BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Angkutan Umum Penumpang (AUP) Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). Tujuan utama keberadaan AUP ini adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Memilih pangsa pasar angkutan umum penumpang menjadi beberapa perjalanan antara lain: 1. Perjalanan ulang alik, Penumpang melakukan perjalanan ulang alik setiap hari pada waktu yang tetap, mempunyai rentang waktu yang tetap dan pasti dalam hal perjalanan dari dan ke tempat tujuan, dan tiadanya hambatan sepanjang lintasan perjalanan, serta diperlukan pelayanan angkutan umum penumpang dengan pelayanan yang cepat, frekuensi yang cukup dan kenyamanan yang memadai. 2. Perjalanan kerja adalah perjalanan yang dilakukan dengan maksud bekerja. Untuk
perjalanan
jenis
ini,
pelayanan
angkutan
hendaknya
meminimumkan waktu (harus cepat dan tepat waktu). 3. Perjalanan santai, perjalanan jenis ini seperti: pergi arisan, makan di luar rumah, nonton dan sebagainya. Perjalanan ini yang memuaskan bergantung pada tujuan perjalanan tersebut dan para pelakunya. 4. Perjalanan liburan, perjalanan ini dilakukan untuk tujuan liburan. 5. Perjalanan wisata, perjalanan ini dilakukan untuk tujuan wisata.
Universitas Sumatera Utara
6. Perjalanan rombongan, kelompok penumpang perjalanan ini dapat dengan sengaja dibentuk rombongan, misalnya oleh agen perjalanan atau oleh beberapa orang yang kemudian bergabung ke dalam rombongan itu. II.2 Transportasi Air
Transportasi air merupakan system transportasi tertua didunia, baik yang jalurnya di sungai, laut, maupun di jalur buatan. Keuntungan dari transportasi air ini terletak pada efisiensinya, dilihat dari segi penggunaan energy relative terhadap daya angkutnya, sehingga dapat dikatakan system transportasi air merupakan transportasi termurah jika dibandingkan dengan transportasi lainnya. Kerugianya, sarana transportasi air tidak mampu bergerak dalam kecepatan tinggi, sehingga umumnya transportasi air digunakan untuk transportasi barang. (Sri hendarto, 2001) Bagi
Indonesia,
peranan
transportasi
air
sangat
penting
untuk
menghubungkan penduduk antara satu pulau dengan pulau yang lain dengan menggunakan angkutan air. Jalan bagi transportasi air umumnya bersifat alami (laut, sungai, danau), namun dapat pula buatan manusia (kanal, danau buatan). Selain itu ada juga yang sengaja ditatar agar memenuhi syarat pelayaran (diperlebar, dikeruk). Seperti kita ketahui bahwa sarana pada sistem transportasi perlu dipelihara dengan cermat secara berkala dan berkesinambungan. Semua itu akibat dari terganggunya keseimbangan alam oleh ulah manusia, sehingga di masa sekarang ini diperlukan pemeliharaan yang dimaksudkan agar alur pelayaran terhindar dari proses pendangkalan dan tidak terganggu oleh tumbuhan air.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk maupun ukuran kendaraan air cukup beragam, mulai dari perahu dayung yang sangat sederhana, rakit, sampai kapal raksasa dengan daya angkut yang sangat besar. Berbagai kapal juga dirancang untuk berbagai keperluan, seperti kapal perang, tanker pengangkut minyak, kapal penumpang, serta kapal pesiar yang mewah. Bagi pengangkutan barang, transportasi air masih memegang peranan penting. Daya angkut kapal yang yang sangat besar, sehingga dapat menekan biaya satuan, merupakan daya tarik tersendiri bagi dunia perdagangan. Apalagi memang sering kali tidak ada alternatif lain kecuali menggunakan kapal. Karena angkutan melalui air lambat maka sering kali angkutan ini hanya sesuai utuk mengangkut barang yang yang tidak cepat rusak. Pengangkutan melalui air khususnya cocok dan efisien bagi lalu lintas hubungan antar tempat (misalnya pemukiman) yang tidak dihubungkan oleh sistem jaringan darat, sebaiknya menggunakan sistem angkutan dengan moda kapal untuk membongkar-muat barang, dan lalu lintas penyeberangan antar pulau. II.2.1 Arus Lalu Lintas Air Arys lalu lintas air merupakan pergerakan yang relative lambat jika dibandingkan dengan arus lalu lintas darat maupun udara (kecuali beberapa jenis sarana misalnya jetfoil yang mampu bergerak dengan kecepatan di atas 100 km/jam). Karakteristik sarana angkutan (kapal) yang memiliki kemampuan percepatan dan perlambatan yang rendah, merupakan salah satu batasan yang menentukan perilaku arus lalu lintas air, terutama dalam pengaturan jadwal dalam memasuki wilayah pelabuhan atau jalur perairan yang sempit (misalnya kanal atau celah antar pulau).
Universitas Sumatera Utara
II.2.2 Lalu Lintas Air Lalu lintas air memiliki karakteristik spesifik dimana jalur pergerakan yang tidak terlau terbatas dan kecepatan pergerakan sarana yang relatif rendah dan tidak fleksibel, hanya sedikit memerlukan pengendalian. Pengendalian hanya diperlukan jika terdapat halangan di sepanjang jalur pelayaran dan menentukan posisi kapal lain, pelabuhan dan obyek tertentu yang memiliki potensi untuk menghalangi pergerakan kapal. II.2.3 Jalur Lalu Lintas Air Jalur lalu lintas air secara umum tidak memiliki batasan visual, kecuali dibeberapa bagian, misalnya ketika memasuki wilayah pelabuhan, dimana terdapatbatasan area yang membatasi pergerakan dari sejumlah kapal yang terakumulasi di pelabuhan yang bersangkutan. Pemberian batas jalur angkutan dilakukan dengan menggunakan tanda, baik yang berupa bendera, lampu, maupun benda yang mengapung di permukaan air. II.2.4 Volume Volume lalu lintas air dihitung dari jumlah kapal yang beroperasi per satuan waktu lebih kecil dibandingkan dengan moda angkutan lain. Namun jika dilihat dari segi pemuatan (penumpang atau barang per satuan waktu) volume lalu lintas angkutan air dapat dikatakan cukup besar. II.2.5 Kecepatan Kemampuan gerak (kecepatan) sarana taransportasi air secara umum lebih rendah jika dibandingkan dengan sarana angkutan yang berbasis jalur lainnya.
Universitas Sumatera Utara
II.2.6 Kapasitas Jalur lalu lintas air yang sangat terbuka menyebabkan kecilnya potensi konflik, sehingga kapasitas lalu lintas air sangat ditentukan oleh batasan kapasitas pelabuhan yang melayani pemberangkatan, kedatangan, proses bongkar muat dan administrasi. Kapasitas pelabuhan secara teknis diukur dengan turnaround time (TRT) yang menyatakan besarnya waktu yang diperlukan oleh suatu kapal di dalam pelabuhan. Turnarounds time terdiri dari waktu tunggu, waktu penundaan dan waktu sandar. II.2.7 Tingkat pelayanan Tingkat pelayanan transportasi air terutama ditopang oleh biaya perjalanan per satuanberat yang sangat murah. Namun hal ini berimplikasi kepada rendahnya kecepatan operasi dan pelayanan did lam pelabuhan, dimana proses di dalam pelabuhan (untuk barang) bisa mencapai hitungan harian bahkan miingguan tergantung kapasitas dan kapabilitas fasilitas pelayanan yang tersedia di pelabuhan. II.3 Agkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
ASDP adalah singkatan dari Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan merupakan istilah yang terdiri dari 2 aspek yaitu Angkutan Sungai dan Danau atau ASD dan Angkutan Penyebrangan. Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah jenis “moda” atau “ jenis angkutan “ dimana suatu sistem transportasi dimana suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu moda angkutan darat (jalan raya), moda angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin belum dikenal luas), moda angkutan laut dan moda ASDP.
Universitas Sumatera Utara
Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah lain dari Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama dikenal oleh manusia bahkan terbilang tradisional. Sebelum menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi, manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Demikian juga di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali pusat pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian sungai seperti Palembang. Angkutan Perairan Daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa Inggris yaitu Inland Waterways atau juga dalam bahasa Perancis yaitu Navigation d’Interieure atau juga voies navigables yang memiliki makna yang sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang berada di kawasan daratan seperti sungai, danau dan kanal. Sementara itu, angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal dengan istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak - Bakauheni dan Palembang Bangka bahkan juga Inggris - Perancis adalah beberapa contoh yang sudah dikenal masyarakat. Pada umumya ASDP digunakan untuk melayani mobilitas barang dan penumpang baik di sepanjang sungai atau danau dan di sepanjang lintas penyebrangan sungai dan danau. Transportasi sungai dan danau relatif murah, namun pemanfaatannya masih kurang terutama pada wilayah yang sudah dibangun prasarana jalan dan jembatan.
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraannya lebih banyak oleh masyarakat dan peran pemerintah dalam investasi terutama dalam pembanguna prasarana dermaga penyebrangan sungai dan danau relatif sedikit jumlahnya. Keunggulan komperatif angkutan perairan daratan yang mampu menjangkau ke wilayah yang terpencil dijadikan jalan untuk membuka daerah yang terisolasi dan apabila dipadukan dengan moda lain maka akan terbentuk suatu jeringan multi- moda yang transportasi yang efisien. Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi, Angkutan Perairan Daratan memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan moda angkutan lainnya. Bahkan karena angkutan ini terdiri dari angkutan sungai (dan juga kanal) dan angkutan danau (termasuk juga rawa, waduk dan situ), karakter yang dimilikinya pun relatif cukup unik. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.73 Tahun 2004, angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan atau hewan yang diselenggarakan oleh pengusaha angkutan sungai dan danau. Kapal sungai dan danau adalah kapal yang dilengkapi alat penggerak motor atau bukan motor yang digunakan untuk angkutan sungai dan danau.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : PDDA Dishub, 2008
Tabel II.1 Jenis dan karakteristik kapal sungai Angkutan sungai memilki karakter yang hampir mirip dengan angkutan jalan (highways) atau angkutan kereta api (railways) karena hanya dapat melayani pengguna jasa pada daerah cakupan (catchment area) di sepanjang aliran sungai itu saja. Pada angkutan sungai terkadang terdapat adanya lintas penyeberangan di sungai yang rutin dimana hal ini tidak terdapat pada angkutan jalan. Sementara itu, angkutan danau cenderung memiliki daerah pelayanan yang lebih terbatas karena hanya dapat melayani pengguna jasa di sekitar danau saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau tersebut. Angkutan perairan daratan umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan jadwal yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang juga terdapat angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur maupun tidak teratur. Angkutan perairan daratan umumnya menggunakan kapal perairan daratan berkonstruksi kayu dengan berbagai variasinya.
Universitas Sumatera Utara
II .4 Angkutan Penyeberangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang angkutan diperairan, Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Kegiatan angkutan penyeberangan dilakukan oleh badan usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia. Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 tahun 2001 tentang penyelenggaraan angkutan penyeberangan, menyatakan bahwa angkutan penyeberangan adalah angkutan yang dilakukan untuk melayani lintasan penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringnan jalan atau jaringan kereta api yang terputus oleh perairan, untuk mengangkut penumpang, kendaraan beserta muatannya. Usaha angkutan penyeberangan adalah usaha dibidang angkutan yang diselenggarakan untuk umum pada lintasan penyeberangan dengan memungut biaya dengan menggunakan kapal yang memiliki spesifikasi yang sesuai dengan kondisi teknis dan operasional prasarana, sarana dan perairan. Lintas penyeberangan adalah suatu alur perairan di laut, selat, teluk, sungai dan/atau danau yang ditetapkan sebagai lintasan penyeberangan, berfungsi untuk menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api. (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 tahun 2001 tentang penyelenggaraan angkutan penyeberangan).
Universitas Sumatera Utara
Penetapan lintas penyeberangan dilakukan dengan memperhatikan pengembangan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang telah ada maupun yang direncanakan yang tersusun dalan satu kesatuan tatanan transportasi nasional. Lintas penyeberangan yang dimaksud berfungsi untuk menghubungkan simpul jaringan jalan maupun jaringan jalur kereta api. Berdasarkan fungsi lintasan penyeberangan, lintasan penyeberangan dapat digolongkan menjadi : 1. Lintas penyeberangan antar negara, yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api antar negara. 2. Lintas penyeberangan antar provinsi, yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api antar provinsi. 3. Lintas penyeberangan antar kabupaten/kota dalam provinsi, yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan jaringan kereta api antar kabupaten/kota dalam provinsi. 4. Lintas penyeberangan dalm kabupaten/kota, yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api dalam kabupaten/kota. II.4.1 Pelayanan Operasional Pelayanan angkutan penyeberangan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Dilakukan hanya oleh perusahaan angkutan penyeberangan. 2. Melayani lintas penyeberangan yang ditetapkan. 3. Dilayani oleh kapal yang dipergunakan untuk melayani lintas angkutan penyeberangan.
Universitas Sumatera Utara
4. Dilakukan sesuai dengan system dan prosedur pelayanan yang ditetapkan oleh Dirjen dengan jadwal tetap dan teratur. Setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memenuhi persyratan teknis laik laut dan standar pelayanan minimal kapal penyeberangan sesuai ketendtuan yang berlaku. 2. Memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada lintas yang dilayani. 3. Memiliki
dan/atau
mempekerjakan
awak
kapal
yang
memenuhi
persyaratan kualifikasi yang diperlukan untuk kapal penyeberangan dan dapat berbahasa Indonesia serta mengetahui kondisi wilayah operasi yang dilayani. 4. Memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan beserta muatannya sasuai dengan persyaratan teknis yang berlaku. 5. Mencantumkan identitas perusahaan dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian sebelah samping kiri dan kanan. 6. Mencantumkan informasi/petunjuk yang diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa inggris. II.5 Defenisi Kinerja Dalam kamus bahasa inggris, istilah kinerja atau performa disebut performance yang diartikan sebagai unjuk kerja. Hal ini mengandung arti bahwa
Universitas Sumatera Utara
kinerja merupakan tolak ukur hasil pencapaian terhadap pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya untuk mencapai kondisi optimal, efektif dan efisien. Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan dalam periode tertentu didalam melaksanakan tugas, seperti standar kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah diseakati bersama. Apabila dikaitkan dengan performance sebagai kata benda, maka pengertian performance atau kinerja adalah kasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang dalam sebuah perusahaan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan perusahaan secara legal. Tidak melanggar hukum, tidak bertentangan dengan moral dan etika. II.5.1 Kinerja Angkutan Penyeberangan Usaha
angkutan
penyeberangan
dilakukan
oleh
perusahaan
angkutan penyeberangan yang memiliki ijin usaha dan mendapat persetujuan pengoperasian kapal angkutan penyeberangan. Setiap perusahaan angkutan penyeberangan yang telah memperoleh persetujuan pengoperasian wajib : (Keputusan Menteri Nomor 73 Tahun 2004) a. Mengoperasikan kapal sesuai dengan jenis pelayanan berdasarkan persetujuan pengoperasian yang dimiliki. b. Mengoperasikan kapal yang memenuhi persyaratan teknik kelaikan kapal dan laik laut. c. Mempekerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. Memenuhi waktu kerja dan waktu istirahat bagi awak kapal. e. Memiliki tanda bukti pembayaran iuran wajib asuransi pertanggungan
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan dan penumpang umum sesuai perundangan-perundangan yang berlaku. f. Melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan dan/atau domisili perusahaan. g. Meminta pengesahan dari pejabat pemberi persetujuan pengoperasian apabila akan mengalihkan lintas pengoperasian kapal. h. Mentaati ketentuan wajib angkut kirim pos sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. i. Melaporkan kegiatan operasional kapal setiap bulan. j. Melaporkan secara tertulis kepada pejabat pemberi persetujuan pengoperasian kapal perubahan
alamat
angkutan
penyeberangan,
apabila
tejadi
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
setelah terjadi perubahan. Persyaratan pelayanan bagi perusahan penyeberangan terdiri dari : 1. Persyaratan pelayanan untuk penumpang. 2. Persyaratan pelayanan untuk pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan. 3. Persyaratan pelayanan kecepatan kapal. 4. Persyaratan pelayanan pemenuhan jadual kapal. Persyaratan pelayanan diatur
minimal angkutan penyeberangan telah
melalui Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
SK/AP005/3/13/DPRD/1994
Tahun 1994 tentang Persyaratan Pelayanan
Minimal Angkutan Penyeberangan.
Universitas Sumatera Utara
II.5.2 Persyaratan Minimal Untuk Penumpang Persyaratan minimal untuk penumpang terdiri dari : 1. Persyaratan pelyananan kenyamanan penumpang. 2. Persyaratan konstruksi kapal untuk keselamatan penumpang. Persyaratan pelayanan minimal kenyamanan penumpang yang dimaksud, ditentukan berdasarkan : a. Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang yang didasarkan pada waktu atau lamanya berlayar, terdiri dari 4 (empat) kategori : -
Kategori I, dengan lama perjalanan sampai 4 jam, terdiri dari 0 – 1.5 jam dan 1.5 – 4 jam.
-
Kategori II, dengan lama perjalanan 4 jam sampai dengan 8 jam.
-
Kategori III, dengan lama perjalanan 8 jam sampai dengan 12 jam.
-
Kategori IV, dengan lama perjalanan diatas 12 jam.
b. Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang yang didasarkan pada kelas-kelas tempat duduk penumpang, terdiri dari 3 kategori: -
Tempat duduk kelas ekonomi.
-
Tempat duduk kelas bisnis.
-
Tempat duduk kelas eksekutif/VIP.
Persyaratan pelayanan minimal konstuksi kapal untuk pelayanan penumpang terdiri dari : -
Luas ruangan Luas lantai tempat duduk/tempat tidur penumpang kurang lebih 60% luas geladak ruangan.
Universitas Sumatera Utara
-
Penumpang a. Penumpang geladak terbuka : luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30 – 0,45 m2. b. Penumpang geladak tertutup : tinggi tenda/atap minimal 1,90 m dan luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30 – 0,65 m2. c. Penumpang kamar : kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 orang, harus mempunyai tempat tidur tetap berukuran minimal 1,80 m panjang dan lebar 0,70 m lebar dan luas lantai per orang 1,36 m2. Khusus untuk kapal-kapal sungai karena keterbatasan ruangan, diperbolehkan membuat ruang tidur secara tatami (tanpa ranjang/bed) dengan luas lantai per orang 1,26 m2.
-
Tempat duduk a. Bangku 1. Tempat duduk memanjang yang menjadi satu, tanpa sekat dan sandaran tangan. 2. Kapasitas tiap bangku tidak boleh melebihi 6 orang untuk satu sisi keluar menuju gang/ jalan lalu orang. 3. Luas bangku per orang minimal 0,30 m2. 4. Bangku dapat ditempatkan pada ruang penumpang geladak terbuka. b. Kursi 1. Tempat
duduk
bersandar
tangan
untuk
masing-masing
penumpang dan ditempatkan secara berderet. 2. Luas ukuran kursi minimal 0,30 m2 tiap kursi.
Universitas Sumatera Utara
c. Kursi Reklining 1. Tempat duduk dengan sandaran punggung yang dapat diatur dan ditempatkan pada ruangan penumpang geladak tertutup yang merupakan tempat duduk kelas bisnis dan eksekutif. 2. Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi. -
Gang/jalan lewat orang Jarak antara ( lebar ) dari gang tempat melintas orang/penumpang adalah : 1. Sampai dengan 100 penumpang, jarak minimal 0,80 m. 2. Diatas 100 penumpang, jarak minimal 1,00 m. 3. Diatas 1000 penumpang, jarak minimal 1,20 m. 4. Sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar geladak tidak boleh melebihi sudut 45 derajat.
-
Kamar mandi dan WC
-
Sistem lubang angin/ventilasi
-
Dapur dan kafetaria
-
Ruang rekreasi dan ruang ibadah
II.5.3 Persyaratan Minimal Untuk Kecepatan Kapal Persyaratan untuk kecepatan kapal terdiri dari 2 kategori, yaitu : 1. Kapal berkecepatan sedang, harus mampu melayani taryek/lintas dengan kecepatan maksimal sampai dengan 18 knot/jam. 2. Kapal berkecepatan cepat, jarus mampu melayani trayek/lintas dengan kecepatan diatas 18 knot/jam. Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani lintas pendek
Universitas Sumatera Utara
dengan jarak sampai dengan 6 mil kecepatan rata-rata kapal dapat desesuaikan untuk memenuhi jadual perjalanan kapal. II.5.4 Persyaratan Minimal Pemuatan Kendaraan Kapal penyeberangan yang mengangkut kendaraan, harus memenuhi perlengkapan dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Pintu rampa 2. Ruang untuk kendaraan, dengan jarak samping kiri dan kanan harus 60 cm dan jarak muka belakang adalah 30 cm. II.5.5 Kinerja Pelayanan Untuk Kapal a. Ship turn around time (STAT) STAT adalah jumlah keseluruhan waktu yang diperlukan oleh kapal selama berada di pelabuhan yaitu sejak memasuki areal perairan pelabuhan hingga meninggalkan areal perairan pelabuhan tersebut. STAT memiliki beberapa komponen waktu antara lain : 1. Approaching Time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal sejak memasuki wilayah perairan pelabuhan hingga akan sandar. Adakalahnya juga sering disebut manovering time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk melakukan olah gerak di kolam pelabuhan. 2. Ship Waiting Time
(SWT)
yaitu
waktu
yang
dibutuhkan oleh kapal untuk menungu hingga dermaga kosong dan siap untuk dilakukan aktivitas sandar dan tambat.
Universitas Sumatera Utara
3. Mooring & Berthing Time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk merapat, sandar dan tambat. 4. Loading/unloading Time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk melakukan bongkar muat, adakalanya juga disebut sebagai lay over time atau service time yaitu waktu pelayanan untuk kapal selama berada di dermaga. 5. Unberthing Time yaitu waktuyang dibutuhkan oleh kapal untuk lepas tali tambat dan siap untuk kembali berlayar. 6.
Leaving Time yaitu waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk lepas tali tambat dan siap untuk kembali berlayar.
b. Load factor (LF) Faktor muat atau load factor didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk pada suatu satuan waktu tertentu. Lf = ( Pgz / Td ) x 100% Dimana: Lf = Load Factor (%) Pgz = Jumlah penumpang yang diangkut pada suatu zona Td = Kapasitas tempat duduk. c. Frekuensi Perjalanan Frekuensi pelayanan adalah jumlah perjalanan kapal dalam satuan waktu tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau rendah. Frekuensi berbanding terbalik dengan waktu antara (headway). Semakin besar frekuensi pelayanan, maka headway
Universitas Sumatera Utara
semakin kecil, sehingga waktu tunggu yang diperlukan oleh pengguna jasa angkutan speedboat semakin pendek (Nusa Sebayang, 2007). Menurut
(Rudi Yuniarto Adi, 2008) Frekuensi
yaitu jumlah
keberangkatan kendaraan angkutan yang melewati pada satu titik tertentu (bus stop) dalam satuan waktu, sistem frekuensi dalam (kend/jam) d. Waktu tunggu dan Headway Waktu tunggu adalah lamanya waktu diperlukan oleh calon penumpang untuk menunggu kendaraan yang akan mengangkutnya. Waktu tunggu merupakan fungsi dari headway pelayanan angkutan umum dan headway pelayanan angkutan umum memiliki hubungan terbalik dengan frekuensi pelayanan dalam satuan waktu tertentu. Secara matematis waktu tunggu dapat dirumuskan sebagai berikut WT = 0.5 x Hw Headway adalah rentang waktu antara keberangkatan satu kapal dengan kapal lain yang berurutan dibelakangnya pada rute yang sama. Headway dapat diperoleh dengan formula: Hw = 60/fr e. Waktu tempuh dan kecepatan perjalanan Waktu tempuh menunjukkan lamanya waktu yang dipergunakan untuk menempuh satu kali perjalanan (satu rit) termasuk waktu yang digunakan untuk singgah, sedangkan untuk kecepatan perjalanan diperoleh dengan membagi panjang rute dan waktu tempuh.
Universitas Sumatera Utara
f. Berth Occupancy Ratio (BOR) adalah
tingkat
penggunaan
dermaga
oleh
kapal
yaitu
perbandingan antara selisih jumlah kapal yang tiba dan menunggu dengan jumlah kapasitas tambat. g. Berth Through Put (BTP) Berth Through Put (BTP) adalah jumlah muatan yang melintasi dermaga per meter panjang dermaga.
II.6 Kinerja Untuk Pelayanan Muatan Apabila terjadi stagnasi pada suatu titik maka akan mempengaruhi kinerja pelabuhan secara keseluruhan. Untuk itu pihak pelabuhan harus menjamin kelancaran arus lalu lintas muatan disuatu titik. Salah satu tolak ukur untuk menilai kelancaran tersebut adalah : a. Kecepatan lintasan (v) b. Waktu pelayanan Pihak pelbuhan harus mengetahui kemampuan tiap pelabuhan untuk melayani arus lalu lintas muatan yang dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk melayani dan melewati tiap satu kendaraan atau penumpang yang dapat dihitung dari rata-rata waktu pelayanan untuk tiap kendaraan/muatan. c. Jumlah tundaan/antrian Semakin banyaknya antrian menunjukan semakin buruknya kinerja pelayanan tiap dermaga, jika makin tinggi arus muatan seharusnya dilengkapi dengan langkah pemecahan, misalnya pengaturan muatan atau menambah jumlah kapal yang beroperasi.
Universitas Sumatera Utara
d. Waktu kosong Banyaknya waktu tidak digunakan (waktu menganggur/pasif) tiap pos pelayana karena sedkitnya permintaan atau karena kalalaian petugas. II.7 Analisa Jumlah Trip Kapal Penyeberangan Analisis jumlah trip kapal penyeberangan dihitung berdasarkan rumus frekuensi keberangkatan kapal. Dengan analisa sebagai berikut : a. Berdasarkan Jumlah penumpang. FP =
N 365 x K x O x M
b. Berdasarkan jumlah kendaraan FK =
N 365 x K x O x M
Dimana : FP, FK = Frekuensi keberangkata kapal. K
= Koefisien waktu operasi kapal per tahun.
O
= factor muat yang direncanakan (70%).
M
= Kapasitas angkut kapal (pnp/kendaraan).
N
= jumlah penumpang yang naik dan turun per tahun.
II.7.1 Analisa Jumlah Kebutuhan Kapal Jumlah kebutuhan armada dapat dihitung menggunakan persamaan : Jumlah kebutuhan armada = RTT / Headway Dimana : RTT (Round Trip Time) = Lamanya perjalanan angkutan bolak balik dari satu titik ke titik lainnya. Nilai RTT diperoleh dari = (waktu kapal di dermaga + waktu perjalanan kapal)x2
Universitas Sumatera Utara
II.8 Konsep Biaya Transportasi Biaya merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kegitan transportasi dalam penetapan tarif, dan alat kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat yang seefisien dan seefektif mungkin. Konsep biaya transportasi ini terdiri dari beberapa jenis biaya. Struktur biaya suatu perusahaan jasa angkutan tergantung dari kapasitas angkutan dan kecepatan alat angkutan yang digunakan, serta penyesuian terhadap besar arus angkutan yang berlaku,termasuk manajemen perusahaan untuk mengatur jalannya penggunaan kapasitas angkutan. Jumlah biaya jasa angkutan tergantung dari : 1. Jarak dalam ton-kilometer 2. Tingkat penggunaan kapasitas angkutan dalam ukuran waktu 3.
Sifat khusus dari muatan
II.8.1 Pengertian Umum Tarif Tarif adalah jasa angkutan yang harus dibayar oleh pengguna jasa, baik melalui mekanisme perjanjian sewa menyewa, tawar menawar, maupun ketetapan pemerintah. Harga jasa angkutan yang ditentukan mengikuti sistem tarif, berlaku secara umum dan tidak ada ketentuan lain yang mengikat perusahaan angkutan dan pemilik barang atau penumpang kecuali apa yang sudah diatur dalam buku tarif. Jika harga angkutan ditetapkan melalui mekanisme, maka harga tersebut hanya berlaku bagi pihak yang terkait dalam perjanjian, yang dapat ditentukan menurut waktu pemakaian (time charter) atau tempat tujuan pengiriman (voyage
Universitas Sumatera Utara
charter). Waktu pemakaian lebih luas dapat mencakup beberapa kali tujuan pengiriman. (Nusa Sebayang,2007) Menurut Departemen Perhubungan, tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan pada setiap penumpang kendaraan angkutan umum yang dinyatakan dalam rupiah. Tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah bertujuan terutama melindungi kepentingan masyarakat (konsumen) dan selanjutnya produsen (operator) untuk kelangsungan usaha. Bagi pelayanan kelas eksekutif biasanya penentuan tarif diserahkan kepada produsen dengan pertimbangan pangsa pasarnya adalah golongan ekonomi menengah ke atas dan faktor kebijakan subsidi silang. Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk biaya pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur dan dihitung menurut kemampuan angkutan. Dalam PP RI No. 6 Tahun 2009 Tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada departemen perhubungan pada (pasal 1 dan pasal 2) disebutkan : Pasal 1 1) Jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Perhubungan meliputi penerimaan dari : a) Jasa Transportasi Darat; b) Jasa Transportasi Laut; c) Jasa Transportasi Udara; dan d) Jasa Pendidikan dan Pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
2) Jenis dan tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan. Pasal 2 Jenis penerimaan Negara bukan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 mempunyai tarif dalam bentuk satuan Rupiah, Dollar Amerika, Gold Franc, dan persentase. Menurut teori ekonomi biaya suatu barang (jasa) adalah nilai jasa yang dikorbankan untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut “The Committee on Cost and Standart of The American Association” merumuskan biaya sebagai pengorbanan yang diukur dengan uang yang sudah menjadi atau mungkin terjadi untuk mendapatkan sesuatu (Jinca, 1985 dalam Bagus Subaganta, 2012). Dasar suatu biaya transportasi antara lain adalah biaya tetap sebagai biaya yang tak terhindari dan biaya tidak tetap adalah biaya yang dapat dihindari atau ditekan, karena biaya ini bisa menjadi nol bila kendaraan tidak beroperasi (Morlock, 1985 dalam Erwin, 2005). Sistem pelayanan angkutan umum didasarkan pada pengertian kendaraan umum menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 yaitu kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Dari pengertian ini keberadaan dan keberlangsungan sistem pelayanan angkutan umum ditentukan oleh 3 (tiga) unsur yaitu: operator sebagai penyedia jasa, masyarakat sebagai pengguna jasa, dan pemerintah sebagai regulator atau pengambil kebijakan. Dengan demikian pengertian tarif angkutan umum menjadi berbeda-beda sesuai sudut pandang dan/atau kepentingan masing-masing pihak, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a.
Dari pihak penyedia jasa angkutan, tarif adalah harga dari jasa yang diberikan.
b.
Dari pihak pengguna jasa angkutan, tarif adalah harga yang harus dibayar untuk menggunakan jasa yang disediakan.
c.
Dari pihak regulator (pemerintah) sebagai pengambil kebijakan dalam penentuan besaran tarif, tarif yang ditetapkan akan sangat mempengaruhi besarnya pendapatan dan pengeluaran daerah pada sektor transportasi.
Kebijakan tarif dilihat melalui tiga pendekatan yaitu dari penyedia jasa, pengguna jasa, dan pemerintah. II.8.2 Klasifikasi Tarif Dalam kebijakan menentukan dan menetapkan tarif, tujuan apapun yang ingin dicapai pada akhirnya akan mempertimbangkan dua hal yaitu: a.
Tingkatan Tarif Adalah besaran tarif yang dikenakan dan mempunyai rentang dari tarif bebas atau gratis sama sekali sampai pada tingkatan tarif yang akan menghasilkan keuntungan pada pihak penyedia jasa.
b.
Struktur Tarif Yang dimaksud dengan struktur tarif adalah bagaimana cara tarif tersebut dibayarkan. Beberapa pilihan umum untuk penetapan tarif adalah tarif seragam dan tarif berdasarkan jarak.
II.8.3 Kategori Tarif Angkutan Tarif Angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk para pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur (Sri Widari, 2010). Tarif angkutan dapat dikategorikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Tarif menurut kelas (class rate), berlaku khusus untuk muatan dan penumpang. 2. Tarif pengecualian, merupakan tarif yang lebih rendah dari class rate. 3. Tarif perjanjian/kontrak, berlaku untuk anglutan jalan raya dan angkutan laut, dan juga berlaku untuk moda angkutan lainnya (angkutan udara untuk pipa). Sedangkan untuk jenis-jenis tarif angkutan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tarif menurut trayek Ini berdasarkan atas pemanfaatan operasional dari moda transportasi yang diopersikan dengan memperhitungkan jarak yang dijalani oleh moda transport tersebut (km/miles). 2. Tarif Lokal Adalah tarif yang berlaku dalam satu daerah tertentu. 3. Tarif Diferensial Adalah tarif angkutan dimana terdapat perbedaan tinggi tarif menurut jarak, berat muatan, kecepatan atau sifat khusus dari muatan yang diangkut. 4. Tarif Peti Kemas (container) Adalah tarif yang diberlakukan untuk membawa kotak atau boks di atas truk berdasar ukuran yang diangkut dari asal pengiriman ke tempat tujuan barang. II.8.4 Tarif Angkutan Penyeberangan Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No 58 tahun 2003, tarif angkutan penyeberangan ditetapkan untuk penumpang, kendaraan penumpang beserta penumpangnya dan kendaraan barang beserta muatannya. Dalam hal ini tarif jarak adalah jenis yang digunakan untuk penumpang, kendaraan penumpang dan kendaraan barang beserta isinya.
Universitas Sumatera Utara
Tarif jarak dihitung berdasarkan jarak lintasan yang dilalui, mulai dari pelabuhan pemberangkatan sampai dengan pelabuhan tujuan dikalikan dengan tarif dasar. Sementara untuk mencari tarif dasar, digunakan rumus : Tarif dasar = Total biaya opersaional (tahun) / SUP (tahun) Tarif dasar dan tarif jarak untuk penumpang, kendaraan penumpang dan kendaraan barang beserta muatannya dihitung dengan cara berikut : a. Tarif dasar dihitung sebagai berikut : -
Menghitung biaya pokok berdasarkan Satuan Unit Produksi (SUP) per mil dengan faktor muat 60%.
-
Satuan unit produksi diperoleh berdasarkan satuan luas (m2) yang diperlukan 1 orang penumpang.
-
1 Satuan Unit Produksi = 0,73 m2
b. Biaya pokok dihitung untuk masing-masing kelompok jarak dan diperoleh dari hasil perhitungan didasarkan pada biaya operasi kendaraan per tahun dibagi produksi kapal per tahun dari tonnage kapal yang dioperasikan pada masing-masing jarak. c. Tarif jarak dihitung berdasarkan tarif dasar pada setiap kelompok jarak dikalikan jarak lintas yang bersangkutan. II.8.5 Angkutan kendaraan berdasarkan golongan Pembagian angkutan berdasarkan kendaraan menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 58 tahun 2003. -
Golongan I
: Sepeda.
-
Golongan II
: Sepeda motor dibawah 500 cc dan gerobak dorong.
-
Golongan III : Sepeda motor besar ( ≥ 500 cc ) dan kendaraan roda 3.
Universitas Sumatera Utara
-
Golongan IV : kendaraan bermotor seperti jeep, sedan, minicab, minibus, mikrolet, pick up, station wagon dengan panjang sampai dengan 5 meter dan sejenisnya.
-
Golongan V
: Kendaraan bermotor berupa bus, mobil barang (truk) /
tangki dengan ukuran panjang lebih dari 7 meter dan sejenisnya. -
Golongan VI : Kendaraan bermotor berupa bus, mobil barang (truk) / tangki dengan ukuran panjang lebih dari 7 meter sampai 10 meter dan sejenisnya, dan kereta penarik tanpa gandengan.
-
Golongan VII : Kendaraan bermotor berupa mobil barang (truk tronton) / tangki, kereta penarik beserta gandengan serta kendaraan alat berat dengan panjang lebih dari 10 meter sampai 12 meter dan sejenisnya.
-
Golongan VIII : Kendaraan bermotor berupa mobil barang (truk tronton) / tangki, kendaraan alat berat dan kereta penarik beserta gandengan dengan panjang lebih dari 12 meter dan sejenisnya.
Besaran SUP masing-masing kendaraan adalah sebagai berikut : -
Golongan I
: 1,5 SUP
-
Golongan II
: 2,8 SUP
-
Golongan III : 5,6 SUP
-
Golongan IV 1. Kendaraan penumpang beserta penumpangnya : 21,63 SUP 2. Kendaraan barang beserta muatannya
-
: 17,98 SUP
Golongan V 1. Kendaraan penumpang beserta penumpangnya : 37,39 SUP 2. Kendaraan barang beserta muatannya
: 31,55 SUP
Universitas Sumatera Utara
-
Golongan VI 1. Kendaraan penumpang beserta penumpangnya : 63,28 SUP 2. Kendaraan barang beserta muatannya
-
Golongan VII Kendaraan barang beserta muatannya
-
: 52,33 SUP
: 66,03 SUP
Golongan VIII Untuk barang dan muatannya
: 98,75 SUP
II.9 Biaya Operasional kendaraan (BOK) Salah satu kebijakan penentuan tarif adalah penentuan tarif berdasarkan biaya operasional. Penetapan tarif ini dilakukan dengan menghitung biaya operasi satuan yang dinyatakan per ton-kilometer untuk angkutan barang dan per penumpang-kilometer
untuk
angkutan
penumpang.
Untuk
memudahkan
perhitungan biaya operasi satuan ini, dibuat pengelompokkan biaya yang sesuai dengan sifatnya, yaitu biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost ), biaya umum (common cost), dan biaya khusus (special cost). Termasuk dalam kelompok biaya tetap, antara lain adalah biaya penyusutan kendaraan, bangunan dermaga, dan biaya tetap lainnya. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan bakar, tenaga kerja, asuransi, peralatan, dan biaya lain-lain yang erat hubungnnya dengan kegiatan operasi. Sedang biaya umum terdiri dari biaya yang tidak dapat dialokasikan ke tiap jasa angkutan yang terjadi karena adanya penggunaan fasilitas yang sama. Biaya khusus terjadi karena diberikan pelayanan khusus atas barang-barang dalam pengiriman. Biaya operasi kendaraan adalah biaya yang secara ekonomis terjadi karena dioperasikannya suatu kendaraan/armada pada kondisi normal untuk suatu tujuan
Universitas Sumatera Utara
tertentu (Sri Widari, 2010). Sesuai Standart Direktorat Perhubungan Darat RI, biaya operasi kendaraan (angkutan) dapat dibagi menjadi dua, Biaya langsung dan biaya tidak langsung. II.9.1 Biaya Tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang terjadi pada awal dioperasikannya suatu sistem angkutan umum. Dalam hal ini biaya tetap adalah capital cost yang tidak tergantung pada bagaimana sistem angkutan ini dioperasikan. Biaya tetap tergantung dari waktu dan tidak terpengaruh dengan penggunaan kendaraan. Beberapa dari biaya tetap mempunyai hubungan yang tetap dengan keberadaan kendaraan dengan kata lain, bahwa pemilik hanya dapat menghilangkan biaya ini dengan menjual kendaraannya; ada bagian lain dari biaya ini yang dapat dihindari dengan tidak mengoperasikan kendaraan dalam suatu jangka waktu tertentu. Komponen biaya dari biaya tetap berdasarkan Keputusan Menteri No. 58 Tahun 2003 adalah sebagai berikut : a. Biaya penyusutan (Depresiasi) Biaya penyusutan kapal atau yang dikenal sebagai depresiasi ini berhubungan dengan penurunan dalam nilai aktiva tahun lama, aktiva mana memberikan sumbangan bagi produksi yang meliputi beberapa unit atau siklus produksi. Besarnya nilai ini dapat dihitung : B. Dep = 1/An x Biaya Investasi
1/An =
𝑖𝑖 (1+𝑖𝑖)𝑛𝑛
(1+𝑖𝑖)𝑛𝑛 − 1
Universitas Sumatera Utara
Dimana : i = Tingkat suku bunga (10%) n = Umur KLM (20 tahun) b. Biaya repair maintenance dan supply (RMS) Biaya repair dan maintenance adalah biaya yang dikeluarkan kepada pihak luar yang melaksanakan pekerjaan repair dan maintenance kapal. Biaya yang termasuk supply dan perlengkapan meliputi perlengkapan geladak, suku cadang, inventaris kerja yang digunakan dikapal selain bahan bakar, air tawar, minyak pelumas atau gemuk dan konsumsi ABK atau sawi. Besarnya nilai RMS dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut : RMS = Docking + Suku Cadang Dimana : Docking = Biaya perawatan kapal per tahun (Rp) c.
Biaya Manajemen (BM) Biaya manajemen merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan
administrasi
dan
manajemen
yang
tidak
langsung
berhubungan dengan kapal, tetapi secara tidak langsung menunjang pengelolaan operasi kapal. Besarnya biaya adalah : BM =Administrasi Kapal + Biaya Telkom Dimana : Admin Kapal
= Biaya Administrasi per tahun (Rp)
Biaya Telkom
= Biaya komunikasi dengan pihak lain per tahun (Rp)
Universitas Sumatera Utara
II.9.2 Biaya Tidak Tetap atau Biaya Variable (Variable cost) Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat kendaraan beroperasi. Biaya ini tidak ada hubungannya dengan biaya untuk memiliki kendaraan atau biaya yang digunakan untuk mengurus ijin usaha angkutan. Biaya tidak tetap bisa juga disebut sebagai biaya variabel (variabel cost), karena biaya ini sangat bervariasi tergantung hasil yang diproduksi, seperti jarak tempuh atau jumlah penumpang atau barang yang diangkut. Di lain pihak, besar biaya tidak tetap sangat tergantung pada seberapa intens pemakaian atau pengoperasian sistem angkutan umum yang bersangkutan. a. Biaya anak buah kapal (ABK) Biaya ini adalah merupakan komposisi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak buah kapal. Besarnya upah tiap ABK tergantung dari jabatannya di kapal, adalah : BGABK = ∑(gaji ABK) x Trip b. Biaya perbekalan (B.Perb) Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan perbekalan ABK (konsumsi) selama di kapal (baik berlayar maupun tidak). Besarnya biaya ini adalah B. Perb = Jumlah ABK x Uang makan /hr/org x 365 hari c. Biaya pemakaian bahan bakar (BBM) Besarnya penggunaan bahan bakar tergantung kepada besaranya daya mesin penggerak (propulasi) kapal (HP) yaitu daya yang diperlukan untuk menggerakkan kapal dengan kecepatan tertentu pada kondisi pemindahan (displacement) perencanaan kapal. Komposisi pemakaian bahan bakar dikapal terdiri dari pemakian bahan bakar mesin penggerak kapal dan
Universitas Sumatera Utara
mesin bantu kapal untuk pemakaian tenaga seperti penerangan, pompapompa dan lain-lain. Besarnya biaya ini adalah ; BBMlaut = Jumlah BBM x Harga BBM x F Dimana : Fr = Frekuensi kapal/tahun d. Biaya minyak pelumas (BMP) Biaya yang dikeluarkan untuk membeli minyak pelumas yang digunakan oleh kapal, baik saat dipelabuhan maupun saat berlayar. Besarnya biaya pelumas yang dikeluarkan setiap tahun adalah ; BMP = Jumlah Minyak Pelumas x Harga Minyak Pelumas x Fr e. Biaya Air Tawar Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli air tawar yang digunakan di kapal baik saat di pelabuhan maupun saat berlayar. Besarnya biaya air tawar yang dikeluarkan setiap tahun adalah : BAT = Jumlah Air Tawar x Harga Air Tawar x Fr f. Biaya Labuh (BL) Biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan adanya kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut dan kunjungan ke pelabuhan. Besarnya biaya ini adalah : BL = Tarif Labuh/GT/Kunjungan x GT x Masa x 100% Dimana : Masa : tanggal 01 s/d 10 dihitung 1 masa, dan seterusnya (setiap kelipatan 10 hari dianggap 1 masa)
Universitas Sumatera Utara
g. Biaya Tambat (BT) Biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan kapal yang dilakukan kegiatan penambatan di pelabuhan. Besarnya biaya ini tergantung pada GRT kapal dan tarif serta lamanya kapal di dermaga. Besarnya biaya ini pertahun : BT = Tarif Tambat / GT / etmal x Jumlah Etmal x GT x 100% Dimana : Etmal
: jam 00.00 s/d 06.00 dihitung 0,25 etmal, dan seterusnya (setiap
kelipatan 6 jam dianggap 0,25 etmal).
Universitas Sumatera Utara