1
UJI AKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK METANOL DAN ISOLAT FRAKSI METANOL DAUN ZODIA (Evodia hortensis J.R. & G. Forst) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti L. ACTIVITY TEST OF NATURAL INSECTICIDE OF ZODIA (Evodia hortensis J.R. & G. Forst) METANOL EXTRACT AND METHANOL FRACTION ISOLATE ON Aedes aegypti L. MOSQUITO Dedi Wintono, H. Priyo Wahyudi, Hadi Sunaryo Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta
ABSTRAK Pada penelitian sebelumnya, ekstrak n-heksan daun zodia memiliki aktivitas insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan nilai LC50 454,6938 ppm. Berdasarkan hal tersebut dan potensi dari daun zodia, penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas insektisida daun zodia terhadap nyamuk Aedes aegypti L. Larutan uji dibuat 7 konsentrasi, pada ekstrak metanol yaitu 10, 22, 48, 106, 233, 512, dan 1124 ppm, pada isolat gabungan 1 yaitu 25, 37, 54, 79, 116, 170 dan 250 ppm, pada isolat gabungan 2 dan 3 yaitu 5, 9, 15, 25, 43, 73 dan 125 ppm, pada isolat gabungan 4 yaitu 5, 10, 18, 35, 68, 130, dan 250 ppm dan pada isolat gabungan 5 yaitu 25, 37, 44, 58, 77, 103 dan 137 ppm. Pengujian dilakukan terhadap 10 ekor nyamuk Aedes aegypti selama 6 jam pengamatan dan dilakukan 3 pengulangan. Nilai persentase kematian masing-masing fraksi dianalisa menggunakan probit untuk memperoleh nilai LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan isolat gabungan 1, 2, 3, 4, dan 5 daun zodia memiliki aktivitas insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti. Diperoleh nilai LC50 pada ekstrak metanol yaitu 184,3196 ppm, pada isolat gabungan 1 yaitu 86,54 ppm, pada isolat gabungan 2 yaitu 29,92 ppm, pada isolat gabungan 3 yaitu 31,12 ppm, pada isolat gabungan 4 yaitu 46,01 ppm dan pada isolat gabungan 5 yaitu 56,06 ppm. Kata Kunci : Daun Zodia, Insektisida, Nyamuk Aedes aegypti. ABSTRACT In a previous study, n - hexane extract of the leaves zodia have insecticidal activity against Aedes aegypti mosquito on 454.6938 ppm of LC50. Based on the potential of the leaves zodia, research was conducted to test the insecticidal activity leaves zodia against Aedes aegypti L. Test solution was made 7 concentration, the methanol
2
extract is 10, 22, 48, 106, 233, 512, and 1124 ppm, the combined 1 isolates with 25, 37, 54, 79, 116, 170 and 250 ppm, the combined isolates 2 and 3 are 5, 9, 15, 25, 43, 73 and 125 ppm , the combined isolates 4 is 5, 10, 18, 35, 68, 130, and 250 ppm and the 5 isolates combined with 25, 37, 44, 58, 77, 103 and 137 ppm . Tests conducted on 10 Aedes aegypti mosquitoes for 6 hours of observation and performed 3 repetitions. Mortality percentage value of each fraction was analyzed using probit to obtain LC50 values. The results showed that the methanol extracts and isolates combined 1, 2, 3, 4, and 5 zodia leaves have insecticidal activity against the mosquito Aedes aegypti . LC50 values obtained in the methanol extract is 184.3196 ppm, the combined isolates 1 is 86.54 ppm , the combined isolates 2 is 29.92 ppm , the combined isolates 3 is 31.12 ppm , the combined isolates 4 is 46.01 ppm and at 56.06 ppm which combined 5 . Keywords : Leaf Zodia , Insecticides , Mosquito Aedes aegypti
PENDAHULUAN Lebih dari 50% fauna yang menghuni muka bumi adalah serangga. Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera, serangga penyerbuk atau musuh alami hama tanaman. Meskipun demikian, tidak sedikit serangga yang justru membawa kerugian bagi kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman, dan nyamuk. Kehadiran nyamuk sering dirasakan mengganggu kehidupan manusia, dari gigitannya yang menyebabkan gatal hingga perannya sebagai vektor (penular) penyakit – penyakit berbahaya bagi manusia, misalnya penyakit kaki gajah, malaria dan demam berdarah (DepKes RI 2012). Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang dapat menular dengan cepat di daerah tropis. Ratusan juta orang rawan terhadap penyakit ini, dan jutaan kasus terjadi setiap tahun. Demam berdarah dengue (DBD) suatu infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penyakit berbahaya demam dengue karena disertai dengan pendarahan (Anonim 2006). Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang sampai saat ini selalu menghantui masyarakat. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkitnya penyakit DBD. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu (Tunny 2012). Penanggulangan DBD yang telah dilakukan oleh Kemkes diutamakan pada kegiatan preventif dan promotif dengan menggerakkan serta memberdayakan masyarakat dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengendalian vektor penyakit demam berdarah sampai saat ini masih menggunakan insektisida dan larvasida sintetis. Penggunaan Insektisida sintetis yang berlebihan dapat mengakibatkan timbulnya resistensi vektor, matinya hewan lain yang
3
bukan sasaran dan mencemari lingkungan. Untuk mengurangi masalah ini perlu dicarikan alternatif lain dengan memanfaatkan pestisida nabati (Tunny 2012). Di indonesia telah diketahui sekitar 45 jenis tanaman yang mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai pestisida. Sebagian tanaman tersebut telah digunakan oleh nenek moyang kita secara tradisional, diantaranya adalah tanaman mindi, mimba, tuba, piretrum, tembakau dan lainlain (Kardinan 2003). Salah satu insektisida alami adalah tanaman zodia (Evodia hortensis J.R.Forst & G. Forst) yang berasal dari Papua, namun saat ini sudah banyak tumbuh di pulau Jawa bahkan sering dijumpai ditanam sebagai tanaman hias. Tanaman zodia oleh masyarakat Papua sudah lama digunakan sebagai penghalau serangga khususnya nyamuk. Kemampuan untuk menghalau serangga pada tanaman zodia karena tanaman ini menghasilkan aroma yang cukup tajam yang disebabkan oleh kandungan evodiamine dan rutaecarpine sehingga tidak disukai serangga. Pada daun zodia mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, linalool, alpha-pinene, evodiamine, rutaecarpine, serta senyawa terpenoid. Senyawa golongan triterpenoid yang memiliki fungsi sebagai insektisida (Kardinan 2003). Pada penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa uji aktivitas ekstrak n-heksan daun zodia (Evodia hortensis J.R.Forst & G. Forst) terhadap nyamuk Aedes aegypti memiliki nilai LC50 sebesar 454,6938 ppm (Astuti 2011). Berdasarkan nilai LC50 tersebut, daun zodia memiliki potensi sebagai insektisida nabati. Pada penelitian ini, ekstrak metanol daun zodia dilakuakn uji aktivitas insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti. Selanjutnya fraksi metanol daun zodia hasil fraksinasi menggunakan corong pisah dilakukan identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis. Fraksi yang diperoleh ditotolkan pada lempeng silika GF254, kemudian dieluasi dengan campuran pelarut yang sesuai. Selanjutnya fraksi difraksinasi menggunakan kromatografi kolom, dan hasil fraksinasi yang diperoleh kemudian dilakukan uji aktivitas insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti . Hasil uji insektisida nabati dapat diketahui dari jumlah nyamuk Aedes aegypti dewasa yang mati dalam tiap konsentrasi yang berbeda pada ekstrak metanol dan isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia dengan menggunakan kromatografi kolom. Selanjutnya persen kematian nyamuk akan dianalisis dengan mengunakan analisa probit untuk mengetahui LC50. METODOLOGI PENELITIAN 1. Alat dan Bahan Penelitian Timbangan analitik, toples kaca, gelas ukur, batang pengaduk, daun zodia (Evodia hortensis J.R. & G. Forst), nyamuk Aedes aegypti dewasa, larutan gula, madu, darah marmut, beaker glass, labu ukur, rotary evaporator, corong pisah, lempeng silica GF254, kromatografi kolom, oven dan lemari es, Erlenmeyer, botol vial, tisu gulung, cawan uap, botol 50ml, kapas, kaca pembesar, pipet tetes, pipet gondok, sangkar pemeliharaan nyamuk, kandang celup , aspirator, kapas, kain kasa, sangkar marmut . 2. Pembuatan Ekstrak Metanol dan Fraksi Metanol Daun Zodia Daun zodia segar dicuci, dikeringkan, kemudian diserbuk dan diayak dengan ayakan mesh 20 sehingga diperoleh serbuk simplisia yang homogen. Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1,4 kg dan dimasukan ke dalam wadah kemudian ditambahkan 7 L metanol secara bertahap. Simplisia direndam selama 24 jam, 6 jam pertama simplisia direndam dan sesekali diaduk agar zat aktif yang terdapat dalam simplisia biasa larut, kemudian didiamkan selama 18 jam.
4
Maserat dipisahkan dengan menggunakan kertas saring, dan proses penyarian dilakukan 3 kali pengulangan dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan vakum rotary evaporator hingga kental tetapi masih bisa dituang (Depkes RI 1986). Setelah didapat ekstrak metanol kental daun zodia (Evodia hortensis J.R. & G. Forst) kemudian ekstrak dimasukan ke dalam corong pisah dan dilakukan proses fraksinasi mendapatkan fraksi metanol. Selanjutnya ekstrak ditambahkan pelarut n-heksan dengan perbandingan 1:1 (v/v), kocok selama ± 15 menit kemudian didiamkan hingga didapat 2 lapisan, yaitu lapisan n-heksan (bagian atas) dan residu metanol. Kemudian kedua lapisan tersebut dipisahkan dengan membuka keran corong pisah hingga residu metanol keluar habis dari corong pisah sampai hanya tersisa lapisan n-heksan yang dipisahkan sebagai fraksi n-heksan. Selanjutnya residu metanol ditambahkan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1 (v/v), kocok selama ± 15 menit kemudian didiamkan hingga didapat 2 lapisan, yaitu lapisan etil asetat (bagian atas) dan lapisan metanol (bagian bawah). Lapisan metanol disebut sebagai fraksi metanol. Kemudian fraksi metanol dipekatkan dengan rotary evaporator hingga pelarut menguap dan diperoleh fraksi kental metanol, yang dapat dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 400 C, sehingga didapat fraksi metanol kental daun zodia. 3.
Identifikasi Fraksi Metanol dengan Kromatografi Lapis Tipis Fraksi metanol diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Fraksi tersebut ditotolkan pada lempeng silika GF254 yang kemudian dieluasi dengan campuran pelarut yang sesuai. Kemudian bercak kromatogram dilihat dan ditandai dengan menggunakan lampu UV pada λ 254 nm.
4.
Fraksinasi Fraksi Metanol Daun Zodia dengan Kromatografi Kolom Dalam kromatografi kolom fase diam dibuat dengan cara mencampurkan serbuk silika gel 60 dengan perbandingan 25 kali bobot sample dengan fase gerak diklormetan hingga menjadi bubur, kemudian diaduk secara merata sehingga diperoleh bubur silika gel bebas udara. Bubur silika gel dimasukkan ke dalam kolom tanpa henti sampai mencapai 75 bagian dan bebas dari udara. Bubur silika gel dibiarkan memadat sampai mendapatkan fase diam yang kompak. Selanjutnya 2 gram fraksi kental metanol dilarutkan dengan metanol hingga larut lalu ditambahkan celite 545 dengan perbandingan 1:5. Kemudian dipekatkan dengan rotari evaporator dan dikeringkan dengan vakum. Selanjutnya dimasukan ke dalam kolom sedikit demi sedikit sambil dialirkan dengan fase gerak. Fase gerak yang digunakan adalah diklormetan, diklormetan-metanol (30:1;25:1;20:1;15:1;10:1;5:1;3:1;1:1), dan metanol secara gradient, selanjutnya dibiarkan mengalir, kemudian isolat yang turun ditampung dalam botol vial tiap 50 ml sampai proses fraksinasi selesai dengan tanda tidak ada fraksi yang tertinggal dalam kolom yang ditandai dengan kolom tidak berwarna lagi. 5. Identifikasi Isolat Fraksi Metanol dengan Kromatografi Lapis Tipis Isolat yang diperoleh diidentifikasi dengan KLT. Isolat tersebut ditotolkan pada lempeng silika GF254 kemudian dieluasi dengan campuran pelarut yang sesuai. Setelah itu bercak diamati dan ditandai dengan menggunakan lampu UV pada λ 254 nm. Isolat dengan pola bercak yang sama digabung sehingga diperoleh isolat gabungan yang lebih sederhana. 6. Persiapan Hewan Uji Nyamuk Aedes aegypti dewasa diperoleh dari hasil penangkaran yang dilakukan di daerah Kedaung Wetan Tangerang, dengan cara menangkap induk nyamuk jantan dan induk nyamuk betina menggunakan jaring serangga. Untuk memastikan spesies Aedes aegypti bisa
5
diamati pada bagian dorsal toraks nyamuk terdapat pola dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung dibagian tepi. Perbedaan nyamuk jantan dan betina dapat terlihat pada antena, nyamuk betina memiliki bulu yang lebih sedikit dibandingkan nyamuk jantan hal tersebut bisa terlihat secara makroskopik. Selanjutnya nyamuk dikembangbiakan dalam kandang yang di dalamnya telah disediakan toples berwarna gelap dan diisi air bersih serta kertas untuk bertelur. 7. Tahap-tahap Pengujian a. Orientasi Untuk orientasi konsentrasi uji aktivitas insektisida pada ekstrak metanol daun zodia dibuat larutan induk dengan konsentrasi 10.000 ppm, yang selanjutnya dibuat larutan uji pada konsentrasi 10, 100, 100 dan 10.000 ppm. Sedangkan untuk orientasi konsentrasi uji aktivitas insektisida pada isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia dibuat larutan induk 1000 ppm, yang selanjutnya dibuat larutan uji pada konsentrasi 5, 25, 50, 125 dan 250 ppm. Sebagai kontrol negatif (0 ppm) digunakan aquadest dan DMSO (dimetil sulfoksida). Penetapan kisaran konsentrasi didapatkan berdasarkan hasil uji pendahuluan aktivitas insektisida yang dilakukan pada ekstrak metanol dan isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia yang menyebabkan kematian hewan uji sebanyak 10%-90%. Metode yang digunakan untuk uji aktivitas insektisida pada penelitian ini adalah metode celup (Tarumingkeng 1992). b. Uji sebenarnya Penetapan konsentrasi larutan uji sebenarnya diperoleh berdasarkan konsentrasi dari hasil orientasi yang menyebabkan kematian 10% (n) dan 90% (N) pada keseluruhan nyamuk yang digunakan pada uji pendahuluan. dari hasil uji pendahuluan pada ekstrak metanol maupun pada isolat gabungan 1, 2, 3, 4, dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia, diperoleh konsentrasi untuk uji lanjutan pada uji aktivitas insektisida pada ekstrak metanol yaitu 10, 22, 48, 106, 233, 512 dan 1124 ppm. Sedangkan konsentrasi untuk uji lanjutan pada uji aktivitas insektisida pada isolat gabungan yaitu untuk isolat gabungan 1 hasil fraksinasi fraksi metanol diperoleh konsentrasi 25, 37, 53, 79, 115, 130, 250 ppm. Pada isolat gabungan 2 dan 3 hasil fraksinasi fraksi metanol diperoleh konsentrasi yaitu 5, 9, 15, 25, 43, 73, dan 125 ppm. Pada isolat gabungan 4 hasil fraksinasi fraksi metanol diperoleh konsentrasi untuk uji lanjutan yaitu 5, 10, 18, 35, 68, 130,dan 250 ppm. Dan pada isolat gabungan 5 diperoleh konsentrasi untuk uji lanjutan yaitu 25, 33, 44, 58, 77, 103,dan 137 ppm. Sebanyak 10 ekor nyamuk Aedes aegypti dewasa dimasukan ke dalam kurungan celup, kemudian dicelupkan selama 10 detik ke dalam larutan uji. Kemudian ditiriskan dengan meletakannya di atas kertas saring. Nyamuk dipindahkan dari kurungan celup ke dalam pot plastik. Dilakukan uji yang sama pada ekstrak metanol dan isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol. Pengujian ini dilakukan 3 X pengulangan pada tiap konsentrasi. Pengamatan dilakukan setelah 6 jam, nyamuk yang mati dalam 6 jam kemudian dihitung dan dicatat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pengujian sebelumnya yang menggunakan ekstrak n-heksan daun zodia terhadap nyamuk Aedes aegypti diperoleh nilai LC50 454,6938 ppm. Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak tersebut memiliki aktivitas insektisida. Pengujian pada ekstrak metanol dilakukan untuk mengetahui aktivitas insektisida berdasarkan sifat zat yang bersifat polar. Sedangkan pada isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil
6
fraksinasi fraksi metanol daun zodia dilakukan untuk mengetahui aktivitas insektisida berdasarkan perbedaan tingkat polaritasnya. Hal ini berguna untuk mengetahui isolat gabungan manakah dari fraksi metanol daun zodia yang mempunyai aktivitas insektisida paling kuat. Tanaman yang digunakan adalah daun zodia yang diperoleh dari Balitro – Bogor dan dideterminasi di Herbarium Bogoriense - LIPI Cibinong. Determinasi merupakan langkah awal dalam penelitian untuk mendapatkan identitas yang benar dari tanaman yang akan diteliti, sehingga dapat memberikan kepastian tentang kebenaran tanaman tersebut. Daun zodia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Dipilih metode ini dalam proses ekstraksi karena cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana serta dapat digunakan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan, sehingga dapat mencegah rusaknya zat aktif yang terkandung dalam simplisia. Sedangkan penggunaan metanol sebagai pelarut karena ekstrak yang didapat menjadi tidak mudah ditumbuhi kapang dan lebih mudah menguap, kemudian seluruh maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada tekanan rendah dan suhu ± 50oC guna mencegah kerusakan zat aktif akibat pemanasan tinggi. Setelah diperoleh ekstrak yang kental namun masih dapat dituang, kemudian dilanjutkan dengan proses fraksinasi menggunakan corong pisah menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol dengan perbandingan 1:1 (v/v). Penggunaan pelarut ini dianggap cukup untuk mewakili adanya perbedaan polaritas, sehingga dapat menarik senyawa aktif dari berbagai sifat kepolaran yang terdapat dalam ekstrak metanol daun zodia. Fraksi metanol hasil fraksinasi menggunakan corong pisah selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi kolom. Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan campuran pelarut diklormetan dan metanol dengan perbandingan yang berbeda-beda secara gradien, sehingga memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. Kemudian dari hasil fraksinasi didapat 65 isolat yang ditampung ke dalam botol vial 50 ml, yang selanjutnya isolat tersebut dilakukan identifikasi menggunakan KLT menggunakan lempeng silica gel GF254. Dan dapat disederhanakan menjadi 5 isolat gabungan berdasarkan pola kromatogram yang sama. Isolat gabungan 1 terdiri dari gabungan isolat 1-12 yang memiliki sifat non polar dan setelah dikeringkan diperoleh berat 1,081 gram isolat. Pada isolat gabungan 2 terdiri dari gabungan isolat 13-18 yang memiliki sifat semi polar atau lebih polar dibandingkan dengan isolat gabungan 1 hasil gabungan dan setelah dikeringkan diperoleh berat 0,0359 gram isolat. Pada isolat gabungan 3 terdiri dari gabungan isolat 19-36 yang memiliki sifat semi polar, tetapi lebih polar dibandingkan dengan dengan isolat gabungan 2 hasil gabungan dan setelah dikeringkan diperoleh berat 0,0586 gram isolat. Pada isolat gabungan 4 terdiri dari gabungan isolat 37-45 yang memiliki sifat mendekati polar atau lebih polar dibandingkan dengan isolat gabungan 3 dan setelah dikeringkan diperoleh berat 0,1937 gram isolat. Pada isolat gabungan 5 terdiri dari gabungan isolat 46-65 yang memiliki sifat polar dan setelah dikeringkan diperoleh berat 0,0781 gram isolat. Uji aktivitas insektisida pada ekstrak metanol dan isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia dilakukan dengan menggunakan hewan uji nyamuk Aedes aegypti dewasa sebanyak 10 ekor, untuk memastikan nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat pada bagian dorsal toraks nyamuk terdapat pola dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung dibagian tepi. Perbedaan nyamuk jantan dan betina dapat terlihat pada antena, nyamuk betina memiliki bulu yang lebih sedikit dibandingkan nyamuk jantan hal tersebut bisa terlihat secara makroskopik. Selanjutnya pengujian dilakukan dengan metode pencelupan serangga kedalam larutan insektisida, karena metode ini dianggap cara yang efektif untuk memaksimalkan
7
jumlah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga (Tarumingkeng 1992). Kematian nyamuk Aedes aegypti disebabkan oleh racun dari daun zodia yang masuk melalui kutikel nyamuk. Tebalnya kutikel sangat menentukan kemampuan insektisida untuk menembus kutukel, semakin tebal kutikel makin sukar insektisida menembus kutikel. Setelah menembus lapisan kutikel dari nyamuk racun juga harus menembus membran sel, dan selubung saraf sehingga bisa menyebabkan kematian pada nyamuk. Dan pada penelitian ini diperoleh nilai LC50 pada ekstrak metanol sebesar 184,3196 ppm, sedangkan pada isolat gabungan 1 sebesar 86,5350 ppm, isolat gabungan 2 sebesar 29,9192 ppm, isolat gabungan 3 sebesar 31,1239 ppm, isolat gabungan 4 sebesar 46,0055 ppm dan isolat gabungan 5 sebesar 56,0590 ppm. Berdasarkan nilai LC50 pada ekstrak metanol memiliki aktivitas insektisida dengan tingkat toksisitas moderat. Sedangkan pada isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia memiliki aktivitas insektisida dengan tingkat toksisitas tinggi (Anonim 1987) . Berdasarkan nilai LC50 pada isolat gabungan 1, 2, 3, 4 dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia, isolat gabungan 2 dan 3 yang bersifat semi polar adalah isolat yang memiliki aktifitas insektisida yang paling kuat, hal ini dimungkinkan karena zat yang terkandung dalam isolat ini sama dan zat aktif yang berperan sebagai insektisida paling banyak tedapat pada isolat ini. Pada isolat gabungan 4 dan 5 yang bersifat polar adalah isolat gabungan yang memiliki aktifitas insektisida lebih rendah dari isolat yang bersifat semi polar, hal tersebut dimungkinkan karena kandungan zat aktif yang berperan sebagai insektisida lebih sedikit dibandingkan dengan isolat yang bersifat semi polar. Sedangkan pada isolat gabungan 5 yang bersifat non polar adalah isolat gabungan yang memiliki aktifitas insektisida yang paling rendah, hal ini dimungkinkan karena zat aktif yang berperan sebagai insektisida paling sedikit terkandung pada isolat ini dibandingkan seluruh isolat. Pada isolat yang memiliki aktifitas insektisida paling kuat, yaitu isolat gabungan 2 bisa dilanjutkan dengan identifikasi dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), hal tersebut dimungkinkan untuk melihat zat aktif yang terkandung dalam isolat gabungan 2 yang bersifat semi polar yang mempunyai aktivitas insektisida yang paling kuat diantara isolat gabungan yang lainnya. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak metanol dan isolat gabungan 1, 2, 3, 4, dan 5 hasil fraksinasi fraksi metanol daun zodia memiliki aktivitas insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan nilai LC50 pada ekstrak metanol sebesar 184,3196 ppm yang termasuk klasifikasi toksisitas moderat. Sedangkan pada isolat gabungan 1 sebesar 86,5350 ppm, isolat gabungan 2 sebesar 29,9192 ppm, isolat gabungan 3 sebesar 31,1239 ppm, isolat gabungan 4 sebesar 46,0055 ppm dan isolat gabungan 5 sebesar 56,0590 ppm yang termasuk klasifikasi toksisitas tinggi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1987. Pemberantasan Vektor dan Cara-cara Evaluasinya. Direktorat Jendral PPM dan PLP. Depkes Jakarta. Anonim. 2006. Mengatasi Demam Berdarah Dengan Tanaman Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan pertanian . vol. 28 no. 6 BALITRO. Hal. 6-8
8
Astuti M. 2011. Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak n-heksan Daun Zodia (Euodia hortensis J.R.Forst & G. Forst) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. UHAMKA. Jakarta. Hal : 39 Christopher SR. 1960. Aedes aegypti L. The yellow fever mosquito Cambrige. University Press. Hal. 738 Direktorat Jendral POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 326–339. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Terjemahan: Padmawinata K, dan Soediro I. ITB, Bandung. Hariyani Y. 2013. Isolasi Golongan Benzofena dari ekstrak metanol Daging Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Sheff.) Boerl.]. Ringkasan Skripsi. IPB. Priyanto. 2007. Toksisitas: Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum. Leskonfi, Jakarta. Hal. 108128. Soedarto. 1989. Entomologi Kedokteran. Penerbit: Buku kedokteran EGC. Surabaya. Hal. 58-64 Tarumingkeng R.1992. Insektisida: Sifat, mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaanya. UKRIDA. Jakarta. Hal : 9-11, 17-19.