Perubahan Pengetahuan dan Sikap
PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DAN PENDUKUNGNYA YANG TERPAPAR PROGRAM PROMOSI MENYUSUI EKSKLUSIF (Knowledge and Attitudes of Mothers and Supportes Participants of the Exclusive Breastfeeding Promotion Program) Kun Aris tiati Susiloretni t*, Anuraj H Shankar2, Yayi Suryo PrabandarP, Hamam Hadi4, Yati S Sunartos Departement of Nutrition, Semarang Health Polytechnic MoH RI, ZDepartment of Nutrition, Harvard School of Public Health, Harvard University, 3Department of Public Health, Faculty of Medicine,Gadjah Mada University, ' 1Center for Health and Human Nutrition (CHHN), Faculty of Medicine, Gadjah Mada University 5 0 epartme nt of Paediatrics, Faculty of Medicine, Gadjah Mada Univers ity 1
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kegiatan promosi ASI eksklusif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ta rget audiens pada tingkat ibu dan pendukungnya di lingkungan keluarga, masyarakat. dan organisasi. Desain penelitian adalah quasi experiment with repeated measure pretest posttest control 9roup design. Hasil da ri promosi ASI eksklus if yang dilakukan di du a pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah Indonesia. Subjek penelitian sebanyak 655 partisipan, terdirl dari 163 ibu ham ii. 163 ayah, 163 nenek. 28 kader. 27 kyai, 2 7 kepala desa, 28 bidan desa, dan 56 staf Puskesmas. Pengetahuan dan sikap, sebelum dan sesudah intervensi pada 8, 16, dan 24 minggu. Analysis of covariance repeated measure dengan kovariat kondisi demografi dan ko nd isi pretest. Dilakukan juga analisis item pengetahuan dan sikap. Hampir semua pengetahuan partisipan pada level individu, keluarga, desa, dan kecamatan setelah menerima pelatihan dan promosi meningkat secar.1 s ignifikan (p<0.05) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kecuali pengetahuan dokter dan tim SKPG kecamatan tidak ada perbedaan signifikan de ngan kelompok kontrol (p>0.05). De mikian pula. sikap partisipan di kelompok inte rvensi pada level individu, keluarga, dan masyarakat sebagian besar meningkat secara signifikan sete lah menerima pe latihan (p<0.05) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hanya sikap tim SKPG ya ng tidak menunjukkkan peningkatan ya ng s ignifikan (p>0.05). Promosi menyusu i eksklusif dapat meningkatkan hampir semua pengetahuan dan s ikap peserta, kecuali pengetahuan bidan desa dan staf non klinis Puskesmas, serta sikap bidan desa da n t im gizi.
Kata kunci: menyusui eksklusif, pengetahuan, promosi menyusui, s ikap
PENDAHULUAN Pentingnya menyusui eksklusif dalam menurunkan a ngka kesakitan da n kematian bayi dan resiko bila tidak menyusui eksklus if tela h banyak dibuktikan Uones et al. 2003; Kramer et al. 2001). Hal ini me ndorong dilakukannya upaya dukungan, promosi dan proteksi menyusui eksklusif yang dilakukan pemerintah ma upun masyaraka t mela lui program-program atau penelitian pendukung. Pelaksanaan intervensinya bisa dalam bentuk intervensi tunggal atau multiple. Intervensi multiple atau kompleks biasanya lebih efektif daripada intervensi tunggal karena menangani beberapa faktor risiko a tau determinan (lmdad et al. 2011). *Korespondensi penulis:
[email protected]
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
197
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi frontline untuk melakukan intervensi. Di setting masyarakat puskesmas menjadi institusi yang bertanggung jawab dalam pembangunan kesehatan masyarakat Sayangnya, hanya 27.7% dari 8981 puskesmas memiliki konselor laktasi, dan hanya 51.4% yang mempunyai pedoman menyusui (Badan Litbangkes 2012). Keadaan ini mengingatkan akan perlunya pedoman pelaksaan promosi AS! eksklusif yang dapat dilakukan oleh puskesmas dengan memberdayakan sumber daya pemerintah lokal. Semacam penelitian pilot studi telah dilakukan dengan promosi multilevel dan efektif dapat meningkatkan durasi menyusui ekskJusif dari 0.1 minggu menjadi 18 minggu (Sus iloretni et al. 2013). Promosi tersebut diantaranya melakukan pelatihan dan advokasi pada pendukung menyusui di tingkat keluarga, masyarakat, dan kecamatan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi perubahan pengetahuan dan sikapnya yang kemungkinan menjadi faktor efektifnya intervensi. METODE
Makalah merupakan bagian intermediate outcome dari artike l yang telah dipublikasi . sehingga metode penelitian dan intervensi secara detail telah ditulis pada artikel tersebut (Susiloretni et al. 2013). Secara singkat dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan eksperimen kuasi nonrandomize pretest posttest control group design with repeated measure. Pe nelitian dilakukan di 2 wilayah puskesmas di Kabupaten Demak yaitu Puskesmas Guntur 1 sebagai daerah intervensi dan Puskesmas Gajah sebagai kontrol. Pengukuran pengulangan dilakukan pada sebelum intervensi dan setelah intervensi 8, 16, dan 24 minggu. Penelitian dan intervensi promosi ASI Eksklusif dilakukan dari bulan April 2009 hingga Desember 2010 untuk memenuhi besar subjek. Ethical clearance diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Besar subjek untuk menentukan outcome utama yaitu durasi menyusui eksklusif ditentukan dengan menggunakan two group comparative study of survival analysis, dan didapatkan 80 untuk setiap kelompok. Untuk mengantisipasi lost of follow up ditambah 20% sehingga didapatkan angka 96 untuk setiap kelompok. Subjek ditentukan adalah ibu hamil dengan kriteria kehamilan > 28 minggu. ke hamilan tunggal, merencanakan untuk melahirkan bayi pada bidan di wilayah pe nelitian, tidak bekerja, tinggal bersama s uami, me miliki kontak dengan nenek atau nenek mertua atau keluarga yang dihormati, dan tidak memiliki rencana untuk pindah ke daerah lain. Sampai akhir pengukuran ke rninggu 24 didapatkan 183 ibu dan bayi yang mas uk dalam studi, 81 di kelompok intervensi dan 81 di kelornpok kontrol. Pendukung ibu unhtk menyusui eksklusif yang diteliti adalah ayah dan nenek bayi, kader, kiai, kepala desa, bidan desa, staf puskesmas, dan tim Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) kecamatan. Pendukung menyusui tersebut telah diintervensi dalam proses promosi, utamanya melalui pelatihan dan advokasi. Jumlah pendukung yang bersedia berpartis ipasi adalah 163 ayah, 163 nenek, 27 kader, 28 kiai, 27 kepala desa, 28 bidan desa, 10 anggota tim SKPG dan 45 staf Puskesmas. lntervensi yang dilakukan adalah terutama pelatihan pada partisipan. Pada level organisasi, staf klinik puskesmas dengan pelatihan 14 jam kepada dokter, perawat, bidan,
198
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan don Sikap
laboran, dan sanitarian menggunakan terjemahan buku UNICEF untuk maternity staff (UNICEF and WHO 2006c). Pelatih adalah dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis a nak dari RSUD Kabupaten De mak, staf DKK. dan dokter puskesmas. Petugas no n teknis puskesmas dan tim SKPG dilatih menggunakan pedoman pelatihan kader dengan materi tentang 10 pesan inti ASI eksklusif yang disajikan selama 320 me nit dengan menggunakan pedoman pelatihan bagi pengambil keputusan (UNICEF and WHO 2006b). Level masyarakat, pelatihan untuk kepala desa da n kiai selama 320 menit. dengan menggunakan pedoman pelatihan bagi pengambil keputusan. Pelatihan kader dan dukun bayi selama 500 menit, dengan juga menggunakan pedoman bagi pengambil keputusan ditambah materi 10 pesan ASI eksklus if . Pe latih pada pelatihan ini terdiri dari dokter dan staf puskesmas, serta staf DKK. Level interpersonal, ayah dan nenek dilatih bersama de ngan ibu mengenai ASI dan praktik menyusui dengan me nggunakan 10 p~san inti ASI ek5klusif selama 300 menit. Pelatih adalah dokter, bidan desa, staf puskesmas, kiai, dan kepala desa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggu nakan kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Ko nsistensi internal kuesioner pengetahuan dan sikap me mbe rikan Cronbach a antara 0.71 hingga 0.94. Validitas didekati hanya dengan validitas isi yang ditentukan oleh anggota peneliti. Pe ngumpulan data dilakukan oleh 9 enumerator. Analisis statistik untuk mengukur efektivitas perubahan menggunakan multilevel mixed-effects linear regression xtmixed dengan software STATA 11.
HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa karakteristik partisipan bebeda bermakna me nu rut daerah intervensi, yaitu umur ibu. pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah ana k, pe ndidikan ayah, pendidikan nenek, dan pekerjaan nenek. Variabel-variabel tersebut dipertimbangkan menjadi kovariat dalam analisis. Tabel 1. Karakteristik partisipan Karakteristik lbu Umur > 25 s 25 Pendidikan ~ SD
flJ SD Pekerjaan IRT Petani Swasta Jumlah anak >1
Semnas PACI 2013, Biokimia
lntervensi
Kontrol
Total
p
11
n
%
n
51 30
63.0 37.0
37 45
45.l 54.9
88 75
53.99 46.0 1
0.022
28 53
34.6 65.4
63 19
76.8 23.2
91 72
55.83 44.17
0.000
59 19 3
72.84 23.46 3.70
71 4 7
86.59 4.88 8.54
130 23 10
79.75 14.11 6.13
0.002
so
61.7 38.3
35 47
42.7 57.3
85 78
52.15 47.85
0.015
31
Giz1~
Gizi Klinis, dan Dietetik
199
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Karakteristik Anak ]enis kelamin Laki-laki Perempuan Berat badan lahir ; : : 3000 g Iii 3000 g Ayah Umur <::SO tahun 30 - 49 tahun I?! 30 tahun Pendidikan ~SD
IZI SD Pekerjaan Petani Pedagang Swasta Buruh pabrik Nenek Umur <::SO tahun 30 - 49 tahun I?! 30 tahun Pendidikan <::SD IZI SD Pendapatan perkapita <:: Rp 200,000,I?! Rp 200,000,Pekerjaan IRT Petani Swasta
lntervensi n %
n
n
%
n
36 45
44.4 55.6
41 41
50.0 50.0
77 86
47.24 52.76
0.477
27 S4
33.3 66.7
31 51
37.8 62.2
S8 lOS
3S.58 64.42
0.551
0 49 32
0.00 60.49 39.51
1 37 44
1.22 45.12 53.66
l
0.61 52.76 46.63
0.102
86 76
30 Sl
37.04 62.96
62 20
7S .61 24.39
92 71
56.44 43.56
0.000
3S 9 25 12 3S
43.21 11.11 30.86 14.81 43.21
28 12 26 16 28
34.15 14.63 31.71 19.51 34.15
63 21 Sl 28 63
38.65 12.88 3 1.29 17.18 38.65
0.617
38 42 1
46.91 51.85 1.23
33 44 5
40.24 53.66 6.10
71 86 6
43.S6 52.76 3.68
0.217
so
31
38.27 61.73
so
60.98 39.02
81 82
49.69 50.31
0.004
32
49 32
60.49 39.Sl
51 31
62.20 37.80
100 63
61.35 38.65
0.824
9 70
11.11 86.42 2.47
22 4S 15
26.83 54.88 18.29
31 115 17
19.02 70.55 10.43
0.000
2
Kontrol
Total
2
Perubahan Pengetahuan
Analisis perbedaan pengetahuan awal partisipan antara kelompok intervensi dan kontrol dilakukan menggunakan t test. Kondisi awal nilai pengetahuan partisipan pada kelompok intervensi dan kontrol tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0.05), yaitu pada ibu, ayah, kiai, kepala desa, kader, dokter, bidan desa, staf klinik, dan anggota tim SKPG). Nilai pengetahuan awal menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0.05) antara kelompok intervensi dan kontrol
200
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pen9etahuan dan Sikap
terjadi pada nenek (40.3 vs 46.9) dan staf non klinik puskes mas (47.9 vs 61.8). Rerata nilai pengetahuan tertinggi terdapat pada bidan desa di kelompok kontrol (80.4) dan diikuti bidan desa di kelompok intervensi (72.9). Dampak pelatihan pada pengetahuan setelah 24 minggu dilakukan menggunakan multilevel mixed-effects linear regression untuk longitudinal data dengan mempertimbangkan karakteristik partisipan dan kondis i pretest yang secara signifikan berbeda. Pada Tabel 2 terlihat adanya efektivitas pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan partisipan . Pengetahuan hampir sernua partisipan pada level individu, keluarga, desa. dan kecamatan meningkat secara signifikan setelah menerima pelatihan (p < 0.05) jika dibandingkan de ngan kelompok kontrol. Kecuali pengetahuan dokter dan tim SKPG kecamatan tida k ada perbedaan dengan kelompok kontrol (p>0.05). Gambar 2 memberikan visualisasi peningkatan pengetahuan partis ipan. Perubahan pengetahuan di tingkat puskesmas dihasilkan terutama dari has il pelatihan 14 jam rnenggunakan pedoman pelatiha n bagi staf klinik bersalin dari UNICEF (Britton et al. 2009), yaitu pada dokte r, bidan desa, staf klinik, dan non klinik puskesmas. Demikian pula untuk pelatihan di tingkat desa maupun keluarga menggunakan pedoman UNI CEF yang dimodifikasi sesuai kondisi daerah penelitian. Pende katan 'hati dan pikiran - heart and mind' merupakan aspek yang menentukan dalam intervensi tingka t makro dengan penekanan pada audit. pelatihan, pencatatan a ngka dan bukti nyata melalui penghargaan pada profesional lainnya dan mengajak staf di semua tingkatan. Hal ini menawarkan wawasan bagaimana perubahan organisasi dapat berge rak dengan me rnasukkan cara-cara yang menghargai orang lai n dan meningkatkan kerjasama dan refleksi (Thomson et al. 2012). Dalam penelitian ini pendukung ibu menyusui di semua level diajak melalui advokasi, pelatihan, dan pemberdayaan untuk bersama membantu ibu menyusui. Tabet 2. Perubahan sikap partisipa n sampai pada minggu ke 24 Variabel 11
Kel. intervensi mean ± sd
n
Kel. kontrol mean ± sd
P*
P**
P***
Level kecamatan
Dokter Pengetahuan pretest Pengetahua n 8 minggu Penge tahuan 16 minggu Pengetahua n 24 minggu Bidan desa Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahua n 16 minggu Penge tahua n 24 minggu Staf klinik Pengetahuan pretest
3 3 3 3
66.7 92.2 88.2 92.2
± 18.0 ± 6.8 ± 11.8 ± 9.0
3 3 3 3
70.6 82.4 88.2 88.2
10 10 10 10
72,9 91,2 88,8 91,2
±
18 18 18 18
80,4 83,3 84,6 88,2
±
±
13,1 6,9 8,5 7,5
9
54.2
±
22 .0
12
59.3
± ±
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
10.2 11.8 0.0 5.9
0.7588 0.2794 1,000 0.56 14
±
7,8 11,8 10,7 8,1
0,069 0,067 0,299 0,352
±
19.2
0.5799
± ±
± ±
± ±
0.364
0.000 0.003
0.000 0.002
201
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Variabel Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu Pengetahuan 24 minggu Staf non klinik Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu Pengetahuan 24 minggu Tim SKPG Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu Pengetahuan 24 minggu Leveldesa Kiai Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 mlnggu Pengetahuan 24 minggu Kepala desa Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu Pengetahuan 24 minggu Kader Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu Pengetahuan 24 minggu Level keluarga Ayah Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu Pengetahuan 24 minggu Nenek Pengetahuan pretest Pengetahuan 8 minggu Pe ngetahuan 16 minggu
202
n 9 9 9 9
Kel. intervensi mean ± sd 81.0 ± 19.5 86.3 ± 13.8 85.0 ± 9.8
9 9 9
47.9 70.1 77.1 82.6
5 5 5 5
53.8 60.0 62.5 60.0
10 10 10 10
52.5 73.8 76.3 71.9
9
± ±
9 9
47.9 65.3 65.3 66.7
10 10 10 10
51.3 81.9 78.1 81.3
±
81 81 81 81
46.7 75.0 75.1 75.3
± ±
81 81 81
40.3 69.1 68.3
±
9
± ± ±
± ± ± ±
±
± ± ± ±
± ±
±
± ±
± ±
± ±
6.3 10.3 13.6 14.2
n
12 12 12 9
Kel. kontrol mean ± sd 64.7 ± 17.4 70.6 ± 16.4 73.0 ± 14.7 ±
9
61.8 61.1 61.8 63.9
11.4 9.5 18.2 5.6
5 5 5 5
55.0 47.S 52.5 52.S
±
12.6 13.4 12.8 18.9
18 18 18 18
51.0 49.3 54.S 53.l
±
16.2 14.4 18.0 17.1
18 18 18 18
49.7 54.2 50.7 53.S
16.1 12.7 15.4 13.8
17 17 17 17
55.5 51.8 58.8 60.7
11.S 12.4 14.9 11.8
82 82 82 82
49.9 53.9 55.5 57.7
±
15.2 16.6 15.5
82 82 82
46.8 51.9 54.1
±
9 9
P* 0.0570 0.0322 0.0493
10.1 8.1 10.6 14.6
0.003 0.055 0.017 0.014
9.3 19.6 7.1 8.4
0.854 0.235 0.286 0.135
±
8.1 13.9 13.S 12.0
0.711 0.000 0.047 0.000
± ± ± ±
11.0 12.3 11.3 7.2
0.745 0.047 0.016 0.009
±
13.1 10.1 12.9 15.7
0.459 0.000 0.002 0.002
14.3 11.7 12.2 13.0
0.096 0.000 0.000 0.000
12.7 14.l 13.2
0.003 0.000 0.000
±
± ±
±
± ±
±
±
±
±
±
± ± ±
± ±
P**
P***
0.000 0.000
0.000 0.055
0.156
0.000
0.000 0.001
0.225 0.000
0.000
0.000
0.000 0.000
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan don Sikap
Variabel
Kel. intervensi sd mean ± 68.7 ± 15.4
n 81
n 82
Kel. kontrol mean ± sd 51.5 ± 12.0
P*
P***
P**
Pengetahuan 24 minggu 0.000 0.000 Level ibu lbu Pengetahuan pretest 81 39.8 ± 15.9 82 41.8 ± 13.5 0.361 0.000 81 77.2 ± 13.7 82 50.6 ± 14.4 0.000 Pengetahuan 8 minggu Pengetahuan 16 minggu 81 80.4 ± 15.0 82 52.6 ± 14.9 0.000 Pengetahuan 24 minggu 81 81.5 ± 13.2 82 54.1 ± 15.6 0.000 0.000 P* perbedaan skor antara kelompok intervensi dan kontrol pada titik waktu tertentu: pre, 8, 16, dan 24 minggu
P*" perbedaan skor pretest dengan 24 minggu pada kelompok intervensi P*** perbedaan skor kelompok intervensi dan kontrol semua titik waktu dikontrol dengan variabel de mografi dan kondisi pretest.
,~l~i I:,~ [It/ ~~
:I... :I
l .- - -
"" ..... •
..
...
.. . . . . . . .. . .
' .....
... . . :
---
... - · ..
···n-· ....-•.._ ....._.-1··~~·--·
·~ ..
I
k
I
. .. _ _ ..............._
........ ,,,... It
i:/--+ I
.... _
_ ,...... :c ~ ~. .. _ .. . . ............-..................... r-
""'
I
..
__,,.,.-
'·
I;.
~ . y' • !,
...
~···
..
·--·'"•
- ..t
_:-r-_- I
. . . .- ...................._.. ···-................ -. .....-
...........
-+
.
': r -------- .. ,.
I
I
•I
+
95%CI
_..
,
f 1:1'
Kon trot
,.
· -·
. .............. .. _. ,. ........ -..... ,.._
,....
......
1-
-
y
.._ . . .
,.......,._
...
~~-.--. . . . . . . .. "'4 ...
lntervensi
,,
. . .:.
. L J.
....
.
._ .
Keterangan
._
. ........... _..
......' - ,............ __ _..
/,/'
- --
.. .. ··-···i.---·--·""··-· -·
;
..
·-
-~~-·~--··
Gambar 2. Grafik perubahan nilai pengetahuan sampai minggu ke 24
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klin is, dan Dietetik
203
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Dokter. Pengetahuan dokter di kelompok intervensi meningkat dari skor awal 66.7% menjadi 92.2% pada pengukuran minggu ke 24 (p=0.000). Peningkatan ini tidak signifikan (p=0.364) jika dibandingkan dengan pengetahuan dokter di kelompok kontrol dengan pengetahuan awal 70.6% menjadi 88.2% setelah 24 minggu. Peningkatan pengetahuan dokter pada kelompok intervensi bahkan lebih baik dari hasil penelitian di lnggris dimana s kor awal 26.4 menjadi 28.2 dari maksimal nilai 35 (75.4% menjadi 80.6%). Hasilnya telah dapat menunjukkan perbaikan tertinggi dalam mengatasi masalah putting sakit dan mengetahui putting Pendidikan tentang menyusui pada residen dokter anak dapat lecet (Ingram 2006). meningkatkan skor pengetahuan dari 69% sebelum intervensi menjadi 80% setelah intervensi. Peningkatan pengetahuan yang signifikan adalah tentang ASI yang tidak cukup, mastitis, abses, penggunaan obat, dan manfaat penurunan risiko kanker pada ibu. Ketrampilan manajemen menyusui dapat diperbaiki secara signifikan dari 22% menjadi 65%. Ketrampilan yang menunjukkan perbaikan secara signifikan adalah mendiskusikan tanda cukupnya ASI dan mengatasi masalah menyusui (Hillenbrand and Larsen 2002). Pentingnya pengetahuan dokter tentang menyusui menjadi alasan penelitian perbaikan kurikulum residen. Dari 417 res iden yang dilatih menunjukkan perbaikan pengetahuan (OR 2.8: 95%CI 1.5-5.0) dibanding dengan residen di daerah kontrol. Bayi yang dilahirkan di rumah sakit intervensi lebih banyak yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan (OR 4.1; 95%CI 1.8 - 9.7) (Feldman-Winter et al. 2010). Hal yang perlu menjadi perhatian adalah hasil penelitian di Nebraska, bahwa hanya 54% dokter yang bersedia merekomendasikan menyusui pada ibu yang memutuskan memberikan s usu botol (Krogstrand and Parr 2005). Bidan. Bidan dalam promosi menyusui eksklusif diharapkan dapat melakukan inisiasi menyusu dini, tidak memberikan paket susu formula, melakukan rawat gabung, dan melakukan konseling menyusui. Pengetahuan bidan secara signifikan meningkat dibanding sebelum intervensi (72.9% vs. 92.2%; p=0,000) maupun dibandingkan dengan kelompok kontrol (91.2% vs. 88.2%; p=0.003). Hasil penelitian ini sesuai dengan pelatihan multiprofesional di Bristol yang telah dapat meningkatkan skor pengetahuan bidan tentang manajemen laktasi dari 34.3 menjadi 34.5 (I ngram 2006). Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian di Queensland yang melakukan edukasi pada bidan dan pe rawat anak. Setelah intervensi tidak terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi (76% vs 77%), akan tetapi terjadi peningkatan praktik yang berkaitan dengan rumah sakit saying bayi (37.7 vs 42.4) (Barnes et al. 2010). Pengetahuan bidan rnenjadi sangat penting karena bidan merupakan ujung tombak keberhasilna tinggi dilaporkan dapat melakukan rnenyusui eksklusif, bidan dengan skor pengetahuan ketrampilan dengan baik saat membantu ibu untuk inisiasi menyusu (Creedy et al. 2008). Studi kualitatif di lnggris menunjukkan bahwa pemanfaatan pengetahuan profesional bidan dalam praktek menyusui adalah masalah yang sangat kompleks, dan menghasilkan tekanan e mosional negatif yang signifikan. Kekecewaan akan dialami ketika ibu tidak sesuai dengan hara pan bidan. Konflik dengan rekan karena pengetahuan berbeda menghasilkan perasaan intimidasi dan gangguan bagi beberapa bidan. Beberapa bidan menunjukkan bahwa mereka dapat mempertahankan keputusan klinis walaupun berada pada lingkungan yang tidak bersahabat,
204
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
tetapi yang lain ada yang menyesuaikan dengan praktek yang ada. Kebahagiaan dialami bidan ketika terjadi hubungan positif dengan ibu (Furber and Thomson 2008). Staf klinik. Staf klinik terdiri dari sebagian besar perawat, me nunjukka n perbaikan pengetahuan yang signifikan pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kondisi awal dari 54.2% menjadi 85.5% (p=0.000) dan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (85.0% vs. 73.0%; p=0.004). Hasil ini mendukung penelitian di Bristol bahwa pelatihan RSSI dapat meningkatkan skor pengetahuan staf puskesmas dari 26.7 menjadi 31.7 (p=0.010) dan mampu meningkatkan kepercayaan diri untuk membantu ibu menyusui (Ingram et al. 2011). Pelatihan mahas iswa perawat di Hongkong dapat meningkatkan pengetahuan tentang menyusui di kelompok intervensi ( 54.3% vs 36.6%. p<0.001) dan telah meningkatka n perilaku promosi menyusui (Dodgson and Tarrant 2007). Sering diasumsikan bahwa pelatihan profesional kesehatan dapat mengurangi variasi dalam praktek pelayanan kesehatan dan mengarah ke hasil yang lebih baik. yang hanya akan dapat dipenuhi jika pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Fritsche et al. 2002). Staf non klinik. Skor pengetahuan staf non klinik di kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi (47.9% vs 82.6%) meningkat secara signifikan, demikian pula jika dibandingkan antara kelompok kontrol (82.6% vs 63.9%; p=0.000). Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian di Gondia India, yang melaporkan bahwa setelah pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak maka terjadi peningkatan pengetahuan para pembantu paramedis dari 15.4 menjadi 17.2 (p<0.000) (Taksande et al. 2009). Kesadaran staf non klinik terhadap praktik menyusui segera setelah melahirkan dan dukungan menyus ui di rumah sakit sayang bayi paling rendah diantara staf puskesmas lain (Okolo and Ogbonna 2002). Walaupun dukungan pada RSSI sangat kuat. tetapi prinsip strategi global pemberian maka n pada anak diinterpretasikan berbeda-beda antara professional kesehatan. Diperlukan komitmen yang kuat dan kerja keras untuk mengatasi berbagai hambatan (Schmied et al. 2011). Tim SKPG. Tim SKPG merupaka n tim multisektoral. Pengetahuan tim SKPG di kelompok intervensi meningkat dari skor awal 53.8% menjadi 60.0%. Pada pengukuran minggu ke 24 tidak berbeda dengan skor awal (p=0.156). Peningkatan ini juga tidak signifikan (p=0.055) jika dibandingkan dengan pengetahuan tim di kelompok kontrol dengan pengetahuan awal 55.0% menjadi 52.5% setelah 24 minggu. Fakta ini memperlihatkan kemungkinan bahwa tidak ada demand dalam diri tim terhadap program menyusui ekskJusif sehingga peningkatan pengetahuannya paling rendah (Roberts et al. 1995). Apabila demand pada tim multisektoral baik atau dapat ditumbuhkan, maka akan dapat meningkatkan tingkat menyusui eksklusif seperti di Paraisopolis Brazil. Tim multidisiplin dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif sebesar masing-masing 82.8%, 63.6%, dan 56.1 % pada 2, 4 dan 6 bulan (Torres et al. 2004). Kiai. Pengetahuan kiai secara signifikan meningkat dibanding sebelum intervensi (52.5% vs 71.9%; p=0.000) maupun diba ndingkan dengan kelompok kontrol (71.9% vs 53.1%; p=0.000). PeneUtian yang melibatkan training kesehatan pada tokoh agama belum ditemukan. Peranan agama diketahui dapat membantu mengurangi perilaku tidak sehat seperti: merokok, minum alkohol. penggunaan obat adiktif, seks tidak aman, bunuh diri, kekerasan, dan makan tidak sehat (Jones 2004). Hal ini yang menganalogkan menyusui eksklusif dapat juga dibantu
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
205
Perubalian Pengetaliuan dan Sikap
dengan pendekatan agama melalui kiai. Penelitian pada dokter dan dokter anak menyimpulkan bahwa diperlukan training untuk mengurangi hambatan penerapan pelibatan agama dalam mendapatkan outcome yang lebih baik (Al-Yousefi 2012; Armbruster et al. 2003). Kepala desa. Setelah pelatihan, kepala desa menunjukkan tidak ada peningkatan pengetahuan yang signifikan pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kondisi awal dari 47.9 menjadi 66.7 (p=0.225) tetapi ada peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (66.7 vs 53.5; p=0.001). Walaupun skor pengetahuan tidak terlalu tinggi, keadaan ini masih lebih baik sehingga kepala desa diharapkan dapat member dukungan pada program promosi di wilayah kerjanya melalui kepemimpinannya dalam pengorganisasian kelompok dan masyarakat. Dengan bekerja bersama dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan berbasis masyarakat (Agranoff 1991) atau meningkatkan kapasitas masyarakat untuk membawa kelompok masyarakat bersama untuk memecahkan masalah masya rakat yang sulit. Kepemimpinan yang kuat dan menghargai kontribusi masing-masing kelompok masyarakat merupakan hal yang esensial (Huxham and Vangen 1996). Kader. Pengetahuan kader di kelompok intervensi dapat meningkat setelah melalui pelatihan dan promosi ASI yaitu dari skor 51.3 menjadi 81.3 (p=0.000) dibandingkan 60. 7 pada kader di kelompok kontrol (p=0.000). Peningkatan pengetahuan yang sangat besar tentunya sangat menggembirakan, mengingat peran kader kesehatan dalam memberikan penyuluhan menyusui. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian pada dampak pelatihan 1504 kader di New York City. bahwa telah meningkatkan pengetahuan kader tentang asuransi kesehatan, imunisasi anak, dan pengelolaan asma. Para kader kesehatan masyarakat berhasil mernfasilitasi pendaftaran asuransi kesehatan bagi sekitar 30000 orang, dibantu 8000 anak-anak untuk menjadi benar-benar diimunisasi, dan didukung 4000 keluarga meningkatkan pengelolaan asma lntegrasi pelatihan kader kesehatan masyarakat dalam program masyarakat yang efektif untuk memberdayakan promosi kesehatan di masyarakat terlayani. (Perez et al. 2006). Kader memberikan manfaat yang menjanjikan dalam melakukan promos i imunisasi, menyusui, memperbaiki hasil pengobatan TBC, perilaku sehat. dan mengurangi kesakitan dan kematian anak (Haines et al. 2007; Lewin et al. 2010). Ayah. Setelah mendapatkan pelatihan dan promosi tentang menyusui eksklusif. pengetahuan ayah meningkat secara signifikan dari kondisi awal (46.7 menjadi 75.3; p=0.000) maupun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (75.3 vs. 57.7; p=0.000). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian di Flagstaff Arizona, bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ayah setelah mengikuti pelatihan dan promos! menyusui. )awaban benar meningkat pada 3 dari 4 statement pengetahuan (Sciacca et al. 1995). Kampanye menyusui e ksklusif di Uganda menunjukkan bahwa ayah yang tidak mendapat kampanye ASI akan mempunyai resiko 50% kurang pengetahuannya dibanding dengan ayah di daerah kampanye ASI (Gupta et al. 2004). Ayah dianggap sebagai sumber penting dukungan menyusui dan pengetahuan ayah tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui dapat mempengaruhi inisiasi dan durasi menyusui. Pengetahuan akan menimbulkan keyakinan ayah tentang menyusui sehingga memberikan penguatan tambahan pada ibu untuk berniat dan menyus ui (Rempel and Rempel 2011).
206
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Nenek. Pengetahuan nenek di kelompok intervensi dapat meningkat setelah melalui pelatihan dan promosi AS! yaitu dari skor 40.3 menjadi 68.7 (p=0.000) dibandingkan 51.5 pada nenek di kelompok kontrol (p=0.000). Beberapa penelitian kualitatif mengungkap pengetahuan nenek, para peneliti dapat mengidentifikasi tiga tema utama yang dapat menyebabkan pemahaman lebih efektif dalam mempersiapkan nenek untuk mendukung pemberian ASI yaitu bahwa nenek dapat membantu ibu secara emosi maupun praktik, memperbarui pengetahuan, dan belajar bersama dengan ibu (Grassley a nd Eschiti 2007). Pendidikan kesehatan jarang melibatkan nenek atau jika dilibatkan tidak menyerap perspektifnya. Staf rumah sakit sering menolak kehadiran nenek karena menganggap pengetahuannya masih tradisional dan terbelakang (Bezner Kerr et al. 2008). Menyusui terjadi dalam konteks keluarga di mana nenek membawa pengalaman pemberian maka n bayi mereka dan keyakinan untuk mendukung ibu baru. lbu memerlukan dan menginginkan dukungan nenek , tapi saran dan perhatian mereka mungkin mencerminkan keyakinan budaya yang tidak mendukung menyusui (Grassley and Eschiti 2008). Apabila nenek mempunyai pengetahuan yang benar tentang menyusui eksklusif, paling tidak akan menambah kemungkinan dukungan yang benar kepada ibu. lbu. Nilai pengetahuan ibu di daerah intervensi meningkat secara s ignifikan pada minggu ke 24 yaitu 81.5% dibanding 39.8% sebelum pelatihan (p=0.000). Demikian pula apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol, pelatihan dan promosi ASI dapat efektif secara signifikan meningkatkan pengetahuan ibu menjadi 81.5% dibandingkan 54.1 % di daerah kontrol (p=0.000). Kampanye menyusui eksklusif di Uganda menunjukkan bahwa ibu yang tidak mendapat kampanye ASI akan mempunyai resiko 40% kurang pengetahuannya dibanding dengan ibu di daerah kampanye ASl(Gupta et al. 2004). lntervensi nasehat postpartum di Brazil telah dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang menyusui. lbu dengan pengetahuan tinggi mempunyai kesempatan 6.5 kali lipat untuk menyusui ekslusif 3 bulan dan 1.97 kali lipat untuk menyusui eksklusif 6 bu Ian dibanding ibu lainnya (Susin et al. 1999). Edukasi prenatal di Taiwan juga telah dapat meningkatkan pengetahuan ibu 3 hari setelah melahirkan secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (25.7 vs. 20.3, p=0.001) (Lin et al. 2008) Pengetahuan merupakan informasi faktual dan interpretatif yang mengarah kepada pemahaman atau manfaat untuk mengambil tindakan yang telah diinfonnasikan. !bu yang meningkat pengetahuannya memungkinkan untuk dapat mengambil tindakan sesuai dengan persepsi manfaat tentang menyusui eksklusif yang akan diperolehnya (Glanz et al. 2008). Perubahan Sikap Pada Tabel 3 disajikan dampak pelatihan terhadap nilai sikap partisipan pada level ibu, keluarga, dan desa, dan pada level kecamatan. Dengan menggunakan multilevel mixed-effects linear regression untuk longitudinal data menunjukkan bahwa sikap partisipan di kelompok intervensi pada level individu, keluarga, dan masyarakat sebagian besar meningkat secara signifikan setelah menerima pelatihan (p < 0.05) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hanya sikap tim SKPG yang tidak menunkkan peningkatan yang signifikan (p=0.603).
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
207
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Tabel 3. Perubahan sikap partisipan sampai pada minggu ke 24 Variables
Level organisasi Dokter Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Bidan Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Staf klinik Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Staf non klinik Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Tim SKPG Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Level desa/masyarakat Kiai Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Kepala desa Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Kader Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikae 24 minggu
208
ll
Intervention rerata ±
sd
n
kontrol rerata ±
P*
0.41 0.38 0.45 0.19
0.5248 0.1849 0.4144 0.0967
± ± ± ±
0.34 0.28 0.32 0.35
0.072 0.812 0.774 0.793
3.1 3.1 3.2 3.1
± ± ± ±
0.3 0.2 0.3 0.2
0.351 0.089 0.177 0.522
9 9 9 9
2.81 2.92 2.97 2.82
± ± ± ±
0.22 0.22 0.23 0.29
0.118 0.101 0.009 0.028
0.20 0.12 0.38 0.20
5 5 5 5
3.11 3.18 2.97 2.95
± ± ± ±
0.49 0.47 0.29 0.09
0.176 0.349 0.780 0.295
± ± ± ±
0.19 0.21 0.24 0.25
1 1 1
2.80 2.82 2.81 2.69
± ± ± ±
0.23 0.26 0.26 0.25
0.055 0.033 0.011 0.002
2.94 3.16 3.01 3.02
± ± ± ±
0.25 0.43 0.19 0.37
1 1 1 1
2.82 2.81 2.81 2.75
± ± ± ±
0.21 0.28 0.34 0.29
0.200 0.017 0.115 0.053
2.95 3.15 3.16 3.09
± ± ± ±
0.36 0.25 0.36 0.35
1 1 1 1
2.86 2.82 2.90 2.84
± ± ±
0.21 0.16 0.28 0.19
0.398 0.000 0.041 0.021
3 3 3 3
3.23 3.60 3.55 3.75
± ± ± ±
0.15 0.35 0.44 0.09
3 3 3 3
3.25 3.30 3.47 3.30
1
±
1 1
3.05 3.38 3.34 3.27
± ± ±
0.36 0.40 0.35 0.38
1 1 1 1
3.30 3.41 3.38 3.30
9 9 9 9
3.0 3.3 3.3 3.4
± ± ± ±
0.2 0.5 0.4 0.5
1 1 1 1
9 9 9 9
3.03 3.09 3.43 3.22
± ± ± ±
0.34 0.20 0.41 0.41
5 5 5 5
2.75 2.97 2.91 2.85
± ± ± ±
1 1 1 1
2.97 3.04 3.08 3.02
9 9 9 9 1 1 1 1
1
±
P**
P***
sd
0.000
0.000 0.035
0.032 0.002
0.000 0.000
0.019 0.603
0.464
0.002
0.519 0.02 3
0.362 0.035
0.052
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Keterangan Variables
n
Intervention rerata ±
kontrol rerata ±
sd
n
0.15 0.23 0.21 0.2 0
8 8 8 8
2.74 2.82 2.77 2.70
0.16 0.19 0.20 0.16
8 8
2.69 2.72 2.7 1 2.65
±
2.75 2.83 2.77 2.74
±
P*
P**
P***
sd
Level keluarga
Ayah Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu Nenek Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu Sikap 24 minggu
Level individu lbu Sikap pretest Sikap 8 minggu Sikap 16 minggu SikaE 24 minggu
8 8 8 8
2.73 2.99 2.93 2.91
8 8 8 8
2.66 2.90 2.87 2.77
±
8 8 8 8
2.74 3.02 2.97 2.92
± ± ±
±
± ±
±
0.16 0.24 0.25 0.23
8 8
8
8 8 8
± ± ±
± ±
±
0.17 0.19 0.17 0.18
0.821 0.000 0.000 0.000
0.15 0.20 0.16 0.16
0.159 0.000 0.000 0.000
0.15 0.18 0.22 0.21
0.52 5 0.000 0.000 0.000
0.000
0.000 0.000
0.000
0.000
0.000
P* perbedaan s kor antara kelompok intervens i da n kontrol pada titik wa ktu tertentu: pre. 8, 16, dan 24 minggu P** perbedaan skor pretest dengan 24 minggu pada kelompok intervensi P*** perbedaan skor kelompok interve ns i dan kontro l semua titik waktu dikontrol dengan variabel demografi dan kond isi pretest.
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klin is, dan Dietetik
209
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
S-i kap lifh'f kl ll'Uk
lntervensi
!·:rF-+1
Kontrol
~ ·. j
J_ _ . • · 0.000
95%CI
··-
..
,.~
.
..
........... _....._ ........
Stkttp bidan d "" '.:J
:
•
•..
.
..
w.-......,....,.......__.._..
••
·.
J..
··~·-·---I
1
""'-~- ..........
:.
..
.. .,--
-·.....
.
:
;·i~ I p•OOH
"....._......,... I
~ flcnpibu
__ ..___.,._
··4~~- -~~~~~~~~~
)
Slk• P~•h
, ... ooo
I
:~. . / -+--+---i . 1V:-·
...
• 1.
. . • -
.
··"---~-c.a...-
.
..-""....
+ h•
• ""'...... __ .,... .. ..,
---
-'._..
••
··-....
• "
Gambar 3. Grafik pe rubahan nilai sikap sampai minggu ke 24
210
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan don Sikap
Dokter. Sikap dokter secara s ignifikan meningkat dibanding sebelum intervensi (3.23 menjadi 3.75; p=0.000) maupun dibandingkan dengan kelompok kontrol (3.75 vs. 3.30; p=0.003). Sikap dokter di daerah intervensi sangat positifterhadap menyusui eksklusifyaitu 3.75 dari skala 4. Beberapa penelitian menunjukkan sikap dokter yang kurang mendukung terhadap menyusui. Pada ibu yang direkomendasikan dokter anak untuk memberi formula bayi jika bayi tidak naik berat badannyamempunyai resiko 3.2 kali (OR: 3.2, 95% Cl: 1.04; 9.7, p=0.04) untuk tidak menyusui secara eksklusif. Selain itu, ibu yang diberi saran dokter bahwa durasi menyusui yang tidak terlalu penting mempunyai risiko untuk tidak menyusui secara eksklusif pada 12 minggu sebesar 2.2 kali (OR: 2.2, 95% Cl; 1.2-3.9; p=0.01) (Taveras et al. 2004). Temuan di Amerika Serikat bahwa sebagian besar dokter (91 %) dipersepsikan ibu menunjukkan preferensi pada pemberian formula, sedangkan yang mendukung menyusui sebanyak 30% dokter dan yang tidak membe~ikan preferensi sebanyak 46% dokter. lbu yang ditolong oleh dokter yang tidak mempunyai preferensi akan mempunyai risiko 5.9 kali lipat untuk tidak menyusui 2 bulan (DiGirolamo et al. 2003). Beberapa penelitian menyimpulkan perlunya pelatihan atau kurikulum tentang menyusui untuk dokter atau residen (Feldman-Winter et al. 2010; Whelan et al. 2011). Akan tetapi hanya 44% dokter yang ingin engikuti pelatihan tentang menyusui, yang lainnya lebih suka untuk belajar mandiri atau melalui workshop. (Whelan eta/. 2011) Bidan. Setelah pelatihan, bidan desa menunjukkan perbaikan s ikap yang signifikan pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kondisi awal dari 3.05 menjadi 3.27 (p=0.032) dan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (3.30 menjadi 3.30; p=0.035). Hasil penelitian di Klaten tentang s ikap bidan terhadap program inisiasi menyusu dini dan menyusui eksklusif mengungkap terdapat sebanyak 39.6% tidak mendukung (Aprillia 2010). Dalam penelitian McMulkin & Malone, bidan memiliki berpengalaman untuk menyusui setidaknya tiga bulan. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa bidan yang secara pribadi mengalami menyusui memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI, dan karena tahu lebih banyak tentang aspek dasar menyusui. Bidan yang memiliki pengalaman sulit menyusui akan kurang mendukung menyusui. Perbaikan sikap bidan diharapkan dapat mendukung program IMO maupun ASI eksklusif. Pengalaman bidan yang baru lulus dan ditempatkan di RSSB merasa belajar paling banyak kaitannya dengan dukungan menyusui. Kualitas dari pengalaman klinis yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh bidan pengawas. Tampaknya sebagian besar bidan akan mematuhi RSSB jika waktu clan beban kerja memungkinkan. Akreditasi RSSB harusnya menjamin bahwa ibu akan mendapat pelayanan terbaik untuk dapat menyusui, tetapi bidan peserta kecewa pada sikap bidan senior yang merasa bahwa menyusui hanya kegiatan sehari-hari yang haus ditangani dan dilakukan (Reddin et al. 2007). Staf klinik. Skor sikap staf klinik puskesmas di kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi (3.0 rnenjadi 3.4) me ningkat secara signifikan, demikian pula jika dibandingkan antara kelompok kontrol (3.4 vs. 3.1; p=0.002). Hasil ini mendukung penelitian di Bristol bahwa pelatihan RSSI dapat meningkatkan skor sikap staf puskesmas dari 52.7 menjadi 58.7 (p=0.017). Peningkatan pengetahuan, sikap, dan self efficacy pada staf pusat kesehatan yang melaksanakan pelatihan Baby Friendly Initiative telah dapat meningkatkan pula tingkat menyusui eksklusif 8 minggu dari 32.7% menjadi 40.4% (Ingram et al. 2011). Demikian pula
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
211
Perubahan Pen9etahuan dan Sikap
penelitian di Kroasia yang meneliti efektivitas pelatihan menggunakan pedoman UNICEF, melaporkan bahwa jumlah staf dengan sikap positif terhadap menyusui meningkat dari 65% menjadi 79%, sedangkan jumlah staf dengan sikap netral turun dari 26.6% menjadi 9.9% (P <0.001). Bahkan setelah pelatihan, sebagian besar profesional kesehatan menunjukkan ketidakpastian dalam sikap mereka terhadap konsumsi alkohol dan menyusui (Zakarija-Grkovic and Burmaz 2010). lntervensi pendidikan pada perawat di dapat efektif meningkatkan pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan intensi pada menyusui. Skor sikap perawat meningkat yaitu 47.2 di kelompok intervensi dan 45.9 di kelompok kontrol dengan p<0.001 (Bernabe et al. 2010). Staf non klinik. Nilai sikap staf non klinik puskesmas di daerah intervensi meningkat secara signifikan pada minggu ke 24 yaitu 3.22 dibanding 3.03 sebelum pelatihan (p=0.019). Demikian pula apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol, pelatihan dan promosi ASI dapat efektif secara signifikan meningkatkan pengetahuan ibu menjadi 3.22 dibandingkan 2.82 di daerah kontrol (p=0.000). Penelitian dengan subjek 103 staf non klinik di Nigeria menunjukkan bahwa hanya 38.8% menyatakan setuju menyusui on demand dan 53.3% setuju menyusui dalam waktu 30 menit setelah mela hirkan lainnya menyatakan seharusnya menyusui mulai beberapa jam sampai beberapa hari setelah melahirkan (Akuse and Obinya 2002). Pada rumah sakit dimana stafnya bersikap tidak mempunyai preferensi atau lebih suka pada formula bayi, maka ibu yang melahirkan di rumah sakit akan lebih sedikit yang menyusui bayinya hingga 6 minggu (DiGirolamo et al. 2003). Dengan perbaikan sikap staf non klinik ini diharapkan dapat mendukung ibu untuk menyusui anaknya secara eksklusif melalui kegiatan di puskesmas atau sebagai anggota masyarakat di wilayah tempat tinggalnya. Tim gizi. Sikap tim SKPG di kelompok intervensi tidak menlngkat dari skor awal 2.75 menjadi 2.85 pada pengukuran minggu ke 24 (p=0.464). Peningkatan ini juga tidak signifikan jika dibandingkan dengan sikap tim di kelompok kontrol dengan sikap awal 3.11 menjadi 2.95 setelah 24 minggu (p=0.603). Strategi Global untuk Makanan Bayi dan Anak mendorong kolaborasi multi-sektoral, dan dapat membangun kemitraan yang masih ada untuk mendukung pembangunan melalui AS! dan makanan pendamping ASI (UNICEF and WHO 2006a). Pada penelitian ini tim multisektoral mempunyai pengetahuan dan sikap yang paling rendah di banding pendukung ASI yang lain dan tidak membaik setelah diintervensi. Keadaan ini mungkin dapat mengurangi keberhasilan program promosi menyusui eksklusif, dan kegagalan ini memerluka n perhatian dan penelitian yang lebih lanjut. Kiai. Setelah pelatihan, kiai menunjukkan tidak ada perbaikan skor sika,p yang signiftkan pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kondisi awal dari 2.97 menjadi 3.02 pada minggu ke 24 (p=0.519) tetapi meningkat signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (3.02 vs. 2.69; p=0.002). Training untuk meningkatkan pelibatan agama untuk mendapatkan outcome kesehatan yang lebih baik sudah disarankan. Sebagian besar pasien melaporkan menginginkan dokternya menangani dengan melibatkan agama dalam kehidupan, tetapi dokter jarang yang menanyakan tentang agama kepada pasien (Al-Yousefi 2012; Armbruster et al. 2003). Training kepada kiai telah meningkatkan pengetahuan dan sikapnya, sehingga diharapkan dapat memasukkan ilmu tentang menyusui dalam kotbah yang diberikan kepada umat. Apalagi,
212
Semnas PAGI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
menyusui berkaitan dengan wanita yang mengekspresikan komitmen keagamaan lebib kuat dan menggunakan keyakinan agama untuk menghadapi stres (Armbruster et al. 2003). Pada semua agama predictor utama kesehatan positif (terutama kesehatan mental) adalah adanya kepribadian positif dan tidak adanya kepribadian negatif. Spiritualitas dapat dikonseptualisasikan sebagai aspek atau konstruk kepribadian, namun intervensi spiritual hams terns digunakan dalam praktek klinis dan diselidiki dalam penelitian kesehatan (Johnstone et al. 2012). Kepala desa. Setelah mendapatkan pelatihan dan promos i tentang menyusui ekskJusif, sikap kepala desa tidak meningkat secara signHikan dari kondisi awal (2.94 menjadi 3.02; p=0.362) tetapi meningkat jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (3.02 vs. 2.75; p=0.023). Dalam memasyarakatkan menyusui diperlukan peran pemimpin social politik dan pemerintah daerah untuk melakukan pertemuan, menciptakan dan mendukung pelaksanaan praktek pemberian ASI ekskJusif kepada ibu, keluarga, dan lingkungan (UNICEF and WHO 2006a). Hal tersebut mampu diperan oleh kepala desa. sehingga dengan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap menyusui diharapkan akan dapat mendukung dan memimpin program di desa. penting untuk implementasi dan pemeliharaan Kepemimpinan yang kua.t sangat keberlangsungan program. Kualitas kepemimpinan lain yang penting adalah adanya self efficacy, pengetahuan, komitmen, dan kompetensi (Butterfoss et al. 1993). Pemberian pelatihan/advokasi pada kepala desa dimungkinkan membantu hal tersebut Kader. Sikap kader di kelompok intervensi meningkat dari skor awal 2.95 menjadi 3.09 pada pengukuran minggu ke 24 (p=0.052). Peningkatan juga s ignifikan jika dibandingkan dengan sikap tim di kelompok kontrol dengan sikap awaJ 2.86 menjadi 2.84 setelah 24 minggu (p=0.035). Penelitian besar yang memberdayakan kader di Afrika dan Amerika Latin telah sukses memperbaiki praktik menyusui. Hasilnya selama 3-4 tahun telah dapat meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 sampai 6 bulan dari 54% menjadi 65% (p <.001) di Bolivia, 68% sampai 79% (p <.001) di Ghana, dan 46% untuk 68% (p <.001) di Madagaskar (Quinn et al. 2005). Sayangnya penelitian ini tidak menyajikan perubahan pengetahuan dan sikap kader. Potensi kontribusi kader untuk kelangsungan hidup anak menunjukkan hal menarik. Kader dapat melakukan berbagai tugas, termasuk manajemen kasus penyakit anak (misalnya, pneumonia, malaria, dan sepsis neonatorum) dan melakukan intervensi preventif seperti imunisasi, promosi perilaku hidup sehat, dan mobilisasi masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan dapat membantu dalam penurunan kematian anak, khususnya melalui manajemen kasus balita sakit di masyarakat. Namun, kader bukan merupakan obat mujarab untuk sistem kesehatan yang lemah dan perlu difokuskan tugas, remunerasi yang memadai, pelatihan, pengawasan. dan keterlibatan aktif dari masyarakat di mana mereka bekerja. Pengenalan program skala besar untuk pekerja kesehatan masyarakat memerlukan evaluasi untuk mendokumentasikan dampak pada keJangsungan hidup anak dan efektivitas biaya dan untuk menjelaskan faktor yang terkait dengan keberhasilan dan keberlanjutan (Haines et al. 2007). Ayah. Sikap ayah sebelum dan sesudah intervensi mengalami peningkatan yang signifikan (dari 2.73 menjadi 2.91; p=0.000) demikian pula jika dibandingkan dengan sikap ayah di kelompok kontrol (2.91 vs. 2.70; p=0.000). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di
Semnas PAG/ 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
213
Perubahan Pen9etahuan dan Sikap
Flagtaff Arizona, bahwa terjadi peningkatan sikap ayah setelah mengikuti pelatihan dan promosi menyusui. Terdapat 5 dari 7 statemen sikap yang menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan intervensi (Sciacca et al. 1995). Ayah memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan pemberian makanan bayi. lbu lebih mungkin untuk memulai menyusui dan terus menyusui ketika mereka percaya bahwa pasangan mereka memiliki sikap positif terhadap menyusui (Rempel and Rempel 2011). Penelitian pada 100 orang ayah di Puerto Rico menunjukkan 81.6% memiliki sikap positif terhadap menyusui dan seksualitas dan 92.0% menunjukkan cukup banyak kesediaan untuk mendukung mitra mereka dalam pemberian ASI eksklusif. Disposis i untuk mendukung menyusui dikaitkan dengan pengetahuan terhadap pemberian ASI (p = 0.04) dan sikap terbadap seksualitas dan menyusui (p = 0.00). Pengetahuan dan sikap. dalam penelitia n ini, sangat terkait dengan disposisi dari ayah untuk mendukung pemberian ASI di masa depan. Pada 2145 ayah di Texas, menunjukkan dukungan masyarakat terhadap menyusui dan sikap penerimaan pengusaba berhubungan positif dengan pilihan untuk memberikan ASL Etn is, negara asal. tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi ayah berkontribusi terhadap norma dan ha rapan untuk menyusui (Rivera-Alvarado et al. 2009). Sikap ayah tentang pandangan masyarakat terhadap menyusui dan penerimaan pengusaha untuk ibu menyusui mempengaruhl pilihan menyusui sebagai satu-satunya cara memberi makanan bayi (Vaaler et al. 2011). Penyertaan ayah secara signifikan meningkatkan pemberian ASI eksklusif tetapi bukan pada menyusui. lntervensi pada ayah dengan pendidikan kurang dari 8 tahun mengakibatkan penurunan tingkat menyusui bila dibandingkan pada intervensi hanya dengan ibu (Susin and Giugliani 2008). Nenek. Setelah pelatihan. nenek menunjukkan perbaikan skor sikap yang signifikan pada kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kondisi awal dari 2.66 menjadi 2.77 (p=0.000) dan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (2.69 vs. 2.55; p=0.000). Dibandingkan dengan partisipan Jain, sikap nenek mempunyai skor paling rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian di Brazil bahwa nenek mempunyai pengaruh negative terhadap menyusui eksklusif. lbu yang tidak ada kontak sehari-hari dengan nenek merupakan factor protektif untuk mempertahankan menyusui sampai anak umur 6 bulan (Susin et al. 2005). lbu. Nilai sikap ibu di daerah intervensi meningkat secara signifikan pada minggu ke 24 yaitu 81.5% disbanding 39.8% sebelum pelatihan (p=0.000). Demikian pula apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol, pelatihan dan promosi ASI dapat efektif secara signifikan meningkatkan pengetahuan ibu menjadi 81.5% dibandingkan 54.1 % di daerah kontrol (p=0.000). Penelitian pada 80 ibu di Thailand dengan knowledge sharing terbukti dapat meningkatkan s kor s ikap ibu di kelompok lntervensi 4.5 dibanding 3.5 di kelompok kontrol p<0.001). Kondisi ini telah dapat meningkatkan tlngkat pemberian ASI eksklusif di kelompok intervensi secara s ignifikan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol pada 14 hari (82.5% vs 52.6%, p = 0.005), 1 bulan (77.5% vs 52.6%, p = 0.021), 2 bulan (62.5% vs 36.8%, p = 0.023). 4 bulan (35.0% vs 7.9%, p = 0.008), 5 bulan (25.0% vs 2.6%, p = 0.012), dan 6 bulan setelah melahirkan (20.0% vs 0%. p = 0.005) (Kupratakul et al. 2011). Penelitian efektivitas pendidikan prenatal menyusui pada 92 ibu di Taiwan menunjukkan bahwa pada 3 hari pasca
214
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pen9etC1hua11 dan Sikap
melahirkan, ibu dalam kelompok eksperimen memiliki skor sikap secara signifikan lebih tinggi (80.21vs. 75.65; p=0.008) dibandingkan dengan kelompok kontrol (Lin eta/. 2008). SIMPULA N DAN SARAN
Simpulan Pengetahuan hampir semua partisipan pada level individu. keluarga, desa, dan kecamatan setelah menerima pelatihan dan promosi meningkat secara s ignifikan (p < 0.05) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kecuali pengetahuan dokter dan tim SKPG kecamatan tidak ada perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol (p>0.05). Demikian pula, sikap partlstpan di kelompok intervensi pada level individu, keluarga, dan masyarakat sebagian besar meningkat secara signifikan setelah menerima pelatihan (p < 0.05) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hanya sikap tim SKPG yang tidak menunjukkkan peningkatan yang s ignifikan (p=0.603). Saran Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pelatihan dengan pedoman UNICEF dapat efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap partisipan. Hal ini perlu menjadi pertimba ngan karena selama ini persepsi bahwa pelatihan ko nselor ASI la h yang diakui dan diprestiskan sebagai resources untuk promosi ASI eksklusif. Adalah benar diperlukan konselor ASI, tetapi dengan t ingginya harga per orang untuk mengikuti pelatihan konselor ASI perlu dirubah pandangan bahwa dengan pelatihan mandiri yang dilakukan sumber daya yang ada di kabupaten dapat efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap petugas puskesmas dan pendukung ASI sehingga dapat meningkatkan durasi dan prevalensi menyusui eksklusif. Tentunya pelatihan yang dilakukan perlu mempedomani petunjuk UNICEF. UCAPA N TERIMA KASIH
Kami berterima kasih kepada dr. H. Singgih Setyono, M.Mr Kepala Dlnas Kesehatan Kabupaten Demak, Dr. Bymo Sunyoto. MKes Kepala Pus kesmas Guntur 1. dan Dr. Nugroho Aris Kusuma, MKes kepala Puskesmas Gajah yang telah mengijinkan dan membantu penelitian ini dapat dilaksanakan. Kami juga berterima kasih kepada semua partisipan sehingga m~mungkinkan penelitian ini dilakukan: ibu, ayah, nenek. staf Puskesmas, kader kesehatan, dukun bayi, kiai, kepala desa, dan staf pemerintah daerah. Ucapan terima kasih juga d isarnpaikan kepada a nggota t im peneliti Jain : Sri Krisnamurni, MSc; Sunarto, MKes; Santo Yosef Didik Widiyanto, MKes: Ahmad Yazid, MKes. Penelitian ini didanai oleh Yayasan l nstitut Danone Indonesia (Oil). Oil tidak berhak atas hak kekayaan intelektual, termasuk paten, hak cipta, dan merek dagang, berkaitan dengan materi. Hasil penelitian dan publikasi menjadi milik para peneliti.
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
215
Perubohon Pengetohuon don Sikop
DAFT AR PUST AKA Agranoff R. 1991. Human services integration: Past and present challenges in public administration. Public Administration Review:533-542. Akuse RM, and Obinya EA. 2002. Why healthcare workers give prelacteal feeds. European Journal of Clinical Nutrition 56(8):729-734. Al-Yousefi N. 2012. Observations of Muslim Physicians Regarding the Influence of Religion on Health and Their Clinical Approach. Journal of Religion and Health: 1-12. Aprillia Y. 2010. Analisis Sosialisasi Program lnis ias i Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten: Universitas Dionegoro. 165 p. Armbruster CA, Chibnall JT, and Legett S. 2003. Pediatrician beliefs about spirituality and religion in medicine: associations with clinical practice. Pediatrics 111(3):e227-e235. Badan Litbangkes. 2012. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011: Puskesmas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 671 p. Barnes M. Cox J. Doyle B, and Reed R. 2010. Evaluation of A practice-development initiative to improve breastfeeding rates. Journal of Perinatal Education 19(4):17-23. Bernaix LW, Beaman ML, Schmidt CA, Harris JK, and Miller LM. 2010. Success of An Educational Intervention on Maternal/Newborn Nurses' Breastfeeding Knowledge and Attitudes Bernaix, L. W .. Beaman. M. L., Schmidt, C. A., Harris, }. K.. and Miller, L. M. Educational Intervention on Maternal/Newborn Nurses'. JOGNN: Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing 39(6):658-666. Bezner Kerr R, Dakishoni L. Shumba L, Msachi R, a nd Chirwa M. 2008. "We Grandmothers Know Plenty": Breastfeeding, complementary feeding and the multifaceted role of grandmothers in Malawi. Social Science & Medicine 66(5):1095-1105. Britton C. McCormick F, Renfrew M, Wade A. and King S. 2009. Support for breastfeeding mothers. Cochrane database of systematic reviews (Online)(l):CD001141. Butterfoss FD, Goodman RM, and Wandersman A. 1993. Community coalitions for prevention and health promotion. Health Education Research 8(3):315-330. Creedy DK, Cantril! RM, and Cooke M. 2008. Assessing midwives' breastfeeding knowledge: properties of the Newborn Feeding Ability questionnaire and Breastfeeding Initiation Practices scale. Int Breastfeed J 3:7. DiGirolamo AM, Grummer-Strawn LM, and Fein SB. 2003. Do perceived attitudes of physicians and hospital staff affect breastfeeding decisions? Birth: Issues in Perinatal Care 30(2):94100. Dodgson JE. and Tarrant M. 2007. Outcomes of A breastfeeding educational intervention for baccalaureate nursing students. Nurse Education Today 27(8):856-867. Feldman-Winter L, Barone L, Milcarek B, Hunter K, Meek J, Morton J. WiJliams T, Naylor A, and Lawrence RA. 2010. Residency Curriculum Improves Breastfeeding Care. Pediatrics 126(2):289-297. Fritsche L. Greenhalgh T, Falck-Ytter Y, Neumayer H, and Kunz R. 2002. Do short courses in evidence based medicine improve knowledge a nd skills? Validation of Berlin questionnaire and before and after study of courses in evidence based medicine. BM} 325(7376):1338-1341. Furber CM, and Thomson AM. 2008. The emotions of integrating breastfeeding knowledge into practice for English midwives: A qualitative study. International journal of Nursing Studies 45(2):286-297.
216
Semnos PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, don Dietetik
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Glanz K, Rimer BK, and Viswanath K. 2008. Health Behavior And Health Education: Theory, Research, and Practice Forth Edition ed. p 465. Grassley J, and Eschiti V. 2007. Two Generations Learning Together: Facilitating Grandmother's Support of Breastfeeding. International journal of Childbirth Education 22(3):23. Grassley J, and Eschiti V. 2008. Grandmother breastfeeding support: what do mothers need and want? Birth 35(4):329-335. Gupta N, Katende C, and Bessinger R. 2004. An Evaluation of Post-campaign Knowledge and Practices of Exclusive Breastfeeding in Uganda. journal of Health, Population and Nutrition 22(4):429-439. Haines A, Sanders D, Lehmann U, Rowe AK, Lawn JE, Jan S, Walker DG, and Bhutta Z. 2007. Achieving child survival goals: potential contribution of community health workers. The Lancet 369(9579):2121-2131. Hillenbrand KM, and Larsen PG. 2002. Effect of An educational intervention about breastfeeding on the knowledge, confidence, and behaviors of pediatric resident physicians. Pediatrics 110(S):e59. Huxham C, and Vangen S. 1996. Working together: Key themes in the management of relationships between public and non-profit organizations. International journal of Public Sector Management 9(7):5-17. lmdad A, Yakoob MY, and Bhutta ZA. 2011. Effect of breastfeeding promotion interventions on breastfeeding rates, with special focus on developing countries. BMC Public Health 11 Suppl 3:S24-S24. Ingram j. 2006. Multiprofessional training for breastfeeding management in primary care in the UK. Int Breastfeed J 1(1):9. Ingram ), Johnson D, and Condon L. 2011. The effects of Baby Friendly Initiative training on breastfeeding rates and the breastfeeding attitudes, knowledge and self-efficacy of community health-care staff. Primary Health Care Research & Development 12(03):266275. Johnstone B, Yoon D, Cohen D, Schopp L, McCormack G, Campbell J, and Smith M. 2012. Relationships Among Spirituality, Religious Practices, Personality Factors, and Health for Five Different Faith Traditions. Journal of Religion and Health:l-25. Janes G, Steketee RW, Black RE, Bhutta ZA, and Morris SS. 2003. How many child deaths can we prevent this year? Lancet 362(9377):65-71. Jones JW. 2004. Religion, Health, and the Psychology of Religion: How the Research on Religion and Health Helps Us Understand Religion. Journal ofReligion and Health 43(4):317-328. Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I, Shapiro S. Collet JP. Vanilovich I. Mezen I, Ducruet T et al .. 2001. Promotion of Breastfeeding Intervention Trial (PROBIT): A randomized t rial in the Republic of Belarus. JAMA 285( 4):413-420. Krogstrand KS, and Parr K. 2005. Physicians Ask for More Problem-Solving Information to Promote and Support Breastfeeding. Journal of the American Dietetic Association 105(12):1943-1947. Kupratakul J, Taneepanichskul S, Voramongkol N, and Phupong V. 2011. A Randomized Controlled Trial of Knowledge Sharing Practice with Empowerment Strategies in Pregnant Women to Improve Exclusive Breastfeeding during the First Six Months Postpartum. Journal of the Medical Association of Thailand 93(9). Lewin S, Munabi-Babigumira S, Glenton C, Daniels K, Bosch-Capblanch X, van Wyk BE, OdgaardJensen j, Johansen M, Aja GN, and Zwarenstein M. 2010. Lay health workers in primary
Semnas PAGJ 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
217
Perubahan Pengetahuan don Sikap
and community health care for maternal and child health and the management of infectious diseases. Cochrane Database Syst Rev 3. Lin SS, Chien LY. Tai CJ, and Lee CF. 2008. Effectiveness of A prenatal education programme on breastfeeding outcomes in Taiwan. I Clin Nurs 17(3):296-303. Okolo SN. and Ogbonna C. 2002. Knowledge. attitude a nd practice of health workers in Keffi local government hospitals regarding Baby-Friendly Hospital Initiative (BFH I) practices. European journal of Clinical Nutrition 56(5):438. Perez M, Findley SE, Mejia M. and Martinez J. 2006. The impact of community health worker training and programs in NYC. Journal of health care for the poor and underserved 17(1):26-43. Quinn VJ. Guyon AB. Schubert JW. Stone-Jimenez M, Hainsworth MD. and Martin LH. 2005. Improving breastfeeding practices on A broad scale at the community level: success stories from Africa and Latin America. I Hum Lact 21(3):345-354. Reddin E. Pincombe J. and Darbyshire P. 2007. Passive resistance: Early experiences of midwifery students/graduates and the Baby Friendly Health Initiative 10 steps to successful breastfeeding. Women and Birth 20(2):71-76. Rempel LA, and Rempel JK. 2011. The breastfeeding team: the role of involved fathers in the breastfeeding family. journal of Human Lactation 27(2):115-121. Rivera-Alvarado I, Vazquez-Garcia V. Davila-Torres RR. and Parrilla-Rodriguez AM. 2009. Exploratory study: breastfeeding knowledge, attitudes towards sexuality and breastfeeding. and disposition towards supporting breastfeeding in future Puerto Rican male parents. PR Health Sciences journal 25(4). Roberts A. Pareja R, Shaw W, Boyd B. Booth E. and Mata JI. 1995. A tool box for building health communication capacity. Academy for Educational Development. Social Development Division. editors Washington, DC,: HEALTHCOM. US Agency for International Development (USAID). Schmied V, Gribble K. Sheehan A, Taylor C, and Dykes FC. 2011. Ten steps or climbing a mountain: A study of Australian health professionals' perceptions of implementing the baby friendly health initiative to protect, promote and support breastfeeding. BMC Health Services Research 11(1):208-208. Sciacca JP, Dube DA. Phipps BL, and Ratliff Ml. 1995. A breast feeding education and promotion program: effects on knowledge, attitudes. and support for breast feeding. Journal of community health 20(6):473-490. Susiloretni KA. Krisnamurni S. Sunarto. Widiyanto SYD. Yazid A, and Wilopo SA. 2013. The Effectiveness of Multilevel Promotion of Exclusive Breastfeeding in Rural Indonesia American Journal of Health Promotion. Susin LR, and Giugliani ER. 2008. Inclusion of fathers in An intervention to promote breastfeeding: impact on breastfeeding rates. J Hum Lact 24( 4):386-392; quiz 451-383. Susin LR. Giugliani ER, and Kummer SC. 2005. Influence of grandmothers on breastfeeding practices. Rev Saude Publica 39(2):141 -147. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC. Maciel M, Simon C, and da Silveira LC. 1999. Does parental breastfeeding knowledge increase breastfeeding rates? Birth 26(3):149-156. Taksande A. Tiwari S, and Kuthe A. 2009. Knowledge and attitudes of Anganwadi supervisor workers about infant (breastfeeding and complementary) feeding in Gondia district. Indian Journal of Community Medicine 34(3):249-251.
218
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Taveras EM, Li R, Grummer-Strawn L. Richardson M, Marshall R, Rego VH, Miroshnik I, and Lieu TA. 2004. Opinions and practices of clinicians associated with continuation of exclusive breastfeeding. Pediatrics l 13(4):e283-290. Thomson G. Bilson A. and Dykes F. 2012. Implementing the WHO/UNICEF Baby Friendly Initiative in the community: a 'hearts and minds' approach. Midwifery 28(2):258-264. Torres MAdA, Souza DRd, Sato K, Nascimento CL, Mader CdN, Silva EP. Mello EQd, Kao APdOG, and N6brega Fjd. 2004. Promoting growth and development of infants by A multidisciplinary team, in the community of Paraisopolis. lnstituto lsraelita de Ensino e Pesquisa Albert Einstein. UNICEF. and WHO. 2006a. Baby-Friendly Hospital Initiative. Revised, Updated and Expanded for Integrated Care. Section 1. Background And Implementation. Preliminary Version for Country Implementation January 2006 Original BFHI Course developed 1993. January 2006 ed: UNICEF/WHO. UNICEF, and WHO. 2006b. Baby-Friendly Hospital Initiative. Revised, Updated and Expanded for Integrated Care. Section 2. Strengthening And Sustaining The Baby-Friendly Hospital Initiative: A Course For Decision-Makers. Prelimina1y Version for Country Implementation August 2006 Revision of BFHI course for hospital administrators prepared by WHO and Wellstart International, 1996. August 2006 ed. Geneva: UNICEF/WHO. UNICEF, and WHO. 2006c. Baby-Friendly Hospital Initiative. Revised, Updated and Expanded for Integrated Care. Section 3.2 Session Outlines Breastfeeding Promotion and Support in A Baby-Friendly Hospital. A 20-Hour Course For Maternity Staff. Preliminary Version for Country Implementation Original BFHI Course developed 1993. January 2006 ed: UNICEF/WHO. Vaaler ML, Castrucci BC, Parks SE, Clark J. Stagg J. and Erickson T. 20 l l. Men's attitudes toward breastfeeding: findings from the 2007 Texas Behavioral Risk Factor Surveillance System. Matern Child Health J 15(2):148-157. Whelan B, McEvoy S, Eldin N, and Kearney J. 2011. What primary health professionals need to promote breastfeeding. Practice Nursing 22(1):35-39. Zakarija-Grkovic I, and Burmaz T. 2010. Effectiveness of the UNICEF /WHO 20-hour course in improving health professionals' knowledge, practices, and attitudes to breastfeeding: before/after study of 5 maternity facilities in Croatia. Croatian medical journal 51(5):396-405.
Semnas PACI 2013, Biokimia Gizi, Gizi Klinis, dan Dietetik
219