HUBUN NGAN ANT TARA ASU UPAN ENER RGI, PROT TEIN, LEMA AK, KAR RBOHIDRA AT DAN AK KTIVITAS FISIK F DENGAN PROD DUKTIVITA AS KERJA A PAD DA PEKERJ JA WANITA A DI KONV VEKSI RIZK KYA BATIK K NGEMPL LAK BOYO OLALI
NASK KAH PUBLIK KASI
Disusun Oleh:
Oleh : YANIAR IKE OKTAP PIYANTI J 310 090 002 2
PROGRA AM STUDI S1 S GIZI FAKULTAS S ILMU KES SEHATAN UNIVER RSITAS MUH HAMMADIY YAH SURAK KARTA 2014
1
2
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA WANITA DI KONVEKSI RIZKYA BATIK NGEMPLAK BOYOLALI Yaniar Ike Oktapiyanti Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Productivity is a determinant of competitiveness, either at the individual, company, industry, and country levels. One of the factors that affect productivity is nutrient intake of workers. Disadvantages intake of protein, fat, and carbohydrates cause low energy production so that the body becomes lethargic and productivity is low. On the other side, excessive physical activity causes fatigue in the worker, which resulting in low productivity. To determine the relationship among the intake of energy, protein, fat, carbohydrate and physical activity on work productivity of women workers in Convection Rizkya Batik Ngemplak Boyolali. The research was an observational with cross-sectional approach. A number of subjects were 35 female workers at the production (sewing) selected by purposive sampling. Data of energy, protein, fat, and carbohydrate intake, as well physical activity were obtained using recall. Data of productivity was obtained by interview and observation. The statistical test used Rank Spearman. The results indicated that subjects aged 30-49 years as much as 57,1%. Subjects who graduated of primary education were 91.4%. Income of subjects was below of minimum wage as much as 94.3%. Subjects with normal nutritional status were 62.9%. Subjects with good energy intake were 57.1%. The good protein intake of subjects was 62.9%. The good intake of fat was 54.3%. The good intake of carbohydrates was 51.4%. The mild physical activity of subject was 88.6%. Productivity of subjects was 71.4%. Statistical test gave the correlation between energy intake and work productivity with p value = 0.003. Protein intake and work productivity with p value = 0.001. Intake of fat and work productivity with p value = 0.015. Carbohydrate intake and work productivity with p value=0.021. Then the physical activity and work productivity with p value =0.06. There are relationship among the intake of energy, protein, fat and carbohydrates with work productivity. However there is no relationship between physical activity and productivity.
Keyword
: Women Workers, Energy, Protein, Fat, Carbohydrate, Physical Activity, Productivity. References : 19 (1992 – 2011)
1
PENDAHULUAN Produktivitas merupakan hal
biologis,
yang menentukan tingkat daya
Zat
saing,
baik
dan
sosial
(Tarwaka,
2004). gizi
utama
yang
tingkat
individu,
dibutuhkan tenaga kerja adalah
industri,
maupun
karbohidrat yang fungsi utamanya
tingkat negara (Sumbodo, 2007).
menyediakan energi bagi tubuh,
Data Badan Pusat Statistik (BPS)
selain karbohidrat sebagai sumber
tahun 2007 menunjukkan jumlah
energi,
tenaga kerja wanita di Indonesia
memerlukan protein dan lemak.
mengalami
Kurangnya
perusahaan,
peningkatan
mencapai
2,12
(35,37%).
yaitu
juta
orang
Seiring
dengan
tenaga
kerja
karbohidrat
menyebabkan mendapat
dapat
tubuh energi,
tetap
kurang sehingga
meningkatnya tenaga kerja wanita
mempengaruhi
kebutuhan zat gizi pada wanita
kerjanya
juga
Penelitian dari Handayani (2008)
memerlukan
perhatian
khusus.
Rickum
et
al
(2005)
menunjukkan permasalahan gizi lebih banyak dialami oleh tenaga kerja
(Kartasapoetra,
2010).
menunjukkan adanya hubungan
Warta Kesehatan Kerja (2002) dalam
produktivitas
wanita
daripada
Produktivitas
laki-laki.
kerja
dapat
yang
signifikan
konsumsi
antara
tingkat
dan
protein
energi
dengan produktivitas kerja. Kekurangan terus
protein
menerus
secara dapat
menyebabkan menurunnya daya
dipengaruhi oleh beberapa faktor
tahan
antara lain dari asupan makannya.
terhadap
Faktor
dapat
kreativitas dan menurunnya daya
mempengaruhi produktivitas kerja
kerja (Kartasapoetra, 2010). Tubuh
seseorang yaitu
kapasitas kerja
yang kurang protein, lemak dan
meliputi
jenis
karbohidrat
lain
yang
umur,
kelamin,
tubuh,
sehingga
penyakit,
rentan
menurunnya
menyebabkan
kesegaran jasmani, status gizi,
pembakaran ketiga unsur tersebut
antropometri,
kurang
beban
kerja
dan
beban tambahan seperti beban
sehingga
menghasilkan menyebabkan
energi tubuh
kerja karena faktor fisik, kimia,
2
menjadi lesu dan menyebabkan produktivitas kerja menjadi rendah. Lemak
dapat
digunakan
Survei
pendahuluan
yang
dilakukan peneliti pada bulan April tahun 2013 di Konveksi Rizkya
sebagai sumber energi bila protein
Batik
dan
tersedia
menunjukkan sebanyak 36,6 %
tidak dapat mencukupi kebutuhan
memiliki asupan zat gizi (energi,
(Almatsier,
protein, lemak dan karbohidrat)
karbohidrat
yang
2002).
Lemak
Ngemplak
fungsinya sebagai salah satu zat
yang
gizi
utama,
peneliti
tertarik
kekurangan
apakah
ada
penghasil
sehingga
energi
apabila
rendah,
oleh
Boyolali
karena
untuk
itu
meneliti
hubungan
antara
asupan lemak akan mengurangi
asupan energi, protein, lemak,
pembentukan
karbohidrat
energi
di
dalam
yang
mengandalkan fisik memerlukan aktivitas fisik lebih berat dibanding pekerjaan
yang
aktivitas
fisik
dengan produktivitas kerja pada
tubuh (Sediaoetama, 2004). Pekerjaan
dan
mengandalkan
pekerja wanita di Konveksi Rizkya Batik Ngemplak Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
keahlian (FAO/WHO/UNU, 2001).
antara
Aktivitas
lemak, karbohidrat dan aktivitas
fisik
yang
berlebihan
asupan
hubungan
energi,
protein,
istirahat
fisik dengan produktivitas kerja
cukup dapat menimbulkan rasa
pada pekerja wanita di Konveksi
lelah.
Rizkya Batik Ngemplak Boyolali.
serta
tidak
diimbangi
Kelelahan
berpengaruh kerja
pada
dapat produktivitas
(FAO/WHO/UNU,
2001).
Semakin tinggi kelelahan maka produktivitas
kerjanya
akan
semakin rendah (Ravianto, 1985). Penelitian
Aziiza
(2008)
menunjukkan terdapat hubungan antara faktor aktivitas fisik di luar pekerjaan kerja.
dengan
produktivitas
METODE PENELITIAN Penelitian ini observasional rancangan sectional.
bersifat
menggunakan penelitian
Penelitian
cross dilakukan
pada bulan April 2013 sampai Januari
2014.
Populasi
dari
penelitian ini semua tenaga kerja wanita bagian produksi (jahit) di
3
Konveksi Rizkya Batik Ngemplak
Konveksi Rizkya Batik Ngemplak
Boyolali sebanyak 35 orang.
Boyolali.
Subjek yang diteliti adalah
1. Umur Karakteristik
tenaga kerja wanita di bagian produksi (jahit) di Konveksi Rizkya
berdasarkan
Batik
bahwa
Ngemplak
Boyolali
yang
subjek
umur
tenaga
diketahui
kerja
wanita
memenuhi kriteria inklusi wanita
yang termasuk kelompok umur
usia 19 - 40 tahun (usia produktif),
dewasa madya (30-49 tahun)
berbadan sehat dan tidak sedang
sebanyak (57,1 %) lebih banyak
sakit, bekerja di bagian produksi
dibandingkan kelompok umur
(jahit),
dewasa muda (19-29 tahun)
bersedia
menjadi
responden, dapat berkomunikasi dengan baik dan kriteria eksklusi,
sebanyak (42,9 %). 2. Pendidikan Karakteristik
mengundurkan diri saat peneltian,
subjek
tidak datang pada saat dilakukan
berdasarkan
penelitian.
diketahui bahwa tenaga kerja
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan
adalah
non
wanita
pendidikan
yang
termasuk
pendidikan dasar lebih banyak
probability sampling yaitu dengan
yaitu
purposive sampling (Notoatmojo,
dibandingkan pendidikan lanjut
2005). Hasil uji kenormalan data
sebanyak (8,6%).
dengan
menggunakan
uji
sebanyak
(91,4%)
3. Pendapatan Karakteristik
Kolmogorof Smirnov, menunjukkan
subjek
tidak
berdasarkan pendapatan (gaji)
normal maka digunakan uji Rank
diketahui bahwa tenaga kerja
Spearman.
wanita
semua
data
berdistribusi
yang
termasuk
pendapatannya
dibawah
UMR
HASIL PENELITIAN
sebanyak (94,3%) lebih banyak
A. Karaktersitik Subjek
bila
Subjek
yang
terlibat
pada
penelitian ini adalah tenaga kerja
dibandingkan
pendapatannya
diatas
yang UMR
sebanyak (5,5%).
wanita di bagian produksi (jahit)
4
proteinnya
4. Status Gizi (IMT) Karakteristik
subjek
kurang
sebanyak
(31,4%) dan asupan proteinnya
berdasarkan status gizi (IMT)
lebih sebanyak (5,7 %).
diketahui bahwa tenaga kerja
8. Tingkat Asupan Lemak
wanita yang termasuk status
Berdasarkan
gizi
kurang
(22,9%),
yaitu
status
sebanyak gizi
baik
distribusi
tingkat asupan lemak diketahui bahwa
tenaga
kerja
wanita
(62,9%), dan status gizi lebih
yang asupan lemaknya baik
(14,33%).
sebanyak
(54,3%),
5. Masa Kerja
lemaknya
kurang
Karakteristik berdasarkan
subjek masa
kerja
diketahui bahwa tenaga kerja wanita
yang
masa
kerjanya
asupan sebanyak
(25,7%) dan asupan lemaknya lebih sebanyak (20 %). 9. Tingkat Asupan Karbohidrat Berdasarkan
rendah sebanyak (94,3 %) lebih
tingkat
banyak
dibandingkan
diketahui bahwa tenaga kerja
masa
kerjanya
yang sedang
wanita
asupan
distribusi karbohidrat
yang
asupan
karbohidratnya baik sebanyak
sebanyak (5,7 %). 6. Tingkat Asupan Energi
(51,4%), asupan karbohidratnya
Berdasarkan
kurang sebanyak (42,9%) dan
distribusi
tingkat asupan energi diketahui
asupan
bahwa
sebanyak (5,7 %).
tenaga
kerja
wanita
karnohidratnya
yang asupan energinya baik
10. Tingkat Aktivitas Fisik
sebanyak (57,1%) lebih banyak
Berdasarkan
lebih
distribusi
dibandingkan asupan energinya
tingkat aktivitas fisik diketahui
kurang sebanyak (42,9 %).
bahwa
tenaga
kerja
wanita
7. Tingkat Asupan Protein
yang aktivitas fisiknya ringan
Berdasarkan
distribusi
sebanyak (88,6%) lebih banyak
tingkat asupan protein diketahui
dibandingkan aktivitas fisiknya
bahwa
sedang sebanyak (11,4 %).
tenaga
kerja
wanita
yang asupan proteinnya baik sebanyak
(62,9%),
asupan
5
11. Tingkat Produktivitas Kerja distribusi
makanan sumber karbohidrat
diketahui
seperti
Berdasarkan produktivitas bahwa
tenaga
produktif lebih
kerja
kerja
wanita
sebanyak (71,4%)
banyak
subjek hanya mengkonsumsi
dibandingkan
nasi
dan
mie.
Berdasarkan uji statistik dengan uji
Rank
Spearman
menunjukkan
nilai
p=0,003
yang tidak produktif sebanyak
sehingga
(28,6 %).
yang signifikan positif antara asupan
B. ANALISIS HUBUNGAN 1. Hubungan
terdapat
Asupan
Energi
dengan Produktivitas Kerja
hubungan
energi
dengan
produktivitas kerja. Kekurangan
energi
yang
hubungan
terjadi secara terus menerus
antara asupan energi dengan
akan menyebabkan kekuatan
produktivitas kerja dapat dilihat
otot (muscular strength) dan
pada Tabel 1.
ketepatan gerak otot menurun,
Hasil
analisis
Tabel 1 Distribusi Produktivitas Kerja Menurut Asupan Energi Produktivitas Kerja Asupan Energi Produktif Tidak Produktif
Jumlah
Kurang 6 (40%) 9 (60%)
15 (100%)
Baik
19 (95%)
1 (5%)
sehingga membuat kerja tidak efisien (Moehji, 2003). Tubuh dapat menerima beban kerja dengan
20 (100%)
baik
bila
terpenuhi (Nursanyoto, 1992). Energi
diperoleh
pembakaran Tabel
1
menunjukkan
bahwa sebanyak 60 % tenaga kerja
yang
cenderung energi
dari
karbohidrat,
protein dan lemak. Karbohidrat
glukosa
tidak
produktif
memiliki
asupan
terpenting dalam penyediaan
sedangkan
energi di dalam tubuh (Irawan,
kurang,
merupakan
sebanyak 95 % tenaga kerja
2007).
yang
sejalan
produktif
cenderung
Hasil
Nuraieni
Asupan
menunjukkan
energi karena
subjek
yang
umumnya
karbohidrat
penelitian
dengan
memiliki asupan energi baik.
kurang,
energi
(2007) ada
ini
penelitian yang hubungan
yang bermakna antara tingkat
6
konsumsi
energi
produktivitas tenaga
kerja,
kerja
konsumsi
yang
energinya
produktivitasnya
dengan
tahu dan tempe. Berdasarkan
dimana
uji statistik dengan uji Rank
tingkat
Spearman menunjukkan nilai
baik
cenderung
p=0,013
sehingga
terdapat
hubungan yang signifikan positif antara asupan protein dengan
lebih tinggi. 2. Hubungan
Asupan
Protein
dengan Produktivitas Kerja
produktivitas kerja. Kartasapoetra
(2010)
hubungan
menyatakan
antara asupan protein dengan
kekurangan
produktivitas kerja dapat dilihat
terus
pada Tabel 2.
menyebabkan
protein
digunakan
sumber
Hasil
analisis
Tabel 2 Distribusi Produktivitas Kerja Menurut Asupan Protein Produktivitas Kerja Asupan Protein Produktif
Tidak Jumlah Produktif
5 (45,5%) 6 (54,5%) 11(100%)
Baik
18 (81,8%) 4 (18,2%) 22(100%) 2 (100%)
protein
secara
menerus
energi,
dapat
sebagai
sehingga
protein
di
dalam tubuh tidak tersedia lagi
Kurang Lebih
terjadinya
0 (0 %) 2 (100%)
untuk
pemeliharaan
jaringan
atau
pertumbuhan
(Barasi,
2007).
Protein
berfungsi
juga
sebagai
dapat sumber
energi bila karbohidrat dan juga Tabel
2
menunjukkan
bahwa sebanyak 54,5 % tenaga kerja
yang
tidak
produktif
cenderung
memiliki
asupan
protein
yang
kurang,
sedangkan sebanyak 81,8 % tenaga
kerja
cenderung
yang
produktif
memiliki
asupan
protein
yang
protein
subjek
baik. yang
Asupan kurang
karena umumnya subjek hanya mengkonsumsi
lauk
yang
lemak di dalam tubuh tidak dapat
mencukupi
kebutuhan
(Kartasapoetra, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian
dari
Handayani
(2008)
yang
menunjukkan
ada
hubungan
yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dan konsumsi protein
dengan
produktivitas
kerja, semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein
berasal protein nabati seperti
7
semakin
tinggi
pula
produktivitas kerja. Lemak juga
produktivitas kerjanya. 3. Hubungan
Asupan
Lemak
dengan Produktivitas Kerja Hasil
analisis
antara asupan lemak dengan
hubungan
merupakan sebagai
sumber
energi,
simpanan
lemak
merupakan
cadangan
energi
antara asupan lemak dengan
tubuh paling besar (Almatsier,
produktivitas kerja dapat dilihat
2002). Energi selain diperoleh dari
pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Produktivitas Kerja Menurut Asupan Lemak Produktivitas Kerja Asupan lemak Produktif
3
dapat
diperoleh
(Kartasapoetra,
Tidak Jumlah Produktif
Kurang 4 (44,4%) 5 (55,6%) 9 (100% Baik 14(73,7%) 5 (26,3%) 19 (100% Lebih 7 (100%) 0 (0 %) 7 (100%
Tabel
karbohidrat dan protein juga
menunjukkan
dari
2010). Lemak
fungsinya sebagai salah satu zat gizi penghasil energi utama, sehingga apabila tenaga kerja kekurangan asupan lemak akan mengurangi energi
kerja
(Sediaoetama, 2004).
cenderung
tidak
produktif
memiliki
asupan
di
pembentukan
bahwa sebanyak 55,6 % tenaga yang
lemak
Cadangan
dalam
tubuh
lemak
yang
lemak yang kurang, sedangkan
semakin berkurang juga akan
sebanyak 73,7 % tenaga kerja
berpengaruh
yang
penurunan
produktif
cenderung
memiliki asupan lemak yang
(Katasapoetra,
baik.
Kekurangan
Asupan
lemak
subjek
terhadap berat
badan 2010).
asupan
yang kurang karena umumnya
dapat
jarang mengkonsumsi makanan
penurunan berat badan, akan
sumber lemak seperti daging,
tetapi bila kelebihan asupan
sosis, susu, keju dan lain-lain,
lemak
dapat
resiko
penumpukan
Berdasarkan dengan uji menunjukkan
uji
statistik
Rank Spearman nilai
p=0,015
sehingga ada hubungan yang
berpengaruh
lemak terhadap
menimbulkan lemak
terjadi di dalam tubuh, sehingga menyebabkan
terjadinya
peningkatan berat badan atau
8
kegemukan dan meningkatkan
menunjukkan
resiko terkena penyakit (Barasi,
sehingga ada hubungan antara
2007).
asupan
4. Hubungan Karbohidrat
antara dengan
dengan
dengan
yang ada dalam makanan agar
hubungan
asupan
karbohidrat
produktivitas kerja. Karbohidrat
dapat
analisis
p=0,02
Asupan
Produktivitas Kerja Hasil
nilai
karbohidrat
produktivitas
kerja
penyediaan
untuk
energi
harus
diubah dahulu menjadi bentuk glukosa,
selanjutnya
melalui
sirkulasi darah akan diserap,
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Produktivitas Kerja Menurut Asupan Karbohidrat Produktivitas Kerja Asupan Produktif Tidak KH Produktif Kurang 7 (46,7%) 8 (53,3%) Baik 16 (88,9%) 2 (11,1%) Lebih 2 (100%) 0 (0 %)
dimanfaatkan
Jumlah 15 (100%) 18 (100%) 2 (100%)
kemudian
melalui
metabolisme melalui
proses
dioksidasi siklus
dan Krebs
(Kartasapoetra, 2010). Karbohidrat merupakan gizi utama yang dibutuhkan tenaga
menunjukkan
kerja karena fungsi utamanya
bahwa sebanyak 53,3 % tenaga
menyediakan energi bagi tubuh.
kerja
Tabel
4
tidak
produktif
Sediaoetama
memiliki
asupan
menyatakan
jika
karbohidrat kurang, sedangkan
karbohidrat
kurang
sebanyak 88,9 % tenaga kerja
menyebabkan penyakit kurang
yang
yang
cenderung
(2004) asupan dapat
produktif
cenderung
kalori dan protein (KKP), akan
asupan
karbohidrat
tetapi bila asupan karbohidrat
yang baik. Asupan karbohidrat
berlebihan juga membuat efek
subjek
karena
yang tidak baik bagi tubuh.
sumber
Kelebihan asupan karbohidrat
memilki
yang
umumnya
kurang
konsumsi
karbohidrat subjek berasal dari
yang
makanan sumber karbohidrat
menyebabkan
seperti nasi dan mie.
pembentukan
Berdasarkan dengan uji
uji
statistik
Rank Spearman
terjadi
terus
menyebabkan berat
badan,
menerus terjadinya
lemak
dan
peningkatan sehingga
9
menimbulkan pengaruh yang
terdapat faktor lain yang dapat
kurang
mempengaruhi
produktivitas
kegiatan tubuh dan kesehatan
kerja
lain
(Kartasapoetra, 2010).
pengalaman
baik
bagi
5. Hubungan
berbagai
Aktivitas
Fisik
analisis
usia,
(masa
kerja),
pendidikan, kadar hemoglobin, dan status gizi (Setyawati, 1994
Dengan Produktivitas Kerja Hasil
antara
hubungan
dan
Widiastuti,
2011).
antara aktivitas fisik dengan
Penelitian dari Aziiza (2008)
produktivitas kerja dapat dilihat
menunjukkan usia, masa kerja,
pada Tabel 5.
dan
Tabel 5 Distribusi Produktivitas Kerja Menurut Aktivitas Fisik Produktivitas Kerja Aktivitas Jumlah Tidak Fisik Produktif Produktif Ringan 22 (71%) 9 (29%) 31(100%) Sedang 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)
status
mempengaruhi
5
menunjukkan
bahwa sebanyak 71 % tenaga kerja yang produktif cenderung memiliki aktivitas fisik ringan, sedangkan
sebanyak
25
yang
%
tenaga
kerja
tidak
produktif
cenderung
memiliki
aktivitas
fisik
sedang.
dapat
produktivitas
kerja. C. KETERBATASAN PENELITIAN 1. Tidak adanya pemisahan atau dibedakannya tenaga
Tabel
gizi
aktivitas
kerja
perusahaan
fisik
di
dalam
dan
diluar
perusahaan. 2. Tidak
ditelitinya
faktor-faktor
data
lain
mempengaruhi
atau yang
produktvitas
tenaga kerja seperti motivasi, persentase lemak tubuh, dan kadar hemoglobin.
Berdasarkan uji statistik dengan uji
Rank
menunjukkan
Spearman nilai
p=0,06
sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan produktivitas kerja. Produktivitas
kerja
hanya
dipengaruhi
aktivitas
fisik
saja
tidak oleh
KESIMPULAN 1. Sebanyak energinya asupan
(57,1%)
asupan
baik,
(62,9%)
proteinnya
baik,
(54,3%) asupan lemaknya baik, (51,4%) asupan karbohidratnya baik, (88,6%) memiliki aktivitas
tetapi
10
fisik ringan, (71,4 %) termasuk produktif. 2. Terdapat
hubungan
antara
asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
dengan
produktivitas kerja. 3. Tidak terdapat hubungan antara aktivitas
fisik
dengan
produktivitas kerja.
SARAN 1. Bagi Konveksi Rizkya Batik Diharapkan
tenaga
kerja
dengan
memberikan
bonus atau tambahan gaji agar hasil kerja yang bagus dapat dipertahankan
atau
AziIza, F. 2008. Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan,dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita Di Industri Konveksi. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor. Pusat Statistik. 2007. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2007. Jakarta.
yang
menghasilkan hasil kerja tinggi seperti
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Badan
perusahaan
dapat memberikan timbal balik pada
DAFTAR PUSTAKA
bahkan
ditingkatkan. 2. Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Barasi, ME. 2007. At a Glance ILMU GIZI. Dialih bahasakan oleh Halim, H. Penerbit Erlangga. Jakarta. FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement Report of a Joint FAO /WHO/UNU Expert Consultation. Rome : 1724.
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
asupan
energi,
protein, lemak, karbohidrat dan aktivitas
fisik
dengan
produktivitas kerja dan faktorfaktor
lain
yang
berpengaruh produktivitas kerja.
dapat
terhadap
Handayani, P. 2008. Hubungan Tingkat Konsumsi dan Penggunaan Cetakan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus di Industri Tahu Doa Ibu, Ciracas Jakarta Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irawan, MA. 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Jurnal. 01(06).
11
Kartasapoetra, G dan Marsetyo, H. 2010. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi dan Kesehatan dan Produktifitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta.
Setyawati, L. 1994. Kelelahan Kerja . Kajian Terhadap Perasaan Kelelahan Kerja. Disertasi. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk. Penerbit Papas Sinar Sinanti. Jakarta.
Soraya, N . 2007. Perempuan Sebagai Lumbung Pangan Keluarga (Serial online) Diakses 4 Juni 2007 . Http : www.suloh.or.id.
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nuraieni, E. 2007. Analisis Motivasi, Tingkat Konsumsi, Dan Status Gizi Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita (Studi Kasus di PT Unitex , Tbk Tajur Kota Bogor ). Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Bogor. Nursanyoto, H. 1992. Ilmu gizi: Zat gizi utama. PT Golden Terayon Press. Jakarta: 77-8. Rickum, D., Arsiniati, M., Brata Arbai., dan Kuntoro. 2005. Pengaruh Pemberian Makanan Tradisional Serwit Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Prosiding Temu Ilmiah , Kongres XIII PERSAGI : 437-448.
Sumbodo, P. 2007. Daya Saing dan Produktivitas Indonesia dan Negaranegara ASEAN. [serial online] : Diakses 2 Mei 2007. Http://www. Apindo. Orid/images/_rtes/produkti vitasAsean. idik. Tarwaka., Solichul, HB dan Lilik, S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta. Widiastuti, S. 2011. Faktor Determinan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Wanita. Artikel Penelitian. Semarang. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro . Semarang.
Sediaoetama, AD. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Cetakan Kelima. Dian Rakyat. Jakarta.
12