UJI EFEKTIVITAS FRAKSI ETANOL 70% EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT SERUM PADA MENCIT YANG DIINDUKSI KALIUM OKSONAT THE EFFECTIVENESS TEST OF ETHANOL FRACTION SIDAGURI LEAF (Sida rhombifolia L.) ON SERUM URIC ACID LEVELS IN POTASSIUM OCSONATE INDUCED MICE
Dhian Pratiwi Hidayati, Sediarso, Dwitiyanti Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, ABSTRAK Daun sidaguri (Sida rhombifolia L.) merupakan salah satu daun yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat. Untuk mengetahui golongan senyawa berkhasiat yang terdapat pada daun sidaguri maka perlu dilakukan fraksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fraksi etanol 70 % ekstrak daun sidaguri terhadap kadar asam urat serum pada mencit yang diinduksi kalium oksonat. Percobaan ini menggunakan 24 ekor mencit jantan galur Swiss-Webster yang dibagi menjadi enam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Mencit diinduksi kalium oksonat secara intraperitoneal terhadap lima kelompok, kecuali kelompok kontrol normal hanya diberikan larutan Na CMC 0,5% . Kelompok kontrol positif diberikan allopurinol dosis 0,39 mg/20 g BB dan tiga kelompok uji diberi fraksi dengan dosis 1,4682 mg/20 g BB, 2,9365 mg/20 g BB, dan 5,873 mg/20 g BB. Pengukuran kadar asam urat serum dilakukan sekali setelah diinduksi kalium oksonat. Hasil pengolahan data dianalisis secara statistik nonparametrik menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan uji III dosis 5,873 mg/20 g BB dapat menurunkan kadar asam urat serum yang sebanding dengan allopurinol 0,39 mg/20 g BB. Kata Kunci: Fraksi Daun Sidaguri, Allopurinol, Kalium Oksonat ABSTRACT Sidaguri leaf (Sida rhombifolia L) is one leaf that is used to lower uric acid blood levels. The active compounds in Sidaguri leaf can be determined by fractionation. This study aimed at determining effectiveness of 70% ethanol fraction sidaguri leaf extract on serum uric acid levels in potassium ocsonate induced mice. This experiment using 24 male mice Swiss-Webster strain were divided into 6 groups, 4 mice each group. Mice were induced intraperitoneally with potassium ocsonate to all groups, except the normal control was given only a 0.5% solution of Na CMC. Positive control was given dose of allopurinol 0.39 mg/20 g BW and the test group was given three doses of fraction 1.4682 mg/20 g BW,2.9365 mg/20 g BW and 5.873 mg/20 g BW. Measurement of serum uric acid levels was done once after induced potassium ocsonate. The results showed that the test group III 5.873 mg/20 g BW doses can lower serum uric acid levels were comparable with allopurinol 0.39 mg/20 g BW Keyword: leaf fraction Sida rumbifolia, allopurinol, potassium oksonat
PENDAHULUAN Asam urat merupakan hasil katabolisme purin dalam tubuh yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap produk buangan. Pada kondisi patofisiologis dapat terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah melewati batas normal yang disebut hiperurisemia. Pada hiperurisemia tersebut terjadi karena adanya peningkatan produksi atau penurunan dari asam urat (Murray 2003). Kadar rata-rata asam urat di dalam darah atau serum tergantung pada usia dan jenis kelamin. Pada pria adalah 3,5 mg/dl sebelum pubertas dan 5,2 mg/dl setelah pubertas. Pada perempuan kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru pada usia pramenoupause kadarnya di dalam darah ratarata sekitar 4 mg/dl. Setelah menoupause, kadarnya meningkat lagi sampai mendekati kadar pada pria yaitu bisa mencapai 4,7 mg/dl, bahkan lebih (Murray 2003 & Misnadiarly 2007). Adanya hiperurisemia mungkin tanpa gejala dan terjadi karena peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah > 7,0 mg/dl. Akibat dari kadar asam urat yang tinggi dapat terjadi penumpukan kristal asam urat yang berbentuk jarum terutama dibagian persendian, sehingga menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang dikenal dengan nama penyakit gout (Priyanto 2009). Gout merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hiperurisemia, serangan akut (mendadak) dan berulang ditandai dengan adanya kristal monosodium urat (MSU) atau asam urat pada cairan sinovial (cairan sendi), dan terbentuknya jaringan (tophi), dan neprolitiasis asam urat (Priyanto, 2009 ). Obat tradisional telah dikenal masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat tradisional adalah sidaguri, yang mempunyai nama ilmiah Sida rhombifolia, L. Sidaguri dapat digunakan secara tradisional sebagai anti radang, penghilang nyeri
(analgesik), peluruh kencing (diuretik), pelembut kulit dan obat eksim. Kandungan kimia dalam daun sidaguri adalah saponin, alkaloid, flavonoid, steroid, kalsium oksalat, asam amino, tanin dan lain-lain (Dalimartha 2005 & Depkes RI 1995). Pada penelitian sebelumnya, pemberian ekstrak daun sidaguri 300 mg/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat darah pada mencit yang diinduksi dengan kalium oksonat (Meza 2008). Berdasarkan uraian tersebut, pada penelitian ini dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak daun sidaguri (Sida rhombifolia L.) dengan menggunakan pelarut yang bersifat polar yaitu etanol. Kemudian dibuat tiga variasi dosis untuk mengetahui dosis fraksi etanol dari ekstrak daun sidaguri yang menunjukkan efek optimal dalam menurunkan kadar asam urat serum pada mencit jantan galur Swiss-Webster yang diinduksi kalium oksonat. Untuk mengetahui efektivitas fraksi tersebut maka digunakan pembanding obat sintetik yang biasa digunakan untuk pengobatan hiperurisemia atau gout yaitu allopurinol. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Simplisia: daun sidaguri segar, hewan uji: mencit putih jantan galur swiss webster usia 5 minggu dengan berat badan 20 - 30 gram , bahan kimia: Aquabidest, kalium oksonat, allopurinol, N-Heksan, etanol 70%, etil asetat dan pereaksi asam urat FS TBHBA (2,4,6-Tribromo-3-hydroxybenzoic acid), Na. CMC. Alat Penelitian Kandang mencit, krtas saring, toples berwarna gelap, vacuum rotary evaporator, corong pisah, oven, eksikator, sonde, spuit disposible, neraca analitik, alat-alat gelas, mikrosentrifuge, tabung mikrotube, mikropipet, dan spektrofotometer clinical varta 506 Pembuatan Ekstrak dan Fraksi Daun Sidaguri Ekstraksi
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 900 gram, kemudian dimasukan ke dalam toples kaca yang sudah dilapisi dengan kertas coklat pada bagian luar dindingnya (agar tidak tembus cahaya), pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan merendam serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan pelarut dilebihkan setinggi lebih kurang 2 cm di atas permukaan serbuk simplisia. Masa perendaman dalam maserasi dilakukan selama 3 hari dan selama perendaman dilakukan pengadukan pada 6 jam pertama, kemudian dibiarkan terendam sampai dengan 24 jam kemudian di saring dengan kertas saring. Maserat dipisahkan dan proses yang sama diulangi sebanyak tiga kali dengan jenis dan pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak cair. Fraksinasi Masukkan ekstrak cair etanol 70% ke dalam corong pisah, ekstrak cair kemudian difraksinasi dengan menggunakan pelarut nheksan dengan perbandingan 1:1. Pengocokan dilakukan selama 15 menit, setelah itu didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan fraksi n-heksan dengan lapisan ekstrak etanol 70% daun sidaguri. Saring dan pisahkan lapisan fraksi n-heksan dari corong pisah selanjutnya masukkan kembali ekstrak kental etanol 70% ke dalam corong pisah kemudian fraksinasi kembali dengan menggunakan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1. Pengocokan dilakukan selama 15 menit, setelah itu didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan fraksi etil asetat dan lapisan etanol. Hasil fraksi etanol kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh fraksi kental etanol. Fraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 400 - 500 C sampai kering (Depkes RI 2000). Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak dan Fraksi Uji Organoleptik Pemeriksaan organoleptik meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa simplisia dari ekstrak dan fraksi etanol daun sidaguri. Susut pengeringan
Susut pengeringan dilakukan terhadap fraksi etanol ekstrak daun sidaguri. Fraksi etanol ditimbang 1 gram dan dimasukkan kedalam botol timbang yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050 C selama 30 menit kemudian botol timbang diletakkan didalam eksikator selama ± 15 menit, setelah dingin lalu ditimbang. Setelah ditimbang, botol yang berisi fraksi etanol dimasukan kedalam oven pada suhu 1050C selama ± 3 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator, setelah dingin kemudian timbang sampai diperoleh bobot konstan. Perhitungan rendemen Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung jumlah ekstrak kering yang di dapat terhadap jumlah serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi kemudian dikalikan 100% (Depkes RI 2000). Penetapan Dosis Dosis Fraksi Etanol 70 % Ekstrak Daun Sidaguri Pada penelitian sebelumnya ekstrak daun sidaguri dengan dosis 300 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam urat serum pada mencit (Meza 2008). Lalu disetarakan dengan berat badan mencit yaitu 6 mg/20 g BB mencit. Karena pada penelitian ini memakai ekstrak etanol kemudian difraksinasi, maka untuk mengetahui dosis efektif berdasarkan hasil rendemen fraksi etanol 70% dalam menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan digunakan tiga variasi dosis yang berbeda dengan perhitungan : rendemen fraksi/rendemen ekstrak x dosis. Hasil rendemen ekstrak etanol 70% = 16% Hasil rendemen fraksi etanol 70% = 7,8306% Dosis Ekstrak = 6 mg/20 gBB Dosis Fraksi , % = x 6 mg/20 gBB % = 2,9365 mg/20 gBB
1) ½ x 2,9365 mg/20 gBB = 1,4682mg/20 gBB 2) 1 x 2,9365 mg20 gBB =
2,9365 mg/20 gBB 3) 2 x 2,9365 mg/20 gBB = 5,873 mg/20 gBB Dosis Allopurinol Dosis terapi allopurinol pada manusia adalah 150 mg (Wilmana PF 1995). Maka dosis untuk 20 g BB mencit dikonversikan berdasarkan tabel Paget and Barners yaitu: 0,0026 x 150 mg = 0,39 mg/20 g BB mencit.
Dosis Kalium oksonat Kalium oksonat yang digunakan pada penelitian ini adalah kalium oksonat dengan dosis 250 mg/kg BB atau 50 mg/200 gBB pada tikus (Huang, Cai Huo et al 2008). Maka dosis untuk 20 g BB mencit dikonversikan berdasarkan tabel Paget and Barners yaitu: 0,14 x 50 mg = 7 mg/20 g BB mencit.
Tabel I. Pembagian Kelompok Hewan Uji Penelitian Perlakuan Terhadap Hewan Uji No
1. 2.
Kelompok
Jumlah mencit
Kontrol Negatif
4
Uji 1
4
Aklimatisasi
Uji 2
4
4.
Uji 3
4
5.
Kontrol Positif
4
6.
Kontrol Normal
4
Menit ke-30
Menit ke120
Diberi larutan Na CMC 0,5% secara oral
2 3.
Menit ke-0
M I N N G U
Pengambilan Sampel Darah Darah diambil dari ekor mencit sebanyak ±1 ml, darah disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 4500 rpm agar diperoleh serum. Kemudian serum diamati pada hari yang sama menggunakan metode enzimatik photometrik menggunakan pereaksi asam urat FS TBHBA (2,4,6Tribromo-3-hydroxybenzoic acid).
Induksi kalium oksonat dalam larutan Na CMC 0,5%
Diberikan fraksi etanol 70% dari ekstrak daun sidaguri dosis 1,4682 mg/20 g BB mencit Diberikan fraksi etanol 70% dari ekstrak daun sidaguri dosis 2,9365 mg/20 g BB mencit Diberikan fraksi etanol 70% dari ekstrak daun sidaguri dosis 5,873 mg/20 g BB mencit Diberikan allopurinol dosis 0,39 mg/20 gBB
Diberikan larutan Na CMC 0,5%
Diberikan larutan Na CMC 0,5%
Analisis Data Hasil pengolahan data dianalisis secara nonparametrik menggunakan Kruskal Wallis. Kruskal wallis digunakan untuk menguji apakah dua atau lebih rata-rata sampel dari populasi memiliki nilai yang sama. Jika ada perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Mann whitney yang digunakan untuk membandingkan rata-rata antara dua
P E M E R I K S A A N D A R A H
kelompok sampel yang berasal dari populasi yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tumbuhan
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sida rhombifolia L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong.
Tabel II. Hasil ekstraksi dan fraksinasi Daun Sidaguri
5 kg
Serbuk daun Sidaguri
900 g
Maserat
8L
Ekstrak kental etanol
144,0 g
Fraksi kering Etanol
70, 4756 g
Tabel III. Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak dan fraksi daun sidaguri No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kandungan Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin Triterpenoid Steroid
Ekstrak Daun Sidaguri + + + + +
Fraksi Daun Sidaguri + + + -
Keterangan : (+) = ada (-) = tidak ada Tabel IV. Data Pengukuran Kadar Asam Urat Serum Mencit Kelompok Mencit Uji 1
Uji 2
Uji 3
Kontrol positif
Mencit 1
Kontrol negatif 2,51
1,55
1,46
1,41
1,41
Kontrol normal 1,08
Mencit 2
2,49
1,54
1,47
1,37
1,39
1,00
Mencit 3
2,45
1,52
1,45
1,28
1,39
1,06
Mencit 4
2,46
1,55
1,44
1,36
1,38
0,98
Rata-rata (mg/dl) ±SD
2,48± 0,0275
1,54± 0,0141
1,45± 0,0623
1,35± 0,1153
1,39± 0,0126
1,03± 0,0476
Karakteristik Ekstrak dan Fraksi Tabel V. Hasil Karakteristik Ekstrak dan Fraksi Uji organoleptis No Jenis Bentuk Bau Rasa Warna 1. Ekstrak Kental Khas Pahit Hijau kehitaman 2. Fraksi Kering Khas Pahit Coklat kehitaman Tabel VI. Hasil Susut Pengeringan dan Rendemen No. Jenis Hasil (%) 1. Rendemen fraksi etanol 7,8306 2. Susut pengeringan 9,4139
2,5 2 1,5 1 0,5 0
Kontrol negatif
Kelompok uji 1
Kelompok uji 2
Kelompok uji 3
Kontrol positif
Kontrol normal
Gambar 1. Grafik Rata-rata Kadar Asam Urat Mencit Pembahasan Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Sida rhombifolia L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun sidaguri. Fraksinasi merupakan pemisahan zat berdasarkan kelarutan senyawa pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya. Pengujian fraksi etanol 70% daun sidaguri bertujuan untuk mengetahui efektivitas senyawasenyawa metabolit sekunder bersifat polar yang terkandung didalam daun sidaguri yang berkhasiat dalam penurunan kadar asam urat pada mencit putih jantan. Hewan uji mencit putih jantan galur Swiss-Webster sebelumnya diaklimatisasikan selama 2 minggu dengan tujuan untuk membiasakan hidup pada lingkungan dan perlakuan yang baru. Induksi dilakukan dengan pemberian kalium oksonat dengan
dosis 7 mg/20 gBB secara intraperitoneal untuk semua kelompok agar mengalami peningkatan kadar asam urat kecuali kontrol normal. Dikatakan hiperurisemia bila kadar asam urat lebih dari kadar normal mencit. Mencit dikatakan hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7-3,0 mg/dL dengan kadar asam urat normal 0,5-1,4 mg/dL (Mazzali et al 2001). Bahan pembanding yang digunakan adalah allopurinol. Allopurinol merupakan obat anti hiperurusemia oral golongan urikostatik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis asam urat dengan mengikat enzim xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat (Tan Kirana 2007 & Wilmana PF 1995). Penelitian ini menggunakan enam kelompok, yaitu: kelompok kontrol negatif yang diinduksi kalium oksonat dalam larutan Na CMC 0,5% secara ip. Kelompok uji I, kelompok yang diberikan fraksi etanol dari
ekstrak etanol 70 % daun sidaguri dengan dosis 1,4682 mg/20 g BB. Kelompok uji II, kelompok yang diberikan fraksi etanol 70 % dari ekstrak etanol daun sidaguri dengan dosis 2,9365 mg/20 g BB. Kelompok uji III, kelompok yang diberikan fraksi etanol 70 % ekstrak etanol daun sidaguri dengan dosis 5,873 mg/20 g BB. Kelompok kontrol postif, kelompok yang diberikan pembanding allopurinol dengan dosis 0,36mg/20 g BB. Dan kelompok normal, kelompok tanpa induksi kalium oksonat. Sebelum memulai perlakuan, dilakukan penimbangan berat badan dari masing-masing mencit. Pengambilan darah dilakukan melalui pemotongan ujung ekor mencit. Pengukuran kadar asam urat darah diukur dengan menggunakan metode enzimatik photometrik menggunakan pereaksi asam urat FS TBHBA (2,4,6-Tribromo-3hydroxybenzoic acid). Pengambilan darah dilakukan setelah penginduksian dengan kalium oksonat dan pemberian sediaan uji. Berdasarkan tabel V dan grafik gambar 1 dapat dilihat adanya aktivitas perbedaan kadar asam urat darah pada mencit dari larutan uji dengan berbagai kadar konsentrasi. Dari grafik pada gambar 1 tersebut memperlihatkan bahwa pemberian fraksi etanol 70% ekstrak daun sidaguri dalam berbagai variasi dosis mampu menurunkan kadar asam urat dibandingkan kontrol negatif. Berdasarkan grafik pengukuran rata-rata kadar asam urat serum pula dapat dilihat bahwa dosis uji III 5,873 mg/20 g BB memiliki data grafik yang sebanding dengan kelompok pembanding yaitu pembanding allopurinol dengan dosis 0,36mg/20 g BB Hasil uji dilanjutkan dengan pengolahan data melalui statistik. Analisis dilanjutkan dengan uji ANAVA satu arah untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok perlakuan, selanjutnya dilakukan pengujian dengan uji Tukey. Namun sebelum diuji, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan menurut Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Dari aktivitas data kadar asam urat yang didapat, tidak terdistribusi normal dan tidak homogen (p<0,05) maka dilakukan transformasi data. Hasil transformasi
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji ANAVA satu arah. Data selanjutnya di uji secara nonparametrik menggunakan Kruskal-Wallis. Jika ada perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan analisa statistik KruskalWallis didapatkan hasil (p = 0,001), hal ini menunjukkan adanya perbedaan kadar asam urat berdasarkan perbedaan perlakuan (ρ<0,05). Data kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah dua means populasi sama atau tidak atau ada perbedaan atau tidak. Terdapat perbedaan antara kontrol negatif dengan kelompok uji I (dosis 1,4682 mg/20 g BB), uji II (dosis 2,9365 mg/20 g BB), uji III (dosis 5,873 mg/20 g BB), kontrol positif (allopurinol 0,39 mg/20 g BB). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dosis fraksi etanol yang diberikan dapat menurunkan kadar asam urat darah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Kelompok kontrol positif berbeda dengan kelompok uji I dan uji II. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji I dan uji II dapat menurunkan kadar asam urat darah tetapi di bawah kelompok kontrol positif, tetapi tidak terdapat perbedaan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok uji III. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji III dapat menurunkan kadar asam urat sebanding dengan kelompok kontrol positif. Kelompok uji I berbeda dengan kelompok uji II dan uji III. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji I dapat menurunkan kadar asam urat tetapi di bawah kelompok uji II dan uji III. Kelompok uji II berbeda dengan kelompok uji III. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji II dapat menurunkan kadar asam urat tetapi dibawah kelompok uji III dan kontrol positif. Sedangkan kontrol normal berbeda dengan semua kelompok uji. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji I, II dan III dapat menurunkan kadar asam urat tetapi di bawah kontrol normal. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas fraksi etanol 70% dari ekstrak etanol daun sidaguri (Sida rhombifolia L.)
dengan dosis 5,873 mg/20 g BB dapat menurunkan kadar asam urat serum yang sebanding dengan allopurinol dosis 0,39 mg/20 g BB pada mencit jantan galur Swisswebster yang diinduksi kalium oksonat.
DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, Setiawan. 2005. Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 3. Niaga Swadaya, Jakarta. Hlm. 141-142. Departemen Kesehatan RI. 2000. Teknologi Ekstrak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; Hlm. 3, 6, 17, 39. Huang, Cai Guo, Yan Jun Shang., et al. 2008. Hypouricemic Effects of Phenylpropanoid Glycosides Acteoside of Scrophularianingpoensis on Serum Uric Asid Levels in Potassium Oxonate-Pretreated Mice. Dalam: The American Journal of Chinese Medicine Vol. 36. China. Hlm. 151. Mazzali, M., Kanellis J., Han L., Feng L., Yang Xia Li, Chen Q., DukHee Kang, Katherine L., Gordon, Watanabe S., Nakagawa T., Hui Y. Lan, and Richard J. Johnson., 2001, Hyperuricemia Induces A Primary Renal Arteriolopathy in Rats By A Blood Pressureindependent Mechanism, Division of Nephrology, Baylor College of Medicine, Houston, Texas 77030 Meza, Romi. 2008. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sidaguri (Sida rhombifolia Linn) Terhadap Kadar Asam Urat Serum Mencit Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Misnadiarly. 2007. Rematik : Asam Urat – Hiperurisemia, Arthriris Gout (edisi 1) Pustaka Obor Populer. Jakarta. Hlm. 8 – 10 Murray, R. K. 2003. Biokimia Herper Edisi 25, Terjemahan: Andry Hartono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 374-379.
Priyanto.
2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Leskonfi, Jakarta.Hlm. 11 Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya ed. VI. Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Hlm. 339-345. Wilmana PF. 1995. Analgesik Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai dalam Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Penerbit Gaya Baru. Jakarta, Hlm. 221.