TRANSPLANTASI ORGAN DAN DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM Supriyanto Pasir
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2015
TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH • Transplantasi organ tubuh termasuk masalah ijtihadi, karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit di dalam al-Qur’an dan alSunnah.
PENCANGKOKAN (MATA, GINJAL, JANTUNG) DARI DONOR DALAM KEADAAN HIDUP SEHAT • Islam tidak membenarkan, dg alasan: 1. Q.S. al-Baqarah ayat 195: ٌٔأَفقٕا فً صبٍم اهلل ٔال تهقٕا بأٌدٌكى إنى انتٓهكة ٔأحضُٕا إ ٍٍُاهلل ٌحب انًحض Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
2. Kaidah Hukum Islam ِج ْهبِ ا ْنًَصَاِنح َ عهَى َ َد ٌو َّ دَ ْزءُ ا ْن ًَفَاصِ ِد ُيق Menghindari kerusakan/risiko didahulukan atas menarik kemaslahatan. 3. Kaidah Hukum Islam ِل بِانضَّسَز ُ ال ٌُزَا َ ُانضَّسَز Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya.
PENCANGKOKAN (MATA, GINJAL, JANTUNG) DARI DONOR DALAM KEADAAN KOMA/HAMPIR MENINGGAL
• Islam tidak mengizinkan, dg alasan: 1. Hadits Nabi Muhammad SAW: ّنَا ضَسَزَ َٔنَا ضِسَازَ (زٔاِ يانك ٔانحاكى ٔانبٍٓقً ٔابٍ ياج )ًُٔاندازقط Tidak boleh membikin mudarat pada dirinya dan tidak boleh pula membikin mudarat pada orang lain.
2. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan hidupnya; tetapi hidup dan mati itu ada di tangan Allah. Karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) atau mempercepat kematian orang lain, sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk mengurangi/menghentikan penderitaan si pasien (Masjfuk Zuhdi, Masa’il Fiqhiyah)
PENCANGKOKAN DARI DONOR YANG TELAH MENINGGAL SECARA YURIDIS & KLINIS • Islam mengizinkan, dengan syarat: 1. Resipien (penerima sumbangan donor) berada dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan nonmedis, tetapi tidak berhasil 2. Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum pencangkokan.
• Dasar pembolehannya: 1. Al-Qur’an surat al-Ma’idah ayat 32:
يٍ أجم ذنك كتبُا عهى بًُ إصسائٍم أَّ يٍ قتم َفضا بغٍس َفش أٔ فضاد فً األزض فكأًَا قتم انُاس جًٍعا ٔيٍ أحٍاْا فكأًَا أحٍا انُاس ًجًٍعا ٔنقد جاءتٓى زصهُا بانبٍُات ثى إٌ كثٍسا يُٓى بعد ذنك ف ٌٕاألزض نًضسف Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
2. Hadits Nabi SAW: ال ٔضع نّ دٔاءً غٍسَ داء ّ تدأٔا عباد اهلل فإٌّ اهلل نى ٌضع دا ًء إ )ًٔاحد انٓس ُو (زٔاِ أحًد ٔانتسيري ٔأبٕ دأد ٔانُضائ 3. Kaidah Hukum Islam: ُانضَّسَزُ ٌُزَال Bahaya itu dilenyapkan/dihilangkan 4. Menurut hukum wasiat, keluarga orang meninggal wajib melaksanakannya.
DONOR DARAH • Islam tidak melarang seorang Muslim/ah menyumbangkan darahnya untuk tujuan kemanusiaan, bukan komersialisasi; baik darahnya itu disumbangkan secara langsung kepada orang yang memerlukan transfusi darah, misalnya untuk anggota keluarga sendiri, maupun diserahkan kepada palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang yang memerlukan.
• Penerima sumbangan darah tidak disyaratkan harus sama dengan donornya mengenai agama/kepercayaan, bangsa/suku bangsanya, dsb. Karena menyumbangkan darah dg ikhlas termasuk amal kemanusiaan yang sangat dianjurkan berdasarkan surat al-Ma’idah ayat 32. • Untuk memperoleh maslahah dan menghindari mafsadah, baik bagi donor ataupun penerima, transfusi harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan terhadap keduanya, harus dipastikan terbebas dari penyakit menular (aids dll).
• Transfusi darah tidak membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien (faktor yg menyebabkan kemahraman sudah ditentukan dlm surat alNisa’ ayat 23)
REFERENSI • MASJFUK ZUHDI, MASA’IL FIQHIYAH • YUSUF AL-QARADHAWI, AL-FATAWA ALMU’ASHIRAH • ABDURRAHMAN MUHAMMAD DHAUDAH, JAAMI’ FATAWA AL-THABIIB WA AL-MARIIDH