yang membuat saya nyaman untuk berada disana 26. Di dalam ruang konseling terdapat almari untuk menyimpan data siswa 27. Di dalam ruang BK terdapat ruang tamu sebagai ruang tunggu yang nyaman 28. Warna dinding di ruang BK kusam 29. Pemandangan di ruang BK terlihat cerah 30. Sirkulasi udara di ruang konseling berjalan dengan baik 31. Sirkulasi udara di ruang konseling tertutup rapat 32. Suasana ruang konseling tenang dan bersih 33. Suasana ruang konseling memberikan kenyamanan bagi saya
117
Kisi-Kisi Hasil Uji Coba (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu Variabel
Keefektifan Layanan Konseling Individu
Indikator
Kenyamanan Psikologis Hubungan yang bermakna Persetujuan bersama
Kerjasama
Total
Nomor Item Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32
Jumlah
Total
Gugur _
Valid 8
Gugur _
8
9
7
1
8
18
7
1
5
33
8
1
9
30
3
33
118
Instrumen Penelitian Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu 1. Pengantar Dengan hormat, saya meminta anda untuk mengisi pernyataan di bawah ini. Hasil pengisian ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai pelajaran. Jadi diharapkan anda dapat mengisi dengan jujur dan bersungguh-sungguh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaanya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan partisipasi anda, saya ucapkan terima kasih. 2. Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang perlu anda cermati. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan diri anda, dengan memberikan tanda centang/ check list (√) pada lembar jawab yang telah tersedia. Adapun pilihan jawaban adalah sebagai berikut: SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut S
: Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut 3. Contoh Berilah jawaban pada pernyataan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
No
Pernyataan
SS
1.
Saya merasa senang berada di ruang konseling
√
karena kondisi ruangan yang nyaman
S
TS
STS
119
BAGIAN 2
No
Pernyataan
1
Guru bk memberikan kebebasan kepada saya
dalam
mengungkapkan
SS
masalah
pribadi 2
Kondisi ruangan yang ramai membuat saya enggan untuk mengikuti konseling
3
Saya merasa senang berada di ruang konseling karena kondisi ruangan yang nyaman
4
Guru BK memberikan motivasi saat proses konseling
5
Saya merasa sedang bercerita dengan sahabat ketika proses konseling
6
Guru BK mampu mencairkan suasana saat proses konseling
7
Saat proses konseling berlangsung saya ingin segera mengakhiri konseling
8
Saya ragu-ragu untuk mengungkapkan masalah pribadi
9
Selama proses konseling guru bk kurang menunjukkan perhatian terhadap masalah saya
10
Saya merasa senang mengutarakan masalah tanpa rasa takut
11
Saya merasa rileks selama proses konseling
12
Saya merasa malu untuk mengungkapkan masalah pribadi selama proses konseling
S
TS
STS
120
13
Dengan
mengikuti
konseling,
saya
berharap masalah pribadi terselesaikan 14
Dengan
mengikuti
konseling,
saya
berharap mendapatkan informasi yang dibutuhkan 15
Dengan
mengikuti
konseling,
saya
berharap mendapatkan nasehat 16
Dengan
mengikuti
konseling
tidak
memberikan pengaruh positif terhadap diri saya 17
Saya mengikuti konseling atas dasar kemauan sendiri
18
Saya mengikuti konseling atas dasar saran dari teman
19
Saya mengikuti konseling atas dasar perintah dari guru mapel
20
Saya mengikuti konseling atas dasar panggilan dari guru BK
21
Saya bersedia mengikuti konseling sampai selesai
karena
menginginkan
masalah
segera terselesaikan 22
Saya
merasa
malas
untuk
mengikuti
konseling karena takut guru membongkar rahasia saya 23
Saya memiliki komitmen untuk mengikuti arahan
dari
guru
bk
selama
proses
melaksanakan
hasil
konseling 24
Saya
bersedia
konseling untuk perubahan diri 25
Saya menyetujui diadakannya konseling
121
26
Saya mengikuti proses konseling dari awal sampai akhir
27
Saya termotivasi untuk mengungkapkan perasaan yang mengganggu saat proses konseling
28
Saya menghindari pembicaraan mengenai masalah yang dialami
29
Saya terlibat aktif dalam menyimpulkan masalah yang dialami
30
Saya berperan aktif dalam mencari solusi atas permasalahan saya selama konseling
31
Saya
terlibat
aktif
untuk
membuat
keputusan 32
Saya
terlibat
aktif
dalam
mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah yang akan dipilih 33
Saya berperan aktif dalam menerapkan keputusan hasil konseling
122
123
124
125
126
127
128
Hasil Perhitungan Validitas (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling Correlations
1
Pearson Correlation
1 1
Sig. (2tailed)
2
2 .24 2
3 .21 6
4 .40 1**
5 .30 6*
6 .20 7
7 .04 6
8 .12 0
10 .05 1
11 .0 13
12 .50 6**
13 .06 8
.36 1
9 .0 11 .9 31
.06 2
.09 7
.00 1
.01 7
.11 2
.72 6
.69 7
.9 22
.00 0
4
5
6
7
8
16 .19 1
17 .28 9*
18 .24 7
19 .07 3
20 .39 0**
.21 8
.14 4
.02 5
.05 7
.57 7
.00 2
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.24 2
1
.36 8**
.11 3
.28 1*
.03 6
.00 0
.03 7
.0 71
.07 9
.3 21
.11 5
.04 5
.07 8
.14 6
.22 7
.09 8
.06 2
.00 4
.39 0
.03 0
.78 7
1.0 00
.77 8
.5 92
.54 7
.0 12
.38 3
.06 3 .63 3
.08 3
Sig. (2tailed)
.08 5 .52 0
.52 7
.73 0
.55 4
.26 6
.08 1
.45 7
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.21 6
.36 8**
1
.28 4*
.15 3
.31 7*
.02 8
.10 9
.09 5
.17 4
.15 0
.14 6
.17 1
.02 8
.24 4
.01 4
.1 87
.83 3
.40 9
.47 1
.18 3
.25 3
.26 7
.19 2
.01 3 .92 3
.32 1*
.00 4
.03 5 .78 8
.1 73
.09 7
.02 7 .83 8
.1 79
Sig. (2tailed)
.05 0 .70 5
*
3
15 .16 1
.60 4
14 .09 1 .48 8
.1 71
.01 3
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.40 1**
.11 3
.28 4*
1
.25 1
.19 5
.34 3**
.0 83
.10 8
.20 7
.17 8
.07 1
.14 6
.47 7**
.22 0
.39 0
.02 8
.05 3
.13 6
.00 7
.17 0
.5 27
.41 1
.11 2
.17 5
.59 2
.26 7
.00 0
.09 2
.12 8 .32 8
.59 0**
.00 1
.0 46 .7 24
.17 9
Sig. (2tailed)
.18 2 .16 4
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.30 6*
.28 1*
.15 3
.25 1
1
.01 3
.00 8
.12 8
.0 47
.1 89
.45 9**
.01 2
.22 7
.18 8
.38 0**
.03 0
.24 4
.05 3
.92 4
.95 4
.33 0
.7 21
.1 48
.00 0
.92 8
.00 1
.08 2
.01 9 .88 5
.39 4**
.01 7
.01 3 .92 0
.40 6**
Sig. (2tailed)
.07 8 .55 4
.00 2
.15 0
.00 3
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.20 7
.03 6
.31 7*
.19 5
.01 3
1
.00 6
.24 5
.2 08
.14 2
.1 08
.10 2
.28 7*
.16 8
.30 5*
.00 8
.34 0**
.28 6*
.00 8
.18 6
Sig. (2tailed)
.11 2
.78 7
.01 4
.13 6
.92 4
.96 1
.05 9
.1 11
.28 0
.4 13
.43 6
.02 6
.19 9
.01 8
.95 1
.00 8
.02 7
.95 1
.15 4
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.04 6
.00 0
.00 6
1
.33 8**
.26 4*
.26 0*
.08 4
.21 4
.21 5
.00 8
.01 9 .88 5
.18 8
.3 25
.07 4 .57 3
.16 3
.96 1
.0 67 .6 13
.16 3
.95 4
.17 2 .18 8
.22 5
1.0 00
.16 6 .20 6
.1 29
.72 6
.18 2 .16 4
.00 8
Sig. (2tailed)
.05 0 .70 5
.15 0
.04 1
.04 5
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.12 0
.03 7
.34 3**
.12 8
.24 5
.1 18
.15 1
.1 76
.05 2
.24 4
.30 6*
.26 4*
.20 6
.00 7
.33 0
.05 9
.3 67
.24 8
.1 79
.69 5
.06 0
.01 7
.80 1
.04 2
.11 4
.05 0 .70 4
.23 6
.77 8
.00 5 .97 2
.03 3
.36 1
.16 6 .20 6
1
Sig. (2tailed)
.02 7 .83 8
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.00 0
.06 9
129
Correlations
1
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
2
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
3
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
4
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
5
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
6
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
7
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
8
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
21 .116
22 .4 48
23 .202
24 .223
25 .282*
**
26 .04 0
27 .167
28 .08 2
29 .235
30 .014
31 .132
32 .061
33 .123
34 .221
35 .085
36 .055
37 .115
38 .249
39 .083
Total .489* *
.378
.0 00
.122
.087
.029
.76 3
.202
.53 2
.071
.918
.316
.642
.351
.090
.520
.678
.382
.055
.530
.000
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.0 00
*
*
.08 5
*
.000
*
.113
*
.181
.171
.387*
.080
.544
60
1. 00 0 60
.274
.276
.219
.14 5
.086
.283
.297
.095
.142
.195
.000
.254
*
.034
.033
.093
.27 2
.512
.51 8
.028
1.000
.021
.471
.278
.135
1.000
.390
.050
.166
.192
.002
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.17 7
*
.26 3*
**
-.024
.170
.050
.140
.150
.214
.009
.125
.025
.215
.402*
.040
.0 05
.214
.761
.9 72
.101
.380
.245
.17 9
.029
.04 2
.008
.858
.195
.702
.284
.253
.101
.943
.342
.848
.100
.001
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.105
.0 46
.074
.199
.144
.06 2
.024
.10 4
.320*
-.112
.098
.063
.063
.230
.188
.181
.038
.017
.241
.371*
.424
.7 26
.576
.127
.272
.64 1
.853
.42 9
.013
.396
.457
.635
.635
.077
.151
.166
.771
.897
.063
.003
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.1 84
*
.171
*
-.220
*
.071
*
.156
.450*
.230
.307
.115
.153
.276
.282
.11 1
.088
.338
.11 0
.125
.260
.097
.163
.045
.077
.067
.255
*
*
*
.078
.1 60
.017
.191
.033
.40 4
.505
.40 1
.342
.092
.045
.463
.213
.735
.557
.609
.588
.050
.234
.000
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.00 5
*
.253
**
.071
.254
.016
.107
.469*
.014
.1 02
.098
.914
.4 38
.458
.234
.657
.97 1
60
60
60
60
60
.203
.2 35
.068
.235
.120
.0 70
.605
60
60 .0 13
.039
.22 0
.245
.037
.09 1
.059
.422
.920
.402
.402
.051
.001
.592
.050
.902
.417
.000
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.134
.27 9*
.184
.17 2
-.009
.140
.350**
.030
.030
.024
-.105
.055
.012
.005
.003
.277*
.070
.306
.03 3
.160
.18 9
.947
.285
.006
.820
.820
.856
.427
.678
.927
.967
.981
.032
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
.238
.107
.30 8*
.043
.10 9
.033
.102
.115
.054
.124
.222
.149
.019
.050
.028
.105
.394*
.367
.156
.059
.270
.106
.013
.110
.110
.402
*
*
.770
.9 20
.004
.068
.416
.01 8
.742
.40 7
.802
.439
.382
.685
.345
.088
.257
.886
.702
.831
.425
.002
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
130
9
10
11
12
13
14
15
16
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.01 1
.07 1
.17 9
.04 6
.04 7
.20 8
.12 9
.118
.93 1
.59 2
.17 1
.72 4
.72 1
.11 1
.32 5
.367
N
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.05 1
.07 9
.03 5
.17 9
.07 8
.14 2
.17 2
.69 7
.54 7
.78 8
.17 0
.55 4
.28 0
N
60
60
60
60
60
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.01 3
.32 1*
.17 3
.08 3
.92 2
.01 2
.18 7
N
60
60
60
1
**
.14 0
.08 9
.001
.28 7
60
60
60
60
.08 9
.05 4
.11 0
-.019
.04 0
.96 0
.49 9
.68 4
.40 3
.884
.76 3
60
60
60
60
60
60
60
.10 1
.33 6**
.01 5
.09 9
.06 3
.28 7*
.008
.01 4
.25 2
.44 3
.00 9
.90 9
.45 1
.63 2
.02 6
.952
.91 6
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
.01 3
.09 1
.09 4
.04 3
.11 3
.28 * 9
.17 1
.04 9
.22 1
.92 1
.48 8
.47 5
.74 6
.39 0
.02 5
.19 3
.71 0
60
60
60
60
60
60
60
60
.151
.01 3
1
.37 ** 4
.00 4
.15 0
.12 0
.00 7
.18 8
.248
.92 1
.00 3
.97 6
.25 3
.36 2
60
60
60
60
60
60
60
60
.18 9
.10 8
.06 7
.176
.09 1
.37 4**
1
.15 0
.52 7
.14 8
.41 3
.61 3
.179
.48 8
.00 3
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.50 6**
.11 5
.02 8
.10 8
.45 9**
.10 2
.22 5
.052
.09 4
.00 4
.15 0
.00 0
.38 3
.83 3
.41 1
.00 0
.43 6
.08 4
.695
.47 5
.97 6
.25 2
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.06 8
.08 5
.10 9
.20 7
.01 2
.28 7*
.16 3
.244
.04 3
.15 0
.60 4
.52 0
.40 9
.11 2
.92 8
.02 6
.21 4
.060
.74 6
N
60
60
60
60
60
60
60
60 *
1
.423
.05 7
.04 6
.48 2**
.34 8**
.14 5
.40 2**
.260
.48 1**
.66 4
.72 9
.00 0
.00 6
.26 8
.00 1
.045
.00 0
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.10 1
.05 7
1
.04 3
.32 1*
.25 3
.39 6**
.23 5
-.214
.14 0
.25 3
.44 3
.66 4
.74 7
.01 3
.05 1
.00 2
.07 1
.100
.28 6
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
.05 0
.16 9
.18 8
.26 6*
-.140
.11 1
.70 6
.19 8
.14 9
.04 0
.286
.39 9
60
60
60
60
60
60
*
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.09 1
.06 3
.09 5
.17 8
.01 3
.16 8
.07 4
.306
.11 3
.12 0
.33 6**
.04 6
.04 3
.48 8
.63 3
.47 1
.17 5
.92 0
.19 9
.57 3
.017
.39 0
.36 2
.00 9
.72 9
.74 7
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.16 1
.08 3
.17 4
.07 1
.40 6**
.30 5*
.16 3
-.005
.28 9*
.00 7
.01 5
.48 2**
.32 1*
.05 0
.21 8
.52 7
.18 3
.59 2
.00 1
.01 8
.21 5
.972
.02 5
.96 0
.90 9
.00 0
.01 3
.70 6
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correlat ion Sig. (2tailed)
.19 1
.04 5
.15 0
.14 6
.22 7
.00 8
.33 8**
.033
.17 1
.08 9
.09 9
.34 8**
.25 3
.14 4
.73 0
.25 3
.26 7
.08 2
.95 1
.00 8
.801
.19 3
.49 9
.45 1
.00 6
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
.44 1**
.20 9
.32 2*
.259
.31 0*
.00 0
.10 9
.01 2
.045
.01 6
60
60
60
60
60
60
.16 9
.44 1**
1
.06 1
.34 5**
.013
.41 4**
.05 1
.19 8
.00 0
.64 5
.00 7
.921
.00 1
60
60
60
60
60
60
60
60
131
Correlations 17
18
19
20
21
22
23
24
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.28 * 9
.07 8
.14 6
.47 ** 7
.01 9
.34 ** 0
.01 9
.26 * 4
.04 9
.05 4
.06 3
.14 5
.39 ** 6
.18 8
.20 9
.06 1
.02 5
.55 4
.26 7
.00 0
.88 5
.00 8
.88 5
.04 2
.71 0
.68 4
.63 2
.26 8
.00 2
.14 9
.10 9
.64 5
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.24 7
.14 6
.17 1
.22 0
.39 4**
.28 6*
.18 8
.20 6
.22 1
.11 0
.28 7*
.40 2**
.23 5
.26 6*
.32 2*
.05 7
.26 6
.19 2
.09 2
.00 2
.02 7
.15 0
.11 4
.08 9
.40 3
.02 6
.00 1
.07 1
.04 0
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.07 3
.22 7
.01 3
.12 8
.18 8
.00 8
.26 4*
.05 0
.42 3**
.01 9
.00 8
.26 0*
.57 7
.08 1
.92 3
.32 8
.15 0
.95 1
.04 1
.70 4
.00 1
.88 4
.95 2
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.39 0**
.09 8
.32 1*
.59 0**
.38 0**
.18 6
.26 0*
.23 6
.14 0
.00 2
.45 7
.01 3
.00 0
.00 3
.15 4
.04 5
.06 9
N
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.11 6
.08 0
.04 0
.10 5
.23 0
.01 4
.37 8
.54 4
.76 1
.42 4
.07 8
N
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.44 8**
.00 0
.00 5
.00 0
1.0 00
N
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
1
.11 9
.09 9
.26 * 6
.36 4
.45 4
.04 0
60
60
60
60
.34 5**
.11 9
1
.15 3
.53 3**
.01 2
.00 7
.36 4
.24 5
.00 0
60
60
60
60
60
60
60
.21 4
.14 0
.25 9*
.01 3
.09 9
.15 3
1
.12 1
.04 5
.10 0
.28 6
.04 5
.92 1
.45 4
.24 5
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.04 0
.01 4
.48 1**
.14 0
.11 1
.31 0*
.41 4**
.26 6*
.53 3**
.12 1
1
.28 7
.76 3
.91 6
.00 0
.28 6
.39 9
.01 6
.00 1
.04 0
.00 0
.35 8
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.20 3
.03 9
.00 8
.08 2
.18 9
.10 1
.09 5
.04 5
.09 0
.06 2
.12 1
.14 0
.04 7
.12 5
.91 4
.12 0
.77 0
.94 9
.53 2
.14 8
.44 4
.47 2
.73 2
.49 5
.64 0
.35 6
.28 7
.72 0
.34 1
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.04 6
.18 4
.10 2
.23 5
.01 3
.13 7
.09 3
.02 1
.42 4**
.00 9
.03 6
.20 8
.19 5
.02 0
.10 7
.25 2
.20 6
.97 2
.72 6
.16 0
.43 8
.07 0
.92 0
.29 5
.48 0
.87 5
.00 1
.94 4
.78 5
.11 2
.13 6
.87 9
.41 4
.05 3
.11 4
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.20 2
.27 4*
.21 4
.07 4
.30 7*
.09 8
.06 8
.36 7**
.02 7
.16 3
.00 7
.28 0*
.04 9
.26 5*
.40 0**
.32 1*
.11 5
.30 8*
.21 2
.32 0*
.12 2
.03 4
.10 1
.57 6
.01 7
.45 8
.60 5
.00 4
.84 0
.21 2
.95 6
.03 0
.71 3
.04 0
.00 2
.01 2
.38 3
.01 7
.10 4
.01 3
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.22 3
.27 6*
.11 5
.19 9
.17 1
.15 6
.23 5
.23 8
.22 5
.02 2
.03 1
.28 3*
.06 6
.25 1
.19 0
.31 6*
.18 4
.44 3**
.16 5
.35 4**
.08 7
.03 3
.38 0
.12 7
.19 1
.23 4
.07 0
.06 8
.08 3
.86 8
.81 2
.02 8
.61 6
.05 3
.14 7
.01 4
.15 8
.00 0
.20 7
.00 5
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.35 8
132
17
18
19
20
21
22
23
24
**
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.12 1
.02 0
.11 5
.18 4
.16 0
.00 5
.06 6
.15 4
.21 1
.19 7
.06 3
-.156
-.082
.26 * 5
.19 9
.02 9
.06 6
.02 9
-.096
.367
.35 6
.87 9
.38 3
.15 8
.22 1
.97 2
.61 9
.24 0
.10 6
.13 2
.63 5
.234
.534
.04 0
.12 7
.82 8
.61 6
.82 3
.463
.004
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.14 0
.10 7
.30 * 8
.44 ** 3
.23 1
.11 1
.14 5
.16 1
.07 7
.07 4
.21 6
.090
.021
.07 8
.06 1
.11 5
.11 1
.06 6
.087
.28 7
.41 4
.01 7
.00 0
.07 5
.40 2
.27 0
.21 8
.56 0
.57 4
.09 7
.494
.875
.55 2
.64 2
.38 0
.39 7
.61 6
.507
.000
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
.601
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.04 7
.25 2
.21 2
.16 5
.14 7
.01 7
.21 0
.09 9
.04 0
.09 9
.06 2
.310
.051
.14 3
.16 8
.02 8
.17 0
.03 4
.167
.280*
.72 0
.05 3
.10 4
.20 7
.26 1
.89 8
.10 7
.45 3
.75 9
.45 3
.63 9
.016
.698
.27 6
.20 0
.83 0
.19 5
.79 4
.202
.031
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.12 5
.20 6
.32 0*
.35 4**
.16 2
.10 0
.20 8
.13 3
.27 4*
.05 7
.23 4
.126
.002
.07 9
.11 2
.03 0
.02 2
.04 9
-.050
.585**
.34 1
.11 4
.01 3
.00 5
.21 7
.45 3
.11 0
.31 0
.03 4
.66 5
.07 2
.337
.987
.55 1
.39 5
.82 3
.86 7
.70 8
.703
.000
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
.03 9
.05 0
.00 4
.06 1
.14 9
.16 2
.06 4
.16 8
.10 8
.26 6*
-.064
.087
.03 5
.09 6
.08 6
.20 3
.36 2**
.048
.153
.76 7
.70 5
.97 8
.64 3
.26 0
.21 7
.62 5
.20 0
.41 1
.04 0
.625
.508
.79 0
.46 4
.51 5
.12 0
.00 5
.717
.242
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.03 9
1
.13 2
.25 2
.18 5
.00 7
.35 6**
.23 3
.31 7*
.06 0
.05 1
.030
.379**
.02 5
.15 3
.03 2
.01 4
.13 6
.203
.382**
.31 5
.05 2
.15 8
.95 5
.00 5
.07 3
.01 4
.64 9
.70 1
.821
.003
.84 8
.24 4
.80 6
.91 6
.30 1
.121
.003
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.05 0
.13 2
1
.43 5**
.20 2
.03 8
.07 8
.00 3
.05 7
.05 1
.33 8**
.147
-.001
.06 7
.05 6
.09 3
.37 1**
.05 9
.147
.472**
.70 5
.31 5
.00 1
.12 1
.77 7
.55 6
.98 0
.66 6
.70 0
.00 8
.262
.993
.60 9
.67 1
.48 1
.00 4
.65 4
.263
.000
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.00 4
.25 2
.43 5**
1
.30 7*
.11 5
.25 6*
.24 0
.32 3*
.01 2
.32 4*
.347**
.303*
.36 6**
.04 6
.00 8
.23 4
.10 4
.082
.604**
.97 8
.05 2
.00 1
.01 7
.38 5
.04 8
.06 4
.01 2
.92 9
.01 2
.007
.018
.00 4
.72 8
.95 3
.07 2
.42 8
.531
.000
N
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.76 7
60
133
Correlations
25
26
27
28
29
30
31
32
1 .28 2*
2 .21 9
3 .15 3
4 .14 4
5 .27 6*
6 .05 9
7 .13 4
8 .10 7
10 .03 2
11 .05 4
12 .18 3
13 .29 9*
14 .07 6
15 .28 7*
16 .25 0
17 .16 0
18 .23 1
19 .14 7
20 .162
.02 9
.09 3
.24 5
.27 2
.03 3
.65 7
.30 6
.41 6
.76 2
.80 9
.68 1
.16 3
.02 0
.56 6
.02 6
.05 4
.22 1
.07 5
.26 1
.217
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.04 0
.14 5
.17 7
.06 2
.11 1
.00 5
.27 * 9
.30 * 8
.20 0
.04 9
.04 8
.01 2
.35 ** 5
.09 9
.06 3
.01 3
.00 5
.11 1
.01 7
.100
.76 3
.27 2
.17 9
.64 1
.40 4
.97 1
.03 3
.01 8
.12 8
.71 0
.71 8
.92 8
.00 6
.45 6
.63 3
.92 2
.97 2
.40 2
.89 8
.453
N
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.16 7
.08 6
.28 2*
.02 4
.08 8
.27 0*
.18 4
.04 3
.19 3
.16 4
.17 5
.08 7
.03 3
.05 2
.12 0
.11 2
.06 6
.14 5
.21 0
.208
.20 2
.51 2
.02 9
.85 3
.50 5
.03 7
.16 0
.74 2
.13 9
.20 9
.18 1
.50 6
.80 3
.69 6
.36 0
.39 5
.61 9
.27 0
.10 7
.110
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.08 2
.08 5
.26 3*
.10 4
.11 0
.22 0
.17 2
.10 9
.10 4
.22 3
.21 7
.01 8
.20 5
.04 5
.12 2
.04 1
.15 4
.16 1
.09 9
.133
.53 2
.51 8
.04 2
.42 9
.40 1
.09 1
.18 9
.40 7
.43 1
.08 7
.09 6
.89 2
.11 6
.73 0
.35 2
.75 8
.24 0
.21 8
.45 3
.310
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.23 5
.28 3*
.33 8**
.32 0*
.12 5
.24 5
.00 9
.03 3
.28 8*
.02 6
.20 5
.12 1
.01 4
.06 6
.23 9
.00 4
.21 1
.07 7
.04 0
.274*
.07 1
.02 8
.00 8
.01 3
.34 2
.05 9
.94 7
.80 2
.02 6
.84 6
.11 7
.35 9
.91 7
.61 6
.06 6
.97 8
.10 6
.56 0
.75 9
.034
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.01 4
.00 0
.02 4
.11 2
.22 0
.10 6
.14 0
.10 2
.25 6*
.08 3
.23 9
.02 5
.03 8
.27 7*
.00 4
.09 9
.19 7
.07 4
.09 9
-.057
.91 8
1.0 00
.85 8
.39 6
.09 2
.42 2
.28 5
.43 9
.04 9
.52 9
.06 6
.85 1
.77 2
.03 2
.97 9
.45 3
.13 2
.57 4
.45 3
.665
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.13 2
.29 * 7
.17 0
.09 8
.26 * 0
.01 3
.35 ** 0
.11 5
.02 2
.09 8
.02 5
.05 2
.23 0
.16 3
.20 1
.41 ** 0
.06 3
.21 6
.06 2
.234
.31 6
.02 1
.19 5
.45 7
.04 5
.92 0
.00 6
.38 2
.86 9
.45 6
.85 1
.69 3
.07 7
.21 3
.12 4
.00 1
.63 5
.09 7
.63 9
.072
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.06 1
.09 5
.05 0
.06 3
.09 7
.11 0
.03 0
.05 4
.27 4*
.20 6
.00 8
.01 8
.14 3
.02 7
.03 4
.18 6
.15 6
.09 0
.31 0*
.126
.64 2
.47 1
.70 2
.63 5
.46 3
.40 2
.82 0
.68 5
.03 4
.11 4
.95 0
.89 4
.27 5
.83 9
.79 9
.15 4
.23 4
.49 4
.01 6
.337
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
9 .04 0
134
Correlations
25
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
26
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
27
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
28
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
29
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
30
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
31
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
32
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
21 .061
22 .18 5
23 .20 2
24 * .307
.643
.15 8
.12 1
.017
60
60
60
60
.149
.00 7
.03 8
.260
.95 5
59
59
25 1
26 .11 1
27 .10 9
28 .144
29 .09 7
30 .06 8
31 .14 9
32 .05 4
33 .10 2
34 .041
35 .03 6
36 .11 7
37 .07 4
38 .03 3
39 .01 9
Total * .361
.40 1
.40 9
.272
.46 0
.60 7
.25 7
.68 4
.43 8
.756
.78 3
.37 2
.57 3
.80 2
.88 7
.005
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.115
.11 1
1
.00 7
.065
.04 2
.02 7
.13 2
.19 2
.19 2
.124
.01 7
.03 7
.13 2
.11 4
.37 ** 0
.182
.77 7
.385
.40 1
.95 6
.624
.75 3
.83 6
.31 7
.14 5
.14 5
.349
.90 1
.78 3
.31 8
.39 0
.00 4
.167
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
59
*
1
**
.42 2**
.14 2
.04 8
.17 8
.17 8
.166
.06 1
.10 0
.04 4
.05 9
.02 6
.374*
.000
.00 1
.27 8
.71 6
.17 3
.17 3
.204
.64 3
.44 7
.73 9
.65 6
.84 5
.003
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
59
-.162
.35 6**
.07 8
.256
.10 9
.00 7
.217
.00 5
.55 6
.048
.40 9
.95 6
60
60
60
60
60
59
60
.512
-.064
.23 3
.00 3
.240
.14 4
.06 5
.51 2**
1
.625
.07 3
.98 0
.064
.27 2
.62 4
.00 0
60
60
60
60
60
59
60
60
*
**
-.168
.31 7*
.05 7
.323
.09 7
.04 2
.42 2**
.437
.200
.01 4
.66 6
.012
.46 0
.75 3
.00 1
.000
60
60
60
60
60
59
60
60 *
*
*
.43 7**
.26 3*
.04 7
.18 0
.30 1*
.276
.06 9
.20 9
.08 7
.01 9
.06 9
.404*
.00 0
.04 3
.72 0
.17 0
.02 0
.033
.60 0
.10 9
.51 1
.88 4
.60 0
.001
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
*
.08 2
.18 0
.19 6
.23 4
.264
.16 5
.05 9
.00 0
.07 3
.04 1
.453*
.53 3
.16 9
.13 4
.07 2
.041
.20 7
.65 2
1.0 00
.57 8
.75 3
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
.04 2
.13 8
.02 3
-.167
.12 3
.01 4
.10 0
.14 1
.22 4
.208
.75 1
.29 3
.86 3
.203
.35 0
.91 3
.44 5
.28 4
.08 5
.110
1
*
.108
.06 0
.05 1
.012
.06 8
.02 7
.14 2
.263
.08 2
.411
.64 9
.70 0
.929
.60 7
.83 6
.27 8
.043
.53 3
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
1
.10 0
.02 9
.211
.12 3
.06 3
.25 2
.01 1
.15 8
.388*
.44 8
.82 4
.105
.34 8
.63 3
.05 3
.93 2
.22 7
.002
*
.266
.05 1
.33 ** 8
.324
.14 9
.13 2
.04 8
.047
.18 0
.04 2
.040
.70 1
.00 8
.012
.25 7
.31 7
.71 6
.720
.16 9
.75 1
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
.05 4
.19 2
.17 8
.180
.19 6
.13 8
.10 0
1
.36 9**
.036
.02 4
.13 7
.37 0**
.03 6
.21 5
.265*
.00 4
.783
.85 5
.29 7
.00 4
.78 6
.09 9
.041
60
60
60
60
60
60
60
60
-.064
.03 0
.14 7
.347
.625
.82 1
.26 2
.007
.68 4
.14 5
.17 3
.170
.13 4
.29 3
.44 8
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
*
135
Correlations
33
34
35
36
37
38
39
Total
1 .12 3
2 .14 2
3
4
.27 8
.14 0 .28 4
.06 3 .63 5
5 .16 3
6 .11 0
.21 3
.40 2
.03 0 .82 0
8 .12 4
9 .10 7
10 .20 6
11 .08 5
12 .12 6
14 .03 3
15 .23 1
16 .27 3*
.33 6
13 .06 3 .63 3
18 .02 1
1 .
.03 5
17 .08 2 .53 4
.35 1
.34 5
.41 7
.11 4
.52 1
.80 3
.07 5
.87 5
.
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.22 1
.19 5
.15 0
.23 0
.04 5
.25 3
.22 2
.02 7
.04 9
.05 1
.02 4 .85 6
.03 3
.12 5
.71 0
.11 7 .37 3
.10 0
.03 2
.26 * 5
.07 8
.34 0
.04 0 .76 2
.09 0
.13 5
.25 3
.07 7
.73 5
.08 8
.83 8
.80 2
.44 9
.80 9
.04 0
.55 2
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.08 5
.00 0
.21 4
.18 8
.07 7
.40 2**
.10 1
.15 1
.55 7
.00 1
.10 5 .42 7
.14 9
.09 2
.03 6
.08 9
.04 7
.05 5
.26 0*
.18 1
.14 4
.19 9
.78 4
.49 8
.71 9
.67 8
.04 4
.16 6
.27 3
.12 7
.06 1 .64 2
.52 0
1.0 00
.25 7
.48 5
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.05 5
.11 3 .39 0
.18 1 .16 6
.06 7
.67 8
.00 9 .94 3
.07 1
.05 5
.06 2
.01 8
.21 1
.53 5
.71 1
.02 9 .82 8
.
.10 5
.02 1 .87 2
.11 5
.89 2
.17 7 .17 6
.04 9
.63 9
.02 4 .85 7
.08 2
.67 8
.01 9 .88 6
.60 9
.59 2
.38 0
.
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.11 5
.25 4*
.12 5 .34 2
.03 8 .77 1
.07 1
.25 4
.01 2
.05 0
.06 0
.17 7
.25 6*
.06 6
.11 1
.
.92 7
.70 2
.65 0
.17 6
.82 8
.04 9
.04 2 .74 8
.06 2
.05 0
.16 9 .19 8
.02 9
.58 8
.06 7 .60 9
.38 2
.05 0
.64 0
.61 6
.39 7
.
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.24 9
.18 1
.02 5
.01 7
.25 5*
.01 6
.00 5
.21 9
.06 0
.26 1*
.09 8
.09 4
.13 1
.02 9
.06 6
.
.84 8
.89 7
.05 0
.90 2
.96 7
.09 3
.64 9
.04 4
.45 5
.10 2 .43 7
.22 8
.16 6
.02 8 .83 1
.05 5
.08 0
.47 3
.32 0
.82 3
.61 6
.
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.08 3
.21 5 .10 0
.24 1 .06 3
.15 6
.10 7
.00 3
.10 5
.25 0
.14 4
.
.42 5
.05 4
.15 4
.23 5
.37 2
.27 3
.09 6 .46 3
.08 7
.98 1
.15 2 .24 7
.11 7
.41 7
.00 3 .97 9
.15 6
.23 4
.19 0 .14 6
.18 6
.53 0
.17 1 .19 2
.50 7
.
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
.48 9**
.38 7**
.40 2**
.37 1**
.45 0**
.46 9**
.27 7*
.39 4**
.41 2**
.16 0
.34 4**
.44 9**
.31 0*
.32 8*
.50 0**
.45 8**
.36 7**
.60 1**
.
.00 0
.00 2
.00 1
.00 3
.00 0
.00 0
.03 2
.00 2
.00 1
.22 1
.00 7
.00 0
.01 6
.01 1
.00 0
.00 0
.00 4
.00 0
.
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlat ion Sig. (2tailed)
7
.
.
.
.
136
Correlations
33
34
35
36
37
38
39
Tot al
21 .08 7
22 .37 9**
23 .00 1
24 .30 3*
25 .10 2
26 .19 2
27 .17 8
28 .30 1*
29 .23 4
30 .02 3
31 .02 9
32 .36 9**
34 .31 4*
35 .32 3*
36 .29 8*
37 .12 9
38 .33 7**
39 .21 5
Total ** .367
.50 8
.00 3
.99 3
.01 8
.43 8
.14 5
.17 3
.02 0
.07 2
.86 3
.82 4
.00 4
.01 4
.01 2
.02 1
.32 7
.00 8
.09 9
.004
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.03 5
.02 5
.06 7
.36 ** 6
.04 1
.12 4
.16 6
.27 * 6
.26 * 4
.16 7
.21 1
.03 6
.31 * 4
1
.19 9
.29 * 5
.08 3
.17 0
.12 9
.79 0
.84 8
.60 9
.00 4
.75 6
.34 9
.20 4
.03 3
.04 1
.20 3
.10 5
.78 3
.01 4
.12 8
.02 2
.53 0
.19 5
.32 5
.007
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.09 6
.15 3
.05 6
.04 6
.03 6
.01 7
.06 1
.06 9
.16 5
.12 3
.12 3
.02 4
.32 3*
.19 9
1
.26 4*
.24 9
.32 5*
.12 1
.311*
.46 4
.24 4
.67 1
.72 8
.78 3
.90 1
.64 3
.60 0
.20 7
.35 0
.34 8
.85 5
.01 2
.12 8
.04 2
.05 5
.01 1
.35 7
.016
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.08 6
.03 2
.09 3
.00 8
.11 7
.03 7
.10 0
.20 9
.05 9
.01 4
.06 3
.13 7
.29 8*
.29 5*
.26 4*
1
.28 7*
.33 3**
.23 7
.213
.51 5
.80 6
.48 1
.95 3
.37 2
.78 3
.44 7
.10 9
.65 2
.91 3
.63 3
.29 7
.02 1
.02 2
.04 2
.02 6
.00 9
.06 9
.102
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.20 3
.01 4
.37 1**
.23 4
.07 4
.13 2
.04 4
.08 7
.00 0
.10 0
.25 2
.37 0**
.12 9
.08 3
.24 9
.28 7*
1
.26 1*
.34 8**
.336**
.12 0
.91 6
.00 4
.07 2
.57 3
.31 8
.73 9
.51 1
1.0 00
.44 5
.05 3
.00 4
.32 7
.53 0
.05 5
.02 6
.04 4
.00 7
.009
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.36 2**
.13 6
.05 9
.10 4
.03 3
.11 4
.05 9
.01 9
.07 3
.14 1
.01 1
.03 6
.33 7**
.17 0
.32 5*
.33 3**
.26 1*
1
.27 1*
.357**
.00 5
.30 1
.65 4
.42 8
.80 2
.39 0
.65 6
.88 4
.57 8
.28 4
.93 2
.78 6
.00 8
.19 5
.01 1
.00 9
.04 4
.03 6
.005
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.04 8
.20 3
.14 7
.08 2
.01 9
.37 ** 0
.02 6
.06 9
.04 1
.22 4
.15 8
.21 5
.21 5
.12 9
.12 1
.23 7
.34 ** 8
.27 * 1
1
.224
.71 7
.12 1
.26 3
.53 1
.88 7
.00 4
.84 5
.60 0
.75 3
.08 5
.22 7
.09 9
.09 9
.32 5
.35 7
.06 9
.00 7
.03 6
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.15 3
.38 2**
.47 2**
.60 4**
.36 1**
.18 2
.37 4**
.40 4**
.45 3**
.20 8
.38 8**
.26 5*
.36 7**
.34 5**
.31 1*
.21 3
.33 6**
.35 7**
.22 4
1
.24 2
.00 3
.00 0
.00 0
.00 5
.16 7
.00 3
.00 1
.00 0
.11 0
.00 2
.04 1
.00 4
.00 7
.01 6
.10 2
.00 9
.00 5
.08 5
N
60
60
60
60
60
59
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
33 1
**
.345
.085
60
137
Hasil Perhitungan Validitas (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu Correlations
1
2
3
4
5
6
7
8
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
1 1
2 .082
3 .13 7
4 .18 7
5 .299*
6 .16 3
7 .18 5
8 .28 * 3
.534
.29 6
.15 4
.020
.21 3
.15 6
.02 8
9
10 .330*
11 .43 ** 5
12 .21 5
13 .16 3
14 .14 6
15 .02 8
16 .23 9
17 .60 ** 6
.76 4
.010
.00 1
.09 9
.21 3
.26 6
.83 2
.06 6
.00 0
.04 0
18
19 .29 * 2
20 .152
.077
.02 3
.247
.230
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.08 2
1
.30 * 8
.03 6
.030
.21 6
.21 8
.14 3
.26 * 4
.168
.28 * 1
.31 * 0
.07 4
.31 * 6
.13 9
.32 * 5
.22 7
.092
.37 ** 6
.462**
.01 6
.78 6
.823
.09 7
.09 4
.27 6
.04 1
.199
.03 0
.01 6
.57 4
.01 4
.28 9
.01 1
.08 1
.486
.00 3
.000
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.13 7
*
.308
1
.22 2
.109
.18 4
.08 0
.02 0
.02 6
.041
.16 2
.16 4
.18 0
.13 5
.15 3
.35 7**
.13 6
.269
.00 5
.077
.29 6
.016
.08 8
.408
.15 8
.54 5
.87 7
.84 2
.755
.21 7
.21 1
.16 9
.30 4
.24 4
.00 5
.30 1
.038
.97 3
.557
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.18 7
-.036
.22 2
1
.101
.15 4
.04 1
.09 4
.16 1
.304*
.01 3
.22 0
.14 8
.24 0
.33 9**
.24 2
.10 3
.398
.05 4
.132
.15 4
.786
.08 8
.441
.24 2
.75 6
.47 7
.21 8
.018
.92 4
.09 1
.26 0
.06 4
.00 8
.06 2
.43 1
.002
.68 0
.313
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.29 9*
.030
.10 9
.10 1
1
.15 1
.00 0
.30 0*
.14 0
.224
.24 6
.14 6
.09 3
.10 4
.02 7
.04 6
.37 0**
.142
.12 8
-.058
.02 0
.823
.40 8
.44 1
.24 8
1.0 00
.02 0
.28 6
.085
.05 8
.26 7
.48 0
.43 0
.83 9
.72 7
.00 4
.279
.33 0
.660
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.16 3
.216
.18 4
.15 4
.151
1
.08 3
.04 7
.09 1
.056
.12 7
.10 3
.00 8
.11 9
.13 7
.05 8
.18 2
.007
.06 3
.000
.21 3
.097
.15 8
.24 2
.248
.53 1
.72 1
.49 0
.673
.33 5
.43 2
.94 9
.36 6
.29 8
.66 1
.16 3
.957
.63 5
1.000
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
.18 5
.218
.08 0
.04 1
.000
.08 3
1
.13 4
.11 8
.140
.40 3**
.19 3
.15 4
.16 6
.00 0
.18 8
.26 6*
.161
.21 3
.135
.15 6 60
.094
.54 5 60
.75 6 60
1.000
.53 1 60
.36 9 60
.285
.00 1 60
.13 9 60
.23 9 60
.20 5 60
1.0 00 60
.15 1 60
.04 0 60
.219 60
.10 2 60
.305
60
.30 9 60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
.28 3*
.143
.02 0
.09 4
.300*
.04 7
.13 4
1
.03 7
.591**
.39 2**
.69 1**
.02 4
.00 5
.14 6
.04 7
.35 6**
.086
.35 7**
.236
.02 8 60
.276
.87 7 60
.47 7 60
.020
.72 1 60
.30 9 60
.77 9 60
.000
.00 2 60
.00 0 60
.85 4 60
.97 1 60
.26 4 60
.72 1 60
.00 5 60
.512
.00 5 60
.069
.53 4
60
60
60
60
60
60
60
*
**
60
60
60
138
Correlations
1
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
2
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
3
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
4
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
5
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
6
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
7
22 .100
23 ** .377
24 .25 * 9
25 .220
26 * .327
27 * .262
28 .111
29 .067
30 .124
31 -.003
32 .023
33 .212
Total ** .518
.002
.446
.003
.04 6
.091
.011
.044
.399
.610
.344
.980
.862
.104
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.048
**
.217
.13 0
.139
*
.306
.229
.052
*
.266
.128
-.090
.051
-.165
.715
.003
.095
.32 1
.291
.018
.079
.696
.040
.328
.493
.701
.207
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
.198
.141
-.203
-.068
-.135
.310*
.374
**
.464
.179
.162
.113
.14 3
.284
.132
.199
-.273
.170
.217
.390
.27 6
.028
.315
.127
.035
.130
.283
.119
.607
.303
.016
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
*
.069
-.107
.108
.13 9
.132
.279
.244
.113
.210
.080
.045
.222
.138
.271*
.602
.418
.414
.28 8
.314
.031
.060
.390
.107
.541
.735
.089
.295
.036
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
.116
-.066
.111
.065
.165
.189
.073
.369**
**
-.040
.041
.15 2
.123
.009
.759
.757
.24 6
.350
.009
.378
.617
.400
.621
.207
.147
.581
.004
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
*
.317
.238
.41 6**
.236
*
.280
.205
.163
*
.260
.236
.180
.128
.055
.373**
.002
.013
.067
.00 1
.070
.030
.115
.215
.045
.070
.169
.331
.674
.003
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
.148
.167
-.041
.000
.072
.366**
.335
.386
.332
Pearson Correlatio n
.099
.156
.098
.13 2
.207
.199
.284
Sig. (2tailed)
.451
.234
.455
.31 5
.112
.127
.028
.010
.260
.202
.757
1.000
.585
.004
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.236
*
.256
.078
.18 3
.162
*
.263
.199
.067
.162
-.013
-.149
-.058
-.127
.455**
.070
.049
.551
.16 2
.218
.042
.127
.609
.216
.919
.256
.661
.333
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
N 8
21 ** .386
Pearson Correlatio n Sig. (2tailed) N
.332
139
Correlations 9
10
11
12
13
14
15
16
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.04 0
.26 * 4
.02 6
.161
.140
.09 1
.118
.03 7
.76 4
.04 1
.84 2
.218
.286
.49 0
.369
.77 9
60
60
60
60
60
60
60
60
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.33 0*
.16 8
.04 1
.304
.224
.05 6
.140
.01 0
.19 9
.75 5
.018
.085
.67 3
60
60
60
60
60
60
*
1
.22 0
.1 67
.10 3
.14 7
.36 ** 1
.13 7
.086
.00 4
.06 8
.016
-.051
.09 1
.2 03
.43 2
.26 3
.00 5
.29 8
.513
.97 7
.60 7
.906
.700
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.59 1**
.2 20
1
.5 53
.64 9**
.17 9
.03 5
.09 2
.002
.60 0**
.25 * 9
.259
.236
.285
.00 0
.0 91
.0 00
.00 0
.17 2
.78 8
.48 7
.990
.00 0
.04 6
.046
.070
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
60
*
.56 ** 1
.03 8
.17 1
.01 9
.306
.52 ** 5
.13 4
.358
.459**
.00 0
.77 4
.19 3
.88 5
.017
.00 0
.30 6
.005
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.64 9**
.5 61
1
.03 4
.06 9
.18 1
.159
.31 2*
.20 2
.432
.410**
.4 32
.00 0
.0 00
.79 9
.60 0
.16 6
.226
.01 5
.12 1
.001
.001
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.154
.02 4
.1 47
.17 9
.0 38
.03 4
1
.45 5**
.51 2**
.129
.25 3
.03 5
.078
.033
.94 9
.239
.85 4
.2 63
.17 2
.7 74
.79 9
.00 0
.00 0
.326
.05 1
.79 0
.556
.801
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.104
.11 9
.166
.00 5
.3 61
.03 5
.1 71
.06 9
.45 5**
1
.56 2**
.124
.09 9
.13 6
.253
.384**
.430
.36 6
.205
.97 1
.0 05
.78 8
.1 93
.60 0
.00 0
.00 0
.347
.45 0
.30 1
.051
.002
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.15 3
.339
.027
.13 7
.000
.14 6
.1 37
.09 2
.0 19
.18 1
.51 2**
.56 2**
1
.200
.06 1
.25 4
.094
.114
.28 9
.24 4
.008
.839
.29 8
1.00 0
.26 4
.2 98
.48 7
.8 85
.16 6
.00 0
.00 0
.125
.64 1
.05 0
.475
.384
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.23 9
.32 5*
.35 7**
.242
.046
.05 8
.188
.04 7
.0 86
.00 2
.3 06
.15 9
.12 9
.12 4
.20 0
1
.18 2
.01 9
.127
.299*
.06 6
.01 1
.00 5
.062
.727
.66 1
.151
.72 1
.5 13
.99 0
.0 17
.22 6
.32 6
.34 7
.12 5
.16 3
.88 7
.335
.020
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.43 ** 5
.28 * 1
.16 2
.013
.246
.12 7
.403
.39 ** 2
.1 67
.55 ** 3
.00 1
.03 0
.21 7
.924
.058
.33 5
.001
.00 2
.2 03
.00 0
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.21 5
.31 0*
.16 4
.220
.146
.10 3
.193
.69 1**
.1 03
.09 9
.01 6
.21 1
.091
.267
.43 2
.139
.00 0
60
60
60
60
60
60
60
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.16 3
.07 4
.18 0
.148
.093
.00 8
.21 3
.57 4
.16 9
.260
.480
60
60
60
60
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.14 6
.31 6*
.13 5
.240
.26 6
.01 4
.30 4
.064
60
60
60
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
.02 8
.13 9
.83 2
Pears on Correl ation Sig. (2tailed) N
**
**
**
1
**
*
60
**
**
140
Correlations 9
Pearson Correlation
.005
Sig. (2tailed)
.969
.745
.248
.482
.698
.676
.779
.469
60
60
60
60
60
60
60
**
.092
.200
N 10
-.095
.183
.219
.059
.055
-
.073
.161
.093
.654
.678
.001
.580
60
60
60
60
60
60
60
.122
.106
.040
.099
.040
.048
.115
**
.433
Sig. (2tailed)
.025
.069
.104
.005
.487
.125
.353
.420
.763
.451
.759
.717
.383
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
.187
**
.147
**
*
.290
*
.281
.035
.240
*
.280
.672**
.357
.193
.239
.157
Sig. (2tailed)
.140
.066
.231
.000
.153
.004
.262
.002
.025
.029
.790
.065
.030
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.085
**
.006
.151
.054
.185
.126
.061
.191
.029
.153
.038
.012
.464**
Sig. (2tailed)
.517
.004
.965
.250
.680
.157
.337
.644
.143
.828
.244
.771
.926
.000
60
Pearson Correlation
.364
.464
.364
.392
**
.478
Pearson Correlation
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
.124
**
**
**
.161
*
.327
.085
.006
.246
.140
.006
-.027
.427**
.000
.344
.001
.001
.010
.220
.011
.518
.963
.058
.288
.964
.836
.001
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
**
*
**
.101
.101
.034
.074
.019
-.158
.453**
.446
.433
.428
.419
.332
Pearson Correlation
.106
.056
.191
Sig. (2tailed)
.420
.671
.143
.001
.007
.048
.001
.442
.442
.796
.574
.884
.227
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
**
.120
*
.266
.049
.003
.130
.066
.082
.029
.310*
N
.410
-.212
.283
Sig. (2tailed)
.082
.104
.028
.007
.000
.360
.040
.711
.979
.324
.619
.533
.827
.016
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
-.003
.214
*
.279
.131
**
*
.309
.132
.234
.234
*
.264
.100
*
.273
-.001
.438**
.980
.100
.031
.318
.003
.016
.313
.073
.073
.042
.448
.035
.996
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Sig. (2tailed) N
.478
.257
.226
Pearson Correlation
.347
.343
Pearson Correlation
N 16
.037
.212
N
15
.055
.236
Sig. (2tailed)
14
-.051
.290
N 13
.093
Pearson Correlation
N 12
-.152
*
N 11
-.043
.381
141
Correlations 17
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
18
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
19
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
20
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
21
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
22
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
23
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
24
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed) N
**
.606
.22 7
.13 6
.10 3
.3 70
.18 2
.26 * 6
.35 ** 6
.00 4
.60 ** 0
.52 ** 5
.31 * 2
.25 3
.09 9
.06 1
.18 2
.19 7
.23 8
.166
.000
.08 1
.30 1
.43 1
.0 04
.16 3
.04 0
.00 5
.97 7
.00 0
.00 0
.01 5
.05 1
.45 0
.64 1
.16 3
.13 2
.06 7
.206
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
-.230
.09 2
.26 * 9
.39 ** 8
.1 42
.00 7
.16 1
.08 6
.06 8
.25 * 9
.13 4
.20 2
.03 5
.13 6
.25 4
.01 9
.19 7
1
.46 ** 2
.021
.077
.48 6
.03 8
.00 2
.2 79
.95 7
.21 9
.51 2
.60 7
.04 6
.30 6
.12 1
.79 0
.30 1
.05 0
.88 7
.13 2
.00 0
.875
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
60
60
60
60
60
60
60
.292
.37 6**
.00 5
.05 4
.1 28
.06 3
.21 3
.35 7**
.01 6
.25 9*
.35 8**
.43 2**
.07 8
.25 3
.09 4
.12 7
.23 8
.46 ** 2
1
.582**
.023
.00 3
.97 3
.68 0
.3 30
.63 5
.10 2
.00 5
.90 6
.04 6
.00 5
.00 1
.55 6
.05 1
.47 5
.33 5
.06 7
.00 0
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.152
.46 2**
.07 7
.13 2
.0 58
.00 0
.13 5
.23 6
.05 1
.23 6
.45 9**
.41 0**
.03 3
.38 4**
.11 4
.29 9*
.16 6
.02 1
.58 2**
1
.247
.00 0
.55 7
.31 3
.6 60
1.0 00
.30 5
.06 9
.70 0
.07 0
.00 0
.00 1
.80 1
.00 2
.38 4
.02 0
.20 6
.87 5
.00 0
60
60
60
60
60
60
60
**
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.04 8
.17 9
.06 9
.3 35
.38 6**
.09 9
.23 6
.00 5
.29 0*
.19 3
.08 5
.44 6**
.10 6
.22 6
.00 3
.45 9**
.04 8
.06 9
.036
.002
.71 5
.17 0
.60 2
.0 09
.00 2
.45 1
.07 0
.96 9
.02 5
.14 0
.51 7
.00 0
.42 0
.08 2
.98 0
.00 0
.71 4
.60 1
.787
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.100
.37 4**
.16 2
.10 7
.0 40
.31 7*
.15 6
.25 6*
.04 3
.23 6
.23 9
.36 4**
.12 4
.05 6
.21 2
.21 4
.19 7
.27 7*
.27 3*
.252
.446
.00 3
.21 7
.41 8
.7 59
.01 3
.23 4
.04 9
.74 5
.06 9
.06 6
.00 4
.34 4
.67 1
.10 4
.10 0
.13 2
.03 2
.03 5
.052
60 **
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.21 7
.11 3
.10 8
.0 41
.23 8
.09 8
.07 8
.15 2
.21 2
.15 7
.00 6
.43 3**
.19 1
.28 3*
.27 9*
.39 7**
.15 5
.16 0
.085
.003
.09 5
.39 0
.41 4
.7 57
.06 7
.45 5
.55 1
.24 8
.10 4
.23 1
.96 5
.00 1
.14 3
.02 8
.03 1
.00 2
.23 6
.22 1
.520
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
.259
.13 0
.14 3
.13 9
.1 52
.41 6**
.13 2
.18 3
.09 3
.35 7**
.46 4**
.15 1
.42 8**
.41 9**
.34 7**
.13 1
.31 3*
.09 9
.16 8
.218
.046
.32 1
.27 6
.28 8
.2 46
.00 1
.31 5
.16 2
.48 2
.00 5
.00 0
.25 0
.00 1
.00 1
.00 7
.31 8
.01 5
.45 3
.19 9
.095
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.386
.377
**
**
1
.000
142
Correlations 17
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
18
.132
60
60
.002
.015
.200
60
60
**
.271
*
.156
.191
.249
.157
.073
.290
.001
.036
.234
.144
.055
.230
.579
.024
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
.417
*
**
.653
.266
.117
.151
-.111
-.073
.164
.069
.065
-.123
.030
Sig. (2tailed)
.714
.032
.236
.453
.040
.371
.249
.396
.577
.210
.602
.624
.350
.822
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.069
*
.273
.160
.168
.077
.169
.195
.090
.048
-.018
.034
-.132
-.026
.375**
Sig. (2tailed)
.601
.035
.221
.199
.557
.197
.135
.496
.718
.893
.796
.315
.844
.003
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
**
**
**
.135
*
.274
.229
.146
.139
.560**
.009
.303
.034
.079
.267
.288
.000
Pearson Correlation
.036
.252
.085
.218
Sig. (2tailed)
.787
.052
.520
.095
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.005
.334
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.347**
.438**
.326*
.435**
.454**
.052
.286*
.490**
.295*
.230
.225
.587**
.548
.007
.000
.011
.001
.000
.693
.027
.000
.022
.077
.084
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
*
.307
.132
.008
.030
.026
.362**
60
.548
N
.000
.358
.079
Sig. (2tailed)
Sig. (2tailed)
.002
.437
1
.079
Pearson Correlation
.387
60
Pearson Correlation
N
24
.168
.099
N
23
*
-.155
Sig. (2tailed)
22
.313
* .277
N 21
.000
**
.397
.048
N 20
.197
Pearson Correlation
N 19
**
.459
60
1
60
**
.204
.007
.117
60
.347
.204
.114
-.018
.132
.046
.307
.117
.385
.892
.314
.725
.017
.017
.314
.949
.819
.843
.005
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
**
*
**
*
.311
.062
-.054
*
.330
.056
.061
.222
.458**
60
60
**
.114
**
.000
.385
.001
60
60
60
.438
.410
.410
.312
.492
.001
.015
.000
.016
.638
.681
.010
.673
.645
.088
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
*
**
**
.159
*
.315
*
.271
.251
*
.292
.035
.633**
60
.315
.440
.435
.014
.000
.001
.224
.014
.036
.053
.024
.793
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
143
Correlations 25
26
27
28
29
30
31
32
**
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.22 0
.13 9
.28 * 4
.132
.123
.23 6
.20 7
.16 2
.05 1
.09 2
.18 7
.05 4
.33 ** 2
.34 ** 3
.47 ** 8
.38 ** 1
.16 8
.26 * 6
.07 7
.09 1
.29 1
.02 8
.314
.350
.07 0
.11 2
.21 8
.69 8
.48 7
.15 3
.68 0
.01 0
.00 7
.00 0
.00 3
.20 0
.04 0
.55 7
.002
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.32 * 7
.30 * 6
.13 2
.279
.332
.28 * 0
.19 9
.26 * 3
.05 5
.20 0
.36 ** 4
.18 5
.16 1
.25 * 7
.12 0
.30 * 9
.41 ** 7
.11 7
.16 9
.01 1
.01 8
.31 5
.031
.009
.03 0
.12 7
.04 2
.67 6
.12 5
.00 4
.15 7
.22 0
.04 8
.36 0
.01 6
.00 1
.37 1
.19 7
.000
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.26 2*
.22 9
.19 9
.244
.116
.20 5
.28 4*
.19 9
.03 7
.12 2
.14 7
.12 6
.32 7*
.41 0**
.26 6*
.13 2
.27 1*
.15 1
.19 5
.358**
.04 4
.07 9
.12 7
.060
.378
.11 5
.02 8
.12 7
.77 9
.35 3
.26 2
.33 7
.01 1
.00 1
.04 0
.31 3
.03 6
.24 9
.13 5
.005
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.11 1
.05 2
.27 3*
.113
.066
.16 3
.33 2**
.06 7
.09 5
.10 6
.39 2**
.06 1
.08 5
.10 1
.04 9
.23 4
.15 6
.11 1
.09 0
.334**
.39 9
.69 6
.03 5
.390
.617
.21 5
.01 0
.60 9
.46 9
.42 0
.00 2
.64 4
.51 8
.44 2
.71 1
.07 3
.23 4
.39 6
.49 6
.009
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.06 7
.26 6*
.19 8
.210
.111
.26 0*
.14 8
.16 2
.18 3
.04 0
.29 0*
.19 1
.00 6
.10 1
.00 3
.23 4
.19 1
.07 3
.04 8
.135
.61 0
.04 0
.13 0
.107
.400
.04 5
.26 0
.21 6
.16 1
.76 3
.02 5
.14 3
.96 3
.44 2
.97 9
.07 3
.14 4
.57 7
.71 8
.303
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.12 4
.12 8
.14 1
.080
.065
.23 6
.16 7
.01 3
.21 9
.09 9
.28 1*
.02 9
.24 6
.03 4
.13 0
.26 4*
.24 9
.16 4
.01 8
.274*
.34 4
.32 8
.28 3
.541
.621
.07 0
.20 2
.91 9
.09 3
.45 1
.02 9
.82 8
.05 8
.79 6
.32 4
.04 2
.05 5
.21 0
.89 3
.034
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.00 3
.09 0
.20 3
.045
.165
.18 0
.04 1
.14 9
.05 9
.04 0
.03 5
.15 3
.14 0
.07 4
.06 6
.10 0
.15 7
.06 9
.03 4
.229
.98 0
.49 3
.11 9
.735
.207
.16 9
.75 7
.25 6
.65 4
.75 9
.79 0
.24 4
.28 8
.57 4
.61 9
.44 8
.23 0
.60 2
.79 6
.079
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearso n Correla tion Sig. (2tailed)
.02 3
.05 1
.06 8
.222
.189
.12 8
.00 0
.05 8
.05 5
.04 8
.24 0
.03 8
.00 6
.01 9
.08 2
.27 3*
.07 3
.06 5
.13 2
.146
.86 2
.70 1
.60 7
.089
.147
.33 1
1.0 00
.66 1
.67 8
.71 7
.06 5
.77 1
.96 4
.88 4
.53 3
.03 5
.57 9
.62 4
.31 5
.267
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
.387
**
.437
144
Correlations 25
Pearson Correlation
.326
*
-.018
.312
.315
Sig. (2tailed)
.011
.892
.015
.014
60
N 26
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
27
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
28
60
60
60
.132
**
**
**
.001
.314
.000
.000
.001
60
.435
.492
.440
.416
*
.134
-.069
.119
**
.531
.014
.308
.598
.367
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
1
**
.147
.241
**
.194
**
**
.000
.261
.063
.001
.137
.001
.005
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
.102
.150
**
.224
.132
.052
.585**
.437
.252
.002
.085
.316
.692
.000
60
60
60
.046
.311
**
**
**
.000
.725
.016
.001
.317
.591
*
.001
-.071
.049
60
.436
*
.001
60
.435
.256
.001
**
.454
**
.436
.503
.503
1
.000
.406
.392
.406
.360
**
.703
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.307*
.062
.159
.256*
.147
.102
1
.128
.266*
.248
.125
.173
.347**
Sig. (2tailed)
.693
.017
.638
.224
.049
.261
.437
.330
.040
.056
.339
.187
.007
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
*
.307
-.054
*
.315
-.071
.241
.150
.128
1
*
**
**
.088
.440**
60
Pearson Correlation
.286
Sig. (2tailed)
.027
.017
.681
.014
.591
.063
.252
.330
60
Pearson Correlation
N
60
60
60
60
60
60
60
60
**
.132
*
.330
*
.271
*
.317
**
**
*
*
.000
.314
.010
.036
.014
.001
60
60
60
60
60
60
.490
.406
.392
.306
.344
.007
.000
.505
.000
60
60
60
60
60
1
**
**
.222
.509**
.000
.001
.088
.000
60
60
60
60
1
**
**
.273*
.006
.007
.035
60
60
60
1
**
.336**
.006
.009
60
60
.266
.306
.002
.040
.018
60
60
60
60
**
**
.460
Pearson Correlation
.295
.008
.056
.251
.134
.194
.224
.248
Sig. (2tailed)
.022
.949
.673
.053
.308
.137
.085
.056
.007
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
.132
.125
**
**
**
.525
.460
Pearson Correlation
.230
.030
.061
.292
-.069
Sig. (2tailed)
.077
.819
.645
.024
.598
.001
.316
.339
.000
.001
.006
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
N
.406
.344
.525
.018
*
N 32
60
**
**
.416
60
Sig. (2tailed)
31
1
.052
N 30
*
Pearson Correlation
N 29
*
.403
.353
.403
.353
60
.346
.350
145
Correlations 33
Tot al
Pearson Correlatio n
.21 2
.16 5
.13 5
.13 8
.07 3
.05 5
.07 2
.12 7
.43 3**
.11 5
.28 * 0
.01 2
.02 7
.15 8
.02 9
.00 1
.29 * 0
.12 3
.026
.139
Sig. (2tailed)
.10 4
.20 7
.30 3
.29 5
.58 1
.67 4
.58 5
.33 3
.00 1
.38 3
.03 0
.92 6
.83 6
.22 7
.82 7
.99 6
.02 4
.35 0
.844
.288
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlatio n
.51 ** 8
.46 ** 4
.31 * 0
.27 * 1
.36 ** 9
.37 ** 3
.36 ** 6
.45 ** 5
.07 3
.47 ** 8
.67 ** 2
.46 ** 4
.42 ** 7
.45 ** 3
.31 * 0
.43 ** 8
.65 ** 3
.03 0
.375
.560
Sig. (2tailed)
.00 0
.00 0
.01 6
.03 6
.00 4
.00 3
.00 4
.00 0
.58 0
.00 0
.00 0
.00 0
.00 1
.00 0
.01 6
.00 0
.00 0
.82 2
.003
.000
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
**
146
Correlations 33
Total
**
.052
.173
.088
.222
.367
.005
.692
.187
.505
.088
.007
.006
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
**
**
**
**
**
**
*
**
.230
1
.035
.009
.077
60
60
60
Pearson Correlatio n
.22 5
.026
.222
.035
.119
Sig. (2tailed)
.08 4
.843
.088
.793
N
60
60
60
Pearson Correlatio n
.58 ** 7
**
**
Sig. (2tailed)
.00 0
.005
.000
.000
.000
.000
.000
.007
.000
.000
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.362
.458
.633
.531
.360
.703
.585
.347
.440
.509
**
.346
.273
**
.350
.336
1
.230
.077
60
Hasil Perhitungan Reliabilitas (Try Out) Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 59
98.3
1
1.7
60
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .837
N of Items 39
147
148
Hasil Perhitungan Reliabilitas (Try Out) Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 60
100.0
0
.0
60
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .856
N of Items 33
149
Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Persentase Secara Keseluruhan Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kode Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38
∑ 104 93 96 81 109 109 110 101 98 103 101 80 112 89 102 96 99 94 79 107 107 101 117 79 96 117 115 113 107 109 81 112 120 117 95 103 92 101
% 79% 70% 73% 61% 83% 83% 83% 77% 74% 78% 77% 61% 85% 67% 77% 73% 75% 71% 60% 81% 81% 77% 89% 60% 73% 89% 87% 86% 81% 83% 61% 85% 91% 89% 72% 78% 70% 77%
Kriteria B B B CB SB SB SB B B B B CB SB B B B B B CB B B B SB CB B SB SB SB B SB CB SB SB SB B B B B
150
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
103 109 89 104 117 101 87 106 107 71 104 119 113 118 95 96 103 119 96 80 77 107 6066 F 18 34 8 0
78% 83% 67% 79% 89% 77% 66% 80% 81% 54% 79% 90% 86% 89% 72% 73% 78% 90% 73% 61% 58% 81% 77%
B SB B B SB B B B B CB B SB SB SB B B B SB B CB CB B B % 30% 57% 13% 0%
151
Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Persentase Secara Keseluruhan Skala Keefektifan Layanan Konseling Individu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kode Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40
∑ 86 76 94 94 91 90 101 94 82 90 102 57 99 74 85 95 80 81 60 98 95 95 116 76 80 112 101 110 103 100 67 104 106 109 87 104 86 100 90 95
% 72% 63% 78% 78% 76% 75% 84% 78% 68% 75% 85% 48% 83% 62% 71% 79% 67% 68% 50% 82% 79% 79% 97% 63% 67% 93% 84% 92% 86% 83% 56% 87% 88% 91% 73% 87% 72% 83% 75% 79%
Kriteria E E E E E E SE E E E SE CE SE CE E E E E CE SE E E SE E E SE SE SE SE SE CE SE SE SE E SE E SE E E
152
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 Jumlah
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
87 97 106 96 87 87 89 101 100 111 103 102 90 61 90 106 103 68 82 89 5520 F 23 31 6 0
73% 81% 88% 80% 73% 73% 74% 84% 83% 93% 86% 85% 75% 51% 75% 88% 86% 57% 68% 74% 77%
E E SE E E E E SE SE SE SE SE E CE E SE SE CE E E E % 38% 52% 10% 0%
153
154
155
156
157
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tingkat Kelengkapan Sarana dan Prasarana BK N Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Keefektifan Layanan Konseling Individu
60
60
Mean
101.1000
92.0000
Std. Deviation
12.10645
13.09289
Absolute
.113
.094
Positive
.085
.059
Negative
-.113
-.094
Kolmogorov-Smirnov Z
.878
.728
Asymp. Sig. (2-tailed)
.424
.664
158
Hasil Uji Hipotesis Korelasi Product Moment
Correlations
Tingkat Pearson Correlation Kelengkapan Sig. (2-tailed) Sarana dan N Prasarana BK Keefektifan Layanan Konseling Individu
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
.717** .000
60
60
.717**
1
.000 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
60
159
DAFTAR SISWA ASUH TINDAKAN KONSELING INDIVIDU SMP N 21 SEMARANG KELAS VII, VIII, IX TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SEMESTER GASAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
NAMA Anisa Tiara Dewi Nabila Nur Anissa K Rizky Rahmana Putra Rosyida Alya Nadhifa Putra Aprilianto Risiana Rachim Tiara Anggi Nabela Anisa Tria Sagita Ariadne Jasmine A Adelia Yona Rahmatika Ainan Fauziyah H Rofifah Salma H Salwa Salsabila Deryan Mario Clodius M Arkan Febian Nalendra Bagaskara K Rafael Rivelino Joshua Adi Purnomo Adellia Pramesti Z Eduard Timothy R Sarah Khoirunisa Ebenhaezer Isa M Yola Diva Rahmaischa Abizar Aulia Akbar Fadel Muhammad F Ghea Farah Fahira Prisnu Fachrial I Miska Juliastri Najib Rifai Indrayanto Raihan Kartika Nada Salma Ardita M Afania Gita P Alvania Rodhina V Annisa Maharani T Arina Safna Safira Hanifah Salma Fadhilah Zenith Puspitasari Jasnine Pramestri S.K
KELAS VII A VII A VII A VII A VII B VII B VII B VII E VII E VII F VII F VII F VII F VII G VII G VII G VII G VII I VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII C VIII C VIII C VIII C VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII E VIII E VIII F VIII F VIII F VIII F VIII F
KETERANGAN
160
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Afshoka Muhammad A Dharma Adyan P Haidar Allam P Irgi Ahmad Alfahrezi Khansa Talitha J Naufaldi Zadira Z Novandra Putra P Rizky Khalmas T M Fikri A Ananda Nurul Adhelia Shafira Innayah P Syifa Salsabila Zein Vania Arsanti Angelina Sita A Ilona Tesalonika Akbar Divitrio Cherokee Wildan Nur Akbar K Daniar Lailarahma Wibowo Brigade Rahma S Difano Cristian Mayangsari La Tifa P
VIII G VIII G VIII G VIII G VIII G VIII G VIII G VIII G VIII G VIII H VIII H VIII H VIII H VIII I VIII I IX A IX A IX B IX C IX F IX G
161
162
163
164
165