Kajian Persepsi Pengguna Angkutan Bus …..
(Desutama RBP)
KAJIAN PERSEPSI PENGGUNA ANGKUTAN BUS TERHADAP LAYANAN SHORTCUT JALUR KERETA API DI CILACAP Oleh: Desutama Rachmat Bugi Prayogo Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds.Ciwaruga Kotak pos 1234 Bdg 40012
[email protected] atau
[email protected]
ABSTRAK Mengacu kepada Rencana shortcut jalan KA dari Departemen Perhubungan antara Stasiun Lebeng – stasiun Kalisabuk ditujukan untuk meningkatkan efisiensi perjalanan KA dari sisi waktu sekaligus mengurangi kepadatan lintas kereta api di stasiun Maos. Untuk itu dilakukan kajian persepsi minat penumpang untuk menggunakan layanan moda kereta api. Survai stated preference digunakan untuk mengetahui
perilaku perjalanan terhadap layanan yang
memperpendek jarak tempuh antara Cilacap – Bandung. Variabel yang digunakan adalah besaran tarif sesuai tujuan dan intensitas perjalanan. Dari analisa data diperoleh persepsi minat responden untuk berpindah ke moda KA berada di kisaran 35% dari pengguna bus untuk bertransportasi dari dan ke Cilacap menuju wilayah Bandung.
POLBAN
Kata kunci: Shortcut, Jalan Kereta Api, Stated Preference, Persepsi
Refers to the plan of shortcut railway from the Department of Transportation between Stations Lebeng - station Kalisabuk intended to improve the efficiency of train trip in terms of time as well as reducing the density of rail traffic at the Maos station. For it was the study of perception interest of passengers to use the services of the railway mode. Survey stated preference is used to determine the travel behavior of the services that shorten the distance between Cilacap to Bandung. The variables used were the tariffs to the purpose and the intensity of the trip. From the analysis of the data obtained by the perception of interest respondents to switch to the mode of railway are in the range of 35% of bus users to transport from Cilacap to the Bandung area. Key words: shortcut, railway, stated preference, perception
1
TEDC Vol.6 No.3 September 2012 :106 - 112
Pendahuluan Kajian ini dikhususkan untuk memotret perilaku pengguna layanan transportasi darat yaitu pengguna bus jika diberikan layanan angkutan jalan rel yaitu kereta api dengan lokasi di kabupaten Cilacap. Dari data BPS Kabupaten Cilacap, kondisi sosioekonomi masyarakat Cilacap saat ini memiliki kecenderungan didominasi oleh pekerja di sektor non riil / TKW/TKI). Pergerakan yang terjadi di wilayah Kabupaten Cilacap yang terdiri dari 24 kecamatan sebagai pusat pergerakan dilayani sepenuhnya oleh intermoda angkutan darat yaitu jalan raya dan jalan rel. Untuk pergerakan intra Cilacap dan antar Cilacap ke kota lainnya, saat ini didominasi oleh angkutan jalan raya. Jenis moda yang digunakan adalah kendaraan kecil sebagai angkutan kota dan angkutan pedesaan, kendaraan bus untuk layanan AKDP dan AKAP. Hal ini dapat dibuktikan dengan penyediaan dan pertumbuhan terminal bus juga
b. pengembangan KA regional KA Kroya – Banjar c. pengembangan
frekuensi
KA
untuk
mendukung dry-port Jawa Tengah di Gombong dan Purwokerto dengan akses ke Pelabuhan Cilacap d. pengembangan frekuensi KA regional e. pengembangan sistem informasi KA
Mengacu kepada Rencana pembangunan shortcut
jalan
KA
dari
Departemen
Perhubungan yang menghubungkan antara Stasiun Lebeng – stasiun Kalisabuk secara garis besar ditujukan untuk meningkatkan efisiensi perjalanan KA dari sisi waktu sekaligus mengurangi kepadatan lintas KA di stasiun Maos, maka perlu dilakukan kajian persepsi minat penumpang untuk menggunakan layanan moda kereta api tersebut.
Studi Pustaka Data dari Dinas Perhubungan Cilacap,
sub terminal jauh lebih tinggi dibandingkan
2009
menyebutkan bahwa sarana Sarana
dengan
dan
perhubungan darat yang melayani aktivitas
peningkatan lintasnya. Pola pergerakan dari dan
penduduk di Kabupaten Cilacap untuk moda
ke Cilacap saat ini
jalan
POLBAN
perkembangan
dan
stasiun
KA
sedangkan untuk
raya
adalah
dari
jenis
mobil
angkutan jarak jauh seperti angkutan menuju
kecil/penumpang,
Jakarta, Bandung dan Surabaya dilayani oleh
AKDP dan Angkudes. Berikut ini daftar simpul
angkutan jalan rel.
angkutan darat di wilayah kajian yang berada di
Kabupaten Cilacap sesuai Tatralok tahun
2004
memiliki
empat
program
pengembangan transportasi khusus kereta api (KA) yaitu : a. pengembangan KA wisata Purwokerto – Cilacap
2
Kabupaten Cilacap :
bus kecil, bus AKAP,
Kajian Persepsi Pengguna Angkutan Bus Terhadap Layanan…
Tabel 1. Simpul Transportasi di Kab. Cilacap Saat ini penyediaan dan pertumbuhan terminal bus juga sub terminal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perkembangan stasiun KA dan peningkatan lintasnya. Tetapi pola pergerakan dari dan ke Cilacap untuk angkutan jarak jauh seperti menuju Jakarta, Bandung dan Surabaya masih didominasi oleh layanan angkutan jalan rel. Pola pergerakan dari Cilacap sendiri pada dasarnya menyebar ke tiga arah yang dapat dikatakan sebagai magnet utama yaitu Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Desutama
bagaimana reaksi terhadap suatu yang baru. Proses survai pada dasarnya adalah dengan mewawancarai
seorang
individu
dengan
pertanyaan untuk mengindikasi pilihannya diantara atribut-atribut dari kombinasi yang tersedia. Pada kajian ini, Survai stated preference ini digunakan untuk mengetahui
perilaku
perjalanan terhadap introduksi suatu fasilitas transportasi baru dalam hal ini dengan adanya shortcut
Lebeng
–
Kalisabuk
yang
memperpendek jarak jalan kereta api antara Cilacap – Bandung. Survai ini dilakukan untuk mengetahui tingkat tarif yang dianggap wajar oleh pengguna dan juga arah/tujuan, intensitas perjalanan dan data teknik lainnya yang diperlukan utnuk analisis. Metoda survai dilakukan dengan teknik wawancara kepada responden mengisi
mengunakan formulir
formulir.
tersebut,
Selama responden
didampingi oleh pewawancara. Diakhir analisis dari data stated preference adalah diketahuinya karakteristik dan minat calon pengguna bus
POLBAN
untuk melakukan perpindahan moda ke kereta
Metodologi Untuk
mengetahui
persepsi
calon
penumpang tersebut digunakan survai Stated Preference.
Stated
preference
berarti
pernyataan preferensi tentang suatu alternative yang
lain
dalam
menentukan
alternative
api. Papacostas (1987) menyatakan bahwa perilaku pelaku perjalanan dalam memillih moda angkutan ditentukan oleh 3 faktor yaitu karakteristik pelaku perjalanan, karakteristik perjalanan dan karakteristik sistem transportasi.
rancangan yang terbaik dalam analisis potensi demand suatu rancangan moda transportasi baru. Teknik stated preference berasal dari
Analisa dan Pembahasan 1. Pola Transportasi Saat Ini
ilmu psikologi matematika. Teknik ini secara
Bila ditinjau dari pelayanan yang ada
luas dipergunakan dalam bidang transportasi
saat ini, untuk pergerakan kearah Barat
untuk
pemilihan
(kota Bandung dan Jakarta) hanya dilayani
moda perjalanan yang belum ada atau melihat
oleh 2 rute layanan AKAP dengan melewati
mengukur/memperkirakan
TEDC Vol.6 No.3 September 2012 :106 - 112
kota Banjar tujuan Bandung dan Jakarta dari Tabel 2
9 rute yang disediakan. Saat ini pelayanan rute tersebut dikelola oleh PO. Budiman,
Daftar Layanan KA dari dan ke Stasiun Cilacap KA /no
Rute
Doa Ibu, dan beberapa PO lainnya. Berikut
Tarif , Rp
Kiara Condong – Banjar-Meluwung-Cipari-SidarejaKutojaya Selatan no.
Gd.Mangun-Kawung Anten-Maos-Kroya-Sumpyuh-
18.000 –
ini adalah titik-titik yang dihubungkan oleh
KA . 173 & 174
Gombong-Karang Anyar-Kebumen-Kutowinagun-
21.000
rute tersebut kaitannya dengan pelayanan
Pasundan no. KA . 149
Kutoarjo pp
& 150
Serayu I,II,II, IV no. KA . 169,170,171 & 172
short cut Stasiun Lebeng-Stasiun Kali Sabuk
21.000 –
Anten-Lebeng- Maos-Kroya –Gombong-Kebumen-
41.000
Kutowinagun-Kutoarjo-Gubeng pp
pergerakan ke arah Barat yang akan dikompetisikan dengan layanan KA jika
Kiara Condong –Cipari-Sidareja-Gd.Mangun-Kawung
Jakarta Kota – Banjar- Langen-Meluwung-CipariSidareja-Gd.Mangun-Kawung Anten-Jeruk Legi-
20.500 –
Lebeng- Maos-Sikampuh-Kroya pp ; via Bandung-
27.000
Tasikmalaya
Pnp Ekonomi no. KA . 933&934
20.500 –
Cilacap – Gumilir – Karang Kandri – Maos – Kroya
27.000
akan dibuka dengan diikuti dengan layanan jadwal KA dari Banjar – Cilacap pp.
Dari Tabel 2 diatas,
tampak
bahwa
penumpang kereta api dari Cilacap jika akan menuju Bandung atau Jakarta harus melewati Stasiun Maos terlebih dahulu. Kondisi ini berlaku untuk tiap arah pergerakan, artinya jika penumpang dari Bandung atau Jakarta akan menuju kota Cilacap, maka ia harus turun di Stasiun Maos dan kemudian melanjutkan perjalanan ke tujuan dengan KA ekonomi atau menggunakan moda lainnya seperti bus AKDP Gambar 1
atau moda angkutan jalan raya lainnya.
Rute Bus Ke/Dari Kota Cilacap Menuju Wilayah Barat
Dalam pelayanan sehari-hari , Stasiun
POLBAN
Cilacap saat hanya melayani 2 lintas KA
Untuk layanan pergerakan para pemerjalan menggunakan layanan kereta api sampai saat ini pergerakan dari Barat ke Timur yang dapat
diakses oleh penduduk kota Cilacap hanya dilayani oleh empat layanan KA yaitu Kutojaya Selatan, Pasundan, Serayu dan satu layanan KA penumpang ekonomi Cilacap-Kroya pp.
penumpang dalam 24 jam yaitu KA pnp no. 933 dan 934 dengan okupansi yang sangat kecil walaupun berada dalam lintas cabang sirip Jawa. Untuk pelayanan angkutan barang dalam hal ini adalah angkutan ketel aftur menuju Stasiun Rewulu dari hasil wawancara dengan pihak
Kepala
Stasiun
Cilacap,
saat
ini
permintaan sangat kecil dan berada dibawah prediksi layanan yang direncanakan. Di stasiun Cilacap saat ini terdapat 2 ekspedisi angkutan barang (PT. Herona express dan PT. Adicon Multi Pertiwi) tetapi tidak menggunakan jasa 4
Kajian Persepsi Pengguna Angkutan Bus Terhadap Layanan…
layanan kereta api dalam mengangkut barangnya. Mereka menggunakan jasa mobil pick up yang secara kontinyu mengambil barang hantaran dari lokasi kantor cabang ekspedisi mereka. Kondisi pergerakan di Cilacap 2. Kondisi pergerakan di wilayah Cilacap saat ini dapat dikategorikan cukup sulit. Hal ini selain disebabkan posisi Cilacap terhadap lintas Selatan Jawa maupun terhadap lintas utama kereta api. Untuk itu dalam tujuan mengetahui kondisi pergerakan di wilayah studi ini, langkah awal adalah melihat wajah layanan yang kemudian dilanjutkan dengan langkah prediksi dengan melakukan analisa terhadap besarnya bangkitan perjalanan yang akan menunjukkan jumlah orang yang melakukan perjalanan di daerah studi. Besaran bangkitan dan tarikan perjalanan ini akan digunakan sebagai dasar pembebanan perjalanan pada wilayah studi ini, sebagai contoh yang diambil dari studi terdahulu dalam Tatralok Kabupaten Cilacap, pada tahun 2006 besarnya bangkitan
Desutama
selengkapnya ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut. Tabel 3 Proporsi Penggunaan Moda Jalan Raya di Kab. Cilacap
Pada kajian ini, area peninjauan hanya sebatas daerah beberapa kecamatan yang terpengaruh atau mempengaruhi pergerakan baik intra maupun antar seperti tampak pada Gambar 2. Langkah ini perlu dilakukan untuk melihat
sejauhmana
kekuatan
transportasi saat ini mendukung kebutuhan pergerakan di wilayah Kabupaten Cilacap. Dari kondisi tersebut maka dapat diketahui sampai sejauh mana sinergi antara moda jalan raya – moda jalan rel yang telah terjadi.
dan tarikan perjalanan moda darat yang terjadi
POLBAN
antara 24 kecamatan dalam zona internal dan
10 zona eksternal di wilayah Kabupaten Cilacap. Berdasarkan hasil survey volume lalu lintas dalam Tatralok Kabupaten Cilacap tahun 2006, menunjukkan penggunaan Gambaran
bahwa moda tersebut
kecenderungan
kendaraan
penumpang.
menunjukkan
bahwa
perjalanan di lokasi studi ini paling banyak dilakukan
menggunakan
moda
kendaraan
penumpang dengan jenis kendaraan pribadi dari keseluruhan perjalanan yang terjadi. Hasil
layanan
Gambar 2 Pola Layanan Moda Transportasi
TEDC Vol.6 No.3 September 2012 :106 - 112
Jika ditinjau dari minat perjalanan sesuai data tujuan dan rute angkutan saat ini yang berjalan di wilayah Cilacap, perjalanan tampak merata untuk perjalanan dengan menggunakan moda bus yang dilayani oleh 9 rute dari dan ke Cilacap. Hal ini tampak dari perimbangan pelayanan angkutan penumpang dari Cilacap menuju Solo, Yogyakarta, Banjar, Bandung dan Jakarta masing-masing sebesar 22,2% dan 11,1% menuju Pangandaran. Untuk perjalanan dengan menggunakan moda angkutan KA saat ini hanya tersedia satu layanan KA penumpang ekonomi dengan 1 kali pemberangkatan dalan jam dengan tujuan Cilacap-Kroya pp. Untuk 24 pemerjalan yang menggunakan moda KA dari ke Cilacap dengan tujuan Banjar, Bandung dan atau Jakarta saat ini harus menggunakan 3 layanan KA penumpang . Tetapi penumpang harus berhenti dulu di stasiun cabang seperti Lebeng, Kasugihan, Maos ataupun Kroya untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Cilacap dengan pilihan moda angkutan KA penumpang ekonomi atau moda bus AKDP
ataupun moda angkutan kecil lainnya seperti
pengguna dilakukan dengan bantuan survey Stated Preference dimana dalam survey ini ditekankan kepada kebutuhan atas data kajian minat dan permintaan perjalanan dengan tujuan melihat
potensi
produksi
pergerakan
penumpang dan barang jika diberikan fasilitas prasarana short cut jalan rel kereta api antara stasiun Lebeng – Stasiun Kali Sabuk di wilayah Kabupaten Cilacap dalam bentuk potensi persepsi / kemauan berpindahnya pengguna transportasi dari moda eksisting ke moda kereta api. Hal
ini
dapat
dibuktikan
dengan
penyediaan dan pertumbuhan terminal bus juga sub terminal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
perkembangan
stasiun
KA
dan
peningkatan lintasnya. Pola pergerakan dari dan ke Cilacap saat ini
dan
sedangkan untuk
angkutan jarak jauh seperti angkutan menuju Jakarta, Bandung dan Surabaya dilayani oleh angkutan jalan rel. Untuk
mengetahui
minat
perpindahan
moda , maka dibangun beberapa konfigurasi
POLBAN
atribut yang ditawarkan dalam memfasilitasi
angkudes.
pergerakan ke arah wilayah Barat yaitu Banjar/Ciamis/Bandung
3. Analisa Minat Perpindahan ke Moda
yang
akan
menggunakan trase shortcut Lebeng-Kalisabuk. Maka kepada calon pengguna moda kereta api
Kereta Api
dalam survey stated preference ini diberikan Pada tahapan ini dilakukan kajian minat potensial user (pengguna layanan transportasi yang potensial) dari penawaran diadakannya trase shortcut Lebeng – Kalisabuk yang secara langsung menghubungkan pergerakan ke arah wilayah
Barat
menjadi
lebih
mudah
dibandingkan saat ini. Kajian minat calo 6
variasi pilihan layanan moda KA kelas Ekonomi
komuter
yang
terkait
dengan
hubungan atribut tarif vs waktu. Dengan harapan
akan
terjadi
reaksi
minat
berpindah/splitting yang positif dari moda eksisting (bus)
ke moda KA sehingga
Kajian Persepsi Pengguna Angkutan Bus Terhadap Layanan…
menghasilkan beberapa persepsi terhadap konfigurasi yang ditawarkan yaitu : Tabel 4 Konfigurasi Pilihan Persepsi Layanan KA resume Dari hasil analisa, diperoleh sebagai persepsi reponden atas kinerja layanan moda kereta api berupa minat yang dibagi menjadi beberapa kategori yaitu kategori umur calon, besarnya pendapatan perbulan terhadap rute yang ditawarkan pada calon pengguna potensial sebagai berikut :
Desutama
Gambar 3 Persepsi Calon Penumpang Usia 20-30 tahun
Dari tampilan grafik diatas tampak bahwa minat calon pengguna dengan rentang usia 2030 tahun dengan variasi besar pendapatan perbulan
(rentang
Rp.1.000.000,-)
Rp.500.000,-
memiliki
peluang
s.d untuk
berpindah ke moda KA sekitar 30% . Untuk calon pengguna dengan besar pendapatan Rp. 1.000.000,- s.d Rp. 2.500.000,- per bulannya memiliki peluang untuk berpindah di kisaran yang sama yaitu sekitar 30%.
POLBAN
TEDC Vol.6 No.3 September 2012 :106 - 112
Gambar 4 Persepsi Calon Penumpang Usia 30-40 tahun Dari tampilan grafik diatas tampak bahwa minat calon pengguna dengan rentang usia yang lebih tua yaitu 30-40 tahun dengan variasi besar pendapatan perbulan (rentang Rp.500.000,s.d Rp.1.000.000,-) memiliki peluang untuk berpindah ke moda KA sekitar 39,5% . Untuk calon pengguna dengan besar pendapatan Rp. 1.000.000,- s.d Rp. 2.500.000, per bulannya memiliki peluang untuk berpindah di kisaran yang lebih rendah yaitu sekitar 36,5%.
cepat.
Secara rata-rata,
layanan bus yang selama ini digunakan untuk bertransportasi dari Cilacap ke arah Barat pp untuk berpindah moda dari bus ke KA berada di kisaran 35 % , walaupun dengan variasi pilihan atribut ternyata masih belum dapat memberikan nilai willingness to travel yang akan
memberikan
nilai
kepuasan
akan
perjalanan yang berdampak pada peningkatan minat untuk pindah ke moda KA . Sebagai contoh, dominasi penggunaan motor khususnya untuk angkutan jarak pendek-menengah dengan kisaran kurang dari 50 km perhari per arah pergerakan masih memberikan nilai willingness to travel lebih tinggi dibanding moda KA. Hal ini dapat dimengerti sebab sepeda motor memiliki atribut mobilitas tinggi, kecepatan tempuh yang memadai dan BOK yang relatif dapat terjangkau untuk pengguna dengan besar pendapatan kurang dari Rp. 500.000,- per bulan dan kisaran pengeluaran untuk beperjalanan kurang dari Rp. 500.000,- per bulan. Untuk pengguna angkutan umum, yaitu bis
POLBAN
Dari kondisi persepsi diatas, dapat ditarik
minat pengguna
penumpang tampak fenomena yang agak lain.
hipotesa bahwa atribut tarif dan waktu jika
Tampak
dikaitkan dengan sifat layanan kereta api kelas
menggunakan angkutan publik atau umum akan
ekonomi komuter ( 2 kali layanan lintas per hari yaitu pagi dan sore hari ) yang akan melayani Bandung – Cilacap via shortcut, memberikan informasi bahwa kecenderungan pengguna masih akan tetap menggunakan moda transportasi eksisting sangat tinggi untuk
pengguna
bus
sudah
terbiasa
lebih elastis menerima layanan kereta api ini. Tampak dari gambar bahwa untuk pilihan A memberikan hasil sekitar 55% responden mau berpindah moda ke kereta api. Akan tetapi jika pilihan diarahkan ke tarif mahal dan waktu tempuh yang lambat, maka pilihan bus akan
pengguna dengan rentang usia 20-30 tahun.
kembali
Tetapi
menyisakan sekitar 35% pengguna yang masih
kondisi
sebaliknya
terjadi
untuk
penguna dengan rentang usia 30-40 tahun yang sangat positif untuk berpindah moda jika diberikan atribut tarif murah dan waktu tempuh 8
pilihan
utama
kembali,
dengan
tetap memilih angkutan kereta api untuk lintas Cilacap – Banjar/Bandung.
Kajian Persepsi Pengguna Angkutan Bus Terhadap Layanan…
Dari beberapa tampilan analisa diatas disimpulkan bahwa responden angkutan penumpang yang akan menggunakan layanan moda kereta api, sangat menginginkan tarif kereta api ekonomi dengan tarif yang murah (tarif terjangkau) dengan waktu tempuh yang pendek dibarengi dengan kualitas pelayanan yang prima. Jika kondisi ini tidak dapat diberikan oleh layanan moda kereta api maka bukan tidak mungkin pengguna akan kembali menggunakan moda lamanya di kemudian hari. Dari data stated preference yang dianalisa, tampak bahwa keputusan pelaku perjalanan, khususnya pelaku perjalanan angkutan dengan moda KA) yang selama ini menggunakan layanan dengan moda kendaraan jalan raya yaitu bus AKDP dan AKAP (berada di kisaran 4% dari total pergerakan di jalan raya) yang telah dikondisikan cukup lama dan memiliki tingkat layanan yang cukup baik tampak dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari layanan moda baru yang ditawarkan (moda
Desutama
pelaku perjalanan yang memiliki elastisitas minimal
terhadap perubahan yang terjadi.
Kondisi ini diidealisasikan dengan pilihan layanan moda KA terakhir yaitu pilihan F .
Kesimpulan Mengacu kepada hasil analisa persepsi responden
angkutan
penumpang
tawaran layanan moda kereta api di wilayah Kabupaten Cilacap, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perjalanan wilayah
dengan studi
memiliki
moda
KA
di
kabupaten
Cilacap,
kecenderungan
untuk
perjalanan jarak jauh akan memiliki elastisitas
yang
lebih
tinggi
dibandingkan perjalanan jarak dekat. 2.
Dihipotesakan bahwa untuk perjalanan jarak dekat maka pengaruh moda kompetitor yaitu moda jalan darat selain moda KA akan lebih dipilih oleh pelaku perjalanan.
3. Alasan faktor kemudahan, frekuensi,
KA).
biaya transportasi dan waktu perjalanan
POLBAN
Dalam studi ini, besarnya permintaan perjalanan dengan menggunakan moda KA
dapat dilihat dari persepsi responden yang sangat
terhadap
potensial
pelayanan
untuk
jika
diberikan
perjalanan
KA.
variasi Variasi
tersebut diberikan mulai dari pelayanan handal (tarif murah, waktu tempuh cepat) sampai pilihan buruk (tarif mahal, waktu tempuh mahal). Dalam studi ini diambil asumsi dasar bahwa pengguna angkutan
KA yang paling
potensial adalah pelaku perjalanan yang tidak terpengaruh dengan variasi tersebut, dengan kata lain pengguna layanan moda KA adalah
yang
lebih
fleksibel
akan
sangat
menjadikan moda kompetitor (moda jalan raya) selain moda KA menjadi pilihan yang sangat utama.
4. Dari analisa data minat berbasis Stated Preferenced , diperoleh keinginan atau minat calon pengguna yang positif berpindah ke moda KA berada di kisaran 35% dari pengguna bus untuk bertransportasi dari dan ke Cilacap menuju wilayah Banjar/Bandung.
TEDC Vol.6 No.3 September 2012 :106 - 112
Daftar Pustaka Pemerintah Kabupaten Cilacap, “Tatralok Kabupaten Cilacap 2004”, Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah, 2004. - , Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, Kementerian Negara Republik Indonesia. - , Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, Kementerian Negara Republik Indonesia. , Peraturan Presiden No. 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Keretaapi, Kementerian Negara Republik Indonesia. - , Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, Kementerian Negara Republik Indonesia. - Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 19 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia -
Peraturan
Menteri
Perhubungan
POLBAN
Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
10