Hubungan Epistemologi Sains Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Robin Arsad, Lukman AR Laliyo, Suleman Duengo. Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Respondensi : Jalan Jendral Sudirman No 6, Kota Gorontalo ABSTRAK : Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan epistemologi sains dan motivasi belajar dengan prestasi belajar kimia dasar Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas metematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa kimia yang aktif pada tahun akademik 2013-2014 dan telah selesai memprogramkan mata kuliah kimia dasar sebanyak 228 mahasiswa yang tersebar pada semua angkatan yakni angkatan 2010-2013. Pengambilan sampel dilakukan secara Stratafied random sampling sebanyak 25 % dari banyaknya populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 57 Mahasiswa. Instrumen epistemologi sains dan motivasi belajar berupa kuisioner atau angket likert-type. Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi dan korelasi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan epistemologi sains dan motivasi belajar dengan prestasi belajar kimia dasar. Berdasarkan hasil temuan ini, perlunya membentuk keyakinan Epistemologi Sains, dan proses belajar Sains yang sesuai kaidah dan bangkitkan implikasi teori dan praktek dalam proses belajar. selain itu juga mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan Motivasi Belajar kimia agar prestasi belajar bisa lebih meningkat. Kata Kunci: Epistemologi Sains, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar Kimia Dasar The Relationship Between Science Epistemology and Learning Motivation with Students’ Learning Achievement of Basic Chemistry of Department of Chemistry Education, Universitas Negeri Gorontalo. Robin arsad, Lukman AR Laliyo, Suleman Duengo. Department of Chemistry Education, Universitas Negeri Gorontalo. Respondensi : jalan jendral sudirman no 6. kota gorontalo This is research was a correlation research which aimed to find out the relationship between science epistemology and learning motivation with students’ learning achievement of basic chemistry of department of chemistry education. The population of research wass all 228 students of chemistry department in 2013/2014 academic years also had finished the credit of basic chemistry subject with total them was 228 srudents from 201 to 2013 akademic years. The sample was taken based on stratafied random sampling which was 25 % of population. Therefore, the samples were 57 students. The instrument research was likert-type quistionnaire. the data was analysed desriftively and inferentially. in testing the hypotesis, it used regression and multiple correlatin analysis. The result showed that there was a relationship between science epistemology and learning motivation with the students’ learning achievment of basic chemistry. based on that, it needed to from the confiction of science epistemolgy and learning process accord with the principles also arising the theory and practicum implication in learning process. besides, the students were expected to improve the learning motivation on chemistry therefore the learning achievment would be increased. Keywords : Science Epistemology, Learning Motivation, Learning Achievement of Basic Chemistry.
Pendahuluan
Dalam Penelitian yang dilaporkan oleh Pomaroy dalam (Vhurumuku 2010:48), menjelaskan bahwa Epistemologi sains terkait dengan bagaimana cara mahasiswa menyusun dan membangun pengetahuannya. Cara yang dimaksudkan berkenaan dengan upaya mahasiswa belajar memahami kaitan antara teori dan praktikum yang dilakukannya di laboratorium. Dimungkinkan bahwa cara mahasiswa menerima dan mengolah informasi yang diperolehnya melalui perkuliahan, berupa gagasan, ide, konseptual, berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan cara ini mencerminkan perbedaan gagasan, ide, konseptual dari setiap mahasiswa, sedemikian sehingga juga merupakan pencerminan perbedaan epistemologi sains mahasiswa. Di samping itu, Gagasan mahasiswa tentang pengetahuan yang diperoleh dalam mengikuti perkuliahan sangatlah berbeda-beda maka penyusunan kembali pengetahuan mahasiswa diperlukan karena adanya perubahan konsep yang terjadi. Carey menjelaskan (dalam Richard 1991) bahwa perubahan konsep pada mahasiswa yaitu : (1) Menambahkan konsep yang sudah ada dalam diri mahasiswa, (2) Mengganti dengan konsep yang diperoleh, (3) Mengubah dan menerima sebagian konsep yang diperoleh. Sehingga diperlukan suatu keyakinan mahasiswa bahwa perlu terbentuknya pemahaman terhadap landasan dasar dari pada sains, yang nantinya bisa berdampak pada sikap dan keyakinan terhadap proses belajar dilakukan oleh mahasiswa seperti yang diungkapkan oleh Hardy dan Flerr (1996) dalam diktat pendidikan sains (hal 2008:7) Penelitian ini sendiri dibatasi oleh kajian Epistemologi Sains yang khususnya mengungkap struktur pengetahuan sains mahasiswa sebagai titik tekannya terhadap hakekat atau sifat pengetahuan terhadap penyusunan serta pembentukan pengetahuan, serta pengaruh kepercayaan tersebut terhadap proses kognitif, seperti bagaimana mahasiswa dalam memahami suatu informasi, bagaimana mendapatkan pengetahuan, dan bagaimana membenarkan pengetahuan sebagai proses membangun pengetahuan (Gufron 2012 : 23). Selain ini juga mahasiswa diperkenalkan dengan dasar pengetahuan sains yang didasarkan pada sifat empris, rasional, dan posistivistik yang dalam hal ini penelitian sangat menentukan dalam memperoleh suatu pengetahuan dan sains . Setiap mahasiswa yang bergelut dalam dunia pendidikan sains pasti melakukan suatu penelitian sebagai proses mengetahui dan memahami konsep, dan penelitian tentang sains lebih banyak di lakukan di laboratorium (Kasimun, 2012).
Sains yang dimaksud itu sendiri sangat berhubungan dengan kegiatan di laboratorium, namun apakah yang dilakukan oleh mahasiswa di laboratorium adalah salah satu proses mendapatkan ilmu pengetahuan atau apakah mereka tahu sebenarnya yang lakukan, dan seperti apa sikap yang ditunjukan dalm proses belajar maka perlu kita menegtahui epistemilogi sains mahasiswa dalam hail ini mahasisiwa kimia sebagai perwakilan dalam kategori sains. Sains pada dasarnya mempelajari tentang gejala alam, hukum, konsep yang lebih banyak bersifat abstrak. Kebanyakan orang atau mahasiswa menganggap bahwa belajar sains khusnya kimia itu sangat sulit, sehingga dari hal ini motivasi untuk belajar sangat kecil. hal ini terbukti pada penelitian penelitian sebelumnya (Surajiyo, 2007) menjelaskan bahwa kurangya motivasi belajar siswa karena aadanya anggapan sulitnya materi materi yang dibelajarkan dalam kimia itu sendiri, Contoh konsep laju reakasi, termodinamika dan lain lain. Selain itu juga dalam mendapatkan prestasi belajar kimia yang baik harusnya mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar. Karena keberhasilan mahasiswa dalam pendidikanya sangat dipengaruhi oleh motivasi belajar yang dimiliki. motivasi belajar sebagai daya dorong yang memungkinkan seseorang berhasil mencapai apa yang diidamkan. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi cendrung untuk selalu berusaha mencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan. Pada kenyataanya motivasi belajar mahasiswa cendrung mengalami penurunan dan pada waktu tertentu mengalami peningkatan tergantung faktor yang mempengaruhi psikologinya. Berkaitan dengan hal ini kegagalan belajar jangan begitu saja mempersalahkan pihak mahasiswa, sebab mungkin saja ada faktor lain yang mempengaruhi, namun lebih jelasnya bahwa motivasi belajar mempengaruhi pestasi belajar. Dalam teori motivasi, ada motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Epitstemologi sains kimia yang keseluruhan merupakan struktur pengetahuan sains mahasiswa dalam hal ini proses aspek pembuktian teori berlandaskan pada kaidah ilmiah yang harusnya dimiliki oleh mahasiswa untukmenentukan prestasi belajar. Dan prestasi belajar mahasisA sudah meliputi Kegiatan praktikum. Salah satu bentuk keterampilan proses belajar sciantific inquiry. Ketika hal ini ada pada diri mahasiswa dengan pembentukan pengetahuan yang lebih baik dan sempurna maka akan memiliki pengaruh besar pada prestasi mahasiswa. Sedangkan pada setiap tindakan perubahan perilaku diperoleh dari motivasi. Ketika
motivasi seseorang sangat tinggi maka perubahan perilakupun semakin besar. Sehingga apabila mahasiswa telah terstruktur pengetahuanya dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar maka pengaruhnya semakin baik prestasi belajar seorang mahasiswa. Oleh karena keduanya secara bersama memiliki hubungan yang positif terhadap preastasi belajar mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan pendidikan kimia. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apakah terdapat hubungan Epistemologi Sains dengan Prestasi Belajar kimia Dasar Mahasiswa Kimia UNG 2. Mengetahui apakah terdapat hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar 3. Mengetahui hubungan secara bersama Epistemologi Sains, Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar mahasiswa kimia UNG Kajian Teori. Epistemologi Epistemologi merupakan satu cabang ilmu filsafat yang secara spesifik mengkaji masalah masalah penting dalam ilmu pengetahuan, yang berkaitan dengan bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh, dirumuskan dan diverifikasi kebenaranya. Epistemologi berasal dari bahasa yunani yakni, episteme artinya pengetahuan, dan logos yang artinya teori,ilmu. Epistemologi dimaknai dengan sebagai pengetahuan tentang pengetahuan. ilmu tentang ilmu atau juga disebut dengan teori tentang pengetahuan (Rodliyah 2007:2) Epistemologi merupkan studi tentang asal mula, struktur, susunan metode dan sahnya ilmu pengetahuan, serta validitas atau pengukuran kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Sains Istilah sains berasal dari bahasa latin (science) dalam bahasa indonesia sama dengan sains. Dari pengertian Etimologis itu science, maupun ilmu memiliki makna yang sama yaitu pengetahuan. Meskipun secara etimologis science berarti pengetahuan yang berarti sama dengan dalam bahasa Inggris knowledge (pengetahuan), namun science dibedakan dengan pengetahuan pada tingkat terminologis. Secara terminologis science bukan hanya sekedar pengetahuan (knowledge), tapi pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Mengingat perbedaan tersebut maka dalam bahasa Indonesia ada usaha untuk membedakannya dimana science diterjemahkan menjadi ilmu atau ilmu pengetahuan, untuk membedakannya dari kata
knowledge yang diterjemahkan dengan pengetahuan (Suriasumantri, 1999). Berdasarkan webster new collegiate dictionary (afid, 2013) definisi dari sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam sehingga sains yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan alam dalam hal ini ilmu kimia Epistemologi Sains Dari uraian di atas Epistemologi Sains pada dasarnya bagaimana manusia memperoleh suatu pengetahuan dan memahaminya serta membentuk sutau pengetahuan sains itu sendiri pada setiap individu. Seperti apa yang diungkapkan oleh glasers field (dalam lily barlia 2011). Dengan Keyakinan dan pemahaman ini, mahasiswa mampu mengembangkan dan menerapkan dalam proses belajar. Schommer (1994) kemudian mendefinisikan kepercayaan epistemologis sebagai kepercayaan individu terhadap hakekat atau sifat pengetahuan dan kepercayaan terhadap belajar. sehingga dalam penelitian lebih difokuskan hubunganya dengan proses belajar. Epistemologi dalam psikologi pendidikan juga disebut sebagai epistemologi personal, yang didefinisikan sebagai ”bagaimana kepercayaan-individu terhadap hakekat atau sifat pengetahuan dan kepercayaan terhadap belajar (Gufron2012 : 24). Motivasi Belajar Berbicara motivasi tidak terlepas dari kata motif. Secara morfologi, kamus besar bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut: motif adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata kerja yang artinya mendorong. Dalam hal ini Sardiman (2006:73) mengemukakan bahwa motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk Bmelakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu
sampel = populasi x 25%, sampel = 228 x 25% (0,25) sampel = 57.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel utama, yaitu variabel terikat (dependent) dengan simbol Y yang merupakan pengaruh dalam penelitian. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain yang di selidiki pengaruhnya. Variabel terikat adalah gejala atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel lain. Desain penelitian sebagai berikut :
1
2
X2
maka sampelnya adalah seluruh populasi. berdasarkan pendapat tersebut, sampel maka dalam penelitian ini sampel di tetapkan sebanyak 25 % dari jumlah populasi Banyaknya sampel yang dipilih dapat dilihat pada perhitungan berikut :
Sebelum angket diedarkan pada responden, maka angket yang telah di susun harus perlu diuji kesahihan dan reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan validitas diperoleh nilai validitas instrumen penelitian epistemologi sains yakni 91.02 % dan untuk instrumen motivasi belajar diperoleh nilai tingkat kevalidan sebesar 96,6 %. dan untuk reliabilitas dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas diproleh variabel X1 Epistemologi Sains sebesar 0.996 dan untuk reliabilitas X2 motivasi belajar sebesar 0.86 Teknik Analisis Data
Y
3
Variabel bebas (independent) dengan simbol X1 dan X2. Variabel terikat Y dalam penelitian adalah prestasi belajar Kimia Dasar, yakni nilai prestasi belajar Kimia Dasar pada semseter Genap. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah epistemologi sains mahasiswa, dan Motivasi belajar. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan kimia semua angkatan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah merupakan sampel Stratafied random, yakni pengambilan secara acak dengan semua subjek dianggap sama dan punya kesempatan menjadi sampel dalam penyebaran dan pengisian instrumen, sehingga peneliti terlepas dar perasaan ingin mengistemewakan satu dari beberapa subjek. (Arikunto 2010 : 177) Dalam penelitian ini sampel yakni mahasiswa jurusan pendidikan kimia semua angkatan yang telah memprogramkan kimia dasar dengan jumlah mahasiswa sebanyak 228. Dalam angka penetapan sampel, bahwa apabila ada populasi lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil sebanyak 10,15, atau s/d 25 %. sedangkan apabila populasinya kurang dari 100 orang
Data yang telah diperoleh dianalisis regresi dan korelasi berganda. Dimana dalam penelitian tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan hubungan variabel. Dalam hal ini adalah Epistemologi Sains Mahasiswa, Motivasi Belajar dengan prestasi belajar Kimia Dasar. Untuk mencari hubungan dan meguji hipotesis statistik antara hubungan dua variabel digunakan analisis korelasi product moment sedangkan hipotesis hubungan yang lebih dari dua variabel digunakan analisis korelasi berganda. : 1. rxy
Uji hipotesis I , II n( XY ) ( X )( Y )
n. X
2
( X ) 2 n Y 2 ( Y ) 2
(Arikunto 2010:318) Dimana: rXY = koefisien korelasi n = Jumlah sampel Dengan kriteria pengujian: Jika rhitung> rtabel maka hipotesis Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Untuk menguji keberartian korelasinya:
t hitung
r n2 1 r2
(Ikbal Hasan, 2008 : 96)
Dimana: thitung = distribusi student r = Nilai koefisien korelasi
skor dibawah rata-rata yakni 26-78 dengan kategori epistemologi lemah, dan 8 mahasiswa (14 %) yang memperoleh skor diatas rata-rata dengan skor 105130 dengan kategori epistemologi sains baik.
Kriteria pengujian: Jika thitung ≥ ttabel maka tolak Ho artinya signifikan dan thitung ≤ ttabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan. 2.
Uji hipotesis III
R yx1x 2
r 2 yx1 r 2 yx 2 2(r 2 yx1 )(r 2 yx 2 )(r 2 x1x 2 ) 1 r 2 x1x 2 (Sugiyono, 2009: 234)
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima, karena Fhitung = 0,9398 < Ftabel = 2,49 dengan dk pembilang 40 dan dk penyebut 17 pada . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 6,850 + 0,10X1 berbentuk ”linear”. Persamaan regresi ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor epistemologi sains, maka akan diikuti oleh peningkatan skor prestasi belajar kimia dasar sebesar 0,10 unit pada konstanta 6,850. Estimasi koefisien korelasi epistemologi sains dengan prestasi belajar kimia dasar dapat diliahat pada graik berikut :
Dimana:
ryx1 ryx2 rx1x2
= Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y = Korelasi product moment antara X1 dengan Y = Korelasi product moment antara X1 dengan Y = Korelasi product moment antara X1 dengan X2
prestasi belajar
Ryx1x2
Grafik 1 Estimasi koefisien korelasi x1 dengan Y 6 y = 0.100x1 - 6.850 R² = 0.544
4 2 0 0
50
100
150
Epistemologi Sains Kaidah pengujian signifikansi korelasi ganda adalah: R2 k Fh (1 R 2 ) ( n k 1)
terhadap
(Sugiyono, 2009: 235) Dimana: R = Koefisien korelasi berganda k = Jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel Kriteria pengujian JikaFhitung ≥ Ftabel =F{(1-α)(m), (n-m-1)}, maka tolak Ho artinya Signifikan dan Fhitung ≤ Ftabel = F{(1-α)(m), (n-m-1)}, maka terima Ho artinya tidak signifikan Hasil dan Analisis Hubungan Epistemologi Dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar Dalam angket epistemologi sains diperoleh skor sekitar rata-rata yakni skor 79-104 berjumlah 49 mahasiswa (86 %) dengan kategori epistemologi sains cukup ,tidak ada mahasiswa (0 %) memperoleh
Untuk uji korelasi sederhana menggunakan program Excel for Windows 2007. Hasil dari analisis korelasi sederhana epistemologi sains dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar diperoleh nilai koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,73. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t pada dengan derajat kebebasan (dk) = 55. Hasil pengujian menunjkkan bahwa thitung = 2.71 > t(0,05: 55) = 1,67 pada taraf signifikansi . Ini berarti bahwa koefisien korelasi Epistemologi sains (X1) terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar (Y) adalah sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara epistemologi sains dengan prestasi belajar Mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar teruji kebenarannya Hubungan antara epistemologi sains (X1) dengan prestasi belajar Mahasiswa (Y) didukung oleh koefisien determinasi (ry12) sebesar 0,544. Hal ini berarti bahwa 54,4 variasi yang terjadi pada prestasi belajar mahasiswa dapat dijelaskan oleh variasi epistemologi sains Ŷ= 6,850 + 0,10X1
Tabel 14. Rangkuman Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Epistemologi sains (X1) dengan Prestasi Belajar kimia dasar (Y)
D k
α= 0,05
(%) 57
55
0,73
0,544
54.4
Grafik 2. Estimasi Koefisien korelasi X2 dengan Y
2.71*
prestasi belajar
N
Berikut Grafik Koefisien Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar
1,67
Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Beajar Kimia Dasar Dari hasil angket yang disebarkan pada responden diperoleh skor motivasi belajar sekitar rata-rata atau dengan rentang skor 91-120 berjumlah 43 Mahasiswa (75.50%) secara teoritik motivasi belajar cukup, 1 (1.7 %) orang Mahasiswa memperoleh skor dibawah rata-rata dengan skor 3090 dengan kategori motivasi belajar kurang dan lemah. dan 13 mahasiswa (22.80 %) yang memperoleh skor diatas rata-rata ataa sekitar 121-150 dengan kateori tergolong motivasi belajar tinggi. Berdasarkan hasil uji signifikansi regresi (lampiran 9) dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2. sangat signifikan pada taraf . Hal ini menyebabkan hipotesis nol ditolak, sebab harga Fhitung = 30,6025> Ftabel = 4,00 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 55 pada . Karena itu persamaan Ŷ = 3,724 + 0,058X2 sangat signifikan pada Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima, karena Fhitung =0.59 < Ftabel = 3,15 dengan dk pembilang 55 dan dk penyebut 2 pada . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2 berbentuk ”linear”. Persamaan regresi ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi belajar, maka akan diikuti oleh peningkatan skor prestasi belajar siswa sebesar 0,058 unit pada konstanta 3,724.
6 y = 0,0587x - 3,7248 R² = 0,4662
4 2 0 0
50
100
150
Motivasi Belajar Untuk uji korelasi sederhana menggunakan program Excel for Windows 2007. Hasil dari Analisis korelasi sederhana skor motivasi belajar dengan prestasi belajar kimia dasar Mahasiswa diperoleh nilai koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,68. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t pada dengan derajat kebebasan (dk) = 55. Hasil pengujian menunjkkan bahwa thitung = 2.814 > t(0,05: 55) = 1.67 pada taraf signifikansi . Ini berarti bahwa koefisien korelasi motivasi (X2) terhadap prestasi belajar Kimia Dasar (Y) adalah sangat signifikan Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara motivasi belajar mahasisiwa dengan prestasi belajar Kimia Dasar teruji kebenarannya. Pengaruh positif antara motivasi (X2) terhadap prestasi belajar Mahasiswa (Y) didukung oleh koefisien determinasi (ry22) sebesar 0,446. Hal ini berarti bahwa 11,2% variasi yang terjadi pada prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh variasi motivasi melalui persamaan regresi Ŷ = 3,724 + 0,058X2 Tabel 15. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Motivasi belajar dengan Prestasi Belajar Kimia dasar (Y) N
dk
57
55
α= 0,05
(%) 0,68
0,446
46,6
2.814 *
1,67
Keterangan: n = Jumlah Responden = Koefisien Korelasi antara Epistemologi Sains Prestasi Belajar Kimia Dasar = Koefisien Determinasi antara epistemologi sains dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar * = Koesifien Korelasi sangat Signifikan ( = 2.71 > = 1,67 pada α = 0,05) Hubungan secara bersama-sama antara Epistemologi Sains dan Motivasi belajar dengan Prestasi belajar Kimia Dasar Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah analisis regresi dan korelasi ganda.Analisis regresi dan korelasi ganda menggnakan program Excel for Windows 2007. Hasil perhitungan diperoleh arah regresi b1 sebesar 0,54 untuk variabel X1 (Epistemologi Sains ) dan b2 sebesar 0,13 untuk variabel X2 (Motivasi Belajar) serta konstanta a0 sebesar 1,637. Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tersebut dapat digambarkan oleh persamaan Ŷ = 1,637 + 0,54X1 + 0,13 X2. Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat signifikansi regresi Tabel 16. Rangkuman Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y)
Sumber Varians Regresi (reg) Sisa (S)
Dk 57 54
JK
α = 0,05
515 7.187
3.15
231,.33
Berdasarkan tabel nilai Fhitung = 7.187 < Ftabel = 3.15 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi ganda Ŷ = 1,637 + 0,54X1 + 0,13X2 sangat signifikan sehingga dapat digunakan untuk memprediksi. Model regresi ini mengandung arti bahwa jika secara bersama-sama Epistemologi Sains dan motivasi belajar ditingkatkan sebesar satu skor maka akan terjadi kecendrungan peningkatan prestasi belajar kimia dasar sebesar 0.54 unit dan 0,13 unit pada kostanta a0 sebesar 1,637
Perhitungan korelasi ganda antara epistemologi Sains (X1) dan motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar kimia dasar (Y) menghasilkan koefisien korelasi sebesar Ry.12 = 0,616. Uji keberartian koefisien korelasi menggunakan uji F. Perhitungan diperoleh Fhit =10.23 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 3.15. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka koefisien korelasi sangat signifikan (berarti). Ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan secara bersamasama antara epistemologi sains dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia dasar pada mahasiswa kimia teruji kebenarannya. Hasil pengujian koefisien korelasi ganda dan uji signifikansinya serta koefisien determinasi disajikan pada tabel. Tabel 17 Rangkuman Korelasi Ganda dan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda antara X1 dan X2 Secara Bersama-Sama Dengan Prestasi Belajar Siswa (Y)
Kontribusi (%)
N 57
0,616
0,379
37,9
10.23*
α= 0,05 3,15
Keterangan : n = Jumlah Responden Ry12 = Koefisien Korelasi Ganda antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y) = Koefisien Determinasi antara Epistemologi Sains(X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y) * = Koefisien Korelasi Ganda Sangat Signifikan Karena (Fhit = 10.23 > Ftab = 3,15) (Ry2)2 Dari tabel diperoleh koefisien determinasi (Ry.12)2sebesar 0,516 Hal ini berarti bahwa 26.6 % variasi yang terjadi pada prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Kimia Dasar dapat dijelaskan oleh Epistemologi Sains dan motivasi belajar secara bersama-sama melalui regresi Ŷ = 1,637+ 0,54X1 + 0,13X2 Rangkuman nilai koefisiesn korelasi, koefisien korelasi determinasi, dan kontribusi antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan prestasi belajar Kimia Dasar (Y) disajikan pada tabel
Tabel 18 Rangkuman Nilai Koefisien Korelasi, Koefisien Korelasi Determinasi, dan Kontribusi antara Epistemologi Sains (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar (Y) Hubungan diantara Variable X1 terhadap Y X2 terhadap Y X1X2 terhadap Y
Nilai Koefisien Korelasi (r)
Nilai Koefisien Determinasi (r2)
Kontribusi (%)
0,73
0,544
54,4
0,68
0, 446
44,6
0.618
0.379
37,9
Pembahasan 1. Hubungan Epistemologi sains dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar Dari analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara Epistemologi Sains dengan prestasi belajar belajar kimia dasar adalah Ŷ = 6.850+ 0,10 X1. Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor epistemologi sains akan diikuti oleh naiknya prestasi belajar sebesar 0.10 pada konstanta 6,850. Dengan kata lain makin tinggi (baik) Epistemologi Sains Mahasiswa, makin tinggi pula prestasi belajar siswa. Nilai koefisien korelasi antara Epistemologi Sains dengan prestasi belajar mahasiswa sebesar (ry1) sebesar 0,73 dengan koefisien determinasi (ry1)2 sebesar 0,544. Nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara epistemologi sains dengan prestasi belajar dengan kontribusi sebesar 54,4 %. Ini menunjukkan bahwa 54,4 % variasi prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia dasar ditentukan oleh epistemologi sains mahsiswa. Dengan kata lain, epistemologi sains juga menentukan dalam mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa sehingga bisa memberikan kontribusi dalam hal ini ilmu kimia khususnya mata kuliah kimia dasar. 2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar. Dari analisis diperoleh bentuk persamaan regresi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar adalah: Ŷ =3,724 + 0,058 X2. Bentuk persamaan regresi ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan
satu skor motivasi belajar akan diikuti oleh kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,058 unit pada konstanta 3,724 . Dengan kata lain, makin tinggi motivasi belajar makin tinggi pula prestasi belajar mahasiswa kimia siswa pada mata kuliah kimia Motivasi belajar perlu dimiliki setiap peserta didik, karena motivasi belajar merupakan tenaga atau daya pendorong untuk melakukan tindakan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri mahasiswa khusunya yang bergelut dalam ilmu sains atau kimia itu sendiri, maka mereka akan terpanggil untuk melakukan aktivitas belajar untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Noehi Nasution (Djamarah, 2008: 200) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Nilai koefisien korelasi antara motivasi belajar mahasiswa dengan prestasi belajar kimia dasar mahasiswa (ry2) sebesar 0,66 dengan koefisien determinasi (ry2)2 sebesar 0,446 nilai ini mengindikasikan bahwa hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa memberikaan kontribusi sebesar 44,6 %. Ini menunjukkan bahwa 44,6 % variasi hail belajar mahasiswa ditentukan oleh motivasi belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar mahasiswa ditentukan pula oleh motivasi belajar. Motivasi belajar ini perlu ditingkatkan karena memberikan hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa. 3. Hubungan antara Epistemologi Sains dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar Dari analisis diperoleh persamaan regresi antara epistemologi sains dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa adalah Ŷ = 1,637 + 0,54X1 + 0,13X2. Betuk regresi ini mengindikasikan bahwa jika skor Epistemologi Sains dan motivasi belajar secara bersama-sama dinaikkan satu skor maka akan diikuti oleh kenaikan skor prestasi belajar Mahasiswa khususnya mata kuliah Kimia dasar sebesar 1,637. Dengan kata lain, makin tinggi Epistemologi Sains dan motivasi belajar maka makin tinggi pula prestasi belajar Mahasiswa pada mata Kuliah Kimia Nilai koefisien korelasi antara Epistemologi Sains dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar Kimia Dasar Mahasiswa Kimia (Ry.12) sebesar 0,616 dengan koefisien determinasi (Ry.12)2 sebesar 0,379. Nilai korelasi ini mengindikasikan bahwa hubungan antara
Epistemologi sains mahasiswa dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar dengan kontribusi sebesar 37,9,%. Ini menunjukkan bahwa 37,9% variasi prestasi belajar mahasiswa ditentukan oleh Epistemologi Sains dan motivasi belajar. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat Hubungan Epistemologi Sains Mahasiswa Kimia dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar dengan Koesifien Korelasi sangat Signifikan (Thit = 2.71 > = Ttab 1,67 pada α = 0,05) 2. Terdapat Hubungan Motivasi belajar dengan Prestasi belajar Kimia Dasar dengan Koesifien Korelasi sangat Signifikan (Thit = 2.814 > = Ttab 1,67 pada α = 0,05) 3. Terdapat Hubungan Secara Bersamaan antara Epistemologi Sains dan Motivasi Belajar dengan prestasi belajar Mahasiswa Kimia pada Mata Kuliah Kimia Dasar Koesifien Korelasi sangat Signifikan (Fhit = 10.23 > = Ftab 3.15 pada α = 0,05) Dengan demikian hal ini menunjukan Epistemologi Sains dan motivasi belajar mahasiswa kimia menjadi salah satu indikator dalam prestasi belajar Mahasiswa khususnya pada mata Kuliah Kimia Dasar
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, edisi revisi 2010, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Rineka cipta, Jakarta Barlia, Lily (2011).konstruktivisme dalam pembelajaran Sains, tinjauan Epistemologi, Ontologi dan keraguan dalam praksisnya.UPI. Bandung. Blosser, PE (1990). The role of laboratory in science teaching.http://www2.educ.sfu.ca/narstsite/p ublications/r research. Di akses 24 maret 2013 Candler,L, (2002). science assesment. http: //home.att.net.Di akses 24 maret 2013 Cholid,Narbuko, dkk (2008), Metodologi penelitian, Jakarta, Bumi aksara. Deese ,W.C ( 2002), Using demonstrasion asessments to improve lerning, Online. Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta. Rineke Cipta Gufron, M Nur, (2012). disertasi : faktor faktor yang mempengaruhi kepercayaan epistemologi mahasiswa.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Hamalik, Oemar. (2004). Proses belajar mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. Hodson,D,1998, sciance education as rev 80.(290) 17-24. sciantific epistemology and. Pdf 2010.Online Jujun, Suriasumantri. 2009. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kasimun dkk, 2012, Pembelajaran kimia dengan investigasi kelompok melalui eksperimen dan proyek di tinjau dari kemampuan menggunakan alat laboratorium dan persepsi diri mahasiswa, Jurnal inkuiri, Vol 1, No1 2012 ( hal17-23) Richard A Duschl 1991, epistemological perspectives on conceptual change ; implication for edication pracrice, universitas pittsburgh. Journal of research in sciance teching, Vol 28 no 9 (online) Riduwan,2010, Pengantar statistika,Bandung, Alfabeta Rodliyah. 2007. Dialog Epistemologi. sciantific epistemology and. Pdf 2010. Sardiman, A. M. (2006). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta. Rajawali Press.
Sugiyanto,(2012). Kontribusi gaya belajar dan berprestasi terhadap prestasi akademik siswa SMA Negeri Smarang.UNY. Yogyakarta Sugiyono, (2009),Statistik untuk penelitian, CV Alpabeta,Bandung. Surajiyo(2007).http://www.geocities.ws/m_win_afg ani/arsip/02_Epistemologi Pengetahuan . pdf.
Vhurumuku, Elaosi (2010), High School Chemistry students’ scientific epistemologies and perceptions of the nature of laboratory inquiry, Jurnal The Royal Society of Chemistry 2011Chem. Educ. Res. . Pract, 2011, hal (47-56) Widowati asri (2008), Diktat pendidikan sains.UNY. Yogyakarta
PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal Penelitian Berjudul Hubungan Epistemologi Sains dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Kimia Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Oleh Robin Arsad Telah diperiksa dan disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr Lukman AR Laliyo M.Pd MM. NIP : 196911241994031001
Suleman Duengo S.Pd M.Si NIP : 197901072005011002
Mengetahui : Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Drs Mardjan Paputungan NIP : 196002151988031001