KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Vol. 2, No. 1, September 2016
STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016 1
Linda Sekar Utami
1
Dosen Progran Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gaya belajar mahasiswa angkatan 2014 program studi pendidikan fisika UM Mataram tahun akademik 2015/2016 serta untuk mengetahui gaya belajar yang paling dominan pada matakuliah Elektronika Dasar I tahun akademik 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan situasi atau kejadian untuk memotret fenomena individual atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekekinian.Tempat penelitian dilaksanakan di UM Mataram tahun akademik 2015/2016.Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2014 program studi pendidikan fisika UM Mataram tahun akademik 2015/2016.Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Data gaya belajar mahasiswa diperoleh dengan menggunakan angket (kuesioner). Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase gaya belajar (P%).Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa gaya belajar mahasiswa program studi pendidikan fisika angkatan 2014 tahun akademik 2015/2016 adalah visual sering sebanyak 6 orang dengan persentase 54,54 %, visual kadang-kadang sebanyak 5 orang dengan persentase 45,45 %, auditorial sering sebanyak 1 orang dengan persentase 9,09 %, auditorial kadang-kadang sebanyak 9 orang dengan persentase 81,82 %, auditori jarang sebanyak 1 orang dengan persentase 9,09 %, kinestetik sering sebanyak 10 orang dengan persentase 90,91 %, dan kinestetis kadang-kadang sebanyak 1 orang dengan persentase 9,01 %. Gaya belajar yang dominan dari ketiga gaya belajar adalah gaya belajar kinestetis sebanyak 10 orang dengan persentase 90, 91 %. Kata kunci : Gaya belajar, Visual, Auditori, Kinestetik
PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan menjadi sektor yang penting dalam mengembangkan kehidupan manusia dan juga dalam meningkatkan kemajuan suatu negara. Pendidikan merupakan proses interaksi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri dan utuh. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan menuju ke arah kedewasaan. Pada setiap bidang kehidupan tentu akan membutuhkan pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu dalam pendidikan sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat meningkatkan perekonomian dan kehidupan negara. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal3 telah dijelaskan fungsi dan tujuan pendidikan yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa meningkatkan taraf hidupnya. Dengan pendidikan diharapkan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan dirinya. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan tersebut menyangkut kelangsungan hidup manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan tetapi belum menunjukan peningkatan yang berarti. Berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di NewYork pada Senin, 1 Maret 2011, peringkat indeks pembangunan pendidikan Indonesia menurun dari peringkat 65 pada tahun 2010 menjadi 69 pada tahun 2011 dari 127 negara yang disurvei (Kompas,2/3/2011). Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat masalah dalam pendidikan di Indonesia. Eektronika Dasar I merupakan matakuliah semester III pada Program Studi Pendidikan Fisika yang dapat menambah wawasan tentang kelistrikan yang nantinya sebagai bekal keterampilan menjadi guru fisika dan peneliti bidang kelistrikan yang handal. Menurut Islahudin (2016) dari hasil wawancara mengatakan bahwa nilai Ujian Tengah Semester mata kuliah Elektronika Dasar I semester III angkatan 2014 kurang baik, dengan rata-rata perolehan sebesar 45,6. Nilai tersebut masuk dalam kategori rendah atau belum lulus jika ingin menjadi guru yang professional. Adanya program remedial yang diselenggarakan menjadi tolok ukur masih kurang baiknya prestasi belajar mahasiswa tersebut. Namun kita tidak dapat hanya menyalahkan mahasiswa karena prestasi belajarnya yang kurang baik. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mengapa prestasi belajar mahasiswa tersebut kurang baik. Faktor penyebab itu dapat berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri dan juga dapat berasal dari luar mahasiswa. Salah satu factor dari dalam diri mahaiswa itu sendiri yaitu gaya belajar. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Namun setiap individu peserta didik tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi dengan cara yang berbeda. Ada mahasiswa yang lebih senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh dosen ketika proses pembelajaran berlangsung. Ada pula mahasiswa yang lebih senang mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen, serta ada pula mahasiswa yang lebih senang praktek secara
Vol. 2, No. 1, September 2016
langsung. Dalam pembelajaran Elektronika Dasar I, dosen lebih dominan untuk mengajar dengan mengandalkan kemampuan visual dengan mewajibkan mahasiswa untuk menyimak hand out/ modul, jobsheet, atau buku manual yang sudah ditentukan. Mahasiswa diberi waktu membaca dulu sebelum dosen mulai menjelaskan materi pelajaran. Dalam praktik mahasiswa juga dituntut untuk mau membaca dan memahami job sheet, buku manual, sebelum mereka menanyakan kepada dosen Cara belajar yang dimiliki mahasiswa sering disebut dengan gaya belajar atau modalitas belajar mahasiswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap,dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan), (DePorter & Hernacki, 2002: 110 112). Meskipun gaya belajar yang dimiliki berbeda-beda, namun tujuan yang hendak dicapai tetap sama yaitu guna mencapai tujuan pembelajaran dan mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Ada mahasiswa yang mampu memaksimalkan gaya belajarnya, ada juga mahasiswa yang belum mampu memaksimalkan gaya belajarnya karena mereka belum menyadari gaya belajar yang mereka miliki. Hal tersebut terbukti dari masih adanya mahasiswa yang menyibukkan diri sewaktu dosen menerangkan perkuliahan. Dari permasalahan - permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar mata kuliah Elektronika Dasar I. Diketahui bahwa mata kuliah Elektronika Dasar I karakteristik yang berbeda dengan matakuliah yang lain. Listrik adalah sesuatu yangt idak bias dilihat tetapi bias dirasa dan dilakukan pengukuran. Sementara mahasiswa mempunyai gaya belajar yang berbeda - beda. Ada mahasiswa yang bias belajar dengan efektif jika dia belajar dengan mengandalkan penglihatannya, ada juga mahasiswa yang belajarnya akan efektif jika dia belajar dengan mendengarkan, selain itu ada mahasiswa yang belajarnya efektif jika dilakukan dengan kegiatan praktik. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat (Uno, 2008: 180). Oleh karena itu, mereka sering kali harus menempuh cara yang berbeda untuk bias memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada mahasiswa yang lebih senang menulis hal-hal 19
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
yang telah disampaikan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, serta ada pula siswa yang lebih senang praktek secara langsung. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara belajar yang menjadi suatu kebiasaan siswa dalam kehidupan seharihari. Cara belajar yang dimiliki mahasiswa sering disebut dengan gaya belajar atau modalitas belajar mahasiswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana mahasiswa menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Hernacki, 2002:110). Dunn & Dunn dalam Sugihartono (2007: 53) menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orangl ain. Keefe dalam Sugihartono (2007:53) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,berfikir, dan memecahkan soal (Nasution, 2003 : 94). Mahasiswa pada umumnya akan sulit memproses informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka. Mahasiswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara yang berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda. Sebagian orang mungkin memiliki gaya belajar tertentu yang dominan digunakan dalam berbagai situasi, sehingga kurang menggunakan gaya yang berbeda untuk situasi yang berbeda. Dari beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi bagaimana menangkap, mengatur, serta mengolah informasi yang diterima sehingga pembelajaran menjadi efektif. Menurut De Porter & Hernacki (2002:112) terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu gaya belajar visual,auditorial dan kinestetik. Walaupun masing - masing ma h a siswa belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan ma h a siswa lebih cenderung pada salah satu di antara gaya belajar tersebut. Mahasiswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/ penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat. Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung
Vol. 2, No. 1, September 2016
untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambargambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan – tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar dan video. Di dalam kelas, mahasiswa visual lebih suka mencatat sampai detil – detilnya untuk mendapatkan informasi. Orang – orang visual rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik dan dapat melihat kata - kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak terganggu oleh keributan, mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek,mencoret-coret tanpa arti. Selama berbicara ditelepon dan dalam rapat, lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato, lebih suka seni daripada musik, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata kata, kadang - kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan (DePorter&Hernacki,2002:116-118). Mahasiswa yang berarti auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang disampaikan melalui tone suara, pitch tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal – hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh mahasiswa bergaya belajar auditori. Mahasiswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Orang - orang auditorial berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, mereka kesulitan untuk menulis tetapi hebat 20
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
dalam berbicara, berbicara dengan irama yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan – pekerjaan yang melibatkan visualisasi seperti memotong bagian - bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik (DePorter&Hernacki,2002:118). Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk berlama - lama mendengarkan pelajaran dan merasa bias belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh. Orang - orang kinestetik berbicara dengan perlahan, menanggap iperhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, mempunyai perkembangan awal otot otot yang besar, belajar melalui memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat mengingat suatu tempat kecuali jika mereka memang telah pernah berada ditempat itu, menggunakan kata - kata yang mengandung aksi, menyukai buku - buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, menyukai permainan yang menyibukkan (DePorter& Hernacki,2002:118-120).
Vol. 2, No. 1, September 2016
pendidikan fisika angkatan 2014 tahun akademik 2015/2016. Waktu penelitian dilakukan di bulan April 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Fisika angkatan 2014. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling yaitu mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel tanpa melihat latar belakang terlebih dahulu. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisoner (angket) yang sebelumnya telah di validasi oleh tim Validator Program Studi Pendidikan Fisika. Pengolahan data menggunakan Persentase (Soegiyono:2013).
P%
n 100% N
(1)
Dengan n = skor mahasiswa, N = skor total. Kemudian dicocokkan dengan skala likert (Soegiyono:2013): Selalu =5 Sering =4 Kadang-kadang =3 Jarang =2 Tidak Pernah =1
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil Penelitian diperoleh data pada table 1: Tabel 1 Persentase Gaya Belajar Visual Mahasiswa angkatan 2014 prodi Fisika UM Mataram tahun akademik 2015/2016
Gaya Belajar
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuntitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2014 :7). Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian.Penelitian deskriptif dapat pula diartikan penelitian untuk memotret fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Tempat penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Mataram Pada program studi
Kriteria Persentase Gaya Belajar Siswa (P%)
Frekuensi
Persentase
Selalu 81%100%
0
0,00%
Sering 61%-80%
6
54,54%
Kadang-Kadang 41%-60%
5
45,45%
Jarang 21%-40%
0
0,00%
Tidak pernah 0%-20%
0
0,00%
11
100 %
Visual
Total 21
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Persentase gaya belajar Visual dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
Vol. 2, No. 1, September 2016
Persentase gaya belajar Auditorial digambarkan seperti pada Gambar 2.
dapat
Gambar 2. Grafik Gaya Belajar Auditorial Gambar1. Grafik Gaya Belajar Visual
Tabel 1 Persentase Gaya Belajar Visual Mahasiswa angkatan 2014 prodi Fisika UM Mataram tahun akademik 2015/2016
Tabel 2 Persentase Gaya Belajar Auditorial Mahasiswa angkatan 2014 prodi Fisika UM Mataram tahun akademik 2015/2016
Gaya Belajar
Gaya Kriteria Frekuensi Persentase Belajar Persentase Gaya Belajar Siswa (P%)
Kriteria Persentase Gaya Frekuensi Persentase Belajar Siswa (P%)
Selalu 100%
81%- 0
0%
Visual
Auditorial
Selalu 81%-100%
0
0,00%
Sering 61%- 10 80%
90,91%
Sering 61%-80%
1
9,09%
Kadang1 Kadang 41%605%
9,09%
KadangKadang 41%-605%
9
81,82%
Jarang 21%- 0 40%
0%
Jarang 21%-40%
9,09%
Tidak pernah 0 0%-20%
0%
1
Tidak pernah 0%-20% Total
Total 0
11
100 %
0,00% Persentase gaya belajar Kinestetis dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.
11
100 % 22
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Vol. 2, No. 1, September 2016
dari yang lainnya meskipun gaya belajar satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian Dapat disimpulkan Bahwa Gaya belajar Mahasiswa angkatan 2014 Program studi Pendidikan fisika UM Mataram adalah gaya belajar visual sering sebanyak 6 orang dengan persentase 54,54 %, visual kadang-kadang sebanyak 5 orang dengan persentase 45,45 %, auditorial sering sebanyak 1 orang dengan persentase 9,09 %, auditorial kadang-kadang sebanyak 9 orang dengan persentase 81,82 %, auditori jarang sebanyak 1 orang dengan persentase 9,09 %, kinestetik sering sebanyak 10 orang dengan persentase 90,91 %, dan kinestetis kadang-kadang sebanyak 1 orang dengan persentase 9,01 %. Gaya belajar yang dominan dari ketiga gaya belajar adalah gaya belajar kinestetis sebanyak 10 orang dengan persentase 90, 91 %. Saran peneliti adalah sebaiknya sebelum memberikan perkuliahan sebaiknya mengecek terlebih dahulu gaya belajar mahasiswa kita agar cara penyampaian materi pelajaran tepat sesuai gaya belajar mahasiswa tersebut.
Gambar 3. Grafik Gaya belajar Kinestetik.
Persentase keseluruhan Gaya Belajar dapat dilihat pada Gambar 4.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: RinekaCipta Anonim. (2011). Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Yogyakarta: UNY DePorter,Bobbi & Mike Hernacki. (2002). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa Hamzah B. Uno. (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP. 116 MEN/ VII/ 2004 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Muhibbin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda karya Oemar Hamalik .(2001). Proses belajar mengajar.J akarta: PT. bumi aksara Pardjono. (2011). Peran Industri dalam Pengembangan SMK. Diakses dari staff.uny.ac.id/ sites/ default/ files/ pengabdian/ prof-drs-pardjono-msc-phd/ peran-dudi-utksmk.docx. pada tanggal 28 Maret 2012 ,jam 22:43 WIB. Riduwan & Sunarto. (2007). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Gambar 4. Grafik Gaya Belajar Mahasiswa Program studi Pendidikan Fisika Angkatan 2014 tahun akademik 2015/2016
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa gaya belajar satu dengan yang lain tidak dapat diabaikan satu sama lain, namun yang paling dominan dalam penelitian ini adalah gaya belajar Kinestetik Sering yaitu sebesar 90, 91%. Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar mahasiswa cenderung senang dengan kegiatan praktikum. Mata Kuliah Elektronika merupakan mata kuliah yang membahas tentang kelistrikan, bagaimana merangkai alat elektronika untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari seperti alaram penampung air penuh, bel tamu, dll. Oleh sebab itu dalam hal ini gaya belajar kinestetik lebih dominan 23
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
S.Nasution .(2003) .Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: BumiAksara Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta Sukardi. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang System Pendidikan Nasional
24
Vol. 2, No. 1, September 2016