PENATA ALAKSANA AAN FISOT TERAPI PA ADA KASU US KONTRA AKTUR PO OS OPERAS SI 1 DISTAL 1/3 L FIBULA SINISTRA S D DENGAN MODA M LITA AS IR DAN TERAPI L LATIHAN D RSUD SA DI ALATIGA
D Disusun oleh:: RIKO TAN NGGUH PR RADANA J 100080025
NASKA AH PUBLIK KASI
Diajukan Guna Melen ngkapi Tugaas-Tugas dann Memenuhii Syarat-syarratUntuk Menyelesaik M kan Program Pendidikan Diploma IIII Fisioterapi
AN FISIOTERAPI JURUSA F FAKULTAS S ILMU KESEHATAN N UNIVERSITAS MUH HAMMADIY YAH SURA AKARTA 2014
ABSTRAKSI RIKO TANGGUH PRADANA J 100080025, PENATALAKSANAAN FISOTERAPI PADA KASUS KONTRAKTUR POS OPERASI 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN MODA LITAS IR DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA, JURUSAN FISIOTERAPI ,FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN,UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA, 2014, 52 HALAMAN Tujuan dari penelitian ini Untuk meengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra dengan modalitas IR dan terapilatihandi RSUD Salatiga, Berdasarkan pengukuran nyeri dengan menggunakan VDS di dapat data bahwa nyeri tekan dari T1=2 cm menjadi T6=2cm, nyeri gerak dari T1=1 cm menjadi T6=1cm, dan untuk nyeri diam tetap sama dari T1=1cm tetap menjadi T6=1cm. dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pelaksanan terapi yang telah dilaksanakan sudah dapat menurunkan rasa nyeri. Berdasarkan hasil pengukuran LGS di dapat data bahwa gerak aktif dari T1: S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1250 F 430.00.190. untuk gerak pasif T1 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dapat membantu mengurangi permasalahan yang timbul pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra. Penanganan kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra ini akan lebih berhasil jika disertai kemauan dan semangat untuk sembuh. Dimana motivasi sangat berperan dalam proses penyembuhan, karena tanpa adanya kemauan dan keinginan untuk cepat sembuh, maka proses penyembuhan akan memakan waktu yang cukup lama. Apabila kemauan dan keinginan untuk sembuh ada di tambah penanganan dan terapi yang benar-benar tepat, maka hasil yang didapat akan maksimal. Kata Kunci: Kontraktur, Moda Litas IR ,Terapi Latihan PENDAHULUAN Kontraktur merupakan hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit.
Banyaknya kasus penderita yang mengalami kontraktur
dikarenakan kurangnya disiplin penderita sendiri untuk sedini mungkin melakukan mobilisasi dan kurangnya pengetahuan tenaga medis untuk memberikan terapi pengegahan, seperti perawatan luka, pencegahan infeksi, proper positioning dan mencegah immobilisasi yang lama. Efek kontraktur
menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi dan gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari. Modalitas yang digunakan oleh fisioterapi dalam upaya pemulihan dan pengembalian kemampuan fungsional pada pasien dengan kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistraadalah dengan modalitas IR dan terapi latihan.Terapi latihan merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan gerak pasif dan aktif (Kisner, 1996).Macam dari terapi latihan tersebut diantaranya (1) breathing exercise, (2) posisioning (3) static contraction, (4) passive exercise, (5) active exercise, (6) latihan jalan.Terapi latihan disini bermanfaat dalam mengurangi nyeri akibat oedem dan luka incisi, mengurangi adanya pembengkakan, mempertahankan, dan menambah atau memelihara luas gerak sehingga dengan latihan tersebut pasien diharapkan bisa kembali beraktivitas seperti semula PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi Sistematika pemeriksaan dan pengumpulan data yang diperlukan pada kasus kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula sinistra adalah sebagai berikut : 1. Anamnesis Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapat informasi tentang keadaan pasien. Anamnesis penting untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala dari penyakit yang ditunjukkan pasien sehingga dapat memperkuat diagnosis medis. Anamnesis berisi tentang identitas penderita dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan penderita. Anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pasien sendiri (auto anamnesis) atau tanya jawab dilakukan kepada orang lain yang dianggap mengetahui kondisi penderita (hetero anamnesis).Anamnesis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Anamnesis umum Pada anamnesis umum akan diperoleh data tentang identitas pasien antara lain nama : Ny. Endang Astuti : 59 tahun, jenis kelamin : perempuan, agama : islam, pekerjaan : ibu rumah tangga, dan alamat : Reksasari Rt 05,Rw 01.
b. Anamnesis khusus Keterangan yang dapat diketahui tentang pasien pada anamnesis khusus antara lain : 1) Keluhan utama Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang keluhan utama yaitu pasien merasakan kaku di kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki. 2) Riwayat penyakit sekarang Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit sekarang yaitu bulan november 2011, saat mau mendorong sepeda motor pasien pasien terpeleset. Kemudian pasien langsung di bawa ke puskesmas terdekat dari tempat tersebut tidak dilakukan tindakan pengobatan, hanya dilakukan pemeriksaan seperlunya kemudian di rujuk di RSUD Salatiga dan dilakukan operasi dan dilanjutkan tindakan fisioterap 3) Riwayat penyakit dahulu Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit dahulu yaitu pasien belum pernah merasakan sakit yang dirasakan seperti sekarang.
4) Riwayat penyakit penyerta Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit penyerta yaitu bahwa pasien tidak mempunyai penyakit lain seperti yang dirasakan sekarang, Hipertensi (+), Diebetes (+). 5) Riwayat pribadi Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit pribadi yaitu pasien merupakan ibu rumah tangga yang rajin. Setiap harinya bekerja mengurus rumah seperti memasak, momomg cucu, dan bersih-bersih rumah. 6) Anamnesis sistem Merupakan anamnesis pada gejala-gejala yang muncul pada setiap sistem tubuh dan berfungsi untuk melengkapi anamnesis diatas. Bagian tubuh yang diperiksa antara lain :
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik untuk melengkapi anamnesis dan yang termasuk dalam pemeriksaan fisik pada kondisi kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula sinistra antara lain : a. Vital sign Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan vital sign antara lain tekanan darah : 140 / 80 mmHg, denyut nadi : 70x/menit, pernafasan :26x/menit, tinggi badan : 155 cm, dan berat badan 57 kg. b. Inspeksi Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan
mengamati.
Dapat
dilakukan
secara
langsung
atau
menggunakan kaca pembesar. Inspeksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : saat pasien dalam keadaan diam (statik) dan bergerak (dinamis). Dari inspeksi statis diperoleh data berupa tampak bekas incisi di angkle bagian lateral kiri, posisi telapak kaki cenderung inversi dan plantar flexi. Dari inspeksi dinamis diperoleh data bahwa cara pasien tampak masih berhati-hati dalam berjalan. c. Palpasi Pemeriksaan dengan cara meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien. Data yang diperoleh berupa suhu di daerah cidera normal, bagian ekas incisi keras dan tebal. 3. Pemeriksaan gerak dasar Merupakan pemeriksaan dengan cara pasien menggerakkan badannya. Macam pemeriksaan gerak dasar pada kondisi kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula sinistra antara lain : a. Pemeriksaan gerak aktif Pasien diminta mengerakkan secara aktif bahu kanannya. Terapis
memberikan
aba-aba
gerakan
pada
pasien
dan
memperhatikannya. Dari pemeriksaan diketahui bahwa pasien dapat menggerakkan kaki kanan dan kaki kiri
full ROM pada gerakan
flexsi, extensi, abd, dan add, tidak full ROM pada bagian angkle kakikanan dan ankle kaki kiri serta terdapat rasa nyeri yang ringan pada plantar. b. Pemeriksaan gerak pasif Pasien dalam keadaan pasif dan rileks sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh terapis yang menggerakkan anggota badan pasien. Dari pemeriksaan diketahui bahwa pasien dapat menggerakkan kaki kanan dan kaki kiri full ROM dan fell secara flexsi, extensi, abd, dan add dan pada angkle kaki kanan dan kaki kiri tidak full ROM dan fell terdapat rasa nyeri yang ringan. c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan Pasien dapat melaksanakan gerak aktif dan gerak pasif mampu melawanan tahanan kecuali angkle kiri 4. Pemeriksaan spesifik Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk memeriksa hal–hal yang diperlukan sebagai informasi yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis ataupun menyusun problematika, tujuan dan tindakan fisioterapi. Pada kasus ini pemeriksaanya meliputi : a. Pemeriksaan derajat nyeri 1) Pemeriksaan ini dengan menggunakkan VDS Pengukuran derajat nyeri dengan cara menunjuk satu titik pada scala nyeri (0-10cm). Satu jung menunjukan tidak nyeri pada ujung lainnya menunjukkan nyeri hebat. Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukan besarnya nyeri.besarnya dalam satuan centimeter. Pemeriksaan kaki kanan dan kaki kiri di dapatkan informasi : Nyeri tekan : 2 , nyeri gerak : 1, nyeri diam : 1. 2) Pengukuran lingkup gerak sendi Dalam pemeriksaan lingkup gerak sendi kaki kanan dan kaki kiri ini di dapatkan data pasien mengalami kontraktur angkle sebelah kiri, mengalami keterbatasan LGS.
3) Pemeriksaan kekuatan otot Dari hasil pemeriksaan tentang nilai kekuatan otot dengan keterbatasan Lingkup Gerak sendi (LGS) diperoleh informasi B. Penatalaksanaan Fisioterapi Dalam perencanaan program fisioterapi, modalitas yang digunakan oleh penulis adalah Infra Red( IR), terapi manipulasi, dan terapi latihan untuk mengatasi masalah yang timbul pada kasus kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula sinistra. 1. Infra Red (IR) Pemberian Infra Red (IR) dalam terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan elastisitas jaringan. Adapun halhal yang perlu dilakukan dalam penatalaksanaan Infra Red (IR) yaitu : a) Persiapan alat Perlu dipersiapkan alat serta pemeriksaan alat yang akan digunakan, antara lain meliputi : kabelnya, jenis lampu besarnya watt. b) Persiapan pasien Pada pelaksanaannya posisi pasien tidur terlentang, rileks dan senyaman mungkin. Daerah yang diobati harus bebas dari pakaian. Perlu pemberitahuan mengenai panas yang dirasakan dari terapi infra red yaitu rasa hangat. Bila ternyata ada rasa panas yang menyengat, pasien diminta untuk segera memberitahukan fisioterapis. c) Pelaksanaan terapi Penyinaran dengan infra merah diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati dengan jarak lampu antara 45cm. Lamanya waktu penyinaran antara + 15 menit. Setelah terapi selesai alat dirapikan seperti semula. 2. Terapi latihan a. Latihan gerak pasif Terapis menggerakkan secara pasif kearah palmarfleksi, dorsifleksi, deviasi ulnar, deviasi radial, fleksi-ekstensi persendian 1. Untuk gerakan palmarfleksi-dorsifleksi
Posisi pasien tiduran terlentang. Posisi terapis di samping kiri pasien. Tangan terapis yang kanan memfiksasi pada proximal
sendi
pergelangan
kaki,
tangan
kiri
terapis
memegang kaki pasien. Kemudian terapis menggerakkan kearah palmarfleksi dan dorsifleksi. Gerakan dilakukan sampai pasien merasakan nyeri kemudian ditahan sampai hitungan keenam. 2. Untuk gerakan deviasi ulnar-deviasi radial Posisi pasien tiduran terlentang, terapis di samping kiri pasien. Tangan terapis yang kanan memfiksasi bagian proksimal sendi pergelangan kaki pasien, tangan kiri terapis memegang kaki pasien. Posisi kaki bawah pasien pronasi. Kemudian terapis menggerakkan tangan pasien ke arah deviasi ulnar dan deviasi radial. Terapis menggerakkan sampai batas nyeri kemudian ditahan sampai hitungan ke enam. 3. Untuk gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari tangan Posisi pasien tiduran terlentang, terapis di samping kiri pasien. Sebelum dilakukan gerakan terlebih dahulu pada sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal diberikan traksi. Kemudian terapis menggerakkanpegelangan kaki
ke arah
fleksi dan ekstensi. Gerakan dilakukan sampai batas nyeri kemudian ditahan sampai hitungan ke enam. b. Latihan gerak aktif Pasien
menggerakkan
secara
aktif
untuk
gerakan
dorsifleksi, palmarfleksi, deviasi ulnar, deviasi radial, supinasi, pronasi dan fleksi ekstensi jari-jari tangan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSUD Salatiga di poliklinik fisioterapi, waktu pelaksanaan 15 Januari sampai 8 Februari 2010. Data penelitian diperoleh dari data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan cara penukaran langsung
t terhadap paasien yang ditunjang ddengan diagnnose dokterr dan assesssment dari f fisioterapi AHASAN KASUS K B. PEMBA Setellah dilakukaan proses fissioterapi, peelaksanaan fisioterapi fi daan evaluasi dari sebeelum dan seesudah terappi didapat hasilmeliput h ti nyeri denngan VDS, antropom metri dengan midline, kekkuatan otot dengan d MM MT, lingkup gerak g sendi (LGS) deengan gonioometer, dan kemampuann fungsionall dengan indeks Katz, yaitu: Nyerri dengan VD DS GRAFIK K 4.1 EVALUASI NYERI
Hasil peengukuran n penurunaan derajat nyeri de engan VDSS skala VAS
1.
2 1.5 1 0.5 0
Nyeri Tekan Nyeri Gerak T1 T2 2 T3 T4 T5 5 T6
Nyeri Diam
W Waktu Terapi
Dari grafikk di atas dappat dilihat hasil h sebagaai berikut : nyeri n tekan dari T1=2 cm menjadi T66=2cm, nyeri gerak daari T1=1 cm m menjadi T6=1 1cm, dan unntuk nyeri ddiam tetap sama s dari T T1=1cm tetaap menjadi T6=1 1cm. dengann demikian ddapat kita siimpulkan baahwa pelaksaanan terapi yangg telah dilakssanakan sudaah dapat men nurunkan rassa nyeri. Berkurangnnya nyeri karena effek panas yang dihaasilkan IR menyyebabkan peemanasan suuperficial deengan kedallaman penettrasi hanya pada permukaann kulit. Hal ini i akan meemberikan effek rileksasii pada otot man,1994). Sedangkan serta adanya penngangkatan ssisa metabollism (Mardim pi latihan saangat membbantu mengu urangi nyerri karena adda gerakan terap ringaan perlahan apat merangsang propiioceptor yanng merupakaan aktifitas
dari selaput affeerent berdiam meter besarr yang menuutup spinal gate nyeri tidak k sampai ke otak o (Mardim man, 1994)
2.
Keku uatan otot deengan MMT G Gambar 4.1 PE ENINGKATA AN KEKUA ATAN OTOT T
Nilai Otot
Haasil Pengukuran Peningkkatan Kekuatan Otot 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Hip p Flexxsi Extensi Abd d Add d T1
T2
T3
T4
T5
T6 6
Plan ntar
Waktu Terapi
Dari grrafik dapat dilihat adaanya pening gkatan kekuuatan otot pada p kaki. P Peningkatan n kekeuatan otot ini kareena efek yanng ditimbulkkan oleh IR dan terapi l latihan dalam m menguranngi nyeri (Maardiman, 19994) K KESIMPUL LAN A. Kesimp pulan Konntraktur adaalah hilangnyya atau kuraang penuhnyya lingkup gerak g sendi secara pasif maup pun aktif kkarena keterrbatasan senndi, fibrosiis jaringan n kulit. penyokoong, otot dan Berrdasarkan peengukuran nyeri n dengan n menggunakkan VDS di dapat data bahwa nyeri n tekan dari d T1=2 cm m menjadi T6=2cm, T nyeeri gerak darri T1=1 cm menjadii T6=1cm, dan untuk nyeri diam m tetap sam ma dari T1= =1cm tetap menjadii T6=1cm. dengan d demikian dapat kita simpulkkan bahwa pelaksanan p terapi yaang telah dillaksanakan sudah s dapat menurunkann rasa nyeri. Berrdasarkan haasil pengukuuran LGS di dapat data bahwa b gerakk aktif dari T1: S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T66 : S 50.00.12250 F 430.00.190. untuk
gerak pasif T1 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan
dapat membantu
mengurangi permasalahan yang timbul pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra. Penanganan kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra ini akan lebih berhasil jika disertai kemauan dan semangat untuk sembuh. Dimana motivasi sangat berperan dalam proses penyembuhan, karena tanpa adanya kemauan dan keinginan untuk cepat sembuh, maka proses penyembuhan akan memakan waktu yang cukup lama. Apabila kemauan dan keinginan untuk sembuh ada di tambah penanganan dan terapi yang benar-benar tepat, maka hasil yang didapat akan maksimal. DAFTAR PUSTAKA Apply.A.Gaham,(1996), Buku Ajar Orthopedic dan Kontraktur Sistem Apply, Alih Bahasa Edi Nugroho, Edisi Ketuju. Widya Medika,Jakarta. Basmajian.(1982). Therapeutic Exercise United States Rehabilitation, William dan Wilkins. Baltimore USA.
Of
American
Bhon Stafleu Van Loghum. (1990). Pemeriksaan alat pengerak tubuh. Cetakan Kedua. Houten. Belanda. Bloch, Bernard,(1978). Kontraktur dan Dislokasi. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta. Behrens F, (1988), External Fixation, Currents Orthopedi 2, New York. Chusid, J.G. (1993) Neurologi Korelatif dan GadjahMadaUniversity Press, Yogyakarta.
Neurologi
Functional.
Corolla R, Robert, (1990), Human Anatomy and Physiologi, Mc Grow Hill Publising Company: New York. Dorland. (1995). Kamus Kedokteran. Edisi 26. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Gardiner, M. Denna.(1996), The Principle of Exercise Therapy. Fourth Edition. Bel and Hyman. London. Guyton, et Hall, (2006), Fisiologi Kedokteran,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. htt://penjelajahwaktu.blogspot.com/2007/09/artikel-trauma-pada-kecelakaanlalu.html J,N. Anton. (1996) Kapita Selekta Troumatologik dan Orthopedic, Edisi Ketiga.Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta Hal 35-37. Kapanji, LA. (1997). The physiologi of the joint. Edition 5, Gruchill Livingtone, Endinburg London, Melbourne and New York. Kisner, et.al.(1996). TherapeuticExercise Foundation and Techniques. Edisi 3. F.A, Davis Company, Phyladelpia. HAL 339-412. Kotlle dalam Krusen, Frank, W.et.al.(1991), Hand Book at Physical medicine and Rehabilitation.W.B. Sanders. Phyladelpia. Kotlle, et.al. (1996), Therapeutic Execise Foundations and Technigues, edisi 3.F.A, Davis Company, Phyladelpia. Kessler M. Radoph and Dalene Harling, (1983). Management of Comment Musculoskeletal Disorder, Happer and Row Publisher, Philadelpia, London. Lachman, F. F Masock, AJ, (1988), Soft Tissue Injuries In Sproot, Oxford Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company. Mardiman, Sri. dkk,(1998), Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi Komprehensip Pada Nyeri. Surakarta. Maskun, (2006), Perkuliahan Rematologi,Catatan Kuliah Akfis UMS. Meller, M. E. Allgwer, M, Schneider, R and Willeneger,H(1991), Manual of Internal Fixation, Edition 3. Sprinbge, Heidelber. New York. Melzack and will: Diedit oleh Slamet Parjoto, (1996), Pelatihan Penatalaksanaan Komprehensip Pada Nyeri. Surakarta. Peare, Evelyn, C.(1993), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedic. Alih bahasa sri yuliana H. Cetakan ke-18, PT Gramedia, Jakarta, Hal 77-80.
Phillip.T.F. and Contreras, D.M (1990). Mojor Orthopaedic Surgery of Fracture in Patients Who Have Multiple Injuries, Journal of Bone and Joint Surgery. New York. Putz and Pabst, (2000), Atlas Anatomi Manusia,Edisi 2, Penerbir Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sistem Kesehatan Nasional (SKN), (2002). Departemen Kesehatan RI, Cetakan ke-5. Indonesia. Syafudin, (1995). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Soejipto, (2008), Work Shop Update Management Of Pain, FIK UMS. Srell, Richard. S, (1996). Neuroanatomi Klinik, Edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta. Spalteholz, wenner and rudofl spanner, (1985). Atlas Anatomi Manusia, Edidisi 5, Penerbit EGC, Jakarta. Slamet Parjoto, (2006), Terapi Listrik Untuk Modalitas Nyeri, Penerbit IFI Semarang. Wojo Wasito, S, (1992). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris Dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Cetakan ke-10 Hasta Bandung. Wesner Kolle, (1995). Atlas dan buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta. Widodo, (2008), Cermin Dunia Kedokteran, Ourora, 08,30. 23 Januari 2008.