DESAIN LANSKAP PERTANIAN YAYASAN PENGEMBANGAN INSAN PERTANIAN INDONESIA (YAPIPI) DESA BOJONGSARI KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR
VINA PRATIWI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011 Penulis
RINGKASAN VINA PRATIWI, Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) adalah suatu yayasan yang bergerak dalam pembinaan insan pertanian. Status kepemilikan yayasan adalah milik privat dan dilengkapi dengan struktur kelembagaan. Tujuan YAPIPI adalah menjadi arus utama dalam pembangunan pertanian modern berbasis kawasan dan komunitas. Tujuan ini dicapai dengan mengembangkan sumber daya insan pertanian yang maju, profesional, dan berdaya saing. Sasaran dari program pendidikan pertanian adalah petani, peneliti, komunitas pemberdayaan petani dan peternak, anak-anak sekitar lokasi, dan masyarakat umum yang ingin mempelajari cara-cara bertani atau memerlukan fasilitas pertanian sekaligus dapat berekreasi di setting pertanian. Penelitian ini bertujuan mendesain lanskap pertanian YAPIPI yang mengakomodasi aktivitas pendidikan pertanian yang ditunjang aktivitas wisata yang mampu meningkatkan pengetahuan pengguna mengenai komoditas dan lingkungan pertanian. Tempat kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Desa Bojongsari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dengan luas total 6,381 Ha. Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif melalui survei dan wawancara dengan mengakomodasi kebutuhan yayasan. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan “Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap” (Rachman, 1984 dalam Lubis, 2006) meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, serta perencanaan dan perancangan. Aspek yang dibahas antara lain aspek fisik, aspek biofisik, daya dukung, aspek sosial, dan aspek regulasi dalam desain lanskap wisata pertanian. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui analisis deskriptif, spasial, tabular, dan scoring pada aspek yang dibahas. Lahan Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia memiliki kemiringan yang bervariasi dari datar (0-10%), bergelombang (10-40%), hingga curam ( >40%). Titik tertinggi tapak ini berada di ketinggian 240 mdpl. Titik tertinggi ini berpotensi untuk dijadikan viewing point utama dari tapak untuk pengamatan keseluruhan ke dalam tapak maupun view ke luar tapak. Keragaman topografi yang ada menyebabkan arah drainase akan menuju daerah cekungan pada tapak. Hal ini dapat menjadi potensi sebagai sumber irigasi area pertanian dan kolam ikan, tetapi sekaligus menjadi kendala bagi tapak yaitu penyebab genangan dan kelebihan air pada tanaman pertanian sehingga menyebabkan kebusukan. Solusinya perlu memperhatikan struktur drainase dan sistem irigasinya. Jenis tanah di YAPIPI adalah regosol yang memiliki drainase tanah sangat cepat, tetapi tanah ini cukup subur. Tanah ini cukup dapat meresapkan air sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Tanah
regosol sesuai untuk tanaman pertanian pada tapak seperti padi dan palawija, beberapa jenis sayur, dan beberapa jenis buah-buahan. Akses menuju YAPIPI dari pusat Kota Bogor dapat ditempuh dalam waktu 1-2 jam dengan jalur Laladon serta dilanjutkan ke arah Ciherang hingga Pertigaan Stamplas. Kendaraan bermotor dapat melanjutkan menuju jalan Ciherang Kaum kemudian masuk ke Jalan Desa Bojongsari sepanjang 250 m dan sampai di pintu gerbang YAPIPI. Akses yang cukup sulit menyebabkan perlunya dibuat peta orientasi dengan arah yang jelas di beberapa titik. Hal ini untuk mengarahkan pengguna menuju lokasi. Aspek hidrologi terdiri atas air yang mengalir dan menggenang. Air yang mengalir berupa parit dan dam, sedangkan yang menggenang berupa kolam. Struktur dam perlu diperhatikan karena fungsinya yang mencegah banjir pada tapak sehingga dalam pengembangan tapak tidak boleh ada struktur yang memotong aliran drainase atau mengganggu fungsi dam. Temperatur rata-rata pada tapak 25,830C dan nilai kelembaban rata-rata 84,83 % sehingga diperoleh nilai THI sebesar 24, 61. Berdasarkan analisis, tapak dikategorikan nyaman untuk aktivitas manusia dan memiliki mikroklimat yang nyaman. Fasilitas saat ini pada tapak kondisinya cukup baik, tetapi masih diperlukan fasilitas yang menunjang fungsi pendidikan dan wisata yang akan dimunculkan di tapak seperti tempat pengolahan (pascapanen), tempat menyimpan peralatan, peralatan outbound, dan sign system. Potensi visual yang terdapat di tapak adalah view ke arah timur, yaitu ke arah Gunung Gede-Pangrango serta ke selatan tapak ke arah Gunung Salak. Titik-titik pengamatan dimanfaatkan sebagai area duduk untuk menikmati potensi visual tersebut. Vegetasi pada tapak didominasi oleh tanaman budi daya sayur, padi dan palawija, serta buah. Vegetasi lainnya merupakan vegetasi non-budidaya seperti akasia (Acacia auriculiformis), bunga kertas (Zinnia elegans), bayam merah (Iresine herbstii), bambu (Bamboosa sp.), pohon kirai, kelapa (Cocos nucifera), dan sente (Alocasia macrorrhiza) yang tumbuh di sekitar pematang kolam. Vegetasi tersebut ditentukan kemampuan hidupnya untuk dibandingkan dengan kondisi fisik tapak sehingga diketahui kesesuaiannya. Satwa yang terdapat pada tapak pada umumnya ternak budi daya, terdapat juga satwa alami seperti serangga dan burung. Hal yang penting adalah menganalisis cara hidup ternak tersebut dan lingkungan yang optimal bagi ternak, misalnya dalam hal kandang. Konsep dasar dari desain lanskap ini adalah mendesain lanskap pertanian untuk pendidikan proses pertanian dari tahap produksi hingga pascapanen. Ide desain terinspirasi dari sebuah dongeng berjudul Jack and the Beans Stalk (Jack dan Pohon Kacang. Alur cerita yang ada diaplikasikan pada konsep sekuens, sehingga pengunjung dapat mendapatkan pengalaman menarik. Salah satu tanaman pertanian pada dongeng diaplikasikan sebagai konsep desain. Konsep desain yang diterapkan adalah kecambah kacang. Pemilihan konsep desain ini dilakukan karena perkecambahan kacang mudah dikenali dan dipelajari sehingga kecambah kacang bermakna bahwa lanskap pertanian yang didesain dapat dengan mudah menjadi sumber ilmu bagi masyarakat luas yang ingin mempelajari pertanian. Motif perkecambahan yang dinamis memberi kesan rileks dan menyenangkan untuk aktivitas edukasi dan wisata pada area pertanian. Tapak direncanakan menjadi 5 ruang utama. Ruang–ruang tersebut adalah ruang penerimaan (10%), ruang pelayanan (15%), ruang edukasi (30%), ruang wisata (25%), dan ruang konservasi (20%). Sirkulasi yang akan didesain
diperuntukan bagi kendaraan pengguna serta kendaraan produksi, pejalan kaki, jalur sepeda, pengelola, dan ternak budi daya. Pola sirkulasi memiliki pola organik. Sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 3,5 m dengan kapasitas mobil 2 arah. Material permukaan jalan yang direkomendasikan adalah aspal. Sirkulasi pedestrian memiliki lebar 2 m dengan material berupa conblock. Konsep sekuens yang direncanakan mengacu pada konsep desain yaitu dongeng Jack dan Pohon Kacang (Jack and the Beans Stalk), yang menceritakan perjalanan Jack menuju puncak pohon kacang raksasa dan mendapatkan emas. Pengunjung yang berkunjung ke tapak seolah-olah akan mengalami pengalaman seperti tokoh tersebut ketika berwisata pendidikan di YAPIPI. Secara umum vegetasi yang akan didesain di YAPIPI meliputi vegetasi dengan aspek arsitektural, aspek produksi, dan aspek ekologis. Utilitas dan fasilitas yang akan didesain diperuntukkan bagi pendidikan proses produksi dan pelayanan bagi pengguna. Penggunaan warna pada fasilitas dapat digunakan warna-warna yang tidak memantulkan cahaya misalnya abu-abu atau dapat dikombinasikan dengan warna teduh lainnya. Berdasarkan evaluasi objek wisata konsep wisata dibagi berdasarkan lama aktivitas wisata dan obyek wisata. Kegiatan wisata dibagi atas kegiatan wisata harian (day use) dan kegiatan wisata menginap (overnight use). Kegiatan wisata harian (day use) adalah lama kegiatan sampai dengan 7 jam (≤ 7 jam). Kegiatan wisata menginap (overnight use) adalah kegiatan wisata selama 2 hari 1 malam. Masing-masing kegiatan tersebut terdiri atas obyek wisata utama dan obyek wisata penunjang. Fasilitas yang didesain, antara lain, petak tanam sayur dan buah, tenda bazaar outdoor, kafetaria, pergola, tempat duduk, boardwalks, paranet house, ruang pascapanen, kolam budi daya, area peternakan dan kandang, area outbound, jalur sepeda, signage, name sign, fasilitas sosial, dan pencahayaan. Hal yang dicapai dari penelitian ini adalah dengan didesainnya lanskap pertanian YAPIPI sebagai tempat pendidikan proses pertanian dengan bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. Fungsi edukasi dioptimalkan dengan desain ruang edukasi beserta fasilitasnya. Fungsi edukasi ini didukung juga dengan fungsi wisata agar pengunjung dapat menikmati obyek dan atraksi wisata lanskap pertanian YAPIPI.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
DESAIN LANSKAP PERTANIAN YAYASAN PENGEMBANGAN INSAN PERTANIAN INDONESIA (YAPIPI) DESA BOJONGSARI KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR
VINA PRATIWI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP
: Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. : Vina Pratiwi : A44062382
Menyetujui, Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc NIP. 19620801 198703 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 September 1988 di Salatiga, Jawa Tengah, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak D. Susanto dan Ibu Een Rukmanah. Penulis lulus dari Sekolah Dasar Pabrik Gas 1 Bogor pada tahun 2000. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota komunitas Green Concept pada tahun 2008. Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja (Magang) di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor pada bulan Juli hingga Agustus 2008. Disamping itu, penulis menjadi asisten mata kuliah Desain Lanskap pada tahun 2009 serta aktif mengikuti seminar dan diskusi mengenai arsitektur lanskap.
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.” Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc. sebagai dosen pembimbing penelitian dan skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan, saran dan kritik; 2. Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS. sebagai pemilik yayasan YAPIPI tempat penelitian dilakukan yang telah memberikan informasi; 3. Mas Syaiful sebagai manajer lapang yayasan YAPIPI yang telah memberi informasi, baik melalui wawancara dan penyediaan peta dasar tapak YAPIPI; 4. kedua orang tua, Ibu Een Rukmanah dan Bapak D. Susanto, yang telah memberikan dorongan moral dan dukungan materi serta kasih sayang yang tidak ternilai; 5. kedua kakak penulis, Lucy Yuswanti dan Tirto Wijarso yang telah membantu dalam berbagai hal selama penelitian serta tempat berbagi suka dan duka; 6. teman-teman ARL 43 yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis terutama Wiwiek, Purwanti, Rosyidamayanti, Lipur, Yudha, Joe dan Juniar. Kakak-kakak ARL 42, serta adik-adik ARL 44,45,46, dan 47 yang senantiasa memberikan semangat hingga penulis menyelesaikan studinya.
Bogor, Januari 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI…………………………………………………………….
i
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………....
iv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….
vii
PENDAHULUAN…………………………………………………….....
1
Latar Belakang…………………………………………………..
1
Tujuan…………………………………………………………...
2
Manfaat………………………………………………………….
2
Batasan Penelitian……………………………………………….
2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
3
Konsep Ekosistem……………………………………………….
3
Lanskap Pertanian……………………………………………….
3
Pendekatan Agroekologi dan Agroekosistem…………………...
7
Desain Lanskap………………………………………………….
9
Taman Pertanian (Agripark)........................................................
13
Agrowisata....................................................................................
14
METODOLOGI…………………………………………………………
21
Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………….....
21
Metode Kerja…………………………………………………….
22
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
32
Aspek Fisik………………………………………………………
32
Kondisi Umum Tapak………………………………………
32
Topografi dan Tanah………………………………………..
34
Aksesibilitas dan Sirkulasi………………………………….
37
Hidrologi……………………………………………………
40
Mikroklimat………………………………………………...
42
Fasilitas dan Utilitas………………………………………...
44
Potensi Visual………………………………………………
50
Aspek Biofisik…………………………………………………...
52
Vegetasi……………………………………………………..
52
Satwa………………………………………………………..
59
Daya Dukung………………………………………….................
60
Daya Dukung Ternak……………………………………….
60
Aspek Sosial……………………………………………………..
61
Aspek Legal……………………………………………………...
62
Ketentuan dan Undang-Undang…………………………….
62
Konsep…………………………………………………………...
63
Konsep Dasar……………………………………………….
63
Konsep Desain……………………………………………...
64
Konsep Ruang dan Aktivitas……………………………….
65
Konsep Sirkulasi……………………………………………
70
Konsep Vegetasi……………………………………………
71
Program Wisata……………………………………………..
71
Konsep Sekuens…………………………………………….
73
Konsep Fasilitas…………………………………………….
75
Daya Dukung Pengunjung………………………………….
75
Perencanaan dan Desain Lanskap……………………………….
77
Rencana dan Desain Sirkulasi………………………………
77
Rencana dan Desain Penanaman…………………………...
82
Rencana Jalur Wisata……………………………………….
86
Rencana dan Desain Fasilitas……………………………….
91
SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..
109
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
111
LAMPIRAN……………………………………………………………..
115
DAFTAR TABEL No
Teks
Halaman
1. Model pola usaha tani dengan kemiringan serta kedalaman solum tertentu……………………………………………………...
5
2. Daftar kesesuaian spesies pohon dan tanaman penyela dalam metode multikultur pada daerah tropis lembab……………………
7
3. Jenis, sumber, dan kegunaan data inventarisasi...............................
24
4. Klasifikasi kemiringan lahan pada area pertanian............................
26
5. Kriteria penilaian indeks daya tarik obyek wisata………………...
29
6. Data unsur iklim Kecamatan Ciomas………………………………...
43
7. Syarat tumbuh beberapa jenis tanaman sayur dan buah…………..
54
8. Daya hidup dan produksi beberapa jenis rumput pakan…………..
56
9. Produksi hijauan rumput benggala dan rumput gajah akibat perlakuan stres kering……………………………………………...
57
10. Perbandingan keunggulan dan kelemahan jenis rumput pakan………………………………………………………………
58
11. Data fisiologis, pakan, tempat hidup dan perilaku ikan…………...
59
12. Pembagian ruang dan subruang……………………………………
68
13. Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas…………………………….
69
14. Konsep vegetasi desain lanskap pertanian YAPIPI ………………
71
15. Evaluasi Objek Wisata pada tapak YAPIPI……………………….
72
16. Daya dukung pengunjung berdasarkan aktivitasnya………………
77
17. Detil penanaman tanaman buah dan sayur yang didesain pada tapak……………………………………………………………….
84
18. Jenis tanaman lanskap yang akan dipergunakan…………………..
85
19. Rute dan rincian kegiatan wisata harian (day use)………………...
88
20. Rute dan rincian kegiatan wisata menginap (overnight use)………
90
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Halaman
1. Ilustrasi elemen-elemen pembentuk agroekosistem……………..
8
2. Konsep Eco-Ecological Garden (EEG)………………………….
8
3. Faktor yang mempengaruhi Eco-Ecological Garden (EEG)…….
9
4. Komponen agrowisata…………………………………………...
15
5. Empat komponen potensi agrowisata............................................
16
6. Peta lokasi penelitian.....................................................................
21
7. Kerangka berpikir penelitian..........................................................
22
8. Tahapan desain menggunakan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam Arsitektur Lanskap…………...
23
9. Peta inventarisasi dan kondisi umum............................................
33
10. Lokasi penempatan peta orientasi menuju tapak………………...
34
11. Peta jenis tanah Kecamatan Ciomas……………………………..
35
12. Peta kontur kawasan YAPIPI........................................................
36
13. Peta kemiringan lahan…………………………………...............
38
14. Jalur pencapaian tapak YAPIPI.…………………………………
39
15. Peta hidrologi tapak YAPIPI…………………………………….
41
16. Kondisi fasilitas saat ini di YAPIPI.………………………….....
45
17. Kondisi fasilitas kolam dan kandang ternak saat ini…………….
46
18. Peta visual tapak…………………………………………………
51
19. Peta vegetasi……………………………………………………..
53
20. Ilustrasi konsep desain…………………………………………..
65
21. Diagram pembagian ruang………………………………………
65
22. Peta komposit……………………………………………………
66
23. Konsep pembagian ruang pada tapak……………………………
67
24. Ilustrasi dan diagram rencana sirkulasi………………………….
70
25. Konsep wisata pertanian YAPIPI ……………………………….
73
26. Ilustrasi sekuens pada tapak……………………………………..
74
27. Concept plan desain lanskap pertanian YAPIPI………………...
76
28. Perspektif beberapa jenis sirkulasi pada tapak…………………..
78
29. Rencana dan desain sirkulasi…………………………………….
79
30. Potongan konstruksi jalan aspal ………………………………...
80
31. Potongan konstruksi pavement ………………………………….
81
32. Jenis dan pola pemasangan conblock …………………………...
81
33. Desain penanaman lanskap YAPIPI..............................................
83
34. Site plan.........................................................................................
87
35. Rencana jalur wisata harian (day use)…………………………...
89
36. Rencana jalur wisata menginap (overtime use)………………….
92
37. Perspektif area petak tanam buah dan lapangan penggembalaan…………………………………………………..
93
38. Perspektif area petak tanam sawah dan area penerimaan ……….
93
39. Perspektif beberapa area petak tanam sayur……………………..
94
40. Perspektif pergola untuk tempat istirahat pekerja………………..
95
41. Perspektif boardwalks dan bangku di area sawah………………..
96
42. Perspektif paranet house untuk menyemai dan menyimpan bibit tanaman……………………………………………………..
96
43. Perspektif ruang pascapanen tampak depan …………………….
97
44. Perspektif ruang pascapanen pada latar belakang ………………
98
45. Perspektif area kolam budidaya…………………………………..
98
46. Perspektif area wisata peternakan dan kolam pancing…………...
99
47. Perspektif area outbound air……………………………………...
100
48. Perspektif area outbound dengan set permainan………………....
101
49. Perspektif jalan utama dalam tapak (pedestrian, jalan kendaraan bermotor, dan sepeda)………………………………... 101 50. Perspektif penempatan salah satu signage pada tapak………….... 102 51. Font Quadranta pada name sign YAPIPI……………………… 103 52. Perspektif name sign lanskap pertanian YAPIPI……………….... 104 53. Perspektif menunjukkan fasilitas-fasilitas penunjang……………. 104 54. Perspektif menunjukkan jenis lighting lampu jalan dan pathlight sebagai penerangan (night vision)……………………..
105
55. Perspektif menunjukkan jenis lighting lampu taman sebagai penerangan (night vision)………………………………………..
106
56. Efek pencahayaan uplighting pada name sign (night vision)……………………………………………………..
107
57. Lighting spotlight pada area kolam (night vision)………………
107
58. Rencana pencahayaan (night vision).............................................
108
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Metode penentuan nilai kriteria obyek wisata.......................
115
1. Metode penentuan nilai kriteria obyek wisata…………………..
116
Lampiran 2 Gambar Site Plan per Segmen...............................................
118
1. Perbesaran site plan ruang penerimaan.........................................
119
2. Perbesaran site plan ruang pelayanan...........................................
120
3. Perbesaran site plan ruang edukasi sawah....................................
121
4. Perbesaran site plan ruang edukasi kolam....................................
122
5. Perbesaran site plan ruang edukasi kebun sayur...........................
123
6. Perbesaran site plan ruang wisata outbound.................................
124
7. Perbesaran site plan ruang wisata pertanian..................................
125
8. Perbesaran site plan jalan utama...................................................
126
Lampiran 3 Gambar Detil..........................................................................
127
1. Detil penanaman petak sayur (tomat)............................................
128
2. Detil penanaman petak sayur (mentimun dan cabai)....................
129
3. Detil penanaman petak sayur (bayam dan buah naga)..................
130
4. Detil penanaman petak buah (melon)............................................
131
5. Detil penanaman area konservasi..................................................
132
6. Detil penanaman sistem bioretensi................................................
133
7. Detil hardscape (tenda kafetaria)..................................................
134
8. Detil hardscape (paranet house)...................................................
135
9. Detil hardscape (madrasah)..........................................................
136
10. Detil hardscape (mushola)............................................................
137
11. Detil hardscape (bangunan pascapanen).......................................
138
12. Detil hardscape (toilet).................................................................
139
13. Detil hardscape (segmen jalan).....................................................
140
14. Detil konstruksi hardscape (planter box)......................................
141
15. Detil konstruksi hardscape (kolam)..............................................
142
16. Detil konstruksi hardscape (jalan dan drainase)...........................
143
17. Detil konstruksi hardscape (retainning wall)...............................
144
18. Detil pencahayaan.........................................................................
145
19. Detil name sign..............................................................................
146
20. Detil signage..................................................................................
147
21. Tampak potongan segmen utara....................................................
148
22. Tampak potongan segmen tengah.................................................
149
23. Tampak potongan segmen selatan.................................................
150
24. Tampak potongan keseluruhan......................................................
151
25. Perspektif keseluruhan..................................................................
152
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian memiliki peranan penting di Indonesia. Pertanian penting dalam menentukan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk. Hasil dari bidang pertanian berkontribusi sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto (BPS, 2002). Usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama dimulai dari pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budi daya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, hingga pemasaran. Pertanian sebagai suatu usaha, memiliki dua ciri penting yaitu selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya sehingga diperlukan ruang untuk kegiatan serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) sebagai sebuah yayasan yang bergerak dalam pendidikan pertanian, memiliki kawasan pertanian yang telah dimanfaatkan selama 3 tahun. Yayasan berfungsi dalam pemberdayaan petani maupun pemuda tani, melalui pendidikan dan pembangunan pertanian terpadu serta modern dalam lingkungan pesantren pertanian. Yayasan ini memiliki rencana dalam pengembangan lanskap pertaniannya untuk mencapai yayasan yang mandiri. Aktivitas yang ditawarkan YAPIPI saat ini masih ditujukan untuk pendidikan pertanian dengan lingkungan pesantren. Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia memiliki struktur bangunan yang telah didesain namun untuk lanskap secara umum belum didesain. Kawasan YAPIPI didominasi oleh lahan tanam dan kolam ikan. Topografi yang terdapat kawasan ini bervariasi. Hal ini menjadi salah satu potensi sekaligus kendala dalam mendesain kawasan. Desain yang dilakukan akan menambahkan fungsi wisata sebagai penunjang fungsi pendidikan. Pengembangan fungsi menjadi agrowisata berkontribusi tidak hanya pada pariwisata namun juga
memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian, hal ini yang membedakan agrowisata dengan model pariwisata yang lainnya (Utama, 2009). Pengembangan ini diharapkan dapat mewujudkan YAPIPI sebagai yayasan yang mandiri. Kepentingan sektor pertanian, kepentingan YAPIPI dalam sektor pertanian, dan keperluan YAPIPI untuk didesain ini yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian mengenai desain lanskap pertanian YAPIPI. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendesain lanskap pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia yang mengakomodasi aktivitas pendidikan pertanian yang ditunjang aktivitas wisata serta meningkatkan pengetahuan pengguna mengenai komoditi dan lingkungan pertanian. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari desain lanskap pertanian ini adalah sebagai; 1. acuan desain lanskap pertanian bagi pemilik dan pengelola yayasan untuk membangun lanskap tersebut; 2. referensi bagi perencana dan desainer dalam mendesain lanskap pertanian pada umumnya. Batasan Penelitian Penelitian dibatasi hingga tahap desain lanskap pertanian dengan produk utama berupa site plan. Produk lainnya berupa: (1) gambar rencana yang meliputi: gambar rencana penanaman, rencana sirkulasi, dan rencana pencahayaan, (2) gambar detil dimensi yang meliputi gambar detil penanaman, detil hardscape, detil perkerasan, detil pencahayaan, detil signage, gambar konstruksi hardscape, potongan tampak, ilustrasi perspektif, dan peta jalur wisata.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekosistem Ekosistem adalah segala sesuatu dalam area spesifik meliputi udara, tanah, air, kehidupan organisme, dan struktur fisik dalam berbagai skala. Ekosistem dapat dimulai dari skala kecil seperti kolam, hutan, dan lahan pertanian hingga skala besar seperti lanskap pedesaan, perkotaan, dan lanskap regional (Marten, 2001). Tiga hal penting mengenai konsep ekosistem adalah skala (scale), proses desain (design process), dan order. Skala merupakan konsep ekosistem sebagai subsistem dari sistem yang lebih besar. Sistem tersebut akan membentuk fenomena fisik yang merepresentasikan aktivitas pada berbagai skala, hal ini yang disebut dengan proses desain. Order yaitu kemampuan pemenuhan kebutuhan manusia dan komponen lain oleh lingkungannya (Lyle, 1985). Pada area produksi pangan tapak dilihat sebagai bagian dari lanskap pertanian. Secara umum terdapat 3 hal yang berkaitan dengan lanskap pertanian, yaitu adanya lokasi penanaman, lokasi bangunan, dan fasilitas serta hubungan yang saling menguntungkan antara satu bagian dengan bagian lain (Lyle, 1985).
Lanskap Pertanian Lanskap pertanian tidak hanya lahan pertanian atau ekosistem pertanian tetapi meliputi ekosistem yang menyeluruh seperti vegetasi non-crop, jalan raya, dan perkampungan disekitarnya (Forman dan Godron, 1986). Ekosistem pertanian di Indonesia memiliki struktur lanskap mulai dari sederhana sampai dengan kompleks. Berdasarkan Forman dan Godron (1986) struktur merupakan pola spasial yang dibentuk oleh pertanaman vegetasi non-crop dan lain-lain. Tiga struktur dasar dalam lanskap adalah matriks (matrix), bidang lahan (patch), dan koridor (corridor). Matriks merupakan elemen lanskap yang ukurannya paling luas dan berkelanjutan dan biasanya matriks mengelilingi bidang lahan serta memiliki peran penting dalam fungsi lanskap. Bentuk matriks kaitannya dengan lanskap pertanian adalah lahan pertanaman padi. Bidang lahan adalah elemen yang memiliki permukaan yang tidak lurus yang berbeda penampakannya dari matriks
yang mengelilinginya. Struktur lanskap bidang lahan pada lanskap pertanian adalah berbagai bidang lahan seperti pertanaman sayur, palawija, kebun campuran, semak-semak, dan perkampungan. Kerusakan yang terjadi pada bidang lanskap disebut juga disturbance patch (Forman dan Godron, 1986). Koridor merupakan lahan sempit dengan dua sisi linier yang berfungsi sebagai habitat. Koridor dapat berupa koridor perpindahan (movement corridor), dan koridor perintang (barrier corridor). Koridor perpindahan berfungsi sebagai penghubung yang membantu perpindahan atau pemencaran habitat dari satu bidang lahan ke bidang lahan lainnya. Koridor perintang adalah koridor yang menghambat pergerakan spesies tertentu dalam melintasi lanskap (Forman dan Godron, 1986). Struktur lanskap koridor dalam lanskap pertanian dapat berupa pematang sawah dan tumbuhan pagar (koridor perpindahan) serta saluran irigasi dan pinggiran sungai (koridor perintang). Menurut Cao (2001), dalam menangani area pertanian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dalam pengelolaan area yang telah terdegradasi. Hal tersebut yaitu pemilihan varietas tanaman pertanian dan spesies asli atau lokal, pengembangan praktik pertanian, rotasi penanaman, dan memperkaya tanaman sekunder (melalui agroforestri). Pemilihan spesies vegetasi lokal lebih direkomendasikan sebagai tanaman budi daya karena kemampuannya bertahan dalam kondisi kekurangan air serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Penerapan praktik pertanian seperti metode bercocok tanam secara multikultur, dinilai lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya lahan dibandingkan monokultur. Hal itu disebabkan pada metode monokultur akan dihasilkan limbah sumber daya yang terbuang. Rotasi tanaman merupakan kegiatan penggantian tanaman pertanian setelah tanaman yang berbeda jenis sebelumnya dipanen. Hal ini akan meningkatkan unsur hara tanah. Tanaman yang dirotasi akan tahan terhadap hama dan penyakit (Cao, 2001). Pada lahan dengan kemiringan tertentu, kepekaan erosi, serta kedalaman solum tertentu dapat didesain model pola usaha tani (Deptan, 1991). Model pola usaha tani ini menggabungkan usaha tanaman pertanian dengan usaha peternakan. Pola usaha tani ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Model pola usaha tani dengan kemiringan serta kedalaman solum tertentu Kedalaman solum (cm) >90 Kepekaan erosi
90-40
<40
kurang
tinggi
kurang
tinggi
kurang
tinggi
<15
B
B
B
B
C
C
15-30
B
B
B
C
C
C
30-45
B
C
C
C
C
D
>45
D
D
D
D
D
D
Kemiringan (%)
Keterangan: A= Model pola usaha tani yang umumnya dilakukan oleh petani; B= Teras bangku dengan tanaman pangan + tanaman tahunan + rumput pakan + ternak; C= Teras gulud dengan tanaman pangan + tanaman tahunan + rumput pakan + pohon+leguminosa + ternak; D= Teras individu dengan tanaman tahunan + leguminosa penutup tanah dan leguminosa + pohon + rumput pakan + ternak. Sumber: Deptan, 1991.
Metode penggunaan lahan dapat dilakukan secara optimal dengan mengkombinasikan sistem produksi biologis (berotasi pendek dan panjang) dengan suatu cara berdasarkan azas kelestarian yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat
(Anonim,
2010c).
Agroforestri
merupakan
sistem
penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian dan hewan dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal (Anonim, 2010c). Pada agroforestri terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan. Sistem ini, akan menciptakan keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi, serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur ulang sisa tanaman. Menurut definisi tersebut agroforestri dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria dasar struktural, dasar fungsional, dasar sosial ekonomi, dan dasar ekologi. Dasar struktural menyangkut komponen seperti sistem silvikultur, silvopastur, dan agrosilvopastur. Dasar fungsional berkaitan dengan fungsi utama atau peranan dari sistem, terutama komponen kayu-kayuan. Dasar sosial ekonomi
berkaitan dengan tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi), intensitas dan skala pengelolaan, serta tujuan-tujuan usaha (subsistem, komersial, dan intermedier). Dasar ekologi berkaitan dengan kondisi lingkungan, kecocokan ekologi, dan sistem (Widianto, Nurheni dan Didik, 2003). Salah satu sasaran utama dari usaha pertanian termasuk agroforestri adalah produksi berkelanjutan (sustainable) yang dicirikan oleh stabilitas produksi dalam jangka panjang. Beberapa indikator sistem pertanian yang berkelanjutan: (a) dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi tanaman dalam jangka panjang, (b) penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah, (c) tidak adanya kelaparan tanah, (d) tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air, (e) rendahnya emisi gas rumah kaca, serta (f) terjaganya keanekaragaman hayati (Van der Heide et al., 1992 dalam Widianto et al., 2003). Tidak adanya kelaparan tanah pada sistem tersebut, dapat diartikan sebagai cukupnya kandungan bahan organik tanah, terpeliharanya kesetimbangan unsur hara, terpeliharanya struktur dan kondisi biologi tanah, serta adanya perlindungan tanaman terhadap gulma, hama, dan penyakit. Agroforestri lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar (eksternal). Disamping itu, agroforestri diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Pada daerah tropis, beberapa peranan agroforestri dalam menangani masalah ekonomi dan ekologi: (1) perbaikan kebutuhan bahan pangan, (2) perbaikan penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar, (3) peningkatan, perbaikan secara kualitatif dan diversifikasi produksi bahan mentah kehutanan maupun pertanian, (4) perbaikan kualitas hidup daerah pedesaan, khususnya pada daerah dengan persyaratan hidup yang sulit di mana masyarakat miskin banyak dijumpai, serta (5) pemeliharaan, bila mungkin perbaikan kemampuan produksi dan jasa lingkungan setempat (Von Maydell, 1986 dalam RLPS Dephut RI, 2010). Peranan tersebut dapat dicapai dengan mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/satwa) atau interaksi antara komponen tersebut dengan lingkungannya. Beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya
yaitu dalam hal: (1) produktivitas (productivity), (2) diversitas (diversity), (3) kemandirian (self-regulation), dan (4) stabilitas (stability) (Von Maydell, 1986 dalam RLPS Dephut RI, 2010). Penentuan jenis tanaman agroforestri perlu memperhatikan kemampuan tumbuh serta kesesuaian antara tanaman pertanian dengan tanaman tahunan (berkayu). Berikut disertakan pasangan kesesuaian spesies pohon dan tanaman penyela dalam metode multikultur pada daerah tropis lembab (Tabel 2). Tabel 2 Daftar kesesuaian spesies pohon dan tanaman penyela dalam metode multikultur pada daerah tropis lembab No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Spesies Pohon Anacardium occidentale Bambusa sp. Betula sp Cassia siamea Cedrela sp. Durio zibethinus Eucalyptus spp. Gmelina arborea Hibiscus elatus Hopea odorata Morus alba Pinus sp. Prunus pudam Shorea robusta Terminalia superba
Intercrops/ Tanaman Penyela Amaranthus spp. Ananas comosus Cajanus cajan Citrullus vulgaris Colocasia esculenta Curcuma longa Dioscorea spp. Glycine max Hibiscus esculentus Ipomoea batatas Manihot esculenta Musa spp. Phaseolus spp. Vigna sp. Zingiber officinale
Sumber: Cao, 2001.
Pendekatan Agroekologi dan Agroekosistem Pendekatan agroekologi merupakan interaksi antara tanaman pertanian dan peternakan
dengan
lingkungan
yang
merupakan
faktor
biofisik
untuk
pertumbuhan tanaman dan satwa. Pada pendekatan ini terdapat agroekosistem. Agroekosistem yang disebut juga land use unit adalah proses pengubahan input pertanian menjadi output pertanian yang dapat bermanfaat untuk manusia. Agroekosistem dipengaruhi oleh sistem luar (external). Pengaruh luar tersebut diantaranya adalah lingkungan perkotaan, lanskap sekitar, dan ketersediaan air tanah (Huizing, 1990).
Menurut Huizing (1990), agroekosistem dapat dikombinasikan dengan land use spesifik lain sehingga menjadi sebuah land use system. Salah satu bentuk kombinasi tersebut adalah unit lahan pertanian yang dikombinasikan dengan penggunaan lahan perkotaan, lingkungan kehutanan, maupun dengan aktivitas rekreasi. Gambar 1 merupakan elemen-elemen pembentuk agroekosistem.
batasan input
komponen
interaksi
komponen
output
Gambar 1 Ilustrasi elemen-elemen pembentuk agroekosistem. Pada agroekosistem terdapat konsep yang lebih spesifik, yang disebut EcoEcological Garden (EEG). Konsep tersebut merupakan interaksi dari 3 sistem, yaitu manusia sebagai faktor utama, sosial ekonomi, dan sistem alam. Ketiganya berinteraksi membentuk taman berbasis ekologi (Gambar 2). Interaksi manusia dengan alam memungkinkan adanya dua kondisi. Kondisi pertama adalah bahwa manusia mengintervensi alam, sedangkan kondisi kedua manusia dapat mengembangkan pemahamannya mengenai alam (Cai, 2001). Keunggulan konsep EEG adalah merupakan ilmu yang mampu diterapkan (aplikatif) dan mudah diterima oleh masyarakat. Konsep EEG dipengaruhi oleh 2 faktor yang berkaitan yaitu faktor ekologi dan faktor ekonomi. Desain pembangunan EEG pada dasarnya membentuk kembali sistem baru melalui ilmu dan teknologi baik modern maupun tradisional (Gambar 3).
Sistem Alam
Sistem sosialekonomi Sistem manusia
Gambar 2 Konsep Eco-Ecological Garden (EEG).
Menuurut Cai (20 001), prinsipp-prinsip EE EG adalah menyeluruh m (entirely), m masing-mas ing komponnen memilikii aliran energi dan berinnteraksi (storrey), sesuai d dengan kondisi lokal, serta s terdapaat input dann berakhir ppada output (opening). P Prinsip lainnnya adalah berkemamppuan untuk memulihan lingkungann, sehingga d keseluruuhan sistem akan menujuu taman yanng berkelanjuutan. dari
a air
F Faktor Ekologiis
taanah cahayya/panas vegetaasi/satwa
EE EG
prooduksi
F Faktor Ekonom mi
tenagga kerja aliran ekonomi
EEG). Gambaar 3 Faktor yang mempengaruhi Eco-Ecologicaal Garden (E Dessain Lanskaap Desaain lanskap adalah a ilmu dan seni daalam menata ruang terbu uka melalui p penataan tan naman dan sttruktur dalam m hubungann fungsionalnnya dengan lingkungan l a alam (VanD Der Zanden dan d Rodie, 22008). Menuurut Fireza ((2008), desaain lanskap a adalah pembbentukan suuatu bentangg alam yang g dapat dikennang, berartti, bernilai, d berkelan dan njutan. Desaain lanskap ddapat dilihatt sebagai suaatu solusi innovatif dari m masalah yanng dialami suatu s lingkuungan akibat pengaruh eekologi, teknnologi, dan b budaya. Mennurut VanD Der Zanden ddan Rodie (22008), selainn sebagai peenyelesaian m masalah dessain lanskapp meliputi aaplikasi darii prinsip deesain secara universal, i integrasi hu uman landsccape, komuunikasi oral, dan visuaal yang meenghasilkan l lanskap yangg didesain dengan baik. Sebuuah desain lanskap yaang baik adalah a suatuu desain yang y dapat m mengintegra asikan antarra pengaruhh ekologi dan d manusiia. Pengaru uh tersebut s sebagai suattu bagian inttegral dari beentangan buudaya yang teerus berubah h, sehingga p penting untuuk mengertti sifat-sifat dan hubunngan timbal balik antarra ekologi, t teknologi, daan kebudayaaan (Fireza, 22008).
Desain akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian desain ditujukan pada penggunaan volume atau ruang. Setiap volume atau ruang memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Seluruhnya dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Pengorganisasian ruang yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda terhadap psikologis manusia. Dampak tersebut dapat berupa timbulnya rasa takut, keriangan, gerak dinamis, ketegangan, keheningan, dan lain-lain (Simonds dan Starke, 2006). Desain ruang luar yang baik dicapai dari kombinasi bentukan dengan prinsip pengorganisasian ruang, dalam hal ini disebut prinsip desain. VanDer Zanden dan Rodie (2008) menyatakan bahwa prinsip dasar dalam desain adalah keteraturan dan kesatuan yang memberikan keindahan. Keteraturan dapat dicapai melalui pendekatan tema yaitu keteraturan ruang formal, informal, dan simetris. Keteraturan juga dapat dicapai melalui pendekatan keteraturan bentuk yaitu alami, tradisional, dan modern. Kesatuan dapat dicapai melalui hubungan yang harmonis dari berbagai elemen yang ada dalam suatu desain. Prinsip desain yang sering digunakan adalah unity (kesatuan), harmony (harmoni),
interest
(ketertarikan),
simplicity
(kesederhanaan),
emphasis
(dominansi), balance (keseimbangan), scale (skala) dan proportion (proporsi) serta sequence (sekuens). Prinsip-prinsip ini diaplikasikan pada tahap awal perencanaan konsep dan dilanjutkan hingga tahap akhir pembuatan desain (Reid, 1993). Unity (kesatuan) adalah menggabungkan elemen desain yang terpisah menjadi kesatuan tema. Teknik untuk membentuk kesatuan ini adalah dengan pngulangan (repetisi) pada elemen desain (Crowe 1981; Reid 1993). Elemen desain mencakup titik, garis, bentuk, tekstur dan warna. Teknik lainnya dapat dilakukan dengan mengelompokkan elemen desain yang sama menjadi satu kelompok dan menghubungkannya dengan kelompok elemen desain lain (Reid, 1993). Menurut Crowe (1981), adanya variasi iklim, sejarah, kondisi alam, serta kebiasaan dalam taman, namum prinsip dalam mendesain taman tetap konstan meskipun aplikasinya dapat berubah-ubah. Pemahaman prinsip unity pada taman dahulu adalah unity dinilai sebagai kemungkinan yang sederhana (simplicity).
Kesederhanaan dapat dicapai dengan pembatasan material dan kekuatan satu tujuan didesainnya taman. Unity dapat dibentuk oleh beberapa hal diantaranya permukaan lahan, iklim, serta membuat suatu obyek dominan diantara obyek yang subordinat. Berdasarkan Reid (1993), kesederhanaan juga dapat dipahami sebagai pengurangan atau eliminasi hal yang tidak esensial. Kesederhanan diterapkan pada garis, bentuk, tekstur, dan elemen desain lainnya untuk menciptakan kejelasan pada desain. Kesederhanaan yang berlebihan dapat mengakibatkan kemonotonan. Keragaman (diversity) merupakan kebalikan dari kesederhanaan. Keragaman yang berlebihan dapat menyebabkan kekacauan dalam mencapai suatu tema. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah membuat keseimbangan antara simplicity dan diversity. Harmony (keharmonisan) merupakan salah satu prinsip desain dimana tercapainya taraf kesesuaian antara elemen dengan keseluruhan lingkungan. Beberapa teknik untuk mencapai keharmonisan dapat dilakukan dengan menciptakan transisi yang lembut, koneksi yang kuat antar elemen, serta memberi buffer yang cukup untuk memisahkan antar elemen. Keaslian dan nilai fungsional dapat meningkatkan keharmonisan. Penggunaan material alami yang sesuai tujuan akan terasa lebih harmoni dibandingkan dengan penggunaan produk buatan dengan nilai fungsi atau seninya kurang (Reid, 1993). Menurut Reid (1993), interest (ketertarikan) adalah merasa tertarik terhadap suatu pengaturan elemen. Prinsip ini bukan prinsip utama namun penting dalam mencapai kepuasan seni serta mendukung keberhasilan desain. Interest dapat dimunculkan melalui keragaman bentuk, ukuran, tekstur, warna, arah, pergerakan, suara, dan kualitas cahaya. Emphasis atau dominansi dapat dicapai dengan memfokuskan atraksi pada satu elemen. Emphasis berfungsi sebagai orientasi. Teknik untuk memunculkan emphasis adalah dengan membentuk kontras, penggunaan elemen yang unik, serta pembingkaian (enframement) dan fokalisasi. Prinsip emphasis yang diulang serta diaplikasikan pada elemen lanskap akan menghasilkan rhythm (ritme). Ritme akan memberikan perasaan yang menyenangkan pada pergerakan di lanskap.
Prinsip desain lainnya adalah balance (keseimbangan). Keseimbangan menunjukkan kestabilan, memberi kesan damai dan aman. Prinsip ini diaplikasikan dari titik pandang yang statis, seperti balkon, area istirahat, atau titik memasuki kawasan. Keseimbangan dalam lanskap dapat dilihat ketika dibuat sumbu vertikal pada suatu elemen. Keseimbangan yang sifatnya simetris, geometris, dan diulang secara sama pada axis disebut keseimbangan formal. Keseimbangan ini statis dan dapat diprediksi. Keseimbangan yang sifatnya nongeometris dan asimetris disebut keseimbangan informal. Keseimbangan ini biasanya dinamis, mengalir, alami, dan membentuk pergerakan (Reid, 1993). Scale dan proportion atau skala dan proporsi dalam lanskap menurut Crowe (1981) berkaitan dengan batas langit dan horizon. elemen lanskap yang satu dengan lainnya harus memiliki proporsi yang baik. Lanskap juga berhubungan dengan skala manusia, sehingga dalam aplikasinya perlu mempertimbangkan kebutuhan berdasarkan skala tersebut. Menurut Reid (1993), skala dan proporsi merujuk pada perbandingan relatif antara tinggi, panjang, area, massa, dan volume. Elemen yang ada diperbandingkan dengan skala tubuh manusia sehingga dihasilkan yang disebut skala kecil dan skala besar. Skala kecil (micro scale) merupakan miniatur dimana ukuran objek atau ruang lebih kecil dari ukuran tubuh kita. Skala besar (grand scale) merupakan objek atau ruang yang lebih besar dari ukuran tubuh manusia. Efek yang dihasilkan dari skala ini adalah rasa kekaguman dan ketakjuban. Sequence (sekuens) berkaitan dengan pergerakan. Koneksi yang memiliki pengalaman atau cerita dari satu ruang ke ruang lain disebut sekuens. Pada saat mendesain perlu diperhatikan arah pergerakan, kecepatan, dan tipe pergerakan. Sekuens berawal pada titik mula atau entrance kemudian ruang dan diikuti dengan pengalaman. Sekuens harus saling berkaitan dan berakhir pada perasaan klimaks ketika sampai tujuan akhir (Reid, 1993). Booth (1983) menjelaskan bahwa proses desain adalah mengkombinasikan elemen desain lanskap. Elemen desain lanskap terdiri atas bentukan lahan (landform), material tanaman, bangunan, penutup permukaan tanah, site structure, dan elemen air. Elemen desain tersebut dikoordinasikan untuk mengembangkan desain. Proses desain terdiri atas beberapa tahap yaitu project acceptance,
research dan analysis, design, construction drawing, implementation, postconstruction evaluation, dan maintenance. Tiap tahap dapat tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Tiap tahap juga dapat dilakukan secara paralel sehingga dapat dilakukan beberapa proses sekaligus. Proses desain memiliki kegunaan seperti memberikan pemahaman logika, solusi yang sesuai, membantu klien dalam menemukan alternatif terbaik untuk tapak, dan dasar dalam menjelaskan serta mempertahankan solusi desain pada klien. Taman Pertanian (Agripark) Taman merupakan lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik. Taman berperan sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Menurut Eriawan (2003), taman adalah salah satu bentuk pemanfaatan lahan perkotaan sebagai ruang terbuka kota yang disesuaikan untuk mewujudkan aktivitas masyarakat serta sebagai unsur alamiah dengan fungsi ekologis. Taman memiliki lima kriteria kualitas yaitu kriteria aksesibilitas, keamanan dan keselamatan, kenyamanan, kebebasan, dan estetika taman. Taman pertanian atau dikenal sebagai Agricultural Park, disingkat Ag Park merupakan kombinasi aktivitas bertani dan taman yang terletak pada perbatasan kota. Taman Pertanian didesain untuk pelestarian ruang terbuka, penyedia rekreasi pasif, dan pemanfaatan area pertanian. Taman tersebut didesain untuk berbagai penggunaan seperti lahan pertanian kecil, area publik, maupun habitat alami. Taman pertanian akan memudahkan akses pertanian kecil terhadap pasar lokal. Taman tersebut berperan dalam produksi makanan segar, edukasi, lingkungan, serta kenyamanan dan keindahan bagi masyarakat sekitar (Anonim, 2010d). Berdasarkan Management and Development Plan (MDP) of the Agricultural Park, taman pertanian pada dasarnya tempat dilakukannya aktivitas pertanian yang berdampingan dengan taman umum sehingga tercipta interaksi positif antara dua elemen. Keberhasilan dari taman pertanian adalah adanya keseimbangan koneksi dan pemisahan antara pertanian dan taman. Pada taman pertanian
dimungkinkan
untuk
rekreasi
pasif,
pendidikan,
lingkungan, rehabilitasi, dan interpretasi pada obyek-obyek di tapak.
peningkatan
Taman
pertanian
memiliki
beberapa
karakteristik,
yaitu
dapat
dimanfaatkan sebagai transisi atau zona penyangga (buffer) antara perkotaan dengan penggunaan lahan pertanian. Karakteristik lainnya dapat terletak baik pada lahan privat maupun lahan publik, luas areanya bervariasi, terdiri atas satu atau lebih petani penyewa, serta memiliki keberagaman komponen pertanian dan taman. Produk taman tersebut adalah aktivitas produksi makanan (sayur, buah, daging, ikan), aktivitas pendidikan, serta kenyamanan dari segi lingkungan dan estetika bagi komunitas setempat (Anonim, 2010d). Berdasarkan MDP of the Agricultural Park, taman pertanian bertujuan untuk mengembangkan pusat penggunaan lahan. Tujuan lainnya adalah memfasilitasi pertanian berkelanjutan dalam menunjang program-program yang mempreservasi nilai produktif, basis sumber daya, ekologis, dan sosial. Taman pertanian juga berfungsi dalam pengembangan fungsi ekonomi, lingkungan, dan sosial dari area pertanian, serta kaitanya dengan lingkungan alam sekitar. Disamping itu taman pertanian juga berfungsi sebagai penunjang metode pertanian yang ramah lingkungan, promosi produk pertanian, serta pemberian informasi nilai lanskap sebagai sumber daya pemasukan bagi generasi selanjutnya. Beberapa infrastruktur yang penting untuk dikembangkan pada area pertanian antara lain alat dan jalur transportasi, suplai air dan energi, fasilitas pertanian, dan fasilitas sosial. Fasilitas pertanian diantaranya berupa masukan (input) pertanian, perlengkapan pengelolaan serta pemeliharaan, tempat penyimpanan, proses pengolahan, dan pasar untuk peningkatan nilai ekonomi (Huizing, 1990). Agrowisata Saat ini terdapat berbagai kegiatan wisata yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya yang berkembang adalah agrowisata atau dikenal juga dengan istilah agrotourism, atau wisata pertanian. Berbagai potensi dari lanskap pertanian diorganisasikan sehingga menjadi pengalaman yang menarik dan mengandung nilai pendidikan.
Agrowisata terdiri atas aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. Wisata merupakan kegiatan berjalan-jalan ke luar menikmati kegiatan yang tidak terkait dengan pekerjaan wisatawan. Kegiatan tersebut terangkai satu sama lain sehingga memiliki alur perjalanan. Sedangkan aktivitas pertanian adalah aktivitas yang berkaitan dengan pemanenan energi matahari meliputi cara bertani mulai dari cara primitif hingga canggih. Kegiatan ini biasanya berawal dari pembibitan, penanaman, pemanenan, pengolahan hasil, hingga pemasaran hasil pertanian (Gambar 4).
Aktivitas wisata
Agrowisata Aktivitas pertanian
Gambar 4 Komponen agrowisata. Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud agrowisata adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan pertanian mulai dari awal hingga dihasilkan produk pertanian dalam berbagai skala (Nurisjah, 2001). Agrowisata merupakan bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan dapat meningkatkan pendapatan petani. Wisatawan yang berkunjung akan menjadi konsumen produk pertanian yang dihasilkan, sehingga pemasaran hasil menjadi lebih efisien (Deptan, 2005). Pada perencanaan dan desain tapak menjadi agrowisata perlu diidentifikasi potensi wisata di lokasi tersebut. Potensi agrowisata terbagi menjadi 4 komponen
y yaitu, poten nsi visual ataau pemandanngan, atrakssi, beautiful senses, sertta aktivitas b budaya dan struktur buddaya (Nurisjaah, 2001) yang dapat diliihat pada Gaambar 5.
1
• Potensi P visual atau a pemandangan: • saawah teras dan n kebun teh
2
• Atraksi: A • aktivitas tani peenduduk
3
• Beautiful B sensess: • aroma produk pertanian p di suaatu kawasan
4
• Aktivitas A buday ya dan struktur budaya: • seeren taun, upaccara sebelum taanam, lumbung g padi, peralataan tani, dan kaandang
Gambaar 5 Empat kkomponen pootensi agrow wisata. a ddapat diarahkkan dalam bentuk ruang gan tertutup Penggembangan agrowisata ( (seperti musseum), ruanggan terbuka (taman atauu lanskap), atau kombinnasi antara k keduanya. A Agrowisata r ruangan terttutup dapat berupa koleeksi alat-alatt pertanian y yang khas dan d bernilai sejarah ataau naskah daan visualisasi sejarah penggunaan p l lahan maupun proses pengolahan p hasil pertannian. Agrow wisata ruangan terbuka d dapat berupaa penataan laahan yang khas k dan sesuuai dengan kapabilitas k dan d tipologi l lahan untuk k mendukungg suatu sisteem usahatan ni yang efekktif dan berkkelanjutan. K Komponen utama u pengeembangan agrowisata a ru uangan terbuuka dapat beerupa flora d fauna yang dibudid dan dayakan mauupun liar, tekknologi budii daya dan pascapanen p k komoditas p pertanian yaang khas daan bernilai sejarah, atraaksi budayaa pertanian s setempat, daan pemandanngan alam beerlatar belakkang pertaniaan dengan keenyamanan y yang dapat dirasakan. d A Agrowisata ruuang terbukka dapat dilakkukan dalam m dua pola, y yaitu alami dan d buatan (Deptan, ( 20005). Menuurut Sastrayyuda (2010)), dalam peengembangaan agrowisatta terdapat b beberapa pendekatan. Beberapa pendekatan tersebut aadalah penggembangan a agrowisata
berbasis
konservasi
dan
aggrowisata
bberbasis
m masyarakat.
P Pengembang gan agrowisata berbasis konservasi adalah pola pembinaan yang tetap m mempertaha ankan keasllian agroekkosistem deengan menggupayakan kelestarian
sumber
daya
Pengembangan
alam
lingkungan
agrowisata
hidup,
berbasis
sejarah,
masyarakat
budaya, adalah
dan
pola
rekreasi. pembinaan
masyarakat yang menempatkan agrowisata sebagai pemberdayaan masyarakat petani. Manfaat dari pengembangan basis masyarakat adalah diperolehnya nilai tambah baik dari sisi hasil pertanian maupun dari kunjungan wisatawan serta efek ganda dari penyerapan hasil pertanian oleh usaha pariwisata dan pengembang. Agrowisata yang berbasis masyarakat, maupun agrowisata yang bertumpu pada upaya-upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumber daya alam serta masyarakat dan budaya lokal. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mengembangkan kawasan yang sudah atau akan dibangun seperti kawasan agropolitan, kawasan usaha ternak, maupun kawasan industri perkebunan sehingga pengembangan kawasan agrowisata berarti mengembangkan suatu kawasan yang mengedepankan wisata sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonominya. Industri wisata ini diharapkan mampu menunjang berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum (Pamulardi, 2006). Kawasan agrowisata sebagai sebuah sistem tidak dibatasi oleh batasanbatasan yang bersifat administratif, tetapi lebih pada skala ekonomi dan ekologi yang melingkupi kawasan agrowisata tersebut. Hal ini berarti kawasan agrowisata dapat meliputi desa-desa dan kota-kota sekaligus sesuai dengan pola interaksi ekonomi dan ekologinya. Kawasan pedesaan dan daerah pinggiran dapat menjadi kawasan sentra produksi dan lokasi wisata alam, sedangkan daerah perkotaan menjadi kawasan pelayanan wisata, pusat-pusat kerajinan, yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, ataupun terminal agribisnis (Anonim, 2010a). Pamulardi (2006) menjelaskan bahwa kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter, dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria: (1) memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, (2) adanya kegiatan masyarakat, (3) adanya interaksi antara kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata. Ketiga kriteria dijelaskan secara rinci sebagai berikut; 1) memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:
a. subsistem usaha pertanian primer (on farm), terdiri atas: pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan b. subsistem industri pertanian yang terdiri atas industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor c. subsistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri dan layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi, dan infrastruktur; 2) adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro; 3) adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan sehingga dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Sementara untuk pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi beberapa prasyarat dasar yaitu; 1) memiliki sumber daya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi unggulan. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata, seperti misalnya jalan, sarana irigasi serta pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial; 2) memiliki sumber daya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agrowisata; 3) pengembangan
agrowisata
tersebut
mampu
mendukung
upaya-upaya
konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumber daya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan (Pamulardi, 2006).
Agrowisata sebagai kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Industri ini mengandalkan kemampuan budi daya baik pertanian, peternakan, perikanan maupun kehutanan, dengan demikian agrowisata tidak hanya mencakup sektor pertanian, melainkan juga budidaya perairan, baik darat maupun laut. Perpaduan antara keindahan alam, kehidupan masyarakat pedesaan, dan potensi pertanian, dapat mengembangkan daya tarik wisata bagi satu daerah tujuan wisata (Anonim, 2010b). Agrowisata yang menghadirkan aneka tanaman dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro, menjaga siklus hidrologi, mengurangi erosi, melestarikan lingkungan, memberikan desain lingkungan yang estetis bila didesain dengan baik. Berkembangnya agrowisata di satu daerah tujuan wisata akan memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah, dengan kata lain bahwa fungsi pariwisata dapat dilakukan dengan fungsi budi daya pertanian, pemukiman pedesaan, dan fungsi konservasi (Anonim, 2010b). Agrowisata bermanfaat dalam berbagai aspek yaitu dalam peningkatan konservasi lingkungan, peningkatan nilai estetika dan keindahan alam, peningkatan nilai rekreasi, peningkatan kegiatan ilmiah serta pengembangan ilmu pengetahuan, dan pengembangan ekonomi masyarakat (Pamulardi, 2006). Upaya peningkatan konservasi lingkungan, agrowisata yang obyeknya menyatu dengan lingkungan harus diperhatikan kelestarian lingkungannya. Perencanaan ini tidak boleh merugikan lingkungan. Menurut Pamulardi (2006), sebagai upaya peningkatan nilai estetika dan keindahan alam, agrowisata berpotensi dengan lingkungan alam yang indah, panorama yang memberikan kenyamanan, dan tertata rapi, akan memberikan nuansa alami. Sebagai upaya peningkatan nilai rekreasi, dapat dikembangkan fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan para wisatawan seperti, restoran, bila memungkinkan akomodasi, panggung hiburan, dan tempat penjualan hasil pertanian seperti buah-buahan, bunga, makanan, dan lain-lain. Sebagai upaya peningkatan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, agrowisata mendorong seseorang atau kelompok menambah ilmu
pengetahuan yang bernilai ilmiah. Kekayaan flora dan fauna dengan berbagai jenisnya dapat dijadikan sumber informasi kekayaan alam dan ekosistem di dalamnya (Pamulardi, 2006). Sebagai
upaya
pengembangan
ekonomi
masyarakat,
agrowisata
memberikan keuntungan ekonomi. Keuntungan tersebut meliputi, peningkatan pendapatan masyarakat yang dihasilkan melalui berbagai kegiatan penjualan dari hasil cocok tanam, peningkatan kesempatan berusaha, pengembangan lama tinggal dan belanja wisatawan, peningkatan daya dukung promosi, serta peningkatan produksi dan kualitas. Peningkatan hasil produksi pertanian merupakan acuan dasar bagi tumbuh berkembangnya sektor pertanian (Pamulardi, 2006).
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat 16610 (Gambar 6). Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 11 bulan, dimulai dari bulan Maret 2010 hingga bulan Januari 2011.
Peta Kabupaten Bogor
Peta Daerah Margajaya
U
Peta Tapak YAPIPI
Peta Lokasi YAPIPI
Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.
Gambar 6 Peta lokasi penelitian.
Metode Kerja Kegiatan penelitian ini berorientasi pada observasi lapang dan kegiatan studio. Observasi lapang terdiri atas pengamatan, pengukuran fisik maupun biofisik tapak, dan wawancara dengan pemilik serta pengelola. Kegiatan studio terdiri atas penyusunan laporan secara tertulis, grafis, dan studi literatur. Kerangka berfikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif melalui survei dan wawancara dengan pendekatan kelembagaan yang mengakomodasi kebutuhan yayasan. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan “Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap” meliputi tahap inventarisasi, análisis, sintesis, konsep, serta perencanaan dan perancangan (Rachman, 1984 dalam Lubis, 2006). Berikut merupakan deskripsi tiap tahap desain dalam Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Gambar 8).
Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI)
Kebutuhan Yayasan
Yayasan Mandiri
Kebutuhan Tapak
Pertanian Berkelanjutan
Lanskap Pertanian
Kebutuhan User
Aktivitas Edukasi
Ruang Edukasi
Desain Lanskap Pertanian YAPIPI
Gambar 7 Kerangka berpikir penelitian.
Aktivitas Wisata
Ruang Wisata
Inventarisasi Data yang dikumpulkan pada tahap ini yaitu data aspek fisik, aspek biofisik, daya dukung, aspek sosial, dan aspek regulasi dalam desain lanskap pertanian (Tabel 3). Aspek fisik yang diinventarisasi adalah lokasi dan batas tapak, topografi dan tanah, aksesibilitas dan sirkulasi, hidrologi, mikroklimat, utilitas dan fasilitas, serta potensi visual. Data biofisik yang diinventarisasi meliputi vegetasi dan satwa. Aspek daya dukung terdiri atas data daya dukung area terhadap pengunjung dan daya dukung lapangan penggembalaan. Data sosial yang dikumpulkan adalah profil yayasan, aspek regulasi, serta kebijakan yang menunjang pengembangan lanskap pertanian. Data inventarisasi diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan atau survei dan wawancara narasumber, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur seperti pengumpulan data iklim, standar kebutuhan dalam beraktivitas, dan jenis tanah.
Gambar 8 Tahapan desain menggunakan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam arsitektur lanskap (Rachman, 1984 dalam Lubis, 2006).
Analisis Keseluruhan aspek pada tahap inventarisasi akan diolah serta dianalisis sesuai dengan standar atau kriteria dalam perancangan lanskap. Hal ini bertujuan untuk diketahui potensi, kendala, dan alternatif solusi. Disamping itu akan dikaji juga terhadap kebijakan dan regulasi yang berlaku. Beberapa aspek data seperti topografi, sirkulasi, vegetasi, hidrologi, fasilitas serta utilitas, potensi visual, mikroklimat, dan daya dukung akan menghasilkan produk analisis secara spasial dan tabular. Aspek lainnya seperti data sosial dan regulasi akan dihasilkan dalam uraian secara deskriptif. Tabel 3 Jenis, sumber, dan kegunaan data inventarisasi Jenis/ Aspek data Fisik: 1. Lokasi dan batas - Lokasi
Unit data
Cara pengambilan
Sumber data
Kegunaan data
Pemilik, Pengelola yayasan Pemilik, Pengelola yayasan BB Litbang Tanah Data Kabupaten Bogor BMKG
Mengetahui kondisi umum lokasi Mendesain lanskap pertanian
- luas tapak
m2
Wawancara, peta Kabupaten Bogor Wawancara
Topografi - Kemiringan lahan
mdpl %
Survei lapangan dan data peta
3. Iklim - Suhu - Curah hujan - Rh - THI - Sinar Matahari - Hari hujan
-
0
Pengambilan data
Menentukan kenyamanan
C mm/tahun % % Jml hari
4. Jenis Tanah - kesuburan
Analisis darinase, struktur dan fasilitas
-
Data Kabupaten Bogor
Pemkab Bogor
Pengembangan struktur dan menentukkan kemampuan tumbuh tanaman
Tabel 3 Lanjutan jenis, sumber, dan kegunaan data inventarisasi Jenis/ Aspek data 5. Aksesibilitas
6. Sirkulasi
Unit data Jalur pencapaian
-
Cara pengambilan Survei lapangan
Survei lapangan
7. Utilitas 8. Fasilitas
Satuan Unit
Biofisik: 1. Vegetasi
Satuan unit
2. Satwa
unit
Sumber data -
Menentukan desain sirkulasi
-
Menentukan penempatan serta fasilitas dan utilitas
-
Menentukan penempatan dan desain fasilitas.
-
Menentukan iklim mikro, desain penanaman
-
Menghadirkan habitat satwa
Mengetahui daya dukung Mengakomodasi keinginan, kebutuhan pengguna serta yayasan Mendesain ruang, fasilitas dan utilitas Mendesain fasilitasutilitas Mengetahui kebutuhan ruang bagi user Mengetahui kebutuhan ruang bagi user
Survei lapangan Sosial: 1. Pengguna -profil yayasan
Jumlah, Profil yayasan
Wawancara pengelola
-
2. Keinginan/ kebutuhan yayasan
-
Wawancara
-
3. Aktivitas
-
Survei lapang dan wawancara
-
4. Waktu aktivitas Aspek Legal: 1. Ketentuan dan undangundang
Jam -
Survei lapang & wawancara Studi literatur
Menentukan desain sirkulasi, menentukan penempatan fasilitasutilitas.
-
Survei lapangan Survei lapangan Survei lapangan
Kegunaan data
-Surat Keterangan Mentan -Kode Etik Pariwisata
Dasar pengembangan kawasan, kesesuaian serta adanya dukungan dari instansi lain
Topografi dianalisis dengan cara memetakan zonasi berdasarkan kriteria slope tertentu. Hal ini dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu interval kontur (IC) menggunakan persaman berikut:
x skala
IC =
Zonasi dapat diperoleh dari pengukuran jarak antar kontur (x). Kontur dengan jarak antarkontur yang sama dibuat zonasi dan ditentukan kesesuaiannya. Jarak sebenarnya antar 2 kontur (D) juga dapat ditentukan, hal ini sebagai pertimbangan dalam membentuk permukaan lahan (grading) pada saat mendesain. Berikut persamaan untuk menentukan jarak antar kontur, jarak sebenarnya, serta kriteria kesesuaian yang dipergunakan dalam menganalisis (Tabel 4).
x=
D=
IC
: % slope
IC %
x 100
Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lahan pada area pertanian No 1
Slope (%) 0-10
Area Valley bottom
Peruntukan Akuakultur dan tanaman pertanian yang berkaitan dengan air
0-10
Knolltops
Area pembangkit energy
0-10
Flatter knollsides
Area persawahan dan area pertanian kontur
2
3
10-40
Knollsides
Area pertanian teras
10-40
South-facing
Area pemukiman atau tempat tinggal
knollsides
(11-30%)
Steep sloped
Agroforestri dengan akar permanen
>40
untuk stabilitas tanah Sumber: Lyle, 1994.
Analisis tanah yang dilakukan terdiri atas studi literatur mengenai sifat fisik, kimia, kemampuan menyerap air, dan tingkat kesuburan. Aspek tersebut dinilai kesesuaiannya terhadap tanaman pertanian dan struktur eksisting. Beberapa rekomendasi berupa penambahan jenis tanaman juga disertakan dengan pertimbangan tertentu. Akses dan sirkulasi dianalisis dengan memetakan jalur eksisting dan dinilai dari segi keefektifan, keefisienan, pintu masuk dan keluar, serta jalur yang disesuaikan dengan tipe aktivitas. Hidrologi dianalisis dengan memetakan lokasi inlet, outlet, arah drainase, serta kesesuaiannya untuk area pertanian. Analisis mikroklimat dilakukan dengan menghitung nilai Temperature Humidity Index (THI) untuk menentukan tingkat kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di tapak. Berikut merupakan persamaan untuk menentukan THI: THI = 0,8 T
Rh x
T
Keterangan: T = temperatur rata-rata (0C) Rh= kelembaban (%)
Utilitas dan fasilitas dianalisis dengan menyesuaikan jenis utilitas serta fasilitas dengan aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak. Pada aspek potensi visual, goodview dan badview dipetakan dari perwakilan tiga titik. Ketiga titik ditentukan berdasarkan topografi yaitu titik dengan ketingian tertinggi, sedang, dan titik terendah. Berdasarkan titik tersebut ditarik sudut 600 (jarak pandang horizontal manusia) dan ditentukan potensi visualnya. Vegetasi dan satwa dianalisis dengan menyesuaikan lingkungan eksisting dengan syarat tumbuh vegetasi dan hewan tersebut. Rekomendasi vegetasi tambahan ataupun pengganti disertakan dengan pertimbangan. Disamping analisis yang bersifat deskriptif dilakukan analisis kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui daya dukung yang akan dikembangkan pada tapak. Daya dukung yang akan dihitung adalah daya dukung pengunjung dan daya dukung lapangan gembala terhadap ternak budidaya. Penentuan daya dukung dilakukan dengan mendaftar seluruh aktivitas yang diinginkan pada tapak. Hal ini dilanjutkan dengan penentuan standar kebutuhan per individu untuk melakukan aktivitas. Nilai daya dukung wisata diperhitungkan berdasarkan rata-rata dalam
m2//org (Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003). Perhitungan daya dukung bagi pengguna adalah sebagai berikut:
Daya Dukung =
A S
Keterangan: A= Area yang digunakan (m2) S= Standar kebutuhan per orang (m2/org) Daya Dukung (org)
Daya Dukung Ternak =
Keterangan: Produk bahan segar (kg/petak/hari) Kebutuhan pakan (kg) Daya Dukung (kambing/ petak/ hari penggembalaan) Sumber: Sarwono, 2008.
Fungsi wisata pendidikan menjadi penunjang dalam desain lanskap pertanian ini sehingga diperlukan analisis kelayakan obyek agrowisata dalam menentukan obyek yang dapat dijadikan obyek wisata. Tahap analisis ini dilakukan setelah site plan didesain. Smith (1989) mengkategorikan indeks daya tarik obyek wisata kedalam tujuh faktor. Faktor tersebut adalah atraksi basis pertanian, faktor alami, sosial, sumber daya rekreasi, akses, lokasi, dan sarana turistik. Kriteria ini digunakan untuk menilai obyek-obyek pada tapak, sehingga diketahui yang berpotensi untuk dikembangkan. Kriteria penilaian indeks daya tarik dapat dilihat pada Tabel 5. Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan kawasan agrowisata menggunakan metode Smith (1989) melalui penilaian setiap obyek-obyek wisata yang ada di YAPIPI. Penilaian (scoring) dilakukan dengan beberapa kriteria evaluasi. Kriteria tersebut diperoleh berdasarkan kriteria penilaian indeks daya tarik yang disesuaikan dengan kondisi tapak. Dalam hal ini kriteria historis dan budaya tidak diikutsertakan karena kurang munculnya potensi pada tapak tersebut. Sehingga diperoleh tujuh kriteria yaitu obyek dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, obyek dan atraksi sosial, ketersediaan sumber daya
rekreasi dan tempat perbelanjaan, akses, letak dari jalan utama, dan ketersediaan sarana wisata.
Tabel 5 Kriteria penilaian indeks daya tarik obyek wisata No
Faktor
Kriteria
1
Obyek dan atraksi berbasis pertanian
2
Obyek dan atraksi alami
3
Obyek dan atraksi social
4
Sumber daya rekreasi dan tempat perbelanjaan
5
Akses
6 7
Letak dari jalan utama Ketersediaan sarana wisata
Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam, dan keramba) Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, dan air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, dan sinar matahari yg cukup) Pedesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival budaya (festival seni budaya, MTQ), dan atraksi budaya lokal (pasar lokal, upacara-upacara) Ketersediaan tempat olah raga, tempat piknik, tempat belanja, taman, museum, dan galeri seni serta budaya Kemudahan untuk pencapaian lokasi dan ketersediaan jalan Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah Utilitas, sarana kesehatan, air bersih, serta fasilitas makan dan penginapan.
Sumber: Smith, 1989.
Masing-masing kriteria diberi nilai dengan range 1-4. Hasil evaluasi masing-masing kriteria akan memiliki bobot yang berbeda satu sama lain, sehingga nilai kriteria (1-4) terlebih dahulu dikali dengan bobotnya kemudian dijumlahkan untuk memperoleh jumlah terbobot. Jumlah terbobot akan dibuat panjang kelas dan ditentukan selang untuk tiga kategori yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), dan kurang sesuai (KS). Berikut merupakan rumus penghitungan panjang kelas: Panjang kelas = Keterangan: nmax= nilai jumlah terbobot tertinggi nmin= nilai jumlah terbobot terendah jumlah kategori= 3 (SS, S, dan KS).
Sintesis Hasil yang diperoleh pada tahap analisis akan dikembangkan untuk perencanaan dan perancangan. Tahap sintesis menyesuaikan tapak yang akan dikembangkan dengan kebutuhan pengguna serta pemilik berdasarkan fakta yang terdapat pada tapak sehingga dihasilkan ide pengembangan yang sesuai. Bagian terpenting dari sintesis adalah menyusun hubungan fungsional antara beberapa elemen atau ruang. Penyusunan hubungan fungsional yang dihasilkan memiliki kombinasi yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan kondisi umum tapak, kebutuhan pengguna, kemampuan untuk dikembangkan, efisiensi pengelolaan dan pemeliharaan. Hasil dari tahap ini adalah alternatif terbaik terhadap pemecahan masalah yang kemudian dikembangkan menjadi konsep. Konsep Alternatif yang dihasilkan pada tahap sintesis akan dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi utama tapak. Konsep desain merupakan pola yang diaplikasikan pada tapak dengan merujuk pada konsep dasar. Konsep pengembangan meliputi rincian konsep seperti konsep ruang dan aktivitas, tata hijau, sirkulasi, sekuens, program wisata, serta konsep fasilitas dan utilitas. Perencanaan Proses penyusunan konsep berdasarkan hasil analisis dan sintesis. Hal ini dilakukan melalui penyusunan kebutuhan ruang. Dari hal tersebut akan diketahui jenis ruang yang diperlukan sehingga dapat disusun diagram ruang beserta keterkaitan antar ruang. Perencanaan dituangkan pada tata letak berupa gambar yang bertujuan memberi gambaran spesifik tentang pengembangan tapak. Desain Tahap ini merupakan proses pembuatan gambar detil pada elemen lanskap dengan menggunakan skala serta mengikuti prinsip desain. Prinsip desain tersebut yaitu tema, gradasi, kontras, dan keseimbangan. Tema merupakan gambaran karakter tertentu yang diwujudkan dalam tapak dengan karakter tertentu.
Sementara gradasi, merupakan pengulangan material, bentuk, tekstur, dan elemen desain lainnya. Kontras merupakan hal yang menarik perhatian. Keseimbangan merupakan seimbang dari porsi bentuk maupun posisi pada elemen desain. Produk yang dihasilkan terdiri atas site plan, gambar rencana meliputi rencana penanaman, rencana sirkulasi dan rencana pencahayaan, gambar detil meliputi detil penanaman, detil perkerasan, detil hardscape, detil pencahayaan, detil signage, gambar konstruksi hardscape, potongan tampak, perspektif, serta peta jalur wisata.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Fisik Kondisi Umum Tapak Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) adalah suatu yayasan yang bergerak dalam pembinaan insan pertanian. Pembinaan insan pertanian adalah kegiatan pendidikan atau pelatihan pada insan pertanian mengenai unit-unit usaha yaitu unit usaha pertanian pangan dan hortikultura, peternakan, serta perikanan. Yayasan ini berfungsi sebagai tempat pelatihan aktivitas unit usaha tersebut. Program pendidikan pertanian yang ditawarkan sesuai dengan unit usaha yang terdapat di tapak antara lain usaha beternak domba garut serta unit usaha kebun buah naga. Status kepemilikan yayasan ini adalah milik privat. Sasaran dari program pendidikan ini adalah petani, peneliti, komunitas pemberdayaan petani dan peternak, anak-anak sekitar lokasi, dan masyarakat umum yang ingin mempelajari cara-cara bertani atau memerlukan fasilitas pertanian sekaligus dapat berekreasi di setting pertanian. Lokasi tapak terletak pada 6’35’ 49,56’’LS dan 106’45’ 22,08” BT dengan luas total 6,38 Ha. Kawasan ini memiliki batas tapak di sebelah utara adalah Jalan Desa Bojongsari dan area pertanian serta di sebelah selatan terdapat area pertanian. Di sebelah timur dibatasi oleh Desa Bojongsari dan sebelah barat berbatasan dengan area pertanian serta Desa Ciherang Cutak. Tapak YAPIPI didominasi lahan tanam dan kolam budi daya ikan. Hal ini disebabkan orientasi kegiatan pendidikan adalah praktik di lapangan walaupun disertai dengan seminar atau penyuluhan di dalam ruangan. Kondisi umum lokasi dapat dilihat pada Gambar 9. Lokasi tapak berada di Kabupaten Bogor dan cukup sulit untuk diakses. Hal ini disebabkan akses jauh dari jalan utama yaitu Jalan Raya Dramaga. Dalam mengakses menuju pintu utama pun tidak ada kendaraan umum, sehingga pejalan kaki biasanya menggunakan jasa ojek masyarakat setempat. Bagi pengguna kendaraan pribadi dapat menyusuri jalan desa menuju pintu utama.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dibuat peta orientasi dengan arah yang jelas di beberapa titik. Hal ini untuk mengarahkan pengguna menuju lokasi. Peta tersebut dapat diletakkan di persimpangan seperti Pertigaan Caringin, Pertigaan Pasar Ciherang, dan Pertigaan Stamplas (Gambar 10).
Sumber: Wikimapia, 2011.
Gambar 10 Lokasi penempatan peta orientasi menuju tapak. Topografi dan Tanah Tanah di kawasan Desa Ciapus Kecamatan Ciomas memiliki jenis latosol coklat dan regosol. Tanah pada tapak YAPIPI termasuk jenis regosol (Gambar 11). Sifat dari tanah regosol adalah endapan abu vulkanik baru yang memiliki tekstur kasar dengan konsistensi lepas sampai gembur serta keasaman tanah (pH) sekitar 6-7. Tanah regosol memiliki drainase tanah sangat cepat, namun tanah ini cukup subur. Tanah ini dapat meresapkan air sehingga area dengan jenis tanah ini sering difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Berdasarkan kondisi jenis tanah tersebut, tanaman pertanian pada tapak seperti padi dan palawija dinilai sesuai untuk dibudidayakan. Beberapa jenis sayur yang sesuai dibudidayakan di tempat tersebut antara lain kacang panjang (Vigna sinensis), beberapa jenis cabai (Capsicum sp.), ketimun (Cucumis sativus), terong
(Solanum melongena), tomat (Solanum lycopersicum), bayam (Amaranthus sp.), dan labu siam (Sechium edule). Jenis buah-buahan yang dapat dibudidayakan pada tanah regosol seperti beberapa jenis jeruk (Citrus sp.), rambutan (Nephelium lappaceum), dan pisang (Musa paradisiaca).
Sumber:www.pemkabbogor.com (2009)
Gambar 11 Peta jenis tanah Kecamatan Ciomas. Berdasarkan peta kontur dapat diketahui bahwa secara umum topografi di YAPIPI memiliki kemiringan lahan yang bervariasi dari datar, bergelombang, hingga curam. Peta kontur dapat dilihat pada Gambar 12. Titik tertinggi tapak ini berada di ketinggian 240 mdpl yang terletak di sebelah selatan tapak (sekitar rumah inap) dan titik terendah berada pada 221 mdpl yang terletak di utara tapak (sekitar pintu masuk kawasan). Titik tertinggi ini berpotensi untuk dijadikan viewing point utama dari tapak. Area pada titik terendah tapak memiliki kendala berupa ancaman genangan air, terutama pada area masuk, sehingga diperlukan desain drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air tersebut. Sirkulasi yang berada pada kemiringan tanah curam dapat dilakukan pelandaian maupun desain sirkulasi yang memutar mengikuti kontur agar mudah diakses serta tidak berakibat pada terjadinya erosi.
Topografi eksisting masih dipertahankan ketika bangunan didesain, namun di beberapa tempat yang curam mulai terlihat potensi erosi parit, tepatnya di dekat sirkulasi menuju kebun buah naga. Kemiringan lahan diklasifikasikan berdasarkan kriteria penggunan lahan dari kemiringan lahan pada area pertanian (Lyle, 1994). Lahan diklasifikasikan menjadi 3 kriteria dengan peruntukannya masing-masing (Gambar 13). Keragaman topografi yang ada menyebabkan arah drainase akan menuju daerah cekungan pada tapak, dalam hal ini adalah area pertanian. Hal tersebut dapat menjadi potensi sebagai sumber irigasi area pertanian dan kolam ikan. Hal ini sekaligus sebagai kendala bagi tapak yaitu penyebab genangan maupun kelebihan air pada tanaman pertanian yang menyebabkan kebusukan. Sehingga perlu diperhatikan struktur drainase dan sistem irigasinya. Aksesibilitas dan Sirkulasi Lokasi YAPIPI terletak di sebelah barat Kota Bogor. Akses menuju tapak dari pusat Kota Bogor dapat ditempuh dalam waktu 1-2 jam. Rute pertama pengunjung yang keluar dari jalan tol dapat menempuh Jalan Pajajaran kemudian Jalan Soleh Iskandar hingga mencapai perempatan lampu merah. Perjalanan dilanjutkan ke arah Dramaga dan 200 m dari Perumahan Pakuan Regency terdapat pertigaan Ciherang lalu belok kiri dan lurus sampai bertemu pertigaan berikutnya. Pengunjung dapat memasuki Jalan Ciherang Kaum dan sampai di pertigaan dengan plang nama YAPIPI. Pengunjung kemudian belok ke kiri yaitu Jalan Desa Bojongsari sejauh 250 m dan akan sampai di gerbang masuk YAPIPI. Rute kedua adalah dari Jalan Pajajaran menuju Jalan Sindangbarang, kemudian ke arah Terminal Laladon. Dari terminal menempuh Jalan Raya Dramaga dan mengikuti rute Ciherang yang sama dengan sebelumnya. Kelemahan rute kedua ini adalah banyaknya titik kemacetan yang akan dilalui dibandingkan rute pertama. Apabila menggunakan angkutan kota, dari terminal Baranangsiang pengunjung naik angkot 03 jurusan Baranangsiang Bubulak lalu turun di pertigaan Gunung Batu. Selanjutnya naik angkot 05 jurusan Ciomas turun di Perumahan Ciomas Permai lalu naik ojek/becak menuju YAPIPI (Gambar 14).
Pintu masuk YAPIPI terdapat di sebelah utara yang menghubungkan gerbang masuk dan parkir di sebelah barat. Pintu masuk lainnya dapat melalui jalan yang berada di sebelah timur tapak yang terhubung dengan parkiran timur tapak. Keberadaan parkir di sebelah timur ini kurang efektif karena pengunjung lebih memilih memasuki kawasan dari sebelah barat yang lebih dekat. Sementara untuk mencapai parkir timur pengguna tetap memasuki tapak dari arah Jalan Desa Bojongsari hanya saja memutar lebih jauh. Pintu masuk yang terdapat di sebelah timur sering menjadi jalan pintas masyarakat sekitar yang akan melintasi tapak untuk sampai ke sebelah barat tapak. Hal tersebut diantisipasi dengan dibuatnya pagar kecil di bagian timur tapak. Pemagaran ini dapat menghambat akses masyarakat yang memotong jalan namun menjadi kendala ketika pengunjung datang dari pintu masuk timur ini. Pengelola harus membuka dan menutup pagar tiap kali pengunjung datang sehingga solusinya hanya digunakan satu pintu masuk saja yaitu di sebelah utara tapak. Sebagai batas tapak pada tempat yang berbatasan dengan desa dipasang pagar beton. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola YAPIPI, tapak ini dipagar untuk memberikan kejelasan batas area.
Gambar 14 Jalur pencapaian tapak YAPIPI.
Bagi pejalan kaki dapat mengakses jalan dari pintu gerbang sekitar 250 m menuju area parkir. Akibat jalur sirkulasi belum didesain, maka sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki masih dalam satu jalur. Oleh karena itu diperlukan ruang bagi pejalan kaki yang akan memasuki area melalui desain pedestrian. Potensi visual yang menarik menjadi potensi adanya jalur sepeda sehingga pengguna dapat berkeliling kawasan dengan pengalaman baru, dalam hal ini jalur sepeda yang akan dirancang harus dapat menjangkau tempat-tempat yang menarik dengan nyaman dan aman. Sirkulasi yang ada di tapak berupa jalan aspal dan jalan tanah pada jalan masuk sedangkan di dalam tapak sirkulasi yang ada berupa jalan beton dan jalan semen. Beberapa sirkulasi masih tegak lurus dengan kontur saat ini sehingga menyebabkan pengguna merasa kelelahan dalam mengakses. Solusi dari permasalahan ini adalah desain sirkulasi yang dibuat mengikuti kontur atau pembuatan tangga dengan landings yang memadai. Hidrologi Pada tapak ini, aspek hidrologi terdiri atas air yang mengalir dan menggenang. Air yang mengalir berupa parit dan dam, sedangkan yang menggenang berupa kolam. Air yang mengalir berasal dari mata air di luar tapak untuk dialirkan menuju dam. Struktur dam ini menampung air dari mata air maupun air hujan. Air dari dam lalu didistribusikan ke parit-parit (Gambar 14). Distribusi berlanjut menuju kolam-kolam dan petak pertanian. Air yang berlebih akan dikeluarkan melalui struktur drainase dan akan dialirkan ke parit yang melintas di sebelah utara tapak. Curah hujan di Bogor yang tinggi menjadi ancaman karena dapat meningkatkan debit air pada dam yang berakibat air berlebih pada parit, sehingga area pertanian terancam tergenang oleh air. Namun dengan drainase yang cukup lebar dan air yang selalu mengalir, tapak tidak tergenang oleh air. Hal ini juga didukung dengan ada perbedaan ketinggian sehingga air dapat bergerak terus menuju outlet.
Hal yang sebaiknya diperhatikan adalah mengelola area dam baik dari segi struktur maupun kebersihannya. Dam didesain untuk menjaga aliran di daerah aliran air serta mengalirkan kembali airnya dengan kecepatan yang menyebabkan kerusakan secara minim. Dam merupakan salah satu strategi untuk mengontrol banjir dalam hal struktur (Brooks, 1988). Solusi yang dapat dilakukan untuk menjamin kelancaran supply air pada tapak dapat dilakukan melalui pembuatan drainase dengan memperhatikan kemiringan lahan. Penggunaan material dan konstruksi yang mampu menyerap air penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan penggunaan material dengan daya serap tinggi dan tekstur sedikit kasar dapat memperbesar resapan air (Grey dan Deneke, 1978). Disamping itu dapat dilakukan melalui pemeliharaan saluran secara intensif atau pemasangan rambu jalan bila diperlukan. Mikroklimat Iklim di Kabupaten Bogor menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di bagian Selatan dan tipe B ( Basah) di bagian utara. Suhu rata-rata pada tapak berkisar antara 20 0C sampai 30 0C. Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara curah hujannya kurang dari 2.500 mm/tahun. Data unsur iklim Kecamatan Ciomas ditampilkan pada Tabel 6. Berdasarkan
perhitungan
THI
(Thermal
Humidity
Index)
dengan
menggunakan rumus THI= 0,8T + (RHxT/500) diperoleh nilai temperatur rata-rata 25,830C dan nilai kelembaban rata-rata 84,83 % sehingga diperoleh nilai THI sebesar 24, 61. Nilai THI yang dikategorikan nyaman untuk daerah tropis adalah < 27. Hal ini mengindikasikan bahwa tapak YAPIPI memiliki mikroklimat yang nyaman. Menurut Laurie (1986), kondisi suhu di dalam tapak dikategorikan ideal bagi penggunanya karena kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah antara 27-280C dengan kelembaban udara 40-75% (Comfort Zone). Tapak YAPIPI termasuk kategori tapak yang nyaman berdasarkan kriteria tersebut. Definisi nyaman merupakan fungsi persepsi dan aktivitas individu, tergantung pada psikologis individu sendiri serta psikologis individu terhadap lingkungan. Manusia dapat merasa nyaman karena memiliki elemen untuk merasakannya yaitu indera pendengaran, penciuman, ataupun peraba (Brooks, 1988). Comfort Zone
menurut Brooks (1988), merupakan range temperatur dan kelembaban ketika individu berada di ruang indoor atau ternaungi
secara normal dan melakukan
aktivitas, tanpa adanya tiupan angin. Comfort zone dipengaruhi oleh temperatur udara, kelembaban, radiasi, pergerakan udara, dan kondisi individu di dalamnya. Kisaran suhu yang nyaman menurut Brooks (1988) adalah 25-280C dengan kelembaban relatif sebesar 30-80% serta kecepatan angin ≤ 0.57 mph. Oleh karena itu dengan temperatur 25,830C dan nilai kelembaban rata-rata 84,83 % tapak dikategorikan nyaman untuk aktivitas manusia. Tabel 6 Data unsur iklim Kecamatan Ciomas Bulan
Unsur iklim Curah hujan (mm)
Hari hujan (hari)
Tempera tur ratarata (0C)
Tempera tur min (0C)
Tempera tur maks (0C)
1
388,8
27
25,0
22,0
2
228,8
24
25,0
3
342,3
24
4
376,6
5
Kelembaban udara (%)
29,3
Sinar matahari (%) 31
22,1
30,2
42
88
25,7
22,3
30,5
39
88
21
25,5
22,2
31,2
60
87
363,4
22
25,7
21,8
31,5
61
85
6
222,1
15
25,4
21,3
31,1
70
83
7
282,2
15
24,9
20,1
31,2
80
81
8
254,4
13
25,2
20,7
31,4
91
81
9
224,9
17
25,5
27,1
31,9
72
82
10
322,9
19
25,8
21,4
32,3
74
82
332,4
22
25,8
22,2
31,2
52
85
343,3
22
25,1
21,7
29,8
42
88
306,8
20,1
25,4
22,1
30,9
59,5
84,8
11 12 Rata-rata
88
Sumber: BMKG Stasiun Dramaga Bogor, 2010 (250 mdpl).
Curah hujan tahunan yang dapat mencapai lebih dari 5.000 mm/tahun akan meningkatkan jumlah jatuhan air hujan pada tapak sehingga diperlukan struktur yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung jatuh ke tanah serta mengakibatkan erosi. Solusi permasalahan ini adalah dengan menggunakan vegetasi yang berkanopi lebar untuk mengurangi intensitas air hujan yang jatuh. Hal ini didukung pernyataan Grey dan Deneke (1978) bahwa pemilihan vegetasi
yang dapat menangkap air hujan dapat dilakukan dengan penggunaan jenis tanaman conifer yang mampu menangkap air hujan sebesar 40%, penggunaan tanaman kanopi lebar yang dapat mengurangi jatuhan air hujan sebesar 20%, serta tanaman dengan percabangan horizontal yang lebih efektif menahan air hujan. Penyinaran dari cahaya matahari yang mencapai 59,5% dapat dikontrol melalui pengunaan vegetasi, elemen arsitektur, dan tata letak bangunan. Menurut Brooks (1988), penggunaan vegetasi seperti perdu, groundcover, dan rumput mampu mengurangi pantulan sinar matahari. Penggunaan elemen pada lanskap akan membentuk bayangan pada ruang luar. Elemen yang digunakan sebaiknya menggunakan warna yang tidak memantulkan sinar secara sempurna untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan, contohnya: biru, abu-abu, dan coklat. Disamping itu komposisi bangunan baik tunggal maupun kelompok dapat memunculkan bayangan yang teduh. Kontrol pantulan sinar untuk di dalam ruang dapat digunakan selasar di muka bangunan, Brooks (1988) menyatakan bahwa bahan permukaan pada tapak juga dapat mempengaruhi sinar matahari yang dipantulkan. Semakin terang dan halus permukaan tapak, maka semakin banyak cahaya matahari yang akan dipantulkan. Pengendalian temperatur juga dapat dilakukan dengan elemen arsitektur misalnya penggunaan elemen air. Elemen ini diletakkan pada daerah yang terlindung dari angin, dengan pergerakan udara dingin yang turun ke daerah lembah maka udara ini akan terkumpul, berhenti di titik terendah untuk membentuk kumpulan udara dingin (Brooks, 1988). Oleh karena itu adanya kolam budidaya pada tapak YAPIPI menjadi potensi dan harus dioptimalkan fungsinya. Fasilitas dan Utilitas Fasilitas pada tapak dapat dibagi berdasarkan tiga jenis yaitu fasilitas pertanian, fasilitas wisata, dan utilitas. Fasilitas pertanian adalah segala bentuk fasillitas yang mampu menujang aktivitas produksi pertanian. Fasilitas wisata merupakan segala bentuk fasilitas yang mampu menunjang aktivitas wisata pengunjung. Utilitas pada tapak akan dijelaskan dari segi utilitas drainase (Gambar 16).
Fasilitas Pertanian Fasilitas pertanian terdiri atas beberapa petak kebun sayur, beberapa blok petak sawah, paranet tempat budidaya bibit sayuran, kebun buah naga, serta lahan tanaman holtikultura menjadi bagian yang dominan pada lokasi ini. Disamping itu terdapat kandang domba garut, kandang ayam, tempat budidaya cacing, tempat pembenihan (hatchery) ikan mas yang berhadapan dengan kolam besar yang berisi ikan budidaya, kolam pemancingan, madrasah sebagai sarana pendidikan anak-anak masyarakat sekitar, mushola, toilet, serta area parkir di sebelah barat dan timur tapak (Gambar 17).
(a) budidaya Kolam
(b) Area kandang ternak
Gambar 17 Kondisi fasilitas kolam dan kandang ternak saat ini. Beberapa fasilitas bangunan masih diperlukan seperti bangunan untuk menyimpan peralatan serta bangunan pascapanen. Selama ini peralatan masih disimpan di area kantor pengelolaan. Beberapa bangunan disekitar kolam masih belum ditata lanskapnya sehingga akan lebih menarik bagi pengguna apabila ruang terkoneksi dan didesain taman display disekitar bangunan-bangunan tersebut. Petak tanam sayuran maupun tanaman buah-buahan sebaiknya membujur dari utara ke selatan agar mendapatkan sinar matahari yang cukup. Petak tanam juga sebaiknya mengikuti arah kontur hal ini telah diterapkan oleh YAPIPI dalam menata petak tanam. Ruang tanam yang
ada saat ini belum optimal digunakan dari segi luasan tanam. Solusinya adalah membentuk petak tanam tersebut menjadi teras-teras agar ruang yang dihasilkan menjadi lebih luas sehingga tersedianya petak tanam yang memadai untuk aktivitas edukasi pertanian. Area kolam pada tapak telah dibuat berdasarkan tahap budi daya ikan seperti adanya kolam pemijahan, tempat penetasan, dan kolam pembesaran atau pemeliharaan. Desain kolam yang ada masih sama, sedangkan jenis ikan yang dibudidayakan berbeda-beda. Kolam yang akan didesain sebaiknya menyesuaikan dengan ikan budi daya yang ada di dalamnya. Beberapa jenis ikan seperti nila memerlukan penghijauan kolam sebagai supply makanan. Beberapa jenis lainnya seperti lele dapat berkembang pada lingkungan yang kotor dengan sarang berupa lumpur pada dasar kolam. Penentuan lokasi kolam berdasarkan debit air juga diperlukan. Jenis ikan yang memerlukan debit air tinggi sebaiknya diletakkan di dekat sumber air. Kolam di lokasi YAPIPI belum menyediakan ruang penghijauan pada kolam sehingga akan berdampak pada ketergantungan terhadap pakan tambahan. Area kolam dapat mengundang satwa ataupun tumbuhan yang menjadi makanan alami ikan. Ketergantungan terhadap pakan dapat diminimalisasi dengan mengalokasikan seperempat persen dari luas masing-masing kolam untuk dijadikan area penghijauan pada kolam nila dan ikan mas. Hal tersebut mengacu pada pernyataan Motloch (1991) bahwa kolam atau disebut pond merupakan badan air tergenang dengan bentukan natural atau alami dan sering diimbangi dengan penanaman alami. Pada umumnya terletak pada ketinggian terendah dari tapak untuk menjaga keseimbangan gravitasi. Area penghijauan dapat berupa bahan organik seperti rumput yang dipotong bersama sampah berprotein yang ditebar di sudut kolam dan diberi pagar agar tidak mengotori seluruh kolam. Hal ini sangat baik diaplikasikan pada skala produksi yang relatif kecil. Secara fisik atau struktur kolam sebaiknya didesain secara aman. Aman dalam arti aman untuk pengguna maupun isi kolam tersebut. Seperti
halnya pada kolam YAPIPI, saluran drainase kolam yang lebar dengan aliran air yang deras menjadi kendala karena letaknya yang berada diantara pematang dan jalur pejalan kaki. Pengamanan terhadap pengguna dilakukan untuk menghindari orang yang terperosok ke dalam kolam. Solusinya digunakan penutup drainase dan menyediakan ruang gerak pengunjung pada salah satu sisi yang lebih luas. Pengamanan isi kolam dapat dilakukan dengan pemasangan struktur bilah bambu pada kolam agar jaring tersangkut dan terhindar dari upaya pencurian. Dunnet dan Andy (2007) menyatakan bahwa beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam mendesain kolam yang aman yaitu menghalangi akses langsung ke dalam kolam misalnya dengan penutup kolam, dalam kasus kolam budidaya hal ini tidak dapat dilakukan. Solusi yang dapat dilakukan adalah kolam didesain dengan perbedaan kedalaman untuk menghindari pengunjung jatuh sehingga membantu menjangkau ke pinggir kolam. Hal ini dilakukan terutama untuk pengunjung anak-anak. Kolam sebaiknya juga ditempatkan pada area yang aksesibel dan mudah dipantau orang. Fasilitas kandang ternak untuk budi daya menjadi aspek penting dalam mengembangkan komoditi. Pada tapak kondisi kandang domba maupun kambing sudah cukup baik dibangun oleh pengelola. Seperti diketahui bahwa kandang domba dan kambing ini sebaiknya kokoh, awet, dan umumnya berbentuk panggung, ventilasi lancar, sebaiknya dinding ditutup untuk menghindari angin, serta atap yang tidak menimbulkan panas (Sarwono, 2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah lanskap di sekitar kandang tersebut. Menurut Sarwono (2008), kandang sebaiknya cukup mendapat sinar matahari sehingga disekitarnya tidak terlalu banyak tanaman atau struktur yang dapat menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam kandang. Hal ini bermanfaat agar kandang tetap kering dan tidak lembab karena penyakit akan mudah dijumpai pada kondisi lembab. Kambing dan domba secara periodik akan dilepas ke luar kandang (umbaran) maka akses terhadap pakan yaitu rumput harus mudah. Oleh
karena itu, dipilih tempat umbaran yang dapat dilalui ternak dengan mudah misalnya dari segi kemiringan dan di lokasi yang dekat dengan kandang sehingga dengan mudah terjangkau oleh kambing dan peternak. Disamping itu, tempat umbaran yang dekat dengan kandang juga dapat memudahkan dalam kegiatan pemupukan (pupuk kandang), sehingga penempatan area umbaran ternak yang biasa digunakan di sebelah utara kandang sudah sesuai. Berkebalikan dengan ternak domba dan kambing, dalam budidaya cacing diperlukan tempat hidup yang ternaungi dan lembab agar ternak cacing optimal. Sehingga dalam mendesain tempat hidupnya ini sebaiknya digunakan struktur rangka menyerupai rumah yang diberi dinding penutup serta atap. Cacing dibudidayakan dalam rak-rak yang tersusun dalam struktur tersebut. Kondisi lingkungannya dibuat lembab dengan penataan tanaman yang memfilter cahaya matahari. Fasilitas Wisata Fasilitas wisata digunakan untuk memudahkan pengunjung melakukan aktivitas wisata. Pada pintu masuk terdapat papan nama serta pos keamanan. Pos keamanan sudah tidak digunakan sehingga kondisinya kurang baik. Pengunjung dapat mencari informasi di kantor pengelola YAPIPI yang letaknya disebelah utara rumah pemilik. Yayasan mengakomodasi pengunjung yang akan menginap sehingga terdapat fasilitas berupa rumah inap. Rumah ini dapat menampung 30 pengunjung. Fasilitas lainnya adalah rumah pemilik dengan gaya arsitektural Sulawesi yang digunakan untuk menerima tamu. Teras luar bangunan ini menghadap langsung ke arah gunung Gede Pangrango, sehingga tamu akan dihadapkan pemandangan Puncak Pass di waktu senja. Lantai bawah bangunan adalah aula yang dapat dipergunakan serta menampung sampai 50 orang. Fasilitas penunjang seperti mushola, toilet, serta ruang untuk pertemuan juga terdapat pada bagian timur tapak.
Utilitas Utilitas lainnya seperti inlet, outlet, dan dam atau tandon air pada tapak sudah cukup baik karena air dapat dipastikan mampu mengalir terus, dengan outlet yang memadai area ini dapat mengalirkan kelebihan airnya ke parit yang berada di utara tapak. Inlet dan outlet kolam budidaya sebaiknya diberi struktur saringan dengan mesh tertentu yang dapat mencegah predator atau ikan lain yang masuk, serta agar larva maupun pakan tidak hanyut terbawa arus outlet. Menurut Motloch (1991), keseluruhan fasilitas dan utilitas perlu diperhatikan agar dalam pembangunannya tidak terlalu banyak merubah bentukan lahan terutama perlu dihindarkan memotong jalur drainase agar sumber air tetap terjaga. Potensi Visual Potensi visual yang terdapat di tapak adalah view ke arah timur yaitu ke arah Gunung Gede-Pangrango serta ke selatan tapak ke arah Gunung Salak. Disamping itu secara umum view di sekeliling tapak mengarah ke area pertanian berupa persawahan dan kebun tanaman pangan yang membatasi antara tapak dengan pemukiman (Gambar 18). Potensi visual yang terdapat di dalam tapak adalah pemandangan ke arah kolam. Barisan kolam yang berada di ketinggian yang rendah menjadi pusat perhatian apabila pengunjung mengamati dari titik tertinggi. Oleh karena itu, pada kolam akan didesain agar menjadi atraksi pemandangan pada malam hari. Pencahayaan akan dimanfaatkan dalam mendesain area kolam ini. Berdasarkan potensi visual yang baik ini maka area titik tertinggi pada tapak dimanfaatkan sebagai titik pandang (viewing point). Titik pandang ini diaplikasikan menjadi area duduk-duduk bagi pengguna taman, sehingga pada pagi hari maupun sore hari dapat melihat pemandangan matahari terbit dan tenggelam.
Aspek Biofisik Vegetasi Vegetasi pada tapak didominasi oleh tanaman budi daya (Gambar 19). Tanaman budi daya tersebut adalah tanaman sayur seperti paria (Momordica charantia L.), tomat (Solanum lycopersicum), cabe (Capsicum anuum) yang terletak di ketinggian yang lebih tinggi. Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) dan mentimun (Cucumis sativus) terletak di ketinggian yang lebih rendah. Tanaman pangan seperti jagung (Zea mays) dan singkong (Manihot utilisima) serta tanaman buah seperti melon (Cucumis melo L.) dan jambu klutuk (Psidium guajava) terletak di selatan tapak. Buah naga (Hylocereus undotus), sunkist lokal, dan pisang (Musa paradisiaca) terdapat di sebelah timur tapak. Vegetasi lainnya adalah vegetasi non-budi daya yaitu di sepanjang jalur masuk kendaraan terdapat akasia (Acacia auriculiformis), ilalang, serta bunga kertas (Zinnia elegans). Tanaman bayam merah (Iresine herbstii) terdapat di sekitar bangunan rumah pemilik tapak. Jenis vegetasi lainnya adalah bambu (Bamboosa sp.), pohon kirai, kelapa (Cocos nucifera) di sebelah selatan dan tanaman sente (Alocasia macrorrhiza) yang tumbuh di pematang kolam. Terdapat beberapa faktor umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tanaman secara spesifik antara lain fungsi yang akan diaplikasikan pada tapak, seperti; fungsi arsitektural, fungsi estetik, fungsi pengendali mikroklimat, dan fungsi engineering. Faktor lainnya adalah ketahanan pada berbagai musim, faktor fisik seperti ukuran maksimum, densitas pertumbuhan, percabangan, bentuk shiluet, ukuran dan ketebalan daun, perakaran, serta pembungaan dan variasi musim. Faktor budaya menjadi hal penting dalam pemilihan tanaman. Kesesuaian antara kebutuhan dengan kebiasaan pemilik diperlukan dalam pemeliharaan. Pemeliharaan yang tinggi akan berakibat pada biaya pemeliharaan yang tinggi sehingga direkomendasikan penggunaan tanaman yang mudah dipelihara (Ingels, 1997). Deskripsi mengenai komoditas tanaman dijelaskan pada Tabel 7 yang kemudian disesuaikan dengan kondisi fisik tapak sehingga tanaman tersebut diketahui kesesuaiannya pada tapak. Tanaman buah yang memiliki periode panen raya tertentu seperti buah naga, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata yang sifatnya annual.
Pada bulan September sampai Maret, buah naga mengalami panen raya. Tanaman jambu tidak digunakan pada tapak karena umur panen yang cukup lama dan umumnya masyarakat telah mengenal tanaman tersebut. Pada area dengan topografi bergelombang akan ditanami vegetasi sebagai upaya penghijauan. Hal ini akan memudahkan air meresap ke dalam tanah sehingga mengurangi risiko erosi. Vegetasi yang dipilih adalah vegetasi yang akarnya mampu menjaga stabilitas tanah. Fungsi ini dapat didukung dengan fungsi budi daya sehingga dalam satu jenis tanaman diperoleh manfaat lebih. Tabel 7 Syarat tumbuh beberapa jenis tanaman sayur dan buah No.
Komoditi Ketinggian
Syarat tumbuh Tanah faktor iklim/ CH/Rh Ch 750-1250 tanahnya mm/tahun, gembur, curah hujan porus, subur, tanah yang tinggi dapat liat yang menghambat sedikit mengandung persarian, Rh tinggi sekitar pasir pH 5 25% 6
1
Tomat
dataran rendah/dataran tinggi
2
Cabe
dataran rendah/dataran tinggi
berstruktur remah/ gembur, BO tinggi, PH 5,5 - 7,0 Tanah tidak becek Lahan pertanaman terbuka/ tidak ada naungan.
3
Mentimun
1.000 - 1.200 mdpl.
tanah gembur, banyak humus, tata air baik, mudah meresapkan air, pH 6-7.
Umur panen Irigasi penyiraman pagi atau sore hari, dilakukan tiap hari jangan berlebihan
90-100 HST, Interval pemetikan 23 hari sekali, Supaya tahan lama dipanen setengah matang
Ch 15002500 mm /thn 16° - 32 ° C, keadaan sinar matahari cukup (10 12 jam).
siram tanaman secukupnya setelah tanam den penyiraman berikutnya dilakukan 2 hari sekali bila tidak ada hujan.
setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai tanaman tidak menghasilkan
iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, 21,1 26,7°C tidak banyak hujan.
setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit.
2-3 bulan setelah tanam, dipanen sebelum jam 9.00 pagi, 5 10 hari sekali
Tabel 7 Lanjutan syarat tumbuh beberapa jenis tanaman sayur dan buah No.
Komoditi Ketinggian
Syarat tumbuh Tanah faktor iklim/ CH/Rh
Umur panen Irigasi
4
Buah naga
dataran rendah, ketinggian 20 – 500 mdpl
gembur, porous, banyak BO banyak unsur hara, pH tanah 5 – 7
penyinaran matahari penuh-untuk mempercepat proses pembungaan
air cukup tersedia, karena peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air, pengairan dilakukan 1 – 2 hari sekali
1,5 – 2 tahun/ 50 hari terhitung sejak bunga mekar, Umur produktif 15 – 20 tahun
5
Melon
300-900 m dpl
tanah liat berpasir, banyak BO, tidak menyukai tanah terlalu basah pH tanah 5,8-7,2
penyinaran matahari penuh, hindarkan dr hujan, angin dan kelembaban yang tinggi
penyiraman sejak masa pertumbuhan, kecuali hujan dilakukan pagi-pagi sekali
3 bulan setelah tanam waktu pemanenan pagi hari
6
Buncis
20 – 500 mdpl
tanah gembur, banyak humus
keadaan sinar matahari cukup (10 12 jam).
pada musim kemarau 1-15 hari, dua kali sehari
2 bulan, dipanen 2-3 hari sekali dan dihentikan ketika sudah 7 kali panen
7
Paria
dataran rendah
tanahnya gembur, porus, subur
Ch 750-1250 mm/tahun, keadaan sinar matahari cukup
pengairan pada parit dalam beberapa jam
2 bulan, dipanen 1-2 minggu sekali
Sumber: Susila, 2006.
Penyusunan lokasi petak tanam didasarkan pada ketinggian dan kebutuhan sinar matahari. Tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi) diletakkan pada bagian kemiringan teras, sedangkan bagian teras yang datar (atas dan bawah) merupakan tanaman yang mendapat penyinaran tidak
langsung. Hal ini dilakukan agar seluruh petak mendapatkan cahaya matahari yang cukup. Pemilihan pakan bagi ternak juga perlu diperhatikan. Beberapa jenis rumput yang sering digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis), dan rumput benggala (Panicum maximum). Jenis pakan berdasarkan produksi serta daya tumbuh tertinggi hingga terendah dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Daya hidup dan produksi beberapa jenis rumput pakan No
1
Jenis rumput
Musim hujan
Musim kemarau
Produksi
Daya hidup (%) 100
Prod. Basah (%) 4.17
Daya hidup (%) 94
Prod. Basah (%) 3.54
(%)
94
1.40
50
1.00
71
100
3.75
84
2.50
66
94
4.00
53
2.67
66
4
Rumput setaria Setaria ancep. Rumput brachiaria Brachiaria ruziziensis Rumput setaria Setaria sp. Paspalum
5
Hyparrhenia rufa
88
1.25
53
0.25
20
6
Rumput benggala Panicum maximum
100
1.39
29
0.28
20
2 3
85
Sumber: Deptan, 1991.
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh hasil bahwa rumput setaria menghasilkan produksi paling tinggi serta daya tumbuh yang tinggi baik di musim hujan maupun kemarau. Kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap produksi rumput. Salah satu kondisi tersebut adalah stres kering. Perbandingan produksi dua jenis rumput pada kondisi stres kering dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa rumput gajah memiliki pengurangan produksi lebih besar daripada rumput benggala akibat perlakuan stres kering.
Tabel 9 Produksi hijauan rumput benggala dan rumput gajah akibat perlakuan stres kering Jenis rumput
Tanpa
Benggala Gajah Rata-rata
59,83 a 117,83 a 88,83 a
Stres kering 1x* 2x* (g/pot) 55,33 a 52,83 a 105,17 a 100,50 a 80,25 a 76,67 a
Rata-rata 3x* 44,33 a 91,67 a 68,00 a
(%) 53,08 b 103,79 a
Pengurangan produksi* (%) 11,28 11,91
Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p< 0.05) pada baris dan kolom interaksi maupun pada kolom rata-rata perlakuan jenis rumput dan baris perlakuan stres kering *Produksi hijauan tanpa stres dibanding stres 3 kali. Sumber: Purbajanti, 2007
Disamping ditinjau dari daya hidup serta kepekaan terhadap stres, rumput pakan dapat diuraikan melalui keunggulan dan kelemahannya. Beberapa jenis rumput yang umum digunakan tersebut dibandingkan untuk mengetahui jenis yang sesuai untuk diaplikasikan pada tapak (Tabel 10). Berdasarkan Tabel 10 dapat digunakan rumput gajah sebagai rumput potong dan rumput ruzi sebagai rumput penggembalaan karena kesesuaian tumbuh pada tapak dan produksi yang tinggi di setiap musim. Jenis rumput dapat dikombinasikan dengan tanaman leguminosae untuk pemenuhan protein pada ternak kambing dan domba. Beberapa jenis tersebut adalah seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothrysus), dan gamal (Gliricidia sepium), atau dengan legum merambat seperti kacang sentro (Centrosema pubescens), kembang telang (Clitoria ternatea), dan kacang ruji (Pueraria phaseoloides) (Purbajanti, 2007). Tanaman non-budi daya yang dipertahankan antara lain tanaman kirai yang dapat menjadi focal point diantara tanaman budi daya sayuran. Bunga kertas yang tumbuh alami dapat ditanam disekitar parit yang berada di utara tapak sehingga menimbulkan kesan kontras dan alami. Pada vegetasi tepi jalan direkomendasikan pohon rendah yang berfungsi sebagai pengarah sehingga pengguna yang berkendara maupun pejalan kaki tetap merasa nyaman. Selain itu untuk pohon tepi jalan digunakan tanaman dengan perakaran yang tidak merusak struktur jalan maupun utilitas.
Tabel 10 Perbandingan keunggulan dan kelemahan jenis rumput pakan No
Jenis rumput
1
Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
2
Rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis)
3
Rumput benggala (Panicum maximum)
Kelemahan
Keunggulan a)
mempunyai nilai gizi yang tinggi b) berumur panjang (perennial), dapat tumbuh pada berbagai ketinggian, tahan terhadap kekeringan dan naungan a) cocok untuk daerah dengan iklim basah (1000 mm/t) b) rumput berumur panjang c) produk bahan segar rata-rata sebanyak 120 ton/ha d) umur potong yang optimal (4-6 minggu) Panen pertama dilakukan pada 2-3 bulan setelah tanam. Interval pemotongan dilakukan setiap 30-40 hari (musim hujan) atau 50-60 hari (musim kemarau) e) toleran terhadap renggutan injakan, dan tanaman ini relatif tinggi f) cocok digunakan untuk menahan erosi dan cepat tumbuh a) tanaman berumur panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatabel (disukai ternak).
a)
rumput gajah diberikan kepada ternak sebagai rumput potongan b) tidak tahan terhadap air yang tergenang c) tidak tahan injakan dan kondisi over-grazing a) hijauan yang diberikan merupakan campuran menghindari b) jamur yang tumbuh c) pemanfaatan sebagai rumput padang pengembalaan dilakukan secara rotasi dengan membagi areal menjadi beberapa petakan dengan pagar pemisah untuk memberikan waktu istirahat (zero grazing) d) diperlukan biaya untuk pemagaran petakan
a)
produksi hijauan dan produksi bahan kering lebih rendah daripada rumput gajah dan rumput brachiaria b) produksi di musim kemarau rendah
Sumber: http://ilmuternakkita.com/2010/01/rumput-grass.html
Penanaman pada kolam dapat dilakukan karena ikan yang dibudidayakan di tapak terdiri atas ikan herbivora dan karnivora maka pakan alami yang disediakan di lingkungan kolam akan memudahkan dalam budi daya. Pakan alami untuk ikan seperti alga atau ganggang hijau serta pakan tambahan berupa tanaman dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan tumbuh ikan. Oleh karena itu, di sekitar kolam dapat ditanami dengan sumber pakan mereka, sedangkan untuk alga dapat dihasilkan dari kegiatan persiapan kolam. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza), pepaya (Carica papaya), keladi (Colocasia esculenta),
ketela pohon (Manihot utililissima), genjer (Limnocharis flava), kimpul (Xanthosoma violaceum), kangkung (Ipomea reptans), ubi jalar (Ipomea batatas), ketimun (Cucumis sativus), labu (Curcubita moshata), dan dadap (Erythrina sp.). Penggunaan daun sente sebagai tanaman pakan dinilai sesuai karena mudah tumbuh dan mudah dijumpai pada tapak. Satwa Jenis satwa yang ada di tapak adalah satwa budi daya dan satwa non-budi daya. Satwa budi daya antara lain domba garut (golongan domba jinak peliharaan/ Ovis ammon aries) berada di bagian timur tapak, ikan lele (genus Clarias) sangkuriang, ikan nila (Oreochromis niloticus), serta ikan mas (Cyprinus carpio L). pada kolam budi daya. Disamping itu pada tapak direncanakan menjadi tempat budi daya kambing ettawa (golongan kambing jinak/ Capra aegagrus hircus), ayam, dan budi daya cacing. Data mengenai satwa terutama ikan yang ada di tapak dijelaskan pada Tabel 11 yang kemudian dianalisis untuk menentukan desain lingkungan yang sesuai bagi satwa tersebut. Selain satwa budi daya terdapat satwa non-budi daya seperti serangga dan burung. Dalam membudidayakan kambing maupun domba perlu diperhatikan dari segi lokasi, model serta ukuran kandang, dan perlengkapan kandang lainnya. Sementara untuk mendatangkan satwa yang menjadi pakan alami ternak, digunakan sistem bioretensi. Tabel 11 Data fisiologis, pakan, tempat hidup dan perilaku ikan No
Aspek
Ikan Lele
Ikan Nila
1
Ciri fisiologis
a)
bentuk tubuh bibit agak pipih berukuran 10 cm dengan warna hitam, disekitar mulutnya terdapat kumis kaku
a)
2
Makanan
a)
bibit: udang
a) bibit: plankton, b) dewasa: cacing, serangga, c) ganggang
b) dewasa: ikan kecil, cacing, serangga
bentuk dan ukuran kecil apabila dipelihara mampu tumbuh hingga 20 cm
Ikan Mas a)
sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; b) perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1. a) bibit: kuning telur rebus, alami: zooplankton, dewasa: pellet
Tabel 11 Lanjutan data fisiologis, pakan, tempat hidup dan perilaku ikan No
Aspek
3
Tempat hidup
a)
4
Perilaku
a)
Ikan Lele
Ikan Nila
kolam dengan kondisi yang kotor, mampu hidup dengan sampah hasil aktivitas dapur
a) sungai b) kolam dengan debit air tinggi c) dilengkapi area penghijauan untuk melindungi tepi kolam dan mengundang satwa makanan ikan a) pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, pemakan aneka tumbuhan, ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
termasuk ikan yang suka menyerang memiliki patil yang beracun, bersifat kanibal jika bibit disatukan dengan indukan b) ikan akan bersembunyi pada musim hujan.
Ikan Mas a)
kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, keramba di perairan umum.
a)
gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air
Sumber: Nomo et al., 1992.
Daya Dukung Daya Dukung Ternak Pada perhitungan daya dukung area penanaman pakan digunakan asumsi bahwa produk bahan segar rumput ruzi 120 ton/ha/thn. Interval pemotongan per penggembalaan 40 hari dengan lama pengembalaan paling optimal adalah 7 (tujuh) hari. Rencana lapangan penggembalaan pada tapak memiliki luas 586,72 m2 (0,058 ha) dan akan dibuat 7 petakan untuk memenuhi kebutuhan merumput 1 minggu di lapangan. Kebutuhan konsumsi pakan (berat segar) seekor kambing adalah sebesar 15% bobot tubuh dengan bobot tubuh kambing rata-rata 25 kg. Produk bahan segar rumput ruzi per pemotongan adalah (40 hari/365 hari) x 120 ton/ha/thn = 13,20 ton/ha. Produk bahan segar rumput ruzi di tapak = 0,058 ha x 13,20 ton/ha = 765 kg. Produk bahan segar/hari penggembalaan = 765 kg/7 petak = 109,30 kg/petak/hari. Daya dukung lapangan rumput menjadi = produk bahan segar/kebutuhan pakan kambing = 109,30/(15/100 x 25) = 29 kambing/petak/hari penggembalaan. Berdasarkan perhitungan diperoleh dalam satu hari lapangan dapat menampung 29 ekor x 7 petak = 203 ekor.
Luas kandang yang dialokasikan untuk kambing ettawa 1200 m2 dan kandang untuk domba 152 m2 sehingga totalnya 1352 m2. Total luasan dikurangi luas untuk sirkulasi pengelolaan (lorong dalam kandang) sebesar 106 m2 sehingga ruang untuk kandang menjadi= 1352 m2 - 106 m2 = 1246 m2. Asumsi standar kebutuhan ruang tiap ekor adalah 4,5 m2 maka jumlah keseluruhan kambing adalah = 1246 m2/ 4,5 m2 = 277 ekor. Jika dibandingkan dengan daya dukung yang ada (203 ekor) maka lapangan tidak mencukupi sehingga solusinya adalah dilakukannya penggembalaan kambing secara bergiliran. Pada saat kelompok kambing yang satu digembalakan maka kelompok yang lain diberi pakan di kandang dan dilakukan secara bergantian, sehingga keseluruhan kambing memperoleh pakan yang cukup. Aspek Sosial Yayasan ini memiliki motto “Memberdayakan petani dan pemuda tani, melalui pendidikan dan Pembangunan pertanian terpadu serta modern dalam lingkungan pesantren pertanian”. Tapak ditujukan sebagai tempat belajar bertani dan lokasi agrowisata. Aktivitas yang diarahkan tidak hanya bermalam, namun juga untuk kegiatan belajar. Oleh karena itu dalam aktivitasnya terkait dengan kegiatan pendidikan pertanian dalam arti umum yaitu meliputi berkebun, beternak, budidaya ikan, penanaman tanaman pangan, dan lain-lain. Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia memiliki visi menjadi arus utama dalam pembangunan pertanian modern berbasis kawasan dan komunitas. Misinya adalah mengembangkan sistem pertanian modern ramah lingkungan yang beretika, berbudaya, dan religius. Misi lainnya mengembangkan sumber daya insan pertanian yang maju, profesional, dan berdaya saing. Disamping itu YAPIPI juga berusaha mengembangkan sistem agribisnis kemitraan yang adil serta berasas pada reward dan punishment secara proposional. Misi selanjutnya adalah membangun dan mengembangkan desa binaan sebagai kawasan terpadu agribisnis yang berdaya saing dan berkompetisi secara luas. Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia memiliki 5 (lima) bidang kerja utama dalam mencapai visi dan misinya. kelima bidang kerja
tersebut adalah riset dan pengembangan, pelatihan dan pendampingan, produksi dan pemberdayaan masyarakat petani, kemitraan dan pemasaran, serta komunikasi, publikasi, dan kehumasan. Struktur kelembagaannya meliputi Pembina YAPIPI sebanyak 2 orang, Pengurus YAPIPI sebanyak 14 orang, dan Pengawas YAPIPI sebanyak 3 orang. Pengguna tapak antara lain adalah komunitas pemberdayaan petani dan kelompok lainnya yang ingin mempelajari pertanian secara langsung. Kisaran pengunjung adalah anak-anak (6 tahun) hingga dewasa. Masyarakat sekitar turut berperan dalam mengelola tapak dari segi tenaga kerja. Aktivitas yang sudah dilakukan adalah pengenalan terhadap kegiatan pertanian secara langsung, melewati jalur track outbond, memberi makan domba dan kambing perah, melihat perikanan, serta melakukan pelatihan praktik pertanian. Pengunjung yang datang dalam satu kali kunjungan berkisar antara 50 sampai 100 orang. Lama aktivitas pengunjung di tapak sekitar 7 jam dan ada juga yang menginap, biasanya selama dua hari satu malam. Aspek Legal Ketentuan dan Undang-Undang Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). Berdasarkan Surat Keterangan Menparostel dan Mentan 1989 (SK. No. KM47/PWCDOW/MPPT89 dan SK. No. 204/KPTS/HK/050/4/1989)1 terdapat arahan bentuk atraksi bagi area pertanian yang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata. Arahan tersebut adalah pola perilaku masyarakat, pola usaha tani spesifik (tani, ternak, ikan, tanaman pangan), pola kegiatan yang melambangkan tata nilai kehidupan masyarakat di bidang budaya, adat, agama, pola interaksi komponen alam dan lingkungan hidup dalam ekosistem desa yang agraris, serta pola keindahan dari alam (gunung, arsitektur, dan sebagainya). Arahan tersebut menjadi salah satu pertimbangan bentuk pengembangan wisata 1
Peraturan Menteri Pertanian Nomor:41/Permentan/OT.140/9/2009. [jejaring http://pla.deptan.go.id/pdf/Peraturan_Menteri_Pertanian_41.pdf (12 Juli 2010).
berkala]
yang dapat dilakukan di YAPIPI. Pada tapak atraksi yang dapat dimunculkan adalah pola perilaku masyarakat, pola usaha tani spesifik (tani, ternak, ikan, tanaman pangan), pola interaksi komponen alam dan lingkungan hidup, serta pola keindahan dari alam. Pola kehidupan adat dan budaya pada tapak tidak ada yang spesifik sehingga tidak terdapat atraksinya. Berdasarkan kode etik pariwisata dunia (Depbudpar, 2007) terdapat kewajiban bagi pemerintah, pengusaha wisata maupun masyarakat dalam pengembangan wisata. Pemerintah diharapkan dapat memberian kemudahan dalam penyediaan informasi, pengikutsertaan penduduk setempat, arah wisata untuk peningkatan taraf hidup masyarakat setempat dalam menciptakan lapangan pekerjaan, dan peningkatan kelestarian lingkungan alam. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi agrowisata diharapkan mengerti dan menghormati para pengunjung yang mengunjungi mereka. Para pengusaha di bidang ini diharapkan mampu memberikan informasi yang obyektif tentang tempat tujuan dan kondisi perjalanan kepada pengunjung, memperhatikan keamanan dan keselamatan bagi pengunjung, dan melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap lingkungan hidup serta alam sekitar. Kewajiban tersebut menjadi hal yang perlu dilakukan ketika tapak YAPIPI dikembangkan agar tidak merugikan baik bagi lingkungan, pemerintah, pemilik dan pengelola serta pengunjung kawasan. Konsep Konsep Dasar Konsep dasar dari desain lanskap ini adalah mendesain lanskap pertanian untuk pendidikan proses pertanian dari tahap produksi hingga pascapanen. Lanskap ini berfungsi sebagai tempat edukasi pertanian dalam arti luas, meliputi bidang perikanan, peternakan, dan pertanian hortikultura. Edukasi pertanian yang didesain merupakan proses produksi dari komoditas pada bidang-bidang tersebut. Proses dimulai dari pembibitan komoditas, pembudidayaan, pemanenan, hingga kegiatan pascapanen. Fungsi edukasi pertanian sebagai fungsi utama ditunjang oleh aktivitas wisata yang ditawarkan sehingga pengguna dapat belajar dengan menyenangkan.
Tujuan desain lanskap pertanian adalah mengakomodasi aktivitas pendidikan pertanian yang ditunjang aktivitas wisata serta meningkatkan pengetahuan pengguna mengenai komoditi dan lingkungan pertanian. Desain lanskap pertanian ini diharapkan dapat mewujudkan yayasan mandiri dengan adanya rangkaian proses produksi dalam satu kawasan. Sasaran penggunanya berdasarkan aktivitas yang akan dihadirkan pada tapak yaitu siswa sekolah, mahasiswa, pengusaha bidang pertanian, petani, anak-anak masyarakat sekitar, dan masyarakat umum. Konsep Desain Ide desain terinspirasi dari sebuah dongeng berjudul Jack and the Beans 2
Stalk (Jack dan Pohon Kacang). Konsep desain yang diterapkan adalah salah satu elemen pada dongeng yaitu kecambah kacang. Kacang telah dikenal masyarakat sebagai komoditas pertanian dengan sumber protein yang tinggi. Protein menjadi zat esensial penyusun tubuh. Perkecambahannya pun mudah dikenali dan dipelajari. Sehingga penggunaan motif kecambah kacang bermakna lanskap pertanian yang didesain dapat menjadi sumber ilmu bagi masyarakat luas yang ingin mempelajari pertanian. Proses perkecambahan yang bertahap bermakna adanya proses produksi pertanian. Motif perkecambahan yang dinamis memberi kesan rileks dan menyenangkan untuk aktivitas edukasi maupun wisata pada area pertanian (Gambar 20). Konsep desain kecambah kacang akan diterapkan pada tata ruang yang berisi aktivitas pengguna serta sirkulasi yang menghubungkannya. Biji kacang dan daun dianalogikan sebagai ruang-ruang aktivitas pengguna, sementara tangkai kecambah dianalogikan sebagai sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang tersebut. Pola polong-polong kacang juga akan diaplikasikan pada beberapa elemen misalnya kolam dan sign system. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kesatuan ide desain keseluruhan tapak.
2
Jack and the Beans Stalk (Jack dan Pohon Kacang) adalah salah satu dongeng anak populer berasal dari Inggris. Dongeng ini mengisahkan tentang Jack yang mendapat biji kacang ajaib. Dongeng pertama kali diterbitkan secara anonim di London dengan penerbit Benjamin Tabart pada tahun 1807 (Anonim, 1807).
da aun
b biji
tangk kai
G Gambar 20 Ilustrasi I konnsep desain.
K Konsep Ruaang dan Ak ktivitas Penddekatan yangg digunakann dalam meembentuk ruuang-ruang pada p tapak a adalah sumbber daya yan ng terdapat ddi tapak. Berrdasarkan koonsep dasar dan tujuan d desain, mak ka tapak direncanakan menjadi m lim ma ruang denngan presenntase ruang d dominan pad da ruang eddukasi (Gam mbar 21). Hasil peta kom mposit di kellompokkan m menjadi lim ma ruang utam ma membenntuk rencanaa blok (Gam mbar 22). Ruuang–ruang t tersebut adaalah ruang peenerimaan, rruang pelayaanan, ruang edukasi, ruaang wisata, d dan ruang konservasi. Masing-maasing dari ruang terseebut akan dibagi d lagi k kedalam sub bruang seperrti tampak paada Gambar 23. Deskrippsi detil men ngenai tiapt ruang daapat dilihat pada tiap p Tabel 12. 1
Gaambar 21 Diiagram pemb bagian ruangg.
Tabel 12 Pembagian ruang dan subruang No
Ruang
Persentase
1
Penerimaan
10
2
Pelayanan
15
3
Edukasi
30
4
Wisata
25
5
Konservasi
20
Subruang a) b) c) a) b) c) d)
Peristirahatan Agribazaar Informasi Persawahan Kebun sayur Kolam ikan Pascapanen dan pekerja a) Pertanian b) Outbound -
Keterangan Ruang pertama kali pengunjung masuk mengakomodasi akses menuju ruang selanjutnya, kegiatan aktif Berbagai pelayanan tersedia pada ruang ini, menunjang kegiatan pasif Ruang dengan desain alami, ruang kolam menggunakan sistem bioretensi untuk mengontrol kualitas air Ruang terbuka dengan fasilitas outbound dan petak tanam untuk kegiatan aktif maupun pasif Ruang yang mampu menunjang stabilitas tanah melalui teknik bertani tradisional
Berdasarkan aktivitasnya tapak terdiri atas ruang pasif dan ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang diperuntukan bagi aktivitas pengguna. Termasuk kedalam ruang ini adalah ruang penerimaan, pelayanan, edukasi, dan wisata. Ruang penerimaan diperuntukan sebagai display dan area penerimaan. Ruang pelayanan diperuntukan untuk keperluan informasi dan mengakses fasilitas pelayanan. Ruang edukasi diperuntukan untuk keperluan pendidikan pertanian. Ruang wisata diperuntukan untuk pengguna berkumpul, melakukan wisata pertanian, dan melakukan permainan outbound. Detil konsep ruang dengan rencana ruang-aktivitas-fasilitas terdapat pada Tabel 13. Disamping ruang aktif terdapat ruang pasif. Ruang pasif adalah ruang yang diperuntukan bagi ekologis tapak. Termasuk kedalam ruang ini adalah ruang konservasi yang
menjadi area penanaman tanaman keras yang rapat
dikombinasikan dengan tanaman budi daya pertanian. Ruang ini berfungsi sebagai buffer bagi tapak sekaligus penghasil komoditas pertanian. Ruang ini berada pada bagian terluar mengelilingi setengah bagian tapak.
Tabel 13 Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas No
Ruang
Subruang
Aktivitas
1
Penerimaan
-
a)
2
Pelayanan
Peristirahatan
a) Menginap b) Viewing pemandangan c) Duduk-duduk & beristirahat d) Makan e) Toilet
Agribazaar
Mengunjungi display bazaar
Informasi
a) b) c) a) b)
3
Edukasi
Persawahan Kebun sayur
Akses keluar dan masuk pengunjung & kendaraan b) Lokasi awal mulai bersepeda
a) b)
Pascapanen & pekerja
a) b) c) d)
4
5
Wisata
Konservasi
Administrasi Interpretasi kawasan Acara pertemuan Budidaya padi Duduk-duduk/ beristirahat Berkeliling mempelajari budidaya sayuran Mengunjungi rumah paranet (paranet house) Beristirahat pekerja Display kegiatan pascapanen Pengangkutan panen ke ruang penyimpanan Display penyimpanan & perawatan alat Budidaya ikan Pendidikan belajar
Kolam ikan
a) b)
Pertanian
a) Memetik buah b) Menggembala/ memberi makan c) Memancing
Outbound
a)
-
Melakukan kegitan outbound & ketangkasan b) Api unggun c) Berkumpul/ kegiatan outdoor Pengelolaan area konservasi
Fasilitas Pos keamanan Shelter rak sepeda Area display & name sign Petunjuk arah Rumah pemilik dan rumah inap Area parkir kendaraan bermotor & sepeda Area parkir truk/angkutan pengelolaan Pergola Kafetaria Tenda bazaar outdoor Tempat duduk Kantor pengelola Papan informasi Ruang pertemuan Petak sawah boardwalk Dek dan tempat duduk Paranet house Petak tanam sayur Pergola Ruang peralatan Ruang pengolahan & penyimpanan
Kolam, hatchery, Ruang kelas, Mushala Toilet Petak kebun buah Kandang ternak Lapangan rumput penggembalaan Kolam pancing & pergola Set fasilitas outbound Tempat api unggun Lapangan rumput Jalur sirkulasi
Konsep Sirkulasi Sirkulasi yang akan didesain diperuntukan bagi kendaraan pengguna serta kendaraan produksi, pejalan kaki, jalur sepeda, pengelola, dan satwa budidaya. Pola sirkulasi memiliki pola organik. Pada konsep desain tangkai kecambah dianalogikan sirkulasi kendaraan pengguna serta produksi. Alur pada biji dan daun kecambah diaplikasikan sebagai jalur pejalan kaki dan jalur sepeda Sementara jalur pengelolaan berada di dalam masing-masing ruang tapak yang akan terhubung pada sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi satwa digunakan untuk perpindahan ternak yang perlu digembalakan dari kandang ke lapangan rumput. Sirkulasi diupayakan dapat menghubungkan ruang-ruang yang ada dan memudahkan ternak maupun penggembala dalam mengakses ruang maupun fasilitas (Gambar 24). Bentuk sirkulasi adalah ramp menuju lapangan rumput dan terdapat tangga untuk keperluan pengguna menuju ruang lainnya. Struktur tangga ini dapat menjadi alternatif sirkulasi apabila jalan ramp licin karena hujan, sehingga pengguna dapat mudah mengaksesnya. Tangga dilengkapi landings agar pengguna tidak mudah lelah ketika menaiki tangga tersebut.
Gambar 24 Ilustrasi dan diagram rencana sirkulasi.
Konsep Vegetasi Konsep
vegetasi
yang
didesain
berdasarkan
fungsi
yang
akan
diaplikasikan pada ruang-ruang tersebut (role factors). Fungsi yang akan diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 14. Vegetasi yang akan didesain di YAPIPI meliputi vegetasi dengan aspek arsitektural, aspek produksi, dan aspek ekologis. Tabel 14 Konsep vegetasi desain lanskap pertanian YAPIPI No 1
Ruang Penerimaan
Fungsi Tanaman Arsitektural
2
Pelayanan
Arsitektural
3
Edukasi
Produksi
4
Wisata
Arsitektural
5
Konservasi
Ekologis
Fungsi Spesifik Pembentuk identitas: warna bunga menarik dan semak Estetika: Pohon rendah berbunga dan semak Tanaman budi daya pertanian: tanaman pangan, sayuran, buah, tanaman air Tanaman bioretensi Pembentuk ruang: Tanaman penaung, rumput sebagai alas ruang Penghijauan: stabilitas tanah, sekaligus dapat dipanen
Vegetasi dengan aspek arsitektural dan aspek produksi akan berada pada ruang aktif, yaitu ruang yang aksesibilitasnya tinggi. Vegetasi dengan aspek ekologis akan berada pada ruang pasif untuk melindungi fungsinya. Pemilihan tanaman secara spesifik pada tapak YAPIPI juga harus diperhatikan dari faktor fisik seperti ukuran maksimum, densitas pertumbuhan, percabangan, bentuk siluet, perakaran, pembungaan dan variasi musim. Vegetasi yang digunakan sebaiknya tahan pada berbagai musim dan mudah dipelihara. Program Wisata Program wisata disesuaikan dengan fungsi YAPIPI sebagai tempat pendidikan pertanian secara menyeluruh, maka wisata yang dikembangkan adalah wisata pendidikan pertanian. Pengunjung akan belajar teknik bercocok tanam mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, hingga pengolahan hasil. Pendidikan pertanian ini berorientasi pada kegiatan praktik, sedangkan untuk informasi tambahan dapat diperoleh dari guide maupun papan interpretasi. Berdasarkan evaluasi obyek wisata (Smith, 1989) diperoleh konsep wisata yang
akan dikembangkan (Tabel 15). Evaluasi dilakukan terhadap obyek yang telah disusun pada rencana ruang-aktivitas-fasilitas. Evaluasi dilakukan setelah site plan tapak YAPIPI selesai didesain sehingga diperoleh area atau obyek penilaian. Masing-masing obyek akan dinilai dan dikelompokkan menjadi obyek sangat sesuai, obyek sesuai, dan obyek kurang sesuai. Tabel 15 Evaluasi Objek Wisata pada tapak YAPIPI Area Penilaian
Ket
20
Aspek Kelayakan Kawasan Agrowisata B C D E F G Jumlah terbobot Bobot Scoring (%) ∑ KKA 20 15 10 15 10 10
Kantor pengelola
60
80
30
40
30
20
40
300
SS
Pascapanen pertanian
80
60
15
40
30
20
40
285
SS
Agribazaar Rumah inap
60 80
40 20
15 30
40 40
30 30
20 20
40 40
245 260
S S
Petak sawah
60
80
15
30
30
20
30
265
SS
Petak sayur Rumah paranet
60 40
60 20
15 15
40 30
30 30
20 20
40 30
265 185
SS KS
Kolam budi daya ikan
60
80
15
40
30
20
40
285
SS
Hatchery
40
20
15
30
30
20
20
175
KS
Madrasah Wisata peternakan
40 60
40 80
15 15
30 40
30 30
20 20
30 30
205 275
KS SS
Lapangan gembala
80
80
15
30
30
20
20
275
SS
Petak wisata buah
80
60
15
40
30
20
40
285
SS
Kolam pancing Outbound air
60 60
40 60
15 15
40 40
30 30
20 20
40 40
245 265
S SS
Permainan outbound
80
80
15
40
30
20
40
305
SS
Tempat gathering
60
80
15
40
30
20
40
285
SS
A
Keterangan: A= Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian; B= Obyek dan Atraksi Alami; C= Obyek dan Atraksi Sosial; D= Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan; E= Akses; F= Letak dari Jalan Utama; G= Sarana Wisata; ∑ KKA= Nilai Total Kelayakan Kawasan Agrowisata. Tabel dengan baris yang diblok warna abu-abu merupakan obyek wisata utama pada tapak.
Konsep wisata dibagi berdasarkan lama aktivitas wisata dan obyek wisata (Gambar 25). Kegiatan wisata dibagi atas kegiatan wisata harian (day use) dan kegiatan wisata menginap (overnight use). Kegiatan wisata harian (day use) yaitu
lama kegiatan sampai dengan 7 jam (≤ 7 jam). Kegiatan wisata menginap (overnight use) yaitu kegiatan wisata selama 2 hari 1 malam.
Berdasarkan lama aktivitas dan objek wisata
Lama aktivitas wisata
Obyek wisata Wisata utama
Wisata harian Wisata penunjang
Wisata pendidikan pertanian
Wisata utama Wisata menginap
Wisata penunjang
Gambar 25 Konsep wisata pertanian YAPIPI.
Konsep Sekuens Konsep sekuens yang direncanakan mengacu pada ide desain yaitu dongeng Jack and the Beans Stalk (Jack dan Pohon Kacang) yang menceritakan perjalanan Jack menuju puncak pohon kacang raksasa dan mendapatkan emas (Gambar 26). Sekuens didesain mulai dari pengalaman awal sampai dengan pengalaman yang paling klimaks. Pengunjung yang berkunjung ke tapak akan mengalami pengalaman seperti tokoh tersebut. Pengunjung akan memasuki kawasan untuk mendapat informasi awal baik secara visual maupun lisan. Pengunjung kemudian melakukan aktivitas edukasi pertanian seperti halnya Jack yang mendapat polong kacang dan menanamnya. Tanaman kacang yang tumbuh tinggi ke langit membawa Jack mendapatkan emas, begitu halnya dengan pengunjung yang telah melakukan aktivitas edukasi dapat menikmati aktivitas dan fasilitas wisata baik wisata pertanian maupun outbound. Melalui pergerakan ini diharapkan pengunjung mendapatkan pengalaman menarik dan pendidikan pertanian dapat dilakukan dengan menyenangkan.
Konsep Fasilitas Utilitas dan fasilitas yang akan didesain diperuntukan bagi pendidikan proses produksi dan pelayanan bagi pengguna. Bagi pendidikan produksi pertanian akan didesain bangunan untuk pengolahan hasil panen komoditas pertanian (pascapanen). Disamping itu akan didesain jalur pengelolaan, boardwalks, paranet house, ruang peralatan dan signage yang berisi informasi pada obyek-obyek edukasi. Sarana yang didesain bagi pelayanan penguna meliputi fasilitas umum seperti toilet, mushola, agribazaar, kafetaria, rumah inap, lapangan dan fasilitas api unggun untuk kegiatan outdoor, set permainan outbound, pergola, dan kantor pengelola. Aktivitas tidak hanya dilakukan pada siang hari namun dimungkinkan pula untuk adanya gathering pada malam hari, menyalakan api unggun, aktivitas memancing,
maupun
viewing
pemandangan. Oleh
karena itu,
fasilitas
pencahayaan perlu didesain baik untuk memenuhi fungsi keamanan maupun untuk fungsi penerangan. Rencana konsep desain lanskap pertanian YAPIPI merupakan penatan ruang dari keseluruhan konsep yang telah dideskripsikan. Rencana konsep dapat dilihat pada Gambar 27. Daya Dukung Pengunjung Berdasarkan aktivitas yang akan dihadirkan pada tapak serta rencana luasan ruang-ruang yang tersedia, dapat diketahui daya dukung ruang terhadap pengunjung. Daya dukung dapat dihitung dengan cara membagi luasan rencana dengan standar aktivitas per orang sehingga diketahui jumlah pengunjung yang mampu ditampung oleh suatu ruang. Hasil dari perhitungan daya dukung dapat diperoleh bahwa tapak YAPIPI mampu mendukung jumlah pengunjung sebesar 3949 orang per hari dengan berbagai aktivitas (Tabel 16). Jumlah pengunjung
tersebut memiliki arti pengunjung yang masuk dan keluar kawasan (dalam keadaan yang dinamis). Penyebaran obyek dan atraksi wisata dilakukan agar distribusi pengunjung merata dan sesuai kapasitas ruangnya masing-masing. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kelebihan daya dukung pada salah satu ruang saja sehingga lanskapnya menjadi rusak.
Tabel 16 Daya dukung pengunjung berdasarkan aktivitasnya No 1 2
3
4
5
Ruang/ aktivitas Penerimaan a) bersepeda b) berjalan c) berkendara Pelayanan a) parkir b) agribazaar c) makan d) menginap e) gathering Edukasi a) budidaya sayur b) paranet house c) budidaya ikan d) madrasah e) budi daya padi Wisata a) memetik buah naga b) memancing c) memberi makan ternak d) outbound air e) permainan outbound f) lapangan gathering/ api unggun Konservasi a) pengelolaan vegetasi TOTAL
Rencana Luasan (m2)
Standar aktivitas* (m2/org)
Daya dukung (org)
345 517,5 1207,5
6 4 15
58 129 80
1890 540 40 216 693
15 2 2 7 4
126 270 20 31 173
1080
2
540
189
2
95
2700
7
385
226,29 675
10 4
23 169
4
315 159
630
10 4
18270
15
1218
1260 1591,07
158
3949
Keterangan: * Sebayang, 1996.
Perencanaan dan Desain Lanskap Rencana dan Desain Sirkulasi Sirkulasi dibagi empat tipe berdasarkan aktivitas pengguna yaitu sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan sepeda, jalur pengelolaan, dan sirkulasi ternak (Gambar 28). Sirkulasi kendaraan (pengguna dan produksi) menghubungkan pintu masuk menuju ruang penerimaan serta ruang pelayanan, terutama area parkir. Sirkulasi juga menghubungkan menuju fasilitas pascapanen seperti ruang
pascapanen dan ruang peralatan. Jalur ini akan dilalui kendaraan produksi seperti mobil pick up, alat-alat pertanian seperti gerobak, maupun pekerja yang mengakses kawasan untuk keperluan menjual hasil produksi segar pertanian, mendatangkan bibit, benih maupun peralatan pertanian.
Gambar 28 Perspektif beberapa jenis sirkulasi pada tapak.
Sirkulasi pejalan kaki dan jalur sepeda menghubungkan ruang penerimaan dan pelayanan menuju ruang edukasi dan wisata. Sirkulasi pengelolaan berada di dalam ruang untuk kepentingan pengelolaan. Jalur pengelolaan ini akan terhubung dengan jalur pejalan kaki. Sirkulasi ternak budi daya menghubungkan subruang wisata pertanian dengan lapangan rumput penggembalaan yang letaknya berdekatan. Sirkulasi ini akan dilalui ternak ketika akan digembalakan dengan periode tertentu (Gambar 29). Sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 3,5 m dengan kapasitas mobil 2 arah. Material permukaan jalan yang direkomendasikan adalah aspal. Menurut Harris dan Nicholas (1996), ketebalan lapisan aspal pada jalur kendaraan tergantung pada 3 faktor yaitu beban kendaraan yang melintas, kondisi tanah dasar, dan struktur material penyusun aspal.
Semaakin banyakk kendaraaan yang meelintas makka diperlukaan lapisan p permukaan y yang semakkin tebal, seddangkan unttuk daya toppang tanah dasar d yang l lemah perlu diperkuat dengan lapisaan agregat (aaggregat subbbase). Padaa umumnya s struktur hot mix dapat memberikann ketahanan dan daya m menopang beban b yang l lebih kuat (G Gambar 30).
Potongan konstruksi k jaalan
Kekuatann subbase
Sum mber: Harris daan Nicholas ((1996)
Gambbar 30. Potoongan konstrruksi jalan aspal. Keteebalan lapisaan aspal untuuk jalur sepeeda pada tappak adalah 75-100 mm, d untuk kendaraan dan k disesuaikan deengan kondiisi tanah dibbawahnya. Penggunaan P m material ini memerlukaan pemelihaaraan, namun n tidak terlaalu sering. Pembuatan P y yang benar akan a membuutuhkan pem meliharaan berupa b pelappisan kemballi setiap 20 t tahun. Sirkuulasi pedestrrian memilikki lebar 2 m dengan maaterial berupa conblock ( (Gambar 311). Keungguulan dari maaterial ini adalah a mudaah dalam peemasangan, t tersedia dalaam berbagai warna dan tekstur, t awett, kuat, biayaa pemeliharaaan rendah,
p penyerapan panasnya reendah, dan m mampu diap plikasikan paada bentuk curvalinear c (Harris dan Nicholas, N 19966).
flexible unit u
rigid unit u
Sumber: Haarris dan Nichholas (1996).
Gam mbar 31 Potoongan konstrruksi pavemeent. Pengggunaan warrna dapat diggunakan warrna-warna yaang tidak meemantulkan c cahaya misaalnya abu-abbu atau dapatt dikombinasikan dengann warna teduuh lainnya. B Beberapa poola conblockk dan rekom mendasi warrna yang diigunakan daapat dilihat p pada Gambaar 32. Sirkuulasi pengeloolaan didesaain dengan lebar 1 m beerupa jalan s setapak yang g menghubuungkan ruanng-ruang terk kecil dari tappak. Sirkulaasi ini akan t terhubung paada jalur ped destrian.
Sumber: Harris dan Nichholas (1996).
Gambarr 32 Jenis daan pola pem masangan connblock.
Rencana dan Desain Penanaman Fungsi vegetasi yang didesain pada tapak adalah fungsi arsitektural, produksi, dan ekologis (Gambar 33). Vegetasi pada ruang penerimaan menekankan fungsi arsitektural. Tanaman pengarah berupa pohon dan semak yang menjadi tanaman border didesain pada ruang tersebut. Pohon Jakaranda dipilih karena mampu mengarahkan pergerakan ketika ditanam massal sejajar, mampu menaungi pejalan kaki dengan diletakkan disamping jalur pedestrian, dan struktur akar tidak merusak struktur lain. Pada waktu tertentu bunga kecil berwarna ungu akan rontok serta menutup permukaan tanah disekitarnya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang melewati area penerimaan. Vegetasi pada ruang pelayanan berfungsi sebagai display. Pada ruang ini digunakan jenis pohon rendah seperti Kasia. Pohon rendah digunakan agar view dari dan menuju ruang pelayanan tidak terhalang, karena titik pengamatan view terdapat di ruang ini. Bunga pohon Kasia yang berwarna cerah menjadikan tanaman ini sebagai focal point. Fungsi vegetasi pada ruang edukasi ditekankan pada fungsi produksi sehingga digunakan tanaman budi daya sayur, buah, maupun palawija. Petak tanam sayur, buah, maupun komoditas tanaman pertanian yang terdapat di YAPIPI didesain dengan teras-teras. Penanaman juga dilakukan dengan menggunakan jarak tanam tertentu untuk tiap-tiap jenis tanaman. Pengaturan jarak tanam berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal karena bersaing mendapat unsur hara. Jarak tanam yang terlalu renggang tidak mengoptimalkan lahan sehingga jumlah hasil tanaman menjadi sedikit. Disamping itu ruang tanam yang tidak dioptimalkan dapat mendorong tumbuhnya gulma pada tanaman pertanian (Tabel 17). Vegetasi yang direkomendasikan pada subruang edukasi kolam adalah dengan sistem bioretensi. Menurut Dunnet dan Andy (2007), sistem bioretensi merupakan aplikasi penggunaan komponen kimia, biologi dan fisik dari alam yaitu tumbuhan, mikroba, dan tanah. Tumbuhan yang berada pada medium tanah mendorong mikroba di sekitar akar untuk menghasilkan oksigen untuk kolam dan isinya. Bioretensi berfungsi untuk mengontrol kualitas air.
Tabel 17 Detil penanaman tanaman buah dan sayur yang didesain pada tapak (dalam cm) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis tanaman Tomat (baris tunggal) (Solanum lycopersicum) Tomat (baris ganda) (Solanum lycopersicum) Cabai (Capsicum anuum) Paria (Momordica charantia L) Mentimun (Cucumis sativus) Bayam (Amaranthus) Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Buah naga (Hylocereus undotus) Melon (baris ganda segi4) (Cucumis melo L) Melon (baris ganda segi3) (Cucumis melo L) Melinjo (Gnetum gnemon)
pB 500
lB 120
tB 30
lP 30
dP 30
dLb 15
Dlt 8
15
lT 60x 80 80
500
40
30
30
30
500
100
30
30
30
15
80
8
500
100
30
30
30
15
30x 80
8
500
100
30
30
30
15
8
100
30
30
30
15
500
100
30
30
30
15
30x 80 15x 30 80
500
-
70
-
-
-
20
1500
110
50
55
30
15
1500
110
50
55
30
15
-
-
-
-
-
75
250x 200 30x 80 30x 80 600x 600
8
8 8 20 10 10 60
Keterangan: pB= panjang bedengan, lB= lebar bedengan, tB= tinggi bedengan, lP= lebar parit, dP= dalam parit, dLb=dalam lubang, jT= jarak tanam, Dlt= diameter lubang tanam. Sumber: Susila, 2006.
Keunggulan sistem ini adalah ramah lingkungan sehingga meningkatkan nilai kehidupan makhluk hidup, meminimalisasi penggunaan energi, dan meminimalisasi polusi. Disamping itu sistem ini ekonomis, meningkatkan sense of place, membentuk kesan dinamis, serta pemeliharaan yang mudah. Luasan yang direkomendasikan untuk area filter minimal 10 % dari total luas kolam. Semakin tinggi persentasenya akan semakin sempurna proses penyaringannya. Vegetasi pada kolam (sistem bioretensi) menggunakan tanaman air tipe emergent, submergent serta tanaman yang menjadi pakan alami. Tanaman emergent cenderung tumbuh subur di tepian air yang dangkal atau di tanah dengan intensitas kandungan air yang tinggi. Penggunaan tanaman emergent berfungsi sebagai estetika. Tanaman submergent atau tanaman yang terendam dalam air memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tempat hidup hewan air yang menjadi makanan alami ikan dan sebagai estetika pada kolam (Dunnet dan Andy, 2007). Pada kolam
dihindari penggunaan tanaman air jenis floater. Hal ini disebabkan umumnya tanaman jenis ini tumbuh sangat cepat menutupi kolam sehingga menghambat masuknya sinar matahari secara langsung ke dalam kolam serta menghambat pertumbuhan ganggang hijau, yang akan menjadi pakan alami ikan. Vegetasi pada ruang wisata khususnya subruang outbound memiliki kriteria spesifik dalam penggunaan vegetasinya. Vegetasi yang dipilih pada subruang outbound merupakan pohon tinggi dengan percabangan awal yang tinggi serta permukaan batang yang cukup kasar. Vegetasi untuk ruang wisata pertanian ditekankan pada fungsi naungan serta penanaman rumput pakan untuk ternak. Berdasarkan fungsi-fungsi yang akan dimunculkan pada tapak, maka ditentukan jenis tanaman lanskap yang akan dipergunakan (Tabel 18). Tabel 18 Jenis tanaman lanskap yang akan dipergunakan No
Jenis Tanaman Nama latin
1
2 3
4
5
Keterangan Nama lokal
Simbol
1
Jumlah
Satuan2
Jacaranda acutifolia Calliandra Crossandra infundibuliformis Axonopus compressus Zinnia elegans Cassia surattensis Gomphrena globosa Oryza sativa Amaranthus Fimbristylis globulosa Momordica charantia L. Solanum lycopersicum Capsicum anuum Phaseolus vulgaris L. Cucumis sativus Cucumis melo L. Cyperus papyrus Nymphaea lotus Ceratophyllum demersum
Jakaranda Kaliandra Krosandra/ bunga api
Ja Cl Ci
75 24 217
btg plb plb
Rumput paetan Bunga kertas Cassia Bunga kancing Padi Bayam Mendong Paria Tomat Cabe Buncis Mentimun Melon Umbrella grass Teratai Ceratophyllum
Ac Ze Cs Gg Os Am Fg Mc Sl Ca Pv Cu Cm Cp Nl Cd
2534.71 60 56 60 5777.10 866.92 25 841.5 475 1560.60 866.92 765.18 969 30 40 30
m2 plb btg plb m2 m2 pot m2 m2 m2 m2 m2 m2 pot pot pot
Callistemon citrinus Paraserianthes falcataria Axonopus compressus Brachiaria ruziziensis Hylocereus undotus Gnetum gnemon
Pohon sikat botol Pohon sengon Rumput paetan Rumput ruzi Buah naga Melinjo
Cc Pf Ac Br Hu Gn
106 5 1006.25 875 142 227
btg btg m2 m2 plb Btg
Keterangan: 1Simbol pada planting plan 2 Satuan: btg= batang, plb= polybag.
Ruang konservasi yang akan didesain menekankan pada fungsi ekologis yaitu sebagai penghijauan lahan dan penahan tanah agar tidak erosi. Tanaman melinjo dipilih sebagai tanaman di ruang ini. Pemilihan tanaman melinjo didasarkan pada Purnomosidhi, Suparman, Roshetko, dan Mulawarman (2007) yang menyatakan bahwa tanaman melinjo mudah dibudidayakan karena tidak membutuhkan persyaratan tempat tumbuh yang khusus terutama berkaitan dengan kualitas tanah. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur sehingga banyak digunakan untuk tanaman penghijauan. Keunggulan dari tanaman tersebut selain sebagai penghijauan juga menghasilkan buah yang dapat digunakan langsung sebagai sayuran atau diolah lebih lanjut menjadi keripik emping yang sangat disukai. Pengolahan biji melinjo menjadi keripik emping mempunyai prospek ekonomi dan pemasaran yang cukup baik sebagai usaha industri rumah tangga di pedesaan (Purnomosidhi et al., 2007). Oleh karena itu penggunaan tanaman ini sangat menguntungkan baik bagi yayasan sebagai pemilik lahan, maupun untuk masyarakat. Rencana Jalur Wisata Berdasarkan hasil evaluasi objek wisata dari site plan yang telah didesain. Site plan dapat dilihat pada Gambar 34. Jalur wisata didesain berdasarkan waktu aktivitas yaitu wisata harian dan wisata inap. Masing-masing jalur tersebut akan terdiri atas wisata utama dan wisata penunjang. Wisata utama merupakan objek wisata bersifat pendidikan dengan kategori sangat sesuai, sedangkan wisata penunjang merupakan objek wisata yang bersifat rekreasi. Berdasarkan panjang kelas, maka dibuat selang nilai. Jumlah terbobot dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu (1) range nilai 175-217,33= kurang sesuai, (2) range nilai 218,33-260,66= sesuai, (3) range nilai 261,66-305= sangat sesuai. Skor sangat sesuai menunjukkan lokasi dapat menjadi obyek wisata, skor sesuai menunjukkan lokasi dapat menjadi obyek wisata dengan sedikit penyesuaian pada desain, skor kurang sesuai menunjukkan kurang dapat dijadikan obyek wisata.
Atraksi yang dihadirkan pada tapak terdiri atas atraksi yang melibatkan partisipasi pengunjung dan atraksi yang tidak melibatkan partisipasi pengunjung. Atraksi wisata yang melibatkan partisipasi pengunjung biasanya pengunjung selain diberi informasi secara lisan maupun tulisan, pengunjung juga dilibatkan langsung dalam kegiatan tersebut. Kegiatan ini dapat difasilitasi dengan guide. Guide dapat berasal dari pengelola maupun langsung oleh pekerja yang setiap harinya beraktivitas di lokasi. Atraksi wisata yang tidak melibatkan partisipasi pengunjung biasanya pengunjung diberi informasi secara lisan maupun tulisan serta hanya melihat-lihat obyek dan atraksi yang ada. Rute kegiatan wisata pendidikan pertanian pada program wisata harian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 35. Tabel 19 Rute dan rincian kegiatan wisata harian (day use) No
Obyek Wisata
Kegiatan
1
Area penerimaan
Perjalanan masuk kawasan, menyewa sepeda, parkir
2
Kantor pengelola (pusat informasi) Kolam budi daya
Ticketing, pemberian informasi Belajar beternak ikan, pemeliharaan, pemanenan Penanaman sayur pemeliharaan, pemanenan Mengunjungi dan melihat aktivitas pascapanen hasil pertanian YAPIPI, pemberian informasi Mengunjungi, melihat ternak, memberi makan, pemberian informasi Memancing
3 4
Waktu* (menit) 20 20 40
5
Petak budi daya sayur Area pascapanen
6
Wisata peternakan
7
Kolam pancing
8
Outbound air
duduk, istirahat, bermain outbound air
60
9
Agribazaar
60
10
Perjalanan pulang
Melihat produk pertanian, membeli produk pertanian sebagai oleh-oleh Perjalanan pulang, dokumentasi
TOTAL Keterangan: * Roslita, 2001.
40 30
20 120
10 7 jam
Fasilitas Pos keamanan, rak rental sepeda, area parkir Kantor pengelola Kolam, dek, peralatan Lahan petakan sayur Bagunan pascapanen, tempat jemur, ruang peralatan Kandang ternak, sirkulasi Shelter, kolam, peralatan pancing Shelter, kolam outbound, permainan air Tenda bazaar, tempat duduk, display produk
Pengembangan kegiatan wisata harian ditunjang dengan fasilitas edukasi seperti kantor pengelola, papan interpretasi, dan tempat duduk untuk stopping area. Fasilitas wisata juga diperlukan pada jalur ini, misalnya toilet, tempat penjualan souvenir, shelter, dan fasilitas yang disediakan di tiap-tiap obyek wisata. Pada kegiatan wisata inap ditunjang dengan fasilitas rumah inap, tempat gathering baik outdoor maupun indoor, kafetaria, toilet, dan fasilitas yang disediakan di tiap-tiap obyek wisata. Pada wisata inap pengunjung dapat menikmati atraksi pencahayaan di malam hari. Atraksi dapat dilihat dari sekitar rumah inap. Rute kegiatan wisata pendidikan pertanian pada program wisata inap secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 36. Tabel 20 Rute dan rincian kegiatan wisata menginap (overnight use) No
Obyek Wisata
Hari ke-1 1 Area penerimaan 2 3
Kantor pengelola (pusat informasi) Kolam budi daya Petak budi daya sayur Paranet house
Kegiatan
Waktu (menit)
Fasilitas
Perjalanan masuk kawasan, menyewa sepeda, parkir
20
Ticketing, pemberian informasi
25
Pos keamanan, rak rental sepeda, area parkir Kantor pengelola
Belajar beternak ikan, pemeliharaan, pemanenan Penanaman sayur pemeliharaan, pemanenan Melihat cara menanam bibit, pengenalan bibit sayur Area pascapanen Melihat aktivitas pascapanen hasil pertanian YAPIPI, pemberian informasi
45
Wisata peternakan Kolam pancing
Melihat ternak, memberi makan, pemberian informasi Memancing
20
9
Lapangan/ ruang gathering
10
Rumah inap TOTAL
Berkumpul (outdoor/ indoor), melakukan atraksi, api unggun (outdoor), menikmati atraksi lighting Menginap, beristirahat
4 5 6
7 8
45 15 30
150 370
420 19 Jam
Kolam, dek, peralatan Lahan petakan sayur Bangunan paranet, jalan setapak Bagunan pascapanen, tempat jemur, ruang peralatan Kandang ternak, sirkulasi Shelter, kolam, peralatan pancing Bangunan rumah Lapangan, tempat api unggun, ruang pertemuan (lantai 1 rumah pemilik) Rumah inap
Tabel 20 Lanjutan rute dan rincian kegiatan wisata menginap (overnight use) No
Obyek Wisata
Hari ke-2 1 Petak sawah 2
Lapangan gembala
3
Lapangan gathering Permainan outbound Outbound air
4 5 6
Wisata kebun buah naga
7
Agribazaar
8
Perjalanan pulang TOTAL
Kegiatan
Waktu (menit)
Fasilitas
Menyusuri sawah, belajar budi daya padi, pemberian informasi Menggiring ternak ke lapangan, memberi makan, pemberian informasi Berkumpul (outdoor/ indoor), melakukan atraksi Melakukan permainan ketangkasan, flying fox, dll duduk, istirahat, bermain outbound air
120
Boardwalks, tempat duduk, petak sawah
45
Sirkulasi, pagar, lapangan rumput
60
Lapangan
90
Pemberian informasi, mengunjungi kebun buah, dan memetik buah Melihat produk pertanian, membeli produk pertanian sebagai oleh-oleh Perjalanan pulang, dokumentasi/
45
Set permainan outbound Shelter, kolam outbound, permainan air Petak kebun buah
45
60
Tenda bazaar, tempat duduk, display produk
15 8 Jam
Keterangan: * Roslita, 2001.
Rencana dan Desain Fasilitas Petak tanam merupakan salah satu fasilitas pada tapak. Tanaman yang digunakan dalam desain lanskap pertanian didominasi oleh tanaman sayur dan buah. Tanaman buah naga yang memiliki musim panen raya pada periode tertentu. Hal ini menyebabkan buah naga tidak dapat sering dipanen. Tanaman ini termasuk tanaman hari panjang, yaitu tanaman yang membutuhkan lama penyinaran ≥ 12 jam per hari. Lama penyinaran ini akan berpengaruh pada fotosintesis, pembungaan, dan pembentukan buah. Berdasarkan teknik budidaya yang telah dilakukan di daerah Barelang, Batam dapat diperoleh alternatif solusi. Penggunaan lampu dengan cahaya infrared pada barisan tanaman buah naga dapat memperpanjang lama penyinaran (Kartika, 2010).
Perlakuan pencahayaan pada tanaman buah naga melalui penggunaan lampu berdaya 14 watt dengan jumlah 24 lampu per hektar lahan tanam. Lampu ini dinyalakan pada malam hari dengan frekuensi setiap hari selama 2 jam. Hasil yang diperoleh tanaman cepat berbunga dan berbuah sehingga produksi meningkat sampai mampu dipanen seminggu sekali (Gambar 37).
Gambar 37 Perspektif area petak tanam buah dan lapangan penggembalaan. Area petak tanam sawah berbatasan dengan area penerimaan (Gambar 38). Area ini didesain mengikuti petak tanam padi pada umumnya hanya sirkulasi utama di dalam area ini menggunakan boardwalks. Pada aktivitas wisata pengunjung dapat melakukan praktik langsung dalam kegiatan pembibitan hingga penanaman dan apabila sedang musim panen dapat sekaligus memanennya. Sesuai aktivitasnya area ini akan dibagi untuk petak pembibitan dan penanaman.
Gambar 38 Perspektif area petak tanam sawah dan area penerimaan.
Petak tanam sayur didesain berbentuk teras dengan bedengan serta jarak tanam tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya struktur parit yang terletak diantara bedengan. Struktur ini digunakan untuk membuang kelebihan air pada petak tanam. Sirkulasi antar teras dapat memanfaatkan pematang pada tiap teras. Ilustrasi petak tanam sayur dapat dilihat pada Gambar 39.
Gambar 39 Perspektif beberapa area petak tanam sayur. Fasilitas lainnya yang didesain adalah kafetaria. Salah satu fasilitas pelayanan bagi pengunjung adalah tempat makan atau dalam desain ini adalah kafetaria. Fasilitas tersebut terdiri atas saung sebagai dapur dan tenda-tenda kecil. Tenda berkapasitas 4 orang tersebut berbentuk lingkaran dengan diameter 2,5 meter. Tenda tidak bertumpu pada tiang di tengah melainkan ditumpu tiga tiang di tepi tenda, dengan desain tersebut pengguna akan lebih leluasa ketika makan atau minum karena meja tidak terhalang tiang. Salah satu aktivitas wisata yang ditawarkan adalah mengunjungi bazaar pertanian. Tenda bazaar outdoor menjadi fasilitas untuk pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh. Setelah beraktivitas edukasi hal ini akan menjadi aktivitas yang menyenangkan karena dapat menikmati atau membeli produk hasil pertanian baik produk segar ataupun olahan. Sehingga diperlukan ruang untuk berinteraksi melalui fasilitas tenda bazaar outdoor. Di sekitar tenda terdapat bangku taman
yang dapat dipergunakan untuk menikmati produk pertanian maupun sekedar duduk-duduk. Fasilitas pergola diperuntukan bagi aktivitas duduk-duduk dan viewing. Pergola ini ditempatkan di area pelayanan sebagai viewing point serta tempat istirahat pekerja (Gambar 40) dan di area wisata sebagai tempat duduk yang ternaungi. Pergola dilengkapi dengan bangku sehingga pengguna dapat lebih rileks.
Gambar 40 Perspektif pergola untuk tempat istirahat pekerja. Fasilitas lainnya adalah boardwalks, dek dan tempat duduk. Boardwalks dan dek menjadi fasilitas yang akan didesain di ruang edukasi subruang sawah. Fasilitas ini digunakan pengguna untuk mengakses lahan sawah. Boardwalks didesain dengan ketinggian 40 cm dari permukaan tanah. Sementara dek didesain dengan ketinggian 120 cm. Material yang direkomendasikan adalah kayu dengan ketahanan tinggi terhadap cuaca hujan maupun panas (Gambar 41). Disamping fasilitas tersebut terdapat bangku taman. Bangku taman ini dibuat multifungsi yaitu bangku sekaligus planterbox. Bangku taman diperuntukan agar pengunjung dapat beristirahat dan menikmati pemandangan sejenak di tempat tersebut. Bangku dengan desain ini diterapkan juga pada ruang lainnya yang menjadi stopping area.
Gambar 41 Perspektif boardwalks dan bangku di area sawah. Paranet house merupakan fasilitas edukasi bagi pengunjung yang belajar mengenai kegiatan pembibitan tanaman sayur. Paranet house yang didesain merupakan bangunan rangka yang diberi paranet sebagai naungan bagi bibit sayuran.
Bangunan tersebut berukuran 10 x 7 meter (Gambar 42). Material
rangka yang direkomendasikan adalah bambu karena tahan terhadap matahari maupun air hujan sehingga tidak berkarat apabila terkena air. Paranet house yang didesain sebanyak 4 buah dengan dua lokasi penempatan untuk memudahkan ditribusi ke lahan tanam yang luas.
Gambar 42 Perspektif paranet house untuk menyemai dan menyimpan bibit tanaman.
Fasilitas untuk kegiatan pascapanen adalah ruang pengolahan dan penyimpanan. Ruang pengolahan dan penyimpanan merupakan bangunan berukuran 21,5 x 10,5 meter dan 10,5 x 7 meter yang diperuntukan dalam proses pascapanen maupun penyimpanan serta perawatan peralatan pertanian (Gambar 43). Pada bagian depan ruang peralatan dan pascapanen terdapat pergola bagi para pekerja yang beristirahat setelah mengelola tapak. Area ini menjadi sentra pengolahan komoditas pertanian, dimana seluruh hasil panen akan dibawa ke ruang tersebut. Disamping itu ruang pascapanen dan penyimpanan dapat menjadi display aktivitas bagi pengunjung tapak. Pengunjung dapat
mengamati
proses
pascapanen
yang
dilakukan
para
pekerja,
mendokumentasikan suasana pascapanen, bahkan dapat memperoleh informasi dan terlibat langsung (Gambar 44).
Gambar 43 Perspektif ruang pascapanen tampak depan. Kolam budi daya juga menjadi fasilitas dalam aktivitas edukasi. Kolam budi daya ikan yang akan didesain pada tapak berukuran 21,5 x 25 meter per kolam. Ruang kolam akan terbagi kedalam 2 bagian utama yaitu area budi daya dan area bioretensi (Gambar 45). Luas area bioretensi yang didesain merupakan 17% dari luas keseluruhan kolam. Luasan ini mencukupi untuk memunculkan fungsi, baik untuk mengontrol kualitas maupun penyediaan pakan alami.
Gambar 44 Perspektif ruang pascapanen pada latar belakang. Kolam budi daya ini memiliki kedalaman 0,8 meter yang merupakan tinggi air terdalam kolam. Beberapa bagian penting pada kolam budidaya yang didesain antara lain struktur kamalir, kobakan, inlet dan outlet kolam. Kamalir merupakan struktur yang memudahkan dalam pemanenan ikan. Ketika air disurutkan keluar melalui outlet, ikan akan masuk ke saluran ini dan menuju kobakan. Sehingga pada desain, dasar kolam sebaiknya miring ke arah kamalir. Ikan-ikan dari saluran kamalir akan berkumpul di kobakan. Kobakan merupakan cekungan pada dasar kolam sedalam 50 cm untuk menampung ikan yang akan dipanen sehingga mudah ditangkap. Luas area kobakan adalah 1,5% dari luas total kolam.
Gambar 45 Perspektif area kolam budidaya. Fasilitas yang berada di subruang wisata peternakan adalah kandang dan akses bagi pengunjung untuk dapat langsung berinteraksi dengan hewan yang dibudidayakan. Kandang yang terdapat di subruang ini adalah kandang domba, kandang kambing ettawa, tempat budidaya cacing dan kandang ayam (Gambar 46). Limbah yang dihasilkan dari ternak tersebut akan diolah pada tempat pengomposan yang direkomendasikan dalam desain. Letak kandang kambing maupun domba didesain berdekatan dengan tempat pengomposan agar limbah dapat disalurkan menuju tempat pengomposan sehingga akan menghemat tenaga pengangkutan. Kandang domba berukuran 16 m x 9,5 m dengan kolong yang terdapat di bagian bawah. Bangunan merupakan bangunan rangka terbuat dari kayu dengan rekomendasi atap genting untuk ketahanan terhadap angin maupun panas. Kandang kambing ettawa berukuran 60 m x 20 m dengan tipe kandang panggung. Kandang dilengkapi tempat penyimpanan ternak sementara. Hal ini untuk mempermudah apabila ternak akan dibawa ke luar tapak. Kandang juga dilengkapi dengan ramp agar memudahkan ternak keluar masuk kandang.
Gambar 46 Perspektif area wisata peternakan dan kolam pancing. Ruang didalam kandang dibagi lagi sesuai kebutuhan ternak. Kandang untuk kambing yang bunting, disapih, maupun kambing dewasa dibedakan dengan cara disekat. Di kolong kandang terdapat saluran yang akan diteruskan ke tempat pengomposan. Ukuran yang besar pada kandang menyebabkan perlunya konstruksi yang kuat sehingga bangunan rangka ini memiliki kolom beton dan untuk lantai serta dindingnya dibuat dari kayu. Disamping kandang domba dan kambing, direkomendasikan tempat budidaya cacing yang semi permanen. Tempat ini berupa bangunan rangka berukuran 9,5 x 7,5 m dengan kolom bambu dan terpal sebagai dinding serta atapnya. Terpal berfungsi sebagai naungan karena cacing memerlukan kelembaban pada lingkungannya. Budi daya ayam juga difasilitasi dengan kandang bertingkat berukuran 7,5 m x 2 m sebanyak 2 set kandang. Material kandang ini terbuat dari bilah bambu. Fasilitas pada ruang outbound digunakan untuk memfasilitasi permainan outbound. Pada permainan outbound air fasilitas yang ada antara lain set permainan outbound seperti permainan ketangkasan menjatuhkan lawan dengan bantal. Area ini dilengkapi dengan kolam berpola organik serta lapangan rumput untuk mengakomodasi gerak aktif maupun pasif dari pengguna (Gambar 47).
Gambar 47 Perspektif area outbound air. Permainan lainnya yang memerlukan ketangkasan lebih adalah memanjat pohon, meniti jembatan kayu pada ketinggian tertentu, dan memanjat jaring tali. Pengunjung juga dapat menikmati meluncur dari ketinggian di lintasan flying fox (Gambar 48). Material yang digunakan berupa kayu dan tali. Pohon dengan percabangan atas dapat digunakan sebagai penopang.
Gambar 48 Perspektif area outbound dengan set permainan. Fasilitas lainnya yang didesain adalah jalur dan rak sepeda. Kegiatan bersepeda pada tapak dirancang bagi aktivitas bersepeda untuk rekreasi atau
k kesenangan (pleasant). Sehingga ddidesain jalurr sepeda denngan tipe biicycle lane d multi mode. dan m Jalur sepeda yangg mengelilinngi tapak beerawal dari pos rental s sepeda. Pad da ruang inni jalur berrtipe bicyclle lane yaittu jalur seppeda yang m merupakan b bagian dari jalan j dengann dibatasi taanda atau peerbedaan tekstur. Lebar j jalur ini adallah 1,5 meteer (Gambar 49). 4
Gambar 49 4 Perspekttif jalan utam ma dalam tap pak (pedestriian, jalan kenndaraan bermotor,, dan sepedaa). Mulaai memasukki jalur eddukasi sepeda akan m menyatu den ngan jalur p pedestrian (m multi mode) dengan lebaar 3 meter. Dalam D pemillihan paving digunakan k kriteria perm mukaan paviing bagi jaluur sepeda. Kriteria K terseebut adalah permukaan p h halus dan memiliki m draainase yang baik. Penannda yang daapat digunakkan adalah p penanda jalaan berwarnaa putih ditem mpatkan padaa persimpanngan, kelokaan, turunan, m maupun awaal dan akhir jalur. j Signaage diperluk kan dalam orrientasi terhaadap tapak. Signage S yanng didesain m meliputi sig gnage pedesstrian dan siignage untu uk jalan. Siggnage pada pedestrian b berfungsi un ntuk orientaasi dan menngarahkan pengguna. p S Signage yan ng didesain a akan diletakkkan di dekaat kantor penngelola dan berukuran b 0,,6 x 2,5 metter. Ukuran i telah diseesuaikan den ini ngan jarak kketinggian mata m penggunna yang berk kisar antara 1,2-1,8 meteer sehingga dapat terlihaat oleh penggguna. Desaiin signage disesuaikan d