Donor Darah Meriahkan HUT Bhayangkara ke 71 Polres Kebumen KEBUMEN, FP – Memeriahkan HUT Bhayangkara ke 71, Polres Kebumen adakan donor darah. Donor darah yang digelar di lapangan tenis Polres Kebumen pada hari Selasa (16/05) pagi, terbuka bagi seluruh personel Polres Kebumen maupun Polsek jajaran. Dijelaskan Kapolres Kebumen AKBP Titi Hastuti, S,Sos, kegiatan donor darah digelar untuk memeriahkan rangkaian kegiatan HUT Bhayangkara ke 71. Bukan hanya polisi saja yang mengikuti aksi kemanusiaan itu, para PNS Polres Kebumen pun juga banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan yang menggandeng PMI Kebumen. Paur Kes Polres Kebumen AIPTU Agus Sunani saat ditemui mengatakan, tidak ada target berapa kantong untuk disumbangkan ke PMI. “Donor ini berdasar pada kesadaran masing masing. Namun juga harus di tes dulu bagi para calon pendonor,” ucapnya. Dijelaskan, hingga selesai acara donor darah, sedikitnya ada 99 pendaftar, namun hanya 37 yang bisa mengikuti donor. Salah satu faktor bisa disebabkan karena kurang tidur, sehingga tekanan darah tidak memenuhi syarat selanjutnya tidak bisa mengikuti donor darah.
Diduga Akibat Aktifitas Galian C, Jalan Krendetan – Somorejo Rusak Parah Purworejo, FP – Jalan kabupatem sepanj ang 2 kilometer didesa Krendetan- Somorejo, rusak parah akibat kendaraan damp truck
pengangkut material galian C milik CV Gunung mulia, hal tersebut sangat dikeluhkan warga dua desa, pasalnya sudah sekitar 7 bulan atau 1 bulan setelah beroperasinya proyek galian C, milik pengusaha Saryoto, yang kurang merespon keluhan warga. Dalam prakteknya puluhan kali dump truk pengangkut material melintasi jalan Krendetan- Somorejo, dan saat warga menanyakan kapan jalan akan diperbaiki ,Saryoto menjawab galian belum produksi, nah kalau sudaj begini siapa yang disalahkan, disatu sisi pengusaha sudah mengantongi ijin, disisi lain warga sangat membituhkan jalur transportasi yang memadai, kata seorangwarga saat dikonfirmasi . Ngadiran (66)salah seoramg tokoh masyarakat desa Ngadirejo menuturkan kepada awak media, katanya sudah 3kali warga kedua desa tersebut mengusulkan untuk segera memperbaiki akses jalan yang sudah banyak memakan korban terjatuh saat berkendara, karena kondisi jalan yamg sudah rusak sangat parah,namun Saryoto tidak serius menanggapinya. Padahal akses jalan tersebut sangat penting karena warga masyarakat kedua desa beraktifitas melintasi jalan tersenut, namun dengan kondisi jalan yang rusak parah, membuat aktifitas waga menjadi terganggu karenanya jelas Ngadiran menandaskan. Ketika akan di konfirmasi Saryoto, tidak bisa dihibungi, dengan alasan permasalahan tersebut sudah diselesaikan melalui MOU dengan tripika kecamatan Bagelen, isinya adalah kesanggupan pihak CV GUNUNG mulia umtuk memperbaiki akses jalan Krendetan-Somorejo terhitung, Senin 7/11, Tapi jalan yang sudah terlanjur rusak nerbulam-bulan tersebut, tidak mungkin direhab secara permanen,lalu bagaimana tanggung jawab moral kepada warga yang selama ini, telah terganggu aktifitasnya , dan menjadi salah satu PR Pemda kabupaten Purworejo, untuk dapat meninjau kembali perijinan proyek galian C, yang dikelola CV Gunung mulia.(Rsk)
Tukang Parkir Bergaya Preman Akan Segera Diganti KEBUMEN, FP – Warga Kebumen tampaknya harus sedikit tersenyum, pasalnya, konotasi buruk bahwa Pasar Tumenggungan yang saat ini dikuasai preman akan segera berakhir. Para tukang parkir yang terkesan seperti pemerintah daerah.
preman
akan
segera
diganti
oleh
Dari hasil rapat terpadu, perekrutan calon tukang parkir pasar induk Kebumen yang dihadiri Polsek Kebumen Polres Kebumen, Satpol PP Kab Kebumen, dan Disperindagsar Kebumen, sebentar lagi tukang parkir yang terkesan kurang bersahabat dan seperti preman akan segera diganti. Dari hasil pantauan Polres Kebumen saat berpatroli di Pasar Tumenggungan, banyak dikeluhkan para sejumlah pedagang dan pengunjung pasar, merasa tukang parkir di pasar yang beralamatkan di jalan Pahlawan kurang ramah bahkan seperti preman. “Banyak yang mengeluhkan pasarnya jadi sepi karena hal itu,” ucap IPDA Suprayitno selaku perwakilan Polsek Kebumen saat mengikuti rapat terpadu. Maka dengan adanya hal itu, akhirnya Pemerintah Kebumen mengambil langkah cepat dengan mengadakan seleksi tukang parkir yang lebih ramah dan santun. Dikatakan Suprayitno selaku Kanit Binmas Polsek Kebumen Polres Kebumen, saat ini 25 calon tukang parkir sudah mendaftarkan diri. Sebagian besar lulusan SMA. “Pembukaan pendaftaran dimulai tanggal, 27 Desember hingga 28
Desember.Para peserta harus mengikuti test tertulis dan wawancara yang meliputi aspek Kejujuran, Kedisiplinan, Kepedulian, Kesopanan, Tanggung jawab, Pengetahuan umum dan Pengetahuan Lalu Lintas,” terang IPDA Suprayitno.
Dinikah Siri Oknum PNS, Anak Latifah Tak Diakui PURWOREJO,FP –
Nasib malang dialami Latifah (37) warga
Kliwonan, Kutoarjo. Betapa tidak, hanya dinikah siri oleh S (45), oknum PNS di suatu instansi di Kecamatan Butuh, tapi setelah punya anak, tidak diakui bahkan ditinggal pergi. Ditemui di rumahnya, Latifah menceritakan kejadian itu. Janda anak satu itu bertemu dengan Suryono sekitar tahun 2005. Pada 2009 Latifah dinikah siri oleh S “S sudah punya istri dan PNS jadi saya hanya dinikah siri,” kata Latifah. Setelah menikah, S tinggal di Kliwonan. Sayangnya kemesraan Latifah dan S tidak bertahan lama. “S suka mabuk-mabukan, cemburuan dan ringan tangan. Bahkan saya pernah beberapa kali dipukuli,” aku Latifah. Tidak tahan dengan kelakuan S, pada bulan Maret 2013 Latifah minta pisah ranjang. S kemudian mengontrak rumah di daerah Bendung Selis, Kutoarjo. Entah karena masih saling cinta atau saling membutuhkan, pada Juni 2015 keduanya bersatu lagi. Hingga pada Desember 2015 Latifah mengandung. Sampai akhirnya pada April 2016 Latifah melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Zulfah Putri Malikta.
Ternyata S tidak mau mengakui bayi itu sebagai anaknya. Alasannya, kehamilan Latifah setelah beberapa bulan berpisah dengannya. Atas penolakan itu Latifah berusaha bicara baik-baik. Latifah tidak menuntut banyak, dia hanya ingin lelaki itu mengakui anaknya dan minta bantuan uang perawatan selama empat bulan. Sebab semenjak melahirkan Latifah tidak bisa berjualan lagi. “Saya hanya minta itu saja, nanti kalau saya sudah buka warung lagi saya besarkan sendiri anak saya,” tutur Latifah. Latifah melaporkan kejadian itu ke kelurahan dan sidang pun digelar. Dalam sidang, S tetap tidak mau mengakui anak yang dilahirkan istri sirinya. S malah menantang pembuktian lewat tes DNA. “Atas dukungan tetangga, pemerintah kelurahan dan saudara saya kemudian melakukan tes DNA di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta,” ucap Latifah. Namun Latifah harus kecewa lantaran pihak rumah sakit menolak lakukan tes DNA tanpa ada surat keterangan laporan dari Polsek Kutoarjo. Latifah pun pulang dengan tangan hampa. Berikutnya Latifah mendatangi Polsek Kutoarjo untuk melaporkan peristiwa yang dialaminya. Lagi-lagi Latifah harus menelan kecewa karena Polsek Kutoarjo tidak mau memproses dengan alasan kasus itu atas dasar suka sama suka. “Kata Polisi yang berhak melaporkan istri sah Suryono,” kata Latifah. Karena itu, Latifah kemudian menempuh cara damai dengan mendatangi pimpinan S selaku atasan. Tujuannya selain mengadu juga untuk memohon agar ada tindakan dari instansinya. Tapi untuk kesekian kalinya Latifah harus memendam kecewa, sebab atasan S tidak berani menindak karena tidak ada laporan
atau pengaduan tertulis. Dengan sederet kekecewaan itu kini Latifah mengaku pasrah dan bertekad akan membesarkan anaknya meski tidak diakui ayahnya. “Sebenarnya banyak yang mau mengadopsi tapi saya tidak mau,” pungkas Latifah. (war)
Bhayangkari Polres Purworejo Beri Tali Asih Kepada Teguh, Bayi Tanpa Kaki dan Tangan PURWOREJO, FP – Dalam rangka Hari Ibu ke 88, Bhayangkari Polres Purworejo melakukan kegiatan sosial berupa anjang sana ke keluaga Teguh, bayi yang lahir tanpa kaki dan tangan putra ke lima pasangan Rambat dan Mudrika, warga Desa Sendangsari, Kecamatan Bener, Rabu (28/12). Dalam kesempatan kunjungan tersebut juga menyerahkan tali asih kepada keluarga Teguh. Bantuan diserahkan oleh Ketua Bhayangkari Polres Purworejo, drg. Irani Satrina (istri Kapolres Purworejo), dan Brigitha Dhyas Asrina ST (istri Kasat Lantas Polres Purworejo) dan Marliyah ( istri Waka Polres Purworejo) kepada kedua orang tua Teguh.
Ketua Bhayangkari Polres Purworejo drg. Irani Satrina mengatakan, kunjungan dan pemberian bantuan tersebut sebagai perwujudan rasa simpati dan sayang anggota Bhayangkari Polres Purworejo. ” Mudah-mudahan keluarganya senantiasa diberi kesabaran dan keteguhan hati sesuai dengan nama anaknya. Kami yakin dibalik semua ini Allah pasti punya rencana lain, ” kata drg. Irani Satrina dengan suara gemetar menahan tangis. Sementara itu, Rambat mengaku terharu dengan perhatian anggota Bhayangkari Polres Purworejo terhadap kondisi putranya. ” Kami hanya bisa mengucapkan terimakasih dan semoga perbuatan baik anggota Bhayangkari Polres Purworejo akan mendapat balasan setimpal dari Allah, ” ucap Rambat.
Suasana haru muncul ketika para anggota Bhayangkari Polres Purworejo secara bergantian diberi kesempatan menggendong Teguh. Bahkan Irani Satrina dan Brigitha Dhyas Asrina ST maupun Marliyah matanya sempat memerah dan suaranya terbata bata menahan rasa haru. Dalam kunjungan itu Bhayangkari Polres Purworejo didampingi pengurus cabang Bhayangkari Polsek Bener dan Kapolsek Bener AKP Aziz.
Dinas Sosial Usulkan Keluarga Anisa Dapat Bantuan Kemensos PURWOREJO,FP – Kondisi keluarga Anisa (10) penderita tumor ganas warga RT 02 RW 8 Kelurahan Kledung Kradenan Kecamatan Banyuurip yang serba kekurangan mulai mengundang simpati
beberapa pihak dan instansi pemerintah. Salah satunya adalah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Purworejo. Kepala Dinsosnakertrans Drs. Sutrisno MM melalui Kepala Bidang Sosial, Sri Lestariningsih mengatakan, pihaknya saat ini tengah mengusulkan agar keluarga Anisa bisa mendapat bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Kemensos RI sebesar Rp 15 juta. “Saat ini kami tengah dilakukan verifikasi status kepemilikannya tanahnya. Karena salah satu syaratnya harus milik pribadi dengan dibuktikan adanya sertifikat” kata Sri Lestariningsih, Senin (29/8) diruang kerjanya. Dijelaskan, selama ini pihaknya juga sudah membantu keluarga penderita melalui Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp 600 ribu per empat bulan sekali dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Selain itu juga lewat Kompok Usaha Bersama (Kube) senilai Rp 20 juta untuk 10 orang anggotanya. ” Dan yang terakhir ya itu tadi, kita sedang upayakan agar keluarganya bisa mendapat bantuan RTLH,” katanya. (War)
Kampanye Keselamatan, Sat Lantas Polres Kebumen Tuntut Realisasi Saber Lanting KEBUMEN,FP – Memasuki 10 hari pelaksanaan Operasi Zebra Candi 2016, sebanyak 1.699 pengendara diberi surat tilang oleh jajaran Satlantas Polres Kebumen, Jumat (25/11/2016). Dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen yang ditilang adalah pengendara sepeda motor. “Pelanggaran memang masih didominasi oleh kendaraan roda dua,” ujar Kasatlantas Polres Kebumen AKP
Aditya Mulya Ramdhani SIK disela-sela kampanye keselamatan berlalu lintas di depan RM Lestari Karanganyar Jumat (25/11) Kasat lantas menuturkan, pelanggaran yang berbuah surat tilang yang dilakukan pengendara berupa tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK atau kelengkapan kendaraan. Pelanggaran lain adalah melanggar rambu/marka, menerobos lampu merah dan melawan arus. Sedangkan untuk kendaraan roda empat, kebanyakan karena tidak menggunakan sabuk keselamatan. Ditambahkannya, Operasi Zebra Candi ini masih akan berlangsung sampai tanggal 29 November mendatang. Operasi ini bertujuan untuk menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran arus lalu-lintas. Selain itu juga untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, karena kecelakaan biasanya diawali dari pelanggaran. Sasaran operasi ini untuk menurunkan berbagai potensi pelanggaran yang saat ini masih ditemui seperti pelanggaran rambu-rambu lalu-lintas, tidak memakai sabuk keselamatan, melawan arus khususnya kendaraan roda dua dan pelanggaran lain,” ucap Kasat Lantas Polres Kebumen. Lanjut Kasat lantas, sebagai tindak pencegahan terjadinya pelanggaran, pihak Satlantas Polres Kebumen juga gencar menggelar sosialisasi kampanye keselamatan berlalu lintas. Khusus di Kebumen, dengan mengambil tema Saber Lanting, akronim dari Sadar Berlalulintas itu Penting. Saber merujuk pada nama yang tengah populer terkait pemberantasan pungli, sementara Lanting adalah makanan khas Kabupaten Kebumen. “Khusus Operasi Zebra kali ini kita kedepan upaya pencegahan sehinga pengguna jalan yang melanggar hanya diberi konseling dan diberi lanting. Diharapkan dari konseling akan diketahui alasan mereka melanggar aturan lalu lintas. Kita mengambil Saber Lanting agar lebih mudah diingat,” kata Kasat Lantas Karena tema itu pula, pada setiap kampanye keselamatan berlalu lintas juga dibagi-bagikan lanting kepada pengguna jalan.
Seperti yang dilakukan di depan RM Lestari Karanganyar kemarin. Mulai dari siswa, anggota klub motor Kebumen dan polisi membagi-bagikan leaflet, souvenir dan lanting kepada pengguna jalan. Selain itu mereka juga membawa berbagai spanduk berisi himbauan keselamatan. Seperti “Jangan ngantuk, pakai helm SNI, jangan ngebut agar selamat sampai tujuan”, Cukup kami yang jadi korban laka lantas, jangan ada lagi” dan himbauan keselamatan berlalu lintas lainnya. Tak ketinggalan pocong jadi-jadian yang turut memeriahkan kampanye. “Pocong ini selalu kami bawa tiap kampanye keselamatan lalu lintas. Tujuannya agar pengendara jangan mencontoh si pocong yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas,” tandasnya. Pada pelaksanaan Operasi Zebra kali ini juga tercatat delapan kecelakaan dengan korban meninggal dunia 2 orang, luka berat 1 orang, luka ringan 16 orang dan kerugian material mencapai Rp 20.55 juta.
RS Panti Waluyo Akreditasi Paripurna
Raih
PURWOREJO,FP – Rumah Sakit Panti Waluyo Purworejo dinyatakan lulus akreditasi dengan predikat Paripurna Tanpa Remidi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Piagam Akredititasi Paripurna diserahkan oleh Staf Ahli Bupati Drg Nancy Megawati Hadisusilo, MM kepada Direktur RS Panti Waluyo Purworejo dr Regowo, M,Kes di Aula Hotel Plasa, Kamis (22/9). Pada kesempatan itu juga dilakukan pelantikan Direktur RS Panti Waluyo Purworejo, dr Regowo, M,Kes masa bhakti 2016 – 2021
oleh Ketua Yakkum Daniel Soegiarto Roestamadji. Ketua Yakkum, Daniel Soegiarto mengungkapkan, selamat untuk pelantikan dr Regowo untuk menjabat pimpinan unit dan diharapkan akan terus menelorkan kreasi-kreasi yang membuat organisasi RS Panti Waluyo Purworejo menjadi semakin hidup. “Selamat pula untuk sebuah hasil kerja keras luar biasa sehingga mencapai nilai Paripurna. Kami bangga dan mengucapkan termakasih untuk sebuah prestasi gemilang yang telah dibuktikan,” kata Daniel Soegiarto. Daniel lmengakui, sejak masuknya dokter Regowo, RS Panti Waluyo berubah jadi seperti sekarang ini. Bahkan di luar dugaan mampu lulus akreditasi paripurna tanpa remidi. Sementara itu Bupati Purworejo yang diwakili Staf Ahli Drg Nancy Megawati Hadisusilo, MM mengatakan, pemerintah daerah memang telah memiliki berbagai institusi kesehatan mulai dari RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun Poliklinik Desa. Namun demikian dengan berbagai keterbatasan yang ada, institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah belum bisa melayani seluruh lapisan masyarakat secara optimal. Oleh karenanya keberadaan institusi kesehatan yang dikelola swasta sangat penting dan strategis dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. “Kita bisa memahami bahwa biaya operasional rumah sakit memang sangat besar sehingga wajar apabila biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit swasta juga relatif lebih mahal. Biaya yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan itu memang dibutuhkan agar rumah sakit swasta dapat membiayai biaya operasional sehingga bisa terus eksis dan berkembang,” kata Nancy.
RS Panti Waluyo Purworejo Hadir dalam kesempatan itu, seluruh jajaran Yakkum, Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu dan sejumlah SKPD. Acara juga diselingi hiburan berupa penampilan dari siswa SD Kriten Seruni dan serapin. Panti Waluyo telah ada sejak tahun 1970, semula bernama RB/BP. Seiring dengan kebutuhan akan fasilitas kesehatan rawat inap, maka tahun 1971 dibukalah pelayanan rawat inap sehingga BP Panti Waluyo berubah menjadi BP/RB Panti Waluyo. Pada tahun 1974, untuk pertama kalinya BP/RB Panti Waluyo mempunyai Pemimpin Unit Kerja seorang dokter fulltimer yang bekerja sampai tahun 1980. Dalam beberapa tahun terakhir ini kemajuan-kemajuan yang sangat pesat. Diantaranya, menjalin hubungan dengan instansi pemerintah khususnya Dinas kesehatan dan BKKBN. Beberapa kali BP/RB Panti Waluyo juga bekerjasama dengan instansi pemerintah menyelenggarakan lomba bayi sehat tingkat kabupaten dan melakukan pelayanan peningkatan kesehatan masyarakat ke desadesa sekitar. Seiring perkembangan jaman, maka Panti Waluyo berusaha berubah dari BP/RB menjadi sebuah rumah sakit. Maka pada awal tahun 1989 didapatlah ijin operasional sementara rumah sakit dengan nama RS Panti Waluyo di Cangkrep dengan kapasitas awal 32 bed. Sejak saat itu Panti Waluyo berupaya terus mengembangkan diri dengan melengkapi sarana prasarananya. Upaya pengembangan terus dilakukan, antara lain, tahun 201 terakreditasi rumah sakit lima bidang pelayanan, tahun 2013penetapan kelas oleh Kementerian Kesehatan sebagai rumah sakit tipe D. Kapasitas rumah sakit juga ditambah, dari yang semula 32 bed menjadi 50 bed. Hingga tahun 2016 ini RS Panti Waluyo Purworejo berhasil memperoleh sertifikat akreditasi Paripurna dengan 15 bidang pelayanan.
Terlunta-lunta di Aceh, Mbah Sumini Akhirnya Ditemukan Keluarganya PURWOREJO, FP – Mbah Sumini (84), warga RT 01 RW 05 Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Kabupten Purworejo yang terlunta-lunta di Desa Pasar, Kecamatan Padang Tiji, Aceh, akhirnya Sudah ditemukan keluarganya. Rencananya hari ini Sabtu (4/3) oleh Dinas Sosial Kabupaten Pidie, Mbah Sumini akan diterbangkan ke Jakarta untuk dikembalikan kepada salah satu keluarganya. Sunami Harjo Dinomo (79), adik kandung mbah Sumini ditemani Totok (36), keponakan mbah Sumini saat ditemui di rumahnya membenarkan kejadian tersebut. Diceritakan, mbah Sumini meninggalkan rumah sekitar 40 tahun lalu. “Awalnya pergi ke Jakarta ikut Supini, anaknya yang ke dua, ” kata Sunami. Setelah beberapa tahun tinggal bersama Supini, mbah Sumini pergi ke Aceh mengikuti Nining, cucunya. Nining adalah cucu mbah Sumini anak dari Sumarni, yang tinggal di Bandung. ” Suami Nining orang Aceh, jadi mbah Sumini ikut ke Aceh karena ingin momong buyutnya, ” kata Sunami. Namun entah karena persoalan apa, setelah beberapa waktu ikut Nining, mbah Sumini tiba-tiba tampa sebab jelas Mbah Sumini pergi dan ditemukan warga sekitar di Pasar Pidie. Saat ditanya warga mbah Sumini yang sudah mulai pikun terlihat bingung dan hanya ingat alamat rumah di Kelurahan Baledono. Keberadaan mbah Sumini terlantar di pasar Pidie menarik perhatian Tagana, komunitas medsos di Aceh. Setelah
Sunami Harjo Dinomo (tengah) adik kandung Mbah Sumini berdiri didepan rumahnya di posting lewat medsos akhirnya keberadaan mbah Sumini diketahui keluarganya yang berada di Kelurahan Baledono. ” Setelah keluarga di Baledono mengetahui keberadaan mbah Sumini kami langsung menghubungi keluarga yang di Aceh, Jakarta dan Bandung. Sehingga kakak saya sekarang sudah aman, ” ujar Sunami. Sementara Totok mengatakan, berdasarkan keterangan Nining saat dihubungi lewat ponsel mengaku bahwa kepergian Mbah Sumini atas kemauan sendiri hanya saja saat pergi dari rumah tidak pamit sehingga membuat kekhawatiran keluarga. ” Jadi tidak benar kalau Mbah Sumini pergi karena diusir dan setiap hari dimarahi apalagi sampai dipukul oleh Nining, ” ucap Totok. Meski demikian pihak keluarga sangat berterimakasi kepada semua pihak karena berkat inform asi lewat medsos mbah Sumini segera mendapat pertolongan. Sekedar diketahui, selama beberapa hari ini banyak medsos yang meposting mbah Sumini, warga Kelurahan Baledono yang terlantar di daerah Pasar Tiji, Aceh. Saat ditemukan mbah Sumini hidup terlunta-lunta, kondisinya
lemah dan kebingungan serta sering menangis. Saat warga sekitar hanya ingat daerah asalnya saja, yakni Purworejo. Mbah Sumini juga mengaku kabur karena tidak betah lantaran sering dibentak-bentak oleh cucunya. Menurut Totok, selama di Aceh, mbah Sumini tinggal di Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Aceh.
Rekatkan Jalinan Keluarga, 41 Anak dan Cucu Digiring Keliling Desa PURWOREJO, FP – Ada banyak cara untuk merekatkan jalinan keluarga besar. Salah satunya dengan tradisi Angon Putu seperti yang dilakukan oleh keluarga Mbah Sapuan (81) dan Lasiyah (75) di Desa Kaliwungu Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Pasangan kakek nenek yang telah memiliki anggota keluarga sebanyak 41 orang ini mengumpulkan seluruhnya dan mengajak berkeliling desa serta ziarah ke makam luhurnya. Pagi itu, Rabu (28/6), Mbah Sapuan berpenampilan layaknya seorang penggembala. Kepalanya bercaping dan tangannya menggenggam cemeti. Raut wajahnya yang keriput tampak cerah. Meski berusia senja, ia bersama sang istri masih tampak sumringah berjalan dan energik memainkan cemetinya. Serupa menggembala kerbau atau ternak itik. Setelah berdoa di halaman rumahnya, Mbah Sapuan dengan sabar menggiring anak, menantu, dan cucu yang berjumlah 41 orang keliling desa. Sepanjang jalan yang dilewati, pemandangan yang jarang dijumpai itu menyedot perhatian warga. “Ini merupakan tradisi Jawa yang dikenal dengan Angon Putu atau menggembala cucu. Syaratnya pasangan suami istri yang
masih utuh sudah memiliki minimal 40 anggota keluarga, terdiri dari anak, cucu, dan buyut,” kata Siswanto, anak tertua dari Mbah Sapuan yang kini menjadi Kepala SDN Plaosan UPT Dikpora Kecamatan Bruno. Bagi keluarga Mbah Sapuan, Angon Putu merupakan salah satu bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT atas karunia keturunan hingga terbentuk sebuah keluarga besar. Angon Putu juga menjadi media perekat anggota keluarga dan menjaga tali silaturahmi.
“Mbah Sapuan memiliki 7 anak dan kini sudah tersebar di sejumlah daerah, seperti Jakarta dan Jawa Barat. Dengan seperti ini anggota keluarga secara lengkap dapat berkumpul dan saling berkomunikasi. Jika ada yang dalam kondisi kesulitan, kita jadi bisa saling membantu,” lanjutnya. Menurut Siswanto, Angon Putu kerap dilakukan warga dengan mengembala anggota keluarga di pasar tradisional. Ibarat ternak, mereka dapat merumput dengan memakan jajanan di pasar tersebut. Namun, keluarga Mbah Sapuan lebih memilih menggiring anakanaknya ke pemakaman yang berada di perbukitan untuk melakukan doa bersama. Di lokasi itu, mereka juga dikenalkan silsilah para leluhur dan anggota keluarganya. “Seiring perkembangan zaman dan pengaruh agama, Angon Putu kita lakukan di makam leluhur. Para leluhur kami dilmakamkan di dua pemakaman, yakni makam Kalipetung dan Kiai Gober di desa ini,” bebernya.
Angon Putu yang berlangsung sekitar 3 jam diakhiri dengan melakukan doa bersama di rumah Mbah Sapuan. Seluruh anggota keluarga juga menyatu untuk makan bersama yang mempresentasikan indahnya sebuah kerukunan.