TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KABUPATEN LANGKAT (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat)
SKRIPSI OLEH : LAMPOS GULTOM 030309032 SEP/PKP
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KABUPATEN LANGKAT (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat)
SKRIPSI OLEH : LAMPOS GULTOM 030309032 SEP/PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing Ketua :
( Ir.A.T. Hutajulu, M.S) NIP : 130877998
Anggota :
(Nelvariani Hanafi, SP, M.Si) NIP : 132162040
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
RINGKASAN Lampos Gultom (030309032) dengan judul skripsi “ Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Langkat ” ( Studi kasus : Desa Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat) yang ditentukan secara Purposive. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. A.T. Hutajulu, MS dan Nelvariani Hanafi SP, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknologi budidaya jagung yang dianjurkan oleh PPLdi daerah penelitian, untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi terhadap teknologi budidaya jagung anjuran yang digunakan dengan metode analisis Chi-Sguare. Desa Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, dipilih sebagai lokasi penelitian secara sengaja karena merupakan sentra produksi jagung dengan jumlah produksi 6.784 ton per tahun dan luas lahan1.032 Ha dengan produktifitas 6,57 ton/Ha. Dan para petaninya memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sehingga permasalahan yang ada dalam penelitian dapat terjawab, selain itu jumlah petani jagung yang cukup banyak di daerah tersebut yaitu 867 KK. Metode Pengambilan Sampel adalah Stratified Random Sampling, yaitu dari seluruh populsi petani jagung di derah penelitian diambil sampelnya sebanyak 30 KK berdasarkan strata luas lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola tanam jagung yang dilaksanakan adalah menanam jagung 2 kali setahun yaitu bulan Maret dan bulan Juli, komponen sistem pengelolaan budidaya anjuran tanaman jagung meliputi penggunaan bibit bermutu, pengolahan lahan, penanaman, pemupukn, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen, pasca panen, Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya anjuran pada tanaman jagung termasuk dalam kategori sedang yaitu 18,30 ; Tidak ada pengaruh antara faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha tani terhadap teknologi budidaya jagung anjuran; masalah-masah yang dihadapi oleh petani adalah masalah kekurangan modal, serangan hama dn penyakit, keahlian petani dan fluktuasi harga, Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung adalah petani melakukan peminjaman pada koperasi desa, melakukan penyemprotan dengan Furadan 3G untuk memberantas hama penggerek dan untuk mencegah penyakit bulai dengan menggunakan ridomil, untuk mengatasi keahlian petani dengan berdiskusi dalam kelompok tani yang selama ini tidak aktif dan berkoordinasi dengan PPL, dan mengatasi masalah fluktuasi harga dengan membuat suatu sistem penjualan bersama dalam kelompok tani sehingga petani dapat memiliki posisi dalam menentukan harga jual. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Pansurnapitu, KecamatanTarutung pada tanggal 12 Agustus 1984 dari Ayahanda Lamsahari Gultom dan Ibunda Rusmawati Silaban, sebagai anak keenam dari delapan bersaudara. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD NO 173116 Pansurnapitu Tarutung dan tamat tahun 1996. 3. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Tarutung dan tamat tahun 1999. 4. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tarutung dan tamat tahun 2002 5. Tahun 2002 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru ( SPMB) 6. Bulan Juni-Juli 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Invaliden, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat. 7. Bulan
Oktober-Nopember, 2007 melaksanakan penelitian skripsi di Desa
Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat. 8. Tahun 2006-2008
mengikuti organisasi Pelayanan Mahasiswa Kristen
( PMK/ Imperatif USU) sebagai anggota biasa dan sebagai anggota Tim MPO ( Majelis Pertimbangan Organisasi )
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Terpujilah Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk kasih dan anugerah-Nya yang senantiasa menyertai penulis dalam memulai, menjalani, dan menyelesaikan masa perkuliahan serta dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG
DAN
FAKTOR-FAKTOR
KABUPATEN LANGKAT”
YANG
MEMPENGARUHINYA
dengan studi kasus Desa
DI
Namu Ukur Utara,
Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Ir. A.T. Hutajulu.MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Nelvariani Hanafi SP.M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh Instansi yang terkait dengan penelitian ini dan para responden atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis mengadakan penelitian. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
7. Rekan-rekan mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian SEP’03 ( Jona, Edi, Gibson, Kristo, Martondi, JF, Suma, Hery, Bahagia, Syaikibul, Ika, Gurniati, Nola, Cory, dan rekan-rekan yang lainnnya yang belum saya sebut satu persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih secara khusus penulis ucapkan
kepada Ayahanda
tercinta L.H Gultom dan Ibunda tercinta R. Silaban atas doa, didikan, nasehat dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis, dan kepada abang, kakak, dan adikku, Partogian Gultom dan Mariani Gultom serta keluarga Bapa Uda S.B Gultom dan
Inang uda R. Panggabean di Medan
atas pengajaran, kasih,
dorongan, dan doanya selama penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman- teman satu pelayanan di IMPERATIF – USU (Yehuda, Bima, B’Ryan, B’Fandy, Fery Zak & Jo, Orlando, Elmi, Angel, Wina, Yanti, Lia, Rinda, Erwin, Daniel, Ishak, Viktor, Bili, Dian, Hana Olin, Santri, Kristian,) dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebut satu persatu, atas dukungan doanya dan pelayanan yang boleh kita jalani bersama. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Medan, Maret 2008 Penulis
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Hal
RINGKASAN ............................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
x
PENDAHULUAN...................................................................................... Latar Belakang .............................................................................. Identifikasi Masalah ..................................................................... Tujuan Penelitian.......................................................................... Kegunaan Penelitian .....................................................................
1 1 6 6 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, & HIPOTESIS PENELITIAN............... Tinjauan Pustaka .......................................................................... Tinjauan Agronomis........................................................... Tinjauan Ekonomis............................................................. Landasan Teori ............................................................................. Kerangka Pemikiran.....................................................................
8 8 8 10 12 18
METODE PENELITIAN ......................................................................... Metode Penentuan Daerah Penelitian.......................................... Metode Penentuan Sampel ............................................................ Metode Pengumpulan Data........................................................... Metode Analisis Data ..................................................................... Defenisi dan Batasan Operasional................................................ Defenisi .................................................................................. Batasan Operasional ............................................................
22 22 22 23 23 24 24 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL................................................................. Deskripsi Daerah Penelitian......................................................... Keadaan Fisik dan Geografi ............................................... Keadaan Penduduk..............................................................
32 32 32 32
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Penggunaan Tanah .............................................................. Sarana dan Prasarana ......................................................... Karakteristik Petani Sampel........................................................
34 34 36
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. Teknologi Budidaya Jagung yang Dianjurkan PPL.................. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran pada Budidaya Tanaman Jagung ................................ Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung .................... Masalah-Masalah yang Dihadapi oleh Petani dalam Mengadopsi Teknologi Budidaya Jagung.................................. Upaya- Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi oleh Petani Jagung ..............................................
38 39 46 48 59 61
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
63 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
65
LAMPIRAN...............................................................................................
66
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL No.
1.
Judul
Hal
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas komoditi Jagung di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006............................................
3
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Komoditi Jagung di Kabupaten Langkat Tahun 2006 ...................................................
4
Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Komoditi Jagung di Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Tahun 2006..............
5
Populasi dan Sampel Petani Tanaman Jagung di Desa Namu Ukur Utara Tahun 2006 ..............................................................................
22
5.
Spesifikasi Pengumpulan Data ..........................................................
23
6.
Paket Teknologi Budidaya Jagung ....................................................
28
7.
Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
33
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
33
Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Desa Namu Ukur Utara ....
34
10. Sarana dan Prasarana di Desa Namu Ukur Utara ..............................
35
11. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Namu Ukur Utara.........................................................................................
36
12. Analisis Usaha Tani Jagung Dari Petani Sampel di Daerah Penelitian..............................................................
38
13. Perbandingan Teknologi Budidaya Jagung yang Dianjurkan dengan yang Diterapkan oleh Petani di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
42
14. Teknologi yang Dianjurkan oleh PPL dengan Persentase Harapan oleh Petani pada Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
47
2. 3. 4.
8. 9.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
15. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara.....................................
48
16. Pengaruh Umur TerhadapTingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung ..............................................................
49
17. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung ........................................
50
18. Pengaruh Pengalaman Bertani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung ..........................
52
19. Pengaruh Tingkat Kosmopolitan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
53
20. Pengaruh Status Lahan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara ................................................................
54
21. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
55
22. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
56
23. Pengaruh Pendapatan Usaha Tani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara .................................................................
58
24. Jumlah dan Persentase Petani Berdasarkan Masalah yang Dihadapi di Desa Namu Ukur Utara..................................................
60
DAFTAR GAMBAR Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
No.
Judul
Hal
1.
Skema Kerangka Pemikiran............................................................
20
2.
Skema Pola Tanam Jagung yang Dilaksanakan Petani di Daerah Penelitian.........................................................................................
38
PENDAHULUAN Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Latar Belakang Pembangunan pertanian akan selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani, daerah pedesaan tempat dimana mayoritas petani menjalani kehidupan sehari-hari, mempunyai beberapa permasalahan seperti, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat ketrampilan yang masih terbatas, produktivitas dan tingkat pendapatan yang rendah adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalah-masalahnya. Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat petani pedesaan yang satu sama lain saling terkait (Wiraatmadja, 1992). Langkah untuk mempercepat laju pembangunan pertanian maka kegiatan penyuluhan pertanian sangat memegang peranan penting, adanya penyuluhan pertanian para petani diharapkan mempunyai suatu persepsi yang positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi yang positif tersebut diharapkan petani bersedia mengubah sikap dan perilaku dalam pengolahan usaha tani sesuai dengan anjuran teknologi yang hendak diterapkan (Gultom, 1994). Pengolahan usaha tani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi oleh perilaku petani yang mengusahakan usahatani. Perilaku orang yang ternyata tergantung banyak faktor, diantaranya watak, suku dan kebudayaan dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya juga dari kebijakan pemerintah (Van Den Ban dan Hawins, 1999).
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan di Indonesia. Jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi sedangkan Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
berdasarkan urutan bahwa makanan pokok didunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi (Ipteknet, 2006) Produksi
jagung dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam
negeri sehingga diperlukan impor. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena akan merugikan para peternak yang membutuhkan pakan, dimana jagung memegang peranan
51 %
sebagai bahan pokok pembuatan pakan dan juga konsumsi
manusia. (Rukmana,1994). Hal ini sangat memerlukan penyediaan bibit varietas ungggul. Varietas unggul jagung adalah jenis jagung yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari pada jenis jenis yang lainnya sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah berpotensi hasil tinggi, berumur pendek dapat memanfaatkan atau menggunakan pupuk sebaik mungkin dan tahan terhadap hama ataupun penyakit (Rukmana, 1998) Penelitian sistem usaha tani merupakan suatu pendekatan penelitian dan pengembangan pertanian yang memandang keseluruhan usahatani sebagai suatu sistem yang menitikberatkan pada komponen atau unsur sistem usaha tani dengan lingkungan dan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dari sistem usaha tani melalui pemanfaatan yang lebih baik dan teknologi yang telah diperbaiki untuk meningkatkan pendapatan (Surapto, 1999) Data dan informasi yang diperoleh dari Sumatera Utara, Kabupaten Langkat produksi
tanaman jagung
Dinas Pertanian
merupakan penghasil
di Propinsi Sumatera Utara
Provinsi
ke 5 terbesar
dengan luas lahan
15.787 Ha dengan produksi 86..828,5 ton atau produktivitas 5,78 ton/Ha Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 1. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Komoditi Jagung di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kabupaten /Kota
Produksi (Ton )
Produktivitas (Ton/ Ha)
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagei Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidempuan
Luas Tanam (Ha) 33 980 1.203 210 1.203 1.325 956 3.527 50.054 23.242 42.682 16.232 15.787 70 285 3.256 492 6.232 36 672 73 427 73 160
171,6 529,2 5.774.4 1.092 7.458.6 7.685 4.684,4 19.751,2 280.302,4 125.506,8 256.092 95.392 86.828,5 357 1.510,5 17.82,4 2.558 36.146 194 3.830 365 247,7 4.193 832
5,27 5,43 4,83 5.29 6,22 5,82 4,95 5.61 5.61 5.43 6,00 5,98 5,78 5,10 5,36 5,46 5,24 5,84 5,44 5,72 5,02 5,82 5,83 5,21
Jumlah Total
170.465
954.608,5
5,63
Sumber: Dinas Pertanian Sumatera Utara 2006
Tabel 1 dapat dilihat jumlah total luas lahan komoditi jagung di Propinsi Sumatera Utara 170.465 Ha, dengan produksi 954.608.5 ton dan produktivitas 5,63 ton/Ha. Ada 5 Kabupaten /Kota diprovinsi Sumatera Utara yang memiliki luas lahan, produksi, produktivitas tertinggi dari 25 keseluruhan Kabupaten yang ada, yaitu Simalungun, Karo, Dairi, Deli
Serdang dan Langkat. Kabupaten
tertinggi tersebut produktivitas tanaman jagung adalah Kabupaten Simalungun 280.302,4 ton dengan
luas lahan
tanam 50,054 Ha dan produktivitas
5,61 ton /Ha disusul kemudian Kabupaten Karo sementara Kabupaten Langkat Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
adalah urutan ke 5 dengan jumlah produksi 86.828,5 ton dan luas tanam (Ha) 15.787 (Ha) serta produktivitas 5,78 ton/Ha. Daerah ini merupakan daerah yang dijadikan lokasi penelitian. Adapun luas tanam produksi dan produktivitas komoditi jagung menurut Kecamatan, di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Komoditi Jagung di Kabupaten Langkat Tahun 2006 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bahorok Salapian Sei Bingei Kuala Selesai Binjai Stabat Wampu Batang Serangan Sawit Seberang Padang Taualang Hinnai Secanggang Tanjung Pura Gebang Babalan Sei.Lepan Brandan Barat Besitang Pangkalan Susu
Jumlah/ total
Luas Tanam (Ha) 643 596 5.631 1.680 2.555 1.136 136 325 246 34 191 186 246 181 43 34 60 97 250 54
Produksi (Ton) 3.111 3.132 33.554 9.244 11.285 6.264 1.602 1.599 812 62 309 834 1.058 606 245 31 318 558 973 330
Produktivitas (Ton/Ha) 4,87 5,25 5,82 5,02 4,98 5,02 4,98 4,82 4,71 4,91 5,31 5,98 5,00 5,32 5,13 5,12 5,31 4,74 5,23 5,63
15.787
75.927
5,78
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat 2006
Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Sei Bingei merupakan penghasil produksi jagung tertinggi di Kabupaten Langkat dengan luas tanaman Jagung 5.631 Ha dan produksi 33.554 ton dan produktivitas 5,82 ton/Ha dan disusul Kecamatan Selesai, produksi 11.285 ton, luas lahan 2.555 Ha dan produktivitas 4,98 ton/Ha.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Selanjutnya
Tabel 3 dikemukakan bahwa Desa Namu Ukur Utara
merupakan daerah sentra produksi terbesar di Kecamatan Sei Bingei dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Komoditi Jagung di Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Tahun 2006 No
Desa/ Kelurahan
Luas Tanam (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton /Ha)
520 130 Telaga 432 86 Tg. Gunung 81 Rumah Galuh 2.453 460 Pekan Sawah 4.527 895 Belinteng 91 Simp.Kuta Buluh 1.635 300 Durian Lingga 376 91 Gunung Ambat 4.222 890 Namu Ukur Selatan 6.784 1.032 Namu Ukur Utara 3.122 530 Ps. VIII Namo Terasi 3.425 545 Emp.N. Trasi Ps. V 4.723 981 Purwobinangun 2.856 425 Kwala Mencirim Ps.VI 3.252 689 Kwala M.T Seribu Jumlah/ Total 7, 226 38,327 Sumber : Mantan /BPP/Sek. Bimas Kecamatan Sei Bingei Tahun 2006 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4,80 5,46 5,78 5,25 5,92 5,23 5,35 6,57 6,39 6.28 5,78 6,12 4,78 5,82
Tabel 3 dapat dilihat, bahwa, di Desa Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat merupakan penghasil produksi jagung tertinggi di daerah tersebut, dengan
luas tanam 1.032 Ha dan produksi 6,784
ton dan
productivitas 6,57 ton/ ha. Keadaan luas lahan usaha tani dan produksi jagung didesa Namu Ukur Utara dibandingkan daeral lain
dari setiap periode musim
tanam selalu meningkat dan juga Desa Namu Ukur Utara tersebut adanya penyuluhan dan inovási terhadap teknologi budidaya jagung. Hal ini menjadi alasan peneliti memilih Desa Namu Ukur Utara menjadi daerah penelitian.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan permasalahan yang perlu diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana teknologi budidaya jagung yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian ? 2. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah penelitian ? 3. Bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi (umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha tani) dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah
penelitian ?
4. Apa masalah – masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian ? 5. Apa upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah –masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian ?
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan untuk : 1.
Mengetahui teknologi budidaya jagung yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian.
2.
Mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah penelitian.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
3.
Mengetahui
pengaruh faktor sosial ekonomi
(umur petani, tingkat
pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, status lahan, luas lahan,
jumlah tanggungan keluarga,
pendapatan usaha tani) terhadap
teknologi budidaya jagung di daerah penelitian. 4.
Mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian.
5.
Mengetahui
upaya
yang
dilakukan
petani
untuk
mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai : 1. Bahan refrensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan . 2. Bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan produksi usaha tani Jagung. 3. Bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan unuk menjadi seorang peneliti.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk famili rumput-rumputan (Graminae) yang memiliki nama latin Zea mays Linn. Tanaman jagung berasal dari negara Meksiko kemudian menyebar ke benua Eropa abad 15. Di Indonesia dikenal sekitar abad 17 yang lalu yang didatangkan dari negara Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, kemudian menyebar ke pulau Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatera. Tanaman jagung (Zea mays L) dalam tata nama atau sistematikanya diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermathopyta (tumbuhan Berbiji)
SubDivisio
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Familia
: Graminaceae
Genus
: Zea
Species
: Zea mays L ( Warisno, 2002) Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada
kondisi tanah yang subur dan gembur karena sistem pengolahan tanahnya cukup baik, akan didapatkan jumlah akar yang cukup banyak, sedangkan pada tanah yang kurang baik (jelek) akar yang tumbuh terbatas (sedikit). Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Batang tanaman jagung silindris dan tidak berlubang seperti halnya tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Jumlah ruas tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan umur tanaman. Fungsi batang tanaman jagung yang berisi berkasberkas pembuluh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makanan dari atas kebawah sebaliknya (Warisno, 2002). Anakan jagung berbentuk nodia atau buku yang terletak di bawah tanah karena terdapat mata tunas yang dorman (istirahat). Anakan
tersebut dapat
tumbuh bila keadaan lingkungan memenuhi syarat, misalnya kandungan lengas tanah yang tinggi. Bila didukung oleh curah hujan yang tinggi, pada fase vegetatif ini akan terbentuk anakan (tunas-tunas kaki). Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis .Jumlah daun sekitar 8 helai - 48 helai setiap batangnya,
panjang daun 30 cm - 45 cm dan lebarnya
antara 5 cm -15 cm. Fungsi daun tanaman jagung sangat berpengaruh dalam penentuan produksi. Sebab pada daun tersebut terjadi beberapa aktivitas tanaman yang sangat mendukung proses perkembangan tanaman. Bunga tanaman jagung biasanya terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya. Bunga jantan terdapat pada malai bunga ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Keistimewaan tanaman jagung ialah jumlah ruas pada tongkol sama dengan jumlah ruas dari tongkol keatas. Buah (biji) pada waktu keluar rambut, tepung sari mulai berjatuhan, dan pemanjangan
ruas berakhir. Tangkai tongkol tumbuh sempurna, sedangkan
tongkol dan rambut tumbuh cepat dan memanjang, dan sel telur membesar dan
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
siap untuk membuahi. Biji jagung yang digunakan untuk benih biasanya hanya yang terdapat pada bagian tengah saja. ( Warisno, 2002). Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim subtropis / tropis yang basah. Di daerah tropis juga
banyak ditanam jagung. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 0 050
0
LU hingga 0
0
– 40 0
0
LS. Suhu yang dikehendaki 21
0
C- 30
0
C. Jagung
dapat ditanam pada daerah yang ketinggiannya 100-1.800 meter diatas permukaan laut. Air yang dibutuhkan tanaman jagung untuk dapat bertahan hidup mencapai 1,8 liter air/ hari. (Surapto, 1999). Tanaman jagung dapat tumbuh hampir disemua macam tanah. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanam jagung, karena pertumbuhan akarnya tidak baik atau akarnya menjadi busuk. Untuk tanah berat perlu dibuat saluran drainase. Jagung tumbuh baik pada pH tanah antara 5,5 -7,0 (Aninomus,1999).
Tinjauan Ekonomis Produksi utama usahatani jagung adalah biji. Biji jagung merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun non pangan. Produksi Sampingan kempa batang, dan kelobot dapat dimanfatkan sebagai bahan pakan ternak ataupun pupuk kompos. Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil (snack), brondong (popcorn), emplek dan lepet jagung serta aneka pangan lainnya. Sementara biji jagung yang telah kering diolah menjadi jagung pipilan, beras jagung , ataupun jagung giling. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tongkol jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial untuk dijadikan bahan pangan sayur dan bahan baku berbagai industri makan kandungan kimia jagung terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat, gula, pentosa, abu dan zat yang lain. (Rukmana, 1994) Pada saat ini telah diorbitkan jagung - jagung varietas unggul yang memiliki kemampuan berproduksi tinggi seperti jagung hibrida C-1, jagung hibrida IPB-4, Jagung Hibrida Pioneer, Jagung Hibrida BISI ( Benih Inti Subur Tani ), dan jagung hibrida Pokhand. Teknologi budidaya jagung yang digunakan didaerah penelitian adalah dengan menggunakan varietas unggul. Karena varietas unggul yang ditanam di daerah penilitian adalah Jagung Hibrida Pioneer- 12, NK – 22, dan BISI -2, C7-1. Masing- masing hasil produksi dari jenis varietas tersebut adalah jenis hibrida Pioner : 6-7,5 ton/ ha, .
NK -22 : 6,5- 8 ton /Ha,
Bisi -2 : 5-6 ton/ ha, C7 -1 : 7 ton/ha. (BPP Sei Bingei, 2006) Metoda untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka petani harus mampu memanajemen faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor produksi yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja dan sarana produksi. Permasalahan yang dihadapai petani adalah kemampuan petani dalam menguasai suatu teknologi baru. Tujuan dari suatu penerapan teknologi dalam usaha tani adalah untuk mencapai produktivitas pertanian yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh akan berbentuk uang yang akan diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usaha tani atau pendapatannya akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikann dana tersebut
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
untuk
berbagai kebutuhan seperti untuk biaya produksi periode selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Soekartawi,1996).
Landasan Teori Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu idea atau alat
teknologi
baru
yang
disampaikan
lewat
pesan
komunikasi
(lewat penyuluhan ). Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seserorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan. Atau dengan kata lain suatu inovasi yang diterima (Levis, 1992). Usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan suatu
teknologi
baru
(inovasi) kepada seseorang, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Dalam proses ini terdapat tahapan-tahapan yang meliputi tahapan dari belum diketahui sesuatu oleh seseorang sampai dengan diterapkannya inovasi tersebut. Dalam proses penerimaan inovasi, terdapat lima (5) tahapan yang dilalui sebelum sesorang bersedia menerapakan suatau inovasi yang diperkenalkan kepadanya. Pada tingkatan 1) Sadar, adalah seorang belajar tentang ide baru, produk atau praktek baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak mengetahui kulitasnya dan pemanfaatanya secara khusus. 2) Tertarik, adalah seorang tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendetail : Apa itu, apa yang dapat dikerjakan dan cara kerja ide baru tersebut, mendengar dan membaca informasi mengenai ide baru tersebut. 3) Penilaian, adalah seseorang menilai semua informasi yng diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
baik untuknya.
4) Coba-coba, adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia
menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas. 5) Adopsi, adalah tahap dimana dia menyakini akan kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena: 1. Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani. 2. Sesuai dengan nilai-nilai sosial/ adat setempat. 3. Tidak rumit. 4.
Dapat dicoba dalam skala kecil.
5. Mudah diamati. (Ginting, 2002) Hasil penelitian adopsi dapat digunakan oleh organisasi penyuluhan untuk mempercepat tingkat adopsi inovasi atau mengubah proses adopsi inovasi sedemikian rupa sehingga kategori petani tertentu dapat mengadopsinya lebih cepat. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi maupun tekanan dalam kelompoknya. Menurut para pakar sosiologi berdasarkan atas kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan kedalam 5 lima macam kelompok masyarakat yaitu : 1.
Inovator adalah orang yang berpikir maju dan menerpkan inovasi dalam berusaha taninya.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
2.
Penerap dini
(early adopters) adalah sejumlah petani yang cepat
mengikuti inovator. 3.
Penerap mayoritas awal (early majority) adalah sekelompok petani penerap menengah setelah kelompok penerapan dini.
4.
Penerap mayoritas akhir (late mayority) adalah sejumlah petani yang lambat dalam menerima suatu inovasi (teknologi atau praktek- praktek baru).
5.
Kelompok penentang (laggard ) adalah sekelompok petani yang tidak mau menerima inovasi ( teknologi atau praktek-praktek baru).
(Suhardiyono, 1992) Pelaksanaan penyuluhan, sebelum petani itu menerapkan anjuran yanmg disampaikan oleh penyuluh lapangan, terdapat suatu proses yang disebut dengan proses penerimaan dan proses adopsi terhadap teknologi baru. Dalam penerimaan teknologi baru yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan, maka kecepatan penerimaan petani terhadap teknologi tidaklah sama tergantung pada sikap dan kondisi masing-masing petani pada saat teknologi tersebut diperkenalkan kepada mereka (Suhardiyono, 1992). Penyebaran teknologi baru memiliki waktu untuk diterapkan oleh petani disebabkan karena setiap hal atau pemikiran baru untuk dapat diterima oleh seseorang
lebih
dahulu
mengalami
proses
yaitu
proses
adopsi
(Van Den Ban dan Hawkins, 2000). Perubahan perilaku melalui penyuluhan pertanian pada diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan ; a) Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
b) Penyuluhan yang disampaikan hanya akan diterima (diterapkan atau diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau berkenyakinan bahwa halhal; yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekan, atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. (Kartasaputra, 1994). Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap dan mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui: a.
Penarikan minat : Teori mendidik yang tingkat intelegensinya masih rendah dan mental yang
tertekan, hanya dapat dijalankan dengan cara mengajak untuk dapat melihat, mendengar dan ikut melakukan sendiri dengan abik apa yang menjadi materi dalam penyuluhan tersebut. b.
Mudah dan dapat dipercaya. Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (objek/materi) mudah
dimengerti, berguna secara nyata dan menarik kepercayaan para petani, bahwa benar sejak diperlihatkan, diperdengarkan (diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat meningkatakan hasil dan kesejahteraannya.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
c.
Peragaan dan disertai dengan sarannya Penyuluhan harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan sarana/
alat-alat peragaan yang mudah didapat, murah dan mudah dikerjakan oleh para petani apabila mereka berniat untuk mempraktekkanya. d.
Saat dan tempatnya harus tepat. Para penyuluh harus pandai memperhitungkan kapan petani bersantai / ada
dirumah, kapan biasanya mereka berkumpul dan dimana kebiasaan mereka berkumpul dilakukan (Sastraadmadja, 1993). Hasil – hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
diantara
keberhasilan agen pembaharuan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi dengan kerja usaha yang ia akan lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi atau mempromosikan inovasinya, proses adopsi akan semakin cepat. Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani dipedesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur komunikasi informasi dipedesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (teknik kerja) pada petani jika kepada mereka melakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Sastria Negara. 2000 ). Peran media komunikasi menjadi sangat penting terutama dalam proses pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima oleh masyarakat petani. Sukses atau gagalnya serta untung atau ruginya hasil-hasil
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh para petani (Ginting, 2002). Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi petani yaitu: Umur Petani Makin tua (umur produktif 22-55 tahun ) petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarrnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi inovasi . Tingkat pendidikan Petani Pendidikan
merupakan
sarana belajar, dimana selanjutnya akan
menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunana praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi petani. Pengalaman bertani Petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding dengan membuat perbandingan dalam mengambil keputusan . Dibandingkan yang masih pemula dalam berusaha tani. Tingkat kosmopolitan Petani yang memiliki kemauan untuk mengetahui informasi dari surat kabar, majalah / brosur, siaran radio, TV, buku-buku pertanian, akan lebih mudah dalam menerapkan teknologi baru dibandingkan petani yang tidak pernah mencari informasi dari sumber mana saja. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Status lahan Petani yang memiliki lahan usaha tani sendiri lebih mudah menerapkan teknologi baru dibandingkan petani penyewa lahan usahatani yang membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Luas lahan Petani yang mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding daripada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan
sarana produksi
(saprodi) . Pendapatan usaha tani Petani yang memiliki tingkat pendapatan usaha taninya tinggi akan berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produksi usaha taninya lebih meningkat. Dan petani yang pendapatan usaha tani rendah akan lebih sulit dal;am menerapakn inovasi baru. Jumlah tanggungan keluarga Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil.
Kerangka Pemikiran Petani jagung dalam melakukan budidaya jagung melakukan tahapan seperti
pembibitan, pengolahan lahan atau persiapan lahan,
pemberian pupuk, penyulaman, pengairan, penyakit, panen
penanaman,
penyiangan, pengendalian hama
dan penangan pasca panen. Penyuluh mempunyai peranan
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
penting dalam memperkenalkan teknologi pada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan lebih cepat diterima oleh petani . Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor sosial ekonomi petani yaitu, umur, petani, pendidikan,
pengalaman bertani, status lahan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usahatani. Seorang petani dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung tidak sama, ada yang cepat, ada yang lambat bahkan ada yang menunda, oleh karena itu tingkat adopsi dapat dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat adopsi teknologi budidaya jagung diukur dengan pemanfaatan budidaya anjuran yang disarankan oleh penyuluh dari Dinas Pertanian oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung, petani dikategorikan kedalam tiga tingkatan adopsi yaitu tingkat adopsi tinggi dengan kriteria skor 20 – 27
penilaian untuk kriteria tingkat adopsi
sedang dengan kriteria skor 10 - 19 dan kriteria tingkat adopsi rendah
dengan
skor 0 – 9. Secara ringkas uraian diatas dapat digambarkan pada skema kerangka pemikiran berikut :
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tahapan –Tahapan Teknologi Budidaya Jagung: 1. Penggunaan Benih Bermutu 2. Pengolahan Lahan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pemeliharaan 6. Pengendalian Hama dan Penyakit 7. Pengairan 8. Panen 9. Pasca Panen
Petani Jagung
Usaha Tani Jagung
Tingkatan Adopsi
Faktor Sosial Ekonomi: 1. Umur Petani 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Tingkat Kosmopolitan 5. Status Lahan 6. Luas lahan 7. Jumlah Tanggungan Keluarga 8. Pendapatan Usaha tani
Masalah-Masalah Upaya untuk mengatasi masalah
Rendah
Sedang
Tinggi
Keterangan : : ada pengaruh
Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Hipotesa Penelitian Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung didaerah penelitian sudah tinggi.
2.
Ada pengaruh faktor sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan total pendapatan usahatani) secara parsial terhadap tingkat adopsi petani
jagung terhadap teknologi
budidaya anjuran di daerah penelitian.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
M ETODE PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi
penelitian ditentukan secara secara
penentuan secara sengaja didesa Kabupaten Langkat
Purposive Sampling, yaitu
Namu Ukur Utara Kecamatan Sei
Bingei
dengan pertimbangan bahwa desa tersebut adanya
penyuluhan teknologi budidaya jagung dan
sebagai sentra produksi jagung
terbesar di Kabupaten Langkat. Produksi tanaman jagung 6.784 ton dan luas lahan 1.032 ha dengan
produktivitas 6,57 ton / Ha .
Metode Penentuan Sampel Populasi adalah petani yang mengusahakan usaha tani jagung di desa Namu ukur yang berjumlah 867 KK. Populasi dikelompokkan atas 3 strata berdasarkan luas lahan. Metode penentuan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling dengan
besar sampel ditetapkan 30 KK. Pengambilan sampel
berdasarkan strata luas lahan bertujuan supaya sampel terwakili dari semua populasi. Jumlah populasi dan sampel menurut strata luas lahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Populasi dan Sampel Petani Tanaman Jagung di Desa Namu Ukur Utara tahun 2006 No
Strata Luas Lahan (Ha)
Populasi (KK)
Sampel (KK)
1 2
< 0,5 0,5 – 1,0
252 432
8 14
3
>1
183
6
Jumlah
867
30
Sumber: BPP Kec Sei Bingei Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang langsung diperoleh dari daerah penelitian, merupakan hasil wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi /dinas yang terkait dan dari literatur/buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan untuk lebih jelas dapat dilihat Spesifikasi Pengumpulan Data pada Tabel 5: Tabel 5. Spesifikasi Pengumpulan Data No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Data Identitas petani Luas lahan Tingkat produktivitas tanaman jagung Pola Usaha tani Teknologi budidaya yang dianjurkan Masalah masalah petani Upaya mengatasi masalah Monografi desa
Sumber Petani Petani Petani/kontak tani
Metode Observasi Wawancara √ √ √
Petani/ kontak tani PPL /petani
√ √
√ √
Petani / PPL Petani /PPL Kepala lurah
√ √ √
√ √ √
Metode Analisis Data Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk hipotesis 1,2, 3,5,6 diuji dengan cara deskriftif berdasarkan data yang diperoleh didaerah penelitian. 2. Untuk hipotesis 4 dianalisis dengan menggunakan Chi Sguare (Nazir, S, 2002) untuk masing-masing faktor yang akan diuji .
X2 =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Qi
= nilai pengamatan yang diperoleh pada setiap kategori faktor
Ei
= nilai harapan (Expected Value) pada setiap kategori faktor
∑
= jumlah kategori yang diamati dengan kriteria keputusan sebagai berikut:
Ho diterima jika X 2 ≤ X 2 α ; derajat bebas tertentu. H1 diterima jika X 2 ≥ X
2
α ; derajat bebas tertentu.
Defenisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran penelitian maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Defenisi 1. Adopsi adalah penerapan suatu ide atau teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi (lewat penyuluhan). 2. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau teknologi, termasuk barang yang dianggap baru oleh seseorang. Inovasi dalam penelitian adalah sesuai dengan anjuran. 3. Penyuluh pertanian adalah seseorang yang memperkenalkan inovasi baru bagi petani sehingga petani mengalami perubahan sikap, pengetahuan,
dan
ketrampilan dalam usaha taninya.. 4. Petani sampel adalah petani
yang menanam jagung dengan mengadopsi
budidaya anjuran terhadap budidaya jagung didaerah penelitian . 5. Proses adopsi adalah penerapan inovasi pada skala besar setelah membandingkannya dengan metode lama.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
6. Tingkat adopsi adalah tingkat penerapan teknologi pada usahatani jagung melalui skor penilaian tahapan kegioatan teknologi budidaya jagung. Penilaiannya adalah
: a. Skor 0 - 9 : Kriteria sedang b. Skor 10 -18 : Kriteria sedang c. Skor 19 - 27 : Kriteria tinggi
7. Pola tanam adalah jumlah musim tanam usaha tani jagung yang dilakukan oleh petani dalam 1 tahun. 8. Paket teknologi budidaya jagung adalah sistem atau tahapan yang dilakukan dalam bercocok tanam jagung sesuai anjuran PPL dapat dilihat pada tabel 6. 9. Faktor sosial ekonomi adalah faktor dari diri petani baik dari faktor sosial maupun faktor ekonomi yang mempengaruhi dalam kegiatan usaha taninya. 10. Faktor sosial ekonomi meliputi umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan usaha tani . 11. Tingkat pendidikan adalah lamanya petani dalam mengikuti pendidikan formal diukur berdasarkan pendidikan formal yang pernah ditempuh seperti Tingkat SD, SLTP, SMU, dan S I . Tingkat pendidikan petani sampel diklasifikasikan atas 3 yaitu: - Pendidikan rendah dikategorikan hanya lulus tamat SD ( 6 tahun) - Tingkat pendidikan sedang dikategorikan tamat SLTP &SMU (9-12 tahun) - Tingkat pendidikan tinggi dikategorikan tamat Diploma, dan Sarjana (13- 17 tahun) 12. Luas lahan adalah luas usaha tani tanaman jagung yang diusahakan petani yang dinyatakan dalam satuan luas hektar (Ha). Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
13. Pendapatan bersih usahatani adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu musim tanam,dinyatakan dengan Rp/MT 14. Jumlah tanggungan keluarga adalah sejumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan dari lamanya petani sampel. 15. Pengalaman bertani adalah lamanya
waktu sejak seorang petani mulai
melakukan usaha tani jagung yang diukur dalam satuan tahun. 16. Kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan PPL kepada petani ataupun kelompok tani dengan menyampaikan suatau materi yang berhubungan dengan teknologi budidaya jagung . 17. Produksi adalah seluruh hasil usaha tani jagung yang dapat dipanen dan dijual dalam satu musim tanam yang diukur dengan satuan ton. 18. Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya buku yang dibaca, frekwensi nonton TV, dengar radio dan majalah/ brosur yang berkaitan dengan pertanian. Ada 10 parameter dari tingkat kosmopolitn dimana setiap para meter diberi skor,0,1,2,3,4
maka jumlah skor tingkat kosmopolitan berada antara 0 - 40
Penilaian skor berada pada : 0-13 tingkat kosmopolitan rendah 14- 27 tingkat kosmopolitan sedang 28 - 40 tingkat kosmopolitan tinggi 19. Status lahan yang diteliti didaerah penelitian adalah penyewa dan pemilik murni.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Batasan Operasional 1. Faktor
sosial ekonomi
yang diteliti adalah (umur petani, tingkat
pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha tani) dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung didaerah penelitian . 2. Penelitian dilakukan di Desa Namu Ukur kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat 3. Sampel penelitian adalah petani jagung yang mengelola usahatani jagung di daerah penelitian. 4. Waktu penelitian diadakan tahun 2007
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 6. Paket Teknologi Budidaya Jagung Sesuai dengan Anjuran No 1
2
Uraian
Anjuran
Penggunaan Bibit Bermutu
• Bibit berlabel seperti Pioneer 12, NK- 22, BISI- 2, Arjuna dan C7-1, • Jumlah 15 - 25 kg /ha
Pengolahan Lahan
•
• •
•
3
Penanaman
•
•
•
Pengukuran 1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Tanah dibajak sedalam 15-20 cm Digemburkan dan diratakan berbentuk bedengan dan lurus memanjang, Dibuat lubang dengan tugal sedalam 3-5 cm.
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran
Benih dimasukkan pada lubang yang sudah ditunggal sebanyak 2 butir Jarak tungalan 75 x 25 cm antar lubang, kemudian Ditutup dengan tanah kompos
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
Skor 3
2
1
0 3
2
1
0
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
3
2
1
0
4
5
Pemupukan
Pemeliharaan
•
Pengendalian Hama Penyakit
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
•
Pemupukan II pada saat umur tanaman 35-42 hari (pupuk lanjutan)
•
Penyiangan 1 pada saat umur 15 hari setelah tanam dan penyiangan kedua pada umur 45-60 hari setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan sebelum melakukan pemupukan baik pemupukan 1 atau pemupukan kedua.
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
Pada penyakit bulai. Ini dapat dicegah dengan menggunakan obat penyakit ridomil sedangkan untuk Pengendalian hama penggerek pada bercak daun diberi insektisida Furadan 3G melalui pucuk
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
•
6
Pada saat umur 15 -25 hari dilakukan pemupukan I dengan takaran pupuk Urea sebanyak 150/ ha. SP 36 150/ ha, dan pupuk KCL sebanyak 100 Kg / ha .
•
•
3
2
1
0
3
2
1
0
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
3
2
1
0
•
7
Pengairan
•
Pada saat umur tanam 10 - 15 hari, air yang dibutuhkan tidak begitu banyak Dan pada umur 30 -55 hari, pada saat ini peresapan air dapat dilakukan dengan mengalirkan melalui parit/ irigasi sehingga menyangga piringan tanaman.
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
Dengan ciri fisik tanaman, daunnya sudah kering kuning tua • Bijinya keras dan mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas, • Dilakukan > 3 bulan setelah tanam Dan dipanen pada saat siang hari atau sore hari.
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
•
38
Panen
tanam dengan jumlah 3-4 butir / tanaman. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit berat.
•
3
2
1
0
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
3
2 1
0
9
Pasca Panen
•
• •
Pengeringan dengan menjemur 2-3 kali, setelah pengerigan dilakukan pengumpilan dengan alat procesing dan sebagian besar petani dilapangan masih manual. Dimasukkan dalam goni/ keranjang Dijual kepasar dan ketoke
1. Mengikuti semua teknologi sesuai anjuran 2. Melakukan salah satu cara teknologi budidaya sesuai anjuran 3. Melakukan teknologi budidaya jagung tetapi tidak sesuai dengan anjuran . 4. Tidak melakukan semua teknologi budidaya jagung dan tidak mengikuti semua anjuran.
Penilaian skoring tahapan teknologi budidaya anjuran jagung dengan kriteria.
3
2
1
0
pada tanaman
Kriteria penilaian •
Mengikuti semua teknologi budidaya sesuai dengan anjuran , skor 3.
•
Melakukan salah satu cara teknolgi budidaya sesuai anjuran, skor 2
•
Melakukan teknologi budidaya tetapi tidak sesuai semua anjuran skor 1
•
Tidak melakukan semua teknologi budidaya dan tidak mengikuti semua anjuran , skor 0
Penilaiaan skor : Tingkat adopsi diukur berdasarkan kriteria diatas berada antara 0-32, sehingga dapat ditentukan kategori tingkat adopsi budidaya jagung berdasarkan skor yaitu ; 0- 9 = tingkat adopsi rendah 10-18 = tingkat adopsi sedang 19-27 = tingkat adopsi tinggi
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Keadaan Fisik Dan Geografi Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat berada pada
ketinggian 75 meter diatas permukaan laut. Keadaan suhu rata-rata
25 0-32
0
C, curah hujan rata-rata 800 mm/tahun, dan memiliki luas 619,89 ha.
Secara administratif Desa Namu Ukur Utara mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pasar IV Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Durin Lingga Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Namu Ukur Selatan dan Sungai Bingei. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pasar VIII dan Desa Namu Terasi. Desa ini terletak kira-kira 3 km dari ibukota Kecamatan Sei Bingei, dan 25 km dari ibukota Kabupaten yaitu Kota Stabat, dan 32 km dari ibukota Propinsi yaitu Kota Medan .
Keadaan Penduduk Desa Namu Ukur Utara sebanyak berpenduduk 4.958 jiwa, terdiri dari 2.446 jiwa laki-laki dan 2,512 jiwa perempuan, dengan atau 1.325 KK. Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Namu Ukur Utara. N0 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
Kelompok Umur ( Tahun) 0–9 10-19 20-29 30 -39 40-49 50- 59 60 – 69 >70 +
Jumlah (Jiwa) 628 815 724 833 1225 588 120 25 4.958
Persentase (%) 13,27 16,43 14,02 16,80 24,70 11,86 2,42 0,50 100
Sumber : Monografi Desa Namu Ukur Utara Tahun 2006 773
Tabel
7
menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah
kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 1.225 jiwa (24,70 %), kemudian kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 833 jiwa
(16,80 %) dan Dari data diatas dapat
dijelaskan bahwa penduduk usia 10-59 tahun terdapat 4185 jiwa (83,91%) dan usia < 10 tahun & 60 tahun keatas terdapat 773 jiwa (16,19%). Pekerjaan atau mata pencaharian penduduk di Desa penelitian sangat beragam. Karena dengan adanya mata pencaharian para penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Namu Ukur Utara No
Keadaan Penduduk
1 2 3 4 5 6
Petani Buruh Tani Wiraswasta, pedagang dan pertukangan Pegawai Negeri , TNI dan POLRI Lain -2 nya ( pensiunan, montir, jasa) Karyawan Swasta Jumlah
Jumlah (jiwa) 1100 300 250 168 172 110 2.092
Persentase (%) 52,60 14,33 11.98 8.07 7,74 5.26 100
Sumber : Monografi Desa Namu Ukur Utara Tahun 2006 Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 8 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Namu Ukur Utara yang paling dominan adalah petani yakni 1.020 jiwa atau 52,60 % dan umumnya mengusahakan tanaman palawija dan hortikultura.
Penggunaan Tanah Luas wilayah desa penelitian adalh 619,89 Ha dengan penggunaannya untuk sawah, dan ladang, perkebunan, perkuburan, pemukiman, dan fasilitas umum. Gambaran peruntukan lahan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Luas Lahan Menurut Penggunaanya di Desa Namu Ukur Utara. No
Jenis Penggunaan Lahan
1 2 3 4
Sawah dan Ladang Perkebunan Pemukiman Fasilitas umum ( olah raga, pendidikan, pekuburan, tempat ibadah , dsb) Jumlah
Luas (Ha) 1142 25 160 40
Persentase (%) 83,54 1,83 11,70 2. 93
1367
100
Sumber : Monografi Desa Namu Ukur Utara Tahun 2006
Tabel 9 menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk sawah dan ladang yakni seluas 1142 Ha ( 83,54 %), perkebunan seluas 25 Ha ( 1, 83 %), fasilitas umum seluas 40 Ha ( 2,93 %) , pemukiman seluas 160 Ha ( 11,63%), dan fasilitas umum seluas 40 Ha ( 2,93%)
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana
suatu desa akan mempengaruhi perkembangan
dan kemajuan masyarakatnya. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung yang tersedia maka akan mempercepat laju perkembangan
desa tersebut.
Distribusi sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Namu Ukur Utara dapat dilihat pada Tabel 10. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Namu Ukur Utara N O
1
2
3
4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15
Sarana dan Prasarana
Sarana Pendidikan - TK - SD - SMP - SMA - Madrasah Sarana Komunikasi - Pesawat Telepon - Pesawat Radio - Pesawat Televisi - Telepon Umum - Antena Parabola Sarana Transportasi - Sepeda - Sepeda Motor - Becak - Bus Umum - Mobil Pribadi - Truk - Bus Kota Pasar Toko Sarana Produksi Pertanian Warung Koperasi Simpan Pinjam Poliklinik Lapangan Olah Raga Sarana Ibadah - Mesjid - Gereja Jembatan Organisasi perempuan Industri Kerajinan Pos Kamling Jumlah total
Jumlah (unit )
1 4 2 1 2 100 800 960 35 24 160 250 15 10 25 10 4 1 10 50 1 4 5 5 4 3 1 2 8 2.497
Sumber : Monografi Desa Namu Ukur Utara Tahun 2006
Keadaan sarana dan prasarana yang ada di Desa Namu Ukur Utara, maka dapat dilihat bahwa kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi dengan baik di bidang pendidikan, perekonomian, perekonomian dan sosial budaya, sehingga masyarakat mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada menjadi lebih berguna. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Disamping itu sarana transportasi kedesa ini sudah lancar, dimana mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan kondisi jalan raya cukup memadai .
Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani
sampel yang dimaksud disini adalah meliputi
karakteristik sosial ekonomi petani, yaitu terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, pengalaman bertani, status kepemilikan lahan , luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan total pendapatan usahatani. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Namu UkurUtara. No 1 2 3 4 5
Karakteristik Petani Sampel Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani Tingkat Kosmopolitan Status Lahan
6 7 8
Luas lahan Jumlah Tanggungan Keluarga Pendapatan Usaha Tani
Satuan Tahun Tahun Tahun Skor Sewa/pemilik murni Ha Jiwa Rp (1000)
Range 28 - 60 6-17 10-28 14 -36
Rataan 42,26 9,6 18,9 24,57
0,1-4,0 0,95 1-5 3,06 507,5.- 6.549,1 28.017,.5 5
Sumber : Data primer diolah dari Lampiran 1 Tabel 11 mengemukakan bahwa umur petani sampel range antara 28 62 tahun dengan rataan sebesar 42,26 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif, sehingga potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani didalam mengelola usaha taninya cukup tinggi. Tingkat pendidikan formal petani sampel mempunyai range antara 6-17 tahun, dan rataan 9,6 tahun. Artinya rata- rata tamat SMP, dengan demikian Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usahataninya relatif baik. Pengalaman bertani petani sampel berkisar antara 10-28 tahun, dengan rataan 18,9 tahun. Dari rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih baik dan hati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usaha tani jagungnya. Skor tingkat kosmopolitan petani sampel mempunyai range antara 14 - 40 dengan ratan 24,57. Dari rataan dapat dilihat bahwa tingkat kosmopolitan petani sampel dalam kategori sedang. Artinya keterbukaan petani terhadap inovasi dan dunia luar udah mulai meningkat. Status lahan didaerah penelitian
terbagi 2 yaitu
pemilik murni dan
penyewa, terdapat 53 % pemilik murni dan 47 % penyewa. Luas lahan petani sampel berkisar antara 0,1 – 4 ha. dengan rataan sebesar 0,95 ha. Dari rataan tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan petani sampel adalah relatif sedang . Jumlah anggota keluarga para petani sampel antara 1-5 dengan rataan 3,06 jiwa. Dari rataan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan kelurga petani sampel adalah kecil . Total pendapatan usahatani jagung
petani sampel berkisar antara
Rp.507.500, 00 - Rp 28.017.500,00 dengan rataan Rp 6.549.150,00 permusim tanam. dari rataan tersebut diketahui bahwa total pendapatan kelurga petani dalam usahatani jagung tergolong sedang, karena per petani sering menghadapi fluktuasi harga produksi jagung yang mempengaruhi pendapatan usahatani yang diperoleh petani. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani jagung yang terdapat di Desa Namu Ukur Utara
Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini
ditetapkan 30 sampel dari 867 petani jagung yang ditentukan berdasarkan strata luas lahan yang ada di desa Namu Ukur Utara. Pola tanaman jagung yang dilaksanakan didaerah penelitian 2 kali setahun yaitu periode 1 tanamnya awal bulan Maret dan panennya bulan Juni minggu ke 2. Periode II tanamnya awal bulan Juli dan panennya minggu ke 2 bulan Oktober. Bulan Nopember Petani menanam Padi (palawija). Agar lebih jelasnya pola tanam budidaya jagung yang dilaksanakan didaerah penelitian dapat dilihat pada berikut ini. Jagung
+
Jagung
3 4 5 6 7 8 (Masa menanam + masa panen)
9
+
10
11
Padi
12
1
2
3
Keterangan : Bulan Ke 3 – 6 : Musim tanam Periode I : Bulan ke 7-10 : Musim tanam Periode II Gambar 2. Pola Tanam Budidaya Jagung Yang dilaksanakan Petani di Daerah Penelitian. Adapun analisis usaha tani jagung dari 30 petani sampel dapat dilihat pada Tabel. 12 berikut ini. Tabel 12. Analisis Usahatani Penelitian No Uraian 1 Produksi jagung ( Ton/ MT) Biaya produksi ( Rp/ MT) 2 Penerimaan ( Rp / MT) 3 Pendapatan Bersih ( Rp/ MT) 4
Jagung dari Petani Sampel di Daerah Petani 6, 95 1.792.517 8.341.666 6.549.149
Ha 7,32 2.196.154 8.780.700 6.584.546
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Sumber : Data diolah dari Lampiran 12
Dari Tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa rata rata produksi dan preoduktivitas petani sampel/musim tanam adalah 6,95 ton atau sekitar 7,32 Ton / Ha, sedangkan pendapatan bersih petani Rp 6.549.149 / musim tanam dan dapat dialokasikan pendapatan bersih dalam satu hektar sekitar Rp 6.584.546 per musim tanam. Produksi jagung ini terus meningkat karena petani selalu aktif dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung.
A. Teknologi Budidaya Jagung Yang Dianjurkan di Daerah Penelitian Komponen sistem pengelolaan teknologi budidaya anjuran adalah teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh kepada petani untuk meningkatkan usaha tani para petani jagung. Dalam hal ini teknologi yang disarankan penyuluh kepada para petani jagung adalah sistem pengelolaan teknologi budidaya jagung meliputi : Penggunaan benih bermutu, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan/ penyiangan, pemupukan yang berimbang, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pasca panen. 1. Penggunaan Benih Bermutu. Penggunaan Benih bermutu adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam pengelolaan usaha tani jagung, benih yang ditanam petani didaerah penelitian adalah pioneer -12, NK- 22, BISI- 2, dan C7-1, sebagian besar benih ini digunakan oleh petani jagung dan tidak ada lagi yang meggunakan varietas lokal sehingga dapat dikatakan petani sudah menggunakan benih sesuai dengan anjuran PPL. Demikian juga jumlah bibit rata rata 18,57 kg per Ha. Menurut
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
anjuran jumlah bibit 15-20 Kg per/Ha berarti penggunaan jumlah bibit sudah sesuai dengan anjuran. 2. Pengolahan Lahan Hasil pengamatan dilapangan bahwa pengolahan lahan sebagian besar petani telah mengikuti anjuran. Pertama sekali petani membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Tanah dibajak sedalam 15-20 cm kemudian digemburkan dan diratakan berbentuk bedengan dan lurus memanjang, dan tanah yang gembur tanpa olah. selanjutnya membuat lubang dengan tugal sedalam 3-5 cm. Namun masih terdapat 16,7 % petani sampel yang belum menerapkan pengolahan lahan yang sesuai dengan anjuran. 3. Penanaman Pada saat penanaman, benih dimasukkan pada lubang yang sudah ditunggal sebanyak 2 butir dengan jarak 75 x 25 cm antar lubang, kemudian ditutup dengan tanah yang gembur dan tidak dipadatkan. Kenyataan terdapat 20 % petani sampel melakukan penanaman yang belum sesuai dengan anjuran. 4. Pemupukan Setelah penanaman selesai, pada saat umur 10 -25 hari dilakukan pemupukan dengan takaran pupuk Urea sebanyak 150/ ha. SP 36 150/ ha, dan pupuk KCL sebanyak 100 Kg / ha . Pupuk KCL ini diberikan pada saat umur tanaman 35-45 hari ( pupuk lanjutan ). Nampaknya baru 13,3 % petani sampel yang menerapkan pemupukan sesuai dengan anjuran. 5. Penyiangan / Pemeliharaan Jagung perlu dipelihara dengan baik agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, dan selanjutnya menyumbangkan hasil panen yang Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
melimpah. Penyiangan 1 pada saat umur 15 hari setelah tanam dan penyinagan kedua pada umur 45-60 hari setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan sebelum melakukan pemupukan baik pemupukan 1 atau pemupukan kedua. Ternyata hampir semua menerapkan pemeliharaan sesuai dengan anjuran. 6. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama penyakit pada tanaman jagung sangat penting sekali, terutama pada penyakit bulai. Ini dapat dicegah dengan menggunakan obat penyakit ridomil sedangkan untuk pengendalian ham penggerek diberi insektisida Furadan 3G melalui pucuk tanam dengan jumlah 3-4 butir / tanaman. Kenyataan dilapangan terdapat 33,3% petani sampel belum menerapkan kegiatan ini sesuai dengan anjuran. 7. Pengairan Untuk pertumbuhan tanaman jagung diperlukan curah hujan yang merata . Air berperan sangat penting dalam peningkatan produksi. Pada saat terbentuknya malai dan tongkol, kondisi tanaman sangat peka terhadap kekurangan air, maka proses pengisian biji akan terganggu. Pada saat tersebut air mutlak dibutuhkan walaupun selama pertumbuhan penanaman benih juga memerlukan air. Nampaknya penerapan
pengairan
sepenuhnya dilakukan petani, artinya
yang sesuai
dengan anjuran belum
terdapat 33,3 % belum mengadakan
pengairan dengan baik. Cara pemberian air: Pada saat umur tanam 10 hari, air yang dibutuhkan tidak begitu banyak dan pada saat umur 30-55 hari, pada saat ini peresapan air dapat dilakukan dengan mengalirkan melalui parit/ irigasi sehingga menyangga piringan tanaman. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
8. Panen Buah jagung sudah dapat dipanen setelah umur lebih dari 3 bulan . Dengan ciri fisik tanaman, daunnya sudah kering kuning tua dan bijinya keras dan mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas, dan dipanen pada saat siang hari atau sore hari. Hampir seluruh petani mengikuti kegiatan ini dengan baik. 9. Pasca Panen Penanganan pasca panen adalah dengan Pengupasan dilakukan
melakukan pengupasan .
untuk menjaga agar kadar air didalam tongkol dapat
diturunkan dan kelembaban disekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji/ mengakibatkan cendawan, kemudian pengeringan dengan menjemur 2-3 kali . setelah pengerigan dilakukan pengumpilan dengan alat procesing . Uraian penelitian
diatas dapat dikemukakan pembudidayaan jagung di daerah
dibandingkan
dengan teknologi budidaya jagung sesuai anjuran
tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Teknologi Budidaya Jagung yang Dianjurkan dengan yang Diterapkan Oleh Petani di Desa Namu Ukur Utara. No
1
Uraian
Penggunaan Bibit Bermutu
Anjuran • Bibit berlabel seperti Pioneer 12, NK- 22, BISI2, Arjuna dan C71, • Jumlah 15 - 25 kg /ha
yang diterapkan Petani • Ber label • Jumlah 15-25 kg
Keterangan
Sesuai
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
•
2
3
Pengolahan Lahan
Penanaman
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. • Tanah dibajak sedalam 15-20 cm • Digemburkan dan diratakan berbentuk bedengan dan lurus memanjang Dibuat lubang dengan tugal sedalam 3-5 cm.
•
•
•
•
• •
4
Pemupukan
•
Benih dimasukkan pada lubang yang sudah ditunggal sebanyak 2 butir Jarak tungalan 75 x 25 cm antar lubang, kemudian Ditutup dengan tanah kompos
• •
•
• •
Pada saat umur • 15 -25 hari dilakukan pemupukan I dengan takaran pupuk Urea sebanyak 150/ ha. SP 36 150/ ha, dan pupuk KCL sebanyak 100 Kg / ha . Pemupukan II pada saat umur • tanaman 35-42 hari (pupuk lanjutan).
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya Tanah dibajak sedalam 15 -20 cm Digemburkan dan diratakan berbentuk bedengn dan lurus memanjang Dibuat lubang dengan tugal sedalam 3-5 cm Benih dimasukkan pada lubang yang sudah ditugal sebanyak 2 butir Jarak tugalan 75 X 25 cm antar lubang Ditutup dengan tanah kompos Pada saat umur 15 -25 hari dilakukan pemupukan I dengan takaran pupuk urea 100kg /ha, SP 36 120 kg/ha, KCL 60-80 kg /ha.
Sesuai
Sesuai
Belum Sesuai
Pemupukan ke II dilakukan pada saat umur tanaman 35 - 42
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
•
5
Pemeliharaan
•
•
• 6
Pengendalian Hama Penyakit
•
•
•
Penyiangan 1 • pada saat umur 15 hari setelah tanam dan penyiangan kedua pada umur 45-60 hari setelah tanam. Penyiangan ini • dilakukan sebelum melakukan pemupukan baik pemupukan 1 atau pemupukan kedua.
hari Penyiangan 1 pada saat umur 15 hari setelah tanam dan penyiangan kedua pada umur 45-60 hari setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan sebelum melakukan pemupukan baik pemupukan 1 atau pemupukan kedua
Pada penyakit bulai. Ini dapat dicegah dengan menggunakan obat penyakit ridomil sedangkan untuk Pengendalian hama penggerek pada bercak daun diberi insektisida Furadan 3G melalui pucuk tanam dengan jumlah 3-4 butir / tanaman. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit berat.
Masih sebagian petani menerapkan anjuran pengendalian hama penyakit ini.
Pada saat umur tanam 10 - 15 hari, air yang dibutuhkan tidak begitu banyak Dan pada umur 30 -55 hari, pada
Masih sebagian petani yang menerapkan teknologi pengairan melalui irigasi ( sekitar 60 %)
• •
Mencegah penyakit bulai dengan ridomil Pengendalian hama penggerek pada bercak daun diberi insektisida Furadan 3G melalui pucuk tanam dengan jumlah 3-4 butir/ tanaman.
Sesuai
Belum sesuai
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
7
saat ini • peresapan air dapat dilakukan dengan mengalirkan • melalui parit/ irigasi sehingga menyangga piringan tanaman.
Pengairan
•
• 8
Panen • •
Dengan ciri fisik • tanaman, daunnya sudah kering kuning tua Bijinya keras • dan mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas, Dilakukan > 3 • bulan setelah tanam Dan a dipanen pada saat siang hari atau sore hari.
Pada saat umur tanam 10 - 15 hari setelah tanam Dan pada umur 30 -55 hari, pada saat ini peresapan air dapat dilakukan dengan mengalirkan melalui parit/ irigasi sehingga menyangga tempat piringan tanaman . Dengan ciri fisik tanaman, daunnya sudah kering kuning tua Bijinya keras dan mengkilap dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas, Dilakukan > 3 bulan setelah tanamDan dipanen pada saat siang hari atau sore hari.
Belum sesuai
sesuai
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
•
Pengeringan • dengan menjemur 2-3 kali, setelah pengerigan dilakukan ngumpilan dengan alat 9 Pasca Panen procesing dan sebagian besar • petani dilapangan masih manual. • • Dimasukkan dalam goni/ keranjang • Dijual kepasar dan ketoke Sumber : Data primer diolah dari lampiran 2.
Pengeringan dengan menjemur 2-3 kali, setelah pengerigan dilakukan pengumpilan dengan alat procesing Dimasukkan dalam goni/ keranjang Dijual kepasar dan ke toke
sesuai
Rekapitulasi Tabel 13 terdiri dari 9 kegiatan budidaya jagung ternyata 3 kegiatan yaitu pemupukan, pengairan dan pengendalian hama penyakit belum sepenuhnya sesuai dengan anjuran.
Dengan
demikian
anjuran
namun kegiatan lainnya sudah sesuai
dapat diasumsikan bahwa masalah dan tujuan
bagaimana suatu pengelolaan teknologi budidaya
jagung
didaerah penelitian
telah terjawab artinya sudah termasuk insentif.
B.Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Pada Budidaya Tanaman Jagung. Adopsi merupakan suatu proses mental yang terjadi pada diri seseorang pada saat menerima/ menggunakan suatu ide, inovasi atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi. Proses adopsi ada 5 tahapan yakni tahap sadar, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba, dan tahap mengadopsi atau menerapkan.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Dari hasil observasi dilapangan, adopsi petani terhadap teknologi yang dianjurkan
oleh PPL adalah sudah relatif baik karena petani jagung dalam
usahataninya sudah sebagian besar melaksanakan teknologi budidaya anjuran sesuai yang dianjurkan. Tetapi disamping itu masih ada masalah petani yang mempengaruhinya yaitu ketersediaan modal. Untuk
melihat sejauh mana
perbandingan teknologi yang dianjurkan dengan yang diterapkan oleh petani pada budidaya tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 14. Teknologi Yang Dianjurkan PPL Dengan Persentase Harapan Oleh Petani Pada Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Teknologi Budidaya
Skor Harapan
Skor rata-rata yang diperoleh
Persentase Ketercapaian (%)
Penggunaan Benih bermutu Pengolahan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pengendalian hama/ penyakit Pengairan Panen Pasca Panen
0-3
2,27
75,5
0-3 0-3 0 -3 0-3 0-3
2,10 2,20 1,97 2,10 1,73
68,8 73,30 70 66,6 57.7
0-3 0-3 0-3
1,77 2,10 2,10
57,7 68,8 70
18, 34
67,7
Jumlah 0 - 27 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 2 Tabel 14
diatas dapat diketahui bahwa belum seluruhnya teknologi
budidaya jagung yang dianjurkan diterapkan oleh petani artinya baru . Namun telah mencapai 67,7 %.
Hal ini tercapai karena kegiatan penyuluhan sudah
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
berjalan tetapi perlu lagi ditingkatkan. Petani sudah tergolong maju dalam mengelola usaha tani jagung disamping komoditi utama lainnya. Secara keseluruhan diperoleh skor rataan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung adalah 18,3 artinya tingkat adopsi petani termasuk atau termasuk dalam kategori sedang.
Hal ini
disebabkan ada 3 kegiatan
teknologi budidaya jagung yaitu pemupukan, pengendalian hama & penyakit dan pengamatan
persentase
ketercapaian rata- rata dibawah 70 %. Oleh
karena perlu ditingkatkan agar adopsi budidaya jagung lebih baik. Frekuensi petani menurut tingkat adopsi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur. Uraian Jumlah Petani Persentasi ( %)
SKOR TINGKAT ADOPSI Rendah Sedang Tinggi 0 18 12 0 60 40
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 2
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 30 sampel tidak ada petani sampel yang tingkat adopsinya rendah ( 0) %, 18 orang (60%) petani sampel yang tingkat adopsinya sedang, dan 12 orang (40 %) petani sampel yang tingkat adopsinya tinggi. Secara keseluruhan diperoleh skor 18,3 artinya tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya anjuran pada tanaman jagung adalah dalam kategori Tinggi. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah penelitian dikategorikan sedang ditolak, hal ini para petani jagung masih belum menerapkan teknologi budidaya jagung yang dianjurkan secara lengkap. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
C. Pengaruh Faktor- Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Tanaman Jagung. Tingkat adopsi petani terhadap sesuatu teknologi selalu dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi petani sendiri
meliputi umur, tingkat pendidikan,
pengalaman bertani, status kepemilikan lahan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan usaha tani. Oleh karena itu untuk mengetahui
bagaimana pengaruh masing- masing faktor sosial ekonomi petani
terhadap tingkat adopsi petani
dalam
teknologi budidaya jagung
maka
digunakan pengujian dengan analisis Chi –Square secara parsial.
1.) Pengaruh Umur Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Tanaman Jagung Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas seseorang dalam bekerja, karena dengan kondisi umur yang masih produktif maka akan memungkinkan seseorang untuk bekerja lebih maksimal dan lebih baik. Pengaruh umur terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pengaruh Umur Terhadap Tingkat Adopsi Petani Dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara NO
Umur
1 28 – 39 2 40 – 50 3 51 --60 Jumlah
Rendah 0 0 0 0
Tingkat Adopsi Sedang 5 (16,6) 10 (33,3) 3 (10) 18 (60)
Jumlah Tinggi 8 (26,7) 3 (10) 1 ( 3,3) 12 (40)
13 (43, 3) 12 (40) 5 (16,6) 30 (100)
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka ( ) = %
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 16 menunjukkan
bahwa terdapat
13 orang ( 43,3 %)
petani
kelompok umur 28 -39 tahun dimana ada 5 orang ( 16,6 %) petani tingkat adopsinya dalam kategori sedang dan 8 orang (26,7 %) petani tingkat adopsi kategori tinggi , dan 8 orang petani (26,7%) tingkat adopsi kategori tinggi . Pada umur 40- 50 tahun terdapat 12 orang ((40%) dengan catatan terdapat 10 orang (33,3%) tingkat adopsi sedang, dan 3 orang petani (10%) tingkat adopsi tinggi . Selanjutnya pada umur 51- 60 tahun terdapat 5 orang (16,6%) terdiri dari 3 orang (10 %) petani tingkat adopsi petani kategori sedang dan 1 orang petani (3,3 %) tingkat adopsi petani kategori tinggi. Untuk melihat pengaruh umur dengan terdapat adopsi dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square. Berdasarkan lampiran 13 diperoleh X 2 – hit lebih kecil dari pada X 2 tabel ( α 0,05 ) atau X2 –hit ( 4,78) < X2 tabel ( 9,49). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata umur terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung ditolak.
Hal ini disebabkan karena didaerah penelitian para
petani yang berumur produktif maupun yang tidak produktif tetap memiliki potensi yang tinggi unrtk mengelola usaha tani jagung.
2.) Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagungn di Desa Namu Ukur Utara. Tingkat
pendidikan
formal
yang
dimiliki
oleh
petani
akan
memperlihatkan tingkat pengetahuan serta wawasan mereka juga, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi para petani dalam menerapkan teknologi yang tepat yang akan digunakan dalam mengelola usaha tani mereka nantinya. Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Pengaruh tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 17. Pengaruh Tingkat Pendidikan Petani Terhadap Tingkat Adopsi Teknologi Jagung di Desa Namu Ukur Utara. .NO Pendidikan (Tahun) 1 0 - 6 2 7 - 9 3 10 - 17 Jumlah
Rendah 0 0 0 0
Tingkat Adopsi Sedang 5 (16,6) 9(30) 4 (13,3) 18 (60)
Jumlah Tinggi 2 (6,6) 3 (10) 7 (23,3) 12 (40)
7 (23,3) 12 (40) 11 (36,6) 30 (100)
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka () = %
Tabel 17 menunjukkan bahwa petani yang berpendidikan
0 - 6 tahun
sebanyak 7 orang (23,3 % ) yang terdiri dari dari 5 orang petani (16,6 % ) tingkat adopsi sedang dan 2 orang petani ( 6,6 % ) tingkat adopsi tinggi. Petani yang berpendidikan 7- 9 tahun sebanyak 12 petani (40) % yang terdiri dari 9 petani (30) tingkat adopsi sedang dan 3 petani (10 % ) tingkat adopsi tinggi. Serta petani yang berpendidikan 9 -17 tahun terdapat 11 petani ( 36,6%) yang terdiri dari 4 petani
(13,3 %) tingkat adopsinya sedang dan 7 petani (23,3%) tingkat
adopsinya tinggi. Untuk melihat pengaruh petani yang berpendidikan terhadap adopsi teknologi budidaya jagung dianalisis dengan menggunakan Uji Chi –Square. Berdasarkan pada Lampiran 14 diperoleh X
2
– hit lebih kecil daripada X2 –
tabel ( α 0,05) atau X 2 hit (4,15) < X2 –tabel ( 9,49). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata tingkat pendidikan terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan petani berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung tidak dapat diterima atau ditolak. Hal
ini disebabkan karena
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
tingkat pendidikan didaerah penelitian masih kurang dalam memperoleh pengetahuan serta wawasan yang baik. Tabel 17 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan rata- rata para petani sampel adalah tamatan SLTP. 3.) Pengaruh Pengalaman Bertani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara. Pengalaman dalam mengelola usaha tani tiap orang berbeda- beda . Oleh karena itu pengalaman dalam berusaha tani umumnya juga dapat mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap penerapan teknologi budidaya jagung. Pengaruh pengalaman bertani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pengaruh Pengalaman Bertani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Namu Ukur Utara. NO 1 2 3
Pengalaman Bertani 10 – 16 17 – 23 24 -- 30 Jumlah
TINGKAT ADOPSI Rendah Sedang Tinggi 0 8 (26,6) 3 (10) 0 8 (26,6) 2 (6,6) 0 2 (6,6) 7 (23,3) 0 18 (60) 12 (40)
Jumlah 11 (36,6) 10 (33,3) 9 (30) 30(100)
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka ( ) = %
Tabel 18 menunjukkan bahwa petani yang berpengalaman bertani 10-16 tahun sebanyak 11 orang petani sampel (36,6 % ) yang terdiri dari dari 8 orang petani sampel (26,6 % ) tingkat adopsi sedang dan 3 orang petani sampel (10 % ) tingkat adopsi tinggi. Petani yang
berpengalaman bertani 17- 23 tahun sebanyak
10 petani (33,3 %) yang terdiri dari 8 orang petani petani sampel (26,6%) tingkat adopsi sedang dan 2 petani (6,6 % ) tingkat adopsi tinggi. Serta petani Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
yang pengalaman bertani 24-30 tahun terdapat 9 petani ( 30 %) yang terdiri dari 2 petani ( 6,6 %) tingkat adopsi sedang dan 7 petani (23,3%) tingkat adopsi tinggi. Berdasarkan analisa dengan menggunakan Uji Chi –Square (Lampiran 15) diperoleh X 2 – hit lebih kecil daripada X2 – tabel ( α 0,05) atau X 2 hit (6,71) >X2 –tabel ( 9,49). Hal ini menunjukkan bahwa tidaak ada pengaruh nyata tingkat pengalaman bertani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pengalaman bertani berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung ditolak. Hal ini ditolak karena apabila seseorang semakin lama bertani belum tentu berusaha lebih baik tetapi seseorang yang dapat meningkatkan usahataninya adalah petani yang antusias dalam mencari informasi- informasi budidaya jagung dan menerapkannya. 4.) Pengaruh Tingkat Kosmopolitan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara Tingkat kosmopolitan atau keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya jenis buku/ Koran/ majalah yang di baca petani sering tidaknya mengikuti siaran radio dan televisi di bidang pertanian, dan banyaknya melakukan perjalanan
keluar dari desa tempat tinggalnya yang
berhubungan dengan usaha tani yang dilakukannya. Pengaruh tingkat
kosmopolitan terhadap tingkat adopsi petani dalam
teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pengaruh Tingkat Kosmopolitan Terhadap Tingkat Adopsi Petani Dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara. NO 1
Tingkat Kosmopolitan 0 – 13
Rendah 0
Tingkat Adopsi Sedang 0
Jumlah Tinggi 0
0
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
2 3
14 – 27 28 - 40 Jumlah
0 0 0
12 (40) 6 (20) 18 (60)
7 (23,3) 5 (16,7) 12 (40)
19 (63,3) 11 (36,7) 30 (100)
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka ( ) = %
Tabel 19 menunjukkan bahwa petani yang
tingkat kosmopolitannya
rendah tidak ada (0) dan petani yang skor tingkat kosmopolitannya sedang (14 – 17) sebanyak 19 orang (63,3%) petani sampel yang terdiri dari 12 orang (40%) petani sampel tingkat adopsinya sedang dan 7 orang (23,3%) petani sampel tingkat adopsinya tinggi dan petani
tingkat kosmopolitan tinggi (28-40 )
sebanyak 11 orang (36,7%) petani sampel yang terdiri dari 6 orang (20%) petani sampel tingkat adopsinya
sedang, dan
5 orang (16,7%) petani sampel yang
tingkat adopsinya tinggi. Hal ini memepengaruhi bahwa tingkat kosmopolitan petani mempengaruhi tinggi adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung. Berdasarkan
analisa
dengan
menggunakan
Uji
Chi
–Square
( Lampiran 17) diperoleh X2 –hit (1,67) lebih kecil daripada X 2 –tabel ( α 0,05) (9,49). Hal ini menunjukkan
bahwa tidak
ada pengaruh
nyata
tingkat
kosmopolitan petani terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kosmopolitan berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung tidak dapat diterima. 5.) Pengaruh Status Lahan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur . Status lahan yang dimiliki oleh petani mempunyai pengaruh terhadap tingkat adopsi pada teknologi
budidaya yang akan
diterapkan dalam
berusahatani, karena konsekuensi tingkat adopsi biasanya lebih tinggi untuk pemilik usaha tani dari pada orang-orang yang menyewa. Pengaruh status Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
kepemilikan lahan terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Pengaruh Status Lahan Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur. NO
Status Kepemilikan Tingkat Adopsi Lahan Rendah Sedang Tinggi 1 Pemilik Murni 0 9 (30) 7 (23,3) 2 Penyewa 0 9 (30) 5 (16,6) Jumlah 0 18 (60) 12 (40) Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka () = %
Jumlah 16 (53) 14 (47) 30 (100)
Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat pemilik murni sebanyak 16 0rang (53%) petani sampel yang terdiri dari 9 orang (30%)
petani sampel tingkat
adopsinya sedang dan 7 orang (23,3 %) petani sampel tingkat adopsinya tinggi, sedangkan pada status lahan penyewa terdapat 14 petani sampel (47 %) yang terdiri dari 9 orang (30 %) petani sampel tingkat adopsinya sedang dan 5 orang (16,6%) petani sampel tingkatnya adopsi tinggi. Berdasarkan analisa dengan menggunakan Uji Chi-Square (Lampiran 16), diperoleh X2 –hit (0,18) lebih kecil dari pada X2 –tabel ( α 0,05) = 9,49. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh nyata antara status lahan terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi bududidaya jagung sehingga hipotesa yang menyatakan bahwa status lahan berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung tidak dapat diterima atau ditolak, hal ini disebabkan karena para petani tidak mempersoalkan status lahan yang dikelola yang paling utama modal tanah atau lahan sebagai faktor produksi dalam melakukan usaha taninya tersedia. 6.)
Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Luas lahan yang dikelola oleh petani mempunyai
pengaruh terhadap
adopsi petani terhadap teknologi budidaya yang akan diterapkan dalam berusaha tani. Pengaruh luas lahan
terhadap
tingkat adopsi petani dalam teknologi
budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Adopsi Petani Dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara. NO
Strata Luas Tingkat Adopsi Lahan ( Ha) Rendah Sedang 1 < 0,5 0 8 (26,6) 2 0,5-1 0 10 (33,3) 3 >1 0 0 Jumlah 0 18 (60) Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka ( ) = % Tabel 21 menunjukkan bahwa
Jumlah Tinggi 0 6 (20) 6 ( 20) 12 (40)
8 (26,6) 16 (53,3) 6 (20) 30 (100)
petani yang memiliki luas lahan < 0,5
Ha sebanyak 8 orang (26,6%) petani sampel yang tingkat adopsinya kategori sedang, Petani yang luas lahan 0,5 -1 ha sebanyak 16 orang (53,3%) petani sampel
yang terdiri dari 10 orang (33,3%) petani sampel
tingkat adopsinya
sedang dan 6 orang (20%) petani sampel dengan tingkat adopsinya tinggi sedangkan petani yang memeliki luas lahan > 1 ha sebanyak 6 orang (20%) petani sampel yang seluruhnya tingkat adopsinya tinggi. Berdasarkan analisa dengan menggunakan Uji Chi- Square (Lampiran 18) diperoleh X 2 – hit = 7,47 atau lebih kecil dari pada X 2 – tabel ( α 0,05= 9, 49.. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata luas lahan terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung tidak dapat diterima atau ditolak. 7.) Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Tingkat Adopsi Petani Dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara. Jumlah tanggungan kelurga petani memepunyai pengaruh terhadap penerapan budidaya yang kan diterapkan dalam berusaha tani . Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Tingkat Adopsi Petani Dalam Teknologi Budidaya Jagung . Tingkat Adopsi Jumlah Tanggungan Keluarga Rendah Sedang Tinggi 1 0 -1 0 3 (10) 0 2 2--3 0 15 (50) 5 (16,6) 3 4--5 0 0 7 (23,3) Jumlah 0 18 (60) 12 (40) Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka ( ) = % NO
Tabel 22 menunjukkan bahwa keluarganya 0-1 orang
petani yang
Jumlah 3 (10) 20 (66,6) 7 (23,3) 30 (100)
jumlah tanggungan
sebanyak 3 orang (10%) petani sampel dimana
keseluruhannya tingkat adopsinya kategori sedang, pada jumlah tanggungan keluarga 2-3 orang sebanyak 20 orang (16,6%) petani sampel (66,6 %) yang terdiri dari 15 petani sampel (50 %) tingkat adopsi dikategorikan sedang dan 5 petani sampel (16,6 %) tingkat adopsi tinggi, sedangkan pada jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang sebanyak 7 petani sampel (23,3 %) yang keseluruhannya tingkat adopsinya tinggi. Berdasarkan pada analisa dengan menggunakan Uji-Chi Square (Lampiran 19) diperoleh X2 –hit = 8,98 lebih kecil dari pada nilai X2 -tabel Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
(α 0,05) = 9, 49. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata jumlah anggota keluarga petani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung tidak dapat diterima atau ditolak. Hal ini karena jumlah tanggungan keluarga tidak ikut digunakan dalam tenaga kerja dalam keluarga, karena sebagian besar kegiatan usaha tani lebih banyak menggunakan tenaga luar keluarga.
8.) Pengaruh Total Pendapatan Usaha Tani Terhadap Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara Pengaruh total pendapatan usaha tani sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi baru yang akan digunakan dalam usahatani.
Pengaruh
pendapatan usaha tani ini terhadap teknologi budidaya jagung dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Pengaruh Total Pendapatan Usaha Tani Terhadap Tingkat Adopsi Petani Dalam Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara. NO
Pendapatan Tingkat Adopsi Usaha Tani Rendah Sedang 1 < 5 juta 0 12 ( 40) 2 5- 10 juta 0 6 (20) 3 >10 juta 0 0 Jumlah 0 18 (60) Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1 dan 2 Ket : angka ( ) = %
Jumlah Tinggi 0 6 (20) 6 (20) 12 (40)
12 (40) 12 (40) 6 (20) 30 (100)
Tabel 23 menunjukkan bahwa petani yang memiliki Pendapatan usaha tani < 5 juta
sebanyak 12 orang (40%) petani sampel yang keseluruhannya
tingkat adopsinya dikategori sedang, Pada pendapatan usaha tani petani 5-10 juta sebanyak 12 orang (40%) petani sampel yang terdiri dari 6 orang (20 %) petani Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
sampel tingkat adopsinya kategori sedang dan 6 orang (20%) petani sampel dengan tingkat adopsinya kategori tinggi. Sedangkan petani yang pendapatan usaha taninya >
10 juta sebanyak 6 petani sampel
dimana keseluruhannya
tingkat adopsi kategori tinggi. Berdasarkan
analisa
dengan
menggunakan
Uji-Chi
Square
(Lampiran 20) diperoleh X2 – hit = 9,1 ; lebih kecil daripada X 2 –tabel ( α 0,05) = 9,49. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata total pendapatan usaha tani petani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan usaha tani berpengaruh terhadap tingkat adopsi
dalam teknologi budidaya jagung tidak
dapat diterima atau ditolak. Berarti sesuai dengan teori Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa pendapatan usaha taninya semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat adopsi terhadap teknologi baru ternyata tidak berlaku didaaerah penelitian. Hal ini diduga disebabkan besarnya pendptn bersih usaha tani jagung per Ha dari semua petani sampel tidak bervariasi. Dari uraian Tabel 16 - tabel 23 dapat disimpulkan bahwa faktor sosial ekonomi tidak ada pengaruh (umur, pendidikan, pengalaman bertani, tingkat cosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha tani) terhadap teknologi budidaya jagung
di daerah
penelitian tidak
diterima. umur, pendidikan, pengalaman bertani, tingkat cosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha tani D. Masalah- Masalah Yang Dihadapi Oleh Petani Dalam Mengadopsi Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Petani dalam mengusahakan usaha tani jagungnya menghadapi masalahmasalah antara lain kurangnya modal, masalah hama dan penyakit, kurannya penyuluhan tentang teknologi budidaya jagung dan masalah pengairan. 1. Kekurangan Modal Petani didaerah penelitian menghadapi masalah yaitu keterbatasan modal, untuk keperluan sarana dan produksi yang dibutuhkan dalam usaha tani jagung. Dari hasil wawacara dapat dikemukakan bahwa terdpat 24 orang (80%) petani menghadapi masalah kekurangan modal. 2. Masalah Hama dan Penyakit Masalah hama dan penyakit untuk tanaman jagung sendiri merupakan masalah yang serius
yaitu penyakit bulai pada daun jagung. Dari 30 petani
sample ternyata terdapat 24 orang (80%0 petani menghdapi masalah hama dn penyakit dalam usaha tani jagung.
3 . Keahlian Petani Petani di daerah penelitian masih kurang dalam keahliannya mengdopsi teknologi yang dianjurkan oleh PPL. Ini disebabkan petani kurng mencri informasi tentng jgung dimana tingkat cosmopolitan petani masih dalam taraf kategori sedang artinya minat petani mencari informasi tentang teknologi budidaya jagung dari media massa ataupun dari PPL masih kurang. 4. Masalah Fluktuasi Harga Masalah fluktuasi harga ini membuat para petani sering mengeluh dengan harga jual jagung yang naik turun dipasaran, sehingga kadangkala ada petani yang Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
mengalami kerugian karena hasil produksi yang diperoleh tidak sebanding dengan harga jualnya. Petani bisa menghadapi masalah lebih dari pada satu masalah saja, bahkan ada petani yang menghadapi semua masalah sekaligus. Jumlah dan persentase ptani berdasarkan masalah yang dihadapi dapat dilihat dalam Tabel 24 berikut: Tabel 24. Jumlah dan Persentase Petani Berdasarkan Masalah yang Dihadapi di Desa Namu Ukur Utara. No 1 2 3 4
Masalah Kekurangan Modal Hama dan Penyakit Keahlian Petani Fluktuasi Harga
Jumlah 24 24 16 20
Persentase (%) 80 80 53,3 66.7
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 21
Tabel 24 menunjukkan bahwa masalah kekurangan modal dan masalah hama penyakit merupakan masalah yang paling utama yang dihadapi oleh para petani jagung terdapat masing masing 24 orang (80 %) petani sampel . Masalah kurang keahlian terdapat 16 orang (53,3%) petani mengalami masalah ini dan terdapat 20 orang (66,7%) petani menghadapi masalah fluktuasi harga. E Upaya - Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah Yang dihadapi Oleh Petani Jagung. Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi maka petani melakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Mengatasi Kekurangan Modal Modal yang dibutuhkan dalam berusaha tani cukuplah besar yang menyebabkan sebagian petani enggan menerapkan semua teknologi budidaya jagung anjuran. Mahalnya harga bibit, pupuk, dan harga obat-obatan. Masalah kekurangan modal
ini diatasi petani dengan melakukan peminjaman pada
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
rekan-rekan kerabat yang memiliki modal yang besar dan sebagian melakukan peminjaman pada koperasi desa. 2. Mengatasi Hama dan Penyakit Tanaman Mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung para petani biasanya menggunakan ridomil untuk mencegah penyakit bulai dan hama penggerek dengan menggunakan furadan 3 G. Penggunaan ini masih digunakan sebagian petani saja sedangkan penyakit sudah menglobal, dan dilakukan koordinasi dengan PPL dalam pemberantasannya. 3. Mengatasi Kurangnya Keahlian Petani. Mengatasi Kekurangan pengendalian
Keahlian petani adalah terutama dalam
hama penyakit, pengairan
dan
pemupukam yang berimbang.
Berdiskusi dalam kelompok- kelompok tani yang selama ini tidak aktif, Dengan aktifnya kelompok tani akan mempermudah PPL dalam memberingan inovasi baru.
4.Mengatasi Fluktuasi Harga Adanya upaya dari petani untuk membuat suatu sistem penjualan bersama dalam kelompok tani, sehingga petani dapat memiliki posisi dalam menentukan harga jual jagung
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tahapan teknologi budidaya jagung yang dianjurkan didaerah penelitian adalah
penggunaan bibit bermutu, pengolahan lahan, penanaman,
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pengairan, panen dan pasca panen. 2.
Tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada tanaman jagung didaerah penelitian masuk dalam kategori sedang. Hal ini dapt dilihat dari skor tingkat adopsi rata-rata 18,33.
3.
Tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi yaitu faktor umur, pendidikan, pengalaman bertani, tingkat cosmopolitan, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha tani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya jagung anjuran.
4.
Masalah –masalah yang dihadapi oleh petani jagung didaerah penelitian adalah masalah kekurangan modal, serangan hama penyakit, keahlian petani dan fluktuasi harga.
5.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam mengadopsi teknologi budidaya anjuran jagung adalah meminjam kepada kerabat petani yang bermodal besar dengan bunga yang kecil dan pada koperasi, memberantas hama dan penyakit dengan menggunakan ridomil dan Furadam 3G dan mengadakan diskusi dengan kelompok tani dengan upaya mengadakan sistem penjualan bersama sehingga petani memiliki posisi dalam menentukan harga.
Saran Kepada Pemerintah 1.
Pemerintah dengan PPL mengadakan peyuluhan secara intensif tentang budidaya jagung agar petni dapat mengdopsi teknologi budidaya tersebut secara lengkap.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
2.
Menyediakan modal dan sarana dan prasarana produksi pertanian yang dibutuhkan oleh petani.
Kepada Petani Petani hendaknya mengaktifkan kelompok kelompok petani yang selama ini sudah ada dan meningkatkan kerjasamanyadan selalu mengadakan diskusi secara intensif berkaitan kegiatan penerapan teknologi budidaya jagung.
Kepada Peneliti Peneliti hendaknya mengadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai modernisasi usaha tani jagung dalam hal pengolahan dan budidaya tanaman jagung.
DAFTAR PUSTAKA Kartasapoetra,A.G, 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara, Jakarta. Aninonimus, 1999. Lima Tahun Penelitian dan pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Gultom , H.L.T, 1994. Penyuluhan Pertanian. USU Press, Medan Ipteknet, 2007.Teknologi Tepat Guna Budidaya Jagung. www.iptek net service. com Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Levis L.R , 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Cipta Ditya Bakti, Bandung. Ginting. M, 2002. Strategi Komunikasi Bagi Penyuluh Pembangunan, DEP SEP FP-USU Medan . Nazir, Moh, 2002. Metode Penelitian Sosial, Ghalia Indonesia, Jakarta Rukmana .R,1994. Budidaya Jagung Hibrida , Kanisius.. Yogyakarta. Sastraadmadja,E, 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni, Bandung Negara. S. L,2000.Tingkat Adopsi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, FISIP USU, Medan Soekartawi, 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil. Rajawali Press, Jakarta. Suhardiyono. L. 1992. Penyuluhan. Erlangga, Jakarta Surapto, HS. 1999.Bertanam Jagung. Penebar Swadaya , Jakarta Sutanto, 2002. Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta. Tohir, K.A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Warisno,2002, Teknologi Budidaya Jagung, Kanisius, Jakarta. Wiraatmadja, dkk. 1982. Penyuluh Pertanian, Kebudayaan, Jakarta.
Departemen Pendidikan dan
Van Den ban dan Hawkins, 2000. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta
Lampiran 13. Uji Chi- Square Antara Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung NO 1 2 3
Umur 28 – 39 40 – 50 51 --60
Rendah 0 0 0
Tingkat Adopsi Sedang 5 10 3
Jumlah Tinggi 8 3 1
13 12 5
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Jumlah
Qi 0 5 8 0 10 3 0 3 1
0
Ei 0 7,8 5,2 0 7,2 4,8 0 3 2
18
Qi-Ei 0 -28 2,8 0 2,8 1,8 0 0 -1
(Qi-Ei)2 0 7,84 7,84 0 7,84 7,84 0 0 1
12
30
(Qi-Ei) /Ei 0 1,01 1,51 0 1,08 0,68 0 0 0,5
X 2 = 4,78
Maka = X2 =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 4,78
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3-1 ) (3-1 ) = (2) (2) = 4 Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada α = 0,05
adalah 9,49
Nilai X2 -hitung = 4,78
Uji ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara umur dengan tingkat adopsi petani
terhadap teknologi budidaya jagung
hipotesa yang menyatakan ada pengaruh antara tingkat adopsi
sehingga
tidak dapat
diterima atau ditolak,
Lampiran 14 . Uji Chi – Square Pengaruh Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
NO 1 2 3
Pendidikan Rendah
Tingkat Adopsi Sedang
Tinggi
0 0 0 0
5 9 4 18
2 3 7 12
0 - 6 7 - 9 10 - 17 Jumlah Qi 0 5 2 0 9 3 0 4 7
Ei 0 4,2 2,8 0 7,2 4,8 0 6,6 4,4
Maka = X2 =
Qi-Ei 0 0,8 0,8 0 1,8 1,8 0 -26 2,6
Jumlah 7 12 11 30
(Qi-Ei)2 0 0,64 0,64 0 3,21 3,24 0 6,76 6,76
(Qi-Ei) /Ei 0 0,15 0,23 0 0,45 0,68 0 1,02 1,53 2 X = 4, 15
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 4,15
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3-1 ) (3-1 ) = (2) (2) = 4 Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada α = 0,05
adalah 9,49
Nilai X2 - hitung = 4,15 Dengan demikian X2 –hitung < X2 -tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung sehingga hipotesa yang menyatakan ada pengaruh antara tingkat adopsi tidak dapat diterima atau ditolak.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 15. Uji Chi- Square Pengaruh Pengalaman Bertani Dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung.
NO
Pengalaman Bertani 1 10 - 16 2 17 - 23 3 24-- 30 Jumlah
Rendah 0 0 0 0
Tingkat Adopsi Sedang 8 8 2 18
Jumlah Tinggi 3 2 7 12
11 10 9 30
Qi
Ei
Qi-Ei
(Qi-Ei)2
(Qi-Ei) /Ei
0 8 3 0 8 2 0 2 7
0 6,6 4,4 0 6 4 0 5,4 3,6
0 1,4 1,4 0 2 2 0 3,4 3,4
0 1,96 1,96 0 4 4 0 11,56 11,56
0 0,34 0,50 0 0,66 0 0 2,12 3,19
X 2= 6,71 Maka = X2 =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 6,71
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3 -1 ) (3-1 ) = (2) (2) = 4 Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada
α
= 0,05
adalah 9,49
Nilai X2 -hitung = 6,71 Dengan demikian X2 –hitung < X2 -tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung sehingga hipotesa yang menyatakan ada pengaruh antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi tidak dapat diterima atau ditolak
.
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 16 . Uji Chi- Square Pengaruh Antara Tingkat Kosmopolitan dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung
NO 1 2 3
Tingkat Kosmopolitan 0 – 13 14 – 27 28 - 40 Jumlah
Rendah 0 0 0 0
Tingkat Adopsi Sedang 0 12 6 18
Jumlah Tinggi 0 7 5 12
0 19 11 30
Qi
Ei
Qi-Ei
(Qi-Ei)2
(Qi-Ei) /Ei
0 0 0 0 12 7 0 6 5
0 0 0 0 11,4 7,6 0 6,6 4,4
0 0 0 0 0,6 0,4 0 0,6 1,6
0 0 0 0 0,36 0,16 0 0,36 2,56
0 0 0 0 0,31 0,21 0 0,54 0,58
X 2 = 1,67 2
Maka = X =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 1,67
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3-1 ) (3-1 ) = (2) (2) = 4 Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada
α
= 0,05
adalah 9, 49
Nilai X2 -hitung = 1,67 Dengan demikian X
2
hitung < X
2
- tabel , ini menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh antara tingkat kosmopolitan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesa yang mengatakan ada Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
pengaruh antara tingkat kosmopolitan dengan tingkat adopsi tidak dapat diterima atau ditolak.
Lampiran 17. Uji Chi- Square Pengaruh Antara Status Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung NO
Status Lahan
1 2
Pemilik Murni Penyewa Jumlah
Rendah 0 0 0
Tingkat Adopsi Sedang Tinggi 9 7 9 5 18 12
Jumlah 16 14 30
Qi
Ei
Qi-Ei
(Qi-Ei)2
(Qi-Ei) /Ei
0 9 7 0 9 5
0 9,6 6,4 0 8,4 5,6
0 0,4 0,6 0 0,6 0,4
0 0,16 0,36 0 0,36 0,16
0 0,02 0,10 0 0,04 0.02
X 2= 0,18
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 0,18 Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = (2-1 ) (2-1 ) = (1) (1) = 2 Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada α = 0,05 Maka = X2 =
adalah 5,99
Nilai X2 -hitung = 0,18 Dengan demikian X2 –hitung < X2 -tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan antara status
lahan dengan tingkat adopsi petani
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
terhadap teknologi budidaya jagung sehingga hipotesa yang menyatakan tidak ada pengaruh antara status dengan tingkat adopsi tidak dapat diterima,
Lampiran 18 . Uji Chi- Square Pengaruh Antara Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung NO 1 2 3
Luas Lahan Rendah 0 0 0 0
< 0,5 0,5-1 >1 Jumlah
Tingkat Adopsi Sedang 8 10 0 18
Jumlah Tinggi 0 6 6 12
8 16 6 30
Qi
Ei
Qi-Ei
(Qi-Ei)2
(Qi-Ei) /Ei
0 8 0 0 10 6 0 0 6
0 4,8 0 0 9,6 6,4 0 0 2,4
0 3,2 0 0 0,4 -0.4 0 0 3,6
0 10,24 0 0 0,16 0,16 0 0 12,96
0 2,13 0 0 0,02 0,03 0 0 5,29
X 2 = 7,47
Maka = X2 =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 7,47
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3-1 ) (3-1 ) = (2) (2) = 4 Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada
α
= 0,05
adalah 9,49
Nilai X2 -hitung = 7,47 Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Dengan demikian X tidak ada
2
- hitung < X
2
- tabel , ini menunjukkan bahwa
pengaruh antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap
teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesa yang mengatakan ada pengaruh antara luas lahan dengan tingkat adopsi tidak dapat diterima atau ditolak.
Lampiran 19. Uji Chi- Square Pengaruh Antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung
NO
1 2 3
Jumlah Tanggungan Keluarga
0 -1 2--3 4--5 Jumlah
Rendah
Tingkat Adopsi Sedang
Tinggi
Jumlah
0 0 0 0
3 15 0 18
0 5 7 12
3 20 7 30
Qi
Ei
Qi-Ei
(Qi-Ei)2
(Qi-Ei) /Ei
0 3 0 0 15 5 0 0 7
0 1,8 0 0 12 8 0 0 2,8
0 1,2 0 0 3 -3 0 0 4,2
0 1,44 0 0 9 9 0 0 17,64
0 0,8 0 0 0,75 1,13 0 0 6,3
X 2 = 8,98
2
Maka = X =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 8,98
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3-1 ) (3-1 ) = (2) (2) = 4 Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Nilai Kritis X 2 untuk d.b 4 : pada
α
= 0,05
adalah 9,49
Nilai X2 -hitung = 8,98 Dengan demikian X
2
- hitung < X
2
- tabel , ini menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesa yang mengatakan ada pengaruh antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi tidak dapat diterima .
Lampiran 20. Uji Chi- Square Pengaruh Antara Pendapatan Usaha Tani dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung
NO
1 2 3
Pendapatan Uasaha Tani
< 5 juta 5- 10 juta >10 juta Jumlah
Rendah
Tingkat Adopsi Sedang
Jumlah Tinggi
0 0 0 0
12 6 0 18
0 6 6 12
12 12 6 30
Qi
Ei
Qi-Ei
(Qi-Ei)2
(Qi-Ei) /Ei
0 12 0 0 6 6 0 0 6
0 7,2 0 0 7,2 4,8 0 0 2,4
0 4,8 0 0 1,2 1,2 0 0 3,6
0 23,04 0 0 1,44 1,44 0 0 12,96
0 3,2 0 0 0,2 0,3 0 0 5,4
X 2 = 9, 1 2
Maka = X =
(Qi − Ei ) 2 ∑ Ei = 9,1
Derajat bebas ( d.b) = ( baris -1 ) ( kolom -1 ) = ( 3-1 ) (3-1 ) = (2) (2) Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
=
4
Nilai Kritis untuk d.b 4 : pada
α = 0,05 adalah
9,49
Nilai X 2 -- hitung = 9,1 Dengan demikian X 2 - hitung < X 2 - tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara Pendapatan Usaha Tani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, sehingga hipotesa yang mengatakan ada pengaruh antara Pendapatan Usahatanidengan tingkat adopsi tidak dapat diterima atau ditolak.
Lampiran 21. Masalah Masalah Yang Dihadapi Oleh Petani Dalam Mengadopsi Teknologi Budidaya Jagung di Desa Namu Ukur Utara
No Sampel
STRATA
1 2
I
Luas Lahan (Ha)
Kurang Modal
Hama dan Penyakit
Keahlian Petani
Flukt uasi Harg a
0,2 0,3
√ √
√ ·
√ √
√ √
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jumlah Persentase
2
3
0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 0,2 0,6 0,7 0,6 0,6 0,8 0,5 0,6 0,8 0,8 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 0,5 0,8 1,5 2,6 4,0 2,5 3,5 2,0
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ · √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ · √ · · · · √
√ · √ √ √ √ √ √ √ · √ · √ √ √ √ √ · · √ √ √ √ · √ √ √ √
√ √ · √ · √ √ √ √ · · √ √ √ · √ · √ · √ · √ · · · · · ·
√ √ √ √ √ √ · √ · √ · √ √ · √ √ √ · √ √ √ √ √ · · · · ·
24 80
24 80
16 53,3
20 80
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008
Lampos Gultom : Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008