PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REACT DENGAN PENOMORAN NHT TERHADAP INTERAKSI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMAN 9 MALANG Desy Hosenainy Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas interaksi dan prestasi belajar adalah pembelajaran REACT yang dipadukan dengan penomoran NHT (Numbered Heads Together). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu control group pretest-posttest. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 9 Malang tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini purposive sampling, Uji hipotesis yang digunakan adalah uji ANAVA dua jalur dan uji lanjutan Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar siswa baik berkemampuan awal tinggi maupun berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Interaksi belajar siswa berkemampuan awal tinggi maupun berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada pembelajaran secara konvensional
Kata Kunci: REACT, Penomoran NHT, Interaksi Belajar, Prestasi Belajar
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Permendiknas no 41, 2007). Proses pembelajaran fisika yang berlangsung di SMA seharusnya berlangsung sebagai sebuah wahana untuk meningkatkan kualitas interaksi dan prestasi belajar. Hasil wawancara dengan guru Fisika di SMAN 9 Malang mengindikasikan ada beberapa hal yang menyebabkan siswa masih belum memahami materi yang dipelajari. Siswa tidak mengkontruksi sendiri rumus –rumus ataupun konsep tentang materi yang dipelajari, sehingga siswa hanya menghafal karena tidak mengetahui bagaimana
1
2 rumus tersebut didapat. Siswa tidak bisa menghubungkan materi yang dipelajari dengan penerapannya pada kehidupan sehari – hari dan masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal – soal yang berhubungan dengan dunia nyata ataupun soal yang membutuhkan pemahaman dalam menyelesaikannya. Siswa juga tidak pernah diberi kesempatan untuk bertukar pendapat dengan siswa lain sehingga siswa kurang mampu dalam mengeluarkan gagasan atau pendapatnya, hal tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif. Upaya meningkatkan interaksi belajar dan prestasi belajar fisika diperlukan strategi, model dan metode pembelajaran yang inovatif. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran REACT. REACT merupakan akronim dari Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring (CORD, 2012). Pada kegiatan berkelompok, ada banyak teknik dalam pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di kelas. Adanya variasi pembelajaran akan membangkitkan semangat siswa untuk belajar karena siswa tidak akan merasa bosan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam kegiatan berkelompok yaitu dengan penomoran NHT (Numbered Heads Together). Siswa dibagi dalam kelompok dan masing – masing siswa diberi nomor kepala. Penomoran ini digunakan untuk memilih siswa secara acak dengan mengundi nomor kepala yang akan menjawab soal dari Guru, dengan penomoran ini diharapkan setiap siswa berinteraksi dengan teman maupun guru untuk memahami materi yang sedang dipelajari sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa. Penomoran NHT ini menekankan pada stuktur – struktur khusus yang dirancang untuk memenuhi pola- pola interaksi siswa. Struktur – struktur tersebut menghendaki
3 agar para siswa bekerja sama saling bergantung pada kelompok – kelompok kecil secara kooperatif (Nurhadi dan Senduk, 2003:65). Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa yang memiliki kemampuan awal yang rendah akan mengalami kesulitan untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengasimilasi konsep yang baru datang kepada dirinya dan mengaitkan dengan pengetahuan yang ada di dalam dirinya. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan mudah menerima informasi dan mengaitkan dengan informasi yang ada dalam dirinya sehingga terjadi proses belajar. Jadi, kemampuan awal merupakan hal yang penting diketahui oleh guru, agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat lebih bermakna. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran REACT dengan Penomoran NHT Terhadap Interaksi dan Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMAN 9 Malang”. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. 2) Prestasi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. 3) Interaksi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. 4) Interaksi belajar siswa berkemampuan awal
4 rendah yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional.
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian control group pretest-posttest (Arikunto, 2010 :125). Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMAN 9 Malang tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara purposive sampling, yaitu sampel ditentukan secara langsung melalui pertimbangan bahwa kedua sampel memiliki karakteristik yang homogen dan dapat mewakili populasi. Kelas X-3 dengan jumlah siswa 40 ditetapkan sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran REACT dengan teknik penomoran model NHT. Sedangkan kelas X-1 dengan jumlah siswa 37 ditetapkan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Sebelum perlakuan kedua kelas diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas. Setelah perlakuan diberikan, maka diadakan posttest untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Fisika siswa. Interaksi belajar siswa kelas kontrol dinilai selama kegiatan pembelajaran berlangsung, untuk kelas eksperimen interaksi belajar dinilai ketika proses experiencing, appliying, cooperating dan transferring. Uji hipotesis prestasi dan interaksi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Anava AB atau Analisis Variansi Dua Jalur. Desain eksperimen yang dipilih adalah desain faktorial yang dikategorikan sebagai desain faktorial 2 x 2.
5 Tabel 1 Desain Penelitian Kelas Eksperimen (A1) (A1, B1)
Kelompok atas (kemampuan belajar tinggi) (B1) Kelompok Bawah (kemampuan Belajar rendah) (B2)
Kelas Kontrol (A2) (A2, B1)
(A1, B2)
(A2, B2)
Anava digunakan untuk membandingkan beberapa kelompok obyek penelitian secara serentak dengan dua jenis variabel dengan pasangan hipotesis nol (Ho) dan tandingannya (H1).
HASIL Uji Hipotesis Prestasi Belajar Ringkasan dari hasil-hasil perhitungan Anava dua jalur dapat disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Hipotesis Prestasi Belajar Sumber Varian
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Kebebasan (df)
Kuadrat Rerata (MK)
Fhitung
Ftabel (α=0,05)
Model Pembelajaran (A)
2935,045
1
2935,045
25,200
Kemampuan awal (B)
1379,175
1
1379,175
11,841
Model Pembelajaran * kemampuan awal (A*B)
162,635
1
162,635
1,396
5357,637
46
116,470
-
-
9834,5
49
200,704
-
-
Dalam/Residu (w) Total
4,05
Berdasarkan paparan data tabel 2 terdapat perbedaan antar kolom (A) dan antar baris (B). Namun pada interaksi antar baris dan kolom tidak terdapat perbedaan (A*B). Berdasarkan tabel 2 diperoleh Fhitung 25,200 > 4,05 Ftabel (1:46:0,05), jadi terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan model
6 pembelajaran REACT dengan penomoran NHT dan yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan tabel 2 diperoleh Fhitung 11, 841 > 4,05 Ftabel(1:46:0,05), jadi terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi (kelompok atas) dan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah (kelompok bawah). Berdasarkan tabel 2 diperoleh Fhitung1,1396 < 4,05 Ftabel (1:46:0,05), jadi tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.
Gambar 1 Grafik Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal terhadap Prestasi Belajar
Kemudian untuk menguji hipotesis selanjutnya digunakan uji scheffe .
Tabel 3 Hasil Uji Scheffe Prestasi Belajar f1
f2
f3
f4
f5
f6
f7
f8
25,20
11,84
7,37
2,76
36,17
10,47
1,18
19,23
Ket: f1 = Prestasi belajar kelas eksperimen dengan kelas konvensional f2 = Prestasi belajar kelompok atas dengan kelompok bawah f3 = Prestasi belajar kelompok atas kelas eksperimen dengan kelas konvensional f4 = Prestasi belajar kelas eksperimen kelompok atas dengan kelompok bawah f5 = Prestasi belajar kelas eksperimen kelompok atas dengan kelas konvensional kelompok bawah f6 = Prestasi belajar kelas konvensional kelompok atas dengan kelompok bawah
7 f7 = Prestasi belajar kelas konvensional kelompok atas dengan kelas eksperimen kelompok bawah f8 = Prestasi belajar kelas eksperimen kelompok bawah dengan kelas konvensional kelompok bawah Uji Hipotesis Interaksi Belajar Ringkasan dari hasil-hasil perhitungan Anava dua jalur dapat disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis Interaksi Belajar Sumber Varian
Jumlah Kuadrat (JK)
Model Pembelajaran (A)
Derajat Kebebasan (df)
Kuadrat Rerata (MK)
Fhitung
Ftabel (α=0,05)
0,402
1
0,402
0,038
Kemampuan awal (B)
121,68
1
121,68
11,515
Model Pembelajaran * kemampuan awal (A*B)
8,935
1
8,935
0,846
Dalam/Residu (w)
486,103
46
10,567
-
-
Total
617,120
49
12,594
-
-
4,05
Berdasarkan paparan data tabel 4 terdapat perbedaan antar baris (B). Namun tidak ada perbedaan antar kolom (A) dan tidak ada perbedaan juga pada interaksi antar baris dan kolom (A*B). Berdasarkan tabel 4 diperoleh Fhitung 0,038 < 4,05 Ftabel(1:46:0,05), jadi tidak terdapat perbedaan interaksi belajar antara siswa yang diajar dengan pembelajaran REACT dengan penomoran NHT dan yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan tabel 4 diperoleh Fhitung 11,747 > 4,05 Ftabel(1:46:0,05), jadi Terdapat perbedaan interaksi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi (kelompok atas) dan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah (kelompok bawah).
8 Berdasarkan tabel 4 diperoleh Fhitung 0,846 < 4,05 Ftabel(1:46:0,05), jadi tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan model pembelajaran terhadap interaksi belajar siswa.
Gambar 2 Grafik Interaksi Antara Model dengan Kemampuan Awal Terhadap Interaksi Belajar Siswa
Kemudian untuk menguji hipotesis selanjutnya digunakan uji scheffe yang hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Hasil Uji Scheffe Interaksi Belajar f1
f2
f3
f4
f5
f6
f7
f8
0,04
11,51
0,62
3,28
5,22
9,08
6,56
0,26
Ket: f1 = Interaksi belajar kelas eksperimen dengan kelas konvensional f2 = Interaksi belajar kelompok atas dengan kelompok bawah f3 = Interaksi belajar kelompok atas kelas eksperimen dengan kelompok atas kelas konvensional f4 = Interaksi belajar kelas eksperimen kelompok atas dengan kelompok bawah f5 = Interaksi belajar kelas eksperimen kelompok atas dengan kelas konvensional kelompok bawah f6 = Interaksi belajar kelas konvensional kelompok atas dengan kelompok bawah f7 = Interaksi belajar kelas konvensional kelompok atas dengan kelas eksperimen kelompok bawah f8 = Interaksi belajar kelas eksperimen kelompok bawah dengan kelas konvensional kelompok bawah
9 PEMBAHASAN Peran Pembelajaran REACT dengan Penomoran NHT dan Model Pembelajaran Konvensional terhadap Prestasi Belajar Hasil analisis ANAVA dengan menggunakan excel maupun SPSS for Windows release 16 diperoleh bahwa terdapat perbedaan antar kolom (A) dan antar baris (B). Namun pada interaksi antar baris dan kolom tidak terdapat perbedaan (A*B). Hipotesis pertama menyatakan prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Hipotesis ini diterima karena pada uji Scheffe menunjukkan (f3) Fhitung 7,37 > 4,05 Ftabel. Dengan demikian, prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT dibuat kelompok – kelompok kecil sehingga memberikan kesempatan untuk berdiskusi bertukar pikiran dengan teman kelompoknya (Tanel & Erol, 2008). Hipotesis kedua menyatakan prestasi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Hipotesis ini diterima karena hasil uji Scheffe menunjukkan (f8) Fhitung 19,23 > 4,05 Ftabel. Dengan demikian, prestasi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional.
10 Uji lanjutan scheffe menunjukkan prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi maupun berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT dan kemampuan awal mempunyai pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
Peran Model Pembelajaran REACT dengan Penomoran NHT dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Interaksi Belajar Hasil analisis ANAVA dengan menggunakan excel maupun SPSS for Windows release 16 diperoleh bahwa terdapat perbedaan antar baris (B). Namun tidak ada perbedaan antar kolom (A) dan tidak ada perbedaan juga pada interaksi antar baris dan kolom (A*B). Hipotesis ketiga menyatakan interaksi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Hipotesis ini di tolak karena pada uji Scheffe (f3) Fhitung 0,62 < 4,05 Ftabel. Dengan demikian, interaksi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Hipotesis keempat menyatakan interaksi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Hipotesis ini di tolak karena pada uji scheffe (f8) Fhitung 0,26 < 4,05 Ftabel. Dengan demikian, interaksi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang
11 pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Uji lanjutan scheffe menunjukkan interaksi belajar siswa berkemampuan awal tinggi maupun berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT dan kemampuan awal belum mempunyai pengaruh terhadap peningkatan interaksi belajar siswa. Pemberian model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT belum dapat memberikan hasil yang maksimal untuk interaksi belajar kelompok awal tinggi maupun kelompok awal rendah. Interaksi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional dikarenakan kedua kelompok diberikan treatment yang sama. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan kelas konvensional pada tujuan afektif sama – sama bertujuan meningkatkan interaksi belajar siswa. Sehingga jika RPP tersebut diterapkan maka hasil akhirnya adalah kedua kelompok baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak memiliki perbedaan interaksi belajar meskipun kemampuan awal dari masing – masing kelompok berbeda. Selain karena pemberian treatment yang sama, jumlah pertemuan pelaksanaan pembelajaran yang singkat juga bisa mempengaruhi tidak adanya perbedaan interaksi belajar antara kelas yang belajar menggunakan model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT dengan kelas yang pembelajarannya menggunkan konvensional.
12 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan dan uraian pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut. 1. Prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional 2. Prestasi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional 3. Interaksi belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. 4. Interaksi belajar siswa berkemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model REACT dengan penomoran NHT tidak lebih tinggi daripada yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan : 1.
Bagi siswa, perlu kiranya melatih diri untuk lebih aktif lagi dalam berinteraksi (bertanya, menjawab, menjelaskan dan berargumen) dengan teman maupun dengan guru.
2.
Bagi para guru bidang studi fisika, model pembelajaran REACT dengan penomoran NHT adalah salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan beragamnya pembelajaran, guru dan siswa
13 diharapkan agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga prestasi belajar dan interaksi belajar siswa dapat ditingkatkan. 3.
Bagi sekolah, model pembelajaran REACT dengan teknik penomoran model NHT dapat dijadikan acuan teknis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi siswa.
4.
Bagi peneliti lain, pelaksanaan penelitian hendaknya dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih panjang dan perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kemampuan belajar terhadap prestasi belajar maupun interaksi belajar fisika, terutama pada semua aspek kemampuan belajar yaitu pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi fisika agar dapat diketahui pada aspek mana saja yang mempunyai pengaruh lebih besar.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cord, 2012. The REACT Strategy. (Online) (http://www.cord.org/the-reactlearning-strategy/) diakses 13 Februari 2013). Nurhadi, dan Senduk,A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Permendiknas, 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Tanel, Zafer & Erol, Mustafa. 2008. Effects of Cooperative Learning on Instructing Magnetism: analysis of an Experimental Teaching Sequence,(Online), Vol.2 No. 2, (http://www.journal.lapen.org.mx, diakses 13 Mei 2012).