DETERMINAN PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA UBI KAYU INDONESIA (Studi tahun 1991-2013 dengan menggunakan persamaan simultan) Kristian[1] [1]
Staf Bappeda Provinsi Lampung Email :
[email protected] ABSTRACT
With great economic potential of cassava in the world trade and the increasing world demand for cassava as well as the limitations of Indonesia to increase cassava production it needs to be investigated factors that can affect the production, consumption and prices of cassava in Indonesia. Cassava production is significantly influenced by the variable price of cassava, cassava harvested area and price of urea fertilizer. Consumption of cassava in Indonesia is significantly influenced by population of Indonesia. The price of cassava in Indonesia is significantly influenced by cassava harvested area, consumption of cassava and the length of tarred road. Based on projections, cassava production would increase if cassava price, cassava land productivity and harvested area are improved. Indonesian cassava consumption is projected to decline if there are increasing in cassava price, per capita income and population of Indonesia simultaneously. The price of cassava is projected to increase if the consumption of cassava decreased accompanied by a decrease in the total area harvested cassava. Keywords: Cassava, Simultaneous Equations, Supply, Demand Journal of Economic Literature (JEL) Classification : Q110 Agriculture: Aggregate Supply and Demand Analysis; Prices ABSTRAK Dengan potensi ekonomi yang besar dari ubi kayu dalam perdagangan dunia dan meningkatnya kebutuhan dunia akan ubi kayu serta dengan keterbatasan-keterbatasan Indonesia dalam meningkatkan produksi ubi kayu, perlu dikaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi, konsumsi maupun harga ubi kayu di Indonesia. Produksi ubi kayu dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga ubi kayu, luas areal panen ubi kayu dan harga pupuk urea. Konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel luas panen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Berdasarkan proyeksi, produksi ubi kayu akan mengalami peningkatan jika harga ubi kayu, produktivitas lahan ubi kayu maupun luas panennya ditingkatkan. Konsumsi ubi kayu Indonesia diproyeksikan akan mengalami penurunan jika secara bersamaan ada peningkatan harga ubi kayu, peningkatan pendapatan perkapita dan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu diproyeksikan akan mengalami peningkatan jika konsumsi ubi kayu mengalami penurunan dibarengi dengan penurunan luas areal panen ubi kayu. Kata kunci : Ubi Kayu, Persamaan Simultan, Penawaran, Permintaan Klasifikasi Journal of Economic Literature (JEL) : Q110 Agriculture: Aggregate Supply and Demand Analysis; Prices
1
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 01
gas.
PENDAHULUAN
Meski
Indonesia Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut
didasarkan
pada
peranannya
sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, sumber pendapatan bagi jutaan petani yang tersebar di seluruh Indonesia, serta sebagai sumber penghasil
struktur
mulai
perekonomian
bergeser
dari
sektor
pertanian ke sektor industri pengolahan, namun seperti pada Tabel di bawah dapat dilihat bahwa sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang besar yaitu 14,43 % dan merupakan sektor kedua terbesar penyumbang PDB di tahun 2013 setelah sektor industri pengolahan.
devisa negara setelah sektor minyak dan Tabel PDB Atas Dasar Harga Berlaku (trilyun rupiah), 2000-2013 NO 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan Usaha
2011
2012
Kontribusi persektor
2013
Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan
1.091,45
1.193,45
1.311,04
tahun 2013 (%) 14,43
876,98
970,82
1.020,77
11,24
1.806,14
1.972,52
2.152,59
23,70
Listrik, Gas, Dan Air Bersih Bangunan
55,88
62,23
70,07
0,77
753,55
844,09
907,27
9,99
Perdagangan, Hotel Dan Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. Jasa – Jasa
1.023,72
1.148,69
1.301,51
14,33
491,29
549,11
636,89
7,01
535,15
598,52
683,01
7,52
785,01
889,99
1.000,82
11,02
Produk Domestik Bruto
7.419,19
8.229,44
9.083,97
100
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2011-2013
Seiring dengan penurunan produksi minyak
prospek dan cukup menjanjikan di sektor
dan gas dalam negeri, maka kebijakan
pertanian adalah ubi kayu. Ubi kayu
ekonomi
merupakan
Indonesia
diarahkan
pada
tanaman
multifungsi
yang
peningkatan ekspor non migas melalui
memiliki peran sebagai bahan baku sumber
pengembangan
komoditi-komoditi
energi alternatif, pangan maupun pakan
unggulan
pertanian
yang
(fuel, food, feed).
prospek
dan
pasar
Dengan ketiga peran
dan
tersebut, bahkan ubi kayu telah memberi
menyumbang nilai devisa yang cukup besar
kontribusi terhadap PDB sektor tanaman
bagi Negara. Salah satu komoditi yang
pangan terbesar ketiga setelah padi dan
2
pangsa
mempunyai
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 01
jagung
(Pusat
Sosial
Ekonomi
dan
Kebijakan Pertanian, 2011).
salah satu sumber alternatif bahan pembuat biofuel bersama jagung, sawit dan tebu. Seperti
Dalam perdagangan dunia, antara tahun 2010 sampai dengan 2013, produksi ratarata pertahun ubi kayu dunia adalah sebanyak 245 juta ton. Sedangkan total pengunaan ubi kayu di dunia diproyeksikan mencapai 275 juta ton di tahun 2020 (IFPRI dalam Westby, 2008), bahkan beberapa
peneliti
memperkirakan
ekspor
yang
dilakukan
oleh
Thailand yang mengirim 98% produksi ubi kayunya ke China untuk dijadikan biofuel di tahun 2010. Bahkan Uni Eropa bahkan telah menargetkan di tahun 2020 seluruh
bahan
bakar
untuk
moda
transportasi 10 % nya harus berasal dari energi terbarukan seperti biofuel dan angin.
bisa
mencapai 291 juta ton (Scott et al, 2000
Dari segi produksi Indonesia merupakan
dalam Westby, 2008). Tingginya produksi
produsen ubi kayu keempat terbesar dunia
dan permintaan ubi kayu di dunia selain
dengan produksi 24 juta ton di tahun 2012,
karena faktor bahan pangan sebagian besar
tetapi di tahun 2013 mengalami penurunan
masyarakat di Afrika, Asia dan Amerika
produksi.
Latin juga karena ubi kayu telah menjadi
Negara Nigeria Brazil Thailand Indonesia Kongo Ghana
Tabel Produsen Ubi Kayu Dunia 2010-2013 (ribu ton) 2010 2011 2012 42.533 52.403 54.000 24.967 25.349 23.414 22.006 21.912 26.601 23.918 24.044 24.177 15.014 15.024 15.000 13.504 14.241 14.547
2013 55.000 24.117 28.276 23.936 14.985 15.141
Sumber : FAO, Food Outlook 2013
Rumusan Masalah
dengan melihat permintaan ubi kayu dunia yang setiap tahunnya naik. Peningkatan
Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Salah satu komoditi yang prospek dan cukup menjanjikan di sektor pertanian adalah ubi kayu. Potensi ekonomi dari ubi kayu
permintaan ubi kayu dunia dikarenakan peran ubi kayu sebagai sumber bahan baku energi alternatif. Selain itu ubi kayu juga berperan sebagai sumber bahan makanan pendukung ketahanan pangan di Indonesia
sangatlah besar dalam perdagangan dunia
3
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
yang
merupakan sumber pangan utama
ubi kayu dari sisi penawaran dan konsumsi
karbohidrat setelah padi dan jagung. Agar
ubi kayu dari sisi permintaan serta harga
sektor pertanian dapat mengambil peran
ubi kayu di Indonesia selama periode 1991
dalam pembangunan maka Indonesia harus
sampai dengan 2013. Adapun jenis ubi
meningkatkan produksi ubi kayu dalam
kayu yang akan diteliti adalah ubi kayu
mengantisipasi permintaan ubi kayu dunia
segar/kering.
dan
mendukung
program
ketahanan
pangan. Hal tersebut dapatlah terhambat oleh adanya penurunan luas panen ubi kayu yang menyebakan terjadinya penurunan produksi ubi kayu Indonesia, dimana penurunan harga menjadi disinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan areal panen ubi kayu tersebut. Untuk itu perlu dianalisis
faktor-faktor
apakah
yang
berpengaruh terhadap produksi, konsumsi dan harga ubi kayu di Indonesia serta melakukan proyeksi produksi, konsumsi dan harga ubi kayu pada tahun 2025.
KAJIAN TEORI DAN METODELOGI Penawaran Penawaran adalah jumlah suatu barang yang akan dan dapat dijual oleh produsen pada tingkatan harga tertentu di waktu tertentu. Hukum penawaran merupakan hubungan positif antara harga dan jumlah barang
peningkatan meningkatkan
ditawarkan,
harga
pasar
jumlah
dimana
akan
penawaran
juga dan
sebaliknya penurunan harga pasar akan menurunkan jumlah penawaran (Case and Fair,
Tujuan Penelitian
yang
2002).
Hukum
tersebut
dapat
dijelaskan dengan mudah pada Gambar Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
kurva penawaran menunjukkan kuantitas
menganalisis
barang yang dapat dijual oleh produsen
deteminan
produksi,
konsumsi dan harga ubi kayu di Indonesia.
pada tingkatan harga berapapun, dengan faktor lain yang dapat mempengaruhi kuantitas yang ditawarkan adalah tetap seperti yang digambarkan oleh kurva S pada Gambar kurva penawaran. Sumbu
Ruang Lingkup
vertikal menunjukkan harga per unit dari suatu barang (P). Ini adalah harga yang
Dalam penelitian ini akan dianalisa faktorfaktor yang diduga mempengaruhi produksi
4
diterima dari berapapun kuantitas yang ditawarkan.
Sumbu
horisontal
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
menunjukkan penawaran total (Q) yang
menguntungkan, yang akan mendorong
diukur dalam jumlah unit per periode. Jadi
produsen lama untuk memperluas produksi
dapat
dan
dikatakan
merupakan penawaran
kurva
hubungan dan
penawaran
antara
harga
jumlah
(Pyndick
memungkinkan
produsen
baru
memasuki pasar. Sehingga pada saat harga
dan
pasar tetap di P1 akan terjadi kenaikan
Rubinfeld, 2009). Selain harga, faktor lain
jumlah penawaran yang lebih besar dari
yang mempengaruhi sisi penawaran adalah
sebelumnya dimana kurva penawaran (S)
harga produksi dan harga dari produk
akan bergeser ke kanan (S’). Berkaitan
terkait (Case and Fair, 2002). Harga
dengan harga produk terkait, produsen akan
produksi juga bergantung pada beberapa
bereaksi terhadap perubahan dari produk
faktor, termasuk ketersediaan teknologi dan
terkait, misal jika sebuah lahan pertanian
harga input produksi yang dibutuhkan oleh
dapat
produsen (seperti lahan, modal, energi,
komoditas A ataupun B, jika harga
tenaga kerja dan lainnya). Harga bahan
komoditas pertanian A lebih baik maka
baku yang lebih rendah atau biaya apa saja
produsen akan cenderung memilih untuk
yang lebih rendah membuat produksi lebih
menanam komoditas A dibanding B.
digunakan
untuk
memproduksi
S
Harga/P
S’
P1
P2
Kuantitas/Q Q1
Q2
Gambar Kurva Penawaran
Permintaan
Permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli pada waktu
5
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
harga per unit barang berubah (Pyndick dan
Rubinfeld, 2009).
Harga/P D
D’
P2
P1
Q1
Kuantitas/Q
Q2
Gambar Kurva Permintaan
Hal tersebut dapat digambarkan
permintaan adalah pendapatan konsumen
dengan mudah dengan kurva permintaan,
yang akan meningkatkan permintaan dari
dimana
merupakan
Q1 ke Q2 di saat harga konstan ataupun
hubungan antara jumlah barang yang
meningkatkan harga dari P1 ke P2 sehingga
konsumen bersedia membeli dengan harga
membuat kurva permintaan bergeser dari
tersebut.
D ke D’.
kurva
permintaan
Kurva
kemiringan
yang
permintaan menurun
dengan (D)
Selain harga barang, jumlah barang
menunjukkan bahwa konsumen bersedia membeli lebih banyak barang selama harga turun, di saat faktor lain adalah konstan. Ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara harga dengan jumlah permintaan, dimana harga naik maka jumlah permintaan
yang ada di pasaran dan pendapatan konsumen, yang mempengaruhi permintaan adalah harga dari barang/jasa lain, selera dan faktor ekspektasi (Case and Fair, 2002).
turun dan disaat harga turun maka jumlah permintaan akan naik. Hal ini disebut dengan hukum permintaan. Tentu saja jumlah barang yang akhirnya konsumen dapat beli tergantung pada jumlah barang
Konsep Produksi, Konsumsi dan Harga
aktual yang ada di pasar. Selain itu, hal lain yang
dapat
mempengaruhi
jumlah
6
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
Ada
beberapa
faktor
dapat
penyediaan energi 2.500 kalori dan protein
pertanian
55 gram. Permintaan akan ubikayu sebagai
(Timmer, 1983), yaitu lahan (dimana
bahan konsumsi makanan di Indonesia
pertanian merupakan satu-satunya sektor
dipengaruhi oleh pendapatan dan harga.
yang menempatkan lahan sebagai input
Jika pendapatan perkapita naik, maka
produksi
ketersediaan
masyarakat yang mengkonsumsi ubi kayu
pupuk, benih, kredit, pengairan, sistem
akan menggantinya dengan beras atau
transportasi, pestisida dan mesin pertanian.
jagung,
Selain itu kebijakan pemerintah yang
peningkatan pendapatan masyarakat akan
efektif dalam pengontrolan harga untuk
mengurangi konsumsi ubi kayu sebagai
tanaman pangan maupun input pertanian
bahan makanan langsung. Tetapi bila ubi
juga akan mempengaruhi perilaku petani
kayu dikonsumsi secara tak langsung,
untuk berproduksi.
diolah terlebih dahulu menjadi makanan
mempengaruhi
yang
produksi
paling
penting),
ringan Kebutuhan
terhadap
bahan
pangan
merupakan salah satu diantara barangbarang primer. Bagi penduduk Indonesia, beras merupakan bahan makanan yang lebih superior daripada bahan pangan
sehingga
atau
dapat
tepung,
peningkatan
dikatakan
maka
pengaruh
pendapatan
terhadap
permintaan ubi kayu bisa positif atau negatif tergantung dari besaran peningkatan pendapatan maupun distribusi peningkatan pendapatan (John A. Dixon, 1982).
lainnya seperti jagung, ubi, sagu dan lainnya. Sehingga bagi masyarakat yang berpendapatan
rendah
akan
berupaya
Kebijakan mempengaruhi
harga
juga
keputusan
dapat untuk
semaksimal mungkin untuk memenuhi
mengkonsumsi ubi kayu di Indonesia. Jika
kebutuhan pangan pokoknya, terutama
ubi kayu lebih murah dari beras dan
pangan beras. Oleh karena itu, konsumsi
gandum (melalui penurunan harga ubi kayu
pangan sangat terkait erat dengan tingkat
atau peningkatan harga beras dan gandum)
kesejahteraan masyarakat (Irawan, 2009).
maka permintaan akan ubi kayu akan
Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik
meningkat. Tetapi hal ini tak mudah untuk
apabila kalori dan protein yang dikonsumsi
diterapkan, karena pola konsumsi ubi kayu
penduduk
semakin
sampai
maupun beras ditiap daerah sangatlah
akhirnya
melewati
kecukupan
beragam. Jika harga beras atau gandum
konsumsi per kapita sehari. Kecukupan gizi
dinaikan maka akan memiliki pengaruh
yang dianjurkan per kapita per hari adalah
yang besar bagi masyarakat perkotaan yang
7
meningkat, standar
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
mengandalkan
beras
sebagai
makanan
pokoknya. Lain halnya dengan masyarakat pedesaan,
yang
keanekaragaman
lebih
lebih
pangan
mudah
Pangan
memiliki dibanding
masyarakat perkotaan, dimana konsumen akan
Peran Ubi Kayu dalam Ketahanan
berganti
bahan
pangannya seiring dengan perubahan harga. Hal lain yang membuat kebijakan harga sangat sulit diterapkan untuk ubi kayu adalah karena ubi kayu tidak mudah untuk disimpan dan mudah busuk (John A.
Ubi kayu dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti beras karena merupakan sumber pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung. Selain itu ubi kayu memiliki kandungan gizi yang cukup baik bagi tubuh. Komposisi kandungan gizi ubi kayu dibandingkan dengan beras nasi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Dixon, 1982). Tabel Komposisi Gizi Ubi Kayu dan Beras/Nasi (per 100 g) Komposisi Gizi Ubi Kayu Beras/Nasi Energi (kal) 146,00 178,00 Karbohidrat (g) 34,70 40,60 Protein (g) 1,20 2,10 Lemak (g) 0,30 0,10 Besi (mg) 1,00 1,00 Kalsium (mg) 33,00 5,00 Fosfor (mg) 40,00 22,00 Vitamin B1 (mg) 0,06 0,20 Vitamin C (mg) 30,00 0,00
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan dalam Syafani (2014)
Dalam
Pangan
bentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan
2011-2015 (Badan Ketahanan Pangan,
gizinya cukup tinggi; dan d) mudah
2012), ubi kayu mempunyai prospek
beradaptasi dengan lingkungan atau lahan
menjadi sumber bahan pangan pilihan
yang marginal dan beriklim kering.
dalam
Roadmap
Diversifikasi
diversifikasi
pangan.
Beberapa
keunggulan dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman
ini
sudah
dikenal
dan
dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada musim paceklik;
b)
masyarakat
Pulau
Jawa
khususnya di pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya dalam
8
Ubi Kayu dan Kebijakan Bahan Bakar Nabati Berdasarkan hasil penelitian, beberapa tanaman, seperti kelapa sawit, jagung, ubi kayu, tebu, tanaman jarak, kemiri sunan dan kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi. Apabila energi sumber nabati ini dapat dikembangkan masyarakat
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
terutama di pedesaan maka akan diciptakan
rencana Tim Nasional Bahan Bakar Nabati
masyarakat yang mandiri energi terutama
yang
untuk memenuhi kebutuhan energi rumah
mengembangkan
tangga sehari-hari. Harus diakui bahwa
penghasil BBN seluas 6,40 juta ha selama
sampai saat ini ongkos produksi energi
periode 2005-2015, yaitu kelapa sawit,
terbarukan masih lebih mahal dibandingkan
jarak pagar, tebu, dan ubi kayu.
dengan
energi
fosil
komoditas
untuk utama
Kerangka Pemikiran Teoritis
BBN sampai dengan tahun 2010 meliputi: tanaman
mencanangkan
(Kementerian
Pertanian, 2010). Sasaran pengembangan
Pengembangan
telah
BBN
Berkaitan dengan rumusan masalah dalam
seluas
penelitian ini dan tinjauan pustaka yang
minimal 5,25 juta ha untuk sawit 1,5 juta
telah diuraikan sebelumnya maka dapat
ha, jarak pagar 1,5 juta ha, ubi kayu 1,5 juta
dibuat gambaran umum penelitian berupa
ha dan tebu 750 ribu ha pada lahan yang
Kerangka
belum dimanfaatkan. Hal ini sesuai dengan
Pemikiran
Teoritis
sebagai
berikut
:
HARGA
JALAN
PENDA
UREA
ASPAL
PATAN
PRODUKSI
HARGA
KONSUMSI UBI KAYU
UBI KAYU
LUAS
HARGA
PANEN
JAGUNG
POPULASI
KEBIJAKAN BBN
KETAHANAN PANGAN
Gambar Kerangka Pemikiran Teoritis
Peningkatan produksi ubi kayu perlu
permintaan dunia, mendukung kebijakan
dicapai
bahan
9
dalam
rangka
memenuhi
bakar
nabati
dan
mendukung
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
kebijakan
ketahanan
diversifikasi
pangan
pangan
melalui non-beras.
penduduk. Harga tidak saja mempengaruhi sisi
penawaran
tetapi
permintantaan
oleh fluktuasi harga ubi kayu dan harga
menentukan pada tingkatanan berapakah
jagung sebagai komoditas subtitusi maupun
permintaan akan dilakukan. Peran
harga
harga
sisi
Peningkatan produksi ubi kayu dipengaruhi
luas areal panen yang dicapai serta harga
dimana
juga
ubi
akan
kayu
selain
pupuk urea sebagai salah satu input
mempengaruhi konsumsi dan produksi ubi
produksi dari ubi kayu. Adanya hubungan
kayu
positif antara harga dan jumlah barang yang
konsumsi ubi kayu, luas areal panen dan
diproduksi dapat dijelaskan bahwa dimana
variabel panjang jalan beraspal. Pemilihan
peningkatan
harga
variabel
meningkatkan
jumlah
pasar
akan
penawaran
dan
juga
dipengaruhi
jalan
ketersediaan
oleh
beraspal
variabel
dikarenakan
infrastruktur
yang
baik
sebaliknya penurunan harga pasar akan
merupakan salah satu faktor penentu dari
menurunkan jumlah penawaran. Berkaitan
harga komoditas. Setelah diketahui faktor-
dengan harga komoditas subtitusi, produsen
faktor apa yang mempengaruhi produksi,
ubi kayu akan bereaksi terhadap perubahan
konsumsi dan harga ubi kayu maka dapat
dari produk terkait, misal jika sebuah lahan
dilakukan proyeksi di tahun 2025.
ubi
kayu
dapat
digunakan
untuk
memproduksi komoditas ubi kayu ataupun
Model Ekonometrik
jagung, jika harga komoditas jagung lebih baik
maka
produsen
akan
cenderung
memilih untuk menanam komoditas jagung dibanding ubi kayu. Untuk lahan, sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang menempatkan lahan sebagai input produksi paling penting disamping pupuk. Peran ubi kayu dalam komoditas pangan masih menjadi pangan kelas dua setelah beras dimana ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumsinya yaitu harga ubi
kayu,
pendapatan
10
harga
komoditas
masyarakat
dan
subtitusi, jumlah
Dengan
mengikuti
Kerangka
Pemikiran Teoritis maka disusun model ekonometrik atau model yang dapat ditaksir dalam penelitian ini. Model didefinisikan sebagai representasi dari dunia nyata (the real
world
system).
Model
yang
disampaikan adalah model penawaran dan permintaan dimana pada sisi penawaran terdapat fungsi produksi, sedangkan di sisi permintaan
terdapat
fungsi
konsumsi.
Sedangkan fungsi harga berada pada sisi penawaran maupun permintaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
modifikasi dari penawaran dan permintaan ubi kayu Indonesia yang didekati dari
Dimana :
fungsi produksi dan konsumsi ubi kayu.
Prod
= Produksi ubi kayu
Model ini dibangun oleh Panggabean
Hrg
= Harga ubi kayu
(1986) yang terdiri dari dua persamaan :
Hrgjag
= Harga jagung
Produksi = f(Harga ubi kayu, Harga
Lpanen
= Luas areal panen ubi kayu
komoditas subtitusi, Luas areal panen ubi
Kons
= Konsumsi ubi kayu
Pendpatan
= Pendapatan perkapita
Konsumsi = f(Harga ubi kayu, Harga
Populasi
=
komoditas subtitusi, Pendapatan perkapita,
Indonesia
kayu)
Jumlah penduduk) Adapun dalam model simultan yang hendak dibangun dalam penelitian ini dimasukan
Jumlah
penduduk
Hrgurea
= Harga pupuk urea
Pjalan
= Panjang jalan beraspal
U
= Peubah penggangu
persamaan
harga
harga
merupakan
titik
dari
penawaran
dan
Berdasarkan kerangka pemikiran
permintaan. Persamaan harga ubi kayu
teoritis dan model ekonometrik di atas,
diambil dari penelitian Ismono dan kawan-
maka dapat dibuat rumusan hipotesis
kawan (2013), yang adalah :
sebagai berikut :
Harga ubi kayu = f(Luas areal panen ubi
Produksi ubi kayu dipengaruhi secara
pertimbangan kesetimbangan
dengan
kayu, Konsumsi ubi kayu, Suku bunga, Harga urea, Harga ubi kayu tahun sebelumnya) Sehingga akhirnya dirumuskan model simultan sebagai berikut : Prod=C11+C12*
Hipotesis Penelitian
positif oleh variabel luas panen ubi kayu dan harga ubi kayu. Sedangkan harga jagung dan harga pupuk urea akan berpengaruh negatif terhadap produksi ubi kayu Konsumsi ubi kayu dipengaruhi secara
Hrg+C13*Hrgjag+C14*Lpanen+C15*Hr
positif oleh variabel harga jagung dan
gurea+U1
jumlah penduduk, sedangkan harga ubi
Kons=C21+C22*Hrg+C23*Hrgjag+C24*
kayu
Pendpatan+C25*Populasi+U2
berpengaruh negatif terhadap konsumsi
Hrg=C31+C32*Lpanen+C33*Kons+C34
ubi kayu.
dan
pendapatan
perkapita
*Pjalan+U3
11
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
Harga ubi kayu dipengaruhi secara
panen ubi kayu, harga urea; persamaan
positif oleh variabel konsumsi ubi kayu,
konsumsi : C, pendapatan perkapita,
sedangkan variabel luas areal panen ubi
jumlah penduduk Indonesia, harga jagung;
kayu
persamaan harga : C, luas panen areal ubi
dan
panjang
jalan
beraspal
kayu,panjang jalan beraspal)
berpengaruh negatif terhadap harga.
G
: Total variabel endogen dalam
persamaan (persamaan produksi : harga;
HASIL DAN PEMBAHASAN
persamaan konsumsi : harga; persamaan
Hasil Estimasi Model
harga : konsumsi) Model yang dibangun merupakan model
persamaan
melakukan
simultan.
analisis
terhadap
Sebelum model,
dilakukan spesifikasi model untuk tujuan pemilihan model terbaik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Selanjutnya
identifikasi
Persamaan Produksi : K-k (6-4) ≥ G-1 (1-1), overidentified Persamaan Konsumsi : K-k (6-4) ≥ G-1 (1-1), overidentified Persamaan Harga : K-k (6-3) ≥ G-1 (11), overidentified
terhadap
beberapa persamaan tersebut untuk melihat
Pada tiga persamaan terdapat total sembilan
apakah underidentified, overidentified atau
variabel, dengan tiga variabel endogen dan
exactlyidentified.
enam
Model
memiliki
tiga
variabel
eksogen,
sehingga
persamaan dimana hasil uji keidentifikasian
memungkinkan penyelesaiannya dengan
menunjukkan bahwa ketiga persamaan
menggunakan metode TSLS. Dilakukan uji
tersebut overidentified dimana :
asumsi klasik meliputi uji autokorelasi,
K
:
Total
variabel
eksogen
dan
ujimultikolinearitas
dan
konstanta dalam model (harga jagung, luas
heteroskedastisitas
areal
hasil estimasi yang valid dan memenuhi
panen
ubi
kayu,
pendapatan
kriteria
harga pupuk urea, panjang jalan beraspal)
estimator). Hasil uji asumsi klasik dalam
k
sistem persamaan simultan pada penelitian
Total
variabel
eksogen
dan
konstanta dalam persamaan (persamaan
ini,
adalah
(best
mendapatkan
perkapita, jumlah penduduk Indonesia,
:
BLUE
untuk
uji
linear
sebagai
unbiased
berikut
produksi : C, harga jagung, luas areal
12
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
:
Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik Autokolinerity Persamaan Produksi
Konsumsi
Harga
Heteroskedastisitas
Multikolinieritas
(Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test) Tidak Ada
(Heteroskedasticity Test: White) Tidak Ada
(Correlation Matrix) Tidak Ada
Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,8274
Nilai koefisien antar beberapa variabel independen di bawah 0,8
Tidak Ada
Ada
Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,4917
Nilai koefisien antar beberapa variabel independen di atas 0,8
Tidak Ada
Tidak Ada
Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,4944
Nilai koefisien antar beberapa variabel independen di bawah 0,8
Data Time Series dan Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,1150 Tidak Ada Data Time Series dan Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,1240 Tidak Ada Data Time Series dan Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,4510
Dapat disimpulkan ada satu persamaan
terkena asumsi perlu dihilangkan. Setelah
yang disajikan belum memenuhi kriteria
beberapa
kali
dilakukan
BLUE (best linear unbiased estimator)
variabel
yang
bermasalah,
yaitu persamaan konsumsi dengan memiliki
dilakukan uji asumsi kembali untuk model
multikolinearitas sehingga variabel yang
tersebut dengan hasil :
pembersihan kemudian
Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik Ulang Autokolinerity Persamaan Produksi
Konsumsi
Harga
13
(Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test) Tidak Ada
Multikolinieritas (Correlation Matrix) Tidak Ada
Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,8274
Nilai koefisien antar beberapa variabel independen di bawah 0,8
Tidak Ada
Tidak Ada
Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,8747
Nilai koefisien antar beberapa variabel independen di bawah 0,8
Tidak Ada
Tidak Ada
Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,4944
Nilai koefisien antar beberapa variabel independen di bawah 0,8
Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey) Tidak Ada Data Time Series dan Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,1150 Tidak Ada Data Time Series dan Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,1271 Tidak Ada Data Time Series dan Obs*R-squared tidak signifikan dengan nilai prob 0,4510
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 01
Persamaan-persamaan
yang
disajikan
dalam model sekarang telah memenuhi kriteria
BLUE
(best
linear
variasi variabel bebas pada taraf nyata α = 1%.
unbiased
estimator), dimana persamaan-persamaan tersebut yang kemudian akan diinterpretasi
Untuk uji normalitas, ketiga persamaan memenuhi kriteria dimana error term terdistribusi normal yang dapat dilihat dari
adalah sebagai berikut :
tidak signifikannya nilai probabilitas pada Log(Prod)=C(11)+C(12)*Log(Hrg)+C(13
Jarque-Bera. Persamaan produksi memiliki
)*Log(Hrgjag)+C(14)*Log(Lpanen)+C(1
nilai
5)*Log(Hrgurea)
Persamaan
Log(Kons)=C(21)+C(22)*Log(Pendpatan
probabilitas Jarque-Bera 0,263. Sedangkan
)+C(23)*Log
persamaan harga memiliki nilai probabilitas
(Populasi)
+C(24)*Log
probabilitas
Jarque-Bera
konsumsi
memiliki
(Hrgjag)
Jarque-Bera 0,946.
Log(Hrg)=C(31)+C(32)*Log(Lpanen)+C
Hasil Model Ekonometrik
0,985. nilai
(33)*Log(Kons)+C(34)*Log(Pjalan) Setelah melakukan uji asumsi klasik Hasil
dugaan
model
dalam
setiap
terhadap
persamaan-persamaan
dalam
persamaan yang diperoleh relatif cukup
model maka hasilnya perhitungannya dapat
baik dengan nilai koefisien determinasi R-
dijabarkan sebagai berikut :
square
dari
masing-masing
persamaan
berkisar antara 0,88 sampai 0,98. Hal ini menunjukkan
bahwa
secara
umum
variabel-variabel eksogen yang ada dalam persamaan relatif mampu menjelaskan dengan
baik
masing-masing
variabel
endogen. Besarnya nilai F yang diperoleh berkisar antara 40 sampai 446 dengan nilai prob (F-statistic) sebesar 0,000000 yang berarti
bahwa
variabel-variabel
bebas
dalam setiap persamaan secara bersamasama mampu menjelaskan dengan baik
14
Produksi Produksi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi oleh harga ubi kayu, harga harga komoditas saingan (jagung), luas areal panen ubi kayu dan harga urea. Variabel luas panen dan harga
ubi
kayu
berpengaruh
positif
terhadap produksi ubi kayu. Sedangkan harga jagung berpengaruh negatif terhadap produksi ubi kayu. Hasil estimasi parameter produksi ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini:
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 01
Tabel Estimasi Parameter Produksi Ubi Kayu Indonesia Variabel C log(hrg) log(hrgjag) log(lpanen) log(hrgurea)
Koefisien 6,579843 0,437109 -0,051782 1,114950 -0,151058
Prob. 0,2671 0,0677 0,8265 0,0117 0,0495
Ket *** ** **
Sumber : Diolah Ket : R-squared = 90,16 %, Adjusted R-Squared = 87,98 % dan Prob(F-Statistic) = 0,000000. ** : signifikan pada α = 5% *** : signifikan pada α = 10%
Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien
Variabel harga ubi kayu (hrg) menunjukkan
determinasi R-squared
dari persamaan
pengaruh
yang signifikan dan positif
produksi ubi kayu mengartikan 90,16 %
terhadap
produksi
produksi ubi kayu dapat jelaskan oleh
koefisien regresi sebesar 0,437109. Dari
keragaman
eksogen
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa setiap
dalam persamaan yakni harga ubi kayu,
kenaikan harga ubi kayu pada tingkatan 1
harga jagung, luas panen ubi kayu dan
% akan meningkatkan produksi ubi kayu
harga pupuk urea. Atau dengan kata lain
sebesar 0,43 % dan sebaliknya, jika ada
produksi ubi kayu di Indonesia sangat
penurunan harga ubi kayu sebesar 1 %
ditentukan
variabel
maka produksi ubi kayu akan menurun
dimaksud, sedangkan sisanya dijelaskan
sebanyak 0,43 %, ceteris paribus. Harga
oleh variabel lain yang tidak terdapat di
merupakan insentif bagi petani ubi kayu
dalam persamaan. Adapun nilai F-statistic
untuk meningkatkan produksinya, dimana
sebesar
peningkatan
variabel-variabel
oleh
0,000000
keempat
menunjukan
bahwa
harga
ubi
pasar
kayu
dengan
akan
juga
variabel-variabel eksogen dalam persamaan
meningkatkan jumlah produksi ubi kayu
produksi ubi kayu tersebut mampu secara
dan sebaliknya jika ada penurunan harga
bersama-sama
variabel
pasar ubi kayu akan menurunkan jumlah
nilai
produksi ubi kayu. Pada tataran riil
probabilitas yang dimiliki menunjukkan
berdasarkan data BPS, peningkatan harga
bahwa variabel harga ubi kayu berpengaruh
ubi kayu dari Rp. 150/kg di tahun 1991
nyata pada taraf 10 %. Sedangkan variabel
menjadi Rp. 2166/kg di tahun 2013 seiring
luas panen ubi kayu dan harga urea
sejalan dengan peningkatan produksi ubi
berpengaruh nyata pada taraf 5 %.
kayu pada periode waktu yang sama.
endogen
15
menjelaskan
dengan
baik.
Dari
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
Variabel luas panen ubi kayu (lpanen)
bulan-bulan
pertama
perkembangan
signifikan mempengaruhi produksi ubi
tanaman ubi kayu sangat memerlukan
kayu dengan koeifisen regresi sebesar
adanya pupuk urea tersebut sebagai nutrisi
1,114950. Hal ini mengartikan bahwa
pertumbuhannya. Jika pasokan pupuk urea
setiap kenaikan luas panen sebesar 1 %
tidak mencukupi maka produksi ubi kayu
akan meningkatkan produksi sebesar 1,11
perhektarnya akan berkurang signifikan.
%. Sebaliknya jika ada penurunan luas
Dengan adanya peningkatan harga pupuk
panen sebesar 1 % maka produksi ubi kayu
urea membuat petani ubi kayu mengurangi
akan menurun sebesar 1,11 %, ceteris
asupan pupuk urea pada lahan ubi kayu
paribus. Hasil ini sesuai dengan ilmu
untuk mengurangi ongkos produksinya
ekonomi dimana ada peningkatan input
sehingga secara otomatis produksi ubi kayu
produksi maka produksi itu sendiri akan
akan berkurang.
meningkat dan begitu sebaliknya. Pada tataran riil, menurut data BPS, terjadi penurunan tingkat luas panen ubi kayu di Indonesia dari 1.319.143 ha di tahun 1991 menjadi 1.065.752 ha di tahun 2013 dan bersamaan dengan itu produksi ubi kayu di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 23.936.921 ton dari 24.177.372 ton di tahun
Variabel
harga
jagung (hrgjag)
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi ubi kayu walau memiliki tanda hubungan yang benar, dengan koefisien regresi sebesar -0,051782. Harga komoditas saingan memang menjadi salah satu tolak ukur petani untuk memproduksi, tetapi dalam produksi ubi kayu faktor-faktor yang
2012.
lebih mempengaruhi adalah faktor input Variabel harga urea (hrgurea) signifikan
produksi seperti lahan dan pupuk urea serta
mempengaruhi produksi ubi kayu dengan
harga ubi kayu itu sendiri. Hal ini
koefisien regresi sebesar -0,151058. Hal ini
dikarenakan petani ubi kayu tidak akan
mengartikan bahwa setiap kenaikan harga
begitu
urea sebagai input produksi sebesar 1 %
pertaniaannya dengan komoditas lainnya
akan menurunkan produksi sebesar 0,15 %.
karena petani cenderung untuk bermain
Sebaliknya jika ada penurunan harga urea
aman
sebesar 1 % maka produksi ubi kayu akan
pemasaran
meningkat sebesar 0,15 %, ceteris paribus.
mengubah menanam komoditas yang lain.
saja
dan
mengganti
adanya maupun
produk
kesulitan
dalam
permodalan
untuk
Pupuk urea merupakan salah satu input utama bagi produksi ubi kayu, dimana pada
16
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
konsumsi ubi kayu sedangkan jumlah
Konsumsi
penduduk dan harga jagung berpengaruh Konsumsi
ubi
kayu
di
Indonesia
dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, jumlah penduduk Indonesia dan harga komoditas jagung. Variabel pendapatan
positif
terhadap
Indonesia.
konsumsi
Hasil
ubi
estimasi
kayu
parameter
konsumsi ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
perkapita berpengaruh negatif terhadap Tabel Estimasi Parameter Konsumsi Ubi Kayu Indonesia Variabel C log(pendpatan) log(populasi) log(hrgjag)
**
Koefisien -8,852480 -0,192699 2,821839 0,123302
Prob. 0,4561 0,1344 0,0148 0,2750
Ket
**
Sumber : Diolah Ket : R-squared = 88,51 %, Adjusted R-Squared = 86,70 % dan Prob(F-Statistic) = 0,000003. : signifikan pada α = 5%
Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien
bahwa variabel jumlah penduduk Indonesia
determinasi R-squared
berpengaruh
dari persamaan
nyata
taraf
%.
Sedangkan
konsumsi ubi kayu dapat jelaskan oleh
perkapita
keragaman
menunjukkan pengaruh yang signfikan
dalam
persamaan
yakni
eksogen pendapatan
dan
variabel
5
konsumsi ubi kayu mengartikan 88,51 %
variabel-variabel
untuk
pada
harga
pendapatan
jagung
tidak
pada taraf nyata 10 %.
perkapita, jumlah penduduk Indonesia dan
Variabel pendapatan (pendpatan) secara
harga komoditas jagung. Dengan kata lain
negatif dan tidak signifikan mempengaruhi
konsumsi ubi kayu di Indonesia sangat
konsumsi ubi kayu dengan koeifisen regresi
ditentukan oleh ketiga variabel tersebut,
sebesar
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
pendapatan
lain
hubungan
yang
tidak
terdapat
di
dalam
-0,192699.
Pada
dan
konsumsi
positif,
dengan
umumnya memiliki kata
lain
persamaan. Adapun nilai F-statistic sebesar
kuantitas barang yang dikonsumsi akan
0,000000 menunjukan bahwa variabel-
meningkat
variabel
persamaan
Barang tersebut merupakan barang normal
konsumsi ubi kayu tersebut mampu secara
dimana konsumen ingin membeli lebih
bersama-sama
sebagai
endogen
eksogen
dalam
menjelaskan
dengan
baik.
variabel Dari
nilai
probabilitas yang dimiliki menunjukkan
17
seiring dengan pendapatan.
dampak
dari
peningkatan
pendapatan mereka. Dalam hal ubi kayu yang
dikonsumsi
secara
langsung,
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
pengaruh peningkatan pendapatan terhadap
peningkatan
permintaan
konsumsi.
ubi
kayu
bersifat
negatif
dalam
permintaan
akan
Berkaitan
dengan
selera
dikarenakan masyarakat Indonesia masih
masyarakat, kecenderungan yang terjadi
menganggap ubi kayu adalah barang
pada pola makanan masyarakat Indonesia,
inferior. Adapun hubungan yang tidak
ubi kayu terus mengalami penurunan yang
signifikan antara pendapatan perkapita
signifikan pada skala rumah tangga. Pada
dengan konsumsi ubi kayu dapat dijelaskan
tahun 1999 ubi kayu hanya mengambil
bahwa karena adanya keterbatasan waktu
porsi 8,83 % dari keseluruhan konsumsi
dan data maka data konsumsi ubi kayu
pangan pokok masyarakat Indonesia dan di
yang dipakai dalam penelitian ini hanya
tahun 2010 terus mengalami penurunan
data ubi kayu segar dan tidak mencakup
dibarengi dengan peningkatan konsumsi
data ubi kayu yang dikonsumi secara tak
beras dan tepung terigu.
langsung, diolah terlebih dahulu menjadi
Variabel harga jagung tidak signifikan
makanan ringan atau tepung yang dapat
mempengaruhi konsumsi ubi kayu dengan
menjadi barang normal bagi masyarakat
koefisien
Indonesia.
Hubungan yang tidak signifikan tersebut
Variabel
jumlah
sebesar
0,123302.
Indonesia
dapat dijelaskan dimana jagung merupakan
(populasi) secara signifikan dan positif
barang subtitusi bagi ubi kayu, tetapi
mempengaruhi konsumsi domestik ubi
dengan koefisien regresi yang rendah maka
kayu dengan koeifisen regresi sebesar
jagung dan ubi kayu menjadi barang
2,821839. Hal ini mengartikan bahwa
independen sehingga jika ada penurunan
setiap
harga
adanya
penduduk
regresi
kenaikan
pada
jumlah
jagung
tidak
merta
penduduk sebesar 1 % akan meningkatkan
mempengaruhi
konsumsi ubi kayu sebesar 2,82 %.
masyarakat
Sebaliknya jika ada penurunan jumlah
mengkonsumsi
penduduk sebesar 1 % maka konsumsi ubi
sebaliknya.
kayu akan menurun sebesar 2,82 %, ceteris
Harga
paribus. Pada umumnya, seiring dengan
Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi
bertambahnya jumlah penduduk berarti
oleh luas panen ubi kayu, konsumsi ubi
kebutuhan
akan
kayu dan panjang jalan beraspal. Variabel
meningkat, dimana ubi kayu sebagai bahan
luas areal panen ubi kayu berpengaruh
pangan
negatif terhadap harga ubi kayu. Sedangkan
18
akan
alternatif
pangan
akan
juga
mengalami
pola
serta
makan/konsumsi
Indonesia ubi
kayu
yang begitu
telah juga
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
konsumsi ubi kayu, dan panjang jalan
ubi kayu Indonesia dapat dilihat pada tabel
beraspal berpengaruh positif terhadap harga
berikut ini:
ubi kayu. Hasil estimasi parameter harga Tabel Estimasi Parameter Harga Ubi Kayu Indonesia Variabel C log(lpanen) log(kons) log(pjalan)
Koefisien -23,40195 -2,344059 1,599087 2,033582
Prob. 0,0689 0,0008 0,0001 0,0000
Ket * * *
Sumber : Diolah Ket : R-squared = 98,60 %, Adjusted R-Squared = 98,38 % dan Prob(F-Statistic) = 0,000000. * : signifikan pada α = 1%
Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien
mempengaruhi harga ubi kayu dengan
determinasi R-squared
dari persamaan
koefisien regresi sebesar -2,344059. Dari
harga ubi kayu mengartikan 98,60 % harga
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa setiap
ubi kayu dapat jelaskan oleh keragaman
kenaikan luas panen ubi kayu sebanyak 1
variabel-variabel eksogen dalam persamaan
% akan menurunkan harga ubi kayu sebesar
yakni luas panen ubi kayu, konsumsi ubi
2,34 % dan sebaliknya, jika ada penurunan
kayu dan panjang jalan beraspal. Harga ubi
luas panen ubi kayu sebesar 1 % maka
kayu di Indonesia sangat ditentukan oleh
harga ubi kayu akan meningkat sebanyak
ketiga variabel tersebut, sedangkan sisanya
2,34 %, ceteris paribus. Hal ini dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan bahwa produksi ubi kayu akan
terdapat di dalam persamaan. Adapun nilai
meningkat seiring dengan peningkatan luas
F-statistic sebesar 0,000000 menunjukan
panen ubi kayu sehingga jika produksi ubi
bahwa variabel-variabel eksogen dalam
kayu meningkat maka kecenderungannya
persamaan harga ubi kayu tersebut mampu
harga akan mengalami penurunan. Sebagai
secara bersama-sama menjelaskan variabel
gambaran,
endogen
peningkatan luas lahan panen ubi kayu dari
dengan
baik.
Dari
nilai
di
terjadi
1.324.259
bahwa luas panen ubi kayu, konsumsi ubi
sehingga meningkatkan produksi ubi kayu
kayu
secara signifikan dari 15.441.481 ton
panjang
jalan
beraspal
berpengaruh nyata pada taraf 1 %.
menjadi
1996
probabilitas yang dimiliki menunjukkan
dan
ha
tahun
1.415.101
ha
menjadi 17.002.455 ton. Hal tersebut membuat penurunan harga ubi kayu dari
Variabel luas panen ubi kayu
Rp. 224/kg menjadi Rp. 218/kg.
(lpanen) secara signifikan dan negatif
19
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
Variabel konsumsi ubi kayu (kons)
informasi mengenai kondisi riil pasar
secara signifikan dan positif mempengaruhi
dimana hal ini juga akan menjadi salah satu
harga ubi kayu dengan koeifisen regresi
faktor penentu dalam penentuan harga.
sebesar 1,599087. Hal ini mengartikan bahwa setiap kenaikan konsumsi ubi kayu sebesar 1 % akan menaikan harga ubi kayu
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
sebesar 1,59 %. Sebaliknya jika ada penurunan konsumsi ubi kayu sebesar 1 %
Dari penelitian ini terlihat bahwa
maka harga ubi kayu akan turun sebesar
produksi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi
1,59 %, ceteris paribus. Hal tersebut dapat
secara signifikan oleh variabel harga ubi
diasumsikan
kebutuhan
kayu, luas areal panen ubi kayu dan harga
konsumsi ubi kayu di saat produksinya
pupuk urea. Sedangkang variabel harga
tidak bertambah akan membuat kelangkaan
jagung sebagai komoditas subtitusi tidak
komoditas ubi kayu di Indonesia, dimana
berpengaruh signifikan. Dengan adanya
kelangkaan
peningkatan harga ubi kayu maka petani
peningkatan
tersebut
dapat
memicu
kenaikan harga ubi kayu.
ubi kayu akan meningkatkan produksinya. Variabel luas areal panen berpengaruh
Variabel panjang jalan beraspal (pjalan) secara signifikan dan positif mempengaruhi harga ubi kayu dengan koefisien regresi sebesar 2,033582. Dari hasil tersebut dapat dikatakan peningkatan
bahwa panjang
setiap jalan
adanyanya beraspal
sebanyak 1 % akan menaikkan harga ubi kayu sebesar 2,03 % dan sebaliknya, jika ada penurunan panjang jalan beraspal sebesar 1 % maka harga ubi kayu akan menurun sebanyak 0,88 %, ceteris paribus. Meskipun dengan sarana transportasi yang baik dapat mengurangi biaya produksi dan secara tak langsung dapat menekan harga, tetapi dengan mudahnya akses petani ke
positif
terhadap
dikarenakan
produksi
lahan
ubi
kayu
merupakan
input
produksi paling penting dari ubi kayu. Sedangkan pengaruh pupuk urea terhadap produksi ubi kayu dikarenakan merupakan salah satu input produksi dari ubi kayu. Dalam penelitian ini, konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan perkapita
variabel dan
harga
harga
pendapatan
jagung
tidak
berpengaruh signifikan terhadap konsumsi ubi kayu. Pengaruh yang positif dari jumlah penduduk Indonesia terhadap konsumsi ubi kayu
menyatakan
bahwa
peningkatan
pasar akan membuat petani lebih mendapat
20
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
jumlah penduduk secara otomatis akan
teknologi pertanian berupa penyediaan
meningkatkan pengguna ubi kayu dan
benih unggul serta meningkatkan asupan
secara otomatis meningkatkan konsumsi
pupuk pertanian.
ubi kayu Inodnesia. DAFTAR PUSTAKA Dalam penelitian ini, harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh
variabel
luas
panen
ubi
kayu,
konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal. Ketersediaan ubi kayu akan meningkat seiring dengan peningkatan luas panen ubi kayu. Peningkatan kebutuhan konsumsi ubi kayu di saat produksinya tidak bertambah akan membuat kelangkaan komoditas ubi kayu di Indonesia, dimana kelangkaan
tersebut
dapat
memicu
kenaikan harga ubi kayu. Saran Terkait bertambahnya peranan ubi kayu menjadi tidak hanya sebagai penyedia pangan alternatif, tetapi juga sumber pakan dan bahan bakar alternatif diharapkan peningkatan program
ke
depan
produksi ketahanan
maka yang
adalah ubi
agar yang
dicanangkan dapat berjalan dengan baik. Peningkatan produksi ubi kayu di Indonesia dapat dilakukan dengan peningkatan luas areal ubi kayu yang dilakukan bersamaan dengan peningkatan produktivitas lahan kayu
melalui
Anonim. 2003. Materi Bahan Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Pembangunan. Makassar : Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Bappenas. 2014. Rencana Pemerintah Buku III. Jakarta
Kerja
Badan Ketahanan Pangan. 2012. Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015. Jakarta. Blanchard, Oliver. 2006. Macroeconomics Fourth Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Canning, David. 1999. Infrastructure’s Contribution to Aggregate Output. World Bank Policy Research Working Paper No. 2246.
adanya
kayu
pangan
Allem, AC. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.
peningkatan
Case, Karl E., Ray C. Fair. 2002. Principles of Economics Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall. Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Direktorat Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2012. Roadmap Peningkatan Produksi Ubi Kayu Tahun 2010-2014. Jakarta.
panen
ubi
21
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
Dixon, John A. 1982. Cassava in Indonesia: its Economic Role and Use as Food. Contemporary Southeast Asia, Vol. 3, No. 4 (March 1982), pp. 361-373) Doll, J.P and F. Orazem. 1984. Production Economics. New York : John Wiley and Sons. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga. Irawan, Bambang. 2008. Meningkatkan Efektifitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 No. 2, Desember 2008 : 116-131 Ismono, R. Hanung., Septaria Indah Sari., Indah Nurmayasari. 2013. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Ubi Kayu Di Provinsi Lampung. JIIA Volume 1 No. 1. Januari 2013 Joesran dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat. Koutsoyianis, A. 1977. Theory of Econometrics. Second Edition. New York : The Macmillan Press. Kementerian Pertanian. 2010. Renstra Kementan 2010-2014. Jakarta Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8. Jakarta : Penerbit Erlangga. Leo., Kelmin., Salmiah. 2012. Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Journal on Social Economic of Agriculture and Agribusiness Vol 1 No 1. Medan : Universitas Sumatera Utara.
22
Mvodo, Elise Stephanie Meyo & Dapeng Liang. 2012. Cassava sector development in Cameroon: Production and marketing factors affecting price. SciRes Agricultural Sciences Vol.3, No.5, 651-657 (2012) Nainggolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Panggabean, Martin Partahi Hasoloan. 1986. Analisa Permintaan dan Penawaran Ubikayu di Indonesia. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2013. Statistik Pertanian. Jakarta. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro (Edisi 2). Jakarta : Ghalia Indonesia. Pyndick, Robert S., Daniel L. Rubinfeld. 2009. Mikroekonomi Edisi Keenam (terj). Jakarta : PT Indeks. Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics, dalam Perekonomian Global. Edisi Keempat. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sani, Sondah. 2006. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ubi kayu untuk Agroindustri. Jakarta : Ditjen Tanaman pangan Kementerian Pertanian. Schnepf, Randy. 2005. Price Determination in Agricultural Commodity Markets: A Primer. Congressional Research Service. Washington DC : The Library of Congress. Suryadi, Tatang. 2013. Analisis Penawaran Dan Permintaan Ubi Kayu di Indonesia. Disertasi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02
Syafani, Tyas Sekartiara. 2014. Analisis Preferensi, Pola Konsumsi, dan Permintaan Tiwul oleh Konsumen Rumah Makan di Provinsi Lampung. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
23
Timmer, C. Peter., Walter P. Falcon., Scott R. Pearson. 1983. Food Policy Analysis. Published for the World Bank. Baltimore and London : The Johns Hopkins University Press.
INOVASI dan PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 02