Modul ke:
Dasar-dasar Fotografi dan Kamera TV Multi Camera
Fakultas
FIKOM Program Studi
Broadcasting www.mercubuana.ac.id
Eppstian Syah As’ari
• Istilah teknik “Multi Camera” lebih menegaskan pada metode atau model cara perekaman gambar pengadegan suatu cerita, apakah dengan metode satu kamera sebagai alat perekamannya ataukah dengan menggunakan beberapa kamera. Pernyataan ini menegaskan, jika keputusan perekaman menggunakan “Multi Camera”, maka kamera yang dipakai dalam membidik obyek atau dengan istilah lebih populer “Obyek dalam View Camera” itu, direkam dengan menggunakan beberapa kamera tergantung dari kebutuhan, bisa 2, 3, 4 ataupun 5 kamera dalam waktu bersamaan merekam terjadinya suatu pengadegan.
•
Dalam penerapannya teknik “Multi Camera”, pada umumnya digunakan dalam perekaman gambar yang sifat penayangannya tunda atau dalam format typing. Teknik ini dalam implementasinya merekam adegan-adegan yang telah tersusun dalam deretan scene, hasil pembedahan rancangan skenario film. Satu per satu scene-scene dalam rancangan skenario tersebut direkam baik melalui penggunaan teknik “Single Camera” atau dengan “Multi Camera”. Tidak semua rancangan scene-scene yang ada di dalam skenario film itu, dimonopoli oleh satu teknik perekaman saja, akan tetapi kedua teknik perekaman itu saling mengisi berdasarkan tingkat kategori kesulitan pengadegannya
• Secara umum penggunaan “Single Camera” hanya diperlakukan bersifat kenormalan peristiwa atau kenormalan pengadegannya. Terkadang dalam perekaman kenormalan pengadeganpun masih saja menggunakan 2 kamera hal ini dilakukan supaya tidak terjadi pengulangan pengadegan terlalu banyak atau dituntut oleh producer untuk cepat selesai kerjanya alias produksi “Kejar tayang”
• Pada kenyataannya pembuatan sebuah film tidak didominasi dengan menggunakan kamera tunggal saja, akan tetapi ada beberapa scene yang sifat pengadegannya khusus dan menimbulkan kerumitan dalam menceritakan keadaan atau katakanlah menggambarkan suatu peristiwa spektakuler hingga menimbulkan ketegangan penonton nantinya, maka cara mewujudkan arti ketegangan tersebut dengan menggunakan “Multi Camera” atau kamera yang digunakan dalam perekaman peristiwa tersebut menggunakan banyak kamera . Misalkan suatu contoh penciptaan gambar yang menimbulkan ketegangan atau kegemparan suasana yaitu kejar-kejaran 3 mobil dan salah satu mobil menabrak mobil di depannya hingga melanting terbalik dan meledak serta terbakar dengan nyala api yang dasyat sekali.
• Perencanaan setting untuk adegan tersebut adalah rumit dan membahayakan serta besar biayanya dalam proses produksinya. Agar efisien, maka teknik perekamannya hanya dilakukan sekali itu saja, kalau dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan “Single Camera” jelas mengeluarkan biaya cukup mahal, oleh karena itulah perekamannya harus menggunakan teknik “Multi Camera”, dimana beberapa kamera ditempatkan pada sudut yang berbeda, demikian juga dengan penggunaan Camera Angle dan Type of Shotnya ataupun Moving Camera antara kamera satu dengan kamera lainnya tidak sama dan kesemuanya itu dilakukan secara serentak perekamannya
• Untuk mengeksekusi perekaman adegan dengan teknik “Multi Camera”, diperlukan peralatan yang cukup rumit dalam pengerjaannya. Peralatan tersebut menyangkut persiapan penyetingan lokasi dimana property terkait dapat diwujudkan atau dibuat terlebih dahulu dengan sumber daya manusia yang memang profesional dalam menangani proyek tersebut. Juga peralatan pendukung dari kamera seperti Dolly Rel Camera, Jimmy Jip, Portal Jip atau Crane sebagai penopang kamera untuk sudut pandang Top Angle dan High Angle.