STUD/ PERSEPS/ PENGGUNA TERHADAP ATRIBUT PEL4YANAN ANGKUTAN KOTA DENPASAR Kondisi yang terjadi di Kota Denpasar dalam hal penggunaan angkutan umum sangatlah memprihatinkan. Pada tahun 1998 berdasarkan wawancara pada 2.686 rumah tangga , penggunaan angkutan umum hanya sekitar 6,3% dari perjalanan yang dilakukan dengan kendaraan bermotor. Perjalanan masyarakat Kota Denpasar didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor (52,1%). Apabila kondisi ini dibiarkan berkembang tanpa ada usaha untuk meningkatkan pemanfaatan angkutan umum terutama angkutan kota maka akan memperumit masalah kepadatan lalu lintas terutama di kawasan pusat kota . Sedikitnya pemanfaatan angkutan kota di Kota Denpasar salah satunya disebabkan karena buruknya persepsi masyarakat terhadap atribut pelayanan dari angkutan kota itu sendiri. Untuk dapat meningkatkan pemanfaatan angkutan kota di Kota Denpasar periu dilakukan perbaikan terhadap sistem pelayanan angkutan kota tersebut. Langkah pertama dalam memperbaiki sistem pelayanan angkutan kota adalah dengan melakukan analisis terhadap sistem pelayanan angkutan kota yang ada saat ini. Hal yang terpenting adalah analisis terhadap atribut pelayanan angkutan kota dari sisi persepsi pengguna sebagai konsumen (sisi permintaan), sebab mereka merupakan pihak yang merasakan secara langsung jika terjadi perubahan pada tingkat pelayanan angkutan kota . Analisis terhadap persepsi pengguna dilakukan pada atribut-atribut pelayanan angkutan kota seperti waktu tunggu (waktu tunggu untuk mendapatkan angkutan kota dan waktu tunggu keberangkatan), lama perjalanan, keandalan, tarif, kenyamanan, dan keamanan . Dari studi ini diperoleh hasil bahwa persepsi pars pengguna terhadap atribut pelayanan angkutan kota di Kota Denpasar adalah kurang balk untuk hampir semua atribut pelayanan kecuali pada atribut keamanan. Atribut keamanan pada angkutan kota di Kota Denpasar sudah dirasakan baik oleh pengguna, dimana sekitar 51% pengguna mengemukakan bahwa pada angkutan kota jarang terjadi kejahatan dan bahkan 40% pengguna mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengalami tindak kejahatan apa pun ketika menggunakan angkutan kota . Persepsi yang berbeda ditemukan pada atribut pelayanan yang lain, yaitu : - Atribut waktu tunggu secara keseluruhan (balk itu waktu tunggu mendapatkan angkutan kota maupun waktu tunggu keberangkatan), diketahui bahwa kurang lebih 70% dari pengguna mengatakan tidak puas dan kurang puas dengan waktu tunggu yang mereka butuhkan sekarang . - Atribut lama perjalanan, 70% pengguna mengatakan jika perjalanan yang mereka lakukan dengan menggunakan angkutan kota dirasakan kurang cepat dan 31% dari mereka menganggap jika lama perjalanan tersebut kurang sesuai. - Atribut keandalan, 61% pengguna mengatakan jika angkutan kota di Kota Denpasar tidak se/alu tersedia . - Atribut tarif, sebagian besar dari pengguna memiliki persepsi jika tarif yang diberlakukan scat ini masih terlalu mahal dan apabila dibandingkan dengan pelayanan yang diterima maka 32% mengatakan jika hal tersebut tidak sesuai . - Atribut kenyamanan, diketahui jika 42% pengguna yang disurvei mengatakan jika mereka kurang nyaman se/ama perjalanan dengan menggunakan angkutan kota dan 22% lainnya bahkan mengatakan jika mereka merasa tidak nyaman . Setelah dilakukan penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka diperoleh beberapa trayek angkutan kota di Kota Denpasar yang memiliki permasalahan pada atribut pelayanannya menurut persepsi pengguna . Adapun hasilnya adalah sebagai berikut : - Ada sebanyak 4 trayek (dari 12 trayek yang dibahas) di Kota Denpasar yang penggunanya memiliki persepsi yang buruk terhadap waktu tunggu untuk mendapatkan
angkutan kota dengan faktor penyebab pelayanan trayek terikat pada terminal dimana angkutan kota lebih sering berada di terminal. - Trayek yang memiliki lama perjalanan yang tidak sesuai ada sebanyak 4 trayek dengan penyebab kecepatan kendaraan rata-rata/rit yang rendah akibat lintasan trayeknya melalui pusat kota yang rawan akan kemacetan . - Trayek yang menurut persepsi penggunanya memiliki keandalan yang rendah terdapat pada 7 trayek. 6 trayek yang berbasis terminal disebabkan oleh armada dominan berada di terminal dibandingkan memberikan pelayanan kepada pengguna di sepanjang lintasan trayek, sedangkan satu lagi pada trayek yang tidak berbasis terminal (trayek Suci - Pesanggaran - Benoa ) memiliki keandalan rendah karena frekuensi kedatangannya rendah akibat kecepatan kendaraan rata-rata/rit rendah . - Atribut tarif dirasakan terlalu mahai oleh pengguna pada hampir setiap trayek karena tarif seragam yang diberlakukan dirasakan sangat memberatkan pengguna angkutan kota Denpasar yang jarak tempuh perjalanannya relatif tidak terlalu jauh . Rekomendasi mikro yang diusulkan pada studi ini lebih mengarah pada penyelesaian permasalahan yang dialami trayek-trayek tertentu berdasarkan persepsi penggunanya, antara lain : - Untuk trayek yang memiliki permasalahan pada atribut waktu tunggu untuk mendapatkan angkutan kota dan atribut keandalan, solusi yang diusulkan adalah diberlakukannya headway keberangkatan angkutan kota atau pembatasan waktu antri di terminal. - Untuk trayek yang memiliki permasalahan dengan lama perjalanan , solusi yang diusulkan adalah dibuatkan lajur khusus untuk angkutan kota pada ruas-ruas jalan dan persimpangan dengan tingkat kemacetan yang tinggi sehingga akan meningkatkan waktu tempuh dan kecepatan rata-rata angkutan kota . - Untuk mengatasi permasalahan tarif, solusi yang diusulkan adalah penetapan tarif yang dilakukan secara proporsional dengan melihat kemampuan membayar dari pemakai angkutan kota dan biaya operasi yang ditanggung operator/pemilik kendaraan sehingga akan mendorong terciptanya penggunaan angkutan kota secara maksimal.
vii