BAWANG MERAH
Bawang
merah
(Allium
ascalonicum)
merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400 mdpl. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara 25-32 derajat celcius. pH ideal untuk tanaman bawang merah antara 5,6-7. Lahan budidaya bawang merah akan tumbuh maksimal pada kondisi tanah yang gembur dan subur. Kebanyakan budidaya bawang merah menggunakan umbi sebagai benih. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, dan berwarna merah tua mengkilap. Sedangkan untuk kebutuhan benih tergantung dari varietas, ukuran benih, dan jarak tanam. Biasanya untuk jarak tanam 20x 20 dengan berat umbi sekitar 5 gram dibutuhkan sekitar 1,4 ton benih per hektar, sedangkan untuk berat yang sama dengan jarak tanam 15 x 15 dibutuhkan 2,4 ton benih per hektar. Penanaman dilakukan dengan cara tanah dibuat bedengan dengan jarak antar bedengan biasanya 50 cm. Penambahan kapur juga dapat dilakukan jika kondisi tanah terlalu asam, sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Hama dan penyakit yang biasanya menyerang adalah hama ulat dan penyakit layu. Hama ulat dapat ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Namun bila serangan menghebat dapat disemprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorpirifos. Untuk penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur penanganannya dengan cara disemprotkan fungisida atau
dengan mencabut tanaman yang terserang kemudian membakarnya agar tidak menyerang rumpun tanaman bawang lainnya. Jamur dapat tumbuh di lahan yang memiliki unsur hara atau pH rendah, oleh karena itu disarankan lahan yang akan ditanam bawang merah terlebih dahulu harus ditabur kapur kemudian didiamkan selama 1 minggu, selanjutnya tanah diberi pupuk organik dan didiamkan selama 2 minggu untuk meningkatkan unsur hara maupun pH tanah. Di Indonesia produktivitas bawang merah berkisar antara 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar. Keberhasilan usaha tani bawang merah selain ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia/petani untuk melaksanakan budidaya khususnya dalam mengantisipasi dan mengatasi masalah hama/penyakit tanaman, juga ditentukan oleh dukungan teknologi mulai dari pemilihan varietas, pengolahan lahan dan tanaman yang tepat, pemupukan yang efisien, serta penangan pasca panen. Umbi bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu kira-kira mencapai kadar air 85 % siap untuk disimpan atau dipasarkan. Daerah yang juga memiliki peluang cukup besar untuk pengembangan bawang merah, misalnya di lahan kering. Selama ini, bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/ tegalan. Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah,
baik
di
lahan
irigasi
maupun
di
lahan
kering.
Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis. Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah, dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Dengan demikian bawang merah mempunyai prospek untuk dikembangkan di wilayah Kepulauan Bangka Belitung.
Selama ini bawang merah yang ada di pasaran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didatangkan dari luar pulau, dengan adanya pengembangan budidaya ini diharapkan bisa menyediakan stok bawang merah. Pemerintah Provinsi Babel sangat mendukung, karena tanaman ini merupakan bumbu dapur yang sangat mempengaruhi inflasi. Jadi, dengan adanya pengembangan secara terus-menerus, diharapkan bisa mengurangi inflasi. Saat ini, minat petani mengembangkan budidaya bawang merah masih rendah, sehingga untuk memenuhi konsumsi bawang warga masih mengandalkan pasokan dari luar daerah. Diharapkan dengan adanya pengembangan pertanian bawang merah akan meningkatkan hasil pertanian petani sehingga akan mengurangi ketergantungan pasokan bawang luar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bawang merah juga memiliki potensi untuk dikembangkan oleh para petani di wilayah Bangka Barat. Tanaman yang bisa dipanen selama 3 bulan ini seharusnya bisa menjadikan Bangka Barat sebagai penghasil bawang dan bisa memberikan kesempatan yang baik bagi perekonomian para petani. Melalui kegiatan pengembangan kawasan budidaya bawang merah melalui dana APBN pada tahun 2015, Kabupaten Bangka Barat melaksanakan budidaya bawang merah yang berlokasi di daerah Transmigrasi Desa Jebus seluas 4 Ha dan dapat tumbuh dengan baik. Adapun pengaruh faktor alam pada saat itu menyebabkan lokasi penanaman bawang merah tersebut terkena banjir karena merupakan daerah pasang surut. Berikut ini lokasi budidaya bawang merah di lokasi transmigrasi desa Jebus yang terkena banjir.
Lokasi budidaya bawang merah yang terkena banjir
Dari 4 Ha luasan tanam bawang merah hanya 1 Ha yang dapat dipanen dengan hasil lebih kurang 2 ton/Ha. Kegiatan ini merupakan pembinaan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2015. Pembudidaya atau kelompok penerima manfaat adalah kelompok tani Maju Makmur yang berlokasi di daerah transmigrasi Desa Jebus. varietas bawang merah yang digunakan adalah Bima Brebes. Varietas Bima Brebes ini dari luasan 4 Ha lahan bawang merah diberikan bantuan sebanyak 5 ton. Benih ini sebelum dipergunakan disimpan terlebih dahulu 2-3 bulan oleh petani setempat. Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah.
Bawang merah hasil panen di lokasi Transmigrasi Desa Jebus
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang sesuai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Bedengan tanahnya dicangkul untuk menggemburkan tanahnya dan permukaan bagian atas bedengan rata tidak melengkung. Rata-rata Ph tanah di daerah Transmigrasi Jebus 4-6 sehingga para petani menambahkan kapur dan dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar dan diberikan 2 minggu sebelum tanam. Untuk pupuk, diberikan pupuk kompos sebagai pupuk dasar dengan disebar di atas bedengan dan diuruk dengan tanah hingga rata. Untuk pupuk tambahkan petani menggunakan NPK. Pemupukan NPK diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pemupukan diberikan dengan membuat garitan disamping tanaman. Penyiangan gulma dilakukan petani sebanyak dua kali dalam satu musim tanam, petani melakukan penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk NPK. Pada tahun 2016 melalui kegiatan Demplot Penyuluhan di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bangka Barat, para penyuluh di Kecamatan Kelapa dan Tempilang juga melakukan demplot budidaya bawang
merah di lahan Balai Penyuluhan Kecamtan masing-masing. Kegiatan ini sebagai wahana atau media belajar bagi para penyuluh pertanian dan petani bahwa bawang merah dapat dibudidayakan di wilayah Bangka Barat dan melakukan inovasi teknologi yang tepat dan efisien. Diharapkan para petani di Kabupaten Bangka Barat mempunyai keinginan untuk melakukan pengembangan budidaya bawang merah meskipun bawang merah saat ini bukan merupakan komoditi andalan di Bangka Barat akan tetapi mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Sumber : (Anonim. Cara Budidaya Dan Penanaman Bawang merah Di lahan http://fredikurniawan.com/cara-penanaman-bawangmerah/. Diakses 10 April 2017.
Kering.
Anonim. Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lahan Kering.http://sultra.litbang.pertanian.go.id. Diakses 10 April 2017. Anonim. Teknik Budidaya Bawang Merah. http://dinpertan.grobogan.go.id/komoditas-29-teknikbudidaya-bawang-merah.html. Diakses 10 April 2017. Anonim. Teknik Produksi Benih Bawang Merah. http://abi-maryam.blogspot.co.id/2015/03/teknikproduksi-benih-bawang-merah.html. Diakses 10 April 2017).