Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo EDISI V 2014
JENDELA INDUSTRI
SIDOARJO EDISI LIPUTAN KHUSUS
SINERGI DUA DAERAH YANG KAYA POTENSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH WORKSHOP FASILITASI FORUM KOMUNIKASI DAN PENINGKATAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN IKM SIDOARJO
Membangun Komunikasi
IKM SIDOARJO-BANDUNG JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
1
STRUKTUR ORGANISASI BIDANG PERINDUSTRIAN
kabupaten sidoarjo YAYUK PUDJI RAHAYU, SH, MH NIP . 19611201 199403 2 001
KABID PERINDUSTRIAN
SC. MALASANTI, SKM, ST, MPd NIP . 19650208 198703 2 005
NIP . 19580805 199403 1 002
Ir. TRI HARJONO
BAIQ RITA MARDIALINA, S.Sos, MM
KASI INDUSTRI LOGAM, MESIN DAN TEKSTIL (ILMT)
KASI INDUSTRI AGRO DAN KIMIA (IAK)
KASI INDUSTRI ANEKA DAN ELEKTRONIKA (IAE)
TUTIK WIDAYATI
PURYADI
NIP . 19731222 199403 2 008
SITI FATIMAH, ST
NIP . 19681030 199803 2 002
SUWANDAK
NIP . 19600905 198603 1 025
NIP . 19591210 198903 1 006
NIP . 19791013 201001 2 008
NIP . 19830714 200901 2 005
FITRIA DEWI, ST
-
STAF ILMT
STAF IAK
STAF IAE
DAFTAR Potensi IKM DALAM TERBITAN EDISI 5 KABUPATEN SIDOARJO NO KECAMATAN NAMA IKM TELP 1. Sidoarjo Oky Agung S Omira Brownis 031 77131099 081515487676 2. Sidoarjo Andi Rifiansyah Kerajinan kaca pirex 081703664770 3. Sidoarjo Ida Widyastuti Mekarsari Roemah Snack Sidoarjo 031-8051999 4. Buduran Didied Esty Wahjuni Busana Muslim Wanita dan Sulam 0816519900 5. Porong Sutrisno Dandang “Putra Delta” 03171870540 6. Krembung H. Makhrus Kerupuk tahu 081357831747 7. Tulangan Fu’ad Anshori Olahan Jamur 085733141410 8. Tangulangin Indriyati Kerajinan aplikasi perca “ATHAYA” 08156862557 9. Jabon Zarqoni Konveksi baju, kaos, jaket 081515454898 10. Krian Junaidi Abdillah Sepatu “”Fashion”” 0318971027 085648087875 11. Sukodono Imam Wahyudi Sablon “Adira Collection” 03171785724 & Rahmad 0857366209800 12. Gedangan Syamsul Arifin Sepatu kulit 082333005504 13. Waru A. Hasan Basri Sandal Spon 082142871247 14. Sedati Mahsunah Aini Pengolahan Ikan Bandeng 081554254305
2
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
ALAMAT Jl. Raya Jati No. 19 - Sidoarjo Perumahan Magersari Permai Blok A-6 Sidoarjo Pondok Jati C-04 Sidoarjo Perum Gading Fajar I Blok A2/23 RT.17 RW.05 Kec. Buduran Jl. Hasanudin RT. 02/01 Desa Kebakalan, Kec.Porong RT.15 RW.08 Desa Rejeni, Kec. Krembung Jl. Raya Kemantren No.6 RT.2/RW.2 Desa Kemantren, Kec. Tulangan Perum TAS 2 Blok R1/40 Kec. Tanggulangin RT.01 RW.01 Desa Kedungcangkring, Kec.Jabon Desa Ponokawan Kec. Krian Jl. Dungus Lor RT.23 RW.06 Desa Sukodono, Kec.Sukodono Tebel Timur RT.02 RW.07 Desa Tebel, Kec. Gedangan Wedoro Masjid 69 A RT.2 RW.5 Jl. Kolonel Sugiono Kec. Waru Jl.Raya Kalanganyar RT.09 RW.02 Desa Kalanganyar Kec. Sedati
Daftar Isi 4. SINERGI DUA DAERAH YANG KAYA POTENSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH The Synergy Of Two Regions Which Has Rich Potential Of The Small And Medium Industry 9. SARASEHAN IKM SIDOARJO, IKM BANDUNG DAN BCCF (BANDUNG CREATIVE CITY FORUM) Sarasehan IKM Sidoarjo, IKM Bandung And BCCF (Bandung Creative City Forum) 13. Donald Lantu, PHD KIAT-KIAT SUKSES UKM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Tips To Be Successful IKM In Order To Face Asean Economic Community (AEC) 2015 16. WORKSHOP TENTANG FASILITASI FORUM KOMUNIKASI DAN PENINGKATAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN IKM SIDOARJO The Facilitie Of Communication Forum And The Improvement Of Sidoarjo IKMs Enterpreneurs Motivation Workshop 26. INDUSTRI KUE DI KECAMATAN SIDOARJO CAKE INDUSTRY IN DISTRICT SIDOARJO TERUS BERKEMBANG KARENA MENJAGA KUALITAS PRODUK Keep Growing For Keeping Quality Products 29. INDUSTRI SENI KACA DI KECAMATAN SIDOARJO ART GLASS INDUSTRY IN DISTRICT SIDOARJO INOVASI PRODUK MENJADI ANDALAN Product Innovation To Be Mainstay 33. INDUSTRI MAKANAN OLAHAN PISANG DI KOTA SIDOARJO BANANAS CUISINE INDUSTRY IN THE SIDOARJO CITY Mengenalkan Sidoarjo Melalui Berbagai Olahan Pisang Introducing Sidoarjo Through Bananas Cuisine 37. INDUSTRI SENI KAIN DI KECAMATAN BUDURAN INDUSTRIAL FABRIC ART IN DISTRICT Buduran Sulam Veston Kenalkan Tehnik Baru Seni Kain Sulam Kreatif di Sidoarjo Introducing Veston as a New Method of Creative Embroidery Art in Sidoarjo 40. INDUSTRI “DANDANG” DI KECAMATAN PORONG “DANDANG” INDUSTRY IN DISTRICT PORONG RAKYAT INDONESIA CINTA PRODUKSI DALAM NEGERI People Love Indonesia Domestic ProductioN
43. INDUSTRI KRUPUK DI KECAMATAN KREMBUNG CRACKERS INDUSTRY IN DISTRICT KREMBUNG Eksis Berkat Krupuk Tahu Exist From Tofu Crackers 46. INDUSTRI JAMUR OLAHAN DI KECAMATAN TULANGAN MUSHROOM PROCESSED INDUSTRY IN DISTRICT TULANGAN Makanan Alternatif Vegetarian Yang Makin Digemari An Alternative Vegetarian Food Which Keen Popular 49. INDUSTRI SENI KAIN DI KECAMATAN TANGULANGIN INDUSTRIAL OF ART FABRIC IN DISTRICT TANGGULANGIN Kreasi Kain Perca Bernilai Seni Tinggi The High Value of Art From Rag Creation 52. INDUSTRI KONVEKSI DI KECAMATAN JABON CONVECTION INDUSTRY IN DISTRICT JABON Menjaga Omzet Dengan Memperhatikan Trend Fesyen Keeping The Income By Noticing Trend Fashion 55. INDUSTRI SEPATU DI KECAMATAN KRIAN SHOE INDUSTRY IN DISTRICT KRIAN Mempertahankan Produk Sepatu Berciri Khas Sidoarjo Sustaining The Characteristic Of Sidoarjo’s Shoes 59. INDUSTRI SABLON DI KECAMATAN SUKODONO PRINTING INDUSTRY IN DISTRICT SUKODONO Merintis Industri Kreatif Di Sidoarjo Pioneering Creative Industry In Sidoarjo 62. INDUSTRI SEPATU DI KECAMATAN GEDANGAN SHOE INDUSTRY IN DISTRICT GEDANGAN Prospek Cerah Sepatu Handmade Berkualitas A Well Prospect Of High Quality Handmade Shoes 65. INDUSTRI SANDAL DI KECAMATAN WARU SLIPPERS INDUSTRY IN DISTRICT WARU NAMA PRODUK TERINSPIRASI MOBIL SPORT Inspired Product Name Car Sport 68. INDUSTRI IKAN OLAHAN DI KECAMATAN SEDATI FISH PROCESSING INDUSTRY IN DISTRICT SEDATI Olahan Ikan Bandeng Khas Sidoarjo Makin Digemari Sidoarjo Milkfish Processed Which Keen Popular
redaksi : Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral. Sekretaris Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral. Kepala Bidang Kelembagaan dan Bina Usaha Koperasi. Kepala Bidang Fasilitas Pelayanan Kepala Bidang Perdagangan. Kepala Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Kepala Bidang Perindustrian : Kepala Seksi Industri Agro Dan Kimia. Kepala Seksi Industri Logam, Mesin Dan Tekstil. Kepala Seksi Industri Aneka Dan Elektronika. Alamat : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo Jl. Jaksa Agung Suprapto 9 Sidoarjo Telp. (031) 8921220 Official website: www.portalsip.com Email:
[email protected]
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
3
SINERGI DUA DAERAH YANG KAYA POTENSI
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH The Synergy Of Two Regions Which Has Rich Potential Of The Small And Medium Industry
Pemkab Sidoarjo giat mendorong pembangunan di bidang Industri Kecil dan menengah. Beberapa saat lalu, tepatnya 28 hingga 30 Nopember 2014 para pengusaha IKM Sidoarjo berkesempatan melakukan kunjungan kerja ke Bandung Barat. Banyak manfaat yang didapat dari kegiatan yang kreatif ini. Berikut laporannya. Sidoarjo’s government actively determined the development of small and medium industries. A while ago, to be precised 28 until November 30, 2014, Sidoarjo’s IKM entrepreneurs has a courtesy chance to West Bandung. Many of the benefits gained from this creative activity. Here the reports.
4
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
W
akil Bupati Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM mengapresiasi Bandung Barat atas keberhasilannya dalam mendorong pelaku usaha dalam wadah BCCF Bandung dan klinik UKM Bandung dan menjadikan kota Bandung sebagai kota kreatif. Hal tersebut dituturkan langsung oleh Wakil Bupati saat melakukan kunjungan kerja (kunker) di wilayah Bandung Barat 28 November lalu. Didampingi Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo, Ir. Handajani, MM, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, ESDM Kabupaten Sidoarjo, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes beserta jajarannya. Wabup berharap, bahwa kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin sebagai bentuk silaturahmi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo kepada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan balasan dari Pemkab Bandung Barat yang lebih dahulu berkunjung ke Kabupaten Sidoarjo Oktober lalu.
Wabup Bandung Barat, Drs. H. Yayat Turochmat Soemitra mengungkapkan keinginannya untuk mengetahui bagaimana Kabupaten Sidoarjo membangun kawasan industri sejak dulu serta perjalanan Kabupaten Sidoarjo dalam membangun kawasan industri di wilayahnya. Pada lawatan balasan ke Bandung Barat tersebut, Pak Tjip, sapaan akrabnya dalam sambutannya juga berkesempatan memperkenalkan para IKM Sidoarjo yang telah hadir bersama dalam kunjungan tersebut. Pada kesempatan tersebut ia memaparkan potensi kota Sidoarjo yang memiliki 15.000 UKM yang tersebar di 18 Kecamatannya, dan merupakan Kabupaten dengan jumlah UKM terbanyak di Indonesia. Sidoarjo tidak terkenal akan lumpur Lapindo-nya saja, tapi juga mempunyai produk andalan yang sudah terkenal di dalam maupun di luar negeri. Ia mengungkapkan pada tahun 2014 jumlah UMKM di Sidoarjo mencapai 171.264 usaha untuk usaha besar 16.000 , usaha mikro 154.891, usaha kecil menengah 154.
Wabup Bandung Barat, Drs. H. Yayat Turochmat Soemitra (kiri) menyerahkan Cinderamata dari Pemkab Bandung Barat kepada Wabup Sidoarjo H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM.
Suasana silahturahmi antara Pemkab Sidoarjo dengan Pemkab Bandung Barat di Kantor Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat.
S
idoarjo’s Vice Regent, H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM, appreciate West Bandung over its success in encouraging businessmen in BCCF Bandung and UKM clinics as they made Bandung as a creative city. It was directly spoken by the Vice Regent during the courtesy to West Bandung last November 28 accompanied by The Secretariat Assistant of Economic and Development of Sidoarjo District, IR. Handajani, MM, Department of Cooperrative, Small and Medium Enterprises (SME), Industry, Trade, Energy and Mineral Resources of Sidoarjo Regency DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes and staffs. The Vice Regent expects that this activity may become a routine agenda, as a form of Sidoarjo’s Government hospitality to West Bandung’s Government. The courtesy was a response of the last visit from West Bandung’s Government on last October. West Bandung Vice Regent, Drs. H. Yayat Turochmat Soemitra, expresses his desire to learn how to build an industrial area since the first time and to establishes industrial zones in its territory. On a visit to the West Bandung, Mr. Tjip, had the opportunity to introduce the UKM Sidoarjo’s members. On that occasion he described the potential of Sidoarjo which has 15.000 UKMs spreads into 18 its district, and became a region whit the largest UKM in Indonesia. Sidoarjo is not only famous for the mud of Lapindo, but also has a flagship product that is already well-known at home and abroad. He revealed in 2014 the number of SMEs in Sidoarjo reached 171.264, 16.000 businesses to large enterprises, 154.891 micro-enterprises, and 154 for small and medium enterprises. According to him, Sidoarjo which is known as the city of petis and shrimp, also has another excellent products that support the economy of East Java and Indonesia. Sidoarjo’s UKM has diverse craft creations such a Bags, Luggage, Accessories, Sandals, Shoes, Handicraft, Garment, Food, Fashion, Technology, Kitchen Equipment, Batik. Mr. Tjip added that his courtesy besides as a response, but also as the beginning of a collaboration between the Sidoarjo Government and West Bandung Government which aims to achieve a good working relationship. In addition, these steps shall provide positive motivation among each other. Sidoarjo’s Vice Regent also expressed his gratitude for the greetings given by West Bandung Vice Regent and its staffs. Meanwhile, West Bandung Vice Regent in his speech also expressed welcome to the group of Sidoarjo Vice Regent and Sidoarjo’s UKM as the implementation of the reciprocal visit. Accompanied by Assistant III, Maman Sulaiman, Yayat also greatly appreciate the potential of Sidoarjo’s UKM which is very diverse. In his last visit to Sidoarjo, he was very impressed with the growth of UKMs in Sidoarjo which was rapidly. Moreover, supported by the free permitting process. West Bandung Vice Regent said that the government should not only be satisfied at its area, but should be able to see a better
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
5
Menurutnya, Sidoarjo yang terkenal dengan sebutan kota petis dan udang, juga mempunyai produk unggulan lain yang menopang perekonomian Jawa Timur dan Indonesia. Sidoarjo mempunyai UKM yang beraneka ragam seperti kerajinan Tas, Koper, Asesoris, Sandal, Sepatu, Handycraft, Garmen, Makanan, Fashion, Teknologi, Peralatan Dapur, dan Batik. Pak Tjip menambahkan bahwa kunjungan kerjanya kali ini selain sebagai kunjungan balasan, melainkan juga sebagai awal dari kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat yang bertujuan untuk mewujudkan relasi kerja yang baik. Selain itu juga, langkah tersebut menurutnya dapat memberikan motivasi positif antara satu sama lainnya. Wabup Sidoarjo dalam sambutannya tersebut juga menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan yang diberikan oleh Wabup Bandung Barat beserta jajarannya dan merasa tersanjung atas sambutan yang diberikan. Sementara itu, Wabup Bandung Barat dalam sambutannya pula menyampaikan selamat datang kepada rombongan Wabup dan para UKM Sidoarjo dan menyambut baik dilaksanakannya kunjungan balasan tersebut. Didampingi Asisten III, Maman Sulaiman, Yayat juga sangat mengapresiasi
6
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
potensi UKM Sidoarjo yang sangat beragam. Dalam lawatannya ke Sidoarjo lalu, Ia sangat terkesan dengan pertumbuhan UKM di Sidoarjo yang sangat pesat. Apalagi, didu kung dengan proses perijinan secara gratis. Dalam jargonnya, Wabup Bandung Barat mengatakan bahwa Pemerintah Bandung Barat jangan hanya puas di kandang saja, tetapi harus bias melihat potensi daerah lain yang lebih bagus.”Kami sangat malu melihat potensi UKM di Sidoarjo. Beberapa waktu lalu, kami sangat bangga dan puas dengan UKM Bandung yang terkenal dengan kreativitasnya. Namun, setelah melihat secara langsung potensi yang ada di Sidoarjo, kami harus memberikan penghargaan kepada Pemkab Sidoarjo atas prestasi tersebut,” katanya. Wabup Bandung Barat juga berkesempatan memaparkan potensi kabupaten Bandung barat dengan luas wilayahnya yaitu 1.305,77 KM². Dengan luas wilayah tersebut, menjadikan Kota Bandung sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia. Banyaknya kekayaan alam yang tersimpan di kota kembang, dan tingginya kreativitas sumber daya manusia yang berada di kota tersebut, menjadikan Kota Bandung sebagai barometer pertumbuhan industri kreatif di tingkat nasional. Sehingga kota Bandung dikenal sebagai pusat perkembangan mode, pusat kreasi
2014
potential of another area. "We are very embarrassed to see the potential of UKMs in Sidoarjo. A while ago, we are very proud and satisfied with UKM in Bandung. Its very famous for the creativity. However, having seen the better potential exists in Sidoarjo, we must pay tribute for the achievements of Sidoarjo.” West Bandung Vice Regent also had the opportunity to explain the potential of West Bandung with coverage total area is 1305.77 km². With an area of the region, made Bandung as a creative city in Indonesia. The number of natural resources that are stored in the city of flowers, and the high creativity of the human resources that are in the city, made Bandung as a barometer of the growth of creative industries in the national level. Bandung was known as a center of fashion development, the creation of art and culture center, snacks and culinary center, as known well as Paris Van Java which is now becoming one of the tourist icon destinations in Bandung. He added, seeing the many creative business opportunities contained in the Bandung, which makes Bandung became a central of creative businesses. One of the Bandung culinary specialties are Krupuk Seblak and Wajik Lilin. POSITIVE COOPERATION OF TWO REGIONAL As an effort to increase the quality and productivity of Department of Cooperrative,
seni dan budaya, pusat jajanan dan kuliner, serta sebutan Paris Van Java yang sekarang ini menjadi salah satu icon tujuan wisata di Kota Bandung. Ia menambahkan, melihat banyaknya peluang usaha kreatif yang terdapat di daerah Bandung, yang menjadikan Bandung menjadi gudangnya para pebisnis kreatif. Salah satunya, Wisata Kuliner seperti makanan khas Bandung yakni Krupuk Seblak dan Wajik Lilin.
KERJASAMA POSITIF DUA DAERAH Sebagai upaya peningkatan kualitas dan produktifitas Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Sidoarjo, Dinas Koperasi, IKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Sidoarjo bekerjasama dengan BCCF Bandung menyelenggarakan
Wabup Sidoarjo H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM menyerahkan Cinderamata Pemkab Sidoarjo kepada Wabup Bandung Barat, Drs. H. Yayat Turochmat Soemitra (kiri)
(kanan-kiri) DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes (Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, ESDM Kabupaten Sidoarjo), Drs. H. Yayat Turochmat Soemitra (Wabup Bandung Barat), H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM (Wabup Sidoarjo), Ir.Handajani, MM (Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo), Maman Sulaiman (Asisten III Pemkab Bandung Barat), Yayuk Pudji Rahayu,SH,MH (Kabid Perindustrian Sidoarjo)
(kanan-kiri) Tutik Widayati (Staf ILMT Perindustrian Sidoarjo), Siti Fatimah, ST (Staf ILMT Perindustrian Sidoarjo), Yayuk Pudji Rahayu,SH,MH (Kabid Perindustrian Sidoarjo), Drs. H. Yayat Turochmat Soemitra (Wabup Bandung Barat), Suwandak (Staf IAE), Ir.Tri Harjono (Kasi Industri Agro & Kimia), Puryadi (Staf IAK)
Small and Medium Enterprises (SME), Industry, Trade, Energy and Mineral Resources of Sidoarjo work together with BCCF Bandung to organized a Workshop or casual discussion between SMEs and SMEs Sidoarjo was held in Bandung November 28th – 30th, 2014 ago. The workshop was attended by Vice Regent of Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM, Assistant Secretary Department of Economic and Regional Development Sidoarjo, Ir. Handajani, Head Diskoperindag and EMR, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes and their staffs, Chairman BCCF Bandung, Fikri Satari, as well as Chairman of the IKM Clinic Bandung, Donald Lantu, Phd. Encountered after an informal discussion, Vice Regent of Sidoarjo, H. MG. Sutjipto, SH, MM deeply appreciate these activities. He added that his visit as a representative of the Government of Sidoarjo to this city may establish cooperative relations between the two regions and to build stronger partnerships. "I am very pleased with the warm welcome of BCCF Bandung along with the whole range of our members are also welcome. I also pleased with the presence of an informal discussion between the two regions. We can learn science in BCCF." He said. According to him, the construction industry is one of the pillars of economic development of a region. Especially IKMs, which is one of the main supporting force of economic development. For those reasons, Mr. Tjip, added that IKMs are vital motion and creating employment development, considering IKMs are flexible enough and can easily adapt to the ups and downs of market demand. He also said, Sidoarjo is very potential in the development of IKMs are supported by the availability of raw materials and creative labor. With the implementation of the event, Wabup expects to IKMs in Sidoarjo in order to see and developing methods that were used by BCCF Bandung which is famous for its creativity and innovation. "Competition is getting tougher, for the IKMs in Sidoarjo must work together, mutually supportive and complementary so that the economy can grow in Sidoarjo." Said Vice Regent. Wabup also suggested that the perpetrators of IKMs in Sidoarjo could take the existing knowledge in BCCF Bandung and to develop then apply in Sidoarjo. "If possible, the perpetrators of IKMs Sidoarjo form a gathering place like BCCF, discuss and share how to raise their business." He added. "Obviously, we as local government would side to encourage and assist SMEs in Sidoarjo. Hopefully, in the future we can compete with IKMs from outside the area." He continued. Vice Regent expects that all participants can hone the skills which they acquired and continue to be developed. Not only during training or when there are exhibitions, but must continue to innovate with the creation - different creations with maintaining the JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
7
Sarasehan atau diskusi santai antara IKM Sidoarjo dan IKM Bandung yang diadakan di Bandung 28 hingga 30 Nopember 2014 lalu. Dalam sarasehan tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM, Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo, Ir. Handajani, MM, Kepala Diskoperindag dan ESDM, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes beserta jajarannya, Ketua BCCF Bandung, Fikri Satari, serta Klinik IKM Bandung oleh, Donald Lantu, Phd. Ditemui setelah acara sarasehan, Wakil Bupati Sidoarjo, H. MG. Sutjipto, SH, MM mengaku sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia menambahkan agar lawatannya sebagai perwakilan Pemerintah Sidoarjo ke kota Bandung ini bisa menjalin hubungan kerjasama antara kedua daerah serta membangun kemitraan yang lebih kuat. “Saya sangat senang atas sambutan yang hangat dari BCCF Bandung beserta seluruh jajaran anggota yang turut menyambut kami. Saya juga senang dengan adanya acara sarasehan antar dua daerah ini. Kita bisa mempelajari ilmu yang ada di BCCF Bandung ini,” ujarnya. Menurutnya, pembangunan industri merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian suatu daerah. Khususnya IKM, yang merupakan salah satu kekuatan pendukung utama pembangunan ekonomi. Untuk itu, pak Tjip, sapaan akrabnya menambahkan bahwa Gerak IKM sangat vital dan menciptakan berkembangnya lapangan pekerjaan, mengingat IKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut permintaan pasar. Ia juga mengatakan, Sidoarjo cukup potensial dalam pengembangan IKM yang didukung ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja kreatif. Dengan terlaksananya acara tersebut, Wabup berharap kepada para IKM di Sidoarjo agar bisa melihat dan mengembangkan metode yang diguakan BCCF Bandung yang terkenal dengan kreativitas dan inovasinya. “Persaingan semakin ketat, untuk itu IKM di Sidoarjo harus bersinergi, saling mendukung dan melengkapi agar perekonomian di Sidoarjo bisa berkembang,” tutur Wabup. Wabup juga menyarankan agar pelaku IKM di Sidoarjo bisa mengambil ilmu yang ada di BCCF Bandung serta mengembangkannya dan mengaplikasikannya di Sidoarjo.” Kalau bisa, pelaku IKM Sidoarjo membentuk wadah seperti BCCF sebagai ajang silaturahmi sekaligus berdiskusi berbagi cara membesarkan usahanya,” imbuhnya. “Tentunya, kami selaku Pemerintah daerah akan berpihak untuk mendorong dan membantu IKM yang ada di Sidoarjo. Harapannya, ke depan IKM kita bisa bersaing dengan IKM dari luar daerah,” lanjutnya. Wabup berharap seluruh peserta bisa mengasah keterampilan yang didapatkan
8
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
dan terus dikembangkan. Tidak saja saat pelatihan maupun ketika ada event pameran, tetapi harus terus berinovasi dengan kreasi-kreasi yang berbeda dengan menjaga kualitas dan tidak sekadar menonjolkan kecantikan dari produknya. Ditemui di tempat yang sama, Mohammad Lukman, salah satu penyelenggara acara dari Bandung mengatakan bahwa konsep acara tersebut adalah sebuah perkenalan antara IKM Sidoarjo, IKM Bandung dan BCCF Bandung. “Kita kemas acara ini dengan diskusi santai, supaya masing-masing pihak bisa saling mengenal satu sama lain,” ucapnya. “Kita ingin ada perkumpulan dari pelaku kreatif. Untuk itu kami berkunjung ke Sidoarjo dan melihat para IKM yang ada. Salah satunya yang menarik perhatian saya adalah batik. Di Sidoarjo, berbagai motif bisa kita lihat. Dan yang masih terus berkembang di Sidoarjo adalah batik tulis, ”lanjut Luki, sapaan akrabnya dan juga pemilik dari batik fractal salah satu IKM yang ada di Bandung. “Syukurlah”, menurut Luki, kunjungannya ke Sidoarjo disambut dengan baik dan akhirnya bisa berbalas melawat ke Bandung. Ia berharap, dengan adanya forum silaturahmi tersebut, ke depan bisa terjalin kerjasama dan berkolaborasi antara para IKM Bandung dan IKM Sidoarjo. “Tentunya bisa mengkolaborasi antara batik khas Sidoarjo dengan batik khas Bandung,” pungkasnya. Hal yang sama juga diungkap oleh Ketua Koperasi IKM Sidoarjo, Zarchoni, yang juga ikut dalam kegiatan tersebut. Ia mengatakan bahwa kunjungan IKM Sidoarjo bersama Diskoperindag dan ESDM ke Bandung bukan hanya kunjungan semata, namun diharapkan kedepannya dengan adanya silaturahmi ini akan tercipta suatu relasi yang nantinya akan membentuk suatu ikatan atau forum komunikasi antara IKM Sidoarjo dan IKM Bandung serta BCCF Bandung. Mengenai kegiatan ini, Zarchoni berujar, “Kegiatan seperti ini bagus, karena dapat menjalin kembali silaturahmi dan keakraban antar IKM. Apalagi, IKM yang hadir juga telah sepakat akan selalu menjalin keakraban, baik melalui acara formal maupun kegiatan non formal,” ujarnya. Sebagai pengusaha konveksi, dirinya berharap dengan forum silaturahmi tersebut, IKM di Sidoarjo bisa lebih baik lagi. “Tentunya dengan masukan ilmu yang didapat saat ini, kita bisa melakukan beberapa inovasi baru,” ungkapnya. “Apalagi sebentar lagi, tahun 2015 kita menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kajian ilmu dari BCCF Bandung bisa kita aplikasikan di Sidoarjo,” pungkasnya.
2014
Jajanan Traditional Khas Bandung Barat.
quality and not just highlight the beauty of its products. Found in the same place, Mohammad Lukman, one of the organizers from Bandung, said that the concept of the event is to introduce between IKMs Sidoarjo, IKMs Bandung and BCCF Bandung. "We set this event with a casual discussion, so that each party can get to know each other." He said. "We want a bevy of creative actors. For that we visited Sidoarjo and see the existing IKMs. One thing that got my attention was the batik. In Sidoarjo, we can see a variety of patterns, and it still growing up in Sidoarjo." Said Luki, as a nickname, the owner of batik fractal, one of IKM in Bandung. "Thank God", according to Luki. His visit to Sidoarjo well received, and was finally able to reciprocate a visit to Bandung. He hopes with this forum, it can be established cooperation and collaboration between IKM Sidoarjo and IKM Bandung in the future. "Surely we can colaborate between Sidoarjo batik and Bandung batik." He concluded. The same thing also expressed by the Chairman of the Cooperative SMEs Sidoarjo, Zarchoni, who also participated in these activities. He said that the visit of IKMs Sidoarjo along with Diskoperindag and EMR to Bandung not only for vacation and friendship, but it is expected in the future, with this relationship, will create a relation that will form a bond or a forum of communication between IKMs Sidoarjo, IKMs Bandung and BCCF Bandung. Regarding this activity, Zarchoni said, "It’s a great activity, as it can re-establish the relationship between IKMs. Moreover, the parties of IKMs has been agreed that will always establish intimacy relationship, both through formal and non-formal activities. "He said. As a convection entrepreneur, he expects with the forum, IKMs in Sidoarjo could be better. "Obviously with the knowledge we gained at this time, we can do some new innovations." He said "Moreover, soon, in 2015 we are welcome the ASEAN Economic Community (AEC). We can apply the knowledge from Bandung BCCF in Sidoarjo. "He concluded.
SARASEHAN IKM SIDOARJO, IKM BANDUNG DAN BCCF (BANDUNG CREATIVE CITY FORUM) Sarasehan IKM Sidoarjo, IKM Bandung And BCCF (Bandung Creative City Forum) Kunjungan IKM Sidoarjo yang difasilitasi Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo serta BCCF Bandung dan IKM Bandung berlangsung di rumah kreatif BCCF, Jl Taman Cibeunying Selatan 5, Kota Bandung. IKM visits facilitated by Diskoperindag of Sidoarjo and EMR Sidoarjo also BCCF Bandung and IKM Bandung held in creative home BCCF, Jalan Taman Cibeunying Selatan 5, Bandung City.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
9
S
ebelum acara dibuka, Muhammad Lukman, penyelenggara dari BCCF Bandung sekilas menyampaikan visi dan misi yang diusung oleh Bandung Creative City Forum kepada para IKM Sidoarjo dalam acara sarasehan atau diskusi santai antara IKM Sidoarjo, IKM Bandung dan BCCF Bandung. Menurut Lucky, sapaan akrabnya menyampaikan konsep acara tersebut merupakan forum silaturahmi serta pengenalan antara para IKM Sidoarjo dan IKM Bandung serta BCCF yang dikemas dengan diskusi santai. Ia berharap, dengan
10
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
agenda tersebut, antara IKM Sidoarjo, IKM Bandung dan BCCF Bandung ke depan bisa terjalin kerjasama dengan baik. Selanjutnya, diskusi tersebut dibuka oleh Wakil Bupati Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH yang datang bersama Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo, Ir. Handajani, MM dan Kepala Diskoperindag dan ESDM, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes. Dalam sambutan pembukanya, beliau mengapresiasi para IKM Sidoarjo yang selama ini memberikan kontribusi besar kepada PAD Sidoarjo dalam bidang perekonomian.
2014
B
efore the show, Muhammad Lukman, the organizer of BCCF Bandung glimpse the vision and mission that carried by the Bandung Creative City Forum to IKMs Sidoarjo in casual discussions between IKMs Sidoarjo, IKMs Bandung, and BCCF Bandung. According to Lukman, address the concept of the event is well forum as the relationship between also as the introduction of IKMs Sidoarjo, IKMs Bandung, and BCCF Bandung are packed with casual discussions. He expects, with this agenda, IKMs Sidoarjo, IKMs Bandung, and BCCF Bandung forward to cooperate well established. Furthermore, the discussion was opened by Vice Regent of Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH who came with the Office of the Assistant Secretary for Economic and Regional Development Sidoarjo, Ir. Handajani, MM and Head Diskoperindag and EMR, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes. In his opening speech, he appreciates the Sidoarjo IKMs which have contributed greatly to the PAD Sidoarjo in the economy. On that occasion, Mr. Tjip, appreciate the existence of the IKM Bandung which consists of young people with a lot of creativityies and innovations. He hoped that the IKMs Sidoarjo and young people in Sidoarjo can develop and apply the knowledge they gathered in Bandung BCCF. In addition, in his speech, Hadi Sutjipto also looked forward to the partnership established between Diskoperindag and EMR Sidoarjo, Sidoarjo IKMs, and IKMs BCCF Bandung.
Pada kesempatan itu, Pak Tjip, sapaan akrabnya mengapresiasi keberadaan para IKM Bandung yang terdiri dari anak muda Bandung dengan segudang kreativitas dan inovasinya. Ia berharap para IKM Sidoarjo serta generasi muda di Sidoarjo bisa mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang ada di BCCF Bandung itu. Selain itu, dalam sambutannya, Hadi Sutjipto juga berharap ke depan bisa terjalin kemitraan antara Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo, IKM Sidoarjo, BCCF dan IKM Bandung. Pak Tjip juga menyampaikan rasa kagumnya kepada pihak BCCF dan IKM Bandung yang bisa bekerjasama dalam mengelola dan menyediakan tempat khusus sehingga para komunitas kreatif bisa memiliki wadah kreativitasnya. Menurutnya, keberadaan komunitas
kreatif seperti BCCF Bandung ini bisa menjadi contoh nyata para IKM di Sidoarjo bahkan masyarakat Sidoarjo yang begitu peduli untuk menjadikan Sidoarjo sebagai kota kreatif seperti kota Bandung. “Saya berharap dalam forum ini, ke depan Pemerintah Sidoarjo serta para IKM di Sidoarjo bisa bersinergi dan BCCF Bandung bisa menjadi inspirator bagi Sidoarjo.” Dalam acara tersebut Wabup Sidoarjo begitu kagum dengan ragam kreatifitas pemuda pemudi Bandung. Mulai dari musik, tarian, fashion, teknologi informasi dan games, kerajinan tangan, kesenian, pertanian dan banyak lagi termasuk kuliner yang menjadi salah satu tujuan wisata saat ini. “Untuk itu, kami berharap kepada para IKM Sidoarjo yang hadir bisa melihat dengan dekat dan mengaplikasi BCCF di Sidoarjo,” Wabup mengakhiri sambutannya.
Mr. Tjip also expressed his admiration to the BCCF and IKMs Bandung which could cooperate in managing and providing a special place so that the creative community could has a place for their creativity. According to him, the existence of BCCF Bandung creative community like this could be a real example of the IKMs in Sidoarjo, even Sidoarjo people cares to make Sidoarjo as a creative city as Bandung. "I hope in this forum, in the future, the Government of Sidoarjo and the IKMs in Sidoarjo can synergize and BCCF Bandung could be the inspiration for Sidoarjo.” In the event, Wabup Sidoarjo so amazed by the variety of creative of Bandung youngsters. Ranging from music, dance, fashion, information technology and games, crafts, arts, agriculture and many more including culinary became one tourist destination today. "To that end, we hope IKMs Sidoarjo could pay attention and applying BCCF in Sidoarjo." Wabup ending his speech On the same occasion, the Chairman BCCF Bandung, Fikri Satari welcome goodwill Sidoarjo for the implementation of the forum. He hoped that the implementation of the communication forum between IKMs Sidoarjo, IKMs Bandung, and BCCF Bandung can collaborate and work together. "This is the first step of a series of events of this collaboration." He said Secretary General BCCF bandung, DR. Dwinita Larasati, MA, who is also a lecturer at the Faculty of Design and Visual Arts ITB added in her speech that the creative home BCCF Bandung is the concept of collaboration through a dynamic network among the creative community in Bandung. On the same occasion she provide new experiences for the IKM Sidoarjo, related to creativity and innovation that of the SME Bandung. The plan, she will present and introduce methods of design thinking to IKMs Sidoarjo to think or be creative involving emotional connection. The method to aims the resultant solution can attract attention and be liked. "Empathy is a key. Empathy process is doing by looking at the "glasses" of others, so as to create an emotional connection before. Well, emotional connection itself consists of aesthetics, role model, fun, and playfull. "She said. In addition, Donald Lantu, PHD (CIEL and Clinical Director IKM BDG), also had the opportunity to present the IKM clinics Bandung is the center of development activities of Small and Medium Enterprises (SMEs), innovation, entrepreneurship, and leadership. He presented IKM Clinic Bandung, as a study center of IKMs, CIEL assist IKMs by providing training and mentoring for business development. Currently, CIEL has two main programs for IKM development Creative which IKMs Clinic Bandung has Top 20
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
11
Pada kesempatan yang sama, Ketua BCCF Bandung, Fikri Satari menyambut niat baik Sidoarjo atas terselenggaranya forum tersebut. Ia berharap terselenggaranya forum komunikasi tersebut antara IKM Sidoarjo dan IKM Bandung serta BCCF Bandung bisa berkolaborasi dan bekerjasama.”Ini langkah awal dari serangkaian acara dari kolaborasi tersebut,” katanya. Sekjen BCCF Bandung, DR. Dwinita Larasati, MA, yang juga sebagai dosen Fakultas Desain dan Seni Rupa ITB Bandung menambahkan dalam sambutannya bahwa rumah kreatif BCCF Bandung adalah konsep kolaborasi melalui jaringan yang dinamis di antara komunitas kreatif yang ada di Bandung. Pada kesempatan yang sama, Tita, sapaan akrabnya memberikan pengalaman baru bagi para IKM Sidoarjo, terkait kreativitas dan inovasi yang dimiliki para IKM Bandung. Rencananya, ia akan mempresentasikan dan memperkenalkan metode design thinking kepada para IKM Sidoarjo untuk berpikir atau berproses kreatif dengan melibatkan hubungan emosional. Metode tersebut, menurutnya bertujuan agar solusi yg dihasilkan bisa menarik perhatian dan disukai.”Empati menjadi kunci utamanya. Proses empati ini dilakukan dengan cara melihat dengan “kacamata” orang lain, sehingga tercipta hubungan emosional tadi. Nah, hubungan emosional sendiri terdiri dari unsur estetika, role model, fun, dan playfull,” paparnya. Selain itu, Donald Lantu,PHD (Direktur CIEL dan Klinik UKM BDG), juga berkesempatan mempresentasikan klinik UKM Bandung yang merupakan pusat aktivitas pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), inovasi, kewirausahaan, dan kepemimpinan. Ia memaparkan Klinik UKM Bandung, sebagai pusat studi UKM, CIEL membantu UKM dengan memberikan pelatihan dan pendampingan untuk pengembangan usaha. Saat ini, CIEL memiliki dua program unggulan untuk pengembangan UKM Kreatif (selanjutnya akan disebut UKM) yaitu Klinik UKM Bandung dan Top 20 Produk Kreatif Bandung, yang merupakan kerjasama antara CIEL SBM ITB (Universitas), Pemerintah Kota Bandung (government), dan BCCF-Bandung Creative City Forum (komunitas). Program ini didukung oleh pihak Pemerintah Inggris yaitu dari Kedutaan Besar Inggris. Donald menyampaikan Program Klinik UKM Bandung (Usaha Kecil dan Menengah) memfokuskan pada permasalahan utama yang dihadapi oleh UKM, kemudian memberikan pendampingan mentoring dan pelatihan secara intensif dan variatif (customized), oleh para pelaku usaha terbaik di bidangnya sebagai konsultan, mentor, dan instruktur, sehingga UKM dapat bertumbuh dan menjadi lokomotif pengembangan ekonomi Bandung. Ia mengungkapkan saat ini Klinik UKM Bandung sudah memiliki 72 peserta
12
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
(kanan-kiri) Di ruang sarasehan Kantor BCCF Bandung, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes (Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, ESDM Kabupaten Sidoarjo), H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM (Wabup Sidoarjo), Ir.Handajani, MM (Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo), Yayuk Pudji Rahayu,SH,MH (Kabid Perindustrian Sidoarjo)
(kanan-kiri) Donald.C.Lantu, PHD (Direktur CIEL dan Klinik UKM Bandung), Yayuk Pudji Rahayu,SH,MH (Kabid Perindustrian Sidoarjo)
UKM dari sektor mode, kuliner dan kerajinan yang berasal dari seluruh kota Bandung. Program TOP 20 Produk Kreatif Bandung adalah program yang fokus pada sektor UKM kreatif di kota Bandung yang bertujuan untuk menghasilkan 20 kategori produk kreatif unggulan khas Bandung yang akan memperkaya Bandung sebagai kota kreatif. Saat ini ada kurang lebih 50 UKM yang mewakili produk kreatif unggulan Bandung. Sehingga total keseluruhan peserta lebih dari 120 UKM. Acara tersebut diakhiri dengan ramah tamah antara wakil Bupati Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH, bersama Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo, Ir. Handajani, MM dan Kepala Diskoperindag dan ESDM, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes serta jajaran rumah kreatif BCCF Bandung dan IKM Bandung.
2014
Creative Products, which is a collaboration between CIEL SBM ITB (University), Government of Bandung (government), and BCCF - Bandung Creative City Forum (community). The program is supported by the British Government, it’s the British Embassy. Donald convey Clinic Program Bandung SMEs (Small and Medium Enterprises) is to focus on the main problems faced by IKMs, and provide mentoring and intensive training and varied (customized), the best business people in the field as a consultant, mentor, and instructor, so that IKMs can grow and become a locomotive of economic development Bandung. He revealed today Clinic SMEs Bandung already has 72 participants from the IKM fashion sectors, food and crafts from all over Bandung. The TOP 20 Creative Products Bandung program is a program that focuses on creative IKM sector in the city that aims to produce 20 categories of superior creative product that will enrich the typical Bandung as a creative city. Currently there are approximately 50 IKMs representing superior creative product Bandung. So that the overall total of more than 120 IKM participants. The event ended with a suave between the vice-regent of Sidoarjo, H. MG. Hadi Sutjipto, SH, together with the Office of the Assistant Secretary for Economic and Regional Development Sidoarjo, Ir. Handajani, MM and Head Diskoperindag and EMR, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes and the ranks of creative home BCCF Bandung and IKMs.
Donald Lantu, PHD
KIAT-KIAT SUKSES UKM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Tips To Be Successful UKM In Order To Face Asean Economic Community (AEC) 2015 Dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASIAN tahun 2015, terdapat peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar. Dan peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. In order to establish ASIAN Economic Community in 2015, there are a lot of great opportunities for UKM to grab market potential. The investment opportunities should be good to use.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
13
U
ntuk memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi UKM menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Pada saat MEA tahun 2015 diterapkan, diperkirakan akan terjadi perubahanperubahan perilaku pasar dengan ciri-ciri : 1. Karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, dan bentuk organisasi yang cenderung membentuk jejaring (network). 2. Tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan pertum buhan yang didorong oleh inovasi atau pengetahuan; didukung teknologi digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya; mengutamakan research and develop ment; serta mengembangkan aliansi dan kolaborasi dengan bisnis lainnya. Oleh karena itulah, mulai saat ini UKM
harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan. Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA pada tahun 2015. Donald Lantu, Phd adalah seorang profesional di bidang Bisnis dan Manajemen dari Institut Teknologi Bandung yang sukses sebagai pimpinan di sekolah bisnis dan manajemen ITB
(kanan-kiri) Astri Lazuardini (Batik Kunto), Hariyani (Tas Kulit Lukis) Zakiyah Handayani (Bordir), Donald.C.Lantu, PHD (Direktur CIEL dan Klinik UKM Bandung), Yayuk Pudji Rahayu,SH,MH (Kabid Perindustrian Sidoarjo), Junaidi (Kulit INTAKO Tanggulangin).
(kanan-kiri) Donald.C.Lantu, PHD (Direktur CIEL dan Klinik UKM Bandung), Fikri Satari (Ketua BCCF Bandung), Muhammad Lukman (IKM Batik Fractal Bandung)
14
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
T
o take advantage of these opportunities, the hardest challenge for IKMs to face MEA is how to be able to use the right strategy to win the rivalry. By the time when MEA 2015 is applied, it is to be estimated that there will be characteristics changes in market behavior: 1. Dynamic market type, global competition, and organizational forms that could tend to form a network. 2. The level of industrial production is flexible with the growth were driven by innovation or knowledge; supported by digital technology; source of competition on innovation, quality, time, and costs; prioritizing research and development; and develop alliances also collaboration with other businesses. Therefore, from now on IKMs should start to improve in order to face an increasingly open market behavior in the future. IKMs should no longer have to rely on cheap labor in developing its business. Creativity and innovation through the support of research and development is very important to note. Cooperation and the establishment of business networks, both inside and outside the country with fellow IKMs and large businesses should be developed. The role of government would be especially important to take them in order to compete with other businesses in the MEA in 2015. Donald Lantu, PhD is a professional in the field of Business and Management from the Institute of Technology Bandung who were succeed as a leader in business and management schools ITB. Currently, he is leading the IKM clinics in London by targeting the creation of scholargeneration young entrepreneurs Bandung. IKM clinics Bandung truly is a cross-platform or platform for business, academia, government, community and foreign partners to collaborate to build a creative small businesses in the city. Before the 2015 ASEAN free market began to be implemented, it is better if the community, especially IKMs to know how to improve their competitiveness ahead of the free market in 2015. Therefore, in order not to lose with foreign products, the IKMs should start to improve competitiveness local products ahead of the free market in 2015. Donald Lantu, in his presentation at the workshop of IKMs in Bandung communication forums and have some special tips for IKMs to face the international free market in 2015. Following the successful issue of IKMs to improve the competitiveness of local products ahead of the free market in 2015: • Must willing to learn, means that businessesmen must look at the existing market share. In addition, IKMs also have to look the existing trends in society. Likewise with
•
•
(kanan-kiri) DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes (Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, ESDM Kabupaten Sidoarjo), H. MG. Hadi Sutjipto, SH, MM (Wabup Sidoarjo), Ir.Handajani, MM (Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo).
Bandung. Saat ini ia juga memimpin klinik IKM di Bandung dengan membidik penciptaan generasi scholar-entrepreneur muda Bandung. Klinik UKM Bandung sejatinya adalah sebuah cross-Platform atau wadah bagi pelaku usaha, akademisi, pemerintah, komunitas dan mitra luar negeri untuk berkolaborasi membangun usaha kecil kreatif di kota Bandung. Sebelum pasar bebas ASEAN 2015 mulai dilaksanakan, ada baiknya bila masyarakat khususnya pelaku UKM mengetahui cara meningkatkan daya saing UKM jelang pasar bebas 2015. Oleh sebab itu agar tak kalah bersaing dengan produkproduk asing, para pelaku UKM harus mulai berbenah diri untuk meningkatkan daya saing produk lokal jelang pasar bebas 2015. Donald Lantu, dalam presentasinya pada kegiatan sarasehan forum komunikasi IKM di Bandung lalu mempunyai beberapa kiat khusus untuk para IKM menghadapi pasar bebas internasional 2015. Berikut kiat sukses IKM untuk meningkatkan daya saing produk lokal jelang pasar bebas 2015 : • Harus mau belajar artinya pelaku usaha harus melihat pangsa pasar yang ada. Selain itu IKM juga harus melihat trend yang ada di masyarakat. Begitu juga dengan konsistensitas, IKM harus konsisten menjaga kualitas produk. Buatlah standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam setiap proses produksi, agar barang-barang yang Anda pasarkan memiliki kualitas atau standar mutu yang terjamin. • Harus mau belajar mengemas produk dengan baik. Tambahkan daya saing UKM melalui packaging produk yang menarik. Seperti kita
ketahui bersama, sampai saat ini packaging produk menjadi salah satu faktor pendorong bagi para calon konsumen untuk melakukan transaksi pembelian. Karenanya selain menjaga kualitas produk, hal lain yang perlu diperhatikan para pelaku UKM adalah mendesain packaging yang menarik, serta mencantumkan logo dan nama produk di setiap kemasan produk. • Harus berani bersaing dari segi harga. Salah satu keunggulan produk China di pasar dunia yaitu harga jualnya terkenal lebih murah dibandingkan produk-produk dari negara lainnya. Langkah ini bisa Anda tiru, dengan cara membuat biaya produksi seefisien mungkin agar harga jual produk bisa lebih murah dibandingkan produk serupa di pasar bebas 2015. • Harus mampu dalam penguatan memanagerial organisasi dan pengelo laan keuangan, penguatan permodalan, pemasaran hasil produksi serta penguatan sarana teknologi tepat guna. • Harus mampu menjaga loyalitas konsumen. Memiliki banyak pelanggan setia menjadi kunci utama kesuksesan Anda untuk menghadapi persaingan bebas 2015. Ketika konsumen Anda memiliki loyalitas yang cukup tinggi terhadap produk-produk yang Anda pasarkan, maka sebagai pelaku UKM Anda tak perlu khawatir ditinggalkan konsumen ketika produk-produk dari negara tetangga mulai berdatangan ke Indonesia. Demikian kiat-kiat sukses yang wajib untuk dimiliki oleh pelaku usaha UMKM agar dapat menjalankan usaha dengan benar dan berhasil.
•
•
consistency, IKMs must consistently maintain the quality of the product. Make a standard operating procedure (SOP) that is evident in every process of production, so that your goods have the standard quality. Must willing to learn how to pack the product well. Add the competitiveness of IKMs through attractive packaging products. As we all know, nowdays the product’s packaging is the one of the main factors for potential customers to make their purchases. Therefore, besides maintaining the quality of the product, other things that need to be considered for IKMs is an attractive packaging design, include the logo and the name of the product in each product packaging. Must dare to compete in terms of price. One of the advantage of Chinese products in the world market is the selling price is less than the products from other countries. It is an imitation step, by making the cost of production as efficient as possible so that the selling price could be cheaper than similar products on the free market in 2015. Must be able to strengthening managerial of the organization and financial management, strengthening its capital, marketing products and strengthening the utilities of appropriate technology. Must able to maintain customer loyalty. To have many loyal customers is the key for the success to face free competition in 2015. When your consumer have a high loyalty to your products, then as IKMs you do not have to worry the consumers will leave your products rather to choose other products from neighboring countries.
Those are the tips for success that must be owned by the entrepreneurs of IKMs in order to run the business properly and successfully.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
15
WORKSHOP TENTANG FASILITASI FORUM KOMUNIKASI DAN PENINGKATAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN IKM SIDOARJO The Facilitie Of Communication Forum And The Improvement Of Sidoarjo IKMs Enterpreneurs Motivation Workshop Salah satu perhatian nyata Pemkab Sidoarjo melalui Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo kepada para IKM di Sidoarjo adalah mengajak pelaku IKM melakukan kunjungan kerja kerja ke Bandung yang di laksanakan Tgl. 28 hingga 30 November 2014 lalu di Ballroom Hotel H Clarity, Cihampelas Kota Bandung. One of the obvious concerns of Sidoarjo regency through Diskoperindag and EMR Sidoarjo to the IKMs in Sidoarjo is to invite IKM parties is working visit to Bandung which held at the Ballroom of Hotel H Clarity, Cihampelas Bandung on 28 to 30 November 2014.
16
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
A
cara tersebut dihadiri oleh 25 pelaku IKM Sidoarjo, BCCF Bandung dan perwakilan IKM Bandung. Salah satu agenda kunjungan kerja tersebut adalah Seminar atau workshop terkait Fasilitasi Forum Komunikasi dan Peningkatan Motivasi Kewirausahaan IKM di Sidoarjo oleh BCCF Bandung. Workshop tersebut dibuka dengan sambutan Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan dan ESDM, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes dengan memberikan apresiasi kepada BCCF Bandung serta pelaku IKM Bandung atas terselenggaranya acara tersebut. Ia berharap, dengan terselenggaranya forum komunikasi tersebut, semangat para IKM Sidoarjo bisa tumbuh kembali. ”Tujuan acara ini menurutnya supaya bisa menumbuhkembangkan semangat kembali para IKM Sidoarjo yang sempat terpuruk akibat bencana lumpur Lapindo lalu,” ucapnya. Fenny mengatakan, sesuai dengan data BPS 2013, prosentase pertumbuhan
ekonomi di Sidoarjo cukup tinggi baik di tingkat nasional ataupun di Jawa Timur dengan prosentase, tingkat nasional mencapai 5,4 persen dan Jawa Timur sebesar 6,5 persen. “Kenaikan tersebut bisa dicapai salah satunya dengan kontribusi yang diberikan dari sentra IKM di Sidoarjo. Saat ini jumlah IKM di Sidoarjo sudah mencapai 14.182 dan 171.264 untuk mikro usaha kecil menengah,” ungkapnya. Dengan capaian tersebut, Fenny optimis IKM dan IKM Sidoarjo akan mampu membangkitkan perekonomian di Sidoarjo serta menyambut pasar Internasioal pada Januari 2015. Pada acara tersebut, tak lupa Kepala Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo itu juga memperkenalkan ikon-ikon IKM Sidoarjo dari berbagai produk yang telah hadir pada acara tersebut. Selanjutnya, sambutan dari Sekjen BCCF Bandung, DR. Dwinita Larasati, MA yang menggambarkan sekilas tentang IKM yang ada di Bandung. Ia memaparkan
DR. Dwinita Larasati,MA (Sekjen BCCF dan Dosen Fakultas Desain Seni Rupa ITB) memberikan workshop Design Thinking kepada peserta worshop.
Suasana workshop Design Thinking IKM Sidoarjo dan IKM Bandung.
T
he event was attended by 25 parties of IKMs Sidoarjo, BCCF Bandung and some representatives of Bandung IKMs. One of the agenda of the working visit is related to seminar or workshop of facilitate of communication forum and the improvement of Sidoarjo IKMs enterpreneurs motivation by BCCF Bandung. The workshop was opened with a speech from the head of Dept. of Cooperation, Trade and Industry and Energy, DR. Fenny Apridawati, SKM, M. Kes with appreciation to BCCF HPI Bandung and parties for the implementation of the event. She hoped with the implementation of the communication forum, the spirit of the IKMs Sidoarjo can grow back. "The purpose of this event is to bringback the spirit of Sidoarjo IKMs after Lapindo mudflow disaster.” Fenny said, according to the BPS data in 2013, the percentage of economic growth in Sidoarjo is quite high both at the national level and in East Java with the percentage the national rate at 5.4 percent and 6.5 percent in East Java. "The increase can be achieved either by contributions made from the center of IKMs in Sidoarjo. Currently the number of IKMs in Sidoarjo already reached 14,182 and 171 264 for micro small and medium businesses." She said. With these achievements, Fenny optimistic Sidoarjo IKMs will be able to revive the economy in Sidoarjo and facing the International market in January 2015. Also at this event, the Head Diskoperindag and EMR Sidoarjo introduces Sidoarjo IKMs icons from various products that have been present at the event. Furthermore, the remarks from SecretaryGeneral's BCCF Bandung, Dr. Dwinita Larasati depicting a glimpse of IKMs in Bandung. She said to attract a product HPI, HPI offender must use a lot of elements to develop creativity and innovation, including, HR, Vendor, Material around them. However it must be considered by the perpetrators of IKMs is taking the existing Natural Resources without damaging nature and the environment. As for the consumer's attention, Dwinita Larasati are awarded as a creative consultant of the Ministry of Trade of Indonesia, in 2010 and it was revealed that the design of a product must also be considered. "More importantly, the design process should be fun, to prevent boredom customers and establish a solid forum." She said. A similar sentiment also expressed by the Office of the Assistant Secretary for Economic and Regional Development Sidoarjo, Ir. Han dajani, MM. She hopes the communication forum could provide inspiration for the IKMs in Sidoarjo. In addition, she expects ahead will established a partnership between the IKM Bandung with IKMs in Sidoarjo. Furthermore, at the forum, DR. Dwinita Larasati, MA, secretary general of the BCCF and a professor of fine arts design ITB express her presentation with theme of Design Thinking and the stages.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
17
untuk menarik sebuah produk IKM, pelaku IKM harus menggunakan banyak elemen untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya, diantaranya, SDM, Vendor, Material yang ada di sekelilingnya. Namun, masih menurut Tita, sapaan akrabnya, yang harus diperhatikan oleh para pelaku IKM adalah memakai Sumber Daya Alam yang ada tanpa harus merusak alam dan lingkungan. Sedangkan untuk menarik perhatian konsumen, Tita yang mendapatkan penghargaan sebagai konsultan kreatif dari Kementrian Perdagangan Indonesia, tahun 2010 itu mengungkapkan bahwa desain dari sebuah produk juga harus diperhatikan. “Yang terpenting proses desain harus menyenangkan, untuk mencegah kebosanan para konsumen serta membentuk forum yang solid,” ungkapnya.
18
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
Hal senada juga diungkapkan Asisten Dinas Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo, Ir. Handajani, MM dalam sambutannya. Ia berharap forum komunikasi tersebut bisa memberi inspirasi bagi para IKM di Sidoarjo. Selain itu juga, Ia megharapkan ke depan terjalin kemitraan antara para IKM Bandung dengan IKM di Sidoarjo. Selanjutnya, pada forum tersebut, DR. Dwinita Larasati, MA, sekjen BCCF dan dosen fakultas desain seni rupa ITB menyampaikan presentasinya dengan tema Design Thinking dan tahapannya. Dalam presentasinya, Tita menyampaikan tahun 2013, Ia mengaplikasikan metode Design Thinking sebagai upaya Urban Mobility untuk mengatasi beberapa masalah di Bandung. Salah satunya adalah masalah kemacetan lalu lintas di Bandung.
2014
In her presentation, Dwinita Larasati conveyed in 2013, she applied a methods of Design Thinking as Urban Mobility attempt to overcome some of the problems in Bandung. One is the problem of traffic congestion in London. She said the efforts and measures would also involve the Government of Bandung and services - related services, elements of society, community leaders and communities in Bandung. Those steps, according Dwinta Larasati proven to make a points of congestion in Bandung reduced. After giving a presentation about the introduction of Design Thinking and stages, Dwinita Larasati and BCCF invited workshop participants consisted of IKMs Sidoarjo and IKM Bandung to apply the method of the workshop. The next stage, the Secretary General of the BCCF workshop invites participants to analyze all the data by collected relating to the BCCF, work programs and IKMs BCCF Bandung. She grouped the IKM participants both from Sidoarjo and Bandung to discuss and share among IKMs. In addition, workshop participants took turns coming to the booths both from IKMs Sidoarjo and IKMs Bandung to make observations of each product. After the observation, all workshop participants must analyze all the data that collected and discussed by the group. Dwinita Larasati also asked the participants to present IKM products were on display at the event and asked the participants to apply the theme of the workshop with a variety of concepts, creativity and innovation participants. On that occasion, guided by a guide workshop, participants are directly involved in making a rough draft or prototype of ideasgenerated by brainstorming. All participants were responsive to present IKM products are made. After the break, the session continued with a presentation of their prototype work - each group and mutual criticism and suggestions as input. Workshop more festive atmosphere, when all participants both IKMs Sidoarjo and IKMs Bandung look to work together and support each other. After dinner, the next session followed by a declaration of the Forum BCCF Bandung with Diskoperindag and EMR Sidoarjo and the IKMs Sidoarjo. Entering the main event, workshop featuring a fashion shows by IKMs Sidoarjo stuffs, played by each representative IKM Sidoarjo and IKM Bandung. At the event, participants walked among IKMs tables roundtable visitors using the music that has been prepared. The workshop was a forum for communication and increase motivation entrepreneurial IKMs Sidoarjo with the closing remarks of the Chairman BCCF, Fikri Satari, Kadiskoperindag and EMR Sidoarjo and the Regional Secretary, followed by an exchange of souvenirs of eachs representative.
Ia memaparkan, upaya dan langkah tersebut juga melibatkan Pemerintah kota Bandung dan dinas-dinas yang terkait, elemen masyarakat, tokoh masyarakat dan komunitas yang ada di Bandung. Langkah tersebut, menurut Dwinta Larasati terbukti bisa membuat titik-titik kemacetan di Bandung berkurang. Setelah memberikan presentasi tentang pengenalan Design Thinking dan tahapannya, Tita dan BCCF mengajak para peserta workshop yang terdiri dari IKM Sidoarjo dan IKM Bandung untuk mengaplikasikan metode dari workshop tersebut. Tahapan selanjutnya, Sekjen BCCF itu mengajak peserta workshop untuk menganalisa semua data yang terkumpul yang berhubungan dengan BCCF, program kerja BCCF dan IKM Bandung.
Ia mengelompokkan peserta IKM baik dari Sidoarjo dan Bandung untuk berdiskusi dan berbagi antar IKM. Selain itu, Peserta workshop bergantian datang ke stand-stand baik IKM Sidoarjo maupun IKM Bandung untuk melakukan observasi dari masing-masing produk. Setelah melakukan observasi, seluruh peserta workshop menganalisa semua data yang terkumpul dan berdiskusi melalui kelompok. Tita juga mengajak para peserta untuk mempresentasikan produk IKM yang dipamerkan di acara tersebut serta meminta peserta untuk mengaplikasikan tema workshop dengan berbagai konsep, kreativitas dan inovasi peserta. Pada kesempatan tersebut, dipandu oleh pemandu workshop, peserta dilibatkan secara langsung
LOT OF SCIENCE OBTAINED On the occasion, DR. Dwinta Larasati, MA is very appreciated for the implementation of this cooperation. "A lot of experience and knowledge can be applied in this workshop. We can exchange experiences both from the production process to the concept used of each from IKM Bandung and IKM Sidoarjo. "She said. She also recalled the experiences related to the establishment of the IKM clinics and issues of methods of Design Thinking and creativity and innovation - innovation does. According to him, the formation of the community container originated from frequent community gathering - creative community that then do something together to generate new business and give birth to innovations of creative actors. Many of the processes according to Dwinita Larasati must be passed to release IKM clinics in the city today. "Initially we began mapping of IKMs in each region in Bandung. Assisted by the community in contributing ideas Bandung. "She said. The next method, still according to Dwinita Larasati, repetition of any problems that arised both from each component. Afterwards, formulated in a formulation and conducted empowerment of the formulation. "And finally, was born in Bandung IKMs Clinic consisting of 20 IKM that were choosen." She explained She admitted, 20 IKM is a choices of methods of design thinking process consisting of creativity economic actors. "We are deliberately targeting young people to engage in the creative world. They still have a new spirit and ideas - fresh ideas that can be displayed.”
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
19
dalam membuat rancangan kasar atau prototype dari ide-ide yang dihasilkan oleh brainstorming. Semua peserta terlihat responsif dalam mempresentasikan produk IKM yang dibuatnya. Setelah istirahat, sesi acara dilanjutkan dengan presentasi karya prototipe dari masing-masing kelompok dan saling memberikan kritik dan saran sebagai masukan. Suasana workshop semakin meriah, ketika semua peserta baik IKM Sidoarjo dan IKM Bandung terlihat saling bekerja sama dan saling mendukung. Usai jamuan makan malam, sesi selanjutnya dilanjutkan dengan deklarasi antara Forum BCCF Bandung dengan Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo dan
20
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
para IKM Sidoarjo. Memasuki acara puncak, acara workshop menampilkan fashion show dari karya-karya IKM Sidoarjo yang diperankan oleh masing-masing perwakilan IKM Sidoarjo dan IKM Bandung. Pada acara tersebut, peserta IKM berjalan diantara meja-meja roundtable pengunjung dengan menggunakan iringan musik yang telah dipersiapkan. Acara workshop forum komunikasi dan peningkatan motivasi kewirausahaan IKM Sidoarjo dengan sambutan penutup dari Ketua BCCF, Fikri Satari, Kadiskoperindag dan ESDM Sidoarjo serta Sekretaris Daerah Sidoarjo, disusul dengan pertukaran cinderamata dari masingmasing perwakilan.
2014
BANYAK ILMU YANG DIDAPATKAN Pada kesempatan tersebut, DR. Dwinta Larasati, MM sangat mengapresiasi atas terselenggaranya kerjasama ini. “Banyak pengalaman dan ilmu bisa diaplikasikan di workshop ini. Kita bisa bertukar pengalaman baik dari proses produksi hingga konsep yang digunakan dari masing-masing IKM Bandung dan Sidoarjo,” ungkapnya. Ia juga menceritakan berbagai pengalaman terkait terbentuknya klinik IKM serta berbagai hal tentang metode Design Thinking serta kreativitas dan inovasi-inovasi yang dilakukannya. Menurutnya, terbentuknya wadah komunitas tersebut ini berawal dari sering berkumpulnya komunitas-komunitas kreatif yang kemudian berbuat sesuatu bersama sehingga menghasilkan bisnis baru dan melahirkan inovasi-inovasi dari pelaku kreatif. Banyak proses menurut Tita yang harus dilalui untuk melahirkan klinik IKM di kota Bandung saat ini. “Awalnya kita mulai melakukan pemetaan IKM di setiap wilayah di Bandung. Dibantu oleh komunitas-komunitas Bandung dalam menyumbangkan ide kreativnya,” ujarnya. Metode selanjutnya, masih menurutnya, dilakukan pengulangan dari setiap persoalan yang muncul baik dari setiap komponen. Setelah itu barulah dirumuskan dalam sebuah formulasi dan dilakukan pemberdayaan dari formulasi tersebut.”Dan akhirnya, lahirlah Klinik IKM di Bandung yang terdiri dari 20 IKM pilihan,” jelasnya. Ia mengakui, 20 IKM tersebut merupakan pilihan dari proses metode design thinking yang terdiri dari kreativitas pelaku ekonomi. “Kami sengaja membidik anak muda untuk terjun dalam dunia kreatif ini. Mereka masih mempunyai semangat baru serta ide-ide segar yang bisa ditampilkan,” akunya.
Workshop Fasilitasi Forum Komunikasi dan Peningkatan Motivasi Kewirausahaan IKM Sidoarjo
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
21
Fashion Show Produk IKM Sidoarjo dan IKM Bandung
22
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
Pameran Produk IKM Sidoarjo dan IKM Bandung
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
23
Pameran Produk IKM Sidoarjo dan IKM Bandung
24
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
Pameran Produk IKM Sidoarjo dan IKM Bandung
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
25
INDUSTRI KUE DI KECAMATAN SIDOARJO CAKE INDUSTRY IN DISTRICT SIDOARJO
TERUS BERKEMBANG KARENA
MENJAGA KUALITAS PRODUK Keep Growing For Keeping Quality Products
Ada banyak varian cake yang bisa dengan mudah kita buat atau beli. Dari rasa, tekstur, warna hingga bentuk yang beraneka ragam membuat cake semakin banyak diminati. There are many variants of cake that can easily be made or bought. Of taste, texture, color to shape the diverse make the cake more and more in demand. 26
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
S
alah satu varian cake yang terkenal di dunia adalah Brownies. Cake yang satu ini memang banyak disukai tidak hanya di Indonesia tapi juga di Negara-negara lainya. Yang menjadi keunikan cake ini adalah teksturnya yang bantat alias tidak mengembang, sedikit basah, pori-pori cake agak kasar, dan cita rasa cokelat yang sangat kental di tiap potongannya. Pertama kali Brownies dibuat dengan cara dipanggang, namun seiring berkembangnya kreatifitas kuliner diciptakan pula Brownies Kukus dan Brownies Cookies. Kelezatan brownies kukus ternyata tidak hanya berhasil memikat lidah masyarakat luas, makanan ini ternyata juga memberikan sejarah penting bagi Mia Lisa Hernayani dan suaminya Tri Agung Oky H dalam mengawali kisah suksesnya di dunia usaha. Berawal dari bisnis keluarga pada 2009, sebuah industri yang memproduksi aneka jenis brownies hadir di Sidoarjo. Mia Lisa Hernayani, ibu rumah tangga yang hoby membuat kue mengamati kalangan masyarakat yang melirik kue brownis kukus. Dari sinilah timbul ide untuk membuat
brownies kukus yang bisa dinikmati setiap lapisan masyarakat dengan harga yang terjangkau dan kemasan ekonomis. Mia mengungkapkan saat itu dirinya sudah tidak aktif bekerja di sebuah bank swasta. “Banyak waktu luang yang bisa saya pakai untuk mencoba aneka macam resep brownies,” ungkapnya saat itu. Mia mencoba banyak resep di internet dan membaca buku resep untuk kue brownies. Ia mencoba resep tersebut hingga berulang-ulang, sampai akhirnya menemukan takaran yang pas untuk brownies kukus tersebut. Ia mengatakan dari berbagai macam resep tersebut akhirnya tercipta brownies kukus yang lembut, enak kualitas tinggi dan bisa dinikmati bukan hanya kelas atas karena harga jualnya terjangkau. “Modal kami tidak besar saat itu. Akhirnya kita putuskan mencetak kemasan yang sederhana untuk kue brownies kukus kami,” katanya.
O
ne variant of the famous cake in the world is the Brownies. Cake of this one was much favored not only in Indonesia but also in the other countries. Which are unique to this cake is sodden texture alias will not expand, a little wet, the pores of the cake a bit rough, and the taste of chocolate is very thick in each piece. First Brownies made with roasted, but as the development of culinary creativity created anyway Steamed Brownies and Cookies Brownies. Delicacy steamed brownies turned out not only managed to attract the public tongue, this food was also providing an important history for Mia Lisa Hernayani and her husband Tri Agung Oky H in the success story started in the business world. Starting from the family business in 2009, an industry that produces various kinds of brownies comes in Sidoarjo. Mia Lisa Hernayani, hobby housewife who makes cakes observed among people who glanced steamed brownies cake. From this arose the idea to make steamed brownies that can be enjoyed by all levels of society at an affordable price and economical packaging. Mia revealed today that he had not actively working in a private bank. "A lot of free time which I can use to try various kinds of brownie recipe," she said. Mia tried many recipes on the internet and read a cookbook for baking brownies. He tried the recipe up over and over-again, until finally finding the right dose for the steamed brownies. She said from a variety of recipes that finally created a soft steamed brownies, delicious high quality and can be enjoyed not only the upper class because the selling price is affordable. "Our capital is not great at it. Finally we decided to print a simple packaging for our steamed brownies," she said. In the beginning Mia offering to neighbors and friends. It turns out a lot of love. They said the homemade brownies are very soft and tasty. Not inferior to other brownies. Therefore he ventured to sell in the Sidoarjo city square. Public response is quite good, promo time in one day it could be sold more than 50 boxes. After the initial sale, steamed brownies orders skyrocketed. "Because of the opportunities and demands promising consumer market, we finally decided to rent a booth at Suncity Mall Sidoarjo," she said again. Women born in Malang it outlines, initially, she assisted her husband, a friend and a brother to develop the business. Start of production, delivery to our sales did alternately. Four months later opened again one outlet store branded Omira Brownies. Omira, according to Mia, is a combination of her name, her husband, and her son (Oky, Mia, Rafif) or Gifts From the People. "We are very grateful, because now there are 4 outlets in area
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
27
Awalnya Mia menawarkan ke tetangga dan teman-teman. Ternyata banyak yang suka. Mereka mengatakan brownies buatannya sangat lembut dan enak. Tidak kalah dengan brownies lainnya. Karena itu ia memberanikan diri berjualan di alun-alun Sidoarjo. Respon masyarakat cukup baik, waktu promo dalam 1 hari itu bisa terjual lebih dari 50 dus. Setelah penjualan perdana tersebut, pesanan brownies kukus melejit. “Karena melihat peluang dan permintaan pasar konsumen yang cukup menjanjikan, akhirnya kami putuskan untuk menyewa stan di Suncity Mall Sidoarjo,” ujarnya lagi. Wanita kelahiran Malang itu menguraikan, awalnya dirinya dibantu suami, teman, dan seorang saudara untuk mengembangkan bisnisnya itu. Mulai dari produksi, pengiriman hingga penjualan kami lakukan bergantian. Empat bulan kemudian dibuka lagi satu outlet toko brownies bermerk Omira. Omira, menurut Mia, adalah perpaduan dari namanya, suami, dan anaknya (Oky, Mia, Rafif) atau Oleh-oleh Milik Rakyat. “Kami sangat bersyukur, karena saat ini sudah ada
28
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
4 outlet di daerah Sidoarjo, 1 outlet rombong keliling dan 1 outlet di Jember dan 3 outlet reseller,” lanjutnya. Untuk memenuhi permintaan dan pesanan konsumen Omira Brownies dibantu oleh 18 orang untuk staff, produksi dan penjualan. “Kita merekrut karyawan di sekitar tempat usaha sehingga lebih mudah dalam berkomunikasi,” tandasnya. Selain pesanan untuk berbagai acara, Mia menjual secara langsung melalui outlet, outlet reseller, pameran, event dan bazaar serta dari mulut ke mulut dan media sosial. Berbagai upaya terus dilakukan agar usaha semakin berkembang seperti desain kemasan, brosur atau material promosi lainnya. Dengan menawarkan lebih dari 15 varian produk, baik jenis brownies maupun cakes, saat ini penjualan Omira brownies bisa mencapai ribuan kotak untuk setiap harinya. Namun, yang paling berkesan bagi Mia ketika menerima pesanan untuk acara hajatan pernikahan dan harus dikirim ke Sampang Madura dengan jumlah 2000 kotak dengan harga jual tiap produk berkisar antara Rp.15 sampai Rp.20 ribu.
2014
Sidoarjo, 1 outlet cart and 1 outlet in Jember and 3 outlets resellers," she continued. To meet consumer demand and orders Omira Brownies assisted by 18 people staff, production and sales. "We recruit employees in nearby businesses making it easier to communicate," she said. In addition to orders for a variety of events, Mia sell directly through the outlet, outlet resellers, exhibitions, events and bazaars as well as word of mouth and social media. Many efforts have been done to growing businesses such as packaging design, brochures or other promotional material. By offering more than 15 product variants, types of brownies or cake's, nowadays the selling of Omira Brownies can reach thousands of boxes for each day. However, the most memorable for Mia when accepting orders for the wedding celebration and should be sent to Sampang, Madura with number 2000 box with a selling price of each product ranges from 15 thousand rupiahs to 20 thousand rupiahs.
INDUSTRI SENI KACA DI KECAMATAN SIDOARJO ART GLASS INDUSTRY IN DISTRICT SIDOARJO
INOVASI PRODUK MENJADI ANDALAN Product Innovation To Be Mainstay
Bidang usaha yang masih sangat minim pesaing di Indonesia adalah kerajinan kaca pyrex. Kerajinan kaca pyrex atau Sculpture art glass yang dibuat untuk souvenir, cinderamata, aksesoris, trofi, dan hiasan interior tersebut merupakan kerajinan tangan yang populer di negeri Malaysia dan dikenalkan di Indonesia sekitar tahun 2004. Business field is still very minimal competitor in Indonesia is pyrex glass craft. Sculpture pyrex glass craft or art glass made for souvenirs, souvenirs, accessories, trophies, and the interior decoration is a popular handicraft in the country of Malaysia and Indonesia introduced in about 2004. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
29
S
alah satu pelaku UKM Sidoarjo yang berani membidik bisnis tersebut adalah Andi Rifiansyah, pria asal Porong yang kini sukses membidangi kaca pyrex. Andi menceritakan kisahnya sebelum terjun ke dunia pyrex hingga menuai kesuksesan saat ini. Andi Rifiansyah, bapak satu anak ini mengawali karirnya pada tahun 1999 bergabung di perusahaan Roventi Karsatama sebagai karyawan. Perusahaan tersebut, menurutnya merupakan perusahaan Industri Indonesia di Malaysia. Sebuah keberuntungan baginya, setelah lulus dari STM Negeri 1 Sidoarjo, dirinya melamar kerja di perusahaan tersebut. Setelah melalui beberapa tes, Andi merupakan salah satu dari 60 orang yang terpilih. Tanpa diduga, pria kelahiran Porong
30
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
Sidoarjo tersebut masuk sebagai delegasi karyawan yang berkesempatan bekerja magang di Kuala Lumpur, Malaysia.” Waktu itu, saya langsung dikontrak perusahaan untuk sekolah di sana selama 3 tahun,” Ujarnya. Tahun 2000, Andi langsung terbang ke negeri Jiran, Malaysia. Dirinya merasa bangga atas prestasinya tersebut. Namun, jauh dalam hatinya, Andi merasa kesepian, karena harus berpisah dengan orang tua dan keluarga. ”Kangen mbak, tapi karena pekerjaan ya harus dijalani,” ujarnya mengisahkan. Selang dua tahun berjalan, tepatnya 2003, Perusahaan tempatnya bekerja memulangkan dirinya, karena sedang terlibat konflik internal.” Saya juga kaget, karena belum tiga tahun sudah
2014
O
ne of UKMs Sidoarjo who dare to target the business is Andi Rifiansyah, the man from Porong are now successfully charge pyrex glass. Andi tells her story before plunging into the world of pyrex to reap success today. Andi Rifiansyah, the father of the child and began his career in 1999 joined the company as an employee in Karsatama Roventi. The company, according to the Indonesian Industries company in Malaysia. A fortune for him, after graduating from STM 1 Sidoarjo, her job at the company. After several tests, Andi is one of 60 people selected. Unexpectedly, the man born in Porong Sidoarjo is entered as the employee delegates had the opportunity to work internship in Kuala Lumpur, Malaysia. "At that time, I immediately contracted companies to school there for three years," He said. In 2000, Andi flew into the neighbor country, Malaysia. He felt proud of their achievement. However, deep in his heart, Andi feel lonely, having to part with their parents and families. "I really miss my family, but because of the work it should be lived," He tells. After two years running, precisely 2003, the company was working to repatriate him, because he was involved in an internal conflict. "I was also surprised, because three years have not been discharged. But after receiving an explanation of the boss, we were finally back to Indonesia," He said. After arriving in Indonesia, Andi astonishment, when knowing the company where he worked went bankrupt and was forced to shut down. Because it does not work anymore, Andi then rotate the brain in order to generate more jobs. "I am looking for information to and fro on the pyrex raw materials. Finally I know know exactly where pyrex material obtained," He explained. Because the raw material can be relatively difficult in Indonesia, he then buy raw materials in the country pyrex Sakura, Japan. "Actually in Indonesia are also available, but the price is a little expensive. Because have relatives in Bandung who also bought in Japan, finally we work together to import materials stretcher," Andi said. Pyrex glass used Andi obtained by imports from Iwaki Glass, a glass company from Japan. "I have to pivot the two months before the goods at hand," said the man was the owner of Netha Art & Craft this. Furthermore, according to him when abundant orders and stock consumables, sometimes he also took materials from Malaysia," He added again. Furthermore, the husband of Pudji Astutik was revealed earlier capital invested in this pyrex craft business. He issued a fairly large capital to start. "At that time, I was only with 15 million rupiahs. I traded the tools and raw materials," He continued. Armed with the experience he can from the old company, while working as an employee he is determined to develop
dipulangkan. Tapi setelah mendapat penjelasan dari atasan, kami pun akhirnya kembali ke Indonesia,” tuturnya. Setelah sampai di Indonesia, Betapa terkejutnya Andi, ketika mengetahui perusahaan dimana ia bekerja mengalami kebangkrutan dan terpaksa ditutup. Karena sudah tidak bekerja lagi, Andi kemudian memutar otak supaya bisa menghasilkan pekerjaan lagi.” Saya cari info kesana kemari tentang bahan baku pyrex itu. Akhirnya saya tahu mengetahui persis dimana bahan pyrex didapat,” jelasnya. Karena bahan baku tergolong susah di dapat di Indonesia, Ia kemudian membeli bahan baku pyrex di negeri Sakura, Jepang. “ Sebenarnya di Indonesia juga ada, namun harganya sedikit mahal. Karena punya relasi di Bandung yang juga beli di Jepang, akhirnya kita bekerja sama mengimpor bahan terebut,” ujarnya. Kaca pyrex yang digunakan Andi didapatkan dengan impor dari Iwaki Glass, sebuah perusahaan kaca dari Jepang. “Saya harus inden dua bulan dulu sebelum barang di tangan,” tutur pria pemilik Netha Art & Craft ini. Lebih lanjut menurutnya bila pesanan melimpah dan stok bahan habis, kadang ia juga mengambil bahan dari Malaysia,” imbuhnya lagi. Lebih jauh, suami dari Pudji astutik itu mengungkapkan awal modal berinvestasi di bisnis kerajinan pyrex ini. Ia mengeluarkan modal yang lumayan besar untuk mengawalinya. “Waktu itu, saya hanya bermodalkan Rp. 15 juta. Saya belikan alat dan bahan baku,” lanjutnya.
Dengan berbekal pengalaman yang ia dapat dari perusahaan lama, selama bekerja sebagai karyawan dia nekat mengembangkan keahliannya tersebut untuk bertahan hidup. Dia memang tergolong orang muda yang cekatan, walaupun dengan latar belakang pendidikan yang hanya tamatan STM, tapi ternyata dia mempunyai keahlian khusus di bidang kerajinan pembuatan souvenir, pernak-pernik dan cindramata dengan bahan baku kaca pyrex atau yang disebut dengan kerajinan kaca cref. “Semua ilmu bisa didapat dimana saja mbak. Asalkan kita punya niat dan kesungguhan, pasti ada jalannya sendiri,” imbuhnya. Ketika ditanya terkait tentangan utama mengawali usaha mandiri itu, Andi dengan sedikit menghela nafas yang agak panjang dia menjawab, “Yang pasti pemasarannya, kalau soal membikin berapapun saya bisa. Awalnya saya harus menjemput bola dulu, dari pintu ke pintu, mengingat produksi saya ini tergolong komoditi selera dan kebetulan yang menyukai pun juga hanya kalangan menengah keatas atau dengan kata lain mereka yang punya selera tinggi, maka cara pemasarannya pun juga berbeda,” terang Andi. “Semuanya saya jelajahi tanpa kenal lelah walaupun saat itu penghasilannya cuma cukup untuk ongkos makan keluarga saja, berawal dari sanalah akhirnya saya bisa dapat pesanan-pesanan walaupun tidak dalam jumlah yang banyak,” kisahnya. Karena keuletan dan ketekunannya dalam bekerja, akhirnya membuahkan
his skills to survive. He is quite a young man who deftly, though with an educational background that just graduated from STM, but it turns out he has a particular expertise in the craft of making souvenirs, knick knacks and figures with Pyrex glass raw materials or the so-called glass craft cref. "All the knowledge available anywhere. Provided we have the intention and sincerity, there must be his own way,” He added. When asked the main opposition associated initiate an independent business, Andi with a little sigh rather long he replied, "To be sure of marketing, when it comes to make whatever I can. Initially I had to pick up the ball first, from door to door, remembering my production is classified as a commodity like taste and coincidence was also only middle class and above, or in other words those who have good taste, the way marketing was also different," Said Andi. "Everything I explore tirelessly even when the income is just enough for a family meal costs only, starting from where I could finally be able to orders although not in large numbers," He said. Because tenacity and perseverance in work, finally paid off. Now, in a day, Andi can produce 40 seeds, depending on the model. The more difficult the model is made, the longer the process," He said. To meet the needs of production, he assisted with 4 employees consisting of 2 people in production, one people for packaging and a delivery section, Andi can produce various models of craft pyrex. "Although I am willing to transmit zero my
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
31
hasil. Kini, dalam sehari, Andi bisa memproduksi 40 biji, tergantung model. Semakin susah model yang dibuat, semakin lama proses pengerjaannya,” ungkapnya. Untuk memenuhi kebutuhan produksi, dirinya dibantu dengan 4 karyawan yang terdiri dari 2 orang bagian produksi, satu orang untuk packaging dan seorang bagian pengiriman, Andi bisa memproduksi aneka model kerajinan pyrex. “ Walaupun dari nol saya rela menularkan ilmu saya pada mereka yang mau kerja menjadi karyawan saya,” ujarnya. “Kaca pyrex mirip dengan kristal, saking miripnya orang pasti percaya kalau itu kristal,” ujar perajin yang memulai usahanya pada Desember 2005 itu. Namun, menurut Andi, perbedaannya terletak pada proses pembuatan. Kerajinan kristal dibuat menggunakan cetakan sehingga mudah pecah dan tidak bisa diperbaiki bentuknya. Berbeda dengan kaca pyrex yang pembuatannya dipanaskan sambil dibentuk sesuai keinginan dengan burner las yang sudah dimodifikasi. Pada suhu normal (ruangan) kaca pyrex sangat keras, namun bila dipanaskan ia menjadi lentur. Api yang digunakan juga tidak boleh sembarangan. Bila dibakar dengan api biasa, kaca pyrex akan berwarna kehitaman. Itulah sebabnya Andi memodifikasi burner las miliknya dengan tabung oksigen. Andi menjelaskan, proses pembuatan tidak terlalu lama. Untuk karya berukuran kecil dengan bentuk binatang, Andi hanya butuh waktu sekitar 5 menit saja. Sementara untuk karya berukuran besar dengan tingkat kesulitan tinggi, ia butuh 3,5 jam. Karya ukuran kecil dibuat dari kaca pyrex dengan ukuran diameter 7 milimeter. Sedangkan karya berukuran besar biasanya memadukan penggunaan kaca pyrex ukuran diameter 7, 12 maupun 25 milimeter sesuai pesanan pelanggan. Pangsa pasar Andi sangat luas. Selain mengekspor produksinya ke mancanegara diantaranya, Jerman dan Australia, Ia juga sering mendapat order dari instansi pemerintah, baik Surabaya, Sidoarjo, maupun kota-kota lainnya. Peraih juara satu desain Cinderamata se Jawa Timur tahun 2009 itu mengaku kewalahan menghadapi banyaknya permintaan konsumen. Kendala yang dialami Andi saat ini adalah keterbatasan jumlah perajin kaca pyrex. Akibatnya, saat datang pesanan dalam jumlah besar, Andi mesti bekerja sendiri. Rencananya, ia akan memberikan pelatihan sekaligus berbagi keahlian agar jumlah perajin bisa bertambah. Bertempat tinggal di Perum Magersari Permai Blok A-6 Sidoarjo, Pria 36 tahun itu membuka showroom, yang kini sedang dalam renovasi perluasan. Untuk harga, Andi mematoknya dengan harga antara Rp. 20 ribu hingga jutaan rupiah. Harga tersebut disesuaikan dengan besar kecilnya barang dan tingkat kesulitannya.
32
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
Sedangkan desain, Ia mengaku membuat desain sendiri. Namun, tidak menutup diri, konsumen juga bisa membuat desain dan model sendiri. Bentuknya tinggal pilih, mau kuda, ulat, laba-laba dan masih banyak lagi. Di sisi lain, harganya ada yang bisa mencapai jutaan rupiah. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pembuatannya. “ Baru-baru ini, kami dapat pesanan dari yayasan Putri Indonesia Jawa Timur. Mereka pesan beberapa tropi untuk pemenang Putri Indonesia,” katanya bangga. Menghadapi pasar bebas 2015, ada tantangan tersendiri baginya. Meskipun begitu, pengusaha yang mendapat penghagaan sebagai professional award itu sangat yakin jika kualitas produknya jauh lebih baik dan bisa bersaing dengan Negara manapun. Andi punya cara khusus, agar bisnis pyrexnya itu kuat dan siap bersaing. Salah satunya adalah inovasi produk, meningkatkan pemasaran dan tetap menjaga kualitas.
2014
knowledge to those who want to work into my employees," He said. "Pyrex glass like crystal, was so closely the person must believe that the crystal," said craftsman who started his business in December 2005 it. However, according to Andi, the difference lies in the manufacturing process. Crystal crafts made using molds so easily broken and could not be improved shape. In contrast with the manufacture of pyrex glass heated with the desired shape with a modified welding burner. At normal temperatures (room) pyrex glass is very hard, but when heated it becomes pliable. Fires also should not be arbitrary. When burned to the ordinary, pyrex glass will be colored black. That is why Andi modify his welding burner with an oxygen tank. Andi explained, the manufacturing process is not too long. For small-sized work with animals, Andi only took about 5 minutes. While for large-sized work with a high degree of difficulty, it took 3.5 hours. Works of small size made of pyrex glass with a diameter of 7 mm. While large-sized works usually combine the use of glass pyrex diameter of 7, 12 and 25 millimeters according to customer orders. Andi very wide market share. In addition to exporting its products to foreign countries including, Germany and Australia, he also often gets orders from government agencies, both Surabaya, Sidoarjo, as well as other cities. Nobel winner of the design souvenirs East Java in 2009 was admitted overwhelmed by consumer demand. Constraints experienced by Andi today is the limited number of pyrex glass artisans. As a result, when the order came in large numbers, Andi must work alone. The plan, he will provide training as well as sharing of expertise in order to increase the number of craftsmen. Live in Perum Magersari Permai Blok A-6 Sidoarjo, 36-year-old man opened the showroom, which is currently under renovation expansion. For the price, Andi pricelist at between 20 thousand rupiahs to millions of dollars. This price is adjusted to the size of the goods and the degree of difficulty. While the design, he claimed to create your own design. However, it does not shut down, consumers can also create their own designs and models. Just choose the shape, like horses, worms, spiders and many more. On the other hand, there are costs that can reach millions of dollars. Depending on the size and the difficulty of manufacture. "Recently, we can order from the foundation of Miss Indonesia East Java. They messages some trophy for the winner of Miss Indonesia," He said proudly. Facing the free market in 2015, there is a challenge for him. Even so, the entrepreneur who received the award as a professional very sure if the product is much better quality and can compete with any country. Andi has a special way, so that it pyrex strong business and ready to compete. One of them is product innovation, marketing and maintaining improve quality.
INDUSTRI MAKANAN OLAHAN PISANG DI KOTA SIDOARJO BANANAS CUISINE INDUSTRY IN THE SIDOARJO CITY
Mengenalkan Sidoarjo Melalui Berbagai Olahan Pisang Introducing Sidoarjo Through Bananas Cuisine
Siapa bilang jadi wanita tak bisa sukses mengurus rumah tangga sekaligus bisnis? Salah satu wanita berikut ini membuktikan kemampuannya mengibarkan bendera bisnis dan membahagiakan keluarganya. Who says women can not be successful to take care of business at the same time while householding? One of these women proved her ability to fly the flag of business and a happy family. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
33
B
K
arena alam telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia. Begitulah setidaknya sosok lulusan Diploma Perhotelan Bandung ini berpikir kreatif. Lewat buah pisang yang mudah ditemukan di mana-mana, Ida Widyastuti berhasil menghantarkannya hingga Mancanegara. Kedengarannya memang bisnis ini sepele, namun permintaan keripik pisang buatannya yang semakin meningkat ini
34
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
membuka peluang usaha bagi 50 UKM binaan Mekarsari yang tersebar di seluruh wilayah Jawa mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah sampai Jawa Barat. Ingin menciptakan camilan yang sehat, tanpa bahan pengawet dan non MSG, mendorong sosok warga Sidoarjo ini menghasilkan aneka produk dan olahan pisang terutama keripik dan opak pisang. Ida, wanita berusia 40 tahun ini memulai bisnis camilan tradisional dengan
2014
ecause nature provide everything necessary for mankind. That's a figure graduate Diploma in Hospitality Bandung creative thinking. Through bananas are easily found anywhere, Ida Widyastuti successfully deliver them into Worldwide. This may sound trivial business, but demand for homemade banana chips is increasing in business opportunities for IKM’s assisted by Mekarsari 50 scattered throughout Java from East Java, Central Java to West Java. Want to create a healthy snack, without preservatives and non-MSG, pushed this Sidoarjo figure residents produce a variety of products and processed banana chips and opaque especially bananas. Ida, 40-year-old woman started the business by selling traditional snack melinjo to any market in 1999. "Initially, when my husband moved to Sidoarjo, I felt bad if not doing anything. I was thinking of having my own business that suit my culinary hobby," she told. After much thought, chips mlinjo is the option to start a snack business in Sidoarjo. Mlinjo chips is a gift which she brought when Ida returned to his home town in Central Java. That is, the success story of a woman born in Jatisono, Demak begins. Success with her mlinjo chips, and became the first winner of Women's Entrepreneurial Self Femina Magazine in 2012, and was awarded Inspiring Women Tabloid Nova Nova 2011
berdagang emping melinjo ke pasar-pasar tradisional pada 1999. “ Awalnya, ketika suami pindah ke Sidoarjo, saya merasa tidak enak jika tidak berbuat apa-apa. Saya sempat berpikir untuk memiliki usaha sendiri sesuai hobi kuliner saya,” ujarnya kepada Prospek. Setelah berpikir panjang, emping mlinjo adalah pilihan Ida untuk memulai bisnis camilan di Sidoarjo. Emping mlinjo merupakan oleh-oleh yang dibawanya ketika Ida pulang ke desa kelahirannya di Jawa Tengah. Itulah, kisah sukses wanita kelahiran Jatisono, Demak bermula. Sukses dengan emping mlinjonya, dan menjadi pemenang pertama Wanita Wirausaha Mandiri versi Majalah Femina 2012, dan mendapatkan penghargaan Perempuan Inspiratif Nova 2011 versi Tabloid Nova, ia kemudian melirik potensi alam
lainnya dan menjadikannya sebagai camilan berstandar Internasional. Salah satunya, olahan pisang yang kini menjadi primadona di Roemah Snack Mekarsari Sidoarjo. Ida bereksperimen dengan penganan yang beken di kota asalnya tersebut. Dari hasil eksperimennya, tak hanya emping mlinjo yang dihasilkannya, namun keripik dengan aneka ragam rasa yang menggugah selera. Tepatnya 2004, keripik pisang berhasil ia kembangkan. Pengembangan usaha terus ia lakukan, salah satunya dengan mendirikan fasilitas bisnis bernama Roemah Snack Mekarsari di Sidoarjo pada 2005 yang berpusat di Perumahan Pondok Jati Blok C no 4 Sidoarjo, Jawa Timur.”Konsep jualan kami secara ritel dan grosir. Selain dikonsumsi sendiri, banyak pembeli yang membutuhkan produk mekarsari untuk
version, she then glanced at the other natural potential and making it an international standard snack. One of her business, banana processed now is very popular in Roemah Snack Mekarsari Sidoarjo. Ida experimented with snacks that are well-known in her native city. From the results of experiments, not only produces mlinjo chips, but chips with a variety of tempting flavors. Precisely in 2004, she successfully developed banana chips. The business development continues, one of them by establishing a business facility named Roemah Snack Mekarsari in Sidoarjo in 2005, based in Pondok Jati Blok C No. 4 Sidoarjo, East Java. "The concept of our sales is in retail and wholesale. Besides for their own consumption, many buyers brought the product Mekarsari for gifts and resale." She said. She packs various products by using cardboard and aluminum foil. "Our segment from all society categories. With such packaging, our products attracted many buyers upper to middle," She continued. Within a day, she can produce 2 tons of various types of products. With a production capacity of 75 tons per month, she employs each 80 people for the production and distribution. For the price, Ida set various products with a minimum price of 25.000 rupiahs per kilo. "There are 100 items of traditional snack products that we provide. However, the most eminent and favored by many consumers is the Great Banana chips of various flavors, Opaque Bananas and Plantains are super sweet and savory." Ida said. To expand the market, Ida opened a branch in Krian, Sidoarjo, and in Denpasar, Bali. And now she also opened a branch in Yogyakarta. The quantity of the sales reaches hundreds of tons per month consisting of various snack products. Mention of turnover per month, Ida was reluctant to mention the exact nominal. What is clear, according to her, the business she lived now in addition to be able to absorb the resulting snack products IKMs from the center - typical hawker centers in Java, she also produces its own chips banana in Psychology. That's where the great potential of banana plants, banana horns and processed into chips banana and banana opaque. To meet the needs of production, she also works closely with 250 banana farmers, which manages banana cultivation area with an area of 250 acres. "There, we could harvest the bananas throughout the year, which is the lead." Said a mother of two childrens. Carrying the vision and mission of bringing quality Indonesian traditional snack that can be accepted by the market at home and abroad, Ida was able to penetrate the foreign consumers. Superior products such as bananas, banana chips and opaque with Babanos brands have entered Malaysia and the Philippines as one container per month with a nominal hundreds of millions of dollars.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
35
oleh-oleh dan dijual kembali,” katanya. Ia mengemas aneka produknya dengan menggunakan kertas karton maupun aluminium foil. “Segmen kami dari semua kalangan. Dengan kemasan seperti itu, produk kami banyak diminati pembeli menengah ke atas,” lanjutnya. Dalam sehari, Ia bisa memproduksi 2 ton aneka jenis produk. Dengan kapasitas produksi 75 ton per bulan, ia memperkerjakan 80 orang untuk produksi dan 80 orang untuk distribusi. Untuk harga, Ida mematok aneka produknya dengan harga minimal Rp. 25 ribu per kilonya. “Ada 100 items produk camilan tradisional yang kami sediakan. Namun yang paling unggulan dan digemari banyak konsumen adalah Kripik Pisang Agung aneka rasa, Opak Pisang dan Pisang super Manis dan gurih,” kata Ida. Untuk memperluas pasar, Ida membuka cabang di Krian, Kabupaten Sidoarjo, serta di Denpasar, Bali. Dan kini dia juga membuka cabang di Yogyakarta. Volume penjualannya mencapai ratusan ton per bulan terdiri dari aneka produk camilan. Disinggung tentang omzet per bulannya, Ida enggan menyebut nominal pastinya. Yang jelas menurut dia, bisnis yang dijalaninya kini selain mampu menyerap produk camilan yang dihasilkan pelaku UKM dari sentrasentra jajanan khas di Pulau Jawa, Ia juga memproduksi sendiri keripik pisang di Trenggalek. Di sanalah potensi tanaman pisang agung, pisang tanduk dan pisang ambon diproses menjadi keripik pisang dan opak pisang. Untuk memenuhi kebutuhan produksinya, Ia juga bekerja sama dengan 250 petani pisang di Trenggalek, yang mengelola area budidaya pisang dengan luasan 250 hektar.” Di sana, kami bisa memanen pisang sepanjang tahun, itulah yang menjadi keunggulannya,” ujar ibu dua anak ini. Mengusung visi dan misi membawa snack tradisional Indonesia yang berkualitas sehingga dapat diterima pasar dalam dan luar negeri, Ida mampu menembus konsumen mancanegara. Produk unggulannya seperti keripik pisang dan opak pisang dengan merk Babanos telah memasuki Negara Malaysia dan Filipina sebanyak satu container per bulannya dengan nominal ratusan juta rupiah. Angka fantastis bagi pengusaha wanita dengan produk camilan tradisional di Indonesia. Tak mengherankan jika beliau menyabet penghargaan sebagai The Winner of Winning Woman Entrepeneur tahun 2012 dari Ernst and Young Enterpreneur. Selain itu, atas prestasinya tersebut, Ida juga mendapat gelar Kanjeng Mas Ayu Ida Sekar Kinasih dari Kasunanan Surakarta. Dan prestasi terbaru yang membanggakan juga didapat dalam acara
36
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
Indonesia Leader bersama membangun Bangsa yang diselenggarakan oleh Kharisma Tujuh Media, Mei 2014. Atas berbagai penghargaan tersebut, Ida kini selalu berupaya untuk menghasikan berbagai inovasi untuk setiap produknya. Terbukti kini dia mampu menembus pasar internasional di Timur tengah, Arab Saudi, Qatar, Dubai dan Muskat. Selain berinovasi, peraih penghargaan Prabaswara dari Menteri UKM dan Koperasi 2013 itu juga tekun mengikuti pameran dagang di berbagai kesempatan diantaranya di Malaysia dan pasar ekspor di Asia bagian lainnya. Dalam kesempatan tersebut, Ia berhasil menemukan mitra bisnis itu. Ida yakin, bahwa sudah saatnya keripik pisang buatannya untuk go internasional, karena sudah memenuhi unsur penampilan dengan kemasan metalizer, memiliki barcode dan sertifikasi halal dari MUI. Sedangkan untuk pasar tradisional, Ida membagi zona distribusi yang terdiri dari wilayah Barat seperti Bandung, Bogor, Jakarta dan Lampung, tiap minggunya sebanyak 5 ton. Sedangkan wilayah timur yakni pasar di Bali juga 5 ton per minggu. Menghadapi Masyarakat Ekononomi Asia 2015, Ida mengaku siap dengan memperkuat pasar domestik, selalu berinovasi dan mempertahankan kualitas produknya. Yang terbaru, wanita yang baru-baru ini meluncurkan buku yang bertajuk Ibu, Ajari Aku dari Surga itu sedang mengembangkan bisnis barunya yakni mengekspor buah-buah tropis Indonesia seperti Mangga, buah Naga, Sirsak dan Manggis.
2014
Fantastic numbers for women entrepreneurs with traditional snack products in Indonesia. Not surprisingly, she won an award as The Winner of Winning Woman Entrepeneur in 2012 from Ernst and Young enterpeneur. In addition, besides the above achievements, Ida also got the title of Ida Sekar Ayu Mas Kanjeng Kinasih of Surakarta. And the latest achievement of the plume was also obtained in the Indonesia Leader together build Kharisma Bangsa organized by Seven Media, May 2014. Over various awards, Ida is now always tries to generate a wide range of innovations for each product. Already today she was able to penetrate the international market in the Middle East, Saudi Arabia, Qatar, Dubai and Muscat. In addition to innovation, award-winning Prabaswara of IKMs and Cooperatives Minister in 2013 were also diligently for trade shows in a variety of occasions including in Malaysia and export markets in other parts of Asia. On the occasion, she managed to find the business partners. Ida sure, that it was time for homemade banana chips to go international, because it fulfilled the appearance of the packaging Metalizer, has a barcode and halal certification from MUI. As for the traditional market, Ida divide distribution zone consisting of the West area like Bandung, Bogor, Jakarta and Lampung, every week as much as 5 tons. While the eastern region of the market in Bali also 5 tons per week. Facing Asia Society Economic 2015, Ida claimed to be ready to strengthen the domestic market, always innovating and maintaining product quality. News update, this woman - recently released a book titled Mother, Teach Me of Heaven that are developing new businesses that export fruit - Indonesian tropical fruit such as mango, dragon fruit, soursop and Mangosteen.
INDUSTRI SENI KAIN DI KECAMATAN BUDURAN INDUSTRIAL OF ART FABRIC IN DISTRICT BUDURAN
Sulam Veston Kenalkan Teknik Baru Seni Kain Sulam Kreatif di Sidoarjo
Introducing Veston As A New Method Of Creative Embroidery Art In Sidoarjo Adalah Didid Esty Wahjuni, perempuan berusia 43 tahun ini memulai karir usahanya dengan membuat sulam Veston sejak dirinya mengajukan pensiun dini dari salah satu perusahaan Operator Telepon Sellular terkenal di Indonesia. Its Didid Esty Wahjuni, 43-year-old woman began her business career by making embroidery Veston since she filed for early retirement of one of the famous Cellular Phone Operators in Indonesia. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
37
“S
ebelum saya mengajukan pensiun dini saya sudah sering menerima pesanan sulam veston dari temanteman sekantor, dan setelah saya keluar barulah bisnis ini saya kembangkan, meskipun hingga saat ini saya masih mengerjakannya sendiri tanpa bantuan siapapun,” kata ibu dari 2 orang anak. Gagasan membuat usaha sulam veston ini, diperoleh setelah survei ke berbagai tempat, seperti di Yogyakarta yang terkenal dengan kreatifitasnya membuat sulam veston dengan bahan perca batik. Pemasaran produk dilakukan dari teman ke teman, juga dipasarkan oleh Esty ke sekolah-sekolah , atau untuk kegiatan outbound yang sering mempergunakan seragam unik. “Di sanalah saya membuatkan seragamnya dengan menggunakan sulam veston agar terlihat lebih ekslusif dan desain itupun saya buat tidak ada kembarannya atau istilahnya Limited edition,” jelas Esty. Bahan-bahan pembuatan sulam veston bisa berasal dari perca batik, kain flanel dan benang sulamnya. Kombinasi batik
38
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
dengan batik dibuat modifikasi dan tentu saja membutuhkan kesabaran, karena selembar kain batik dengan kain batik lain di potong dan di gabungkan garis simetrisnya untuk kemudian di jahit dan di satukan. “Ini saya juga membuat tidak untuk banyak pakaian, cukup satu event saja dibuatnya, dan kalau ada pesanan lagi pastinya semua pemesan ingin dengan desain yang lebih baru lagi dan semua saya desain sendiri termasuk dalam hal pembuatannya hingga selesai,” jelas Esty. Untuk memproduksi sulam veston, yang paling penting adalah kehati-hatian. “kalau di jahitnya terlalu kencang kainnya jadi berkerut tapi kalau terlalu kendur tempelannya jadi mudah lepas. Jadi harus dengan perlahan , biasanya saya menempelkan terlebih dahulu dengan lem kain agar posisi tempelan tidak bergeser, meskipun begitu tidak bisa semua orang mampu melakukannya dan akhirnya tetap saya sendiri yang menyulam agar tidak mengecewakan pelanggan,” jelas Esty sambil menunjukkan kaos anak-anak kecil buah karyanya yang nampak imut.
2014
"B
efore I apply for early retirement I've often received orders embroidery Veston of friends work together, and after I get out of this business then I developed, although to this day I still do it alone without the help of anyone" said the mother of 2 children. The idea of making this effort Veston embroideries, obtained after the survey to various places, such as in Yogyakarta is famous for making embroidery Veston creativity with batik patchwork material. Marketing of products made from friend to friend, also marketed by Esty to schools, or for outbound activities which often use unique uniform. "That's where I made uniform by using embroidery Veston to look more exclusive and design and even then I made no twin or call Limited edition," said Esty. Making materials Veston embroidery can be derived from a patchwork batik, flannel cloth and yarn. Combination with batik made modifications and of course requires patience, because a piece of batik cloth with other batik cloth pieces and combine symmetric line for later in sewing and united. “I also made it to a lot of clothes, just one event only made, and if there is an order again for sure all the buyer wants the newer designs again and all my own design, including in terms of making it to finish," said Esty. To produce embroidery Veston, the most important is prudence. "If at sewing too tight fabric so wrinkled but if it's too loose sticker so easily separated. So it should be slowly, usually I put it first with fabric glue so that the patch does not shift position, however not everyone is able to do so and finally fixed myself so as not to disappoint customers embroider,” clearly Esty while showing T-shirts kids small pieces of her work that seems cute. The materials in use in addition to the basic material in the form of ready-made garments for later affixed embroideries Veston form embroidery thread, fabric kafeta which has a lustrous texture, to give the impression of soft foam and various kinds of patchwork batik obtained from the center of batik or convection. Esty also use regular sewing machine to make the shape of the fabric, the cover of the book as a cover but made of cloth and stamped embroidery kafeta Veston with beautiful ribbons as a sweetener, usually she also uses her creation for souvenirs celebration. Various kinds of embroidery Veston that in, ranging from a tisue, tote bags, until the whole Muslim fashion is the result of her work and each has a twin poorly made and all in different designs. "If I only make a single design, because it is not easy to remember again what I have previously made, rather than the same so I make another new design and all it takes high creativity that every design I spend stays in the interest,” said Esty. Did's Collection, it was located at the
Bahan yang di pergunakan selain bahan dasar berupa pakaian yang sudah jadi untuk kemudian dibubuhkan sulam veston berupa benang sulam, kain kafeta yang memiliki tekstur berkilau, busa untuk memberikan kesan empuk dan berbagai jenis perca batik yang diperoleh dari pusat batik atau konveksi. Esty juga mempergunakan mesin jahit biasa untuk membuat bentuk pada kain, pada penutup buku yang seperti sampul tapi terbuat dari kain kafeta dan dibubuhi sulam veston dengan pita-pita cantik sebagai pemanis, biasanya dia juga mempergunakan kreasinya untuk souvenir hajatan. Berbagai macam sulam veston yang di tunjukkannya, mulai dari tempat tisue, tas jinjing, sampai busana muslim yang seluruhnya adalah hasil karyanya dan masing-masing buatannya tidak memiliki kembaran dan semuanya di desain berbeda-beda. “Kalau saya hanya membuat satu desain saja, karena memang tidak mudah untuk mengingat lagi apa yang sudah saya buat sebelumnya, daripada sama jadi saya buatkan lagi desain baru dan semua memang butuh kreatifitas tinggi agar setiap desain yang saya keluarkan tetap di minati,” ungkap Esty. Did’s Collection, itu itu beralamat di perumahan Gading Fajar 1A2/23, RT 17 RW 5, Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Berapa modal yang dibutuhkan untuk membuat sebuah sulam veston? “Tidak membutuhkan banyak modal, asalkan kreatif saja, orang sekarang lebih suka membuat pakaian atau dekorasi itu justru dari bahan-bahan yang mudah di dapatkan dan hasilnya bisa jauh meningkat. Untuk satu kaos kecil seukuran anak TK yang
sudah di sulam veston harganya bisa dua sampai tiga kali lipat dari harga kaos dasarnya, tapi saya sendiri juga harus memastikan bahan kaosnya bagus, tidak mudah memudar, mudah kendur dan bisa tahan meskipun dicuci berulang kali,” katanya. Untuk membuat seragam kaos yang diberikan hiasan sulam veston, Esty memesan kaosnya di Pasar Grosir Surabaya, kemudian baru di lakukan pemilihan warna karena pihak penjual kaos itupun juga harus menyiapkan permintaan mulai dari ukuran sampai warna yang di pilih, setelah itu barulah dia yang menyulamnya. Butuh paling tidak 3 minggu pengerjaan mulai dari jadwal pemesanan sulam veston, karena semua dikerjakan sendiri. “Menyulam veston itu juga harus di sertai perasaan, kalau salah menyulam hasilnya jadi terlihat jelas, menjadi kasar dan tidak menarik meskipun gambarnya sudah bagus,” ujar Esty. Menurut Esty, pesanan sulam veston banyak di saat menjelang hari raya, termasuk juga pesanan dari sekolahsekolah TK atau SD dan dia juga selalu berusaha untuk bisa memenuhi setiap pesanan dengan waktu yang telah ditentukan dan harga yang terjangkau. “Membuat usaha itu sebaiknya tidak setengah-setengah, kalau mau total pastinya akan banyak kemudahan, biarpun saya tidak punya asisten tapi selama saya menganggap di sini saya menemukan cara untuk menunjukkan kemampuan saya dan saya suka, apapun saya kerjakan sampai selesai. Kepuasan pelanggan selalu menjadi prioritas dengan hasil karya unik sulam Veston,” kata Esty sambil tersenyum.
housing Gading Fajar 1A2 / 23, RT 17, RW 5, Buduran district Sidoarjo regency. How much capital is needed to create a patchwork Veston? "It does not take a lot of capital, provided creative, people now prefer to make clothing or decorations that just from materials that are easy on get and the results can be much improved. For a small-sized t-shirts kindergarten children already in embroidery Veston can cost two to three times the price of the shirt basically, but I myself also have to ensure a good T-shirt material, not easy to fade, easy to hold despite sagging and washed repeatedly,” She said . To create a uniform shirts given hemstitch Veston, Esty booked shirt Wholesale Market Surabaya, then just do the selection of colors for shirts and even then the seller should also prepare requests ranging from size to color chosen, only then will she embroidering. It takes at least 3 weeks of work ranging from embroidery Veston booking schedule, because all the work themselves. "Embroidering Veston it also must be accompanied by a feeling, if one embroider the results so obvious, becomes rough and unattractive though the pictures are nice," said Esty. According to Esty, embroidery Veston many orders on the eve of the feast, including orders from schools kindergarten or elementary school and he also always strive to fulfill every order with a specified time and at affordable prices. "Making the effort should not be half, if you want total will certainly much ease, even if I do not have an assistant but as long as I consider here I find a way to show my abilities and I like, whatever I do to completion. Customer satisfaction is always make priority with unique embroidery work Veston ," Esty said smiling.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
39
INDUSTRI “DANDANG” DI KECAMATAN PORONG “DANDANG” INDUSTRY IN DISTRICT PORONG
RAKYAT INDONESIA
CINTA PRODUKSI DALAM NEGERI People Love Indonesia Domestic Production
Istilah Dandang dalam bahasa Jawa yang berarti alat penanak nasi. Salah satu industri dandang tradisional berada di Jalan Hasanuddin RT 02 RW 01, Desa Kebakalan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo milik Sutrisno. Dandang is a term in the Javanese, which means rice cookers. One of the traditional boiler industry at Jalan Hasanuddin RT 02 RW 01, Village Kebakalan, Porong, Sidoarjo owned by Sutrisno. 40
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
P
ekerja di tempat industri milik Sutrisno kebanyakan adalah kaum perempuan, melakukan kegiatan membuat dandang, panci dan rantang dengan berbagai ukuran. Alat-alat produksi dilakukan secara manual misalnya palu, mesin pengepres dan mesin pemotong. Para pekerja dilatih keahlian mengoperasikan mesin-mesin dan menggunakan alat-alat produksi. Sementara seluruh mesin diperoleh dari memesan ke pembuat mesin. “Mesinnya sebenarnya berasal dari barang bekas yang tidak terpakai dan dimodifikasi untuk keperluan usaha yang bertujuan untuk memudahkan pekerja dalam membuat dandang,” ujar Sutrisno. Mesin-mesin diantaranya mesin hidrolis untuk pengepres, membuat roll atau bentuk bulat pada badan panci atau dandang, ada juga alat untuk membuka panci, rantang dan dandang. Ada juga alat pembuat bibir panci, rantang atau dandang sehingga terlihat sangat halus dan rapi. Sutrisno bercerita awal mula usaha pembuatan dandang ini sekitar 24 tahun yang lalu. “Waktu itu saya masih ikut kakak yang membuat usaha dandang, dan sejak saya sudah selesai lulus SMA saya mencoba membuat usaha sendiri dan memasarkannya sendiri. Sampai saya menikah bisnis ini berjalan sampai sekarang,” katanya. Disampaikan Sutrisno, meskipun usaha alat-alat tradisional masalah pemasaran sama sekali tak ada kendala. Para pedagang datang dan membeli barang secara cash. Dia tidak perlu lagi mendatangi penjual di pasar atau toko perabotan rumah tangga. “Saya hanya menyiapkan pesanan dan mereka sudah langsung mengambil di tempat saya,” ujarnya.
Untuk pesanan dari luar pulau, seperti di Kalimantan, Sulawesi, pesanan dikumpulkan melalui salah satu toko di Surabaya dan pembeli tinggal mengambil di toko tersebut. Tempat usaha yang diberi nama UD.Gajah Delta ini mempergunakan logo atau cap Burung Love Bird, dengan tujuan untuk membedakan antara dandang milik Sutrisno dan dandang buatan orang lain yang juga berasal dari desa yang sama. Di desa Kebakalan Kecamatan Porong banyak ditemukan masyarakat yang membuka usaha pembuatan dandang. Sutrisno adalah salah satu yang terbilang sukses dalam usaha dan hingga kini memiliki pekerja 38 orang yang sebagian besar dari tetangga sekitarnya. Para pekerja itu dibayar harian. Perempuan dibayar Rp.40.000,- perhari, sedang kalau prianya Rp.60.000,perhari. Jam kerja antara jam 7 pagi sampai jam 4 sore. UD.Gajah Delta milik Sutrisno bisa menghasilkan sekitar 5.000 dandang dan berbagai jenisnya. Omzetnya perminggu Rp.50.000,- per satu dandang / Rp.12.500,sudah hitungan baru untuk saat ini setelah kenaikan BBM. “Untuk bahan logamnya saya beli di Surabaya yang bisa saya pesan langsung sewaktu-waktu,” ujarnya. Menurut Sutrisno, yang penting dalam usaha ini adalah manajemen produksi dan manajemen keuangan. Untuk manajemen keuangan, Sutrisno dibantu oleh istri yang punya dasar ilmu managemen. “Isteri mengatur semuanya agar usaha bisa terus berlangsung dan berkembang.” Sementara terkait manajemen produksi yang dilakukan oleh Sutrisno, khususnya pada teknik bagaimana membuat dandang itu agar awet, dan lebih bagus termasuk
T
he worker in industrial premises owned Sutrisno mostly women, do activities make cormorant, pots and baskets of various sizes. The means of production is done manually e.g hammers, presses machines and cutting machines. The workers are trained expertise operate machines and use the means of production. While the rest of the machine is obtained from the book to the engine maker. "The engine is actually derived from used goods unused and modified for the purposes of a business that aims to facilitate workers in making the steamer," said Sutrisno. The machines include hydraulic machine for pressing, making the roll or round shape on the body pan or saucepan, there is also a tool to open the pot, basket and cormorant. There is also enameled pan lip, hamper or “dandang” so it looks very smooth and neat. Sutrisno tells the beginning of this “dandang” making business about 24 years ago. "At that time I still join brother who made the effort cormorant, and since I've finished high school graduation I tried to create my own business and market it themselves. Until I married this business running until now, "he said. Delivered Sutrisno, despite efforts traditional tools of marketing problems at all there is no obstacle. Traders come and buy goods in cash. He longer no needs to go to a seller on the market or store household items. "I just prepare orders and they had immediately takes my place," he said. For orders from outside the island, such as in Kalimantan, Sulawesi, orders collected through one store in Surabaya and buyers take it to a shop them. Place of business, named UD.Gajah Delta is using the logo or stamp Birds Love bird, with the aim to differentiate between the boiler and steamer belonging artificial Sutrisno other people who also came from the same village. In the village of Porong Kebakalan found many people who open steamer making business. Sutrisno is one of which was a success in business and until now has 38 employees, mostly from the surrounding neighbors. The workers were paid daily. Women are paid 40.000 IDR per day, being that men 60.000 IDR per day. The working hours between 7 am o’clock to 4 pm o’clock. UD.Gajah Delta that belongs to Sutrisno can produce about 5.000 cormorant and various kinds. Turnover per week 50.000 IDR per one boiler / 12.500 IDR has a new count for the current after fuel price hike. "For the metal material I bought in Surabaya that I can direct messages at any time". According to Sutrisno, which is important in this business is the production management and financial management. For financial management, Sutrisno assisted by his wife who has a basic knowledge of management. “My wife arrange everything so that the business can continue and flourish”. While production management is done by Sutrisno, especially on the techniques of how to make a steamer so durable, and better including how to operate machines “dandang” maker. Sutrisno reveals how to create a cormorant. Each section has no size, so stay imitate the
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
41
cara mengoperasikan mesin-mesin pembuat dandang. Sutrisno mengungkapkan cara membuat dandang. Setiap bagian sudah ada ukurannya, jadi tinggal mencontoh pola yang sudah dibuat sebelumnya. Bahan dicetak, dipres dan di roll, sampai di jadikan sambungan dari bahan untuk wadah, dasarnya wadah sampai pada penutupnya, semua harus pas dan rapi. Kalau mungkin ada yang tidak pas, harus dibongkar lagi dengan alat. Tidak diungkit dengan benda tajam agar tidak merusak lempengan logamnya. Cukup dimasukkan pada mesin pembuka seperti untuk membuka makanan kalengan, kemudian di putar perlahan sampai semua terlepas baru diperbaiki lagi. Dibutuhkan ketekunan dan konsentrasi tinggi, karena sedikit saja mereka lengah bisa tergores atau terkena mesin pembuatnya. “Saya lebih mengutamakan kualitas, jadi meskipun dengan mempergunakan mesin tetap harus dengan teliti membuatnya,” jelas Sutrisno yang saat ini menjadi Ketua Kelompok Pengrajin dandang. Sutrisno sangat perduli pada profesionalisme kerja para pegawainya. Dia sangat membutuhkan pekerja yang punya skill tinggi hingga bisa mengurangi kerugian dan kecelakaan kerja. Bagaimana prospek industri dandang? Sutrisno mengatakan usaha membuat tidak akan menurun dengan syarat industry harus selalu membuat inovasi terbaru. Misalnya bahan dipilih tak mudah berkarat dan lebih mengkilap, tidak ada bagian-bagian yang tajam, beratnya ringan sehingga disukai pemakai. Alat kebutuhan rumah tangga, kata Sutrisno, harus mengikuti kebutuhan jaman. Masyakarat sudah kurang suka dandang yang terlalu berat, rantang
42
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
yang mudah berkarat atau panci yang kurang bagus. “Kami mendesain seluruh peralatan rumah tangga itu dengan desain terbaru dan terbaik, memenuhi minat pasar,” jelasnya. Bagaimana dengan ancaman produkproduk China yang masuk ke Indonesia ? “Saya yakin masih bisa bertahan karena orang Indonesia tetap lebih suka produk buatan bangsanya sendiri, yang lebih tahu tradisi dan budaya di negerinya,” katanya. Sutrisno berharap pemerintah tetap memberikan perhatian kepada usaha kecil menengah misalnya memberikan pelatihan atau memberikan bantuan berupa mesin-mesin. Setidaknya satu tahun sekali harus ada perhatian dari pemerintah, “Pemerintah pasti berharap usaha mandiri seperti ini bisa terus berlangsung sekaligus bisa memberdayakan orang agar tidak banyak terjadi pengangguran,” jelasnya.
2014
pattern that was made before. Printed materials, pressed and on a roll, to be made of a material connection to the container, the container until the lid essentially, all must fit and neat. If perhaps there are not fit, must be dismantled again with the tool. Not prying with sharp objects so as not to damage the metal plate. Enough is inserted in the machine-like opening to open canned food, and then rotate slowly until all new detached irreparably. It takes persistence and high concentrations, because they are just a little off guard can be scratched or exposed to the engine manufacturer. "I prefer the quality, so despite using the machine still must be careful to make it", obviously Sutrisno who is currently the Chairman of the Craftsmen cormorant. Sutrisno very concerned at the professionalism of its employees work. He desperately needs workers who have high skill up can reduce losses and accidents. How cormorant industry prospects? Sutrisno said the effort made will not decrease with industry requirements should always make the latest innovations. For example, the material chosen is not easy to rust and more shiny, no sharp parts, weighs lighter so that users preferred. Household appliance, said Sutrisno, should follow the needs of the time. Society has been less like a steamer is too heavy, easy rusty tins or pans that are less good. "We designed the entire household appliances with the latest designs and the best, meet the interests of the market," he explained. What about the threat of Chinese products into Indonesia? "I'm sure they could survive for Indonesian people still prefer products made by his own people, who knew more about the traditions and culture in the country," he said. Sutrisno hope the government continues to give attention to the small and medium enterprises such as providing training or providing assistance in the form of machinery. At least once a year there should be a concern of the government, "The government certainly hope independent business like this can go on at once can empower people so not much going on unemployment," he explained.
INDUSTRI KRUPUK DI KECAMATAN KREMBUNG CRACKERS INDUSTRY IN DISTRICT KREMBUNG
Eksis Berkat Krupuk Tahu Exist From Tofu Crackers
Beralamat di Kecamatan Krembung, H. Makhrus demikian pria berusia 42 tahun ini sudah cukup dikenal oleh warga di sekitarnya sebagai pembuat krupuk berbahan tahu. Address in District Krembung, H. Makhrus, 42-year-old man had enough known by the people around him as a tofu-crackers maker. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
43
K
erupuk buatan Makhrus adalah kerupuk puli yang terbuat dari campuran tepung terigu, tepung tapioka, tepung maizena, ditambahkan kentang, ikan teri kering, udang kering dan terasi udang dengan bumbu-bumbu resep buatan saya dari campuran bawang putih, garam, penyedap rasa, terasi dan bahan tambahan untuk kerupuk yang aman dan di legalkan oleh pemerintah. Makhrus menceritakan menjalani usaha menjadi pengusaha krupuk sekitar 12 tahun. “Sebelumnya saya juga pernah membuat kerupuk goreng pasir atau orang menyebutnya kerupuk asin atau kerupuk upil, dan seluruh mesin pembuatnya saya desain sendiri kemudian saya pesan ke tukang mesin untuk membuatkan mesin yang saya inginkan untuk memudahkan
44
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
proses pembuatan kerupuk,” jelas pria dengan 3 anak yang mengaku hanya lulusan SMP ini senang. Menurut Makhrus, semua usaha membutuhkan ketekunan dan harus mengerti bagaimana cara mencari celah dan kesempatan terbaik. “Dulu saya memasarkan kerupuk ini naik sepeda motor sampai ke Malang dan pulangnya membawa sayuran untuk dijual di desa. Sekarang saya sudah memiliki 3 mobil pick up besar yang saya pergunakan untuk mengirim pesanan kerupuk ini ke seluruh Jawa,” katanya. Cara agar kerupuk diterima masyarakat secara luas, kata Makhrus, adalah pemilihan bahan-bahan terbaik. “Saya tidak mempergunakan bahan pengawet yang di larang pemerintah dan saya
2014
M
akhrus homemade crackers go round pulleys made from a mixture of flour, tapioca flour, cornstarch, add potatoes, dried anchovies, dried shrimp and shrimp paste with spices recipe I made from a mixture of garlic, salt, flavor, shrimp paste and additional materials for safe crackers and legalized by the government. Makhrus tell undergo entrepreneurs to venture into chips about 12 years. "Previously, I also had to make fried crackers sand or call the salty crackers or crackers upil, and the whole machine the maker of my own design then my message to the mechanic to make a machine that I want to facilitate the process of making crackers,” said the man with 3 children admitted only junior high school graduates is happy. According Makhrus, all businesses require persistence and must understand how to find a gap and the best opportunities. "I used to market these crackers riding a motorcycle up to Malang and the return bring vegetables to sell in the village. Now I already have 3 large pickup truck that I use to send orders to the entire Java crackers," he said. How to order crackers widely accepted by society, said Makhrus, is the selection of the best materials. "I do not use preservatives which prohibited the government and I also tried to always keep it clean. These food products must be guaranteed hygiene and health at the time of consumption, so I've got a lawful license to show the products that I made was already in the best quality, adjust the processing standardization," he said. Crackers production marketed to Sidoarjo, Surabaya even to Jakarta and Bandung. Crackers distributed throughout Java through Indomaret franchise. "My market is for the tourist market which is used for souvenirs for tourists and I did put the best quality that is acceptable crackers know my upper middle class," he said. Every day Makhrus crackers production could reach 1 ton crackers are distributed to wholesalers who will retailing crackers. "At least 7 quintals per day sent to Sidoarjo and Surabaya," he explained. For production activities, Makhrus assisted by 25 workers. The average is about neighbors, ranging from young children to mothers in households pay contract, they can start work in the morning around 7 am and usually are finished before noon. To the means of production, processing machinery crackers know it designed by Makhrus. For example oven for drying crackers. "I do not rely on the sun to dry crackers already in steam (steam) for 20 minutes, I created own oven with gas power belongs Lapindo and quite a day and night until the crackers are already considered to be dry and ready to fry," he said. Fry crackers, Makhrus said, do not take long. Quite in dye into disposable cooking oil that has been hot, and crackers lifted later in the drain oil until ready to be packed. "It did not take too long to make crackers know but the results could net turnover of 22.5 million rupiahs per month," he said proudly. Makhrus love to do innovation. He showed a homemade mint tea, make
juga berusaha untuk selalu menjaga kebersihannya. Produk makanan ini harus dijamin kebersihan dan kesehatan saat di konsumsi, jadi saya sudah mendapat lisensi halal untuk menunjukkan produk yang saya buat memang sudah masuk kualitas terbaik, menyesuaikan standarisasi pengolahan,” kata dia. Kerupuk produksi Makhrus dipasarkan ke Sidoarjo, Surabaya bahkan sampa Jakarta dan Bandung. Krupuk didistribusikan ke seluruh Jawa melalui waralaba Indomaret. “Pasar saya memang untuk pasar wisata yang dipergunakan untuk oleh-oleh bagi para wisatawan dan saya memang mengutamakan kualitas terbaik itu agar kerupuk tahu saya dapat diterima kalangan menengah ke atas,” ujarnya. Setiap hari produksi krupuk Makhrus bisa mencapai 1 ton kerupuk yang didistribusikan kepada pedagang yang akan mengecer kerupuk. “Minimal 7 kuintal perhari di kirim ke Sidoarjo dan Surabaya,” jelasnya. Untuk kegiatan produksi, Makhrus dibantu oleh 25 pekerja. Rata-rata adalah para tetangga sekitar, mulai dari anakanak muda sampai ibu-ibu rumah tangga yang di bayar borongan, mereka bisa memulai pekerjaannya di pagi hari sekitar jam 7 pagi dan biasanya sudah selesai sebelum tengah hari. Untuk alat-alat produksi, mesinmesin pengolah kerupuk tahu ini dirancang sendiri oleh Makhrus. Misalnya oven untuk pengering krupuk. “Saya tidak mengandalkan matahari untuk mengeringkan kerupuk yang sudah di kukus (steam) selama 20 menit, saya buat oven sendiri dengan tenaga gas bumi milik Lapindo dan cukup sehari semalam sampai kerupuk sudah dianggap kering dan siap di goreng,” ujarnya. Menggoreng kerupuk, kata Makhrus, tidak perlu waktu lama. Cukup di celup ke dalam minyak goreng sekali pakai yang sudah panas, dan kerupuk diangkat kemudian di tiriskan minyaknya hingga siap untuk dikemas. “Tak butuh waktu terlalu lama untuk membuat kerupuk tahu tapi hasilnya omzet bersihnya bisa Rp.22,5 juta perbulan,” katanya bangga. Inovasi produksi krupuk adalah kesukaan Makhrus. Ia menunjukkan teh mint buatannya, membuat serbuk kulit manggis yang di kenal sebagai ramuan untuk regenasi kulit, termasuk membuat mesin kopi yang sekelas dengan mesin kopi Starbucks, diapun meramu dan meracik sendiri kopi terbaiknya untuk cafe-cafe. Kerupuk Tahu buatan Makhrus bisa bertahan selama 4 bulan lamanya meskipun tanpa bahan pengawet yang membahayakan kesehatan. “Setiap beberapa waktu sekali, sayapun mengecek kondisi kerupuk tahu saya ke Sucofindo untuk uji tes kelayakan dan standart produk karena saya tak ingin ada kerupuk yang saya buat itu mengandung bahan
yang berbahaya dan di larang pemerintah, hal ini saya lakukan karena saya pernah punya pengalaman tak menyenangkan perihal bahan yang berbahaya yang di larang oleh pemerintah ini hingga saya mengalami kerugian yang sangat banyak. Dan sejak itu saya terus melakukan inovasi agar kerupuk tahu ini tidak sampai mempergunakan bahan yang berbahaya bagi kesehatan dan hasilnya jauh lebih baik,” ujarnya. Bahan untuk pembuatan kerupuk tahu yang paling sering mengalami kenaikan harga adalah tepung terigu, tapioka dan minyak goreng. “Saya mempergunakan bahan sekali pakai saja untuk membuat produk kerupuk tahu ini sehat, tapi beruntung semua bisa di atasi dan usaha saya ini masih bisa berlanjut hingga sekarang dan saya pun bisa membangun pabrik sendiri dengan lebih bagus dari yang dulunya berdinding bambu. Tapi sejak kebakaran yang menghabiskan seluruh tempat usaha saya, kemudian saya bisa membangun lagi dengan dinding tembok dan di desain sedikit terbuka untuk sirkulasi udara, jauh lebih rapi dan bersih,” katanya sambil menunjukkan bangunan pabriknya yang sangat bersih dan rapi. Makhrus menghimbau kepada pemerintah agar terus memberikan perhatian, dan tanggapan kepada seluruh IKM untuk bisa menjaga kualitas produknya dan jangan sampai ada bahanbahan berbahaya yang masih dipergunakan dan mengganggu kesehatan. Tak mengapa kalau memang harus memilihkan bahan terbaik meskipun mahal, karena nanti hasilnya juga pastinya akan laku terus dan di sukai karena sudah memiliki standart pengolahan yang di legalkan.
mangosteen peel powder, which was known as a herb for skin regenaration, including making coffee machine in its class with starbuck coffee machine, he mix their own best coffee to cafes. Crackers artificial know by Makhrus can last for 4 months even without preservatives that endanger health. "Every once a while, so I check the condition of crackers know me to Sucofindo to test the feasibility test and standard products because I do not want any crackers that I created that contain hazardous materials and the government banned, I do it because I've had no experience fun about hazardous materials prohibited by this government until I lose very much. And since then I have continued to innovate in order crackers know this not to use materials that are harmful to health and the results are much better ," he said. Materials for the manufacture of crackers know that the most frequent price hikes are wheat flour, tapioca and cooking oil. "I only use disposable materials to make products out of this healthy crackers, but lucky all can be overcome and my business is still continuing today, and I was able to build his own factory with better than what was once walled bamboo. But since the fire that consumes all of my business premises, then I can build again with the wall and in the design slightly open for air circulation, much more neat and clean," He said, showing factory buildings were very clean and tidy. Makhrus appealed to the government to continue to give attention, and response to all IKMs to be able to maintain the quality of the product and should be no hazardous materials are still used and detrimental to health. No matter if it should choose the best materials, although expensive, because then the results are sure to be sold on and on like because it has a standard processing legalization.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
45
INDUSTRI OLAHAN JAMUR DI KECAMATAN TULANGAN MUSHROOM PROCESSED INDUSTRY IN DISTRICT TULANGAN
Makanan Alternatif Vegetarian Yang Makin Digemari An Alternative Vegetarian Food Which Keen Popular Beralamat di jalan Raya Kemantren No.6 RT 2 / RW 2, Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, Produk Jamur Olahan Milik Fuad Anshori, pria muda yang masih berusia 24 tahun ini terbilang sukses. Located at Jalan Raya Kemantren no.6. RT 2 / RW 2, Kemantren village district of Tulangan, Sidoarjo, Mushroom Products Processed Owned Fuad Anshori, young men who were aged 24 years was a success. 46
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
P
adahal usaha yang digelutinya masih belum lama, sekitar 3 tahun. Motivasi membuka usaha olahan jamur, kata Fuad Anshori, awalnya karena kebutuhan akan biaya untuk kuliah. “Saya kuliah di Institut Teknologi Surabaya dan mengambil jurusan Tekniknya, saat saya tahu biaya kuliah itu juga mahal akhirnya saya mencoba berjualan Jamur krispi atau jamur yang di rajang atau di suwir kecil-kecil kemudian dicampuri dengan tepung bumbu yang saya racik sendiri, lantas di goreng hingga kering,” jelas Fuad. Awalnya jamur dijual di kantin-kantin sekolah Kecamatan Tulangan ini juga tapi baru seminggu jualan tidak laku dan tidak ada transaksi. “Saya sempat berpikir selama beberap minggu hendak diapakan semua bahan dan peralatan yang telah saya peroleh dengan biaya yang tak sedikit itu. Satu buah Laptop saya jual untuk modal, termasuk membuat kemasannya, kalau tidak di lanjutkan sayang rasanya,” kata Fuad yang kini memiliki 2 francise di Surabaya dan Sidoarjo, kemudian untuk tempat penjualannya ada 4 lokasi yaitu di Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Wonoayu, termasuk di Tulangan sendiri dan Gading Fajar Kabupaten Sidoarjo. Jualan jamur Krispi ini diberi merk dagang, KFM atau Kemantren Fried Mushroom. “Kemantren itu nama desa saya, fried Mushroom itu Jamur Goreng”, kata Fuad. Bahan Jamur diperoleh dari daerah Pasuruan, di sana banyak penghasil jamur Tiram dan jamurnya lebih bagus, lebih tebal, tidak mudah rusak dan bisa bertahan selama 3 hari dan belinya juga terjangkau. Fuad sebelumnya survei di beberapa lokasi penghasil jamur tapi jamurnya terlalu
tipis dan mudah sekali rusak. Ciri-cirinya kalau Jamur yang habis di panen itu di kemas dalam plastik pasti aroma gas yang menyengat akan tercium, jadi pilihlah jamur yang tidak dikemas tapi cukup di tempatkan secara terbuka saja dan langsung di olah. Berapa total produksi jamur? “Setiap hari saya menyiapkan 10 sampai 15 kilogram Jamur untuk di jual dan di pasarkan ke 4 lokasi di Sidoarjo,” kata Fuad. Menurut Fuad tidak ada alat khusus untuk membuat jamur krispi, karena tempatnya mempergunakan rombong dan sedikit meja untuk menggoreng dan menyimpan jamur mentahnya. “Saya memang ingin ada mesin yang bisa membuat jamur lebih kering dan krispi tapi sampai saat ini masih butuh dana untuk bisa mendapatkan mesin penyerap agar jamurnya lebih renyah dan enak.” Kendala yang dihadapi adalah karyawan yang membantu usaha menjual jamur Krispi ini. “Karyawan gonta ganti , mereka seringkali beranggapan berjualan itu kurang keren dan tidak bonafide, jadi sering terjadi pergantian pegawai dan saya harus selalu mencari pengganti pekerja yang keluar,” paparnya. Menurut Fuad, jamur krispi menjadi alternatif bagi mereka yang cenderung vegetarian, yang pantang makan dagingdagingnya tapi ingin ada makanan yang rasanya bisa seperti daging ayam. Jamur inilah yang menjadi cara untuk menggantikan daging dan rasanya juga tak kalah enaknya dengan rasa daging ayam, dan jamur ini juga banyak mengandung protein tinggi. “Saya mengolah jamur ini tak hanya di goreng krispi tapi juga dibuat untuk nugget dan nasi jamur, bumbunya juga saya racik
T
hough the business that they do still long, about 3 years. Motivation processed mushrooms to open a business, said Fuad Anshori, initially because of the need for college costs. "I study at the Surabaya Institute of Technology and majored technique, when I knew it was too expensive tuition I finally tried to sell krispi fungus or mildew in chopped or shredded into small pieces and then mixed with flour seasoning that I racik own, then in cooking to dry." said Fuad Originally sell mushrooms in school canteens, but less than a week without transaction. "I had time to think over what to do with going to be some weeks all the materials and equipment I have gained at a cost that is not a bit of it. I sell my laptop for invesment, include for the packaging." said Fuad who now has 2 franchises in Surabaya and Sidoarjo, then to locate the sale there are 4 locations: in the Tanggulangin,Wonoayu, including in Tulangan and Gading Fajar Sidoarjo. Selling krispi fungus was given trademarks, KFM or Kemantren Fried Mushroom. "Kemantren is the name of my village, it's fried Mushroom Edible Mushrooms,” said Fuad. Material obtained from Pasuruan, there are many producers of Oyster mushrooms, better, thicker, not easily damaged and can last for 3 days and the purchase is also affordable. Fuad earlier surveys in several locations but the mushroom-producing fungi are too thin and easily damaged. The characteristics that mushrooms were discharged at harvest was packed in plastic definitely stinging scent will smell gas, so choose a fungus that was not packed but enough just to be placed openly and directly though. How much is the total production of mushrooms? "Every day I prepare 10 to 15 kilograms for sale and marketed to 4 locations in Sidoarjo," said Fuad. According to Fuad there is no special tools to make mushroom krispi, because it's using cart and a little table for frying and storing raw mushrooms. "I really wish there was a machine that could make more dried mushrooms and krispi but until now still need more funds to buy the machine absorber that the fungus is more crisp and tasty." Constraints faced is the employees that help businesses sell this krispi fungus. "Employees mutually exchange, they often assume that sell less cool and not bonafide, so frequent turnover and I must always seek out a replacement workers," he said. According to Fuad, mushrooms krispi be an alternative for those who tend to be vegetarians, who never eat meat-meat but want no food can taste like chicken. Fungus that is the way to replace the meat and it is equally delicious with flavors of chicken, and mushrooms also contain lots of high protein. "I treat this fungus not only in cooking
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
47
sendiri, dengan perpaduan bawang dan merica dan garam untuk gurihnya dan tanpa bahan pengawet apapun,” ungkap Fuad. Menurut Fuad, jamur ini punya kadar protein dan tinggi kolesterol juga, tapi biasanya orang hanya mempergunakannya sebagai tambahan saja, rasanya yang gurih, kenyal dan nikmat kalau digoreng krispi semua orang pasti suka dan bisa di jadikan bahan untuk acara-acara santai. Meskipun tidak diberikan penyedap rasa tapi sedapnya jamur sudah bisa di rasakan. Fuad menjelaskan, budi daya jamur itu resikonya besar, terutama kalau hendak di buat di daerah panas seperti Sidoarjo. Sebab jamur itu bisa tumbuh dengan subur di daerah yang cenderung dingin, seperti di kawasan Pacet Mojokerto, atau di Pasuruan yang lokasinya tinggi. “Sejauh ini saya masih belum terpikir untuk membudidayakan sendiri jamurnya, cukup saya pesan dan beli saja dari penghasil jamur dan pasti mereka memberikan jamur yang terbaik yang sesuai kebutuhan untuk saya, jadi samasama di untungkan,” ungkap Fuad. Pendapatan yang diperoleh perbulan, kata Fuad, setidaknya 30 juta-an,dan itu sudah cukup untuk membayar karyawan dan saya juga masih bisa membiayai kuliah. “Jadi kalau menjelang sore itu saya mulai buka untuk jualan, saya persiapkan segala perlengkapannya, bahannya dengan jamur 10 sampai 15 kilogram dengan 8 kilo tepung dan bumbu racikan saya sendiri, setiap hasil gorengan itupun harus ditimbang dulu untuk hitungan berat yang sama dalam sekali jual.”
48
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
Untuk meningkatkan kualitas produknya, Fuad tak henti-hentinya belajar. “Saya pun mengikuti kegiatan workshop untuk memperkenalkan produk jamur ini sekaligus memasarkannya. Untuk produk selain nasi jamur dan jamur krispi , saya mencoba untuk membuat nuggetnya dengan cara jamur di haluskan terlebih dahulu dan di baluri tepung seperti nugget ayam atau nugget sea food yang biasa kita temui di pasaran,” jelas Fuad. Anak ketiga dari empat bersaudara ini punya bakat pedagang dari kedua orang tuanya. Sang ayah juga memiliki usaha sendiri di rumah dengan berjualan air isi ulang sedang ibundanya menjadi penjahit yang cukup di kenal di Kecamatan Tulangan. “Butuh keberanian untuk membuat usaha sendiri ini, karena saya juga bisa mencari dan menemukan resepnya yang paling baik dan paling di sukai pelanggan, sudah 4 kali saya mencoba dan mengganti resepnya agar lebih enak lagi dan lebih gurih lagi dan kali ini resepnya juga sudah pas dan bagi penyuka jamur olahan, silahkan mencoba jamur krispi saya dan nasi jamurnya di jamin harganya murah, sehat dan enak,” kata Fuad berpromosi. Para pengunjung yang datang silih berganti untuk membeli Jamur Krispi buatan Fuad sore itu cukup ramai, mulai dari anak-anak hingga orang tua senang menjadikannya sebagai makanan kecil yang lebih enak dibandingkan makanan kecil dalam kemasan yang isinya lebih sedikit dibandingkan jamur krispinya Fuad dan di jamin puas menikmatinya.
2014
krispi but also made for nuggets and mushroom rice, marinade also my own work surface, with a mix of onion and pepper and salt to the delicious and without any preservatives," said Fuad. According to Fuad, this fungus has a high protein content and cholesterol as well, but usually people just use it as an additional course, taste the savory, chewy and delicious when fried krispi everyone will like and can be made of materials for casual occasions. Although not given but get a delicious mushroom flavor can already be felt. Fuad explained, mushroom cultivation was great risk, especially if you're going in for a hot area like Sidoarjo. Because the fungus can thrive in areas that tend to be cold, like in the Pacet Mojokerto, or in Pasuruan high location. "So far I still have not thought to cultivate their own mushrooms, enough to buy me a message and course of producing mushrooms and fungi sure they provide the best fit for my needs, so together in a profitable," said Fuad. Earned income per month, said Fuad, at least around 30 millions rupiahs, and it was enough to pay the employees and I also was able to pay for college. "So if it's late in the afternoon I began to open to sell, I prepare all the equipment, material with mushrooms 10 to 15 kilograms and 8 kilograms of flour and seasoning blend my own, any fried foods and even then the results should be weighed out for the count of the same weight in a single sale." To improve the quality of its products, Fuad unremitting study. "I also participated in the workshop to introduce this mushroom products to market at the same time. For products other than rice mold and mildew crispy, I tried to make nugget with mushroom pure way in advance and in baluri flour such as chicken nuggets or sea food nuggets that we usually encounter in the market," said Fuad. The third child of four siblings had the talent traders from both parents. The father also has his own business at home by selling refill water being sufficient seamstress mother became known in Tulangan. "It takes a courage to start my own business, because I was also able to search and find the recipe for the best and most preferred customer, already 4 times I try and change the recipe to make it more palatable longer and more savory recipe again and this time also been fitted and for mushroom enthusiasts processed, please try my crispy mushrooms and mushroom rice at guaranteed low cost, healthy and tasty." said Fuad promoting. The visitors who came and went to buy Fuad artificial mushroom crispy afternoon it was quite crowded, ranging from children to old people happy to make it as small meals more delicious than small meals in containers whose contents less than mushrooms crispy Fuad and the guaranteed satisfied enjoy it.
INDUSTRI SENI KAIN DI KECAMATAN TANGGULANGIN INDUSTRIAL OF ART FABRIC IN DISTRICT TANGGULANGIN
Kreasi Kain Perca Bernilai Seni Tinggi The High Value Of Art From Rag Creation
Inilah ide kreatif dari seorang ibu rumah tangga menjadikan seni menempelkan kain perca di atas kain atau benda yang berbahan kain , atau apapun barang kerajinan bisa di sulamkan kain perca sebagai aksen untuk mempercantik setiap barang yang sebelumnya hanya nampak polos biasa saja. This is a creative idea of a housewife makes attaching patchwork art on cloth or objects made of cloth, or any craft items can be in sulamkan patchwork as accents to beautify every item that was previously only appeared plain mediocre. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
49
D
itemui di kediamannya di Perumahan Tanggulangin Sejahtera II Blok R 1/40 Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, rumah mungil bertuliskan “ATHAYA”, itu memang banyak ditemukan begitu beragam produk perca buatannya. Indriyati menceritakan pengalamannya untuk membuat kreasi berbahan perca ini. “Awalnya saya memang suka menyulam, suka melukis, dan saya suka apapun yang menyangkut kerajinan tangan, meskipun dari bahan yang sederhana tapi hasilnya merupakan karya seni yang tak ternilai.” Di lingkungan rumahnya, Indriyati mengajari ibu-ibu rumah tangga untuk ikut berkarya dan belajar menyulam kain perca, dan mereka bisa mengerjakan pekerjaan menyulam ini di rumah masing-masing sambil tetap berkegiatan di rumahnya agar tidak mengganggu aktifitas di rumahnya. “Kalau ada pesanan, biasanya saya memberikan mal atau gambar contohnya terlebih dahulu untuk dipelajari dan dicobakan, baru kemudian ibu-ibu itu menyulamnya sendiri seperti yang saya inginkan. Cuma kekurangannya, saya kadang harus terus memberikan pengawasan pada saat pengerjaan, karena kadang apa yang sudah saya tunjukkan tidak sesuai dengan harapan saya,” kata Indri. Bahan perca adalah kain katun Jepang, kalau dibeli dalam dalam bentuk kain meteran biasanya berharga sangat mahal. Jadi Indri hanya mempergunakan perca saja. “Kaos anak-anak sampai dewasa, bajubaju wanita, mukena, sarung, sarung bantal,
50
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
sprei sampai seluruh dekorasi rumah itupun bisa saya desain dengan perca, dan inilah nilai keunikannya,” jelas Indriyati sambil tersenyum. Produk perca dipasarkan ke beberapa kota bahkan sampai Jakarta dan Semarang termasuk juga di Surabaya dan Sidoarjo. “Keberanian untuk menabrak motif dan corak itulah uniknya, jadi apapun benda atau barang yang hendak di hias dengan perca, percanya bisa mempergunakan warna apapun, corak dan motif yang berlawanan juga akan lebih menarik dan tidak harus senada,” kata Indriyati. Indriyari menambahkan pesanan banyak datang bila menjelang lebaran, di situ produk ditempelkan pada mukena dengan motif tabrak lari, atasannya bisa bunga-bunga tapi bawahannya bisa dengan motif polkadot atau bola-bola. Sajadahnya disulap dengan kain perca untuk memberikan aksen berbeda dari yang lain. “Seluruh produk buatan saya ini tidak ada kembarannya, masing-masing di buat sendiri-sendiri dengan motif sendirisendiri dan tidak sama satu sama lain meskipun sama-sama kain panjangnya, atau sama-sama sarung bantal, tetap dibuat berbeda,” ujarnya. Untuk satu kaos anak-anak harganya bisa sampai Rp 100 ribu tergantung tingkat kesulitan pembuatannya saat menyulam. Satu hari bisa satu aplikasi perca di bubuhkan untuk satu pakaian, karena ini mempergunakan tangan dalam menyulam untuk menyatukan kain perca dan bahan yang di dekorasi. Benang sulam berkualitas bagus sehingga lebih awet bila dibandingkan dengan sablonan. “Misalnya ada pesanan yang sifatnya dadakan dan harus dengan cepat dikerjakan, saya memang harus mengerahkan tenaga pekerja dari ibuibu yang selama ini sudah membantu usaha saya, melembur sampai paginya karena sudah hendak diambil pemesan,” kata Indriyati. Dia menceritakan pernah membuka counter di Cito Waru, tapi karena harga sewa naik, dia memutuskan untuk menutup counter dan melanjutkan usaha di rumah. Ibu satu anak ini juga menceritakan jika dirinya seorang guru atau pengajar di Sekolah Islam Al Azhar, dan menjadi pengajar untuk kerajinan tangan. Kalau pagi dia mengajar, dan aktifitas kegiatan menyulam perca ini di lakukan sepulang kerja bersama ibu-ibu tetangga sambil kumpul-kumpul. “Suami sangat mendukung aktifitas saya karena bisa dikerjakan dirumah sambil mengasuh anak-anak,” ujar Indriyati yang juga seorang Sarjana Hukum. Hobi Indriyati melukis ternyata menjadi berkah usaha. “Awal saya suka untuk membubuhkan apapun di atas kain agar tak terlihat polos saja, saya dulu melukis di atas kain, melukis di kaca sebagai dekorasi benda yang unik,” Kata Indriyati sambil menunjukkan lukisan cantiknya di sebuah gelas kaca.
2014
M
et at his residence in Perumahan Tanggulangin Sejahtera II Blok R 1/40 District Tanggulangin Sidoarjo Regency, small house that read "ATHAYA", it is commonly found so diverse patchwork homemade products. Indriyati recounts to make this patchwork creations made. "At first I was like embroidery, loves to paint, and I love anything that involves crafts, although of simple materials but the result is a priceless work of art". In the home environment, Indriyati teach mothers to participate in household work and learn embroidery patchwork, and they can do this embroidery work in their homes while remaining inactive in the house so as not to interfere with the activities in the house. "If there is order, usually I give the mall or images first example to be studied and tested, then the mothers menyulamnya itself as I want. Only shortcomings, I sometimes have to continue to provide oversight during construction, because sometimes what I have indicated is not in accordance with my expectations," said Indri. Material is fabric Japanese cotton rag, if purchased in the form of precious fabrics are usually very expensive meter. So just use a patchwork Indri only. "Children to adults t-shirt, women's clothes, praying clothes, gloves, pillowcases, bed linen until the entire home decor and even then could I design with patchwork, and this is the value of its uniqueness," said Indriyati smiling. Perca products marketed to several cities even to Jakarta and Semarang as well as in Surabaya and Sidoarjo. "The courage to hit a motif that is unique, so any object or item to be decorated with patchwork, percanya can use any colors, patterns and motifs opposite would also be interesting and should not matching," said Indriyati. Indriyati add many orders come when before Eid, in situ product mukena motif attached to a hit and run, his superiors may flowers but could subordinates with polka dot print or balls. Prayer mat with a patchwork transformed to give a different accent from the others. "All of my products made no twin, each made their own with their own motives and not equal to each other, although equally fabric length, or both pillowcases, still made differently," she said. For one shirt kids can cost up to 100 thousand rupiahs depending on the difficulty of manufacture when embroidering. One day can be a patchwork of applications for one outfit, because it uses a hand in embroidery to unify the patchwork and materials in the decoration. Good quality embroidery thread so it is more durable when compared with sablon. "For example, there are orders that are impromptu and should be quickly done, I did have to deploy workforce of mothers that had already helped my business, overtime to the next because the buyer was about to be taken," said Indriyati.
Hiasan perca ini bisa di pasangkan pada tas yang terbuat dari rotan, enceng gondok, dan kayu hingga menjadi cantik dan menarik serta unik. Untuk promosi dia mengikuti pameran-pameran yang di adakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. “Pernah saya di undang ke Sumatra di Padang Pariaman dan di Wakatobi, di sana saya di minta untuk mengajarkan bagaimana cara menyulam perca, untuk berbagi pengetahuan,” kata Indriyati. Bagaimana membuat produk yang bernilai seni? Kuncinya, desain dibuat sendiri dan membuat contoh awal. Mmenempatkan perca itupun juga tidak sembarang menempatkan di atas bahan. Tempelan harus terlihat seperti ada cerita, misalnya ada gambar hewan , alam dan bunga atau hurufnya, jadi cara menempatkan guntingan perca itupun harus hati-hati agar tidak terkesan menumpuk. Pintarnya mendesain kain perca, Indriyati kerap dicari pelanggan untuk mendekorasi rumahnya untuk menyambut perayaan tertentu. “Dia meminta saya memberikan aksen yang unik diseluruh ruangan, mulai dari ruang tamu sampai pada kamar, ruang makan dan semuanya diberikan dekorasi perca dan mereka
mengaku puas dengan hasil karya saya yang unik, merekapun berani membayar mahal atas hasil yang diperolehnya dari karya saya,” kata Indriyati. Di rumahnya, ada beberapa tas jinjing, tas tangan yang banyak dibuat dan diberikan aplikasi perca yang unik. Tempat koran, taplak, bantal kursi, tempat tisue, bros, mukena, sarung, kebaya dan kain panjangnya sampai hiasan dinding pun yang seluruhnya berhias perca. “Saya juga membuat baliho dengan dekorasi perca, karena kalau baliho biasa itu cenderung mudah robek dan tentunya kurang memiliki nilai seni,” kata Indriyati sambil menunjuk salah satu contoh baliho buatan tangannya yang seluruh tulisan di buat dari kain perca dan sangat manis terlihatnya. Indriyati mempergunakan Website untuk memperkenalkan sekaligus memasarkan produk. “Era teknologi informasi harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,” kata Indriyati sambil berharap pihak pemerintah mau ikut mendukung usaha kecil menengah ini karena ikut memberikan kontribusi memberdayakan perempuan dan mengurangi pengangguran.
He tells been opened counters at Cito Waru, but because the price of the rent up, he decided to close the counter and continued efforts at home. The mother of one child also tell if he was a teacher or lecturer at Al-Azhar Islamic School, and became a teacher for handicrafts. If morning he taught, and activity events patchwork embroidery is done after work with the mothers neighbors while gathering. "The husband is very supportive of my activities because it can be done at home while caring for children," said Indriyati who is also a Law degree. Indriyati hobby paint turned out to be a blessing business. "Earlier I like to put anything on top of the cloth so as not to look plain, my first painting on fabric, painting on glass as decoration unique objects," said Indriyati while showing her beautiful paintings in a glass beaker. This patchwork decoration can be mounted on a bag made of rattan, water hyacinth, and wood to be beautiful and attractive and unique. For the promotion he followed exhibitions held the Department of Industry and Trade. "Once I was invited to Sumatra in Padang Pariaman and in Wakatobi, there I was asked to teach how to sew patchwork, to share knowledge," said Indriyati. How to make a product that is valuable art? The key, created their own designs and make the initial sample. Mmenempatkan rag itself also not just put on top of the material. The patch should look like there is a story, for example, there are images of animals, nature and flowers or letters, so I put a fleece patchwork that too must be careful not seem to accumulate. Clever design patchwork, Indriyati customers often sought to decorate his house to greet a particular celebration. "He asked me to give a unique accents throughout the room, from the living room to the room, dining room and everything was awarded the decoration patchwork and they said he was satisfied with the results of my work are unique, they also willing to pay dearly for the results obtained from my work," Indriyati said. At home, there are some tote bags, hand bags which are made and given a unique patchwork applications. Place newspapers, tablecloths, cushions, a tisue, brooches, mukena, sarung kebaya and cloth length up entirely wall ornament ornate patchwork. "I also make banners with patchwork decoration, because if ordinary billboards that are prone to tearing and certainly lacked artistic value," Indriyati said, pointing to one of the examples of hand-made banners entire article made of patchwork and very sweet invisibility. Indriyati use the website to introduce and market the product. "The era of information technology should be utilized as much as possible," said Indriyati hoping the government would help support small and medium enterprises is due to have contributed to empower women and reduce unemployment. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
51
INDUSTRI KONVEKSI DI KECAMATAN JABON CONVECTION INDUSTRY IN DISTRICT JABON
Menjaga Omzet Dengan Memperhatikan Trend Fesyen Keeping The Income By Noticing Trend Fashion
Beralamat di Desa Kedung Cangkring RT 1 RW 1 Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, Zarqoni menjalankan bisnisnya sebagai pengusaha pembuatan kaos dan jaket. Pekerjaan yang telah di jalaninya selama 8 tahun lamanya karena mengikuti apa yang dulunya menjadi pekerjaan dari kakaknya. Located at Kedung Cangkring RT.1, RW 1 District Jabon of Sidoarjo regency, Zarqoni doing business as entrepreneur-making shirts and jackets. The work has been in live it for 8 years because it follows what used to be the work of his brother. 52
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
M
enjadi pembuat kaos dan jaket menjadi pilihannya. Hingga saat ini dia telah memiliki 8 mesin. Mesin-mesin itu ditaruh di rumah warga yang membantu dan ikut bekerja sebagai karyawan. “Saya hanya memanfaatkan tenaga dan mempekerjakan tetangga sekitar saja,” jelasnya. Untuk memasarkan dan mencari orderan, Zarqoni mencarinya ke sekolahsekolah dan hanya menerima pesanan yang biasanya orang tahu dari orang yang pernah menjadi pelanggan saya, pemasaran dengan system pertemanan ini membantu mengembangkan pemasaran konveksi. Sampai sekarang, konveksi Zarqoni sudah merambah sampai Kalimantan Timur. “Kaos dan jaket buatan saya tak hanya di minati sekolah-sekolah saja, tapi untuk seragam marinir, untuk seragam
pabrik juga banyak pesanan,” ungkap Zarqoni sambil menunjukkan tumpukan kaos-kaos garapannya yang memenuhi ruang depan rumahnya. Bahan untuk konveksi diperoleh dari Jalan Kapasan Surabaya. Sementara desain sablon tergantung pesanan. Biasanya pihak pemesan sudah menentukan sendiri desain gambar untuk kaos pesanannya dan Zarqoni memperbaiki atau terkadang memilihkan warna yang cocok. Zarqoni juga menerima pesanan kaos untuk Distro, karena desainnya itu beragam, dan yang dibutuhkan adalah kreatifitas membuat tema dan desain gambar sablonnya. Kadang pihak distronya yang mendesain. “Modal untuk membuat kaos dan jaket ini juga mengikuti kondisi, kadang pesanan banyak tapi dananya kurang.
B
eing a shirt and jacket maker choice. Until now he has had 8 engine. The machines were placed in homes that help and go to work as an employee. "I'm just using power and employing neighbors," he explained. To market and seek orders, Zarqoni to look for school-school and only accept orders that are usually people know of people who have become my customers, marketing the system friendship helps develop marketing convection. Until now, convection Zarqoni has penetrated to the East Kalimantan. "T-shirt and jacket I made not only in the interest of the schools alone, but for the marines uniform, uniform for factory too many orders," said Zarqoni while showing a pile of T-shirts he made that meets the front room of his house. Materials for convection is obtained from the Jalan Kapasan Surabaya. While the design screen printing depends on the order. Usually the buyer has set itself the design drawings for t-shirt orders and Zarqoni repair or sometimes choose a suitable color. Zarqoni also accept orders for shirts for distributions, because the design is diverse, and all it takes is creativity to create a theme and design drawings sablonnya. Sometimes the distro that design. "Capital to make shirts and jackets also follow the conditions, sometimes many orders but lacking funds. It is also sometimes an obstacle in the convection that I manage, I wish to continue to develop myself and my business in order to also attract workers as much as possible, but if the funds to be able to fulfill the order is not enough, of course I can only meet with adjusting state finances," he said. Zarqoni determined to continue to maintain its business. "It is better independently with their own business like this, it could create jobs and explore the ability of others to learn entrepeneur. That in the face it is the face of the workers who sometimes fun, sometimes frustrating as well and look less serious," said the man born in 1969. Associated with the development of Human Resources, Zarqoni revealed himself diligently follow the business development training which is held the Department of Cooperatives, Industry and Trade with the aim to find the network. "Marketing to the website also have I done that my convection can be widely known to the public. I am interested in the marketing system that can be in the know through the internet to facilitate introduce my product and the buyer who is interested can directly contact me directly," said Zarqoni owner Conny's Collection. For the time of making the order that is not too difficult, in a day Zarqoni can finish 100 pieces of T-shirts and so. "If I am teaching in middle and high school Private in Sidoarjo region, and I also gained teaching about business and to entrepreneurial company as well," he said. Regarding turnover or income, if in a month can produce 2500 t-shirts at a price of 25 thousand rupiahs one shirt, income from
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
53
Ini juga yang kadang menjadi kendala dalam usaha konveksi yang saya kelola, saya berkeinginan untuk bisa terus mengembangkan diri dan usaha saya agar bisa juga menarik pekerja sebanyak mungkin, tapi kalau dananya untuk bisa memenuhi pesanan tidaklah cukup, tentu saja saya hanya bisa memenuhi dengan menyesuaikan keadaan keuangannya,” ujarnya. Zarqoni bertekad untuk terus mempertahankan usahanya. “Memang lebih baik mandiri dengan usaha sendiri seperti ini, bisa membuka lapangan pekerjaan dan mengeksplore kemampuan orang lain agar belajar berwirausaha. Yang di hadapi itu adalah saat menghadapi pekerja yang kadang menyenangkan, kadang mengesalkan juga dan terlihat kurang serius,” kata pria kelahiran 1969 ini. Terkait dengan pengembangan Sumber Daya Manusia, Zarqoni mengungkapkan dirinya rajin mengikuti pelatihan pengembangan usaha yang di adakan pihak Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan dengan tujuan untuk mencari jaringan. “Pemasaran dengan website juga sudah saya lakukan agar usaha konveksi saya ini bisa diketahui khalayak secara luas. Saya tertarik dengan sistem pemasaran yang bisa di ketahui melalui internet untuk memudahkan memperkenalkan produk saya dan pemesan yang berminat bisa langsung mengontak saya secara langsung”, ujar Zarqoni pemilik Conny’s Collection. Untuk waktu pembuatan pesanan yang tidak terlalu sulit, dalam sehari Zarqoni bisa menyelesaikan 100 buah kaos dan jadi. “Kalau pagi saya mengajar di SMP dan SMA Swasta di daerah Sidoarjo ini, dan saya pun mengajar tentang usaha dan kewirausahaan juga,” katanya. Mengenai omzet atau penghasilan, kalau dalam sebulan bisa menghasilkan 2500 kaos dengan harga Rp.25 ribu perkaos, pendapatan dari hasil usaha membuat kaos dan jaket ini cukuplah untuk menafkahi istri dan 2 anak termasuk pekerjanya. “Selesainya pemesanan itu tergantung jumlah antrian garapan dan jumlah pesanan, kalau tidak ada pesanan lain, paling lambat sebulan sudah selesai tapi kalau pesanan banyak dan jumlahnya juga banyak, ya harus antri dan menunggu tapi saya tetap mengerahkan seluruh pekerja untuk bisa menyelesaikan pesanan sesuai waktu yang diinginkan pemesan, itulah mengapa mesin-mesin jahitnya saya taruh di rumah pekerja yang tinggal di sekitar rumah saya untuk bisa menggarapnya di rumah tanpa terganggu urusan rumah tangganya,” ujar Zarqoni. Ia mengungkapkan desain kaos ini tak harus selalu mengikuti trend. Kadang ada yang suka tidak mempergunakan krah pada bagian lehernya tapi kadang lebih suka kalau kaosnya memakai krah,
54
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
jadi tergantung bagaimana keinginan pemesan saja. Untuk seragam olahraga sekolah pastinya akan lebih banyak yang suka kalau tanpa krah, tapi kalau untuk pekerja atau karyawan pabrik akan terlihat lebih formal kalau memakai krah pada bagian lehernya. Apa resep agar usahanya lancer dan tidak ditinggal pembeli? “Saya selalu memberikan potongan harga untuk pelanggan yang sudah sangat sering memesan dan mempercayakan pemesanan seragam ditempat saya,” kata Zarqoni.
2014
business makes shirts and jackets is sufficient to support his wife and two children, including workers. "The completion of the reservation depending on the number of queues claim and the amount of the order, if no other orders, no later than one month already finished but if you order a lot and the amount is too much, so you have to queue and wait but I still put all workers to be able to complete the order corresponding time the buyer wants, that's why my sewing machines put workers staying at home around my house to be able to work on it at home without being disturbed domestic affairs," said Zarqoni. He expressed this shirt design does not have to always follow the trend. Sometimes there who would rather not use the collar on the neck but sometimes prefer it if his shirt collar to wear, so depending on how the buyer desires alone. For school sports uniforms will certainly be many who prefer that without collar, but if for workers or employees of the plant will look more formal if you wear a collar at the neck. What is the recipe so that the business smoothly and not left to the buyer? "I always give discounts to customers who have very often ordered and uniform booking entrust my place," said Zarqoni.
INDUSTRI SEPATU DI KECAMATAN KRIAN SHOE INDUSTRY IN DISTRICT KRIAN
Mempertahankan Produk Sepatu Berciri Khas Sidoarjo Sustaining The Characteristic Of Sidoarjo’s Shoes
Mempertahankan eksistensi bisnis keluarga ternyata tidaklah semudah apa yang kita bayangkan. Dibutuhkan calon generasi yang cukup handal dan penanganan usaha secara profesional, agar bisnis tersebut bisa semakin berkembang di tangan para penerusnya. Maintaining the existence of a family business is not as easy as it turns out what we imagine. It takes a fairly reliable candidate generation and handling business in a professional manner, so that the business can be further expanded in the hands of his successors. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
55
I
barat tahta sebuah kerajaan, sang perintis usaha juga harus menyiapkan calon penerusnya sebelum mereka menyerahkan bisnis tersebut secara keseluruhan. Hal ini penting agar mental dan keahlian sang penerus bisa terbangun secara matang, sehingga kedepannya diharapkan bisnis keluarga yang dilimpahkan pada generasi berikutnya bisa semakin besar dan tidak kalah bersaing dengan bisnis lainnya yang ada di pasaran. Junaidi Abdillah merupakan generasi kedua dari Madekan, pengusaha sepatu Fashion Collection yang saat ini dipercaya untuk mengelola bisnis sepatunya itu. Sebagai generasi kedua dalam sebuah kelompok bisnis, Juned, biasa dia dipanggil menghadapi banyak tantangan. Menurutnya manajemen bisnis sangat penting tetapi di samping itu juga masih banyak lagi peluang yang harus ditangkap. Apalagi sebagai penerus, bukan perkara mudah untuk bisa mempertahankan nilainilai entrepreneurship dalam perusahaan keluarga.
56
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
Bagi saya yang menjadi bagian generasi kedua dalam perusahaan keluarga, untuk memahami dan berperan seperti halnya generasi pertama bekerja dulu sangatlah sukar, jika tidak bisa dikatakan mustahil. Hal ini menurutnya banyak perbedaan yang terbentang antara sang ayah, pendiri atau generasi pertama dengan dirinya sebagai generasi kedua yang menjadi suksesor. “Bapak sendiri mulai terjun di sepatu kan tahun 80an. Waktu itu sudah konsentrasi di sepatu kulit. Beliau mendirikan bisnis pertamakali tanpa apapun, kecuali tekad dan semangat. Benarbenar mulai dari titik nadhir nol,” ujarnya. Juned mengaku, awalnya tidak pernah ada keinginan untuk meneruskan bisnis sang ayah. Setelah menyelesaikan kuliah di STIE PERBANAS, Ia ingin sekali membuka usaha sendiri.”Tapi, saya bingung, mau buka usaha apa,” katanya. Sebagai sarjana yang lulus di jurusan Manajemen, tentu baginya ingin sekali kerja di kantor sebagai seorang Manajer. Sambil menunggu panggilan kerja,
2014
L
ike the throne of a kingdom, the pioneering efforts should also prepare prospective successors before they hand over the business as a whole. It is important that the successor to the mental and expertise can be awakened in a mature, so the expected future family business can be transferred to the next generation is getting bigger and do not compete with other businesses on the market. Junaidi Abdillah is a second generation of Madekan, entrepreneurs shoes Fashion Collection, which is now believed to manage the shoe business. As the second generation in a business group, Juned, plain he was called to face many challenges. According to business management is very important but in addition also there are many more opportunities to be seized. Moreover, as the successor, not easy to be able to maintain its the values of entrepreneurship in family firms. For me that is part the second generation in the family company, to understand and act just like the first generation of working out is very difficult, if not impossible. This is according to a lot of difference that lies between the father, the founder or first generation with himself as the second generation who became successor. "My Father began to plunge in the 80s shoes. It was already a concentration in shoe leather. He founded the first time without any business, except for the determination and spirit. From point of zero history." He said. Juned admitted that initially there was never any desire to continue his father's business. After finishing college in STIE PERBANAS, he wanted to open his own business. "But, I'm confused, what would like to open a business." He said. As a scholar who graduated at the Department of Management, of him wanted to work in an office as a manager. While waiting for a job, he then helped his father to promote products leather shoes. Not infrequently, he also learned how to produce these leather shoes. "In 2009 that, then I am interested in the world of shoes. Not only promotion or production, I was also helped design the shoe model. I combine the old model to the new model at this time." He added Husband of Ety Herath that was later developed into a leather shoes fashion shoes with contemporary models. In addition, not only leather shoes, this time Juned also develop a variety of leather products such as leather slippers, leather bags, leather wallets, leather belts and leather key chain. "If now, you stay oversee production and store only. All has been handed to me. "He told to Prospek. Within a day, currently Juned can produce 1000 pairs of shoes with a market to Krian, Malang, Central of Java, Jakarta and Kediri. With the knowledge management in STIE PERBANAS, Juned managing a shoe factory in accordance with the portions. Assisted with 35 employees consisting of sewing parts, parts soles, and finishing, she admits she still confusion in fulfilling customer orders are
dirinya kemudian membantu sang ayah mempromosikan produk sepatu kulitnya. Tak jarang pula, Ia juga belajar bagaimana memproduksi sepatu kulit tersebut. “Tahun 2009 itulah, kemudian saya tertarik dengan dunia sepatu. Bukan hanya promosi atau produksi, saya pun juga membantu mendesain model sepatu. Saya mengkombinasi model lama dengan model baru saat ini,” lanjutnya lagi. Suami dari Ety Herawati itu pun kemudian mengembangkan sepatu kulit menjadi sepatu fashion dengan model kekinian. Selain itu juga, bukan hanya sepatu kulit, saat ini Juned juga mengembangkan aneka produk dengan bahan kulit seperti sandal kulit, tas kulit, dompet kulit, ikat pinggang kulit dan gantungan kunci berbahan kulit. “ Kalau sekarang, bapak tinggal mengawasi produksi dan toko saja. Semua sudah diserahkan kepada saya,” ujarnya kepada Prospek. Dalam sehari, saat ini Juned bisa memproduksi 1000 pasang sepatu dengan
pangsa pasar Krian, Malang, Jawa Tengah, Jakarta dan Kediri. Dengan bekal ilmu manajemen di STIE PERBANAS, Juned mengelola pabrik sepatu sesuai dengan porsinya. Dibantu dengan 35 pekerja yang terdiri dari bagian jahit, bagian sol, dan finishing, dirinya mengaku masih kebingungan dalam memenuhi pesanan konsumen yang semakin membludak. “Kendala kami saat ini adalah terbatasnya Sumber Daya Manusia nya. Saat ini, susah sekali mencari tenaga ahli. Banyak yang membuka usaha sendiri di rumahnya,” ujarnya. Menurutnya, di sinilah tantangan yang ia hadapi saat ini. Sedangkan untuk bahan kulit, Ia memastikan bahwa kulit dari Magetan dan Bandung masih bisa diperoleh dengan kualitas yang cukup baik. Ia mengakui sebagai sang penerus (generasi kedua), Ia memulai usaha ini dari titik 100, harus bekerja keras memastikan sistem yang sudah ada tidak runtuh. Ia juga harus tetap kuat untuk mempertahankan
increasingly booming. "Our current constraint is the limited Human Resources. Currently, hard to seek expert. Many have opened their own business at home." He said. According to him, this is where the challenge he faces today. As for leather, he ensures that the skin of Magetan and Bandung could still be obtained with good enough quality. He was admitted as the successor (second generation), he started this business from point 100, must work hard to make sure the existing system does not collapse. He also must remain strong to maintain and sustain the growth of the company. "This is the biggest challenge," Specifically. He stressed that does not mean all of these challenges there is no solution. He is sure to have a superior human resources, all of it will be resolved prior to it even though he had a lot of work to improve the quality of human resources as owned by his father. In the hands Juned, Fashion Collection reverberate farther away. He attributed this to not be separated from the cold hands of his father, who always supported and guided. "The knowledge I took from Mr. is discipline in work. Of disciplines come on time to the office to manage the financial discipline. As long as we are still healthy and this is always reminded of my father on. Having a dream what, would like, then Is it really a dream of us or because people say so, if this is really our dream and we really want to get to it, then we have to bring our team to follow the rhythm of heading to it. Otherwise, the business will not work. "He mimicked father message. In addition to the management, Juned also have to rack my brain so that the shoe business increasingly popular with the public. In addition to ongoing innovation by the presence of models and the latest design, quality is the main guarantee of output products Fashion Collection. Starting from the best leather quality, to quality stitching with supporting accessories and precision stitching is also the best compared to others. This is recognized Juned, although the product is fairly little more expensive than others, but the quality standards best will complete customer satisfaction. In terms of price, Juned fix the price of leather shoes from 150 thousand to 300 thousand rupiahs. "I have high priority. Although people say my product is more expensive than others but about quality should be compared only. As for the shoes, it is rare that people make sewn, mostly pressed or glued only. Well I still maintain that sewn although I can not too much production. Except when ordering in large quantities at low prices, then I do. And that's without using the brand Fashion Collection and Locatelli, because my customers already know our shoes quality standards," he explained. For customer satisfaction, we always try to provide the best waiter we provide services such as shoe repair, replace soles, puna selling shoes to shoe size orders. "We also accept orders shoes with super large size. For boys,
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
57
dan menopang pertumbuhan perusahaan. “Inilah yang menjadi tantangan terbesarnya,“ tegasnya. Ia menandaskan bukan berarti semua tantangan ini tidak ada solusinya. Ia yakin dengan memiliki sumber daya manusia yang unggul, semua itu akan teratasi meski untuk itu sebelumnya dirinya harus banyak berupaya meningkatkan mutu SDM sebagaimana yang dimiliki oleh sang ayah. Di tangan Juned, fashion Collection berkumandang makin jauh. Keberhasilan tersebut menurutnya tak lepas dari tangan dingin ayahnya yang selalu mendukung dan membimbingnya. “Ilmu yang saya ambil dari Bapak adalah kedisiplinannya dalam bekerja. Dari disiplin datang tepat waktu ke kantor sampai disiplin mengelola keuangan. Selama kita masih sehat dan inilah yang selalu diingatkan Bapak pada saya. Mempunyai mimpi apa, mau seperti apa, lalu Apakah mimpi itu benar-benar dari kita atau karena orang bilang saja, Jika ini benar-benar mimpi kita dan kita benar-benar ingin sampai ke situ, maka kita harus membawa tim supaya mengikuti ritme kita menuju ke situ. Kalau tidak, bisnis tidak akan jalan,” katanya menirukan pesan sang ayah. Selain pengelolaan manajemen, Juned juga harus memutar otak supaya bisnis sepatunya semakin digemari masyarakat. Selain inovasi yang terus dilakukan dengan hadirnya model-model dan rancangan terbaru, kualitas adalah jaminan utama berbagai produk keluaran Fashion Collection. Mulai dari kualitas kulit terbaik, hingga kualitas jahitan dengan asesoris pendukung dan presisi jahitan juga yang terbaik dibanding lainnya. Inilah yang diakui Juned, meski produknya terbilang sedikit lebih mahal dari lainnya, namun standar kualitas terbaiklah yang akan melengkapi kepuasan pelanggannya. Dari segi harga, Juned mematok harga sepatu kulitnya mulai dari Rp. 150 ribu hingga Rp. 300 ribu.“Saya utamakan kualitas. Meskipun orang bilang produk saya lebih mahal dari lain tetapi soal kualitas boleh dibandingkan saja. Seperti untuk sepatu, sudah jarang orang bikin yang dijahit, kebanyakan dipress atau dilem saja. Nah saya tetap mempertahankan yang dijahit meskipun saya tidak bisa produksi yang terlalu banyak. Kecuali kalau pemesanan dalam jumlah banyak dengan harga yang murah, baru saya kerjakan. Itupun tanpa menggunakan merek Fashion Collection dan Locatelli, karena pelanggan saya sudah tahu standar kualitas sepatu kami,” jelasnya. Untuk kepuasan konsumen, kami selalu mencoba memberikan pelayan terbaik kami semisal memberikan jasa reparasi sepatu, mengganti sol, puna jual sepatu hingga pemesanan ukuran sepatu.” Kami juga menerima pesanan sepatu dengan ukuran super besar. Untuk cowok, sampai ukuran 50 cm. Sedangkan sepatu cewek, ukuran sepatu sampai 43 cm,” ujarnya. Dalam sehari, Showroom sepatu miliknya bisa menjual 5 hingga 10 pasang
58
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
dengan omset Rp. 1 juta. Prestasi membanggakan bagi dirinya dan keluarga, ketika banyak masyarakat yang menyukai produk buatannya. Selain itu, produk fashion Collection dan Locatelli miliknya dipakai oleh berbagai pejabat tinggi dan orang terkenal. “ Itu sangat membanggakan keluarga mbak,” ucapnya bangga ketika didatangi Ibu Menteri UKM, istri dari Suryadharma Ali. Untuk mengembangkan ilmu dan bisnis sepatu kulitnya, Junaidi Abdillah, begitu nama lengkapnya, selalu rajin mengikuti pameran produk dan pelatihan produk yang diselanggarakan seperti pameran Jatim Expo, pameran di Jakarta dan kota-kota lainnya serta pameran dari Diskoperindag. Menghadapi pasar bebas 2015, Juned mengaku siap bersaing dengan Negaranegara lainnya, karena dirinya selalu berusaha menjaga kualitas produknya.
2014
until the size of 50 cm. While girls shoes, shoe size to 43 cm. "He said Within a day, her shoes Showroom could sell 5 to 10 pairs with a turnover of 1 million rupiahs. Proud achievement for himself and his family, when a lot of people who liked the homemade products. In addition, the product of his fashion Collection and Locatelli used by various dignitaries and famous people. "It was very proud of ya family." He said proudly when approached Mrs. Minister of SMEs, the wife of Suryadharma Ali. To develop the science and business leather shoes, Junaidi Abdillah, so full name, always diligently follow the exhibition of products and training products diselanggarakan like Jatim Expo exhibition, exhibition in Jakarta and city - other cities as well as exhibitions of Diskoperindag. Facing the free market in 2015, Juned claimed to be ready to compete with the countries, because he always tried to maintain the quality of its products.
INDUSTRI SABLON DI KECAMATAN SUKODONO PRINTING INDUSTRY IN DISTRICT SUKODONO
Merintis Industri Kreatif Di Sidoarjo Pioneering Creative Industry In Sidoarjo
Ada pepatah, “Kesuksesan lahir dari keberanian mengalahkan ketakutan”. Mungkin idiom ini yang menjadi pecutan bagi Imam Wahyudi dan Rahmat hingga berani memulai sebuah usaha yang berawal dari modal Rp. 15 juta hingga Rp.17 juta hasil “patungan” bersama. There is a saying, "Success is born of courage defeating fear". Perhaps this is the prod idiom for Imam Wahyudi and Rahmat up the courage to start a business that originated from the capital of 15 million to 17 million rupiahs results "joint" together. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
59
T
ak sengaja bertemu di sebuah pelatihan pencitraan yang diselenggarakan oleh Diskoperindag dan ESDM Sidoarjo, tepatnya di Malang, Imam Wahyudi dan Rahmat dan akhirnya berkolaborasi di bisnis percetakan dan sablon. Kini, keduanya sudah menangguk hasil dari perjuangannya dalam waktu dua tahun ini. Dari modal tersebut dalam satu tahun saja, omzetnya sudah mencapai ratusan juta rupiah. Bahkan, saat ini dalam sebulan sedikitnya berhasil mencapai transaksi hingga puluhan juta. Ketika ditemui di tempat produksinya, dengan ukuran 5 x 10 meter, tepatnya di Jalan Langsep, Desa Masangan Kulon, Kecamatan Sukodono Adira Collection, Imam dan Rahmat mengisahkan pertemuan mereka yang akhirnya bekerja sama dalam satu payung Usaha ADIRA Collection. Tahun 2012, tepatnya mereka mulai usaha tersebut. Bermodalkan keberanian dan sedikit modal yang ada, Imam dan Rahmat memulai usaha percetakan dan sablon ini. Awalnya mereka melakukan promosi melalui pelanggan masing-masing. “Itulah yang menjadi semangat kami sekarang, jemput bola,” katanya. Modal yang ada kemudian mereka belikan peralatan untuk sablon secara manual seperti Screen 60 biji, 20 biji
60
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
crackel, 6 biji meja sablon, dan cat PVC satu kilo waktu itu. Kesuksesan mereka tak hadir begitu saja. Sebelum memulai bisnis sablon dan percetakan ini, keduanya memiliki usaha masing-masing. Rahmat dengan usaha berbagai asesorisnya dan Imam memiliki koleksi kaos, jaket dan jas hujannya. “Dari yang semula sendiri, sekarang kami berdua sebagai tim kreatif sendiri,” tutur Imam. Di tempat yang sama pula, Rahmat mengungkapkan kerja sama yang dilakukan bersama Imam Wahyudi memberi berkah sendiri bagi dirinya dan keluarga. Rahmat mengatakan di tahun kedua ini, banyak pesanan yang datang melalui ADIRA Collection. “ Saat ini, kami sedang mengerjakan sablon Cover Bag milik sepatu Cosh. Belum lagi pesanan-pesanan lainnya yang harus antri untuk dikerjakan,” ujarnya sambil tersenyum. Dalam sehari, keduanya bisa mengerjakan 500 pasang sablon cover bag, 65 buah kaos empat warna, serta sablonsablon lainnya. Untuk menyelesaikan pesanan sablon dan percetakan tersebut, Imam Wahyudi dibantu Rahmat selalu bekerja sama dan saling membantu. Berkat ketekunan dan kegigihan mereka berdua, kini order yang mereka terima semakin tinggi. Dalam satu tahun
2014
A
ccidentally met at a workshop organized by Diskoperindag and EMR Sidoarjo, precisely in Malang, Imam Wahyudi and Rahmat and eventually collaborate in business printing and screen printing. Now, both have to reap the results of the struggle within two years. Of the capital in one year alone, the turnover has reached hundreds of millions of dollars. In fact, this time in a month at least succeeded in reaching tens of millions of transactions. When met at the place of production, with a size of 5 x 10 meters, precisely on Jalan Langsep, Masangan Kulon village District of Sukodono, Adira Collection, Imam and Rahmat tells the story of their meeting that ended up working together under one umbrella ADIRA Business Collection. In 2012, they started the business to be exact. Capitalize courage and little capital there, Imam and Rahmat start a printing business and this screen. Initially they do promotions through their customers - each. "That is the spirit we are now, pick up the ball." He said. Existing capital and then they buy the equipment for screen printing Screen manually as 60 seeds, 20 seeds crackel, 6 seeds screen printing table, and PVC paint one kilo of that time. Their success was not present for granted. Before starting a business is printing and printing, both have respective businesses -
pertama, usaha mereka terbilang meroket. Apalagi, menjelang pesta demokrasi beberapa waktu lalu. “Alhamdulillah, omset kami naik tajam,” ucapnya. “Awalnya, semua keuntungan kami putar lagi menjadi modal. Tentunya atas kesepakatan kami berdua,” ujar Imam Wahyudi. Setelah melihat perkembangan bisnis yang pesat, keduanya mengambil keputusan untuk memperluas variasi usaha serta fokus menekuni usaha. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah sablon plastik, sablon kaos, cover bag, bahas tas sekolah dan semua jenis sablon dan percetakan. “Memulai bisnis itu jangan takut, tapi juga jangan ngawur. Sekali dua kali mungkin gagal, tetapi jangan berhenti. Biasanya mereka yang gagal berbisnis karena mereka berhenti untuk mencoba lagi. Memulai usaha itu tidak selalu dengan modal besar,” kata pria kelahiran 1973 itu. Untuk harga sablon, mereka mulai mematok untuk coverbag Rp.500 per pasang. “Di sablon ini, kami bisa
menyelesaikan 30 ribu pasang coverbag dalam waktu 2 sampai 3 bulan,” ujarnya. Sedangkan untuk kaos, per bijinya mereka patok, Rp 12 ribu per buahnya. Belum lagi dengan harga stiker dan sablon lainnya. “Disini primadonanya adalah sablon kaos. Selain banyak diminati konsumen, sablon kaos disini juga memiiki kualitas bahan yang bagus dan desain yang menarik,” katanya lagi. Mereka juga mengungkapkan, ketika awal mendirikan usaha tersebut, pernah mendapatkan bantuan meja sablon dari Pemerintah. “Lumayan, meja itu masih berguna sampai sekarang,” ungkapnya lagi. “Kendala yang sering kami hadapi, ketika ada Luster (degradasi), itu sangat sulit sekali, karena kami tidak punya alatnya,” lanjutnya. Namun, Mereka selalu berpikir positif, bahwa setiap ada kesulitan pasti ada solusinya.”Terbukti hingga saat ini, walaupun terdapat kendala, namun yang pasti pesanan bisa kami selesaikan tepat waktu. Kuncinya adalah kepuasan konsumen,” pungkasnya.
each. Rahmat with the efforts of various accessories and Imam has a collection of shirts, jackets and trench coat. "From the beginning itself, we now own both as a creative team," Said Imam. In the same place too, Rahmat reveals the cooperation undertaken with Imam Wahyudi has blessed himself for himself and family. Rahmat said that in the second year of this, a lot of orders that come through ADIRA Collection. "Currently, we are working on printing Cover Bag belong COSH shoes. Not to mention orders that should be lining up to be done," he smiled. Within a day, they can work on 500 pairs of screen cover bag, 65 four-color T-shirt, as well as screen printing - other screen. To complete the order screen printing and the printing, Imam Wahyudi assisted Rahmat always work together and help each other. Thanks to the perseverance and tenacity of the two of them, now that they have received orders higher. In the first year, their efforts fairly rocketed. Moreover, ahead of the democratic party some time ago. "Thank God, our turnover rose sharply," He said. "Initially, all of the advantages we turn again became the capital. Obviously the above agreement both of us," Imam Wahyudi said. After seeing the rapid business development, both took the decision to expand the business and focus variation pursue business. One development that is done is a plastic screen printing, t-shirt, bag cover, discuss school bag and all kinds of printing and printing. "Starting a business, do not be afraid, but also do not inconsequential. Once or twice may fail, but do not stop. Usually those who fail in business because they stopped to try again. Starting a business is not always the big capital, "said the man born in 1973 was For the price of printing, they began to peg to coverbag 500 rupiahs per pair. "In this screen, we can solve 30 thousand pairs coverbag within 2 to 3 months," He said. As for shirts, per the seeds of their stakes, 12 thousand rupiahs per piece. Not to mention the price stickers and other printing. "Here is a t-shirt primadonanya. In addition to many consumer demand, printing t-shirts here also coined the good material quality and attractive design," He said again. They also revealed, when the initial set up of the business, never getting sablon table help from the Government. "Not bad, it is still useful table until now," He said again. "Obstacles often we face, when there Luster (degradation), it is very difficult, because we do not have the tools," He continued. However, they always think positive, that every difficulty there must be a solution. "It is evident to this day, although there are obstacles, but certainly we can finish the order on time. The key is customer satisfaction," He concluded. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
61
INDUSTRI SEPATU DI KECAMATAN GEDANGAN SHOE INDUSTRY IN DISTRICT GEDANGAN
Prospek Cerah Sepatu Handmade Berkualitas
A Well Prospect Of High Quality Handmade Shoes Kesuksesan bukan hanya monopoli anak pejabat. Kesuksesan juga tidak hanya milik mereka yang punya modal besar atau yang berpendidikan tinggi. Semua orang berhak sukses. Salah satunya, pria kelahiran 25 Juli itu, Ia adalah anak asli Sidoarjo yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Sekolahnya hanyalah tamatan SMP. Success is not a monopoly of official child. Success does not just belong to those who have a large capital or highly educated. Everyone is entitled to succeed. One of them, who was born July 25, He is a native son of Sidoarjo who do not have higher education. Junior high school graduates only. 62
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
N
amun, berkat ketrampilan dan keuletannya dalam bekerja, akhirnya kesuksesan memihak kepadanya. Fetrucci adalah nama merk sepatu buatan pria lulusan SMP itu. Sepintas kesan yang muncul di benak kita adalah merk sepatu luar negeri. Padahal sepatu-sepatu tersebut dibuat di Desa Tebel Timur, Kecamatan Gedangan. Pemilik bisnis sepatu dengan omset puluhan juta rupiah ini bernama Syamsul Arifin, yang sering dipanggil Syamsul. Dia adalah salah satu contoh tentang pentingnya impian besar dalam membangun bisnis. Hanya bermodal ijazah SMP dan keahlian menjahit sepatu, ia berhasil merubah hidupnya dari seorang pekerja sepatu menjadi seorang pengusaha sepatu yang sukses. Dengan mimpi besarnya, sekarang bisnisnya sudah merambah ke seluruh Indonesia. Kisahnya berawal setelah dirinya lulus dari Sekolah Menengah Pertama, tahun 1994. Karena keterbatasan ekonomi keluarganya, Syamsul Arifin tidak bisa melanjutkan sekolah lagi, dan memilih untuk bekerja di sebuah home industry sepatu milik pamannya di dekat rumahnya. Di tempat itulah, Syamsul mendapatkan banyak ilmu dalam membuat sepatu. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu, jiwa usaha Syamsul selalu menggodanya untuk mengambil peluang usaha menjadi wirausaha. Dari tabungan selama bekerja dengan pamannya, Syamsul kemudian memutuskan untuk membuka usaha sepatu sendiri. Dengan bermodalkan Rp. 2 juta saat itu, ia langsung memproduksi 20 sepatu dan membeli peralatan membuat sepatu seperti press, gerindo, mesin jahit, dan mesin saset.
H
“Awalnya dapat pesanan 20 sepatu dari teman dengan harga jual Rp. 50 ribu per pasang saat itu,” ujarnya. Syamsul bercerita, pada awal memulai usaha, dia mengerjakan sendiri ke dua puluh sepatu tersebut dan pelanggan sangat puas dengan ketrampilan yang ada pada diri Syamsul. Hingga akhirnya, pelanggan tersebut memperbanyak jumlah pesanan. “Ya, saat itu, saya hanya melayani pesanan dari Tanggulangin saja. Karena tidak ada modal dan pekerja yang membantu saya,” lanjutnya.
owever, thanks to the skill and tenacity in work, success ultimately sided with him. Fetrucci is the brand name men's shoes made in the junior high school graduates. At first glance the impression that we have in mind is a foreign brand shoes. Though the shoes are made in the village of Tebel Timur, District of Gedangan. Business owners shoe with a turnover of tens of millions of dollars is named Syamsul Arifin, which is often called Syamsul. He is one example of the importance of a great dream in building a business. Capital only junior high school diploma and expertise sewing shoes, he managed to change the life of a worker boots become a successful entrepreneur shoes. With the dream of magnitude, now the business has expanded to the rest of Indonesia. The story goes that after he graduated from junior high school, in 1994. Due to the limitations of the family economy, Syamsul Arifin could not go to school anymore, and chose to work in a shoe belonging to his uncle's home industry near his home. In place of that, Syamsul gain a lot of knowledge in making shoes. However, with development time, mental effort Syamsul always tempting to take the opportunity to venture into entrepreneurship. Of savings during the work with his uncle, Syamsul then decided to open his own shoe business. With capitalize 2 million rupiahs at the time, he immediately produces 20 shoes and buy equipment to make shoes like press, Gerindo, sewing machines, and machines sachets. "Initially can order 20 shoes from a friend with a selling price of 50 thousand rupiahs per pair at the time," He said. Syamsul told me, at the beginning of starting a business, he worked himself into twenty of these shoes and the customers are very satisfied with the skill that is in Syamsul. Until finally, the customer multiply the number of orders. "Yes, at that time, I only accept orders from Tanggulangin. Due to lack of capital and labor that helped me,” He continued. The seriousness of doing business, making business was the husband of the Goddess Yulia growing rapidly. In fact, in a short time, customers are many. The number of orders received Tebel the original man, finally he invited his neighbors to help her with the order. "Initially, only work shoes for men only, a type fantovel. However, then many who want to made a kind of casual shoes. "He said briefly With increasing consumer, 36-year-old man is getting overwhelmed by customer orders. Within a day, which was once just 20 shoes, now he can produce 20 pairs of shoes each model. "Now, a lot of orders from outside Sidoarjo, such as Surabaya, Pasuruan to Medan," Syamsul said. "For its kind, is now the most popular is the Casual leather shoes like Nobok, Full Up and sweat. Are excellent here is the shoe leather Full Up," He explained. For the price, this time the father of two children was set prices starting from
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
63
Keseriusan dalam menjalankan usaha, membuat bisnis suami dari Yulia Dewi itu berkembang pesat. Bahkan, dalam waktu singkat, pelanggannya sudah banyak. Banyaknya pesanan yang diterima pria asli Tebel tersebut, akhirnya ia mengajak tetangganya untuk membantunya mengerjakan pesanan tersebut.” Awalnya, hanya sepatu kerja untuk pria saja, sejenis fantovel. Namun, kemudian banyak yang ingin dibuatkan sepatu jenis kasual,” katanya singkat. Seiring bertambahnya konsumen, pria 36 tahun tersebut semakin kewalahan menghadapi pesanan konsumen. Dalam sehari, yang dulunya hanya 20 sepatu, kini ia bisa memproduksi 20 pasang sepatu tiap modelnya. “Sekarang, banyak pesanan dari luar Sidoarjo, seperti Surabaya, Pasuruan hingga Medan,” Syamsul.
masa depan besar karena mempunyai nilai tambah yang lebih eksklusif serta tingkat kenyamanan yang lebih terjaga,” ucapnya. Menurutnya, kualitas menjadi hal paling penting yang harus dijaga pada setiap produk sepatu yang diekspor. Untuk itu, sebelum dikirim, ia selalu mengecek produknya dengan hatihati. “Jangan sampai mengecewakan pelanggan,” tegasnya. Menghadapi kenaikan BBM saat ini, Ia mengaku sangat berdampak pada produksinya. “Semua pada naik, terutama pada bahan baku kulit. Untuk mensiasatinya, system kerja dirubah, namun kualitas barang tetap terjaga,” aku Syamsul. Syamsul mengatakan sebagai produk handmade yang menekankan desain serta kenyamanan, keuntungan yang bisa
“Untuk jenisnya, sekarang yang paling digemari adalah sepatu Casual berbahan kulit seperti Nobok, Full Up dan sweat. Yang primadona di sini adalah sepatu berbahan kulit Full Up,” terangnya. Untuk harga, saat ini ayah dari dua anak itu mematok harga mulai Rp. 75 ribu hingga Rp. 200 ribu. Harga tersebut disesuaikan dengan bahan dan model yang diinginkan konsumen. “Selain desain dan merk dari konsumen, kadang saya juga membuat sepatu dengan desain dan merk sendiri,” ucapnya. Ada merk brand khusus yang digunakan Syamsul pada sepatu buatannya, yakni Fetrucci. Nama tersebut ia ambil dari nama gitaris Group band Dream Theater. “Itulah motivasi saya, ingin seperti dia yang terkenal,” ucapnya sambil tersenyum. Ia memproduksi sepatu-sepatunya secara handmade, seluruh proses produksi dikerjakan dengan tangan sehingga menghasilkan produk yang lebih mendetail, kuat, dan nyaman. Desain yang dihasilkan pun lebih ekslusif karena tidak diproduksi secara massal. “Dari kacamata bisnis, industri kreatif yang diproduksi secara handmade memiliki
didapatkan terbilang cukup. “Sebetulnya tergantung bahan, tapi biasanya bisa di atas 70% karena yang dijual desain dan ekslusifitas,” ucap dia. Sayangnya, ia mengaku sumber daya manusia menjadi kendala utama yang dihadapi pembuat sepatu handmade ini, sehingga kapasitas produksi yang mampu dibuatnya saat ini dalam sebulan berkurang dari sebelumnya. Untuk memenuhi target penjualannya, saat ini Syamsul hanya dibantu oleh 6 karyawan sesuai ketrampilan masing-masing. Ia berkeinginan, suatu saat akan membuka workshop di suatu tempat yang strategis. “Namun, saat ini saya masih fokus mencari tenaga ahli. Percuma pesanan banyak, tetapi kekurangan tenaga ahli,” lanjutnya lagi. Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia 2015 ke depan, Ayah 2 anak ini masih yakin prospek penjualan usaha sepatu handmade masih akan tetap berprospek ke depannya sebab masih belum banyak kompetitor. “Asalkan kita memiliki desain yang khas serta menjaga kualitas, maka akan bisa bersaing dengan produk pasaran lainnya.” pungkasnya.
64
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
75 thousand to 200 thousand rupiahs. This price is adjusted to the desired materials and consumer models. "In addition to the design and brand of consumers, sometimes I also make shoes with the design and the brand itself," He said. There is a brand name brand used Syamsul on shoes made, namely Fetrucci. The name he took on the name of the band Dream Theater guitarist Group. "That's my motivation, want to be like her famous," He said with a smile. He produces handmade shoes, the whole production process is done by hand so as to produce a more detailed, powerful, and comfortable. The resulting design was more exclusive because it is not mass produced. "From a business point, the creative industries produced handmade has great future because it has a more exclusive added value and comfort level more awake," he said. According to him, the quality becomes the most important thing that must be guarded at all footwear products are exported. To that end, before being sent, he always check the product carefully. "Do not disappoint the customer," He said. Faced with the current fuel price hike, he was deeply impacted on production. "All on the rise, especially in the skin of raw materials. For mensiasatinya, work system was changed, but the quality of the goods is maintained," Syamsul saying. Syamsul said a handmade product which emphasizes the design and comfort, the advantages that can be obtained quite. "Actually, depending on the material, but usually can be above 70% due to the sale of design and exclusivity," he said. Unfortunately, he was admitted to the human resources become the main obstacle is handmade shoe makers, so that production capacity is able to made at this time is reduced from the previous month. To meet sales targets, this time aided by Syamsul only 6 employees fit their skills - each. He was willing, one day workshop will open in a strategic place. "However, at this time I am still looking for experts focus. Useless order a lot, but the lack of experts," he added. 2015 Asian Economic Community Facing forward, father of 2 children still believe handmade shoe business sales prospects will still prospected the future because they have not been a lot of competitors. "As long as we have a distinctive design and maintain the quality, it will be able to compete with other market products," He concluded.
INDUSTRI SANDAL DI KECAMATAN WARU SLIPPERS INDUSTRY IN DISTRICT WARU
NAMA PRODUK TERINSPIRASI MOBIL SPORT Inspired Product Name Car Sport
Perajin sandal di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo sudah ada sejak tahun 1960 dan merupakan usaha keluarga turun temurun. Namun harga kulit melangit di tahun 1994, perajin beralih memakai bahan spons atau bahan dari karet yang menyerap air. Itulah kiat pengusaha di Desa Wedoro untuk bertahan. Salah satunya, Ahmad Hasan Basri, generasi penerus dari pasangan Yunus dan Lutfiah, pengusaha sandal. Craftsman slippers in the Wedoro Village, District Waru, Sidoarjo has been around since 1960 and is a family business for generations. However, the price has skyrocketed in 1994 leather, craftsman turning to use sponge or rubber material that absorbs water. That tips businessman in the village Wedoro to survive. One of them, Ahmad Hasan Basri, the next generation of Yunus and Lutfiah partner, businessman slippers. JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
65
H
H
asan pria Kelahiran 5 Mei 1986 itu mengawali bisnisnya sejak 2011, setelah menyelesaikan kuliah Informatika di UPN Surabaya. Ia kini sudah bisa tersenyum melihat perkembangan bisnisnya. Ya, usaha sandal berbahan spon yang digelutinya kini mulai berkembang. Walaupun usaha tersebut turun temurun dari sang ayah, namun Hasan mengaku bahwa dirinya sejak tiga tahun lalu terjun secara langsung di bisnis tersebut. Omzetnya pun sudah mencapai Rp. 55 juta per minggu. Baginya, angka tersebut cukup besar untuk pemula sepertinya. Produk sandal yang diberi merek “Eterna” pun sudah tersebar tak hanya di Pulau Jawa, tetapi hingga luar Jawa. Hasan mengisahkan, awalnya usaha sandal itu dikelola oleh orang tuanya. Sampai sekarang pun, Yunus dan Lutfiah masih mengelola usaha tersebut, namun hanya sebatas mengawasi proses produksi saja. “Tahun 2011, saya diminta orangtua untuk mengembangkan usaha ini secara mandiri. Karena belum dapat kerja, itu tantangan bagi saya,” ujarnya saat ditemui di rumahnya sekaligus pabriknya di daerah Wedoro Masjid, Waru Sidoarjo. Menurutnya, usaha sandal Eterna itu sudah lama dikembangkan orang tuanya,” Bapak mulai produksi sandal spons sejak 1989. Sebelumnya, Bapak pernah bekerja di Karoseri selama 7 tahun. Setelah keluar itulah, kemudian Bapak membuat sandal dari spon ini,” kisahnya. Ditempat yang sama, Yunus, ayah dari Hasan mengungkapkan, dirinya memilih usaha ini karena pada saat itu, bahan baku mudah didapat. Dan nama Eterna sendiri ia dapatkan dari nama mobil sport tercepat yakni Laser Eterna. Dengan nama tersebut, Yunus berharap bahwa usahanya tersebut cepat berkembang seperti mobil itu. Meskipun meneruskan usaha
66
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
orangtuanya, namun Hasan tidak mau hanya berpangku tangan dan sembunyi di bawah bayang-bayang ayahnya. Ia juga menginvestasikan uang hasil tabungannya sebesar Rp. 4 juta untuk membeli bahan dan memproduksinya. Hasan lantas melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan usahanya. Ia terus melakukan eksperimen dan inovasi agar produk sandalnya menarik minat konsumen. Untuk pemasaran dan tenaga kerja, ia memanfaatkan jaringan yang dimiliki, seperti, ibu rumah tangga dan mahasiswa. “Hal tersebut setidaknya dapat memberikan pekerjaan sampingan bagi mereka, sekaligus dapat mengembangkan dan hitung-hitung promosi gratis,” kata dia. Proses pembuatan sandal miliknya cenderung masih manual dengan peralatan mesin sederhana seperti 2 mesin selep,
2014
asan birth May 5, 1986 it started its business since 2011, after finishing college in the UPN Surabaya Informatics. He is now able to smile at the development of the business. Yes, business sandal made of sponge that they do now beginning to develop. Despite the efforts of his father's hereditary, but Hasan claimed that her since three years ago plunged directly in the business. Turnover had already reached 55 million rupiahs a week. For him, these figures seem large enough for beginners. Product sandals which are branded "Eterna" had already spread not only in Java, but to the outside of Java. Hasan recounts, sandals effort was initially managed by parents. Until now, Yunus and Lutfiah still manage the business, but only to observe the production process alone. "In 2011, I asked the parents to develop the business independently. Because they can not work, it's a challenge for me," He said, when met at his home and plant in Wedoro Masjid, Waru Sidoarjo According to him, the Eterna sandals business is long-established his parents, "Mr begin production of sandals sponge since 1989. Previously, his father ever worked at Karoseri for 7 years. Once out of that, then his father making sandals out of this sponge," he said. Same place, Yunus, father of Hasan said, he chose this business because at that time, raw materials easily available. And Eterna own name he got from the name of the fastest sports cars Laser Eterna. With the name, Yunus hoped that these efforts quickly evolved as the car. Despite continuing efforts parents, but Hasan did not want to just sit on my hands and hide under the shadow of his father. He also invested money with savings of 4 million rupiahs for the purchase of materials and production. Hasan then made efforts to expand its business. He continued to experiment and innovate in order to attract consumers sandals products. For marketing and labor, he took advantage of existing network, such as, housewives and students. "It is at least able to provide for their second job, as well as to develop and count count free promotion," he said. The process of making his sandals tend to still manually with a simple machine tools such as 2 selep machine, finishing, soul, silk screening tool for ngeplong or 4 pieces, 3 sewing machines, 2 seset engine and one machine scrap. All production sandals done by 15 workers in an area of 450 square meters owned by his parents. Colors are bright and varied design makes these sandals products much in demand. For raw material such as a sponge pad and strap webbing as feet, he gained in the Wedoro village. "Materials, we buy here alone, many sponge factory supply. Do not need much – much," He continued. Now, within a week, Hasan could produce 300 scores. "In addition to receiving orders for sandals, he also received a design order. We
finishing, soul, alat untuk ngeplong atau sablon 4 buah, 3 mesin jahit, 2 mesin seset dan satu buah mesin scrap. Semua produksi sandal dikerjakan oleh 15 orang tenaga kerja di sebuah lahan seluas 450 meter persegi milik orangtuanya. Warna yang cerah dan desainnya bervariasi membuat produk sandal ini banyak diminati. Untuk bahan baku berupa sponge sebagai alas dan webbing sebagai tali kaki, ia peroleh di Desa Wedoro sendiri.”Bahan, kita beli di sini saja, banyak pabrik spon yang menyediakan. Tidak perlu jauh-jauh.”lanjutnya Kini, dalam waktu satu minggu, Hasan bisa memproduksi 300 kodi. “ Selain menerima pesanan pembuatan sandal, ia juga menerima pesanan desain. Kami tidak menerima pesanan bijian, minimal satu kodi. Harganya dibanderol mulai dari Rp 160.000 sampai Rp 290.000 per kodinya. “Harga tersebut disesuaikan dengan ukuran dan kerumitan pembuatannya,” jelasnya. Untuk mendongkrak omzetnya, Ia juga memanfaatkan momen-momen tertentu untuk berpromosi. Seperti musim liburan sekolah, Idul Fitri, dan musim haji. Sandal - sandal buatan Hasan laris manis di pasaran. Pangsa pasar yang awalnya hanya di Pasar Turi, kini lebih
dominan di daerah Purbalingga, Bogor dan Jakarta, dengan variasi sandal anak dan sandal Dewasa. “ Tapi, yang paling laris sandal dewasa,” imbuhnya. Menghadapi Pasar Bebas 2015, Hasan mengaku sempat ketakutan, karena kendala kenaikan BBM lalu. “Dampak kenaikan BBM sangat besar mbak, Harga bahan baku juga naik. Tapi untuk menaikkan harga sandal sangat susah. Solusinya ya mengurangi bahan, itupun Cuma berapa senti,” akunya. Namun setelah mengikuti beberapa pelatihan dan seminar diantaranya seminar tentang produk franchise dan desain thinking, dirinya optimis akan bisa menguasai Indonesia dan mampu menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asia 2015.
do not accept orders grains, at least one score. The price start from 160 thousand to 290 thousand rupiahs per score. "The price is adjusted to the size and complexity of manufacture," he explained. To boost turnover, he also seize the moments to promote. As the school holidays, Eid and Hajj Season. The slippers made in Hasan sold on the market. Market share initially only in Pasar Turi, now more dominant in the area Purbalingga, Bogor and Jakarta, with variations sandals and slippers Adult children. "But, the best-selling adult slippers," He added. Facing the Free Market in 2015, Hasan admitted was terrified, because the constraints of the fuel price hike. "The impact of very large increase in fuel ya, raw material prices also rose. But to raise the price of sandals is very difficult. The solution is yes reducing materials, and even then Just how many inches." But after attending several trainings and seminars including seminars on product franchise and design thinking, he will be able to master Indonesian optimistic and able to face the free market Asian Economic Community 2015.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
67
INDUSTRI IKAN OLAHAN DI KECAMATAN SEDATI FISH PROCESSING INDUSTRY IN DISTRICT SEDATI
Olahan Ikan Bandeng Khas Sidoarjo Makin Digemari Sidoarjo Milkfish Processed Which Keen Popular
Peluang usaha aneka olahan ikan masih terbuka lebar dan memiliki prospek cerah untuk dikembangkan oleh kaum ibu guna meningkatkan pendapatan keluarga. Selain bisa diusahakan dalam skala kecil tingkat keluarga, pengolahan ikan juga bisa dilakukan dalam skala kelompok maupun industri. Various processed fish business opportunities still open and has bright prospects for development by the mother in order to increase the family income. In addition to be cultivated on a small scale family level, fish processing can also be done in a group or industry. 68
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
O
leh karena itu usaha pengolahan hasil perikanan memang sangat menguntungkan. Salah satunya, Mahsunah ‘Aini, wanita 47 tahun yang sangat peka melihat peluang yang ada saat ini. Sejak tahun 2007 hingga sekarang, aneka olahan ikan bandeng miliknya banyak diminati oleh pangsa pasar. Mahsunah ‘Aini membagikan pengalaman bisnisnya di dunia pengolahan ikan. Ketika ditemui di warung makan miliknya di Jalan Raya Cemandi, Sedati, Ia sedang mempersiapkan pesanan konsumen. “Usaha pengolahan ikan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa harus melalui pendidikan formal khusus. Saya dulu dapat ilmunya dari salah satu dosen APS yang sering makan di sini,” paparnya. Tak hanya itu, untuk mengembangkan usahanya tersebut, Mahsunah juga rajin mengikuti berbagai pelatihan tentang pengolahan ikan seperti pengolahan ikan bandeng presto, pelatihan bandeng asap, dan pelatihan membuat kerupuk dari aneka ikan.
Bermodalkan Rp. 1,5 juta, Mahsunah membuat olahan ikan bandeng, bandeng presto dan otak-otak bandeng. “Awalnya saya jual di warung dan dititipkan ke tetangga yang jualan ikan keliling. Ternyata banyak yang suka dan selalu habis,” kisahnya. Memulai bisnis tentu saja tak semudah membalik telapak tangan. Selain tetap membuka warung makan, Ia juga harus bekerja keras membangun bisnisnya itu. Perempuan berjilbab itu memulai bisnis hanya dengan dua karyawan dan tiga anggota keluarga, terutama dirinya sendiri dan sang suami yang membantunya selepas bekerja. Pernah suatu ketika produknya terjual sangat minim. Mahsunah nyaris putus asa. Namun, masa-masa sulit itulah yang justru menjadi pelecut baginya untuk terus merawat harapan. “Yang paling penting dalam bisnis adalah menjaga semangat. Situasi sulit itu pasti terjadi, tapi selama kita bisa merawat harapan, selama itu pula kita mempunyai jalan untuk bangkit,” ujarnya.
T
herefore the fish processing business is very profitable. One of them, Mahsunah 'Aini, a woman of 47 years who is very sensitive to see the opportunities that exist today. Since 2007 until now, various processed fish hers much in demand by the market share. Mahsunah 'Aini share business experience in the world of fish processing. When we met him at his food stall in Jalan Raya Cemandi, District Sedati, She is preparing customer orders. "Fish processing business can be done by anyone without having to go through formal education specifically. I used to be able to his knowledge of one of the APS docent who often eat here. "she said. Not only that, to expand its business, Mahsunah also diligently attend various trainings on fish processing such as fish processing presto, smoked milkfish training, and training to make crackers from a variety of fish. Capitalize 1.5 million rupiahs, Mahsunah make processed fish, milkfish Presto and milkfish Otak-otak. "Initially I sell on stalls and entrusted to a neighbor who sells fish around. It turns out a lot of love and always runs out," her story. Starting a business is certainly not as easy as turning the palm of the hand. In addition to keeping open the diner, he also had to work hard to build the business. Veiled women to start a business with only two employees and three members of the family, especially her own and her husband who helped him after work. Once upon a time products are sold very minimal. Mahsunah almost desperate. However, at the times that which would be a motivation for him to continue to take care of hope. "The most important thing in business is to keep the spirit. Difficult situation it was inevitable, but as long as we can take care of hope, during which we have a way to get up," she said. Slowly but surely, various processed fish his business began to bloom. Initially only milkfish Presto and milksfish Otakotak. However, due to many requests from customers, Mahsunah also looked at a variety of other fish. "All the fish that can be processed," she said. However, the hallmark of processed fish Mahsunah is Milkfish Otak-otak. In addition to providing milkfish Otak-otak, she also made innovations make fresh Otak-otak milkfish that has not been fried. For durability, the brain - the brain fresh milk can last up to one month in store in the refrigerator or freezer. Wife of Sa'don was admitted, various processed artificial fish has its own market share - own. For Presto milkfish, Sidoarjo local consumers prefer, while for Batari or milkfish without thorns, preferred by consumers outside Java and Surabaya. "Usually three days they were sent," she said. Another with a Mahsunah Otak-otak milkfish, there are three restaurants in Surabaya that supply Otak-otak milkfish in fresh condition has not been fried in every day. Within a day, mother of two children can fish processing approximately 70 fish. For one kind can Olaha 20-25 tail. With the increasing
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
69
Pelan tapi pasti, bisnis aneka olahan ikan miliknya mulai mekar. Awalnya hanya bandeng presto dan otak-otak bandeng. Namun, karena banyak permintaan dari konsumen, Mahsunah juga melirik aneka ikan lainnya. “Semua ikan yang bisa diolah, ya saya olah mbak,” katanya. Namun, ciri khas dari olahan ikan Mahsunah adalah Otak-otak Bandengnya. Selain menyediakan otak-otak bandeng goreng, Ia juga membuat inovasi membuat otak-otak bandeng segar yang belum digoreng. Untuk ketahanannya, otak -otak bandeng segar bisa bertahan hingga satu bulan di simpan dalam lemari pendingin atau freezer. Istri dari Sa’don itu mengaku, aneka olahan ikan buatannya memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri. Untuk bandeng presto, konsumen lokal Sidoarjo lebih menyukainya, sedangkan untuk Batari atau Bandeng tanpa duri, lebih disukai oleh konsumen luar Jawa dan luar Surabaya. “ Biasanya tiga hari sekali mereka minta dikirim,” katanya. Lain lagi dengan otak-otak Bandeng Mahsunah, ada tiga restoran di Surabaya yang menyuplai otak-otak Bandengnya dalam kondisi yang masih segar belum digoreng dalam setiap harinya. Dalam sehari, Ibu dua anak ini bisa mengolah ikan kurang lebih 70 ekor ikan. Untuk satu macam olaha bisa 2025 ekor. Dengan semakin banyaknya pesanan yang ia terima, sekarang dia pun bisa merekrut dua karyawan tambahan. Produknya mulai laris meski dikemas dengan cara sederhana. Produk olahan ikannya dulu cuma dimasukkan ke plastik lalu diberi stiker merek dengan keterangan lolos uji kesehatan. Jika Mahsunan mematoh harga olahan ikan per ekornya Rp. 18 ribu hingga Rp. 27 ribu, dalam sehari Ia mulai bisa menghasilkan omset Rp. 1 juta
70
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
hingga Rp. 2 juta rupiah. “Saat ini pemasaran kita bukan hanya di Sidoarjo dan Surabaya, tetapi juga luar pulau. Saya terus berusaha memperluas pemasaran dengan menjalin jaringan baru,” ujar perempuan berusia 47 tahun tersebut. Mahsunah mengaku kaget ketika menerima pesan singkat yang isinya ingin membeli olahan ikannya dan dikirim di luar Jawa. “Saya penasaran dan akhirnya saya tanya darimana dia tahu, ternyata dari internet,” ungkapnya. Inilah salah satu wujud keseriusannya mengikuti pelatihan website yang diselenggarakan oleh Diskoperindag Sidoarjo. Kini, kerja kerasnya pun berbuah manis. Produk olahan ikannya yang bemerk Bandeng Enak, Ibu Sun’ah sudah dipasarkan di banyak kota besar seperti Surabaya dan Jakarta, bahkan sudah merambah luar Jawa. Omset yang dibukukan mencapai lebih dari Rp 50 juta per bulan. “Untuk bahan baku ikan, saya hanya mendatangkan bahan baku TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dekat rumah saja,” bebernya. Kini, Ibu Sun’ah, begitu ia disapa masih belum puas. Dia ingin membawa Bandeng Enaknya melambung lebih tinggi lain. “Sekarang kami sudah selesai menciptakan desain baru untuk kemasan produk. Jadi produk kami tak lagi dikemasi ke plastik biasa lalu diberi stiker. Sekarang kemasannya sudah cetakan modern dan diberi kotak,” ujarnya bangga. Dari sisi pemasaran, secara khusus diberikan kepada suaminya. Namun, sekarang sudah ada teman-teman yang terpisah dari produksi. Mereka diberi tugas untuk mencari pelanggan baru. “Harus ada orang-orang khusus pemasaran, biar bisa fokus membesarkan Bandeng Enak ibu Sun’ah,” pungkasnya.
2014
number of orders he received, now he can hire two additional employees. Products began selling packaged in a simple way though. Processed fish products used to just put the plastic and then given a sticker brand with health information pass the test. If Mahsunan mematoh processed fish per tail price 18 thousand to 27 thousand rupiahs, in the day he began to produce a turnover of 1 million to 2 million dollars. "Currently we are not just marketing in Sidoarjo and Surabaya, but also outside the island. I keep trying to expand their market by establishing a new network," said the 47-year-old woman. Mahsunan admitted surprise when he received a short message that it wants to buy the fish processed and shipped outside of Java. "I'm curious and I finally asked where he knew it was from the Internet." she said. This is one form of seriousness training website hosted by Diskoperindag Sidoarjo. Now, the hard work was sweet fruit. Processed fish products are bemerk milkfish Delicious, Mrs. Sun'ah already marketed in many large cities such as Surabaya and Jakarta, has penetrated even outside Java. Recorded turnover reached more than 50 million rupiahs per month. "For the fish raw material, I just get the materials TPI (Tempat Pelelangan Ikan) near home." she explained. Now, Mrs. Sun'ah, so he addressed still not satisfied. He wants to bring milkfish Yummy other soar higher. "Now that we've finished creating new designs for packaging products. So our products are no longer packed into ordinary plastic and then given a sticker. Now the packaging has a modern mold and given a box," She said proudly. In terms of marketing, specifically given to her husband. However, now there are friends - friends who separate from production. They were given the task to find new customers. "There must be people specifically the marketing, let me be the focus of raising milkfish Delicious Sun'ah mother," she concluded.
Menghadapi persaingan yang semakin ketat di era global,
para pelaku IKM dituntut untuk mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan memiliki karakteristik yang khas sehingga memiliki keunggulan dibandingkan produk-produk kompetitor. Komoditas unggulan IKM Sidoarjo yang terus tumbuh dan berkembang telah memiliki kriteria tersebut sehingga memiliki peluang besar bersaing dalam menarik minat konsumen baik di tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional.
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014
71
Mari kita dorong Industri Kreatif terus berkembang di Sidoarjo Melalui industri kreatif akan mengarahkan IKM untuk mencapai tingkat pertumbuhan industri yang cukup tinggi, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan ekspor melalui penciptaan iklim usaha yang kompetitif
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo
72
JENDELA INDUSTRI SIDOARJO
EDISI V
2014