STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & LIMBAH CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH STUDY OF SOLID & LIQUID WASTE MANAGEMENT AT PT X PASURUAN AS THE EFFORT OF IMPLEMENTATION CLEANER PRODUCTION PROCESS Didit Fitriawan Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP – ITS email:
[email protected] Abstrak PT X - Pasuruan merupakan salah satu dari beberapa pabrik air mineral di Indonesia. Meskipun telah menerapkan sistem manajemen lingkungan, pada area perusahaan air minum dalam kemasan ini masih dijumpai adanya limbah padat dan limbah cair belum dikelola secara baik. Untuk itu, diperlukan sebuah audit pengelolaan limbah padat & limbah cair melalui pendekatan produksi bersih, yaitu sebuah pendekatan dengan mengurangi volume dan konsentrasi limbah dengan jalan reduksi pada sumbernya. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa upaya pengelolaan limbah padat dan limbah cair PT X - Pasuruan ini dibutuhkan beberapa langkah. Langkah tersebut di antaranya adalah; memaksimalkan tata kelola yang baik (good house keeping) pada setiap crtical point yang ditemukan. Kemudian, dilakukan upaya perbaikan pada tiga poin; pemanfaatan limbah sludge sebagai bahan baku pembuatan paving blok & batako, pengelolaan limbah B3 pada kegiatan pengemasan dan penyimpanan sementaranya, pemilihan sistem unit pengolah limbah cair yang tepat sesuai dengan kuantitas & kualitas air limbah di PT X – Pasuruan serta pemeliharaan unit pengolah limbah. Kata kunci: produksi bersih, pengelolaan limbah, limbah padat & limbah cair Abstract PT X - Pasuruan is one of several mineral water factory in Indonesia. Although they has implemented environmental management system, in the area's packaged drink water’s company is still met the solid waste and liquid waste which not managed well. For this, needed a management audits for solid & liquid waste through cleaner production approach, an approach to reduce the volume and concentration of waste by means of reduction at the source. From this research, that was found results of this study that the solid & liquid waste management efforts at PT X - Pasuruan is required several steps. These measures include; good house keeping at every crtical point that found. Then, made improvements on three points; utilization of waste sludge as raw material manufacturing block paving, management of hazardous waste packaging activities and temporary storage, , choosing the great waste water treatment unit that suitable with waste water’s quantitiy & quality and also maintaining waste water treatment’s unit. Key words: cleaner production, waste management, solid & liquid waste
1
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kelestarian lingkungan hidup tersebut bisa diterapkan dalam bentuk meminimalkan limbah yang dihasilkan oleh industri atau perusahaan. Sedangkan salah satu cara atau metode yang bisa digunakan untuk minimalisasi limbah adalah metode Produksi Bersih. Pendekatan produksi bersih dalam pelaksanaannya tidak bisa terlepas dari satu hal penting yakni teknik minimisasi limbah (waste minimization techniques). Sebuah pendekatan dengan mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari suatu kegiatan, dengan jalan reduksi pada sumbemya dan/atau pemanfaatan limbah. (Panggabean, 2000). Sebagaimana menurut Kep Men LH, No 75 tahun 2004, perusahaan dan industri di Indonesia diharapkan untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan dalam pelaksanaan produksinya. PT X - Pasuruan yang merupakan salah satu perusahaan air minum dalam kemasan di Indonesia tentunya juga menghasilkan limbah hasil kegiatan produksi yang berupa botol – botol bekas serta cairan detergen yang juga memerlukan pengelolaan yang baik. Namun pada nyatanya, di perusahaan ini pengelolaan limbahnya belum maksimal. Oleh karena itu, untuk tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan, perusahaan ini memerlukan sebuah pengelolaan limbah padat dan cair secara baik dengan menggunakan proses produksi bersih. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah mengupayakan sebuah bentuk pengelolaan limbah padat & limbah cair yang terbaik dengan metode penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) guna memenuhi kriteria standar Kepmen. LH, no 75 tahun 2004. Metode pengelolaan limbah padat & cair tersebut berupa: 1. Metode Good House Keeping 2. Metode Minimisasi Limbah
2
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah menentukan strategi pengelolaan limbah padat dan limbah cair PT X - Pasuruan dalam upaya penerapan produksi bersih (cleaner production) yang berupa: 1. Metode Good House Keeping 2. Metode Minimisasi Limbah 1.4 LANDASAN TEORI a. Audit Lingkungan Audit lingkungan adalah alat pemeriksaan komprehensif dalam sistem manajemen lingkungan. Audit lingkungan merupakan satu alat untuk memverifikasi secara objektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-langkah perbaikan guna meningkatkan performasi lingkungan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Bratasida,1996). Menurut United States Environmental Protection Agency (US EPA), Audit Lingkungan adalah suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi secara periodik dan objektif berdasarkan aturan yang ada terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan pentaatan kebutuhan lingkungan. Dalam perkembangan selanjutnya audit lingkungan mencakup beberapa bidang antara lain sistem manajemen lingkungan dengan pelaksanaan produksi bersih, pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan minimisasi limbah. Audit lingkungan merupakan upaya proaktif suatu perusahaan maupun instansi untuk perlindungan lingkungan yang akan membantu perusahan meningkatkan efisiensi dan pengendalian emisi, polutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra positif dari masyarakat terhadap perusahaan atau instansi. (Tardan dkk, 1997). b. Produksi Bersih Di Indonesia, produksi bersih diperkenalkan oleh BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) pada tahun 1993. Sejak saat itu Produksi bersih terus dikembangkan dan 3
disebarluaskan ke seluruh sekto-sektor terkait di Indonesia. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia mencanangkan Komitmen Nasional Produksi Bersih.(Pusat Produksi Bersih Nasional, 2005) Beberapa ahli telah merumuskan beberapa pengertian mengenai produksi bersih (cleaner production). (Kep Men LH, No 75 tahun 2004)) Menetapkan bahwa produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.. Pendekatan program ini bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Tujuan utama dari penerapan Cleaner Production ini adalah dengan melakukan implementasi perubahan dalam desain produk, proses manufakturing, dan teknik-teknik manajemen untuk meningkatkan efisiensi, mencegah polusi dan mengurangi limbah. d. Langkah – Langkah Pelaksanaan Produksi Bersih Secara umum langkah-langkah implementasi produksi bersih di perusahaan terikat pada 20 langkah berikut ini: 1. Fokus dan persiapan audit Pada tahap persiapan ini dapat dilakukan dengan menyusun suatu tim yang bertanggung jawab melaksanakan pengelolaan
limbah,
mencatat
semua
langkah proses dan
mengidentifikasi langkah-langkah proses yang memberi andil pencemaran. Tim yang telah terbentuk harus melibatkan seluruh unsur perusahaan, mulai pucuk pimpinan, sampai keoperator. 2. Membuat daftar unit proses Tim studi atau auditor memulai program audit limbah/pengurangan limbah dengan mengenali/mempelajari semua tahapan produksi hal ini dilakukan dengan audit di sekitar pabrik bersama ahli proses pengolahan dan membuat catatan-catatan yang berhubungan dengan produksi. 4
3. Menyusun diagram alir proses Kemudian dilakukan penyusunan terhadap diagram alir dari perusahaan yang bersangkutan untuk menggambarkan sebuah sistem operasi pada pengolahan di pabrik yang bersangkutan. Diagram alir proses ini perlu dibuat dengan memperjelas aliran limbah. Jika semua unit operasi telah jelas dan diidentifikasi, tim audit/auditor tersebut melanjutkan pengumpulan data mengenai konsumsi air, output air limbah, dan penangkapan kembali 4. Menentukan input-output Tim audit kemudian mengumpulkan data mengenai input bahan. Sebetulnya untuk menentukan input-output ini akan lebih jelas jika dibuat tabel seperti berikut ini:
Unit operasi
Bahan masuk
Bahan keluar
Aliran limbah Padat Cair Gas
5. Mencatat penggunaan air Dilakukan pencatatan penggunaan air selama periode tertentu dari perusahaan tersebut. Kemudian tim audit tersebut memilah-milah penggunaan konsumsi air tersebut (break down penggunaan air). Nama operasi
Kebutuhan air ton/jam l/detik
6. Mengukur pendaur ulang limbah saat ini Pengukuran ini dimaksudkan untuk pencatatan kembali bilasan air dan bahan kimia 7. Perhitungan output proses
5
Perlu dicatat buangan atau limbah yang timbul dari operasi produksi dan jasa dari produkproduk perusahaan tersebut. Perhatian utama dapat dilakukan pada limbah cair, limbah gas, dll. Perlu dicatat kontribusi limbah domestik yang dibuang ke saluran. 8. Menghitung air limbah Menghitung rata-rata laju alir limbah yang dicatat selama suatu periode pemantauan dua minggu atau pada periode tertentu sesuai dengan lapangan di perusahaan. 9. Menghitung emisi-emisi gas Emisi gas memerlukan perhatian khusus pada beberapa perusahaan yang mempunyai masalah pada limbah jenis ini. Perlu dilakukan pencatatan pada ketel-ketel pengolahan untuk pemantauan limbah emisi ini. 10. Menghitung limbah off site Pada waktu audit, perlu dilakukan pencatatan limbah-limbah yang terbentuk, proses dan permasalahan selama pengakutan dan pembuangan ke area pembuangan di daerah off site. 11. Menggabungkan informasi input dan output untuk unit operasi. Sebagaimana tujuan utama dari program audit produksi bersih, yaitu mengurangi air limbah dan muatan pencemar yang terkait. 12. Memperoleh neraca bahan pendahuluan Neraca pendahulu ini dibuat berdasarkan penggunaan air. 13. Mengevaluasi neraca bahan Mengevaluasi neraca
bahan yang telah dibuat
menunjukkan suatu perhitungan
kesetimbangan yang baik. 14. Menyempurnakan neraca bahan Dalam pembuatan neraca bahan tersebut, tidak diperhitungankan adanya kehilangan air karena penguapan, ataupun kebocoran. Dalam kasus ini perlu dilakukan sebuah pencatatan dan perhitungan yang terdokumentasi. 6
15. Memeriksa penerapan produksi bersih. Pemeriksanaan penerapan dari tim audit dapat dilakukan dari pertimbangan banyaknya kasus-kasus pencemaran. 16. Mentargetkan dan mencirikan limbah bermasalah. Setelah menyelesaikan langkah 15, tim audit menemukan bahwa penggurangan aliran air limbah dan muatan pencemar dapat dicapai dengan melaksanakan tindakan perbaikan yang sudah dijelaskan. 17. Melakukan pemisahan Tim audit limbah harus memahami bahwasannya pemisahan limbah tersebut menjadi bagian integral dari strategi pengurangan limbah, sehingga perhitungan penghematan atas rekomendasi daur ulang dengan penangkapan kembali tersebut tidak perlu dipisahkan. 18. Mengembangkan pilihan-plilihan pengurangan limbah jangka panjang. Tim audit menyiapkan rencana-rencana pendahuluan untuk fasilitas pra-pemrosesan on-site. 19. Evaluasi lingkungan dan ekonomi terhadap pilihan-pilihan produksi bersih. Dari studi-studi penurunan limbah yang ditunjukkan dengan penggunaan kembali/pendauran ulang dan penangkapan kembali, jelas bahwa pelaksanaan tersebut akan membawa suatu keuntungan lingkungan yang baik. 20. Rencana tindakan mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi produksi. Hasil-hasil dari studi audit limbah dan pengurangan limbah secara formal dipresentasikan kepada manajemen perusahaan yang bersangkutan dalam bentuk lapora teknik. Apabila rekomendasi yang dibuat, diterima oleh manajemen langkah selanjutnya adalah membuat rencanarencana untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. (Hermana, J., 2000)
7
2. METODOLOGI Dalam penelitian ini, dilakukan langkah – langkah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data – data tentang Sistem Organisasi Perusahaan, Sistem Pelaksanaan Produksi dan Sistem Pengelolaan Limbah. b. Melakukan penelitian lapangan dengan memperhatikan aspek limbah padat dan limbah cair. c. Melakukan analisis data dan memberikan berbagai usulan perbaikan pada critical items. 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN a. Limbah Padat dan Sumbernya Ada beberapa macam limbah padat yang dihasilkan oleh PT X - Pasuruan ini. Limbah padat ini digolongkan menjadi 2 jenis, ada limbah padat yang termasuk B3 dan ada limbah padat yang bukan termasuk limbah B3. Di antara limbah padat yang termasuk B3, yaitu: 1. kain pembersih oli bekas & kemasan oli bekas 2. baterai forklift 3. lampu TL bekas Sedangkan yang bukan termasuk limbah B3 yaitu: 1. kayu pallet 2. kardus pengemas label 3. seal dan cap 4. galon afkir 5. potongan besi 6. plastik 7. kemasan HCl bekas 8. sampah karyawan 9. sludge
8
b. Limbah Cair dan Sumbernya b.1. Limbah Cair Non Polutan Limbah cair non polutan merupakan limbah cair yang tidak terkontaminasi dengan kontaminan padat maupun kontaminan cair. Limbah cari non polutan PT X - Pasuruan berasal dari air reject dari proses filling, air dari sisa AC dan air sisa wudhu’ dari masjid.. b.2. Limbah Cair PolutanMerupakan limbah cair yang mengandung kontaminan padat serta kontaminan cair. Limbah cair ini berasal dari:
No. 1 2 3 4 5 6
Air bekas laundry dan dapur
Air sisa sanitasi kamar mandi & kantin
Air bekas deterjen mesin washer
HCl cair dari proses pre treatment
Oli bekas
Ceceran solar Tabel 1 Identifikasi permasalahan (critical item) PT X - Pasuruan WT Bardi CapSnap Bella Pre Load/Un Beng. Objek Permasalahan Ceceran solar Ceceran cairan HCl Kardus, plastik, seal & cap berserakan Besi berserakan Endapan sludge Tumpukan kayu berserakan -
Pel.
Catatan: No. 1 2 3 4 5 6 7 8.
Keterangan WT Bardi CapSnap Bella Pre Load/Un Beng Pel
Water Treatment / pengolahan air Ruangan mesin R. Bardi Ruangan mesin Cap Snap Ruangan mesin Bella Area Pre Treatment Area loading dan unloading galon Bengkel Pelataran atau wilayah non produksi dan disposal Sumber: Laporan Hasil Uji Lab. Disnakertrans, 2009
9
Tabel 2 Upaya Perbaikan Dari Sumber Permasalahan Sebagai Upaya Penerapan Produksi Bersih Deskripsi Permasalahan
Ceceran Solar
Ceceran cairan HCl
Kardus, plastic, seal & cap
Besi berserakan
Endapan sludge
Tumpukan kayu berserakan
Upaya Perbaikan yang Solutif Memeriksan dan memperbaiki rembesan pada genset Menyediakan drum atau ember yang dilengkapi dengan penyaring Membubuhkan serbuk gergaji atau parutan kayu, agar lantai tidak licin Menyediakan saluran kecil menuju penampungan solar Optimalisasi shift jaga dari petugas bengkel yang bersangkutan Pemantauan secara berkala oleh operator atau supercisor untuk memeriksa adanya ceceran Mengimplementasikan aspek ISO 14001, yaitu pelatihan bagi operator secara berkala Memaksimalkan proses pre treatment Memeriksa terjadinya kebocoran pada bak pencuci dan melakukan perbaikan Mengoptimalkan penampungan pada reservoir I Membuat saluran sederhana menuju ke saluran limbah induk untuk dialirkan ke wetland Pemantauan secara berkala oleh operator atau supercisor untuk memeriksa adanya ceceran Penggunaan peralatan safety bagi operator termasuk sarung tangan dan sepatu boot Mengimplementasikan aspek ISO 14001, yaitu pelatihan bagi operator secara berkala Menyediakan tempat penyimpanan sementara yang terlindung dari hujan dan sinar matahari Menyediakan waktu piket kebersihan untuk menata barang – barang buangan berserakan Melakukan pemilahan jenis plastik dan memberikan simbol jenis – jenis plastik Menggunakan kembali cap yang masih bagus dan melakukan pembersihan secara pre treatment Re-purchasing pada pengepul Membuat tempat penyimpanan yang terlindung dari hujan dan matahari agar tidak terjadi korosi Menggunakan kembali besi yang masih memungkinkan Re-purchasing pada pengepul Mengefektifkan proses pencucian galon pada mesin washer Memberikan proses dry cleaning sebelum galon masuk pada mesin washer Mengoptimalkan kinerja bak pengendap Memanfaatkan sludge sebagai bahan baku pembuatan paving blok Melakukan pengurasan sludge jika telah overflow sebelum mengendap Mengimplementasikan aspek ISO 14001, yaitu pelatihan bagi operator secara berkala Pemantauan berkala oleh operator atau supercisor untuk memeriksa adanya ketidaksesuaian Membuat tempat penyimpanan yang terlindung dari hujan dan matahari agar tidak terjadi korosi Menggunakan kembali kayu yang masih memungkinkan Re-purchasing pada pengepul Melakukan pekerjaan packaging galon sesuai SOP agar pallet tidak cepat rusak Mengimplementasikan aspek ISO 14001, yaitu pelatihan bagi operator secara berkala
Sumber: Hasil Analisis
10
b.3. Upaya Perbaikan Yang Solutif Berdasarkan skala prioritas yang mungkin untuk diterapkan terlebih dahulu pada perusahaan ini, maka upaya perbaikan untuk pelaksanaan produksi bersih pada penelitian kali ini ada 5 aspek, di antaranya adalah: Efisiensi penggunaan air pada proses pencucian galon di mesin washer. Pemanfaatan limbah sludge menjadi bahan baku pembuatan paving blok. Upaya pengelolaan limbah B3, pengemasan serta penyimpanan sementara. Pemilihan sistem unit pengolah limbah cair yang tepat sesuai dengan kuantitas & kualitas air limbah di PT X - Pasuruan Pemeliharaan unit pengolah limbah cair. 4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, serta hasil pembahasan mengenai objek studi maka dapat diambil kesimpulan, di antaranya: 1. Pengelolaan limbah padat dan limbah cair PT X – Pasuruan belum dikelola secara maksimal. 2. Dalam penelitian ini diberikan beberapa jenis usulan, antara lain: a. Memaksimalkan kegiatan house keeping pada setiap bagian dari kegiatan produksi, operasi dan maintenance. b. Memanfaatkan kembali limbah sludge menjadi paving blok. c. Mendesain ulang tata letak dan bangunan penyimpanan limbah B3 serta memberikan petunjuk teknis tentang cara cara pengemasan dan penyimpanan sesuai dengan regulasi. d. Pemilihan sistem unit pengolah limbah cair Yang tepat sesuai dengan kuantitas & kualitas air limbah di PT X - Pasuruan e. Pemeliharaan unit pengolah limbah cair.
11
5. DAFTAR PUSTAKA Panggabean, S. 2000. Minimisasi Limbah. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radio Aktif, Batan. Anonim, 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Limbah dan Produksi Bersih Nasional. Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta Bratasida, L. 1996. Prospek Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan
di Indonesia.
BAPEDAL. Jakarta. Tardan, M. Agus M., dkk. 1997. Audit Lingkungan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Pusat Produksi Bersih Nasional. 2005. Bunga Rampai Produksi Bersih di Indonesia. Jakarta. Hermana, J. 2000. Konsep Dasar Produksi Bersih. Kumpulan Materi Panduan Pelatihan Produksi Bersih Untuk Industri dan Jasa, Lemlit ITS Surabaya.
12