Determinan Menyusui Eksk/usif
DETERMINAN MENYUSUI EKSKLUSIF DI PEDESAAN JAWA: HASIL PROGRAM PROM OSI MENYUSUI EKSKLUSIF (Determinants of Exclusive Breastfeeding in Rural Ja va: Result of the Exclusive Breastfeeding Promotion Program) Kun Aristiati Susilore tni1*. Yayi Suryo Prabandari2, Ha ma m Hadi3, Yati S Sunarto 4 , Anuraj H Shankars 1 Jurusan Gizi, Politeknik Keseha tan Ke m e nkes RI Semarang, 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, 3 Pusat Kesehatan d an Gizi, Fakultas Kedokte ra n, Universitas Gadjah Mada 4 Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada s Department of Nutrition, Harva rd School of Public Health, Harvard University,
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi determinan menyusui eksklusif pada tingkat keluarga, masyarakat, dan organisasi. Desain penelitian menggunakan eksperimen semu dengan pretest, posttest, control group design. Hasil dari promosi AS I eksklusif yang dilakukan di dua Puskesmas di Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah Indonesia. Subjek penelitian sebanyak 655 partisipan, terdiri dari 163 ibu hamil, 163 ayah, 163 nenek, 28 kader, 27 kyai, 27 kepala desa, 28 bidan desa, dan 56 staf Puskesmas. Durasi menyusui eksklusif dan faktor-faktor penentunya di berbagai tingkat. Vanabel determinan diambil melalui last value carried forward yang dekat dengan waktu sensor dengan menggunakan analisis Cox ProportionalHazard Model. Determinan menyusui eksklusif dianalisis pada setiap tingkat dan model akhir untuk semua tingkat. Pada tingkat ibu, ibu yang memiliki pengetahuan rendah, sikap yang kurang baik, dan kesulitan menyusui tinggi lebih mungkin untuk menghentika n menyusui eksklusif. Pada tingkat keluarga, ibu yang tinggal bersama dengan ayah yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang kurang, dan nenek dengan sikap kurang lebih mungkin untuk memberi makan/minuman bayi mereka. Pada tingkat masyarakat, ibuibu yang tinggal di desa yang mempunyai kyai dengan berpendidikan tinggi dan pengetahuan yang rendah lebih mungkin untuk menghentikan menyusui eksklusif. Pada tingkat organisasi, ibu yang menerima paket susu formula saat melahirkan dan inisiasi menyusui dini >l jam lebih mungkin untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Model akhir menunjukkan bahwa lebih besar kemungkinan untuk berhenti menyusui eksklusif pada ibu dengan skor pengetahuan rendah (HR 2.36, 95% Cll.10- 5.07), ayah dengan sikap rendah (HR 1.43, 95% CJ 1.02-1.99), dan ibu menerima paket susu formula saat melahirkan (HR 3.17, 95% CI 1.86-5.42). Kata kunci: ASI eksklusif, determinan menyusui
PENDAHULUAN Telah diketahui bahwa menyusui eksklusif dapat mengurangi kematian bayi. Bayi us ia 03 b ula n yang sudah diberi makanan ta npa ASI mempunyai ris iko kematian 15.1 kali lipa t karena diare, dan 4 kali lipat karena infeksi saluran pernafasan akut (Betran et al. 2001). Bahkan, ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat meng urang i 13% dari angka kematian bayi (Jones et al. 2003). Mengingat pentingnya menyusui eksklusif ini, upaya pemerintah dilakukan *Koresponde n si penulis :
[email protected]
182
Semnas PACI 2013, Biokimia Giz i, Gizi Klinis, dan Dietetik
Determinan Menyusui Eksklusif
melalui program-program promosi menyusui eksklusif dengan peraturan-peraturan yang mendukung sejak Repelita 1 yang secara eksplisit mencantumkan program menyusui. Walaupun demikian, prevalensi menyusui eksklusif terus menurun. Menurut Global Data Bank prevalensi menyusui eksklusif 6 bulan di Indonesia menurun dari 39.5% di 2003 ke 32.4% di 2007 (World Health Organization 2009b) dan data Riskesdas 2010 menunjukkan angka 15.3% (Kementrian Kesehatan R I. 2010). Dalam upaya penyusunan program promosi peningkatan menyusui eksklusif diperlukan kajian faktor-faktor determinan yang perlu dipertimbangkan untuk diatasi. Determinan menyusui eksklusif diketahui berada pada level ibu, keluarga, masyarakat, maupun organisasi (Abada et al. 2001; Yngve and Sjostrom 2001). Banyak kajian determinan dilakukan dengan menggunakan data survei atau kohor. Pada makalah inj akan disajikan kajian determinan menyusui eksklusif basil dari penelitian kuasi eksperimen yang melibatkan beberapa level.
METODE Metode yang digunakan secara detail dideskripsikan pada publikasi sebelumnya (Susiloretni et al. 2013). Secara singkat, penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen nonrandomize pretest posttest control group design dengan melakukan intervensi di 2 wilayah puskesmas di kabupaten Demak untuk daerah perlakuan dan daerah kontrol. lntervensi yang dilakukan adalah promosi multilevel menyusui eksklusif pada sebanyak 163 ibu hamil dengan suami dan neneknya. Penentuan subjek didasarkan pada penentuan subjek two group comparative study of survival analysis. Kriteria inklusi ibu yang memenuhi persyaratan untuk penelitian ini adalah jika kehamilan > 28 minggu, kehamilan tunggal, merencanakan untuk melahirkan bayi pada bidan di wilayah penelitian, tidak bekerja, tinggal bersama suami, memiliki kontak dengan nenek atau nenek mertua atau keluarga yang dihormati, dan tidak memiliki rencana untuk pindah ke daerah lain. Follow up dilakukan dengan kunjungan pada bulan ke 2, 4, dan 6 bulan setelah anak lahir. Dalam proses promosi juga melibatkan 28 kader, 27 kiai, 27 kepala desa, 28 bidan desa dan 56 staf Puskesmas yang juga menjadi subjek pada level masyarakat dan organisasi. Primary outcome adalah durasi menyusui eksklusif didasarkan pada definisi WHO yaitu tidak diberi makanan minuman sejak lahir kecuali obat. Durasi menyusui eksklusif didapatkan dari pertanyaan pada umur dalam minggu waktu pertama kali diberi makanan minuman selain AS! termasuk air putih. Variabel lain didapatkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang sebelumnya dilakukan pretesting dan uji validitas reliabilitas. Analisis determinan menyusui eksklusif dilakukan dengan menggunakan multivariabel Cox regresi. Data variabel penjelas (prediktor) dimasukkan berdasarkan last value carried forward (LVCF), data yang digunakan merupakan data yang diobservasi atau diukur paling akhir dan paling dekat dengan terjadinya event. Variable yang akan dimasukkan dalam model adalah variable yang mempunyai p <0.25 pada analisis Cox regresi univariabel. Kemudian dimasukkan sesuai level determinan yaitu level ibu, keluarga, dan masyarakat sehingga akan didapatkan veriabel yang signifikan dengan disajikan dalam risiko hazard (HR hazard ratio) .
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
183
Determinan Menyusui Eksklusif
Median durasi menyusui eksklusif adalah 2 minggu dengan prevalensi pada 1, 8, 16, dan 24 minggu masing-masing adalah 51.5%, 39.3%, 29.4, dan 20.2%. Kurva survival disajikan pada Gambar 1, menyajikan kurva survival durasi menyusui ekskJusif dan kurva survival berdasarkan faktor determinan yang berpengaruh pada full model. Pada Tabel 1 disajikan deteminan menyusui eksklusifpada setiap level dan dari semua level. HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinan pada Level lndividu Analisis determinan menyusui eksklusif dilakukan dengan menggunakan multivariabel Cox regresi. Pada level individu, variabel yang memberikan resiko ibu untuk berhenti menyusui ekskJusif adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, jumlah anak, dan kesulitan menyusui. Jbu yang menpunyai skor pengetahuan 60-79% dan < 60% akan beresiko 2.90 dan 4.97 kali lipat untuk berhenti menyusui ekskJusif dibandingkan dengan ibu yang mempunyai skor >80%. lbu dengan skor sikap < 2.8 mempunyai resiko 1.63 kali lebih besar untuk berhenti menyusui eksklusif dibandingkan dengan ibu yang lebih favourable sikapnya skor >2 .8. Ibu dengan skor kesulitan menyusui >80% mempunyai resiko untk berhenti menyusi ekslusif sebesar 2.11 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kesulitan menyusui < 60%. Jbu yang telah mempunyai anak sebelumnya (anak lebih dari 1) mempunyai durasi menyusui ekskJusif lebih panjang 39% dibandingkan ibu yang belum mempunyai anak sebelumnya. P.npU.hUAn 1bu
!
f5
~
~----,____ _ _ __
I..
"~
-r. ___
. . . . ... .._..T•. ~I= ~
__
,..,
..
---. ..... ---- ....... ,...... -'l_
..
'-·-~·-----·-
·-·-----""--
..• ..", .... ... .,.. .• ,.
H
- - · - . . 7• . .
---'--- ....., ''--~~~~~~~~~~~" "
.: J::
..,
,..._.,·~~\• .1u••C~-e ..)
'°
. .. I
"
It~=-~-~=~:· 0
:·
''
---..~--~
......
L
...... .. ... .. .. ..,
...
...
,... _ _ _ 111•
---- .,. _ -----
!
--·11-
---
--... __
....
:: "
~- -....
~,._
---~
..' .. .. •
..
U
g
N
U
I
I
I
"
Dw- ·•- ,.........~,,,_......,
I
.,.,.._'"~'·
::1: ntt
...... .. _
,.
::
Garn bar 1. Kurva Kaplan Meier durasi menyusui eksklusif dengan faktor determinannya
184
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Giz i Klinis, dan Dietetik
Determinan Menyusui Eksklusif
Pada level ibu, durasi meny usui eksklusif dipengaruhi berturut-turut oleh pengetahuan ibu, kesulitan rnenyusui, sikap ibu, dan jumlah anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan skor pengetahuan 60- 79 dan < 60 akan mempunyai resiko 2.9 dan 5.0 kali lipat untuk berhenti menyusui eksklusif dibanding dengan ibu yang mempunyai skor pengetahuan 2'. 80. Hal ini sesuai dengan basil penelitian cross sectional pada 376 ibu balita 0-6 bulan di Accra Ghana (Aidam et al. 2005) dan 402 ibu balita 6-12 bulan di Kigoma Tanzania (Nkala and Msuya 2011) ya ng me nyatakan bahwa bahwa pengetahuan ibu yang rendah tentang menyusui berhubungan secara negatif dengan menyusui eksklusif. Penelitian kohor pada 471 ibu di Denma rk menemukan bahwa ibu ya ng primipara dengan pe ngetahua n tinggi berkaitan dengan lama menyusui, tetapi tida k pada multipara. (Kronborg and Vaeth 2004). Te rdapat lima komponen yang secara langsung berpengaruh pada perilaku. Pertama adalah adanya niat untuk berperilaku. Kedua, walaupun seseorang mempunyai nia t untuk berperilaku, pengeta huan dan ketrampilan diperlukan untuk melaksanakan perilaku. Ketiga, sebaiknya tidak ada hambatan lingkungan yang membuat perilaku sulit dilakukan. Keempat, perilaku tersebut dianggap penting untuk dilakukan. Dan kelima, sebelumnya pernah melakukan perilaku tersebut (Glanz et al. 2008). lbu dengan tingkat kesulitan me nyusui ya ng tinggi (skor 2'. 80) mempunyai resiko untuk berhenti menyusui 2,lkali lipat diba ndingkan de ngan ibu dengan tingkat kesulitan menyusui yang rendah ( < 60). Kes ulitan yang dijumpai pada bulan kedua adalah payudara bengkak (73.6%), bayi menangis (42.9%), dan AS! encer(42.3%). Pada bulan selanjutnya kesulitan tentang payudara bengka k menurun menjadi hanya 17.2% dan yang masih tetap adalah AS! encer (32.5%) dan bayi menangis rewel (25.2%). Pengaruh kesulitan menyusui pada durasi menyusui eksklusif juga ditunjukkan pada penelitian di Kigoma Tanzania yaitu baha ibu yang tidak mempunyai masalah menyusui seperti payudara bengkak/putting retak akan menyusui eksklusif le bih lama dibandingkan dengan ibu dengan kesulitan me nyusui. (Nka la and Msuya 2011) Kesalahan pelekatan dan jarang menyusui merupakan masalah utama masalah menyusui (Carvalhaes et al. 2007; World Health Organization 2009a). Studi di Tanzania menemukan bahwa 95% ibu dengan kesulitan menyusui tidak tahu apa yan g harus dilakukan untuk mengatasinya dan kurang ketrampilan bagaimana cara pelekata n yang baik dan cara mensupport bayi. Baik di Brazilia dan Tanza nia, ibu-ibu mempercayai bila mempunyai masalah menyusui maka aka n berpengaruh pada AS!nya menjadi tidak cukup sehingga memberikan makana n minuman sela in AS! (Carvalhaes et al. 2007; Shirima et al. 2001). !bu dengan sikap yang lebih positif (skor < 2.8) akan mempunyai peluang untuk berhenti menyusui eksklusif 1,6 kali lipat dibandingkan dengan ibu ya ng mempunyai sikap kurang positif (skor 2'. 2.8). Studi cross sectional pada ibu balita 0-6 bula n di Accra Ghana menunjukkan hal ya ng senada bahwa ibu denga n sikap positif lebih lama menyusui eksklusif (OR= 2.0; 95% Cl 1.113.57) dibandingkan dengan ibu dengan sikap lebih negatif (Aidam et al. 2005). Penyuluhan AS! diperlukan untuk me nghilangkan atau mengurangi sikap negatif yang ada di masyarakat. Hasil promosi multilevel pada kelompok intervensi telah meningkatkan sikap ibu dengan skor >2 .8 yaitu sebesar 74.1o/odibanding28.1 o/o pada kelompok kontrol (p =0.000). Sikap merupaka n salah satu faktor munculnya niat untuk berperilaku. Sekali s ikap terbentuk, akan tersimpan di dala m
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
185
Determinan Menyusui Eksklusif
memori dan akan menjadi perilaku jika terdapat kepercayaan terhadap hasil (outcome) dari perilaku (Fishbein 2008; Fishbein and Ajzen 2005). lbu yang telah mempunyai anak sebelumnya (anak lebih dari 1) mempunyai durasi menyusui eksklusif lebih panjang 39% dibandingkan ibu yang belum mempunyai anak sebelumnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian survei pada 34 435 anak usia di bawah 6 bulan yang tinggal di daerah Sao Paulo Brazilia (Venancio and Monteiro 2006), 1457 ibu melahirkan di Amerika Serikat, dan 1603 ibu melahirkan di Athena Yunani (Pechlivani et al. 2005) yang menunjukkan bahwa pada ibu multi para mempunyai rata-rata durasi menyusui eksklusif lebih tinggi dibandingkan dengan ibu primipara. Demikian pula studi kohor pada 471 ibu dan anak di Denmark (Kronborg and Vaeth 2004) dan 500 ibu dan anak di Sri Lanka (Perera et al. 2012) menunjukkan bahwa durasi menyusui eksklusif lebih panjang pada ibu multipara dibandingkan dengan ibu primipara. Belum ditemukan studi eksperimen yang menunjukkan hal yang sama. Pada ibu yang baru pertama kali menyusui akan lebih banyak menghadapi kesulitan menyusui dan lebih sering menghadapi kecemasan karena kurangnya pengalaman (Perera eta/. 2012). Determinan pada Level Keluarga Pada level keluarga, faktor pengetahuan ayah, sikap ayah, dan sikap nenek memberikan pengaruh pada ibu untuk berhenti menyusui eksklusif. Ibu yang mempunyai suami dengan skor pengetahuan < 60% akan mempunyai resiko 2.12 kali lipat lebih besar untuk berhenti menyusui eksklusif dibandingkan dengan yang mempunyai skor pengetahuan >80%. Sikap ayah yang kurang favourable terhadap menyusui eksklusif (skor sikap < 2.8) akan memberikan resiko untuk berhenti menyui sebesar 1.93 kali dibandingkan dengan yang lebih favourable (skor sikap >2.8). Demikian pula sikap nenek yang kurang favourable terhadap menyusui eksklusif (skor sikap < 2.8) akan memberikan resiko untuk berhenti menyusui sebesar 1.49 kali dibandingkan dengan sikap nenekyang lebih favourable (skor sikap >2.8). Pada level keluarga, durasi menyusui eksklusif dipengaruhi pengetahuan dan sikap ayah, serta sikap nenek Ayah mempunyai peran penting terhadap keputusan menyusui. Dukungan ayah melalui partisipasi aktif dalam membuat keputusan menyusui, bersama dengan pengetahuan dan sikap tentang manfaat menyusui menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap inisiasi dan durasi menyusui. Hasil penelitian ini membuktikan peran penting ayah terhadap durasi menyusui eksklusif. Anak yang mempunyai ayah dengan skor pengetahuan < 60 akan mempunyai resiko 2.56 kali untuk tidak disusui secara eksklusif dibandingkan dengan anak yang mempunyai ayah dengan skor pengetahuan ~80. Hasil ini senada dengan penelitian eksperimen pada 208 pasangan di Porto Alegre Brazil yang menunjukkan bahwa pengetahuan ayah yang tinggi mempunyai peluang 1.76 kali untuk anaknya disusui secara eksklusifpada bulan pertama. (Susin et al. 1999) Hasil penelitian observasional pada 536 pasangan di Jakarta menyatakan bahwa pengetahuan ayah berhubungan dengan peran ayah dalam mencari informasi tentang menyusui dan makanan bayi, serta berpartisipasi dalam memutuskan cara memberi makan anak (Februhartanty 2008) Studi exploratory pada 100 orang ayah di Puerto Rico menunjukkan bahwa pengetahuan tentang menyusui berhubungan positif dengan keputusan untuk mendukung menyusui eksklusif. (Rivera-Alvarado et al. 2009)
186
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Determinan Menyusui Eksklusif
Pengaruh sikap ayah terhadap durasi menyusui eksklusif rnenunjukkan bahwa anak yang mempunyai ayah dengan sikap kurang positif dengan skor < 2.8 akan mempunyai resiko hazard sebesar 2.0 kali untuk diberi makanan selain ASI dibandingkan ayah dengan sikap yang lebih positif (skor ~ 2.8). Penelitian di Texas menunjukkan bahwa sikap ayah tentang pandangan masyarakat dan penerimaan pimpinan kerja terhadap ibu menyusui berpengaruh terhdap pemilihan ASI sebagai makanan bayi. (Vaaler et al. 2011) Sikap ayah tentang menyusui ini merupakan ha! yang paling berpengaruh pada keputusan ibu untuk menyusui anaknya atau member susu botol. Sikap ayah ini merupakan factor yang paling berpengaruh (Arora et al. 2000). Dari 133 ibu, 71 % keputusan menyusui dipengaruhi oleh ayah dan 29% oleh nenek. (Kessler et al. 1995) Apa yang diperlukan dan diinginkan ibu terhadap nenek adalah dukungan terhadap menyusui, tetapi nasehat dan perhatiannya terkendala kepercayaan dan budaya yang tidak melindungi praktik menyusui. (Grassley and Eschiti 2008) Sikap nenek memang terbukti berpengaruh pada praktik menyusui eksklusif pada ibu. Sikap nenek yang kurang positif akan memberikan resiko 60% lebih tinggi dalam mempengaruhi ibu untuk berhenti menyusui eksklusif dibanding sikap nenek yang lebih positif. Penelitian tentang pengaruh nenek terhadap menyusui eksklusif terutama berkaitan macam dukungan dan hambatan yang diberikan. penelitian pada 601 ibu di Porto Alegre Brazil menunjukkan bahwa ibu berhenti menyusui eksklusif pada bulan pertama kelahiran anaknya bekaitan dengan nasihat nenek dan nenek mertua untuk memberikan air atau teh mempunyai resiko sebesar 2.2 dan 1.8 dan susu formula sebesar 4.5 dan 1.9. (Susin et al. 2005). Penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan kelompok diskusi pada 11 ibu menemukan bahwa nenek merupakan bagian penting untuk mendukung ibu baru dan dapat menjadi factor potensial untuk mempengaruhi praktik menyusui dan pengasuhan. Dengan melihat tingginya motivasi nenek untuk membantu ibu, akan sangat membantu jika nenek diikutkan sebagai peserta penyuluhan (Reid et al. 2010).
pada Level Masyarakat Pada level masyarakat, didapatkan bahwa pendidikan kiai, pengetahuan kiai, pengetahuan bidan, dan sikap bidan diduga memberikan pengaruh terhadap ibu untuk berhenti menyusui eksklusif. Pendidikan kiai yang rendah ( < SLTA) memberikan efek protektif terhadap ibu untuk berhenti menyusui eksklusif (HR 0.51, Cl 95% 0.31;0.83) dibandingkan dengan kiai yang tinggi (>SLTA). Skor pengetahuan kiai < 60% memberikan resiko untuk ibu berhenti menyusui eksklusif sebesar 2.08 kali lipat dibandingkan dengan pengetahuan kiai >80%. Demikian juga skor pengetahuan bidan < 80% dan 80-89% akan memberikan resiko untuk ibu berhenti menyusui eksklusif sebesar 2.51 dan 1. 74 dibandingkan dengan bidan dengan skor pengetahuan >90%. Selanjutnya sikap bidan yang kurang favourable terhadap menyusui eksklusif (skor sikap < 3.5) akan memberikan resiko untuk ibu berhenti menyusui eksklusif sebesar 1,49 kali dibandingkan dengan sikap bidan yang lebih favourable (skor sikap >3.5). Pada level masyarakat, durasi menyusui eksklusif dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan kiai. Dari tokoh masyarakat yang berpartisipasi dalam promosi multilevel ASI Eksklusif, ternyata kiai merupakan tokoh yang berpengaruh dalam praktik menyusui eksklusif. Detf~rminan
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
187
Determinan Menyusui Eksklusif
Kiai dengan skor pengetahuan 60-79 dan < 60 akan memberikan resiko 2.2 dan 2.8 kali lipat dalam mempengaruhi ibu untuk berhenti menyusui eksklusif dibanding dengan kiai yang mempunyai skor pengetahuan ~ 80. Belum ada penelitian pembanding tentang hal ini, tetapi peran agama dan religiusitas dalam program dan perubahan perilaku kesehatan dipelajari pada banyak studi. Studi promosi pencegahan kanker colon pada 587 jemaat gereja di North Carolina USA menunjukkan bahwa jemaat yang mau berbicara tentang kesehatan dengan penyuluh kesehatan lebih banyak yang bersedia memeriksakan darah untuk skrining kanker kolon ( 48% vs. 26%, p < 0,01) (Kramish Campbell et al. 2004) artikel penelitian prospektif pada 142 pasien bedah menunjukkan bahwa makin kuat religiusitas pasien akaan lebih sedikit komplikasi dan hari rawat yang lebih pendek. (Contrada et al. 2004) 'The Disconnected Values Model (DVM)' memberikan pendekatan baru untuk meningkatkan perubahan perilaku kesehatan dalam konteks penggunaan institusi keagamaan. Model ini menunjukkan pemimpin keagamaan yang mempunyai kredibilitas dan pengaruh dalam merubah perilaku anggota. Peran pemimpin agama adalah memberikan anggotanya insentif atas dasar keagamaan untuk memulai dan memelihara perubahan perilaku kessehatan, dan mungkin memberikan bahan dan sumber daya bagi anggotanya bila akan melakukan tindakan. (Anshel 2010) Pengetahuan tentang ASI eksklusif yang dipunyai kiai akan mendukung keredibilitas dan pengaruh dalam merubah perilaku ibu untuk menyusui eksklusif. Kiai dengan pendidikan < SLTA mempunyai efek protektif terhadap ibu untuk berhenti menyusui eksklusif dengan HR 0,46 ( 95%CI 0.33-0.70), artinya bahwa kiai dengan pendidikan lebih rendah atau tamat SLTA dapat memberi pengaruh lebih baik sebesar 54% dibanding dengan kiai yang berpendidikan diatas SLTA sehingga ibu bersedia memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya. Menyusui berkaitan dengan modernisasi. Faktor yang berkaitan dengan modernisasi berhubungan dengan penyapihan dini menyusui. Pendidikan tinggi merupakan bentuk modernisasi, sebaliknya pendidikan rendah lebih familiar dengan budaya tradisional termasuk budaya menyusui (Abada et al. 2001). Kiai dengan pendidikan lebih rendah lebih dapat melindungi budaya menyusui eksklusif.
188
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
r
Determinan Menyusui Eksklusif
Tabel 1. Determinan menyusui eksklusif Variabel
Jumlah anak 1 ~1
Model A Level individu
Model B Level keluarga
HR(95% CI]
HR(95% CI)
Model C Level masyarakat HR[95% CI]
Model D Level yan kes
Model E Semua level
Model F Best model
HR(95% Cl]
HR(95% Cl]
HR(95% CI]
1 0.61(0.44,0.86)"
1 0.82(0.59,1.15]
1 2.90(1.78,4.72]"
1 1.99(1.16,3.40]"
1 2.15(1.29,3.59]'"
2.29 [1.17,4.47]"
3.17 [1.84,5.4 7]°
Pengetahuan ibu ~ 80
60-79 < 60
Sikap ibu ~ 2,8 < 2,8 Kesulitan menyusui < 60 60-79 ~ 80
. 4.97 [2.91,8.48]° . 1 1.63(1.12,2.3 6]'
1 1.20(0.85,1.69]
1 0.88(0.52,1.48] 2.11(1.40,3.18]"
1 0.88(0.54,1.43] 1.76(1.05,2.93]'
Pengetahuan ayah ~ 80
60-79 < 60 Sikap ayah
1 1.21(0.67,2.19] 2.56(1.40,4.66]"
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
1 1.12(0.61,2.07] 1.59[0.77,3.28] 189
1 0.94(0.60,1.47] 1.71(1.12,2.63]'
Determinan Menyusui Eksklusif
Variabel
2:
2,8
< 2,8
Sikap nenek 2: 2,8 < 2,8 Pendidikan kiai >SLTA
Model A Level individu
Model 8 L·evel keluarga
HR[95% Cl]
HR[95% Cl] 1 2.04(1.41,2 .95]"
Model C Level masyarakat HR[95% CI]
Model D Level yan kes
Model E Semua level
Model F Best model
HR[95% Cl]
HR[95% CI] 1 1.48(1.05,2.08]'
HR[95% CI] 1 1.64(1.19,2.24]"
.
1 1.60(1.12,2.29]"
1 1.29(0.87,1.90]
~SLTA
1 0.48(0.33,0.70] ..
1 l.02[0.70,1.49]
Pengetahuan kiai 2:80 60-79 < 60
1 2.21 [l.27,3.82]" 2.83(1.78,4.51]"
1 l.00[0.56,1.81] 0.97(0.53,1.76]
Menerima susu subjek Tidak Ya lnisiasi menyusu dini < ljam
190
. .
1 4.36(2.61,7.29]"
1 2. 94... [1.84,4. 71 ]
1 3.30[2.07,5.28]"
1
1
1
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Variabel
Model B Level keluarga
Model C Level masyarakat
Model D Level yan kes
HR[95% Cl]
HR[95% CI]
HR[95% CI]
HR[95% CI] 1.03(0.57,1.86] 2.24(1.46,3.44]°
HR[95% CI] 1.06(0.60,1.87] 1.46(0.97,2.20]
HR[95% CI] 1.01(0.58,1.74] i.58(i.o9,2.3or
0.068 1104.7 3 279
0.098 1095.3 16 279
0.092 1085.4 8 279
~ljam
>24 jam Pseudo R2 aic df_m Observations
Determinan Menl_usui Eksk/usi[ Model E Model F Semua level Best model
Model A Level individu
.
0.062 1117.8 6 279
0.051 1125.9 4 279
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
0.026 1153.4 3 279
191
Determinan Menyusui Eksklusif
Determinan pada Level Organisasi Pada level organisasi, diduga faktor pemberian subjek susu formula gratis dan inisiasi menyusui dini memberikan pengaruh terhadap ibu untuk berhenti menyusui eksklusif. Pemberian subjek susu formula memberikan resiko yang besar terhadap ibu untuk berhenti menyusui eksklusif, yaitu sebesar 5.23 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak menerima subjek susu formula dari penolong persalinan. Inisiasi menyusui dini yang dilakukan lebih dari 1 jam setelah melahirkan, memberikan resiko 1.7 kali lipat untuk menjadikan ibu berhenti menyusui eksklusif dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan inisiasi menyusui dini dalam waktu kurang dari 1 jam setelah kelahiran bayi. Pada level organisasi, durasi menyusui eksklusif dipengaruhi oleh pemberian paket susu formula saat di tempat persalinan dan pelayanan inisiasi menyusu dini. (Abada et al. 2001) Pemberian paket susu formula saat persalinan memberikan resiko ibu untuk berhenti menyusui sebesar 4.4 kali lipat (adjustedHR 4.36; 95% Cl 2.61-7.29) dibanding dengan ibu yang tidak menerima paket susu formula. Hasil ini konsisten dengan studi cross sectional di Makassar menunjukkan bahwa ibu yang terpapar promosi susu formula di tempat melahirkan akan tidak menyusui secara eksklusif pada bayinya. (Amiruddin and Rostia 2006) . Data nasional Indonesia menunjukkan bahwa s elama 7 hari pertama kelahiran, 20-53% bayi mendapat susu formula terutama ketika melahirkan di rumah sakit, bidan atau klinik bersalin. Subjek susu formula da pat diberika n secara gratis ata u dijual (de Pee et al. 2002). Data Riskesdas 2010 juga menunjukan bahwa 43.6 bayi di Indonesia me ndapatkan makanan prelaktal sebelum disusui, dan 71.3% nya adalah diberi s usu formula, 19.8% madu, dan 14.6% ai r putih (Kementrian Kesehatan RI. 2010). Keadaan ini cukup mengkhawatirkan terhada p kelangsungan menyusui eksklusif di Indonesia. Banyak penelitian lain yang menunjukkan hal senada. Hasil penelitian di Oregon menggunakan data tahun 2000 dan 2001 melaporkan bahwa 66.8% ibu menyusui mendapatkan paket komersial yang mengandung susu formula. lbu yang mendapatkan paker tersebut akan mempunyai durasi menyusui eksklusif lebih pendek 10 minggu disbandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan paket (adjustedOR 1.39; 95% CI 1.05-1.84) (Rosenberg et al. 2008) Penelitian pada 2812 ibu di Swiss menunjukkan, 24% ibu mendapatkan paket berisi susu bubuk yang berakibat negative pada menyusui eksklusif, bahkan merupakan fakto r paling kuat berhubungan dengan menyusui eksklusif (adjustedHR 2.11; 95%CI 1.78-2.50). (Merten et al. 2005) Penelitian yang berkaitan dengan susu formula dilakukan pada 228 ibu di Boston menemukan bahwa petugas kesehatan menganjurkan untuk memberikan susu formula akan memberikan pegaruh sebesar 2.3 kali lipat untuk tidak menyusui eksklusif (adjustedOR 2.3; 95% Cl 1.1 - 5.0) (Taveras et al. 2004) Inisiasi menyusu dini menjadi factor determinan menyusui eksklusif. Pada penelitian ini ibuibu yang mendapatkan perlakuan inisiasi menyusu dini >24 jam akan mempunyai resiko hazard untuk berhenti menyusui secara eksklusif sebesar 2.24 kali (95% Cl 1.46 - 3.44) dibandingkan dengan ibu yang menyusui eksklusif. Hubungan inisiasi menyusu dini dan praktik menyusui eksklusif telah dilaporkan oleh beberapa studi. Studi cross sectional pada 1603 ibu di Junani menemukan bahwa inisiasi menyusu dini merupakan predictor signifikan dari menyusui eksklusif. (Pechlivani et al. 2005). Penelitian pada 2812 ibu di Swiss menunjukkan, bahwa ibu yang mendapatkan inisiasi menyusui dini lebih dari 1 jam setelah melahirkan akan meningkatkan resiko
192
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Giz i Klinis, dan Dietetik
Determinan Menyusui Eksklusif
hazard sebesar 20% dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan inisiasi menyusu dini < ljam. (Merten et al. 2005) Studi kohor pada 21 842 ibu di California Perinatal Services menunjukkan dose-response relationship antara kontak kulit ke kulit dini (inisiasi menyusu dini dengan menyusui eksklusif. Dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan inisiasi menyusu dini, menyusui eksklusif lebih banyak pada ibu-ibu yang mendapatkan inisiasi menyusu dini pada 1 - 15 minutes (OR 1.376; 95% CI, 1.189-1.593), 16 - 30 minutes (OR 1.665; 95% CI, 1.468-1.888), 31 to 59 minutes(OR 2.357; 95% Cl, 2.061-2.695), dan > 1 jam (OR 3.145; 95% Cl, 2.905-3.405) (Bramson et al. 2010).
Determinan pada Semua level Analisis pada seluruh level menunjukkan bahwa faktor pengetahuan ibu, sikap ayah, dan pemberian susu formula gratis di tempat persalinan memberikan pengaruh pada ibu untuk berhenti menyusui eksklusif. Ibu yang menpunyai skor pengetahuan 60-79% dan < 60% akan beresiko 2.11 dan 2.36 kali lipat untuk berhenti menyusui eksklusif dibandingkan dengan ibu yang mempunyai skor >80%. Sikap ayah yang kurang favourable terhadap menyusui eksklusif (skor sikap < 2.8) akan memberikan resiko untuk berhenti menyui sebesar 1.43 kali dibandingkan dengan yang lebih favourable (skor sikap >2.8). Pemberian subjek susu formula memberikanresiko yang besar terhadap ibu untuk berhenti menyusui eksklusif, yaitu sebesar 3.17 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak menerima subjek susu formula dari penolong persalinan. Dari analisis semua level, ternyata pengaruh level masyarakat tidak nampak. Apabila dikaitkan dengan efektivitas hasil promosi menyusui eksklusif dari gambar kurva survival, tampak bahwa penghentian menyusui eksklusif paling banyak terjadi pada hari bahkan jam-jam awal kehidupan bayi. Prevalensi menyusui eksklusif pada usia 1 minggu di daerah intervensi dan kontrol adalah masing-masing 75.3% dan 28.0%. Pemberian makanan minuman selain ASI pada hari pertama kelahiran telah dilakukan. Berarti terjadi pada saat masih dalam perawatan tenaga kesehatan, bahkan penolong persalinan mempunyai kewajiban KNl saat anak usia 6-48 jam dan KN2 saat usia 2-6 hari. Bila ditelusur, pemberian makanan minuman selain ASI sudah ada yang terjadi saat sebelum anak disusui ibu di tempat persalinan, yaitu saat sebelum inisiasi menyusui dan sebelum ASI keluar. Sebanyak 7.4% di daerah intervensi dan 24.4% di daerah kontrol, sebelum ibu menyusui ibu ditawari susu formula (100% vs 90%) atau madu (0% vs. 10%). Dan sebelum ASI keluar, 14.8% ibu didaerah intervensi dan 41.5% ibu di daerah kontrol sudah ditawarkan madu, air gula, dan susu formula (83.3% vs. 94.1 %). Kenyataan diatas juga di dukung data Riskesdas tahun 2010, bahwa ari 4215 jumlah ibu menyusui mulai pada hari pertama bayi lahir, 32.1% diberi MPASI dini sebelum payudara mulai memproduksi susu. MPASI dini yang diberikan adalah susu formula (62.6%), madu (24.1%), dan air putih (16.8%). Di antara ibu yang diberi susu formula melahirkan bayinya dibantu oleh bidan (63.0%), dokter (24.4%), dan dukun bayi (10.5%). Pelanggaran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan tentang menyusui eksklusif. Sehingga pelatihan perlu diberikan kepada semua petugas kesehatan yang menangani persalinan pada khususnya, dan semua tenaga kesehatan untuk mendukung pelaksanaan menyusui eksklusif.
Semnas PACI 2013, Biokimia Giz i, Giz i Klinis, dan Dietetik
193
Determinan Menyusui Eksklusif
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Determinan yang dapat diidentifikasi berpengaruh pada menyusui eksklusif pada (a) level individu adalah jumlah anak, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan kesulitan menyusui; (b) level keluarga adalah pengetahuan dan sikap ayah, serta sikap nenek; (c) level masyarakat adalah pengetahuan kiai dan pendidikan kiai; (d) level organisasi pelayanan kesehatan adalah menerima subjek susu formula dan waktu inisiasi menyusu dini; dan (e) pada semua level adalah pengetahuan ibu, kesulitan menyusui, sikap ayah, menerima subjek susu gratis, dan inisiasi menyusu dini. Saran Analisis determinan menyusui eksklusif ini merupakan hasil dari penelitian kuasi eksperimen, sehingga tetap melekat beberapa keterbatasan (Susiloretni et al. 2013). Walaupun demikian informasi determinan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun program promosi menyusui eksklusif yang sebaiknya dilakukan dengan pendekatan multisektoral dan multilevel. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada anggota tim peneliti: Sri Krisnamurni, MSc; Sunarto, MKes; Santo Yosef Didik Widiyanto, MKes; Ahmad Yazid, MKes; DAFTAR PUSTAKA
Abada TS, Trovato F, and Lalu N. 2001. Determinants of breastfeeding in the Philippines: A survival analysis. Soc Sci Med 52(1):71-81. Aidam BA, Perez-Escamilla R, Lartey A, and Aidam j. 2005. Factors associated with exclusive breastfeeding in Accra, Ghana. Eur J Clin Nutr 59(6):789-796. Amiruddin R, and Rostia. 2006. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan di Kelurahan Pa'baeng-Baeng Makassar Tahun 2006. Makassar Department of Epidemiology, faculty of Public Health Hasanudin University. Anshel MH. 2010. The disconnected values (intervention) model for promoting healthy habits in religious institutions. journal of Religion and Health 49(1):32-49. Arora S, Mc]unkin C, Wehrer J, and Kuhn P. 2000. Major factors influencing breastfeeding rates: Mother's perception of father's attitude and milk supply. Pediatrics 106(5):E67. Betran AP, de Onfs M, Lauer JA, and Villar J. 2001. Ecological study of effect of breast feeding on infant mortality in Latin America. BM] 323(7308):303. Bramson L, Lee JW, Moore E, Montgomery S, Neish C, Bahjri K, and Melcher CL. 2010. Effect of Early Skin-to-Skin Mother-Infant Contact During the First 3 Hours Following Birth on Exclusive Breastfeeding During the Maternity Hospital Stay. Journal of Human Lactation 26(2):130137. Carvalhaes MAdBL, Parada CMGdL, and Costa MPd. 2007. Factors associated with exclusive breastfeeding in children under four months old in Botucatu-SP, Brazil. Revista LatinoAmericana de Enfermagem 15(1):62-69. Contrada RJ, Goyal TM, Cather C, Rafalson L, Idler EL, and Krause TJ. 2004. Psychosocial factors in outcomes of heart surgery: the impact of religious involvement and depressive symptoms. Health Psychol 23(3):227-238.
194
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Determinan Menyusui Eksklusif
de Pee S, Diekhans J, Stallkamp G, Kiess L, Moench-Pfanner R, Martini E, Sari M, Stormer A, Kosen S, and Bloem MW. 2002. Breastfeeding and complementary feeding practices in Indonesia. Nutrition and Health Surveillance System Annual Report. Februhartanty J. 2008. Strategic Roles Of Fathers In Optimizing Breastfeeding Practices:A Study In An Urban Setting Of Jakarta.Summary Of The Dissertation. Jakarta: Faculty Of Medicine University Of Indonesia Postgraduate Program Study Program In Nutrition. Fishbein M. 2008. A reasoned action approach to health promotion. Medical Decision Making 28(6):834-844. Fishbein M. and Ajzen I. 2005. The influence of attitudes on behavior. The handbook of attitudes:l 73221. Glanz K, Rimer BK, and Viswanath K 2008. Health Behavior And Health Education: Theory, Research, and Practice Forth Edition ed. p 465. Grassley J, and Eschiti V. 2008. Grandmother breastfeeding support: what do mothers need and want? Birth 35(4):329-335. Jones G, Steketee RW, Black RE, Bhutta ZA, and Morris SS. 2003. How many child deaths can we prevent this year? Lancet 362(9377):65- 71. Kementrian Kesehatan R I. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. p 431. Kessler LA, Gielen AC, Diener-West M, and Paige DM. 1995. The Effect of a Woman's Significant Other on her Breasifeeding Decision. Journal of Human Lactation 11(2):103-109. Kramish Campbell M, James A, Hudson MA, Carr C, Jackson E, Oakes V, Demissie S, Farrell D, and Tessaro I. 2004. Improving multiple behaviors for colorectal cancer prevention among African American church members. Health Psychology 23(5):492. Kronborg H, and Vaeth M. 2004. The influence of psychosocial factors on the duration of breastfeeding. Scandinavian journal of Public Health 32(3):210-216. Merten S, Dratva J, and Ackermann-Liebrich U. 2005. Do baby-friendly hospitals influence breastfeeding duration on A national level? Pediatrics 116(5):e702-708. Nkala TE, and Msuya SE. 2011. Prevalence and predictors of exclusive breastfeeding among women in Kigoma region, Western Tanzania: A community based cross-sectional study. Int Breastfeed J 6(1):17. Pechlivani F, Vassilakou T, Sarafidou J, Zachou T, Anastasiou C, and Sidossis L. 2005. Prevalence and determinants of exclusive breastfeeding during hospital stay in the area of Athens, Greece. Acta Paediatrica 94(7):928-934. Perera PJ, Ranathunga N, Fernando MP, Sampath W, and Samaranayake GB. 2012. Actual exclusive breastfeeding rates and determinants among a cohort of children living in Gampaha district Sri Lanka: A prospective observational study. International Breastfeeding Journal 7(1):21. Reid J, Schmied V, and Beale B. 2010. 'I only give advice if I am asked': Examining the grandmother's potential to influence infant feeding decisions and parenting practices of new mothers. Women and Birth 23(2):74-80. Rivera-Alvarado I, Vazquez-Garcia V, Davila-Torres RR, and Parrilla-Rodriguez AM. 2009. Exploratory study: breastfeeding knowledge, attitudes towards sexuality and breastfeeding, and disposition towards supporting breastfeeding in future Puerto Rican male parents. PR Health Sciences Journal 25(4). Rosenberg KD, Eastham CA, Kasehagen LJ, and Sandoval AP. 2008. Marketing Infant Formula Through Hospitals: the Impact of Commercial Hospital Discharge Packs on Breastfeeding. Am J Public Health 98(2):290-295.
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
195
Determinan Menyusui Eksk/usif
Shirima R, Greiner T, Kylberg E, and Gebre-Medhin M. 2001. Exclusive breast-feeding is rarely practised in rural and urban Morogoro, Tanzania. Public health nutrition 4(02):147-154. Susiloretni KA, Krisnamurni S, Sunarto, Widiyanto SYD, Yazid A, and Wilopo SA. 2013. The Effectiveness of Multilevel Promotion of Exclusive Breastfeeding in Rural Indonesia. American Journal of Health Promotion. Susin LR, Giugliani ER, and Kummer SC. 2005. Influence of grandmothers on breastfeeding practices. Rev Saude Publica 39(2):141-147. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC, Maciel M, Simon C, and da Silveira LC. 1999. Does parental breastfeeding knowledge increase breastfeeding rates? Birth 26(3):149-156. Taveras EM, Li R, Grumme r-Strawn L, Richardson M, Marshall R, Rego VH, Miroshnik I, and Lieu TA. 2004. Opinions and practices of clinicians associated with continuation of exclusive breastfeeding. Pediatrics 113 (4) :e2 83-290. Vaaler ML, Castrucci BC, Parks SE, Clark J, Stagg J, and Erickson T. 2011. Men's attitudes toward breastfeeding: findings from the 2007 Texas Behavioral Risk Factor Surveillance System. Matern Child Health J 15(2):148-157. Venancio SI, a nd Monteiro CA. 2006. Individual and contextual determinants of exclusive breastfeeding in Sao Paulo, Brazil: A multilevel analysis. Public health nutrition 9(1):40-46. World Health Organization. 2009a. Infant and young child feeding: model chapter for textbooks for medical students and allied health professionals. Geneva: World Health Organization. World Health Organization. 2009b. WHO Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF). Yngve A, and Sjostrom M. 2001. Breastfeeding determinants and A suggested framework for action in Europe. Public Health Nutr 4(2B):729-739.
196
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik