perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERILAKU DAN EKSPEKTASI PENGGUNA BUS BATIK SOLO TRANS (BST) BERDASARKAN PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN JASA
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
PINRIH PUTRI RAHSA JATI I1309021
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perusahaan harus dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan agar tercipta kepuasan konsumen dan persepsi yang baik terhadap perusahaan. Dengan adanya kepuasan konsumen maka konsumen tidak hanya akan membeli kembali barang atau jasa perusahaan, tetapi mereka diharapkan dapat melaksanakan wordof-mouth communication (rekomendasi dari mulut ke mulut) kepada konsumen lain mengenai pelayanan yang pernah diterima. Kepuasan konsumen dapat tercipta jika produk atau jasa perusahaan sesuai dengan harapan konsumen. Konsumen yang merasa puas akan memberi keuntungan tersendiri bagi perusahaan, karena akan memberitahukannya kepada pihak lain tentang pengalaman yang menyenangkan mengenai produk maupun pelayanan yang pernah diterima. Pengalaman dan penilaian seseorang inilah yang melandasi terbentuknya persepsi seseorang terhadap suatu produk atau jasa. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan perilaku pembelian yang berbeda pula. Setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal dapat mempengaruhi pandangan dan persepsi seseorang. Perilaku seseorang kemudian dipengaruhi oleh persepsi ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia terbuka terhadap sejumlah stimuli yang sangat banyak. Karena itu pemasar harus merancang sesuatu untuk menarik perhatian konsumen. Hal ini berlaku pula pada industri jasa pelayanan transportasi. Di Surakarta kondisi dan pelayanan angkutan umum dalam kota saat ini dinilai buruk. Penyebabnya kinerja bus perkotaan yang terus menurun. Hal ini ditandai dengan load factor bus perkotaan yang berada pada kisaran cukup rendah yaitu sebesar 27,22% (Dinas Perhubungan Surakarta, 2007). Load factor merupakan prosentase banyaknya penumpang yang diangkut sekali perjalanan. Hal ini berarti bahwa jumlah penumpang bus perkotaan rendah. Rendahnya jumlah penumpang disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah menurunnya kualitas pelayanan angkutan umum dan fasilitas angkutan umum
commit to user I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang belum memadai. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasi sehari-hari. Pemerintah Kota Surakarta kemudian mengoperasikan Bus Rapid Transit (BRT) sebagai alternatif baru angkutan umum dalam kota yang lebih baik. Bus Rapid Transit (BRT) merupakan sebuah sistem transportasi publik yang inovatif, berkapasitas tinggi, dan harga terjangkau yang dapat meningkatkan mobilitas masyarakat. Sistem ini menggunakan bus pada jalur khusus untuk mengantarkan penumpang ke tujuan secara cepat dan efisien. Sistem BRT dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Program BRT dengan nama Batik Solo Trans (BST) mempunyai tujuan antara lain yaitu memperbaiki sistem angkutan umum; meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan sistem transportasi yang aman, nyaman, dan handal; menciptakan sistem transportasi dengan pelayanan yang terjadwal dengan baik. Pengoperasian bus diserahkan kepada Perum DAMRI dan mulai beroperasi pada bulan September 2010 dengan 15 armada bus. BST menggunakan rute perjalanan jalur A yaitu jalur lama yang dulunya dilewati Bus Kota DAMRI. Jalur ini merupakan koridor pertama BST memiliki 35 halte permanen dan 16 halte portabel. Deskripsi BST yaitu bus ukuran sedang berwarna dasar biru dengan corak batik sido mukti khas Kota Surakarta. Kapasitas bus 22 orang duduk (termasuk pengemudi) dan 21 orang berdiri. Batik Solo Trans beroperasi mulai pukul 05.00 – 18.00 WIB. Tarif untuk masyarakat umum Rp. 3.000,00 dan untuk pelajar Rp. 1.500,00. Pembayaran dapat dilakukan secara manual atau dengan uang kontan maupun dengan smart card. Bus ini hanya berhenti di halte-halte khusus yang telah disediakan. Batik Solo Trans diharapkan menjadi alat transportasi yang digemari masyarakat karena keefisienan, keamanan, dan kenyamanannya. Beroperasinya BST
diharapkan
mampu
meningkatkan
keminatan
masyarakat
untuk
menggunakan angkutan umum. Namun dari waktu ke waktu jumlah penumpang BST tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini terlihat pada grafik di bawah ini.
commit to user I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fluktuasi Jumlah Penumpang BST
Nov-11
Sep-11
Okt 2011
Agt 2011
Jun-11
Juli 2011
Mei-11
Apr-11
Feb-11
Maret -11
Jan-11
Nov-10
Des 2010
Sep-10
Okt 2010
Jumlah Penumpang
80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
Periode
Gambar 1.1. Grafik Fluktuasi Jumlah Penumpang BST Selain itu juga terlihat dari load factor BST yang saat ini hanya berkisar 70% yaitu 15 orang dalam setiap perjalanan, sedangkan load factor yang diharapkan ialah 200%. Hal ini berarti bahwa BST harus mengangkut 21 orang penumpang duduk dan 21 orang penumpang berdiri setiap kali beroperasi. Dengan kata lain BST harus meningkatkan jumlah penumpangnya (Joglosemar, 2011). Usaha-usaha telah dilakukan oleh pengelola BST untuk meningkatkan jumlah penumpang. Diantaranya dengan membangun sejumlah halte tambahan. Hal ini untuk memenuhi harapan konsumen yang tidak suka berjalan jauh untuk mencapai halte BST. Namun penambahan jumlah halte ini pun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap kenaikan jumlah penumpang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu studi untuk mengetahui perilaku konsumen berdasarkan persepsi mengenai pengoperasian dan pelayanan yang telah diberikan BST. Hal ini perlu dilakukan agar BST dapat melakukan perbaikan pada aspek-aspek tertentu jika memang diperlukan. 1.2.
Perumusan Masalah Dari uraian di atas terlihat perlunya studi mengenai perilaku konsumen
BST agar dapat diketahui aspek-aspek mana yang sudah dianggap baik maupun yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu perumusan masalah dalam penelitian ini
commit to user I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah bagaimana perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi terhadap pelayanan. 1.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
menganalisis perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi terhadap pelayanan yang diberikan. 1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi terhadap pelayanan yang diberikan. 2. Dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan-perbaikan dalam sistem pelayanan maupun pengoperasian BST. 3. Dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi BST maupun pengambilan kebijakan bagi pengelola BST. 1.5.
Batasan Masalah Penelitian ini hanya mengkaji persepsi konsumen terhadap pelayanan yang
diberikan BST sebagai dasar analisis perilaku dan tidak merancang atau menentukan strategi pemasaran. 1.6.
Asumsi Penelitian Tidak ada perbaikan maupun pengembangan terhadap sistem BST selama
penelitian berlangsung. 1.7.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan
penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan, sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang dipakai untuk mendukung penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara
commit to user I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teoritis. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, pengumpulan data sampai dengan pengolahan data dan analisis.
BAB IV
: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data dan informasi yang diperlukan untuk menganalisis permasalahan, kemudian dilakukan pengolahan data secara bertahap berdasarkan metodologi yang telah ditentukan.
BAB V
: ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
BAB VI
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian.
commit to user I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Sistem Transportasi Sistem transportasi merupakan kesatuan atas elemen-elemen prasarana
fisik, sarana angkutan, sistem operasi, dan sistem manajemen yang saling berinteraksi dalam mencapai terciptanya perpindahan objek fisik (manusia dan barang) dari suatu tempat asal ke tempat tujuan (Manheim, 1979). Objek fisik yaitu manusia dan barang dan sarana angkutan merupakan komponen utama terciptanya sistem transportasi. Sedangkan sistem manajemen dan sistem operasi merupakan komponen pendukung. Dalam memilih jasa transportasi konsumen memiliki berbagai rangkaian proses, di antaranya adalah evaluasi terhadap setiap alternatif pada atribut-atribut pelayanan moda transportasi yang bersangkutan. Atribut pelayanan transportasi mempengaruhi keputusan pengguna jasa angkutan (seperti: kapan, kemana, untuk apa, dengan moda apa, dengan rute mana) melakukan perjalanan. 2.2.
Persepsi Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan persepsi sebagai cara orang
memandang dunia. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal seseorang. Persepsi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi stimulus ke dalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimulus merupakan setiap input yang dapat ditangkap oleh indra, seperti produk, kemasan, iklan, harga, dan lain-lain (Simamora, 2007). Pada waktu seseorang ingin membeli suatu produk baru, sebetulnya ia merespon persepsinya tentang produk tersebut dan bukan produk itu sendiri. Sangat penting bagi para pemasar dan produsen untuk memahami persepsi konsumen (Prasetijo dan Ihalauw, 2005). Persepsi dapat juga diartikan sebagai pandangan terhadap pelayanan yang telah diterima oleh konsumen. Persepsi konsumen tentang pelayanan dapat
commit to user II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbeda dari kenyataannya karena konsumen tidak mengetahui semua fakta yang ada, atau telah salah menginterpretasikan fakta tersebut. Stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Seseorang merasakan bentuk, warna, aroma dan rasa dari stimuli. Perilaku seseorang kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi ini. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbedabeda karena persepsi bersifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. 2.3.
Perilaku Konsumen Perilaku diartikan sebagai aktivitas manusia berupa tindakan-tindakan
memberi reaksi terhadap rangsangan (stimulus) yang diterimanya, yang dapat berasal dari luar (lingkungan) atau dari dalam diri manusia itu sendiri. Menurut Engel et.al (1994) perilaku konsumen merupakan tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan tersebut. Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005) ada sejumlah alasan mendasar mengapa perilaku konsumen dipelajari, yaitu : •
Konsumen dan perilakunya (terutama perilaku membeli) merupakan wujud kekuatan tawar yang merupakan salah satu kekuatan kompetitif yang menentukan intensitas persaingan dan profitabilitas perusahaan.
•
Analisis konsumen adalah landasan manajemen pemasaran dalam merancang bauran pemasaran, segmentasi pasar dan positioning, melakukan analisis lingkungan perusahaan, dan mengembangkan produk baru maupun inovasi produk lama. Pengetahuan mengenai perilaku konsumen ini kemudian digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
menciptakan
pendekatan
yang
baik
untuk
berkomunikasi dan mempengaruhi konsumen. Dengan mendapatkan pemahaman konsumen yang menyeluruh dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa produk yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat dengan cara yang tepat.
commit to user II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.3.1 Perilaku Pemilihan Individu dalam Transportasi Perilaku konsumen secara umum menekankan pada proses keputusan membeli produk barang atau jasa, sedangkan dalam pemilihan perjalanan penekanan terletak pada proses memilih. Pelaku perjalanan biasanya dihadapkan pada beberapa alternatif. Bentuk yang paling menonjol adalah moda angkutan apa yang akan digunakan dalam melakukan perjalanan. Berdasarkan alasan yang mendasari pemilihan moda transportasi pelaku perjalanan dibedakan menjadi dua yaitu captive user dan choice user. Captive user merupakan
konsumen
yang
tidak
memiliki
pilihan lain sebagai
pertimbangan. Sedangkan choice user merupakan konsumen yang masih memiliki beberapa pilihan untuk dijadikan pertimbangan. Perilaku perjalanan membedakan antara elemen-elemen yang bersifat eksternal (seperti atribut dari perjalanan alternatif, batasan situasional) dengan yang bersifat internal (seperti persepsi, sikap, preferensi). 2.3.2 Hubungan antara Persepsi dan Perilaku Konsumen Persepsi menginterpretasi stimulus yang berupa produk, kemasan, iklan, maupun harga ke dalam gambaran yang menyeluruh. Sedangkan perilaku merupakan sebuah tindakan nyata atau respon yang diberikan konsumen terhadap stimulus tersebut. Dengan kata lain perilaku konsumen merupakan sebuah tindak lanjut dari persepsi konsumen tersebut. 2.4.
Pemasaran Pemasaran merupakan suatu alat yang digunakan perusahaan untuk
mencapai konsumennya. Pemasaran menjadi penghubung antara pembuat produk yang memberi penawaran dengan pasar/konsumen. Menurut Kottler dan Keller (2007) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Dalam menjalankan suatu aktivitas bisnis harus efektif menjalankan konsep pemasaran agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Kunci untuk mencapai tujuan tersebut adalah perusahaan harus lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengomunikasikan nilai kepada pasar
commit to user II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu dan profitabilitas. Mowen dan Minor (2002) mengatakan bahwa segmen diidentifikasi dengan mengelompokkan konsumen berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang hampir sama. Untuk itu diperlukan variabel-variabel yang dapat membedakan antara satu segmen dengan segmen yang lain. Ada beberapa klasifikasi variabel segmentasi untuk pasar konsumen, di antaranya adalah karakteristik seseorang. Karakteristik seseorang yang berguna untuk segmentasi pasar dapat dibagi dalam empat kategori yaitu demografi, perilaku konsumsi, profil psikografi, dan karakteristik kepribadian. Karakteristik demografi terdiri dari usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan dan sebagainya. Informasi demografi merupakan jenis informasi terpenting untuk tujuan segmentasi terutama karena data demografi merupakan data yang paling cepat tersedia mengenai konsumen individu. Informasi ini digunakan untuk membuat pilihan mengenai jenis media yang akan digunakan serta keputusan penetapan harga dan distribusi. Pendekatan komplementer dalam menggunakan variabel demografi untuk mensegmen pasar adalah memilah konsumen menjadi kelompok yang homogen berdasarkan berbagai aspek dari perilaku pembelian mereka. 2.5.
Data Data yang diperlukan dalam setiap melakukan penelitian dapat
dikumpulkan dengan beberapa cara dan sumber yang berbeda. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan: 2.5.1 Observasi Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan teliti. Secara umum observasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu observasi dengan pengamat ikut menjadi pasrtisipan dan yang observasi tanpa partisipasi. 2.5.2 Wawancara Wawancara merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam wawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.
commit to user II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pewawancara merupakan orang yang memegang kunci keberhasilan wawancara. Wawancara memerlukan keterampilan tertentu dalam mengajukan pertanyaan dan menangkap jawaban responden. 2.5.3 Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Analisa data kuantitatif didasarkan pada hasil kuesioner tersebut. Sekaran (2000) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan kuesioner, yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik. 1. Prinsip Penulisan Kuesioner a. Isi dan tujuan pertanyaan Isi pertanyaan merupakan bentuk pengukuran variabel yang diteliti. Maka dalam membuat pertanyaan harus teliti. Setiap pertanyaan menggunakan skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. b. Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. c. Tipe dan bentuk pertanyaan Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Menurut Aaker (1995) berdasarkan jenis pertanyaannya, kuesioner dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1. Pertanyaan tertutup Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disertai pilihan jawabannya. Responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia, dan tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. 2. Pertanyaan terbuka Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden.
commit to user II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka adalah pertanyaan yang telah disediakan jawabannya tetapi kemudian diberi pertanyaan terbuka. 4. Pertanyaan semi terbuka Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang disediakan pilihan jawabannya tetapi kemudian masih ada kemungkinan bagi responden untuk memberikan tambahan jawaban. d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan dalam kuesioner jangan mendua sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh: bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga barang tersebut? e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam kuesioner, sebaiknya juga tidak menanyakan halhal yang sekiranya responden sudah lupa. f. Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja. g. Panjang pertanyaan Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. h. Urutan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. 2. Prinsip Pengukuran Kuesioner yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Maka kuesioner perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. 3. Penampilan Fisik Kuesioner Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner.
commit to user II-6
perpustakaan.uns.ac.id
2.6.
digilib.uns.ac.id
Skala pengukuran Tujuan teknik skala ini untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik
sesuatu hal berdasarkan suatu ukuran tertentu, sehingga kita dapat membedakan, menggolongkan, bahkan mengurutkannya. Beberapa jenis skala pengukuran telah dikembangkan untuk mengukur besaran sikap orang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Skala Likert Skala ini dibuat untuk mengukur tingkat persetujuan responden dengan menggunakan pernyataan. Contoh : Tersedianya tempat parkir yang memadai. Sangat Setuju – Setuju - Kurang Setuju - Tidak Setuju - Sangat Tidak Setuju b. Skala Semantik Diferensial Skala ini berusaha mengukur arti objek atau konsep bagi seorang responden. Responden diminta untuk menilai suatu objek atau konsep pada skala yang mempunyai dua ajektif berlawanan. Sebagai contoh untuk mengukur sikap pengusaha terhadap kredit usaha kecil, dapat disusun skala perbedaan semantik sebagai berikut : Kredit Usaha Kecil Buruk : 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 8 – 9 – 10 Baik Tidak menguntungkan : 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 8 – 9 – 10 Menguntungkan 2.7.
Pengambilan Sampel Ada 2 macam metode pengambilan sampel (Suliyanto, 2006) yaitu
pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (nonprobability sampling). 2.7.1. Pengambilan Sampel Secara Acak Pengambilan sampel secara acak (probability sampling) adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang yang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluang setiap anggota populasi tersebut dapat sama, dapat juga tidak. Pengambilan sampel secara acak, terdiri dari: 1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki probabilitas terpilih yang sama.
commit to user II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar populasi dipilih sebagai sampel. 3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan ciri/karakteristik tertentu dari populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan kelompok individual (cluster) berdasar ciri/karakteristik tertentu. Selanjutnya dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster. 5. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail. 2.7.2. Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari: 1. Accidental
Sampling
(Convenience
Sampling),
adalah
suatu
teknik
pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang paling mudah diperoleh atau dijumpai. 2. Purposive Sampling (Judgmental Sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan memilih orang-orang
commit to user II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 3. Quota Sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan. 4. Snowball Sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan. 2.8.
Penentuan Ukuran Sampel Penetapan ukuran sampel minimum didasarkan pada rumus Slovin dalam
Umar (2002) sebagai berikut :
n=
N 1 + N .e 2 …………………………………..……………………………(2.1) Keterangan : n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
e
=persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampelyang masih dapat ditolerir, misalnya 10 %
Pemakaian rumus ini mengandung asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Untuk informasi lebih jauh tentang pemakaian rumus tersebut Paguso et.al. dalam Umar (2002) memperlihatkan batas kesalahan yang dapat digunakan pada ukuran populasi. Tabel yang dimaksud ditampilkan dalam tabel 2.1.
commit to user II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Ukuran Sampel untuk Batas-batas Kesalahan dan Jumlah Populasi yang Ditetapkan Populasi
500 1500 2500 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 50000
±1 %
5000 8333
Batas- batas Kesalahan ±2 % ± 3% ± 4% ± 5% 222 638 441 316 1250 769 500 345 1364 811 517 353 1538 870 541 364 1667 909 556 370 1765 938 566 375 1842 959 574 378 1905 976 580 381 1957 989 584 383 2000 1000 588 385 2381 1087 617 387
± 10% 83 94 96 97 98 98 98 99 99 99 99 100
Sumber : Umar, 2002
2.9.
Cara Pengujian Data Penelitian merupakan sebuah proses yang dilakukan secara sistematis
dan terencana untuk memecahkan dan mencari setiap jawaban terhadap sebuah permasalahan tertentu. Beberapa pengujian yang dilakukan sebelum melakukan pengolahan data dalam melakukan sebuah penelitian meliputi: 2.9.1. Pengertian Uji validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu:
commit to user II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Validitas Isi (Content) Validitas isi suatu instrumen ukur ditentukan oleh sejauh mana isi instrumen ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Dalam penelitian, seringkali peneliti hanya mengukur suatu konsep berdasar satu aspek saja. B. Validitas Kriteria (Criterion-Related) Validitas kriteria terdiri dari validitas konkuren (concurrent) dan prediktif (predictive). Validitas konkuren adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan instrumen ukur baru dengan tolok ukur lain yang sudah teruji kevaliditasannya. Sedangkan validitas prediktif adalah validitas instrumen ukur yang dibuat oleh peneliti untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. C. Validitas Rupa Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya karena validitas rupa tidak menunjukkan apakah instrumen ukur mengukur apa yang ingin diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi ‘rupa’, suatu instrumen ukur tampaknya dapat mengukur apa yang ingin diukur. D. Validitas Konstruk (Construct) Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Dengan mengetahui kerangka konsepnya, seorang peneliti dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Langkah-langkah pengujian validitas konstruk meliputi (Umar, 2002): 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur 2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang berjumlah minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan korelasi adalah: r=
N (ΣXY) − (ΣX) ⋅ (ΣY) .................................................. (2. 2) 2 2 2 2 N ΣX − (ΣX) ⋅ N ΣY − (ΣY)
[
][
]
commit to user II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana : r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan N = jumlah responden X = skor pertanyaan Y = skor total sampel Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda. 2.9.2. Pengertian Uji reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 1997). Secara teoritis besarnya koefisien korelasi/reliabilitas berkisar antara 0.00– 1.00. Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran karena konsistensi (maupun ketidakkonsistensian) yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran. Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah dengan persamaan : α =
Σv 1 − i n −1 vt n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.3)
Di mana: n
=
jumlah variabel/atribut
commit to user II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
vi
=
varians variabel/atribut
vt
=
varians nilai total
2.9.3. Pengertian Uji Outlier Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama. Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu: 1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan memasukkan data/coding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan. 2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa, yaitu secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan yang logis. 3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan secara nalar atau mestinya nilai akstrim tersebut tidak pernah mucul (bukan bagian populasi). Outlier tipe 3 harus segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis. 4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak lumrah (outlier multivariat). Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau tidak logis, maka outlier tersebut harus dikeluarkan dari sampel, tetapi jika dianggap sebagai bagian dari populasi , maka outlier tersebut sebaiknya tetap diikutkan dalam sampel (Hair et al, 1998). Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan standarisasi data (z score), yang dirumuskan, sebagai berikut: z= −
X =
σ=
x− X
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
σ
x1 + x 2 + x3 + .... + x N N
∑ (x
1
−x
N −1
)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
commit to user II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: z
= nilai z score data
X
= nilai rata-rata
σ
= standar deviasi
x
= nilai data
N
= jumlah data
Jika sebuah data outlier maka nilai z yng didapat lebih besar dari angka +2,5 dan lebih kecil dari angka -2,5. 2.10.
Analisis Multivariat Analisis multivariat pada dasarnya adalah analisis yang digunakan untuk
lebih dari dua variabel dan prosesnya dilakukan secara simultan (bersama-sama) (Santoso, 2002). Teknik analisis multivariat secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar (Hair et al, 1998), yaitu : -
Dependence Methods, yaitu:
Teknik multivariat yang di dalamnya terdapat variabel atau set variabel yang diidentifikasikan sebagai variabel tergantung (dependent variabel) dan variabel lainnya sebagai variabel bebas (independent Variabel). Metode ini meliputi multiple regression analysis, multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of variance.
-
Independence methods, yaitu :
Teknik multivariat dengan semua variabel yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dianalisis secara simultan sehingga tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung. Metode ini meliputi factor analysis, cluster analysis, dan multi dimensional scaling (MDS).
2.11.
Analisis Faktor Menurut
Ghozali
(2011)
tujuan
utama
analisis
faktor
adalah
mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisis struktur saling hubungan (korelasi) antar sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut dengan faktor. Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor. Jika berdasarkan data visual
commit to user II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak ada nilai korelasi yang di atas 0,30, maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Cara lain menentukan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah melihat matrik korelasi secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan jumlah variabel. Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah measure of sampling adequacy (MSA). Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai MSA < 0.5 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Langkah-langkah analisis faktor dibagi dalam enam tahap yaitu, penentuan tujuan analisis, penentuan tipe dan desain analisis, pengujian asumsi, pemilihan metode ekstraksi dan penentuan jumlah faktor, pemilihan metode rotasi dan interpretasi matrik faktor, validasi analisis, serta penggunaan analisis faktor sebagai data mentah analisis multivariat lainnya. Hasil analisis faktor seringkali ditindaklanjuti pada analisis multivariat lainnya seperti regresi dan diskriminan. Yang akan digunakan pada analisis lanjutan adalah faktor hasil ekstraksi, yang bukan hanya jumlahnya lebih sedikit dari variabel awal tetapi sekaligus dapat berfungsi sebagai variabel baru pada analisis lanjutan tersebut. Oleh karena itu sebelumnya faktor harus diberi nilai terlebih dahulu. 2.12.
Analisis Cluster Analisis cluster adalah suatu prosedur multivariat untuk mengelompokkan
individu-individu ke dalam cluster-cluster berdasarkan karakteristik tertentu (Kasali, 2001). Berdasarkan kriteria tertentu analisis cluster mengklasifikasikan objek (dapat berupa responden, produk, atau entiti) sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup bersifat saling memiliki kemiripan (homogen/similar) sedangkan objek-objek antar grup akan bersifat heterogen. Analisis cluster berusaha meminimumkan variansi di dalam satu cluster (within cluster) dan memaximalkan variansi di antara cluster yang satu dengan yang lain (between cluster). Pada
commit to user II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analisis cluster tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan. Langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam tahap, yaitu : 1. Penentuan tujuan analisis Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (exploratory purpose), yaitu untuk mengklasifikasikan objek-objek kedalam beberapa grup.
Data
simplification
adalah
analisis
cluster
yang
dilakukan
untuk
menyederhanakan data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan (similarity) dan perbedaan (differences). 2. Penyusunan desain riset analisis Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier, outlier dapat merubah struktur asli dan menghasilkan cluster yang tidak
representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan menggunakan grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya objekobjek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dengan nilai yang sangat ekstrim pada satu atau beberapa variabel. Pada analisis cluster, konsep kemiripan sangat mendasar. Kemiripan interobjek merupakan pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik. Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi, pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya. Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah
commit to user II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk data nonmetrik (nominal dan ordinal). Pengukuran ini dapat menilai tingkat kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden. Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain kebanyakan pengukuran jarak sangat peka terhadap perbedaan skala atau besarnya variabel. Variabel dengan standar deviasi yang besar mempunyai pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi variabel dan standarisasi observasi/objek. Standarisasi variabel adalah perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar (Z score) dengan mengurangi mean dan membaginya dengan standar deviasi setiap variabel. Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya. Dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk pengukuran jarak, antara lain: a. Interval 1. Euclidian Distance
∑ (X
D(X,Y) =
− Yi ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.7) 2
i
2. Squared Euclidian Distance
D(X,Y) =
(∑ X
− Yi ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . (2.8) 2
i
b. Frekuensi 1. Chi Square
D(X,Y) =
∑ (X
i
− E ( X i ))
E(X i )
2
∑ (Yi − E (Yi ))2 + E (Yi )
commit to user II-17
. . . . .. . . . . . . . . (2.9)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Biner 1. Squared Euclidian Distance
D(X,Y) = b + c . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . (2.10) 2. Euclidian Distance b + c . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.11)
D(X,Y) =
3. Pengujian asumsi Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan multikolinieritas. Dalam kerepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster sangat tergantung pada
seberapa
representatif
sampel,
sehingga
sampel
harus
diuji
kerepresentatifannya terlebih dahulu. Sementara itu, dalam multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolinier secara implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak sebagai proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya. 4. Pembentukan cluster (partisi) dan penilaian overall fit Proses partisi (partitioning) dan penilaian overall fit dimulai setelah variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk. Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki (hierarchical procedures) dan prosedur non hirarki (nonhierarchical procedures).
Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif (agglomerative methods) dan metode divisive (divisive methods).
commit to user II-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode agglomeratif dimulai dengan pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua objek dengan jarak terdekat bergabung, selanjutnya objek ketiga akan bergabung dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk cluster yang lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut hingga akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek. Sementara itu, metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode dimulai dengan satu cluster besar yang mencakup semua observasi (objek), kemudian objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga membentuk cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang tidak mirip lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi adalah cluster bagi dirinya sendiri. Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal sesuai dengan jumlah yang diinginkan kemudian objek digabungkan ke dalam cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means Clustering.
5. Interpretasi hasil Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan, pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu perlu ditentukan spesifikasi/kriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan terhadap grafik dendogram
maupun
analisis
nilai
koefisien
agglomeratif.
Jarak
antar
pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster. Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi. Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian.
commit to user II-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari
segi signifikansi prakteknya. 6. Profiling cluster Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster berbeda berdasar dimensidimensi tertentu. Analisis profil memfokuskan pada karakteristik cluster setelah proses identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi anggota-anggota cluster secara lebih spesifik. 2.13.
Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini menggunakan beberapa acuan yang didapat dari
penelitian sebelumnya. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Puspita pada tahun 2007 yang berjudul “Analisis Persepsi Penumpang terhadap Tingkat Pelayanan Bus Way”. Penelitian tersebut bertujuan memahami penilaian penumpang terhadap mutu pelayanan bus way, menemukan faktor permasalahan yang mempengaruhinya sehingga dapat dirumuskan langkah perbaikan dan peningkatan mutu pelayanannya. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis faktor. Kedua, penelitian yang dilakukan Indah Novada Maulida pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis Konsumsi dan Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Gas Elpiji di Surakarta”. Penelitian tersebut menggunakan model faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yang dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen. Metode pengolahan data yang digunakan sama dengan penelitian ini yaitu analisis cluster dalam menentukan karakteristik konsumen, namun berbeda dalam pengambilan studi kasus.
commit to user II-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar. 3.1.
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
commit to user III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada Gambar 3.1, diuraikan sebagai berikut : 3.2.
Identifikasi Masalah Tahap ini diawali dengan studi pustaka, studi lapangan, perumusan
masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian, serta pembatasan masalah. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan pada subbab-subbab berikut ini. 3.2.1. Studi Pustaka Studi literatur dilakukan untuk mendukung proses identifikasi penelitian mengenai perilaku konsumen. Pencarian informasi ini dilakukan melalui internet, dan perpustakaan sehingga diperoleh referensi yang dapat digunakan untuk mendukung pembahasan mengenai penelitian ini. 3.2.2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan sebagai observasi awal untuk mengetahui lebih jelas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Observasi awal dilakukan dengan mewawancarai petugas yang berwenang di Perum DAMRI sebagai pengelola BST. Selain itu diperoleh juga data sekunder dari Perum DAMRI berupa data jumlah penumpang tiap bulan. Data yang diperoleh ini kemudian digunakan sebagai pendukung dalam menganalisa perilaku konsumen BST. 3.2.3. Perumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan pada bab I terdapat pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai tahapan dalam menganalisa permasalahan dan menerapkan teori-teori yang berkaitan dengan pokok bahasan sebagai landasan untuk tahapan penyelesaiannya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam membahas permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi konsumen BST terhadap pelayanan yang diberikan dan bagaimana perilaku pengguna jasa BST berdasarkan persepsi terhadap pelayanan. 3.2.4. Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan
commit to user III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap pelayanan BST dan manganalisis perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi konsumen. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat mengetahui perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar dalam menetukan strategi pemasaran yang tepat bagi BST maupun pengambilan kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan. Dalam jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengguna BST. 3.2.5. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya mengkaji persepsi konsumen terhadap pelayanan sebagai dasar analisis perilaku. Dalam penelitian ini tidak merancang atau menentukan strategi pemasaran. Pembatasan masalah dilakukan agar ruang lingkup penelitian tidak meluas dan menyimpang dari pokok permasalahan yang ada. 3.3.
Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap ini membahas proses pengumpulan data yaitu identifikasi variabel
penelitian, pengumpulan data-data untuk pemilihan atribut, dan pengumpulan data perilaku pengguna
BST. Selain itu juga menjelaskan proses pengujian dan
pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan pada subbab-subbab berikut ini. 3.3.1. Identifikasi Variabel Pengumpulan data terdiri dari dua langkah yaitu identifikasi dan penetapan variabel serta penyusunan dan penyebaran kuesioner. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan atribut-atribut dari penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan Puspita pada tahun 2007. Dalam penelitian tersebut terdapat empat kategori atribut yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap pelayanan yang diberikan, yaitu fasilitas parkir, fasilitas penyeberangan dan jalan akses masuk-keluar halte, fasilitas halte dan loket pembelian karcis/tiket, dan fasilitas armada bus. Karena dalam sistem BST di Surakarta tidak terdapat fasilitas-fasilitas khusus seperti fasilitas parkir, dan fasilitas penyeberangan jalan
commit to user III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan akses jalan keluar-masuk halte, maka dua kategori atribut tersebut tidak digunakan dalam penelitian terhadap BST. 3.3.2. Pemilihan Atribut Berdasarkan identifikasi atribut sebelumnya terdapat beberapa atribut yang kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi BST. Oleh karena itu dibutuhkan kuesioner untuk memilih atribut-atribut yang sesuai dengan kondisi BST. Desain kuesioner ini berisikan jawaban ya atau tidak saja. Responden diminta untuk memilih atribut mana saja yang sesuai dengan kondisi BST. Metode yang digunakan accidental sampling yang dilakukan terhadap pengguna BST. Untuk memudahkan pelaksanaan sampling dilakukan kepada tiga puluh orang pengguna BST. Kuesioner ini terdapat pada lampiran II. Pemilihan atribut dilakukan dengan uji Cochran. Langkah-langkah uji cochran sebagai berikut: 1. Menetapkan asumsi-asumsi, yaitu data analisis terdiri atas reaksi yang dinyatakan dengan “1” untuk jawaban “ya” dan “0” untuk jawaban “tidak”. 2. Menentukan hipotesis-hipotesis H0 : Semua perlakuan yang diuji mempunyai proporsi jawaban ya yang sama. H1 : Tidak semua perlakuan mempunyai proporsi jawaban “ya” yang sama. 3. Menentukan Taraf Nyata (α) 4. Menghitung dengan rumus statistik uji
Hasil dari penyebaran kuesioner tahap pertama kemudian diuji kevalidan dan kereabilitasannya. Hal ini dilakukan agar pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan data selanjutnya merupakan pertanyaan yang telah teruji kevalidan dan kerealibilitasannya. Uji validitas dilakukan dengan bantuan software excel sedangkan uji realibilitas dilakukan dengan bantuan software SPSS. Langkah-langkah pengujian yang dilakukan sebagai berikut.
commit to user III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)=n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Langkah-langkah pengujian validasi meliputi : a. Menentukan konsep yang akan diukur. b. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban (tabel r product moment). c. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Nilai r hitung didapat dengan rumus NΣXY − (ΣX )(ΣY ) rxy = 2 2 2 2 dengan [{NΣX − (ΣX ) }{ NΣY − (ΣY ) }]
N = jumlah sampel X = total dari tiap variabel sebanyak 30 sampel (penjumlahan ke bawah) Y = total keseluruhan nilai variabel dalam 30 sampel (total X) Nilai r hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r product moment. d. Mengambil kesimpulan. 2. Kuesioner dikatakan reliabel jika r hasil lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel). Semakin besar nilai alpha Cronbach, maka semakin tinggi tingkat reliabilitas penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi : a. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban (tabel r product moment) b. Menghitung koefisien alpha Cronbach, nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment. c. Mengambil kesimpulan. 3.3.3. Pengumpulan Data Perilaku Pengguna BST Atribut yang didapat dari hasil pengumpulan data tahap I digunakan sebagai dasar untuk menyusun kuesioner tahap kedua. Kuesioner ini disebarkan kepada pengguna BST untuk mengetahui perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi yang diterimanya. Dalam kuesioner ini terdapat dua bagian yaitu : 1. Bagian I : Informasi karakteristik sosial ekonomi responden.
commit to user III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini responden akan dikelompokan berdasarkan faktor demografi dan psikografi dan juga frekuensi dan tujuan penggunaan BST . profil demografi terdiri dari usia,jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan setiap bulan. a. Pengelompokan usia b. Pengelompokan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. c. Pengelompokan pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PERTI). d. Pengelompokan
pekerjaan
terdiri
dari
Pelajar/Mahasiswa,
Karyawan/Pegawai Negri Sipil (PNS), Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta, dan Pekerja Tidak Tetap. e. Pengelompokan banyaknya penghasilan setiap bulan menurut Kasali (2001), sebagai berikut: -
Rp. 300.000,00 s.d. Rp. 700.000,00
-
Rp. 700.000,00 s.d. Rp. 1.000.000,00
-
Rp. 1.000.000,00 s.d. Rp. 2.000.000,00
-
Lebih dari Rp. 2.000.000,00
f. Profil psikografi terdiri atas rutinitas membaca surat kabar, acara televisi favorit, dan kendaraan yang dimiliki. 2. Bagian II: Informasi untuk mengetahui penilaian responden atas pelayanan yang diperoleh. Kuesioner tersebut disampaikan pada lampiran V. Pilihan jawaban yang digunakan pada kuesioner tahap II telah disediakan dan ditentukan sehingga tidak diperoleh jawaban lain. Skala yang digunakan adalah skala likert dari 1 sampai 5. Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menggunakan BST sebagai alat transportasi sehari-hari. Jumlah responden diperoleh dari rata-rata jumlah penumpang tiap bulan yang diperoleh dari data Perum DAMRI. Untuk penentuan ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam (Umar, 2002). Sedangkan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah accidental sampling. Responden yang terpilih karena keberadaan pada
commit to user III-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu dan tempat saat riset sedang dilakukan.
Rekapitulasi kuesioner
disampaikan pada lampiran VI.
3.3.4. Tahapan Pengujian Data Pengolahan data diawali dengan melakukan pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang diuji merupakan rekapitulasi dari kuesioner tahap II bagian II yaitu data mengenai penilaian responden atas pelayanan yang telah diperoleh. Uji yang dilakukan adalah uji validitas, reliabilitas, dan uji outliers. Uji validitas dilakukan dengan bantuan software excel sedangkan uji realibilitas dilakukan dengan bantuan software SPSS. Langkah-langkah pengujian yang dilakukan sebagai berikut. 1. Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)=n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Langkah-langkah pengujian validasi meliputi : a. Menentukan konsep yang akan diukur. b. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban (tabel r product moment). c. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Nilai r hitung didapat dengan rumus
NΣXY − (ΣX )(ΣY ) rxy = 2 dengan [{NΣX − (ΣX ) 2 }{ NΣY 2 − (ΣY ) 2 }] N = jumlah sampel X = total dari tiap variabel sebanyak 100 sampel (penjumlahan ke bawah) Y = total keseluruhan nilai variabel dalam 100 sampel (total X) Nilai r hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r product moment. d. Mengambil kesimpulan. 2. Kuesioner dikatakan reliabel jika r hasil lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel). Semakin besar nilai alpha Cronbach, maka semakin tinggi tingkat reliabilitas penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi :
commit to user III-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban (tabel r product moment) b. Menghitung koefisien alpha Cronbach, nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment. c. Mengambil kesimpulan. 3. Uji Outliers dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya data pengganggu sebelum melakukan analisis cluster. Langkah-langkah menguji outliers adalah sebagai berikut: a. Standarisasi data b. Pendeteksian outlier Apabila sebuah data dikatakan outlier, maka nilai z yang diperoleh lebih besar dari angka +2,5 atau lebih kecil dari – 2,5. Hasil dari pengujian data disampaikan pada lampiran VI.
3.3.5. Tahapan Pengolahan Data Setelah pengujian data selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan pengelompokan variabel menggunakan analisis faktor. Analisis faktor dilakukan untuk mengekstrak variabel-variabel penelitian yang biasanya berjumlah sangat benyak menjadi beberapa variabel baru (faktor) untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya dengan tetap mempertahankan informasi awal yang terkandung di dalamnya (Ghozali, 2011). Langkah-langkah dalam analisis faktor adalah sebagai berikut : 1. Menentukan variabel yang akan dianalisis. 2. Menguji variabel dengan menggunakan metode Bartlett test of sphericity. 3. Melakukan factoring yaitu menurunkan satu atau lebih faktor dari variabelvariabel yang ada. 4. Melakukan proses rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. 5. Menginterpretasi faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama yang dapat mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Tahapan selanjutnya adalah analisis cluster untuk mengetahui kelompok pengguna jasa yang akan terbentuk. Hasil pengumpulan data terhadap seratus orang responden kemudian direkapitulasi dan dijadikan pedoman dalam pengolahan data analisis cluster. Langkah-langkah analisis cluster secara manual sebagai berikut:
commit to user III-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Penetapan tujuan Analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (eksploratory purpose) yaitu untuk mengklasifikasi semua responden dalam sampel yang berjumlah seratus orang dalam beberapa grup. Cluster-cluster yang terbentuk merupakan gambaran kelompok-kelompok yang terdapat dalam populasi pengguna jasa BST. 2. Desain riset (pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasi data) Standarisasi data dilakukan dengan mengubah satuan variabel dalam bentuk z-score apabila terdapat perbedaan satuan yang mencolok antar dua atau lebih variabel. Dalam penelitian ini pengukuran kemiripan objek diukur dengan jarak euclidean distance. 3. Pembentukan cluster Pembentukan cluster dilakukan dengan metode non hierarchical cluster. 4. Interpretasi cluster Interpretasi cluster menekankan pada karakteristik apa yang membedakan masing-masing cluster, kemudian dilakukan pemberian nama berdasarkan objek pembentuk masing-masing cluster tersebut. 5. Profiling cluster Pada cluster yang telah terbentuk dilakukan profiling untuk menjelaskan karakteristik setiap cluster berdasar profil tertentu. Pengolahan data analisis cluster pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS for windows 16 dengan metode K-Means Cluster.
3.4.
Analisis dan Interpretasi Hasil Bab analisis dan interpretasi membahas hasil pengolahan data sesuai data
yang didapat dari responden kemudian menginterpretasikan hasil analisis yang ada.
3.5.
Kesimpulan dan Saran Tahap ini merupakan tahap akhir di mana dari pengolahan data maupun
analisis
yang
telah
dilakukan
kemudian
ditarik
kesimpulan
dengan
memperhatikan tujuan awal dilakukannya penelitian ini. Selain itu diberikan saran yang dipergunakan untuk rekomendasi perbaikan selanjutnya.
commit to user III-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini membahas proses pengumpulan data berikut data responden dan identifikasi variabel penelitian serta proses pengolahan. 4. 1
Identifikasi Atribut Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam
penelitian sebagai bahan untuk langkah selanjutnya. Variabel-variabel
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
disusun
berdasarkan atribut-atribut penelitian Puspita (2007). Dalam penelitian tersebut terdapat empat kategori atribut yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap pelayanan yang diberikan, yaitu fasilitas parkir, fasilitas penyeberangan dan jalan akses masuk-keluar halte, fasilitas halte dan loket pembelian karcis/tiket, dan fasilitas armada bus. Atribut-atribut tersebut disampaikan pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Atribut-atribut Penelitian Puspita (2007)
1 2 3 4 5
Fasilitas Parkir
No. Faktor
8 9
10
11
12
13
Fasilitas Penyeberangan dan Jalan Akses Keluar - Masuk Halte
6 7
Atribut Ketersediaan tempat parkir pada halte asal dan halte tujuan yang cukup luas Keamanan memarkir kendaraan dari kehilangan dan kerusakan Petugas parkir yang dapat mengatur parkir dengan baik Petugas parkir yang sopan dan jujur Sistem tarif yang layak Kemauan petugas parkir mendengar keluhan dan tanggapan terhadap kebutuhan penumpang Tempat parkir yang terlindungi dari panas dan hujan Keamanan tempat penyeberangan dan jalan keluar–masuk bagi calon penumpang dari kriminalitas Kemudahan membaca petunjuk lokasi
Penempatan dan kesiapan petugas menjaga dan memberi informasi kepada calon penumpang Kondisi tempat penyeberangan dan jalan penumpang (nyaman/tidak terlalu panjang / tidak licin) Kebersihan tempat penyeberangan dan jalan akses keluar – masuk halte
Penerangan jalan untuk para calon penumpang
commit to user IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
15
16 17 18
19 20 21
22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32
Fasilitas Halte dan Loket Karcis / Tiket
14
34 35 36
37 38 39 40
41 42 43 44
45 46 47
Fasilitas Armada Bus
33
digilib.uns.ac.id
Ketersediaan tempat duduk dan kenyamanan diruang tunggu penumpang Keamanan dari tindak kriminal kepada para calon penumpang selama berada di halte Keamanan dari tindak kriminal kepada para calon penumpang saat membeli tiket/karcis Kejelasan dan kemudahan mendapatkan informasi dan membaca petunjuk Kemudahan dan kelancaran saat membeli/mengantri karcis / tiket di loket Kepraktisan tiket dan alat kontrol karcis / kartu merespon dengan baik (berlaku disemua shelter). Kejelasan dan keberadaan bus penghubung / feeder Kejujuran petugas loket dalam memberikan uang kembali Kesigapan dan kecepatan petugas loket dalam melayani pembelian dan pengecekan karcis/tiket Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan setiap pelayanan Penempatan dan kesiapan petugas keamanan di areal halte dan loket Ketersediaan dan kesediaan petugas mendengar keluhan dan membantu calon penumpang Kebersihan ruang tunggu dan area halte lainnya Penerangan dan kenyamanan (fasilitas AC) di ruang tunggu Ketersediaan fasilitas telepon umum, fasilitas pengaduan, jadwal dan rute Ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan armada bus way Kenyamanan di dalam armada bus way Keprofesionalan pengemudi armada bus way Pelayanan bus way pada malam hari. Kemudahan membaca petunjuk dan mendapat informasi tentang perjalanan di dalam bus Kemampuan armada bus way untuk mengangkut semua calon penumpang yang berada di halte Kemudahan mendapatkan tempat duduk di dalam bus Ketertiban di dalam armada bus Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan setiap pelayanan selama perjalanan Penempatan dan kesiapan petugas keamanan di dalam bus Keamanan selama dalam perjalanan di dalam armada bus Sistem tarif yang layak dan sesuai dengan pelayanan jasa Kemauan petugas di dalam bus untuk menjawab & mendengar keluhan atau pertanyaan pelanggan Kebersihan dan kenyamanan di dalam armada bus Fasilitas sistem informasi perjalanan untuk penumpang (peta perjalanan) Fasilitas pendingin ruangan di dalam armada bus Fasilitas tempat duduk yang cukup dan nyaman digunakan selama perjalanan Fasilitas yang disediakan untuk pertolongan pertama (P3K) didalam bus Fasilitas alat untuk menyelamatkan diri pada keadaan darurat
commit to user IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena dalam sistem BST di Surakarta tidak terdapat fasilitas-fasilitas khusus seperti fasilitas parkir, dan fasilitas penyeberangan jalan dan akses jalan keluar-masuk halte, maka dua kategori atribut tersebut tidak digunakan dalam penelitian terhadap BST. 4. 2
Penetapan Atribut Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara
bertahap. Tahap yang pertama kuesioner disebarkan kepada 30 pengguna BST secara accidental sampling. Penyebaran kuesioner tahap pertama dilakukan pada 5 April 2012. Hasil dari penyebaran kuesioner tahap I kemudian diuji kevalidan dan kerealibilitasannya. Dari hasil uji didapatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut valid dan reliabel. Selanjutnya data diuji menggunakan Cochran Q test untuk memilih atribut yang sesuai dengan keadaan BST. Pengujian dilakukan hingga 13 iterasi. Hasil pengujian tersebut disampaikan pada lampiran IV. Uji Cochran menghasilkan 21 atribut yang digunakan untuk mengumpulkan data perilaku pengguna BST berdasarkan persepsi terhadap pelayanan. Atribut-atribut tersebut disampaikan pada tabel 4.2. Atribut yang ditiadakan berasal dari kedua faktor. Dari faktor fasilitas halte ditiadakan delapan buah atribut, sedangkan dari faktor fasilitas bus ditiadakan lima buah atribut. Perbandingan jumlah atribut yang dihilangkan dinilai masih cukup seimbang sehingga tidak diperlukan analisis faktor lagi dan tetap menggunakan faktor yang sudah ada yaitu faktor fasilitas halte dan faktor fasilitas bus.
commit to user IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. Hasil Penetapan Atribut No. Atribut 1. Ketersediaan tempat duduk dan kenyamanan di ruang tunggu penumpang Keamanan dari tindak kriminal kepada para calon penumpang selama berada 2. di halte 3. Kejelasan dan kemudahan mendapatkan informasi dan membaca petunjuk 4. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan setiap pelayanan Ketersediaan dan kesediaan petugas mendengar keluhan dan membantu 5. calon penumpang 6. Kebersihan ruang tunggu dan area halte lainnya 7. Ketersediaan fasilitas telepon umum, fasilitas pengaduan, jadwal dan rute perjalanan 8. Ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan armada bus 9. Kenyamanan di dalam armada bus 10. Keprofesionalan pengemudi bus 11. Penerangan dan kenyamanan di ruang tunggu 12. Ketertiban di dalam armada bus 13. Keamanan selama dalam perjalanan di dalam armada bus 14. Sistem tarif yang layak dan sesuai dengan pelayanan jasa 15. Kemauan petugas di dalam bus untuk menjawab & mendengar keluhan atau pertanyaan pelanggan 16. Kebersihan dan kenyamanan di dalam armada bus 17. Fasilitas sistem informasi perjalanan untuk para penumpang bus (peta perjalanan/informasi) 18. Fasilitas pendingin ruangan di dalam armada bus 19. Fasilitas tempat duduk yang cukup dan nyaman digunakan selama perjalanan 20. Fasilitas yang disediakan untuk pertolongan pertama (P3K) di dalam bus Fasilitas alat yang digunakan untuk menyelamatkan diri pada keadaan 21. darurat
Kuesioner tahap II disebarkan kepada penumpang BST dengan menggunakan metode accidental sampling. Responden yang diambil ialah yang berada di tempat saat sampling berlangsung. Sehingga peluang terpilih sebagai sampel hanya dimiliki oleh anggota populasi yang kebetulan berada di tempat riset, sedangkan anggota populasi yang tidak berada di sekitar tempat riset tidak memiliki peluang menjadi sampel. Jumlah responden dihitung dengan rumus Slovin dalam (Umar, 2002). Nilai N (jumlah populasi) didapat dari rata-rata jumlah penumpang BST selama satu bulan (disampaikan dalam lampiran I). dengan menggunakan nilai e sebesar 10 % maka dapat diperoleh jumlah sampel sebesar :
commit to user IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
n=
digilib.uns.ac.id
N 1 + N .e 2
n =∗,
n= 99,8 ≈ 100 Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 100 responden. Kuesioner yang disebarkan terbagi menjadi dua bagian. Bagian I berisi tentang profil responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan / uang saku, penggunaan BST dalam sehari, tujuan penggunaan BST, rutinitas membaca surat kabar, kendaraan yang dimiliki, dan acara TV favorit. Pada bagian II berisi tentang hal-hal yang mempengaruhi persepsi konsumen BST mengenai pelayanan yang diberikan. Kuesioner disebarkan pada hari kerja maupun akhir pekan agar dapat mewakili populasi yang ada. Tabel 4.3. Waktu Penyebaran Kuesioner Tahap II
Hari Senin Selasa Sabtu Minggu
Jam 06.00-08.00 15.00-17.00 09.00-11.00 13.00-15.00
Kuesioner yang disebarkan sebanyak seratus buah dan kuesioner yang kembali sebanyak seratus buah. Keseluruhan kuesioner tersebut dipakai dalam pengolahan karena tidak ada pertanyaan kuesioner yang tidak dijawab. 4. 3
Pengolahan Data Analisis Perilaku Hasil dari penyebaran kuesioner tahap II diolah dengan analisis cluster
untuk mengelompokkan pengguna jasa BST. Namun, sebelumnya dilakukan beberapa uji terlebih dahulu untuk mengetahui kevalidan dan kerealibilitasan kuesioner tersebut. Selain itu juga dilakukan uji outlier untuk melihat ada atau tidaknya data ekstrim atau data yang berbeda dengan data lain.
commit to user IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.1. Uji Validitas Tabel 4.4. Hasil Uji Validasi (∑Y)2
n
r hitung
Ket
1495
67141636
100
0.445651
Valid
31448
1501
67141636
100
0.512791
Valid
680498
30064
1401
67141636
100
0.367638
Valid
680498
31814
1545
67141636
100
0.645926
Valid
144400
680498
31710
1544
67141636
100
0.601064
Valid
8194
147456
680498
31904
1556
67141636
100
0.510509
Valid
8194
145924
680498
31774
1548
67141636
100
0.526741
Valid
403
8194
162409
680498
33381
1695
67141636
100
0.447586
Valid
415
8194
172225
680498
34559
1813
67141636
100
0.610135
Valid
10
405
8194
164025
680498
33649
1717
67141636
100
0.554934
Valid
11
406
8194
164836
680498
33571
1704
67141636
100
0.426759
Valid
12
410
8194
168100
680498
34047
1764
67141636
100
0.520155
Valid
13
393
8194
154449
680498
32581
1605
67141636
100
0.510695
Valid
14
393
8194
154449
680498
32666
1619
67141636
100
0.563554
Valid
15
380
8194
144400
680498
31602
1518
67141636
100
0.566980
Valid
16
389
8194
151321
680498
32247
1583
67141636
100
0.467693
Valid
17
385
8194
148225
680498
32064
1557
67141636
100
0.627606
Valid
18
385
8194
148225
680498
32014
1551
67141636
100
0.591141
Valid
19
394
8194
155236
680498
32783
1634
67141636
100
0.579100
Valid
20
374
8194
139876
680498
30907
1472
67141636
100
0.320565
Valid
21
416
8194
173056
680498
34457
1796
67141636
100
0.479900
Valid
Var
∑X
∑Y
(∑X)2
∑(Y2)
∑XY
∑(X2)
1
377
8194
142129
680498
31256
2
379
8194
143641
680498
3
363
8194
131769
4
381
8194
145161
5
380
8194
6
384
7
382
8
9
Dalam tabel 4.5 setelah diperoleh angka korelasi masing-masing variabel (r-hitung) maka nilai r-hitung dibandingkan dengan nilai r-tabel (0,1966). Apabila nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan valid. Setelah melakukan uji validitas, pengolahan data dilanjutkan dengan uji reliabilitas. 4.3.2. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrumen ukur di dalam mengukur variabel penelitian. Pengujian reliabilitas dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Ada tiga langkah dalam menghitung nilai alpha Cronbach, yaitu menghitung varian butir, menghitung varian total, dan menghitung nilai Alpha Cronbach.
commit to user IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
• Menghitung varian butir variabel pertama
(∑ X ) −
2
σ
2
b
σ 2b
=
∑X
2
n
n 142129 1495 − 100 = 0.7371 = 100
• Menghitung varian total
σ 2t =
∑y
2
−
(∑ y ) 2 n
n (8194) 2 100 = 90.816 100
680498 −
σ 2t =
• Menghitung Alpha Cronbach 2 k ∑σ b r21 = 1 − k − 1 σ 2 t
r21 =
21 0.7371 1− = 0.864 20 90.819
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,864. Nilai r tabel adalah 0,196 sehingga nilai r hitung lebih besar dari r tabel (r21> rtabel). Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner reliabel. 4.3.3. Uji Outlier Data outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam memasukkan data mentah, kesalahan pada pengambilan sampel, atau adanya data ekstrim yang ada dalam pencarian dan perekapan data. Sebuah data dikatakan outlier, jika nilai z yang diperoleh lebih besar dari angka +2,5 atau lebih kecil dari – 2,5. Dari hasil pengujian outlier diketahui bahwa ada empat data yang mengalami outlier. Data yang mengalami outlier kemudian dihilangkan. Rekapitulasi uji outlier dapat dilihat pada lampiran VII. 4.3.4. Proses Factoring Setelah pengujian data selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan pengelompokan variabel menggunakan analisis faktor. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 16 menunjukkan hasil uji KMO and Bartlett test of Sphericity sebesar 0,672 dengan signifikansi 0,000. Dengan angka
commit to user IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KMO yang sudah di atas 0,5 dan signifikansi di bawah 0,05 maka variabel dapat dianalisis lebih lanjut. Hasil pengolahan data disampaikan pada lampiran VIII.
Tabel 4.5. Hasil Pengujian KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test of Sphericity
.672
Approx. Chi-Square
597.341
df
210
Sig.
.000
Hasil ekstraksi faktor memberikan informasi bahwa terdapat tujuh faktor dari 21 variabel yang dapat diolah dengan variansi kumulatif sebesar 65.647%. hal ini berarti ketujuh faktor tersebut dapat menjelaskan 65.647% dari pelayanan yang diberikan, sedangkan 34,343% tidak tergambarkan. Distribusi faktor disampaikan pada tabel berikut.
commit to user IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Distribusi Faktor Variabel
X21
X19 X18
X17 X14
X8 X9 X10 X11 X6
Faktor
1
1
1
1
1
2
2 2 2 3
3
X4
X2 X13
3
4
4
X5
4
X3
4
X1
X15 X16
X20 X12 X7
5
5
6
6 7
Keterangan Fasilitas alat yang digunakan untuk menyelamatkan diri pada keadaan darurat. Fasilitas tempat duduk yang cukup dan nyaman digunakan selama perjalanan. Fasilitas pendingin ruangan di dalam armada bus. Fasilitas sistem informasi perjalanan untuk para penumpang bus (peta perjalanan/informasi). Sistem tarif yang layak dan sesuai dengan pelayanan jasa. Ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan armada bus. Kenyamanan di dalam armada bus. Keprofesionalan pengemudi bus. Penerangan dan kenyamanan di ruang tunggu. Kebersihan ruang tunggu dan area halte lainnya. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan setiap pelayanan. Keamanan dari tindak kriminal kepada para calon penumpang selama berada di halte. Keamanan selama dalam perjalanan di dalam armada bus Ketersediaan dan kesediaan petugas mendengar keluhan dan membantu calon penumpang Kejelasan dan kemudahan mendapatkan informasi dan membaca petunjuk. Ketersediaan tempat duduk dan kenyamanan diruang tunggu penumpang. Kemauan petugas di dalam bus untuk menjawab & mendengar keluhan atau pertanyaan pelanggan. Kebersihan dan kenyamanan di dalam armada bus. Fasilitas yang disediakan untuk pertolongan pertama (P3K) didalam bus. Ketertiban di dalam armada bus. Ketersediaan fasilitas jadwal dan rute perjalanan.
Tahapan selanjutnya adalah menginterpretasi faktor-faktor tersebut dengan memberikan nama yang dapat mewakili variable-variabel di dalamnya. a. Faktor pertama, tarif yang layak dan fasilitas fisik bus. b. Faktor kedua, ketepatan kedatangan, penerangan dan kenyamanan di ruang tunggu, keprofesionalan pengemudi, dan kenyamanan di bus. c. Faktor ketiga, pelayanan petugas, keamanan dan kebersihan di halte.
commit to user IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Faktor keempat, ketersediaan petugas, kenyamanan di halte, dan keamanan selama perjalanan. e. Faktor kelima, kebersihan,kenyamanan, dan pelayanan petugas di dalam bus. f. Faktor keenam, ketertiban di dalam bus dan ketersediaan fasilitas P3K. g. Faktor ketujuh, ketersediaan fasilitas informasi perjalanan di halte. 4.3.5. Clustering Tahapan berikutnya adalah proses clustering. Proses pengolahan data ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16. Dalam penelitian ini, analisis cluster dilakukan untuk mengelompokkan pengguna jasa BST, sehingga diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan strategi pemasaran yang berbedabeda untuk tiap kelompok pengguna. Selanjutnya adalah pembentukan cluster dengan prosedur non hirarki karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster center sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota cluster lebih merata. Metode non hirarki yang digunakan adalah metode K-means Cluster. Cluster yang dibentuk ditentukan dengan ward’s algorithm. Pendeteksian cluster dilakukan dengan menghitung jarak stage ke-n dengan stage sebelumnya. Cluster ditentukan dengan melihat peningkatan grafik yang signifikan. Kemudian dilakukan pengurangan total stage dikurang titik peningkatan grafik. Tampilan pertama (initial) proses clustering data dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel ini berisi penilaian responden pada masing-masing cluster yang telah ditransformasikan ke distribusi normal baku dengan rataan 0 dan variansi 1. Lebih lanjut diketahui bahwa nilai positif (> 0) pada tabel mempunyai makna di atas rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor tertentu adalah cenderung positif/baik. Sedangkan nilai negatif (< 0) mempunyai makna di bawah rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor tertentu adalah cenderung negatif/buruk.
commit to user IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7. Initial Cluster Centers
Cluster
1
2
3
faktor1
-.82
-.52
1.59
faktor2
-1.66
-.11
1.44
faktor3
-1.16
-.68
1.22
faktor4
1.66
-3.48
2.09
faktor5
-1.91
-1.91
1.64
faktor6
.96
-2.34
1.78
faktor7
.19
.19
-.87
Sumber : Pengolahan data, 2012 Sedangkan tabel akhir dari proses klusterisasi dilihat pada Tabel 4.8. Untuk cluster 1, menilai faktor 1, 4, 5, dan 7 sudah cukup baik sedangkan untuk faktor 2 dan 3 negatif yang cukup besar. Pada cluster 2 responden bersikap negatif hampir seluruh faktor kecuali untuk faktor 3 yang bernilai nol (0). Hal ini dapat berarti bahwa responden kelompok ini bersikap netral untuk faktor 3. Nilai negatif yang cukup besar terdapat pada faktor 1, 4, 5, dan 6. Dapat diartikan bahwa responden sangat memperhatikan keempat faktor tersebut. Namun responden menganggap faktor-faktor tersebut cenderung buruk. Sedangkan untuk cluster 3, responden bersikap positif terhadap seluruh faktor. Dapat diartikan bahwa fasilitas-fasilitas tersebut dinilai sudah cukup baik bagi responden. Nilai-nilai yang tinggi terdapat pada faktor 1, 2, 3, 5, dan 6 yang dapat berarti bahwa responden cluster ini sangat memperhatikan kelima faktor tersebut.
commit to user IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Final Cluster Centers
Cluster
1
2
3
faktor1
.32
-.63
.62
faktor2
-.65
-.03
.81
faktor3
-.59
.00
.76
faktor4
.24
-.70
.59
faktor5
.12
-.61
.62
faktor6
-.01
-.67
.70
-.50 .23 faktor7 Sumber : Pengolahan data, 2012
.42
Setelah terbentuk cluster, distribusi jumlah objek (responden) pada masingmasing cluster dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 96 responden, cluster 1 berjumlah 29 responden, cluster 2 berjumlah 35 responden, dan cluster 3 berjumlah 32 responden. Tabel 4.9. Jumlah Anggota Tiap Cluster Jumlah Prosentase Cluster
1
29
30,2%
2
35
36,5%
3
32
33,3%
Valid
96
100%
0 Missing Sumber : Pengolahan data, 2012
Kemudian perlu juga diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.10.
commit to user IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10. Analysis of Variance Perbedaan Faktor pada tiap Cluster
Error
Cluster
Mean Square
df
Mean Square
df
F
Sig.
faktor1
14.351
2
.509
93
28.173
.000
faktor2
16.371
2
.559
93
29.278
.000
faktor3
13.864
2
.559
93
24.806
.000
faktor4
15.025
2
.720
93
20.859
.000
faktor5
12.817
2
.778
93
16.471
.000
faktor6
15.657
2
.703
93
22.287
.000
.000 10.052 93 .795 2 7.995 faktor7 Sumber : Pengolahan data, 2012 Kolom Cluster menunjukkan besaran between cluster mean dan kolom
Error menunjukkan besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: F=
BetweenMeans WithinMean s
Semakin besar nilai F pada suatu faktor dan angka signifikansinya di bawah 0.05, maka semakin besar pula perbedaan faktor tersebut pada clustercluster yang terbentuk. Dapat dilihat pula bahwa hasil dari tiap-tiap tabel mempunyai nilai F besar dan angka signifikansinya di bawah 0,05. 4.3.6. Profiling Cluster Setelah cluster terbentuk dilakukan profiling agar karakteristik responden pada masing-masing cluster dapat terlihat. Karakteristik responden menjelaskan latar belakang sosial ekonomi maupun gaya hidup responden pada tiap-tiap kluster. Adapun karakteristik yang digunakan sebagai pembanding diambil dari data demografi dan psikografi dalam menggunakan BST yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan/uang saku setiap bulan, frekuensi penggunaan BST, tujuan penggunaan BST, rutinitas membaca surat kabar, kendaraan yang dimiliki, dan acara TV favorit. Prosentase profil konsumen BST berdasarkan faktor demografi yang berisi
tentang
usia,
jenis
kelamin,
pendidikan
penghasilan/uang saku disajikan pada gambar 4.1 – 4.5.
commit to user IV-13
terakhir,
pekerjaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Usia Responden Jumlah Responden
25 20 15 10 5 0
<23 th 23-40 th
>40 th 1
2
3
Cluster
Gambar 4.1 Usia Konsumen
Jenis Kelamin Jumlah Responden
25 20 15
perempuan
10
laki-laki
5 0
2 Cluster
1
3
Gambar 4.2 Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Pendidikan Terakhir 20 15
SD
10
SLTP
5
SLTA
0
1
2
3
Cluster
Gambar 4.3 Pendidikan Terakhir
commit to user IV-14
PERTI
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah responden
Pekerjaan 20
PNS/karyawan
15
pelajar/mahasiswa
10 5
ibu rumah tangga
0
wiraswasta 2
1
pekerja tidak tetap
3
lain-lain
Cluster
Gambar 4.4 Pekerjaan
Penghasilan Jumlah responden
15 10
Rp.300.000-Rp.700.000
Rp.700-1JT
5
Rp 1- 2jt 0
>Rp 2jt 2
1
3
Cluster
Gambar 4.5 Penghasilan / Uang Saku enggunaan BST dalam sehari, Prosentase profil konsumen yang berisi frekuensi ppenggunaan dan tujuan penggunaanya disajikan pada gambar 4.6 – 4.7.
Jumlah Responden
Frekuensi Penggunaan BST 25 20 15 10
1-2 kali
5
3-5 kali
0
>5 kali 1
2
3
Cluster
Gambar 4.6 Frekuensi Penggunaan BST
commit to user IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Responden
Tujuan penggunaan BST 25 20 15 10 5 0
kampus/sekolah bekerja berbelanja 1
2
jalan2
3
Cluster
Gambar 4.7 Tujuan Penggunaan BST
Prosentase profil konsumen berdasarkan faktor psikografi yaitu tentang rutinitas membaca surat kabar, kendaraan yang ddimiliki, imiliki, dan acara TV favorit disajikan pada gambar 4.8 – 4.10.
Jumlah Responden
Rutinitas Membaca Surat Kabar 25 20 15 10 5 0
ya tidak
1
2
3
Cluster
Gambar 4.8 Rutinitas Membaca Surat Kabar
Jumlah Responden
Kepemilikan Kendaraan 25 20 15
mobil
10
sepeda motor
5 0
sepeda 1
2
3
Cluster
Gambar 4.9 Kepemilikan Kendaraan
commit to user IV-16
tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Responden
Acara TV favorit 20 15 berita 10
komedi
5
sinetron
0
reality show 1
2
3
Cluster
Gambar 4.10 Acara TV favorit 4.3.7. Karakteristik Konsumen Dalam profiling cluster tersebut dapat diketahui beberapa karakteristik tiap cluster pengguna Batik Solo Trans. Kemudian dapat diketahui ciri-ciri tiap cluster. Adapun karakteristik konsumen pada tiap segmen adalah sebagai berikut. a. Cluster 1
Karakteristik konsumen pada kelompok ini adalah berusia kurang dari 23 tahun, berjenis kelamin perempuan, berpendidikan terakhir SLTA, merupakan seorang pelajar atau mahasiswa, dengan penghasilan / uang saku Rp. 700.000,00 hingga Rp. 1.000.000,00 setiap bulan, frekuensi
menggunakan BST lebih dari lima kali dalam seminggu, dengan tujuan penggunaan untuk sekolah/ ke kampus, tidak membaca surat kabar, tidak memiliki kendaraan, dan menyukai genre komedi untuk acara televisi favorit. b. Cluster 2 Cluster 2 dengan prosentase sebanyak 40% tidak mempertimbangkan
kedua fasilitas yang ada. Hal ini dapat diasumsikan bahwa kelompok ini akan tetap menggunakan BST walaupun fasilitas-fasilitas tersebut tidak berubah. Karakteristik konsumen pada kelompok ini adalah berusia 23 hingga 40 tahun, berjenis kelamin per perempuan, empuan, berpendidikan terakhir perguruan tinggi, merupakan seorang karyawan swasta maupun PNS dengan penghasilan Rp. 1.000.000,00 hingga Rp. 2.000.000,00 setiap bulan, frekuensi menggunakan BST tiga hingga lima kali dalam seminggu,
commit to user IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan tujuan penggunaan untuk bekerja, tidak membaca surat kabar, memiliki kendaraan yaitu sepeda motor, dan menyukai genre komedi untuk acara televisi favorit. c. Cluster 3 Karakteristik konsumen pada kelompok ini adalah berusia 23 hingga 40 tahun, berjenis kelamin perempuan, berpendidikan terakhir perguruan tinggi, merupakan wiraswasta, dengan penghasilan lebih dari Rp. 2.000.000,00 setiap bulan, frekuensi menggunakan BST satu sampai dua kali dalam seminggu, dengan tujuan penggunaan untuk berjalanjalan/berwisata, membaca surat kabar, memiliki kendaraan jenis mobil, dan menyukai genre berita untuk acara televisi favorit. Adapun ringkasan karakteristik tiap cluster dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Karakteristik cluster Usia Jenis kelamin Pendidikan
Tabel 4.11. Karakteristik tiap cluster 2 1 <23 th 23th-40 th perempuan perempuan SLTA PERTI
Pekerjaan Penghasilan Frekuensi
pelajar/mhswa Rp.700rb-Rp.1jt >5 kali
PNS/pegawai swasta Rp.1jt-Rp.2jt 3-5 kali
Tujuan penggunaan Rutinitas Membaca koran Kendaraan yang dimiliki Acara TV
sekolah/kampus tidak tidak ada komedi
bekerja tidak sepeda motor komedi
commit to user IV-18
3 Lebih dari 40th perempuan PERTI PNS/pegawai swasta dan wiraswasta >Rp. 2jt 1-2 kali Bekerja dan jalan2 ya mobil berita
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pengelompokan segmen dilakukan untuk mengetahui kelompok-kelompok pengguna jasa BST berdasarkan persepsinya terhadap pelayanan, sehingga pengelola BST dapat mengetahui penilaian konsumen terhadap kinerja pelayanan yang telah diberikan. Selain itu pengelompokan juga didasarkan pada faktor demografi maupun psikografi konsumen. Dalam pengelompokan berdasarkan faktor demografi konsumen dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan setiap bulan. Sedangkan dalam pengelompokan berdasarkan faktor psikografi konsumen dibedakan berdasarkan rutinitas membaca surat kabar, acara televisi favorit, maupun jenis kendaraan yang dimiliki. Pengelompokan konsumen dilakukan menggunakan analisis cluster dengan metode non hirarki. Metode ini dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah cluster yang diinginkan. Penentuan jumlah cluster ini dilakukan. dengan perhitungan ward’s algorithm yang menghasilkan 3 cluster. Setelah mengetahui jumlah cluster yang terbentuk, kemudian melakukan clustering untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsumen dalam menggunakan jasa bus Batik Solo Trans. Distribusi responden pada tiap segmen adalah segmen 1 memiliki prosentase sebesar 30,2%, segmen 2 memiliki prosentase sebesar 36,5%, dan segmen 3 juga memiliki prosentase sebesar 33,3%. Adapun penilaian dan respon pengguna BST terhadap pelayanan yang diberikan antara lain sebagai berikut: a. Cluster 1 Anggota cluster ini sangat memperhatikan faktor 2 dan 3 yaitu mengenai ketepatan kedatangan dan keberangkatan bus, keprofesionalan pengemudi, dan kenyamanan di bus; serta pelayanan petugas, keamanan dan kebersihan di halte. Dapat diartikan bahwa kelompok ini berharap bus dapat datang tepat waktu dan waktu antar kedatangan yang relatif cepat khususnya untuk jam-
commit to user V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jam sibuk. Hal ini terkait dengan anggota cluster ini yang masih pelajar dan dituntut untuk tepat waktu sampai di sekolah maupun kampus. Kelompok ini menilai positif pada faktor 1, 4, 5 dan 7 yaitu tarif yang layak dan fasilitas fisik bus; ketersediaan petugas, kenyamanan di halte, dan keamanan selama perjalanan; kebersihan,kenyamanan, dan pelayanan petugas di dalam bus; serta ketersediaan fasilitas informasi perjalanan di halte sehingga pengelola perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas tersebut. Kelompok ini merupakan pasar potensial karena diketahui bahwa jalur BST melewati sejumlah sekolah dan dua universitas besar di Surakarta. Selain itu walaupun prosentase kelompok ini paling kecil dari yang lain namun kelompok ini menggunakan BST secara rutin dan frekuensi penggunaan yang tinggi. Untuk mencapai pasar ini pemasar harus memperhatikan fasilitas-fasilitas seperti berikut, antara lain: -
Penambahan jumlah armada untuk mengurangi waktu tunggu di halte.
-
Keamanan dan kebersihan halte agar lebih diperhatikan.
-
Fasilitas-fasilitas fisik seperti pendingin ruangan, tempat duduk, maupun alat-alat untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat tetap dalam kondisi yang baik sehingga mampu memberikan kenyamanan dan keamanan selama perjalanan.
-
Tarif dipertahankan.
-
Menyediakan fasilitas informasi perjalanan di halte agar penumpang mengetahui rute-rute yang dilalui sehingga dapat merencanakan perjalanan dengan baik. Selain itu dengan rencana BST untuk menggantikan seluruh angkutan umum di Surakarta menjadikan fasilitas ini sangat penting.
-
Kebersihan dan kenyamanan di dalam bus tetap terjaga. Selain itu pelayanan petugas terjaga keprofesionalan dan keramahannya.
b. Cluster 2 Cluster 2 merupakan pasar potensial karena diketahui bahwa jalur BST melewati sejumlah kantor pemerintah, bank swasta dan negeri, serta sejumlah pusat perbelanjaan di Surakarta. Hal ini berarti bahwa banyak karyawan yang memanfaatkan jasa BST untuk menuju tempatnya bekerja. Kelompok ini dinilai sangat berpotensi karena memiliki prosentase yang besar dan
commit to user V-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beranggapan bahwa fasilitas yang ada saat ini sudah memadai. Hal ini menjadikan kelompok ini sebagai konsumen yang patut menjadi sasaran bagi pengelola untuk meningkatkan jumlah pengguna BST. Kelompok ini memandang negatif pada hampir seluruh faktor dengan fokus perhatian pada faktor 1, 4, 5, dan 6. Untuk mencapai pasar ini pemasar harus memperhatikan fasilitas-fasilitas seperti berikut, antara lain: -
Tarif dipertahankan, fasilitas-fasilitas fisik bus seperti pendingin ruangan, tempat duduk, maupun alat-alat untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat tetap dalam kondisi yang baik sehingga mampu memberikan kenyamanan dan keamanan selama perjalanan.
-
Ketersediaan petugas, kenyamanan di halte, dan keamanan selama perjalanan.
-
Kebersihan di dalam bus tetap terjaga sehingga dapat tercipta kenyamanan selama perjalanan. Performa petugas dalam melayani penumpang terjaga keprofesionalan maupun keramahannya.
-
Ketertiban di dalam bus terjaga dengan tidak mengizinkan pengamen maupun pedagang asongan untuk naik ke dalam bus.
c. Cluster 3 Karakteristik konsumen kelompok ini hampir sama dengan kelompok pada cluster 2. Meskipun kelompok choice user ini memiliki prosentase yang besar namun dirasa tidak cukup potensial karena frekuensi penggunaan BST yang relatif rendah. Selain itu kelompok ini sulit untuk menjadi pengguna rutin BST karena
kemungkinan
keengganan
dalam
meninggalkan
kenyamanan
menggunakan kendaraan pribadi. Untuk mencapai cluster ini pengelola perlu memperhatikan keseluruhan jenis fasilitas yang ditawarkan. Cluster ini memandang fasilitas yang ada saat ini sudah cukup baik, hal ini mungkin terjadi karena kelompok ini tidak menggunakan BST secara rutin. Untuk meningkatkan jumlah penumpang pengelola perlu memperhatikan berbagai fasilitas bus. Selain itu pengelola perlu melakukan promosi yang menginformasikan keunggulan BST dan kenyamanan menggunakan BST sehingga masyarakat tertarik untuk mencoba dan menggunakannya sebagai
commit to user V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
transportasi sehari-hari. Agar informasi dapat sampai kepada konsumen promosi dilakukan melalui brosur/selebaran yang disebarkan di kedua kampus, sekolahsekolah, kantor-kantor, maupun di pusat perbelanjaan. Selain itu dapat juga disiarkan melalui radio lokal. Beberapa fasilitas tidak cukup memadai. Terlihat pada tidak adanya informasi maupun petunjuk mengenai rute perjalanan. Sedangkan fasilitasfasilitas fisik bus maupun tarif bus dinilai sudah cukup baik dan sesuai.
commit to user V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas kesimpulan dari analisa dan interpretasi hasil penelitian yang mengacu pada tujuan penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran untuk mengimplementasikan manfaat yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini. 6. 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengguna jasa terhadap preferensinya atas pelayanan yang diberikan BST. 2. Pengguna Batik Solo Trans terbagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok dengan anggota mayoritas pelajar dan mahasiswa, karyawan menengah, serta karyawan kelas atas dan wiraswasta yang dibuktikan dengan perbedaan penghasilan yang diterima. 3. Penilaian dan respon pengguna BST terhadap pelayanan Batik Solo Trans sebagai berikut: -
Anggota cluster 1 menginginkan penambahan jumlah armada untuk mengurangi waktu tunggu di halte. Selain itu keamanan dan kebersihan halte agar lebih diperhatikan.
-
Anggota cluster 2 dan 3 beranggapan bahwa diperlukan pemeliharaan pada fasilitas fisik bus, kesuaian tarif dipertahankan, pengadaan fasilitas informasi perjalanan di halte, dan terjaganya kebersihan serta kenyamanan bus. Selain itu juga pelayanan petugas yang professional dan ramah.
-
Cluster 3 memandang fasilitas yang ada saat ini sudah cukup baik. Kelompok choice user yang memiliki prosentase yang besar namun dirasa tidak cukup potensial karena frekuensi penggunaan BST yang relatif rendah.
commit to user VI-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pengelola BST perlu melakukan pemeliharaan maupun perawatan agar fasilitas-fasilitas yang ada tetap dalam kondisi prima. 5. Untuk meningkatkan jumlah penumpang pengelola perlu memperhatikan berbagai fasilitas baik yang ada di bus maupun di halte. Selain itu pengelola perlu melakukan promosi yang menginformasikan keunggulan BST dan kenyamanan menggunakan BST sehingga masyarakat tertarik untuk mencoba dan menggunakannya sebagai transportasi sehari-hari. 6. Agar informasi dapat sampai kepada konsumen promosi dilakukan melalui brosur/selebaran yang disebarkan di kedua kampus, sekolah-sekolah, kantor-kantor, maupun di pusat perbelanjaan.
6. 2. Saran Agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik dalam penelitian ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, antara lain yaitu: 1. Dalam penyusunan kuesioner sebaiknya memberikan pilihan jawaban yang lebih beragam agar responden lebih leluasa dalam memberikan jawaban dan informasi yang didapat lebih akurat. 2. Jumlah responden diperbanyak agar tingkat kesalahan semakin kecil. 3. Penelitian tidak hanya mengenai perilaku konsumen saja tapi juga mengarah pada strategi pemasaran yang diperlukan demi kemajuan dan kelangsungan BST.
commit to user VI-2