PROSES PEMBENTUKAN DESA DAN STRUKTUR SOStAL
MASYARAKAT
Desa Sintuwu dan Berdikari merupakan desa bentukan yang baru tahun 1961 mulai
didiami penduduk yang datang
sebagai
migrasi swakarsa.
Sebelumnya daet-ah ini merupakan tanah kosong bewpa hutan primer yang belum pemah dibuka.
Dengan alasan itu, semestinya tidak ada penduduknya
yang dapat disebut sebagai penduduk asli.
Bedasarkan tip komposisi
penduduknya di Kecamatan Palofo. rnaka Desa Sintuwu berada pada kategori kedua dimana jumlah penduduk asti Palolo (Suku Kaili) masih arkup banyak, sementara Desa Berdikari tergolong desa kategori ketiga dimana hampir tidak ada Suku Kaili. Secara umum kedua desa banyak memiliki kesamaan, baik sejarah pembentukannya maupun stmktur sosial masyarakatnya saat ini. Paparan sejarah pembentukan desa dan pofa pemukiman ini m€?~pakan latar penjelas untuk menerangkan bagaimana strulctur agraria dan pembentukannya. Paparan dipisahkan per desa untuk memberikan gambaran yang lebih utuh.
Desa Sintuwu Sejarah Pernhntukan Desa Kata *sintuwu" berasal dari bahasa Kaiii yang krarti 'pertemuan" atau "persatuan". Sebutan ini dirasa sesuai untuk merepsentasikan komunitas yang secara sosiologis masih berada pada tahap "pertemuan" karena belum mampu membangun ikatan teritorial yang kuat. Mereka masih menjadikan Sintuwu sebagai tempat pertemuan antara berbagai kelompok masyarakat yang hidup dalam ikatan genealogis. Saat ini banyak penduduk Sintuwu yang sudah ketuar
desa mencari tempat baru lagi, misalnya Suku Bugis yang membuka usaha di Palu atau mencari tanah di tempat lain di Sulawesi Tengah. Sampai ada penduduk yang menetap, kawasan desa ini dahulu mempakan suatu tempat yang kosong tanpa penghuni sebagaimana hampir setengah wilayah Kecamatan Palolo saat itu. Ketika tanah masih tersedia luas dan penduduk masih jarang, wilayah ini hanya rnenjadi wilayah gernbalaan temak kerbau bagi penduduk atau disebut "lambara" (bahasa Kaili Ledo)'. Tampaknya ha1 ini sudah lama terjadi,
karena ketika penduduk pertama kafi
datang mereka t~dakrnendapatkan padang rumput yang memungkinkan untuk gembalaan narnun hutan primer yang belurn terjamah rnanusia. Berikut disampaikan kronologis persitiwa-peristiwa utama yang terjadi di Desa Sintuwu semenjak kedatangan penduduk pertarna ke wilayah ini sekaligus interaksinya dengan Tarnan Nasional Lore tindu, yaitu: (1) 1961: Migran pertarna datang ke Desa Sintuwu, yaitu lima keluarga suku Kaili Taa dari Desa Bakubakulu. Mereka dipaksa pindah dari desa asalnya karena berladang di kawasan hutan yang terlarang. Saat itu wilayah Sintuwu dinamakan 'Pobuangas
yang dalarn bahasa Kaili Ta berarti "kelompok",
karena banyaknya para pencari penyu yang tinggal semra berkelompok di pinggir Sungai Gurnbasa. Tidak lama kemudian, diikuti oleh beberapa keluarga Kaili Taa dad Desa Bunga. Kepemimpinan di Sintuwu sernentara dipegang oleh 6apak Suputambu mantan kepala Desa Bunga dan wakilnya Bapak Pantolele rnantan kepala desa Bakubakulu. (2) 1968: Migran pendatang Suku Bugis pertama kali datang ke wilayah ini sebagai b u ~ gergaji h kayu, narnun belum menetap.
lnforrnasi dari Bp. Haedar Lauieng. searang aktivis LSM Bantaya Foundation yang berkantor di Palu. la juga teriibat dalam pendampingan rnasyarakat dalarn konftik rnasyarakat Sintuwu dengan pihak Balai Taman Nasional Lore Lindu dan Dinas Kehutanan.
(3) 1969: Desa Sint~rwuresrni terbentuk dengan pengangkatan seorang kepata
desa (Bapak Todu Lotunaja), narnun hanya bertahan selarna 3 butan. la digantikan oleh sekretarisnya, seorang hansip desa tamatan SD, yaitu Bapak Saidin Ritu yang akhimya bertahan sampai sekarang, setelah dua kali pernilihan berikutnya. (4) 1972: Pendatang pertama suku Bugis rnemasuki wilayah ini sebagai penduduk yang rnenetap, yaitu para karyawan HPH Kebun Sari. Pada rnasa ini rnasih banyak tanah-tanah kosong bempa hutan, sehingga setiap pendatang dapat rnengarnbilnya dengan seizin kepala desa. Setelah dibuka dan diberi batas rnereka rnenanam padi ladang, jagung dan kopi. (5) 1975: Pernilihan kepala desa secara resrni. Dan ketiga calon yang berasal dari Suku Kaili dirnenangkan oleh pejabat kepala desa sebelurnnya yaitu Bapak Saidin Ritu. Dua calon yang kalah adalah Bapak Jaya Rudin dan Yalikonji. Bapak Yalikonji saat ini rnenjabat Ketua Adat rnasyarakat Sintuwu. (6) 7978: Pembangunan jalan logging oleh HPH Kebun Sari di sepanjang kaki
bukit yang rnernbatasi antara bukit yang terjal dengan areal datar, Kprena insinyur tekniknya berasal dari Jepang, maka jalan ini dikenal penduduk dengan "jalan Jepang". Saat ini jalan tersebut menjadi batas antara TN Lore Lindu dengan Desa Sintuwu. Jalan ini dulu' adalah bagian teramai dan rnenarik banyak pendatang terutarna.Suku Kaili Tara dari kota Palu, Kaili Ledo dari kecamatan Biromaru, dan Suku Kulawi dari Kecarnatan Kulawi. (7) 1982: ~ e m a s a n ~ apatok n batas bam TN Lore Lindu di sepanjang jalan
jepang dengan jarak 100 meter antar patok. Pernasangan ini dilakukan oleh konsultan di bawah pengelolaan BKSDA dan terkesan dirahasiakan. Kepada penduduk hanya disarnpaikan bahwa patok tersebut hanyalah untuk menandai panjang jalan antara Mamboro ke Dongi-dongi.
(8) 1984: Patok batas dirzipatkan menjadi 50 meter antar patok dan mulai
disosialisasikan ke rnasyarakat bahwa itu adalah batas tarnan nasional yang baru, sekaligus menegaskan kepada masyarakat untuk tidak lagi menebang kayu dan berladang
di seberang batas tersebut Dalam periode ini,
penduduk tetap saja merawat tanaman kopinya yang sudah ada sejak dulu di kawasan taman nasional meskipun sering ditebas petugas. (9) 1987: Masyarakat mulai mengenal tanaman kakao sebagai tanaman ekonomi
yang selanjutya menjadi tanaman utama pertanian saat ini. meskipun tahun 1976 sudah ada yang menanarn. (10)
1995: Listrik masuk desa yang diutarnakan pada pemukiman di dusun 2.
Pada tahun ini dilakukan pemilihan kepala desa secara langsung dengan sistern suara.
dirnenangkan Bapak Saidin Rtu rnengalahkan Bapak
Baharudin (Suku Bugis). (11)
1996: Pembangunan instalasi air bersih dengan konsultan CARE
(Coopetatie Assistance for Relief Ewrywhere) dari Canada di dusun 1 dan 3. Sumber air diambil dari dua tempat b e W a yang keduanya berada dalam
..
kawasan taman nasional. (12)
1998: Demonstrasi menuntut hak penggarapan dalam kawasan taman
nasional yang tejadi pada buian Oktober. Masyarakat menolak batas baru yang dibuat tahun 1982 yang berarti lebih melebar keluar sepanjang lebih kurang 2 krn dari batas lama yang sebelumnya berada di atas puncak gunung (atau bukit) Manjapi yang. sudah dikenai penduduk sejak zaman Belanda (tahun 1949). Seluruh penduduk Desa Sintuwu saat ini dapat dipandang sebagai rnigran pendatang, meskipun Suku Kaifi Taa sebagai pendatang pertarna menganggap dirinya sebagai penduduk asli. Dikaitkan dengan aspek geografis masing-masing pendatang, terdapat dua pola migrasi secara urnurn, yaitu dari 42
dataran rendah ke dataran tinggi dan dataran tinggi ke dataran tinggi. Kelornpok yang tergolong pola pertarna adalah Suku Bugis yang sebelumnya berasal dari daerah yang didominasi ekosistern sawah di Propinsi Sulawesi Selatan, serta Kaili Ledo dan Kaiii Tara dari kota Palu dan Birornaru yang juga dorninan sawah. Ketiga suku ini tidak ada yang rnerniliki sawah di Sintuwu saat ini. Bugis mengkonveni sawahnya rnenjadi perkebunan kakao semenjak harga kakao
-
tinggi. sedangkan Kaili Tara dan Kaili Ledo tidak rnendapat tanah sawah karena datang ke Sinknrvu lebih belakangan. Penduduk yang tergolong pola kedua adalah Suku Kaili Taa yang datang dari tetangga desa di Kecarnatan Palolo serta Suku Kulawi dari Kecarnatan Kulawi (Kabupaten Donggala) yang juga berasal dari ekosistern yang sarna. Suku Kaili adalah penduduk asli di Kecarnatan PaioIo terutarna di desadesa aslilO. Kaili Taa yang pertarna datang ke Sintuwu sebelurnnya adalah penduduk Desa Bakubakulu yang kernudian diikuti oleh kerabatnya yang lain. Areat yang dibuka ketika pertarna datang adalah dekat sungai Gurnbasa di wilayah dusun 1. Narnun saat ini turunan dafl kedua pendatang pertarna tersebut sudah berpindah ke dusun 2, yaitu di wilayah Kana Bawah dan Tobe. Di wilayah ini juga tinggal beberapa keluarga Kaili Ija dan Kaili Hodi, baik karena perkawinan dengan Kaili Taa ataupun bukan. Kelornpok migran yang kedua adalah beberapa keluarga Kaili Taa yang berasal dari Desa Bunga. Mereka saat ini tinggal rnengelornpok di dusun 2 yaitu di Katopi Bawah. Tahap pertarna kepindahan penduduk Desa Bakubakulu dan Bunga ke Desa Sintuwu ini pertarna kali rnerupakan tindakan paksa dari pemerintah.
10 Menurut Mattulada (1990: 8 , 15). Suku Kaili adalah suku terbesar di Kabupaten Donggala yang saat ini ada di Kecamatan Parigi. Biromaru, Dolo, Marawola. Palu, Banawa. Tawaeli. Sindue, Sirenja, dan Balaesang. Suku ini terbagi rnenjadi 30 - 40 subsuku yang menamai dirinya dengan menggunakan kata sangkal yang ditempatkan di belakang kata Kaili. Kata-kata daa, ledo, ta, dan tara, pada sebutan Kaili Daa, Kaili Ledo, Kai[iTaa. dan Kaili Tara semuanya mengandung arti "tidak".
-
karena mereka sebelumnya melakukan ladang berpindah di areal kehutanan yang terlarang. Sintuwu dijadikan tujuan karena memiliki topografi yang datar sehingga memungkinkan untuk pertanian intensif. Keiompok suku setelah Kaili Taa yang datang ke Sintuwu adalah Suku Bugis. Bagi migran Bugis, daerah Sintuwu merupakan tujuan migrasi lanjutan, karena mereka adalah penduduk kota Palu sejak generasi sebelumnya. Bugis pertama yang datang tahun 1968 adalah Bapak Haje seorang buruh gergaji kayu, ketika masih banyak kayu di sini, harnpir bersamaan dengan kedatangan Bapak Lasiri yang datang tahun 1970. Saat ini sebagian migran perintis ini masih hidup dan berdomisili di dusun 2 tepatnya di wilayah Katopi Bawah. Kedatangan para perintis Bugis ini kemudian diikuti para kerabatnya, sehingga sepanjang era 197Can mereka seluruhnya berasal dari para perantau di kota Palu. Kemudian pada era 1980-an, pendatang Bugis
berasal dari
Sidondo (Kecamatan Biromaru) yang sebelumnya menanam tembakau di sana, namun usaha ini mengalami penurunan. Behecia dengan dua dasawarsa sebelumnya, rnigran Bugis yang datang ke S i n W semenjak awal 1990-an adalah rnereka yang mengikuti kerabat yang sudah menetap lama.
Sebagian
rnerupakan keluarga yang langsung daiang dari kampung halaman asalnya di Sulawesi Selatan. Sama seperti migran yang lain, ketika pertama datang orang Bugis juga tidak memiliki modal uang yang cukup. Mereka umumnya "bapetak"' di sawah orang lain, baru kemudian menyewa dan membeli. Sebagai suku yang sudah terbiasa bermigrasi dan juga telah memiliki kemampuan pertanian yang Iebih baik, maka mereka tarnpak lebih berhasil secara ekonomi dibandingkan s u b suku lain saat ini.
Saat ini orang Bugis di Sintuwu urnumnya punya keluarga di Palu, dan sebagian besar juga rnerniliki rumah sendiri dan usaha di Palu. Selain itu sebagian juga punya tanah di tempat lain di Sulawesi Tengah, rnisalnya di desadesa lain di Kecarnatan Palolo atau di daerah pantai Barat (misalnya di Kecarnatan Sabang, Kabupaten Donggala). Artinya, bagi rnereka Sintuwu bukan sebagai tempat menetap terakhir, sehingga suatu saat dapat saja ditinggalkan untuk kernudian melakukan migrasi lagi ke daerah-daerah yang barn. Kelornpok suku yang terakhir datang adalah Suku Kaili Ledo dari Kecarnatan Biromatu. Kaili Tara dari Desa Lasoanne Kecarnatan Palu Barat, serta Suku Kulawi dari Kecarnatan Kulawi. Kaili Ledo datang harnpir benamaan dengan Kaili Tara pada awal tahun 1980'~.Mereka diizinkan tinggal di dusun 3 sebagai dusun terakhir yang dibuka, dimana setiap penciatang diberikan tanah pekarangan oleh kepala desa di sepanjang jalan jepang masing-masing 0.25 hektar. Mereka tertarik datang karena tanah-tanah di sini masih banyak yang kosong, apalagi rnereka tidak perlu mernbelinya. namun cukup dengan izin kepala desa. Migran Kaili Tara terpaksa migrasi ke sini karena wilayahnya yang di pinggir kota Palu terdesak oleh alih fungsi rnenjadi perurnahan dan perluasan lapangan terbang. Usaha pertanian sernakin tak menguntungkan karena surnber air irigasi kurang mernadai. Meningkatnya permintaan terhadap tanah dengan harga yang tinggi, menyebabkan rnereka lebih suka rnenjual tanahnya untuk dijadikan modal hidup barn d i Sintuwu.
"
"Bapetak"adalah suatu jenis hubungan produksi pada usahatani sawah yang sama dengan T%eblokan"di Jawa. Para petani =bapetak"mernperoleh hak panen dengan bagi hasil secara natura pada areal yang ia tanami. l 2 Menurut pengakuan Bapak Masjidin, ia merupakan salah satu dari 10 KK rornbongan pertama Kaili Tam yang datang ke Sinfuwu tanggal 1 Januari 1981, rneskipun sernenjak tahun 1972 ia sudah sering bekerja rnenjadi buruh gergaji kayu di desa ini.
Jika dlurutltan menurut tahun kedatangannya, Suku Kulaw~merupakan pendatang terakhir dari kelornpok suku ke Desa Sintuwu. Migran pertarna Suku Sama seperti Suku Kaili Ledo dan Kulawi datang pada akhir tahun ~980-an'~. Kaili Tara, pertama datang mereka juga memohon izin tinggal langsung kepada kepala desa. Karena saat itu sudah tak ada lagi tanah kosong di dalam desa. maka mereka hanya memperoleh sediicit pekarangan di sepanjarlg jalan jepang di Katopi Atas. Karena datang paling akhir, maka rata-rata kepemilikan Lahannya paling sempit dibandingkan penduduk lain. Mereka mengaku saling memiliki hubungan keluarga. dan saling rnengajak kerabat ketika mau migrasi ke desa ini. Mereka yang tinggal di Katopi Atas berasal dari Desa Onu dan Lonebasa Kecamatan Kulawi, sementara dalarn jumlah yang lebih sedikit dr 'lorong jepang" berasal dari Desa Pewatu dan Talebo. Alasan mereka meninggalkan kampungnya adalah karena topografi daerahnya yang berbuki dan lokasinya yang jauh dari jangkauan transportasi. Meskipun demikian, mereka masih mempunyai lahan pertanian di tempat asal yang pengusahaannya diserahkan kepada kerabat yang lain. Beberapa kali dalam setahun mereka masih pulang ke kampung asal untuk rnenghadiri pesta atau selamaian kematian kerabat dekat, serta ketika perayaan Natal. Selain suku-suku di atas, juga ada beberapa suku lain dengan jumlah yang lebih sedikit misalnya Suku Sunda. Saat ini terdapat 7 keiuarga suku Sunda di desa Sintuwu, yang berasal dari 4 keiuarga yang datang pertama kalr tahun 1987. Mereka sesungguhnya adalah peserta transmigran pernerintah yang berangkat tahun 1977 dan ditempatkan di daerah pantai Barat (Desa Matonas, Kecamatan Sabang).
Mereka
pindah
ke
Sintuwu
karena
merasa
sulrt
mengembangkan pertanian di daerah transmigrasi tersebut. Saat ini 4 keluarga
l 3 Bapak Langkai (ketua adat Kulawi) yang rnengaku sebagai pendatang gelornbang pertama, datang tahun 1989 bersama anaknya yang rnenjadi gum.
trnggal mengelompok di dusun 2 di dekat Sungal Gurnbasa, dan sisanya di jalan jepang dl dusun 1. Pertama datang mereka rnenurnpang bertani kepada orang lain tanpa mernbayar apapun. Setelah periode ini, rnereka rnenyewa tanah-tanah lain dan kemudian baru membeli. Sejak dulu sampai sekarang mereka selalu menanam sayuran-sayuran sebagaimana kebiasaannya di ternpat asal di Jawa Barat (Kabupaten Cianjur, Cimahi, dan Sukabumi), meskipun mereka juga merniliki kebun kakao dan menanam padi. Mereka memiliki hubungan yang erat dengan migran Sunda yang ada di daerah lain di Uabupaten Donggala dan saling mengunjungi.
Pengaruh Waktu Kedatangan dan lkatan Kekerabatan dalam Pernbentukan Pola Pemukiman Berdasarkan struktur pemukiman penduduknya, maka wilayah desa terbagi-bagi rnenjadi beberapa kelompok suku, karena kecenderungan berrnukirn menurut suku yang sama. Pola pemukiman dernikian terbentuk berdasarkan waktu kedatangan dan karena ikatan kekerabatan. Setiap kelompok pemukiman merupakan satu kerabat karena saiing rnemiliki hubungan tali darah. Hal ini disebabkan karena migrasi mereka ke desa ini menggunakan jaringan sosial (social nelwork) kerabat dan bersifat migrasi berantai (chain migration).
Kedatangan
para
migran
perintis
setiap
suku
dilakukan
secara
berombongan dan rnernitih suatu tempat, yang kemudian menarik pendatang sesuku berikutnya ke tempat tersebut Pola seperti ini terlihat mulai dari Suku Kaili Taa, diikuti Kaili Ledo dan Kaili Tara, serta terakhir Suku Kuiawi. Setiap suku memiliki ikatan kekerabatan yang mendorong rnereka untuk tinggal
mengelompok.
Bagi Suku
Kaili, pofa pernukiman
berkelompok
rne~pakanpola tradisional pernukiman mereka yang diikat secara adat yang disebut "ngapa" (Sulaiman et. a / , 1986: 15). Beberapa rumah tangga sedarah 47
rnernbentuk satu kelompok yang disebut "boya"yang terdiri dari 7 rumah tangga, yang kemudian mernbentuk suatu kesatuan komunitas "kinfa"(=karnpung). Pada tabet 2 di bawah ini dipaparkan sebaran penduduk dalam lokasi desa berdasarkan suku. Penduduk di dusun 1 berrnukirn di sepanjang jalan bercampur antara Bugis, Kaili Taa dan Kulawi. Sepanjang jalan jepang, mulai dari pertigaan sampai ke jembatan kura-kura, berdiam Bugis diselingi beberapa rurnah tangga Kaili Taa. Jalan lorong jepang didominasi Suku Bugis, meskipun di ujung barat ada beberapa rurnah tangga Kaili Taa, Sunda, dan Kulawi. Sementara Kulawi yang hanya terdapat di dusun 1 ini, sebagian besar menempati sepanjang jalan jepang dari pertigaan ke arah selatan.
Tabel 2.
'Sebaran penduduk beradasarkan dusun dan suku di Desa Sintuwu. 2001.
Suku dan sub suku Dusun
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kaili Taa Kaili Tara Kaili Ledo Bugis Kulawi Kaili lja. Kaili Unde, Kaili Rai. Toraja. Sunda Dan Bali
Total Surnber:
Jurnlah rurnah tangga Dusun Dusun Total
30 0 0 42 30 10
65 0 0 51 0 10
112
126
3
60 25
2 0 0
90
Oh
98 60 25 95 30 20
29,9 18.3 7,6 29.0 9,1 6.1
328 (1 205 jiwa)
100
Data Profil Desa Sintuwu tahun 2000 digabungkan dengan catatan sekretaris desa dan wawancara dengan infomasn kunci.
Berbeda dengan dusun 1 yang hampir berirnbang antara Suku Bugis. Kaili Taa, dan Kulawi; penduduk dusun 2 didominasi Suku Kaili Taa dan Bugis saja.
Pernukiman Kaili Taa di dusun 2 menyebar dl Katopi Bawah untuk Kaili
Taa beragama Kristen, serta Kana dan Tobe untuk yang beragama Islam.
Sernentara Bugis terkosentrasi di Kana Bawah dekat kantor desa dan di sekeliling lapangan sepakbola di depan kantor desa. Selanjutnya, penduduk di dusun hampir seluruhnya terdiri dari Kaili Ledo di bagian utara dan Kaili Tara di selatan. Pemukiman mereka hanya di sepanjang jalan jepang, yaitu sejak batas dengan Oesa Rahmat sampai dengan batas tanah gubernur. Selain secara fisik mereka berkelompok berdasarkan suku, dalam struktur sistem sosial pun mereka terkotak-kotak dalam kelompok-kelompok suku. lnteraksi sosial dengan sesama anggota suku lebih intensif dibandingkan dengan suku di luarnya, baik dalam hubungan produksi pertanian maupun aktivitas sosial budaya.
Hal
ini
menimbulkan
sikap
etnosentrisme,
dimana
Suku
Kaili
menganggap Bugis sebagaj kaum pendatang yang ~ornbong'~. lnteraksi sosial yang lemah dengan orang di luar sukunya masing-masing misalnya tampak dari ketidaktahuannya terhadap nama-nama tetangga di luar sukunya. Para perempuan Bugis yang tinggal di lorong jepang dan sekitar lapangan sepak bola mengaku tidak tahu nama tetangganya yang lain suku rneskipun sudah belasan tahun tinggal berdekatan. Mereka hanya mengenal dengan sebutan yang umum, yaitu panggilan atas nama anak pertamanya, bukan nama aslinya. Namun demikian, ia tahu nama asli dari sesama Bugis meskipun tinggal agak bejauhan dan
berbeda dusun,
meskipun dalam
rnasyarakat Bugis pemanggilan atas nama anaknya yang tertua juga berlaku. Kawin campur (amalgamasi) masih jarang tejadi, karena masing-masing lebih mernilih pasangan dari sesarna suku sendiri. Pertimbangan pertarna dalam memilih jodoh adalah kesamaan agarna, baru kemudian kesamaan suku. 14
Kata isteri kepala desa (Kaili Ledo): Wrempuan Bugis hanya suka pamer-pamer emas narnun tidak suka ikuf kegiatan PKK". Hal ini dibenarkan seorang Bugis: "perempuan Bugis tak mau ikut membantu di dapurjika ada pesta, karena maunya langsung makan saja".
Dijumpai 2 ~ m a tangga h kawin campur Bugis dengan Kaili Taa sesama Islam. juga Kaili Taa dengan Kulawi atau China yang sama-sarna beragama kristen. Aspek agama merupakan suatu
identitas sosial yang tidak dapat
diabaikan dalarn membicarakan sistem kekerabatan penduduk desa ini. Setiap suku
memiliki
agama
yang
beda,
maka
pola
pemukiman juga
terlihat
berdasarkan agama. Pemeluk agama Kristen yang bejumlah lebih sedikit hanya bermukirn di bagian Katopi, yaitu Kulawi di Katopi Atas dan Kaiti Taa di Katopi Bawah. Secara sepintas dapat dikatakan mereka tidak terlalu agamis. terlihat dari intensitas kegiatan keagamaan yang lemah, baik pada pemeluk Islam maupun ~risten". Meskipun demikian, mereka menghargai perbedaan beragama dan juga sering membantu dalam pernbangunan mmah ibadah16. Struktur masyarakat yang terkotak dalarn kelompok-kelompok dalam ikatan genealogis suku menyebabkan ikatan tentorial rnasyarakat sedesa lemah. Hal ini misalnya tampak dari sulitnya mernbangun kelernbagaan pemerintahan desa yang kuat17. Sudah lama sekali tidak ada pertemuan tingka desa, sernentara kegiatan gorong royong tak pemah diikuti bbih dari 15 orang, terbatas mereka yang dekat-dekat kantor desa saja. Selain itu, juga diakui bahwa kejasama antar suku sekarang terasa sernakin lemah. Dahulu ada mapalus (kelompok kerja) yang beranggotakan Suku Kaili Taa dan Eiugis narnun sudah lama bubar.
Pernah ada pengajian berzanji di dusun 2 untuk ibu-ibu di RT 5 dan 6, narnun sudah lama berhenti. 16 Sebagaimana penjelasan Bapak Yacob Ngkeja (ketua GPS gereja), 500 buah batako yang teronggok di depan gereja di dusun 1 adalah bantuan Papa Udin seorang Islam suku ~ugis' 17 Bapak Theapillus sebagai ketua LKMD (suku Kaili Taa) tidak suka dengan pejabat kepala desa saat ini karena kemarnpuannya sangat lemah, namun mengaku sangat sutit rnenggalang dukungan dari warga.
'5
Masing-masing suku tinggal berdampingan dengan areal pertanian yang dikuasainya, baik areal kebun maupun sawah. Tiap kompleks sawah dikuasai suku tertentu. Sawah yang terluas di Katopi Bawah (15 ha) dikuasai oleh Kaili Taa Kristen,
dua ternpat dekat jalan jepang dikuasai oleh Kulawi, serta dua
bagian agak sempit di Tobe dikuasai oleh Kaili Taa Islam. Satu bagian lagi seluas lebih kurang 5 ha di dusun ? dekat sungai Gumbasa dikuasai para petani guntay dari Desa Bobo.
Desa Berdikari Sejarah Pembentukan Desa Masyarakat Desa Berdikari juga rnerupakan masyarakat multietnik, yang seluruhnya rnerupakan kaurn pendatang, meskipun Suku Kulawi mengangggap dirinya sebagai penduduk asli.
Di desa
ini
pemukiman
penduduk juga
rnengelornpok berdasarkan suku dan daerah asal. Dan paparan berikut ini disampaikan
tahun-tahun
penting
terjadinya
peristiwa
yang
dapat
rnenggarnbarkan perubahan rnasalah sosial ekonomi di desa Berdikari. terutarna aspek keagrariaannya:
(1) 1961: Datang 3 keluarga suku Kulawi, yaitu Bapak Rou Lologau beserta adik dan kerabatnya, ketika belum ada
satupun penduduk disini.
Karena
rnerupakan tanah datar yang luas rnereka menyebutnya dengan "Karawa Maluwo" yang berarti padang yang luas. Mereka sanga: senang rnenernukan dataran yang cukup luas seperti ini, karena mereka datang dari daerah bertopografi perbukitan terjat. (2) 1965: Desa Berdikan secara resrni berdjri dengan rnengangkat kepala desa pertarna Bapak Rou Lologau. Saat itu baru dusun 1 yang sudah didiami
penduduk, sementara dusun 2 dan 3 rnasih berupa hutan. Setiap penduduk 51
baru diberi tanah untuk pekarangan dan pertanian dibawah arahan kepala desa. Pada tahun ini juga, transmigran dari Jawa Tengah (Kabupaten Gombong, Puwodadi, dan Biora) datang ke bagian timur Desa Berdikari yang belum ada penduduknya. Wilayah ini kemudian bernama "Kampung Bahagia Bedikari II" atau ada yang menyebut "Dusun Meno", dan berdiri sendiri semenjak tahun18. (3) 1968: Sebuah sekolah dasar dibuka dibawah organisasi gereja -la Keselamatan (BK). Tahun 1990 sekolah ini tutup karena muridnya semakin berkurang yang bersaing dengan SD lnpres di Desa Rejeki.
(4) 1969: Migran pertama dari Suku Bugis datang, yaitu Bapak tl. Arpa yang kemudian mengajak banyak kerabatnya ke sini. Alasannya adalah karena sawah disini sangat subur dan dapat ditanarni padi tems menerus. (5) 3972: Pembangunan jalan tanah yang dibuat melatui gotong-royong oleh
warga setiap hari Rabu dibawah komando Kepala Desa Rou Lologau, serta beberapa irigasi sederhana untuk pengairan sawah di dusun 1.
.
(6) 1976: Wilayah dusun 3 mulai ditempati penduduk dengan membuka hutan.
Pada waktu ini jalan yang tersedia masih bempa jalan tanah. (7) 1983: Pemasangan patok batas areal kehutanan, disertai keterarigan oleh
petugas bahwa bagi mereka yang sudah terlanjur bertani dalam kawasan hutan dibolehkan memungut hasilnya namun tidak boleh memperluasnya. Larangan ini kurang dipatuhi penduduk.
(8) 1984: Proyek air minum dari gereja BK di dusun 1. Sebelumnya penduduk mandi dan minum di sungai Meno sehingga banyak yang menderita sakit terutama usus buntu karena air minumnya mengandung pasir. 18 Penempatan rnereka ke wilayah ini kurang disiapkan dengan baik, karena sebelurnnya rnereka dijanjikan diternpatkan di Lampung. Pertama datang rnereka ditampung di gedung sekolah di Desa Makmur, kemudian dipindahkan ke Desa Tanah Harapan
(9) 1985: Sebuah usaha penggergajian kayu (sawmill) mulai beroperasi di Desa
Berdikari karena saat itu masih banyak kayu-kayu di pekarangan penduduk. Tahun 1990 izinnya dicabut karena keberadaannya yang dekat dengan wilayah
kehutanan negara
dikhawatirkan secara
tak
langsung akan
mendorong masyarakat untuk mencuri kayu di wilayah yang dilindungi tersebut (10)
1988: Pengangkatan kepala desa sementara karena Kepala Desa Rou
Lologau diberhentikan oleh Camat. (11)
1992: Pemilihan kepala desa pertama yang mengangkat Bapak Mirasuli.
seorang Kulawi mantan gum SD BK. Pemilihan berikutnya adalah tahun 1999 dengan tetap memilih kepala desa ini yang akhirnya bertahan sampai sekarang. (12)
1993; Pernasangan instalasi listik ke wilayah desa.
(13) 1994: Peningkatan pernbangunan jalan raya, dari tanah menjadi beraspal sampai ke dusun 3. (14)
1999: Dinas kehutanan melakukan peringatan keras kepada penduduk
yang melakukan penwrian kayu dan berkebun kakao di areal hutan dengan mengumpulkan masyarakat di kantor desa, mekipun kurang mendapat respon dari masyarakat.
(15) 2000:
Pembangunan jalan TNI Masuk Desa (TMD) di dusun 3 yang
mernbuka akses untuk tanah-tanah milik anggota Korern 132 dan ke daerah Kora (areal kehutanan yang bertopografi datar). (16) 2001: Pernbangunan instalasi air rninurn oleh konsultan CARE di dusun 2 yang mengambil mata air di bukit kehutanan.
selama 3 bulan, dan terakhir rnereka diternpatkan di wilayah Berdikari walau sering dilanda banjir.
Sebagaimana Desa Sintuwu. Desa Berdikari juga merupakan desa bentukan karena migrasi swakarsa. Desa ini dibuka dari barat ke timur secara berangsur-angsur. Pendatang pertarna menernpati dusun 1 di bagian barat difanjutkan ke bagian tirnur dekat Sungai Meno.
Pernbukaan selanjutnya
dilakukan oleh transmigran Jawa yang saat ini menjadi Desa Bahagia di seberang Sungai Meno, serta kemudian pembukaan di bagian Balimbi (dusun 2) dan terakhir di witayah Pangana (dusun 3) yang paling tirnur. Suku Kulawi yang datang pertarna kali berasal dari Desa Kantewu Kecamatan Kulawi yang saat ini mendominasi penduduk dusun 1. Penduduk Suku Kulawi disini seluruhnya ber-bahasa Uma yang berasal dari De& Kantewu ditambah sedikit dari Desa Onu, Siwengi, Peana, dan ~ o w u l u ' ~ . Dengan bakat kepemimpinannya Bapak Rou Lologau diangkat sebagai kepala desa yang berwenang mengatur pendatang-pendatang baik dari Suku Kulawi ataupun Bugis. la menentukan dimana seorang pendatang bani boleh membangun rumah dan mernbuka lahan pertanian. Migran pertama tinggal kira-kira di sekitar kantor desa sekarang. Migran Suku Kulawi banyak datang pada era 1960-an sampai dengan 1980-an, dan menurun rnulai aka1 1990-an. Sampai saat ini migrasi Suku Kulawi masih beriangsung terutama karena hubungan perkawinan dengan warga desa ini. Pekerjaan pokok suku Kulawi dahulu banyak menjadi pencari rotan, penebang kayu, ataupun berburu babi di hutan-hutan. Proporsi penduduk terbanyak setelah Suku Kulawj adalah Suku Bugis. Kadatangan Suku Bugis dimulai tahun 1970-an dengan kuantitas yang sama sampai dengan akhir 1980-an. Pendatang pertarna adalah Bapak H. Arpa
" Suku Kulawi mengenal 3 idialek bahasa yaitu Uma, Moma dan Winatu yang satu sama lain saling dapat berkornunikasi dengan tetap rnenggunakan bahasa ibunya. Bahasa Moma dipakai di pusat kecamatan, sedangkan Uma dan Winatu di desa-desa di luamya.
54
semenjak tahun 1969, yang kemudian rnengajak perantau-perantau Bugis lain di Palu ke desa ini.
Disini juga berlaku pola umurn, dimana pendatang Bugis
pertarna bermukin lebih di barat dan pendatang selanjutnya lebih ke timur. Keluarga Bugis pendatang pertarna di dusun 3 bagian barat adalah Bapak Supu Lawanga yang datang tahun 1978, sedangkan ke dusun 3 adalah kelompok kerabat Bapak Amborape tahun 1985. Pola migrasi Suku Bugis disini sama dengan yang terjadi di desa Sintuwu. Para migran Bugis dekade 1970-an dan 1980-an sebelurnnya sudah lama menetap di kota Palu, sedangkan rnigran pendatang terakhir (1990-an) urnumnya langsung dari daerah asal di Sulawesi Selatan. Migran yang tergolong pasperintis (second wave migrant) umurnnya memiliki modal usaha yang lebih kuatz". Selain berusaha di bidang pertanian rnereka banyak yang bergerak pada pekejaan di luar pertanian (off-fa@,
misalnya membuka kios kelontong, usaha
mobil angkutan, serta usaha penggilingan padi. Sebagaimana di Sintuwu. para migran Bugis yang relatif berhasil ekonomtnya juga rnemilik~rumah di kota Palu. dirnana anak-anaknya bersekolah dan bekerja. Terlihat kecenderungan bahwa generasi terakhir migran Bugis sudah mulai meninggalkan Berdikari. Penduduk Desa Berdikari didominasi oleh Suku Kulawi dan Bugis. yang bejumlah harnpir 80 persen dari seluruh penduduknya. Suku-suku lain yang bejumlah lebih sedikit adalah Suku Toraja dan Manado. Waktu kedatangan serta alasan migran Suku Toraja dan Manado ke Desa Berdikari memiliki banyak persamaan. Mereka tergolong pendatang paling terakhir dari kelompok suku (rnulai tahun 1970-an), karena itulah pernukiman mereka saat ini lebih banyak di dusun 3.
20 Seorang Bugis pengusaha ayam buras yang sudah sukses di Palu rnembeli tanah dekat pinggirjalan di Dusun 2 Balirnbi seluas ;O ha tahun 1998.
Migran
perintis
Toraja
adalah
para
pegawai
di
kantor-kantor
pemerintahan di kota Palu atau guru-guru sekolah di Kecarnatan Palolo. Mereka rnernbeli tanah di Berdikari ketika harga tanah masih sangat murah. Aliran pendatang terbanyak tejadi pada era 1990-an, yaitu di tanah milik instansi TNI Korern 132 Sulawesi Tengah. Mereka menjadi buruh dengan gaji bulanan atau menyakap bagi hasil tanah-tanah Korem tersebut yang perniliknya adalah kerabatnya sendiri. Selanjutnya mereka mengajak keluarga Toraja yang lain rnenjadi petani penyakap pada tanah Korern lain rneskipun tidak merniliki hubungan keluarga. Selain sebagai mantan tentara anggota Korern 132 Sulawesi Tengah, banyak juga migran Suku Toraja yang m e ~ p a k a n pensiunan pegawai yang dulu disebut Kantor Bendahara Nasional (KBN) atau sekarang rnenjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN). Mereka menempati tanah yang dulu diberikan oleh Bupati Donggala kepada instansi tersebut. Tanah ini berlokasi di bagian timur dusun 3,dikenal penduduk dengan "tanah KBN" seiuas 120 ha.
Pengaruh Waktu Kedatangan dan lkatan Kekerabatan dalam Pembentukan Pola Pemukiman Dengan mencermati domisili penduduk saat ini, dapat menjadi penunjuk kapan tahun kedatangan mereka. Dusun 1 mulai dibuka sernenjak tahun 1961 dan rarnai sekitar tahun 1965, dilanjutkan penernpatan trasrnigran Jawa di bagian lebih ke timur. Didasarkan kenyataan bahwa pemukirnan penduduk saat ini mengelompok berdasarkan suku, maka dapat terbaca bahwa dulu kedatangan mereka dulu juga secara berornbongan suku per suku, sebagaimana dibenarkan oleh banyak informan. Pada tabel 3 berikut, tertihat bahwa Suku Kulawi sangat dominsn di dusun 1, karena hanya rnerekalah pendatang ke desa ini sepanjang tahun 1960; 56
an, sedangkan suku Kulawi di dusun 2 dan3 merupakan pendatang gelornbang berikutnya ditambah dengan turunan Kulawi dari dusun 1. Artinya, kedatangan Kulawi banyak pada dua dasawarsa pertama (1960-an dan 3970-an), dan sernakin berkurang pada dua dasawarsa berjkutnya (f980-an dan 1990-an). Sebaliknya Suku Bugis yang pemukimannya lebih menyebar menandakan tahun kedatangannya juga terjadi dalam kurun yang panjang, dan lebih banyak pada pada era 1980-an. Suku Bugis dan Toraja paling banyak berada di dusun 3, yang menandakan bahwa merekalah migran terbanyak pada era 1980-an dan 1990-an dibandingkan suku-suku lain. Tabel 3.
Sebaran penduduk beradasarkan dusun dan suku di Desa Berdikari, 2001.
Suku dan sub suku Dsn ? 1. 2. 3. 4. 5.
Kulawi Bugis Toraja Manado Poso. Jawa, Sunda
Kaili, dan
Jurnlah rumah tangga Dsn 2 Dsn 3 Total
%
175 22 11 3 8
63 21 13 2 6
5 67 36 6 6
243 110 60 11 20
54.7 24,8 13.5 2.5 4.5
219
105
120
444
100.0
Surnber: Data Profil Desa Berdikari tahun 2000 digabungkan dengan catatan sekretaris desa dan wawancara dengan infoman kunci. Para pendatang pertama ke dusun 1 langsung rnembuka sawah sebeturn rnernbuka tanah darat. Pendatang periarna lebih rnenyukai sawah, sehingga dusun 1 dibuka lebih dulu karena lebih potensial untuk dijadikan persawahan. Oi dusun 2 penduduk dominan masih Suku Kulawi yaitu 63 rurnah tangga. Disini bermukim sedikit orang Manado dan Suku Mori yang berasal dari kabupaten Poso. Oaerah ini dibuka rnulai awal tahun 1970-an sarnpai tahun 1980-an. Pendatang pertama ke wilayah dusun 2 ini dibagikan tanah pekarangan
oleh Kepala Desa Rou Lologau di tambah rnasing-masing
+
2 ha sawahz'
Mereka boleh mengolah Iebih luas jika mampu, namun j~kaditelantarkan akan diarnbil kernball oleh kepala desa untuk dibagikan kepada orang lain atau dijualnya. Suku Kulawi yang pertarna menempati wilayah dusun 3 adalah keluarga Ibu Theresia T a m bersarna 3 rumah tangga pada tahun 1976. Kurang tertariknya penduduk kesini adalah karena tanah bebas dl daerah ini tinggal sedikit. Semenjak tahun 1974 tanah-tanah sudah habis dikapling oleh instansi TNI Korern 132 Sulawesi Selatan (360 ha). Kantor Pemendaharaan dan Kas ~ e g a f ldan , Universitas Tadulako. Secara
urnum,
lokasi
pernukiman juga
berkaitan
dengan
cara
memperoleh tanah. Suku Bugis sedikif di dusun 2 karena tanah dorninan adalah sawah yang jarang dijual, padahal orang Bugis urnurnnya memperoleh tanah dengan membeli. Suku Kulawi yang terbiasa membuka tanah sendiri terhaiang masuk ke dusun 3 ).arena tanah-tanah bebas sudah tak ada. sebaliknya orang Toraja banyak di dusun 3 karena mereka memperoleh tanah dengan menyakap. Sebagaimana di Sintuwu, faktor suku juga menjadi sentimen yang mernberi kerangka struktur sosial penduduk Berdikari. Hal ini secara fisik teriihat dari pernukiman yang sesungguhnya berkelompok berdasarkan kerabat dekat. Sesarna Suku Kulawi misalnya, rnereka membedakan antara "orang Kantewu" dan bukan; dernikian juga dengan orang Bugis yang rnernbedakan atas kabupaten asainya. 8elasan rumah tangga Bugis kerabat Bapak Supu Lawanga di dusun 3 yang dikenal penduduk dengan "Bugis-Palopo" berasal dari Palopo Sulsel, sementara kerabat Bapak Amborape berasal dari Kabupaten Bone. 21
Seluruh informasi yang berkenaan teniang luas tanah perlu dicerrnati secara hati-hati, karena sesungguhnya itu hanyalah angka perkiraan belaka karena tanah dimaksud belurn pemah diukur secara benar dengan meteran.
58
Kuatnya ikatan sosial sesuku juga terlihat dari pelaksanaan peristiwaperistiwa budaya. Orang Toraja yang sebagian besar berasal dari Kecarnatan Rantepallo (Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan) rnerniliki organisasi "Rukun Toraja" yang rnemiliki cabang di tiap desa di Palolo. Mereka akan rnengundang sernua warga Toraja di Kecarnatan Palolo jika ada kernatian atau perkawinan. Orang Toraja rnernifiki gereja tersendiri di dusun 3 di tempat rnana rnereka terkonsentrasi, sernentara kuburan khusus untuk orang Toraja ada di desa Motow. Dalam
ha1 rnengundang pesta
akan terlihat
bagairnana kuatnya
kekerabatan masing-rnasing suku. Setiap orang akan mengundang warga sesukunya khususnya yang berasal dari desa yang sarna. Kulawi-Kantewu akan rnengundang sernua "orang Kantewu" di Oesa Berdikari dan desa-desa lain. sernentara suku lain hanyalah yang sedusun. Dernikian juga bagi orang Bugis yang memprioritaskan kerabatnya sendiri rneskipun ada di kota Palu. Prioritas kedua adalah seluruh orang Bugis dalarn satu desa, sementara suku lain hanya yang sedusun saja. Agama yang dianut juga rnerniliki kaitan dengan suku, sehingga sernakin rnernpererat bentuk ikatan primordial tersebut Harnpir seluruh Suku Kulawi beragama Kristen Protestan di bawah Organisasi Bala Keselarnatan dan hanya sedikit yang Pantekosta. Di desa ini tersedia dua gereja Bala Keselarnatan dan dua gereja Pantekosta. Penganut Pantekosta selain Kulawi adalah Suku Manado dan Toraja, narnun sebagian besar suku Toraja rnemiliki gereja tersendiri. Pemeluk Islam hanyalah orang Bugis yang rnernjliki sebuah mesjid pada setiap dusun
22 Tanah KBN didasarkan SK Bupati Donggala No. 453211974 - PLL No. 163511974 tanggal 8 Agustus 1974 yang kemudiar; diperkuat engan Keppres No. 55 tahun 1993.
59
Rangkurnan Kedua desa rnerupakan rnasyarakat rnulti etnik yang dibentuk oleh rnigrasi swakarsa semenjak awal tahun 1960-an, dimana suku yang pertarna datang merasa sebagai penduduk asli. Kedatangan rnigran paling banyak tejadi pada dasawarsa 1970-an-dan 1980-an meskipun masih bertangsung sampai sekarang dengan menggunakan jaringan sosial kerabat dan bersifat rnigrasi berantai. Faktor penarik utarna kedatangan migran ke wilayah ini adalah karena tehukanya peluang akses tehadap surnber-surnber agraria (terutarna tanah) yang dapat diperoleh secara gratis atau mernbeli dengan murah dari pendatang sebelumnya. Struktur masyarakat kedua desa berbentuk kefompok-kelornpok yang didasarkan ikatan genealogis sesuku. Hal ini terlihat dari pola pemukiman yang rnengelornpok berdasarkan suku dan kerabat dekat. Faktor sesuku juga dijadikan pertimbangan rnengundang dalarn kegiatan sosial budaya seria hubungan sosial dalam produksi. Dan uraian di atas terlihat bahwa pada kedua desa belum berhasil dibangun suatu organisasi sedesa yang cukup kuat;' baik dengan dasar ikatan teritoriai maupun genealogis, sehingga mereka k l u m dapat dikatakan sebagai sebuah "kornunitas".