( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut mencakup seluruh aspek yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran. Aspek pembelajaran dapat berupa kesiapan dan kemampuan seorang pendidik, metode pengajaran, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran, sampai pada aspek psikologi berupa kesiapan mental dan perkembangan kejiwaan peserta didik. Tugas seorang pendidiklah
yang harus mampu membaca dan memahami
perkembangan psikologi peserta didiknya. Perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan ajar apa yang akan disampaikan, metode atau cara menyampaikan materi pembelajaran, serta media apa
yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Karena bidang pembelajaran beragam, demikian pula jangka waktu, lingkup pembelajaran serta tingkat perkembangan peserta didik berbeda, maka terdapat beberapa macam bentuk dan format perencanaan pembelajaran. Semua bentuk dan format
perencanaan
pembelajaran tersebut diarahkan pada tujuan yang sama, yaitu terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta relevan dengan misi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut mencakup seluruh aspek yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran. Aspek pembelajaran dapat berupa kesiapan dan kemampuan seorang pendidik, metode pengajaran, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran, sampai pada aspek psikologi berupa kesiapan mental dan perkembangan kejiwaan peserta didik. Tugas seorang pendidiklah yang harus mampu membaca dan memahami perkembangan psikologi peserta didiknya. Perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan tersebut, materi atau bahan ajar apa yang akan
disampaikan, metode atau cara menyampaikan materi pembelajaran, serta media apa yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Karena bidang pembelajaran beragam, demikian pula jangka waktu, lingkup pembelajaran serta tingkat perkembangan peserta didik berbeda, maka terdapat beberapa macam bentuk dan format perencanaan pembelajaran. Semua bentuk dan format
perencanaan
pembelajaran tersebut diarahkan pada tujuan yang sama, yaitu terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta relevan dengan misi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada hakikatnya, bila suatu kegiatan pembelajaran direncanakan terlebih
dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang pendidik harus memiliki kompetensi dalam merencanakan proses pembelajaran. Di samping itu, dengan perencanaan yang baik juga akan lebih memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara maksimal. Karena, suatu proses pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk menggiatkan dan memotivasi peserta didik agar belajar menjadi lebih mudah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Salah satu indikasinya ialah tidak adanya metode pembelajaran yang tepat, yang dapat digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hal ini tampak dari seringnya pergantian kurikulum yang menjadi standar pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Akan tetapi, keadaan tersebut bukanlah halangan bagi seorang pendidik dalam merencanakan proses pembelajaran. Karena, proses pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha yang direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional. Belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses yang
ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk, seperti bertambahnya pengetahuan dan pemahaman, membaiknya sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. Para pendidik di sekolah, sangat diharapkan memiliki keterampilan dalam
merencanakan proses pembelajaran. Pemilihan metode dan penerapan teori belajar akan sangat membantu suksesnya suatu proses pembelajaran. Pendidik perlu membuat suatu perencanaan yang baik dalam proses pembelajaran. Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran, yaitu pesan yang akan disampaikan dalam pembelajaran dan peserta didik. Dalam perencanaan pembelajaran, pemilihan teori belajar/pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Sehingga, tercipta suasana pembelajaran yang kondusif, dan menumbuhkan motivasi yang besar untuk menyenangi materi pelajaran dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Motivasi besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Sebagai contoh, peserta didik yang termotivasi terhadap mata pelajaran bahasa Arab akan mempelajari dam mengikuti proses pembelajaran dengan
sungguh-sungguh, seperti
rajin belajar,
merasa senang mengikuti penyajian pelajaran tersebut, dan bahkan tidak menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan berbagai tugas karena adanya daya tarik yang diperoleh dalam mempelajari bahasa Arab. Peserta didik akan mudah memahami dan menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai motivasi. Oleh karena itu, pendidik perlu membangkitkan motivasi peserta didiknya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh peserta didik, dengan demikian mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar.
Pentingnya motivasi belajar sangat terkait dengan tujuan pembelajaran. Karena setiap pembelajaran memiliki tujuan dan
proses pembelajaran yang dilaksanakan
mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut senada dengan hadis nabi Muhammad saw.
ِباَّطَخْلا ِنْب َرَمُع ٍصْفَح ْيِبَأ َنْيِنِمْؤُمْلا ِرْيِمَأ ْنَع َلاَق ُهْنَع ُهللا َيِضَر: ِهللا لْوُسَر ُتْعِمَسI ُلْوُقَي: ىَوَن اَم ٍئِرْما ِّلُكِل اَمَّنِإ َو ِتاَّيِّنلاِب ُلاَمْعَألْا اَمَّنِإ () ملسم و يراخبلا هاور Artinya: Dari Amīr al-Mu’minīn, Abu> Hafsh ‘Uma>r ibn al-Khat}t}a>b t, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah r bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. (HR. al-Bukhāriy dan Muslim) Memahami motivasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi mereka yang secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran, terutama para pendidik. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan, yaitu: 1. Peserta didik harus senantiasa didorong untuk bekerjasama dalam belajar dan senantiasa berada dalam situasi tersebut, 2. Peserta didik harus senantiasa didorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan dan tujuan belajar dan pembelajaran, 3. Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Mengembangkan motivasi peserta didik terhadap suatu pelajaran pada
dasarnya adalah membantu peserta didik melihat bagaimana hubungan antar materi yang dipelajari dengan dirinya sendiri. Proses ini berarti menunjukkan pada peserta didik bagaimana pengetahuan atau kecakapan mempengaruhi dirinya, membantunya meraih tujuan
dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Peserta didik perlu
menyadari bahwa belajar merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang penting, dan peserta didik perlu memahami bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa perubahan dan kemajuan pada dirinya. Dalam usaha untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik, maka perencanaan pembelajaran merupakan faktor yang dominan yang harus diperhatikan. Karena dalam perencanaan inilah seorang pendidik mempersiapkan metode pembelajaran dan teori belajar yang dipandang paling tepat. Itulah sebabnya, perkembangan teori-teori motivasi sejalan dengan perkembangan teori-teori belajar yang kemudian dimanfaatkan oleh pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi gejala krisis motivasi belajar adalah dengan menerapkan teori operant conditioning B.F. Skinner. Burrhus FrederickSkinner (1904-1990) adalah salah satu psikolog yang menganut teori behaviorisme. Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek- aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Belajar menurut teori ini berarti timbulnya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, dan mementingkan mekanisme hasil belajar. Teori
behaviorisme
dengan
model
hubungan
stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Aplikasi teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau peserta didik. Fungsi akal atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau peserta didik pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behaviorisme. Menurut Skinner belajar adalah perubahan dalam perilaku yang dapat diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik. Sedangkan mengajar adalah mengatur kesatuan penguat untuk mempercepat proses belajar mengajar. Dengan demikian, tugas pendidik harus menjadi arsitek dalam membentuk tingkahlaku peserta didik melalui penguat, sehingga dapat membentuk respon yang tepat di kalangan para peserta didik. Dengan kata lain, fokus nyata dalam proses pembelajaran adalah pemberian penguatan yang konsisten, segera dan positif bagi tingkah laku yang tepat bagi pencapaian tujuan pengajaran yang diinginkan. Pendekatan yang dipopulerkan oleh Skinner adalah Operant Conditioning yaitu suatu situasi belajar di mana suatu respon dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. Dalam pengajaran, operant conditioning menjamin respon-respon terhadap stimuli. Apabila peserta didik tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimuli, pendidik tidak akan mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Pendidik berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Senada dengan pendapat di atas, dalam pendidikan Islam, pendidik mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang berat sekaligus mulia. Dikatakan berat karena pendidik mengemban amanah masyarakat dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Pemberian amanah masyarakat tersebut tidak hanya berorientasi pada transformasi ilmu pengetahuan (menghafal beberapa materi pelajaran), tetapi juga sebagai murabbi> dan sebagai dinamisator masyarakat. Sebagai murabbi> ia bertanggung jawab memantau perkembangan kepribadian anak dari segala dimensi sedangkan sebagai dinamisator masyarakat ia bertanggung jawab memberikan pelayanan yang baik, membangkitkan mereka dan mengangkat derajatnya ke arah yang lebih baik. Keberhasilan seorang pendidik dalam mengemban tugasnya baik sebagai murabbi> maupun sebagai agen perubahan dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualifikasi dan kompetensi yang mereka miliki. Tidak mungkin bagi mereka yang tidak memiliki kompetensi dan kualifikasi dapat menjadi pendidik yang berhasil. Karena itu untuk menjadi seorang pendidik dibutuhkan beberapa persyaratan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Dalam pembelajarann bahasa Arab, pandangan yang terbangun selama ini bahwa pembelajaran bahasa Arab terkesan kurang menarik. Hal tersebut sikarenakan materi pelajaran yang susah dipahami, menyebabkan peserta didik kurang berminat dan kurang motivasi untuk mempelajari bahasa Arab. Sehingga, materi-materi yang diajarkan oleh pendidik hanya bersifat angin lalu, dan pada akhirnya pemahaman peserta didik terhadap materi-materi tersebut sangat minim. Selain pandangan tersebut, tantangan lain yang dihadapai pendidik bahasa Arab kelas X MAN Palopo, sebagaimana yang diungkapakan oleh Fahriansyah. Menurut saya tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Arab kelas
X MAN Palopo adalah timbulnya ketidaktertarikan peserta didik dan kurangnya motivasi mereka mengikuti pembelajaran dengan baik. Karena, telah tertanam dalam pikiran mereka image negatif terhadap bahasa Arab. Meraka menganggap pelajaran bahasa Arab tidak begitu penting, tidak dapat menjamin masa depan, serta tidak digunakan dalam persaingan dunia kerja. Kondisi ini menuntut pendidik bahasa Arab menggunakan pendekatan khusus untuk merubah image mereka menjadi positif. Kondisi seperti ini juga memerlukan perhatian dari berbagai pihak terkait. Jika tidak, dikhawatirkan berdampak pada rendahnya pencapaian kompetensi peserta didik pada mata pelajaran bahasa Arab, khususnya di MAN Palopo. Hal ini tentu berdampak pula pada rendahnya mutu lulusan di bidang agama Islam. Padahal, ciri yang seharusnya membedakan madrasah ini dengan sekolah-sekolah umum di sekitarnya adalah keunggulannya di bidang agama Islam. Lebih penting lagi, rendahnya pencapaian kompetensi peserta didik pada mata pelajaran bahasa Arab dapat menjadi faktor penyebab kurangnya minat masyarakat memasukkan anaknya belajar di MAN Palopo. Peneliti optimis bahwa pendapat tersebut di atas dapat diubah oleh pendidik. Salah satu caranya ialah menggunakan metode pembelajaran yang tepat dengan mengacu pada teori belajar yang baik, dalam hal ini yaitu teori operant conditioning. Meskipun teori ini banyak menuai kritikan, namun sampai sekarang teori ini masih mendominasi praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perpendidikan Tinggi, pembentukan perilaku dengan metode drill (pembiasaan) disertai dengan penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment) masih sering dilakukan. Demikian pula dalam parktek pembelajaran bahasa Arab pada kelas X
Madrasah Aliyah Negeri Palopo. Sebagaimana hasil wawancara dengan Fahriansya Menurutnya, bahwa: proses pembelajaran dimulai dengan mengembangkan kurikulum, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para peserta didik. Materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik sudah tersusun dalam buku dan lembar kerja peserta didik (LKS) yang telah ditentukan. Dalam pembelajaran pendidik memegang peran sentral seperti, mempraktekkan cara membaca bahan bacaan (qiraah) dan bahan percakapan (muh}a>das\ah) dengan benar serta menuliskan kosa kata (mufrada>h). Hal ini ia lakukan dengan pertimbangan latar belakang peserta didik yang berbeda, perbedaan kemampuan kecerdasan dan motivasi masing-masing peserta didik. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar peserta didik, yang menjadi tolok ukur utama keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan berbahasa yang tampak, seperti kemampuan membaca dan berbicara serta menulis dengan baik dan benar. Dari penjelasan di atas, peneliti melihat bahwa penerapan teori operant conditioning tidak sepenuhnya diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Unsur teori operant conditioning yang kurang diterapkan yaitu pemberian reinforcement. Berdasarkan fakta dan uraian tersebut di atas, peneliti ingin lebih dalam mengetahui pengaruh penerapan teori belajar behaviorisme, khususnya teori operant conditioning dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab peserta didik kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Palopo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, peneliti mengemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan teori operant condtioning dalam pembelajaran Bahasa
Arab kelas X pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Palopo? 2. Bagaiamana motivasi belajar bahasa Arab peserta didik kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Palopo? 3. Seberapa besar pengaruh penerapan teori operant conditioning terhadap peningkatan motivasi belajar bahasa Arab peserta didik kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Palopo? C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Defenisi Operasional Sebelum peneliti mengemukakan defenisi operasional yang dimaksud dalam tesis ini, terlebih dahulu dikemukakan berbagai istilah yang terdapat dalam judul tersebut sebagai berikut: a. Teori operant conditioning Kata teori dapat dipahami sebagai perinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Sedangkan,Teori oprant conditioning merupakan salah satu teori dalam teori belajar behaviorisme. Behaviorisme berasal dari kata behavior yang berarti kelakuan/perilaku dan tindak-tanduk. Teori belajar behaviorisme secara terminologi merupakan suatu filsafat psikologi yang didasarkan pada proposisi bahwa semua hal yang dilakukan, termasuk organisme bertindak, berpikir dan perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.
Belajar menurut teori behaviorisme terjadi akibat adanya interaksi antara stimulus (S) dan respon (R). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Proses dar S-R terdiri dari empat unsur: 1. Unsur dorongan (drive), 2. Rangsangan (stimulus), 3. Reaksi (respon), 4. Unsur penguatan (reinforcement). Salah satu hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme, yaitu teori Operant
Conditioning
yang dipopulerkan oleh B.F. Skinner. Operant
Conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. Jadi Skinner menganggap reinforcement sebagai faktor terpenting dalam pengajaran. Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : 1)
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2)
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. b. Motivasi belajar Motivasi berasal dari motif
yang berarti segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat pula diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Sedangkan menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik: motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory atau motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Berdasarkan pengertian istilah-istilah sebagaimana telah
diuraiakan di atas,
maka secara operasional penelitian yang dimaksud dalam tesis ini adalah proses pemanfaatan dan mempraktikkan berbagai pokok teori operant conditioning dalam pembelajaran bahasa Arab pada kelas X Madrasah Aliyah Negeri Palopo. Penerapan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatan motivasi belajar bahasa Arab peserta didik. Kegiatan penelitian akan membandingkan motivasi belajar peserta didik yang termasuk kelompok eksperimen, yang menerapkan teori operant conditioning dalam kegiatan pembelajaran dengan kelompok kontrol yang tidak menerapkan teori operant conditioning. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan penerapan teori operant conditioning
dalam
pembelajaran Bahasa Arab kelas X pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Palopo. b. Untuk mendeskripsikan motivasi belajar bahasa Arab peserta didik kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Palopo. c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan teori operant conditioning terhadap peningkatan motivasi belajar bahasa Arab peserta didik.
2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritik Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan teori dan metode pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab, di tengah-tengah banyaknya teori dan metode pembelajaran bahasa yang telah ada. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi solusi alternatif dalam usaha meningkatakan kualitas pembelajaran bahasa Arab, sehingga wawasan kebahasaan peserta didik menjadi lebih luas dalam memahami khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berbahasa Arab.
E. Garis Besar Isi Tesis Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok tesis, maka peneliti mengemukakan garis besar isi tesis yang terdiri dari lima bab sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan dengan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi munculnya permasalahan, kemudian dikemukakan rumusan masalah dan batasan masalah yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya definisi operasional dan ruang lingkup penelitian
agar tidak menimbulkan salah persepsi
terhadap judul penelitian. Berikutnya adalah tujuan dan kegunaan penelitian, untuk mengetahui apa tujuan penelitian yang sebenarnya baik dari segi kegunaan ilmiah maupun kegunaan praktis. Bab kedua adalah landasan teoritis yang mengemukakan operant conditioning dalam perspektif teori. Berikutnya adalah penjelasan tentang motivasi belajar, baik pengertian, prinsip-prinsip motivasi maupun fungsi dan kegunaan motivasi. Pada Bab ini dejelaskan dan dipaparkan keterkaitan antara dua variabel tersebut. Bab ketiga, adalah metodologi penelitian. Pada bab ini dijelaskan jenis penelitian, lokasi penelitian, beberapa pendekatan penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data, sumber data, metode analisis dan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian. Bab keempat adalah hasil penelitian. Pada bab ini dijelaskan tentang kondisi objektif lokasi penelitian Madrasah Aliyah Negeri Palopo. Dijelaskan pula langkah-langkah penerapan teori operant conditioning dalam pembelajaran bahasa
Arab pada kelas X MAN Palopo. Di bab ini pula dideskripsikan kondisi motivasi belajar bahasa Arab peserta didik yang datanya diperoleh dari hasil angket/kuesioner yang diberikan kepada peserta didik. Pada bab ini dijelaskan juga seberapa besar pengaruh penerapan teori operant conditioning terhadap motivasi belajar bahasa Arab peserta didik, dan juga tentang deskripsi perbedaan motivasi belajar antara kelas eksperimen yang menerapkan teori operant conditioning dalam pembelajaran dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan. Bab kelima, yaitu penutup berisi tentang kesimpulan dan implikasi penelitian. Kesimpulan berisi hal-hal penting yang disampaikan secara singkat dari penelitian ini. Sedangkan implikasi penelitian berisi harapan dan saran agar sekiranya penelitian bermanfaat di lokasi penelitian atau kebeberapa pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Tesis ini disertai pula daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang sesuai dengan penelitian.