Mengaplikasikan Nilai-nilai Pancasila Dengan Donor Darah
Disusun Oleh : Nama
: Ihsan Hadi
NIM
: 11.11.5025
Kelas
: S1-TI-06
Kelompok
:D
Dosen
: Drs. Tahajudin.S
Untuk memenuhi satu syarat mata kuliah Pendidikan Pancasila “STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011”
Abstract Sudah seharusnya kita mempelajari, mendalami, menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara. Dan seterusnya untuk diamalkan dalam setiap aspek kehidupan dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila mengandung arti yaitu, dasar yang memiliki lima unsur. Secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila dalam Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Pancasila yang dinyatakan sebagai dasar negara dan juga sebagai pandangan hidup bangsa adalah merupakan hasil kesepakatan bersama menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan sekumpulan kesatuan nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya. Pengamalan secara subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bangsa dan rakyat Indonesia, sedangkan pengamalan secara obyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sebagai salah satu contohnya yaitu dengan menjadi donor darah sukarela. Berdasarkan uraian singkat di atas kiranya kita dapat mengerti dan menyadari bahwa Pancasila merupakan dasar negara kita yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai-nilai dalam setiap sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai warga Negara Indonesia terutama kalangan intelektual sudah seharusnya mempelajari, mendalami, menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara. Dan seterusnya untuk diamalkan dalam setiap aspek kehidupan dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesetiaaan, nasionalisme, dan patriotisme warga negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat negaranya yang secara formal diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan (Undang-undang
Dasar
1945,
dan peraturan
perundang-undangan lainnya). Kesetiaan ini akan semakin kokoh apabila mengakui dan meyakini kebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila sepanjang masa. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu pointnya yaitu kesetiaan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya. Sebagai salah satu contohnya yaitu menjadi donor darah sukarela. Dengan menjadi donor darah sukarela berarti mengamalkan pancasila. Oleh karena itu masalah inilah yang selanjutnya akan dibahas.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti di atas, maka beberapa permasalahan yang teridentifikasi antara lain: 1. Apa pengertian Pancasila ? 2. Mengapa kita perlu mengamalkan nilai-nilai pancasila ? 3. Apa hubungannya donor darah dengan pancasila ?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan 1. Historis Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila. Terbentuknya Pancasila tidak lepas dari sejarah bangsa Indonesia. Dan sejarah bangsa Indonesia tidak lepas dari nilai-nilai Pancasila. Landasan Historis dibagi menjadi 3, yaitu: a. Fungsional (meyakini bahwa Pancasila berasal dari nilai-nilai peradaban kita) b. Material (mengerti dan sadar akan sejarah perjuangan bangsa) c. Formal edukasi (diharapkan menjadi warga Negara yang cinta akan bangsa) Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain
adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Yuridis Landasan yuridis dibagi menjadi 3 : a. Fungsional (secara hukum kita wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila) b. Material (nilai-nilai yang sudah ada digali lagi) c. Formal edukatif (cinta bangsa Indonesia)
B. Pembahasan 1. Pengertian Pancasila Sebelum membahas Pancasila secara mendalam, terlebih dahulu kita mengetahui apa arti dari Pancasila itu sendiri. Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana kita kaji secara ilmiah memiliki pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara serta sebagai kepribadian bangsa. Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta, memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: panca yang artinya lima, syila vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas, atau dasar. Syiila vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting. Katakata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologi kata “Pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima
unsur”. Adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting. Dengan uraian diatas jelaslah bahwa Pancasila yang dinyatakan sebagai dasar negara dan juga sebagai pandangan hidup bangsa adalah merupakan
hasil
kesepakatan
bersama
menjelang
Proklamasi
Kemerdekaan, bukan berasal dari buku Sotasoma dan juga bukan buku Negarakertagama, karena jelas materinya berbeda dan juga makna yang dimaksudkannya juga berbeda. Sehingga jika dinyatakan sudah ada pernyataannya sejak zaman Majapahit adalah tidak benar, walaupun materinya ada dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu, tetapi rumusannya baru kemudian. Istilah
Pancasila
penulisannya
juga
mengalami
proses
perkembangan. Menurut ejaan aslinya yang ditulis dengan huruf latin pertama-tama ditulis dengan “Panca-Syila”. Kemudian disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia lama menjadi “Pantja-Sila”, dan karena itulah “Pantja-Sila” dipakai nama Dasar Filsafat Negara yang isinya merupakan satu-kesatuan, maka menurut Notonagoro (1905-1981) seorang ahli pikir Pancasila secara kefilsafatan, penulisannya tidak dipisahkan, tetapi harus dirangkai jadi satu, yaitu “Pantjasila”, dan kemudian disempurnakan dengan ejaan bahasa Indonesia sekarang yaitu ditulis dengan “Pancasila”.
2. Pentingnya Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan sekumpulan kesatuan nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya, yang kemudian dijabarkan dalam pedoman pengamalan Pancasila. Isi nilai-nilai tiap sila dapat diuraikan sebagai berikut : a. Sila pertama dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, terkandung nilai-nilai religius, antara lain : 1) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat-Nya Yang Maha Sempurna, yakni: Maha
Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan lain-lain sifat yang suci. 2) Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 3) Nilai
ketuhanan
sebagai
nilai
religius
meliputi
sila
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. b. Sila kedua dengan rumusan “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, terkandung nilai-nilai kemanusiaan, antara lain : 1) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia dengan segala hak-hak asasinya. 2) Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia dengan memperlakukan dan memberikan sesuatu yang telah menjadi haknya. 3) Manusia beradab dengan sumber daya cipta rasa karsa dan keyakinan sebagai landasan bertindak sesuai nilai-nilai hidup manusiawi. 4) Nilai kemanusiaan diliputi dan dijiwai sila ketuhanan serta meliputi dan menjiwai sila persatuan, kerakyatan, dan keadilan. c. Sila ketiga dengan rumusan ”Persatuan Indonesia”, terkandung nilai-nilai persatuan dan kebangsaan, antara lain : 1) Persatuan
Indonesia
merupakan
persatuan
sekelompok
manusia yang menjadi warga negara Indonesia dengan citacita hidup bersama. 2) Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
3) Pengakuan ke ”Bhineka Tunggal Ika”-an suku bangsa dan kebudayaan bangsa yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa. 4) Nilai persatuan bangsa diliputi dan dijiwai oleh ketuhanan dan kemanusiaan, serta meliputi dan menjiwai sila kerakyatan dan keadilan. d. Sila keempat dengan rumusan “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”, terkandung nilai-nilai kerakyatan, antara lain : 1) Kedaulatan negara ditangan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan berlandaskan penalaran yang sehat. 2) Manusia Indonesia
sebagai warga
negara
dan warga
masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. 3) Musyawarah untuk mufakat dalam kenegaraan dicapai dalam permusyawaratan
wakil-wakil
rakyat
dengan
dasar
kekeluargaan. 4) Nilai
kerakyatan diliputi dan dijiwai
sila
ketuhanan,
kemanusiaan, dan persatuan, serta meliputi dan menjiwai sila keadilan. e. Sila kelima dengan rumusan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, terkandung nilai keadilan sosial, antara lain : 1) Keadilan dalam kehidupan sosial meliputi semua bidang kehidupan nasional untuk seluruh rakyat Indonesia. 2) Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual, yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. 3) Keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara cinta kemajuan dan pembangunan yang selaras serasi dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
4) Nilai keadilan sosial diliputi dan dijiwai oleh sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan.
Nilai-nilai Pancasila yang bersifat kerohanian ini diyakini kebenarannya sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai luhur Pancasila kemudian dijelmakan atau dijabarkan dalam bentuk pedoman pengamalannya, baik secara subyektif maupun secara obyektif. Pengamalan secara subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bangsa dan rakyat Indonesia, sedangkan pengamalan secara obyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Jadi dalam pengamalan subyektif rakyat yang mengamalkan, dan dalam pengamalan obyektif negara yang mengamalkan(Noor Bakry, 1997:163-165). Di antara dua pengamalan Pancasila diatas, menurut Notonagoro yang utama adalah pengamalan subyektif, karena yang pokok adalah manusianya. Jika manusianya melaksanankan Pancasila otomatis negaranya pun juga akan ikut melaksanakan.
3. Pancasila dan Donor Darah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang monodualisme, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu manusia tidak lepas dari hubungan sosialitas atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sebagai salah satu contohnya yaitu dengan menjadi donor darah sukarela. Karena dengan menjadi donor darah sukarela secara tidak langsung kita telah membantu orang lain yang membutuhkan darah kita. Simbiosis mutualisme. Itulah yang akan kita rasakan jika kita melakukan donor darah, sebab setiap tetes darah yang kita
sumbangkan tidak hanya dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya. Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa membuat kita menjadi lemas adalah salah. Saat kita mendonorkan darah, maka tubuh akan bereaksi langsung dengan membuat penggantinya. Jadi, kita tidak akan mengalami kekurangan darah. Selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, ada lima manfaat kesehatan lain yang bisa kita rasakan, yaitu sebagai berikut: a. Menjaga kesehatan jantung Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko penyakit jantung. b. Meningkatkan produksi sel darah merah Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru. c. Membantu penurunan berat tubuh Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira
650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping. d. Mendapatkan kesehatan psikologis Menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar. e. Mendeteksi penyakit serius Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk mengantisipasi penularan penyakit
melalui transfusi darah.
Sedangkan untuk kita, ini adalah "rambu peringatan" yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.
Setelah menginjak usia 18 tahun, cobalah untuk membiasakan diri mendonorkan darah setiap tiga bulan sekali. Tidak hanya akan memberikan perasaan yang senang karena dapat membantu sesama, namun bermanfaat positif bagi kesehatan tubuh kita sendiri (Astrid Anastasia, 2011). Selain itu juga, dengan menjadi donor darah sukarela maka kita telah mengamalkan salah satu dari nilai-nilai Pancasila. Dan usia maksimal untuk melakukan kebiasaan baik ini adalah hingga berusia 60 tahun.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Pengamalan secara subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bangsa dan rakyat
Indonesia, sedangkan pengamalan secara obyektif adalah
pelaksanaan Pancasila dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Kita sebagai warga negara yang baik wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
B. Saran Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat mengerti dan menyadari bahwa Pancasila merupakan dasar
negara kita yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai-nilai dalam setiap sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan dengan penuh rasa tanggung jawab.
REFERENSI
Bakry, Noor. 1997. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Paradigma Anastasia, Astrid. 2011. 5 Manfaat Jadi Donor Darah. Kompas.com