BAB 1 PENDAHULUAN Keamanan dan kenyamanan merupakan sebagian dari harapan setiap pengguna jasa. Salah satu jenis jasa yang dimaksud merupakan bisnis penerbangan. Bandara sebagai salah satu infrastruktur yang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar untuk pelayanan jasa penerbangan tentu saja perlu memperhatikan aspek-aspek keamanan dan kenyamanan tersebut. Salah satu faktor penting yang dapat menunjang pelayanan dalam bandara adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu bandara. Bandara Soekarno-Hatta yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II sebagai salah satu bandara internasional terkemuka di Indonesia terlebih lagi dalam rangka menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 perlu meningkatkan kinerja demi meningkatkan pelayanan terhadap berbagai pihak, baik itu armada penerbangan lokal dan asing maupun wisatawan. Untuk mencapai hal tersebut, PT Angkasa Pura II harus mampu memfasilitasi instrument- instrumen didalam Bandara Soekarno-Hatta agar dapat bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik dalam ruang kerja yang bergerak dengan sangat cepat (fast-paced work environment). Perangkat media telekomunikasi yang tepat dibutuhkan untuk mendukung kinerja dalam lingkungan tersebut. Radio trunking merupakan sistem komunikasi radio yang diharapkan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan terhadap media komunkasi di bandara yang memadai, praktis, dan tentu saja harus aman. Kebutuhan terhadap radio trunking merupakan kebutuhan yang mendesak dan mutlak dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Untuk itu maka pengadaan dan pengelolaan radio trunking beserta sistem pendukungnya secara efektif dan efisien akan memberikan manfaat yang maksimum kepada fungsi Bandara Soekarno Hatta. Untuk melihat sejauh mana pengelolaan dan pengadaan radio trunking beserta sistem pend ukungnya membutuhkan studi kelayakan yang ditinjau dari berbagai aspek penting.
1
1.1
Sejarah Perusahaan PT (Persero) Angkasa Pura II (PT AP II) adalah salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa pemanduan lalu- lintas udara (Airport and Air Traffic Service). Nama Angkasa Pura pertama kali muncul pada tahun 1962 dengan didirikannya Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran yang bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 21 tanggal 17 Mei 1965, Pemerintah menetapkan nama PN Angkasa Pura Kemayoran menjadi Perum Angkasa Pura. Disamping mengelola Peabuhan Udara kemayoran, Perum Angkasa Pura juga mengelola Pelabuhan Udara Internasional Halim Perdana Kusuma sejak 1974 dan Pelabuhan Udara Internasional Bali Ngurah Rai sejak 1980. Pada tahun 1984 pemerintah mengoperasikan pelabuhan udara yang terletak 20 Km di sebelah barat kota Jakarta bernama Pelabuhan Udara Cengkareng. Pengoperasian pelabuhan udara baru ini sekaligus menggantikan fungsi Pelabuhan Udara Kemayoran yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dikembangkan. Dan melalui Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1984 pemerintah pada tanggal 13 Agustus 1984 mendirikan sebuah BUMN yang bertugas untuk mengelola bandara baru tersebut yaitu Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (PPUJC) dengan tugas untuk mengelola Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng dan Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta serta Flight Information Region (FIR) Jakarta. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan pada tahun 1985, PPUJC juga diserahi tugas untuk mengelola dan mengusahakan Bandara Halim Perdanakusuma yang sebelumnya dikelola oleh Perum Angkasa Pura. Pada tahun 1986 terjadi perubahan nama PPUJC menjadi Perum Angkasa Pura II yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah no 26 tanggal 19 Mei 1986. Hal yang sama juga terjadai pada Perum Angkasa Pura yang namanya menjadi Perum Angkasa Pura I. Melalui Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1991 tanggal 8 Februari 1991 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam Modal Perum 2
Angkasa Pura II ditetapkan bahwa pengelolaan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang dan Bandara Supido Pontianak dilaksanakan oleh Perum Angkasa Pura II bertambah menjadi empat bandara yaitu Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Sultan Mahmud Badaruddin II dan Supido. Pada awal tahun 1992, Angkas Pura II sebagai sebuah BUMN yang berstatus Perum dialihkan dan ditetapkan pemerintah menjadi Perusahaan Perseroaan (Persero) melalui Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1992 tanggal 17 Maret 1992. Maksud dari perubahan status dari Perum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) adalah dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha. Selanjutnya dengan akte notaris Muhani Salim, SH nomor 3 tahun 1993 tanggal 2 Januari 1993 didirikan Perseroan Terbatas (Persero) Angkasa Pura II yang disingkat menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II. Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Bandara Internasiona l Jakarta Soekarno-Hatta (Jakarta), Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta), Bandara Polonia (Medan), Bandara Supadio (Pontianak), Bandara Internasional Minangkabau (Ketaping) dulunya Bandara Tabing, Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Bandara Husein Sastranegara (Bandung), Bandara Sultan Iskandarmuda (Bandara Aceh), Bandara Kijang (Tanjung Pinang), Bandara Sultan Thaha (Jambi), Bandara Dipati Amir (Pangkal Pinang) serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/FIR) Jakarta.
1.2
Ruang Lingkup Usaha PT AP II mengelompokkan bisnis perusahaan menjadi jasa pelayanan
aeronautika dan jasa pelayanan non-aeronautika. Lingkup usaha PT AP II sesuai dengan Anggaran Perusahaan adalah sebagai berikut: 1.
Penyedia, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan jasa pendaratan, lepas landas, penempatan dan penyimpanan pesawat udara
2.
Penyedia, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo dan pos.
3
3.
Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik,air dan instalasi limbah buangan.
4.
Penyediaan jasa kegiatan penunjang penerbangan dan bandara
5.
Jasa
konsultasi,
pendidikan
dan
pelatihan
yang
terkait
dengan
kebandaraudaraan. 6.
Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan dan industri serta gedung atau bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.
7.
Penyedia jasa-jasa
lainnya
yang
dapat
menunjang
pelayanan
jasa
kebandarudaraan.
1.3
Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Perusahaan
1.3.1
Visi Perusahaan Visi dari PT AP II adalah “Menjadi pengelola bandar udara bertaraf
internasional yang mampu bersaing di kawasan regional.”
1.3.2
Misi Perusahaan Misi dari PT AP II adalah ”Mengelola jasa kebandarudaraan dan
pelayanan lalu- lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis.”
1.3.3
Tujuan Perusahaan Tujuan Perusahaan sebagaimana yang tercantum di dalam pasal 3
Anggaran Dasar Perusahaan adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan serta untuk memupuk keuntungan bagi Perusahaan dengan menyelenggarakan usaha jasa kebandarudaraan dalam arti seluas- luasnya dan usaha-usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan usaha tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip perseroan terbatas, dengan melalui berbagal program kegiatan yang diuraikan secara lebih rinci untuk mencapai sasaran korporasi dengan strategi bisnis dan fungsional (http://members.bumn-ri.com,2004). 4
1.3.4
Strategi Perusahaan Strategi adalah langkah-langkah yang disusun suatu perusahaan untuk
menjalankan visi dan misi perusahaan tersebut. PT (Persero) AP II telah merumuskan beberapa strategi pertumbuhan adaptif perusahaan seperti yang tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) periode tahun 20042008. Strategi pertumbuhan adaptif tersebut mencakup strategi pertumbuhan gradual dan strategi diversifikasi konsentrik. Strategi pertumbuhan gradual merupakan strategi pengembangan bisnis yang fokus pada pertumbuhan secara bertahap. Strategi Pertumbuhan Gradual merupakan strategi pengembangan bisnis inti yang fokus pada pertumbuhan secara bertahap. Dalam implementasinya, strategi ini antara lain mencakup penataan terminal penumpang Bandara Soekarno Hatta, Bandara Polonia Medan, Bandara Supadio Pontianak, Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan Bandara Sultan Iskandarmuda Nanggroe Aceh Darussalam. Sedangkan Strategi Diversifikasi Konsentrik mencakup diversifikasi pengembangan usaha yang terkait (related) baik layanan jasa Aeronautikal maupun Non Aeronautikal dan jasa penumpang lainnya meliputi pembangunan hangar, terminal kargo, airport railway, airport shopping mall, real estate dan lain- lain yang diterapkan di bandara cabang sesuai dengan kondisi masing- masing bandara dengan memanfaatkan pasar teknologi dan sumber daya perusahaan yang ada. Kedua strategi tersebut diatas tercakup dalam dua skenario strategi yaitu Strategi Utama dan Strategi Fungsional. Adapun perincian dari strategi pertumbuhan adaptif tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
lalu- lintas
udara
dengan
mengimplementasikan teknologi berbasis staelit. 2.
Meningkatkan kualitas pelayanan bandara dengan pengembangan fasilitas terminal dan fasilitas bisnis yang berbasis konsep Airport City.
3.
Memanfaatkan keunggulan teknologi dan kompetensi SDM yang dimiliki untuk mendukung pengembangan bisnis non- aeronautika. 5
4.
Melakukan kerjasama strategis dengan pihak ketiga yang memiliki kompetensi dalam pengembangan binis non-aeronautika;
5.
Meningkatkan nilai perusahaan yang mencakup : • Employe
: equal, opportunity, welfare
• Customer
: service excellence,
• Shareholders : good corporate governance • Society 6.
: economic welfare, social responsibility program
Restrukturisasi orgasnisasi berbasis fungsional menjadi organisasi untuk bisnis.
7.
Mempererat hubungan dengan para stakeholder.
(http://www.angkasapura2.co.id,2005)
1.4
Sumber Daya Perusahaan Sumber daya perusahaan merupakan potensi positif yang dimiliki oleh PT
AP II dalam menjalankan aktifitas kebandarudaraan. Sumber daya unggulan yang dimiliki oleh PT AP II diantaranya adalah sumber daya manusia yang berkualitas dan sumber daya teknologi yang modern.
1.4.1
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia perusahaan dapat terlihat dari struktur organisasi
PT (Persero) Angkasa Pura II. Dewan Komisaris yang terdiri dari satu Komisaris Utama disertai empat Komisaris lainnya. Direksi yang terdiri dari satu Direktur Utama dan lima Direktur untuk setiap bidang dan bawahan divisi yang berbeda. Para pejabat setingkat dibawah direksi yang terdiri dari kurang lebih 34 orang yang mengepalai langsung setiap divisi yang berbeda dan para karyawan yang terdiri dari tenaga kerja tetap sebanyak 4.707 pegawai, 30 diantaranya diperbantukan ke anak perusahaan. Struktur organisasi PT (Persero) Angkasa Pura II dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah. Dari jumlah pegawai tersebut, 1.443 pegawai diantaranya telah mengikuti berbagi program pendidikan, pelatihan dan lokakarya. Program-program tersebut meliputi pendidikan dan latihan orientasi, formal, teknis, substantif serta program pendidikan dan latihan lain yang dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri. 6
BOARD OF COMMISIONER CORPORATE SECRETARY
AUDIT COMMITTEE BOARD OF DIRECTORS
PRESIDENT DIRECTOR
VP OF PLANNING & IT
INTERNAL AUDITOR EVP OF OPERATION & ENGINEERING S
OPERATION & ENGINEERINGS DIRECTORATE
EVP OF COMMERCIAL BUSINESS & DEVELOPMENT
EVP OF FINANCE
COMMERCIAL BUSINESS & DEVELOPMENT DIRECTORATE
EVP OF PER SONNEL & GENERAL AFFAIRS
FINANCE DIRECTORATE
VP OF AIR TRAFFIC SERVICES
VP - OF AERO BUSINESS DEVELOPMENT
VP OF AIRPORT SERVICES
VP - OF NON AERO DEVELOPMENT
VP - OF TREASURY
VP - OF PROPERTY DEVELOPMENT
VP - OF SMALL & MED IUM ENTERPRISE COM. DEVELOPMENT
VP OF FACILITY PLANNING
VP - OF ACCOUNTING & BUDGETING
VP - OF FACILITY QA
VP OF LEGAL AFFAIRS
PERSONNEL & GENERAL AFFAIRS DIRECTORATE
VP - OF HUMAN RESOURCE DEV. VP - OF HUMAN RESOURCE ADM.
VP - OF GENERAL AFFAIR
BRANCH
Gambar 1.1. Struktur Organisasi PT(Persero) Angkasa Pura II
7
1.4.2
Sumber Daya Teknologi Fasilitas Pelayanan dengan teknologi modern yang dimiliki dan
dioperasionalkan oleh perusahaan berguna
untuk
menunjang
pelayanan
penumpang dan penerbangan. PT AP II telah melengkapi bandara-bandara yang dikelolanya dengan beberapa fasilitas dan peralatan canggih seperti: •
Peralatan Flight Procedure Design and Airspace Management (FPDAM), yang sangat membantu penerbang dalam proses tinggal landas maupun pendaratan di bandara.
•
Peralatan Facility Design Aeronautical Mapping (FDAM) untuk membuat peta navigasi udara yang dibutuhkan oleh petugas Air Traffic Services (ATS) dalam menentukan posisi pesawat dan rute penerbangan.
•
Penggunaan Simulation Model (SIMMO D) yang sangat memudahkan proses penghitungan kapasitas suatu ruang udara, kapasitas ruang parkir pesawat dan kapasitas landasan pacu bandara.
1.5
Fasilitas Produksi Fasilitas produksi PT AP II terdiri dari infrastruktur dan peralatan yang
digunakan untuk kegiatan operasional bandara. Beberapa contoh fasilitas produksi PT AP II yaitu antara lain: 1.
Landasan pacu (runaway)
2.
Landasan penghubung (taxiway)
3.
Area parkir pesawat udara (apron)
4.
Bangunan terminal penumpang ( passenger terminal building)
5.
Bangunan operasional
6.
Pergudangan (warehousing)
7.
Area parkir kendaraan bermotor
8.
Peralatan navigasi penerbangan
9.
Peralatan metereologi
10. Peralatan komunikasi penerbangan 11. Peralaan pemanduan pendaratan pesawat udara 12. Peralatan keselamatan penerbangan
8
1.6
Pemetaan Bisnis Perusahaan Ada beberapa jenis bisnis yang dijalankan oleh PT. Angkasa Pura II
dengan menerapkan pola kebijaksanaan yang berbeda untuk masing- masing operasional bisnis tersebut. Tipe bisnis tersebut dikelompokkan dalam bentuk Bisnis Inti (core business), Bisnis pendukung/terkait (supporting business) dan bisnis lain- lain.
1.7
Deskripsi Produk Radio dua arah handy-talkie (HT) merupakan salah satu media komunikasi
yang sudah dikenal sejak lama. Selama ini HT digunakan untuk berkomunikasi pada frekuensi yang sama dan dengan cakupan yang terbatas, tetapi saat ini dengan kemajuan teknologi maka HT (radio trunking) dapat dihubungkan dengan media komunikasi lainnya seperti PSTN dan PABX. Istilah trunking dipakai pada teknik jaringan komunikasi, yaitu usaha untuk menaikkan efisiensi penggunaan saluran, sehingga dengan jumlah saluran yang sedikit dapat dipergunakan oleh pengguna yang lebih banyak. Mekanisme kerja radio trunking yakni membagi saluran sehingga memperbesar kesempatan bicara untuk seluruh pengguna. Hasilnya yakni peningkatan kualitas pelayanan dan mengurangi biaya operasional. Mekanisme tersebut seperti dapat dilihat pada gambar 1.2.
Mekanisme HT konvensional
Mekanisme HT radio trunking
Gambar 1.2. Mekanisme kerja radio trunking
9
Pengaturannya dilakukan oleh sentral telepon. Pada jaringan radio trunking dengan jumlah kanal radio yang terbatas bisa melayani lebih banyak pemakai. Pengaturan dilakukan oleh master controller yang mengatur penggunaan kanal-kanal pada Radio Base Station (RBS=semacam relay atau repeater). Sistem ini mirip dengan sistem selular yang telah kita kenal saat ini. Berikut merupakan beberapa keunggulan HT biasa dibandingkan dengan HT Radio Trunking.
Gambar 1.3 Keunggulan Radio Trunking
1.7.1
Lingkup Proyek Proyek melingkupi pengadaan, pengoperasian, dan pengelolaan serta
pengaturan penggunaan telekomunikasi berbasis Radio Trunking yang diterapkan sebagai Integrated Ground to Ground Communication Sistem (IGCS) atau yang disebut juga sebagai Sistem Komunikasi Barat Terpadu (SKDT) di Bandara Soekarno Hatta dengan PT AP II. Lingkup kegiatan proyek pengadaan dan pengoperasian radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta meliputi mulai dari pendanaan, survey desain, pembangunan sistem Radio Trunking beserta dengan sarana dan prasarananya, proses pemasaran dan pendistribusian produk di Bandara Soekarno-Hatta, proses
10
after sales service dimana perusahaan bertanggung jawab untuk menyediakan teknisi dan suku cadang bila terjadi kerusakan pada pesawat HT radio trunking hingga proses penyediaan jaringan serta perijinan jaringan tersebut. Penyediaan jasa Radio Trunking, berupa jasa-jasa yang disediakan PT AP II melalui sistem Radio Trunking berupa suara, data, maupun jasa informasi lainnya hingga mencapai lebih dari 3000 unit HT dan unit mobile Radio. Pelayanan Administratif yang diberikan oleh petugas pelayanan, yang secara umum meliputi fungsi- fungsi sebagai berikut: •
Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat di lingkungan Bandara Soekarno-Hatta tentang jasa Radio Trunking,
•
Melayani permintaan/pendaftaran pasang baru/mutasi jasa radio trunking
•
Melayani pembayaran berbaga i penjualan/pelayanan jasa radio trunking
•
Melayani dan menuntaskan berbagai keluhan yang berkaitan dengan jasa radio trunking (pengadaan, pelayanan gangguan, dan lainnya).
1.7.2
Keistimewaan Sistem Radio Trunking Sistem yang dimiliki HT ini yaitu dedicated control channel yang akan
memberikan jaminan pengaturan kanal di setiap site secara optimum serta memiliki kemampuan-kemampuan yang diharapkan oleh PT AP II untuk kebutuhan di Bandara Soekarno-Hatta, antara lain: •
Panggilan emergency group
•
Level of priority
•
Automatic roaming
•
Network management system
•
Network traffic analysis
•
Electronics serial number system
•
Subscriber management system
•
Dispatcher
Disamping itu terdapat berbagai features yang telah tersedia, seperti: •
Interkoneksi dengan PABX dan PSTN
•
Roaming dengan network bandara lain melalui koneksi satelit (VSAT)
11
•
Fasilitas untuk melakukan grouping, levelling, private, dan broadcasting yang sangat komprehensif.
1.7.3
Pengguna Sistem Radio Trunking Pengguna radio trunking di bandara Soekarno-Hatta terdiri atas:
penyelenggara Jasa Penerbangan (Operator Penerbangan) dan perusahaan Jasa Penunjang Bandar Udara, didalamnya termasuk Ground Handling Services, InFlight Catering Services, Air freight Cargo&Mail Services, Aircraft Fuel-Oil Fluids Services dan Aircraft-Airport Support Services serta penyelenggara jasa lainnya yang beroperasi di bandara Soekarno Hatta seperti petugas bea cukai, imigrasi, kepolisian, dan lain- lainnya.
1.8
Isu Bisnis Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandara terbesar dan
tersibuk di Indonesia. Kenyataan ini tentu akan dibarengi dengan dibutuhkannya pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat. Untuk itu kerjasama dan koordinasi yang baik dalam lingkunan kerja yang bergerak dengan sangat cepat sangat dibutuhkan. Media yang menunjang yang sangat dibutuhkan antara lain perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai. Perangkat media telekomunikasi dengan sistem Radio trunking merupakan sistem komunikasi radio yang sesuai, praktis, dan aman. Kebutuhan terhadap radio Trunking me rupakan kebutuhan yang mendesak dan mutlak dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Dengan demikian pengelolaan pengadaan radio trunking beserta sistemnya secara efektif dan efisien akan memberikan manfaat yang maksimum kepada fungsi Bandara Soekarno Hatta. Untuk melihat sejauh mana pengeloalaan pengadaan radio trunking beserta sistemnya membutuhkan studi kelayakan yang ditinjau dari berbagai aspek penting.
12