PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KAITAN ANTARA STRATEGI SELF- ENHANCEMENT DAN SELF-PROTECTION DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPsikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Flaviana Rinta Ferdian 119114093
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan -Lukas 1: 37-
Ketika Tuhan sudah memulai pekerjaan baik maka Tuhan pulalah yang akan menyelesaikannya – Filipi 1:6-
Mimpi adalah kunci Untuk kita menaklukan dunia... Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.... -Laskar Pelangi-
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan bagi, Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menguatkan, mendampingi, dan menjadikan segalanya indah pada waktuNya Orang tuaku, Bapak YB. Agus Purwanto & Ibu Indwari J. Saudara laki- lakiku, Cornelius Agri Fernaldy Sahabat-sahabat terbaik dalam hidupku
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KAITAN ANTARA STRATEGI SELF-ENHANCEMENT DAN SELFPROTECTION DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA Flaviana Rinta Ferdian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan antara strategi self-enhancement dan self-protectiondengan perilaku seksual pada remaja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah strategi self-enhancement (positivity embracement,favorable construals, dan self-affirming reflections) memprediksi perilaku seksual yang rendah pada remaja. Di sisi lain, strategi self-protection (defensiveness) memprediksi perilaku seksual yang tinggi pada remaja. Secara khusus, penelitian ini juga ingin melihat perbedaan gender dalam strategi self-enhancement dan selfprotectiondengan perilaku seksualpada remaja. Subjek penelitian ini sebanyak 206 remaja yang berpacaran. Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Teknik analisis data adalah analisis regresi dengan SPSS 16.0. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa strategi self-enhancement tidak memprediksi perilaku seksual pada remaja. Hal tersebut berarti bahwa remaja yang menggunakan strategi selfenhancement belum tentu tidak terlibat dalam perilaku seksual. Namun, strategi self-protection yaitu defensiveness memprediksi perilaku seksual pada remaja perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin remaja perempuan defensif, maka semakin terlibat dalam perilaku seksual. Kata kunci
:strategi self-enhancement dan self-protection,positivy embracement, favorable construals, self-affirming reflections, perilaku seksual, gender, remaja yang berpacaran
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-ENHANCEMENT AND SELFPROTECTION STRATEGIES WITH SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENT Flaviana Rinta Ferdian ABSTRACT
This study is aimed to explain the relation between self-enhancement and self-protection strategies with sexual behavior in adolescent. The hypothesis of this study was self-enhancement strategies (positivity embracement,favorable construals, andself-affirming reflections) predicted low sexual behavior in adolescent. Meanwhile, self-protection (defensiveness) predicted high sexual behavior in adolescent. Specifically, this study studied gender differences in the relation between self-enhancement and self-protection strategies with sexual behavior in adolescent.The amount subject of this study was 206 dating adolescent. Techniques used to collect the population sample was snowball sampling and the data was analyzed using regression analysis by SPSS. The result shown that self-enhancement strategies didn’t predict sexual behavior in adolescent. But, self-protection strategies (defensiveness) predicted sexual behavior in girl. Keywords :self-enhancement and self-protection strategies, positivy embracement, favorable construals, self-affirming reflections, sexual behavior, gender, dating adolescent
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan pada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan berkat dan pendampingan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Dalam
penyelesaikan skripsi yang penuh dengan lika- liku dan jatuh bangun, Tuhanlah yang menguatkan penulis untuk tetap berjuang menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari ada banyak pihak yang telah berkontribusi besar hingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr.Priyo Widianto, M. Si sebagai dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas kesabaran, perhatian, kerjasama, pendampingan, dan dukungan yang tiada henti diberikan hingga skripsi ini dapat selesai pada waktu yang telah ditentukanNya. 4. Ibu Debri Pristinella selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Seluruh dosen psikologi yang telah memberikan ilmu dan inspirasi kehidupan yang berguna untuk bekal perjalanan penulis selanjutnya, 6. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Giek, terimakasih atas keramahan dan pelayanan yang hangat selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi. x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Subjek penelitian yang telah bersedia untuk menyediakan waktunya terlibat dalam penelitian ini. 8. Bapak dan Ibu, terimakasih atas doa yang senantiasa dipanjatkan dan dukungan yang senantiasa diberikan untuk penulis. Skripsi ini merupakan salah satu cara dan bentuk terimakasih penulis atas segala ketulusan dan kebaikan yang tiada henti Bapak dan Ibu berikan. 9. Mas Agri, terimakasih atas kasih, dukungan, semangat, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis. 10. Untuk Alm. Simbah Katarina Sutriyati terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini di detik- detik terakhir hidup mbah. Terimakasih juga untuk Simbah Sudiran atas doa dan dukungannya. 11. Seseorang yang hadir dan memberi warna spesial dalam kehidupan penulis, terima kasih Ignatius Mayo Aquino Pang untuk dukungan, semangat, perhatian, dan pengertian yang diberikan kepada penulis. 12. Teman- teman penelitian payung, Mbak Haksi, Mbak Fiona, Mbak Dita, Mbak Martha, Mbak Ditha, Dara, Nathan, Marlina, Vita, Rosa, dan Riska, terimakasih untuk kebersamaan, perjuangan, persahabatan, suka duka, canda tawa, dan pengalaman hidup yang tak terlupakan. Kalian dan pengalaman bersama kalian sungguh berharga dan membentuk penulis menjadi seseorang yang sungguh lebih baik. 13. Teman- teman Cucok Rumpi Dara, Putri, Anita,Vivi, dan Hervy terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang telah terjalin selama xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ini. Bersyukur dapat mengenal dan menjalin persahabatan dengan kalian, Semoga kebersamaan dan persahabatan ini untuk selamanya, 14. Teman – teman penulis semasa sekolah, Siska, Dara, Lina, Nia, Siwi, Widya, Adit, Nane, Melo, Sesil dan Thita, terimakasih atas perhatian, dukungan, dan persahabatan yang telah terjalin selama ini. Beruntung dan bangga dapat memiliki teman- teman yang selalu ada untuk penulis hingga saat ini. 15. Teman- teman kos Dewi 1, Rita, Dara, dan spesial untuk Uci, terimakasih untuk canda tawa, dukungan di saat penulis mulai menyerah untuk menyelesaikan skripsi ini , dan kebersamaan berbagi kisah dan rasa selama 4 tahun ini. Semoga persahabatan ini tetap berlanjut walaupun kelak kita berada dalam tempat yang berbeda. 16. Teman- teman KKN kelompok 29, Adit, Andrew, Nino, Fenti, Lisa, Mela, Ayuk, Cilla, dan Sari, terimakasih untuk kebersamaan dan persahabatan yang terjalin tidak hanya selama KKN, tetapi masih berlanjut hingga saat ini. 17. Seluruh teman- teman angkatan 2011, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. 18. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis
menyadari
bahwa
skripsi
ini
tidak
lepas
dari
kesempurnaan. Oleh karena itu,sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga karya ini dapat berguna bagi masyarakat dan para pembaca. Yogyakarta, Juli 2015 Penulis
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................... vi ABSTRAK ...........................................................................................................vii ABSTRACT ..........................................................................................................viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ..............................................................................................xviii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xx BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................7 C. Tujuan Penelitian.........................................................................................7 D. Manfaat Penelitian......................................................................................7 1. Teoretis....................................................................................................8 2. Praktis.....................................................................................................8
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................10 A. Seksualitas..................................................................................................10 1. Perilaku Seksual.............................................................................10 2. Perilaku Seksual dalam Relasi Romantis.......................................10 3. Perilaku Seksual pada Remaja.......................................................11 4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual...............................12 5.
Bentuk- Bentuk Perilaku Seksual pada Remaja...........................17
6. Dampak Tingginya Perilaku Seksual pads Remaja.......................19 7. Pengukuran Perilaku Seksual.........................................................20 B. Self-Motive.................................................................................................20 1. Pengertian.......................................................................................20 2. Jenis Self-Motive............................................................................21 C. Self-enhancement sebagai Self-Motive yang Paling Sering Digunakan.....23 1. Jenis self-motive ‘self-enhancement’..............................................24 2. Strategi self-enhancement dan self-protection...............................25 3. Pengelompokan strategi self-enhancement dan self-protection.....27 4. Dampak self-motive ‘self-enhancement’....................................31 5. Perbedaan Budaya dalam Strategi Self-Enhancement dan SelfProtection..................................................................................33 6. Perbedaan
Gender
dalam
Strategi
Self-Enhancement,
Self-
Protection, dan Perilaku Seksual...............................................35 7. Pengukuran Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection.......37
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Kaitan Antara Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dan Perilaku Seksual Pada Remaja.....................................................................39 E. Hipotesis.....................................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................48 A. Jenis Penelitian...........................................................................................48 B. Variabel Penelitian ....................................................................................48 C. Definisi Operasional...................................................................................48 1. Perilaku Seksual.............................................................................48 2. Self- Enhancement dan Self- Protection.........................................49 D. Subjek Penelitian........................................................................................51 E. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................52 F. Metode Dan Alat Pengumpul Data............................................................54 1. Metode ..........................................................................................54 2. Alat Pengumpulan Data ................................................................54 G. Validitas Dan Reliabilitas..........................................................................61 1. Validitas Skala ...............................................................................61 2. Seleksi Item....................................................................................63 3. Reliabilitas......................................................................................64 H. Metode Analisis Data ................................................................................67 1. Uji Prasyarat Analisis........................................................67 2. Metode Analisis Data........................................................68
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................69 A. Persiapan Penelitian...................................................................................69 1. Uji Coba Alat Ukur..........................................................69 2. Penerjemahan Skala..................................................................70 B. Pelaksanaan Penelitian..............................................................................71 C. Gambaran Demografis Subjek Penelitian..................................................71 D. Analisis Deskriptif..............................................................................72 1. Analisis Deskriptif terkait strategi self-enhancement dan selfprotection....................................................................................72 2. Analisis Deskriptif Terkait Perilaku Seksual.............................74 E. Hasil Penelitian.....................................................................................75 1. Uji Asumsi...............................................................................75 2. Uji Hipotesis............................................................................83 F. Pembahasan.........................................................................................87 G. Keterbatasan Penelitian.........................................................................92 BAB V Kesimpulan Dan Saran .............................................................................93 A. Kesimpulan................................................................................................93 B. Saran .........................................................................................................94 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................97 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................107
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1.Blueprint skala perilaku seksual sebelum uji coba...................................55 Tabel 2. Blueprint Self- Enhancement and Self- Protection Scale (Short Form)..60 Tabel 3. Blueprint Skala Perilaku Seksual Sesudah Uji Coba...............................64 Tabel 4. Hasil rata-rata subjek pada skala self-enhancement dan self-protection..72 Tabel 5.Hasil rata-rata subjek pada skala Perilaku Seksual..................................74 Tabel 6. Tabel Kolmogrov Sminorv strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual.........................................................................................75 Tabel 7. Uji Homogenitas strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual.....................................................................................................77 Tabel 8. Hasil Test for Linearity Positivy Embracement dengan Perilaku Seksual .................................................................................................................79 Tabel 9. Hasil Test for Linearity Favorable Construals dengan Perilaku Seksual.................................................................................................................79 Tabel 10. Hasil Test for Linearity Self-Affirming Reflections dengan Perilaku
Seksual..................................................................................................................80 Tabel 11. Hasil Test for Linearity Defensiveness dengan Perilaku Seksual.........80 Tabel 12. Uji multikolonieritas Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual......................................................................................82 Tabel 13. Hasil Regresi Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual ..................................................................................................83 Tabel 14. Hasil Regresi Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual pada perempuan..........................................................................85 xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 15. Hasil Regresi Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual pada laki-laki .............................................................................86
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Jenis Self-Motive.......................................................................22 Gambar 2. Bagan Jenis ‘Self-Motive’ ‘Self-Enhancement’..................................25. Gambar 3. Framework Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual pada Remaja...............................................................................46 Gambar 4. Grafik normal P-P plot of regression standardized residual strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual.............................76 Gambar 5. Scatterplot Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual ....................................................................................................78 Gambar 6. Scaterplot Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual....................................................................................................81
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Skala Pengukuran ..........................................................................108 Lampiran B. Skala Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection....................110 Lampiran C. Skala Perilaku Seksual...................................................................115. Lampiran D. Seleksi Item Perilaku Seksual........................................................116 Lampiran E. Reliabilitas.......................................................................................118
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika memasuki usia remaja, individu akan mengalami pubertas. Pubertas adalah suatu periode ketika kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh (Santrock, 2003). Kematangan fisik ini berupa matangnya kelenjar hipofisis yang merangsang pengeluaran hormon kelamin (Mönks dkk, 1996). Perubahan hormonal ini meningkatkan dorongan seksual pada remaja yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual (Sarwono, 2007). Dibandingkan generasi- generasi sebelumnya, perubahan hormonal ini berlangsung semakin awal (Santrock, 2003). Hal ini berdampak pada aktifitas seksual yang kemunculannya semakin dini (Santrock, 2003). Aktifitas seksual yang semakin dini menyebabkan tingginya tingkat perilaku seksual pada remaja (Hensaw, 2001). Tingginya perilaku seksual pada remaja ini ditunjukkanoleh data hasilSurveiKesehatanReproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Hasilsurvei menunjukkan bahwa prevalensi hubungan seksual pranikah pada remaja laki- laki meningkat sebanyak 1,8 % dan perempuan 0,2 % dibandingkan pada survei sebelumnya pada tahun 2003. Hasil SKRRI tahun 2007 ini menunjukkan bahwa 6% remaja laki-laki mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dan 1% remaja
perempuan
mengatakan
pernah
(Lestary&Sugiharti,2011).
1
melakukan
hubungan
seksual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Data lain yang menunjukkan peningkatanperilaku seksual adalah tingginya kasus HIV/ AIDS. Di Propinsi Jawa Tengah, dari 14 kasus pada tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005. Proporsi terbesar kasus HIV terdapat pada golongan umur 20-24 tahun yang tergolong pada usia remaja (Hatmadji & Rochani, 1993). Tingginya perilaku seksual pada remaja tersebut dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan(Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand,2001) dan tertular penyakit seksual (Feldman & Rosenthal, 2002). Padahal, kehamilanusia remaja merupakan kehamilan dengan risiko tinggi. Data menunjukkanbahwa angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi pada kehamilan usia tersebut 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita dewasa (Affandi, 1992). Selain dampak fisik, perilaku seksual yang tinggi pada remaja memiliki dampak sosial dan psikologis. Secara sosial, perilaku seksual yang tinggi dapat berdampak pada cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya (Moore & Roosenthal, 2006; Sarwono, 2003). Secara psikologis, dampak yang diakibatkan oleh tingginya perilaku seksual pada remaja adalah perasaan bersalah, depresi, perasaan takut, berdosa dan marah (Donahue, D'Onofrio, Bates, Lansford, Dodge, & Pettit, 2010; Sarwono, 2003).Dampak tingginya perilaku seksual pada remaja juga diperparah dengan kondisi fisik, kognitif dan emosional mereka yang juga sedang berkembang pesat. Keadaan tersebut membuat tingginya perilaku seksual yang dilakukan pada usia remaja akan mempengaruhi suasana hati dan perkembangan otak mereka hingga menjadi dewasa (Wahyudi, 2015).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Faktabahwaperilakuseksual remaja memiliki prevalensi yang tinggi dan mengingat besarnya bahaya yang ditimbulkan, maka dibutuhkan pencegahan terhadap perilaku seksual remaja (Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand,2001). Selama ini telah banyak dilakukan psikoedukasi untuk mencegah perilaku seksual pada remaja (Kirby, Laris, & Rolleri, 2007). Psikoedukasi yang dilakukan meliputi, pengajaran mengenai nilai- nilai personal dan sikap, peningkatan efikasi diri, dan pencarian informasi yang positif terhadap diri atau motifselfenhancement(Mann, Hosman, Schaalma, & de Vries, 2004). Terkait dengan relasi, psikoedukasi yang dilakukan meliputi pengajaran tentang persepsi nilai dan perilaku teman sebaya, pengajaran mengenai komunikasi yang baik, dan cara menjalin hubungan yang baik dengan orang tua (Kirby, Laris, & Rolleri, 2007; Tangneey, Baumeister, & Bushman, 2004).Selain itu, psikoedukasi yang dilakukan juga memberikan pengetahuan mengenai isu- isu seksualitas seperti persepsi risiko dan konsekuensi yang akan dihadapi ketika melakukan hubungan seksual dan memberikan informasi mengenai kemungkinan lain yang dapat memediasi perilaku seksual yang tinggi seperti alkohol dan narkoba (Kirby, Laris, & Rolleri, 2007; Tangneey, Baumeister, & Bushman, 2004). Pada dekade ini, psikoedukasi untuk mengurangi munculnya perilaku seksual lebih banyak berfokus pada peningkatan motif self-enhancement (Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006). Hal ini disebabkan motif self-enhancement merupakan motif yang paling kuat, paling sering digunakan, dan yang paling dapat meningkatkan harga diri pada individu (Goodson, Buhi, & Dunsmore,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
2006). Sementara beberapa penelitian menyebutkan harga diri merupakan fakor protektif munculnya perilaku seksual. Dengan meningkatkan harga diri melalui motif self-enhancement, diharapkan remaja menjadi kurang terlibat dalam perilaku seksual. Motif selfenhancement merupakan hasrat untuk mengetahui informasi positif mengenai dirinya (Crisp & Turner, 2010). Tujuan dari motif self-enhancement adalah untuk merasa baik mengenai dirinya dan meningkatkan harga diri pada individu (Baumeister & Bushman, 2008; Crisp & Turner, 2010). MenurutAsel, Lievens, & Levy (2007) dan Sedikides & Strube (1997) untuk mendapatkan tujuan tersebut, individu dapat melakukan self-enhancement (meningkatkan pandangan positif terhadap diri)dan self-protection (menghindari pandangan negatif terhadap diri). Menurut Hepper, Gramzow, & Sedikides (2010) terdapat 3 strategi yang dilakukan orang untuk self-enhancement. Ketiga strategi tersebut adalah positivity embracement, favorable construals, dan self-affirming reflections. Positivity embracementadalah strategi untuk mencari timbal balik yang positif, favorable consrtuals adalah strategi kognitif untuk menginterpretasi dunia secara positif, dan self-affirmation reflections adalah strategi untuk menegaskan hal positif yang dimiliki individu. Selain itu, terdapat satu buah strategi yang dilakukan individu untuk self-protection yaitu defensiveness.Defensiveness adalah strategi untuk menghindari, meminimalkan, dan mengurangi timbal balik yang negatif. Akan
tetapi,
psikoedukasi
berbasis
peningkatan
motif
self-
enhancementyang telah dilakukan dianggap kurang efektif (Crocker; 2002;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
Exline, Baumeister & Bushman, 2004; Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006:). Hal ini mungkin disebabkan karena hubungan antara melihat diri secara positif dan perilaku seksual pada remaja masih belum menemukan kesimpulan (Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006; Crisp & Turner, 2010; Dawson, Shih, de Moor, & Shrier 2008; Dunsmore, 2006; Neumark-Sztainer,Story, Prancis, & Resnick, 1997; Shrier et al, 2001). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa peningkatan persepsi positif terhadap diri berhubungan dengan berkurangnya perilaku seksual (Dawson, Shih, de Moor, &Shrier 2008; Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand, 2001), sementara beberapa penelitian lain tidak menemukan hubungan di antara kedua hal tersebut (Neumark-Sztainer, Story, Prancis, & Resnick, 1997; Shrier et al, 2001). Selain itu, menurut peneliti psikoedukasi berbasis peningkatan motif selfenhancement (King, Vidourek, Davis& McClellan, 2002; Mann, Hosman, Schaalma, &de Vries, 2004) menjadi kurang efektif mungkin karena psikoedukasi yang dilakukan terlalu berfokus pada self-enhancement. Jarang ditemukan psikoedukasi berbasis motif self-enhancement yang melibatkan pengurangan motif self-protection. Padahal, peningkatan motif self-enhancement seringkali juga dilakukan dengan strategi self-protection (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Individu yang cenderung menggunakan strategi self-protection hanya mau mengetahui hal positif mengenai dirinya dan menolak pandangan yang negatif mengenai dirinya (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013; Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
Individu melakukan banyak defense untuk menghindari pandangan megatif terhadap dirinya (Baumeister, 1998; Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Individu yang melakukan self-protection dengan melakukan banyak defense tentunya menjadi individu yang tidak sehat secara psikologis. Ketika individu tersebut banyak melakukan motif self-enhancement dengan cara meningkatkan pandangan positif terhadap diri namun tidak mengurangi defense yang biasa dilakukan, individu akan cenderung menjadi orang yang narsistik (Foster, Shrira, & Campbell, 2006). Terkait dengan perilaku seksual, individu yang narsistik akan cenderung lebih terlibat dalam perilaku seksual karena individu tersebut merasa spesial dan sangat yakin bahwa ketika terlibat dalam perilaku seksual dirinya tidak akan hamil (Crisp & Turner, 2010). Hal itulah yang mungkin menjadi alasan tidak efektifnya psikoedukasi untuk mengurangi perilaku seksual yang terlalu berfokus pada peningkatan self-enhancement, namun tidak mengurangi self-protection. Walaupun demikian, penjelasan di atas memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji gagasan terkait strategi self-enhancement dan self-protectionuntuk mengurangi perilaku seksual.
Penelitian
ini
dilakukan untuk menguji keterkaitan antara strategi self-protection dan selfenhancement dengan perilaku seksual. Secara lebih spesifik, penelitian ini ingin melihat keterkaitan antara strategi self-enhancement (positivity embracement, favorable
construals,
self-affirming
reflections)
dan
self-protection
(defensiveness) dengan perilaku seksual. Penelitian ini melibatkan strategi selfprotection dengan harapan akan mendapatkan data yang jelas mengenai hubungan antara motif self-enhancement dengan perilaku seksual secara menyeluruh tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
hanya hubungan antara self-enhancement dan perilaku seksual seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya (Dawson, Shih, de Moor, &Shrier 2008; Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand, 2001; Neumark-Sztainer,Story, Prancis, & Resnick, 1997; Shrier et al, 2001). Dengan demikian, penelitin ini diharapkan dapat menjelaskan relasi antara motif self-enhancement dengan perilaku seksual sehingga bisa menjadi masukan bagi psikoedukasi berbasis motif selfenhancement untuk mengurangi perilaku seksual. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui penyebab psikoedukasi peningkatan motif selfenhancement yang dilakukan selama ini kurang efekif dan dapat dijadikan saran untuk psikoedukasi selanjutnya. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, selanjutnya ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana keterkaitan antara strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual pada remaja?
C.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keterkaitan antara strategi self- enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual pada remaja.
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa manfaat teoretis dan manfaat praktis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat berkontribusi dalam menjelaskan hubungan antara motif self-enhancement dan perilaku seksual remaja yang selama ini belum jelas. Hal ini disebabkan belum ditemukan kesimpulan antara peningkatan motif self-enhancement dengan perilaku seksual. Selain itu, penelitian ini juga memberikan sebuah kontribusi untuk penelitian lebih lanjut mengenai strategi self-enhancement dan self-protection serta perilaku seksual pada remaja. Penelitian ini juga dapat memberikan literatur tambahan dalam studi tentang psikologi khususnya dalam lingkup Psikologi Sosial dan Psikologi Klinis. 2. Manfaat Praktis Bagi remaja, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk memahami mengenai peranan strategi self-enhancement dan selfprotection dalam perilaku seksual. Dengan demikian, mereka dapat lebih mengenali diri mereka dan lebih mampu mengendalikan perilaku seksual mereka. Bagi pemerhati remaja, selama ini psikoedukasi berbasis motifselfenhancement
kurang
efektif.
Psikoedukasi
mengenai
motif
self-
enhancementdirasa kurang efektif karena belum menemukan kesimpulan antara keterkaitan keduanya dan selama ini psikoedukasi hanya berfokus pada strategi self-enhancement. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan pelatihan dan pendampingan pada remaja. Adapun pelatihan dan pendampingan tersebut terkait dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
penyusunan psikoedukasi berbasis strategi self-enhancement dan selfprotectionuntuk membuat remaja lebih dapat mengendalikan perilaku seksual mereka.Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai perilaku seksual pada remaja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Seksualitas 1.
Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah aktivitas yang disertai dengan tanda fisiologis dari gairah seksual yang melibatkan tubuh dalam ekspresi dari erotis dan rasa kasih sayang (Rathus, Nevid, & Pearson, 2008). Menurut Sarwono 2003, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual.
2.
Perilaku Seksual dalam Relasi Romantis Dalam relasi romantis, perilaku seksual bersifat meningkat atau progresif (Broderick, 2003), mulai dari foreplay yaitu interaksi fisik yang secara seksual dapat menstimulasi dan merupakan tahapan awal dari hubungan seksual, diikuti dengan berciuman, bersentuhan, menstimulasi dada, oral-genital-stimulation, dan hubungan seksual. Berciuman, menyentuh organ genital, dan oral-genitalcontact dapat menjadi perilaku
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
seksual yang berdiri sendiri dantidak selalu sebagai pendahulu hubungan seksual (Rathus, Nevid, & Pearson, 2008). Dalam perilaku seksual, penentu utama dari gairah seksual dan respon seksual adalah perasaan pasangan dan kualitas dari hubungan alih-alih teknik yang digunakan (Colson et al, 2006). Pasangan lebih mengalami kesenangan yang sama dalam perilaku seksual ketika mereka sensitif terhadap kebutuhan seksual masing-masing dan menggunakan teknik yang membuat keduanya merasa nyaman (Rathus, Nevid, & Pearson, 2008).
3. Perilaku Seksual pada Remaja Perilaku seksual pada remaja meningkat selama beberapa tahun belakangan ini (Santrock, 2003).Meningkatnya perilaku seksual pada remaja menimbulkan kekhawatiran tentang tingginya risiko kehamilan yang tidak diinginkan (Aneesh & Simmons, 2007)dan penyakit menular seksual (Turner & Moses,1989), terutama penyakit yang menakutkan dan mematikan yaitu AIDS (Moore & Roosenthal, 2006). Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa banyak remaja yang mengabaikan risiko kehamilan dan tertular penyakit seksual (Timor & Listyaningsih, 2012).Hal ini terutama terjadi di negara-negara berkembang atau negaranegara dengan tingkat kemisikinan yang tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan (Holschneider & Alexander 2003). Walaupun sudah ada banyak teknik kontrasepsi yang tersedia saat ini, akan tetapi tingkat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja menunjukkan bahwa mereka mengabaikan penggunanan kontrasepsi. Studi terbaru dari penggunaan kondom di banyak negara menunjukkan bahwa banyak anak muda
menggunakannya
secara
tidak
konsisten
atau
tidak
menggunakannya sama sekali (Holschneider & Alexander 2003; Rosenthal et al 1998; Smith et al 2003.; Sneed et al. 2001).
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksualpada Remaja a.
Internal Perilaku seksual dapat disebabkan oleh faktor internal atau dari dalam diri individu sendiri. Faktor internal ini merupakan kumpulan faktor, termasuk kualitas, kemampuan, pengetahuan, sikap, dan perilaku, yang ada pada individu dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perilaku. Faktor internal ini dibagi menjadi biologis, kognitif, dan psikologis (Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand, 2001). Secara biologis, remaja mengalami perubahan dalam hal seksual yaitu matangnya kelenjar hipofisis yang merangsang pengeluaran hormon kelamin (Mönks dkk, 1996). Perubahan hormonal ini meningkatkan dorongan seksual pada remaja yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu (Sarwono, 2003).
Selain itu, Hurlock (1990) mengungkapkan
bahwa remaja mulai peduli dengan daya tarik seksual dan mulai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
merasakan campuran cinta dan nafsu birahi. Daya tarik ini mendorong remaja untuk terlibat dalam hubungan yang lebih intens dengan orang lain baik sesama maupun lawan jenis atau sering disebut dengan pacaran (Collins, Welsh, & Furman, 2009). Adanya dorongan seksual dan kebutuhan untuk menjalin relasi yang lebih intens dengan orang lain membuat remaja menyalurkan dorongan seksual kepada pacar (Sarwono, 2003). Dalam hal kognitif, remaja memiliki pemikiran idealistis. Remaja mulai memikirkan tentang standar-standar ideal bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, mereka membandingkan diri sendiri dengan orang lain dengan standar-standar tersebut.Pada akhirnya, remaja menjadi dibingungkan dengan banyak standar ideal yang diadopsi. Selain itu, pemikiran remaja bersifat egosentris. Remaja dengan egosentris yang tinggi kemungkinan akan merasa bahwa dirinya spesial. Hal ini membuat remaja merasa bahwa dirinya unik dan dapat melakukan hubungan seksual tanpa takut akan kemungkinan hamil (Santrock, 2003). Selain itu, faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah faktor psikologis. Pada masa remaja, remaja mengalami gejolak emosi yang pada umumnya disebabkan oleh adanya konflik peran dan sosial. Di satu pihak remaja sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak remaja masih harus terus mengikut kemauan orang tua. Remaja yang tidak dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
mengembangkan kemandirian mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan dan dapat terlibat perilaku seksual yang tinggi. Adapun faktor psikologis lain yang dapat mempengaruhi adalah self efficacy, self esteem, psychological distress, agama, personal risk, vulnerability, dan morality of sex (Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand, 2001). b. Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial budaya (Kotchick, Shaffer, Miller, &Forehand, 2001). Keluarga dapat mempengaruhi aktifitas seksual remaja melalui struktur keluarga dan proses keluarga. Dalam variabel struktur keluarga, remaja yang tinggal dengan kedua orang tuanya merupakan faktor protektif terhadap perilaku seksual (Jemmot & Jemmot, 1992). Hal ini disebabkan remaja yang tinggal bersama orang tuanya jauh lebih diamati atau diatur dalam aktivitas sosialnya sehingga remaja kurang terlibat dalam perilaku seksual. Selain itu, terdapat penelitian yang menemukan hubungan antara Social Economy Status (SES) dengan risiko kehamilan pada remaja. Remaja yang hidup dalam kemiskinan akan cenderung memiliki pendidikan yang rendah. Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan akan risiko yang ditimbulkan dari tingginya perilaku seksual sehingga remaja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
menjadi lebih rentan akan kehamilan tidak diinginkan (Gordon, 1996; Roosa, 1997). Dalam variabel proses keluarga pengasuhan yang baik seperti kualitas hubungan, monitor yang dilakukan anggota keluarga terhadap perilaku seksual remaja, dan komunikasi dengan remaja dapat mengkontrol perilaku seksual pada remaja (Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand, 2001). Selain dari faktor keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja. Hal ini disebabkan teman sebaya dan lingkungan sekolah merupakan sarana
remaja untuk mengembangkan identitasnya dan tempat
remaja untuk beradaptasi ke dalam jaringan sosial yang kompleks (Wierson& Forehand, 1993). Oleh karena itu, teman sebaya dan lingkungan dapat mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam perilaku seksual tertentu (Kotchick, Shaffer, Miller, & Forehand, 2001). Faktor sosial budaya juga berperan pada perilaku seksual remaja. Menurut Moore & Roosenthal (2006) setiap budaya memiliki 'sexual script'. 'Sexual script' adalah pedoman perilaku seksual yang
dinilai sebagai suatu hal yang diinginkan dalam
budaya tertentu. Sexual script berisi perilaku seksual apa yang boleh dilakukan ,bagaimana melakukannya, dan dengan siapa melakukannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Remaja mengembangkan 'sexual script' pertama kali dari mendengarkan orang lain berbicara, menyerap budaya populer melalui menonton film, video atau televisi, membaca majalah dan buku. Dengan cara ini, remaja mengetahui perilaku seksual apa yang tepat dan perilaku seksual yang tidak pantas untuk dilakukan oleh seseorang dengan usia dan jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, ‘sexual script’ ini dapat mempengaruhi perilaku seksual yang dilakukan dalam relasi pacaran remaja pada setiap budaya. Di Indonesia sendiri terdapat ‘sexual script’ yang melarang adanya hubungan seksual pranikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan sebelum menikah. Kegadisan seringkali dilambangkan sebagai “mahkota” atau “harta yang paling berharga” atau “tanda kesucian” atau “tanda kesetiaan suami”. Hilangnya kegadisan bisa berakibat pada depresi walaupun tidak membawa akibat-akibat lain seperti kehamilan atau penyakit kelamin (Sarwono, 2003). Hubungan seks di luar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi juga tidak boleh ada. Anggapan ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama, yang pada gilirannya menyebabkan sikap negatif masyarakat terhadap seksualitas. Orang tua dan pendidik menjadi tidak mau terbuka atau berterus terang kepada anak-anak. Anak-anak tidak didik tentang seksualitas karena takut kalau-kalau anak-anak itu menjadi ikut-ikutan mau melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
hubungan
seksual
sebelum
waktunya
(sebelum
menikah).
Seksualitas menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun dengan orang tuanya sendiri. Orang tua yang tidak membicarakan seksualitas dengan anaknya dan relasi orang tua dan anak yang berjarak membuat anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman dalam usahanya untuk memahami tentang seksualitas.
5. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksualpada Remaja Menurut Levay & Valente (2006) dan Sarwono (2007) bentuk perilaku seksual meliputi: a. Berpegangan tangan Berpegangan tangan adalah saling memegang tangan pacar. Berpegangan tangan tidak menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya. b. Berpelukan Berpelukan adalah meraih pacar ke dalam dekapan kedua tangan yang dilingkarkan. c. Berciuman di pipi/ kening Berciuma di pipi/ kening adalah melekatkan bibir ke pipi/ kening pacar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
d. Berciuman di bibir/ leher Berciuman di bibir adalah saling melekatkan bibir. Terdapat dua jenis berciuman di bibir yaitu berciuman dengan bibir tertutup dan berciuman dengan bibir terbuka. Berciuman dengan bibir
tertutup
merupakan
ciuman
yang umum
dilakukan.
Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah disebut dengan frenchkiss. Terkadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam atau deep-kissing. Selain itu, juga terdapat ciuman di sekitar leher atau melekatkan bibir ke leher pasangan yang sering disebut dengan necking. e. Menggerayangi/ digerayangi tubuh pacar dalam keadaan masih berpakaian Menggerayangi/ digerayangi tubuh pacar dalam keadaan masih berpakaianadalah merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadangkadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian. f.
Menggerayangi/ digerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaian Menggerayangi/ digerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaianadalah merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadangkadang daerah kemaluan dalam kondisi telanjang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
g. Ditempel/ menempelkan tubuh dan/atau alat vital ke tubuh pacar Ditempel/ menempelkan tubuh dan/atau alat vital ke tubuh pacar meruupakan perilaku menempelkan dan menggesekgesekkan organ kelamin. Perilaku ini juga sering disebut dengan petting. h. Hubungan Seksual Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.
6. Dampak Tingginya Perilaku Seksual pada Remaja Secara psikologis, dampak yang diakibatkan oleh tingginya perilaku seksual pada remaja adalah perasaan bersalah, depresi, perasaan takut, berdosa dan marah (Sarwono, 2003). Sedangkan secara fisiologis dapat berdampak pada terganggunya kesehatan, risiko kehamilan dan kematian bayi yang tinggi, dan tertular penyakit seksual. Secara sosial dapat berdampak pada cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya (Sarwono, 2003). Dampak tingginya perilaku seksual pada remaja diperparah dengan kondisi fisik, kognitif, dan mental emosional mereka sedang berkembang pesat. Keadaan tersebut membuat seringnya perilaku seksual yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
dilakukan pada usia remaja dapat mempengaruhi suasana hati dan perkembangan otak remaja sampai dewasa (Wahyudi, 2015).
7. Pengukuran Perilaku seksual Peneliti menggunakan skala perilaku seksual yang dibuat sendiri oleh peneliti. Skala ini menanyakan kepada remaja mengenai perilaku seksual yang dilakukan bersama pacar selama 1 bulan terakhir mulai dari berpegangan tangan hingga berhubungan seksual. Peneliti tidak menggunakan skala perilaku seksual yang sudah ada karena pada skala yang sudah ada terdapat kata-kata yang sulit dipahami dalam pertanyaan-pertanyaannya seperti pada Sexual Risk Survey (SRS) (Turchik & Garske, 2009). Selain itu, pada skala lain yaitu Adolescent Sexual Activity Index (ASAI) lebih mengukur pada perilaku seksual berisiko bukan pada perilaku seksual pada umumnya (Hansen, Paskett, & Carter, 1999).
B. Self-Motive 1.
Pengertian Menurut Leary, 2006 self-motive adalah kecenderungan untuk membangun
atau
mempertahankan
keadaan
tertentu
dari
self-
awareness(kesadaran diri), self-representation(representasi diri), atau selfevaluation(evaluasi diri).Menurut Anseel, Lievens, & Levy, 2007, selfmotive adalah cara orang mencari informasi mengenai dirinya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
menginterpretasikan ketepatan informasi tersebut,dan bermaksud untuk merubah perilakunya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa selfmotive adalah kecenderungan untuk membangun atau mempertahankan keadaan tertentu dari diri dengan cara mencari informasi mengenai dirinya, menginterpretasikan
ketepatannya,dan
bermaksud
untuk
merubah
perilakunya.
2. Jenis Self-Motive a. Self-assesment Menurut Crisp & Turner (2010)self-assesment adalah hasrat untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya baik positif atau negatif. Sedangkan menurut Gaughan & Hogg (2008) self-assesment adalah motif untuk mencari informasi baru mengenai diri untuk menemukan seperti apa individu sesungguhnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa self-assesment adalah hasrat untuk mencari informasi yang sebenarnya mengenai diri kita. b. Self-verification Menurut
Crisp & Turner (2010)self-verification adalah hasrat
untuk mengkonfimasi hal-hal yang sudah kita percayai mengenai diri, sekalipun kita melihat diri secara negatif. Sedangkan, Leary (2006)mendefinisikann self-verificationsebagai kecenderungan orang untuk memilih dan mencari informasi yang konsisten dengan pandangan yang sudah ada terhadap diri mereka. Gaughan & Hogg
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
(2008) mendefinisikan self-verificationsebagai pencarian informasi dengan memeriksa dan mengkonfirmasi hal-hal yang sudah diketahui individu mengenai dirinya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa self-verification adalah pemilihan dan pencarian informasi yang sesuai dengan apa yang individu ketahui mengenai dirinya. c.
Self-enhancement Menurut Crisp & Turner, 2010, self-enhancement adalah hasrat untuk mencari informasi positif mengenai diri. SedangkanGaughan & Hogg (2008) mendefinisikan self-enhancement sebagai motif untuk mengembangkan
dan
meningkatkan
gambaran
diri
yang
menyenangkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa selfenhancement adalah hasrat untuk mencari informasi yang postiif mengenai diri kita.
Self-Assesment
Self-Motive
Self-Verification
Self-Enhancement
Gambar 1. Bagan JenisSelf-Motive
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
C. Self-enhancement sebagai Self-Motiveyang Paling Sering Digunakan Self-enhancement merupakan self-motive yang paling kuat dan paling sering digunakan (Baumeister & Bushman, 2008; Crisp & Turner, 2010; Gaughan & Hogg, 2008).Hal ini disebabkan kebanyakan orang ingin mendengar hal yang baik mengenai dirinya. Selain itu, self-enhancement memiliki
daya
tarik
emosi
yang
kuat,
sedangkan
self-verification
hanyamemiliki daya tarik kognitif. Individu memiliki keinginan untuk percaya dan menerima timbal balik yang konsisten dalam reaksi kognitif, tetapi secara emosional individu lebih menyukai sanjungan dan timbal balik yang positif. Selain itu, pengetahuan yang akurat (self-assesment dan self-verification) lebih berguna untuk membuat keputusan tetapi individu lebih senang untuk diterima orang lain (self-enhancement). Hal ini disebabkan, penerimaan orang lain memunculkan emosi positif yang kuat dan individu cenderung menyukainya (Baumeister & Bushman, 2008). Selain itu, self-enhancement merupakan motif yang paling kuat karena self-enhancement dapat meningkatkan harga diri individu, sementara harga diri yang tinggi merupakan bekal individu untuk menjadi adaptif. Ketika individu memiliki harga diri yang tinggi maka individu tersebut dapat meregulasi dirinya secara efektif sehingga dapat menghadapi kejadian positif dan negatif dalam hidupnya dengan cara yang lebih membangun. Oleh karena itu, individu cenderung memiliki keinginan untuk mempunyai harga diri yang tinggi dan mencapai harga diri tersebut (Crisp & Turner, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
1. Jenis self-motive ‘self-enhancement’ Individutermotivasi untuk self-enhancement karena ingin memiliki konsep diri yang positif (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Oleh karena itu, individu termotivasi untuk meningkatkan pandangan positif tentang diri (self-enhancement) dan melindungi diri dari pandangan negatif (self-protection) (Hepper & Sedikides, 2010). Walaupun istilah “self-enhancement” merujuk pada upaya untuk mengejar pandangan diri yang positif (self-enhance), istilah tersebut juga merujuk pada upaya untuk menjaga atau melindungi pandangan positif terhadap diri yang sudah ada (self-protection) (Sedikides & Strube, 1997). Anseel, Lievens, & Levy (2007) juga menyatakan bahwa self-enhancement merupakan motivasi untuk memperbaiki konsep diri yang menyenangkan (self-enhance) dan melindungi konsep diri mereka dari informasi negatif (self-protect). Oleh karena itu, self-motive selfenhancement terbagi menjadi dua yaitu self-enhancement dan selfprotection (Alicke & Govorun, 2005, Baumeister, 1998; Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010; Sedikides, Green, & Pinter, 2010). a. Self-enhancement Menurut Baumeister (1998) self-enhancement adalah upaya untuk mencapai pandangan terhadap diri yang positif. Menurut Hepper, Sedikides, & Cai (2013) self-enhancement adalah upaya untuk menjaga atau meningkatkan pandangan terhadap diri yang positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa self-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
enhancement adalah upaya untuk meningkatkan pandangan positif terhadap diri. b. Self-protection Menurut
Baumeister
(1998)self-protection
merupakan
upaya untuk menghindari pandangan negatif terhadap diri. Menurut Hepper, Sedikides, & Cai (2013)self-protection adalah upaya untuk mengurangi atau meminimalkan pandangan terhadap diri yang negatif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa selfprotection adalah upaya untuk menghindari pandangan terhadap diri yang negatif. Self-Enhancement
Jenis ‘SelfMotive’‘SelfEnhancement’
Self-Protection
Gambar 2. Bagan Jenis ‘Self-Motive’ ‘Self-Enhancement’
2. Strategi self-enhancement dan self-protection Oleh
karena
pentingnya
self-enhancement,
individu
mengembangkan strategi dan teknik untuk mengejar hal tersebut (Gaughan & Hogg, 2008). Peneliti-peneliti telah mendokumentasikan variasi atau strategi yang digunakan individu untuk self-enhance dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
self-protect (Crisp & Turner, 2010; Greenwald, 1980; Sedikides, Skowronski, & Gaertner, 2004; Tesser, Crepaz, Collins, Cornell, & Beach, 2000 dalam Hepper & Sedikides, 2010). Adapun strategistrategi tersebut adalah: a. Self-affirmation: individu berusaha untuk menegaskan aspek positif pada dirinya. Hal ini ditunjukkan dengan menyombongan diri atau melalui rasionalisasi. Self-affirmation terjadi ketika salah satu aspek dari harga diri diserang. Contoh: ada yang mengatakan seseorang adalah artis yang jelek, kemudian orang tersebut mengatakan, “Walaupun saya artis yang jelek, namun saya adalah penari yang hebat” (Vaughan, 2008) b. Self-presentation, merupakan usaha individu untuk secara sadar membuat kesan tertentu, yang biasanya menyenangkan untuk dirinya (Vaughan, 2008) c. Self-serving bias adalah pengatribusia sukses pada kemampuan dan usaha individu, tetapi kegagalan diatribusikan pada faktor eksternal seperti nasib buruk dan dikaitkan dengan ketidakmungkinan (Crisp & Turner, 2010; Leary, 2007). Selain itu, individu juga memiliki memory bias. Individu lebih memiliki ingatan yang baik dalam informasi yang positif dibandingkan informasi yang negatif mengenai kepribadiannya (Crisp & Turner, 2010) d. Better than average: individu cenderung mengevaluasi dirinya lebih positif dibandingkan dengan kebanyakan orang (Leary, 2007)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
e. Unrealistic optimism: individu percaya bahwa mereka lebih bahagia di kehidupannya di masa depan (Robbinson & Riff dalam Myers & Smith, 2010). f. Ingroup bias: individu merasa bahwa kelompoknya lebih baik dibanding kelompok lain (Crisp & Turner, 2010). g. Social change strategi: individu bertanding dengan kelompok yang memiliki status tinggi untuk memperbaiki statusnya (Crisp & Turner, 2010) h. Social creativity strategy: individu menemukan dimensi baru yang lebih baik untuk dibandingkan (Crisp & Turner, 2010) i. Basking in reflected glory: individu mengaitkan kesuksesan orang lain yang dekat dengan dirinya walaupun individu tidak terlibat dalaman kesuksesan tersebut (Crisp & Turner, 2010) j. Implicit self-enhancement: individu mengevaluasi hal-hal positif yang berasosiasi dengannya (Leary, 2007) k. Bias blind spot: kecenderungan individu untuk berpikir bahwa orang lain lebih melakukan bias dibanding dirinya (Leary, 2007)
3. Pengelompokan strategi self-enhancement dan self-protection Peneliti telah berfokus untuk mempelajari strategi selfenhancement dan self-protection secara terpisah. Selain itu, peneliti juga hanya mengukur strategi satu per satu (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Meneliti strategi satu per satu mengaburkan kaitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
antar strategi. Oleh karena itu, dipandang baik untuk mengelompokkan strategi-strategi
tersebut
dan
tipe
individu
yang
lebih
mengintemplementasi strategi tertentu. Dengan demikian, dapat lebih dipahami manifestasi self-enhancement dan self-protection secara keseluruhan (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Hepper, Gramzow, & Sedikides (2010)menemukan bahwa terdapat tiga strategi yang sering digunakan orang untuk self-enhance dan satu strategi yang sering digunakan orang untuk self-protect. Tiga strategi yang sering digunakan orang untuk self-enhance, yaitu: a. Positivity embracement adalah strategi mencari timbal balik yang positif(Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Menurut Hepper, Sedikides, & Cai (2013) positivity embracement adalah membuat orang lain memberikan timbal balik positif terhadap dirinya. Oleh karena itu, positivity embracement adalah stategi untuk mencari timbal balik yang positif. Strategi ini meliputi aspek perilaku untuk mencari timbal balik positif dan aspek kognitif untuk memiliki pandangan terhadap diri yang positif dengan menggunakan timbal balik positif tersebut. Contoh dari strategi positivity embracement adalah orang secara selektif berinteraksi dengan orang lain yang menyediakan timbal balik yang positif, secara berhati-hati mempresentasikan
kualitas
terbaik
dalam
berinteraksi,
dan
mengambil keuntungan personal untuk timbal balik positif atau kesuksesan (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
b. Favorable
construals
adalah
strategi
interpretasi mengenai dunia dan kejadian diri(Hepper,
Gramzow,
&
Sedikides,
untuk
menyediakan
yang relevan dengan 2010).
Sedangkan,
menurutHepper, Sedikides, & Cai, 2013favorable construals adalah mengatrribusikan hasil yang positif ke faktor personal, tetapi mengatribusikan hal yang negatif ke faktor eksternal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa favorable construals adalah strategi untuk menginterpretasi dunia secara positif.Favorable construals melibatkan aspek kognitif dan muncul di situasi yang ambigu (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Contoh dari favorable contruals yaitu kebanyakan orang percaya mereka lebih baik dibandingkan rata-rata dalam sikap personal yang penting, berekspektasi
memiliki
masa
depan
yang
menyenangkan
dibandingkan orang lain, dan menginterpretasi timbal balik yang ambigu sebagai sanjungan atau pujian (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). c. Self-Affirming Reflections adalah menegaskan hal positif yang dimiliki individu. Hal ini digunakan untuk menghadapi ancaman diri masa kini atau masa lalu (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Menurut Hepper, Sedikides, & Cai, 2013 self-affirming reflections adalah menjaga integritas diri secara kognitif dalam menghadapi ancaman diri masa kini atau masa lalu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa self-affirmation reflections adalah untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
menegaskan hal positif yang dimiliki individu untuk menghadapi ancaman pada masa kini dan masa lalu.Strategi ini merupaka aspek kognitif.Contoh dari Self-Affirming Reflections adalah orang membawa dalam pikiran nilai-nilai mereka saat mengalami kegagalan, membangun kemungkinan alternatif yang buruk yang mungkin
akan
membandingkan
terjadi
berlawanan
dengan
fakta,
dan
dengan hal-hal yang menyenangkan pada
kehidupan masa lalunya. (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Satu strategi yang digunakan individu untuk self-protection adalah: d. Defesiveness merupakan strategi menghindari, meminimalkan, dan mengurangi self-relevance dari timbal balik yang negatif dan ancaman. (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010).Menurut Hepper, Sedikides, & Cai, 2013, defensivenessadalah strategi mempersiapkan dan menangkis/ membelokkan timbal balik yang negatif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa defensiveness adalah
strategi
menangkis
timbal
balik
yang
negatif.
Defensiveness meliputi aspek kognitif dan perilaku. Kognitif berupa melakukan penyangkalan terhadap timbal balik negatif dan perilaku berupa menyediakan alasan untuk mengantisipasi kegagalan(Hepper, Sedikides, & Cai, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
4. Dampak self-motive ‘self-enhancement’ Motif self-enhancement bisa memiliki dampak menguntungkan dan merugikan (Kwan et al. 2004; Paulhus et al. 2003). a. Dampak positif Beberapa
dampak
positif
dari
motif
self-
enhancementadalah memberikan mood positif, menumbuhkan resiliensi dan penyesuaian yang lebih baik setelah kejadian yang buruk sehingga motif self-enhancement bermanfaat untuk coping terhadap kejadian traumatis (Bonanno, Renicke, & Dekel dalam Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). Selain itu, motif self-enhancement berkaitan dengan dampak psikologis yang positif. Motif self-enhancement secara positif berhubungan denganketerbukaan, optimisme, perencanaan, dan penyelesaian masalah. Selain itu, motif self-enhancement secara positif berhubungan dengan relasi yang positif dan dukungan keluarga (Gramzow, Sedikides, Panter, & Insko, 2000; Sedikides et al., 2004; Taylor et al., 2003). Motif self-enhancement juga berhubungan secara positif dengan kesehatan psikologis sepertisubjective well beingdan harga diri (Bonano, Rennicke, &Dekel dalam Alicke & Sedikides, 2009). Sebaliknya, motif selfenhancement berhubungan negatif dengan psychological distress seperti, depresi, kecemasan, neurotik, dan permusuhan (Gramzow, Sedikides, Panter, & Insko, 2000; Sedikides et al., 2004; Taylor et
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
al., 2003a). Oleh karena itu, motif self-enhancement menghasilkan perilaku yang lebih efektif dan kesuksesan yang lebih besar (Taylor & Brown dalam Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010). b. Dampak Negatif Selain dampak positif, self-enhancement juga memberikan dampak negatif, seperti self-handicapping(Hepper, Sedikides, & Cai, 2013)dapat menghalangi performansi (Zuckerman & Tsai, 2005) dan menghindari informasi yang negatif dapat menghalangi self-improvement (Sedikides & Luke, 2007) yang menyebabkan kegagalan untuk belajar dari kesalahan atau kegagalan untuk meningkatkan kualitas diri (Colvin & Griffo,2007; Sedikides, 1999; Sedikides & Luke, 2007). Dalam relasi interpersonal, motif self-enhancement dapat merusak hubungan antar individu. Hal tersebut terjadi ketika orang lain tidak setuju dengan persepsi dan opini individu, maka individu cenderung mengasumsikan bahwa orang lain memperdaya, bias atau menolak, dan mengajak konflik (Colvin & Griffo,2007; Sedikides, 1999; Sedikides & Luke, 2007). Selain itu, motif selfenhancement juga berkaitan dengan kegagalan untuk mempunyai rasa memiliki yang aman (self-belonging) sehingga individu gagal dalam membentuk dan mempertahankan hubungan dekat seperti, persahabatan
dan
relasi
romantis)
(Erikson,
1963;
Hays,
1988;Wright, 1999). Hal ini disebabkan karena individu cenderung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
melihat positif diri sendiri dan menyalahkan pasangan ketika terjadi konflik dalam hubungan (Green, Pinter, & Van Tongeren, 2009).
5. Perbedaan Budaya dalam Strategi Self-Enhancement dan SelfProtection Budaya individualistik lebih menekankan pada pencapaian dan independensi
sedangkan
budaya
kolektivis
menekankan
pada
menyesuaikan serta tidak melanggar norma dan kewajiban sosial. Oleh karenanya, strategi self-enhancement mungkin lebih populer di budaya individualistik, sedangkan self-protection lebih populer di budaya kolektivis (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Strategi self-enhancement dan self-protectiondi Cina sesuai dengan empat struktur faktor seperti di sampel Barat (Hepper, Sedikides, & Cai,
2013).
Hasil
penelitian
menunjukkan
konsistensi
dalam
penggunaan strategi self-enhancement dan self-protection, yaitu: positivity
embracement,
favorable
construals
s,
self-affirming
reflectionss, dan defensiveness (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa motif untuk meningkatkan dan melindungi pandangan yang positif terhadap diri secara umum terjadi pada semua individu dengan budaya yang berbeda. Namun, strategi individu untuk memuaskan motifself-enhancement bervariasi tergantung pada norma,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
tekanan, dan ekspektasi dari konteks sosial dan budaya (Alicke & Sedikides, 2009; Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Dampak budaya dalam self-enhancement dan self-protection terlihat dalam perbedaan penggunaan strategi tersebut. Dibandingkan partisipan
UK, partisipan Cina lebih rendah dalam menggunakan
strategi positivity embracement tetapi tinggi dalam strategi defesiveness. Pola ini bertolakbelakang dengan penelitian sebelumnya bahwa orang Asia Timur cenderung terlibat self-criticism (lawan dari self-protection) setelah kegagalan Hal ini mungkin dapat dijelaskan bahwa orang dari Asia Timur lebih sensitif terhadap feedback yang negatif dan melihatnya sebagai self-relevant dibandingkan orang Barat, sehingga mereka mungkin lebih terlibat baik dalam self-improving dan selfprotection. Kemungkinan kedua adalah konteks yang diteliti, orang Jepang menunjukkan self-criticismketika menerima timbal balik di situasi yang tidak kompetitif (merasa memiliki ikatan afektif dengan partner), self-enhancement dalam situasi kompetitif (mereka punya jarak dengan partner). Oleh karena itu, self-protectiondilakukan oleh orang Timur ketika tidak beracuan pada orang lain sehingga kecenderungan self-protection dalam konteks tidak terlibat ikatan interdependen (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Diluar dugaan, bahwa partisipan Cina melaporkan tingginya penggunaan favorable construals (strategi self-enhancement). Hal ini disebabkan favorable construals lebihprivat dibandingkan strategi positivity embracement. Cina kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
suka
dibanding
barat
untuk
self-enhancement
yang
eksplisit,
interpersonal dan melanggar norma (contoh: positivity embracement). Namun, lebih menyukai kognitif, intrapersonal, dan privat. Akhirnya, tidak ada perbedaan antara Cina dan UK dalam self-affirming reflections. Proses keseluruhan dari self-affirmation beroperasi di jalan yang sama antar budaya (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013).
6. Perbedaan
Gender
dalam
Strategi
Self-Enhancement,
Self-
Protection, dan Perilaku Seksual Penelitian mengenai strategi self-protection yaitu defensiveness selama ini belum menemukan kesimpulan. Searcy & Eisenberg (1992) menemukan bahwa ketika individu mendapatkan bantuan dari orang lain, perempuan kurang defensive dibandingkan dengan laki-laki. Stamp, Vangelisti, & Daly (1992) menemukan bahwa ketika individu diminta untuk mengingat interaksi khusus di saat individu lebih defensive, perempuan lebih melakukan defensiveness dibandingkan laki-laki. Selain itu, juga ditemukan bahwa laki-laki cenderung lebih melakukan defensiveness terkait dengan hal-hal fisik dan mental dan perempuan lebih defensive terkait dengan penampilan dan berat badan (Futch & Edwards, 1999). Akan tetapi, sejauh ini peneliti belum menemukan enhancement.
mengenai
perbedaan
gender
dalam
strategi
self-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan cenderung melakukan defensiveness. Perbedaannya terletak pada konteks terjadinya defensiveness. Oleh karena laki-laki lebih berfokus pada pencapaian dan perempuan lebih berfokus pada relasi, laki-laki cenderung akan melakukan defensiveness terkait dengan pencapaian dan perempuan lebih terkait dengan relasi (Guimond, Chatard, Martinot, Crisp, & Redersdorff, 2006; Williams & Best’s , 1982). Dalam perilaku seksual, laki-laki lebih permisif terkait dengan perilaku seksual (Oliver & Hyde, 1993). Hal ini disebabkan terdapat ketidaksetaraan gender, laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan, sehingga laki-laki berkerja dan perempuan berada di rumah. Ketidaksetraan gender ini membuat perempuan merasa kurang bernilai dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan merupakan objek pemuasan seksual laki-laki (Hekma dalam Oliver & Hyde, 1993). Perempuan juga lebih berorientasi dengan kualitas hubungan dan kedekatan emosi, sedangkan laki-laki lebih berpusat pada tubuh (Reiss, 1960). Selain itu, laki-laki juga lebih sering melakukan mastrubasi dibandingkan perempuan (Oliver & Hyde, 1993). Berdasarkan teori sociobiology ini disebabkan laki-laki secara rutin memproduksi sperma sedangkan perempuan hanya mengeluarkan satu telur setiap bulan sehingga mambuat laki-laki lebih banyak terdorong untuk melakukan perilaku seksual sedangkan perempuan hanya memiliki saatu telur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
sehingga cenderung menjaganya dan tidak terdorong untuk terlibat perilaku seksual (Trivers, 1972).
7. Pengukuran Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection Sejauh ini peneliti baru menemukan 1 alat ukur untuk mengukur strategiself- enhancement dan self-protection. Alat ukur tersebut adalah Self-Enhancement
and
Self-Protection
Strategies
Scale
yang
dikembangkan oleh Hepper, Gramzow, dan Sedikides (2010). Terdapat dua versi Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale, yaitu: a. Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale Self-Enhancement
and
Self-Protection
Strategies
Scalemerupakan skala yang menilai perbedaan individu dalam kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai macam perilaku yang merefleksikan strategi untuk self –enhance dan self-protect. Skala ini dikembangkan oleh Hepper, Gramzow, dan Sedikides (2010) yang terdiri atas 60 pernyataan yang menggambarkan pola tertentu dari pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Responden diminta untuk menjawab dari skala 1 yang berarti tidak mencerminkan karakteristik
responden)
sampai
karakteristik responden). Skala ini
6
(sangat
mencerminkan
mengukur 3 strategi self-
enhancement yaitu positivity embracement, favorable construals, dan self-affirming reflections. Skala ini juga mengukur 1 strategi self-protection yaitu defensiveness.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
b. Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) Skala ini digunakan oleh Hepper, Sedikides, dan Cai (2013). Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) ini merupakan pengembangan dari Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale. Dari skala Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale yang terdiri dari 60 pernyataan kemudian dijadikan 20 pernyataan sehingga disebut SelfEnhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form). Skala ini telah diukur dengan subjek di salah satu Univeritas di UK serta China dan ditemukan bahwa Self-Enhancement and SelfProtection Strategies dapatdigunakan di kedua budaya baik individual maupun kolektif. Selain itu, skala ini juga memiliki reliabilitas internal yang cukup baik. Positive feedback (α = . 69), Favorable Construals (α= .56), dan Self-affirming Reflections(α = .57) dan defensiveness (α= .66) (Hepper, Sedikides, & Cai , 2013).
Berdasarkan dua versi tersebut, peneliti memilih Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) karena jumlahnya lebih sedikit sehingga lebih efektif dalam pengerjaan dibandingkan SelfEnhancement and Self-Protection Strategies Scale. Selain tu, skala tersebut sudah diteliti pada budaya kolektif yatu China dan ternyata memiliki pola factor-loadings dan non-loading yang sama dengan yang asli. Oleh karena itu, skala ini lebih sesuai untuk diterapkan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
budaya kolektif seperti Indonesia. Di samping itu, skala ini juga memiliki reliabilitas internal yang cukup baik (Hepper, Sedikides, and Cai, 2013).
D. Kaitan Antara Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dan Perilaku Seksual Pada Remaja Untuk
memahami
perilaku,
perlu
untuk
mengetahui
apa
yang
melatarbelakangi seseorang melakukan perilaku tersebut. Dalam diri individu terdapat self-motive yang didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk membangun atau mempertahankan keadaan tertentu dalam diri individu dengan cara mencari informasi mengenai dirinya, menginterpretasikan ketepatannya, dan bermaksud untuk merubah perilakunya (Anseel, Lievens, & Levy, 2007;Cast & Burke, 2002; Leary, 2006). Dari 3 jenis self-motive, motif yang paling kuat dan yang paling sering digunakan adalah selfenhancement
(Crisp & Turner, 2010; Baumeister & Bushman, 2008;
Gaughan & Hogg, 2008). Motif self-enhancementmembuat individu mendapatkan informasi yang positif atau informasi yang baik mengenai dirinya. Informasi positif ini memiliki daya tarik emosi yang kuat karena secara emosional individu lebih menyukai sanjungan dan timbal balik yang positif (Baumeister & Bushman, 2008). Alasan yang lain adalah motif selfenhancement membuat individu mendapatkan banyak informasi positif yang memungkinkan individu untuk mempertahankan maupun meningkatkan harga diri yang dimilikinya. Sedangkan, 2 self-motive yang lain yaitu, selfverification dan self-assesment memungkinkan individu untuk mendapatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
informasi yang negatif mengenai dirinya yang dapat menurunkan harga diri yang dimilikinya (Crisp & Turner, 2010). Orang ingin memiliki harga diri yang tinggi dan berusaha untuk meningkatkan harga diri yang dimilikinya (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Harga diri yang tinggi diinginkan oleh individu karena menimbulkan perasaan yang menyenangkan yaitu merasa baik mengenai dirinya dan harga diri yang tinggi juga terkait dengan perilaku yang positif (Cast & Burke,2002; Twenge, 2007; Ourney, 1987). Individu yang merasa bahwa dirinya mampu, berharga, dan penting atau memiliki harga diri yang tinggi, akan membuat individu merasa baik mengenai dirinya dan lebih percaya
diri(Twenge,
2007).
Hal
ini
membuat
individu
ingin
mempertahankan atau meningkatkan apa yang sudah baik pada dirinya dengan terlibat perilaku yang positif seperti, pencapaian akademik yang tinggi (Ourney, 1987), mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (Cast & Burke,2002), dan tidak terlibat perilaku berisiko seperti, narkoba dan perilaku seksual yang tinggi (Mann, Hosman, Schaalma, &de Vries, 2004). Sedangkan, individu yang merasa dirinya tidak bernilai, tidak berharga, dan tidak penting membuat individu merasa buruk mengenai dirinya dan perasaan
tersebut
membuatnya
tidak
nyaman
dan
cenderung
mengkompensasikan dengan perilaku yang negatif seperti, bunuh diri, kekerasan, aktivitas seksual dini, kehamilan pada remaja, penggunaan obatobatan terlarang, kehamilan pada remaja, kegagalan akademik, dan perilaku kriminal (Ourney, 1987; Leary, 1999).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Oleh karena self-enhancement merupakan motif yang paling kuat, paling sering digunakan, dan yang paling dapat meningkatkan harga diri pada individu, maka banyak psikoedukasi dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku bermasalah, khususnya perilaku seksual yang tinggi pada remaja (Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006). Tingginya perilaku seksual pada remaja dan dampak yang ditimbulkan membuat peneliti dan konselor membuat pencegahan agar remaja tidak terlibat perilaku seksual (Kirby, Laris, & Rolleri, 2007). Pada masa remaja, remaja cenderung melihat dirinya secara negatif karena mengalami kebingungan identitas dengan perubahan fisik dan sosial yang dihadapinya serta peralihan dari masa anak- anak ke dewasa (Gecas, 1982). Oleh karena itu, remaja rentan untuk terpengaruh lingkungan sosial (Leary, 1999) untuk melakukan perilaku seksual yang tinggi dan selama ini banyak dilakukan psikoedukasi yangberusaha untuk meningkatkan pandangan yang positif terhadap diri remaja (Kirby, Laris, & Rolleri, 2007). Self-enhancement itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu, selfenhancement dan self-protection. Self-enhancement adalah meningkatkan pandangan positif terhadap diri dan self-protection adalah menghindari pandangan negatif terhadap diri. Terdapat 3 strategi yang dilakukan orang untuk
self-enhancement
yaitu
positivity
embracements,
favorable
construals, dan self-affirming reflections. Selain itu, terdapat 1 strategi yang dilakukan orang untuk self-protection yaitu defesiveness(Hepper, Sedikides, & Cai, 2013; Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
Akan tetapi, dari psikoedukasi yang dilakukan dianggap kurang efektif (Buhi, & Dunsmore, 2006; Crocker; 2002; Exline, Baumeister & Bushman, 2004; Goodson,). Hal ini disebabkan, hubungan antara melihat diri secara positif dan perilaku seksual pada remaja masih belum menemukan kesimpulan (Buhi, & Dunsmore, 2006;Crisp & Turner, 2010; Dawson, Shih, de Moor, & Shrier 2008; Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006; Neumark-Sztainer,Story, Prancis, & Resnick, 1997; Shrier et al, 2001). Selain itu, selama ini orang lebih berfokus pada psikoedukasi dengan strategiself-enhancement dibandingkan dengan self-protectionsehingga tidak mempertimbangkan bahwa orang yang terlibat dalam meningkatkan pandangan diri yang positif dapat melindungi dirinya (self-protection) dengan mengambil sikap defensive dan menghindari atau memberhentikan informasi mengenai kelemahan, kekurangan dan kegagalannya. Berhenti atau menghindari informasi tersebut menghindarkan orang untuk belajar dan bertumbuh sebagai pribadi, yang malah memiliki dampak negatif untuk individu (Crocker, 2002). Selama ini, strategi self-enhancement yang paling sering dilakukan dalam psikoedukasi. Hal ini ditunjukkan dengan psikoedukasi yang selama ini diberikan meliputi: menemukan keunikan dan kekuatan dari dalam diri yang masuk pada strategi self-affirming reflections yaitu strategi untuk menegaskan hal positif yang ada pada diri. Selain itu, psikoedukasi juga mendukung remaja untuk mendapatkan penerimaan, cinta tak bersyarat, dan perhatian dari orang tua, teman sebaya, serta guru. Hal ini termasuk dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
strategi positivity embracement yaitu mendapatkan timbal balik positif dari orang lain. Selain itu, dalam psikoedukasi juga diajarkan untuk percaya bahwa evaluasi diri yang positif dapat dicapai. Hal ini termasuk dalam strategi favorable construals yaitu memandang dunia secara positif (Harter, 1999; King,Vidourek, Davis, & McClellan, 2002). Dari 4 strategi yang digunakan untuk meningkatkan harga diri, terdapat 1 strategi yaitu defensiveness yang jarang diperhatikan (Harter, 1999; King, Vidourek, Davis, & McClellan, 2002). Hal tersebut mungkin mengakibatkan psikoedukasi dengan meningkatkan harga diri belum tentu menentukan perilaku seksual pada remaja. Individu
yang
menggunakan
strategi
self-enhancement
mempertahankan atau meningkatkan hal positif dalam dirinya dengan cara menegaskan hal- hal positif
yang ada dalam dirinya (self-affirming
reflections), mencari timbal balik positif (positivity embracement), dan melihat dunia secara positif (favorable construals). Strategi mencari timbal balik positif (positivity embracement) membuat individu mendapatkan banyak timbal balik positif dan membuat individu merasa baik mengenai dirinya seperti prestasi dan pencapaian-pencapaian tertentu. Dengan demikian,
individu
dengan
strategi
positivity
embracement
akan
mempertimbangkan baik dan buruknya perilaku yang dilakukan agar dapat terus memilih yang baik dan dapat terus mengembangkan dirinya. Perilaku seksual yang tinggi merupakan hal yang buruk, maka orang dengan positivity
embracement
akan
menghindarinya
dan
memilih
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
mengendalikan perilaku seksualnya. (Leary, Tchividjian, & Kraxberger, 1994; Sarwono, 2003). Strategi menegaskan hal- hal positif yang ada dalam dirinya (selfaffirming reflections) membuat individu merasa positif tanpa memerlukan penerimaan orang lain. Oleh karena itu, ketika individu diajak oleh lingkungan untuk terlibat dalam perilaku seksual yang tinggi, individu akan menolaknya (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010; Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Individu dengan strategi favorable construals memandang dunia secara positif. Oleh karena itu, individu dengan strategi favorable construals memiliki keyakinan bahwa individu akan memiliki masa depan yang cerah sehingga ia akan menghindari tingginya perilaku seksual yang memiliki dampak negatif untuknya (Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006; Twenge, 2007). Sedangkan, individu yang menggunakan strategi self-protection cenderung menangkis, membelokkan, dan meminimalisir pandangan negatif terhadap dirinya (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010) karena merasa cemas, tidak pasti, dan tidak aman dengan dirinya (Goodson, Buhi, & Dunsmore, 2006). Hal ini membuat individu membutuhkan penerimaan dari orang lain untuk menutupi kecemasan dan perasaan tidak aman akan dirinya (Jeff, Jamie, Tom, & Jeff, 2001). Oleh karena itu, remaja yang menggunakan
strategi
defensiveness
berusaha
untuk
mendapatkan
penerimaan dari lingkungan. Pada masa remaja, remaja lebih menghabiskan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
banyak waktu dengan teman sebaya (Santrock, 2007). Ini mendukung remaja dengan strategi self-protection tergantung dan sangat membutuhkan penerimaan dari teman atau pacar yang membuat individu memiliki relasi yang tidak sehat dengan teman sebaya atau pacar (Erickson, 1963; Hays, 1988; Wright, 1999). Oleh karena itu, ketika lingkungan teman sebaya dan pacar menuntutnya untuk terlibat perilaku seksual. Ia takut untuk ditolak, maka ia terlibat perilaku seksual yang tinggi (Leary, Tchividjian, & Kraxberger, 1994). Penelitian ini ingin melihat kaitan antara strategi self-enhancement dan self-protection terhadap perilaku seksual. Dengan mengetahui kaitan tersebut, dapat diketahui strategi meningkatkan harga diri yang paling efektif berkaitan dengan perilaku seksual pada remaja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Strategi Positivity Embracement: mencari timbal balik positif.
Individu cenderung melihat dirinya positif dan berfokus pada mencari hal yang positif dalam dirinya.
Strategi Favorable Construals: strategi kognitif untuk menginterpretasi dunia secara positif.
Melihat bahwa dunia positif dan individu memiliki kemungkinan untuk mempunyai masa depan yang baik sehingga tidak terlibat perilaku yang dapat merusak masa depannya.
Strategi Self-Affirming Reflections: strategi untuk menegaskan hal positif yang dimiliki individu.
Merasa bahwa dirinya positif tanpa memerlukan penerimaan orang lain.
Strategi Defensiveness: strategi untuk
Bergantung pada penerimaan orang lain dan menghindari pandangan negatif atau penolakan. Dengan demikian individu takut di tolak pasangan dan menjadi tergantung dengan pasangan.
menghindari, meminimalkan, dan mengurangi timbal balik yang negatif. Perempuan lebih banyak menggunakan startegi ini.
Individu tidak terlibat dalam perilaku seksual yang tinggi karena perilaku seksual berdampak negatif untuknya. Individu tidak terlibat perilaku negatif seperti perilaku seksual yang tinggi karena memiliki dampak negatif untuk individu. Individu tidak terlibat perilaku negatif seperti perilaku seksual yang tinggi karena tidak mengikuti bujukan orang lain
Terlibat perilaku seksual yang tinggi dengan pasangan
Gambar 3. Framework Strategi Self-Enhancement dan Sef-Protection dengan Perilaku Seksual pada Remaja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan positif antara strategi positivity-embracement dengan perilaku seksual pada remaja. 2. Ada hubungan positif antarafavorable construals dengan perilaku seksual pada remaja. 3. Ada hubungan positif antara self-affirming reflections dengan perilaku seksual pada remaja. 4. Ada hubungan negatif antara defensivenessdengan perilaku seksual pada remaja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen. Peneliti ingin melihat hubungan antara strategi self- enhancement (positivy embracement, favorable construals, self-affirming reflections) dan self- protection (defensiveness) dengan perilaku seksual.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku seksual. 2. Variabel independen Variabel
independen
dalam
penelitian
ini
adalahpositivy
embracement, favorable construals, self-affirming reflections yang merupakan strategiself- enhancement dan defensivenessyang merupakan strategi self- protection.
C. Definisi Operasional 1. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah aktivitas yang disertai dengan tanda fisiologis dari gairah seksual, mulai dari berpegangan tangan hingga
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
melakukan hubungan seksual dengan pasangan (Rathus, Nevid, & Pearson, 2008). Bentuk- bentuk perilaku seksual yang diukur dalam penelitian ini adalah berpegangan tangan, berpelukan, berciuman di pipi/ kening, berciuman di bibir/ leher, menggerayangi/ digerayangi tubuh pacar dalam keadaan masih berpakaian, menggerayangi/ digerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaian, ditempel/ menempelkan tubuh dan/atau alat vital ke tubuh pacar, dan hubungan seksual
(Levay & Valente,2006;
Sarwono, 2003). Semakin tinggi skor perilaku seksual maka semakin tinggi pula perilaku seksual yang dilakukan individu. Sebaliknya, semakin rendah skor perilaku seksual, maka semakin rendah pula perilaku seksual yang dilakukan individu. 2. Strategi Self- Enhancement dan Self- Protection Strategi self-enhancement terdiri atas positivity embracement, favorable construalss, dan self-affirming reflectionss.Strategi selfprotection terdiri atas defensiveness. a. Positivity embracementadalah strategi untuk mencari timbal balik yang positif (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010; Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). b. Favorable
construalsadalah
strategi
kognitif
untuk
menginterpretasi dunia secara positif (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010; Hepper, Sedikides, & Cai, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
c. Self-affirmation
reflections
adalah
strategi
kognitif
untuk
menegaskan hal positif yang dimiliki individu untuk menghadapi ancaman pada masa kini dan masa lalu (Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010; Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). d. Defesiveness adalah strategi kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk menghindari, meminimalkan, dan mengurangi timbal balik yang negatif(Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010; Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Strategi self- enhancement dan self- protection akan diukur dengan menggunakan Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form). Skala ini mengukur 4 strategi self-enhancement dan self-protectionyaitu positivity embracement, favorable construalss, self- affirming reflectionss, dan defensiveness. Semakin tinggi skor strategi positivity embracement, maka semakin tinggi kecenderungan individu menggunakan strategi positivity embracement tersebut. Demikian pula dengan strategi favorable construalss,self-affirming reflectionss, dandefensiveness.Sebaliknya, semakin rendah skor strategi positivity embracement, maka semakin rendah kecenderungan individu menggunakan strategi positivity embracement tersebut. Demikian pula dengan strategi favorable construals,self-affirming reflections, dandefensiveness.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
D. Subjek Penelitian Subjek
penelitian
ini
adalah
remaja
yang
sedang
berpacaran.Kriteria subjek yang dipilih adalah remaja laki-laki dan perempuan yang tergolong dalam usia remaja dan sedang berpacaran. Individu tergolong usia remaja jika berusia 10 tahun sampai dengan 22 tahun (Steinberg, 2002). Alasan peneliti memilih subjek remaja khususnya yang berpacaran karena peneliti berasumsi jika remaja berpacaran maka lebih besar kemungkinan untuk melakukan perilaku seksual dibandingkan remaja yang tidak berpacaran. Dengan demikian, peneliti dapat mengukur perilaku seksual yang dilakukan subjek. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah snowball sampling.Snowball samplingadalah teknik pengambilan sampel yang pada mulanya kecil atau sedikit, tetapi makin lama makin banyak (Sugiyono,
2013).
Pada
awalnyamelalui
media
sosial
peneliti
menyebarkan link survey online dalam lingkup kecil yaitu kepada temanteman peneliti yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian. Kemudian, peneliti meminta teman- teman subjek untuk mengisi survei tersebut dan menyebarkan link tersebut kepada teman- temannya yang lain dengan kriteria remaja yang berpacaran, demikian pula seterusnya. Dengan menggunakan snowball sampling, peneliti mendapatkan rekomendasi subjek yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian sehingga dapat mereduksi subjek yang tidak sesuai dengan kriteria subjek penelitian untuk ikut mengisi surveionline tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
E. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan angket yang disebarkan pada remaja secara online dengan menggunakan survei online yaitu survey monkey. Mayoritas subjek penelitian ini adalah mahasiswa. Peneliti memilih untuk menggunakan survei online karena dengan surveionline peneliti tidak bertemu secara langsung dengan subjek sehingga subjek lebih terjaga privasinya dan dapat menjawab dengan jujur. Hal ini tentu akan membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban yang sesungguhnya dari responden, terlebih salah satu skala menanyakan mengenai perilaku seksual yang cenderung sensitif untuk ditanyakan maupun diberitahukan kepada orang lain. Selain itu, berdasarkan penelitian sebelumnya juga disarankan untuk mengukur perilaku seksual dengan tidak bertemu langung dengan subjek agar dapat mengurangi social desirability (Kissinger, Rice, Farley, Trim, Jewitt, Margavio, & Martin, 1999; Turner, Ku, Rogers, Lindberg, Pleck, & Sonenstein, 1998). Adapun prosedur penyebaran angket adalah peneliti menyebarkan link surveionline melalui media sosial kepada teman subjek yang memenuhi kriteria subjek penelitian ini yaitu remaja yang berpacaran. Adapun kriteria remaja merupakan individu dengan usia berkisar antara 10 tahun hingga 22 tahun. Kemudian, peneliti meminta tolong teman subjek untuk menyebarkan link tersebut kepada teman-temannya yang lain dengan kriteria remaja dan berpacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Setelah subjek penelitian menerima link maka subjek diminta untuk membuka link tersebut secara online. Pada halaman pertama survey online tersebut, subjek penelitian diminta untuk membaca informed consent dan memilih pilihan bersedia jika subjek penelitian bersedia untuk mengisi skala ini. Namun, apabila subjek penelitian tidak bersedia maka subjek penelitian dapat memilih pilihan tidak bersedia dan akan masuk pada halaman terakhir yaitu halaman terima kasih. Ketika subjek memilih pilihan bersedia maka subjek akan masuk ke halaman yang menanyakan status subjek saat ini yaitu berpacaran atau tidak berpacaran. Ketika subjek menjawab tidak berpacaran maka subjek akan masuk pada halaman terima kasih. Namun, jika subjek menjawab berpacaran maka subjek akan masuk pada halaman yang menanyakan usia subjek. Jika subjek menjawab bahwa usia subjek adalah 10 sampai 22 tahun maka subjek akan masuk ke halaman berikutnya, yaitu halaman yang berisi skala penelitian. Namun, jika usia subjek tidak berkisar antara 10 sampai dengan 22 tahun maka subjek akan masuk ke halaman terima kasih. Subjek yang bersedia mengisi survei online dan sesuai dengan kriteria yaitu remaja yang berpacaran, kemudian mengisi skala penelitian. Skala penelitian pada survei ini terdiri atas beberapa skala karena survei ini merupakan survei yang dilakukan bersama dengan beberapa peneliti yang lain. Setelah mengisi skala penelitian, subjek diminta untuk mengisi halaman identitas diri. Setelah mengisi halaman identitas diri maka subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
akan masuk pada halaman terima kasih. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi identitas diri dan skala penelitian ini kurang lebih 30 menit.
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1.
Metode Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala.Skala adalah alat ukur psikologis dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan karakteristik variabel (Azwar, 1997).
2.
Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini terdapat 2 skala yang digunakan, yakni: a. Perilaku Seksual Skala ini berisi 8 pernyataan mengenai perilaku seksual yang dilakukan bersama pacar selama 1 bulan terakhir. Perilaku seksual tersebut meliputi berpegangan tangan dengan pacar, berpelukan dengan pacar, berciuman di pipi/ kening, berciuman di bibir/ leher, digerayangi/menggerayangi tubuh pasangan
dalam
keadaan
masih
berpakaian,
digerayangi/menggerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaian, ditempel/ menempelkan tubuh dan/ atau alat vital ke tubuh pacar, dan berhubungan seksual seperti suami istri. Berikut blueprint skala perilaku seksual sebelum uji coba:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Tabel 1. Blueprint skala perilaku seksual sebelum uji coba Bentuk Perilaku Seksual
Nomor Item
Berpegangan tangan Berpelukan Berciuman di pipi/ kening Berciuman di bibir/ leher Menggerayangi/ digerayangi dengan pakaian Menggerayangi/ digerayangi tanpa pakaian Ditempel/ menempelkan tubuh dan/ atau alat vital ke tubuh pacar Berhubungan seksual Jumlah item total Dalam
penelitian
ini,
subjek
akan
1 2 3 4 5
Jumlah Item 1 1 1 1 1
6
1
7
1
8
1 8
diminta
untuk
memberikan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Jawaban “Ya” diberikan jika subjek melakukan perilaku tersebut bersama pacar selama 1 bulan terakhir dan jawaban “Tidak” diberikan jika subjek tidak melakukan perilaku tersebut bersama pacar selama 1 bulan terakhir. Penilaian untuk jawaban “Ya” adalah 1 dan “Tidak“ adalah 0. Skala perilaku seksual ini menggunakan skala Guttman. Skala Guttman terdiri atas serangkaian pernyataan yang menunjukkan sikap seseorang terhadap sebuah objek atau menunjukkan pemilikan seseorang atas atribut psikologis tertentu, dan harus dijawab secara biner atau dikotomis (“Ya” atau “Tidak”) oleh sekelompok subjek (Abdi, 2010). Hal ini sesuai dengan skala perilaku seksual karena pada skala perilku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
seksual subjek diminta untuk memberikan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Skala perilaku seksual juga disebut dengan skala Guttmankarena memenuhi dua ciri skala Guttman yaitu (1) pernyataan-pernyataan mencerminkan perasaan positif yang semakin meningkat terhadap objek sikap atau terkait pemilihan atribut psikologis tertentu; (2) pemilihan suatu pernyataan menyiratkan pemilihan terhadap setiap pernyataan lain yang memiliki kadar positif yang lebih rendah (Andersondalam Anderson 1990).Ketika seseorang sudah pernah berhubungan seksual maka seseorang tersebut juga pernah melalui tahapan perilaku seksual sebelumnya seperti ditempel/ menempelkan alat vital ke tubuh pasangan, digerayangi/menggerayangi pasangan tanpa pakaian, digerayangi/menggerayangi pasangan dengan pakaian, berciuman dibibir atau leher, berciuman di kening, berpelukan,dan bergandengan tangan. Demikian pula sebaliknya, ketika seseorang hanya melakukan perilaku seksual sampai dengan berciuman bibir maka seseorang tidak melakukan tahapan perilaku seksual
selanjutnya seperti
digerayangi/menggerayangi
dengan
pasangan
pakaian,
digerayangi/menggerayangi pasangan tanpa pakaian, ditempel/ menempelkan alat vital ke tubuh pasangan, dan berhubungan seksual. Oleh karena itu, skor perilaku seksual akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
menghasilkan pola yaitu tidak ada skor 0 sebelum skor 1. Contoh skor perilaku seksual: 11110000, 11000000. Dalam praktek, jarang memperoleh data yang cocok dengan model penskalaan Guttman secara sempurna. Salah satu cara paling sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah penerapan metodeGoodenough-Edwards untuk memastikan suatu skala merupakan skala Guttman (Abdi, 2010). Menurut Anderson (1990) dan Abdi (2010) terdapat 3 langkah untuk melakukan metodeGoodenough-Edwards ialah: 1. Langkah 1. “Memeriksa pola jawaban yang tidak sesuai” Segala macam respon “1” yang nampak disebelah kanan “0” termasuk dalam pola jawaban yang tidak sesuai. Pada skala perilaku seksual terdapat 18 pola jawaban yang tidak sesuai (respon “1” berada di sebelah kanan “0”). 2. Langkah 2. Menghitung jumlah kesalahan pada semua pola jawaban dari seluruh sampel subjek i.
Jumlah total jawaban= jumlah pertanyaan dalam skala x jumlah subjek. Jumlah pertanyaan dalam skala perilaku seksual adalah 8 pertanyaan, sedangkan jumlah subjek pada skala ini sebanyak 207 subjek. Oleh karena itu, jumlah total jawaban adalah 1656 jawaban (8 x 207).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
ii.
Persentase kesalahan= jumlah total kesalahan/ jumlah total jawaban Jumlah total kesalahan dalam skala perilaku seksual ini adalah 18 dan jumlah total jawaban adalah 1656. Oleh karena itu, persentase kesalahan adalah 0.01 atau 1 % (18/ 1656).
iii.
Cooefficient of Reproducibility (CR) = 100 – Persentase kesalahan CR pada skala ini adalah 100 – 1= 99 dan syarat skala Guttman adalah: CR ≥ 90. Oleh karena itu, skala perilaku seksual memenuhi syarat skala Guttman.
3. Langkah 3. Menghitung Coefficient of Scalability (CS) i.
Mengurangkan minimum marginal reproducibility (MMR) dari coefficient of reproducibility (CR) Hasil
pengurangannya
disebut
dengan
percent improvement (PI), yaitu selisih antara CR aktual dan CR minimal. MMR sendiri adalah a chance score, yaitu persentase appropriate response patterns yang terjadi by chance. CR aktual pada skala perilaku seksual adalah 99 sedangkan MMR adalah 90. Untuk mendapatkan percent improvement, maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
CRdikurangkan dengan MMR (99-90). Oleh karena itu, percent improvement (PI) adalah 9 %. ii.
Mengurangkan MMR dari 100%. Hasil
pengurangannya
disebut
denganpossible percent improvement, yaitu selisih antara CR maksimal dan CR minimal. CR maksimal adalah 100, sedangkan CR minimal adalah 90. Untuk mendapatkan possible percent improvement maka CR maksimal dikurangkan dengan CR minimal (100 % 90 %). Oleh karena itu, possible percent improvement (PPI)adalah 10 %. iii.
Membagi PI dengan PPI Hasil pembagian PI dengan PPI disebut dengancoefficient
of
(CS).
scalability
CS
menunjukkan sejauh mana CR secara substansial melampaui angka yang bisa diharapkan by chance. Menurut
Guttman,
besarnya
CS
harus
>
60
(Anderson, 1990a). PI dalam skala perilaku seksual ini adalah 9, sedangkan
PPI
adalah
10.
Untuk
mengetahui
coefficient of scalability (CS) maka PI dibagi dengan PPI (9/90). Oleh karena itu, coefficient of scalability (CS) adalah 0.9 % atau 90.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa nilai CR pada skala perilaku seksual adalah 99 dan nilai CS pada perilaku seksual adalah 90. Hal ini menunjukkan skala perilaku seksual memenuhi dasar untuk menentukkan keabsahan skala Guttman (CR ≥ 90, CS ≥ 60) sehingga dapat disimpulkan bahwa skala perilaku seksual merupakan skala Guttman. b. Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) Peneliti
menggunakan
Self-Enhancement
and
Self-
Protection Strategies Scale (Short Form) yang dikembangkan oleh Hepper, Gramzow, & Sedikides (2010) untuk mengukur strategi dari self-enhancement dan self- protection pada diri seseorang. Skala ini terdiri atas 20 pernyataan yang menggambarkan 4 strategi dari selfenhancement dan self protection yaitu positivity embracement, favorable construals, self-affirming reflections, dan defensiveness. Terdapat 5 pernyataan untuk masing- masing strategi.Berikut blueprint Self-Enhancement and Self-Protection Scale (Short Form): Tabel 2. BlueprintSelf- Enhancement and Self- Protection Scale (Short Form) Aspek Positivity Embracement Favorable Construals Self- Affirming Reflections Defensiveness Jumlah Item Total
Nomor Item Favorable 2, 5, 10, 19, 15 3, 9,12, 16, 18 4, 6, 13, 17, 20 1, 7, 8, 11, 14
Jumlah Item 5 5 5 5 20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Skala ini berupa rentang jawaban dari 1 sampai 6. Skala 1 menunjukkan “sama sekali tidak mencerminkan diriku”, skala 2 menunjukkan “tidak mencerminkan diriku”, skala 3 menunjukkan “kurang mencerminkan diriku”, skala 4 menunjukkan “agak mencerminkan diriku”, skala 5 menunjukkan “mencerminkan diriku” dan skala 6 menunjukkan “sangat mencerminkan diriku”. Penilaian untuk jawaban “sama sekali tidak mencerminkan diriku” adalah 1, “tidak mencerminkan diriku” adalah 2, “kurang mencerminkan diriku” adalah 3, adalah
4,
“mencerminkan
“agak mencerminkan diriku”
diriku”
adalah
5
dan
“sangat
mencerminkan diriku” adalah 6. Skala Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) menggunakan skala Likert karena subjek menanggapi setiap butir pernyataan dengan mengungkapkan taraf (intensitas) kesetujuan atau ketidaksetujuan pernyataan tersebut terhadap
dirinya.
Skor-skor
untuk
butir-butir
dalam
skala
dijumlahkan untuk mendapatkan skor setiap orang individu (Kerlinger,2000).
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Skala Validitas tes adalah tingkat kemampuan tes mengukur atribut yanghendak diukur (Sarwono, 2006). Alat ukur yang memiliki validitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
yangtinggi menandakan bahwa alat ukur tersebut mampu menjalankan fungsiukur atau tujuan ukur dengan akurat dalam melakukan pengukuran (Azwar, 1999; Azwar, 2009). Kategori validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) untuk skala perilaku seksual dan SelfEnhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form). Validitas isi memiliki kemampuan untuk menilai isi skala yang terdiri dari beberapa aspek dan komponen objek untuk mendukung konstrak teoritik yang hendak diukur (Azwar, 2012). Selain itu, validitas konkuren juga digunakan untuk Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form). Validitas konkuren adalah validitas yang mengacu pada alat ukur yang perangkat alat ukurnya sudah ada dan telah valid untuk melihat sejauhmana kesesuaian antara hasil ukur skala tersebut dengan hasil ukur instrumen lain yang sudah teruji kualitasnya (Azwar, 2009). a.
Perilaku Seksual Validitas isi pada perilaku seksual dilakukan dengan metode expert judgement. Penilaian item pada skala perilaku seksual mengalami proses penilaian yang kompeten (Azwar, 2012) melalui dosen pembimbing skripsi. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian item dengan apa yang ingin diukur (Azwar, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
b. Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) Validitas isi untuk Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) menggunakan metode back translation karena skala ini merupakan skala terjemahan. Selain itu, uji validitas untuk Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) juga menggunakan validitas konkuren skala asli Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) yang memiliki korelasi dengan harga diri, narsisisme, dan regulatory focus(Hepper, Gramzow, & Sedikides, 2010).
2. Seleksi Item Dalam penelitian ini terdapat 1 skala yang disusun oleh peneliti yaitu skala perilaku seksual. Setelah skala perilaku seksual selesai disusun maka langkah selanjutnya adalah mengujicobakan skala untuk keperluan seleksi item (Gregorydalam Supratiknya, 2014).Tujuan dari seleksi item adalah memilih item-item yang akan membentuk sebuah skala yang homogen dan berdaya diskriminasi tinggi, dalam arti mampu membedakan secara signifikan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dalam kadar yang rendah dan subjek yang memiliki atribut yang diukur dalam kadar tinggi (Supratiknya, 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Adapun parameter yang dipakai dalam melakukan seleksi item adalah rit atau koefesien korelasi antara skor item dan skor total tes (Supratiknya, 2014). Item yang akan dipilih adalah item yang memiliki kualitas yang baik, yaitu ≥ 0.30. Sedangkan, item yang memiliki kualitas yang tidak baik, tidak dapat digunakan dalam skala atau digugurkan. (Azwar, 2012). Berdasarkan hasil uji coba terhadap 50 responden, skala perilaku seksual memiliki 8 item yang lolos seleksi dari 8 item awal dengan koefesien korelasi item total (rit) ≥ 0.30. Oleh karena itu, tidak ada item yang digugurkan pada skala perilaku seksual. Di bawah ini merupakan blueprint skala perilaku seksual sesudah uji coba: Tabel 3 Blueprint Skala Perilaku Seksual Sesudah Uji Coba Bentuk Perilaku Seksual Berpegangan tangan Berpelukan Berciuman di pipi/ kening Berciuman di bibir/ leher Menggerayangi/ digerayangi dengan pakaian Menggerayangi/ digerayangi tanpa pakaian Ditempel/ menempelkan tubuh dan/ atau alat vital ke tubuh pacar Berhubungan seksual Jumlah item total
Nomor Item 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Item 1 1 1 1 1 1 1 1 8
3. Reliabilitas Reliabilitas mengindikasikan apakah suatu kuesioner menunjukkan suatu konsistensi hasil sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2011; Greco, Walop, & McCarthy, 1987). Hasil pengukuran dapat dipercaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah. Pada penelitian ini digunakan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik koefesien alpha (α) cronbach. Teknik ini dipilih karena memliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi, karena hanya satu kali percobaan pada satu kelompok subjek (Azwar, 2012). Nilai reliabilitas dianggap memuaskan apabila skor alpha cronbach mendekati 0.900. Kemudian, apabila skor alpha cronbach antara 0.700 sampai dengan 0.900 maka nilai reliabilitas skala tinggi. Selain itu, apabila skor alpha cronbach antara 0.500 sampai dengan 0.700 maka nilai reliabilitas moderat atau sedang. Reliabilitas skala rendah jika skor alpha cronbach kurang dari 0.500 (Rainsch, 2004). a. Perilaku Seksual Skor α cronbach pada skala perilaku seksual secara keseluruhan adalah 0.867. Hal tersebut menunjukkan bahwa reliabilitasskala yang digunakan tergolong dalam kategori tinggi. b. Self- Enhancement dan Self- Protection Skala asli Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (Short Form) memperlihatkan reliabilitas internal yang moderat yakni positivity embracement (α = 0,69), favorable
construals
(α=
0,56),
dan
self-affirming
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
reflections(α= 0,57) dan defensiveness (α= 0,66) (Hepper, Sedikides, & Cai, 2013). Walaupun telah diketahui reliabilitas skala asli SelfEnhancement and Self-ProtectionStrategies Scale (Short Form) termasuk dalam ketagori moderat, Azwar (2006) mengatakan bahwa koefisien reliabilitas hasil ukur bagi subjek penelitian masih tetap diperlukan. Subjek penelitian dianggap sebagai kelompok individu yang lain daripada subjek yang dijadikan dasar pengujian reliabilitas alat ukur asli. Oleh karena itu, akan dilakukan reliabilitas pada kelompok subjek penelitian, sehingga dapat diketahui secara lebih spesifik data yang sebenarnya yang dimiliki oleh subjek. Skor α cronbach pada subskala positivity embracement adalah 0,659. Hal ini menunjukkan reliabilitas subskalapositivity embracementyang digunakan tergolong dalam kategori sedang.Selain itu, skor α cronbach pada subskala favorable construals adalah 0,529. Hal ini menunjukkan reliabilitas subskala favorable construals yang digunakan tergolong dalam kategori sedang. Kemudian, skor α cronbach pada subskala
self-affirming reflections
adalah 0,681. Hal ini menunjukkan reliabilitas subskala selfaffirming reflections yang digunakan tergolong dalam kategori sedang. Skor α cronbach pada subskala defensiveness juga tergolong dalam kategori sedang (α= 0,574).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
H. Uji Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan analisis regresi, harus dilakukan uji asumsi terhadap data yang akan digunakan. Terdapat 4 asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya data yang diperoleh (Ariyanto, 2005). b. Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka hal tersebut disebut dengan homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ariyanto, 2005). c. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui adanya pola hubungan linear atau tidak antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya (Ariyanto, 2005). d. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ariyanto, 2005; Ghozali, 2009). 2. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Analisis ini bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2009). Pada analisis regresi yang perlu diperhatikan adalah uji signifikansi t dan nilai unstandardized coefficient (β). Uji signifikansi t dapat menunjukkan sejauh mana nilai korelasi signifikan atau penelitian ini dapat dipercaya, taraf signifikansi yang digunakan adalah р<0,05. Nilai unstandardized coefficients (β) bertujuan untuk menggambarkan nilai regresi (β). Selain itu, juga dapat diperhatikan nilai R2 yang menunjukkan seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2
yang
kecil
menunjukkan
kemapuan
variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas(Ghozali,2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Uji Coba Alat Ukur Sebelum melakukan uji coba skala perilaku seksual, peneliti mengurus surat izin penelitian ke kantor Gubernur dan kantor BAPPEDA Yogyakarta. Melalui izin tersebut, peneliti dapat mengambil data ke sekolah-sekolah SMP dan SMA yang dituju. Setelah mendapatkan izin, peneliti bernegosiasi dengan pihak sekolah yang akan diambil datanya. Adapun alasan peneliti melakukan try out kepada remaja di SMP dan SMA adalah jika remaja SMP dan SMA dapat memahami skala perilaku seksual maka, demikian halnya dengan remaja pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti D3, S1, maupun S2. Uji coba dilakukan pada bulan Maret dan April tahun 2014. Peneliti mengunjungi sekolah untuk mengambil data try out. Pada saat membagikan skala, peneliti memberikan instruksi kepada siswa berupa perkenalan, membacakan informed consent, pengisian identitas, dan instruksi mengerjakan skala. Setelah siswa selesai mengerjakan, siswa diminta untuk memasukkan skala yang telah diisi pada amplop dan kemudian direkatkan untuk menjaga kerahasiaan isi jawaban siswa. Jumlah responden yang mengikuti try out sebanyak 50 responden. Berdasarkan uji validitas item yang dilakukan, tidak ada item dalam skala
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
perilaku seksual yang gugur. Oleh karena itu, 8 item perilaku seksual lolos seleksi untuk dijadikan skala penelitian. 2.
Penerjemahan Skala Peneliti meminta izin untuk menerjemahkan dan menggunakan skala pada pembuat skala asli self-enhancement and self-protection scale (short form). Kemudian, peneliti melakukan proses penerjemahan dengan metode back- translation. Proses penerjemahan dari skala asli yang merupakan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dibantu oleh seseorang yang pernah tinggal di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu (ABC = America, British, Canada) minimal dua tahun dan mengenal tentang Psikologi. Setelah mendapatkan skala dalam bahasa Indonesia, skala bahasa Indonesia tersebut diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Inggris oleh seseorang yang ahli dalam bahasa Inggris dan sering menerjemahkan skala-skala Psikologi. Skala dalam bahasa Inggris tersebut dikirimkan kembali kepada pembuat skala asli dan telah mendapatkan tanggapan mengenai keselarasan terjemahan dengan skala asli. Selanjutnya,
peneliti
melakukan
try
out
pada
skalaself-
enhancement and self-protection strategies scale (short form) dalam bahasa Indonesia pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu remaja. Try out
ini dilakukan dengan
tujuan agarpeneliti mendapatkan tanggapan mengenai bahasa dalam kalimat-kalimat setiap item, apakah mudah dipahami atau tidak. Setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
dilakukan try out, ada beberapa item yang sulit untuk dipahami. Kemudian, peneliti berdiskusi dengan dosen pembimbing untuk merubah pernyataan pada item tersebut tanpa mengubah maknanya.
B. Pelaksanaan Penelitian Setelah dilakukan try out pada skala perilaku seksual, serta try out dan perbaikan bahasa pada Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale (short-form), peneliti memasukkan skala tersebut dalam survey online (surveymonkey). Kemudian, peneliti menyebarkan link surveyonline melalui media sosial kepada subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian. Adapun kriteria subjek adalah remaja yang sedang berpacaran. Selain diminta untuk mengisi survey online, peneliti juga meminta subjek untuk menyebarkan link tersebut kepada teman atau kenalan subjek yang memenuhi kriteria subjek penelitian. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 6 Juni 2015. Setelah tidak ada lagi
subjek yang mengisi survey online tersebut, maka survey
onlineditutup aksesnya. Survey online ditutup aksesnya pada tanggal 19 Juni 2015.
C. Gambaran Demografis Subjek Penelitian Data subjek yang akan dianalisis berjumlah 206 subjek dengan jumlah laki-laki sebanyak 57 orang dan perempuan sebanyak 149 orang. Rata-rata usia subjek adalah berusia 21.21 (SD = 1.774). Subjek pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
penelitian ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan 50.8% berasal dari Yogyakarta, 24.3% berasal dari Jawa Barat, 10,6% berasal dari Jawa Tengah, 9.5% berasal dari Jawa Timur, dan 4.8% berasal dari luar Jawa. Pendidikan subjek sebanyak 82.3% adalah pelajar maupun mahasiswa, sedangkan sisanya sedang bekerja secara paruh waktu atau penuh sebanyak 15.3 %,dan belum/tidak bekerja sebanyak 2.4%. Terkait dengan relasi romantis, semua subjek sedang berpacaran dengan durasi pacaran yang terbanyak adalah sedang berpacaran selama kurang dari 1 tahun (42.8%). Durasi lainnya adalah sebanyak 1-2 tahun (24.6%), 2-5 tahun (37.2%), dan lebih dari 5 tahun (5.3%).
D. Analisis Deskriptif 1. Analisis Deskriptif terkait strategi self-enhancement dan self-protection Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil rata-rata subjek pada skala self-enhancement dan self-protection: Tabel 4. Hasil rata-rata subjek pada skala self-enhancement dan selfprotection Strategi Positivity Embracement Favorable Construals Self-Affirming Reflections Defensiveness
Laki-laki* M SD 21,58 3,67 20,74 3,37 24,49 3,27 16,46 3,83
Perempuan** M SD 3,25 22,38 3,33 19,16 2,73 24,33 3,76 15,6
Catatan: *N=149, **N=57
Dari hasil analisis deskriptif strategi self-enhancement dan selfprotection, kedua kelompok subjek laki-laki dan perempuan cenderung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
menggunakan strategi self-enhancement dibandingkan strategi selfprotection. Hal ini terlihat dari rata-rata strategi self-enhancement pada subjek laki-laki untuk positivity embracement sebesar 21.58, favorable contruals sebesar 20.74, self-affirming reflections sebesar 24.49, sedangkan
rata-rata
strategi
self-protection
yaitu
defensiveness
hanyasebesar 16.46. Demikian halnya untuk subjek perempuan, yang memiliki
rata-rata
strategi
self-enhancement
untuk
positivity
embracement sebesar 22.38, favorable contruals sebesar 19.16, selfaffirming reflections sebesar 24.33, sedangkan rata-rata strategi selfprotection yaitu defensiveness hanyasebesar 15.6. Selain itu dari analisis deskriptif juga dapat dilihat bahwa strategi self-enhancement yaitu self-affirming reflections merupakan strategi yang paling banyak digunakan kedua kelompok subjek (laki-laki= 24.49, perempuan= 24.43). Dari analisis tersebut juga dapat diketahui bahwa favorable contruals (M=20.74) dan defensiveness (M=15.6) pada lakilaki sedikit lebih tinggi dibandingkan favorable contruals (M=19.16) dan defensiveness pada perempuan (M= 16.46). Namun, rata- rata positivity embracement sedikit lebih tinggi pada perempuan (M= 22.38) dibandingkan dengan laki-laki (M= 21.58). Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok subjek cenderung menggunakan strategi self-enhancement dibandingkan strategi self-protection. Dalam mencari pandangan positif terhadap dirinya, kedua kelompok
subjek
lebih
banyak
menggunakan
self-affirming
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
reflectionsyaitu strategi menegaskan hal positif yang dimiliki individu. Selain itu, laki-laki cenderung menginterpretasi dunia secara positif (favorable
construals)
serta
menghindari,
mengurangi timbal balik yang negatif perempuan.
Di
sisi
lain,
meminimalkan,
dan
(defensiveness) dibandingkan
perempuan
cenderung
mencari
dan
memanfaatkan timbal balik yang positif (positivity embracement) dibandingkan dengan laki-laki.
2. Analisis Deskriptif Terkait Perilaku Seksual Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil rata-rata subjek pada skalaperilaku seksual: Tabel 5. Hasil rata-rata subjek pada skala Perilaku Seksual Laki-laki* Skala M SD 4.79 2.55 Perilaku Seksual
Perempuan* M SD 4.27 2.36
Catatan: *N=57, **N=149
Dari hasil analisis deskriptif terhadap perilaku seksual kedua kelompok subjek, dapat disimpulkan bahwa laki-laki sedikit lebih tinggi dalam perilaku seksualnya dibandingkan perempuan (Laki-laki= 4.79, Perempuan= 4.27). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih cenderung terlibat perilaku seksual dibandingkan perempuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
E. Hasil Penelitian 1.
Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi terhadap data
penelitian. Adapun hasil uji asumsi sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat sebaran data normal atau tidak. Uji normalitas dilihat darinilai analisis Kolmogrov-Sminorv dan gambar normal p-p plots of regressionstandardized residualpada program SPSS16.0. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hasil analisis Kolmogrov-Sminorv dengan menggunakan test of normality: Tabel 6. Tabel Kolmogrov Sminorv strategi self-enhancement dan selfprotection dengan perilaku seksual
H
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
s
Unstandardized
iResidual
.080
207
.003
.973
207
.001
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa nilai p pada KolmogrovSminorv kurang dari 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa data tidak mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2006; Santoso, 2010). Walaupun demikian, sangat penting untuk tidak sepenuhnya bergantung pada hasil analisis statistik dalam bentuk angka. Perlu juga dilihat data dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
bentuk grafik untuk memeriksa kejanggalan yang mungkin terjadi (Santoso, 2010). Oleh karena itu, peneliti menguji normalitas data dengan menggunakan
grafik
normal
P-P
plot
of
regression
standardized residual. Berikut ini merupakan grafik normal P-P plot of regression standardized residual: Gambar 4. Grafik normal P-P plot of regression standardized residual strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwadata tersebar mendekati garis normal yang melintangsehingga dapat dikatakan bahwa asumsi ini terpenuhi atau dapatdikatakan data berdistribusi normal (Santoso, 2010). b. Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas dilakukan secara numerik dan dengan menggunakan
scatterplot.
Berikut
ini
merupakan
tabel
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
menunjukkan uji homogenitas strategi self-enhancement dan selfprotection dengan perilaku seksual: Tabel 7. Uji Homogenitas strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual
b
ANOVA Model
Sum of Squares
1Regression
Df
Mean Square
4.606
4
1.151
Residual
257.960
202
1.277
e Total
262.565
206
B
F
Sig. .902
.464
a
a. Predictors: (Constant), DEFENSIVENESS, SELF_AFFIRMNG_REFLECTION,
r
FAVORABLE_CONSTRUAL, POSITIVY_EMBRACEMENT
Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa nilai sum of square (S) adalah 4,606. Nilai S kemudian dibagi dengan 2 dan menghasilkan angka sebesar 2,301. Dari tabel 4 juga diketahui nilai df sebesar 4. Data disebut homogen apabila S< Chi Square tabel (Santoso, 2010). Nilai tabel untuk Chi Square dengan df = 4 adalah 9,488. Oleh karena S < Chi Square tabel, maka data pada penelitian ini disebut homogen. Dalam melakukan uji homoskedastisitas, peneliti juga melihat dari scatterplot. Berikut ini merupakan gambar scatterplotstrategi selfenhancement dan self-protection dengan perilaku seksual:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
Gambar 5. Scatterplot Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual
Berdasarkan scatterplot diatas terlihat bahwa adanya sebaran data yang bersifat acak dan tidak membentuk pola megaphone. Oleh karena itu data dapat dikatakan homogen atau memiliki variasi variabel dependen yang sama untuk tiap nilai dari variabel independen. c. Uji Linearitas Uji Linearitas dilihat dengan menggunakan test for linearity dan dengan melihat gambar scatterplot. Berikut ini merupakan tabel test for linearity positivy embracement dengan perilaku seksual:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
Tabel 8 Hasil Test for Linearity Positivy Embracement dengan Perilaku Seksual ANOVA Table Sum of Squares PERILAKU _SEKSUAL * POSITIVY_ EMBRACE MENT
Between Groups
(Combined)
Berdasarkan
tabel
8
Sig.
18
7.671
1.348
.163
9.481
1
9.481
1.666
.198
128.605
17
7.565
1.329
.178
1070.010
188
5.692
1208.097
206
Deviation from Linearity
Total
F
138.086
Linearity
Within Groups
Mean Square
Df
menunjukkan
bahwadeviation
from
linearitypositivy embracement dengan perilaku seksual adalah
p=
0.175(p>0,05), berarti hubungan antara positivity embracementdengan perilaku seksual adalah linier.
Tabel 9 Hasil Test for Linearity Favorable Construals dengan Perilaku Seksual ANOVA Table Sum of Squares PERILAKU_SE Between Groups KSUAL * FAVORABLE_ CONSTRUAL
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
79.070
18
4.393
.731
.776
Linearity
23.680
1
23.680
3.943
.049
Deviation from Linearity
55.390
17
3.258
.543
.928
Within Groups
1129.027
188
6.005
Total
1208.097
206
Berdasarkan
tabel
9
menunjukkan
bahwadeviation
from
linearityfavorable construals dengan perilaku seksual adalah p= 0.928 (p>0,05). Hal ini menunjukkan hubungan antara favorable construals dengan perilaku seksual adalah linier.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Tabel 10. Hasil Test for Linearity Self-Affirming Reflections dengan Perilaku Seksual ANOVA Table Sum of Squares PERILAKU_ Between SEKSUAL * Groups SELF_ AFFIRMNG_ REFLECTION
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Mean Square
df
94.896
14
2.104
1
92.792
13
Within Groups
1113.201 192
Total
1208.097 206
Berdasarkan
tabel
10
menunjukkan
F
Sig.
6.778 1.169
.302
2.104
.363
.548
7.138 1.231
.260
5.798
bahwadeviation
linearityself-affirming reflections dengan perilaku seksual adalah
from p=
0.260 (p>0,05). Hal ini menunjukkan hubungan antara self-affirming reflections dengan perilaku seksual adalah linier. Tabel 11. Hasil Test for Linearity Defensiveness dengan Perilaku Seksual ANOVA Table Sum of Squares PERILAKU_ Between SEKSUAL *
Groups
Mean df
Square
(Combined)
98.334
18
5.463
Linearity
28.581
1
69.753
17
4.103
188
5.903
F
Sig.
.925
.549
28.581 4.842
.029
DEFENSIVE Deviation from
NESS
Linearity Within Groups
1109.76 3
Total
1208.09 7
206
.695
.805
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Berdasarkan
tabel
11
menunjukkan
bahwadeviation
linearitydefensiveness dengan perilaku seksual adalah
from
p= 0,805
(p>0,05). Hal ini menunjukkan hubungan antara defensiveness dengan perilaku seksual adalah linier. Berdasarkan hasil test for linearity dengan SPSS 16.0 (Tabel 8,9,10,11) diketahui bahwa angka deviation from linearity tidak signifikan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara prediktor dengan dependen variabel adalah linier. Oleh karena itu, hubungan antar variabel dapat dijelaskan dalam bentuk linier (Santoso, 2010). Selain dengan menggunakan test for linearity, uji linearitas juga menggunakan scaterplot. Berikut ini merupakan gambar scatterplot strategi self-enhancement dan self-protection: Gambar 6. Scaterplot Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Berdasarkan
scaterplot
dapat
dilihat
bahwasebaran
data
menunjukkan tidak ada pola non-linier. Pola non-linier adalah pola data yang menunjukkan pola U atau S. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar variabel dapat dijelaskan mengggunakan model linear (Santoso, 2010). d. Uji Multikolinearitas Syarat uji asumsi ini menekankan tidak adanya korelasi antarvariabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai nilai VIF tidak melebihi 10.0 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0.10 (Ghozali, 2009; Ariyanto, 2005). Berikut ini merupakan tabel uji multikolonieritas strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual. Tabel 12. Uji multikolonieritas Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual
Coefficients
B
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
1 (Constant)
2.813
1.668
POSITIVY_EMBRACEMENT
.031
.057
.043
.543 .588
.759 1.318
rFAVORABLE_CONSTRUAL
.088
.055
.123 1.586 .114
.783 1.277
-.080
.063
.203 1.277
.843 1.186
.073
.046
.114 1.577 .116
.900 1.111
SELF_AFFIRMNG_REFLECTI
dON DEFENSIVENESS
a.aDependent Variable: PERILAKU_SEKSUAL
Beta
Collinearity Statistics
Model
e
Std. Error
a
t
Sig. Tolerance
VIF
1.686 .093
-.096
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
sarkan tabel 12, dapat dilihat bahwa nilai VIF dalam output SPSS tidak ada yang melebihi 10.0 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 (positivity
embracementVIF=
1,318;
tolerance=
0,759;
favorable
construals VIF= 1,277; tolerance= 0,783; self- affirming reflections VIF= 1,186; tolerance= 0,843, dan defensiveness VIF= 1,111; tolerance= 0,900). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi di antara variable independen atau model regresi ini bebas dari multikolinearitas.
2. Uji Hipotesis Setelah melakukan tahapan uji asumsi, maka peneliti melakukan analisis regresi antara strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hasil regresi antara strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual: Tabel 13. Hasil Regresi Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual Perilaku Seksual Prediktor F Df R2 B Positivity Embracement 2,139 4,201 0,041 0,027 Favorable Construals 2,139 4,201 0,041 0,085 Self- Affirming 2,139 4,201 0,041 -0,077 Reflections Defensiveness 2,139 4,201 0,041 0,073 Catatan. *p< 0,05 Dari tabel 13, dapat dilihat bahwa strategi self-enhancement dan self-protection menjadi prediktor yang tidak baik bagi perilaku seksual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
(F(4,201)= 2,139,p>0,05). Selain itu, dapat diketahui bahwa
terdapat
hubungan yang positif dan tidak signifikan antarapositivity embracement, favorable contruals,dan defensiveness dengan perilaku seksual(B= 0,027, p>0,05;B= 0,085, p>0,05; B= 0,073, p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa positivity embracement, favorable contruals,dandefensiveness tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja. Berdasarkan tabel 13 juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara self-affirming reflections dengan perilaku seksual (B= -0,077, p>0,05). Hal ini menunjukan bahwaselfaffirming reflections tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja Secara
umum
peneliti
ingin
mengetahui
hubungan
self-
enhancement dan self-protectiondengan perilaku seksual. Selain itu, secara khusus peneliti ingin melihat perbedaan gender dalam hubungan selfenhancement dan self-protectiondengan perilaku seksual. Oleh karena itu, peneliti membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan selfenhancement dan self-protection dengan perilaku seksual. Berikut merupakan hasil regresi strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual pada perempuan:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Tabel 14. Hasil Regresi Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual pada perempuan Perilaku Seksual Prediktor F Df R2 B 0,018 Positivity 2,263 4, 144 0,059 Embracement 0,085 Favorable Construals 2,263 4, 144 0,059 -0,099 Self- Affirming 2,263 4, 144 0,059 Reflections 0,112* Defensiveness 2,263 4, 144 0,059 *p< 0,05 Dari tabel 14, dapat dilihat bahwa strategi self-enhancement dan self-protection menjadi prediktor yang tidak baik bagi perilaku seksual pada remaja perempuan (F(4,144)= 2,263, p>0,05). Selain itu, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antarapositivity embracementdan favorable contruals(B= 0,018, p>0,05; B= 0,085, p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa positivity embracementdan favorable contruals tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja perempuan. Berdasarkan tabel 14, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara self-affirming reflections dengan perilaku seksual pada remaja perempuan (B= -0,009,p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa self-affirming reflections tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja perempuan. Dari tabel 14, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara defensiveness dengan perilaku seksual pada remaja perempuan (B= 0,112,p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa defensiveness yang tinggi memprediksi perilaku seksual yang tinggi pada remaja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
perempuan. Demikian pula sebaliknya, defensiveness yang rendah memprediksi perilaku seksual yang rendah pada remaja perempuan. Tabel 15. Hasil Regresi Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection dengan Perilaku Seksual pada laki-laki Perilaku Seksual Prediktor F Df R2 β Positivity 0,316 4,52 0,024 0,073 Embracement Favorable Construals 0,316 4,52 0,024 0,079 Self- Affirming 0,316 4,52 0,024 -0,076 Reflections Defensiveness 0,316 4,52 0,024 -0,042 Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa strategi self-enhancement dan self-protection menjadi prediktor yang tidak baik bagi perilaku seksual pada remaja laki- laki (F(4,52)= 0,316,p>0,05). Selain itu, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antarapositivity embracementdan favorable contruals dengan perilaku seksual pada remaja laki-laki(B= 0,073, p>0,05;B= 0,079; p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa positivity embracementdan favorable contruals tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja laki- laki. Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara self-affirming reflectionsdan defensiveness dengan perilaku seksual pada remaja laki-laki (B= -0,076, p>0,05; B=-0.042, p>0,05). Hal ini menunjukan bahwa self-affirming reflections dan defensiveness tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja laki-laki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
F. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa strategi selfenhancementyang terdiri dari positivity embracement, favorable-construals, dan self-affirming reflections tidak memprediksi perilaku seksual pada remaja. Remaja yang melakukan self-enhancement dengan mencari timbal balik positif, menginterpretasi dunia secara positif, dan menegaskan diri secara positif belum tentu tidak akan terlibat perilaku seksual. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam konteks budaya. Di budaya interdependensi, individu memiliki ketergantungan dengan orang lain dan melihat dirinya sebagai bagian dari lingkungan sosial tertentu. Individu cenderung melihat dirinya berkaitan dengan orang lain dan memiliki kesamaan dengan orang lain. Oleh karena itu, individu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, berusaha untuk membuat dan mematuhi norma, dan menjadi bagian dari beberapa hubungan interpersonal. Individu di budaya interdependensi juga lebih menekankan status, peran, dan hubungan dengan orang lain (Markus & Kitayama, 1991). Terkait
dengan
self-enhancement,
individudi
budaya
interdependensi melihat dirinya positif ketika individu bisa diterima oleh orang lain. Selain itu, individu juga berusaha mendapatkanpandangan diri yang positif dengan cara menyesuaikan diri, menjaga harmoni dengan konteks sosial, dan mengendalikan diri(Markus & Kitayama, 1991). Strategi self-enhancement yang dilakukan individu juga perlu disesuaikan terlebih dahulu
dengan
karakteristik
lingkungan
sosialnya.
Ketika
individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
memandang bahwa lingkungan sosial dapat menerima strategi yang dilakukannya untuk self-enhancement, maka individu akan melakukan strategi tersebut, namun jika lingkungan sosial dirasa akan menolaknya maka individu akan mempertimbangkan ulang strategi tersebut (Lange, Kruglanski, & Higgins, 2012). Kebutuhan akan penerimaan sosial tersebut menjadi sangat terasa ketika individu berada pada masa remaja. Pada masa remaja, individu membutuhkan penerimaan sosial yang lebih besar dari teman sebaya (Brown, Dulcini, & Leventhal, 1997; Santrock, 2007). Ketika remaja ingin meningkatkan pandangan positif terhadap dirinya maka remaja akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pandangan teman sebayanya. Terkait dengan perilaku seksual, keputusan akan keterlibatan remaja di perilaku seksual bergantung pada sejauh mana lingkungan sosial seperti teman sebaya atau pacar menerima atau tidak menerima perilaku tersebut (Lange, Kruglanski, & Higgins, 2012). Ketika mayoritas teman-teman remaja terlibat dalam perilaku seksual, maka remaja akan memiliki keinginan (inisiatif) untuk terlibat dalam perilaku seksual(Furstenberg , &Schwartz, 1998; Gillmore, Archibald, & Morrison, 2002), terlibat dalam perilaku seksual dini (Miller, Norton, Curtis, 1997), dan terlibat dalam hubungan seksual(Nahom, Wells, Gillmore, 2001) untuk mendapatkan penilaian diri yang positif dari teman sebayanya. Di sisi lain, penelitian lain menemukan bahwa remaja yang mempersepsikan bahwa temannya tidak menyukai adanya perilaku seksual, maka remaja tersebut akan cenderung tidak terlibat perilaku seksual (Watts, 2000) atau menunda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
perilaku seksual (Carvajal, Parcel, & Basen-Engquist, 1999). Oleh karena itu, terkait dengan perilaku seksual, strategi untuk mendapatkan pandangan diri yang positif bisa dilakukan dengan cara terlibat atau tidak terlibat dalam perilaku seksual, tergantung pada penerimaan lingkungan sosial atas perilaku seksual tersebut. Penelitian ini tidak meneliti secara khusus peran penerimaan sosial terkait dengan strategi self-enhancement. Penelitian selanjutnya mungkin dapat meneliti hal tersebut. Hasil analisis lebih lanjut penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan gender dalam strategi self-protection kaitannya dengan perilaku seksual. Strategi self-protection yaitu defensiveness dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin remaja perempuan melakukan defense dengan cara menghindari informasi negatif mengenai dirinya, maka remaja perempuan semakin terlibat dalam perilaku seksualnya. Sebaliknya, strategi self-protection tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja laki-laki. Terkait dengan perilaku seksual, remaja laki-laki melakukan perilaku seksual
untuk
mencari kenikmatan
dan rangsanganseksual
(Browning et al., 2000;Eyre & Millstein, 1999), sedangkan remaja perempuan melakukan perilaku seksual atas dasar cinta atau keintiman (Brigman & Knox, 1992; Browning et al., 2000). Selain alasan keintiman dan hasrat, terdapat alasan lain yang mendorong remaja melakukan perilaku seksual, yaitu eksternalisasi. Eksternalisasi dalam kaitannya dengan perilaku seksual berarti remaja melakukan perilaku seksual atas dorongan dari hal-hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
di luar dirinya, seperti permintaan pasangan (Dawson, 2008). Dawson juga mengungkapkan bahwa remaja perempuan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dalam melakukan perilaku seksual dengan alasan eksternalisasi. Hepper, Gramzow, & Sedikides (2010) mengungkapkan bahwa defensiveness biasanya dilakukan dengan eksternalisasi. Ketika remaja perempuan cenderung lebih melakukan eksternalisasi (Dawson, 2008), maka remaja perempuan menjadi lebih bersifat defensif. Penelitian ini menemukan hasil yang serupa. Dari hasil penelitian ini, defensiveness dapat menjadi prediktor positif bagi perilaku seksual pada perempuan. Remaja perempuan lebih cenderung melakukan perilaku seksual dengan alasan eksternalisasi karena remaja perempuan cenderung merasa dirinya tidak berdaya dan cenderung merasa malu (Nolen-Hoeksema, 1987; Radloff, 1980). Hal tersebut membuat remaja perempuan lebih memilih untuk melakukan eksternalisasi dengan cara yang kurang terlihat karena cara yang terlihat ada kemunngkinan
terjadinya
kegagalan
dalam
melakukan
eksternalisasi
(McCranie,1971). Selain itu, remaja perempuan cenderung akan mendapatkan sanksi sosial yang lebih berat ketika memilih untuk melakukan eksternalisasi dengan perilaku yang terlihat seperti narkoba dan alkohol (Gjerde, Block, & Block, 1998). Oleh karena itu, remaja peremuan cenderung memilih untuk melakukan eksternalisasi dengan relasi yang intim seperti keluarga dan pacar (Weissman, 1971). Dengan demikian, perempuan lebih memilih melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
eksternalisasi dengan melakukan perilaku seksual dengan pasangan (Dawson, 2008; Futch & Edwards, 1999). Laki-laki akan cenderung melakukan eksternalisasi dengan tindakan yang terlihat, agresi, dan permusuhan. Laki-laki lebih asertif dan kurang mendapatkan sanksi sosial ketika melakukan tindakan-tindakan yang ekspresif tersebut (Gjerde, Block, & Block, 1998). Oleh karena itu, laki-laki cenderung melakukan eksternalisasi dengan mengkonsumsi alkohol dan obatobatan terlarang dibandingkan dengan terlibat perilaku seksual (Gjerde, Block, & Block, 1998).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
G. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak lepas dari adanya keterbatasan akan penelitian. Keterbatasan tersebut meliputi: 1. Jumlah subjek laki-laki dan perempuan tidak sebanding. Ini disebabkan jumlah subjek perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki perempuan sebanyak 149 subjek dan laki-laki 57 subjek sehingga kurang menggambarkan perbedaan gender. 2. Subjek kebanyakan merupakan remaja akhir sehingga kurang dapat menggambarkan remaja pada umumnya. 3. Penelitian ini dilakukan di budaya kolektif sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada budaya lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
yang diperoleh
dapat
ditarik
beberapa
kesimpulan, yaitu: 1. Tidak ada keterkaitan antara strategi self-enhancement dengan perilaku seksual pada remaja. Selain itu, terdapat keterkaitan antara strategi self-protection dengan perilaku seksual pada remaja perempuan. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi positivity embracement dengan perilaku seksual pada remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan.Hal ini berarti bahwa strategi positivity embracementtidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi favorable contruals dengan perilaku seksual pada remaja, baik remaja lakilaki maupun perempuan. Hal ini berarti bahwa strategi favorable contruals tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja 4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi self-affirming reflections dengan perilaku seksual pada remaja, baik remaja lakilaki maupun perempuan. Hal ini berarti bahwa strategi self-
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
affirming reflections tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja. 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi defensiveness dengan perilaku seksual pada remaja laki-laki. Hal ini berarti bahwa strategi self-affirming reflections tidak dapat memprediksi perilaku seksual pada remaja laki-laki. Namun, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi defensiveness dengan perilaku
seksual
pada
remaja
perempuan.Hal
ini
berarti
defensiveness yang tinggi dapat memprediksiperilaku seksualyang tinggi pada remaja perempuan. Sebaliknya, defensiveness yang rendah dapat memprediksi perilaku seksualyang rendah pada remaja perempuan.
B. Saran Penelitian 1. Bagi Remaja Berdasarkan hasil penelitian di atas, remaja perlu untuk menyadari bahwa memiliki pandangan terhadap diri yang positif belum tentu dapat mencegah remaja terlibat perilaku seksual. Oleh karena itu, baik untuk tetap terus melihat kelemahan yang ada pada diri dan terus memperbaiki kelemahan yang ada dalam diri sehingga lebih menganal diri,lebih memiliki prinsip, tujuan, dan nilai-nilai sehingga dapat mengendalikan diri untuk tidak terlibat perilaku berisiko seperti perilaku seksual yang tinggi, dan tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
mudah terpengaruh untuk terlibat perilaku seksual yang tinggi. Selain itu, bagi remaja kususnya perempuan baik untuk tidak menghindari pandangan yang negatif mengenai diri. Dengan menerima aspek positif dan negatif dalam diri, remaja khususnya perempuan tidak takut akan penolakan. Oleh karena itu, tidak mudah terbujuk untuk melakukan perilaku seksual yang tinggi dan lebih dapat mengendalikan perilaku seksual. 2. Bagi Orang Tua dan Pendidikan di Lingkungan Remaja Berdasarkan hasil penelitian di atas, orang tua dan pendidik di lingkungan remaja dapat berperan untuk memberikan evaluasi akan hal-hal positif pada anak, tanpa melupakan untuk terus memberikan masukan mengenai hal negatif yang msaih perlu dikembangkan dan diperbaiki. Orang tua dapat melihat kelebihan yang dimiliki oleh anak remajanya dan memberikan pujian atas kelebihan tersebut. Namun, penting untuk orang tua untuk mengatakan yang sesuai dengan kenyataan sebenarnya atau tidak dibuat- buat dan diimbangi dengan saran akan aspek-aspek dari diri yang masih perlu dikembangkan agar remaja tidak cenderung narsistik yang dapat membawa pada tingkat perilaku seksual yang tinggi. Demikian halnya, dengan pihak pendidik di lingkungan remaja, dapat memberikan program pelatihan untuk tidak melakukan defensiveness atau menghindari pandangan negatif mengenai diri sehingga remaja dapat terus mengenal diri dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang tidak takut akan penolakan dan kegagalan sehingga tidak mudah terpengaruh untuk terlibat perilaku bermasalah seperti perilaku seksual yang tinggi . Selain itu, dengan pengenalan akan diri baik positif dan negatifnya remaja menjadi menyadari akan kondisi dirinya dan lebih dapat mengendalikan perilaku seksualnya. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian moderator antara strategi self-enhancement dan self-protection, penerimaan sosial, dan perilaku seksual. Terkait dengan konteks budaya, penelitian selanjutnya dapat mempelajari lebih dalam mengenai strategi self-enhancement dan self-protectionkhususnya di budaya kolektif seperti Indonesia agar dapat lebih melihat dan memahami kecenderungan individu di budaya kolektif dalam melakukan strategi self-enhancement dan self-protection. Selain itu terkait
dengan subjek
penelitian,peneliti
selanjutnya diharapkan untuk menggunakan subjek yang lebih proporsional antara laki-laki dan perempuan sehingga lebih dapat menggambarkan perbedaan gender dalam hubungan antara strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual pada remaja. Penelitian selanjutnya juga dapat melakukan penelitian mengenai strategi self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual pada remaja pada tahap perkembangan yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H. (2010). Guttman scaling. DalamNeil Salkind (Eds.), Encyclopedia of research design. Thousand Oaks, CA: Sage. Alicke, M. D., & Govorun, O. (2005). The better-than-average effect. The self in social judgment, 1, 85-106. Alicke, M. D., & Sedikides, C. (2009). Self-enhancement and self-protection: What they are and what they do. European Review of Social Psychology, 20, 1-48. Anderson, L. W. (1990). Guttman scales. The international encyclopedia of educational evaluation. Oxford: Pengamon. Anseel, F., Lievens, F., & Levy, P. E. (2007). A self‐motives perspective on feedback‐seeking behavior: Linking organizational behavior and social psychology research. International Journal of Management Reviews, 9(3), 211-236. Ariyanto. (2005). Pengembangan analisis multivariate dengan SPSS 12. Jakarta: Salemba Infotek. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (1999). Reliabilitas dan validitas: seri pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Baumeister, R. F., & Bushman, B. (2008). Social psychology and human nature. Belmont CA: Thomson Wdasworth. Baumeister, R. F., Campbell, J. D., Krueger, J. I., & Vohs, K. D. (2003). Does high self-esteem cause better performance, interpersonal success, happiness, or healthier lifestyles? Psychological science in the public interest, 4, 1-44. Brigman, B., & Knox, D. (1992). University students' motivations to have intercourse. College Student Journal. Broderick, R. (2003). A Surgeon’s Saga. Minnesota: The Magazine of the University of Minnesota Alumni Association, 26-31. Brown, B. B., Dolcini, M. M., & Leventhal, A. (1997). Transformations in peer relationships at adolescence: Implications for health-related behavior. Carvajal SC, Parcel GS, Basen-Engquist K, et al. Psychosocial predictors of delay of first sexual intercourse by adolescents. Health Psychology, 1999;18(5):443–52. Cast, A. D., & Burke, P. J. (2002). A theory of self-esteem. Social forces, 80(3), 1041-1068. Collins, W. A., Welsh, D. P., & Furman, W. (2009). Adolescent romantic relationships. Annual review of psychology, 60, 631-652. Colson, M.H., Lemaire, A., Pinton, P., Hamidi, K., & Klein, P. (2006). Sexual behaviors and mental perception, satisfaction, and expectations of sex life in men and woman in France. Journal of Sexual Medicine, 3, 121-131. Colvin, C. R., & Griffo, R. (2007). On the psychological costs of selfenhancement. Dalam E. C. Chang (Ed.), Self-criticism and self-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
enhancement: Theory, research, and clinical implications (pp. 19–35). Washington, DC: American Psychological Association Crisp, R. J., & Turner, R. N. (2010). Essential social psychology. Great Britain: Sage Publication Dawson, L. H., Shih, M. C., de Moor, C., & Shrier, L. (2008). Reasons why adolescents and
young
adults
psychological characteristics and sexual
have
sex:
Associations
behavior. Journal
of
with Sex
Research, 45,225-232. Donahue, K. L., D'Onofrio, B. M., Bates, J. E., Lansford, J. E., Dodge, K. A., & Pettit, G. S. (2010). Early exposure to parents' relationship instability: Implications for sexual behavior and depression in adolescence. Journal of Adolescent Health, 47(6), 547-554. Erikson, E. (1963). Childhood and society. New York: Guilford Press. Eyre, S. L., & Millstein, S. G. (1999). What leads to sex? Adolescent preferred partners and reasons for sex. Journal of Research on Adolescence, 9(3), 277-307. Exline, J. J., Baumeister, R. F., Bushman, B. J., Campbell, W. K., & Finkel, E. J. (2004). Too proud to let go: narcissistic entitlement as a barrier to forgiveness.Journal of personality and social psychology, 87(6), 894. Feldman, S., & Rosenthal, D. A. (2002). Talking sexuality parent-adolescent communication. California: Wiley. Foster, J. D., Shrira, I., & Campbell, W. K. (2006). Theoretical models of narcissism, sexuality, and relationship commitment. Journal of Social and Personal Relationships, 23, 367-386. Futch, A., & Edwards, R. (1999). The effects of sense of humor, defensiveness, and gender on the interpretation of ambiguous messages. Communication Quarterly, 47(1), 80-97.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
Gecas, V. (1982). The self-concept. Annual review of sociology, 1-33. Ghozali, I.(2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gjerde, P. F. & Block, J. (1988). Preadolescent antecedents of depressive symptomatology at age 18: A prospective study. Manuscript submitted for publication. Goodson, P., Buhi, E. R., & Dunsmore, S. C. (2006). Self-esteem and adolescent sexual behaviors, attitudes, and intentions: A systematic review. Journal of Adolescent Health, 38, 310-319. Gordon, C. P. (1996). Adolescent decision making: A broadly based theory and its application to the prevention of early pregnancy. Adolescence, 31, 561. Gramzow, R. H., Sedikides, C., Panter, A. T., & Insko, C. A. (2000). Aspects of self-regulation and self-structure as predictors of perceived emotional distress. Personality and Social Psychology Bulletin, 26, 188-205. Greco, L., Walop, W., & McCarthy, R. H. (1987). Questionnaire development: Validity and reliability. CMAJ: Canadian Medical Association Journal, 136, 699. Green, J. D., Sedikides, C., Pinter, B., & Van Tongeren, D. R. (2009). Dalam Two sides to self-protection: Self-improvement strivings and feedback from close relationships eliminate mnemic neglect. Self and Identity, 8, 233250. Hansen, W. B., Paskett, E. D., & Carter, L. J. (1999). The Adolescent Sexual Activity Index
(ASAI):
A standardized strategy for measuring
interpersonal heterosexual behaviors among youth. Health Education Research, 14, 485-490.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Harter, S. (1999). The construction of the self: A developmental perspective. Guilford Press. Hatmadji SH, Rochani S. Adolescent Reproductive Health in Indonesia. Research Report of Joint Cooperation. Jakarta: Demographic Institute Faculty of Economic University of Indonesia, The Ford Foundation, RAND Corporation, The World Health Organization, Yayasan Kusuma Buana, 1993. Hepper, E. G., Gramzow, R. H., & Sedikides, C. (2010). Individual differences in self‐enhancement and self‐protection strategies: An integrative analysis. Journal of personality, 78, 781-814. Hepper, E. G., Sedikides, C., & Cai, H. (2011). Self-enhancement and selfprotection strategies in China: Cultural expressions of a fundamental human motive. Journal of Cross-Cultural Psychology, 44, 5-23. Hepper, E. G., Sedikides, C., & Cai, H. (2013). Self-enhancement and selfprotection strategies in China: Cultural expressions of a fundamental human motive. Journal of Cross-Cultural Psychology, 44, 5-23. Hurlock, A. C. (1990). U.S. Patent No. 4,890,879. Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office. Jemmott 3rd, J. B., Jemmott, L. S., & Fong, G. T. (1992). Reductions in HIV riskassociated sexual behaviors among black male adolescents: effects of an AIDS prevention intervention. American journal of public health, 82(3), 372-377. Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesiti Press. King, K. A., Vidourek, R., Davis, B., & McClellan, W. (2002). Increasing selfesteem and school connectedness through a multidimensional mentoring program. Journal of School Health, 72(7), 294-299.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Kirby, D. B., Laris, B. A., & Rolleri, L. A. (2007). Sex and HIV education programs: their impact on sexual behaviors of young people throughout the world. Journal of Adolescent Health, 40(3), 206-217. Kissinger, P., Rice, J., Farley, T., Trim, S., Jewitt, K., Margavio, V., & Martin, D. H. (1999). Application of computer-assisted interviews to sexual behavior research. American Journal of Epidemiology, 149, 950-954. Kotchick, B. A., Shaffer, A., Miller, K. S., & Forehand, R. (2001). Adolescent sexual risk behavior: A multi-system perspective. Clinical psychology review,21, 493-519. Leary, M. R. (1999). Making sense of self-esteem. Current directions in psychological science, 8(1), 32-35. Leary, M. R., Tchividijian, L. R., & Kraxberger, B. E. (1994). Self-presentation can be hazardous to your health: impression management and health risk. Health Psychology, 13, 461 Lestary, H., & Sugiharti, S. (2011). Perilaku berisiko remaja di Indonesia menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 1, 136-144. LeVay, S., & Valente, S. M. (2006). Human sexuality. Sunderland, MA: Sinauer Associates. Mann, M. M., Hosman, C. M., Schaalma, H. P., & de Vries, N. K. (2004). Selfesteem in a broad-spectrum approach for mental health promotion. Health education research, 19(4), 357-372. Moore, S., & Rosenthal, D. (2006). Sexuality in adolescence: Current trends. New York, NY: Routledge. Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 1996. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada Univerity Press.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Markus, H. R., & Kitayama, S. (1991). Culture and the self: Implications for cognition, emotion, and motivation. Psychological review, 98(2), 224. McCranie, E. J. (1971). Depression, anxiety, and hostility. Psychiatric Quarterly, 45, 117-133. Miller BC, Norton MC, Fan X, Christopherson CR. Pubertal development, parental communication, and sexual values in relation to adolescent sexual behaviors. Journal Early Adolescent, 1998;18(1):27–52. Nolen-Hoeksema, S. (1987). Sex differences in unipolar depression: Evidence and theory. Psychological Bulletin, 101,259-282. Oliver, M. B., & Hyde, J. S. (1993). Gender differences in sexuality: a metaanalysis. Psychological bulletin, 114(1), 29. Paulhus ability. Journal of personality and social psychology, 84(4), 890., D. L., Harms, P. D., Bruce, M. N., & Lysy, D. C. (2003). The over-claiming technique: measuring self-enhancement independent of Radloff, L. S. (1980). Risk factors for depression: What do we learn from them? In M. Guttentag, S. Salasin, & D. Belle (Eds.), The menialhealth of women (pp. 93-108). New \brk: Academic Press. Rainsch, S. 2004. Dynamic strategic analysis: Demystifying simple success strategies. Wiesbaden: Deutscher Universitasts- Verlag. Rathus, Nevid, & Pearson 2008. Human Sexuality in a World of Diversity 7th Edition. Pearson Education, Inc. Roosa, M. W., Tein, J. Y., Reinholtz, C., & Angelini, P. J. (1997). The relationship of childhood sexual abuse to teenage pregnancy. Journal of Marriage and the Family, 59, 119-130.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
Rosenthal, D.A., Smith, A.M.A., & Lindsay, J. (1998). Change over time: High school students’ behaviours and beliefs, 1992 to 1997. Venereology, 11, 6–13 Sarwono, J. 2006. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarwono, S. W.(2007). Psikologi remaja.Jakarta: Erlangga Santrock, J. W. (2003). Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. Schmitt, D. P., & Allik, J. (2005). Simultaneous administration of the Rosenberg self-esteem scale in 53 nations: Exploring the universal and culturespecific features of global self-esteem. Journal of Personality and Social Psychology, 89, 623-642. Searcy, E., & Eisenberg, N. (1992). Defensiveness in response to aid from a sibling. Journal of personality and social psychology, 62(3), 422. Sedikides, C. (1999). A multiplicity of motives: The case of self-improvement. Psychological Inquiry, 9, 64–65. Sedikides, C., & Luke, M. (2007). On when self-enhancement and self-criticism function adaptively and maladaptively. Dalam E. C. Chang (Ed.), Selfcriticism
and
self-enhancement:
Theory,
research,
and
clinical
implications (hh. 181–198). Washington, DC: APA Books. Sedikides, C., & Strube, M. J. (1995). The multiply motivated self. Personality and Social Psychology Bulletin, 21(12), 1330-1335. Sedikides, C., Rudich, E. A., Gregg, A. P., Kumashiro, M., & Rusbult, C. (2004). Are normal narcissists psychologically healthy?: Self-esteem matters. Journal of Personality and Social Psychology, 87, 400-416 Sneed, C.D., Marisky, D.E., Rotherum-Borus, M.J., Ebin, V., Marlotte, C. K., Lyde, M., & Gill, J.K. (2001). ‘Don’t know’ and ‘didn’t think if it’:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Condom use at first intercourse by Latino adolescents. AIDS Care, 13, 303–8. Smith, A.M.A., Agius, P., Dyson, S., Mitchell, A., & Pitts, M. (2003).Secondary Students &Sexual Health 2002, Results of the 3rd National Survey of Australian Secondary Students,HIV/AIDS and Sexual Health. Melbourne: Australian Research Centre in Sex, Health and Society, La Trobe University Stamp, G. H., Vangelisti, A. L., & Daly, J. A. (1992). The creation of defensiveness in social interaction. Communication Quarterly, 40(2), 177190. Steinberg, L. (2002). Adolescence Sixth Edition. New York: McGraw-Hill. Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Timor, A. A., & Listyaningsih, U. (2012). Agama, kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pelajar: perbandingan desa dengan kota di pulau Lombok.Jurnal Bumi Indonesia, 1(3). Turner, C. F., Ku, L., Rogers, S. M., Lindberg, L. D., Pleck, J. H., & Sonenstein, F. L. (1998). Adolescent sexual behavior, drug use, and violence: increased reporting with computer survey technology. Science, 280(5365), 867-873. Turner, C. F., Miller, H. G., & Moses, L. E. (1989). AIDS and IV drug use. Wahyudi, M Zaid. (2015, 25 Juni). Seks Usia Remaja Ganggu Otak. Kompas. Watts GF, Nagy S. Sociodemographic factors, attitudes, and expectations toward adolescent coitus. Am J Health Behav 2000;24(4):309–17. Weissman, M. M., Klerman, G. L., & Paykel, E. S. (1971). Clinical evaluation of hostility in depression. American Journal of Psychiatry, 128, 261-266.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
Wright, D. E. (1999). Personal relationships: An interdisciplinary approach. London: Mayfield Publishing Company. Zuckerman, M., & Tsai, F. F. (2005). Costs of Self‐Handicapping. Journal of Personality, 73(2), 411-442.
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN – LAMPIRAN
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
Lampiran A. Skala Pengukuran Diri dan Relasi Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan Teman-teman, Perkenankan kami memperkenalkan diri dulu ya. Kami, C. Siswa Widyatmoko, M.Psi, Flaviana Rinta Ferdian, Maria Kristanti Dara Novianta Widodo, Natan Agung Purwanto, dan Yustinus Budiono. Kami adalah dosen dan mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang ingin lebih memahami dinamika pengalaman remaja seperti : perasaan, pergaulan dengan pacar dan relasi dengan orang tua. Untuk itu kami ingin meminta teman-teman terutama yang sedang berpacaran untuk mengisi kuesioner ini. Informasi yang teman-teman berikan menjadi informasi yang berharga apabila teman-teman memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang tepat adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri teman-teman. Kami sangat memahami bahwa informasi yang teman-teman berikan mungkin bersifat pribadi dan sangat privasi, oleh karena itu kami menjaga kerahasiaan jawaban teman-teman. Angket ini bersifat anonim atau tanpa nama sehingga kami tidak mengetahui identitas teman-teman. Dalam mengisi kuesioner ini, teman-teman membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Jika teman-teman merasa keberatan, boleh meninggalkan kuesioner ini sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Sebagai bentuk rasa terimakasih, kami juga menyediakan pulsa sebesar Rp. 5.000,00 (Lima Ribu Rupiah) bagi teman-teman yang berkenan menyelesaikan kuesioner ini dengan lengkap. Informasi tersebut akan kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
cantumkan di akhir kuesioner ini. Jika ada hal-hal yang masih belum jelas, kalian dapat bertanya pada kami melaui email
[email protected] atau
[email protected]. Jika teman-teman sudah jelas dengan penjelasan kami, dan bersedia mengisi angket, silahkan teman- teman memilih pilihan bersedia sebagai tanda persetujuan bahwa kalian bersedia mengisi angket ini. o
Bersedia
o
Tidak bersedia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
Lampiran B. Skala Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection 1.
Manakala kamu berhasil atau memperoleh nilai yang bagus, kamu berpikir hal itu disebabkan oleh kemampuanmu.
2.
o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
Manakala kamu berhasil atau mendapat nilai yang bagus, kamu berpikir keberhasilan itu menggambarkan pribadimu.
3.
o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
Ketika kamu berhasil atau mendapatkan nilai yang bagus, kamu berpikir kemampuanmu atau keberhasilamu dalam bidang itu adalah hal yang penting.
4.
o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
Meminta tanggapan atau komentar orang lain tentang kamu ketika kamu menduga dan berharap akan mendapat tanggapan positif. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
5.
Senang bersama- sama dengan orang yang menghargai kamu, yang mengatakan hal-hal yang baik tentang kamu, dan membuat kamu merasa diri baik.
6.
o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
Percaya bahwa kamu berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai pribadi lebih baik dari pada pertumbuhan dan perkembangan orang lain.
7.
o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
Percaya bahwa kemungkinan kamu untuk bahagia dan sukses lebih besar dari pada kebanyakan orang.
8.
o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
Menganggap dirimu secara umum memiliki sifat atau kemampuan positif lebih baik dari kebanyakan orang. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
9.
Ketika seseorang menyatakan suatu hal yang ambigu tentangmu, kamu menafsirkan pernyataan tersebut sebagai komentar positif atau pujian. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
10. Cenderung cepat menganggap komentar negatif tentangmu bukan masalah lagi, sehingga beberapa jam/hari/minggu setelahnya kamu tidak merasa sakit hati. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
11. Menyadari bahwa kamu telah bertumbuh dan berkembang sebagai pribadi dari waktu ke waktu; bahwa saat ini kamu menjadi jauh lebih baik/jujur/terampil dari pada kamu yang dulu. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
12. Dalam masa-masa sulit, kamu mengingatkan dirimu tentang nilai-nilai kehidupan yang kamu pegang atau hal-hal yang memiliki arti penting bagi hidup kamu. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
13. Mengingat kesulitan-kesulitan yang berhasil kamu lampaui agar dapat menjadi orang yang benar-benar sukses . o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
14. Menyadari bahwa keadaan saat ini masih lebih baik karena sebenarnya bisa saja terjadi hal yang lebih buruk. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
15. Dalam masa-masa sulit, kamu mengingat relasi yang positif dengan orang-orang yang dekat dan orang-orang yang kamu sayangi. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
16. Tidak banyak belajar sebelum ujian, atau pergi bermain di malam sebelum ujian, , sehingga jika kamu mendapat nilai yang buruk, itu bukan berarti kam tidak cakap/ mampu. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
17. Ketika kamu gagal mengerjakan sesuatu atau mendapat nilai jelek, kamu berpikir bahwa situasi, ujian, atau soal-soalnya tidak jelas atau sulit dipahami. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
18. Ketika kamu gagal mengerjakan sesuatu atau mendapat nilai jelek, kamu mengkritisi situasi dan penilaian orang lain sampai kamu mendapatkan sesuatu yang keliru sehingga kamu dapat berkelit dari kegagalan tersebut. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
19. Tidak banyak belajar sebelum ujian, atau pergi bermain di malam sebelum ujian, sehingga jika kamu mendapat nilai yang bagus, itu karena kamu memiliki kemampuan yang sangat tinggi. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku
20. Ketika kamu gagal mengerjakan sesuatu atau mendapat nilai jelek, kamu berpikir hal itu terjadi karena kamu sedang tidak beruntung. o
Sama sekali tidak mencerminkan diriku
o
Tidak mencerminkan diriku
o
Kurang mencerminkan diriku
o
Agak mencerminkan diriku
o
Mencerminkan diriku
o
Sangat mencerminkan diriku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Lampiran C. Skala Perilaku Seksual Di bawah ini terdapat berbagai aktivitas seksual yang kemungkinan dilakukan oleh seseorang bersama orang lain. Selama sebulan terakhir ini, apakah teman-teman terlibat dalam aktivitas seksual di bawah ini? Pilihlah pada kolom yang paling sesuai denganmu. Tidak perlu malu, semua jawaban kami jamin kerahasiaannya. 1. Berpegangan tangan dengan pacar o
Ya
o
Tidak
2. Berpelukan dengan pacar o
Ya
o
Tidak
3. Berciuman di pipi/ kening o
Ya
o
Tidak
4. Berciuman di bibir/ leher o
Ya
o
Tidak
5. Digerayangi/ menggerayangi tubuh pacar dalam keadaan masih berpakaian o
Ya
o
Tidak
6. Digerayangi/ menggerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaian o
Ya
o
Tidak
7. Ditempel/ menempelkan tubuh dan/atau alat vital ke tubuh pacar o
Ya
o
Tidak
8. Hubungan Seksual seperti suami istri o
Ya
o
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Lampiran D. Seleksi Item Perilaku Seksual Correlations PS_1 PS_1
Pearson Correlation
PS_2
PS_2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PS_3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PS_4
PS_5
PS_6
PS_7
PS_8
TS_PS
.190
.145
.062
.110
.062
.007
.002
.185
.313
.667
.446
.667
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
**
1
**
.255
.168
.296
*
.168
.000
.000
.074
.245
.037
.245
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
**
1
**
.200
.143
.253
.143
.002
.164
.322
.077
.322
.000
50
50
50
50
50
50
50
**
1
.377
.377
**
PS_4 **
1
Sig. (2-tailed) N
PS_3
.007 50 .436
**
.684
.002
.000
50
50
Pearson Correlation
.190
Sig. (2-tailed)
.185
.512
**
.000
.436
.684
.436
**
.512
.436
.002
.400
**
.004
.327
*
.020
.349
*
.013
.327
*
.020
N
.545
.795
.773
.705
**
**
**
**
.000 50
50
50
50
50
50
50
50
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
PS_5
PS_6
.200
Sig. (2-tailed)
.313
.074
.164
.004
50
50
50
50
Pearson Correlation
.062
.168
.143
.327
Sig. (2-tailed)
.667
.245
.322
.020
.002
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.110
.296
*
.253
.349
Sig. (2-tailed)
.446
.037
.077
.013
.000
.000
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.062
.168
.143
.327
Sig. (2-tailed)
.667
.245
.322
.020
.002
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
N PS_7
N PS_8
N TS_PS_t Pearson Correlation anparisik Sig. (2-tailed) o N
.545
**
.795
**
.773
**
.705
*
*
**
.429
.758
**
.255
*
1
**
.145
N
.400
**
Pearson Correlation
.429
**
.000
.002
.000
50
50
50
50
50
**
1
.429
.758
.429
.602
**
**
**
.565
**
1.000
**
.493
**
.000
.000
.000
50
50
50
50
**
1
.565
1.000
.493
**
**
.565
**
.625
**
.000
.000
50
50
50
**
1
.565
.625
**
.493
**
.000 50
50
**
1
.493
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
**
.002
.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.602
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
Lampiran E. Reliabilitas a. Skala Self- Enhancement and Self- Protection Scale (Self- Enhancementand Self- Protection Short Form) 1. Positivy Embracement Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .659
5
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
SE_SP_2
17.67
7.379
.483
.572
SE_SP_5
17.61
7.889
.501
.570
SE_SP_10
17.49
8.135
.465
.587
SE_SP_19
17.62
8.625
.309
.652
SE_SP_15
18.25
7.684
.339
.651
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
2. Favorable Construals Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .529
5
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
SE_SP_12
15.68
7.917
.384
.418
SE_SP_3
15.58
7.827
.386
.415
SE_SP_9
15.23
7.655
.410
.399
SE_SP_16
16.19
8.387
.316
.460
SE_SP_18
15.71
9.780
.035
.633
3. Self-Affirming Reflections Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .681
5
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
SE_SP_13
19.60
5.785
.456
.623
SE_SP_4
19.50
5.999
.416
.640
SE_SP_6
19.29
5.723
.398
.649
SE_SP_20
19.36
5.805
.475
.615
SE_SP_17
19.75
5.410
.442
.629
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
4. Deffensiveness Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .574
5
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
SE_SP_7
12.41
10.893
.268
.552
SE_SP_8
12.37
10.758
.296
.538
SE_SP_11
12.87
9.502
.398
.479
SE_SP_14
12.69
9.875
.357
.504
SE_SP_1
13.03
9.747
.341
.513
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
b. Skala Perilaku Seksual Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .867
8
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
PS_1
3.50
5.280
.389
.871
PS_2
3.60
4.737
.571
.855
PS_3
3.59
4.679
.616
.851
PS_4
3.76
4.252
.703
.840
PS_5
3.96
4.154
.719
.838
PS_6
4.08
4.231
.729
.837
PS_7
4.12
4.340
.696
.841
PS_8
4.26
4.932
.507
.862