( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.netBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Terdahulu Dari beberapa penelitian tentang “Hari Akhirat, dampak dan implikasinya terhadap perilaku manusia menurut Alquran” dengan kajian tafsir tematik, belum banyak diulas secara tuntas. Inilah yang mengawali hajat penulis untuk memilih judul disertasi ini. Jika manusia ingin berpikir secara jujur, dan memperhatikan fenomena-fenomena alam yang ada di sekitarnya seperti terjadinya gempa bumi, tsunami atau kematian seseorang, maka seharusnya mereka mengakui bahwa hari akhirat merupa-kan muara dari segala perbuatan manusia. Kalau momentum atau kesempatan yang amat besar dalam hidup dan kehidupan di dunia ini disia-siakan terhadap sikap dan perilaku manusia yang beriman dalam segala aktivitasnya demi meraih kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat, maka sangat disayangkan. Karena kebahagiaan seseorang dalam kehidupan, adalah orang yang mampu menjadikan kehidupan dunianya berkualitas dan bernilai, demi mencapai kebahagiaan pada hari akhirat. Tentulah bagi orang yang beriman dapat menyadari dan memahami bahwa kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan yang paling akhir, yaitu kehidupan yang berkualitas di sisi Tuhan di akhirat. Berbicara tentang hari akhirat, pada intinya adalah mengungkapkan kualitas dan nilai kehidupan manusia pada hari akhirat, sesuai dampak dan implikasinya terhadap perilaku manusia itu sendiri. Juga membincangkan hubungannya dengan balasan segala perbuatan manusia di atas bumi menurut perspektif Alquran. Sehubu-ngan dengan hal tersebut, penulis mencoba menelusuri dan mengungkapkan konsep tersebut di atas menurut Alquran dengan kajian tafsir tematik. Bertolak dari hasil telaah beberapa literatur yang ada, beberapa ahli dan peneliti sekedar menyinggung masalah tersebut dari permukaan saja belum melaku-kan penelusuran
secara mendalam. Adapun penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas, adalah dalam rangka meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi Alquran tentang hari akhirat dan segala hal ihwalnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Buku-buku yang menjadi rujukan sebagai perbandingan bagi penulis disertasi ini, juga tidak membahas masalah tersebut secara khusus seperti buku yang ditulis oleh : - Imam Gazali>, Ihya> ,Ulu>m al-Di>n al-Juz al-Ra>bi’, Maktabah Usaha Keluarga Semarang t. th. - Sayid Qut}ub, Masyāhid al-Qiyāmah fī al-Qurān, Beirut: Dār al-Syurūq, 31 Desember 1947. - M. Qurais{ S}ihab, Perjalanan Menuju ke Abadian Kematian, surga dan Ayat-ayat Tahlil, cet. 2 -Jakarta, Lentera Hati, 2001. - Imam Al-Qurt}ubi, "Mukhtas}ar Taz\kirah Al-Qurt}ubi>” - Imam Abdu al-Rahma>n ibn Ahmad, Daqa>iq al-Akhba>r, Da>r Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyah - ‘Us\ma>n ibn Hasan ibn Ahmad al-Sya>kir al-Khawabawai>, Durrah al-Na>s}ih}i>n, Indonesia-Surabaya: Syarikat Maktabah wa Mat}ba’ah t. d. Dari buku-buku tersebut, penulis mendapatkan gambaran secara umum me-nyangkut permasalahan di atas dan belum mendapatkan hal spesifik yang memu-askan. Hal tersebut, juga mendorong dan memotivasi penulis untuk mengangkat judul ini sebagai tema penelitian dan penulisan disertasi. B. Pandangan Ulama Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang pengertian hari akhirat dan istilah-istilah lain dari hari akhirat, penjelasan tentang pandangan ulama tentang hari akhirat dan hikmah pengungkapan Alquran tentang “al-yaum al-a>khir” (hari akhirat). 1. Pengertian Hari Akhirat Pengertian “ al-yaum al-a>khir” (hari akhirat) secara leksikal menurut bahasa
Arab terdiri dari al-yaum (hari) dan al-a>khir ( yang terakhir/yang akhir). Dalam kamus al-Wasit} disebutkan; مويلا: اهبورـغ ىلا سمشلا عولط نم هرادقم نمز Artinya: Satu hari ialah satu waktu/zaman mulai terbit mata hari sampai terbenam- nya. Sedangkan menurut syara' dikatakan; بورغلا ىلا قداصلا رـجفلا عولط نم هـنأ Artinya: Bahwasanya satu hari ialah mulai terbit fajar s}a>diq sampai tenggelam mata hari. Adapun kata " "رـخالاartinya yang akhir lawannya لوالا. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan, "akhir" artinya belakang, yang belakang sekali, kemu-dian. Sedangkan kata “akhirat” ialah alam setelah kehidupan di dunia atau alam baka. Sedangkan menurut istilah al-yaum al-akhir (hari akhirat) dalam Tafsi>r al-Kasysya>f disebutkan; رـخالا مويلا: هـل دـح ال يذلا تقوـلا هـب داري نأ زوـجي, عطقني ال يذلا مـئادلا دبالا وهو تاقوالا نع هرخأتل ةيضقنملا, رانلا لهأ و ةنجلا ةنجلا لهأ لخدي نأ ىلا روشنلا نم دودحملا تقولا داري نا و رانلا.هدـعب تقولل دـح ال يذلا ةدودحملا تاقوالا رـخّا هنال
Artinya: Hari Akhir dimaksudkan suatu waktu yang tak terbatas, yaitu masa yang terus menerus, tidak terputus karena terkebelakang dari waktu-waktu yang telah lalu. Dan juga dimaksudkan suatu waktu yang terbatas dari hari ke-bangkitan sampai masuknya penghuni surga ke dalam surga, dan penghuni neraka masuk neraka. Karena hari akhir adalah akhir waktu-waktu yang tertentu tak ada batas bagi waktu sesudahnya. Sedangkan dalam Tafsi>r al-T{abari> disebutkan, ةـمايقلا موي ثعبلاب ينعي رـخالا مويلا, رخّا هـنال رخالا مويلا ةـمايقلا موي يمس امنا و هاوس هدعب موي ال موي Artinya:
Hari akhirat yakni kebangkitan pada hari kiamat. Dan disebut hari kiamat itu hari akhirat karena hari akhir sekali, tidak ada lagi hari sesudahnya, selainnya. Sementara dalam Tafsi>r Ru>h al-Ma'a>ni> al-yaum al-akhir disebutkan; رخالا مويلا: يهانتي ال ثيحب رشـحلا نم مـئادلا تقولا هـب داري نأ لمتحي, ام وأ نيرفاكلا و نينمؤملا لك رارقتسا ىلا هنم ىلاعت هللا هـنيع. Artinya: Hari akhirat, maksudnya ialah waktu yang sangat lama pada hari perhimpunan, dengan tidak terbatas. Atau waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt sampai kepada waktu yang telah ditetapkan (dijanjikan) kepada semua orang yang beriman dan orang-orang kafir. Sedangkan dalam Alquran ungkapan ”al-yaum al-a>khir” seperti yang terdapat dalam Alquran Surah al-Baqarah ayat 8, 62 dan ayat 177, artinya ialah hari akhir. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa,“hari akhirat” ialah suatu hari atau waktu yang akan datang kemudian, sejak hari kematian seseorang sampai hari yang paling akhir yaitu surga dan neraka di negeri akhirat. Sebagai landasan tioritis dalam pembahasan selanjutnya dikemukakan ayat 177 surah al-Baq arah berikut :
Terjemahnya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi kebajikan itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicingtainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), dan peminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, untuk melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janji apabila berjanji dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Ayat tersebut menjelaskan pokok-pokok kebajikan salah satu diantaranya ialah beriman kepada hari akhir setelah beriman kepada Allah swt. Ayat tersebut penulis menjadikan landasan pemikiran dalam kajian selanjutnya, karena secara kausalitas ayat tersebut mengemukakan pokok-pokok kebajikan yang berkaitan dengan perilaku manusia yang beriman. Alquran menggunakan kata “al-yaum” dengan isim ma’rifah mufrad/tunggal, baik ditandai dengan dimasuki huruf ali>f dan la>m ()لأ, maupun disandarkan kepada isim ma’rifah, sebanyak tiga ratus empatpuluh sembilan kali (349), yang bermakna “pada satu hari atau masa atau zaman.”Isim nakirah “موي
” digunakan 16 kali. Isim mufrad yang
disandarkan kepada isim mud}mar mukha>tab jama’ ))مكمويdigunakan 5 kali dan jama’ mud}mar ga>’ib ( )مهمويdigunakan 5 kali. Sedangkan perkataan “ ”ذئمويdigunakan 68 kali.Sementara isim jama’ ( ) مايأdigunakan sebanyak 23 kali. Adapun perkataan " "رخالاkata sifat dari “ ”مويلاyaitu " "رخالا مويلاdigunakan dalam Alquran sebanyak 26 kali, yang artinya satu hari yang akhir atau hari yang terakhir. Sedangkan perkataan ةرخالا mendapat tambahan ta>’ ( ( ةmarbu>tah digunakan seratus lima belas (115) kali.”Demikianlah sekilas esensi hari-hari dalam Alquran. 2. Nama lain hari akhirat menurut Alquran
Berbicara tentang "hari akhirat,"Alquran menggunakan banyak istilah, antara lain adalah:Yaum al-Qiyāmah, Yaum al-Ba's\, Yaum al-Nusyu>r, Yaum al-Tala>q,Yaum al-Mi>’ād, Yaum al-Hasyar, Yaum al-H{isāb, dan Yaum al-Dīn. a.Yaum al-Qiyāmah Yaum al-Qiya>mah Alquran mengungkapkan sebanyak 70 kali. Secara leksikal kiamat " "ةمايقلاterambil dari fi'il " ماق- موـقي- امايـق- " ةـمايـقartinya berdiri, bangkit. "" ةمايقلا
juga semakna dengan kata " " ةعاسلاbentuk jamak dari " "عئاسلاsemakna dengan "كلاهلاا " artinya hancur/binasa, rusak. Al-Qurt}u>bi> mengungkapkan "ةمايقلا مويب مهبرل هيف سانلا موـقي مويب يأ Artinya: Hari kiamat, yaitu hari yang padanya manusia berdiri akan menghadap kepada Tuhannya. Dalam Tafsir al-T{abari> disebutkan ةمايقلا موي: ايندلا يف هب لـحي يزـخلا دعب مكنم كلاذ لعفي نم دري ةعاسلا موقت موي يأ هـئادعآل هللا دـعأ يذلا باذعلا دشأ ىلا هللا ةيصعم ىلع ءازج Artinya: Hari kiamat ialah hari terjadinya kehancuran, orang akan dikembalikan kepada kehinaan sesuai dengan perbuatannya di dunia sebagai balasan atas kemak-siatannya kepada Allah, kepada azab yang lebih dahsyat yang telah disiapkan oleh Allah untuk musuh-musuh-Nya. Para ulama menjelaskan bahwa ada dua macam kiamat, pertama kiamat kecil yaitu saat kematian seseorang, dan kedua kiamat besar yang bermula dari kehancuran alam raya. Dari beberapa ungkapan di atas, dapat disimpulkan bahwa yaum al-qiya>mah adalah suatu masa yang akan terjadi kehancuran dunia secara besar-besaran setelah itu semua manusia dibangkitkan dari kuburnya menuju proses penerimaan ganjaran pahala bagi para pelaku kesalihan dan azab bagi para pelaku kejahatan. b.Yaum al-Ba's\
Yaum al-ba’s\ secara leksikal bahasa Arab terdiri dari, yaum dan al-ba's\ artinya hari kebangkitan,membangunkan ()هظقيا.menyebarkan/tersebar, mengutus/ utusan (و رشنلا )لاسرالا. Kata al-ba’s\ berakar kata dari " ثعب- "اثعب – ثعبيartinya mengutus, atau utusan. Adapun menurut istilah adalah, مهروبق نم ءايحأ سانلا جارخا وه، مهنيب ءاضقلا و مهباسحل رشحلا فقوم ىلا مهلاسرا و مهئازجو. Artinya: Yaum al-ba's\ ialah hari dikeluarkannya semua manusia dari kuburnya dalam keadaan hidup kembali dan diutus kepada suatu tempat perhimpunan, untuk mereka dihisab dan diadili antara mereka kemudian mereka diberikan ganja-ran pahala atau siksaan. مهتوم دعب قلـخلا هللا ثعب, مهرشنأ و مهايـحأ Artinya: Allah swt. membangunkan manusia sesudah mereka meninggal. Ia meng- hidupkan dan membangkitkan mereka. Yaum al-ba’s\ kata ”yaum” yang disandarkan kepada ”al-ba’s\” Alquran meng-ungkapkan dua kali. Sedangkan kata ”ba’s\” dan segala tasrifnya Alquran mengguna-kan enam puluh tujuh (67) kali. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yaum al-ba's\ adalah satu hari atau waktu yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Pada hari itu semua manusia yang telah mati dihidupkan dan dibangkitkan kembali dari kuburnya menuju suatu tempat perhimpunan dalam proses pemeriksaan segala amal manusia, kemudian dimasukkan ke dalam surga atau neraka. c. Yaum al-Nusyu>r Menurut bahasa kata al-Nusyu>r berarti tersebar, hidup, bangkit/ bangun, kembali. Kata ini juga berarti hari kiamat. Sedangkan menurut istilah ; روشنلاب دارملا: باسحلا موي يف تاومالا ايحا Artinya: menghidupkan orang yang sudah mati pada hari hisab. Juga berarti, , مهايحأ و مهثعب اروشن ىتوملا هللا رشن
Artinya: Allah membangunkan orang yang sudah mati dan menghidupkan mereka. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa, yaum al-Nusyu>r ialah suatu waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt. untuk membangun-kan dan menghidupkan kembali semua manusia yang telah meninggal menuju suatu tempat yang telah ditetapkan oleh Allah swt. dalam rangka proses hisab/pemeriksaan amal. Hari kiamat disebut dengan istilah yaum al-nusyu>r karena semua manusia dibangunkan kembali dari kuburnya dan bertebaran di atasnya. Juga dikatakan hari kembali, karena semua manusia akan dikembalikan kepada Allah untuk mendapatkan balasan dari amalnya di dunia. d. Yaum al-Talāq Berbicara tentang yaum al-tala>q, Alquran surah al-Mukmin /40: 15 menye-butkan: ِهِداَبِع ْنِم ُءاَشَي ْنَم ىَلَع ِهِرْمَأ ْنِم َحوُّرلا يِقْلُي ِشْرَعْلا وُذ ِتاَجَرَّدلا ُعيِفَر ( ِقاَلَّتلا َمْوَي َرِذْنُيِل15) Terjemahnya: (Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai `Arsy, Yang mengu-tus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). Sehubungan dengan kata “yaum al-tala>q dalam ayat tersebut di atas, Para ulama tafsir berbeda pendapat dengan cara pandang mereka terhadap yaum al-Tala>q. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa hari kiamat disebut yaum al-Tala>q (hari pertemuan), karena pada waktu itu terjadi pertemuan antara Khaliq (Pencipta) dengan makhluk-Nya.Pada waktu itu terjadi pertemuan semua manusia, mulai dari manusia pertama sampai manusia yang paling terakhir diciptakan oleh Allah. Muhammad Ali Baidhawi mengemukakan dalam kitabnya Ru>hu al-maa>ni perkataan Ibnu ‘Abbas dan Qatadah bahwa yang disebut yaumu al-Tala>q (hari pertemuan), karena pada waktu itu terjadi pertemuan antara semua penghuni langit dengan semua penghuni bumi. Pertemuan antara yang menyembah dengan yang disembah, pertemuan antara pekerja dengan pekerjaannya,
pertemuan antara orang-orang yang terdahulu dengan orang-orang yang terakhir. Pertemuan itu di atas suatu tanah lapang yang terbuka dan telah ditentukan oleh Allah sendiri. Dari beberapa ungkapan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yaum al-Tala>q ialah suatu hari yang telah ditentukan untuk berkumpul dan bertemu semua manusia, bahkan dikatakan bahwa pada hari itu semua keturunan manusia dalam garis senasab, akan berkumpul dan saling berkenalan antara nenek-nenek yang terdahulu dengan cucu-cucunya yang paling terkemudian lalu dihisab di hadapan Allah swt. e. Yaum al-H{asyar Secara leksikal al-H{asyr menurut bahasa Arab bermakna al-Jam'u artinya berkumpul, menghimpun terambil dari kata " رشح- رشحي- ارشح. عمج- عمجي- اعمج " مهعمج يأ سانلا رشحartinya menghimpun manusia atau mengumpulkan manusia. Dikatakan; ارشح قلـخلا هللا رشح: مهـقاس و مـهعـجاضم نم مهثـعب Artinya: Allah swt. mengumpulkan manusia dalam satu himpunan. Ia membangunkan mereka dari pembaringannya (tempat tidur) mereka dan betis mereka. Menurut istlah syara' اعرش رشحلا: ءاضقلا و مهباسحل ةمايقلا موي عمجلا فقوم يف مهئايحا دعب قئالخلا عمج مهنيب Artinya: Berkumpulnya semua makhluk sesudah mereka dihidupkan pada suatu tempat perhimpunan di hari kiamat untuk proses perhitungan dan keputusan di antara mereka. دـحاو ديعص يف تاقولخملا عيمج هيف عمجي
عمجلا مويب ةمايقلا موي يمس
نال Artinya: Disebut hari kiamat, hari perkumpulan, karena pada waktu itu dikumpulkan semua makhluk (jin dan manusia) pada satu lapangan yang terbuka.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yaum al- H{asyr adalah suatu waktu atau hari dihimpunkan semua makhluk setelah mereka dihi-dupkan pada suatu tempat untuk pemeriksaan semua amal manusia dan pengadilan mereka. Setelah itu, mereka diberi balasan surga atau neraka. f. Yaum al- H{isa>b Selain istilah yaum al-h}asyr tentang hari akhirat, Alquran juga menggunakan istilah yaum al-h}isa>b (hari perhitungan) atau hari pengadilan, hari pembalasan. Perkataan باسحلاdengan isim ma'rifah, digunakan dalam 25 tempat, sedangkan perkataan اباسح dengan isim nakirah, digunakan empat kali. باسحلاmenurut bahasa semakna dengan دعلا yang artinya perhitungan, pembalasan kumpulan orang banyak. Sedangkan Pengertian menurut Syara' Abdullah bin Salih al-Qus}airi> berkata : اعرش باسحلا: اريخ رشحملا نم فارصنالا لبق مهلامـعأ ىلـع هدابـع ىلاعت هللا عالطا وه ارشوأ تناك. Artinya: Dialah Allah yang akan memeriksa hambaNya atas segala amal perbuatannya sebelum meninggalkan padang mahsyar apakah baik atau buruk. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa ungkapan Alquran dalam istilah yaum al-h}isa>b juga bermakna hari akhir, karena pada waktu itu semua makhluk yang bernama jin dan manusia akan berkumpul pada suatu tempat yang telah dipersiapkan oleh Allah dalam rangka pemeriksaan atau penghisaban semua amalnya, kemudian selanjutnya diberikan ganjaran pahala surga atau siksaan neraka. g. Yaum al-Di>n Menurut bahasa نيدلا مويartinya hari pembalasan. Secara leksikal نيدلاsemakna dengan ( ةلملاagama), ( ديحوتلاtauhid), ( دقتعملاkepercayaan), ( ةدابعلاibadah), ءازجلا (pembalasan). Adapun menurut syar’i ني دلا: ناكرالاب حراوجلا لمع و ناسللاب رارقالا و نانجلاب داقتعالا وه Artinya:
Kepercayaan dengan hati, pengucapan dengan lidah, pengamalan dengan seluruh anggota tubuh. ارش نا و ريخف اريخ نا مهلامعاب مهنيدي ةمايقلا موي قئالخلل باسحلا مويوه نيدلا موي افع نم الا رشف. Artinya: Yaum al-di>n ialah hari pemeriksaan bagi semua makhluk (jin dan manusia) di hari kiamat, akan dibalas semua perbuatan mereka, jika amalnya baik, maka dibalas dengan kebaikan pula, jika jelek maka dibalas dengan kejelakan pula, atau dimaa'fkan. لامعالا ىلع ءازـجلاو ةأفاكملا و باسحلا موي كلم يأ ني دلا موي كلم.
Artinya: Yang menguasai hari pembalasan artinya yang menguasai hari penghisaban, persesuaian, pembalasan atas semua amal perbuatan (manusia). ني دلاberarti pembalasan jika didahului kata مويmenjadi نيدلا مويartinya hari pembalasan. Dari sini dipahami bahwa hari akhirat juga disebut yaum al-di>n (hari pembalasan) karena hari atau waktu itu manusia merasakan pembalasan Tuhan terha- dap segala perbuatan mereka ketika masih hidupa di dunia. Bila mereka telah berbuat kebaikan, maka mereka merasakan kenikmatan yang menyenangkan di surga. Akan tetapi, bila mereka telah berbuat kejahatan, maka mereka juga merasakan siksaan dalam neraka. Yang berkuasa memberikan pembalasan pada hari itu hanyalah Allah Rabb al-‘Ālamin fī al-dunyā wa al-a>khirah. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hari akhirat adalah suatu hari atau waktu yang akan datang kemudian, sejak hari kematian seseorang sampai hari pembalasan segala perbuatan manusia di dunia, yaitu hari yang paling akhir, surga dan neraka. 3. Sifat dan Karakteristik Hari Akhirat dalam Alquran
Allah swt. menggunakan nama-nama lain hari akhirat dan setiap nama mem-punyai sifat atau karakteristik tertentu sesuai dengan maksud pemberi nama itu sendiri. Nama-nama tesebut antara lain Imam Gazali menyebut dalam kitabnya Ihya> ’Ulu>m al-Di>n adalah: ةمايقلا موي,ةقباسملا موي و ةلأسملا موي و ةبساحملا موي و ةمادنلا موي و ةرسحلا موي و و ةعقاولا موي و ةقعاصلا ويو ةمدمدلا مويو ةلازلزلا مويو ةسفانملا موي و ةشقانملا مويو مويو ةفزالا موي و ةيهادلا موي و ةيشاغلا موي و ةفدارلا مويو ةفـجارلا موي و ةعراقلا موي صاصـقلا مويو قاسلا موي و قارفلا موي و قالتلا موي و ةخاصلا موي و ةماطلا موي و ةقاحلا موي و ءاقللا موي و رارقلا موي و رارفلا موي و باذعلا مويو بأملا موي و باسحلا موي و ديعولا موي و رشحلا موي و ءاكبلا موي و ءالبلا موي و ءازـجلا موي و ءاضقلا موي و ءاقبلا ثعبلا موي و عمـجلا موي و لصفلا موي و مكحلا موي و قـحلا مويو نزولا موي و ضرعلا موي و مويو روشنلا موي و نيقيلا موي و ريسع موي و ميقع موي و ميظع موي و حـتفلا موي و عزـجلا موي و عزفلا موي و ةركسلا موي و ةـجرلا مويو ةفـجرلا مويو ةـحيصلا مويو ةـخفنلا موي و دوعوم موي و سوبع موي و دولخلا موي و جورخلا موي و داعيملا موي و تاقيملا موي و كلذ ريغ و رئارسلا ىلبت موي و هيف بير ال موي و نيدلا موي و مواعم موي و دوهشم.... Artinya: Hari kiamat, hari kerugian, hari penyesalan, hari perhitungan segala amal, hari pertanyaan, hari musabaqah, hari perdebatan, hari kegoncangan, hari kebinasaan, hari siksaan yang membinasakan, hari kejadian, hari ketokan (hari kiamat), hari tiupan pertama terompet, hari tiupan kedua terompet, hari bencana, hari bencana besar, hari kesempitan, hari kepastian, hari yang membinasakan dengan sambaran petir, hari kejadian kiamat, hari memekakkan tiupan sangkakala, hari penggiringan, hari panggil memanggil, hari kembali, hari siksaan, hari pelarian, hari kehancuran, hari penuh dengan bahaya, hari penuh dengan ancaman, hari pemisah, hari perkumpulan } hari kemenangan, hari kehinaan, hari maha besar, hari kesulitan, hari keyakinan, hari penyebaran, hari kembali, hari tiupan pertama, hari teriakan, hari penuh dengan pengharapan, hari pembentakan, hari yang sangat menakutkan, hari penuh dengan kegelisahan, hari tempat tinggal, hari yang telah ditetapkan, hari tempat kembali, hari penantian/pengintaian, hari yang menggelisahkan, hari kemiskinan, hari terbelah, hari keluarnya semua makhluk dari kuburnya, hari kelupaan, hari yang ditentukan, hari dikembalikan, hari yang dipersaksi-kan, hari yang tak ada keragu-raguan di dalamnya, dan hari dibukakan semua rahasia. .... dan lain-lain sebagainya. Diantara istilah-istilah tersebut dapat juga ditemukan dalam Alquran seperti: Yaum al-qiya>mah (hari kiamat) diulangi sebanyak 70 kali. yaum al-nafakh (hari tiupan pertama),
yaum al-s}ai>h}ah (hari teriakan), yaum al-rajh (hari penuh dengan
pengharapan), yaum al-zajarah (hari pembentakan), yaum al-faz’i (hari yang sangat menakutkan), yaum al-jaz’i (hari penuh dengan kegelisahan ), yaum al-ma’wa ( hari tempat
tinggal),
yaum
al-mi’ād
(
hari
tempat
kembali).yaum
al-mirs}ād(
hari
penantian/pengintaian), yaum al-insyiqāq ( hari terbelah), yaum al-khurūj (hari keluarnya semua makhluk dari kuburnya), yaum al-tagābun (hari kelupaan), yaum ma’lūm (hari yang ditentukan), al-yaum al-mauw’ūd (hari dikembalikan), yaum masyhūd (hari yang dipersaksikan), yaum lā rayiba fīh (hari yang tak ada keragu-raguan di dalamnya), yaum tubla al-sarāir ( hari dibukakan semua rahasia), yaum al-h}asyr ( hari perhimpunan), yaum al-hisāb (hari perhitungan), yaum al-talāq (hari pertemuan), yaum al-dīn atau yaum al-jazā (hari pembalasan), yaum al-khulūd (hari kekekalan).Yaum al-di>n( hari pembalasan) dan lain-lain sebagainya Demikianlah antara lain dari nama-nama hari akhirat dalam Alquran yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan manusia pada hari itu sesuai dengan perilaku manusia itu sendiri di atas pundak bumi. Penamaan hari akhirat tersebut berdasarkan sifat dan karakteristik yang dikehendaki Sang Maha Khaliq. Nama-nama tersebut memberikan gambaran balasan amal baik dan buruk manusia, dan keadaan hari akhirat itu sendiri.
4. Analisis terhadap Pandangan Ulama tentang Hari Akhirat Sebagaimana telah diyakini, bahwa sesungguhnya hari akhirat adalah suatu keniscayaan yang tak dapat dipungkiri kedatangannya. Ia hadir sesudah dunia fana. Kehidupan di dunia hanya sementara, tidak akan kekal dan semua yang ada di atas bumi akan binasa dan hancur. Perjalanan hidup manusia di atas bumi hanya sebatas usia seseorang yang telah ditentukan oleh Sang Maha Kuasa. Setelah ajal kematian seseorang telah tiba, maka berakhirlah keberadaannya di bumi dan mulailah menem-puh perjalanan baru atau hidup di alam baru yang amat panjang dan lama sekali bila dibandingkan dengan perjalanan manusia ketika berada di atas bumi. Mereka menuju kepada tempat keabadian yang penuh kebahagiaan dan kenikmatan atau penuh kesengsaraan dan penderitaan sepanjang masa, yaitu surga atau neraka.
Oleh karena itu, manusia yang beriman dan menyadari keniscayaan kedata-ngan hari akhirat sebagai tempat kembalinya, sebagai negeri yang abadi, tentulah mereka senantiasa mempersiapkan diri dengan segala macam bekal demi kebutuhan dalam perjalanan yang amat panjang dan lama sekali. Karena mereka meyakini bah-wa sesungguhnya kehidupan di akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan di dunia. Sementara manusia yang lalai, mereka terpedaya dengan kehidupan duniawi yang sangat singkat, sehingga mereka akan merasakan kerugian yang amat besar di alam sana. Al-Ima>m al-Gaza>li> dalam bukunya ”Ihya ‘Ulu>muddin” mengemukakan bahwa pada hari kiamat semua manusia berdiri tegak dengan mata terbuka, tercengang melihat ke atas, tanpa memperhatikan keadaan mereka. Hati mereka tunduk dalam keadaan berdiri selama tiga ratus tahun. Mereka tidak makan sesuap makanan pun dan tidak minum seteguk air serta tidak mendapatkan angin segar. Gazali mengemu-kakan sehubungan dengan firmanTuhan dalam Q.S. al-Mutaffifi>n /83: 6, (َنيِمَلاَعْلا ِّبَرِل ُساَّنلا ُموُقَي َمْوَي6) Terjemahnya: (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada hari kiamat semua manusia berdiri dan berkumpul di hadapan Tuhanya dalam mempertanggung jawabkan semua perbuatannya yang telah diperbuat selama masih ada di dunia. Gazali juga mengemukakan bahwa setiap manusia menggantungkan diri kepada para nabi. Nabi pun berkata, hari ini kita semua sibuk memperjuangkan diri kita masing-masing. Karena hari ini Allah marah kepada kita dan Dia tidak pernah marah sekeras marah-Nya pada hari ini dan tidak pula sesudahnya. Dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw. datang meminta syafa’at untuk orang yang diizinkan sebagai-mana firman Tuhan QS Maryam /19:87 (اًدْهَع ِنَمْحَّرلا َدْنِع َذَخَّتا ِنَم اَّلِإ َةَعاَفَّشلا َنوُكِلْمَي اَل87 ) Terjemahnya: Mereka tidak berhak mendapat syafa`at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud orang yang menga-dakan perjanjian dengan Tuhan Yang Maha Pemurah ialah orang yang telah melak-sanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya atas dasar iman dan taqwa yang sesungguhnya kepada-Nya. Imam Al-Ghaza>li> sebagai seorang filosof dalam bukunya “Ihya> ‘Ulu>m al-Di>n’ mengungkapkan sehubungan dengan kesiapan seseorang menghadapi hari akhirat atau hari kiamat, maka selayaknya bagi setiap orang bekerja keras, memeras keringat, banting tulang untuk menghadapi kematian. Karena tanahlah sebagai tempat pembaringannya, cacing-cacing sebagai teman pergaulannya, Mungkar dan Nakir sebagai teman duduknya, kubur sebagai tempat-nya, perut bumi sebagai tempat menetapnya, hari kiamat sebagai tempat kembalinya, surga atau neraka sebagai tempat kedatangannya. Tidak ada dalam pikirannya kecuali hal kematian, berpikir hanya untuk mati, tidak ada persiapannya kecuali untuk kematian, tidak ada dalam urusannya kecuali untuk kematian, tidak timbul dalam pikirannya kecuali untuk kematian, tidak berhenti kecuali di atas kematian, tidak ada kepentingan kecuali untuk kematian, tidak ada daya kecuali daya Tuhan, tidak ada yang dihindari kecuali untuknya. Pada hakikatnya ia senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi kema-tian, selalu melihat dirinya sebagai penghuni kubur. Beliau memandang semua yang akan datang pasti dekat sekali dan yang jauh tidak akan datang. Dia berkata, kami menyebut hal kematian dan segala hal yang mendahuluinya serta yang akan menyu-sulnya serta ahwa>l hari akhirat, surga dan neraka agar setiap orang yang beriman dapat terdorong untuk mempersiapkan diri menghadapi keniscayaan hari kiamat. Perjalanan sesudah kematian amat sangat jauh, sementara umur tersisa hanya sedikit sekali. Inilah yang sering dilupakan orang. Sementara Ahmad bin Ali bin Hajar al-‘As\qala>ni> dalam bukunya fath al-Ba>ri> fi> Syarh}
S{ah{i>h} al-Bukha>ri>
mengatakan bahwa hari akhirat termasuk di
dalamnya masalah di kubur, kebangkitan, perhimpunan, penghisaban, timbangan, s}ira>t}, surga dan neraka. Sementara Abdullah bin S{a>lih al-Qus}air> lewat bukunya Baya>n arka>n al-Ima>n mengungkapkan al-yaum al-A
mah, yaum
al-ba’s\, wa al-qiya>m li Rabb
al-‘An. Hari akhirat ialah hari kiamat, hari
kebangkitan, dan (semua manusia) berdiri (menuju kepada ) Tuhan semesta alam.” Disebut hari akhirat oleh karena ia datang sesudah dunia ini tiada. Disebut juga hari kiamat, karena semua manusia akan berdiri pada hari itu menuju kepada Tuhan semesta alam dalam proses penghisaban dan pembalasan dari segala aktivitas yang pernah dilakukan selama hidup di dunia. Di samping itu, hari akhirat punya nama-nama lain sesuai peristiwa yang terjadi hubungannya dengan keadaan manusia itu sendiri. Kesemuanya itu menunjukkan kebesaran dan kedahsyatan peristiwa yang terjadi atas keingkaran dan kekufuran manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua manusia hendaknya meyakini dan mempercayai keniscayaan kiamat tersebut, sehingga terdorong melakukan sesuatu yang akan melepaskan atau menyelamatkan dirinya dari segala bahaya yang mengancam keberadaan manusia itu sendiri. Ima>m al-Qurt}ubi> dalam bukunya al-Taz\kirah fi Ahwa>l al-Maut wa Umu>r al-Al kematian dan perkara akhirat. Mulai dari sakrat al-maut, yang merupakan pintu kematian, dicabutnya ruh yang baik dan ruh yang buruk, alam barzakh dan pertanyaan malaikat di dalamnya, menjadikan kubur sebagai taman-taman surga
atau lubang neraka. Dia memandang bahwa kematian adalah pin-tu gerbang
memasuki kehidupan baru
di alam akhirat, mulai di alam barzakh, hari kiamat, hari
kebangkitan, dikumpulkannya semua manusia di alam mahsyar, hari hisab, mizan, s}ira>t}, surga dan neraka. Sayyid Qut}ub dalam bukunya Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n memandang bahwa Alquran telah memperlihatkan adegan-adegan kiamat; kebangkitan, hisab, kenikmatan dan azab (siksaan), sebelum datang alam yang lain. Alam yang di-janjikan kepada manusia sesudah alam sekarang (alam dunia). Di alam ini orang-orang muslim hidup dengan kehidupan yang sempurna. Dalam pertunjukan itu orang melihat adegan-adegan yang dapat mempengaruhi perasaan mereka. Hati mereka terkadang berdebar-debar dan semua badannya menggigil serta kulit mereka menge-rut karena ketakutan. Mereka mengharapkan kedamaian dan ketenangan. Suara mereka dari neraka berkobar-kobar dan
terkadang terhembus angin sepoi-sepoi dari surga. Dari sinilah mereka mengetahui alam a>khar (lain) dengan pengetahuan yang sempurna sebelum al-yaum al-mau’u>d (hari dikembalikannya semua manusia kepada Tuhannya). Di alam ini, menurut keyakinan umat Islam sangat jelas, ada kebangkitan, penghisaban, kenikmatan dan ada siksaan. Orang-orang yang beriman dan menger-jakan kebaikan balasan bagi mereka adalah surga dan segala kenikmatannya. Sedang bagi orang-orang kafir yang mendustakan pertemuannya dengan Allah, bagi mereka adalah neraka dan segala siksaannya. Di sana tidak ada pertolongan, tidak ada tebu-san dari azab Tuhan, tidak ada lagi persahabatan yang dapat membebaskan diri dari kesusahan, hasil perbuatan manusia ditimbang dengan seadil-adilnya tanpa ada penganiayaan sedikitpun. Sementara M. Quraish Shihab dalam bukunya Perjalanan Menuju Keabadian Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil, memandang bahwa kematian adalah kelahiran baru.Dia memandang bahwa kematian di atas pentas bumi adalah kela-hiran baru manusia, sedangkan sebelum kelahiran pertama manusia, perut ibunya adalah hunian atau buminya. Lebih lanjut, dia mengemukakan bahwa ketika manusia berada dalam perut ibunya, janin berhubungan dengan ibu melalui tali pusar, ketika kelahirannya yang pertama, tali pusar itu diputus agar dia dapat bebas bergerak di bumi yang baru. Ketika itulah ia lahir dalam keadaan selamat menempati bumi ini sebagai alam baru. Lebih jauh M. Quraish Shihab memandang bahwa dalam kehidupan manusia di bumi, ada juga tali yang menghubungkannya dengan bumi yang di alam sana. Ketika manusia baru saja lahir ke alam bumi ini, ia disambut oleh orang lain yaitu keluarga dekatnya utamanya bidan yang mengurusi kelahiran atau dukun anak terhadap bayi yang baru lahir. Demikian juga kalau seorang yang baru saja memasuki pintu gerbang kematian disambut oleh malaikat, dengan menyiapkan pakaian, selimut dan segala kebutuhan yang diperlukan di alam akhirat. Dalam penjelasan M. Quraish Shihab juga mengatakan bahwa dalam kehidupan manusia di bumi, ada juga tali yang menghubungkannya dengan bumi lain di alam sana. Tali itulah yang diputus ketika mati, sehingga manusia lepas dari hunian lamanya, yaitu bumi untuk
berada di hunian baru. Dia menegaskan kembali bahwa kalau kelahirannya di pentas bumi disebut kelahiran, maka terputusnya tali yang menghubungkannya dengan bumi, juga kelahiran baru. Namun dalam hal ini, dia tidak menjelaskan apa yang dimaksud tali yang menghubungkan manusia dengan bumi, yang menghubungkannya dengan alam sana sebagai hunian baru, sebagaimana tali pusar seorang bayi yang menghubungkan dengan rahim ibunya sebagai buminya. Dia tidak menyebutkan tali yang menghu-bungkan manusia dengan alam bumi seba-gai tempat kelahiran baru. Sebagaimana tali pusar yang menghubungkan dengan ra-him ibu yang terputus sebagai hunian lama, sehingga dia bebas bergerak di alam baru yang dikenal oleh Alquran alam barzakh. Oleh karena itu, timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan tali yang menghubungkan manusia dengan alam dunia ini? Menurut hemat penulis, yang dimaksud tali yang menghubungkan manusia dengan alam dunia adalah umur atau usia seseorang. Jadi kalau umur atau usia seseorang telah terputus karena ajal kematian, maka terputuslah hidupnya di atas pentas bumi. Sekaligus dia memulai kehidupan baru di alam yang baru pula. Alam ini menurut Alquran disebut alam barzakh. M. Quraish Shihab lebih jauh menjelaskan tentang pokok-pokok pandangannya yang meliputi, hidup dan mati, mati adalah karunia, kematian adalah kelahiran baru, kemana nyawa orang meninggal, barzakh, siksa dan kenikmatan kubur, keniscayaan kiamat, kiamat besar, padang mahsyar, hisab, mizan (timbangan), s}irat}, surga dan neraka. Demikianlah pokok-pokok pandangannya tentang existensi perjalanan manusia menelusuri jalan keabadian hingga tiba kepada kekelan hidup yang sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat dengan aneka kenikma-tannya, material dan spiritual di dalam surga. Sebaliknya segala siksaan dan anca-mannya dalam neraka. Yusuf al-Qard}a>wi dalam bukunya al-Khas}a>is} al-‘Ammah li al-Isla>m mengemukakan ةرـخالا ةـعرزم ايندلا ناbahwa dunia ini adalah tempat menanam untuk negeri akhirat. Dunia adalah suatu negeri yang akan dilewati dan tempat kesenangan buat waktu yang telah ditentukan. Sedangkan akhirat adalah negeri tempat tinggal yang abadi, negeri pembalasan. Di kampung itu, balasan segala aktivitas setiap manusia yang telah
diusahakan dan diamalkan selama berada di atas pentas bumi ini disempurnakan. Itulah yang dimaksud firman Tuhan dalam Q.S. al-Zalzalah/ 99: 7-8
(هري اريخ ةرذ لاقثم لمعي نمف٧)(هري ارش ةرذ لاقثم لمعي نمو٨﴾ Terjemahnya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. Ayat tersebut mengiformasikan bahwa di sana adalah negeri untuk menerima balasan pahala bagi orang-orang yang suka berbuat kebaikan di dunia. Di sana pula mereka akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang sesungguhnya lahir dan bathin. Mereka merasakan kebahagian jasadiyah dan ruhaninya dalam surga. Sedang-kan di negeri lain, para pelaku kejahatan menerima siksaan, Di dalamnya terdapat azab atau siksaan lahir dan batin yakni siksaan jasad dan ruhani dalam neraka. Azab tersebut tidak dapat di ukur kecuali hanya Allah swt. sendiri. Itulah neraka yang diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan semua pengikutnya serta peringatan Allah swt. kepada hambanya yang beriman. Itulah maksud firman Tuhan dalam Q.S. al-Tahri>m (66): 6, ُةَراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اوُق اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّيَأاَي َنوُرَمْؤُي اَم َنوُلَعْفَيَو ْمُهَرَمَأ اَم َهَّللا َنوُصْعَي اَل ٌداَدِش ٌظاَلِغ ٌةَكِئاَلَم اَهْيَلَع ( 6) Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Al-Qard}a>wi berpendapat bahawa tempat kembali setiap manusia bukanlah di tangan tukang ramal bukan pula di tangan orang-orang suci, tetapi sesungguhnya tempat kembali manusia ada di tangan mereka sendiri. Mereka sendiri yang menen-tukan tempat kembalinya, di mana dapat disaksikan oleh suratan dirinya sendiri. Mereka mengadili dirinya
sendiri atau menimbang amalnya sendiri. Demikian itulah maksud firman Tuhan Q.S. al-Mukminun /23: 102-103 (َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئَلوُأَف ُهُنيِزاَوَم ْتَلُقَث ْنَمَف۱٠۲)ُهُنيِزاَوَم ْتَّفَخ ْنَمَو (َنوُدِلاَخ َمَّنَهَج يِف ْمُهَسُفْنَأ اوُرِسَخ َنيِذَّلا َكِئَلوُأَف۱٠٣﴾ Terjemahnya: Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Demikianlah keyakinan orang-orang yang beriman baik di timur maupun di barat. Apa yang dikemukakan oleh Al-Qard}a>wi tersebut dapat diterima dengan keya kinan bahwa Allah swt. telah mengutus para nabi dan rasul-Nya. Mereka dibekali petunjuk yang benar melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka sebagai pegangan hidup dalam menjalankan tugas kerasulan. Dalam hal ini, Muhammad bin Abdullah diutus oleh Allah swt. sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Kepadanya diturun-kan Kitab Suci Alquran, sebagai kitab yang terakhir pula diturunkan oleh Allah swt. kepada umat manusia sebagai pedoman dan petunjuk kepada kebenaran. Keyakinan yang seperti tersebut di atas ditegaskan oleh Allah dalam Q.S. Bani> Isra>il/17: 13-14 اًباَتِك ِةَماَيِقْلا َمْوَي ُهَل ُجِرْخُنَو ِهِقُنُع يِف ُهَرِئاَط ُهاَنْمَزْلَأ ٍناَسْنِإ َّلُكَو (اًروُشْنَم ُهاَقْلَي۱٣)اًبيِسَح َكْيَلَع َمْوَيْلا َكِسْفَنِب ىَفَك َكَباَتِك ْأَرْقا.( 14) Terjemahnya: Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagai-mana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. Ayat tersebut menjelsakan bahwa setiap manusia akan menghisab dirinya sendiri pada hari kiamat dan menimbang amalnya sendiri. Mereka (manusia) mem-baca hasil
rekaman petugas Tuhan dari segala perilaku mereka selama berada di dunia, sebagai bukti kebenaran informasi yang disampaikan oleh Alquran. Selanjutnya Muhammad Yusuf Musa dalam bukunya Falsafat al-Akhla>q fi> al-Isla>m mengemukakan bahwa tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Sekalipun metode atau cara orang-orang itu berbeda dalam kehidupan dan pemahaman mereka, namun tujuan mereka adalah sama, yakni kebahagian. Sementara tak ada kebaha-giaan di sisi mereka sesudahnya kecuali kebahagiaan di akhirat dan segala yang telah dijanjikan oleh Allah swt. dalam surga-Nya. Setiap orang mengharapkan dan beru-saha serta memilih jalan untuk sampai kepada kebahagiaan tersebut. Dia menjadi-kannya Alquran sebagai suatu pedoman untuk menjelaskan jalan yang harus ditem-puh oleh seorang muslim. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi mereka bahwa adanya tujuan dan pemahaman yang sesuai dengan tabi’at dan posisi mereka untuk memperoleh kelezatan yang membahagiakan dan menyenangkan. ‘Aid} al-Qarni> dalam karya monumentalnya La> Tahzan menjelaskan hendaklah seorang hamba senantiasa mengingat mati, karena sesungguhnya dia mem bawa mati itu sendiri, ia berjalan menuju mati, ia menunggu kematian pagi sore, dan perkataan yang paling baik disimak ialah ucapan Ali bin Abi Thalib beliau berkata:
ةلبقم تلحترا دق ةرـخالا نا، ةربدم تلحترا دق ايندلا نا و، ال و ةرـخالا ءانبأ نم اونوكف ايندلا ءانبأ نم اونوكت، باسـح ال و لمع مويلا ناف، لمع ال و باسـح ادـغ و. Artinya: Sesungguhnya akhirat perjalanan menuju ke depan, sedangkan dunia perja-lanan yang menuju ke belakang, maka dari itu hendaklah engkau menjadi dari anak-anak akhirat, dan janganlah menjadi dari anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia), adalah hari untuk beramal dan bukanlah hari perhitungan, dan besok (hari akhirat) adalah hari perhitungan, bukanlah hari kerja. Dalam Kitab Syarh{ al-Arba’i>n al-Nawa>wiyah, Muhammad bin S{aleh al-‘Us\aimīn menyatakan bahwa hari akhirat itulah hari kiamat. Disebut demikian karena tidak ada lagi hari sesudahnya. Manusia itu menempuh empat perjalanan, yaitu: perjalanan
ketika dalam perut ibunya, perjalanan di dunia, perjalanan di alam barzakh dan perjalanan di hari kiamat sebagai perjalanan yang terakhir dari segala perjalanan. Di sinilah penetuan akhir perjalanan manusia apakah tinggal dalam surga atau near-ka. Muhammad bin Saleh juga mengemukakan pandangan Syekh Islam Ibnu Taimiyah yaitu; " مويلاب ناميالا يف لـخ دي "توملا دـعب نوكي امم ملس و هيلـع هللا ىلص يبنلا هـب ربـخأ ام لكب ناميالا رـخ الا Artinya: Beriman kepada hari akhirat adalah termasuk mempercayai semua yang disampaikan oleh Nabi saw. termasuk kejadian sesudah kematian. Seperti keadaan di kubur, disebutkan bahwa apabila seseorang yang beriman meninggal dunia dan telah dikuburkan, maka dua malaikat akan datang kepadanya mendudukkan dan bertanya tentang tiga hal, yaitu: “man rabbuka wa ma> di>nuka wa man nabiyyuka” (siapakah Tuhanmu, apa agamamu dan siapa Nabimu ? Ia menja-wab “rabbi> Alla>h wa di>ni> al-Isla>m, wa nabiyyi Muhammad (Tuhanku ialah Allah dan agamaku adalah Islam dan nabiku ialah Muhammad). Maka Tuhan berseru dari langit dengan ucapan, “benarlah apa yang diucapkan oleh hamba-Ku, bentangkanlah permadani buat mereka dan berikanlah pakaian dari surga serta bukakanlah sebuah pintu baginya menuju surga. Kuburnya diluaskan sejauh mata memandang dan udara bertiup sangat menyejukkan hati dari surga. Dia dapat menyaksikan tempatnya di dalam surga dan segala kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah swt kepadanya. Bagi seorang kafir atau munafik, ketika ditanya tiga hal tersebut, dia ber-kata: saya tidak tahu menahu tentang hal itu. Saya telah mendengarkan dari ucapan orang, tetapi tidak sampai masuk ke dalam hatiku. Sesungguhnya iman tidak sampai masuk ke dalam hatinya, melainkan hanya di lidah. Dia tidak memahami arti iman, maka dia tidak dibukakan kuburnya dan tersiksa dalam kubur. Itulah fitnah yang sangat besar bagi para pelaku kejahatan di dunia, kemudian meninggal sebelum bertobat kepada Tuhan. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad saw. menganjurkan untuk senantiasa meminta perlindungan kepada Allah swt. dari azab kubur dalam setiap salat. Pernyataan tersebut bila dianalisis secara cermat dengan pikiran yang jernih dan akal sehat, maka dapat diambil sebagai suatu pelajaran yang sangat
berguna bagi kita sebagai orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Setiap manusia hendaklah senantiasa siap dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan di akhirat. Mereka harus
memperbaiki segala aktivitasnya, selalu memperbaharui
tao-batnya, serta meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa melakukan suatu kegiatan selalu ada campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung. Dia berpegang teguh kepada firman-Nya dalam Q.S. al-Naml /27: 88, (َنوُلَعْفَت اَمِب ٌريِبَخ ُهَّنِإ ٍءْيَش َّلُك َنَقْتَأ يِذَّلا ِهَّللا َعْنُص٨٨( Terjemahnya: … (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dalam ayat lain Tuhan berfirman, Q.S. al-Insa>n (76) : 30, (اًميِكَح اًميِلَع َناَك َهَّللا َّنِإ ُهَّللا َءاَشَي ْنَأ اَّلِإ َنوُءاَشَت اَمَو٣٠)ْنَم ُلِخْدُي (اًميِلَأ اًباَذَع ْمُهَل َّدَعَأ َنيِمِلاَّظلاَو ِهِتَمْحَر يِف ُءاَشَي٣۱( Terjemahnya: Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dia memasukkan siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. Di tempat lain Tuhan berfirman Q.S. al-Takwi>r (81): 29, (َنيِمَلاَعْلا ُّبَر ُهَّللا َءاَشَي ْنَأ اَّلِإ َنوُءاَشَت اَمَو۲۹( Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. Dari beberapa pandangan ulama tentang hari akhirat tersebut, mereka sepakat tentang adanya dan keniscayaan datangnya hari akhirat. Hari akhirat bermula sejak kematian seseorang sebagai pintu gerbang memasuki kehidupan baru yang disebut dengan alam barzakh. Kemudian kebangkitan dari kubur menuju kepada suatu tem-pat perkumpulan semua makhluk manusia sejak manusia pertama sampai manusia yang paling terakhir, yang disebut yaum al-mahsya>r (padang mahsyar) dalam prosesi perhitungan segala amal yang
telah dilakukan selama mereka hidup di dunia. Setelah dilakukan penghisaban segala aktivitas manusia di bumi oleh Tuhan, mereka melin-tasi s}irat} sampai menuju ke alam yang paling akhir yaitu surga dan atau nereka. Dari uraian tersebut dapat diambil hikmah tentang kedatangan hari akhirat. Di -antara hikmah menyebutkan kedatangan hari akhirat itu adalah: 1. Mengukuhkan kebenaran apa yang telah didatangkan dan disampaikan oleh para rasul dan diceritakan oleh kitab-kitab Allah swt. tentang hal ihwal hari kiamat, dan segala hal yang terjadi pada hari akhirat, hubungannya dengan aktivitas manusia sebagai rancangan Tuhan sendiri. 2. Keterangan kebenaran para ahli ilmu dan iman, orang-orang yang membenarkan dengan adanya hari akhirat, serta mengamalkan dan mendakwakan kepadanya sebagimana cara para nabi dan rasul, mengajak kaumnya. 3. Bukti kedustaan orang kafir, munafiqin serta kaum mukaz\z\ibin, terhadap apa yang mereka ingkari dan dustakan, dan kerugian mereka pada hari itu. 4. Pengambilan keputusan atau hukuman antara sesama manusia dengan benar, dan pelaksanaan atau pemberian hak kepada pemilik hak itu sendiri. 5. Balasan orang-orang yang berbuat kebaikan dengan kebaikan pula, dan kejahatan bagi orang-orang yang berbuat kejahatan pula. Allah swt. menghendaki menjadikan diri-Nya sebagai tempat kembalinya manusia kepada-Nya pada hari itu. Mereka dibangkitkan, kemudian dikembalikan kepada-Nya untuk menerima balasan dari apa yang telah mereka perbuat selama masih hidup di dunia. Demikian itulah hikmah yang terkandung dalam menceritakan tentang keniscayaan kedatangan hari akhirat semoga bermanfa’at bagi diri para pembaca dan amal salih bagi penulis di sisi Allah swt.
Kerangka pikir Adapun kerangka pikir tentang penulisan disertasi ini sebagai berikut: Kerangka pikir
ALQURĀN ALHADITS
DAMPAK DAN IMPLIKASINYA
PERILAKU MANUSIA
DAMPAK NEGATIF/ SASARAN NERAKA AL YAUM AL ĀKHIR NEGATIF/KEMAK (hari akhirat) SIATAN Kete
T U J U A N
DAMPAK SASARAN POSITIF/ SYURGA POSITIF/KETAATAN
rangan : : Garis Konsekuensi : Garis Pengaruh Bagan kerangka pikir tersebut menggambarkan secara keseluruhan apa yang menjadi fokus analisis terhadap pembahasan tafsir tematik.