Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
DISKRESI DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT PUBLIK PADA PELAKSANAAN TUGAS DALAM SITUASI DARURAT Githa Angela Sihotang1, Pujiyono2, Nabitatus Sa’adah3 Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
[email protected] ABSTRAK Kewenangan menjalankan jabatan yang dimiliki pejabat publik terdapat kekuasaan diskresi (discretionary power). Diskresi adalah suatu wewenang yang diberikan kepada pejabat publik untuk bertindak atas inisiatif sendiri dalam melakukan tindakan yang tidak diatur oleh peraturan perundangundangan. Kondisi seperti itulah yang membuat jabatan rawan untuk diselewengkan, karena bersamaan dengan menjalankan kebijakan untuk publik, dengan mudah terdapat niat untuk menarik keuntungan pribadi atau pun kelompok. Penggunaan diskresi mempunyai syarat-syarat khusus, agar dalam menggunakan kewenangannya para pejabat tidak berlaku sewenang-wenang. Belakangan ini permasalahan yang menyangkut kebijakan tidak sedikit yang diproses dan dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, sehingga menimbulkan polemik tentang dapat atau tidaknya kebijakan dijerat dengan pidana. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah doktrinal reseacrh dengan tujuan untuk mengetahui diskresi dan tanggung jawab pejabat publik pada pelaksanaan tugas dalam situasi darurat dan batasan perbuatan melawan hukum yang berdampak hukum administrasi dan hukum pidana dalam melaksanakan tugas dalam situasi darurat. Permasalahan yang dibahas dalam tesis ini mengenai diskresi dan tanggung jawab pejabat publik pada pelaksanaan tugas dalam situasi darurat dan batasan perbuatan melawan hukum yang berdampak hukum administrasi dan hukum pidana dalam melaksanakan tugas dalam situasi darurat. Batasan diskresi merupakan perbuatan Hukum Administrasi, apabila peraturan perundang-undangan yang berlaku belum mengaturnya, atau peraturan yang ada yang mengatur tentang perbuatan tersebut tidak jelas sehingga diperlukan diskresi dan tindakan atau perbuatan tersebut hanya dapat dilakukan dalam keadaan memaksa demi kepentingan umum yang telah ditetapkan dalam suatu peraturan perundang-undangan, dengan batas-batas, yaitu bentuk peraturan kebijaksanaan tidak boleh menyimpang dengan aturan diatasnya, tidak digunakan sewenang-wenang; masih berada dalam ruang lingkup peraturan dasarnya; dalam keadaan memaksa, kepentingan umum; berlandaskan AAUPL. Batasan batasan bahwa diskresi oleh pejabat administrasi negara merupakan penyalahgunaan wewenang yang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi, apabila dilakukan tindakan yang dilakukan menyimpang dari seharusnya, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain sehingga dapat menyebabkan kerugian keuangan negara. Kata Kunci : Diskresi; Hukum Administrasi Negara; Situasi Darurat; Tanggung Jawab Pejabat Publik; Tindak Pidana Korupsi 1
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP Penulis Kedua, Penulis Koresponden 3 Penulis Ketiga 2
60
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
PENDAHULUAN
melekat pada jabatan itu. Tanda tangan pejabat
Kekuasaan
diskresi
pada
harus ada dalam kebijakan itu, sehingga merekalah
kekuasaan menjalankan jabatan yang dimiliki
yang bertanggung jawab jika ternyata menimbulkan
pejabat publik. Kekuasaan diskresi merupakan jenis
kerugian negara yang akhirnya dianggap sebagai
kekuasaan untuk menggunakan wewenangan
tindak pidana korupsi, walaupun dana yang
berdasarkan
dihasilkan tidak dinikmati pejabat tersebut.3
inisiatif
pejabat.
terdapat
Kekuasaan ini
diberikan oleh undang-undang dengan maksud agar
pejabat
dapat
menjalankan
Kebijakan yang dapat dikualifikasi sebagai
tugas
tindak pidana korupsi, tentu dilematis, padahal
sebagaimana mestinya. Kondisi seperti inilah
kebijakan adalah bagian dari suatu sistem. Pejabat
jabatan rawan untuk diselewengkan, karena
pemerintah yang takut mengambil kebijakan, maka
bersamaan dengan menjalankan kebijakan untuk
roda pemerintahanpun tidak akan berjalan sesuai
publik, dengan mudah terdapat niat untuk menarik keuntungan kelompok.1
pribadi
atau
Penggunaan
pun
keuntungan
diskresi
mempunyai
harapan.4
jarang
pejabat
pemerintah
mengalami keraguan dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya, khususnya dalam menjalankan
syarat-syarat khusus, agar dalam menggunakan
kebijakan wewenangnya yang dipersepsikan oleh
kewenangannya, pejabat tidak berlaku sewenang-
penegak hukum sebagai perbuatan korupsi yang
wenang.
berlindung dibalik kebijakan.5
Permasalahan yang menyangkut kebijakan
Contohnya pada kasus Bullogate yang
tidak sedikit yang diproses dan dijerat dengan
bermula dari kebijakan yang diambil mantan
Undang-undang Tindak Pidana Korupsi, sehingga menimbulkan
Tidak
polemik.2
Pejabat
Presiden
terperangkap
B.J.Habibie
dalam
menanggulangi
kerawanan pangan dan dalam keadaan krisis
menjadi koruptor karena tugas mereka yang
kepercayaan kepada pemerintah yang meluas sebagai dampak pemerintah sebelumnya. Alasan
1
Indriyanto Seno Adji, KORUPSI : Kriminalisasi Kebijakan Aparatur Negara? (Jakarta: 2010), halaman1-2. Makalah disampaikan dalam diskusi panel dengan topik “Kebijakan Aparatur Negara dan Pertanggungjawaban Pidana”, pada Rakernas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) dengan tema “Revitalisasi Peran Gubernur Guna Menciptakan Sinergitas & Harmonisasi Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah” pada hari Kamis, di Hotel Grand Preanger, Bandung, 2 Desember 2010 2 Marwan Effendy, Apakah Suatu Kebijakan Dapat Di Kriminalisasi?, halaman 1-2. Makalah disampaikan dalam Seminar “Pertanggungjawaban Kebijakan Ditinjau Dari Hukum”, yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA), di Hotel Bumi Karsa Bidakara – Jakarta, Selasa,11 Mei 2010
kebijakan yang diambil B.J.Habibie:6 1.
Bantuan dari luar negeri tidak datang sesuai jadwal yang diharapkan;
Benny Irawan, Diskresi sebagai Tindak Pidana Korupsi: Kajian Kriminologi dan Hukum terhadap Fenomena Pejabat Otoritas, (Mimbar, Vol. XXVII, No.2, 2011) halaman 143-144 4 Marwan Effendy..., Loc.cit. 5 Indriyanto Seno Adji..., Loc.cit. 6 Ibid., halaman 8 3
61
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
2.
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Anggaran untuk penyelesaian masalah-
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan
masalah yang tak terduga, dalam hal ini
permasalahan berikut :
sembako dan penyalurannya pada APBN
1. Bagaimana diskresi dan tanggung jawab
tahun 1998/1999, sangat terbatas dan
pejabat publik pada pelaksanaan tugas
anggaran sudah berjalan; 3.
dalam situasi darurat?
Pemerintah harus segera bereaksi untuk mengembalikan
citra
2. Apa batasan perbuatan melawan hukum
kepercayaan
yang berdampak hukum administrasi dan
pemerintah yang waktu itu sedang merosot
hukum pidana dalam melaksanakan tugas
di masyarakat.
dalam situasi darurat?
Cara mengatasi hal tersebut, B.J.Habibie
METODE PENELITIAN
mengambil kebijakan cepat yakni mengundang Menko Kesra, Menperindag/Kepala Bulog, dan Mensesneg
untuk
kemungkinan
maksud memperoleh data yang lengkap dan dapat
pemanfaatan dana non-budgeter Bulog sebesar
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian
Rp.40 miliar dan segera diserahkan kepada
merupakan sarana yang dipergunakan untuk
Mensesneg
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu
untuk
menjajagi
Metodologi penelitian digunakan dengan
program
pengadaan
dan
pembagian sembako kepada masyarakat miskin.
pengetahuan.8
Presiden memerintahkan kepada Mensesneg guna
Penelitian
ini
menggunakan
metode
mengkoordinasikan pelaksanaan pengadaan dan
pendekatan penelitian hukum doktrinal. Penelitain
pembagian sembako.7
hukum doktrinal adalah penelitian-penelitian atas
Berdasarkan putusan yang dikeluarkan oleh
hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan diperkuat
dasar doktrin yang dianut sang pengkonsep.
putusan Pengadilan Tinggi Jakarta, Akbar Tanjung,
Penelitian
Dadang Sukandar, Winfried Simatupang dinyatakan
normatif.9
doktrinal
disebut
juga
penelitian
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersamasama, tetapi Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan Vrijspraak (putusan bebas). Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 1986), halaman 3 9 Ibid., halaman 121-122 8
7
Ibid
62
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
PEMBAHASAN
kerangka negara hukum, diskresi tidak dapat
1. Diskresi dan Tanggung Jawab Pejabat Publik
digunakan tanpa batasan. Atas dasar tersebut,
Pada Pelaksanaan Tugas dalam Situasi
maka diskresi memiliki unsur-unsur: 1) Sebagai
Darurat
bentuk dari konsekuensi dari konsep negara
Diskresi
(freies
ermessen)
kesejahteraan; 2) Merupakan bentuk sikap dari
merupakan
campur
kewajiban pemerintah dalam sebuah negara
administrasi
kesejahteraan (welfare state), yang mana tugas pemerintah
yang
utama
kesejahteraan adalah
dalam
untuk mengisi kekurangan peraturan perundangundangan; 7)Tidak bertentangan dengan sistem hukum atau pun norma-norma dasar.
darurat dapat dipahami sebagai daya paksa yang
Diskresi merupakan wewenang bebas, maka
terdapat di dalam Pasal 48 KUHP “barangsiapa
diskresi melekat pada jabatan. Sesuatu yang
melakukan perbuatan karena daya paksa, tidak
melekat pada jabatan, maka penggunaan diskresi
dipidana.”
pada dasarnya adalah dalam rangka melaksanakan
Diskresi dilakukan oleh administrasi negara
kewenangan jabatan. Tindakan seorang pemangku
Belum adanya peraturan
jabatan hanya mengikat jabatan kalau dia
tentang
melakukan
penyelesaian in concreto terhadap suatu masalah
maka digunakan alat-alat formal seperti nama
kebebasan sepenuhnya.
jabatan, cap jabatan, kertas jabatan, sampul
pejabat
jabatan, tandatangan ketua serta sekretaris, dan
pemerintah merupakan konsekuensi logis dari konsep 10
negara
kesejahteraan,
tetapi
jabatan
dibedakan dari tindakan pribadi (prive handeling),
dasar berbuat aparat pemerintah memberikan kepada
tindakan
dalam kualitasnya sebagai pejabat. Supaya dapat
Peraturan perundang-undangan yang menjadi
diskresi
suatu
(ambtshandeling), yaitu tindakan yang dilakukan
tersebut menuntut penyelesaian dengan segera; 2)
Pemberian
untuk
memberikan pelayanan publik; 6)Dimaksudkan
merealisasikan tujuan negara Indonesia. Situasi
mengatur
Dimaksudkan
inisiatif sendiri dari pemerintah; 5)Bertujuan untuk
tugas bagi pemerintah untuk melaksanakan dan
yang
3)
pejabat
ketentuan undang-undang; 4) Diambil berdasarkan
muncul bersamaan dengan adanya pemberian
perundang-undangan
negara;
atau
muncul secara tiba-tiba atau belum dimuat dalam
memberikan pelayanan
warga negara. Diskresi yang ada di Indonesia
101)
pemerintah
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
negara
umum atau mengusahakan kesejahteraan bagi
dalam hal-hal
tangan
sebagainya.11
dalam
Harun Alrasid, Masalah Pengisian Jabatan Presiden, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, halaman 20,
Ibid., halaman 152-153
11
63
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Pejabat pemerintah yang menggunakan
Agar tugas pelayanan publik tetap mencapai hasil
diskresi, selama dilakukan dalam lingkungan formil
maksimal,
wewenangnya atau dilakukan dalam rangka
kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri
melaksanakan
semua
dalam menyelesaikan permasalahan konkret yang
konsekuensi yang timbul akan menjadi tanggung
harus ditangani secara tepat, sementara terhadap
jawab dari jabatan yang diemban.12
permasalahan itu tidak ada, atau masih belum
kewenangan
jabatan,
pejabat
administrasi
diberikan
Parameter yang membatasi gerak bebas
dibentuk suatu dasar hukum penyelesaiannya oleh
kewenangan aparatur negara adalah detournement
lembaga legislatif yang kemudian dalam hukum
de povouir (penyalahgunaan wewenang) dan abus
administrasi negara disebut wewenang bebas
de droit (sewenang-wenang), sedangkan dalam
(diskresi).14
area Hukum Pidana pun memiliki kriteria yang
Tidak
membatasi gerak bebas kewenangan aparatur
digunakan untuk tujuan lain dari maksud diberikan
menyalahgunakan kewenangan dan melawan
wewenang itu kepadanya. Wewenang bebas yang
hukum, pengadilan mana yang akan memproses
diberikan mengandung suatu kewajiban bahwa
hal tersebut.13
pejabat
2. A. Batasan Perbuatan Melawan Hukum yang dalam
baik
negara
keputusan
yang
harus
selalu
terbaik
untuk
menghadapi situasi konkret.15 Sifat wewenang pemerintah, yaitu yang bersifat terikat, fakultatif, dan
Pejabat administrasi negara telah dilengkapi kewenangan-kewenangan
administrasi
menentukan
Melaksanakan Tugas dalam Situasi Darurat
dengan
bebas
dimiliki oleh pejabat administrasi tidak boleh
negara melakukan perbuatan yang dianggap
Administrasi
wewenang
modern, hal ini berarti bahwa wewenang yang
menyalahgunakan kewenangan. Manakala aparatur
Hukum
ada
sepenuhnya, sebab dalam kerangka hukum
Negara, yaitu unsur wederrechtelijkheid dan
Berdampak
pernah
bebas,
terutama
keputusan-keputusan
(besluiten) dan ketetapan-ketetapan (beschikking)
yang
oleh organ pemerintahan sehingga dikenal ada
bersifat atributif maupun yang bersifat delegatif.
keputusan atau ketetapan yang bersifat terikat dan bebas.16
dalam Ridwan, Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Press, 2014), halaman 200 Ridwan, Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Press, 2014), halaman 201
14
Yopie Morya Immanuel Patiro..., Op.Cit., halaman 186-187
15
Yopie Morya Immanuel Patiro..., Op.Cit., halaman 187
13Indriyanto
16
12
Indohartono, Perbuatan Pemerintah Menurut Hukum Publik dan Hukum Perdata, Lembaga Penulisan dan Pengembangan
Seno Adji,...Op.Cit., halaman 3
64
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Harus juga dipahami bahwa bebasnya sifat
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal ini
wewenang pemerintahan yang dirumuskan dalam
mengatur tentang penyalahgunan wewenang oleh
peraturan dasarnya, tetap harus berlaku norma-
seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan
norma tidak tertulis yang disebut dengan Asas-
dimana
Asas Umum Pemerintahan yang Layak.17 Kebijakan
Keuangan Negara. Jelas bahwa penyalahgunaan
yang
tidak
wewenang merupakan suatu perbuatan yang
diperkenankan Hakim biasa untuk mengadilinya.
dilarang oleh undang-undang. Pasal 3 Undang-
Bukanlah pengadilan yang dapat menilai kebijakan
undang
penguasa dengan diskresinya, sehingga kebijakan
Pemberantasan
pemerintah tidak boleh dicampuri oleh Hakim
menyebutkan:
diambul
pejabat
pemerintah
Umum. Pembatasan terhadap Beleidsvrijheid itu
dan
Pidana
tentang Korupsi
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
B. Batasan Perbuatan Melawan Hukum yang Pidana
Tindak
1999
sarana yang ada padanya karena jabatan atau
melalui Peradilan Tata Usaha Negara.18
Hukum
Tahun
merugikan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
pola
penyelesaian terhadap penyimpangan ini adalah
Berdampak
31
itu
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
dalam kategori penyalahgunaan wewenang dan sewenang-wenang,
Nomor
perbuatannya
“setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan
adalah apabila terdapat perbuatan yang masuk perbuatan
akibat
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
dalam
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
Melaksanakan Tugas dalam Situasi Darurat
lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000 (limah puluh jutarupiah) dan
Penyimpangan kekuasaan pada pejabat
paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu milyar
publik dapat berupa penyalahgunaan wewenang
rupiah).”
yang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi sebagaimana dapat dilihat pada Pasal 3 Undangundang
Nomor
31
Tahun
1999
Unsur-unsur
tentang
dalam
rumusan
Pasal
3
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ini adalah
Hukum Administrasi Negara (LPP-HAN) Bogor-Jakarta, 1995, halaman 189
setiap orang, dengan tujuan menguntungkan diri
Rusli K.Iskandar, Normatifisasi Hukum Administrasi Negara, dalam SF Marbun dkk, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press, 2001), halaman 187
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
17
18
sarana yang ada padanya karena jabatan atau
Ibid., halaman 10-11
65
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
kedudukan, dapat merugikan keuangan negara
sehingga dapat menyebabkan kerugian keuangan
atau perekonomian negara.
atau perekonomian negara yang sebagaimana dengan tegas telah diatur oleh undang-undang dan
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 3
dengan batas 1) Diskresi yang digunakan
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak
Pidana
Korupsi
menyimpang dari tujuan peraturan yang mendasari
ini
kewenangan pejabat publik dan 2) Diskresi yang
merupakan bentuk tindak pidana korupsi pokok.
digunakan oleh pejabat publik dimaksudkan untuk
Ketentuan pasal ini tidak menyebutkan unsur
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
secara melawan hukum sehingga Penuntut Umum
suatu korporasi sehingga dapat merugiakan
tidak perlu membuktikannya. Sifat melawan hukum
keuangan atau perekonomian negara.
tersebut sudah terdapat pada unsur-unsur yang
KESIMPULAN
lain,19 sedangkan unsur penting atau bagian inti (bestanddelen) yang harus didefinisikan atau
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
diberikan pembatasan oleh pembentuk undang-
penelitian penulisan hukum yang berjudul “Diskresi
undang yaitu unsur ketiga. Hal ini diperlukan karena
dan Tanggung Jawab Pejabat Publik Pada
pengertian penyalahgunaan wewenang merupakan
Pelaksanaan Tugas dalam Situasi Darurat”, ditarik
ruang lingkup (domain) dari hukum Penyalahgunaan
wewenang
kesimpulan sebagai berikut : yang
1. Diskresi (freies ermessen) merupakan suatu
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi,
kebebasan
apabila suatu tindakan atau perbuatan yang peraturan
perundang-undangan
tujuan
teguh
pada
melaksanakan tugas-tugas menyelenggarakan
pejabat publik atau pejabat administrasi negara
kepentingan
tersebut menyimpang dari seharusnya dilakukan, sengaja
berpegang
untuk turut campur dalam kegiatan sosial guna
tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
atau
daripada
ketentuan hukum, atau kewenangan yang sah
peraturan yang ada yang mengatur tentang
maksud
asasnya
mengutamakan keefektifan tercapainya suatu
yang
berlaku tidak atau belum mengaturnya, atau
dengan
pada
memperkenankan alat administrasi negara
dilakukan oleh pejabat publik dalam hal tertentu dimana
yang
umum.
Prinsipnya,
pejabat
pemerintah yang menggunakan diskresi, selama
untuk
tindakan itu dilakukan dalam lingkungan formil
menguntungkan diri sendiri atau orang lain
wewenangnya (zolang hij tenminste binnen formele kring van zijn bevoegdheid heeft
Hari Sasangka, Komentar Korupsi, (Bandung: Mandar Maju, 2007), halaman 11 19
gehandeld) atau dilakukan dalam rangka 66
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
melaksanakan kewenangan jabatan, semua
menilai dari Pejabat Administrasi Negara, dan
konsekuensi
yang
akan
menjadi
tindakan atau perbuatan tersebut hanya dapat
Seorang
pejabat
dilakukan dalam pengertian keadaan memaksa
pemerintah juga tidak dapat mengelak dari
atau mendesak demi kepentingan umum yang
tanggung jawab dan tanggung gugat dengan
telah
berlindung di balik alasan bahwa
yang
perundang-undangan, dengan batas-batas atau
dilakukannya itu atas dasar diskresi, jika
tolak ukur, yaitu diskresi dalam bentuk peraturan
ternyata diskresi yang digunakannya itu tidak
kebijaksanaan tidak boleh menyimpang atau
sah atau menyimpang dan merugikan pihak lain.
bertentangan dengan aturan diatasnya dalam
Diskresi dan peraturan kebijakan itu dianggap
arti harus sesuai dengan hierarki peraturan
tidak sah atau menyimpang jika bertentangan
perundang-undangan; diskresi yang digunakan
dengan peraturan perundang-undangan dan
tidak boleh melanggar hak asasi kewajiban
asas
unsur
warga negara dalam artian tidak digunakan
unsur
sewenang-wenang; diskresi yang digunakan
asas
masih berada dalam ruang lingkup peraturan
rasionalitas, melanggar hak asasi manusia,
dasarnya; diskresi digunakan dalam keadaan
bertentangan
umum
memaksa atau mendesak kesejahteran atau
pemerintahan yang baik (AAUPB) dan / atau
kepentingan umum; diskresi yang digunakan
prinsip penyelenggaraan pemerintah yang baik
harus
(Goed
Pemerintahan yang Layak (AAUPL).
tanggungjawab
hukum
timbul
jabatan.
(rechtsbeginsel),
penyalahgunaan
wewenang
sewenang-wenang
atau
dengan
Bestuur),
ada dan
melanggar asas-asas
dan
terdapat
unsur
maladministrasi. 2. A.
ditetapkan
B. Batasan
Batasan bahwa Diskresi oleh Pejabat
dalam
berlandaskan
bahwa
administrasi
suatu
peraturan
Asas-Asas
diskresi
oleh
negara
Umum
pejabat
merupakan
Administrasi Negara merupakan Perbuatan
penyalahgunaan wewenang yang dikategorikan
Hukum Administrasi Negara, apabila suatu
sebagai tindak pidana korupsi, apabila suatu
tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
Pejabat Administarsi Negar dalam hal tertentu
pejabat administrasi negara dalam hal tertentu
dimana peraturan perundang-undangan yang
dimana peraturan perundang-undangan yang
berlaku tidak atau belum mengaturnya, atau
berlaku tidak atau belum mengaturnya, atau
peraturan yang ada yang mengatur tentang
peraturan yang ada yang mengatur tentang
tindakan
tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
atau
perbuatan
tersebut
tidak
jelas/tersamar sehingga diperlukan kebebasan
pejabat 67
administrasi
negara
tersebut
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
DAFTAR PUSTAKA
menyimpang dari seharusnya dilakukan, dengan maksud atau sengaja untuk menguntungkan diri
Benny Irawan, Diskresi sebagai Tindak Pidana
sendiri atau orang lain sehingga dapat menyebabkan
Korupsi: Kajian Kriminologi dan Hukum
kerugian
keuangan/perekonomian
negara
terhadap
yang
Fenomena
Pejabat
Otoritas,
(Mimbar, Vol. XXVII, No.2, 2011)
sebagaimana dengan tegas telah diatur oleh Undang-undang dan dengan batas-batas atau
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodikin Sudrajat,
tolak ukur, yaitu diskresi yang digunakan
2009, Hukum Administrasi Negara dan
menyimpang
Kebijakan
dari
tujuan
peraturan
yang
dan;
diskresi
yang
Publik,
Bandung:
Nuansa.
mendasari kewenangan pejabat administrasi negara
Pelayanan
digunakan
Hari Sasangka, 2007, Komentar Korupsi, Bandung:
dimaksudkan untuk menguntungkan diri sendiri
Mandar Maju.
atau orang lain atau suatu korporasi sehingga
Ridwan, 2014, Diskresi dan Tanggung Jawab
dapat merugiakan keuangan atau perekonomian
Pemerintah, Yogyakarta: Fakultas Hukum
negara.
Universitas Islam Indonesia Press
SARAN
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian
1. Dalam mengadili permasalahan diskresi,
Hukum, Jakarta: UI-Press.
penegak hukum harus berhati-hati dalam menentukan ranah Hukum Administrasi
Yopie Morya Immanuel Patrioo, 2011, Diskresi
Negara atau ranah Hukum Tindak Pidana
Pejabat Publik dan Tindak Pidana Korupsi,
Korupsi;
Bandung: CV Keni Media. dalam
Indohartono, 1995, Perbuatan Pemerintah Menurut
penerapan ranah hukum Pengadilan Tata
Hukum Publik dan Hukum Perdata, Lembaga
Usaha Negara atau Pengadilan Tindak
Penulisan
Pidana Korupsi kepada penegak hukum
Administrasi Negara (LPP-HAN) Bogor-
yang mengadili perkara diskresi.
Jakarta.
2. Perlu
adanya
pengawasan
dan
Pengembangan
Hukum
SF Marbun dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press.
68
Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017
Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
JURNAL Adji, Indriyanto Seno, 2010, KORUPSI
:
Kriminalisasi Kebijakan Aparatur Negara?, Jakarta. Effendy, Marwan,2010, Apakah Suatu Kebijakan Dapat Di Kriminalisasi?, Jakarta.
69