Dalarn bab ini &an diuraikan tiga bagim. Bagian y m g pertama uraian tentang
teuri
penawaan dan permintam, yang terufsuna dilihat bedasarkan
p f i s . Bagian kedua uraian rnengenai model teoritis pmawaran d m permintam k r t a pcnjelasan secara matematis. Selanjutnya pada bagian ketiga &an
diumiiian hasil-hi1 penelltian bawang merah sebeIurn ini terutama ymg berkaitan dengm analisi s penawnran dm permintaanya. 2.1.
Teari Penawaran dan Permintaan Penirrgkatan
praduksi bawmg rnerah di Indonesia pada dasmya
bertujuan untuk memenuhi permintam dalam negeri, rnengmmgi impor serta
meningkatkan pendapatan petmi, Untuk sistem ekonarni t e r b h , pcnawaran domestik suatu komoditas pa& satu negara
a&produksi
dalam xregeri
ditambah dengan net impor. k b a r 1 menunjukkan penawaran dm permintan
bawang merah di Indonesia.
Di pas= domestik produksi bawang merah
digambarkzn dengm kurva penawaran dornestik S&, sedangkan permintaan
dalam negeri digmbariian o1eh kurva prminhan dornestik Dd.
Di pasar impar bawang rnerah dunia, pasisi Tndanesia sebagai s m ~ l f caulatry. Arlinya naik hmnya. permintam hdonesia terhadap pasar bawang rnerah dmia tidak rnempengmhi h g a dmia, dmgan Xrstta lain Indonesia.
bectindak sebngai prim faker. Bila Indonesia, tidak rnengimpor bawang m h , maka tingkat harga bawmg m
h yang terjadi addah Pa yaitu harga pada
h e n a produksi dornestik tidak memenuhi kebutuhan konsurnen rnaka.
pemerintah rnelakukan impor, dengm asumsl harga dunia (P,) lebih rcndah dari harga kescimbangan domestik Po. Pada tingkat hnrga di pasar dunia P , pduksi yang dapat dihasikan oleh petmi addah OQI, sementara pada tingkat harga
tersebut konsumen mau membayar sejurnlah OQ2
sehingga potensi impor
bawang r n d Indonesia sebesar Q2Q1.
Apabila terjadi pehaikm teknalogi s e p h pemupukasr, bibit unggul, atau
insektisida yang dapat rneningkatkan produktivitas dm diikuti dengan perlunsan aeaf panen, &an mmgakibatkan pergemran lama penawaran ke kman (S& ke
Sdl), sehingga pada tingkat h a - P, produksi yang dapat dihasilkan of& petmi menjadi O Q d m impor berk,urang menjadi Q3Q. Tomek dm Rubinson (1981),
mengmdcakan bahwa sdain tehlogi, faktor-fakbr yang dapat mmggeser
k w a penawaran antara fain
harga komoditas pesaing ahu komoditas
komplementer, harga faktor produksi, dm p r o p m pernerintah.
Sesuai dengan konsep permintam, apabila terjadi penrbahan pada harga bawang merah ceteris paribus, maka &an tajadi pergeralran sepanjang kuwa
permintan Dd. Sedangkan apabifa tejadi perubahan dalam faktor penentu bukan
harp sendiri seperti harga kornoditas substitusi, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dm preferensi konsumen maka h m e n g a k i b a h p e r g e s m kwva
permintam (Tamek dm Robinson, 1981). Menurut h b y s f1975), jumlah impor sangat d i p e n g d i oleh hags
impor, pendapatan suatu negam, dm kebijakan negara pengimpor. Smara implisit dalam prdagangan intmasional juga mmyangkut faktor nil& tukar mah uang suatu negara terhadap negara lain. Perubahm nilai tukar mata uang suatu negara
terhadap negara lain akan rnembawn dmpak kqada ekspor dm impor suatu komoditas. Dari sisi impor qabila nilai tukar mata uang negm pengimpor
terjadi devalurnsi rnsnIra akibatnya hmga bawnng mmah impar di ddam negeri rnenjadi lebih rnahal, sehingga &at
rnengmngi jumlah bawmg memh ymg
diimpor, Derniban pula npabila terjadi apresiasi mnta uang negm itu m&
ada
kecendemgan &an mengimpor lebih banyak k a n a bawang impor tensebut lcbih mw&
Sel& itu permintam impor jugn dipengaruhi olch &ya
kebijakan
negara yang bmanghtan seperti kebijakan tarif impor. Sesuai pada Gambar 1 genetapan tarif impor sekar t &an menyebabkan hwga impar ymg semula P,
menjadi Xebih tim yaltu Pt. Pada tingkat harga i m p r Pt volume impor menjadi
QaQsd m produksi dalam negeri menjadi OQ4. 2.2.
Model Tearitis
2.2.1.
Produksi dan Penrrwaran Bawang Merah Fungsi
produksi
suatu
kmaditas
adalah
suatu
fungi
ymg
rnenggambarkan hubungm teknis anwa masukan produksi (input) dm h i 1 produksi (output). Dafam proses produksi diasumsikan bahwa produsen bertindak rasional yaitu selalu memaksirnumkan keuntungan pada tingkat harga pasar tertentu. Fungsi produksi yang memaksimumkan keuntungan dapat diturunkm
dari fungsi keuntungan yang dicapai rnelralui dua symstt yaitu syarat orde satu Ifirsd order cundifdan) dm syarat arde dua (seco~ldordw condition).
Menurut
swat pertamq fungsi keuntungan akan maksirnum jika turunan pertama dari fungsi tersebut sama densan nol, bermti nifai produk rnarjinal masingmasing faktor produksi sama dengm harga masing-masing f&hr pr~duksi yang
diguna-kan. Syarat kedua terpenuhi jika turunan k d u a dari hngsi tersebut Icbih
kmil dari no1 atau jika Hessian Determinant lebih besar dari nol, berarti fungsi produksi cembung ke =ah titik origin (Henderson dm Q w d t , 1980).
Untuk mmyederhanakan persaalm, dimisalkan pada tin&t
teknolagi
tertentu, b g s i praduksi bawang merah d n l a h sebagai berikut :
w
=
f (AB,JTB, ZB) ....,........................................... ...... ....
QB
=
jumhh produksi bawang merah
A3
=
Xua areat trawnngmeratr
QB dmana :
JTB = jumlah tenaga ker;ja
233 = masukan produZrsi Iaimya Persamann biaya total @at C
-
Pa*AB
d i m u s h sebagai berikut :
+ UP*JTB + Pz*ZB + C"
................................(2)
dimana C adalah biaya total, Pa, UP, Pz adalah harga mas&
lrthan, tenaga
kerja (upah), dm masukan prtpduksi Iaimya, serta C ' adalah biaya tetap.
Keuntuxlgan didefinisikan sebagai sclisih antxa penerimaan dan biaya-
biaya, j i b PB adalah harga bawang me& bawang me&
rnaka fiuxgsi keuntungan pelani
dapat ddirumuskan sebrtgai beri kui :
X
=PB*QB- C
7~
=
-
PB* C&%B,JTB,ZB) ( P ~ + A B + U P * S T B + P Z * Z B + C.....I ~ ) 3)
Fungsi keuntungan &an rnaksimum apabila turunan pertama dari fungi tcrsebut
sama dlcngan nol, m&a diperoleh : &d a AB = PB*AB' - Pa = O maka PB*AB* = Pa
& l a JTB ih/ a ZB
=
PB*JTB' - U P = O rn&a PB*JTB3
P B * ~ '.PZ
=
o
maka PB*ZB'
..................
(4)
- UP ........,.......
(5)
=
PZ .................. (6)
Dengan dernikian berdsakan syarat orde perkma, keuntungan petani
akan rnaksirnum apabila gada suatu tingkat produksi tertentu dipmleh nilai praduk marjinal masing-masing rnasukan produksi m
a dengan harga yang harm
d ibayar untuk rnemperclleh rnasukzur-masukm tersebut. k b i h tanjut fungsi (41, (51, dm (6)dapat dinyatakan d a h bentuk sebagai bedcut :
JTB'
................................................................... (71 = W/PB .............,...,................................................. (8)
'%2
=
AJ3'
= PdPB
P f l B ...................................................................
(9)
Hal ini b
d bahwa keuntunp maksimum phi bawang merah dapat
tetjadi pada kondisi dimann prod& marjinal dari masing-masing m a s u b sama dengm raio harga output dengan harga masing-masing rnasukan tmebut.
Berdasarkan fungsi (7),(81, dan (9) &pat diperoleh fungsi permintam masingrnasing masukanny, yaitu bertunut-tumrt AB", J T B ~ ,dm
Z B ~adalah
pemintaan terhadap lahan, tenaga kerja, dan maukan fainnya. A B ~ = spa, PB, UP,PZ)
........................, , ..,,............. .( i 01
.................................................. Z B ~ = z(Pz, PB,Pa, UP) .................................................. J T B ~ =j(IJP,PB, Pa,Pz)
(11) (12)
Dengm mensubsti~usikmfiuxgsi pemintaan masukan (1 01,j 1I), dan (1 2)
ke dalam h s i p d u k s i (1) maka fungsi p d u k s i (petlawam) bawang me& dapat dimmuskan sebagai berikut :
QB
bawang me&
=
f(PB, Pa, XPP, Pz) ....................................................
(13)
merupakan fungsi dari harga bawang m m h (PB) dm harp
maukan %perti pup& d m tenaga keja.
Jika produksi bawmg memh suatu damah pain suatu periode waErtu
menrpakarr perkalian antara lw areal pmen dengan h a i l produksi per s a h n twnya (produktivitas], maIra herd produksi per hektar juga merupalcan fungsi
dari hags output dan harga input-input yang digunakm.
dimam :
QB
-
pruduksi bawang maah
= luas xed
YB
pmen bawang merah
= produktivitas bawang m
d
h d u k s i dapat
Luas areal tanm disamping d i p e n m i oleh harga output itu send% juga dipmgmhi oleh harga output komodits altematif. Hal ini didukung aleh
Henderson dm Qumt (1977) yang mmgemukakan bahwa tingirat produksi yang
dikasilkan secara tmritis tergantung dari (a) harga output, (b) harga output yang bersaing untuk penggunaan input yang sama, dan f c) harga input-input,
Safah satu f&or yang berpengaruh terhadap produksi adafah luas areal tanam bawang me&.
Narnun karena data luas areal tanam tidak t&ia
maka
didekati dengm fuas areal panennp.
Luas areal panen dipengmhi oleh fuas areal yang ditanam, dimma luas areal p g ditanarn itu sendiri ddipengaruhi ofeh harga bawang merah ymg terjadi saat tanam.
Dengan kak lain, luas xcal panen merupakan fungsi dari hargn
bawmg rnerak pada saat panen tersebut dm harga pada saat tanam. Marga pada saat: tanarn itu
sebenarnya merupakan penccrminan jenis fungsi penyesuaian
porsial Nerlov yang melibatkan Makala (lag) peubah harga (Koukwyiannis, 1975) yang sckalips mcnggambarkan fungi yang dinamis. Bedakala peubah
harga tersebut menurut kngsi genyesuaian parsral diehpresikztn dengan peubah bedakala, mtuk k s u s Eungsi areal bawang mera!! pada pairde tertentu (AB,) diekspresikan oleh areal bawang merah sehelumnya Bedasarkan pola tanam di sentra produksi Jawa Tengah, selain bawang
mmah tanman altmatif yang diusahakan oieh petani rrdzllah padi, cabe merah, dm k m g tanah. Khvsusnya padi banyak ditanam pada musim hujan. Musim berpetlgwh krhadap luas areal panm bawmg merah. Pa& M K 1 (Maret sld
Jwi) rnenxpakan puncak musim tanam bawang men& kwena curah hujm tidak terldu tin@ dan persediaan air irigasi men~ukupi. Pada MK I ini kentsahn
tanaman bawang
merakt lebih disebabkan afeh hama penyakit tanaman. Pula
MKII (Juni dd September) curah hujan
sqat
rendah, sehingga banyak petani
tidak mampu menyiram tanamamp qr;urg bemkibat p h penunur'dn areal panen.
Pada s a t m u s h hujan (MX) dimana curah Xxujan terlalu tin& untuk tanaman
karma efektivitas obat b e r h n g karma lamt oleh air hujan (HutaZiarslt d a!., 1999).
Dengan demikian M s i areal pmm bawang merah dapat dirumuskaa
A%
=
f(PBt, PC*,PPI ,Upt, PFI, DM, AB t-1) ... ...... .....,.......... ... ...(1 5 )
dimana : PB1
= harp bawang merah periode t
Upr
= upah
PFt
= harga pup&
PCc
=
PP,
= harga padi
tenaga kerja periode t
periade t
harp cabe periode t periode t
DM = dummy musirn
AB t . ~ = peubah bedakala dari AB, Penggunaan teknologi dalam usahatani bwang maah sudah sangat
penmaan bibit unggul fvarietas). Bwdasarkm data tahun 2000 pmggunm~ pup& di sentra pruduksi untuk pup& Urea, ZA, TSP, d m KCL bertumt-turut adalah 220 kglha, 190 kg/ha, 222 k&a, dm 185 kglha. Begitu pula &lam ha1
pnggunaan pestisida dm bibit sefiingga pangsa biaya untuk input-input tersebut cukup tinggi. N m m demikim data penggunam pestisida dm bibit (varietas)
tid& tenedia secara runtun waktu, sehinggtt peubah-pubah tersebut tidak h a t
dirnnsukkan kc dalam persamaan pduktivitas. Peubah tingkat upah tenaga kerja diduza mempengzmhi praduktivitas karma keberhasiIan usahatmi bawang merah sangat ditmtukan oleh intensitas
pemeliharaan yang rneliputi kegiatan pmyularnan, pyiraman, pmyiangan, gmyemgrotan, d m pemupukan.
Disampins untuk pmdiharaan, tahap
pmgolahan lahm juga memerfuh jumlah tenaga kerja cukup bmyak. Kebutuhar, input tenaga kerja sangat dorninan. Sehingga fungsi produktivitas bawang mwah dapat dirumuskan &agai
PF,
= harp pup*
Upt
= upah tmaga kerja periodc t
DM
= dummy musim
periode t
2.2.2. Permintaan Bawang Memh Domestik
Pemintaan bawang merah darnestik terdiri dari konsunlsi mmah tangga dm Irrdustri, bawang gareng.
D a l m penelitian ini tidak rnemdisapgasikan
perminkan bawang merah antara kmsumen rumah tangga dm industri karcna data hdustrl olafim (bawang goreng) tidak t e d i a . Dimping itu pengguman
untuk industri oXahan vvolumenya relatif kecil h
industri mmah tangga (hams indmtry).
a sebagian m m p h usaha
Menurut Henderson dm Quandt (1 9801,h g s i permintaan diimmkm dari
pendapatan. Fungsi utiIitas konsumen dapat dimmuskan sebagai berikut :
dimann :
U = total utititas mengkonsumsi bawang merah Q =jurnfah konsumsi bawmg mmah R =j umlafr konsumsi kumoditas fain (substitusiflcomplemen) Kensumen yang rasiortal akan selalu beruszha memabimumkan kepuasamya texhadap komurnsi dari suzltu komoditas pada tin*$
berkaku dm pada fingfcat pendidpatan tcrkentu.
harga yang
Dengan dernikim, tingkat
pendapstean rnerupakan kendala wtuk memaksirnurnkan fungi utilitas yang dapat
pendapabn konsumen
Y
= tingkat
PB
= harga bawang merah
PR
= harga komoditas lainnya per unit
per unit
Dari persamaan (17) dm (18) dapat dimmuskan fungsi kepuasm yang akan
D i m a k adalah lagrange multiplier. Unluk mmaksimurnkan fungi 2,maka
~ = Q ' / P B= R'/PR atau Q'R'
=
PBIPR .......................... (23)
dimma Q' dm R' masing-masing utilitas rnnrjinal kornaditas Q dm R. Dari persamaan (ZQ), (21 ) dan (22) diketahui bahwa PB , Plt, dm Y rnerupakm
peubah eksogen yang mempengmhi permintam bawang me&,
Dextgm
d m i k i m fungi permintam bawang rnerah dapat dirumuskan sebagai berikut : Qd = f ( P B , PR, Y) ...................................
,..... ................. 1241
Namun demikian bawang m m h sebagai salah satu kamoditas yang
berfungsi sebagai bbumbu u m a , dalam penggunaannya tidak dapat digantih oleh komoditas lain. Hal ini berarti bawang merah tidak mempunyai barang
substitusi. Oleh karena itu h a r p barang substitusi kid& temar.uk sebazai safah satu faktor yang rnenentukart jurnlah permkhan. Menurut Koutsoqifamis (1 977)
selain faktor di atas, gemintaan juga dipengmhi oleh selera, distribusi
pendapatan, j umfah penduduk, kebijakan pemerintah, dan tingkat pemintaarr sebelumnya.
Dengzm dernikiarr h g s i permintaan bawmg merah &pat
dimmuskan sebagai berikut : Qd= f(PB, Y,Pd, Q d a l )........................................................
dimana : Pd
=
jumlah penduduk
Q d-I= jumIah permintam bawang merah periode d-1
(2%
2.2.3. Permintitan Impor lawaag Merah Besarnya produksi bawang merah d a m negeri
belum sqenuhnya
m m p u memenuhi volume permintam komditas ini. Sejak I989 Indonesia
menrpakan negara Nef Importer komoditas bawang mcrah. Permintaan imp~rkomoditas suatu negara rnmp&an selisih antara
jurnlah konsumsi dengm produksi dafam negeri pada suatu negara (labys, 19731,
Biasmya suatu negw mengimpor k m a produbi negara pengirnpor relatif kecil dibandingkan dengan konsumsinp,
Dengan demikian peminkan impor
dornestik untuk bawang merah dapat.&muskan sebagai berikut : Mt=Qd--(QB + QS)
........................................... .................( 26)
dimma : Mt = volume impor bawang merah Qd
=jumlah konsumsi Itawmg merah
QB = jumlah produksi bnwmg m QS
h domestik
= stok
Fungsi permintam impor ditmmkasr dari fungsi konsumsi, jadi permintam impor dipengaruhi harga impor dm pendapatan konsumen (Bransen dan Livack, 198 1 dalam Ilham, 1998).
Kebijaksanaan raegara pmgimpor d m pengekspor juga
rnemgenphi jumlah permintam impor. Wgan demiIcian fungsi p m i n t m impw bawmg rnerah adalah sebagai berikut :
Mt
=
m(Pm, Y , Cirri, Gx) ......................................................
dimana :
Pm
= harga impor bawang ma&
Y
= pendapatan n e g m pengimpor
Gm
= kebijahmaan perdagmgm pern&n&h negara pengimpor
Gx
= kebijaksmam penlagangan pernerintah negara pmgelrspor
(27)
2.2.4.
Ekspat Bawrang Merah Ekspor terjadi jika ada selisih antara penawaran Cproduksi) dan pmintaan
domestik atau disebut sebagai kelebihan perrawm (excess supply). Hal in]
biasanya terjadi jika surnberdaya produksi di suatu negara (wilayah) berada pada
demikim e k p r bawang rnerah Indonesia dap& didefinisikm sebagai berikut :
XBJ
= volume ekspor baw~ngmaah penode t
QB SB ,
= total
QS I
= jumlah stok
QStel
= jumlah stok bawang merah Indonesia periode 1-1
produksi bawang merah lndonesia periode t
= jumsrh
penawaran bawang rneraln Indonesia pegode t bawang merah Indonesia periode t
Mengin@ data stok bawang merah sampai saat ini tidak tersedia, maka ekspor bawmg merah sama dengan selisih antam jumlah pruduksi bawang merah dengm jumlah ymg dit~wai-kart[dirninta) di pzar dornestik. Ekspor bzlwang
maah ymg dikemukakan pada (28 ) hmya k p a identitas yang tidak akan diketahui perilakunya. LJntuk ekspor bawang memh nasional, mengingat adanya
peranan pasar bawang merah dunia, produksi bawang rnerah dm f&tor-faktor lain seperti nilai
titui~ztr
(exchange rate) d m kebijaksanaan ekqor. Dengan demikian
ekspor bawang me&
nasianal &an
d i p e m aleh faktor-fkttar sebagai
berikut :
XBI, = x (PX,, QB ,, Er,, )
.................................................. ....(29)
2.2.5.
X
-
E
= nilai
hxga ekspor b a m g meralr p r i d e t h k a r rupiah terhadap dollar USA
Elastisitas Untuk rnendnpatkan ukuran kuantitatlf respon suatu fungsi terhadap
faktor-faktor yang mempengmkinya digurdan kansep elastisitas. Pada model yang dinmis, dapat dihitung elastisitas jangka gendek ifan jm&a pmjang
fCujmtif 1995). Elastisitas jangka pendek (E-SR) dan jm&a panjag (E-LR) daptpal dihitung dengan rnenggunakm rumus sebagai berikut :
dimana :
b
X
Y
=
kaefisien dugaan peubah tag endogen. rata-rata peubah cksogen
= rata-rata pcubah endogen
Respon produksi dapal diturunkan s e c m tidak Iangsung dari fkngsi areal
panen (15) dan produktivitas (16).
Respon areal dan respon pro6uktivibs
terhadap perubahan harga bawang merah dapat dinmuskan sebagai berikut :
~ ( Y l 3PB) , = 8 m/ 5 PB* PBNB
.........................
.................. (31)
Untuk menentuknn respon (elastisitas) prodhi terhadap pembahan harga dilakukan dmgan cara mmwmkan secara total fungsi p d u k s i (14) terhadnp harganya, dmgan asumsi areal panen (AB) dan pmduktivitas (YB) m q a k a n
fungsi dari karga bawang m a a h (PB), dan produktivitasnya merupakm funpi
dari areal panen. Elastisitas pmduksi t ~ h a d a pharganya scbagai beriht : d QElld PB
=
Y B*dABldPB
+ AB*dYB/dPB ........................... f 32)
Dalam h t u k elastisitas dapat dinyatakan sebagai berikut :
dimana : hztrga bawang merah
E(QB, PB)
= elastisitas produksi terhadap
EjYB, PB)
= elastisitas praduktivitas tmhadap hwga bawmg merah
E(AB,PB)
= elastisjtas areal pmm tmhadap harga bawang merah
EflrTBm)
= elastisitas
produktivitas terhadap areal panen
SeIain elastisitas prduksi terhadap harga bawang merah, dengan aslrmsi dm posedur y m g sama dapat j u g dilakukm pendugam elastisitas (rapon) produksi bawzlng rnerah terhadap hxga pupuk dm upah tenaga kerja. 2.2.6. Andisis Surplus Produsen dan Kunsumen
Distribusi tingkat kesejahtem
antara prdusen
d m konsumen bawang
meraln &an tercapai pada keseimbangan anbra pmintaan dm pmawaran pada pasar bawang mmah. Distribusi k e s e j a h t m diukur dari bemr surplus yang diterima masing-masing pelaku ekonomi, baik produscn rnaupun konsumen.
Surplus konsumen adalah perkxhn a n t m nilai maksimum m g yang ingin
tatentu dari suatu produk. Surplus produsen adalah perbedam a n b nifai uang ymg smungguhnya diterima oleh produsm dengm
n i l i minimurn ymg
d i i n g i h prdusen (Vesdapunt, 1984 ddam Maulam, 1998).
Gambar 2. Distrlbusi Surplus Produsen dan Konsurnen
Besx surplus tersebut dapat diukur berdasarkan asumsi bahwa kquasan
marginat uang sama bagi setiap individu, yang secnra matmatis diukur dengan
pengintegratan fungsi p e n a w m dm fungsi p m i n h a n {Johannes dm Budiono,
Pd
S,
Qd (P) dP
=
..............................................................
PC
dimma : Sp
-
surplus produsen
Sk
= surplus konsumen
P,
=
harga keseirnbangan
Ps = hags pada perjmtongan kursla penawaran dengan sumbu h g a Pd
=
harga pada perpotongan k w a permintam dengan smbu h g a
(35)
Konsumen p g mional mens;lginsCan harga komoditas p&m
murah
dan terjangkau obh daya beli agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Sebalihya sangat rasional pula apabila para petmi menginginkafl harga jual kornoditas cukup tinggi
agar d q a t
mcmperolch pendapatan ymg memadai sebagai
imbalan atas usaha d m investasi ymg dilztkukan. Untuk memenuhi keinginan yang nampaknya saling bedentangan itu dm l&ih jauh lagi derni kepentingan
ekonomi, sosial dnn politik negara y m g stabil, maka suatu pemerinhh dapat rnelakukan intervensi terhadap p a x komoditas pertanian di pasax d~rnestik
rnelalui berbagai kebijakan.
Selain itu dalam kaitamya dengan prdagagm dunia, suatu pemerintah dapat puIa rnelakukan pmteksi p d g m g a n komoditas pertmian untuk
melindungi kepentingan produsen rnaupun kansumen domestik. Perlirrdungm terhadap produsen biasanya berupa kebijabn penenturn tarif,
pernbatasm
(restriction, quota), dm rnonapali impor untuk kasus n e w pengimpar, atau
subsidi ekspar untuIc negara pengekspor. Penifaian terhadap penerapan berbagai kebijakm itu umumnya dibkuskm p d a damp& ymg ditimbulkannya tehadap produsen, kotxsumen, dan pemerineatr
sendiri. Gambar 3 mempakan suatu ilustrasi surplus produsen dm surplus kansumen sehubungm dengm adanya kebijakan pemerinbh (tarif impor) pada
pasar kornoditas bawang rnerah. K w a pemintaasl drrn pexlawam domestik adalah D d m S, dan hrva
penawaran pasar dunia adalah S,.
Tarif impor ditetapkan antara harga dunia P,
dan k g a dornestik Pe. Penetapan tarif impor sebesar t &an menyebahkan h g a
2.3.
Tinjauan Fenelitian Terdahula
Pndn bagian ini akan ditinjau h i l - h a i l penelitian terisahulu mengenni kmoditas bawang merah, baik rnenyanght luas areal, produktivitas, pcoduksi, maupun penawaran dan permintam.
Sampai s a t ini pmditian-penef itian
ekonomi bawang merah tclnh banyak d i l a k u h , namun yang mmbahas b u s u s
rnengenai pmawaran dm permintaan bawang merah rnasih terbatas. Hadi (1 996) melakukan penelitian usahatani bawang rnerah di Sawa Barat pada musim tmam tahun 1995. Salah satu h a i l pmelitiannya menunjukkan
bahwa produktivitas di Paca pada l&m sawah irigasi ssderham, l&an tegafan, serta sawah tadah hujm dl Lasari Cirebon bertuntt-tumt adalah I 1 388 kg, 5 642 k g dm 5 184 kg per hektar, Pmduktivitas bawang m
d sangat dipengarithi oleh
kondisi l&m (tenriama irigasi), iklidcurall hujan, penerapan tehalogi, dan manajemen usahatani. Disamping faktor biaya dan pmcfdctivitas, flwuasi hxga juga sangat berperan dalam menentukan keuntungan usahatani. Pengnturan w&u tanam antar wilayah palu diperrtimbangkm urrtuk menghindari
surplus produksi
h kernemsotan harm yang &hirny;l &an berdampak terhrtdap profitabilitas
usahatmi. Adiyoga dm Soetiarso (1947)
melakukan penelitian keunggulan
kompmtif dan insentif ekonorni usahatmi bawang merah, pada bulan September - Navember 1985 di Brebes f3awa Tengah) d
bawmg ma&
m Nganjuk (Jawa Timur). Usahatani
di kedua fokasi rnemifiki keunggulan komparatif, nmun ref atif
rentan terhadap perubahan h a r p paritasnya. Jika harga paritas bawang mer& di bawah US$ 0.45 (Rp 1 055.25) di Jawa Tagah atau US$ 0.48 (Rp 1 125.60) di
6awa Timur, mh usahatani bawang maah di dua l a h i ini ti&
lag memiliki
keunggulan komparatif. Punvoto (1 989) melakukan penelitim tentang elastisitas penmintam
rnasukan dan penawarm bawang rnW di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dengan rnmggunakan data primer di tin&at petani. Dengan menggunakan fungsi keuntungan translog, nilai elastisitas penawarm bawang rnerah terhadap harga
bawang merah adztlah 0.95, sedmgkm pada usahatani padi angka elastisitas mencapai 0.53. Nampak bahwa elastisitas gertnwaran tehadap h q a keluaran
lebih elatis pada usahatmi bawang merah dibandingkan usahatani padi. Hal ini kemungkinan d i s e b a b h bawang merah rnerupakzm sumbm untuk mendapatkan uang twai.
Sudaryanto ($993)
rnenditi penawaran dm peminhan beberapa
kom~ditas pertmim, satu dian-ya
adnlah bawmg merah. Data yang
digunakan adalah data Survey Sosial Ekonorni Nasional tahun 1993 [Susenas 1933) dan data perkcmbangan tiilgkat penggman praduk pertmian dari Neraca
Bahm Makanan. Kmil penelitian menunjuiEkm bahwa luas areal panen bawang rnerah dipengamhi oleh harm bawang me&
tag satu t a t x q luas panen cabe
merah, luas panen tomat, serta faktor resiko harga. Dirnana faktor resiko hxga
tersebut diulrur sebagai stmdar deviasi hxga komaditas y m g bemmgkutan.
Disamplrrg itu produktiviias bawang memh dipengaruhi, al& Raqa input, harga bawnng me&, jurnlah curah hujan, d m faktor resiko h q a . Sedangkan
proyehi pertnintm dilakukan dengan perkalim an-
konsumsi per knpita
dengm jumlah pendud&. Hasil sirnulasi antara lain, konsumsi bbawmg m d secara total rneningkat setiap thm. Tetapi terdnpat per'bedm tingkitt konsumsi
di perkotaan dmgan di pedesaan, yaitu tingkat k o m s i hwang r n d di perkotaan meningkai setiap tahun, sdangkan di pedesaan cendemg tetap setiap tahunnya.
Hutabnrat et d.((2000) rnelalcukm p e l i t i a n bawang merah dan cabe r n m h di Jawa Barat, Jawa Tengah, dm Jawa Timur. Tujuan penelitiannya antmi lain rnengdentifikasi profil pmasokan dm permintam bawmg me&. Sdah satu
hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatm produksi bawang merah sefama perinde 1991-1997 di tiga lokasi tersebut menrpakm darnpak langung dari
perkernbangan luas areal panedtanam, pengaddim frama pmyakit dm iklim ymg menunjmg. Sedmgkan peningkatan produktivitas dimping disebnbkan 01th f&tor-faktar tersebut juga dipenymhi oleh bibit, p e n g o l h tanah,
pemelifxaasin kwamm dm pemupukan. Kaefisien korelasi antara curah hujan dengan, produksi selama pel-iade tersebut adalafr -0.8 15, astinya ddam batas-batas
tertentu apabi la curah huj an naik makn produksi akan t w . Selain itu terdapat tingkat keterpaduan harga yang sangat h a t antara pasar utama di Jawa baik Pas= JohmSernarang, Pasar lnduk K r m a t Jati-Jakarta, Pasar
Caringin-Bandung, dan Pasar Pabean-Surabap. Hal ini dapat ditmjuldEan oleh niIai koefisien korelasi rnendekati 1
(-1,
artinya gejolak hwga di pwar p g
satu &an berpengmh langsung teshadap harga di pasar ymg fain. &ref asi harga
bawang memh antara Pasar m a t Jati Jakarta dmgm Pasar Johar-Semarang addah 0.906, dimana apabila harp bawang r n d di Pas= &amat Jati naik
Rp f per kg, maka &an segera diikuii o l d kenailcan harga bawang merah di Pasar J o h a r - S e m q sebesx Bp 0.905kg.
Hemanto et a£*(1 996) m e l h k a n studi mengerrai saywarr smara agregat dengm rnenggunaknn data Susenas tahun $993. h i 1 studinya menunjukkm
bahwa elastisitas pendapttan untuk s a y r a n secara agregat di Indonesia trvariasi antara 0.62 sarnpai dmgan 0.91. rnengpakan data deret w&u
Studi
yang dilakukan Lieshout (1993)
menghasilkan elastisitas pendapatan untuk
sayran secara agregat di Indonesia sebesar 0.56. Disamping itu diperoleh nil& elastisitas pendapatafi betrerapa, jenis sayuran sebagai berikut : kentang (1 -471, bawmg rnerah (0.751, tamat (1.2 11, cahe merah f 1.3 I), cabe hijau (0,641, dm cabe
rawit (0,13). Sawit et al. (1 997)melaukan penelitim tmtang peruhahan pola konsumsi
Itornodits hortikultura di Indonesia, dengan menggunakan data Susenas tahun
1987, 1990, dari 1993.
Pendugam parameter rnenggmakan metode AIDS,
denpn h a i l analisis sebagai beriIrut: 1. Elastisitas harga smdiri untuk semua komoditas hurtikuttun bertanda negalif,
yang bcrarti perrnintaan komditas hortikultura akan menurun apabila harga komoditas tersebut naik. Pada tahun 1987, nilai elastisitas harga sendiri
kelampok saywan antara 4 . 8 1 3 sampai -1.156. 2. Uniuk wilayah perkotaan, niIai elastisitas pengelwan bawang merah pada
tahun 1983 adalah 0,456 dm tahun, 1993 addah 0,795. Sedangkan untuk wiIayah pedesaan p d a t a h u 1987 sebesar 0.580 dm tahun 1993 sebesar 0.814.
Elastisitas pengelurn t&un 1893 kbih besar dibandingkan tahun
1987 baik di pchotaan rnaupun di pedesaan. Hal itli menunjukh teXah
tmjadi geningkatan preferensi terhadap bawang merah.
3. NiIai elastisibs harp silang bawztng merah den*
k d i t a s sayuran laimya
relatif rendah. Pada tahun 1993, elastisitas silang bawang merah dengnn
bawmg putih, tamat, cabe rnemh, dm cabe rawit Murut-tumb adalah -0.003,
-0.Q12,-0.02G,dan -0.049. Artinya dampak pembahan harga komoditas lain terhadap kansumsi bawang merah relatif kecii.
Di beberapa propimi seperti Jawa Barat, Sulawesi Tengah, dm Lampung, dalm kelompok sayuran yang berfungsi sebagai bmbu, tingkat konsurrrsi bawmg
merah menempati urntan k e d u setelah tarnat sayur. Tingkat kunsumsl tiap propinsi yaitu mtxa 2.75
-
5.7 kflapitdtahun. Tingkat kansumsi terfjnggi
adalah Sulnwesi Ten@ d m tmndah Jawa Barat.