Peminat Transplantasi Meningkat Namun Terkendala Donor Organ UNAIR NEWS – Tahun lalu, pasien gagal ginjal yang melakukan cuci darah atau hemodialisis tercatat hampir mencapai 70.000 orang. Diprediksi jumlah pasien cuci darah secara keseluruhan di Indonesia bisa mencapai 225.000 orang. Padahal tahun 2014 lalu, dana BPJS untuk alokasi cuci darah hanya sekitar Rp 2,2 triliun. Jika angka pasien gagal ginjal terus bertambah, maka dana yang diperlukan untuk meng-cover hemodialisis juga semakin besar. Paradigma baru hemodialisis dan transplantasi ini diungkapkan oleh pakar Nefrologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Pranawa, dr, Sp.PD,K-GH dalam acara Dutch Foundation for Post Graduated Medical Course, di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jumat (7/4). Dr. Pranawa mengatakan, saat ini tidak sedikit pasien gagal ginjal yang sebenarnya lebih berminat melalukan transplantasi ginjal. “Kalau diminta memilih, pasien lebih pilih transplantasi dari pada cuci darah. Karena sama-sama mahal, namun transplantasi lebih produktif dan pasien dapat sembuh seperti semula,” ungkapnya. Sayangnya, metode transplantasi ginjal masih terganjal minimnya jumlah donor organ. Beberapa penyebab diantaranya, lantaran keyakinan masyarakat awam yang belum sepenuhnya siap menjadi pendonor organ khususnya ginjal. Masih ada ketakutan dari pendonor maupun pihak keluarga. “Masyarakat belum sepenuhnya mendukung alternatif pengobatan satu ini. Mereka masih takut, khawatir nanti tidak sehat jika
mendonorkan salah satu ginjalnya, dan hidup hanya dengan satu ginjal,” ungkapnya. Padahal sebenarnya tidak demikian. Data Internasional menyatakan bahwa sebenarnya pendonor organ dapat hidup lebih sehat dari pada pasien yang menerima organ. Karena dalam prosedur transplantasi pemilihan organ dilakukan secara selektif dan dipilih dari pendonor yang benar-benar sehat. Untuk itu, Pranawa menekankan, sebenarnya manusia masih bisa hidup sehat walau hanya dengan satu ginjal. Selain terkendala faktor keyakinan masyarakat, minimnya jumlah donor organ juga dipengaruhi oleh aturan yang melarang memperjualbelikan organ. “Secara hukum, jual beli organ tidak diperbolehkan. Untuk itu kami hanya mengandalkan jalur donor organ dari keluarga, untuk menghindari komersialisasi organ. Akibatnya kasus transplantasi di RSUD Dr. Soetomo sedikit sekali. Menurut Pranawa, penting mensosialisasikan upaya preventif untuk menekan jumlah penderita gagal ginjal. “Yang menyebabkan seseorang harus sampai cuci darah sebenarnya bukan karena ginjalnya. Penyebab gagal ginjal karena hipertensi dan diabetes. Jika kita dapat mengobati hipertensi dan diabetes dengan baik, maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah pasien cuci darah,” ungkapnya. FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo telah memulai alternatif transplantasi organ sejak tahun 1988. Namun karena hanya menerima sedikit sekali donor organ, maka sejak tahun 1988 sampai sekarang hanya 42 kasus transplantasi yang berhasil ditangani di RSUD Dr. Soetomo. Menghadapi berbagai Soetomo berusaha kompetensi. Antara transplantasi dari
kendala di lapangan, FK UNAIR-RSUD Dr. mengimbanginya dengan meningkatkan lain dengan mendatangkan beberapa ahli luar negeri melalui kerjasama dengan
yayasan Dutch Foundation. Dutch Foundation adalah sebuah yayasan yang ada di Belanda, dimana tiap dua tahun sekali yayasan ini datang ke Indonesia untuk melakukan kerjasama, antara lain dengan FK UNAIR. Kali ini, Dutch Foundation menghadirkan sejumlah pakar transplatasi dari Belanda, yaitu Prof J.W. de Hans Fijter, Prof Homan Van der Heide, Prof Raechel Toorop, Prof Frank d’Ancona, dan Prof F.L. Moll. “Dengan adanya acara diskusi ini kita bisa berbagi ilmu tentang transplantasi dan sharing berbagai kesulitan. Sehingga tidak hanya berfikir seputar transplantasi saja tetapi juga berpikir langkah preventif, dan melakukan kolaborasi internasional untuk memperbarui pengetahuan,” ungkapnya. (*) Penulis : Sefya Hayu Editor
: Binti Q. Masruroh
Paguyuban Karyawan Purna Bakti UNAIR Himpun Bantuan Bencana Ponorogo UNAIR NEWS – Harapan Rektor akan terbentuknya wadah bagi para tenaga kependidikan (tendik) yang sudah purna tugas di Universitas Airlangga, dalam waktu dekat akan segera terbentuk. Nama organisasinya sudah disepakati, lahir 1 April 2017, dengan nama Paguyuban Karyawan Purna Bakti UNAIR (PKPB UNAIR). Namun, meski organisasinya sudah dilahirkan, tetapi personil pengurusnya belum dibentuk, karena pada pertemuan saat itu masih dihadiri sebagian kecil anggota.
Dijelaskan oleh Dra. Kusmawati, inisiator pembentukan wadahsilaturahim para purna bakti karyawan UNAIR ini, sesuai informasi dari universitas, di UNAIR terdapat 2.525 tenaga kependidikan yang sudah purnatugas yang tinggal di berbagai daerah di Indonesia. Namun inventarisasi personil secara riil dan pastinya, belum diketahui. “Ada usulan dari beberapa teman, diantaranya dari Pak Hadi Gunawan, agar dibentuk dulu panitia kecil untuk merumuskan susunan pengurus, agar nanti ketika dibahas dalam pertemuan lebih besar menjadi lebih cepat,” kata Bu Wati, panggilan akrab purna staf FKH UNAIR ini kepada UNAIR NEWS. Disampaikan juga bahwa visi-misi paguyuban (organisasi) ini sudah disiapkan, tinggal disempurnakan nanti dalam pertemuan berikutnya. Model pertemuannya pun, sementara ini disepakati di kediaman beberapa anggota PKPB yang memungkinkan. Misalnya bulan Mei nanti dilaksanakan di rumah Masugeng Sunaryo, dan setelah Hari Raya di rumah Hadi Gunawan sekaligus halalbihalal. Bantuan Korban Ponorogo Sambil menunggu dibentuknya susunan pengurus PPKB UNAIR, senyampang ada peristiwa bencana besar tanah longsor di Kabupaten Ponorogo, para anggota PPKB UNAIR sepakat untuk berpartisipasi dan berempati membantu meringankan beban penderitaan para korban tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. ”Untuk mengatasi korban bencana itu pastinya butuh biaya besar. Tetapi bantuan barang kok sepertinya sudah melimpah, maka kami sepakat mengumpulkan dalam bentuk uang saja. Kalau nanti dapat banyak maka ada perwakilan yang mengantarkan ke Ponorogo, tetapi jika jumlahnya tak terlalu besar maka kita kirimkan saja ke Pemkab, yang resmi,” kata Dra. Kusmawati. Dalam penghimpunan bantuan duka bencana Ponorogo ini, anggota PPKB sepakat memakai rekening Kusmawati, inisiator paguyuban
PPKB UNAIR. Tetapi dikatakan, sumbangan ini tidak terbatas hanya untuk yang sudah purna (pensiun), tetapi siapapun yang iklas dan berminat membantu korban bisa disalurkan melalui rekeningnya di nomor: 0086-01-027803-53-0, di BRI Cabang Sidoarjo atas nama Drs. Kusmawati. (*) Penulis: Bambang Bes
UNAIR Terima 1.830 Mahasiswa Baru Jalur SBMPTN UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menerima mahasiswa baru dari jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) tahun 2017 sebanyak 1.830 mahasiswa. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih, saat konferensi pers acara peluncuran resmi SBMPTN 2017, Selasa (11/4), di Panitia Lokal 50 SBMPTN, Universitas Negeri Surabaya. “Proses SBMPTN tahun 2017 yang telah dimulai ini akan menguntungkan ribuan atau bahkan ratusan ribu para lulusan SMA (sekolah menengah atas). Karena proses ini akan menentukan nasib mereka ke depan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan SBMPTN tahun ini, ada perbaikan-perbaikan,” tutur Nasih. Salah satu hal yang ditingkatkan oleh UNAIR dalam pelaksanaan SBMPTN tahun ini adalah penambahan kuota ujian tertulis berbasis komputer (CBT). Tahun ini, UNAIR menyediakan kuota CBT sebanyak 855 unit. Jumlah tersebut melebihi sepertiga jumlah komputer yang akan digunakan CBT di panitia lokal 50 yakni 2.175 unit. Secara nasional, kuota pelaksanaan ujian tertulis berbasis komputer mencapai lebih dari 30.000 unit komputer yang akan digunakan.
Rencananya, pelaksanaan tes CBT SBMPTN 2017 akan digelar di sebagian besar fakultas di UNAIR, seperti Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. “Hampir semua fakultas menyediakan itu,” tutur Nasih. Terkait dengan kualitas soal ujian, Nasih mengatakan tingkat kesulitan pengerjaan soal relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan kebijakan universitas, hal yang berbeda dari seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun ini adalah UNAIR akan menggunakan nilai tes SBMPTN untuk dipergunakan dalam seleksi mahasiswa baru jalur Mandiri. Oleh sebab itu, calon peserta jalur Mandiri diharuskan untuk mengikuti tes SBMPTN 2017 terlebih dahulu. Sehingga, penilaian seleksi Mandiri didasarkan dari nilai atau skor yang diperoleh dari nilai SBMPTN tahun 2017. Sebelum melakukan pendaftaran SBMPTN, calon peserta diimbau untuk membaca buku panduan terlebih dahulu mengenai tata cara pendaftaran melakukan
dan
proses
seleksi. Peserta pendaftaran
diminta untuk melalui
laman http://pendaftaran.sbmptn.ac.id untuk mendapatkan kelengkapan tes seperti Kode Akses Pendaftaran (KAP), Personal Identification Number (PIN), dan slip pembayaran. Peserta juga diminta untuk membayar uang sebesar Rp 200ribu di bank mitra yang telah ditunjuk. Saat melakukan pendaftaran, calon peserta diminta untuk mengunggah dan mengisi data-data pendukung. Terkait dengan program studi (prodi), setiap calon peserta SBMPTN dapat memilih maksimal tiga prodi. Ketentuannya, peserta ujian hanya memilih satu prodi di perguruan tinggi negeri (PTN) manapun. Kedua, peserta ujian memilih dua prodi atau lebih, namun salah satu pilihan prodi tersebut harus berada dalam satu wilayah pendaftaran dengan tempat peserta mengikuti ujian.
Pilihan prodi lainnya dapat di PTN di luar wilayah pendaftaran tempat peserta mengikuti ujian. Yang tidak boleh dilupakan, urutan pemilihan prodi dinyatakan sebagai prioritas pilihan. Pada tahun 2017, UNAIR akan menerima sebanyak 5.225 mahasiswa baru jenjang sarjana. Pada jalur SNMPTN, UNAIR akan menerima 1.824 mahasiswa, jalur SBMPTN sebanyak 1.830 mahasiswa, dan jalur Mandiri sebanyak 1.571 mahasiswa. (*) Penulis : Defrina Sukma Editor
: Binti Q. Masruroh
‘International Nursing Conference’ Sedot Animo Peserta Domestik dan Asing UNAIR NEWS – Seminar internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga berhasil menyedot perhatian kalangan ners baik dari dalam dan luar negeri. Seminar itu dilaksanakan selama dua hari, Sabtu dan Minggu, 8-9 April 2017, di di Gedung Kahuripan Lantai III Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Kampus C Jl. Dr. Ir. Soekarno, Mulyorejo, Surabaya. Dalam seminar yang dibuka resmi oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. M. Amin Alamsyah, Ir., M.Si., Ph.D., ini juga dihadiri oleh Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Kemenristek Dikti. Selain itu juga hadir Dekan Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR Prof. Dr. Nursalam, M.Ners (Hons). Prof. Ali Ghufron menyampaikan keynote speaker dengan tema “The Policy On Nurses and Health
Worker Research-Based Development”. Dekan FKp UNAIR Prof. Nursalam dalam sambutannya, antara lain mengatakan bahwa seminar ini dilaksanakan dengan harapan dapat meningkatkan kualitas professi keperawatan (ners). Apalagi Indonesia termasuk negara yang relatif banyak menerima tawaran untuk mengisi pekerjaan sebagai ners. Karena itu wawasan dan caring perawat harus ditingkatkan. Sementara itu menurut Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M-Kep., ketua panitia pelaksana, kegiatan ilmiah berkelas internasional ini dilaksanakan dalam rangkaian memperingati Dies Natalis IX FKp UNAIR, dan tahun ini merupakan seminar internasional yang ke-8. Tahun ini mengetengahkan tema ”Education, Practice And Research Development In Nursing”. Tidak kurang 300 peserta tertarik mengikuti seminar ini, baik dari unsur mahasiswa (D3 sampai S3/Doktoral), perawat, bahkan beberapa peserta juga datang dari Malaysia dan Taiwan. Tema tersebut dipilih, menurut Elida Ulfina, karena dalam keperawatan itu selain harus mengembangkan pendidikannya (ilmunya), penelitian, hingga praktik keperawatan secara nyata, yang dari waktu ke waktu terus berkembang. ”Jadi pengembangannya harus holistik, bagaimana kita mendidik calon ners, setelah itu bagaimana mengaplikasikannya. Bagaimana meng-update-nya, ya antara lain melalui riset-riset pengembangan,” kata Elida. Bagusnya tema seminar juga menarik perhatian enam perguruan tinggi luar negeri yang menjalin kerjasama. Keenamnya adalah University College Cork (UCC) Irlandia, Flinders University (Australia), La Trope University Australia, Universitas Malaya Malaysia, dan Kaohsiung Medical University (KMU) Taiwan. Selain itu juga tujuh mitra FKp UNAIR di Indonesia, yaitu Politeknik Kesehatan (Poltekes) Kemenkes Surabaya, Poltekes Surakarta, Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Surya Mitra Husada Kediri, Stikes Pemkab Jombang, Stikes ‘Yarsi’ Mataran, dan Stikes ‘Ngudia Husada’ Bangkalan.
Pada seminar yang padat ini, di hari pertama saja tampil sebelas panelis. Diantaranya Dr. Chong Mei Chan (University of Malaya), Ya-Ping Yang, Ph.D (KMU Taiwan), Pauline Hill, RN, Dipp.App.Se(Nsg), BN(Ed), Med(St), Ph.D (Flinders University), Sonia Reisenhofer, RN, BN, Postgrad, Dip (Emergency Nursing), MCN (La Trope University), Prof. Eileen Savage BNS, M.Sc., Ph.D (UCC Irlandia), dan Dr. Joni haryanto, S.Kp., M.Si (FKp UNAIR). Selain itu juga Prof. Dr. Nursalam, M.Ners (Hons) (UNAIR), Dr. Sestu Retno DA, S.Kep., M.Kes (Stikes Pemkab Jombang), Ferry Effendi, S.Kep., Ns., M.Sc., Ph.D (UNAIR), Dr. Siti Nur Kholifah, M.Kep., Sp.Kom (Poltekes Kemenkes surabaya), dan Eva Agustina Yalestyorini, S.Kep., Ns., M.Kes (Stikes Surya Mitra Husada Kediri). Pada hari kedua, Minggu (9/4) tampil enam pemrasaran, yaitu Bill Mc.Guiness, RN, Dip T, B Ed, MNS, Ph.D., FAWMA (La Trope University), Dr. Esty Yunitasari, S.Kep., M.Kes (UNAIR), Nunuk Dian Kurniawati, S.Kep, Ns, MANP (UNAIR), Dr. Kusnanto, S.Kep., M.Kes., Dr. Linda Sweet dan Dr. Kristen Graham (Flinders University). Pada
bagian
akhir
di
hari
kedua
juga
diadakan
oral
presentation dan presentasi poster. Bahkan untuk publikasi prosiding internasional saja, artikel yang masuk ke dalam proses reviewer (peninjauan) mencapai 103 naskah. Ini menunjukkan antusiasme peserta seminar ini. Setelah itu akan dipublikasikan pada atlantis press proceedings, dan yang terseleksis juga akan di-submid (dikirim ke server Web) ke Conference Proceedings Citation Index– Science (CPCI–S) dari Thomson Reuters. (*) Penulis: Bambang Bes
UKBH Fakultas Hukum Adakan Pelatihan Pra Pemagangan UNAIR NEWS – Unit Kajian dan Bantuan Hukum (UKBH) Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, menggelar acara Pelatihan Pra Magang bagi Mahasiswa Magang dengan mengusung topik “Menyiapkan Juris Professional dalam Rangka Pembangunan Hukum Nasional Indonesia”. Acara tersebut diselenggarakan oleh pengurus UKBH di Aula Pancasila Gedung A Fakultas Hukum UNAIR (8/4). Dr. Ghansam Anand, S.H., M.Kn, dalam sambutannya mengatakan bahwa Pelatihan Pra Pemagangan bagi Mahasiswa Magang ini bertujuan untuk mencetak calon yuris yang professional dengan kemampuan IPTEK yang dapat mengemban amanah untuk menegakkan keadilan di negeri ini. “Tujuan dari acara ini persis sebagaimana visi dan misi dari UKBH FH UNAIR itu sendiri,” tandasnya. Dalam pelatihan ini para peserta diberi beberapa materi. Materi pertama adalah Hukum Pidana & Hukum Acara Pidana yang disampaikan oleh IPDA Pranoto selaku anggota POLRI bagian Reskrim. Dalam paparannya, ia menyatakan bahwa sebagai seorang yuris yang professional harus berupaya membela pihak-pihak yang lemah. “Pihak yang lemah dalam hal ini artinya tidak berdaya melawan kekuasaan dari pihak penguasa,” jelasnya. Materi selanjutnya diisi oleh Dian Purnama, S.H., M.Kn., LL.M., salah satu akademisi FH UNAIR. Dalam kesempatan tersebut, Dian memaparkan mengenai mekanisme penanganan perkara perdata di UKBH FH UNAIR berdasarkan pengalaman dan fakta-fakta dalam praktik advokasi. Untuk materi Hukum Islam & Hukum Acara Peradilan Agama, Eko
Agus Indra, yang berprofesi sebagai advokat menyampaikan mengenai problematika dalam perkawinan. Pemateri terakhir yakni Dr. Lanny Ramli, S.H., M.Hum, selaku kepala UKBH FH UNAIR dan juga dosen Departemen Administrasi Negara ini menyampaikan materi mengenai Hukum Administrasi dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Selain itu, dalam pembukaan materinya ia mjuga menceritakan segala “seluk-beluk” dinamika dalam UKBH FH UNAIR. Dengan dilangsungkannya pelatihan ini, besar harapan akan munculnya bibit-bibit yuris professional yang sesuai dengan visi & misi UKBH FH UNAIR dan dapat menyelesaikan problematika hukum yang ada dengan menjunjung tinggi morality. Seperti slogan Universitas Airlangga yang terkenal “Excellence With Morality”. Penulis : Pradita Desyanti Editor : Nuri Hermawan
Hobi Bernyanyi, Mahasiswa Komunikasi Torehkan Belasan Prestasi UNAIR NEWS – Fadhilah Intan Pramita Sari, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, berhasil menembus posisi sembilan besar dalam ajang menyanyi bergengsi tingkat nasional, Rising Star, yang digelar salah satu stasiun televisi swasta. Meskipun tak menjadi pemenang, gadis kelahiran 20 April 1998 ini bisa membuktikan bahwa dirinya berani mencoba dan tak takut gagal dalam kompetisi.
Mengikuti ajang Rising Star membawa pengalaman tersendiri bagi Fadhilah. Selain dituntut untuk memiliki mental yang kuat dan pantang menyerah, ia mengaku, ajang Rising Star juga mengajarkan para kontestan untuk bersaing secara sehat. Melalui UNAIR News gadis yang pernah tergabung menjadi guru pengajar Alquran Metode Ummi ini bertutur kisah tentang proses karantina di Jakarta. “Harus menerima tantangan. Harus bisa ‘memakan’ semua lagu, karena tidak semua lagu yang diberikan itu yang kita mau. Saya juga harus bisa kontrol teknik vokal, nggak boleh nervous (gugup), harus jaga sikap juga karena selalu disorot media,” ujar gadis yang ingin berkarir di industri hiburan ini. Saat ini, Fadhilah telah dikontrak oleh salah satu manajemen artis. Untuk itu, ia berusaha membagi waktu kuliah di FISIP UNAIR, dan rutinitasnya yang lain. Di samping itu, ia mengunggah video ke kanal YouTube miliknya saat menyanyikan ulang lagu-lagu musisi lain. Ia juga kerap menerima tawaran bernyanyi di berbagai acara, dan mengikuti beberapa audisi bintang iklan. Selain itu, mahasiswa semester dua ini juga sedang membuat sebuah lagu. Gadis yang menyukai aliran musik pop semi klasik ini berharap, Rising Star dan berbagai kesibukan di bidang tarik suara yang ia tekuni, menjadi pengalaman positif bagi proses perjalanan karirnya. “Ingin bisa terus belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Berharap bisa menjadi penyanyi yang one and only dan memorable,” ungkap gadis yang memilih Lea Salonga dan Sarah Brightman sebagai penyanyi favorit. Di luar aktivitas bernyanyi, Fadhillah juga gemar bermain piano, biola, dan menari balet. “Kalau suka nulis puisi enggak. Kalau bikin lagu, iya. Tapi iseng aja, sih,” ucapnya sambil tertawa.
Gadis berkerudung ini tak sepi dari prestasi. Alumnus SMA AlHikmah Surabaya ini pernah menang beberapa penghargaan seperti Graduate Beijing Dance Academy tahun 2014, Gold Award Advanced Vocal Performance in Star Quarto Music tahun 2014, juara I Winner Symphony of The World Music Competition tahun 2015, dan juara I Youth Music Competition from London College of Music tahun 2015. Tak berhenti di situ, pada tahun 2016, ia menjadi pemenang favorit Smesco Idol tahun 2016, dan Finalis Top 9 National Singing Competition Catharina W. Leimena (2016). Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Pelajar SMA Ini Rutin Berkunjung ke FK Tiap Tahun UNAIR NEWS – Sebagai institusi pendidikan kedokteran tertua kedua di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga memiliki ‘daya pikat’ yang cukup kuat di kalangan pelajar SMA. Hal ini tampak dari antusiasme ratusan pelajar SMA yang berkunjung ke FK UNAIR pada Senin (10/4). Mereka berasal dari SMA Negeri 2 Madiun dan SMA Negeri 1 Nganjuk, Jawa Timur. “Ketika pertama kali masuk ke aula ini, rasanya merinding, deg-degan, dan agak spooky juga, sih. Namun saya berharap, angkatan saya kelak bisa jadi mahasiswa FK UNAIR semua,” ungkap salah seorang pelajar yang kemudian disambut tepuk tangan meriah dari pelajar lainnya. Menjadi mahasiswa kedokteran di FK UNAIR rupanya menjadi impian sebagian besar pelajar yang berkunjung siang itu. Terlihat, sebagian dari mereka antusias bertanya hal-hal
menarik seputar kedokteran.
aktivitas
menjadi
seorang
mahasiswa
“Kalau sudah jadi mahasiswa kedokteran, rasanya bedah mayat itu seperti apa, sih?,” tanya salah seorang siswa. Sesi tanya jawab berlangsung seru. Kehadiran ratusan pelajar ini didampingi oleh Kepala Humas FK UNAIR Dr. Eighty Mardiani beserta anggota BEM FK UNAIR. Kedatangan dua sekolah secara bersamaan ini sebenarnya di luar dugaan. Namun kehadiran mereka justru semakin memeriahkan suasana ‘mertamu’ mereka siang itu. Karena banyaknya jumlah siswa, ruang Aula FK UNAIR penuh tak bersisa hingga akhirnya sebagian pelajar lainnya ditampung di area balkon. Sebelum ke FK UNAIR, mereka terlebih dulu berkunjung ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, dan sebagian lainnya ke ITS Surabaya. Salah seorang guru pendamping dari SMA Negeri 2 Madiun, Retno Triandayani mengungkapkan, setiap tahun pihaknya selalu mengagendakan kunjungan ke FK UNAIR. Ini atas permintaan dari murid-murid itu sendiri. “Setiap kali ditawari mau karyawisata kemana, mereka selalu bilang kepingin ke FK UNAIR,” ungkapnya. Guru Bimbingan Konseling ini mengaku, antusiasme anak didiknya untuk bisa masuk menjadi mahasiswa FK UNAIR terbilang tinggi. Semangat untuk bisa lolos tes masuk kuliah di FK UNAIR juga menular ke adik kelas lainnya. Sehingga setiap kali ada agenda karyawisata, mereka berkeinginan untuk berkunjung dan mengenal lebih dalam profil FK UNAIR. Karena besarnya minat untuk kuliah kedokteran, Retno mengaku seringkali kualahan ketika harus mengarahkan muridnya yang dirasa kurang mampu secara akademik. “Kan ada ya murid kami yang kemampuan IPA-nya standar.
Sehingga kami coba arahkan untuk mengambil jurusan yang berbeda. Karena kuliah kedokteran, kan ndak mudah, masuknya juga sulit. Tapi ya percuma, namanya anak sudah kekeuh pengen jadi dokter. Ya tetap saja anak-anak nekat mendaftar,” ungkapnya. Berdasarkan data yang dihimpun UNAIR NEWS, ternyata tidak sedikit alumni SMA 2 Madiun yang menjadi mahasiswa kedokteran di FK UNAIR. Bahkan, ada sebagian alumni yang menjadi dosen di FK UNAIR. “Tahun 2015 lalu, sudah ada enam orang lulusan kami yang masuk FK UNAIR. Bahkan tahun ini tercatat sudah ada 100 orang pelajar kami kelas XI yang berminat masuk FK UNAIR,” ungkapnya. (*) Penulis : Sefya Hayu Editor
: Binti Q. Masruroh
FK UNAIR jadi Tuan Rumah ETTC UNESCO UNAIR NEWS – Dalam waktu dekat, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga akan menjadi tuan rumah acara Ethics Teacher’s Training Course of UNESCO (ETTC). Rencananya, acara itu akan diselenggarakan selama lima hari terhitung sejak 24-29 April 2017, bertempat di Aula FK UNAIR. Dalam acara itu, sebanyak lima orang pakar dari UNESCO akan berbagi ilmu bioetik dengan puluhan peserta. Para peserta berasal dari berbagai negara, termasuk sejumlah institusi pendidikan di Indonesia.
Acara ini bertujuan untuk membentuk kompetensi dosen dalam mengembangkan dan membangun ilmu bioetik di tingkat fakultas maupun universitas. Melalui training ini pula, peserta dapat berbagi pengalaman mendidik, meneliti, dan pelayanan bioetik di negara mereka masing-masing. Pelatihan ini didasarkan pada modul yang dikembangkan oleh UNESCO bekerjasama dengan para ahli global dalam pendidikan bioetik. Selama lima hari, peserta ETTC akan mengikuti serangkaian kegiatan, mulai dari simulasi presentasi mengajar dengan peserta yang didampingi oleh instruktur, workshop, hingga seminar bioetik. Pelatihan ETTC oleh UNESCO ini baru pertama kali digelar di Indonesia. Setelah sebelumnya ETTC diselenggarakan di Malaysia, maka di tahun ini, UNESCO Office Jakarta bekerjasama dengan FK UNAIR menyelenggarakan acara tersebut. Dalam sejarahnya, kurikulum bioetik dikembangkan oleh UNESCO sebagai alat untuk memperkenalkan dan memperkuat pendidikan bioetik di universitas di seluruh dunia. UNESCO merintis bioetika global dengan mendirikan program bioetik di tahun 1993 dengan cara mendirikan badan ahli independen, seperti Komite Bioetik International. Dalam acara ini, akan disampaikan perspektif global pendidikan bioetik. Dalam sesi seminar, akan digali apa dan bagaimana cara pendidikan ilmu bioetik. Kualitas pendidikan etika sangat tergantung pada kompetensi dosen pengajarnya. Seorang dosen etika yang efektif harus mempunyai kompetensi mengajar bioetik secara efektif. Oleh karena itu, setelah mengikuti kegiatan training, peserta akan memperoleh sertifikat resmi dari UNESCO dan diakui memiliki kompetensi menjadi dosen bioetik yang tersertifikasi UNESCO. (*)
Penulis : Sefya Hayu Editor
: Binti Q. Masruroh