TUGAS AKHIR
Dosen Pembimbing : Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum
Disusun Oleh: Nama : Mahendra Novan Wijaya NIM : 11.12.6071 Kelompok : J Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA 2011-2012
BAB I PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang Masalah Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia
dan penyertaan-Nya, makalah yang berjudul “Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Globalisasi dan Moderanisasi Pasca Reformasi” ini dapat terselesaikan meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya. Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita.Dan di dalam Pancasila ini terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam ke hidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Banyak kalangan berpendapat bahwa gelombang demokratisasi dapat menjadi ancaman serius bagi identitas suatu bangsa. Dewasa ini hampir tidak satu bangsa pun di Dunia biasa terhindar dari sapuan gelombang besar demokratisasi. Gelombang demokrasi global yang ditopang oleh kepesatan teknologi informasi telah menjadikan dunia seperti sebuah perkampungan global (global village) tanpa sekat pemisah. Lalu dimanakah identitas lokal berada dan bagaimana sebaiknya suatu bangsa menjadi bagian dari proses demokrasi global tanpa arus kehilangan identitas nasionalnya. Bersandar
pada fenomena tersebut, bab ini akan membahas tentang hubungan
identitas nasional dengan globalisasi: pengertian, unsur – unsur pembentuk identitas, globalisasi dan multi kulturalisme.
II.
Perumusan Masalah
1. Masi pentingkah Pancasila untuk Indonesia ? 2. Pancasila pasca Globalisasi ? 3. Apa yang dimaksud dengan reformasi ? 4. Keberadaan Pancasila setelah reformasi ?
III.
Tujuan Penulisan Makalah
. Tujuan Penulisan Makalah a. Untuk mengetahui dan mengerti jatuh bangunnya ideologi Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. b. Menentukan sikap dan perilaku kita, sebagai warga negara Indonesia sesuai ideologi Pancasila dan perkembangan jaman
BAB II PENDEKATAN
Dengan wujud kebijakan ekonomi sebagaimana dikemukakan di atas, harus diakui, tidak semua bangsa akan dapat menyesuaikan diri dengan prinsip globlasisasi sebagaimana dikemukakan di atas. Tidak saja faktor latar belakang sejarah, tetapi juga tradisi dan falsafah setiap bangsa, baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Ekonomi Jepang (misalnya), sebagian besar ekonomi domestiknya akan tetap berlandaskan kolektivisme, sesuai dengan sifat masyarakat Jepang yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan. Hanya sepertiga ekonomi Jepang, yaitu industri raksasa setingkat Toyota, Nissan, Suzuki, Mitsubisi atau pun "Canon", yang mengikuti prinsip-prinsip "free market economy", bersaing di forum perdagangan internasional. Dan ternyata, Jepang mampu bersaing dengan kekuatan raksasa ekonomi dunia, termasuk Amerika Serikat. Sebabnya, karena "kolektivisme" Jepang, secara ekonomi, ternyata lebih efisien dibanding dengan "individualisme" sebagaimana menjadi landasan ideologi "Kapitalisme". Dalam buku "Japan Unmasked", yang ditulis oleh mantan duta besar Jepang di Brazilia, (Ichiro Kawasaki) dikatakan "bahwa secara individual, orang Jepang memang tidak efisien. Tetapi, 10 orang Jepang yang bekerjasama, akan lebih efisien dibanding dengan 10 orang bangsa mana pun juga." Negara-negara Skandinavia, barangkali merupakan contoh yang lain. Ekonomi negara-negara Skandinavia dibangun dengan menerapkan prinsip koperasi. Peran tenaga kerja yang terorganisir di dalam kepemilikan perusahaan adalah sangat besar. Dengan kepemilikan perusahaan oleh tenaga kerja, tenaga kerja terlibat jauh di dalam menentukan eksistensi perusahaan. Ternyata ekonomi negara-negara Skandinavia juga mampu bersaing dalam perdagangan internasional. Kompetisi dalam sistem ekonomi Skandinavia adalah berdasar kompetisi "kolektive", sementara kompetisi secara individual berlangsung di internal perusahaan. Dampaknya, baik pertumbuhan maupun keadilan dapat diwujudkan, oleh karena terjadinya pemupukan kekayaan pada orang per orang dapat dihindari, melalui mekanisme "redistribution of income" yang sangat kuat dari peran koperasi tenaga kerja yang ikut memiliki perusahaan. Keuntungan perusahaan dapat dinikmati oleh setiap tenaga kerja, yang menjadi pemilik perusahaan melalui koperasi tenaga kerja.
BAB III PEMBAHASAN
Eksitensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi Menurut Kamus Bahasa globalisasi didefinisikan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari perhubungan manusia, ini dimungkinkan dari perkembangan teknologi yang sangat cepat. Sedangkan menurut Akbar S. Ahmed dan Hastings Donan memberi batasan bahwa Globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh ( menjadi hal-hal yang biasa dijangkau dengan mudah ). Sedangkan istilah modern sendiri memiliki arti sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan jaman. Pengertian Reformasi dari Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Reformasi merupakan suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut arti kata dalam bahasa Indonesia, pengertian Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto. Jadi pengertian Pancasila dalam konteks modern dan global pasca Reformasi yaitu peranan Pancasila dalam sistem NKRI yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan perubahan jaman. Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan sudah asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa dan ada apa dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami pasang surut masalah negari ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk mengembalikan tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya. Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis yang
berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah kondisi yang lebih baik atas system ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah hancur, menuju Indonesia baru. Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak jelas juntrungnya walaupun secara birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun, mentalitas orde baru masih nampak disanasini. Sedangkan pancasila adalah sebagai ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan dari nilai-nilai luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah ideologi politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal itu tergantung pada daya tahan ideologi tersebut. Ideologi akan mampu bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat bila mempunyai tiga dimensi. Ketiga dimensi antara lain sebagai berikut meliputi 1) Idealisme, yaitu kadar atau kualitas idealisme yang terkandung di dalam ideologi atau nilai- nilai dasarnya. Kualitas itu menentukan kemampuan ideologi dalam memberikan harapan kepada berbagai masyarakat untuk mempunyai atau membina kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun suatu masa depan yang lebih cerah. 2) Realita, menunjuk pada kemampuna ideologi untuk mencerminkan realita yang hidup dalam masyarakat dimana ia muncul untuk pertama kalinya, paling kurang realita pada saat awal kelahirannya. 3) Fleksibilitas, yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi berarti ikut mewarnai proses perkembangan. Sedangkan Menyesuaikan diri berarti bahwa masyarakat berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai-nilai dasar dari ideologi sesuai dengan realita-realita baru yang muncul dan mereka hadapi. Maka dari itu pancasila sebagai ideologi haruslah mempunyai dimensibilitas agar substansi-substansi pokok yang dikandungnya tidak lekang dimakan waktu. Pada masa reformasi yang dimulai dari tahun 1998 hingga masa sekarang, orang-orang mulai menanyakan revelansi dari pancasila untuk menjawab segala tantangan zaman terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang ini. Maka Pancaila menurut saya mutlak masih diperlukan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah, bahwa dunia telah berubah dengan cepat setelah perang dingin usai. Amerika Serikat, yang sekarang menjadi negara adikuasa satu-satunya, telah memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk memaksakan prinsipprinsip Kapitalisme, dengan demokrasi dan "free market economy" nya lebih leluasa, melalui slogan "globalisasi". Benar, bahwa globalisasi telah menjadi "Americanization", sebagaimana ditulis oleh Thomas L Friedman, oleh karena ketidak-berdayaan banyak negara menghadapi AS. Pilihan apa yang harus kita lakukan? Joseph E Stiglitz, mantan Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Presiden Clinton, pemegang hadiah Nobel Ekonomi 2001, "senior economist" pada Bank Dunia, dalam bukunya "Globalization and its Discontent" (2001) menulis, bahwa kita harus mampu mengelola globalisasi, agar globalisasi dapat menampakkan wajah yang "manusiawi". Ia berharap WTO (World Trade Organization) dapat merumuskanthe rules of the gamesnya perdagangan dunia yang adil. Thomas L Friedman, wartawan senior the New York Times, dalam buku: Lexus and the Olive Tree menulis, bahwa bagi negara yang sedang berkembang, untuk menghadapi globalisasi, yang disimbolkan sebagai "Lexus" (merk mobil lux Jepang), maka akar "olive tree" (nama sebuah pohon yang tumbuh di Jerusalem) itu harus diperkuat. Artinya, setiap negara harus mencari jalan, untuk dapat memperkuat ketahanan nasionalnya, politik dan ekonomi, agar mampu bersaing di era globalisasi. Beberapa upaya untuk memperkuat diri, agar mampu bersaing, sebenarnya justru telah diberikan contoh oleh banyak negara maju sendiri, yang memang harus menghadapi realita persaingan yang semakin besar dan terbuka. Negara-negara Eropa (misalnya) membangun negara Eropa Bersatu (European Union), yang tentu saja akan meningkatkan daya saing negara-negara itu menghadapi negara lainnya, termasuk Amerika Serikat. Demikian juga berbagai perusahaan, melakukan merger ataupun kerjasama operasi, untuk dapat menguasai "pasar", misalnya antara Chrysler dengan Volvo atau antara KLM dan Notrhwest Airline, yang sepakat melakukan kerjasama operasi. Prinsipnya, semakin besar dan solid, akan semakin mampu bersaing.
SARAN Untuk menjadi negara yang berkembang pasca reformasi , seharusnya warga Indonesia dapat mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan optimal. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi , dan mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman , makmur , dan nyaman bagi seluruh warga Indonesia.
REFERENSI
Sarbini, dkk. 2010.halaman 67. Sarbini, dkk.2010.halaman 67. http://www.artikata.com/arti-118451-modern.html http://blog-indonesia.com/blog-archive-14554-4.html