Jurnal
Ilmu
Teknik
Dari Meja Redaksi
Dengan Rahmat Allah SWT, atas berkat dan kekuasaannya sehingga Jurnal Nomor 9, April 2010 dapat diterbitkan.
ILTEK Volume 5,
Jurnal ILTEK ini terbit untuk menjawab kebutuhan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan diharapkan dapat menampung sekaligus menjadi salah satu sumber informasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, akademisi, pemerintah, dan perusahaan untuk memperoleh informasi ilmiah. Tulisan ilmiah pada edisi Volume 5, Nomor 9, April 2010, dari berbagai Universitas dan Sekolah Tinggi yang ada di Indonesia Timur. Kami mengucapkan terima kasih dan selamat kepada penulis yang tulisannya diterbitkan pada edisi ini. Semoga jurnal ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca.
Makassar, April 2010
Redaksi
Jurnal
Ilmu
Teknik
SUSUNAN REDAKSI ILTEK
Pelindung Hj. AMajdah M.Zain (Rektor Universitas Islam Makassar) Penanggung J awab Saripuddin Muddin (Dekan FT-UIM) Pimpinan Redaksi Ahmad Hanafie Penyunting Ahli H. Muhammad Arief U disubakti Ciptomulyono Mas'ud Hammada Abbas Zulfajri Basri Hasanuddin
(Universitas Islam Makassar) (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya) (Univ. Muslim Indonesia Makassar) (Universitas Hasanuddin Makassar) (Universitas Hasanuddin Makassar)
Editor Haslindah Bowasis Umar Anggota Redaksi Suradi Najamuddin Larisang Antarissubhi AMenceng Ashar
Haslindah Ramdaniah Tenreng AM.Arief Bijaksana Sriwati
Tata Usaha Salim Salimin Sukinah
Alamat Redaksi: Kantor Fakultas Teknik-UIM Jl. Perintis Kemerdekaan Km 9 No.29 Makassar 90245 Telp. (0411) 589063 - 585865 - 588483. Fax. 588167 Email:
[email protected]
Jurnal
Ilmu
Teknik
DAFT AR lSI
HAL.
Analisis Biaya Penggunaan Alat Angkut Conveyor Pada PT. Sermani Steel Makassar Anwar Badruzsaman
656 - 658
Kajian Prarancangan Wahyuddin
659 - 664
Blok Kapal Barang Penumpang
Pengaruh Penggunaan Daya Terhadap Parameter Saripuddin Muddin, Ahmad Hanafie, Syafruddin
1000 GT
Pemotongan
Almunium Pada Mesin CNC TU-2A 665 - 668
Pembuatan, Karakterisasi Dan Aplikasi Kitin Termodifikasi Cd(II) DAN Pb(II) Tahirah, M. Nurdin, Yasnidar
Sebagai Adsorben Logam Berat Zn(II), 669 - 673
Usulan Rancangan Kursi Gambar Yang Ergonomis Dengan Pendekatan Yuli Kusdiah
Anthropometri 674 - 676
Perencanaan Pengembangan Landasan Pacu (Run Way) Bandar Udara Kasiguncu Di Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah Henny Abulebu
677 - 680
Analisis Peramalan Penumpang Dan Barang Bandar Udara Kasiguncu Di Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah Yohannes Pasambaka
681 - 684
Pemurnian Natrium Alginat Dari Alga Coklat Asal Perairan Makassar (Kepulauan Lae-Lae) Nur Ida
685 - 688
Sargassum Cristaefolium
Perbandingan Performansi Motor Bensin 4 Langkah Tipe NFlOOD Dengan Bahan Bakar Dan Busi. Muh. Syahrir Habiba, J amaluddin, Abd. Muis
689 - 692
Aplikasi E-Commerce Ber basis Wap Larisang, Sriwati
693 - 697
Analisis Penggunaan Alat Material Handling Crane Yang Tepat Untuk Meningkatkan Pada Bagian Galvanising Line Pada PT. Sermani Steel Suradi Najamuddin, Halindah, Sudirman Penyelesaian Numerik Integral Tertentu Output Dan Umur Ekonomis Mesin Gideon Kajang Pengelolaan Dan Pengontrolan Semuel Pajala
Dengan Aturan
Trapesium
Efesiensi
Untuk Menganalisis
698 -700 Hubungan
Antara
701 - 703
Suku Cadang Fasilitas Produksi Dengan Metode EOQ 704 -706
Jurnal
Ilmu
Teknik
DAFT AR lSI
HAL.
Pola Distribusi Hasil-Hasil Industri Dan Tambang, Antara Kalimantan Selatan Kartini Yunus
Provinsi Sulawesi Selatan Dan 707 -710
Analisa Penjualan Pakan CAL-9 Dengan Metode Peramalan Di PT. J apfa Comfeed Indonesia Tbk Makassar Muhammad Sopyan Do Musa
711 - 714
Rancangan Model Balanced Scorecard Pengukuran Papua (UNIYAP) J ayapura Entar Sutisman
715 -719
Harapan Stakeholder Pada Universitas Yapis
Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi produktivitas Tinggi Universitas Yapis Papua (UNIYAP) J ayapura Abdul Rasyid
Tenaga Kerja pada Lembaga Pendidikan 720 -724
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ALAT ANGKUT CONVEYOR P ADA PT. SERMANI STEEL MAKASSAR An war Badruzsaman Dosen Prodi Teknik Industri STT Ibnu Sina Batam
ABSTRAK Aktifitas proses pemindahan bahan atau alat pemindah bahan yang digunakan pada Galvanising Line sudah tidak sesuai lagi dengan umur ekonomisnya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari sebelumsebelumnya. Dimana Galvanizing Line itu sendiri adalah bagian dari proses produksi yang bekerja sebagai pembersihan karat plat ( koil ) yang telah d potong dan proreses pencelupan atau pelapisan baja dengan menggunakan timah yang telah di tentukan tersebut. Berdasarkan hasil penelitia maka diperoleh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit Conveyor Rp 15.181.686,- / 24 jam dengan jumlah 20 ton produksi. Kata Kunci: Conveyor, Ongkos Material Handling
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Data produksi PT Sermani Steel, kapasitas produksi secara keseluruhan mencapai kurang lebih 10.716.000 kg / tahun, namun jumlah ini masih kurang. Agar mampu memenuhi kebutuhan pasar sekarang, pihak manajemen harus bisa meningkatkan kapasitas produksinya minimal 15% dari output saat ini. Selain itu kerugian juga masih terlalu tinggi. Pada bulan September 2009, waktu pada stasiun galvanizing mencapai 94.53%. Namun waktu yang digunakan untuk aktivitas produksi hanya sekitar 79.45%. Namun ini penyebab timbulnya ketidak lancaran aliran proses dalam proses produksi yang sedang berjalan dapat diidentifikasi, begitu juga halnya dengan tingkat aktifitas mesin pada masing-masing stasiun kerja. Dengan ini diharapkan dapat diperoleh model yang bisa meningkatkan kapasitas produksi dan mengoptimalkan peralatan pabrik. Sebuah keputusan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan maupun organisasi pemerintah adalah apakah aset yang ada saat ini harus dihentikan dari penggunaannya, diteruskan setelah dilakukan perbaikan, atau diganti dengan aset barn. Oleh karena itu, masalah penggantian (replacement problem) memerlukan analisis ekonomi teknik yang sangat hati-hati agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan logis yang selanjutnya dapat memperbaiki efisiensi operasi serta posisi persaingan perusahaan. Kadangkadang analisis ini berupa pertanyaan mengenai apakah kita harus menghentikan penggunaan sebuah aset tanpa dilakukan penggantian (abandonment) atau apakah kita tetap mempertahankan aset tersebut sebagai cadangan (back-up) dari pada sebagai penggunaan utama. Keputusan dapat berupa pertanyaan apakah keharusan perubahan tersebut dapat dipenuhi dengan memperbesar kapasitas atau kemampuan aset yang sudah ada saat ini atau apakah harus mengganti aset yang ada saat ini (aset lama), yang secara deskriptif sering disebut sebagai defender, dengan sebuah aset barn. Satu atau lebih alternatif aset pengganti (barn) kemudian disebut sebagai penantang (challenger).
Setelah meneliti lebih lanjut tentang proses produksi pada PT. Sermani Steel khususnya dibagian Galvanising Line, Peneliti mendapatkan masalah yang erat kaitannya dengan proses pemindahan bahan khususnya pada alat pemindah bahan tersebut. Hal ini sebenarnya merupakan hasil dari aktifitas proses pemindahan bahan atau alat pemindah bahan yang digunakan pada Galvanising Line sudah tidak sesuai lagi dengan umur ekonomisnya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari sebelumsebelumnya. Dimana Galvanizing Line itu sendiri adalah bagian dari proses produksi yang bekerja sebagai pembersihan karat plat ( koil ) yang telah d potong dan proreses pencelupan atau pelapisan baja dengan menggunakan timah yang telah di tentukan tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Sehubungan dengan hal di atas maka masalah pokok dalam penelitian, berapa besar biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan alat angkut Conveyor pada bagaian galvanising line. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui besar biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan alat angkut Conveyor pada galvanising line. 1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah
sbb: Sebagai usulan buat perusahaan PT. Sermani Steel, mengenai efisiensi biaya penggunaan alat pemindahan bahan ( materal handling ) yang tepat pada bagian proses produksi seng khususnya pada galvanising line. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penulis akan mengadakan penelitian pada PT. Sermany Steel Makassar, yang berlokasi di Jalan Urip 656
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Sumoharjo Km. 7 Tello Baru yang berlangsung kurang lebih 1 bulan. 2.2 J enis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dan mempunyai referensi dengan penulisan ini adalah : Data Primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung oleh penulis melalui wawancara dan observasi langsung, atau data-data yang diperoleh dari bukti pencatatan yang dilaksanakan perusahaan. Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan membaca literatur atau mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan tulisan kami. 2.3 Metode Analisis Adapun metode penelitian yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan Rumus sbb : a. Rumus Depresiasi ( Harga pembelian alat x Pertahun x Perhari) 1 ( Umur ekonomis peralatan x Operasional alat angkut x waktu) b. Jarak pengangkutan tiap jam Jarak tempuh alat angkut x Perhari c. Analisa Biaya Maintenance + Bahan bakar + Depresiasi + Operator. d. Ongkos Material Handling ( Analisa biaya 1 Jarak pengangkutan ) ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengolahan Data Adapun pengolahan data lama dan sekarang dari hasil penelitian alat pemindah bahan Conveyor adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Data mesin Conveyor No. I 2 3 4 5 6 4
J enis-J enis Biaya Satu Alat Conveyor
J umlah (Rp) Rp.35.000.000
Biaya Bahan Bakar Biaya Peralatan Upah Operator Jarak tempuh Operasi Alat Angkut Umur Ekonomis
Rp. 35.000 18 Jam Rp. 50.000 I Perhari Rp. 25.000 I 24 Jam 400MI Hari 365 Haril Tahun 30 Tahun
Pengolahan data lama dan data sekarang Conveyor: Berdasarkan tabel tersebut maka jumlah biaya yang dikeluar dalam satu alat Material Handling untuk satu unit alat Conveyor sbb : A. Biaya Depresiasi : Rp 35.000.000,- x 1 Tahun x 1 Hari 1 30 Tahun x 365 Hari x 8 jam = Rp 3.995.433,- x 24 Jam = Rp. 9.589.039,-/24 jam B. Jarak Pengangkutan: Rp. 400 M 1 Hari x 1 Hari/jan = Rp 50M IJam x 24 Jam = 1.200 Meter/24 jam C. Analisa Biaya : Rp 50.000,- + 35.000 + 153,408 + 25.000/8
= Rp = Rp
232.783 x 24 Jm 5.586.792,-124 jam
D. Ongkos Material Hadling : Rp. 5.586.792,-/1.200 meter
= Rp
4.655 124 jam
Dari data diatas diperoleh Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit alat Conveyor yaitu : Rp 9.589.039,- + 1.200 + Rp 5.586.792,- + Rp 4.655 = Rp 15.181.686,- 1 24 jam Berdasarkan dengan tabel diatas maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit alat Conveyor: A. Biaya Depresiasi : Rp 9.589.039,-124 jam B. Jarak Pengangkutan : 1.200 Meter124 jam C. Analisa Biaya : Rp 5.586.792,-/24 jam D. Ongkos Material Hadling : Rp 4.655 124 jam Maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit Conveyor: = Rp 15.181.686,- 124 jam dengan jumlah 20 ton produksi. 3.2 Analisa Pemecahan Masalah Minimasi biaya merupakan salah satu tujuan utama dari setiap perusahaan yang ada, demikian juga halnya dengan PT. Sermani Steel. Untuk menekan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ada beberapa langkah yang dapat menggantisipasi pengeluaran biaya yang besar antara lain: 1. Mengurangi waktu menganggur pekerja ataupun mesm 2. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang tinggi 3. Mengganti peralatan yang sudah usang dengan yang baru agar lebih efisien 4. Menggatur departemen-departemen sedekat agar perpindahan material menjadi pendek. 5. Menjamin kesejahtraan dan kesehatan karyawan PENUTUP 4.1 Kesimpulan: Adapun kesimpulan peneliti peroleh atau dapatkan dari PT.Sermani Steel khususnya pada bagian Galvanising Line dengan perbandingan efisiensi pada alat pemindahan bahan (material handling) yaitu Conveyor biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit Conveyor: = Rp 15.181.686,- 124 jam dengan jumlah 20 ton produksi. 4.2
Saran: Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan system pengawasan khususnya alat pemindahan bahan ( material handling) yang digunakan agar dapat mengurangi kerusakan pada alat pemindahan bahan (material handling). Pengontrolan terhadap alat pemindahan bahan (material handling) seharusnya lebih ditingkatkan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar agar biaya yang dikeluarkan oleh perusahan untuk tiap alat dapat di eliminir. 657
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Pihak perusahan sebaiknya melakukan penambahan tenaga kerja yang lebih berpengalaman pada bagian operator yang mengarahkan alat pemindahan bahan (material handling ). DAFT AR PUST AKA Ach. Muhib Zainuri, ST, Mesin pemindah Bahan, Yokyakarta, andi, 2006 Eddy Herjanto. Manajemen Produksi & Operasi. Edisi Kedua, Surabaya 1990. Ferianton Raharjo, Ekonomi Teknik, Analisis pengambilan Keputusan. Yokyakarta, Andi, 2007 Hari Purnomo. Perencanaan & Perencangan F asilitas. Graha Ilmu James M. Apple. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga, ITB Bandung, 1990. Murdifin Haming, SE. Msi Dr.Mahfud Nurjanamuddin, SE.MM, Manajemen Produksi modern, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Prof.Ir.I Nyoman Pujawan, M.Eng.Ph.D" Ekonomi Teknik, Surabaya: Guna Widya, 2009 Rosnani Ginting, Sistem Produksi, Jakarta : Graha Ilmu, 2007 Sofyan Assauri. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1999. Wignyosoebroto, Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Jakarta: PT. Guna Widya 1996
658
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
KAJIAN PRARANCANGAN BLOK KAPAL BARANG PENUMPANG 1000 GT Wahyuddin Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Unhas Jl.Perintis Kemerdekaan Km.l O,Makassar 90245 Telp/Fax (0411) 585637/081355531667 Email:
[email protected] ABSTRAK Saat ini galangan kapal umumnya menerapkan metode bloklmodul dalam pembangunan kapal. Penerapan metode telah terbukti mampu menyelesaikan pembangunan kapal dalam waktu lebih singkat dibanding dengan metode sistem/komponen. Salah satu datalinformasi yang dibutuhkan dalam penerapan metode ini, adalah prarancangan atau rancangan awal blok kapal yang akan dibangun. Prarancangan blok kapal dapat dilakukan menggunakan pendekatan konsep Zone Oriented atau Product Oriented. Penelitian ini, mengambarkan adopsi dari sebagian konsep Product Oriented dalam prarancangan blok Kapal Barang Penumpang 1000 GT terutama untuk merumuskan jumlah, berat maupun dimensi blok awal kapal. Hasil penelitian memperoleh jumlah blok sebanyak 44 buah, dimensi terbesar adalah 6 m x 12 m x 5,6 mm dan berat maksimum adalah 44,35 ton. mi,
Kata Kunci: metode blok, prarancangan
blok, Zone Oriented, jumlah blok, berat blok, dimensi blok.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini, setelah teknologi las menggantikan sistem keling (riveting) pengembangan metode/teknologi pembangunan kapal memungkinkan dapat dilakukan. Sebelum teknologi las ditemukan, tiap kapal dibangun dengan caralurutan yang sarna yaitu setelah lunas diletakkan gading -gading diletakkan baru kemudian memasang pelat setahap demi setahap, layaknya pembangunan kapal kayu. Proses ini diistilahkan berorientasi sistem (system oriented) artinya lunas dirakit sebagai sebuah sistem, kemudian sistem ganding-gading di rakit, tahap berikutnya sistern kulit dan seterusnya sampai utuh menjadi kapal. Menuru Eyres (2007), berkat teknologi las bagianbagian seperti gading -gading dapat langsung disatukan dengan pelat kulit, lunas dapat dilas dengan bagian geladak dan sekat sekaligus membentuk panel, subblok atau bahkan blok. Teknologi las juga membuat banyak pekerjaan perakitan dapat dilakukan dengan baik dengan tingkat akurasi, efesiensi dan keamanan yang tinggi dilandasan peluncuran maupun di bengkelbengkel kerja. Blok telah dikerjakan dengan menggunakan teknologi las dapat ditegakkan (erected) antara blok dengan blok lain membentuk sebuah kapal. Proses ini diistilahkan berorientasi zone (zone oriented). Menurut LD,Chirillo (1983) metode ini pertama kali dilakukan di Divisi Internasional, IshikawajimaHarima Heavy Industries Co.,Ltd Jepan yang diketuai oleh Y.Okayama. Zone Oriented ini kemudian dikenal juga dengan nama PWBS (Product Oriented Work Break Down Structure). Konsep ini pada dasarnya mengintegrasikan antara pekerjaan lambung, pekerjaan instalasi dan pengecatan, sehingga diharapkan penyelesaian pembangunan kapal menjadi lebih singkat dengan tingkat akurasi, efesiensi dan keamanan yang
tinggi. PWBS dikembangkan digalangan menggunakan pendekatan teknik grup teknologi. Menurut Storch, dkk (1995) berdasarkan grup teknologi tahapan desain dalam PWBS dapat dikategorikan yaitu; 1) desain dasar (basic design), 2) desain fungsional (functional design), 3) desain transisi (transition design), dan 4) desain instruksi kerja (work instruction design). Bagian basic design adalah membuat rencana blok awal atau prarancangan blok sebuah kapal. Prarancangan Blok bersama dengan Rencana Umum, Rancangan Tengah Kapal, Rencana Kamar Mesin, dan Rencana Kabin dimaksudkan sebagai datalinformasi yang akan digunakan dalam mengembangkan strategi pembangunan (build strategy). Khusus Prarancangan Blok dimaksudkan antara lain untuk: 1. Menghitung jumlah, dimensi dan berat blok. 2. Merinci pekerjaan instalasi on-unit, on-block dan on-board. 3. Mengidentifikasi zone pengadaaan material. Menurut Storch (1995) dan Spar (2004) prancangan blok dapat digunakan untuk mengetahui/mengidentifikasi ; 1) Batasan logis dan defenisi sederhana sebuah blok, 2) Jumlah minimal blok, 3) Proses perakitan dan penegakan blok, 4) Jumlah pengangkatan, penurunan, dan pemutaran blok. 5) dan lain-lain. 1.2. Rumusan Masalah Prarancangan blok kapal umumnya dilakukan pada tahap basic desain sehingga didesain berdasarkan pendekatan total sistern. Hasil prarancangan blok adalah terutama untuk mendefenisikan atau merumuskan batasan blok, ukuran dan berat blok maksimum. Dengan demikian prarancangan blok menjadi penting karena dengan data ukuran dan blok maksimun berarti dapat mengetahui kapasitas alat angkat yang dibutuhkan serta luas area tempat 659
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
PENGARUH PENGGUNAAN DAY A TERHADAP PARAMETER PEMOTONGAN ALMUNIUM P ADA MESIN CNC TU-2A Saripuddin Muddin, Ahmad Hanafie, Syafruddin 1,2)DosenProgram Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UIM 3)Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UIM
ABSTRAK Parameter pemotongan adalah ukuran-ukuran yang digunakan dalam seluruh proses pemotongan yang dapat diperkirakan. Parameter pemotongan yang dimaksud dalam operasi mesin bubut CNC adalah kecepatan potong, kecepatan putar (spindle speed), hasil perhitungan daya yang terjadi pada kecepatan potong 95 - 125 m/menit (step 15), menunjukan adanya perbedaan daya yang terjadi, dimana daya yang terjadi cukup bervariasi. Pada kecepatan potong 95 - 125 m/menit (step 15), gerak makan 0,03 m/put, 0,05 m/put, 0,07 m/put, dan kedalaman 0,2 mm, 0,4 mm, dan 0,6 mm, daya nyata dan daya permesinan yang terjadi semakin meningkat, sedangkan pada kecepatan potong 95 125 m/menit (step 15), gerak makan 0,03 m/put, 0,05 m/put, 0,07 m/put, dan kedalaman 0,2 mm, 0,4 mm, dan 0,6 mm, daya tersisa yang terjadi semakin menurun. hasil perhitungan daya potong yang terjadi pada kecepatan spindel 1500 rpm, 1750 rpm dan 2000 rpm menunjukan adanya perbedaan daya yang terjadi. Daya potong pada kecepatan spindel 1500 rpm, gerak makan 0,03 dan kedalaman 0,2 adalah 9,241 watt, namun pada kedalaman 0,4 daya potong berubah menjadi 18,334 watt, kemudian pada kedalaman 0,6 daya potong berubah lagi menjadi lebih besar yaitu 27,278 watt. Daya potong pada kecepatan spindel 1750 rpm dan 2000 rpm juga mengalami perubahan seperti yang terjadi pada kecepatan spindel 1500 rpm, dimana semakin besar kedalaman maka daya potong akan menjadi semakin besar. Kata Kunci: Daya, CNC
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara kendali ini dirancang dengan cara hard-wire logic (mengemudikan dengan jalur/kawat tetap), disebabkan karena semua fungsi dalam jalur/kawat. Program benda kerja dapat terbaca pada sebuah pita berlubang. Pada tahun tujuhpuluhan dihasilkan kendali CNC yang pertama. Cara kendali ini dilakukan dengan kendali komputer. Program benda kerja yang berisi informasi kendali itu dapat diubah dan simpan. Cara kendali berbasis komputer itu tahun demi tahun berkembang pesat karena kemudahannya bagi pemakai. Dengan demikian, penggunaan CNC meningkat pesat. Parameter pemotongan adalah ukuran-ukuran yang digunakan dalam seluruh proses pemotongan yang dapat diperkirakan. Parameter pemotongan yang dimaksud dalam operasi mesin bubut CNC adalah kecepatan potong, kecepatan putar (spindle speed), asutan dan tebal pemakanan karena ukuran-ukuran tersebut digunakan dalam proses pembubutan sebagaimana yang dikemukakan Priyanto, dkk. (1996: 11) bahwa "hal-hal yang berpengaruh terhadap harga kecepatan potong adalah bahan benda kerja, jenis alat potong, asutan, dan sayatan", Pengaturan besaran parameter pemotongan akan mempengaruhi daya kecepatan putar motor penggerak cekam (chuck) untuk memutar benda kerja. Motor tersebut adalah jenis motor DC (arus searah) dengan jenjang putaran 600 - 4000 put/menit, power input 500 W dan power output 300 W
1.2 Batasan Masalah Dalam melakukan penelitian lUI penulis mengambil batasan masalah sebagai berikut : 1. Proses pemotongan yang dilakukan adalah proses pemotongan memanjang atau lateral pada pembubutan luar 2. Bahan yang digunakan adalah material alumunium dengan panjang 130 mm dan dan diameter 25. 3. Kecepatan potong divariasikan dalam 3 kecepatan potong yakni : 95 m/menit, 110 m/menit, 125 m/menit. Kecepatan spindel divariasikan 1500 RPM, 1750 RPM, 2000 RPM. Gerak makan (feed rate) divariasikan sebanyak 3 pemakanan yaitu : 0,07 mm/putaran, 0,05 mm/putaran, 0,03 mm/putaran. Kedalaman pemotongan dilakukan sebanyak 3 pemakanan yaitu : 0,6 mm, 0,4 mm, 0,2mm. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pengaruh penggunaan daya hasil pembubutan pada mesin bubut CNC TU- 2A dengan memvariasikan kecepatan potong (95 125) m/menit (step 15),gerak makan 0,07. 0,05. 0,03 mm/putaran dan kedalaman pemotongan 0,6. 0,4.0,2mm 2. Bagaimana pengaruh penggunaan daya hasil pembubutan pada mesin bubut CNC TU - 2A dengan memvariasikan putaran spindel (1500 2000) rpm (step 250), gerak makan 0,07. 0,05. 0,03 mm/putaran dan kedalaman pemotongan 0,6. 0,4.0,2mm 665
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Menentukan pengaruh penggunaan daya hasil pembubutan pada mesin bubut CNC TU- 2A dengan memvariasikan putaran spindel (1500 2000) rpm (step 250), gerak makan 0,07. 0,05. 0,03 mm/putaran dan kedalaman pemotongan 0,6. 0,4.0,2mm 2. Menentukan pengaruh penggunaan daya hasil pembubutan pada mesin bubut CNC TU - 2A dengan memvariasikan putaran spindel (1500 2000) rpm (step 250), gerak makan 0,07. 0,05. 0,03 mm/putaran dan kedalaman pemotongan 0,6. 0,4.0,2mm METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Tempat Laboratorium CNC Jurusan Teknik Mesin Lt. 1 Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Waktu : Tanggal25 Juni 2009 3.2 Alat dan Bahan 1. Alat a. Alat ukur multeste untuk mengukur arus masuk ke motor spindel dengan pembacaan secara digital pada pengukuran rnA berapa besar daya yang digunakan dalam perputaran spindel. b. Mesin CNC TU 2A dan kelengkapannya untuk membubut c. Mesin gergaji d. Jangka sorong e. Penggaris f. Penitik g. Senter bor h. Pahat carbide 2 buah. 2.
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paduan aluminium yang pada pasaran dengan ukuran berdiameter 25 mm dan panjang 130 mm. 3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap yakni: a. Persiapan Benda Uji Pemotongan aluminium yang berdiameter 25 mm panjang 130 mm menjadi benda uji Jumlah benda uji yang dipotong sebanyak 9 buah dan dikelompokkan menjadi tiga bagian dengan masing-masing kelompok 3 buah. b. Persiapan dan Operasi Mesin Bubut CNC TU 2A Pemeriksaan keadaan mesin bubut CNC TU 2A yang akan digunakan dan pembuatan program dengan cara manual. c. Untuk 3 buah benda uji kelompok pertama, mesin bubut CNC TU 2A dioperasikan dengan Kecepatan potong divariasikan 95m/menit, 110 m/menit, 125 m/menit. Kecepatan spindel divariasikan 1500 rpm, 1750 rpm, 2000 rpm Gerak makan (feed rate) divariasikan sebanyak 3 pemakanan yaitu 0,07 mm/putaran, 0,05
d.
e.
mm/putaran, 0,03 mm/putaran. Kedalaman pemotongan dilakukan sebanyak 3 pemakanan yaitu : 0,6 mm, 0,4 mm, 0,2 mm. Serta benda uji kelompok kedua dengan kecepatan spindel divariasikan 1500 rpm, 1750 rpm, 2000 rpm Gerak makan (feed rate) divariasikan sebanyak 3 pemakanan yaitu 0,07 mm/putaran, 0,05 mm/putaran, 0,03 mm/putaran. Kedalaman pemotongan dilakukan sebanyak 3 pemakanan yaitu : 0,6 mm, 0,4 mm, 0,2 mm. Pembuatan Program Numerial Control Pada proses pembuatan program NC lUI, dimasukkan dimensi dari gambar benda kerja yang akan dibuat kedalam program. Untuk putaran spindel dan gerak makan harganya akan berubahubah disesuaikan dengan parameter pemotongan. Pengambilan Data Hasil Pengujian Pada proses ini adalah dengan menghubungkan multimeter pada motor spindel pada posisi manual untuk melihat pembacaan dari multimeter. Masukkan benda kerja pada chuck dan jepit dengan tail stock.
3.4 Teknik Analisis Data Pada pengolahan data digunakan bentuk persamaan sebagai berikut : 1. Menghitung Daya Permesinan Nmc = V x Ap x cos
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
nyatanya 70,128 watt. Daya nyata yang terjadi pada kedalam 0,2 mm sarna dengan daya nyata yang terjadi pada kedalan 0,4 mm, namun pada kedalan 0,6 mm daya nyata yang terjadi meningkat menjadi 70,56 watt. Daya nyata yang terjadi pada kecepatan potong 95 m/menit dan gerak makan 0,05 mm/put meningkat mengikuti peningkatan kedalaman, demikian pula dengan daya nyata yang terjadi kecepatan 95 m/menit dan gerak makan 0,07 mm/put yaitu selalu meningkat mengikuti peningkatan kedalaman. Jadi dapat dikatakan bahwa pada kecepatan potong 95 m/menit, semakin besar kedalaman maka semakin besar daya nyata yang terjadi. Daya nyata yang terjadi pada kecepatan 110 m/menit dan 125 m/menit menunjukan hal yang sarna dengan daya nyata yang terjadi pada kecepatan 95 m/menit, dimana semakin besar kedalaman maka semakin besar pula daya nyata yang terjadi. 2.
Analisa Daya Perm~nan Yang Terjadi Pada Kecepatan Potong Data hasil perhitungan daya permesinan yang terjadi pada kecepatan potong menunjukan bahwa daya permesinan yang terjadi bervariasi. Pada kecepatan 95 m/menit dan gerak makan 0,03 mm/put serta kedalaman 0,2 mm daya permesinannya yaitu 106,848 watt, pada kedalaman 0,4 mm daya permesinan meningkat menjadi 137,952 watt dan pada kedalaman 0,6 mm daya permesinan kembali meningkat menjadi 169,056 watt. Hal ini menunjukan bahwa daya permesinan yang terjadi pada kecepatan potong 95 m/menit selalu meningkat mengikuti peningkatan kedalaman. Pada kecepatan 110 m/menit dan 125 m/menit kita dapat melihat adanya peningkatan daya permesinan yang selalu meningkat mengikuti peningkatan kedalaman. Maka dapat disimpulakan bahwa daya permesinan yang terjadi pada kecepatan potong 95 125 m/menit (step 15) selalu meningkat mengikuti peningkatan yang dialami oleh kedalan. 3. Analisa Daya Tersedia Yang Terjadi Pada Kecepatan Potong Pada kecepatan potong 95 m/menit dan gerak makan 0,03 mm/put yang dapat dilihat pada data hasil perhitungan dimana daya tersedia yang terjadi menunjukan adanya perbedaan yang bervariasi. Pada kedalaman 0,2 mm, daya tersedianya adalah 369, 872, selanjutnya pada kedalaman 0,4, daya tersedia menjadi 369,672, sedangkan pada kedalan 0,6, daya tersedia yaitu 369,44. dapat dilihat bahwa daya tersedia yang terjadi pada kecepatan potong 95 m/menit sangat berbeda dengan daya nyata dan daya permesinan. KIu pada daya nyata dan daya permesinan seperti yang telah dibahas sebelumnya dimana daya selalu meningkat mengikuti peningkatan kedalaman, namun pada daya tersedia yang terjadi adalah sebaliknya, dimanan daya yang terjadi semakin menurun pada setiap perubahan kedalaman. Daya tersedia yang terjadi pada kecepatan potong 110 m/menit dan 125 m/menit juga terjadi hal yang sarna dengan daya tersedia pada kecepatan potong 95 m/menit, dimana daya yang terjadi semakin kecil bila
kedalaman dikatakan kecepatan meningkat kedalaman
meningkat. Dari pembahasan diatas dapat bahwa daya tersedia yang terjadi pada potong semakin menurun bila kedalaman atau dengan kata lain semakin besar maka daya tersedia semakin kecil.
4, Analisa Daya Yang Terjadi Pada Kecepatan Spindel Data hasil perhitungan daya potong yang terjadi pada kecepatan spindel 1500 rpm, 1750 rpm dan 2000 rpm menunjukan adanya perbedaan daya yang terjadi. Daya potong pada kecepatan spindel 1500 rpm, gerak makan 0,03 dan kedalaman 0,2 adalah 9,241 watt, namun pada kedalaman 0,4 daya potong berubah menjadi 18,334 watt, kemudian pada kedalaman 0,6 daya potong berubah lagi menjadi lebih besar yaitu 27,278 watt. Daya potong pada kecepatan spindel 1750 rpm dan 2000 rpm juga mengalami perubahan seperti yang terjadi pada kecepatan spindel 1500 rpm, dimana daya potongnya berubah apabila kedalaman juga berubah. Jadi dari data-data hasil perhitungan pada kecepatan spindel dapat diketahui adanya perubahan daya potong pada setiap kecepatan spindel, maka dapat disimpulakan bahwa semakin besar kedalaman maka daya potong akan menjadi besar pula. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil perhitungan daya yang terjadi pada kecepatan potong 95 - 125 m/menit (step 15), menunjukan adanya perbedaan daya yang terjadi, dimana daya yang terjadi cukup bervariasi. Pada kecepatan potong 95 - 125 m/menit (step 15), gerak makan 0,03 m/put, 0,05 m/put, 0,07 m/put, dan kedalaman 0,2 mm, 0,4 mm, dan 0,6 mm, daya nyata dan daya permesinan yang terjadi semakin meningkat, sedangkan pada kecepatan potong 95 - 125 m/menit (step 15), gerak makan 0,03 m/put, 0,05 m/put, 0,07 m/put, dan kedalaman 0,2 mm, 0,4 mm, dan 0,6 mm, daya tersisa yang terjadi semakin menurun. 2. Hasil perhitungan daya potong yang terjadi pada kecepatan spindel 1500 rpm, 1750 rpm dan 2000 rpm menunjukan adanya perbedaan daya yang terjadi. Daya potong pada kecepatan spindel 1500 rpm, gerak makan 0,03 dan kedalaman 0,2 adalah 9,241 watt, namun pada kedalaman 0,4 daya potong berubah menjadi 18,334 watt, kemudian pada kedalaman 0,6 daya potong berubah lagi menjadi lebih besar yaitu 27,278 watt. Daya potong pada kecepatan spindel 1750 rpm dan 2000 rpm juga mengalami perubahan seperti yang terjadi pada kecepatan spindel 1500 rpm, dimana semakin besar kedalaman maka daya potong akan menjadi semakin besar.
667
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
4.2 Saran Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan daya terhadap parameter pemotongan almunium pada mesin CNC TU-2A", penulis memberikan saran yaitu ; 1. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi penggunaan daya dan produktifitas mesin suatu mesin perkakas maka penelitian mengenai faktorfaktor tersebut sangat perlu, misalnya faktor sudut dan jenis pahat dan lain-lain. 2. Penelitian terhadap mesin perkakas selain mesin bubut juga sangat perlu terutama pada mesin TU2A yang merupakan mesin Numerial.
DAFT AR PUST AKA Al
Barry, MD. 1994 Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arkola. Anonym. (1996). Bukn Panduan CNC. Ujung pandang. Daryanto. Hari Amanto.1985. Ilmu Bahan. Jakarta. Bina Aksara. J.J .M. Hoolebrandse. 1998. Teknik Pemograrnan dan Aplikasi CNC. Bandung. PT. Rosda Jayapura Lukman, dkk. 2001. Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pus taka. Michael. Neidle. 1997. Teknologi Instalasi listrik. Jakarta: Erlangga Muin, Syamsir. A. 1989, Dasar-dasar Perencanaan Perkakas dan Mesin-rnesin Perkakas, CV.Rajawali, Jakarta Priyanto, LD, dkk.1996. Mesin Turning CNC TU 2A Surabaya. Lab CNC BLPT Surabaya Rochim, Taufik. 1985, Teori dan Teknologi Proses Permesinan. Lab. Teknik Produksi dan Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri. ITB. Schonmetz, dkk. 1990. Perkakas Logam, Perkakas Tangan dan Mesin Sederhana. Bandung: Tarsito. Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung CV Alfa Beta Suharsimin. Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Renika Cipta
668
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
PEMBUATAN, KARAKTERISASI DAN APLIKASI KITIN TERMODIFIKASI SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Zn(II), ed(II) DAN Pb(II) l)Tahirah, 2)M. Nurdin, 3)Yasnidar 1,2,3)DosenProgram Studi Kimia FMIP A VIM ABSTRAK The research was about ekstraction, characterization and application of modified chitin as an adsorben of metal Zn(II), Cd(II), and Pb(II). It aemed to get metal adsorben from chitin modified with L-sistein which can be aplicated technically for waste treatmen.The modification was to increaseadsorbtion capacity. Adsorbtion capacity of chitin and modified chitin with pH 2 to 7, showed the highest absorbtion capacity of Zn in pH 5, and adsorbtion time of 60 minute. For Cd was pH 6 in 20 minute. While Pb pH 2 in 60 minute. This research indicated that modified chitin had a better metal Zn(II), Cd(II) and Pb(II) adsorbtion compared to chitin. Kata Kunci: KlTIN, ADSORBEN
PENDAHULUAN Dewasa ini masalah lingkungan merupakan isu sentral dalam berbagai kebijakan. Beberapa kebijakan/proyek pemerintah maupun swasta mensyaratkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, dengan bertambahnya penduduk dan peningkatan industri, masalah pencemaran lingkungan merupakan konsekuensi yang harus dihadapi. Metode sorbsi (serapan) merupakan salah satu alternatif pengolahan yang baik digunakan, karena material yang digunakan tidak ban yak dan dapat diregenerasi. Biosorben yang telah diaplikasikan seperti kulit kelapa, rubber tyres, dan rambut manusia (Knocke,1981 ; Tan,dkk.,1985 ; Macchi,dkk., 1986). Beberapa produk samping pengolahan hasil pangan seperti empulur kenari, kulit kacang, serta wol, sekam padi, cangkang kerang, ampas tebu, daun teh dan bubuk kopi juga telah dimanfaatkan (Ferro-Garcia, dkk., 1988 ; Orhan, 1993). Efisiensi beberapa biosorben ini untuk pemanfaatan pada skala industri masih perlu kajian lanjutan dan perhitungan ekonomis. Beberapa sorben efektif yang saat ini ban yak digunakan untuk skala industri adalah resin penukar ion dan karbon aktif, namun harganya cukup mahal. Beberapa sorben murah seperti debu layang, tanah liat dan serbuk gergaji dapat dimanfaatkan, namun kapasitas penyerapan ion logam beratnya kecil, sedangkan alumina aktif yang cukup efektif untuk pengolahan limbah logam berat tapi hanya efektif pada kondisi pH yang ekstrem. Bertolak dari latar belakang di atas, pada penelitian ini akan dipelajari fenomena sorbsi beberapa ion logam berat menggunakan kitin. Kitin merupakan polimer kedua terbanyak setelah selulosa banyak dijumpai dalam kulit udang, cangkang hewan Artropoda, kepiting, cumi-cumi, serangga dan sejumlah jamur. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan tingkat produksi sejumlah hasil di atas yang tinggi memungkinkan pemanfaatan produk ini sebagai adsorben dapat dioptimalkan. Modifikasi kitin yang
akan dilakukan terutama bertujuan meningkatkan kapasitas penyerapan mengefesienkan pemakaian material.
untuk dan
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen laboratorium yang akan dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. Pembuatan adsorben kitin termodifikasi dengan Lsistein. 2. Karakterisasi kitin termodifikasi yang dihasilkan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) dan penentuan gugus sulfhidril secara iodometri. 3. Penentuan pH dan kapasitas adsorbsi ion logam berat Zn, Cd, dan Pb pada adsorben termodifikasi. 4. Mempelajari kinetika adsorpsi ion logam berat Zn, Cd, dan Pb. 2.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium FMIP A DIM dan Laboratorium Kimia Analitik FMIP A UNHAS. Meliputi penyiapan alat dan bahan, pembuatan kitin termodifikasi dengan L-sistein, penentuan pH dan kapasitas adsorbsi ion logam berat pada adsorben termodifikasi dan mempelajari kinetika adsorbsi ion logam berat Zn(II), Cd(II) dan Pb(II). 2.2. Bahan dan Peralatan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Chitin, L-cysteine, larutan standar ion logam Zn(II), Cd(II) dan Pb(II) yang diperoleh dari ZnCh, Cd(N03)2.4H20 dan Pb(N03h nitric acid (HN03), sulfuric acid (H2S04), etanol, acetic acid, potassium iodide (KI), potassium iodate (Kl03), sodium thiosulfate (Na2S203), tetrahydrofuran (THF) dan aquades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH-meter, spektrofotometer serapan atom, Fourier Transform Infra Red (FTIR) , Scanning
669
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Electron Microscope (SEM), neraca analitik, pengaduk magnetik, vacuum oven, ayakan 100 mesh dan peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia.
dihasilkan dititrasi dengan Na2S203 0,03 M sampai warna kuning hilang. %SH selanjutnya dapat dihitung dan dibandingkan dengan data analisis elemental.
2.3. Prosedur Penelitian 2.3.1. Pembuatan kitin termodifikasi dengan L-sistein - Dicampurkan 50 mL THF dan 10 mL H2S04, kemudian ditambahkan 109 L-sistein dan 5 g kitin sambil diaduk. Pengadukan dilakukan selama 72 jam pada suhu 50°C dengan menggunakan magnetik stirer. - Selanjutnya produk yang dihasilkan disaring dan dibilas dengan aquades sampai filtratnya netral. Dicuci lagi dengan etanol untuk menghilangkan kelebihan Lsistein, lalu disaring. - Produk dikeringkan dalam vacuum oven pada suhu 35°C. Kitin ter-modifikasi yang diperoleh disimpan dalam wadah gelap, kering dan tertutup agar terhindar dan cahaya dan kelembaban.
2.3.3.Penentuan pH dan kapasitas adsorpsi - Sejumlah 1 g kitin atau kitin-sistein dalam 100 mL masing-masing larutan standar logam (Zn2+, Cd2+, Pb2+) 25 ppm diaduk pada temperatur kamar selama 8 jam pada interval pH 2,0 - 9,0. Selanjutnya didiamkan selama 10 jam. Konsentrasi masing-masing ion logam sebelum dan sesudah adsorpsi pada variasi pH kemudian ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). - Kapasitas adsorpsi terbaik untuk masingmasing ion logam diperoleh pada pH yang memberikan persen adsorpsi tertinggi. - Kapasitas adsorpsi (Q) dihitung dengan menggunakan rumus :
2.3.2.Karakterisasi struktur dari kitin termodifikasi - Bubuk kitin maupun kitin termodifikasi L-sistein dikarakterisasi meng-gunakan spektroskopi infra merah (FTIR) yang diimpregnasikan ke dalam pelet KEr. - Analisis elemental semikuantitatif dan struktur permukaan dan kitin dan kitin termodifikasi juga dilakukan menggunakan SEM. Gambar
1. Skema Kerja Penelitian
- diaduk 72 jam
KOMPOSIT
ADSORBEN
- saring - bilas dengan aquades & etanol
KINETIKA
KARAKTERISASI
ADSORPSI
KAPASITAS
ADSORPSI
-
FTIR SEM Iodometri
- Gugus sulfhidril (-SH) yang terdapat pada L-sistein dianalisis dengan menggunakan titrasi iodometri sebagai berikut : ke dalam labu takar 50 mL masukkan 0,25 g kitin-sistein, 15 mL aquades, 2,5 mL asam asetat dan 0,5 g KI. Jika KI telah larut sempurna tambahkan KI03 0,003 M. r, yang
Q
V (Co - C) dimana V= volume ion W logam, W= berat adsorben, Co dan C adalah konsentrasi ion logam sebelum dan sesudah adsorpsi. =
2.3.4.Kinetika adsorpsi ion logam berat pada kitin termodifikasi Sejumlah 1 g kitin-sistein ditambahakan ke dalam 100 mL masing-masing larutan standar logam (Zn2+, Cd2+, Pb2+) 25 ppm. Untuk mengefektitkan proses adsorpsi campuran sebaiknya diaduk. pH optimum untuk masingmasing ion logam yang diperoleh pada percobaan sebelumnya digunakan pada percobaan ini. Selang 20 menit, persen kapasitas adsorpsinya ditentukan. Lamanya penentuan kinetika adsorpsi ini berlangsung dimana sudah terlihat tidak adanya perubahan kapasitas adsorpsi. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pembuatan adsorben kitin termodifikasi dengan L-sistein Dilakukan pembuatan kitin termodifikasi dengan L-sistein dengan mencampurkan 50 mL tetrahidrofuran (THF) dan 10 mL H2S04, kemudian ditambahkan 10 g L-sistein dan 5 g kitin sambil diaduk. Pengadukan dilakukan selama 72 jam dengan menggunakan magnetic stirrer. Produk yang dihasilkan disaring dan dibilas dengan aquades sampai filtratnya netral, dicuci lagi dengan etanol untuk menghilangkan kelebihan LSistein. Produk dikeringkan dalam vacuum oven pada suhu 35°C. 3.2. Karakterisasi struktur dari kitin dan kitin termodifikasi Karakterisasi kitin dan kitin termodifikasi L-sistein dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Puncak-puncak spektrogram infra merah kitin sigma dan kitin termodifikasi dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.
670
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010 sistein. Karakterisasi struktur berdasarkan hasil perekaman foto Scanning Electron Microscope (SEM) pada sampel kitin menunjukkan adanya lempengan kecil yang bertumpuk dan membentuk susunan kristal. Sampel sistein menunjukkan lempengan yang panjang. Sedangkan pada kitin termodifikasi L-Sistein menunjukkan adanya lempengan kecil dan panjang yang bertumpuk. Hasil Scanning Electron Microscop (SEM) kitin sigma, L-sistein dan kitin termodifikasi L-sistein dapat dilihat pada gambar 4a, 4b, dan 4c.
Gambar 2. Spektrogram
Infra Merah Kitin Sigma
r
--'\ \
Gambar 4a. Kitin sigma
A
n
I Y,,
_j_\.
J
\
Gambar
3. Spektrogran sistein
-'-{
-
!j
\
,
If
--1 /-
~~ ~ ~~ ~ Infra Merah
n
J
t
- -
~~
i
\
,
I ,
Kitin Termodifikasi
Gambar 4 b. L-Sistein L-
Spektrum infra merah D max (cm') kitin sigma: 3448,72; 2885,51; 1664,57; 1377,17; 1259,52; 1203,58; 1076,28; 1026,13. Hasil interpretasi spektrum infra merah kitin sigma memperlihatkan adanya puncak serapan pada daerah 3448,72 cm' menunjukkan adanya gugus hidroksil. Daerah ulur N-H sekunder dari amida mempunyai puncak serapan 3109,25 cm-). Serapan C-H dan metil muncul pada puncak serapan 2885,51 cm'. Uluran C=O amida muncul pada serapan 1664,57 cm'. Puncak serapan 1377,17 cm-) adalah rentangan C-H metil. Vibrasi rentangan CoO yang terjadi pada kisaran 1259,52 cm-) hingga 1203,58 cm-) memperkuat adanya gugus hidroksil dalam senyawa ini. Puncak serapan 1076,28 cm-) merupakan rentangan CoO-C. Spektrum infra merah D max (ern") kitin termodifikasi L-sistein: 3444,87; 3026,31; 2586,54; 1622,13; 1408,04; 1124,50; 675,09 Hasil interpretasi terhadap spektrum infra merah kitin termodifikasi L-sistein memberikan data yang diperlihatkan pada puncak serapan 3444,87 cm' menunjukkan adanya gugus hidroksil. Daerah serapan 3026,31 crnlmernperlihatkan uluran N-H sekunder. Puncak serapan SoH muncul pada 2586,54 cm'. Uluran C=O amida muncul pada serapan 1622,13 cm-). Puncak serapan 1408,04 cm-) adalah rentangan C-H metil. Vibrasi rentangan CoO yang terjadi muncul pada puncak serapan 1193,94 cm'. Rentangan C-O-C muncul pada puncak serapan 1124,50 cm-). Analisis elemental semikuantitatif dan struktur permukaan dan kitin, L-sistein dan kitin termodifikasi dilakukan dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) untuk melihat struktur fisik dan kitin sigma, L-sistein dan kitin termodifikasi L-
Gambar 4c. Kitin Termodifikasi L-Sistein
Gambar 4. Hasil Scanning Electron Microscope (SEM): (a) Kitin Sigma; (b) L- sistein; (c) Kitin termodifikasi Lsistein
Gugus sulfhidril (-SH) yang terdapat pada Lsistein dianalisis dengan menggunakan titrasi iodometri. Hasil analisis diperoleh persentase gugus sulfhidril pada L-sistein dan kitin termodifikasi Lsistein yaitu 27,3%. 3.3. Penentuan pH dan kapasitas adsorbsi Penentuan pH dan kapasitas adsorbsi dan kitin dan kitin termodifikasi dengan L-Sistein pada interval pH 2,0 - 7,0. Sejumlah 1 gram kitin dan kitin trmodifikasi L-sistein masing-masing ditambahkan ke dalam 100 mL larutan standar logam (Zn2+, Cd2+ Pb2+) 25 ppm diaduk pada temperatur kamar selama 8 jam. Selanjutnya didiamkan selama 10 jam. Konsentrasi masing-masing ion logam sebelum dan sesudah adsorbsi pada variasi pH kemudian ditentukan dengan spektrofotometer serapan atom (SSA). Data konsentrasi, kapasitas adsorbsi pada variasi pH dan kinetika adsorbsi dapat dilihat pada tabel berikut:
671
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Tabel 1. Penentuan pH dan Kapasitas adsorbsi kitin dan kitin termodifikasi L-sistein terhadap ion logam Zn Adsor ben
Grafik pH VS kapasitas
Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi
Konsentrasi ion logam sesudah adsorpsi
Kapasitas adsorpsi (Q) (mg/g)
2 3
25 25
14,264 8,467
1,0736 1,6535
~ 1.45 :::.::: 1.4
4
25
2,507
2,2493
1.35 1.3
5 6
25 25
0,934 2,654
2,2346
5
25
0,81
2,419
pH
~
o
-g I'tI
Kitin
Kitin termodifika si dengan L-Sistein
Tabel2. Kinetika adsorpsi kitin termodifikasi ion logam berat Zn Adsorben
Kitin termodifik asi dengan LSistein
Larutan standar (ppm)
Wkt (s)
25 25 25 25
20 40 60 80
Konsentrasi ion logam sebelum Adsorpsi 25 25 25 25
adsorpsi
Cd
1.8 1.75 1.7 1.65 1.6 1.55 1.5
2,4066 pH
Gambar
7. Kurva hubungan untukkitin
Tabel4.
Kinetika adsorpsi kitin termodifikasi ion logam berat Cd
L -sistein terhadap Konsentrasi ion logam sesudah adsorpsi 0,83222 0,81512 0,7633 0,7428
Kapasitas Adsorbsi (Q) 2,4168 2.4185 2,4237 2,4257
antara kapasitas
adsorbsi dan pH
L-sistein terhadap
Adsorben
Larutan stan dar
Wak (s)
Konsentr asi ion logam sebelum Adsorpsi
Konsentrasi ion logam sesudah adsorpsi
Kapasitas Adsorbsi (Q)
Kitin termodifik asi dengan L-Sistein
0,1 0,2 0,4 0,8
20 40 60 80
25 25 25 25
0 0 0 0
2,5 2,5 2,5 2,5
Tabel 5. Penentuan pH dan Kapasitas adsorbsi kitin dan kitin termodifikasi L-sistein terhadap ion logam Pb
Grafik pH VS Kapasitas adsorpsi Zn
Adsorben
Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi 25 25
pH
2 3
Kapasitas adsorpsi (Q)
Konsentrasi ion logam sesudah adsorpsi 20 0
0,5
o
Kitin
05 1.5
35
25
45
55
6.5
pH
Gambar 5. Kurva hubungan antara kapasitas adsorbsi dan pH untukkitin
Kitin termodifikasi Ldengan Sistein
Tabel6. Graflk w21ktu VS konsentrasl
ICiam
Zn yanK terserap
R2
~
24_22
Xi
Ii
.l:!
0
0
25 25
0 0
0 0
2
25
18,65
0.635
v» O.OOlx + 24.13
24.28
24.24
25
5 6
Kinetika adsorpsi kitin termodifikasi ion logam berat Pb
••
0.958
24.26
.~
4
Adsorben
•
24.2
Kitin termodifik asi dengan LSistein
•
24_18 24.16
Larutan standar
Wkt (s)
25 25 25 25
20 40
60 80
Konsentrasi ion logam sebelum Adsorpsi 25 25 25 25
L-sistein terhadap Konsentrasi ion logam sesudah adsorpsi 20,41 19,86 18,38 18,64
Kapasitas Adsorbsi (Q) 0,459 0,514 0,662 0,636
24.14
20
60
40
80
100
waktu Grafik waktu
Gambar 6. Kurva hubungan antara kapasitas adsorbsi dan waktu untuk kitin termodifikasi L-sistein
Konsentrasi ion logam sesudah adsorpsi 11,055 9,935
Kapasitas adsorpsi (Q)
2 3
Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi 25 25
4
25
8,82
1,618
5 6
25 25
7,52 7,405
1,748 1,7595
6
25
0
2,5
pH
konsetrasi logam Pb yang terse rap
y = O.050x + 3.42
<---~-~---.",-"",
Tabel 3. Penentuan pH dan Kapasitas adsorbsi kitin dan kitin termodifikasi L-sistein terhadap ion logam Cd Adsorben
IJS
1,3945 1,5065
Kitin
Kitin termodifikasi dengan LSistein
10
20
30 Wok!" 40
SO
60
70
Gambar 8. Kurva hubungan antara kapasitas adsorbsi dan waktu untuk kitin termodifikasi L-sistein
Hasil analisis data menunjukkan bahwa variasi pH adsorben dari 2 hingga 5 terjadi peningkatan kapasitas adsorpsi dalam menyerap logam Zn , namun pada pH
672
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
yang lebih tinggi yaitu pH 6 kapasitas adsorbsi menurun. Untuk logam Cd variasi pH adsorben dari 2 sampai 6 kapasitas adsorbsi meningkat dan pada pH 7 kapasitas adsorbs menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pada sisi aktif dari kitin dan kitin termodifikasi L-Systein tidak mampu lagi menyerap logam karena telah mengalami kejenuhan. Berdasarkan hal ini maka pH 5 adalah pH optimum dari kitin dan kitin termodifikasi L-Systein untuk menyerap logam Zn dan pH 6 adalah pH optimum untuk menyerap logam Cd. Sedangkan untuk logam Pb hanya pada pH 2 yang dapat menyerap logam. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kapasitas adsorpsi kitin termodifikasi L-Systein terhadap logam Zn, Cd dan Pb lebih tinggi dari pada kitin. Kinetika adsorbsi kitin termodifikasi L-sistein terhadap logam Zn dan Pb optimum pada menit ke 60. Sedangkan untuk logam Cd pada menit ke 20 hasil analisis menunjukkan konsentrasi ion logam Cd setelah adsorbsi sarna dengan nol. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa: 1. pH optimum yang digunakan untuk menentukan kapasitas adsorbsi dari kitin dan kitin termodifikasi L-sistein dalam menyerap logam Zn adalah pH 5, dan pH 6 untuk logam Cd, sedangkan untuk logam Pb yaitu pada pH 2. 2. Kitin termodifikasi L-sistein merupakan adsorben yang lebih efektif digunakan untuk menyerap logam berat Zn, Cd dan Pb dibandingkan kitin. 4.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lajut terhadap logam berat yang lain seperti Cu, Hg, dan Ni. DAFT AR PUST AKA Baker, D., and Czarnecki-Maulden, G., (1997). "Pharmacologic Role of Cysteine in Ameliorating or Exacerbating Mineral Toxicities.". 1. Nutr., 117 (6),1003-1010. Da Silva, K.M.P., and Da Silva, M.I.P., (2004), Copper Sorption from Diesel Oil on Chitin and Chitosan Polymer, Colloids & Surface A: Physicochem. Eng.Aspects, 237, 15-21. Delgado, A., Anselmo, A.M., and Novais, J.M., (1998), Heavy Metal Biosorption by Dried Powdered Mycelium of Fusarium flocciferum, Water Environ.Res., 70, 370-375. Departemen Kelautan & Perikanan RI, DKPRI (2003), Industri Kitin : Dari Limbah menjadi Bernilai Tambah, http://www.dkp.go.id (akses tanggal 2 Februari 2008). Dutkiewicz, J .K., (2002), Superabsorbent Materials from Shellfish Waste - A Review, 1. of Biomed.Materials Research, 63, 373-381. Ferro-Garcia, M.A., Rivero-Utrilla, J., and BautistaToledo, I., (1988), Adsorption of Zinc, Cadmium and Copper on Activated Carbons obtained from Aqricultural by-Products, Carbon, 26 363-373.
Filho, J.A.R., Bach, E.E., Vargas, R.R., Soares, D.A.W., and de Queiroz, A.A., (2004), An Investigation of Cadmium(lI) and Nickel(lI) Adsorption by Chitin graft Copolymer, 1. of Applied Polymer Sci., 92, 1310-1318. IUPAC-IUBMB Joint Commission on Biochemical Nomenclature. Nomenclature and Symbolism for Amino Acids and Peptides. Recommendations on Organic & Biochemical Nomenclature, Symbols & Terminology etc. Retrieved on 2007-05-17. Kartal, S.M., and Imamura, Y., (2005), Removal of Copper, Chromium, and Arsenic from CCATreated Wood onto Chitin and Chitosan, Bioresource Tech., 96, 389-392. Knocke, W.R., and Hemphill, L.H., (1981), Mercury Sorption by Waste Rubber, Water Res., 15, 275282. Kumar, M.N.V., (2000), A Review of Chitin and Chitosan Applications, Reactive & Funct. Polymer,46,1-27. Kurniawan, A., (2004), Imobilisasi Asam Humat pada Kitin dan Aplikasinya untuk Adsorpsi Ni(II), Tesis Magister Kimia, PPs UGM, Yogyakarta. Macchi, G., Maroni, D., and Tiravarthi, G., (1986), Uptake of Mercury by Exhausted Coffee Grounds, Environ. Technol. Lett., 7,431-444. Orhan, Y., and Buyukgungor, H., (1993), The Removal of Heavy Metals by using Agricultural Wastes, Water Sci. Technol., 28, 247-255. Quig, D., (1998), Cysteine Metabolism and Metal Toxicity, Altern. Med. Rev., 3 (4), 262-270. Sag, Y., and Aktay, Y., (2002), Kinetic Studies on Sorption of Cr(VI) and Cu(lI) Ions by Chitin, Chitosan and Rhizopus arrhizus, Biochem.EngJ., 12,143-153. Sehol, M., (2004), Imobilisasi Asam Humat pada Kitin dan Aplikasinya sebagai Adsorben Cr(lll), Tesis Magister Kimia, PPs UGM, Yogyakarta. Skjak-Braek, G.A., Athonsen, T., and Sandford, PT, (1998), Chitin and Chitosan: Sources, Chemistry, Biochemistry, Physical Properties and Applications. Elsevier Appl. Sci., London. Skoog, D.A., Holler, FJ and Nieman,T.A., (1998), Principles of Instrumentals Analysis, 5th Ed., Saunders College Publishing, Florida Tan, T.C., Chia, C.K., and Teo, C.K., (1985), Uptake of Metal Ions by Chemically Treated Human Hair, Water Res., 19, 157-162.
673
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
674
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
USULAN RANCANGAN KURSI GAMBAR YANG ERGONOMIS PENDEKAT AN ANTHROPOMETRI
DENGAN
Yuli Kusdiah Dosen Prodi Teknik dan Manajemen Industri Sekoloh Tinggi Teknik Darma Yadi (STITEK)
ABSTRAK Peraneang kursi gambar yang ergonomis dengan pendekatan anthropometri. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi STITEK Dharma Yadi Makassar. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran untuk memperoleh data anthropometri yang dilakukan pada 60 orang mahasiswa. Data dianalisis seeara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan persentil 95% diperoleh ukuran kursi gambar LS 50,276 em, BPK 47,5 em, PPL 46,11 em, LPL 46,22 em, TPL 51,5 em, MKL 10,15 em, TS 27,764 em, dan LL 47,205 em. Kata Kunei: Peraneangan Kerja, Antropometri, Ergonomi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraneangan dan perkembangan produk merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana meraneang produk. Aplikasi ilmu ini meneakup peraneangan produk baru maupun peraneangan produk yang sudah ada (redesain). Akan halnya peraneangan produk harus memperhatikan aspek-aspek ekonomis agar terjangkau oleh daya beli pengguna, dan aspek ergonomis agar bisa menghasilkan suatu fasilitas berupa produk yang nyaman, aman dan efektif. Ergonomi adalah suatu eabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat-sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia meraneang suatu sistem kerja sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistern itu sengan baik, yaitu meneapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan yang sehat, nyaman dan aman. Pendekatan yang dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik dan motivasi manusia manusia terhadap desain dan prosedur dan lingkungan tempat menggunakannya. Pada jurusan teknik arsitektur, kursi merupakan alat yang penting selain meja gambar untuk menggambar atau mendesain suatu bangunan dan berbagai mae am mesin. Kursi gambar yang dipakai dan digunakan sekarang adalah kursi gambar yang biasa yang bahannya ban yak menggunakan kayu, dan kursi yang tanpa sandaran dan kakinya menggunakan roda. Dari hasil wawaneara dengan pengguna kursi gambar mereka rata-rata mengeluhkan kursi yang mereka gunakan sekarang ini, karena masih kurang memberikan kenyamanan dan terkadang menyebabkan aktivitas menggambar mereka terganggu. Dengan mengidentifikasikan kursi gambar yang konsumen gunakan selama ini dalam menggambar yaitu kursi gambar yang bahannya ban yak menggunakan kayu sehingga terkadang mereka kurang merasakan kenyamanan, karena jika duduk lama menggambar
dengan menggunakan kursi tersebut mereka akan mengalami kelelahan otot pinggang dan punggung, dan jika mereka ingin mengambil suatu barang yang terletak tidak jauh dari kursi tersebut mereka harus berdiri untuk mengambilnya. Dengan melihat kondisi di atas, maka penulis terdorong untuk meraneang kursi gambar yang ergonomis, sehingga pengguna kursi gambar dapat lebih nyaman dan aman untuk duduk selama melakukan kegiatan menggambar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana meraneang kursi gambar yang ergonomis ? 1.3 Tujuan dan Kegunaan a. Tujuan: Untuk meraneang kursi gambar yang ergonomis dengan pendekatan anthropometri b. Kegunaan : Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pemakai untuk menggunakan fasilitas kursi gambar yang ergonorms. Sebagai bahan masukan atau informasi yang aktual bagi pengguna kursi gambar dalam rangka meningkatkan aktifitas dalam menggambar. METODOLOGI
PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi STITEK Dharma Yadi Makassar, dengan objek penelitian kursi gambar. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Nopember 2008. 2.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam pengambilan data dalam penulisan ini maka penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut :
674
ILTEK,Volume
a.
b.
5, Nomor
9, April
2010
Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan eara melakukan pengukuran yang berhubungan dengan anthropometri. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu studi literatur yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas.
2.3 J enis dan Sumber data Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan pengukuran langsung untuk mendapatkan data anthropometri yang diperoleh dari 60 orang mahasiswa laki-laki dan perempuan. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari ?~berapa literatur yang relevan dengan penelitian lUI.
2.4 Metode Analisa Data Data-data yang dikumpulkan akan dianalisa seeara kuantitatif dengan menggunakan formulasi matematis, yaitu : 1. Uji Keseragaman Data Pengujian keseragaman data diperoleh dari hasil pengamatan sebagai alat kontrol dihitung rata-rata mean, batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKE), dengan menggunakan tingkat kepereayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% 2. Uji Keeukupan Data Uji keeukupan data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepereayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%, dimana dari data dimensi tubuh yang diukur tiap dimensi akan menyimpang lebih dari 5%. 3. Uji Kenormalan Data Uji kenormalan data dilakukan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. 4. Uji Persentil Uji persentil dilakukan jika sejumlah data telah eukup (N' > N), maka tahap selanjutnya menentukan persentil yang akan dipergunakan untuk meraneang kursi gambar.
ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisa Hasil Data Anthropometri Dalam penelitian ini, jumlah data yang diambil adalah sebanyak 60 orang mahasiswa yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Data tersebut meliputi dimensi tubuh yang nantinya digunakan dalam meraneang kursi gambar. Adapun dimensi-dimensi tubuh yang diukur adalah: 1. Lebar sandaran (LS) 2. Tinggi sandaran (TS) 3. Bahu ke pangkal kaki (BPK) 4. Pantat popliteal (PPL)
5. Tinggi popliteal (TPL) 6. Lebar pinggul (LPL) 7. Mata kaki ke lantai (MKL) 8. Lutut ke lantai (LL) Dengan mengikuti tahap-tahap tersebut, maka akan dipergunakan dalam peraneangan kursi gambar, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Tabel anthropometri No Dimensi 5% 50% Tubuh ile ile 1 LS 24,9 33,92 2 TS 16,065 18,607 3 BPK 28,78 40,28 4 PPL 33,42 40,01 5 TPL 36,205 45,406 6 LPL 30,37 37,21 7 MKL 6,898 8,513 8 LL 34,857 42,136
95% ile 50,276 27,764 47,5 46,11 51,5 46,22 10,15 47,205
3.2 Usulan Raneangan Kursi Gambar Peraneangan alat ini ada perubahan, terutama pada bagian alas akan disesuaikan dengan pantat dan paha serta bagian belakang atau sandaran akan disesuaikan dengan punggung atau lekuk bagian belakang. Agar nantinya mahasiswa bisa lebih nyaman dalam melakukan aktifitas menggambar. Adapun aplikasi peraneangan kursi gambar adalah sebagai berikut: 1. Raneangan untuk dudukan Dimensi tubuh yang digunakan adalah : - Pantat ke popliteal (PPL) = 46,11 em - Lebar pinggul (LPL) = 46,22 em 2. Raneangan untuk sandaran Dimensi tubuh yang digunakan adalah : - Lebar sandaran (LS) = 50,276 em - Tinggi sandaran (TS) = 27,764 em - Bahu ke pangkal kaki (BPK) = 47,5 em 3. Raneangan untuk stan kaki Dimensi tubuh yang digunakan adalah : - Mata kaki ke lantai (MKL) = 10,15 em 4. Raneangan untuk kursi ( tinggi dari lantai) Dimensi tubuh yang digunakan adalah : - Lutut ke lantai (LL) = 47,205 em - Tinggi popliteal (TPL) = 51,5 em
PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, maka kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk meraneang kursi gambar yang ergonomis maka dilakukan uji persentil. Dengan persentil 95% diperoleh ukuran LS 50,276 em, BPK 47,5 em, PPL 46,11 em, LPL 46,22 em, TPL 51,5 em, MKL 11,05 em, TS 27,764 em, dan LL 47,205 em.
675
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
4.2 Saran Agar hasil rancangan kursi gambar yang diperoleh sesuai dengan desain yang telah dibuat, maka faktor yang terpenting dalam desain ini adalah peran aktif dari semua pihak dan ketersediaan sumber daya yang ada. DAFT AR PUST AKA Eugene Grant and W.Grant Iresen. 1997. Handbook of Industrial Engineering and Management. Second Edition. Pretties Hall India Limitted. New Delhi. Iftikar Z. Sutalaksana, Ruhana A, John H.T. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Departemen TI. ITB Bandung. Karl T. Ultich, Steven D. Eppinger. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk. Salemba Teknika. Mail Mury. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. FTI UMI. Makassar. Sudjana. 1982. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Sritomo Wignjosoebroto. 1989. Teknik Tata Cara Kerja dan Pengukuran Kerja. ITS Surabaya.
I'
Tampak Samping
LAMPIRAN a. Gambar sebelum redesain
f.
b.
Gambar Usulan Rancangan
----.,
It
(
~
Tampak Depan
676
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
PERENCANAAN PENGEMBANGAN LANDASAN P ACU (RUN WAY) BANDAR UDARA KASIGUNCU DI KABUPATEN POSO PROPINSI SULAWESI TENGAH Renny Abulebu Dosen Fakultas Tekuik Universitas Sintuwu Maroso Poso
ABSTRAK Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Ada dua altenatif yang dapat menghubungkan kepulauan tersebut, yang pertama dengan menggunakan jasa transportasi air (hanya dapat menjangkau daerah pesisir pantai dan daerah pinggiran sungai) dan yang kedua adalah dengan menggunakan layanan transportasi udara (dapat menjangkau hingga di pedalaman). Landasan paculrun way merupakan salah satu bagian utama dari Bandara udara, yang berfungsi sebagai tempat pesawat melakukan gerakan mendarat dan tinggal landas. Panjang runway di Bandara Udara Kosiguncu saat ini yaitu 1.117 meter, dan lebar 23 meter. Tentunya untuk akan di kembangkan, sehingga dapat melayani jenis pesawat lebih besar lagi. landasan pacu lrun way, inilah perlu diperhitungkan mengingat pengembangan dan potensi besar Bandar Udara Kasiguncu ke depan. Berdasarkan hasil penelitia diperoleh arah runway atau wind coverage bandara udara Kasiguncu yang dikuasai angin untuk cross wind 10, 13, dan 20 knots untuk azimuth 03-21 lebih besar dan 95 %. Sudah memenuhi syarat ICAO, Panjang landasan pacu/runway 1706 m, dan Lebar landas pacu Bandara udara Kasiguncu adalah 45 m. Kata Kunci: Runway
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Bahkan ada sebagian daerah di pedalaman terhalang oleh barisan pegunungan dan hutan. Ada dua altenatif yang dapat menghubungkan kepulauan tersebut, yang pertama dengan menggunakan jasa transportasi air (hanya dapat menjangkau daerah pesisir pantai dan daerah pinggiran sungai) dan yang kedua adalah dengan menggunakan layanan transportasi udara (dapat menjangkau hingga di pedalaman). Sehingga untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain/antar pulau transportasi udara merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk di pakai. Alasan orang menggunakan transportasi udara dikarenakan waktu yang digunakan relatif lebih singkat, bila dibandingkan dengan menggunakan transportasi air. Daerah Sulawesi Tengah, sudah saatnya mengembangkan transportasinya khususnya transportasi udara, baik bandara itu sendiri, jenis pesawat yang digunakan dan rute penerbangannya. Ini dikarenakan trend lalulintas udara di Bandara Kasiguncu meningkat 0.47 %. Transportasi udara merupakan potensi yang besar yang perlu dikembangkan untuk lebih memacu pembangunan di daerah Sulawesi Tengah.
Demikian halnya di kabupaten Poso. Kabupaten Poso yang wilayahnya membentang dari arah tenggara, ke Barat Daya dan melebar dari arah Barat ke Timur, dan sebagian besar berada di daratan pulau Sulawesi maka dilihat dari posisinya kabupaten ini terletak di tengah-tengah pulau Sulawesi. Wilayah ini merupakan jalur yang strategi yang menghubungkan Sulawesi Utara dengan Sulawesi Tengah. Bandar udara yang dimiliki oleh Kabupaten Poso adalah Bandar udara Kasiguncu yang terletak pada koordinat 0 I' 23' 00" LS dan 1200 44' 00" BT yang berjarak. 15 Km dari pusat kota Poso tepatnya pada kota kecamatan Poso pesisir. Berdasarkan perkembangannya Bandar udara Kasiguncu saat ini hanya dapat menampung pesawat Cassa 212 dan A TR
42. Landasan paculrun way merupakan salah satu bagian utama dari Bandara udara, yang berfungsi sebagai temp at pesawat melakukan gerakan mendarat dan tinggal landas. Panjang runway di Bandara U dara Kosiguncu saat ini yaitu 1.117 meter, dan lebar 23 meter. Tentunya untuk akan di kembangkan, sehingga dapat melayani jenis pesawat lebih besar lagi. landasan pacu lrun way, inilah perlu diperhitungkan mengingat pengembangan dan potensi besar Bandar Udara Kasiguncu ke depan.
677
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, peningkatan pelayanan Bandar Udara Kasiguncu, agar pada masa yang akan datang dapat didarati oleh pesawat yang lebih besar, maka perlu dirumuskan: - Bagaimana merancang arah landasan pacu/run way bandara udara Kasiguncu. Berapa besar panjang landasan pacu/run way agar pesawat lebih besar bisa mendarat/turun. - Bagaimana merancang lebar landasan pacu/runway bandara udara Kasiguncu.
2.3 Tahapan Penelitian
Data Skunder
Perumusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaanlandasan pacu
Pengumpulan Data: - Arah angin
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan
- Kecepatan angin
Adapun maksud tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan Pengembangan Bandar udara Kasiguncu: Untuk mengetahui arah landasan pacu/run way bandara udara Kasiguncu. - Untuk mengetahui panjang landasan pacu/run way agar pesawat lebih besar bisa mendarat/turun.
Analisa - Arah runway - Panjang runway - Lebar landasan pacu
Perbandingan
METODELOGI PENELITIAN 2.1 J enis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian bersifat studi kasus, bermaksud untuk merencanakan pengembangan landasan pacu/run way bandar udara Kasiguncu di Kabupaten Paso Propinsi Sulawesi Tengah
perencanaang
runway
PEMBAHASAN 3.1 Arah Runway Analisa dengan menggunakan wind rose diagram untuk mendapatkan persentase angin yang bertiup pada daerah tertentu, saat ini runway bandara udara Kasiguncu memiliki azimuth 30-210. Sedangkan ketetapan ICAO sebagai persyaratan: Tabel3.1 Frekwensi Angin Kec. Arah
2.2 J enis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari bandar udara Kasiguncu yang terdiri dari arah run way, panjang runway, lebar runwat, elevasi dan temperature. Sedangkan data sekunder penulis dapatkan melalui buku-buku literature dan hasil penelitian lain yang serupa.
sebelum
perencanaan dengan hasil analisa
- Untuk mengetahui lebar landasan pacu/runway bandara udara Kasiguncu.
1.4 Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah penelitian ini hanya dibatasi pada: - Lebar landasan pacu/runway bandara udara Kasiguncu. Penelitian ini tidak mencakup mengenai analisa biaya - Karakteristik pesawat rencana.
Data Primer
0-3
3-6
6-10
10-16
16-21
>22
Knots
Knots
Knots
Knots
Knots
Knots
1048 364
8 4
2
2557
CALM 374 N 238 NE 121 E 25 SE 2 S II SW I W 13 NW Jumlah 374 411 Sumber: Kantor BMG Bandara
III
3 194 3 2 15 1740
18
30
Udara Kasiguncu
678
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Tabel 3.2 Data persentase angin Kec. Arah CALM N NE E SE S SW W NW Jurnlah
0-3 Knots 14,627
14,627
3-6 Knots
6-10 Knots
10-16 Knots
9,308 4,732 0,98 0,08 0,430 0,039
40,986 14,236 4,341 0,117 7,578 0,117 0,08 0,587 68,042
0,313 0,157
0,509 16,078
0,704
16-21 Knots
>22 Knots
0,04 0,04
1,173
0,08
2557
Total 14,627 50,607 19,125 5,321 0,196 8,752 0,156 0,12 1,096 100
Data-data persentase angin di atas, digunakan untuk perencanaan dalam menentukan arab runway (R/W) dengan mempertimbangkan type pesawat yang akan menggunakan airport dan dengan menganggap komponen "CROSS WIND" bertiup dalam dua arah.
Cross Wind 10 knots =100{(0.6xO.04)+(0.6xO.04)+(0.3xO.704)+(0.3xO.313) } =99.647% Cross Wind 13 knots =100{(OAxO.04)+(OAxO.04)+(0.2xO. 704)+(0.2xO.313)} =99.765% Cross Wind 20 knots =100% Jadi dari perhitungan analisa angin di atas didapat bahwa wind coverage atau arab yang dikuasai angin untuk cross wind 10, 13, dan 20 knots untuk azimuth 03-21 lebih besar dari 95 %. Berarti arah runway pada Konsigucu telah memenuhi syarat ICAO. 3.2 Panjang Runway Runway bandara udara kasiguncu yang ada saat ini termasuk dalam klasifikasi landasan pacu non instrument dengan kode 2B. Kode nomor landasan pacu 2 ini didasarkan pada landasan pacu operasional 1.117 m (800 m - 1.200 m). Adapun kode B didasarkan pada bentang sayap pesawat terbesar yang beroperasikan saat ini C-212, yaitu 19 m (15 m - 24 m).
Tabel 3.3 Aerodrome reference code Code Element 1 Code Aeroplane Num. Refrence Field Length Less than 800 m
Gambar 3.1 Penentuan arah Runway (Wind rose), arah NE-SW (10 Knots)
Code E1emen 2 Code Wings Span Letter
A
Up to but not including 15 m
2
3
Gambar 3.2 Penentuan arah Runway (Wind rose), arah NE-SW (13 Knots)
~
.~
azimuth
15 m up to but not including 24 m
C
24 m up to but not including 36 m
m
D
6 to but not including 9 m
36 m up to but not including 52 m 52 m up to but not including 65 m
Dalam perencanaan pengembangan Bandara Udara Kasiguncu direncanakan akan didarati oleh pesawat ATR 72 yang mempunyai ARFL = 10408 ill. Sedangkan koreksi elevasi Lj=1409,9712 rn, temperature TRef =30,167 °c maka ~=1624,3714 rn, dan slope/kemiringan 0,5% bandara udara Kasiguncu, syarat ICAO setiap kenaikan 1 % panjang landas pacu bertambah 10 % untuk panjang landas pacu, maka L3=1705,589 m = 1706 ill.
Gambar 3.3 Penentuan arah Runway (Wind rose), arah NE-SW (20 Knots)
pada
B
9 to but not including 14 m 9 Up to but E not including 14 m 14 Up to F 65 m up to but not including but not including 80 m 16 m Sumber: ICAO Aerodrome 14 international Standar & Recommended Practices, 3 Edition, 1999 4
Analisis wind coverage konfigurasi arab NE-SW:
800 m up to but not Including 1.200 m 800 m up to but not Including 1.200 m 1.800 m and over
Outer Main Gear Wheel Span Up to but not including 4.5 m 4.5 Up to but not including 6
03-21, 679
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Dari hasil koreksi terhadap elevasi, temperature dan kemiringan Bandar udara Kasiguncu diperoleh panjang landasan pacu/runway 1706 ill. 3. Lebar Runway Lebar runway Bandar udara Kasiguncu saat ini adalah 23 m dengan struktur permukaan berupa konstruksi beton aspal. Sesuai dengan standar ICAO, bila ditinjau dan sisi analisis permintaan jasa angkutan udara, maka fasilitas landasan pacu bandara udara ini secara ideal perIu ditingkatkan agar mampu mendukung operasi jenis pesawat rencana ATR 72. Untuk mengakomodasi operasional pergerakan pesewat ATR 72, ICAO annex 14 Internasional Standar and Recommended Practices merekomendasikan lebar runway 30 meter. Lebar perkerasan struktur dari landas pacu Bandara udara Kasiguncu Poso adalah 30 meter landas pacu dilengkapi dengan bahu landasan dengan lebar yang diambil 7.5 ill. Jadi lebar total landasan + bahu landasan = 45 m. Tabel3.4 Width of runway Code Code Letter Number ABC D E I 18 m 18 m 23 m 2 23 m 23 m 30 m 3 30 m 30 m 30 m 45 m 4 45 m 45 m 45 m Sumber: ICAO Aerodrome 14 international Standar & Recommended Practices, 3 Edition, 1999
F
60 m
PerkcrasanStruklural Sumbo
7.SOm
PeBemsan
)Om
150m
4Srn
Gambar 3.4 Potongan Melintang Runway Oahu 11lnduan
Gambar 3.5 Skema Runway.
PENUTUP 4.1 Kesimpulan arah runway atau wind coverage bandara udara Kasiguncu yang dikuasai angin untuk cross wind 10, 13, dan 20 knots untuk azimuth 03-21 lebih besar dari 95 %. Sudah memenuhi syarat ICAO.
Dari hasil koreksi terhadap elevasi, temperature dan kemiringan Bandar udara Kasiguncu diperoleh panjang landasan pacu/runway 1706 m. Lebar landas pacu Bandara udara Kasiguncu adalah 30 meter landas pacu dilengkapi dengan bahu landasan dengan lebar yang diambil 7.5 m. Jadi lebar totallandasan + bahu landasan = 45 m. 4.2 Saran Untuk meningkatkan pelayanan pada bandara udara Kosiguncu terutama peswat yang berkapasitas yang lebih besar dan sebelumnya, maka sebaiknya merenovasi bandara udara Kosiguncu secara keseluruhan. DAFT AR PUST AKA Basuki, Hem. 1986. Merancang, Merencana Lapangan Terbang, Penerbit Alumni, Bandung. Horonjeff, R. 1975. Planning & Design of Airport Second Edition,New York. Mac Graw-Hil Book Company. Khana,S.K & Aurora,M.G. 1979. Airport Planning and Designn, 3 edition India, New Chand & Bross. Selvadurai, A. P. S .1979. Elastic Analisis of Soil Foundation Interaction, Developments in Geotechnical Engineering Vol. 17.Elsevier Scientific Publishing Company. Yoder, E.J & Witczak, M.W, Principles of Pavement Design 20d Edition Wignall, Arthur. 1999. Proyek J alan Teori dan Praktek, Penerbit Erlangga, Jakarta. Jansen, F. 2007. Pelengkap Kuliah. Departemen Pendidikan N asional Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik. Direktorat J enderal Perhubungan U dara. 2004. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara. Data Klimatologi. 2006. Kantor Stasiun Meteorologi Poso. Data Lalu Lintas Udara. 2006. Dapertemen Perhubungan Kantor Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah Bandar Udara Kasiguncu. Kegiatan Penyusunan Desain Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Kasiguncu. 2006. Departemen Perhubungan Kantor Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah Bandar Udara Kasiguncu. Kabupaten Poso Dalam Angka. 2000. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Kabupaten Poso Dalam Angka. 2005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Kabupaten Poso Dalam Angka. 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Penduduk Kabupaten Poso. 2000. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Arief, D . 2006. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Sultan Babullah di Ternate Propinsi Maluku Utara. 680
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
ANALISIS PERAMALAN PENUMP ANG DAN BARANG BANDAR UDARA KASIGUNCU DI KABUPATEN POSO PROPINSI SULAWESI TENGAH Yohannes Pasamba Dosen Universitas Kristen Tentena
ABSTRAK Ada dua altenatif yang dapat menghubungkan kepulauan tersebut, yang pertama dengan menggunakan jasa transportasi air hanya dapat menjangkau daerah pesisir pantai dan daerah pinggiran sungai dan yang kedua adalah dengan menggunakan layanan transportasi udara dapat menjangkau hingga di pedalaman. Metode peramalan yang sesuai untuk penelitian yaitu analisa penumpang, barang dan bagasi yaitu metode peramalan Regresi Polynomial dengan koefesien terbesar yaitu untuk penumpang sebesar r = 0,5092, barang sebesar r = 0,6251 dan bagasi sebesar r = 0,7774. Dari hasil penelitian diperoleh jumlah penumpang diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah penumpang sebesar 17.077 orang, jangka menengah 23.476 orang dan pada jangka panjang 36.273 orang, ramalan jumlah barang diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah barang sebesar 913 kg, jangka menengah 1135 kg dan pada jangka panjang 1578 kg. dan ramalan jumlah bagasi diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah bagasi sebesar 15.891 kg, jangka menengah 21345 kg dan padajangka panjang 32.250 kg. Kata Kunci:
Peramalan.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua altenatif yang dapat menghubungkan kepulauan tersebut, yang pertama dengan menggunakan jasa transportasi air (hanya dapat menjangkau daerah pesisir pantai dan daerah pinggiran sungai) dan yang kedua adalah dengan menggunakan layanan transportasi udara (dapat menjangkau hingga di pedalaman). Sehingga untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain/antar pulau transportasi udara merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk di pakai. Alasan orang menggunakan transportasi udara dikarenakan waktu yang digunakan relatif lebih singkat, bila dibandingkan dengan menggunakan transportasi air. Daerah Sulawesi Tengah, sudah saatnya mengembangkan transportasinya khususnya transportasi udara, baik bandara itu sendiri, jenis pesawat yang digunakan dan rute penerbangannya. Ini dikarenakan trend lalulintas udara di Bandara Kasiguncu meningkat 0.47 %. Transportasi udara merupakan potensi yang besar yang perIu dikembangkan untuk lebih memacu pembangunan di daerah Sulawesi Tengah. Demikian halnya di kabupaten Poso. Kabupaten Poso yang wilayahnya membentang dari arah tenggara, ke Barat Daya dan melebar dari arah Barat ke Timur, dan sebagian besar berada di daratan pulau Sulawesi maka dilihat dari posisinya kabupaten ini terIetak di tengah-tengah pulau Sulawesi. Wilayah ini merupakan jalur yang strategi yang menghubungkan Sulawesi Utara dengan Sulawesi Tengah. Bandar udara yang dimiliki oleh Kabupaten Poso adalah Bandar udara Kasiguncu yang terIetak pada koordinat 0 I' 23'
00" LS dan 1200 44' 00" BT yang berjarak. 15 Km dari pusat kota Poso tepatnya pada kota kecamatan Poso pesisir. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, peramalan penumpang dan barang Bandar Udara Kasigunc, maka perIu dirumuskan: - Metode peramalan mana yang sesuai untuk meramalkan jumlah penumpang, barang penumpang bandara udara Kasiguncu. - Berapa besar peningkatan penumpang dan barang bandara udara Kasiguncu pada 5, 10, dan 20 tahunakan dating. 1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Adapun maksud tujuan penelitian ini adalah: - Untuk mengetahui metode peramalan mana yang sesuai untuk meramalkan jumlah penumpang, barang penumpang bandara udara Kasiguncu. - Untuk mengetahui peningkatan penumpang dan barang bandara udara Kasiguncu pada 5, 10, dan 20 tahun akan datang. 1.4 Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah penelitian ini hanya dibatasi pada: - Penelitian ini tidak mencakup mengenai analisa biaya - Karakteristik pesawat rencana. METODELOGI PENELITIAN 2.1 J enis Penelitian 681
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Penelitian ini adalah penelitian bersifat studi kasus, bermaksud untuk meramalkan penumpang dan barang bandar udara Kasiguncu di Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah 2.2 J enis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari ban dar udara Kasiguncu yang terdiri dari data penumpang dan barang 12 tahun yang lalu. Sedangkan data sekunder penulis dapatkan melalui buku-buku literature dan hasil penelitian lain yang serupa. 2.3 Metode Peramalan yang digunakan Trend Linier Bentuk persamaan: Y = a+ bx Dimana: a dan b = Koefisien regresi x = Tahun yang diramalkan y = Hasil permalan Trend Logaritma Bentuk persamaan: Y=a+blnx Dimana: a dan b = Koefisien regresi x = Tahun yang diramalkan y = Hasil permalan Trend Polinomial Bentuk persamaan: Y = a+ bx +ex2 Dimana: a dan b = Koefisien regresi x = Tahun yang diramalkan y = Hasil permalan 2.4 Tahapan
Data
Perumusan
dengan linier,
3.1 Analisa Penumpang Data-data penumpang tahun 1995 sampai dengan 2006, pada Bandar udara Kasiguncu sebagai berikut: Tabel3.1 Data Penumpang Tahun Penumpang (orang) 1995 311 1996 7613 1997 71 1998 5 1999 116 2000 0 2001 0 2002 0 2003 0 2004 0 2005 946 2006 2.946 Sumber: Kantor BMG Bandara Udara Kasiguncu
Regresi Linier Persamaan Regresi Koefisien korelasi Regresi Logaritma Persamaan Regresi Koefisien korelasi
: Y= -1l1,42x+ : r = 0,1786
: Y = -773,591n(x) : r = 0,26
1725,1
+ 2289,3
Regresi Polynomialr Persamaan Regresi : Y = 97,363 + 1377,1 x + 4678,4 Koefisien korelasi : r = 0,5092
Penelitian
Skunder
PEMBAHASAN Pembahasan peramalan penumpang menggunakan metode peramalan trend logaritma, polinomial
Data Primer
Dari hasil yang diperoleh pada tabel diatas menunjukkan bahwa dalam hal ini yang mempunyai koefisien korelasi terbesar dan mendekati data awal adalah analisa regresi polynomial dimana = 0,5092. Maka untuk meramalkan keadaan penumpang dimasa yang akan datang digunakan regresi polynomial. Tabel 3.2 Ramalan jumlah penumpanh
Metode Peramala digunakan: - Regresi Liner - Regresi Logaritma - Regresi Polinomial
Perhitungan - Peramalan jangka pendek 5 tahun - Peramalan jangka menengah 10 tahun - Peramalan jangka panjang 20 tahun
Analisa Hasil Koefesien korelasi ( r ) yang terbesar yang dipakai menjadi dasar peramalan,
Tahun 2011 2016 2026 Hasil pengolahan
x 17 22 32 data
Penumpang (orang) 17.077 23.476 36.273
Berdasarkan hasil ramalan jumlah penumpang diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah penumpang sebesar 17.077 orang, jangka menengah 23.476 orang dan pada jangka panjang 36.273 orang.
3.2 Analisa Barang Data-data barang tahun 1995 sampai dengan 2006, pada Bandar udara Kasiguncu sebagai berikut:
jangka pendek, menengah dan panjang
682
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Tabel3.3 Data Barang Tabun Barang (Kg) 1995 58 1996 234 1997 0 1998 0 1999 0 2000 0 2001 0 2002 0 2003 0 2004 0 2005 0 2006 220 Sumber: Kantor BMG Bandara Udara Kasiguncu
Regresi Linier Persamaan Regresi Koefisien korelasi
: Y = -8,8252x + 83,364 : r = 0,47
Regresi Logaritma Persamaan Regresi Koefisien korelasi
: Y = -48.976 lmx) + 107,5 : r = 0,5468
Regresi Polynomial Persamaan Regresi : Y = 2,5325 + 41,747 x + 160,18 Koefisien korelasi : r = 0,6251 Dari hasil yang diperoleh pada tabel diatas menunjukkan bahwa dalam hal ini yang mempunyai koefisien korelasi terbesar dan mendekati data awal adalah analisa regresi polynomial dimana = 0,6251. Maka untuk meramalkan keadaan barang dimas a yang akan datang digunakan regresi polynomial. Tabe1 3.4 Rama1an jum1ab barang Tabun 2011 2016 2026 Hasil pengo1aban
x 17 22 32 data
barang (Kg) 913 1135 1578
Berdasarkan hasil ramalan jumlah barang diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah barang sebesar 913 kg, jangka menengah 1135 kg dan pada jangka panjang 1578 kg. 3.3 Analisa Bagasi Data-data bagasi tahun 1995 sampai dengan 2006, pada Bandar udara Kasiguncu sebagai berikut: Tabel3.5 Data Bagasi Tabun Barang (Kg) 1995 1407 1996 58 1997 0 1998 0 1999 0 2000 0 2001 0 2002 0 2003 0 2004 0 2005 504 2006 6146 Sumber: Kantor BMG Bandara Udara Kasiguncu
Regresi Linier
Persamaan Regresi Koefisien korelasi
: Y = 196,3x + 599,73 : r = 0,3995
Regresi Logaritma Persamaan Regresi Koefisien korelasi
: Y = 478,13 lmx) - 120,12 : r = 0,2039
Regresi Polynomial Persamaan Regresi : Y = 107,26 + 1198,1 x + 2653,8 Koefisien korelasi : r = 0,7774 Dari hasil yang diperoleh pada tabel diatas menunjukkan bahwa dalam hal ini yang mempunyai koefisien korelasi terbesar dan mendekati data awal adalah analisa regresi polynomial dimana = 0,7774. Maka untuk meramalkan keadaan bagasi dimasa yang akan datang digunakan regresi polynomial. Tabel3.6 Ramalan jum1ab bagasi Tabun 2011 2016 2026 Hasil pengo1aban
x 17 22 32 data
bagasi (Kg) 15.891 21.345 32.250
Berdasarkan hasil ramalan jumlah bagasi diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah bagasi sebesar 15.891 kg, jangka menengah 21345 kg dan pada jangka panjang 32.250 kg.
PENUTUP 4.1 Kesimpulan Metode peramalan yang sesuai untuk ketiga penelitian yaitu analisa penumpang, barang dan bagasi yaitu metode peramalan Regresi Polynomial dengan koefesien terbesar yaitu untuk penumpang sebesar r = 0,5092, barang sebesar r = 0,6251 dan bagasi sebesar r = 0,7774. Dari hasil penelitian diperoleh jumlah penumpang diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah penumpang sebesar 17.077 orang, jangka menengah 23.476 orang dan pada jangka panjang 36.273 orang, ramalan jumlah barang diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah barang sebesar 913 kg, jangka menengah 1135 kg dan pada jangka panjang 1578 kg. dan ramalan jumlah bagasi diperoleh jangka pendek diperoleh jumlah bagasi sebesar 15.891 kg, jangka menengah 21345 kg dan pada jangka panjang 32.250 kg. 4.2 Saran Untuk meningkatkan pelayanan pada bandara udara Kosiguncu terutama perlu berkapasitas yang lebih besar dari sebelumnya, maka sebaiknya merenovasi bandara udara Kosiguncu secara keseluruhan. DAFT AR PUST AKA Basuki, Heru. 1986. Merancang, Merencana Lapangan Terbang, Penerbit Alumni, 683
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Bandung. Horonjeff, R. 1975. Planning & Design of Airport Second Edition,New York. Mac Graw-Hil Book Company. Khana,S.K & Aurora,M.G. 1979. Airport Planning and Designn, 3 edition India, New Chand & Bross. Selvadurai, A. P. S .1979. Elastic Analisis of Soil Foundation Interaction, Developments in Geotechnical Engineering Vol. 17.EIsevier Scientific Publishing Company. Yoder, E.J & Witczak, M.W, Principles of Pavement Design 20d Edition Wignall, Arthur. 1999. Proyek J alan Teori dan Praktek, Penerbit Erlangga, Jakarta. Jansen, F. 2007. Pelengkap Kuliah. Departemen Pendidikan N asional Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2004. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara. Data Klimatologi. 2006. Kantor Stasiun Meteorologi Poso. Data Lalu Lintas Udara. 2006. Dapertemen Perhubungan Kantor Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah Bandar Udara Kasiguncu. Kegiatan Penyusunan Desain Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Kasiguncu. 2006. Departemen Perhubungan Kantor Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah Bandar Udara Kasiguncu. Kabupaten Poso Dalam Angka. 2000. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Kabupaten Poso Dalam Angka. 2005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Kabupaten Poso Dalam Angka. 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Penduduk Kabupaten Poso. 2000. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. Arief, D . 2006. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Sultan Babullah di Ternate Propinsi Maluku Utara.
684
ILTEK.Volume
5, Nomor
9, April
2010
PEMURNIAN NATRIUM ALGINAT DARI ALGA COKLAT SARGASSUM CRISTAEFOLIUM ASAL PERAIRAN MAKASSAR (KEPULAUAN LAE-LAE) Nur Ida Prodi Farmasi, FMIP A, Universitas Islam Makassar Nurida
[email protected]
ABSTRACT A research about purification of Sodium alginat of brown algae Sargassum cristaefolium ongm of territorial water in makassar have been done. The aim of the research was to develop the method of purification of Sodium alginat from brown alga Sargassum cristaefolium by used with Sodium carbonate. This research divided into several process i.e. wetting with chloride acid and Sodium hydroxide, Ekstraction by Sodium carbonate, the ekstract was added with Sodium hypochlorite, acidified by chloride acid ,neutralized by Sodium carbonate, precipitated by Isopropil alcohol till formed fibre alginat. fibre Alginat dried at temperature 60°C and pulverized to flour alginat. flour .Organoleptis test showed a positive result, which alginat rendemen is 4,65%. Keywords: Purification, Brown algae, Sargassum cristaefolium, Alginate
PENDAHULUAN Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km. Di dalam lautan terdapat bermacammacam makhluk hidup, baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga. Di tinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Natrium alginat merupakan salah satu hasil dari pengolahan rumput laut coklat yang sangat diperlukan dalam industri. Natrium alginat pemakaiannya dalam industri sangat luas, diantaranya : makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, kertas, deterjen, cat, tekstil, vernis, fotografi, kulit buatan, dan lain-lain. Dalam industri, zat tersebut digunakan sebagai: pembentuk gel (gelling agent), pengemulsi dan penstabil (emulsifying and stabilizing agent), pensuspensi (suspending agent), pengikat (binding agent), penghalus(finishing a gent),pengeras kain(stiffening agent), pembentuk strukt ur(sizing agent),penjernih (clarifyin agent) dan sebagai nya. Di Sulawesi selatan terutama pada daerah-daerah kepulauan banyak dijumpai tumbuhan laut misalnya alga. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat lokal. Yang menjadi masalah kemudian adalah pembudidayaan tersebut hanya sebatas pada pembudidayaan alga hijau dan alga merah sebagai penghasil agar, sedangkan
untuk alga coklat untuk saat ini belum dibudidayakan. Kurangnya pengetahuan masyarakat lokal akan manfaat alga coklat menjadi sebab tidak dibudidayakannya tumbuhan tersebut, padahal kandungan alginat yang terdapat dalam alga coklat tersebut mempunyai manfaat yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang industri. Pemanfaatan alginat yang luas bagi industri, tersedianya bahan baku yang melimpah di Indonesia serta besarnya kebutuhan alginat dalam negeri merupakan suatu peluang untuk memanfaatkan potensi yang ada di negara kita. Berkaitan dengan itu, maka menjadi penting untuk melakukan penelitian terhadap rumput laut terkhusus pada pemurnian alginat. Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian pemurnian natrium alginat dari alga coklat spesies Sargassum cristaefolium, menggunakan metode reaksi kimia dengan pereaksi natrium karbonat. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan metode pemurnian natrium alginat dari alga coklat Sargassum cristaefolium dengan menggunakan pereaksi natrium karbonat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya kandungan natrium alginat dalam sampel yang selanjutnya dapat diolah sebagai bahan baku dalam industri farmasi dan kosmetika.
METODE PENELITIAN 2.1 Penyediaan Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah: Aluminium foil, 10 ml), stopwatch, tabung reaksi, termometer 100° C, timbangan Kasar, timbangan analitik, timbangan Ohaus, panci, penyaring 40 mesh, oven, dan alat-alat lain yang lazim digunakan di laboratorium Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah Aquadestillata, alga coklat 685
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
(Sargassum cristaefolium), Asam klorida (HCl) 0,5% dan 15% , Natrium hidroksida (NaOH) 0,5%, Natrium karbonat (Na2C03) 2% dan 10%, Natrium hipoklorit (NaOCl) 10%, Isopropil alkohol dan kertas pH universal.
jumlah filtrat yang dihasilkan dan diaduk hingga warnanya berubah menjadi kuning. Ditambahkan larutan HCl 15% hingga pH 1-2, didiamkan 30 menit lalu disaring dengan penyaring berukuran 40 mesh dan diambil gelnya. Dicuci gel hingga pHnya netral kemudian dilarutkan dengan larutan Na2C03 10% lalu diaduk hingga homogen. Dimasukkan larutan tersebut kedalam larutan isopropil alkohol sambil diaduk sampai diperoleh serat. Serat dikeringkan pada suhu 60° C, maka diperoleh alginat. Dilakukan pengujian terhadap alginat.
5.
6. 2.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia, Universitas Islam Makassar 2.3 Prosedur Penelitian 1. Tempat Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa rumput laut yang diambil dari laut dalam keadaan segar asal perairan Makassar (pulau Laelae). 2. Penyiapan sampel Rumput laut yang sudah di keringkan dibawah sinar matahari langsung lalu di timbang sebanyak 1000 gram kemudian di potong-potong dengan ukuran sekitar 1 em. 3. Penyiapan larutan pereaksi A. Asam klorida 5% dibuat dengan cara dipipet secara seksama 200 ml larutan asam klorida pekat 37% dilarutkan dengan air suling hingga 15, untuk konsentrasi 15 dibuat dengan cara yang sarna dengan memipet 810,8 ml HCl pekat kemudian dengan air suling hingga 2 L B. Natrium hidroksida 0,5%. Ditimbang 75 gram natrium hidroksida kemudian dilarutkan dengan air bebas karbondioksida hingga 15 L. C. Natrium karbonat Natrium karbonat 12% Ditimbang 1,8 kilogram natrium karbonat dilarutkan dengan air suling hingga 15 L. Untuk konsnetrasi 10 % dibuat dengan cara ditimbang 10 gram natrium karbonat dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml. D. Natrium hipoklorida 10% Dipipet secara seksama 10 ml natrium hipoklorit dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml.
7.
8. 9.
2.5 Pengujian Natrium Alginat 1. Pemeriksaan Organoleptis Tepung alginat yang dihasilkan kemudian dilakukan uji organoleptis (bentuk, warna, bau dan rasa) kemudian dibandingkan dengan pustaka. 2. Uji kualitatif Alginat a. Dalam 5 ml larutan (l dalam 100) ditambahkan 1 ml kalsium klorida. Akan terbentuk segera endapan berbentuk gelatin. b. Dalam 10 mIlarutan (l dalam 100) ditambahkan 1 ml larutan asam sulfat 4 N. Akan terbentuk suatu massa yang berbentuk gelatin. c. Dibuat larutan alginat kemudian dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan kertas pH universal. 3. Uji Kuantitatif (Rendemen) a) Ditimbang berat tepung alginat yang diperoleh. b) Dihitung persentase rendemen dengan membandingkan berat tepung alginat yang diperoleh dengan banyak sampel yang diekstraksi. c) Diperoleh persentase rendemen dan dibandingkan dengan pustaka. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Tabell.
Hasil Pengamatan Organoleptis Pemerian Pengamatan Alginat
No
2.4 Cara kerja 1. Ditimbang rumput laut kering sebanyak 1000 gram kemudian dicuci hingga bersih dan dipotongpotong. 2. Di lakukan 2 tahap perendaman : a) Direndam dengan HCl 0,5% selama 30 menit dengan perbandingan rumput laut dengan HCl 0,5% (l : 15), kemudian dicuci dengan air hingga bersih. b) Direndam dengan NaOH 0,5% dengan perbandingan rumput laut dengan NaOH 0,5% (l : 15) selama 30 menit. . 3. Diekstraksi dengan larutan Na2C03 12% dengan perbandingan 1:15 selama 60 menit pada suhu 60° C. 4. Di saring lalu filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan larutan NaOCl 10% sebanyak 2% dari
Bentuk
Serbuk
2
Bau
Tidak berbau
3
Rasa
Tidak berasa
4
Warna
Coklat
Tabel2. No
2
Pustaka
Serbuk putih, kuning sampai coklat muda, tidak berbau dan tidak berasa
Hasil
+
Perhitungan Rendemen alginat Yang Diekstraksi Dengan Larutan Natrium karbonat. Berat Alginat Rendemen Pelarut (Gram) (%)
Na2C03l2%
46,5
Sampel Rumput laut
1000
4,65
686
ILTEK,Volume
5, Nomor
Tabel3.
Alginat
No
Uji Kualitatif
9, April
Uji
Pengamatan
Pereaksi CaCh
Larutan jernih berbentuk endapan gelatin
2
Pereaksi H2S04 4 N
Larutan jernih masa berbentuk gelatin
3
pH
8
Pustaka Endapan ringan berbentuk gelatin Massa berbentuk gelatin
2010
Hasil
---+
+ ---+
3,5 - 10
3.2 Pembahasan Alga coklat jenis Sargassum cristaefolium yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di perairan Makassar (kepulauan Lae-lae) dimumikan dengan menggunakan Natrium karbonat 12%. Konsentrasi alkali dapat mempengaruhi produktivitas dan mutu alga coklat kering. Untuk mendapatkan alga coklat yang kering maka dilakukan pengeringan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari langsung selama 12 hari bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengaktifkan enzim sehingga mudah untuk melakukan ekstraksi. Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak dijumpai pada alga coklat (Phaeophyta) yang diekstraksi dengan larutan alkali. Alga coklat jenis Sargassum cristaefolium yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan alginat berasal dari perairan Makassar (kep. Lae-lae). Adapun larutan pengekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah Na2C03 12% dan diekskstraksi selama 60 menit pada suhu 60° C. Metode penelitian dengan menggunakan natrium karbonat, Na2C03 digunakan untuk mengekstraksi dalam suasana basa dimana alginat larut dalam basa dan tidak larut dalam asam sehingga pada akhirnya diperoleh garam alginat. Pengolahan sampel dilakukan dengan menimbang sebanyak 1000 g alga coklat kering, direndam dengan HCl 0,5% tujuannya untuk meingkatkan kadar alginat dan membebaskan garam-garam mineral dan NaOH 0,5% untuk menghilangkan senyawa-senyawa protein lalu diekstraksi dengan Na2C03 12%. Hasil ekstrak yang diperoleh disaring dengan menggunakan kain kasa dan hasil filtratnya ditambahkan NaOCl 10% sebagai pemucat hingga berwama kuning. Filtrat ditambahkan HCl 15% untuk mengasamkan lalu disaring dengan menggunakan penyaring 40 mesh untuk mengambil gelnya. Gel kemudian dicuci dengan menggunakan Na2C03 10%. Pencucian gel dengan Na2C03 10% ini dimaksudkan untuk memperoleh garam alginat yang selanjutnya ditambahkan isopropil alkohol untuk mengendapkan serat alginat. Serat alginat kering yang telah dikeringkan pada suhu 60° C adalah serat yang tealh memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian . Dari serat alginat yang diperoleh dilakukan pengujian alginat dengan melakukan pemeriksaa organoleptis dan uji kualitatif alginat serta perhitungan rendemen.
Pada hasil pengamatan organoleptis diperoleh bahwa bentuk serbuk berwama coklat, tidak berbau dan tidak berasa. Hasil organoleptis yang didapatkan dari hasil penelitian ini sesuai dengan pustaka. Pada uji kualitatif alginat diperoleh endapan yang berbentuk gelatin pada penambahan pereaksi kalsium klorida dan membentuk massa berbentuk gelatin pada penambahan pereaksi asam sulfat 4 N. Hal ini menunjukkan bahwa adanya proses gelatinisasi yang merupakan sifat fisika dari alginat tersebut dimana larutan alginat pada konsentrasi tertentu dapat menjadi gel pada penambahan asam atau garam kalsium. pH yang diperoleh adalah pH 8 menunjukkan bahwa serat tersebut bersifat basa, dan hasil ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan pH alginat 3,5 - 10. Dari Hasil uji diatas menunjukkan bahwa adanya senyawa alginat dalam serat tersebut. Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif tidaknya proses pembuatan tepung alginat. Efektif dan efisiennya proses ekstraksi bahan baku untuk pembuatan tepung alginat dapat dilihat dari nilai rendemen yang dihasilkan. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase alginat yang dihasilkan dari alga coklat kering yang digunakan berdasarkan umur, konsentrasi Na2C03 dan lama ekstraksi. Presentase nilai rendemen tepung alginat yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 4,65%. Dari banyak penelitian yang telah dilakukan untuk jenis Sargassum sp. presentase rendemen yang diperoleh berbeda-beda setiap jenis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor tempat tumbuh serta arus laut yang ada disekitamya sangat berperan penting dalam mempengaruhi kesuburan pertumbuhan alga sehingga mutu alginat yang diperoleh juga baik. Selain dari faktor luar tersebut ada juga faktor-faktor lain misalnya dari segi penggunaan pelarut, pengekstrak dan variasi waktu yang digunakan dalam mengekstrak juga sangat mempengaruhi presentasi rendemen dari alginat tersebut. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Serat yang dihasilkan dari alga coklat spesies Sargassum cristaefolium mengandung senyawa alginat yang sudah memenuhi standar dari segi pemeriksaan organoleptis dan uji kualitatif. 2. Metode pemumian natrium alginat dari alga coklat Sargassum cristaefolium asal perairan Makassar (pulau Lae-lae) menghasilkan rendemen 4,65%. 4.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi konsentrasi Natrium karbonat dan suhu yang berbeda serta variasi waktu perendaman. DAFT AR PUST AKA Aslan, M, L. (1998). Budi daya Rurnput Laut, Edisi Revisi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 13, 16, 2930.
687
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Indriani, H & Suminarsih, E. (2003). Budi daya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 4, 54. Grolier society. (1964), The Book of Popular Science, Volume 3, Grolier Incoporated, New York, 214 Jana. T. Anggadiredja., Zatrika, A., Purwoto, H & Sri Istini. (2008). Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 5,67 Nontji, A. (2002). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 145-146 Romimohtarto, K. dkk. (2002). Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 410,443-444. Winarno. F. G, (1996). Tekhnologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1617,52 Abdullah-Rasyid. (2008). Ekstraksi Natrium Alginat dari Turbinaria deccurens Asal Perairan Otongala (Sulawesi Utara). Jurnal Kimia. Hal 1. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta utara Diakses 12 November 2008, pkl : 10.10 PM Kadi, A .(2008). Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia. Jurnal Kimia. Hal 1-10. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta Utara. Diakses 19 Desember 2009, pkl : 1.06 PM Winarno. F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 38 Poncomulyo, T., Maryani, H., & Kristiani, L. (2008). Budi daya & Pengolahan Rumput Laut. PT. Agro Media Pus taka. Jakarta. 1,42 Putra, E, Sinly. (2006). Alga Laut sebagai Biotarget Industri. Chem-is-try.org. http://www.energi.lipi.go.id diakses 17 desember 2008, pkl: 5.15 PM. Departemen Kesehatan Republik Indonesia., (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 400. Mulyono.,(2005). Kamus Kimia. Penerbit Bumi Aksara. Bandung. 288. Yulianto, K. (2008). Penelitian Isolasi Alginat Alga Coklat dan Prospek Menuju Industri. Jurnal Kimia. Hall,S. Pusat Penelitian OseanografiLIPI. Jakarta Utara. Diakses12 November 2008, pkl: 10.11 PM
688
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
PERBANDINGAN PERFORMANSI MOTOR BENSIN 4 LANGKAH TIPE NFIOOD DENGAN BAHAN BAKAR DAN BUSI. l)Muh. Syahrir Habiba, 2)Abd. Muis l)Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UIM 2)Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UIM Abstrak Dalam pembahasan penelitian hanya mengkhususkan pada motor bensin, dimana salah satu komponen utama motor ben sin adalah busi, dimana pengaruhnya sangat besar terhadap prestasi atau kinerja mesin itu sendiri. Tetapi dalam pandangan masyarakat secara umum bahwa jika mesin dapat dihidupkan tanpa ada keanehan suara atau getaran maka mesin tersebut dapat dioperasikan seperti biasanya. Untuk busi iridium nilai torsi dan daya poros menunjukkan angka rata-rata yang lebih baik. Untuk bahan bakar premium konsumsi bahan bakar spesifiknya menunjukkan angka yang relatif lebih rendah Kata Kunci: Performance motor, Busi, Premium
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini berdampak terhadap majunya peradaban manusia,salah satu wujudnya adalah manusia lebih konsumtif akan kebutuhan barang dengan konsekwensi memperoleh kepuasan dan kemudahan akan barang tersebut sesuai dengan manfaatnya. (BM.Subktakty.1985:9). Kendaraan bermotor dan mobil adalah salah satu wujud barang sebagai alat transportasi darat yang dominan saat ini serta menjanjikan kemudahan bagi kita untuk menuju suatu tempat dalam waktu relatif singkat. Kendaraan bermotor dan mobil saat ini masih bergantung pada bahan bakar ben sin dan solar. Motor bakar yang menggunakan bahan bakar ben sin disebut motor ben sin dan motor bakar yang menggunakan bahan bakar solar disebut motor diesel (BM.Subktakty.1985:9). Motor ben sin dalam prases pembakaran campuran bahan bakar dan udara menggunakan busi sebagai alat untuk memercikkan bunga api untuk penyalaan, sehingga motor ben sin disebut dengan Spark Plug Ignition Engine ( SIE ), sedangkan motor diesel dalam proses pembakaran campuran bahan bahar dan udara karena adanya kompresi yang tinggi atau sering disebut juga Compression Ignition engine (CIE) (BM.Subktakty.1985:20). Dalam pembahasan penelitian hanya mengkhususkan pada motor ben sin, dimana salah satu komponen utama motor bensin adalah busi, dimana pengaruhnya sangat besar terhadap prestasi atau kinerja mesin itu sendiri. Tetapi dalam pandangan masyarakat secara umum bahwa jika mesin dapat dihidupkan tanpa ada keanehan suara atau getaran maka mesin tersebut dapat dioperasikan seperti biasanya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan dirumuskan adalah seberapa besar pengaruh bahan bakar ben sin premium dan
premix pada pemakaian variasi busi untuk penyalaan pembakaran terhadap momen torsi, daya poras, laju konsumsi bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik dan efisiensi bahan bakarnya (fuel efficiency) 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan bakar ben sin premium dan premix pemakaian variasi busi untuk penyalaan pembakaran terhadap momen torsi, daya poras, laju konsumsi bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik dan efisiensi bahan bakarnya (fuel efficiency) 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bahan bakar yang digunakan adalah premium dan petramax. 2. Busi yang diuji adalah busi racing iridium NGK, busi racing iridium DENSO, busi racing SDG, busi magnum, dan busi standard NGK. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung mulai bulan februari sampai bulan april 2009, tempat penelitian di Lab. jurusan Mesin Akademi Teknik Industri Makassar. 2.2 Spesifikasi Alat Eksperimen Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan mesin sepeda motor HONDA Supra X 100cc dititik beratkan pada perbandingan unjuk kerja mesinnya yang didapatkan melalui penggunaan variasi busi. Variabel-variabel yang diukur meliputi torsi, daya poros, putaran mesin, konsumsi bahan bakar, dan efisiensinya. Pada pengujian ini dilakukan dengan variasi putaran mesin dari 1500-6000 Rpm. Pengaturan dengan cara memutar bukaan gas untuk menaikan putaran mesin, pada setiap Rpm dilakukan satu kali pengambilan data untuk tiap jenis busi, sedangkan busi yang digunakan dalam pengujian ini meliputi busi 689
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
standard, busi iridium dan platinum, Busi SDG, dan busi dengan empat elektroda. Dalam pengujian ini tentunya menemui berbagai kendala yang dikarenakan keterbatasan beberapa faktor penunjang sehingga mempengaruhi keakuratan hasil penelitian yang diantaranya: a) Kondisi mesin sepeda motor dan lat-alat ukur yang digunakan. b) Keterbatasan waktu pengujian c) Kurangnya biaya pengujian. 1. Bahan bakar Bahan bakar berfungsi sebagai zat yang terbakar, sehingga terciptanya sebuah energi panas yang mendorong piston, dalam peneletian ini diguakan bahan bakar jenis premium dan pertamax. 2. Busi Busi berfungsi memercikkan buga api didalam ruang bakar yang memanfaatkan listrik tegangan tinggi dari koil. Busi yang digunakan pada pengujian ini adalah busi dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Busi standard : NGK, C7HSA 2. Busi platinum : NGK, C7HVX 3. Busi Iridium : DENSO, IUF 22 4. Busi SDG 5. Busi Magnum 3. Engine Mesin uji yang digunakan dalam pengujian lUI adalah mesin sepeda motor 4 tak dengan spesifikasi teknis sebagai berikut: : Supra X 100cc th.2002 Merek 4 Langkah, SOHC, Tipe Mesin Pendinginan Udara Diameter silinder dan langkah : 50 x 49,5 mm Volume langkah : 97,1 cc Perbandingan kompresi :9,0: 1 Daya maksimum : 7,3 PS /8.000 rpm Torsi maksimum : 0,74 kgf.rnI6.000 rpm Tekanan kompresi : 10,5 Kg/cm2 / 4000 rpm Putaran idle mesin : 1350 rpm Sistem pengapian : CDI-AC 2.3 Prosedur Pengujian a. Persiapan Pengujian Sebelum pelaksanaan pengujian, perlu dilakukan persiapan dan pengecekan pada peralatan dan perlengkapan alat uji. Hal ini sangat berguna dalam membantu keakuratan pengambilan data yang diinginkan serta kesadaran akan faktor-faktor keselamatan yang mutlak untuk diperhatikan. Ada dua tahapan persiapan sebelum melakukan tahapan pengujian yaitu: A. Persiapan dan pemeriksaan bagian mesin uji 1. Melakukan pengecekan kondisi mesin uji yang meliputi kondisi minyak pelumas mesin, busi, kabel CDI, kabel koil, dan kabel-kabel sistem kelistrikan yang lainnya. 2. Melakukan servis atau tune up pada mesin uji yang meliputi penyetelan karburator, penyetelan katup dan sudut pengapian. B. Persiapan dan pemeriksaan pada bagian alat uji
1. Memeriksa pemasangan mesm UJI dan perangkat alat uji. 2. Menyiapkan dan memeriksa alat ukur dan alatalat tambahan lainnya (stopwatch, tachometer dan alat tulis untuk pencatat data) 3. Memeriksa selang dan sambungan-sambungan untuk memastikan tidak terdapat kebocoran ataupun hal lain yang dapat menghambat proses pengujian 4. Memastikan semua instrument bisa bekerja dengan baik untuk mendapatkan hasil yang optimal dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja. 2.4 Langkah Pengujian membuka katup gas hingga mencapai putaran mesin 1500 rpm Langkah-langkah pengujian kinerja mesin sebagai berikut: 1. Pemanasan mesin Menghidupkan mesin tanpa beban yang dimaksudkan agar suhu mesin dalam keadaan ideal yang dimaksudkan untuk mencapai kondisi operasi mesin. Pemanasan ini dilakukan kira-kira 5 menit. 2. Setelah proses pemanasan selesai, gigt perseneling dimasukkan pada gigi tertinggi yaitu gigi 4. 3. Mengatur putaran mesin dengan. Setelah putaran mesin yang diinginkan sudah tercapai, mulai pengambilan data yaitu torsi, konsumsi bahan bakar dan putaran output pada dinamometer. 4. Menaikan putaran mesin setiap kenaikan 500 rpm dengan memutar bukaan gas sampai putaran 6000 rpm 5. Mencatat data operasi meliputi putaran mesin, torsi yang dihasilkan serta waktu untuk menghabiskan 1 ml bahan bakar. Pada setiap Rpm dilakukan satu kali pengambilan data untuk tiap jenis busi 6. Setelah mencapai 6000 rpm dan pencatatan data selesai dilakukan, maka putaran mesin sedikit demi sedikit dikurangi dan mematikan mesin setelah mmencapai putaran stasioner. 2.5 Ker angka Pikir Busi merupakan salah satu bagian dari rangkaian sistim pengapian pada motor bakar torak yang berfungsi untuk memercikkan bunga api pada kedua ujung elektrodanya. Karena busi selalu terletak pada dinding ruang bakar, maka busi harus terbuat dari bahan yang tahan temperatur tinggi agar tidak rusak dan menghindari penyalaan prematur. Kedua elektroda busi dipisahkan oleh isolator listrik agar loncatan listrik hanya terjadi diantara ujung elektroda saja. Bahan dari isolator ini harus memiliki tahanan listrik yang tinggi, tidak rapuh terhadap kejutan mekanik dan thermal, merupakan penghantar panas yang baik serta tidak bereaksi kimia dengan gas sisa gas pembakaran. Ada dua tipe busi yang umum beredar dipasaran, yaitu busi konvensional atau lazim disebut busi panas dan busi racing atau lazim disebut busi dingin. Biasanya tipe busi panas diaplikasikan pada motor690
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
motor harian atau standard, sedangkan tipe busi dingin digunakan pada motor yang memiliki rasio kompresi yang tinggi. Pada penelitian ini digunakan beberapa spesifikasi busi untuk membandingkan performansi yang dihasilkan terhadap mesin bensin. Untuk memudahkan praes penelitian, maka dibuat diagram alir penelitian.
Grafik 2. menunjukan perbandingan antara putaran mesin dengan konsumsi bahan bakar tiap pemakaian 1 ml bahan bakar yang dihasilkan dari data hasil pengujian dengan menggunakan busi standard, busi platinum, busi iridium, busi SDG, dan busi magnum dengan pemakaian bahan bakar premium. Pada putaran mesin 6000 rpm, konsumsi bahan bakar tiap 1 ml bahan bakar yang terboras adalah pada penggunaan busi standard sebesar 12.4 liter/detik.
ANALISA DAN PEMBAHASAN Pengujian performance mesin lUI dilakukan perbandingan bahan bakar dan pemakaian berbagai variasi busi. Dalam pengujian ini busi yang digunakan adalah busi standard, platinum, iridium, SDG, dan magnum. Bahan bakar yang digunakan dalam pengujian adalah premium. Data-data hasil pengujian yang telah dilakukan dilaboratorium Konversi Energi teknik mesin, adapun hasil penelitian yang diperaleh:
3000 ;
2500
sg
i:i~
-+- Busi Standard
2000
.....a--- Busi Platinum Busi Iridiurn
~ [1500
,,0:
"" ~ " Po
a o,
1000
"""-Busi
SUG
"""'-Busi
Magnum
500 0 1500
14
2500
3500 Putaran
4500
5500
Mesin (Rpm)
12
-+- Busi
10
i8
Standard
.....a...- Busi Platinum
.~ 6
Busi Iridiurn BusiSDG
__
I-<
-+- Busi
4
Magnum
2
1500
2500
3500
4500
5500
Putaran Mesin (Rpm)
Grafik 1. Putaran mesin V s torsi untuk pemakaian bahan bakar premium
Grafik 1. menunjukan perbandingan antara putaran mesin dengan torsi yang dihasilkan dari data hasil pengujian dengan menggunakan busi standard, busi platinum, busi iridium, busi SDG, dan busi magnum dengan pemakaian bahan bakar premium. Pada putaran mesin 6000 rpm, torsi tertinggi dihasilkan pada penggunaan busi iridium sebesar 12.8 Nm.
18
· "
16
~ ~
14 12
-+- Busi
"'~ ~ S 10
n8 ·~ o"
6
);i
•
2
~
0
~
Standard
-
Busi Platinum
__
Busi Iridiurn BusiSDG
•....••• Busi Magnum
4
1500
2500
3500
4500
Grafik 3. Putaran mesin V s putaran output untuk pemakaian bahan bakar premium
Grafik 3. menunjukkan perbandingan antara putaran mesin dengan putaran output pada dinamometer yang dihasilkan dari data hasil pengujian dengan menggunakan busi standard, busi platinum, busi iridium, busi SDG, dan busi magnum dengan pemakaian bahan bakar premium. Pada putaran mesin 6000 rpm, putaran output yang paling tinggi adalah pada penggunaan busi iridium sebesar 2544 rpm dan putaran output yang terendah adalah pada pemakaian busi standard sebesar 2488 rpm. PENUTUP 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan pengujian pengaruh pemakaian vaiasi bahan bakar dan penggunaan variasi busi terhadap prestasi mesin pada motor 4 langkah yang telah dilakukan guna mengetahui perbedaan kinerja mesin pada mesin sepeda motor ben sin 4 langkah tipe Nf 100 D dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan nilai torsi, daya poros, laju konsumsi bahan bakar pada pemakaian variabel bahan bakar dan juga pada penggunaan variasi busi : • •
Untuk busi iridium nilai torsi dan daya poras menunjukkan angka rata-rata yang lebih baik. Untuk bahan bakar premium konsumsi bahan bakar spesifiknya menunjukkan angka yang relatif lebih rendah
5500
Putaran Mesin (Rpm)
Grafik 2. Putaran mesin Vs waktu konsumsi bahan bakar untuk pemakaian bahan bakar premium
4.2 Saran Dalam penelitian ini masih banyak hal yang bisa diteliti dan dikembangkan kembali, sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang memaksimalkan sistem pengapian pada sepeda motor bagi dunia pendidikan pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dari hasil penelitian yang 691
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
telah dilakukan, maka ada saran-saran berguna antara lain adalah: 1.
2.
2010
yang dapat
Perlu diadakan kajian lebih lanjut guna mendapatkan prestasi mesin yang lebih baik dengan memaksimalkan sistem pengapian pada sepeda motor. Untuk penelitian selanjutnya agar ditinjau dari komponen lain dalam sistem pengapian seperti Capasitor Dischart Ignition (CDI), coil, dan lainlain.
DAFT AR PUST AKA Arismunandar, W. 2002, "Motor Bakar Torak", ITB Bandung. Arends, BPM & Berenscot, 1980, "Motor Bensin ", Erlangga, Jakarta. Dodik Suryanto, Tugas Akhir 2001 "Pengaruh Variasi Sudut Penyalaan Terhadap Daya Engine Toyota K-4 Dengan Bahan Bakar Gas" Institut Sains Dan Teknologi Akprind, Y ogyakarta. Ferguson R. Colin "Internal Combustion Engine", applied thermosciences, Purdue university. Haryono G, 1984 "Mengenal Motor Bakar", Aneka Ilmu, Semarang. Heywood, John B, 1988, "Internal Combustion Engine Fundamental ", Me Graw-Hill Book Company, Singapura. Maleev, V. L, 1973, "Internal Combustion Engine ", Me Graw-Hill Book Company, Singapura. BM. Subakty 1985. "Motor Bakar", Mutiara Solo, Surakarta.
692
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
APLIKASI E-COMMERCE BERBASIS W AP I)Larisang, 2)Sriwati Dosen Prodi Teknik Industri STT Ibnu Sina Batam 2)Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UIM 1)
ABSTRAK Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini sudah sedemikian pesatnya dan merambah ke berbagai SISI kehidupan manusia. Perkembangan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan dunia internet saat ini. Informasi yang disajikan sudah sangat global, baik sebagai media informasi dunia hiburan, perdagangan, maupun sebagai media informasi dunia pendidikan, bagaimana memperoleh informasi tanpa harus mendatangi sumber informasi tersebut, mendesain sebuah situs WAP yang mudah dimengerti oleh userlkonsumen, menampilkan kualitas dan ketepatan informasi yang maksimal. Adapun hasil penelitian di desain halaman wapsite berisi informasi barang dagang dari toko ponsel yang dapat diakses dengan melakukan proses browsing menggunakan WAP browser pada telepon genggam. Ini berarti untuk memperoleh informasi kita tidak harus mendatangi sumber informasi, cukup dengan menggunakan fitur internet yang ada pada ponsel, Halaman wapsite yang dibuat sangat mudah dimengerti dan sarat informasi, sehingga penggunaJuser dapat mengakses informasi secara mudah. Halaman wapsite ini berisi informasi yang singkat namun jelas, yang dilengkapi dengan gambar, dan spesifikasi barang, yang akan dijual secara detail. Kata Kunci: E-Commerce, WAP.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat mengakses internet melalui mobile device seperti ponsel atau PDA. Sebuah teknologi yang memfasilitasi hal tersebut adalah WIfeless Application Protocol (yv AP). Dengan adanya WAP, muncul juga berbagai ide yang mengarah pada pemindahan berbagai layanan internet yang kini dapat diperoleh melalui sebuah PC diatas meja menjadi melalui media mobile device yang senantiasa bersamasarna dengan pengguna kemanapun dia pergi. Bukankah erupakan sesuatu hal yang baik, disaat kita ingin berbelanja, atau sekedar untuk ingin tahu harga jual suatu barang dagang kita sudah tidak perlu lagi datang ke toko atau outlet yang menjual barang dagang tersebut, cukup dengan menggunakan fitur internet yang ada pada handphone untuk mengunjungi situs WAP toko atau outlet yang menjual barang dagang yang kita inginkan. Salah satu layanan internet yang dimanfaatkan oleh ban yak perusahaan dalam menawarkan barang dagangannya di atas web adalah layanan electronic commerce (e-commerce). Bagaimana jika perusahaanperusahaan tersebut juga menggunakan teknologi WAP untuk mempromosikan barang dagangannya. Untuk mempromosikan barang dagangan di dunia maya, yang harus diperhatikan adalah ketepatan dan kualitas dari informasi yang diberikan. Dewasa ini situs WAP yang ada hanya memberikan informasi berupa berita tulisan yang hanya sekedar dibaca. Dalam hal ini, penulis ingin melengkapkan informasi barang dagang dengan menambahkan gambar barang dagang. Beranjak dari hal tersebut, penyusun mencoba mendesain suatu Aplikasi e-commerce berbasis WAP yang dipadukan teknologi General Packet Radio Service (GPRS) yang ada pada setiap operator selular
di Indonesia, yang bisa menampilkan informasi barang dagang lengkap dengan gambar dari barang dagang tersebut, sehingga memudahkan userlkonsumen dalam memilih barang dagang. 1.2
Rumusan Masalah Desain e-commerce berbasis WAP didasari oleh adanya beberapa hal yang terjadi, antara lain: a. Bagaimana memperoleh informasi tanpa harus mendatangi sumber informasi tersebut. b. Bagaimana mendesain sebuah situs WAP yang mudah dimengerti oleh userlkonsumen. c. Bagaimana menampilkan kualitas dan ketepatan informasi yang maksimal. 1.3
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan informasi tanpa harus mendatangi sumber informasi. b. Untuk mendesain situs WAP yang mudah di mengerti oleh userlkonsumen. c. Untuk meningkatkan kualitas dan ketepatan informasi. 1.4 1.
2. 3.
Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dibatasi pada: Pembuatan katalog informasi tentang barang dagang toko yakni handphone yang akan diperdagangkan. Penempatan listing program pada WAP hosting. Pengaksesan secara langsung melalui telepon genggam terhadap situs WAP toko handphone tersebut.
693
METODE PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Komputer Universitas Islam Makassar 2. Waktu Penelitian Penelitian lUI dilaksanakan oleh penulis berlangsung sekitar 4 bulan sejak Agustus 2009 sampai dengan November 2009 2.2 Teknik Sampling Objek dari penelitian "Aplikasi e-commerce berbasis WAP" ini adalah sistem e-commerce yang ada pada jejaring internet, dimana user dalam hal ini konsumen dapat mengaksesnya melalui ponsel. Adapun data pada penelitian ini diperoleh dengan : 1. Kuisioner, penulis mengadakan wawancara langsung ataupun tidak langsung dengan masyarakat yang dalam hal ini merupakan seorang konsumen atau user. 2. Dokumen, penulis mendapatkan informasi dari berbagai literatur yang berkenaan dengan aplikasi e-commerce, dan melalui situs-situs di internet yang membahas tentang pengaplikasian teknologi WAP ke dalam suatu sistem e-commerce. 3.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data terbagi atas : 1. Penelitian langsung, dimana penulis melakukan pengamatan langsung menggunakan ponsel dengan mengakses situs WAP e-commerce yang telah dibuat. Penulis mengambil gambar hasil tampilan dari situs WAP e-commerce tersebut. 2. Penelitian Pustaka, dimana penulis akan memperoleh informasi untuk penyelesaian masalah yang diangkat dengan menggunakan referensi yang sesuai dengan masalah yang diangkat atau studi pustaka. 3.2 Teknik Analisis Data Data-data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kualitatif sehingga data tersebut tertuang dalam suatu bentuk yang kemudian setelah di proses data tersebut di analisa sesuai dengan prinsip data kualitatif. 3.3 Perancangan Program Aplikasi Setelah perancangan database adalah merancang listing program aplikasi, dimana wapsite tersebut nantinya dapat ditampilkan di telepon selular pengguna. Pada perancangan listing program WML dan PHP ini, penulis menggunakan Coldfusion Studio 4.0 sebagai WAP editor dan M3Gate sebagai WAP emulator yang membantu dalam menampilkan hasil dari file-file yang dibuat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengujian aplikasi e-commerce berbasis WAP, dilakukan dengan dua cara yaitu pengujian tampilan wapsite dengan menggunakan emulator WAP dan pengujian tampilan beberapa halaman wapsite dengan menggunakan WAP browser dengan memasukkan alamat http://bavuim.byethost15.com
pada URL address telepon genggam sehingga dapat diketahui kinerja dari desain sistem yang telah dibuat. 4.1 Pengujian Tampilan Wapsite dengan Emulator WAP 1. Halaman utama Halaman utama merupakan halaman pertama yang tampil pada saat mengakses alamat wapsite. Halaman ini terdiri dari 6 submenu yaitu: Galeri ponsel - Voucher - Ponsel Laris - Ingin Tahu - Tips-tips - Profilku
ZegeCellulilr
~=!'~::" ~~~pG~N
;~j
Garnbar 4.1 Tarnpi1an halarnan utarna
2.
Galeri ponsel. Pada menu ini user dapat memperoleh informasi tentang beberapa merek dan tipe ponsel serta spesifikasi atas ponsel tersebut sesuai keinginan user. -.rr
-., -.t
.... -.t
Garnbar 4.2 (a) tarnpi1an ga1eri ponse1, (b) tarnpi1an rnerk ponse1, (c) tarnpi1an tipe ponse1 (d) tarnpi1an spesifikasi
3.
Voucher
Pada menu ini user dapat memperoleh informasi tentang harga voucher isi ulang dari beberapa jenis simcard.
.....
WUCIIEfl
,
''''''''' ", • £Will
Garnbar 4.3 (a) tarnpi1an voucher, u1ang
(b) tarnpi1an harga voucher isi
4.
Ponsellaris Pada menu ini user dapat memperoleh informasi tentang beberapa merek dan tipe ponsel yang termasuk dalam kategori penjualan terbaik.
694
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari desain aplikasi teknologi WAP secara keseluruhan. Juga untuk mengetahui kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang terjadi.
rum••§! +.!.t:!Jill:i.IE +I!I'.1:I!!'.1. +l..B.Qf.!.J,!J,
~
Gambar 4.4 (a) tampilan ponsellaris
5.
Ingin tahu Pada menu ini user dapat memperoleh informasi tentang pengertian dari beberapa istilah yang ada pada dunia komunikasi selular.
ISTllA'j:BLUETOOTH
PENJELASAN:ToIo:rdO\1i_""oI ••••••~v_~;nm'''''ipt1ll<1lI1 ~.np"r>oo.I.",>rpir>rti k"",,rJi<.,i,prirrt..-,k~..-y.~ Iot ••ny·_
~
>n_.....,i~·"ln~
••
t.rkoitdondoplllrnom,.",f..-
Gambar 4.5 (a) tampilan ingin tabu, (b) tampilan penjelasan
6.
Tips-tips Pada menu ini user dapat memperoleh informasi tentang beberapa tips.
TIPS-TIPS ,~ 2, ill •• i [>On",1••• mgll!'firam .............................. ••• !..t:!..!ll!:!. "'!'ll.llIl.UQ.!
TIPS.TlPS T~":M=modHP ':H:.b.hill:it..m.d.~ mutu prodoJlo: ~.ItI.hV>n~t"i~~i •.••mi. 2:H;,ti-hllti...,mbllu.""~lunai ~~.m~inIc>n,pilholII
.ir
~
:::au...•
~:t~.::k·;3't=~d:"b3'tk3f1
I KembaliI
ilit•• l •••.••M •.••.•u"rMrJolOf1•• poo",,1van~ 1lI<1lI1 and;, b,i f ••
tH;;LLiI;;m;;i
Gambar 4.6 (a) tampilan tips-tips, (b) tampilan isi tips-tips
4.2.1 Peralatan Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses pengujian akses ini antara lain: 1. Telepon genggam yang dilengkapi dengan fitur WAP dan GPRS. Dalam hal ini digunakan telepon genggam jenis Motorola tipe C651 dan Nokia CDMA6235. 2. Simcard 1M3 dan Flexi CDMA. 4.2.2 Prosedur Pengujian • Untuk operator GSM 1. Melakukan registrasi pemberian layanan GPRS pada operator sesuai dengan jenis simcard yang digunakan. (car a registrasi untuk GPRS lihat pada lampiran) . 2. Memastikan konfigurasi layanan GPRS pada telepon selular sudah benar dan GPRS dalam keadaan aktif. 3. Melakukan uji coba pengaksesan dengan simcard tersebut pada telepon genggam dengan memasukkan alamat http://bayuim. byethost 15.com pada URL address atau Homepage Address. 4. Mengamati dan membandingkan tampilan beberapa halaman wapsite pada dua jenis telepon genggam tersebut • Untuk operator CDMA 1. Pilih option MENU, kemudian pilih MINlBROWSER, lalu pilih sambung. Browser akan melakukan sambungan ke Homepage operator. 2. Setelah terkoneksi dengan Homepage operator, pilih MENU lalu pilih Openpage kemudian masukkan alamat http://bayuim.byethostl5.com 3. Sekarang Anda dapat melihat tampilan dan wapsite. 4.2.3 Hasil Pengujian 1. Halaman utama
7.
Profilku Pada menu ini user dapat memperoleh informasi tentang data pribadi penyusun.
Zege Cellular r!"l~natli"'!1 '~ER
enu
Select
Bar
PROFILKU
=/'f:~~~~ HLAHIR;Mlk
••• ;ar
TMGWIL:18-12-'8{ KUUAH
; fol~.l
Gambar 4.8 Tampilan halaman utama pada; (a) Motorola C651, (b) Nokia 6235
IR;;[Qi~-m~l I Kembi1liI
2.
Galeri ponsel Pg CpU Zege Cellular
Gambar 4.7 Tampilan profilku
.DNA
PILI"
lenu
Select
8a
4.2 Pengujian Tampilan Wapsite dengan W AP Browser Pada Ponsel.
695
lege Cellular
Gambar 4.9 Tarnpilan galeri ponsel pada; (a) Motorola C651, (b) Nokia 6235
3.
Voucher
Gambar 4.10 Tarnpilan voucher pada; (a) Motorola C651, (b) Nokia 6235
4.3 Analisis Ketika sebuah mobile station GPRS akan menggunakan layanan jaringan paket data wireless, terlebih dahulu mobile station tersebut melakukan attach ke Service GPRS Support Node (SGSN). Ketika sebuah SGSN menerima request dari sebuah mobile station, maka SGSN akan memastikan apakan akan memberikan layanan request tersebut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengguna mobile station tersebut merupakan subscriber dari GPRS services atau tidak. Proses pengecekkan (verifikasi) informasi subcription dari mobile station ini disebut dengan authorization. 2. Proses pengecekan (verifikasi) informasi tentang identitas dari mobile station. Hal ini disebut dengan istilah authentication. 3. Pengecekkan terhadap level QoS (Quality of Service) dari request service yang diminta oleh mobile station. Hal yang dilakukan diantaranya proses verifikasi terhadap kemampuan subscriber untuk membayar service yang diminta dan juga verifikasi terhadap kemampuan jaringan untuk memberikan layanan sesuai yang diminta (saat bersamaan jaringan sedang melayani service terhadap pengguna yang lain) . 4. Setelah memutuskan untuk menerima request, maka SGSN akan menyimpan data track dari mobile station sehingga mengetahui lokasi dimana data paket harus dikirimkan / diroutekan ke mobile station (proses penerimaan paket data). Proses attachment ke SGSN tidak menjadi jaminan bahwa proses pegiriman paket data dapat dilakukan. Agar mobile statin dapat melakukan proses pengiriman paket data, maka mobile subscriber harus terlebih dahulu mengaktifkan sebuah PDP address (semisal IP address). PDP address merupakan network layer addresess (OSI model layer 3). Sistem GPRS mendukung baik
layer protokol jaringan X.25 maupun IP. Karena itu alamat PDP dapat berupa X.25, IP, atau kedua-duanya. Masing-masing PDP address disimpan dan dikenali (anchored) pada sebuah Gateway GPRS support Node (GGSN). Semua lalu lintas paket data yang dikirimkan dari jaringan paket data publik ke alamat PDP akan melalui GGSN. Ketika mobile station melakukan proses pengiriman data, maka selain melakukan attach ke SGSN, maka mobile station tersebut juga harus mengaktifkan sebuah alamat PDP. Alamat PDP membangun sebuah asosiasi antara SGSN dengan GGSN yang informasinya disimpan dalam PDP context. Sebuah mobile station hanya melakukan attach ke satu SGSN, tetapi dapat mengaktifkan beberapa alamat PDP yang mungkin di-anchored oleh GGSN yang berbeda. Ketika mobile station telah melakukan attach ke SGSN dan mengaktifkan sebuah alamat PDP, maka mobile station tersebut telah siap untuk melakukan komunikasi dengan perangkat yang lain. Sebagai contoh GPRS mobile dapat berkomunikasi dengan sistem komputer yang terhubung ke jaringan X.25 atau jaringan IP. Dengan demikian proses pengiriman data (data transfer) dan Penerimaan data (data receiving) dengan menggunakan GPRS dilakukan melalui proses sebagai berikut : 1. Setup koneksi ke jaringan GPRS (dilakukan terpisah dengan jaringan GSM). 2. Mobile station melakukan prosedur GPRS attach. Hal-hal yang dilakukan antara lain: a. Mobile station melakukan request attachment ke SGSN. b. SGSN melakukan authorization dan autentication terhadap requirement dari mobile station. c. SGSN melakukan verifikasi terhadap level QoS service yang diminta oleh mobile station. d. Jika request attachment diterima, maka selanjutnya SGSN akan meyimpan dan memaintain data lokasi (track) mobile station dengan melakukan maintain terhadap database lokasi mobile station yaitu HLR dan MSCNLR. 3. Untuk dapat melakukan pengiriman data, maka mobile station akan mengaktifkan alamat PDP. Infromasi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan alamat PDP ini disimpan dalam PDP context. Proses pengujian tampilan halaman wapsite dilakukan dengan menggunakan emulator WAP dan WAP browser pada dua jenis handphone yaitu Motorola C651 dan Nokia 6235. Tampilan halaman wapsite pada emulator WAP, Motorola C651 dan Nokia 6235 memiliki perbedaan. Tampilan halaman wapsite pada emulator WAP Emulator WAP memiliki layar yang besar dan dapat menampilkan sekitar enam belas baris. Hal ini dapat dilihat pada proses pengujian tampilan wapsite menggunakan emulator WAP. Dengan layar yang besar ini, emulator WAP dapat menampilkan satu halaman wapsite secara keseluruhan tanpa perlu melakukan scroll kebawah. Tampilan halaman wapsite pada Motorola C651
696
Motorola C651 memiliki layar dengan resolusi sebesar 128xl28 pixel. Dengan resolusi seperti ini, Motorola C651 mampu menampilkan halaman wapsite hanya sekitar empat baris. Gambar logo dan gambar dari tipe HP dapat dengan baik ditampilkan oleh ponsel ini. Tampilan halaman wapsite pada Nokia 6235 Nokia 6235 memiliki layar dengan resolusi sebesar 128xl28 pixel. Namun dengan resolusi seperti ini, Nokia 6235 mampu menampilkan halaman wapsite dengan jumlah baris yang lebih ban yak daripada Motorola C651 yaitu tujuh baris. Hal ini dikarenakan pada Motorola C651 dalam menampilkan halaman wapsite juga menampilkan fungsi soft key pada bagian bawah layar dan juga beberapa indikator status pada bagian atas layar yang terlalu mengambil banyak tempat, sedangkan hal ini tidak ditampilkan oleh Nokia 6235. Gambar logo dan gambar dari tipe HP dpat ditampilkan dengan baik oleh Nokia 6235 ini. Waktu yang dibutuhkan HP Motorola C651 dalam untuk mengakses situs W AP tersebut lebih cepat dibandingkan dengan HP Nokia 6235, ini akibat perbedaan operator untuk HP Motorola C651 menggunakan operator GSM sedangkan, HP Nokia 6235 menggunakan operator CDMA. Dalam hal pentarifan juga terdapat perbedaan antara HP Motorola C651 yang menggunakan operstor GSM, dengan HP Nokia 6235 yang menggunakan operator CDMA. Operator CDMA yang digunakan HP Nokia 6235 memberikan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan operator GSM yang digunakan HP Motorola C651.
3.
Pembuatan aplikasi wapsite lUI dapat dikembangkan dengan adanya proses transaksi didalamnya dengan melakukan kerja sarna dengan berbagai pihak agar transaksi dapat lebih aman dan menguntungkan semua pihak.
DAFT AR PUST AKA __ , Majalah Multimedia Mobile & Style. Jakarta: PT Jagat Media & Bisnis. __ , Mobiler's Infotainment Handphone. Jakarta: PT Global Sarana Media. Ardiansyah dan Akhmadi, 2003, Aplikasi Pemrograman WAP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. A. Suhendar, 2003, Teknologi Pemrograman Mobile E-commerce. Bandung: Infomatika Bandung Nurhadi, Tyasno, 2003, Pemrograman WML dan WMLS. Yogyakarta: AND!. Prasetyo, Didik Dwi, 2003,Tip dan Trik PHP dan MySQL. Jakarta: PT Gramedia. Prihatna, Henky, 2005. Kiat Praktis Menjadi Webmaster Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Ridwan Sanjaya & Onno W. Purbo, Membuat aplikasi WAP dngan PHP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. http://www.freesgl.org/, September 2009. http://byethostl5.com/, September 2009.
PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Halaman wapsite berisi informasi barang dagang dari toko ponsel yang dapat diakses dengan melakukan proses browsing menggunakan W AP browser pada telepon genggam. Ini berarti untuk memperoleh informasi kita tidak hams mendatangi sumber informasi, cukup dengan menggunakan fitur internet yang ada pada ponsel 2. Halaman wapsite yang dibuat sangat mudah dimengerti dan sarat informasi, sehingga penggunaJuser dapat mengakses informasi secara mudah. 3. Halaman wapsite ini berisi informasi yang singkat namun jelas, yang dilengkapi dengan gambar, dan spesifikasi barang, yang akan dijual secara detail. 4.2 Saran 1. Fungsi scroll kebawah dapat dikurangi bila dalam mengakses halaman wapsite digunakan telepon genggam dengan resolusi layar yang besar. 2. Untuk mengakses situs-situs wapsite, hendaklah menggunakan telepon genggam yang telah dilengkapi fitur WAP dan GPRS. Kemudian layanan GPRS pada sirncard yang digunakan telah aktif.
697
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
ANALISIS PENGGUNAAN ALAT MATERIAL HANDLING CRANE YANG TEP AT UNTUK MENINGKATKAN EFESIENSI PADA BAGIAN GALVANISING LINE PADA PT. SERMANI STEEL l)Suradi Najamuddin, 2)Halindah, 3)Sudirman 1,2)DosenProgram Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UIM 3)Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UIM
ABSTRAK Data produksi PT Sermani Steel, kapasitas produksi secara keseluruhan mencapai kurang lebih 10.716.000 kg / tahun, namun jumlah ini masih kurang. Agar mampu memenuhi kebutuhan pasar sekarang, pihak manajemen harus bisa meningkatkan kapasitas produksinya minimal 15% dari output saat ini. Selain itu kerugian juga masih terlalu tinggi. Pada bulan September 2009, waktu pada stasiun galvanizing mencapai 94.53%. Alat pemindahan bahan ( material handling) yang di gunakan pada bagian Galvanising Line adalah alat angkut Conveyor dan Crane. Dimana data lama Conveyor mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.181.686 dan data sekarang mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.977.349 sedangkan alat angkut Crane dari data lama mengeluarkan biaya sebesar Rp 46.617.892 dan data sekarang mengeluarkan biaya sebesar Rp 47.414.217, Maka selisi baya dari data lama dan data sekarang yaitu pada Conveyor sebesar Rp 795.663 dan Crane sebesar Rp 796.325. Biaya yang ditanggung oleh PT. Sermani Steel antara kedua alat yaitu Conveyor dan Crane adalah : Conveyor sebelum perbaikan: Rp 15.181.686,-/24 jam dan sesudah Rp 15.977.349,-/24jam. Sedangkan untuk crane sebelum perbaikan Rp 46.617.892,-/24jam dan sesudah perbaikan Rp 47.414.217,-/24 jam Kata Kunci: Conveyor, Crane, Material Handling
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Data produksi PT Sermani Steel, kapasitas produksi secara keseluruhan mencapai kurang lebih 10.716.000 kg / tahun, namun jumlah ini masih kurang. Agar mampu memenuhi kebutuhan pasar sekarang, pihak manajemen harus bisa meningkatkan kapasitas produksinya minimal 15% dari output saat ini. Selain itu kerugian juga masih terlalu tinggi. Pada bulan September 2009, waktu pada stasiun galvanizing mencapai 94.53%. Namun waktu yang digunakan untuk aktivitas produksi hanya sekitar 79.45%. Namun ini penyebab timbulnya ketidak lancaran aliran proses dalam proses produksi yang sedang berjalan dapat diidentifikasi, begitu juga halnya dengan tingkat aktifitas mesin pada masing-masing stasiun kerja. Dengan ini diharapkan dapat diperoleh model yang bisa meningkatkan kapasitas produksi dan mengoptimalkan peralatan pabrik. Sebuah keputusan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan maupun organisasi pemerintah adalah apakah aset yang ada saat ini harus dihentikan dari penggunaannya, diteruskan setelah dilakukan perbaikan, atau diganti dengan aset barn. Oleh karena itu, masalah penggantian (replacement problem) memerlukan analisis ekonomi teknik yang sangat hati-hati agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan logis yang selanjutnya dapat memperbaiki efisiensi operasi serta posisi persaingan perusahaan. Kadangkadang analisis ini berupa pertanyaan mengenai apakah kita harus menghentikan penggunaan sebuah aset tanpa dilakukan penggantian (abandonment) atau apakah kita
tetap mempertahankan aset tersebut sebagai cadangan (back-up) dari pada sebagai penggunaan utama. Keputusan dapat berupa pertanyaan apakah keharusan perubahan tersebut dapat dipenuhi dengan memperbesar kapasitas atau kemampuan aset yang sudah ada saat ini atau apakah harus mengganti aset yang ada saat ini (aset lama), yang secara deskriptif sering disebut sebagai defender, dengan sebuah aset barn. Satu atau lebih altematif aset pengganti (baru) kemudian disebut sebagai penantang (challenger). Setelah meneliti lebih lanjut tentang proses produksi pada PT. Sermani Steel khususnya dibagian Galvanising Line, Penulis mendapatkan masalah yang erat kaitannya dengan proses pemindahan bahan khususnya pada alat pemindah bahan tersebut. Hal ini sebenarnya merupakan hasil dari aktifitas proses pemindahan bahan atau alat pemindah bahan yang digunakan pada Galvanising Line sudah tidak sesuai lagi dengan umur ekonomisnya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dari sebelumsebelumnya. Dimana Galvanizing Line itu sendiri adalah bagian dari proses produksi yang bekerja sebagai pembersihan karat plat ( koil ) yang telah d potong dan proreses pencelupan atau pelapisan baja dengan menggunakan timah yang telah di tentukan tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Sehubungan dengan hal di atas maka masalah pokok dalam penulisan ini adalah membandingkan efisiensi alat yaitu Crane dari data lama dan data
698
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
sekarang, yang digunakan pada bagaian line.
2010
galvanising
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Membandingkan efisiensi crane dari data lama dan data sekarang yang digunakan pada bagian proses produksi pada galvanising line. b. Menghitung biaya dengan menggunakan metode depresiasi. 104. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sbb: Sebagai usulan buat perusahaan PT. Sermani Steel, mengenai efisiensi penggunaan alat pemindahan bahan ( materal handling ) yang tepat pada bagian proses produksi seng khususnya pada galvanising line. METODOLOGI
PENELITIAN
2.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penulis akan mengadakan penelitian pada PT. Sermany Steel Makassar, yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo Km. 7 Tello Baru yang berlangsung kurang lebih 1 bulan. 2.2 J enis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dan mempunyai referensi dengan penulisan ini adalah : Data Primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung oleh penulis melalui wawancara dan observasi langsung, atau data-data yang diperoleh dari bukti pencatatan yang dilaksanakan perusahaan. Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan membaca literatur atau mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan tulisan kami.
2.3 Metode Analisis Adapun metode penelitian yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan Rumus sbb : a. Rumus Depresiasi ( Harga pembelian alat x Pertahun x Perhari) 1 ( Umur ekonomis peralatan x Operasional alat angkut x waktu) b. Jarak pengangkutan tiap jam Jarak tempuh alat angkut x Perhari c. Analisa Biaya Maintenance + Bahan bakar + Depresiasi + Operator. d. Ongkos Material Handling ( Analisa biaya 1 Jarak pengangkutan )
PENGUMPULAN 3.1 Pengolahan
DAN PENGOLAHAN
Data
DATA
Adapun pengolahan data lama dan sekarang dari hasil penelitian antara perbandingan alat pemindah bahan crane adalah sebagai berikut : 3.1 Tabe1 data lama pengo1aban Crane pada tabun 2000 dengan operasi 30 tabun. No. 1
J enis-J enis Biaya Satu Alat Conveyor
2 Biaya Baban Bakar 3 Biaya Pera1atan 4 Upab Operator 5 Jarak tempuh 6 Operasi A1at Angkut 4 Umll[ Ekonornis Surnber data: PT. Serrnani Steel
Jum1ah (Rp) Rp. 150.000.000 Rp. 35.000 18 Jam Rp. 50.000 I Perhari Rp. 25.000 I 24 Jam 400MI Hari 365 Haril Tabun 30 Tabun
Berdasarkan tabel tersebut maka jumlah biaya yang dikeluar dalam satu alat Material Handling untuk satu unit alat Crane biaya yang harus dikeluarkan perusahaan A. Biaya Depresiasi : = Rp 150.000.000,- x 1 Tahun x 1 Hari 135 Tahun x 365 hari x 8 jam = Rp 14.677.104,- x 24 Jam = Rp 35.225.049,-/24 jam B. Jarak Pengangkutan: = Rp 200 M 1 Hari x 1 Hari 1 8 jam = 25 M 1Jam x 24 Jam = 600 Meter/24 jam C. Analisa Biaya: = Rp 50.000,- + 35.000 + 394.512 +25.000 1 8 jam = Rp 473.887 x 24 Jam = Rp 11.373.288,-/24 jam D. Ongkos Material Hadling : = Rp 11.373.288,- 1 600 m = 18.955,-/24 jam Dari data diatas diperoleh Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit alat Crane yaitu : = Rp 35.225.049 + 600 + Rpl1.373.288 + Rp18.955 = Rp 46.617.892,-1 24 jam Berdasarkan dengan table diatas maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit alat Crane yaitu : A. Biaya Depresiasi : Rp 35.225.049,-/24 jam B. Jarak Pengangkutan : 600 Meter/24 jam C. Analisa Biaya : Rp 11.373.288,-/24 jam D. Ongkos Material Hadling : Rp 18.955,-/24 jam Maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit Crane: = Rp 46.617.892, -I 24 jam dengan jumlah 20 ton produksi. 3.2
Tabe1 data sekarang pengo1aban Crane pada tabun 2009 dengan operasi 39 tabun. No. 1
J enis-J enis Biaya Satu Alat Conveyor
2 Biaya Baban Bakar 3 Biaya Pera1atan 4 Upab Operator 5 Jarak tempuh 6 Operasi A1at Angkut 4 Umll[ Ekonornis Surnber data: PT. Serrnani Steel
Jum1ah (Rp) Rp. 150.000.000 Rp. 60.000 18 Jam Rp. 80.000 I Perhari Rp. 25.000 I 24 Jam 400MI Hari 365 Haril Tabun 30 Tabun
Berdasarkan tabel tersebut maka jumlah biaya yang dikeluar dalam satu alat Material Handling untuk 699
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
satu unit alat Crane biaya yang harus dikeluarkan perusahaan A. Biaya Depresiasi : = Rp 150.000.000,- x 1 Tahun x 1 Hari /35 Tahun x 365 hari x 8 jam = Rp 14.677.104,- x 24 Jam = Rp 35.225.049,-/24 jam B. Jarak Pengangkutan: = Rp 200 M / Hari x 1 Hari / 8 jam = 25 M / Jam x 24 Jam = 600 Meter/24 jam C. Analisa Biaya: = Rp. 80.000 + 60.000 + 394.512 + 25.000 / 8 jam = Rp 507.012 x 24 Jam = Rp 12.168.288,-124 jam D. Ongkos Material Hadling : = Rp 12.168.288,- /600 m = 20.280,- /24 jam Dari data diatas diperoleh Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit alat Crane yaitu: = Rp 35.225.049 + 600 + Rp 12.168.288 + Rp 20.280 = Rp 47.414.217,- / 24 jam Berdasarkan dengan table diatas maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit alat Crane yaitu: A. Biaya Depresiasi : Rp 35.225.049,-124 jam B. Jarak Pengangkutan : 600 Meter124 jam C. Analisa Biaya : Rp 12.168.288,-124 jam D. Ongkos Material Hadling : Rp 20.280,- /24 jam Maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu unit Crane: Rp 47.414.217,-/ 24 jam dengan jumlah 20 ton produksi. Dengan dilakukan perbandingan antara data lama dan sekarang, maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan antara data lama dan sekarang pada alat pemindah bahan Conveyor dan Crane yaitu yang paling kecil mengeluarkan biaya adalah data lama di bandingkan dengan data sekarang, karene data sekarang terjadi penyusutan pada alat pemindah bahan tersebut.
3.2 Analisa Pemecahan Masalah Minimasi biaya merupakan salah satu tujuan utama dari setiap perusahaan yang ada, demikian juga halnya dengan PT. Sermani Steel. Untuk menekan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ada beberapa langkah yang dapat menggantisipasi pengeluaran biaya yang besar antara lain: 1. Mengurangi waktu menganggur pekerja ataupun mesm 2. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang tinggi 3. Mengganti peralatan yang sudah usang dengan yang baru agar lebih efisien 4. Menggatur departemen-departemen sedekat agar perpindahan material menjadi pendek. 5. Menjamin kesejahtraan dan kesehatan karyawan
PENUTUP 4.1 Kesimpulan: Adapun kesimpulan peneliti peroleh atau dapatkan dari PT.Sermani Steel khususnya pada bagian Galvanising Line dengan perbandingan efisiensi pada alat pemindahan bahan (material handling) yaitu Crane dari data lama dan sekarang adalah sebagai berikut: Alat pemindahan bahan ( material handling) yang di gunakan pada bagian Galvanising Line adalah alat angkut Crane. Dimana data lama data sekarang alat angkut Crane dari data lama mengeluarkan biaya sebesar Rp 46.617.892 dan data sekarang mengeluarkan biaya sebesar Rp 47.414.217, Biaya yang ditanggung oleh PT. Sermani Steel antara Crane adalah sebelum perbaikan Rp. 46.617.892,-124jam dan sesudah perbaikan Rp. 47.414.217,-124 jam 4.2 Saran: Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan system pengawasan khususnya alat pemindahan bahan ( material handling) yang digunakan agar dapat mengurangi kerusakan pada alat pemindahan bahan (material handling). Pengontrolan terhadap alat pemindahan bahan (material handling) seharnsnya lebih ditingkatkan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar agar biaya yang dikeluarkan oleh perusahan untuk tiap alat dapat di eliminir. Pihak perusahan sebaiknya melakukan penambahan tenaga kerja yang lebih berpengalaman pada bagian operator yang mengarahkan alat pemindahan bahan (material handling). DAFT AR PUST AKA Ach. Muhib Zainuri, ST, Mesin pemindah Bahan, Yokyakarta, andi, 2006 Eddy Herjanto. Manajemen Produksi & Operasi. Edisi Kedua, Surabaya 1990. Ferianton Raharjo, Ekonomi Teknik, Analisis pengambilan Keputusan. Yokyakarta, Andi, 2007 Hari Purnomo. Perencanaan & Perencangan Fasilitas. Graha Ilmu James M. Apple. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga, ITB Bandung, 1990. Murdifin Haming, SE. Msi Dr.Mahfud Nurjanamuddin, SE.MM, Manajemen Produksi modern, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Prof.Ir.I Nyoman Pujawan, M.Eng.Ph.D" Ekonomi Teknik, Surabaya: Guna Widya, 2009 Rosnani Ginting, Sistem Produksi, Jakarta : Graha IImu,2007 Sofyan Assauri. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1999. Wignyosoebroto, Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Jakarta: PT. Guna Widya 1996 700
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
701
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
PENYELESAIAN NUMERIK INTEGRAL TERTENTU DENGAN ATURAN TRAPESIUM UNTUK MENGANALISIS HUBUNGAN ANTARA OUTPUT DAN UMUR EKONOMIS MESIN Gideon Kajang Dosen Kopertis Wilayah IX Sulawesi
ABSTRAK Dalam dunia nyata, model matematika sering digunakan untuk menyelesaikan berbagai kasus yang dihadapi. Namun berhubung karena model matematika (eara analitikleksak) tersebut biasanya rumit sehingga metode numerik dipilih sebagai solusinya. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana penyelesaian numerik terhadap suatu kasus dengan memilih eontoh sederhana yaitu, pemakaian hitung integral tertentu aturan trapesium untuk melihat hubungan antara output suatau mesin dengan umur ekonomisnya. Tujuannya diharapkan untuk membantu memahami bagaimana mekanisme metode numerik itu bekerja, Kata Kunei: Integral, Trapesium PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan bahwa, kasus yang melibatkan model matematika sering muneul di berbagai bidang ilmu. Salah satunya adalah pada persoalan rekayasa (engineering) yang meliputi: Teknik sipil, Teknik Mesin, teknik Industri. Teknik Elektro, Tekhik Kimia dan sebagainya. Biasanya, model matematika tersebut muneul dalam bentuk yang tidak ideal t rumit). Model matematika yang rumit itu adakalanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang sudah umum mendapatkan solusi sejatinya . Oleh karena itu, metode pendekatan atau metode numerik hadir memberi solusi ketika suatu kastis tidak dapat atau sulit diselesaikan seeara eksak. Meskipun langkah-langkah penyelesaiannya panjang melalui ban yak iterasi dan kadang membosankan namun dengan bantuan komputer, masalah tersebut menjadi sangat eepat dan mudah diselesaikan. Menurut Steven C Chapra dan Raymond P Carnale (2,466), fungsi yang diintegrasikan meliputi: 1. Fungsi Kontinu sederhana seperti sebuah polynomial, Eksponensial atau sebuah fungsi trigoniometri. 2. Suatu fungsi kontinu yang rumit, yakni sukar atau tidak mungkin untuk mengintegrasikan seeara langsung, 3. Sebuah fungsi yang ditabulasikan dimana harag x dan f (x) diberikan pada sejumlah titik diskret yang sering dijumpai pada data eksperimen. Pada kasus pertama dapat dievaluasi seeara eksak dengan teknik analitis tetapi untuk kasus kedua dan ketiga harus dilakukan dengan metode aproksimasi atau metode numerik.
1.2 Ruang Lingkup Lingkup pembahasan dibatasi pada perhitungan integral tertentu dan lebih menitik beratkan pada proses penyelesaian dengan metode numerik aturan tarpesium. Contoh aplikasi kasus yang di bahas sangat sederhana dan sebetulnya juga amat mudah diselesaikan seeara analitik atau eksak. Penampilan eontoh kasus tersebut bukan dilihat dari rumitnya tetapi lebih kepada bagaimana proses penyelesaian seeara numerik dengan aturan trapesium.
LANDASAN TEORI 2.1 Integral Tertentu Integral tertentu suatu fungsi dapat dideftnisikan sebagai suatu limit misalnya f (x) terdapat dalam interval tertutup (a,b) dan titik -titik
=
Xi membagi interval itu dalam sub interval L1 Xi (Xi + XI+l)' Didalam atau dipinggir sub interval L1 Xi difikirkan titik Xi, maka integral tertentu f (x) antara batas bahwa a dan batas atas b didefinisikan sebagai. b
2::[ f(x n
ff(x)dx
a
= lim n-e-ec
l)
1
L\.x1 + f(X2L\.x1 + f(X2L\.x2 + ....+ f(xn)L\.x]
n
= lim n-e-eo
2) f(x,)
Ax. = F (b) - F (a)
1
=
F(x) integral tak tertentu fungsi f(x). Kalau Xi diambil berimpit Xi, maka
701
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Integral f(x) = didekati oleh jumlah luas trapesium - trapesium itu. Luas trapesium = V2 jumlah sisi sejajar x tingginya, sehingga diperoleh x
Luas trapesium kesatu Kalau turunan fungsi f(x) adalah limit suatu hasil bagi maka integral tertentu fungsi f(x) adalah limit suatu jmulah. Jumlah tersebut meliputi berbagai jenis besaran dalam berbagai kasus sehingga integral tertentu dapat digunakan untuk menghitung: jumlah penduduk, besaran pendapatan, surplus konsumen. surplus produsen, besaran biaya, luas bidang, volume bendadan sebagainya. Dari definisi integral tertentu dapat disimpulkan sifat-sifat yang salah satunya akan digunakan dalam tulisan ini yaitu :
Luas trapesium kedua Luas trapesium ketiga -
Luas trapesium ke n Penjumlahan memberikan a a'
b b'
b
ff(x)dx=O a
Atau
A. Integral Numerik Aturan Trapesium Telah kita ketahui bahwa integral tertentu : b
b
a
a
Hubungan Output Dengan Umur Ekonomis Mesin Dengan Analisis Integral Numerik Aturan Trapesium
fY dx = f f (x) dx
A. Integral Secara Eksak Misalkan operasi sebuah mesin dimana penerimaan (r) dan Ongkos (c) dinyatakan sebagai fungsi sebuah peubah x. penghasilan 1 = r - c juga dinyatakan sebagai fungsi x. Jika pertambahan x, penghasilan menyebabkan negatif maka pertambahan terse but dihentikan. X = Xo pada saat pengasilan I = r - c menjadi nol, maka penghasilan total:
Setelah diberi tafsiran geometri berupa luas yaitu: luas a a' b' b
y a'
b'
Yo
o
a
y,
y,
y,"
Yn
b
Jika a, b, dibagi atas n bagian dan ditarik ardinat Yl, Y2, Y3 sehingga
Misalkan, penerimaan mesin terse but sebagai fungsi waktu X = t tahun adalah x
Ongkos pemeliharaan fungsi dari waktu adalah
dan reparasi
sebagai
702
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010 X4
Hitung waktu to mesin tidak akan terpakai lagi dan pengahasilannya sampai saat itu bila sisa mesin sama dengan no!' Mesin tidak terpakai lagi bila memberikan penghasilan no!'
= 1,5 Yl = 116,1875
X36 = 17,5
X37
= 18
Y36= 6,40973 Y37 = 0
Dengan aturan trapesium memberikan error 0,7%. Dengan menambah jumlah potongan lagi akan semakin memperkecil error atau mungkin bisa mencapai no!'
Penghasilan total mesin dalam T
= 18 tahun
2106 - 0,1203704 (5832) 2106 - 702,00017 1403,9998 == 1404
B. Integral Cara Numerik Aturan Trapesium
Kesimpulan 1. Hitung integral banyak digunakan dalam menyelesaikan kasus-kasus di bidang rekayasa (engineering) dan juga di bidang lain. 2. Integral numerik merupakan solusi untuk mengatasi persoalan terutama pada kasus-kasus rumit yang tidak bisa diselesaikan dengan cara analitik. 3. Untuk memperkecil atau menghilangkan error maka jumlah potongan dibuat lebih banyak lagi. DAFT AR PUST AKA Rinaldi Munir, (2006), METODE NUMERIK, Penerbit Informatika Bandung. Steven C. Chapra, Reymond P. Carnale (1985), METODE NUMERIK UNTUK TEKNIK, McGraw-Hill Book Company. Johanes, Budianto Sri Handoko, MATEMATIKA UNTUK EKONOMI, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Haijono Djojodiharjo (2000), METODE NUMERIK, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jika selang (0, 18) dipotong menjadi 36 bagian
Maka: Xl=O Yl=117 X2= 0,5 Y1 = 116,90972 X3= 1 Yl = 116,63889 703
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
704
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
PENGELOLAAN DAN PENGONTROLAN SUKU CADANG FASILITAS PRODUKSI DENGAN METODE EOQ Semuel Pajala Dosen Koprtis Wilayah IX
ABSTRAK Suku Cadang memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Oleh karena modal yang dialokasikan untuk suku cadang tersebut merupakan investasi yang tidak bergerak, sehingga pengadaannya perIu dihitung secara akurat. Tulisan ini akan membahas, bagaimana menentukan jumlah suku cadang yang tepat untuk disediakan sehingga tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan dalam persediaan. Teknik analisis yang digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ), dimana hasil dari analisis tersebut pada contoh kasus, menunjukkan bahwa jumlah persediaan dan kapan pemesanan dilakukan dapat ditentukan dengan tepat. Kata Kunci : Metode EOQ
PENDAHULUAN Persedian merupakan aset yang cukup penting dari suatu organisasi perusahaan atau industri. Dalam pengendaliannya, perIu dilakukan secaa cermat dan tepat guna meminimalkan ongkos total persediaan. Persedian suku cadang atau material merupakan bagian pokok yang perIu di perhitungkan dalam pengaruhnya terhadap ongkos total perawatan. Omgkos material dan suku cadang untuk perawatan biasanya berkisar antara 40 sampai 50 % dari total investasi, termasuk adanya kerugian-kerugian karena kerusakan. Dengan demikian, rata-rata perusahaan mengeluarkan sekitar 15 sampai 25 % dari toatal ongkos perawatan untuk suku cadang dan material. Oleh karena itu, pemakaian perIu direalisasi sehemat mungkin dan perIu pengontrolan dalam pengelolahan. Usaha-us aha yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengontrolan suku cadang, mencakup sistem order, rencana teknik untuk mengganti atau memperbaiki, penanggulangan masalah produk yang berubah karena pengaruh material atau suku cadang sesuai dengan ketentuan fasilitas yang akan menggunakannya. Kontrol Suku Cadang Ongkos perawatan banyak ditimbulkan karena adanya kebutuhan material. Sedangkan ongkos material itu sendiri terjadi karena : Harga bahan dan material Ongkos pengangkutan dan penyimpanan suku cadang Untuk mengontrol ongkos material yang di butuhkan sistem inventarisasi yang memadai seperti daftar rincian inventaris sehingga memudahkan untuk mengontrol jumlah, kondisi dan harga setiap bagian yang di inventarisasi. Dalam system persediaan sering muncul persoalan dimana akan terjadi Trade Off antara kelebihan dan kekurangan persediaan penyimpanan barang yang berIebihan di satu sisi, akan menimbulkan ongkos yang besar. Kerugian angkos ini terjadi bila bahan yang
telah dibeli tidak terpakai pada saat periode tersebut. Situasi ini merupakan modal investasi yang macet. Konsekuensi ongkos tak langsung pun sulit dihindari seperti ongkos-ongkos pengangkutan/pemindahan material, perawatan dan penanganan lain. Disisi lain, kurangnya persediaan material atau suku cadang mengakibatkan hilangnya waktu produktif, keterIambatan pekerjaan, banyak tugas yang tertunda, tenaga kerja yang menganggur dll. Dari kondisi yang dilematis ini, diperIukan sistem control yang ideal untuk menjaga agar diperoleh efisiensi dan efektivitas penyimpanan atau persediaan. Fungsi Kontrol Suku Cadang a.
b.
c. d.
e.
Mengelola penyimpanan material secara efektif (tata letak sarana penyimpanan, penggunaan gudang, prosedur penerimaan dan pengeluaran material, dll ) Tanggung jawab teknis untuk keberadaan suku cadang (Metode penyimpanan, prosedur perwatan, dll ) Sistem pengontrolan stock, latihan inventarisasi, prosedur pemesanan dan pengadaan material. Perawatan untuk bahan-bahan khusus, dalam pengiriman bahan, dalam proses pemakaian, kesiapan suku cadang dalam jumlah dan spesivikasi yang sesuai menurut keutuhan. Melindungi suku cadang dari kerugian atau kehilangan akibat penyimpanan yang kurang terkontrol.
Dasar-Dasar Control Suku Cadang Hal-hal yang perIu diperhatikan dalam mengelola suku cadang adalah bagaimana untuk mencapai kondisi ideal dari trade off seperti yang dijeaskan sebelumnya. Jumlah maksimum dan minimum penyimpangan stock tidak terIalu berIebihan atau kekurangan dari kebutuhan. Batas-batas penyimpangan biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman dan kebutuhan.
704
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Jurnlah Standar pemesanan
1
Stock maksimum
I I I I I I
------"1----I I I I I
Batas Pemesanan kembali
••
Stock minimum
Cadangan pengaman
waktu Waktu pengadaan
Faktor-faktor yang mendasari pengontrolan suku cadang a. Persediaan/stock maksimum: menunjukkan batas tertinggi penyimpangan suku cadang dengan jumlah yang menguntungkan secara ekonomi b. Persediaan/stock minimum: menunjukkan stock terendah penyimpanan suku cadang dengan batas yang aman. Cadangan pengaman untuk mengatasi bila kebutuhan diatas batas normal. c. Standar pesanan: menunjukkan jumlah material yang dibeli pada setiap pemesanan. d. Batas pemesanan kembali: menunjukkan jumlah material yang dapat dipakai selama waktu pengadaannya kembali (sampai batas stock minimum). Pada saat jumlah persediaan material yang telah mencapai batas pemesanan, maka pemesanan yang barn segera dilakukan. e. Waktu pengadaan: menunjukkan lamanya waktu pengadaan material yang dipesan (sejak mulai dipesan sampai datangnya pemesanan yang barn) J umlah Pesanan Ekonomis Perhitungan untuk pemesanan material dalam jumlah ekonomis mencakup dua komponen ongkos yaitu: a. Ongkos pengadaan material (ongkos-ongkos administrasi, pengangkutan, inspeksi dan ongkosongkos yang tak terduga). b. Ongkos inventarisasi material (ongkos-ongkos pengelolaan penyimpanan di gudang, asuransi, keusangan, penyusutan dan lain-lain). Besarnya ongkos ini berkisar antara 10-20 % dari harga rata-rata material yang disimpan. Besarnya pesanan ekonomis diperolah jika ongkos pengadaan material sarna dengan ongkos inventarisasi (Q minimum jika pengadaan material = ongkos inventarisasi) Notasi-notasi yang digunakan adalah:
= Jumlah material yang dibutuhkan pertahun. = Ongkos persediaan material per pesanan = Ongkos inventarisasi per material setahun
A P C
ongkos total inventarisasi jumlah material yang dibutuhkan pertahun
= Jumlah pesanan yang ekonomis = Batas stock untuk titik pemesanan = Jumlah barang yang dibutuhkan per tahun = Waktu pengadaan
Q Qo a to
Model Matematik o
Ongkos pengadaan pertahun
jumlah material yang di butuhkan x ongkos pengadaan / pesanan jumlah pesananekonomis =
AP
(1)
Q
o
Ongkos inventarisasi per tahun harga rata-rata material yang disimpan dalam setahun x ongkos inventarisasi setiap barang per tahun
Q =2"'C
(2)
Harga Total: =
AP + Q.C Q 2
(3)
Harga total akan minimumjika,
705
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
AP = Q.C
Q
PENUTUP
2
c.Q2 =2 AP Q2
Dengan metode EOQ maka trade off antara penyimpanan material yang berlebihan dengan kekurangan dalam persedian dapat segera diatasi. Pada tingkat persediaan tertentu, pemesanan dapat segera dilakukan.
=2AP C
Sehingga:
=P~P
Q
(4)
Batas pemesanan kembali
Q, = a.t,
(5)
Aplikasi Jumlah material yang dibutuhkan dari gudang adalah 20 unit/tahun. Ongkos pemesanan (termasuk ongkos-ongkos pengadaan material): Rp. 4000/pesanan. Harga material per unit Rp. 1000. ongkos inventarisasi per tahun 16% dari harga rata-rata material yang disimpan. Tentukan: jumlah pesanan yang ekonomis batas pemesanan kembali jika waktu pwngadaannya 3 bulan
DAFT AR PUST AKA Arman Hakim Nasution,(2003), Perencanaan Dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,Cetakan kedua,penerbit,Guna Wdya Baroto, T 2002. Perencanaan Dan Pengendaliaan Produksi, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Biegel, J.E. 1992. Pengendalian Produksi, Suatu Pendekatan Kuantitatif, Penerbit, Akademika Pressindo, Jakarta Supandi, Manajemen Perawatan Industri, penerbit,Ganeca Exact Bandung
Penyelesaian:
.:.Q =~2~P Q=
2.20.4000 160
= .J1000
=32 Jadijumlah
pesanan ekonomis
= 32 unit
Batas pemesanan kembali
Qo =a.t
0
A _ 20unit 12bulan x3 Qo =20 12 =5 unit Artinya: bila persediaan material digudang tersisa 5 unit maka pemesanan kembali segera dilakukan
706
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
POLA DISTRIBUSI HASIL-HASIL INDUSTRI DAN TAMBANG, ANTARA PROVINSI SULAWESI SELAT AN DAN KALIMANTAN SELAT AN
Kartini Yunus Dosen Prodi Teknik dan Manajemen Industri Sekoloh Tinggi Teknik Darma Yadi (STITEK) ABSTRAK Pembangunan dibidang industri adalah merupakan salah satu sektor yang tercakup ruang lingkup pembangunan ekonomi, oleh karena itu langkah pertama yang memungkinkan dilaksanakan adalah pemanfaatan sumber daya yang tersedia dalam suatu daerah tertentu. Distribusi hasil-hasil industri dan tambang secara umum melalui pelabuhan Sukarno Hatta,Paotere, dan pelabuhan Biring Kassi dengan tujuan ke Kalimantan Selatan. Pelabuhan laut di Sulawesi Selatan yang dijadikan obyek penelitian belum berfungsi secara optimal untuk mendukung proses perdagangan, hal ini ditandai dengan sering tertundanya pelayaran kapal dari pelabuhan di Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan sehingga menjadi hambatan frekuensi pelayaran antar kedua wilayah. Pendistribusian barang hasil industri berupa semen Tonasa didistribusikan ke Kalimantan Selatan melalui Pelabuhan Biringkassi, pelabuhan Sukarno Hatta dan sebahagian kecil melalui pelabuhan Paotere, sementara untuk semen Bosowa didistribusikan melalui Pelabuhan Sukarno Hatta dan pelabuhan Paotere Makassar. Hasil tambang berupa marmer dari Sulawesi Selatan dengan jumlah produksi yang besar namun pemasarannya belum tersalur ke Kalimantan Selatan melainkan lebih dominan untuk export dan secara domestik ke Jakarta. Alur perdagangan Hasil olahan industri berupa terigu dan barang campuran ke Kalimantan selatan melalui pelabuhan utama yaitu pelabuhan Sukarno Hatta selain itu juga didistribusikan melalui Pelabuhan Paotere, baik secara langsung maupun tidak langsung.Komuditas yang diperdagangkan dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan adalah barang hasil tambang berupa Batu Bara yang pengirimannya sebahagian besar melalui pelabuhan Biringkassi Pangkep untuk tujuan Industri Semen Tonasa, sedangkan kebutuhan semen Bosowa kebanyakan melalui pelabuhan SukarnoHatta. Kata Kunci: Pola Distribusi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak strategis Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, sangat memberi arti ditinjau dari berbagai aspek, antara lain berfungsi sebagai daerah pemusatan perbekalan daerah sekitarnya. Sulawesi Selatan juga memiliki kondisi daerah yang relatif aman dari jangkauan serangan dari luar, terutama jika dikaitkan dengan fungsinya sebagai pusat industri dan sentral perekonomian di kawasan timur dan tengah nusantara. Makassar dalam kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi mempunyai posisi penting dan strategis dalam konteks pembangunan nasional, untuk itulah Sulawesi Selatan dengan posisi di tengah-tengah kepulauan nusantara ini, harus tampil sebagai pusat pelayaran dan pusat perniagaan di Indonesia Timur. Pola distribusi hasil-hasil industri dalam perdagangan antar wilayah pada umumnya dilakukan dua arah yaitu produk industri dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan sebaliknya dapat pula terjadi dari Kalimantan selatan ke Sulawesi Selatan. Dalam kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, pembangunan industri diarahkan pada industri-industri yang berbasis pertanian dan pertambangan, sehingga nantinya daerah ini mampu memanfaatkan hasil-hasil pertanian dan pertambangan secara optimal, memberikan nilai tambah yang tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regional dan
global melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi dan bioteknologi. Pengembangan industri kecil, menengah dan kerajinan serta industri rumah tangga, perlu lebih didorong dan dibina menjadi usaha yang makin berkembang dan efisien, sehingga mampu mandiri dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Menyimak arus perdagangan dari Provinsi Kalimantan Selatan ke Provinsi Sulawesi Selatan selama ini, yang lebih didominasi oleh perdagangan jenis produk industri dan tambang, maka distribusi hasil industri dan pertambangan dari dua provinsi tersebut, sangat menarik untuk diteliti mengenai pola distribusinya dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi daerah dan regional yakni antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan. Hubungan pertukaran atau distribusi hasil-hasil industri maupun komoditi pangan dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan sebaliknya hasilhasil industri dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan telah berjalan selama ini. Kedua daerah ini saling memberi ketergantungan yang positif untuk pembangunan masing-masing daerah. Oleh karena itu pentingnya dilakukan penelitian berkaitan dengan pola distribusi yang dikembangkan kedua daerah tersebut.
707
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang permasalahan tersebut dapat dikemukakan beberapa permasalahan pokok berkaitan dengan pola distribusi hasil industri dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan sebaliknya dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan, sebagai berikut : 1. Belum tergambarnya pola distribusi hasil-hasil industri dari sulawesi selatan ke Kalimantan Selatan 2. Belum tergambarnya pola distribusi hasil-hasil tambang dari Kalimantan Selatan ke sulawesi selatan. 1.3. Tujuan Tujuan pelaksanaan penelitian ini secara umum dapat dikatakan untuk mengetahui pola distribusi hasil-hasil industri dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan sebaliknya pola distribusi hasil-hasil tambang dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan, untuk itu secara khusus tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk: 1. Mengidentifikasi pola distribusi hasil-hasil industri dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan. 2. Mengindentifikasi pola distribusi hasil-hasil tambang dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan.
Kalimantan Selatan dan sebaliknya dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Distribusi Hasil-Hasil Industri Distribusi Hasil Industri Semen Produk industri semen yang diperdagangkan dari Propinsi Sulawesi Selatan ke Propinsi Kalimantan Selatan adalah berupa semen bag dan semen curah .. Semen adalah salah satu produk industri yang sering diperdagangkan dan untuk perdagangan semen ini dilaksanakan langsung oleh perusahaan yang memproduksinya seperti PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Bosowa, serta menunjuk beberapa distributor baik dalam propinsi Sulawesi Selatan maupun di luar propinsi Sulawesi Selatan. Dalam perdagangan semen antar pulau, PT. Semen Tonasa dikirim melalui pelabuhan Biringkassi. Semen dikirim dalam bentuk semen bag dan semen curah, dan untuk semen Bosowa, pengiriman semen masih melalui pelabuhan Sukarno - Hatta. Tabel No. 1. 2.
METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada dua provinsi yaitu provinsi Sulawesi Selatan dan provinsi Kalimantan Selatan. Untuk lokasi pengambilan sampel di Provinsi Sulawesi Selatan ditentukan 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu Kota Makassar, Maros, Pangkep. Sedangkan untuk Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan ditetapkan pada 1 (satu) Kota yaitu Kota Banjarmasin. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2009 sampai pada bulan Desember 2009 (3 bulan). 2.2 Indikator IParameter Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Indikator pertama adalah jenis-jenis barang dagangan hasil-hasil industri dan tambang. Indikator kedua adalah alur pergerakan perdagangan komoditi I barang-barang hasil produksi dari kedua provinsi tersebut. Indikator ketiga adalah Pertumbuhan ekonomi kedua provinsi khususnya daerah sampel. Adapun parameter yang digunakan untuk analisis hasil penelitian adalah: mencakup jumlah hasil-hasil industri dan tambang, yang diperdagangkan pada dua provinsi berdasarkan jenis-jenis barangnya.
3.
1. Perbandingan Tabun 2009 ke Propinsi Tujuan Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengab Kalimantan Timur
Distribusi Hasil Industri Semen Tonasa Beberapa Propinsi di Kalimantan. Ket. Volume Persentase (Ton) (%) 62.500 41,00 Rencana Flow 6,40 Distribusi 9.752 Semen 7.925 5,21 72.000
47,31
152.177 Sumber : PT. Semen Tonasa,2009
100,00
4. Jurnlab
Tabel 1 di atas menunjukan bahwa perdangangan Semen Tonasa ke Kalimantan paling banyak ke Kalimantan Timur sebanyak 72.000 ton (47,31%), menyusul ke Kalimantan Barat sebanyak 62.500 ton (41,00%). Perdagangan Semen Tonasa ke beberapa Propinsi di Pulau Kalimantan ada dalam bentuk semen curah dan bag. Selanjutnya dapat dilihat alur distribusi perdagangan Semen Tonasa dari pabrik ke beberapa daerah lainnya seperti gambar 1 (terlampir) Distribusi Hasil Industri Pertanian dan Kehutanan Perkembangan volume perdagangan industri hasil pertanian dan Kehutanan dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan berdasarkan data yang tersedia pada pelabuhan muat paotere dan pelabuhan Sukarno Hatta serta berdasarkan data yang diperoleh dari responden selama penelitian berlangsung dapat diketahui bahwa hasil Industri pertanian dan kehutanan dari Sulawesi Selatan selama tiga tahun terakhir 2007-2009 mengalami peningkatan. Jelasnya pada tabel 2.
2.3 Pendekatan atau Model Analisis Dalam analisis data digunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif untuk melihat alur pergerakan (pola distribusi) perdagangan komoditi/barang dari Provinsi Sulawesi Selatan ke
708
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
Tabel 2. Distribusi Perdagangan Hasil Industri Pertanian dari Pelabuhan Paotere dan Sukarno Hatta ke Kalimantan Selatan (TonIM3)Tahun 2007 - 2009 Pelabuhan Paotere Pelabuhan Sukarno Hatta Jenis 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Barang * 1.020 1.250 136 Gula Pasir 157 284 875 1..470 1.270 1.872 1.575 1070 Terigu 749 Makanan 177 245 563 258 407 398 Ternak 17 Meubel 7 10 9 12 Kopi Bubuk 104 121 130 211 254 305 Gula Merah 219 224 271 Sumber : Data Sekunder Pelabuhan Paotere dan Sukarno Hatta
untuk selanjutnya diexport. Berikut dipaparkan produksi babarapa hasil tambang di Sulawesi Selatan.
Dari tabel 2 terlihat bahwa secara keseluruhan komuditas industri hasil pertanian dari tahun 20072009 melalui pelabuhan Paotere dan pelabuhan Sukarno Hatta umumnya mengalami peningkatan. Komuditas paling banyak dikirim adalah komuditas industri hasil pertanian berupa tepung terigu, disusul gula pasir dan paling sedikit adalah industri meubel, sehingga dari sini bisa diidentifikasi jenis kebutuhan masyrakat di Provinsi Kalimantan Selatan yang dapat dipenuhi oleh provinsi Sulawesi Selatan. Berikut ini dapat dilihat alur distribusi hasil industri pertanian dan kehutanan dari sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan seperti gambar 2 berikut:
Dalam rangka memenuhi kebutuhan peroduksi Semen Tonasa, semen bosowa dan industri lainnya, maka didatangkan batu bara dari Kalimantan selatan yang pendistribusiannya dilakukan oleh salah satu perusahaan PT. Adaro Indonesia melalui pelabuhan Biringakassi Pangkep dan untuk PT. Bosowa melalui pelabuhan Soekarna-Hatta. Pengiriman batu bara dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan untuk tujuan pabrik semen dapat Dilihat Pada Tabel4 berikut :
Gambar 2. Pola Distribusi Hasil Industri Pertanian dan Kehutanan dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan
Industri Hasil Pertanian
Distributor
Sumber : Hasil Pengamatan
1
apangan,
EJB
009
4.2 Pola Distribusi Hasil Tambang Kontribusi terbesar sektor pertambangan adalah pertambangan non migas, sejauh ini pertambangan yang diekspoloitasi adalah nikel yang terdapat di Soroako Kabupaten Luwu Utara yang dikelola oleh PT. Interuasional Nikel Compeny (INCO). Pada tahun 2004 volume export hasil pertambangan nikel mencapai 73.283 ton dengan nilai eksport USD 386 juta. Disamping nikel Provinsi Sulawesi Selatan juga memiliki potensi tambang lainnya diantaranya tembaga, tambang pasir hitam, kramit, emas, pirit, belerang, batu bara, batu mulia dan bahan bangunan seperti batu gunung, endapan lahar, batu kasar dan Marmer. Pendistribusian bahan tambang khususnya marmer dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan berdasarkan wawancara dengan beberapa perusahaan pertambangan Marmer baik di Kab. Pangkep Maupun di Kab. Maros didapatkan informasi bahwa hasil tambang berupa marmer yang selama ini dihasilkan tujuan pengirimannya umumnya ke Jakarta
Tabel 3. Produksi Hasil Tambang (M3) Sulawesi Selatan Tahun 2005 -2009 Jenis Hasil Tambang (MJ/Tahun) Tahun Marmer Batubara Batu Kapur 2005 39.869,697 2006 40.756,065 4.386.569,29 2007 55.009,855 4.242.667,57 17.474,025 2008 55.019,855 4.215.257,76 31.507,029* 2009 2.805.000,65* Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder, 2009
Perkembangan Distribusi Batu Bara (Ton) Dari Kalimantan Selatan Ke Sulawesi Selatan Tahun Total PT. Semen PT. Semen Tonasa Bosowa Pengiriman 2006 274.461,00 274.461,00 25.459.830,00 2007 25,170,000,00 289.830,00 2008 192,579,000,00 291.092,00 192.870.092,00 2009 131.069,00 * 131.069,00* Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2009
Tabel
4.
Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa penggunaan batu bara untuk kebutuhan pabrik semen PT. Semen Tonasa mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu 25.170.000 ton menjadi 192.579.000 tahun 2008, dan untuk kebutuhan batu bara pabrik semen Bosowa juga mengalami peningkatan dari 274.461 ton tahun 2006 ton menjadi 291.092 ton tahun 2008. Pemakaian batu bara ini disebabkan karena meningkatnya produksi semen akibat permintaan baik di Propinsi Sulawesi Selatan maupun yang diantar pulaukan ke Propinsi lain termasuk Kalimantan Selatan. Gambar 2. Pola Distribusi Hasil Industri Tambang dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan
Industri Hasil Tamba
Konsumen
Distributor
EJB Sumber : Hasil Pengamatan di lapangan, 2009
PENUTUP 4.1 Kesimpulan a. Distribusi hasil-hasil industri dan tambang secara umum melalui pelabuhan Sukarno Hatta,Paotere, 709
ILTEK,Volume
b.
c.
d.
e.
f.
5, Nomor
9, April
2010
dan pelabuhan Biring Kassi dengan tujuan ke Kalimantan Selatan Pelabuhan laut di Sulawesi Selatan yang dijadikan obyek penelitian belum berfungsi secara optimal untuk mendukung proses perdagangan, hal ini ditandai dengan sering tertundanya pelayaran kapal dari pelabuhan di Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan sehingga menjadi hambatan frekuensi pelayaran antar kedua wilayah. Pendistribusian barang hasil industri berupa semen Tonasa didistribusikan ke Kalimantan Selatan melalui Pelabuhan Biringkassi, pelabuhan Sukamo Hatta dan sebahagian kecil melalui pelabuhan Paotere, sementara untuk semen Bosowa didistribusikan melalui Pelabuhan Sukamo Hatta dan pelabuhan Paotere Makassar. Hasil tambang berupa marmer dari Sulawesi Selatan dengan jumlah produksi yang besar namun pemasarannya belum tersalur ke Kalimantan Selatan melainkan lebih dominan untuk export dan secara domestik ke Jakarta. Alur perdagangan Hasil olahan industri berupa terigu dan barang campuran ke Kalimantan selatan melalui pelabuhan utama yaitu pelabuhan Sukamo Hatta selain itu juga didistribusikan melalui Pelabuhan Paotere, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komuditas yang diperdagangkan dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan adalah barang hasil tambang berupa Batu Bara yang pengirimannya sebahagian besar melalui pelabuhan Biringkassi Pangkep untuk tujuan Industri Semen Tonasa, sedangkan kebutuhan semen Bosowa kebanyakan melalui pelabuhan Sukamo- Hatta.
Azis, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Potensi Ekonomi: Dasar Teori Pertumbuhan dan Pembangunan, PT. Pustaka LP-3ES Indonesia, Jakarta. Lewangka, O. 2001. Pemasaran Relasional: Landasan Pengembangan Sistem Pemasaran Petani Perantara-Eksportir Tiga J enis Komoditas Unggulan. Makassar: PPs- Unhas. Masry, Maringan S. 2003. Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta Nasution, 2004. Manajemen Transportasi, Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 - 2013 Presman, 2002. Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Terjemahan Budisantoso. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rangkuti, F. 2006. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Edisi Empat Belas. PT. Gramedia Pustaka Indonesia. Tambunan, T. 2001. Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan Empiris, Ghalia. Indonesia. Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma no.3. Sufri, 2003. Analisis Daya Saing Komoditas Ekspor Non-Migas dan Perubahan Struktur Ekonomi Implikasinya terhadap Kebijaksanaan Pembangunan di Sulawesi Selatan. Disertasi, tidak dipublikasikan, PPs Unair Surabaya.
4.2 Saran 1. Untuk Kelancaran pendistribusian produk dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan sebaikanya pemerintah daerah berperan dalam memperbaiki peningkatan kualitas produk-produk yang diperdagangkan ke Kalimantan Selatan melalui pelatihan penanganan produk. 2. Untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan secara kondusif, maka frekuensi pelayaran langsung perIu ditingkatkan, serta diperIukan payung ekonomi kerjasama antara pemerintah daerah dan para pengusaha. 3. Untuk mendukung Distribusi perdagangan produk antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan, maka perIu dukungan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan peran pelabuhan di Sulawesi Selatan guna menjadi jaminan optimalisasi pendistribusian produk ke Kalimantan Selatan
DAFT AR PUST AKA Adisasmita, R. 1989. Beberapa Dimensi Ekonomi Regional, Fakultas Pascasarjana Unhas Ujung Pandang.
710
ILTEK,Volume
5, Nomor
Gambar 1. Alur Distribusi Perdagangan
9, April
2010
Semen Tonasa Dari Pabrik Ke Beberapa Daerab di Indonesia.
,
I!::~
EksporBag
Kalbar
62,500
846,180
84,000
Kalsel
9,752
Kalteng
7,925
Konsumen
DIm Negeri
94,320
1,073,208
Kaltim
72,000
Sultra
180,700
Slllt~n o
60,000
Sulut
13,331
G.Tal0
51,700
Semen Bag 120,000
120,000 NIT
103,800
Ekspor Curah
NTB
81,600
326,900
Maluku
60,000
Semen Bag 3,826,6001
953,208
Semen Curah 2,766,100
Malut
139,000
Papua
206,900
Intercomp DKI
12,000
Jateng
12,000
1,728,892
Palu
220,200
S.Rinda
444,700
B.Masin
164,623
Bitung
291,969
C.Bawan
176,900
Ambon
103,600
PP.L.Sulsel
Lain2/Kpg
Sumber : Data Sekunder PT. Semen Tonasa
711
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
712
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
ANALISA PENJUALAN PAKAN CAL-9 DENGAN METODE PERAMALAN DI PT. JAPFA COMFEED INDONESIA TBK MAKASSAR Muhammad Sopyan Do M usa Dosen STIMIK Tidore Mandiri Maluku Utara Email:
[email protected]
ABSTRAK PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Makassar merupakan salah satu pabrik pakan ternak yang terbesar di wilayah kawasan timur Indonesia. Dimana, Produksi pakan ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Makassar ini menghasilkan beberapa produk pakan ternak, diantaranya: CAL-9. Berdasarkan hal itulah maka metode peramalan yang digunakan yaitu Metode Regresi (Peramalan Kausal ). Karena, metode tersebut mencoba memperkirakan keadaan dimas a yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independent) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tak bebas yang akan diramalkan. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa untuk peramalan penjualan di PT. JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk UNIT MAKASSAR untuk penjualan pakan CAL-9 dengan menggunakan metode tperamalan regresi liner diperoleh hasil penjualan untuk bulan Oktober sebesar 317 bacth, bulan November sebesar 332 bacth, dan bulan Desember sebesar 347 bacth. Kata Kunci: Peramalan
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan mernpunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Sedangkan perusahaan mempunyai kegiatan yang beraneka ragam, mulai dari perencanaan, proses produksi, personalia, penghitungan dana, pembelian dan penjualan. Kegiatan-kegiatan tersebut berguna dalam pencapaian tujuan dari perusahaan. Pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang, apapun bentuk dan jenis usaha yang dilakukan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus dapat melaksanakan aktivitasnya dengan lancar, cepat, tepat dan hemat biaya, sehingga dapat memenuhi selera konsumen dan mendapat kepercayaan yang tinggi sebagai salah satu modal yang sangat vital. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen maka dapat dipastikan bahwa produk yang dibuat akan dimanfaatkan oleh mereka. Salah satu cara untuk mendapatkan kepercayaan dari konsumen yaitu bahwa perusahaan harus mampu menyediakan produknya dengan tepat waktu sesuai dengan permintaan konsumen. PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Makassar merupakan salah satu pabrik pakan ternak yang terbesar di wilayah kawasan timur Indonesia. Dimana, Produksi pakan ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Makassar ini menghasilkan beberapa produk pakan ternak, diantaranya: CAL-9, CAL-5, CAB, MS 44 Pellet, SB 10 Fine Crumble, SB 11 Crumble, Puyuh Petelur, AD-I Crumble, AD-II Pellet, AD-III Pellet, Par L-I Pellet, Par L-II Pellet, Par Jantan Fine Crumble, Dsb. Substansi permasalahan disini yaitu bagaimana cara menciptakan suatu sistem manajemen material yang terencana dengan baik sehingga mampu memberikan informasi tentang waktu dan jumlah kebutuhan bahan baku tiap produk pakan dengan tepat,
serta bagaimana cara merencanakan kebutuhan produk pakan untuk beberapa bulan kedepan dengan tepat. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa untuk peramalan penjualan di PT. JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk UNIT MAKASSAR untuk penjualan pakan CAL-9 dengan menggunakan metode tperamalan regresi liner diperoleh hasil penjualan untuk bulan Oktober sebesar 317 bacth, bulan November sebesar 332 bacth, dan bulan Desember sebesar 347 bacth. Berdasarkan hal itulah maka metode peramalan yang digunakan yaitu Metode Regresi (Peramalan Kausal ). Karena, metode tersebut mencoba memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa faktor bebas (independent) yang penting beserta pengaruh mereka terhadap variabel tak bebas yang akan diramalkan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana cara memperkirakan jumlah permintaan produk pakan untuk periode tiga bulan yang akan datang agar dapat dibuat perencanaan. 1.3 Batasan Masalah Agar pembatasan mudah dipahami dan pembahasannya tidak menyimpang dari tema pokok masalah, maka dilakukan pembatasan masalah data yang digunakan adalah data permintaan Oktober 2009 - Desember 2009 pada jenis pakan ternak CAL-9. Periode dalam melakukan peramalan dilakukan selama tiga bulan ( Januari - Maret 2010) 1.4 Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan jumlah permintaan produk untuk 712
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010
RANCANGAN MODEL BALANCED SCORECARD PENGUKURAN HARAPAN STAKEHOLDER PADA UNIVERSITAS YAPIS PAPUA (UNIY AP) JAY APURA Entar Sutisman Dosen Universitas Yapis Papua (UNIY AP)
ABSTRAK Penelitian ini merupakan studi kasus pada Universitas Yapis Papua (UNIYAP) Jayapura. Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang model BSC sebagai sistem manajemen strategis dan instrumen pengukuran kinerja pada Uniyap Jayapura. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Uniyap Jayapura dalam melaksanakan program kerjanya belum melaksanakan proses perencanaan strategis dan belum menggunakan Balanced Scorecard sebagai sistem manajemen strategis dan alat ukur kinerjanya. Strategi yang terstruktur belum secara resmi dibuat dan dikomunikasikan kepada seluruh elemen Uniyap Jayapura sehingga menjadi dasar diperlukannya penyusunan model BSC. Dengan menyusun model BSC sebagai sistem manajemen strategis dan instrumen pengukuran kinerja pada Uniyap Jayapura, maka diharapkan bahwa penjabaran strategi menjadi lebih jelas, isu-isu strategi menjadi lebih terukur dan insiatif strategis (action plan) menjadi lebih selaras dengan visi, misi dan tujuan Uniyap Jayapura. Inisiatif strategis dari ukuran dan target tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulum, staf pengajarl dosen dan staf administrasil karyawan dilakukan dengan menyelenggarakan program perkuliahan yang berkualitas dan berorientasi mahasiswa, termasuk di dalamnya penyesuaian kurikulum Kata Kunci: Balanced Scorecard, Stakeholder. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas untuk mampu bersaing, tentunya harus melakukan perubahan-perubahan dengan menggunakan strategi yang saat ini adalah suatu keharusan untuk segera dilakukan. Selain standardisasi perguruan tinggi yang berlaku secara nasional, universitas juga perlu melakukan perubahan manajemen dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang. Salah satunya adalah perubahan alat ukur yang digunakan universitas untuk mengukur kinerja. Sebagai universitas swasta di bawah Kopertis Wilayah XII Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya barat, secara strategis letaknya berada di wilayah indonesia bagian timur. Uniyap Jayapura sebagai pengemban amanah perkembangan pendidikan, keberadaannya sudah berdiri cukup lama. Tidak sedikit kendala yang dihadapi Uniyap Jayapura dalam mengemban tugasnya, selain banyaknya perguruan tinggi di kota Jayapura yang bersaing dalam menyerap mahasiswa, kendala yang dihadapi Uniyap Jayapura adalah masalah sumber dana dan belum adanya manajemen pengelolaan yang sistematis. Dengan demikian mengakibatkan sistem kinerja dan sistem keuangan Uniyap Jayapura berjalan tidak terstruktur dan tidak efisien. Untuk itu Uniyap Jayapura diharapkan mampu mengelola sistem kinerja yang terstruktur untuk mendukung tercapainya visi, misi dan tujuannya. Untuk mencapai visi, misi dan tujuan Uniyap Jayapura, diperlukan suatu sistem kinerja yang kompleks dengan sebuah standar kerja yang menjadi patokan. Untuk menciptakan sistem tersebut Uniyap Jayapura perlu menyusun model BSC sebagai sistem manajemen strategis untuk mengilustrasikan
bagaimana strategi universitas menghubungkan intangible assets dan memadukan tujuannya ke dalam empat perspektif dari BSC. Dengan rancangan model BSC ini, Uniyap Jayapura dalam mengukur kinerjanya tidak hanya mengacu pada perspektif keuangan saja, tetapi mengukur aspek nonkeuangan yang lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Uniyap Jayapura perlu mengadopsi BSC, karena pada era sekarang ini diharapkan universitas menjadi akuntabel, kompetitif dan berfokus pada kinerja. Universitas juga ditantang untuk memenuhi harapan stakeholder ( mahasiswa, orang tua, donatur dan perusahaan penyerap lulusan). Tuntutan ini mengharuskan universitas untuk bertindak profesional dimana universitas harus mempunyai sistem manajemen strategis. Karena dunia eksternal sangat tidak stabil, maka sistem perencanaan harus mengendalikan ketidakpastian yang ditemui. 2.1 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah maka penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana mengetahui Perspektif Pelangganl Stakeholder Uniyap Jayapura. 2. Bagaimana merancang model Balanced Scorecard sebagai sistem manajemen strategis dan alat ukur kinerjanya METODOLOGI 2.1 Gambaran Umum Universitas Yapis Papua (UNIYAP) J ayapura a. Pemahaman Visi, Misi dan Tujuan Uniyap J ayapura Berdasarkan dokumentasi yang terhimpun, terdapat perbedaan visi, misi dan tujuan Uniyap 715
Jayapura yang tertuang dalam Statuta Uniyap tahun 2005 dengan Draft Rencana Strategis Uniyap dan Brosur penerimaan mahasiswa baru 2008. Hal ini atas dasar keputusan Senat Universitas dan pertimbangan tuntutan masyarakat agar visi Uniyap lebih terukur, maka VISI, misi dan tujuan tersebut berubah sebagaimana tertuang dalam Draft Rencana Strategis Uniyap Jayapura. b. Sistem Manajemen Strategis pada Uniyap J ayapura Uniyap Jayapura sudah memiliki perangkat aturan formal secara internal selain peraturan perundangundangan yang berlaku serta legalitas dari Dikti maupun Kopertis untuk melaksanakan operasionalnya. Perangkat internal tersebut diantaranya statuta, peraturan akademik, peraturan kepegawaian, draft Renstra dan proses pembentukan Tim Penjaminan Mutu (Quality Assurance). Dengan upaya dan pemenuhan syarat, maka seluruh program studi Uniyap Jayapura sudah terakreditasi (lihat tabel 2-1). Tabel2.1 Status Akreditasi No. Fakultas 1. Ekonorni 1. 2. 1. 2. ISIP 2. 1. 3. Hukum 1. 4. Perikanan & TImu Kelautan 1. 5. Agama Islam 2.
Program Studi Uniyap Program Studi Akuntansi Manajemen Ilmu Pemerintaban Administrasi N egara Ilmu-ilmu Hukum Budidaya Perairan
J ayapura Status Terakreditasi Terakreditas Terakreditasi Terakreditas Terakreditasi Terakreditas
Da'wah Tarbiyab
Proses Akreditasi Proses Akreditasi
Sumber : Laporan EPSBED
c.
Alat Ukur Kinerja pada Uniyap J ayapura Ukuran digunakan selama ini sebagai pengukuran kinerja masih menggunakan absensi kehadiran dengan alat checkclock dan kewajiban tiap individu karyawan membuat laporan pekerjaan. Hal ini masih dilakukan mengingat jumlah pegawai atau karyawan dan dosen masih relatif sedikit kurang dari 200 orang (lihat tabel 2-2). Saat ini kedua alat tersebut masih dianggap cukup relevan dan bisa mengukur kinerja kehadiran pegawai dan dosen Uniyap Jayapura. Mahasiswa dan dosen yang aktif hingga tahun 2008 pada Uniyap Jayapura sebagaimana terlihat dalam tabeI2-3. Tabel2-2 N o.
Komposisi
dan Jumlah
Status
1
Pegawai Tetap
2
3
Pegawai tidak tetap/ paruh waktu Pegawai Kontrak
4
Pegawai Honorer
5
Dosen DPK yang dinotatugaskan Total
Sumber:
Biro Kepegawaian
Pegawai Uniyap J ayapura
S M
J enj ang Pendidkan S D S.l S2 M .3
P
A
1
6
S 3
jml
46
9
7
3
63 10
3
2 4 3
12
82
Tabel2.3 No.
2
1
8
2
1
60
Aktif dan Dosen Uniyap J ayapura Jumlah Program Studi Mhs. Dosen Aktif Tetap + DPK 13 I. Akuntansi 201 2. Manajemen 20 272 1. Ilmu 7 296 Pemerintaban II 103 Administrasi 2. Negara 1. Ilmu-ilmu 13 348 Hukum 1. Budidaya 94 14 Perairan 1. Da'wah 10 15 2. Tarbiyab 1344 88
Fakultas
1.
Ekonomi
2.
ISIP
3.
Hukum
4.
Perikanan & Ilmu Kelautan Agama Islam
5.
Jumlah Total Sumber : Laporan EPSBED
PEMBAHASAN 3.1 Menyusun Model Balanced Scorecard sebagai system manajemen strategis dan instrumen pengukuran kinerja pada Uniyap J ayapura a. Pentingnya Visi, Misi dan Tujuan Uniyap J ayapura Dari visi, misi dan tujuan Uniyap Jayapura, terlihat bahwa perbedaan tersebut jelas belum ada konsistensi diantaranya yang ditetapkan berdasarkan mekanisme dan pembahasan untuk dijadikan dasar dalam menjabarkan tujuan dan strategi Uniyap Jayapura. Tidak adanya keterlibatan berbagai komponen juga menjadikan visi, misi dan tujuan hanya dirasakan dan dimiliki oleh segelintir orang saja. Ketidakpahaman staf di tingkat bawah terhadap visi, misi dan tujuan Uniyap Jayapura akan berakibat menjadi tidak sinergisnya strategi yang sudah disusun dengan pelaksanaannya. Untuk itu pihak pimpinan Uniyap Jayapura mempunyai tugas untuk memberikan penjelasan dan gambaran dengan rinci apa yang akan dicapai Uniyap Jayapura dan mensosialisasikan visi, misi dan tujuan ke seluruh personil yang ada di Uniyap Jayapura hingga ke staf yang paling bawah. Jika kejelasan akan visi, misi dan tujuan Uniyap Jayapura tersebut telah dicapai, pimpinan Uniyap Jayapura dengan jelas dan mudah dapat menyusun strategi Uniyap Jayapura. b.
Rancangan Model Balanced Scorecard sebagai Sistem Manajemen Strategis dan Pengukuran Kinerja pada Uniyap J ayapura.
Isu strategis yang dikembangkan dari diskusi dengan pihak internal Uniyap Jayapura dalam ruang lingkup perspektif customer/ stakeholder diterjemahkan ke dalam tiga isu strategis yaitu : Tabel3.1
2
J umlah Mahasiswa
Strategic
Issues Uniyap J ayapura
Perspektif Customer/ Stakeholder
Str ategic Issues I. 2. 3.
Kepuasan mabasiswa Kepuasan Donatur Kepuasan Pengguna
Uniyap
Berdasakan hasil stategi Uniyap diperoleh perspektif customer/stakeholder diperoleh Kepuasan Mahasiswa, dapat terlihat dan sedikitnya keluhan 716
mereka dan meningkatnya kepuasan terhadap kurikulum, dosen pengajar administrasil karyawan.
mahasiswa dan staf
dicapai maksimal adalah "puas" dengan sangat tidak puas dan 5 = sangat puas. Tabel
3.2 Ukuran-ukuran Stakeholder
perspektif
Pelangganl
Tabel 3-2 menguraikan ukuran-ukuran pada perspektif pelangganl stakeholder Uniyap Jayapura. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa peningkatan Jumlah Mahasiswa, donatur dan pengguna lulusan menjadi sasaran yang harus dapat dicapai oleh Uniyap Jayapura. Berikut stakeholder Uniyap Jayapura dan pengukurannya (measures): Tabel3-2 Perspektif pelanggan/ stakeholder dan Pengukuran Customer/ Strategic Measures Stakeholder Issue Mahasiswa Kepuasan 1. Tingkat kepuasan mahasiswa Mahasiswa terhadap kurikulum. 2. Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap dosen pengajar. 3. Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap staf administrasi. 1. Jumlah donatur Donatur Kepuasan Donatur 2. Nilai donasi Perusahaan 1. Jumlah alumni yang bekerja Kepuasan dalam perusahaan Pengguna 2. Posisi atau jabatan alumni dalam perusahaan
Terdapat tiga isu strategis dalam perspektif pelangganl stakeholder Uniyap Jayapura. Yang pertama adalah kepuasan mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak internal Uniyap Jayapura, ukuran-ukuran yang digunakan untuk isu strategis kepuasan pelanggan yaitu tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulum, staf pengajarl dosen dan staf adimistrasil karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa untuk mengukur tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulum yang ada, kepuasan mahasiswa terhadap staf pengajarl dosen dan kepuasan mahasiswa terhadap staf administrasil karyawan. Setelah desain peta strategi atas dasar isu strategis dan pengukurannya, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan inisiatif strategis Uniyap Jayapura yang disertai dengan target pencapaiannya. Target da~ inisiatif strategis akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan aktivitas atau kegiatan sehingga terdapat acuan atau perkiraan maksimum dari dana yang akan digunakan untuk mendanai aktivitas. Kemudian dari target tersebut akan dapat ditentukan aktivitas apa yang akan dilakukan melalui inisiatif strategis (action plan) nya. Adapun target dan inisiatif strategis berdasarka~ wawancara dengan pihak Uniyap Jayapura sebagai berikut: 3.3 Tar get perspektif pelangganl stakeholder Tabel 3-3 memberikan uraian bahwa target untuk ukuran-ukuran dalam perspektif pelangganl stakeholder ditetapkan berdasarkan skala penilaian kuisioner dengan mengukur tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulum, staf pengajarl dosen dan staf administrasi. Target yang ditetapkan 4 yang berarti bahwa target tingkat kepuasan yang akan
3-3 Target dan Inisiatif Strategis Stakeholder Measures Target
1. Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulurn. 2. Tingkat kepuasan mahasiwa terhadap dosen pengajar. 3. Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap staf administrasi. 1. Jumlah donatur 2. Nilai donasi
1.
2.
Jumlah alumni yang bekerj a dalam perusahaan Posisi atau jabatan alumni dalam perusahaan
4
4
4
4 4
4
4
Perspektif
skala I
Pelanggan/
Strategic Initiative
1. Menyelenggarakan program perkuliahan yang berkualitas dan berorientasi mahasiswa. 2. Melakukan rekrutmen dosen secara selektif 3. Memberikan pelayanan dan kemudahan bagi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan di kampus 1. Memberikan laporan rutin kepada donatur 2. Meningkatkan inovasi program kepada donatur 1. Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri. perusahaan 2. Melibatkan atau dunia kerja dalam penyesuaian kurikulum.
Inisiatif strategis dari ukuran dan target tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulum, staf pengajarl dosen dan staf administrasil karyawan dilakukan dengan menyelenggarakan program perkuliahan yang berkualitas dan berorient~si mahasiswa, termasuk di dalamnya penyesuaian kurikulum dan mengikuti standar kurikulum baik nasional maupun lokal. Kemudian dengan melakukan rekrutmen staf pengajarl dosen secara selektif agar dosen yang mengajar mempunyai keahlian dan kualifikasi yang sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa. Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap staf administrasil karyawan dilakukan dengan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik dan kemudahan kepada mahasiswa. Ukuran dari isu strategis kepuasan donatur adalah jumlah donatur yang aktif membantu dan memberikan sumbangan kepada Uniyap Jayapura serta besaran dana yang dikeluarkan donatur. Diharapkan akan mencapai target bahwa donatur puas dengan kinerja manajemen rektorat. Inisiatif strategis yang dilakukan adalah dengan memberikan laporan rutin sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donatur atas pengelolaan bantuannya. Selain itu adalah dengan meningkatkan inovasi program kepada donatur dengan harapan donatur tertarik untuk menambah bantuannya. Ukuran dari isu strategis kepuasan pengguna lulusan adalah jumlah alumni yang bekerja dalam perusahaan atau instansi lain begitu pula .denga~ jabatan yang diperoleh. Perusahaan atau mstansi penyerap lulusan menjadi stakeholder yang h~rus dijaga hubungan harmonisnya dengan t~d~k mengecewakannya. Hal ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri sebagai tempat yang akan menyerap lulusan Uniyap Jayapura. Terlibat dalam kerjasama praktek Kuliah Kerja Nyata atau Magang ini juga menjadi bentuk jalinan kerjasama dan dapat pula dilakukan dengan melibatkan perusahaan atau dunia kerja dalam memberikan ide
717
atau masukan guna penyesuaian kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. 3.4 Peluang Implementasi Balanced Scorecard pada Uniyap J ayapura Dalam hal teknologi, Uniyap Jayapura telah menggunakan Spot langganan ke Indosat sebagai bentuk perhatian bahwa teknologi hams digunakan oleh Uniyap Jayapura sebagai penguatan fasilitas pendukung bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya. Dunia Internet, sehingga mahasiswa yang kuliah merasa nyaman dengan fasilitas yang memadai. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah: 1. Inisiatif strategis dari ukuran dan target tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kurikulum, staf pengajarl dosen dan staf administrasil karyawan dilakukan dengan menyelenggarakan program perkuliahan yang berkualitas dan berorientasi mahasiswa, termasuk di dalamnya penyesuaian kurikulum 2. Dengan menyusun model BSC sebagai sistem manajemen strategis dan instrumen pengukuran kinerja pada UNIYAP Jayapura, maka penjabaran strategi menjadi lebih jelas, isu-isu strategi menjadi lebih terukur dan insiatif strategis (action plan) menjadi lebih selaras dengan visi, misi dan tujuan Uniyap Jayapura.
DAFT AR PUST AKA Atkinson Anthony A., Rajiv D. Banker, Robert S. Kaplan dan S. Mark Young, 1997, Management Accounting, edisi kedua New Jersey, Prentice Hall, Inc. 2GC Active Management, Ltd., 2003. Can you link Balanced Scorecard with other management tools 2GC Active Management, 2001, Combining EVA with the Balanced Scorecard to Improve Strategic Focus and Alignment. Blocher, Edward J., Kung H. Chen, & Thomas W. Lin, 1999, Cost Management; A Strategic Emphasis, McGraw-Hill, International editions. Chen Shun-H., C.Yang & Jiun Y. Shiau, 2006, The application of balanced scorecard in the performance evaluation of higher education, The 1QM Magazine, Vol. 18 No.2, pp. 190-205. Chow Chee W., Kamal M. Haddad, and James E. Williamson, 1998, Applying the Balanced Scorecard to Small Companies, IFAC. Hendrik Manossoh, 2006, Pemetaan Strategi Berbasis Balanced Scorecard Untuk Penetapan Tolak Ukur Kinerja pada PT. Bank Sulut, Tesis, Unair. Hem Kurnianto T., 2004, Budaya Oraganisasional dan Balanced Scorecard Dimensi Teori dan Praktek, UPFE-UMY, Yogyakarta.
Kettunen Juha, 2005, Implementation of strategies in continuing education, International Journal of Educational Management, Vol. 19 No.3, pp. 207217. Ward Keith, 1993, Strategic Management Accounting, Oxford, Butter Worth- Heinemann Ltd. Kaplan, Robert dan David Norton, 1996. Using the Balanced Scorecard : Translating Strategy Into Action, Penerbit Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts. --------------, 2001. The Strategy-Focused Organization : How Balanced Scorecard Companies Thrive in The New Business Environment, Penerbit Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts. --------------, 2004. Strategy Maps Converting Intangible Assets into Tagible Assets Outcomes, Penerbit Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts. --------------, 2000, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, penerjemah Peter R. Yosi Jakarta: Penerbit Erlangga Maghviroh RE, 2003, Evaluasi kinerja dengan rerangka Balanced Scorecard pada Foreign Exchange Trading Business Unit pada Bank "X" Cabang Surabaya, Tesis, Unair. Moller, Joakim, 2005. Balanced Scorecard at Sandvik Coromant Chile, Master Thesis, Department of Industrial Economics and Management Royal Institute of Technology Stockholm Sweden. Mulyadi, 2005, Sistem Manajemen Strategik berbasis Balanced Scorecard, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. ----------, 2001, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan, edisi ke-l, Salemba Empat, Jakarta. Olve Nils-Goran, Jan Roy dan Magnus Wetter, 1999, Performance Drivers: A Practical Guide to Using The Balanced Scorecard, John Willey & Sons Ltd, England. Niven, Paul, 2003. Balanced Scorecard step-by-step for government and nonprofit agencies, John Wiley & Sons, Inc, New York. Pearce II John A. dan Richard B. Robinson, Jr., 1997, Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control edisi ke-6, Illinois, Richard D. Irwin, Inc. Stewart, A. C. and Carpenter-Hubin, Julie (2000-01). "The Balanced Scorecard: Beyond Reports and Rankings." Planning for Higher Education Volume 29. Number 2. Winter. Suwardi Luis & Prima A. Biromo, 2007, Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecards,PT. Gramedia Pus taka Utama, Jakarta. W.L. Hill, Charles dan Gareth R. Jones, 1998, Strategic Mnagement Theory; An Integrated Approach, Edisi Ke- 4, Boston, Houghton Mifflin. Yin, R.K, 2006, Studi Kasus (De sain dan Metode), Penerjemah M. Mudzakir, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yuwono, S., E. Sukarno, M. Ichsan, 2007, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard menuju 718
Organisasi yang berfokus pada Strategi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
GUSTOMERI
Strateqlc tesue Kepuaean
Meheelsece
ST_EHOLDER
toteaeures 1. Tinqlcat kepuesan rnaheelseceterheclap kurikulum. 2 Tingkat kepuasan menas•.•.•.• a terhadap dos en penqejer.
3. Tingkat kepuesan rnahaelseoaterhaclap etatt admtntsfras! Kepueeen Donetur
1. 2.
Jumlah donetur
Kepuaean
1
.Jumlah a u-rtru yang bekerla dalarn peru'seheen Poelel atau jaoetan alumni dalam perueahaan
I-'engguna
2.
Nilai
FII'IANGIAL £lie
ss:ue
Efektifitas dan enstene! Manajet"rlen
Keu:!Ingan
te.etec-arrst
Perbandingan angg:!lr:!ln
, zstrate
tute aeuree
1.
donas!
tc
IUS
teeue
rcurncuns-n
Tingk31 kurnc •.. dum
clan reali:s:a:s:i 2.
Keseimbangan
dana
keeesuetan c1engan
cnmta kerja . Perbanclingan kutikulum
Vision and Strategy
unrv ersttas
Tingk31
Fas:ilitas:
tera •.•.•.• at.
kerus aken penc:lic:likan
2.
.Jurnren perrnintaan penc:lic:likan
Prom os terprogram
yang
c1eng:!ln lain.
I.-Iml.-l..-
clan
raeuttas penunctaen fa'5=ilita'5=
Peningkatan penc:lafta..-
juml:!l
Peningkatan c:lonatur
juml:!lh
LEARN •••G .AMl GROWTH Me;asyres strategic Issue Efektifitas Manajemen 1. Tingkat kerjas arna Rektorat baru yang dijalin dengan pihak luar, Tingkat ko-nptatn 2. baecanan. Tingkat kepues an 3. stakeholder Kuafttae dan kuantltas 1. Jumlah Pengajali stat Pengajarl doeen closen Tingkat penctldtkan 2. penqejar-. Jumlah penelitian 3. yang clihasikan. Kcrnpetenet staff 1. Tingkat kepues an ectmtnletraet,' karveruan manastseoa Tingkat kepues an 2. penqejar Peningkatan Kecepatan hasil dan 1. Pengembangan MIS trrtormas! 2. Ketepatan lrrtormas!
Model Balanced Scorecard Uniyap J ayapura
719
ILTEK,Volume
5, Nomor
9, April
2010