H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
e-Newsletter
Desember
2015
S
ejak awal Desember, gema Natal telah terasa. Suasana Natal yang selalu berulang di awal Desember memunculkan semangat tersendiri bagi yang merayakannya. Semangat itu adalah keceriaan dan damai yang menjadi harapan. Tema Natal (PGI-KWI) tahun 2015 adalah “Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah” Keluarga menjadi sorotan karena bayi Yesus yang hadir ke dunia melalui keluarga, serta menjadi bagian dari keluarga. Selain itu, keluarga memiliki makna penting dalam kehidupan umat manusia. Makna Natal kali ini juga menonjolkan makna kasih yang ada di dalam keluarga, sebab Allah adalah kasih. Habitat for Humanity Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang bernafaskan semangat Kristiani sungguh merasa bahagia. Sebab, apa yang telah dilakukan selama ini membawa makna Natal bagi keluargakeluarga tanpa memandang suku, agama, etnis, dan bahasa. Pemaknaan kasih dalam tindakan nyata dari Habitat for Humanity Indonesia sungguh berarti bagi kehidupan banyak orang. Terlebih bagi keluargakeluarga yang masih tinggal di rumah tidak layak huni. Berkat kerjasama, tekad dan kemurahan hari para donor, banyak keluarga yang merasakan kasih dan kegembiraan, karena keluarga tersebut merasakan kehidupan yang lebih baik di rumah layak huni. Dalam semangat kasih Natal, atas nama Habitat for Humanity Indonesia, saya mengucapkan “Selamat Natal 2015 dan Tahun Baru 2016.” Semoga damai dan keceriaan Natal menginspirasi para pembaca Habitalk! untuk semakin bersemangat dalam menghayati serta mewujudkan kasih dalam tindakan nyata. Bersama dengan Habitat for Humanity Indonesia, mari membangun rumah, membangun kehidupan.
DAFTAR ISI Pesan dari Direktur Nasional
1
EVENT CEO Build
2
Global Village Yogyakarta
4
GE Volunteers
5
GAZ Batam
6
MONSANTO
7
HABIFANS HABINION HABIFLECTION HABIHOME
8 9 10 11
MITRA BULAN INI dan INFORMASI
12
James Tumbuan Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia
1
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
E V E N T S
Ini Saat dan Jalan yang Tepat untuk Peduli…
K
Jauh dari keseharian memimpin banyak orang, mengendalikan arah perusahaan yang menguasai bisnis skala besar, hari Sabtu (5/12) sejumlah pemimpin puncak perusahaan dan CEO bermandikan keringat dan lumuran tanah basah di celana dan baju mereka. Para usahawan ini bekerja keras menggali lubang fondasi rumah, mengaduk semen, membangun dinding, demi mewujudkan rumah layak huni bagi keluarga di Kampung Muara, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, tidak jauh dari area Sentul City. Edwin Soeryadjaya, sosok yang tidak diragukan lagi dalam kancah bisnis di tanah air maupun manca negara, mengundang para pemimpin puncak perusahaan untuk bekerja bersama Habitat for Humanity Indonesia. “Ini saat dan jalan yang tepat untuk peduli dan membantu keluarga yang membutuhkan. Melalui rumah layak huni, keluarga-keluarga
2
ini akan bisa bertumbuh maju dan hidup lebih sehat,” kata Edwin Soeryadjaya. Tidak kurang 50 pemimpin dan kepala eksekutif perusahaan hadir di pagi yang sejuk itu dan bekerja keras hingga menjelang sore. Mereka bisa menyelesaikan fondasi dan dinding bagi empat rumah layak huni. Selain Edwin, mereka yang hadir antara lain CEO Lautan Luas Jimmy Masrin, CEO HSBC Sumit Dutta, Presdir Bank Commonwealth Indonesia Tony Costa, CEO Surya TOTO Hanafi Atmadiredja, dan GM Hotel Indonesia Kempinski Alexander Pichel. Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia James Tumbuan, mengatakan, "Keterlibatan mereka dalam kegiatan konstruksi serta renovasi perumahan merupakan bukti kuat dari solidaritas sosial mereka kepada keluarga kurang mampu yang membutuhkan rumah yang layak dihuni.” (BD)
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
E V E N T S
GE
Bpk. Anugerah Pekerti sedang memasang batako.
Relawan CEO bergotong royong membangun rumah.
K
Kebersamaan dalam bentuk kasih.
Merangkai besi.
Bpk. Edwin Soeryadjaya menggali fondasi. Menata batako. SUMB ER FOTO: P UNJ UNG/ R OS S IE / DIM AS / HF H INDONES IA .
3
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
E V E N T S
Global Village Yogyakarta Tim GV Singapore Management University bersama dengan HFH Indonesia, membangun 3 Rumah layak huni untuk warga Dsn. Srunggo, Kel. Selopamioro, Kec. Imogiri, Kab. Bantul, Yogyakarta. (6-13/12/15).
Para relawan mencampur semen dan pasir.
Relawan bekerja membangun rumah keluarga mitra.
Relawan merangkai besi.
4
S UMB ER F OTO: TANT I/ HF H INDONE S IA C AB ANG YOGYAKARTA .
Relawan menggali fondasi.
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
E V E N T S
Relawan GE Sehari Berbagi Kasih
Kisah ini ditulis oleh Ryiota (relawan dari Jepang)
Relawan membangun jalan kampung.
Relawan membuat parit.
Relawan menganyam konstruksi jalan.
SU M B ER FOTO: MANUEL/DIM AS /H FH INDONESIA
GE bersama dengan Habitat for Humanity Indonesia (5/12/15) mendedikasikan waktu & tenaga bersama dengan masyarakat Kampung Garungsang, Bojong Koneng, Babakan Madang-Bogor. Mereka mem-bangun jalan lingkungan, drainase, MCK dan penyuluhan kesehatan untuk ibu-ibu, serta lomba mewarnai untuk Anak-anak.
Lomba mewarnai untuk anak-anak.
Relawan menganyam besi konstruksi.
5
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
E V E N T S
3 Hari Membangun Kehidupan Tim GAZ Singapura bersama dengan HFH Indonesia membangun rumah layak huni di Desa kabil, Nongsa, Batam (10-12/12/15).
Relawan GAZ merangkai besi.
Relawan GAZ membuat fondasi.
Relawan GAZ membuat meratakan tanah.
6
S UMB ER F OTO: E R IK/ HF H INDONE S IA C AB ANG B ATAM .
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
Monsanto Membangun Bangsa
E V E N T S
HFH Indonesia bersama PT. Monsanto dan Relawan dari Mahasiswa UK Petra Surabaya membangun 2 rumah dan 4 MCK di Ds. Mojorejo, Kec. Jetis, Mojokerto, Jawa Timur (12/12/15).
Para relawan membangun dinding.
Pak Poedi Wartono (LPPM UK Petra) memberikan sambutan.
Herry Kristianto (Dir. Monsanto Indonesia), Drs. Moh. Malik, MM (Camat Jetis), Poedi Wartono (LPPM UK Petra), sedang berbincang dengan keluarga mitra. SU M BER FOTO: ANDR I GUNAWAN/ AGUS / KR IS / HF H INDONE S IA CA BANG S UR AB AYA
7
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
H A B I F A N S
Ryota: This House Really Surprising Me!! (Kisah relawan dari Jepang) oleh Ryiota & Herawaty Sormin
Awalnya kecewa
K
etika pertama kali menjadi relawan untuk GV Kamboja, saya kecewa sebab kegiatan ini tidak sesuai dengan harapan saya. Saya tidak bisa berkontribusi banyak, karena hanya membangun konstruksi saja, padahal saya sangat menginginkan lebih dari itu. Saya ingin membangun komunikasi dan menjadi bagian keluarga keluarga mitra dan masyarakat sekitar. Tetapi saya tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Setelah itu saya kembali ke Jepang dan menjalani rutinitas, kuliah serta bekerja sebagai karyawan paruh waktu.
Jatuh Cinta
Pada bulan Desember 2014, komunitas relawan di kampus saya (C-Habitat) mengadakan kegiatan Global Village. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, ada keraguan di hati saya, apakah saya akan bergabung kembali dengan program ini? Kurang lebih satu minggu saya berpikir akhirnya saya memutuskan untuk bergabung. Dan saya pun terpilih menjadi wakil ketua kelompok. Tepatnya, pada 5 Maret 2015 bersama 18 orang relawan lainnya saya tiba di Medan. 9 hari saya tinggal di kota Medan, tepatnya Desa Namoriam untuk membangun 2 unit rumah. Hal ini ternyata menyenangkan hati saya. Keluarga mitra dan masyarakat menyambut kami dengan sangat baik dan ramah. Ketakutan pada rasa kecewa tidak terwujud. Saya malah jatuh cinta pada Nomoriam, secara khusus pada keluarga mitra dan masyarakatnya. Saya dekat dengan keluarga Bp. Alex, salah satu keluarga mitra. Itulah mengapa saya memutuskan bahwa pada liburan musim panas (September) nanti saya akan kembali ke Desa Nomoriam. Saya merasa bahwa keluarga Bp. Alex telah menjadi bagian dari hidup saya.
8
Kembali ke Nomoriam
8 September 2015, saya kembali ke kota Medan. Sepanjang perjalanan saya terus berpikir apakah saya betah tinggal bersama keluarga mitra. Saya membayangkan rumah dan lingkungan yang kotor. Bahkan saya punya rencana untuk tinggal di hotel kecil atau rumah staff HFH Indonesia Medan jika saya tidak betah. Bersama dengan Lamsar Gurning dan Hera saya menuju rumah keluarga mitra. Saya sangat terkejut dengan apa yang saya lihat. “OMG, this house really suprising me!!” Itulah kalimat pertama yang keluar dari bibir saya. Rumah Bp. Alex sangat bersih dan bagus, tidak seperti apa yang saya bayangkan selama di Jepang. Saya keluar masuk rumah, merasa tidak percaya dan memastikan bahwa ini bukan mimpi. Bukan hanya rumah yang bagus dan bersih, makanan yang disajikan juga enak dan bersih. Saya sangat senang tinggal dirumah ini. Saya berharap 2 tahun lagi, setelah saya lulus kuliah, setiap liburan musim panas, saya akan kembali ke Desa Nomoriam. Saya juga memikirkan apa yang bisa saya perbuat untuk desa ini, serta untuk keluarga mitra yang telah menjadikan saya bagian keluarga mereka. Terimakasih HFH Indonesia yang telah membuat harapan saya menjadi nyata. HFH Indonesia bukan hanya sekedar membangun rumah, tapi juga membangun harapan. Sebagai generasi muda saya ingin berbuat sesuatu untuk membuat dunia menjadi lebih baik walaupun di mulai dari langkah kecil. Desa Namoriam adalah rumah kedua saya setelah Jepang.
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
H A B I N I O N
Menyebarkan Optimisme Oleh: Bagus Dharmawan Manager Komunikasi HFH Indoneisa
L
ebih dari 2.000 tahun silam, satu keluarga muda bepergian jauh dari tempat tinggalnya di desa, menuju satu kota asalnya. Mereka sempat kebingungan saat mencari tempat tinggal (sementara) karena sang istri yang sedang hamil tua, sudah merasa saatnya sangat dekat ke proses persalinan. Betul-betul mereka tidak mendapatkan tempat yang layak di malam itu. Hingga akhirnya kandang ternaklah menjadi tempat mereka berlindung dan sang ibu bisa melahirkan sang bayi dengan selamat. Harapannya akan suatu tempat yang aman, terjawab oleh kebaikan hati pemilik kandang hewan. Dalam situasi yang berbeda di masa kini, rasa cemas, kekhawatiran, dan nyaris putus asa masih ditemui di banyak keluarga yang mendamba tempat tinggal. Memang kali ini dambaannya adalah tempat tinggal tetap yang layak, bukan lagi tempat tinggal sementara. Suatu hal yang jauh dari kemampuan fisik mereka yang berpenghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Namun, secara spiritual mereka terus berharap: adanya tangan-tangan yang menjadi perpanjangan kasih Sang Maha Penyayang. Manakala tangan-tangan kasih itu hadir, ternyata mereka tidak lantas berdiam diri. Mereka ikut bekerja bersama mewujudkan rumah yang diidamkan sejak lama. Minimal, mereka berusaha mengenal relawan-relawan yang hadir, yang datang dari jauh dan tidak pernah mereka jumpai sebelumnya. Media yang pembaca sekalian terima secara rutin setiap bulannya ini berusaha menyajikan kisah dan kesaksian figur dan pribadi yang teguh dalam pengharapan, mau bekerja keras, dan tidak berpangku tangan. Nilainilai itu masih nyata dipraktikkan di tengah masyarakat kita. Berbeda dengan semangat percaloan dari mereka yang berpunya kuasa politik dan uang. Menyebarluaskan nilai dan semangat kepedulian serta kerja keras tidak hanya dilaku-
kan oleh media ini saja. Ada sejumlah jalur lain yakni melalui media sosial dan website, hingga media massa. Semua dilakukan untuk membangun optimisme kita semua bahwa menghadirkan rumah layak huni bagi semua orang, bukanlah mimpi belaka. Menyambut tahun yang baru, tahun 2016, optimisme harus semakin diutamakan. Salah satu caranya adalah semakin menyebarluaskan kisah dan kesaksian mereka yang bekerja bersama membangun rumah dan kehidupan lebih baik. Ikuti kisah mereka dengan mengunjungi website, mengikuti media sosial HFH Indonesia, dan tidak kalah pentingnya membagikan media ini ke jejaring masing-masing. Karena dengan menyebarkan kebaikan, kepedulian dan aksi nyata akan terwujud.
9
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
H A B I F L E C T I O N
10
Sukacita Natal dalam Keluarga
P
esan Natal bersama KWI dan PGI tahun 2015 mengajak umat Kristiani menempatkan perayaan Natal dalam keterkaitannya dengan kehidupan keluarga. Keluarga diajak untuk meresapi dan menghayati keberadaan mereka sebagai umat Allah. Peristiwa Natal dan kehidupan keluarga memang terkait secara erat dan tidak bisa dipisahkan.
Sukacita Keluarga
Natal adalah sukacita bagi keluarga maupun komunitas yang merayakannya. Sebab, sukacita itu ada, karena kedamaian yang terletak pada Sang Juru Selamat lahir dalam keluarga. Paus Fransiskus dalam seruan apostolik Evangelii Gaudium (2013, No. 1) menyampaikan, “Kegembiraan Injil memenuhi hati dan kehidupan semua orang yang berjumpa dengan Yesus. Mereka yang menerima penyerahan diriNya bagi keselamatan dibebaskan dari dosa, kecemasan, kekosongan batin, dan ke-sendirian. Dalam Kristus, sukacita (kita) senantiasa lahir baru.” Juru Selamat lahir di tengah kelarga agar keluarga pun mengalami sukacita. Sukacita keluarga yang berpusat pada Juru Selamat tak harus dari keluarga Kristiani. Keluarga yang menjunjung tinggi kesucian, keharmonisan, kerukunan, kesederhanaan, dan kesejahteraan, apa pun agama dan imannya, pastilah menjadi keluarga yang bersukacita. Sukacita keluarga itu selaras dengan sukacita yang dihadirkan dalam semangat Natal. Nah, pendeknya apa pun iman dan agama seseorang, setiap kali membangun hidup keluarga, pastilah selalu mencita-citakan kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Itulah hakikat sukacita keluarga.
Tantangan Keluarga
Namun, dalam realitanya banyak keluarga sedang menghadapi berbagai tantangan berat. Perubahan dan perkembangan yang cepat banyak membawa dampak buruk. Keluarga berhadapan dengan berbagai masalah dan persoalan hidup, seperti kemiskinan, pendidik-an anak, kesehatan, rumah yang tidak layak, kekerasan dalam rumah tangga, narkoba, serta penggunaan alat komunikasi yang tidak bijaksana. Tak bisa dimungkiri, permasalahan-permasalahan tersebut dengan mudah memicu konflik di dalam keluarga maupun antar keluarga. Di tengah arus konsumerisme dan hedonisme, nilai-nilai luhur yang mengekspresikan hubungan cinta kasih, kesetiaan, dan tanggung jawab antar keluarga bisa luntur.
Natal Keluarga
Pesan Natal KWI-PGI menyadarkan kita bahwa Natal adalah saat untuk menyadari kehadiran Allah dalam keluarga kita. Perayaan Natal adalah kesempatan memahami betapa luhurnya keluarga dan bernilainya hidup sebagai keluarga. Di situlah Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Natal Keluarga menjadi kesempatan pemulihan dan rekonsiliasi di antara anggota keluarga. Dengannya, kesalahan diampuni dan luka-luka disembuhkan. Kehidupan keluarga pun dipulihkan. Lebih lanjut, Natal keluarga menjadi ajang untuk mendorong kita meneruskan dan mewujudkan sukacita keluarga sebagai rumah bagi setiap orang yang sehatisejiwa berjalan menuju Allah. Natal keluarga menjadi kesempatan saling berbagi satu sama lain hingga keluarga-keluarga mengalami kesejahteraan lahir dan batin. (PPW)
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
H A B I H O M E
Rumah Kajang Leko
R
umah tradisional Provinsi Jambi disebut Rumah Kajang Leko. Rumah ini berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran 12m x 9m. Dari segi konstruksi bubungan atap dinamai gajah mabuk. Bubungan tersebut dibuat menyerupai perahu dengan ujung bagian atas melengkung yang disebut potong jerambah. Dengan atap bagian atas dinamakan kasau yang terbuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam kemudian dilipat dua, fungsinya untuk mencegah air hujan agar tidak masuk ke dalam rumah. Pada bagian langit-langit ada yang dinamai tebar layar yang berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas dan penahan rembesan air hujan. Sementara ruang antara tebar layar dan bubungan atap difungsikan sebagai tempat menyimpan barang dinamai panteh. Pada bagian samping, masing-masing dinding, terbuat dari papan yang diukir. Sedangkan pintunya terdiri dari pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Tiang utama dipasang dalam bentuk enam jajar, dengan panjang masing-masing 4, 25 meter. Rumah ini memiliki 8 ruang, antara lain; Ruang pelamban yang letaknya di sebelah kiri bangunan induk. Pelamban berfungsi sebagi ruang tunggu tamu. Berikutnya adalah ruang
gaho, ruang ini terletak pada ujung sebelah kiri bangunan dengan posisi memanjang. Di ruang gaho terdapat dapur, tempat air dan tempat penyimpanan barang. Ruangan ini dihiasi motif ikan dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho. Di bagian depan terdapat ruang masinding, yang fungsinya untuk tempat pertemuan khusus untuk kaum laki-laki. Kemudian ada ruang tengah, yang khusus untuk kaum perempuan. Lalu ruang balik menalam atau ruang dalam. Ruangan ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian, atara lain; ruang makan, ruang tidur anak gadis, dan ruang tidur orang tua. Berikutnya adalah ruang balik malintang. Ruang ini terletak di ujung sebelah kanan dengan posisi menghadap ke ruang tengah dan ruang masinding. Lantai pada ruangan ini dibuat lebih tinggi daripada ruangan lainnya, karena berfungsi sebagai ruang utama. Sementara di bagian bawah terdapat ruang bauman. Ruang ini tidak berlantai dan tidak berdinding, dipergunakan untuk gudang. Rumah Panggung Kajang Leko memiliki dua tangga, yaitu: tangga utama yang terdapat di sebelah kanan pelamban dan tangga penteh. Rumah Panggung Kajang Leko adalah salah satu bentuk pengejawantahan cita rasa seni, budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan, fungsi ruangan, serta seni ukiran.
11
H A B I TA L K ! D E S E M B E R 2 0 1 5
Terima Kasih kepada para Mitra yang telah Mendukung Program dan Kegiatan Kami
INFORMASI
12