PUBLIKAS SI KARYA A ILMIAH ANALISIS S SPASIAL KEJADIAN N TUBERK KULOSIS DI KAB BUPATEN SUKOHAR S RJO TAHUN N 2012
Nasskah Publikaasi ini Disusuun untuk Meemenuhi Salaah Satu Syarrat Mempperoleh Ijazaah S1 Keseh hatan Masyarrakat
Diisusun Oleh : SU UPRIYONO O J 410 060 0322
PROGRAM M STUDI K KESEHATA AN MASYA ARAKAT F FAKULTAS S ILMU KESEHATAN N UNIVERSITAS MUH HAMMADIY YAH SURA AKARTA 2013
UNTVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN Jl. A. Yani Ttotnol Pos I, Pabelan, Karlasum Telp. (0271) 717417,119483 Fax.715448 Sumkarla 57102 Website :hllpl utyut.qtu€qtd Ernail:
[email protected]_id
Surat Persetuiuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
\ama NIK S€bagai Pembimbing
}lma \TK:
NoorAlis Setyadi SKM, MKM
:
:1043
I : Miftahul Arozaq, S.SI
S€bagai Pembimbing II
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringtasm skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nma
: Supriyono
}{INI
: J 4100 604 32
Progrm Studi
: 51 Kesehatan Masyarakat
Idul
:
Skripsi
ANALISIS SPASIAL KEJADIAN TUBERKULOSIS DI
KABUPATEN SUKOHARJO
201 2
Ilaskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujui dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta,
Nmr Alis Setyadi. SKM. MKM
\lIK:
1034
NIK
,
,2013
ANALISIS SPASIAL KEJADIAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 SUPRIYONO SUPRIYONO
J 410 060 032
SPATIAL ANALYSIS OF TUBERCULOSIS IN THE SUKOHARJO DISTRICT EVENTS IN 2012 Tuberculosis is a contagious disease remains a health problem in Indonesia. Cases of tuberculosis in Sukoharjo from 2010 to 2012, tends to increase. The purpose of this study to analyze the spatial incidence of tuberculosis in Sukoharjo. This research is a descriptive study of spatial analysis takes the coordinates of residence tuberculosis smear (+) using the tools of GPS (Global Positioning System). A number of 105 samples had taken, the method of proportional stratification. Results of this study showed spread the incidence of tuberculosis in 12 health centers spread Sukoharjo at the health center with highest case in Nguter there are 17 patients (16.2%) and lowest in the case of a number of health centers Gatak 4 patients (3.8%). Incidence distribution of tuberculosis by the home environment: water-resistant floor houses as many as 59 patients (56.2%) and there 46 patients (43.8%) waterproof environtment, ventilation qualify as many as 35 patients (33.3%) and did not meet conditions were 70 patients (66.7%), residential density of 100 homes eligible patients (92.5%), are not eligible 5 patients (4.8%). Buffer Health Center with tuberculosis, longest distance were 43 patients (40.95%), sparatting distance as many as 45 patients (42.86%), and close distance 17 patients (16.19%).
Keywords: Spatial Analysis, Tuberculosis, Home Environment Bibliography: 48, 1999-2012
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 1
PENDAHULUAN
penemuan
Tuberkulosis
pada
tahun
2010
masalah
sebanyak 234 kasus dengan CDR 28,78%
Indonesia.
dari 813 perkiraan penemuan kasus,
Penyakit ini menular dan menyebar
mengalami peningkatan pada tahun 2011
melalui udara, apabila tidak diobati
menjadi 498 kasus dengan BTA positif
menyebabkan
yang
241. Berdasarkan data register tri wulan I
menderita akan aktif menginfeksi rata-
dan II tahun 2012 Dinas Kabupaten
rata 10 sampai 15 orang setiap tahunnya
Sukoharjo, tuberkulosis sudah mencapai
(WHO, 2009). Wilayah Jawa dan Bali,
343 suspek dengan tuberkulosis BTA
angka prevalensi tuberkulosis sebesar
positif 144 kasus dan 2 kasus pasien
110 per 100.000 penduduk. Wilayah
meninggal dengan Case Fatalite Rate
Indonesia bagian timur, angka prevalensi
(DCR) 1,4% (Dinkes. 2012).
kesehatan
menjadi
kasus
masyarakat
di
setiap
orang
tuberkulosis sebesar 210 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2007).
Sukoharjo
Berdasarkan laporan Depkes (2009), penemuan
kasus
Data Dinas Kesehatan Kabupaten
tuberkulosis
BTA
(2009),
menunjukkan
prosentase rumah sehat dengan jumlah keseluruhan
203,100.
Dari
jumlah
posistif secara nasional pada tahun 2008
keseluruhan ini telah berhasil diperiksa
sebanyak
sebanyak
228.485
kasus.
Angka
74,252
(36,56%)
dengan
penemuan penderita tuberkulosis dengan
jumlah rumah sehat 46,072 (62,05%),
BTA positif baru di Jawa Tengah pada
artinya masih ada 64,44% rumah yang
tahun 2008 sebanyak 16.748 kasus
belum diperiksa, di sisi lain kondisi
dengan CDR 47,97%. Angka penemuan
rumah menjadi faktor penting timbul dan
ini
penyebaran penyakit.
berarti
masih
banyak
kasus
tuberkulosis yang belum terdeteksi dan
Beberapa
faktor
yang
erat
belum terobati sehingga dapat menjadi
hubungannya dengan terjadinya infeksi
sumber penularan (Dinkes, 2008). Angka
basil tuberkulosis erat kaitannya dengan
penemuan kasus ini juga masih jauh dari
faktor genetik, jenis kelamin, usia, status
target
gizi, perumahan dan jenis pekerjaan.
70%
yang
ditetapkan
oleh
Kementerian Kesehatan.
(Achmadi,
Sukoharjo sebagai Kabupaten di salah
satu
provinsi
Jawa
Tengah,
2008).
Hasil
penelitian
Ruswanto (2010), dan Fatimah (2008) menunjukkan
kejadian
tuberkulosis
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 2
dipengaruhi oleh beberapa karakteristik
Tujuan
penelitian spasial
ini
adalah
lingkungan rumah yang meliputi jenis
menganalisis
kejadian
kasus
lantai, ventilasi, dan padatan hunian
tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo.
dalam ruangan rumah. Penelitian Ishak
TINJAUAN PUSTAKA
dan Daud (2010), di Kabupaten Luwu,
Tuberkulosis merupakan penyakit
juga menunjukkan hasil yang sama,
infeksi menular pada sistem pernapasan
tuberkulosis
yang disebabkan oleh Mycobacterium
ditinjau
karakteristik oleh
tuberculosis yang dapat mengenai bagian
faktor kepadatan hunian, ventilasi, dan
paru (Aziz, 2008). Bakteri ini berbentuk
jenis lantai rumah.
batang merupakan organisme patogen
lingkungan
rumah
dipengaruhi
yang
maupun saprofit, yang berukuran 0,3 x 2
dilakukan peneliti, saat ini analisis data
sampai 4 mm, lebih kecil daripada sel
register
darah merah (Prince & Wilson, 2006).
Hasil
studi
pendahuluan
tuberkulosis
di
Kabupaten
Sukoharjo masih terbatas dalam bentuk
Sumber
analisis tabular dan grafik. Analisis
tuberkulosis BTA positif. Pada waktu
sebaran kasus masih berupa agregasi di
batuk atau bersin, pasien menyebarkan
tingkat desa dan kecamatan belum dalam
kuman ke udara dalam bentuk percikan
bentuk pemetaan. Ishak & Daut (2008)
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
menyatakan, agar dapat mengidentifikasi
penderita dapat menghasilkan sekitar
rantai
3000 percikan dahak (Depkes, 2011).
penularan
tuberkulosis,
dan
penularan
Menurut
sebaran kasus tuberkulosis hingga tingkat
adalah
Depkes
pasien
(2011),
individual tidak hanya berupa agregat.
berdasarkan pemeriksaan, tuberkulosis
Identifikasi lokasi penderita tuberkulosis
dapat
paru sampai tingkat lokasi individu
Tuberkulosis Paru BTA Positif, yaitu
sangat
dimungkinkan
register
tuberkulosis
diklifikasikan
menjadi:
(a)
karena
dalam
sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
terdapat
alamat
dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu)
dipetakan
hasilnya BTA positif, atau 1 spesimen
menggunakan pendekatan Geographic
dahak SPS hasilnya BTA positif. (b)
Information System (GIS) (Kraak &
Tuberkulosis BTA Negatif, yaitu Apabila
Ormeling, 2007).
dalam pemeriksaan 3 spesimen dahak
penderita
yang
dapat
SPS BTA negatif (Achmadi, 2008) (c) *Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 3
Paru,
yaitu
Dari uraian di atas, SIG dapat
menyerang
organ
diuraikan menjadi beberapa subsistem
tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
yaitu (a) Data Input, yakni bertugas untuk
selaput
jantung
mengumpulkan dan mempersiapkan data
(pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
spasial dan atribut dari berbagai sumber,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
(b) Data Output, yakni hasil keluaran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
seluruh atau sebagian basisdata baik
Tuberkulosis
Ekstra
tuberkulosis
yang
otak,
selaput
Tuberkulosis paru pada sebagian
dalam bentuk softcopy maupun bentuk
demam
hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan
tingkat rendah, keletihan, anaoreksia,
lain-lain, (c) Data Manajemen, yakni
penurunan
berkeringat
subsistem yang mengorganisasikan baik
malam, nyeri dada, dan batuk menetap.
data spasial maupun atribut ke dalam
Basil tuberkulosis dapat bertahan lebih
sebuah
dari 50 tahun dalam keadaan dorman
sehingga mudah dipanggil, di-update, dan
(Brunner & Suddarth, 2002). Seseorang
di-edit, dan (d) Data manipulasi dan
yang dicurigai menderita tuberkulosis
analisis,
harus
menjalani
menentukan informasi-informasi yang
pemeriksaan fisik, tes mantaoux, foto
dapat dihasilkan oleh SIG. Subsistem ini
toraks, dan pemeriksaan radiologi atau
juga
histology. (Prince & Wilson, 2006).
pemodelan data untuk menghasilkan
besar
pasien
menunjukkan
berat
dianjurkan
badan,
untuk
Menurut Achmadi (2008), resiko tuberkolosis
dapat
dikelompokan
ke
Sistem Informasi Geografis (SIG).
yakni
sedemikian
subsistem
melakukan
manipulasi
rupa
yang
dan
informasi yang diharapkan (Prahasta, 2009). Sebagian besar data yang akan
dalam 2 kelompok faktor resiko, yaitu kependudukan dan faktor lingkungan.
basisdata
ditangani dalam SIG merupakan data spasial
yaitu
sebuah
data
yang
SIG menawarkan berbagai kemungkinan
berorientasi geografis, memiliki sistem
integrasi data dari berbagai sumber,
koordinat
contohnya dari data penginderaan jauh,
referensinya dan mempunyai dua bagian
dan data olahan peta lainya (Kraak &
penting yang membuatnya berbeda dari
Omerling, 2007).
data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan
tertentu
informasi
sebagai
deskriptif
dasar
(attribute).
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 4
Informasi
lokasi
(spasial),
berkaitan
pengumpulan
data,
klasifikasi
data,
dengan suatu koordinat baik koordinat
pengolahan/analisis
geografi
dan
menghasilkan sebuah gambaran atau
koordinat XYZ. Sedangkan Informasi
peta. Populasi dalam penelitian ini adalah
deskriptif (atribut) atau informasi non
seluruh penderita penyakit tuberkulosis
spasial, suatu lokasi yang memiliki
BTA Positif tri wulan I dan II tahun 2012
beberapa
di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
(lintang
dan
keterangan
bujur)
yang
berkaitan
data
dengannya, contohnya: jenis vegetasi,
Kabupaten
populasi,
kasus yang tersebar di 12 pusekesmas di
luasan,
kode
pos,
dan
Sukoharjo
yang
144
wilayah Dinas Kabupaten Sukoharjo.
sebagainya (Konsorsium. 2007) Analisis spasial adalah sebagian dari bagian manajemen penyakit berbasis
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 105 penderita tuberkulosis BTA Positif. Pengambilan
wilayah, merupakan suatu analisis dan
sampel
uraian tentang data penyakit secara
penelitian
ini
geografi
metode
stratifikasi
berkenaan
sebanyak
dengan
dengan
dalam
menggunakan proporsional
kependudukkan, persebaran, lingkungan,
(Stratified
perilaku, sosial ekonomi, kasus kejadian
pengambilan sampel dari populasi dalam
penyakit dan hubungan antara faktor
kelas, kategori, kelompok atau klasifikasi
tersebut (Achmadi, 2008).
yang disebut strata yang sebanding untuk
Menurut WHO (2011), SIG dan penginderaan jauh memiliki kemampuan
Proportionate),
yaitu
setiap strata (Kristaung, 2011). Pengolahan
data
dilakukan
yang secara ideal cocok untuk digunakan
dengan Geografic Information System
dalam surveilans dan kontrol penyakit
(GIS) menggunakan perangkat lunak,
menular, terutama untuk vector-borne
sehingga diperoleh hasil akhir berupa
penyakit yang sering ditemukan pada
peta titik sebaran kasus dan peta terhadap
populasi miskin di daerah pedesaan
kasus penyakit tuberkulosis. Analisis
terpencil.
mengetahui
METODE PENELITIAN
deskriptif
untuk
distribusi
penderita
adalah
tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo.
penelitian deskriptif, dengan analisis
Analisis overley untuk mengetahui titik
spasial yang menempuh langkah-langkah
penderita
Jenis
penelitin
ini
tuberkulosis
di
Kabupaten
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 5
Sukoharjo.
Analisis
untuk
tahun 2012, penderita laki-laki lebih
memperoleh informasi data seberapa
besar dengan jumlah 58 jiwa (55,2%)
banyak
dibandingkan
jumlah
buffer
persebaran
penyakit
penderita
perempuan
tuberkulosis pada penduduk dengan jarak
dengan jumlah sebanyak 47 jiwa
yang
(44,8%).
telah
ditentukan
dari
layanan
kesehatan di Kabupaten Sukoharjo.
3. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik berdasarkan umur
Responden
Tabel Karakteristik Penderita Tuberkulosis Berdasarkan Umur Mean N Karakteristik Min-max Median Umur 16 - 90 48,15 105 37
Berdasarkan
di
atas,
7
umur
Berdasarkan tabel di atas, angka
responden adalah 48,15 tahun, median
kejadian tuberkulosis di Kabupaten
umur responden adalah 37 tahun, dan
Sukoharjo tahun 2012, dilihat dari
umur termuda responden adalah 16
jenis pekerjaan responden, penderita
tahun dan umur tertua responden
terkecil adalah pelajar sebanyak 2 jiwa
adalah 90 tahun.
(1,9%),
diketahui
bahwa
rata-rata
dan
terbesar
pada
jenis
2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin
pekerjaan wiraswasta sebanyak 47
Tabel Karakteristik Penderita Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Frekuensi Presentase Kelamin Laki-laki 58 55,2 Perempuan 47 44,8 105 100% Jumlah
jenis pekerjaan petani sebanyak 18
Berdasarkan data jenis kelamin
masing pada jenis pekerjaan pedagang
pada tabel diatas, angka kejadian
sebanyak 9 jiwa (8,6%), dan pada
No 1 2
tabel
No 1 2 3 4 5 6
Tabel Karakteristik Penderita Tuberkulosis Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Presentase PNS 3 2,9 Wiraswasta 47 44,8 Petani 18 17,1 Pedagang 9 8,6 Palajar 2 1,9 Ibu rumah 11 10,5 tangga Pekerja 15 14,3
jiwa (47%), disusul urutan kedua pada
jiwa
(17,1),
ketiga
pada
jenis
pekerjaan pekerja sebanyak 15 jiwa (14,3%%), keempat ibu rumah tangga 11 jiwa (10,5%) dan sisanya masing-
tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo *Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 6
Kategori
jenis pekerjaan PNS sebanyak 3 jiwa
No
UPK
Kedap Air (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Baki Bendosari Bulu Gatak Grogol Kartasura Mojolaban Nguter Polokarto Sukoharjo Tawangsari Weru JUMLAH
6 (85,7%) 5 (55,6%) 3 (42,9%) 3 (37,5%) 12 (92,3%) 4 (80%) 7 (70%) 8 (47,1%) 1 (14,3%) 5 (50%) 5 (55,6%) 0 (0%) 59 (56,2%
(2,9%). B. Analisis
Diskripsi
Karakteristik
Lingkungan Rumah 1. Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Kepadatan Hunian Tabel Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Kepadatan Hunian Kategori No
UPK
Memenuhi Syarat (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Baki Bendosari Bulu Gatak Grogol Kartasura Mojolaban Nguter Polokarto Sukoharjo Tawangsari Weru JUMLAH
7 (100%) 9 (100%) 7 (100%) 4 (100%) 11 (84,6%) 4 (80%) 9 (90%) 16 (94,1%) 7 (100%) 10 (100%) 9 (100%) 7 (100%) 100 (95,2%)
Bersadarkan menunujukan
Tidak Memenu hi Syarat 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (15,4%) 1 (20%) 1 (10%) 1 (5,9%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 5 (4,8%)
tabel hasil
N 7 9 7 4 13 5 10 17 7 10 9 7 105
Berdasarkan
Sukoharjo karakteristik
(95,2%)
memenuhi
syarat
dan
tidak
sebanyak
2. Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Lantai Rumah Tabel Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Lantai
lantai
rumah
(43,8%). Dimana UPK Weru dari 7 penderita,
100%
kondisi
rumah
penderita tidak memenuhi syarat atau rumahnya tidak kedap air. 3. Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Ventilasi Rumah Tabel Distribusi Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Ventilasi Rumah Kategori
5
responden (4,8%).
jenis
berdasarkan
tidak kedap air sebanyak 46 responden
hunian menunjukan bahwa rumah
responden
2012
(56,2%) dan rumah dengan jenis lantai
kejadian
100
tahun
kedap air sebanyak 59 responden
diatas,
sejumlah
diatas,
menunujukan bahwa jenis lantai yang
berdasarkan karakteristik kepadatan
syarat
7
kejadian tuberkulosis di Kabupaten
tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo
memenuhi
tabel
Tidak Kedap Air (%) 1 (14,3%) 4 (44,4%) 4 (57,5%) 1 (12,5%) 1 (7,7%) 1 (20%) 3 (30%) 9 (52,9%) 6 (85,7%) 5 (50%) 4 (44,4%) 7 (100%) 46 (43,8%)
No
UPK
1 2 3 4
Baki Bendosari Bulu Gatak
Memenu hi Syarat (%) 3 (42,9%) 2 (22,7%) 0 (0%) 1 (12,5%)
Tidak Memenuhi Syarat (%) 4 (57,1%) 7 (77,3%) 7 (100%) 4 (37,5%)
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
N 7 9 7 4
Page 7
N 7 9 7 4 13 5 10 17 7 10 9 7 105
5 6 7 8 9 10 11 12
Grogol Kartasura Mojolaba n Nguter Polokarto Sukoharjo Tawangsa ri Weru JUMLAH
9 (69,2%) 2 (60%) 3 (30%)
4 (30,8%) 3 (40%) 7 (70%)
13 5 10
5 (29,4%) 1 (14,3%) 3 (30%) 6 (66,7%)
12 (70,6%) 6 (85,7%) 7 (70%) 3 (33,3%)
17 7 10 9
0 (0%) 35 (33,3%)
7 (100%) 70 (66,7%)
7 105
Berdasarkan distribusi
Persebaran kejadian tuberkulosis pada masing-masing UPK di Kabupaten Sukoharjo
menunjukkan
tertinggi
di
8
kejadian
wilayah
kerja
Puskesmas/UPK Nguter dengan jumlah 17 responden (16,2%), kedua di wilayah kerja Puskesmas/UPK Grogol sejumlah 13
tabel
kejadian
responden
diatas,
Puskesmas/UPK
penyakit
Puskesmas/UPK
(12,4%),
ketiga
Sukoharjo, Mojolaban
di dan
masing-
tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo
masing 10 penderita (9,5%), keempat di
berdasarkan
UPK Bendosari, dan UPK Tawangsari
karakteristik
ventilasi
rumah menunjukan bahwa rumah yang
masing-masing
memenuhi
syarat
35
kelima di UPK Weru, Bulu, Baki, dan
responden
(33,3%)
tidak
Polokarto masing-masing 7 pederita dan
memenuhi
syarat
70
keenam di puskesmas Kartasura dengan
sebanyak dan sebanyak
responden (66,7%). B. Analisis Spasial 1. Distribusi Persebaran Penderita Tuberkulosis
9
penderita
(8,6%),
jumlah penderita 5 (4,8%) dan angka terendah di wilayah kerja UPK Gatak sejumlah 4 responden (3,8%). 2. Analisis Spasial Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Kepadatan Hunian
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 8
Kejadian tuberkulosis di 12 UPK wilayah
kerja
Dinas
Kabupaten
penderita
(43,8%).
Analisis
pada
masing-masing di 12 UPK Kabupaten
Sukoharjo menunjukkan, rumah yang
Sukoharjo
tidak memenuhi syarat hanya pada
penderita yang tidak memenuhi syarat
wilayah kerja UPK Grogol sejumlah 2
atau tidak kedap air terjadi pada UPK
(15,2%) responden dari 11 responden,
Bulu sebanyak 4 responden (57,5%),
1 responden di UPK Kartasura dari 4
Nguter sebanyak 9 responden (52,9%),
responden,
Polokarto
sebanyak
6
responden, dan 1 responden di UPK
(85,7%),
Sukoharjo
sebanyak
Nguter dari 16 responden.
responden (50%) dan Weru sebanyak 7
1
responden
dari
9
3. Analisis Spasial Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Lantai Rumah
didapatkan
hasil
rumah
responden 5
responden (100%). 4. Analisis Spasial Kejadian Tuberkulosis Berdasarkan Ventilasi di Kabupaten Sukohajo
Hasil analisa yang disajikan pada gambar 4 diatas dari jumlah 105 penderita, menunjukan bahwa rumah penderita yang kedap air sejumlah 59 penderita (56,2%) dan rumah penderita yang tidak kedap air sejumlah 46
Hasil analisa yang disajikan pada gambar
peta
kejadian
tuberkulosis
berdasarkan ventilasi rumah diatas, bahwa dari jumlah 105 penderita yang ada, menunjukan rumah penderita yang
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 9
memenuhi syarat sejumlah 35 penderita
Persebaran
Puskesmas
di
12
(33,3%), dan rumah penderita yang
kecamatan antara lain; Puskesmas Nguter
tidak memenuhi syarat sejumlah 70
1 (utama), Bulu, Weru, Sukoharjo 1
penderita (66,7%).
(utama),
Sukoharjo
2,
Bendosari
1
Analisa pada masing-masing di 12
(utama), Polokarto 1 (utama), Polokarto
wilayah UPK Kabupaten Sukoharjo
2, Mojolaban 1 (utama), Mojolaban 2,
menunjukkan, bahwa rumah yang yang
Grogol 1 (utama), Grogol 2, Baki 1
tidak memenuhi syarat terjadi pada
(utama), Baki 2, Gatak 1 (utama), Gatak
UPK Baki sebanyak 4 Responden
2, Kartasura 1 (utama) dan Kartasura 2.
(57,1%),
Gambaran
Bendosari
sebanyak
7
tentang
persebaran
letak
responden (77,3%), Bulu sebanyak 7
Puskesmas Di Kabupaten Sukoharjo
responden (100%), Mojolaban sebanyak
menggunakan
7 Responden (70%), Nguter sebanyak
masing-masing Puskesmas dengan alat
12
GPS.
responden
sebanyak
6
(70,6%),
Polokarto
responden
(85,7%),
Sukoharjo sebanyak 7 responden (70%) dan
Weru
sebanyak
7
data
lokasi
koordinat
6. Jarak Unit Pelayanan Kesehatan dengan Penderita Tuberkulosis Di Kabupaten Sukoharjo
responden
(100%). 5. Persebaran Puskesmas Kabupaten Sukoharjo
Di
Jarak layanan kesehatan dengan penderita di gambarkan dengan peta *Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 10
distribusi yang berwarna ungu adalah
1) Kejadian tuberkulosis pada rumah
puskesmas, sedangkan yang berwarna
dengan kepadatan hunian rumah yang
biru adalah penderita tuberkulosis. Jarak
memenuhi
unit layanan kesehatan dengan penderita
(95,2%)
tuberkulosis yang digambarkan dengan
memenuhi
warna kuning mempunyai jarak dekat
penderita (4,8%)
syarat
berjumlah
100
penderita
dan
tidak
syarat
berjumlah
5
(< 1 Km), warna abu-abu (jauh = 1 – 2
2) Kejadian tuberkulosis pada rumah
Km) dan warna coklat sangat jauh (> 3
dengan jenis lantai rumah kedap air
Km). Jarak unit pelayanan kesehatan
sejumlah 59 penderita (56,2%) dan
dengan
rumah dengan jenis lantai tidak kedap
penderita
tuberkulosis
di
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2012,
air sejumlah 46 penderita (43,8%)
dapat diklasifikasikan dengan tabel
3) Kejadian tuberkulosis pada rumah dengan ventilasi memenuhi syarat 35
dibawah ini. Tabel Jarak Unit Pelayanan Kesehatan dengan Penderita Tuberkulosis No 1
Jarak Dekat (> 1 Km) 2 Jauh ( 1 – 2 Km) 3 Sangat jauh (> 3 Km) Jumlah
Berdasarkan
Frekuensi Prosentase 17 16,19 %
penderita (33,3%) dan rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat 70 penderita (66,7%) 4) Persebaran
45
42,86 %
43
40,95 %
105
100 %
tabel
diatas,
diketahui jarak penderita tuberkulosis dengan jarak sangat jauh sebanyak 43 penderita (40,95%), jarak jauh sebanyak 45 penderita (42,86%), dan jarak dekat
tuberkulosis
merata wilayah kerja UPK Kabupaten Sukoharjo dengan kejadian tertinggi di UPK
data
kejadian
Nguter
responden
dengan
(16,2%)
jumlah
dan
17
kejadian
terendah di UPK Gatak dengan jumlah 4 responden (3,8%) 5) Buffer
Jarak
Unit
Pelayanan
Kesehatan di Kabupaten Sukoharjo diketahui jarak penderita tuberkulosis
sebanyak 17 penderita (16,19%).
dengan jarak sangat jauh sebanyak 43 penderita
KESIMPULAN DAN SARAN
jarak
jauh
sebanyak 45 penderita (42,86%), dan
A. Kesimpulan Berdasarkan
(40,95%),
penelitian
disimpulkan sebagai berikut :
dapat
jarak dekat sebanyak 17 penderita (16,19%). Akses pelayanan kesehatan
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 11
yang dekat dan mudah dijangkau akan mempermudah masyarakat mendapat informasi dan pelayanan kesehatan dalam
usaha
melakukan
prefentif
terhadap kejadian penyakit. B. Saran a. Hasil penelitian dapat menjadi acuan dan
rekomendasi
Kesehatan untuk
bagi
Dinas
Kabupaten
Sukoharjo,
merumuskan
langkah
pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit tuberkulosis. b. Bagi
masyarakat,
dapat
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis, sehigga dapat berpatisipasi
aktif
penanggulangan
dan
dalam pencegahan
penyakit tuberkulosis. c. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya melanjutkan penelitian sejenis yang lebih
mendalam
kejadian meliha geografis dan
terkait
tuberkulosis kejadian (dataran
cuaca/iklim
analisis misalnya
dengan
letak
tingigi/rendah, daerah)
tempat
penderita berada. DAFTAR PUSTAKA 1. Achmadi Umar fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press
2. Alsagaff & Mukty (ed). 2008. Dasardasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Unaer Press 3. Aziz, A. Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika 4. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Dialihbahasakan Waluyo Agung, dkk. Jakarta: EGC 5. Bustan. M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta 6. Chrysantina. Kusnanto & Fuad. 2004. Analisis Spasial dan Temporal Kasus Tuberkulosis di Kota Yogya. 2004. Yogjakarta: FKM FK UGM 7. Davey Patrick. 2006. At a Glace Medicine. Dialihbahasakan oleh Ramlia, A dan Novianty, RC. Bandung: Erlangga 8. ¬¬¬¬¬¬Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta: Depkes RI 9. Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI 10. Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI 11. Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua. Jakarta: Depkes RI 12. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta : Depkes RI 13. Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI 14. ¬¬Depkes RI. 2011. Stob TB Terobosan menuju Akses Universal: Stategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Depkes RI
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 12
15. Dep. Perpraswil RI. 2002. Pedoman Perumahan Sederhana Sehat. Jakarta: Dep.Perpraswil RI 16. Dinkes. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang: Dinkes Jateng 17. Dinkes. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2009. Sukoharjo: DKK Sukoahrjo 18. Dinkes. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2010. Sukoharjo: DKK Sukoahrjo 19. Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012. Sukoharjo: DKK Sukoharjo 20. Fatimah Siti. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Cilacap (Kecamatan: Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun 2008. (Tesis) Semarang: Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP 21. Konsorsium Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGis Dasar. Aceh: Pemkot Banda Aceh Nias 22. Icksan AG dan Luhur R. 2008. Radiologi Toraks Tuberkulosis Paru. Jakarta: Sagung Seto 23. Ishak dan Daud. 2010. Analisa Spasial Sebaran tuberkuloasis Ditinjau Dari Faktor Karakteristik Lingkungan Dalam Rumah di Kabupaten Luwu Utara. 24. Kliegman Behrman dan Arvin. 2008. Ilmu Kesehaan Anak. Vol 2. Edisi ke15. Dialihbahasakan oleh Wahab Samik. Jakata: EGC 25. Kraak & Ormeling. 2007. Kartografi Visualisasi Data Geospasial. Edisi II. Dialihbahasakan oleh Martha dkk. Yogyakarta: UGM Press 26. Kristaung Robert. 2011. Metode Penelitian Sistem Informasi dan
Manajemen Informatika. Jakarta: Mitra Wacana Media 27. Lumban Tobing Tonny. 2009. Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Rumah Terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru Pada Keluarga di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008. (Tesis). Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU 28. MZW. 2012. Tuberkulosis Mengancam Kemiskinan Mempersulit. Kompas. Senin, 20 Februari 2012: 13. Kol 1-2 29. Noor Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta 30. Notoatmodjo Soekidjo. 1997. PrinsipPrinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta 31. ¬¬¬¬Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 32. Notoatmodjo Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta 33. Nuarsa. 2004. Mengolah Data Spasial dengan Map Info Professional. Yogyakarta 34. Prahasta Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi & Geomatika. Bandung: Penerbit Informatika 35. Prince dan Standringe. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi ke-6. Vol.2 Dalam Pince, SA dan Wilson, LM (ed). Dialihbahasakan oleh Brahm, U, dkk. Editor edisi bahasa Huriwati Hartanto, dkk. Jakarta: EGC 36. Purianingsih. 2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Pemodelan Spasial Kejadian Tuberkulosis (TB) Paru BTA (+) di Wilayah Kota Samarinda Triwulan I Tahun 2010. [Skripsi] Samarinda: Universitas Mulawarman samarinda.
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 13
37. Raharjo, Rio (ed). 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC 38. Rohmad. 2012. Analisis Spasial Kejadian Penyakit Kusta di Kabupaten Rembang tahun 2012. (Skripsi) Surakarta: Progdi Kesehatan Masyarakat FIK UMS 39. Ruswanto Bambang. 2010. Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. (Tesis) Semarang: Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP 40. Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika 41. Sulistiyanto Arifudin. 2011. Analisis Spasial Aksebilitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009. (Skripsi). Surakarta: Progdi. Kesehatan Masyarakat FIK UMS 42. Wahyu Genis Ginanjar. 2008. Panduan Praktis Mencegah Dan Mengobati TBC Pada Anak. Jakarta: Dian Rakyat 43. WHO. 2005. Global Tuberculosis Control Surveillance, Planning, Financing. Geneva : WHO 44. WHO. 2009. Tuberculosis Epidemiology and Control. New Delhi : Regional Office For SEA 45. ¬¬¬¬WHO. 2011. Global Tuberculosis Control. Ganeva. WHO 46. WHO. 2011. Geographic Informasi System and Public Health Mapping. http://www.who.int/health_mapping/gi sandphm/en/index.html. Diakses: 12/07/2012 47. WHO. 2011. About the Public Health Mapping and GIS Programme. http://www.who.int/health_mapping/a bout/en/. Diakses 12/07/2012
48. Widoyono, 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Surabaya: Airlangga University Press
*Mahasiswa S‐1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 14