Desain Komunikasi Visual Fakultas Ilmu Pemerintahan & Budaya Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017
4
Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Pertemuan 3
Sesi 1 & 2
Pokok Bahasan : 1. Desain Komunikasi Visual sebagai pemecah masalah 2. 5W+1H
Aktifitas Perkuliahan : 1. Mahasiswa diarahkan untuk menganalisis topik yang akan diangkat. 2. Mahasiswa diarahkan untuk menemukan permasalahan dan pemecahan masalahnya secara lebih detail berdasarkan mind mapping yang telah dibuat. 3. Mahasiswa mempresentasikan mind mapping yang telah dibuat.
Desain Komunikasi Visual - Universitas IGM - Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Pertemuan 3
DKV
Sesi 1 & 2
Problem Solving
Aktifitas Perkuliahan :
Fungsi seorang Desainer Komunikasi Visual, adalah mampu merancang suatu media yang mampu memecahkan masalah. Kendala yang biasa dihadapi : 1. Desainer Komunikasi Visual tidak memahami inti permasalahan. 2. Cara Desainer Komunikasi Visual merumuskan bagaimana memahami persoalan dengan tepat, tidak bias, dan mampu mempertimbangkan setiap aspek yang dihadapi. Salah satu cara seorang Desainer Komunikasi Visual memetakan masalah dengan mudah adalah menggunakan metode 5W2H. Pada umumnya dikenal dengan istilah 5W1H, tetapi ditambahkan 1H untuk memetakan jumlah atau volumenya. Menurut penjelasan di buku The Quality Toolbox, oleh Nancy R. Tague, 5W2H adalah peengembangan dari konsep 5W1H. Ia mendeskripsikan metode atau pendekatan ini sebagai metode untuk mengajukan pertanyaan terhadap proses atau sebuah persoalan. Struktur pertanyaannya memaksa pelaku mempertimbangkan semua aspek yang mungkin berkaita dengan persoalan yang sedang dihadapi. Metode analisis ini biasanya digunakan untuk menganalisa sebuah proses atau upaya dalam peningkatan peluang, atau ketika suatu masalah telah teridentifikasi, tetapi butuh pemahaman lebih lanjut. Tetapi dengan modifikasi tertentu, metode ini bisa digunakan untuk merencanakan sebuah proyek atau langkah-langkah dalam perencanaannya. Metode ini juga bisa berguna untuk mengkaji ulang proyek yang telah dilaksanakan, bahkan bisa membantu dalam menulis laporan, presentasi, atau sekedar menulis artikel.
Desain Komunikasi Visual - Universitas IGM - Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Pertemuan 3
Sesi 1 & 2
Empat langkah yang direkomendasikan Nancy R. Tague dalam melakukan metode 5W2H : 1. Kaji ulang situasi yang dihadapi dalam sebuah penelitian/penggalian data. Pastikan Anda telah memahami semua unsur dalam 5W2H; 2. Kembangkan pertanyaan yang relevan untuk setiap unsur dalam 5W2H. Urutannya tidak terlalu penting; 3. Jawablah setiap pertanyaan yang sudah dikembangkan tersebut. Jika ada pertanyaan yang tak dapat dijawab, artinya datanya masih kurang. Cara strategi untuk menggalinya ulang data; 4.Tergantung situasi dan penggunaa metode ini, lanjutkan dengan:
- Apabila dalam konteks perencanaan, kembangkan jawaban menjadi strategi perencanaan; - Apabila dalam konteks analisa proses/proyek, gunakan jawaban dan pertanyaan tersebut untuk penggalian lebih lanjut; - Apabila dalam konteks mengidentifikasi persoalan, jawaban dan pertanyaan bisa membantu untuk analisa sumber masalah; - Apabila dalam konteks mengkaji-ulang proyek yang sudah berjalan, gunakan pertanyaan dan jawaban untuk memodifikasi, mengembangkan, atau menstandarisasi perubahan; - Apabila dalam konteks mempersiapkan tulisan atau presentasi, gunakan jawaban-jawaban sebagai isi dari tulisan dan presentasi Anda.
Berikut ini adalah contoh dari buku Nancy R. Tague, The Quality Toolbox (hal 253):
Desain Komunikasi Visual - Universitas IGM - Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Pertemuan 3
Sesi 1 & 2
Apa yang bisa dihasilkan dari metode ini? Tergantung pada konteks penggunaannya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam konteks perencanaan, metode ini bisa menghasilkan solusi berupa langkah-langkah apa yang akan diambil dalam perencanaan. Sedangkan dalam konteks mengkaji-ilang (reviewing), metode ini bermandaat untuk mengevaluasi dan mendapatkan umpan balik untuk ditindaklanjuti. Pertimbangan lebih lanjut dalam menggunakan metode ini: 1. Pertanyaan pada tabel di atas hanyalah contoh saja. Pada kolom ketiga, ada pertanyaan untuk tindak lanjut. Ini hanya digunakan jika memang konteksnya sesuai dengan situasi yang Anda hadapi. 2. Metode ini pada dasarnya merupakan alat untuk mendaftarkan informasi yang sudah kita miliki. Pertanyaan intinya hanya terdiri dari satu-dua kata, sehingga Anda harus kembangkan pertanyaan detilnya sesuai kebutuhan. 3. Pertanyaan How much atau how many bisa disesuaikan untuk konteks permasalahan. Jawabannya bisa berupa volume, biaya, waktu, atau sumberdaya lain yang relevan. Implementasinya dalam pemeriksaan proses Jika akan digunakan dalam pemeriksaan proses sebuah proyek, metode ini bisa bermanfaat dengan memodifikasi pertanyaannya seperti contoh di bawah ini (Strategi Six Sigma, oleh Anang Hidayat halaman 360):
Desain Komunikasi Visual - Universitas IGM - Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Pertemuan 3
Sesi 1 & 2
Implementasinya dalam Analisa Masalah & Khalayak Dalam konteks menganalisa permasalahan sebuah perancangan yang bersifat sosial / non komersil, modifikasi pertanyaannya bisa dibuat seperti contoh berikut: 1. What to say. Apa masalah yang akan dipromosikan/disampaikan? Dalam promosi, definisikan masalah utama dari alasan promosi yang ingin dilakukan. Biasanya, bagian ini didefinisikan oleh klien, dalam konteks pengerjaan proyek dengan pihak lain. Misalnya: Promosi Wisata Danau Sembilan Definisi operasional dari permasalahan ini bisa dijelaskan secara ringkas. 2. Who to say. Siapa target dari perancangan? Pihak yang dimaksud adalah target audience, target market, baik yang primer maupun sekunder. Misalnya topik Promosi Wisata Danau Sembilan Anak-anak, orang tua, dan guru. Target marketnya adalah anak-anak di sekolah dasar. Data lebih detil mengenai anak-anak ini bisa disajikan (terkait demografi, geografi, dan/atau psikografi). 3. Why to say. Mengapa target harus terlibat atau sadar akan keberadaan perancangan ini? Bagian ini menjelaskan argumen, mengapa ia menjadi target utama perancangan. Misalnya berdasarkan contoh di atas: Tempat wisata tersebut memiliki potensi yang besar, namun pada kenyataannya kurang dikenali oleh masyarakat sekitar. Data sekunder dan primer bisa disajikan untuk mendukung argumen ini. 4. When to say. Kapan permasalahan itu biasanya terjadi? Kapan Perancangan akan berjalan? Waktu yang krusial dalam mendukung terjadinya interaksi dalam perancangan? Bagian ini berdasarkan berbagai penelitian sebelumnya, atau perilaku ideal yang disarankan oleh para ahli. Dalam contoh di atas, kajian lebih ditekankan pada waktu yang tepat dimana perancangan bisa berjalan efektif dan sesuai harapan. Contohnya perancangan mungkin lebih tepat bila dilaksanakan saat menjelang liburan sekolah atau libur panjang. 5. Where to say. Dimana permasalahan itu terjadi? Mengacu pada konteks permasalahan yang bisanya berupa perilaku, membutuhkan penjelasan yang detil kapan biasanya terjadi. Dalam contoh kasus ini, lebih ditekankan pada lokasi terhadap publikasi perancangan yang disesuaikan dengan waktu dan kondisi target sasaran. 6. How to say. Bagaimana proses terjadinya permasalahan tersebut? Bagaimana cara memecahkan permasalahan tersebut melalui perancangan ini? Permasalahan yang akan diatasi, harus dapat didefinisikan prosesnya, agar dapat dicarikan/ditemukan solusinya. Semakin rumit perilaku yang disarankan, semakin besar tantangan perancangan. (Pada perancangan promosi bisa menggunakan strategi AISAS) 7. How much. Berapa banyak data yang terlibat? Seberapa besar/genting masalahnya? Berapa besar budget perancangan ini? Bagian ini bisa menjadi argumen mengenai urgensi dari topik kampanye. Isinya bisa berupa frekuensi, jumlah, alat, waktu, atau biaya yang terjadi.
Desain Komunikasi Visual - Universitas IGM - Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Pertemuan 3
Sesi 1 & 2
Pada contoh di atas, yang dieksplorasi adalah topik yang diangkat dalam perancangan. Ini tidak menjawab bagaimana perancangan akan dilakukan, tetapi lebih pada tahap Analisa Masalah, Situasi & Khalayak untuk melakukan perencanaan perancangan. Solusi dalam bentuk rencana perancangan, baru dilakukan setelah data-data ini dikumpulkan dan dianalisa. Untuk merencanakan perancangan, perlu mendayagunakan metodologi yang lebih tepat. Metode 5W2H ini hanya sebagian kecil dari metodologi perancangan melalui komunikasi. Dengan memahami dulu berbagai aspek permasalahannya, maka desainer sudah berada pada tahap awal menuju penentuan rencana perancangan yang diharapkan dapat menjadi solusinya. Tahapan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah, merumuskan rumusah masalah perancangan, tujuan dan manfaatperancangan, dan pengembangan media perancangan. Jika memungkinkan, harus melakukan ujicoba dan evaluasi dampak perancangan. Secara umum, metodologinya dapat menggunakan strategi komunikasi versi Laurie J. Wilson & Joseph D. Ogden , dalam "Strategic Communications Planning: For Effective Public Relations and Marketing”, Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company, 2008. Metode 5W2H baru membantu menjawab langkah 1-3 dalam strategi komunikasi perancangan versi Laurie dan Joseph, seperti yang tergambar dalam skema berikut ini:
Desain Komunikasi Visual - Universitas IGM - Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn