perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan jantung kehidupan, setiap hal yang dilakukan oleh manusia pastilah berhubungan dengan komunikasi, danfoto/fotografi merupakan salah satu media penyampai pesan dalam komunikasi. Astrid Susanto dalam bukunya Komunikasi Massa menyebutkan bahwa fotografi sebagai suatu teknik komunikasi, terutama digunakan sebagai perekaman suatu kejadian yang penting. Jenis pertama dalam foto adalah memberi nilai dokumenter, dan jenis kedua adalah memberi nilai estetika dan artistic kepada hasil karya tersebut, baik sebagai suatu hasil karya seni maupun dokumenter. Menurut Wallace Stegner, foto adalah:“a vision of the world, translated into shades of grey, and communicated in terms of simple devotion to the medium a statement of the utmost clarity and perfection possible”(visi dunia, diterjemahkan ke dalam nuansa abu-abu, dan dikomunikasikan dalam hal pengabadian sederhana untuk medium pernyataan kejelasan maksimal dan kesempurnaan yang mungkin).1 Fotografi sebagai pemberi nilai dokumenter digunakan oleh para fotografersebagai penangkap moment untuk kemudian diabadikan, seperti foto jurnalistikyang digunakan oleh para jurnalis untuk menangkap moment– moment
dalam
suatu
peristiwa
atau
1
suatu
kejadian.Foto
Susanto, Astrid S. 1982. Komunikasi Massa 2, Bandung: Binacipta, hal 55-56
commit to user
1
juga
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakansebagai penangkap moment pada acara penting, seperti pernikahan, ulang tahun, perayaan, dan sebagainya, untuk mengabadikan moment– moment tersebut perlu adanya fotografer yang menguasai teknik fotografi. Dari pemaparan tersebut, maka foto merupakan media yang sangat penting dan sudah menjadi suatu kebutuhan seseorang dalam mengabadikan suatu moment dalam kehidupannya. Fotografi sudah menjadi suatu kebutuhan seseorang sejakGeorge Eastman Kodak pada tahun 1884, menemukan film pertama sebagai media rekam dalam fotografi.2Kamera Kodak yang pertama ini sudah terisi dengan sebuah rollfilm hitam putih yang mampu untuk merekam 100 foto.Perusahaan Kodak milik George Eastman ini mempunyai slogan “You press the button, we do the rest” (Anda yang menekan tombolnya, kami yang mengurus selanjutnya), karena untuk memproses dan mencetak hasil fotonya, konsumen perlu mengembalikan kamera mereka ke pabrik.3 Sejak saat itulah industri fotografi mulai berkembang di masyarakat. Penggunaan kemera saat teknologi fotografimasih menggunakan peralatan konvensional/teknologi
manual,sangat
diperlukan
pemahaman
dan
penguasaan khusus tentang tata cara mempergunakan kamera fotografi.Pada saat tersebut pengambilan foto dilakukan oleh seorang fotografer yang menguasai teknik fotografi. Oleh karena itu setiap instansi baik itu pemerintahan atau swasta termasuk toko-toko studio foto, memiliki 2
Prayoga, Muhammad dwi, 2013. “ Sejarah Fotografi”. http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/16/sejarah-fotografi-525848.html, diakses tanggal 14 Mei 2013 3 “Sejarah Fotografi - dari Kamera Obscura hingga Fotografi Digital”, 2013. http://www.fotografermanado.net/?open=news&id=42, diakses tanggal 14 Mei 2013
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karyawannya/pekerja foto yang bertindak sebagai fotografer dengan dilatar belakangi oleh penguasaan menggunakan peralatan kamera dan teknik fotografi. Sejalan dengan perkembangan fotografi,hadir teknologi digital pada kamera foto. Teknologi digital ini telah menghadirkan kamera dalam keragaman bentuk mulai dari kamera professional SLR, kamera poket, kamera laptop sampai pada kamera handphone, dimana keberadaannya membuat keceriaan dan kemudahan seseorang dalam mengabadikan moment. Dunia fotografi digital yang sekarang mulai banyak diminati masyarakat, merupakan efek dari harga kamera yang bukan lagi menjadi barang mewah.Harganya yang makin terjangkau, membuat masyarakat mudah untuk membelinya. Dalam kegiatan apapun yang dilakukan entah itu seminar, jumpa artis, konser, pernikahan, rekreasi, jalan-jalan ke mall sampai belanja ke pasar tradisional apa yang telah mereka lakukan tak lepas dari kamera bidikannya yang selalu dibawa. Dari sinilah keberadaan seni fotografi sangat dekat dengan kehidupan manusia baik untuk keperluan individu ataupun keperluan organisasi bahkan suatu bisnis, sehingga hadirnya dunia fotografi dalam kehidupan manusia, secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup manusia
itu
sendiri
atau
sering
dikatakan
commit to user
dengan
istilah
“Life
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Style”4.Meskihal tersebut belum sebanding dengan penguasaan teknik yang miliki para pencinta fotografi. Oleh karena fenomena tersebut, muncul berbagai komunitas yang terbentuk dari kecintaan masyarakat dalam bidang fotografi. Berbagai komunitas fotografi muncul dengan beragam bentuk dan tujuannya masing– masing.Komunitas fotografi pada umumnya memiliki tujuan yang universal sama yaitu sebagai sebuah wadah untuk menyalurkan hobi dan kecintaan pada bidang tertentu serta sebagai tempat untuk menyalurkan informasi, karya,
pendapat,
juga
dapat
sebagai
tempat
untuk
pembelajaran
pengorganisasian yang terbentuk di karenakan memiliki hobi atau tujuan yang sama satu dengan yang lain. Beberapa komunitas fotografi yang telah terbentuk diantaranya yakni, Fotografer.net merupakan komunitas fotografi yang menggunakan media online sebagai wadahnya. Tujuan utama situs Fotografer.net adalah memberi kesempatan kepada fotografer untuk memajang hasil karyanya, yang kemudian dievaluasi dan dikomentari oleh fotografer lain. Pada akhirnya evaluasi dan komentar tersebut diharapkan bisa membantu para fotografer untuk
mengasah
kemampuan
memotret
melalui
kritik-kritik
membangun5.Dalam fotografer.net ini anggota-anggota dapat bergabung tanpa harus melakukan tatap muka secara langsung, karena media Imanto, Teguh, 2012. “Teknik Kamera Fotografi 1 (Sejarah Dan Perkembangannya)”.http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/09/22/teknik-kamerafotografi1-sejarah-dan-perkembangannya/#more-5660, diakses tanggal 16 Februari 2013 5 “Komunitas Fotografer.net: Wadah Unjuk Karya dan Apresiasi Pecinta Fotografi” http://marketplus.co.id/2012/01/komunitas-fotografernet-wadah-unjuk-karya-danapresiasi-pecinta-fotografi/, diakses tanggal 26 April 2013 4
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
online/internet merupakan wadanya sehingga anggotanya berasal dari berbagai daerah, dapat dikatakan seperti jejaring sosial khusus untuk para pecinta fotografi. Hal tersebut menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh komunitas ini. Komunitas fotografi Klikanan, dari Solo dan sekitarnya yang mempunyai perasaan yang sama mengenai fotografi. Menurut pencetus Klikanan, Danang DeLurah saat ditemui Joglosemardi Perpustakaan Ganesa, di Kawasan Gentan, Sukoharjo, menjelaskan, komunitas tersebut didasari rasa kecintaan yang sama mengenai fotografi. Mereka juga mempunyai keinginan yang sama untuk mempelajari teknik fotografi, sehingga tidak asal memainkan kamera. “Kami suka foto, dan kami ingin belajar bersama-sama untuk mengembangkan hobi kita dalam hal teknik fotografi, dari pengaturan kamera, angle dan banyak lain,” kata Danang6. Adapula komunitas KFS (Komunitas Fotografi Semarang), suatu komunitas pecinta seni Fotografi di Semarang. Dalam komunitas ini tidak mengenal lagi pembeda-pembeda yang membuat terkotak-kotak, tidak ada beda status sosial, tidak ada pembeda merk kamera, tidak ada pembeda dari club manapun, tidak ada pembeda antara senior dan junior, tidak ada pembeda asal daerah, tidak ada pembeda profesional dan amatir, dan pembeda-pembeda lainnya7.
Riyanto, Andi, 2013. “Komunitas Fotografi Klikkanan, Dari Hobi Menjadi Kumpulan Pencinta Foto” http://joglosemar.co/2013/01/komunitas-fotografiklikanan.html, diakses tanggal 26 April 2013 7 http://www.kfsemarang.com/tentang.php, diakses tanggal 26 April 2013 6
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Preanger Amateur Fotograafen Vereeniging (PAF) atau Perhimpunan Amatir Foto, merupakan komunitas fotografi tertua di Indonesia, yang terbentuk pada tanggal 15 Februari 1924 di Hotel Preanger. Komunitas ini terbentuk dengan diprakarsai oleh beberapa tokoh kenamaan Bandung dan Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung, diantaranya Prof. C.P. Wolff Schoemaker bersaudara dan Prof. Schermerhorn.Dasawarsa 1950 pascakemerdekaan Indonesia, segala aset-aset yang awalnya dimiliki oleh Belanda pada tahun-tahun ini di nasionalisasi. PAF setelah tiga puluh tahun berada dalam pimpinan bangsa asing (Belanda) akhirnya pada tahun 1954, PAF kembali diserahkan kepada para anggotanya yang ber-kewarganegaran Indonesia. PAF memiliki Gedung Sekretariat sendiri di Jl. Banceuy Permai Kav.A-17 pada tahun 1994. Di awal millenium PAF dipercaya sebagai tuan rumah SFI XXIV bersamaan dengan Munas FPSI ke-VIII. Saat ini PAF harus berhadapan dengan tantangan di era millenium untuk merangkul teknologi digital yang telah merambah fotografi.PAF adalah klub foto amatir tertua di Indonesia yang masih eksis sampai sekarang dengan tingkat aktifitas kegiatan yang tinggi serta regenarasi yang berjalan terus menerus8. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Reza Refhanidiartikel jurnalnya yang berjudul “Eksistensi Diri Fotografer Di Komunitas PAF (Perhimpunan Amatir Foto) Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Fotografer di Komunitas PAF (Perhimpunan Amatir Foto) Desnita, Helmy. 2013. “PAF Fotografi Tertua Di Indonesia”. http://infoanyar.com/paf-fotografi-tertua-di-indonesia/, diakses tanggal 29 Mei 2013 8
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kota Bandung)”,menyebutkan bahwa dalam menjaga eksistensi fotografer di komunitas PAF ini merupakan sesuatu yang cukup kuat, karena semakin berkembangnya tekhnologi fotografi digital dan media komunikasi yang menunjang kemampuan fotografer, begitupun dengan keberadaan komunitas PAF itu sendiri yang melengkapi eksistensi fotografer karena komunitas ini adalah komunitas yang cukup tua, dan melalui kegiatan di PAF juga mereka selalu berusaha menunjukan eksistensi mereka kepada masyarakat agar dapat menarik dampak yang terus positif.9 Hampir sama halnya dengan komunitas PAF, APFAL (Asosiasi Profesi Foto-Videografi Anjuk Ladang) merupakan komunitas tertua dan satu– satunya di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang hingga kini terus berusaha untuk menjaga eksistensinya tengah-tengah masyarakat dan perkembangan zaman. APFAL yang sudah terbentuk sejak tahun 1998 dan telah dinotariskan pada 5 Juni 2002 berujuanuntuk mempersatukan seluruh fotografer yang ada di Kabupaten Nganjuk dengan tujuan utamanya yakni, untuk menyetarakan seluruh fotografer yang ada di Kabupaten Nganjuk agar memiliki naunggan yang resmi, sehingga profit yang masuk akan merata dan seimbang antara fotografer satu dengan yang lain. Hal ini dikarenakan hampir 99% anggota APFAL merupakan fotografer komersil yang menempatkan fotografi sebagai mata pencahariannya sehari – hari10.
9
Reza Refhani,“Eksistensi Diri Fotografer Di Komunitas Paf (Perhimpunan Amatir Foto) Kota Bandung (studi deskriptif tentang eksistensi diri fotografer di komunitas paf (perhimpunan amatir foto) kota bandung)” jurnal penelitian program studi ilmu komunikasi konsentrasi humas Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas komputer Indonesia. Bandung (Agustus, 2013), hal 11 10 Arsip kesekretariatan komunitas APFAL
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian fotografi bagi anggota APFAL yang kurang lebih berjumlah 118 anggota, merupakan suatu hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari–hari.Dengan adanya naungan yang resmi yakni APFAL, maka diharapkan untuk penyetaraan profit yang terjadi antara fotografer satu dengan yang lain tidak akan terlalu luas. Penyetaraan disini selain untuk penekanan harga yang ada di Kabupaten Nganjuk juga untuk meningkatkan rasasolidaritas antar fotografer yang ada di Kabupaten Nganjuk. APFAL sebagai komunitas fotografi yang sudah lama berdiri memiliki sumbangsih terhadap terbentuknya beberapa komunitas fotografi di daerah lain. Secara tidak langsung APFAL ikut berperan serta dalam terbentuknya komunitas fotografi di daerah lain diantaranya, Komunitas Perfokan (Persatuan Fotografer Kameramen Ngawi), Komunitas Perphoma (Persatuan Photografer Madiun), Komunitas Pervip dan Kompo (Komunitas Fotografer Ponorogo), Komunitas Perfopas (Persatuan Fotografer Pasuruan), dan Komunitas Lensa yang ada di Kediri11. Dengan berjalannya waktu serta semakin berkembangnya teknologi yang ada dimasyarakat saat ini, APFAL yang beranggotakan 50% lebih merupakan fotografer senior (usia) mulai menemukan kesulitan lain dalam menjaga eksistensinya di era teknologi yang semakin berkembang saat ini. Era digitalisasi mulai masuk dalam teknologi fotografi sekitar tahun 1970an12,
11
Sumber (wawancara dengan ketua APFAL di pra penelitian) “Sejarah Fotografi - dari Kamera Obscura hingga Fotografi Digital”, http://www.fotografermanado.net/?open=news&id=42, diakses tanggal 1 Mei 2013 12
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
namun pada tahun – tahun tersebut kamera digital masih merupakan barang mewah yang tidak sembarangan orang dapat memilikinya, sehingga fotografi menggunakan kemera manual atau analog masih dapat bertahan di kalangan masyarakat. Namun dengan harga kamera digital sekarang ini yang semakin murah, maka mau tidak mau anggota APFAL harus dapat menyesuaikan diri dan bersaing untuk mempertahankan konsumennya. Persaingan yang terjadi dalam usaha fotografi saat iniyang semakin ketatmengharuskan APFAL sebagai komunitas yang bergerak sebagai fotografer komersil yang menggunakan fotografi sebagai mata pencaharian sehari – hari, serta satu – satunya bidang yang dapat dilakukan, dihadapkan untuk dapat bersaing dalam mengikuti era digitalisasi. Namun kesulitan karena faktor usia dan latar belakang pendidikan menyebabkan anggota APFAL yang bukan lagi merupakan anak – anak muda tidak dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan teknologi baru. Disinilah APFAL sebagai sebuah wadah fotografer komersil yang ada di Kabupaten Nganjuk berupaya untuk sama–sama memajukan fotografi yang ada di Kabupaten Nganjuk. Dengan semangat yang tinggi APFAL memberikan pelatihan tentang teknologi digital fotografi kepada fotografer– fotografer senior (usia) dalam menyesuaikan diri di era digitalisasi saat ini. Solidaritas APFAL yang sangat kuat untuk menyetarakan fotografi yang ada di Nganjuk agar tidak tertinggal oleh genarasi muda, inilah yang menjadi sisi menarik untuk diteliti. Bagaimana APFAL sebagai wadah fotografer yang ada di Kabupaten Nganjuk bekerjasama dengan beberapa orang yang sudah dapat commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menguasai teknik fotografi digital dan editing foto untuk memberikan pelatihan mulai dari nol, dari memperkenalkan pengunaan komputer, penyesuaian terhadap kamera digitaldengan menggunakan bahasa analog di kamera digital agar mudah dimengerti, hingga editing foto menggunakan program editing photoshop dan program-program editing lainnya. Tentunya pelatihan yang dilakukan tersebut bukanlah hal yang mudah, menggigat usia mereka yang dapat dibilang tidak lagi muda sehingga cenderung mengalami kesulitan dengan pelatihan - pelatihan baru pada kamera digital yang dalam pengaturannya mengunakan bahasa asing. Berbagai kegiatan dan bentuk aktifitas apresiasipun dilakukan oleh komunitas APFAL, mulai dari seminar pembelajaran, pertemuan rutin, hunting, dan lomba foto yang diadakan khusus hanya untukanggota APFAL, sehingga dapat membantu dalam pengembangan skilldan pengetahuan anggota seputar perkembangan digitalisasi fotografi. Disinilah peneliti tergerak untuk meneliti komunitas APFAL yang dapat bertahan selama sekian tahun dan mampu menyesuaikan diri dari perubahan teknologi pada fotografi. Tentunya dalam menyelesaikan suatu masalah perlu adanya komunikasi, dimana dalam konsep pragmatis disebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah pola yang memiliki sejumlah komponen serta memiliki dampak-dampak tertentumeliputi sejumlah komponen yang berkolerasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pola komunikasi sendiri dapat terlihat dimana ada proses komunikasi
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terjadi berlangsung secara konstan atau terus-menerus, dan berulangulang13. Dari sinilah, peneliti melihat adanya aktivitas yang terus berlangsung didalam komunitas APFAL, yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yakni dalam menyelesaikan permasalahan digitalisasi. Sehinggan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Pola Komunikasi Dan Apresiasi Komunitas Fotografi (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dalam Aktifitas Apresiasi Asosiasi Profesi Foto - Videografi Anjuk Ladang “Apfal” Di Kabupaten Nganjuk terhadap digitalisasi fotografi )
B. RUMUSAN MASALAH Dengan melihat latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah, sebagai berikut “Bagaimana pola komunikasi dalam aktifitas apresiasi anggota komunitas APFAL terhadap digitalisasi fotografi?”
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola komunikasi yang terjadi pada anggota komunitas APFAL di Kabupaten Nganjuk, dalam aktifitas apresiasi terhadap digitalisasi fotografi.
D. MANFAAT PENELITIAN Tommy Suprapto, 2009. “Pengantar Komunikasi”.Yogyakarta.MedPress. Hal 12 13
commit to user
Teori
dan
Manajemen
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Manfaat Teoritis Sebagai
wacana
tambahan
dan
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
pembelajaran ataupun sebagai dasar untuk melakukan penelitian lain yang serupa. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan membantu sebagai pertimbangan untuk pihak–pihak yang tertarik pada komunitas fotografi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola komunikasi, sehingga dapat menjadi rujukan untuk komunitas – komunitas fotografi yang juga mengalami kejadian yang sama.dimanaperkembangan fotografi dari manual ke digital ini sangat dirasakan oleh beberapa fotografer senior yang memulai bidang fotografinya menggunakan kamera manual.
E. TINJAUAN PUSTAKA Studi dalam penelitian komunikasi yang melakukan penelitian tentang pola komunikasi telah banyak dilakukan, namunyang membahas tentang pola komunikasi sebuah komunitas khususnya komunitas fotografi masih jarang ditemukan. Didalam penelitian ini kerangka teori dapat membantu dalam menentukan arah jalan penelitian dan memilih konsep-konsep yang tepat untuk
penelitian.Karena
kerangka
teori
adalah
pijakan
untuk
mengemukakansuatupenjelasan teoritis atas masalah empiris dalam rumusan masalah penelitian.Tentunya teori yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana suatu masalah harus commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
relevan dengan konteks dan isi, dalam upaya menjawab pertanyaanpertanyaanpenelitian14. Awal dari kerangka teori ini menjelaskan tentang arti komunikasi dan pola komunikasi serta ruang lingkup komunikasiyang merupakan suatu proses informasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
1.
Komunikasi Komunikasiatau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. “Sama”di sini maksudnya adalah memiliki makna yang sama. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Dalam kehidupan manusia, komunikasi telah menjadi hal yang umum dan sangat vital.Masyarakat saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui komunikasi. Komunikasi dapat berlangsung secara verbal dan non verbal, serta melalui bantuan media, baik media cetak maupun elektronik yang mampu diakses secara cepat dan luas, misalnya dengan majalah, suratkabar, radio, televisi, hingga internet. Definisi komunikasi dari Everett M. Rogers menjelaskan komunikasi merupakan proses pemindahkan suatu ide dari sumber ke penerima untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan Gerald R. Miller
menjelaskan
komunikasi
terjadi
14
ketika
suatu
sumber
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara, hal. 82
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima15. Brent D. Ruben (1988) memberikan definisi komunikasi menusia yang lebih komprehensif, bahwa komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain16. Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in
Society,
mengungkapkan
paradigma
tentang
pengertian komunikasi yang umum dipahami oleh para peminat komunikasi.
Lasswell
mengatakan
bahwacarayang
baik
untuk
menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan:Who Says What In WhichChannel To Whom With What Effect? (Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada Siapa dan dengan Efek Apa).17 Dari paradigma Lasswell tersebut, dapat diketahui lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu 1) Komunikator, yang menyampaikan pesan kepada seorang atau sejumlah orang, 2) Pesan, seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komuikator, 3) Saluran atau Media, saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator pada komunikan, 4) Penerima, 15
Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal 69 16 Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, hal 3 17 Deddy Mulyana.Op. Cit,hal 69
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikan yang menerima pesan dari komunikator, dan 5) Efek, apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Komponen di atas menekankan faktor-faktor yang penting di dalam suatu komunikasi yang efektif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu pula. Seorang komunikator harus tahu apa yang akan mereka jangkau dan bagaimana tanggapan yang mereka inginkan. Mereka juga harus tahu dan mengerti bagaimana cara menyandikan pesan mereka dengan baik agar dapat dimengerti oleh khalayak sasaran mereka, dan mereka juga harus menyediakan saluransaluran umpan balik sehingga mereka dapat mengerti bagaimana tanggapan khalayak terhadap pesan yang mereka sampaikan. Kelima unsur di atas sebenarnya belum lengkap, umpan balik (feed back) dangangguan komunikasi (noise) sering ditambahkan dalam unsur komunikasi.Feedback adalah umpan balik, tanggapan komunikasi apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. Sedangkan noise merupakan gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Dari beberapa penjelasan tentang komunikasi tersebut, maka dapat digolongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara: commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan perkataan ini bersumber pada kata “comminis” yang berarti sama makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. 2. Terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 3. Paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkolerasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya adalah ceramah, kuliah, dakwah, diplomasi, dan sebagainya.18 Komunikasi
terjadi
dalam
konteks
atau
situasi
sosial
tertentu.Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan tingkatnya (level) adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Terdapat lima tingkat komunikasi yang disepakati banyak pakar yaitu : -
Komunikasi intrapribadi (komunikasi dengan diri sendiri)
-
Komunikasi antarpribadi (komunikasi yang melibatkan dua orang secara tatap muka)
-
Komunikasi kelompok (komunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok secara tatap muka, misalnya keluarga, kelompok diskusi dan teman-teman terdekat)
18
Tommy Suprapto. Op.Cit. Hal 7
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Komunikasi organisasi (komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal serta informal dan jaringannya lebih besar daripada komunikasi kelompok)
-
Komunikasi massa (komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak atau elektronik berbiaya relatif mahal, ditujukan kepada banyak orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen).19 Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung
melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran) dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya, komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatapmuka,
memungkinkan
jumlah
maksimum
saluran
indrawi,
dan
memungkinkan umpan balik segera. Komunikasi kelompok kecil, publik dan organisasi berada diantara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. 2.
Pola Komunikasi Pola
komunikasi
merupakan
suatu
sistem
penyampaian
pesanmelalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsanguntuk mengubah tingkah laku individu yang lain. untuk mengubah tingkah laku individu lain. 19
Ibid. hal. 78-84.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pola
komunikasi
adalah
komunikasi
yang
mengisyaratkan
penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainya, baik secara langsung (tatapmuka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah,
radio,
atau
televise.20Pola
komunikasi
adalah
suatu
kecenderungan gejala umum yang mengambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam kelompok sosial tertentu.21 Pola komunikasi yang kemudian dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kebiasaan dari suatu kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya. C. Arthur VanLear (1996) beragumen bahwa justru karena proses komunikasi bersifat dinamis, maka peneliti serta penyusun teori dapat mencari sebuah pola seiring berjalannya waktu. Ia menyimpulkan bahwa “jika kita menemukan sebuah pola dari banyak kasus, hal ini akan memampukan kita untuk mengeneralisasikan kasus-kasus lain yang belum teramati”.22
20
Deddy Mulyana. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Hal 61 21 AW Suranto, 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graham Ilmu. Hal 116 22 Richard West, Lynn H. Turner. 2008. “Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rded. Terj. Maria Natalia. Jakarta: Salemba Humanika. hal 6
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ditinjau dari pola yang dilakukan ada beberapa jenis pola komunikasi yang bisa dekemukakan. Beberapa sarjana Amerika membagi pola komunikasi menjadi lima yakni, komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organizational communication), komunikasi massa (mass communication), dan komunikasi public (public communication). Sedang Joseph A. De Vito membagi pola komunikasi menjadi empat, yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public, dan komunikasi massa.23Untuk mencapai suatu tujuan, maka diperlukan pola komunikasi yang sesuai dengan yang menjadi tujuan komunikasi. Seperti dijelaskan berikut ini24. No
Dampak Kognitif
Pola Komunikasi 1. Ceramah umum
Fungsi Menjelaskan tentang
01 2. Rapat
sesuatu hal agar sesuatu
3. Kuliah
itu dapat dimengerti dan
4. Penerangan Afektif
1. Media Massa
dipahami Menumbuhkan perasaan
02 2. Diplomasi
tertentu agar mudah
3. Penataran
dihayati
23
Nurudin.2000. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.
Hal 21 24
Tommy Suprapto. Op.Cit. Hal 12-13
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konatif
1. Forum Media
Menimbulkan perubahan
03 2. Periklanan
sikap, agar berperilaku
3. Penyuluhan
sesuai dengan yang
4. Public Relations
diingikan oleh
5. Kampanye
komunikator.
6. Propaganda
Dari permasalahan dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pola komunikasi pada penelitian komunitas APFAL ini mengacu pada komunikasi organisasi, dimana didalamnya juga terdapat interaksi komunikasi kelompok yang terjadi di saat arisan serta belajar bersama, serta komunikasi antarpersonal antara individu-individu dalam kelompok.
3.
Organisasi Organisasi menurut Schein (1982) adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Oraganisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut yang merupakan suatu sistem25.
25
Arni Muhammad,Op. Cit, hal 23
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Organisasi dalam KBBI adalah or.ga.ni.sa.s[n] (1) kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) di perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu; (2) kelompok kerja sama antara orang-orang yg diadakan untuk mencapai tujuan bersama26. Disini organisasi yang terjadi berupa Organisasi profesi, dimana organisasi yg anggotanya adalah orang-orang yg mempunyai profesi yg sama. Organisasi dapat diamati sebagai gejala sosial dari level makro dan bisa juga sebagai gejala administratif dari sudut mikro. Menurut Stephen P. Robbins
dalam
Organization
Theory:Structure Designs
and
Applications (1990): A Consciously coordinated social entry, with a relatively identifiable boundary that functions on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goal, “Sebuah entri social yangdikoordinasikan,
dengan
batasyang
relative
dapat
diidentifikasiyang berfungsisecara relative terus menerusuntuk mencapaitujuan bersamaatau seperangkattujuan” Definisi ini mirip definisi organisasi menurut Warren B. Brown dan Dennis J. Moberg dalam Organization theory and Management: A Macro Approach (1980) : Organizations
are
reletively
permanent
social
entities
characterized by goal-oriented behavior. Specialization an
26
630
Depdikbud. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta : Balai Pustaka, 1996, hal
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
structure, “Organisasiadalahentitas social relatif permanenditandai denganberorientasi pada tujuanperilaku. Spesialisasistruktur.” Jauh sebelumnya, Philip Selznick melihat organisasi lebih dari sudut formal dan mikro. Ia mengembangkan konsep organisasi dari: The arrangement of personnel for facilitating the accomplishment of some agreed purpose throught the allocation of functions and responsibilities, “Susunanpersoneluntukmemfasilitasipemenuhanbeberapa tujuanyang disepakatimelalui alokasifungsidan tanggung jawab.” Ke definisi Chester I. Barnard yang lebih luas: Cooperation of two or more persons, a system of consciously coordinated personnel activities or forces. “Kerjasamadua orang atau
lebih,
sistem
kegiatanpersonilsadardikoordinasikanatau
kekuatan”27 Elemen – elemen dasar dari oraganisasi dan saling berkaitan satu element dengan element yang lainnya yakni (1) Struktur sosial, merupakan pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi; (2) Partisipan, merupakan konstribusi individu-individu kepada organisasi; (3) Tujuan, merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi; (4) Teknologi, merupakan penggunaan mesin–mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan; (5) Lingkungan, setiap 27
Amitai Etzioni, Complex Organization: A Sociological Reader: 1961, dalam Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal 53
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan, dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri.28 Dalam kaitannya penelitian ini, teori organisasi yang di gunakan yakni teori klasik atau struktural yang berasal dari dua teori yakni teori saintifik oleh W. Tylor (1911), dan teori birokrasi oleh Max Weber, dimana dari sudut pandang LittleJohn dalm bukunya “Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, Edisi 9”, memandang bahwa teori birokrasi Weber, menjelaskan sususnan organisasi dimana menusia ditempatkan dalam sebuah hierarki dan otoritas serta peranan yang diberikan pada anggota organisasi, dimana hal ini merupakan pandangan tentang susunan yang sedikit individualistik.29 Sedangkan teori saintifik Tylor, menekankan pada pembagian pekerjaan untuk mendapatkan hasil maksimal dengan biaya seefisien mungkin. Pada teori ini, manajemen penglolaan organisasi didasarkan pada prinsip – prinsip kunci seperti; (1) Pembagian pekerjaan; (2) Otoritas dan tanggung jawab; (3) Kesatuan komando; (4) Kesatuan arah; (5) Minat masing – masing bawahan terhadap minat umum; (6) Pembayaran yang wajar; (7) Sentralisasi; (8) Mata rantai komando; (9)
28
Arni Muhammad,Op. Cit, hal 25 - 28 LittleJohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi, Theories of Human Communication, Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika. Hal 364 29
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perintah; (10) Kasamaan; (11) Stabilitas kedudukan personel yang tetap; (12) Inisiatif;dan (13) Rasa kesatuan korp.30 Menurut Scott, ada empat unsur yang merupakan kunci dari teori organisasi klasik yaitu, pembagian kerja, hierarki proses fungsional, struktur dan pengawasan yang ketat.31 Menurut De Vito, organisasi merupakan subuah kumpulan kelompok individu yang berorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi memiliki struktur formal dan informal. Dan memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun juga memiliki tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang – orang dalam organisasi tersebut. Namun untuk mencapai tujuan, organisasi membuat norma aturan yang di patuhi oleh semua anggotanya.
4.
Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi (organizational cummunication) menunjuk kepada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk–bentuk komunikasi formal dan komunikasi informal, serta bentuk–bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori– teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi,
hubungan
antar
manusia,
komunikasi
dan
proses
pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi.32
30
Arni Muhammad,Op. Cit, hal 35-36 Ibid. Hal 38 32 Burhan Bungin, 2009. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana, hal 256-257 31
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Organisasi merupakan kumpulan atau sistem individual yang berherarki secara jenjang dan memiliki sistem pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu.33 Definisi Komunikasi Organisasi menurut Goldhaber (1986) yakni, “Organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah.34 Dari definisi Goldhaber tersebut, diketahui terdapat 7 unsur dalam komunikasi organisasi yaitu, proses, pesan, jaringan, keadaan saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian. Dari ketujuh unsur tersebut, dalam sebuah orgnisasi ada komposisi sejumlah orang– orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Dimana diantara orang–orang ini terjadi sebuah pertukaran pesan. Pertukaran pesan tersebut melalui sebuah jalan tertentu yang disebut sebagai jaringan komunikasi. Dari hasil analisis jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi seseorang dalam organisasi serta kelompok tertentu, keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnnya dan orang–orang yang 33
Ibid. hal 277 Arni Muhammad,Op. Cit, hal 67
34
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memegang peranan utama dalam suatu organisasi. Terdapat enam peranan jaringan komunikasi yaitu: (1)Opinion Leader, adalah pimpinan informal dalam organisasi, dimana dapt membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka; (2) Gate Keepers, adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota
organisasi;(3)
Cosmopolities,
adalah
individu
yang
menghubungkan organisasi dengan lingkungannya; (4) Bridge,adalah anggota kelompok dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok dengan anggota kelompok lainnya; (5)Liaison, adalah penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya; (6) Isolate, adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi35. Jaringan (network) merupakan susunan sosial yang diciptakan oleh komunikasi antarpersonal dan kelompok. Susunan dalam organisasi adalah salah satu cara untuk menguji pola–pola interaksi dalam komunikasi, karena tidak ada seorang pun yang berkomunikasi dengan sama dengan semua anggota organisasi, dengan melihat kelompokkelompok hubungan komunikasi yang saling terhubung
secara
keseluruhan akan membentuk jaringan organisasi36. Gagasan struktural dasar dari teori jaringan adalah keterkaitan (connectedness), gagasan bahwa ada pola komunikasi yang cukup stabil antarpersonal. Individu – individu yang saling berkomunikasi akan 35
Ibid,hal 102 -103 LittleJohn, Stephen W.Op. Cit, hal 371
36
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhubung ke dalam kelompok – kelompok yang selanjutnya akan saling terhubung dalam keseluruhan jaringan. Ada banyak karya teoritis yang membahas tentang cara – cara jaringan bekerja dalam organisasi, sebagai contoh, jaringan dapat (1) mengatur arus informasi; (2) menyatukan orang – orang dengan minat yang sama; (3) membentuk penafsiran yang sama; (4) meningkatkan pengaruh sosial; dan (5) memungkinkan adanya pertukaran sumber daya. Teori jaringan menggambarkan sebuah organisasi, atau mungkin lebih tepatnya, berbagai gambar yang masing – masing menjelaskan aspek kerja organisasi37. Menambahkan pandangan berorganisasi Weick, James Tylor, dan koleganya yang memandang berorganisasi sebagai sebuah proses interaksi, tapi diperluas dengan cara yang berbeda. Tylor dan timnya menciptakan sebuah gambaran tentang bagaimana organisasi tersusun dalam percakapan, pemikiran ini bermula dengan gagasan bahwa suatu kegiatan berorganisasi terjadi ketika dua orang berinteraksi seputar fokus masalah tertentu, proses ini disebut dengan co-orientasi, gagasan bahwa dua orang yang berorientasi pada sebuah objek umum (topik, isu, keprihatinan, situasi, gagasan, tujuan, orang lain, kelompok, dan sebagainya)38. Tylor menyebutkan bahwa manusia saling terhubung dengan yang disebut sebagai tritunggal A-B-X, A merupakan orang pertama, B 37
Ibid, hal372-374 Ibid, hal 367
38
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan orang kedua, dan X adalah masalah bersama atau objek yang menjadi fokus interaksi mereka. Saat berorientasi pada suatu masalah, maka para pelaku komunikasi akan mencoba untuk membicarakan makna yang sesuai terhadap objek tersebut, pemaknaan yang terjadi tentunya dapat berhasil ataupun tidak, sehingga membutuhkan interaksi yang besar untuk mencapai beberapa pemaknaan tertentu. Ada hubungan yang berulang antara susunan dalam percakapan yang sebenarnya dari sebuah organisasi. Susunan yang dihasilkan dari berkomunikasi, dan susunan dalam tersebut selanjutnya menuntun komunikasi itu sendiri, yang merupakan lingkaran pengaruh sebuah timbal balik maju dan mundur antara susunan dalam dan susunan permukaan39. Dari teori – teori Weick dan Tylor tersebut terlihat bahwa pola–pola komunikasi akan berkembang seiring waktu dalam sebuah organisasi.
5.
Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok (group communication)adalah komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.Kelompok itu sendiri dapat berupa kelompok kecil ataupun kelompok besar. Kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tangapan secara verbaldengan lain perkataan, dalam
39
Ibid, hal 368-371
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komunikasi kelompok kecil komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok. Komunikasi kelompok bersifat lebih formal, lebih terorganisasikan dan lebih terlembagakan daripada komunikasi antarpribadi. Robert F. Bales dalam bukunya “Interaction Process Analysis” mendefinisikan kelompok kecil sebagai: sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat berhadapan muka (face to face meeting), dimana setiap anggota mendapat kesan atau pengalian antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada maisng-masing sebagai perorangan. Dalam suatu kelompok kecil terdapat suatu solidaritas yang dinamis yang oleh Clovis R. Shepherd disebutnya “cohesion” (paduan) yang menunjukkan kekuatan yang mengikat anggota kelompok, derajat keakraban dan kehangatan antara satu sama lain, hasratnya untuk menjadi jujur dan terbuka untuk menyatakan gagasan dan perasaannya, dan kemampuannya untuk menghadapi kesulitan dan kegentingan yang mungkin menimpa mereka sebagai kelompok40. Analisis proses interaksi dari Bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas selama satu tahapan
siding,
cenderung
“mempertahankan
40
keseimbangan
Onong Uchjana Effendy, 1986. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni, hal 65-67
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka”.Bales berteori bahwa pembagian kerja, perbedaan peranan dan perbedaan wewenang yang ada jika suatu kelompok berorientasi pada tugas
menciptakan
banyak
kesulitan
antarpribadi
yang
dapat
mempengaruhi solidaritas kelompok.41 Dalam kelompok setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan (1) menjadi ramah; (2) mendramatisasi (suka bercerita/berbicara); (3) menyetujui.Sebaliknya, mereka juga dapat menunjukkan sikap negative atau sikap campur aduk dengan (1) penolakan; (2) memperlihatkan ketegangan; atau (3) menjadi tidak ramah. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap individu dapat (1) menanyakan informasi; (2) menanyakan opini; (3) meminta saran; (4) member saran; (5) member opini; dan (6) memberi informasi. Teori Bales mencakup perilaku komunikasi dari dua kelas dasar, sebuah pembagian yang memiliki pengaruh yang besar sekali dalam sebuah kelompok yakni, perilaku emosi sosial (socioemotional), seperti kelihatannya ramah, menunjukkan ketegangan, dan dramatisasi.Ketegori kedua adalah perilaku tugas (task behavior) disajikan oleh saran, opini dan informasi. Menurut Bales, posisi individu dalam sebuah kelompok adalah merupakan fungsi dari tiga dimensi: (1) dominan lawan pasif; (2) ramah lawan tidak ramah; (3) aktif lawan emosional.Karya Bales ini sudah tidak lagi menjaadi acuan dalam teori komunikasi kelompok, tetapi
41
Alvin A, Goldberg, Carl E. Larson. 1985. Group Communication: Discussion Processes and Applications.Terj. Koesdarini Soemiati, Gary R. Jusuf. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), hal 57-58
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teori ini memiliki pengaruh penting pada bagaimana kita berfikir tentang kelompok42. Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitik beratkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil43. Komunikasi kelompok dalam penelitian ini perhatian di fokuskan pada bentuk apresiasi yang terjadi dalam program arisan dan belajar bersama sarta hunting. Dimana arisan dan belajar bersama ini dapat juga dikategorisasikan sebagai diskusi kasus yang biasanya diadakan untuk tujuan pengajaran yaitu diskusi tentang suatu kasus yang disampaikan secara tertulis atau lisan. Kasus yang dibahas biasanya adalah mengenai suatu keadaan nyata atau hipotesis yang dalam beberapa hal berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kelompok. Kelompok sering dipandang seperti sistem sibernetika, dimana sebuah informasi dan pengaruh masuk dalam suatu kelompok, yang kemudian diolah hingga hasilnya berputar kembali untuk mempengaruhi orang lain. Model seperti ini dikenal sebagai model input proses output, dan model inilah yang terjadi dalam komunikasi kelompok yang terjadi di APFAL
model ini merupakan sebuah kaljian kelompok dimana
anggota membawa informasi dan sikap mengenai pekerjaan kelompok dimana disini adalah mengenai perkembangan teknologi digital yang terjadi, kelompok membicarakan materi ini dan menyediakan bantuan 42
LittleJohn.Op. Cit. hal326-327 Alvin A, Goldberg Op. Cit. hal 6 dan 91
43
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ganda dan hasilnya adalah untuk memberikan timbal balik yang mempengaruhi kandungan masa depan. Teori Prestasi kelompok dikemukakan oleh Stogdill pada tahun 1959. Stogdill menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu. Teori yang dikemukakan oleh Stogdill ini, menyertakaninputatau
data
masukan,
Variabel atau
media dan
output atau hasil dari kelompok berupa prestasi. Asumsi dasar dari teori ini adalah proses terjadinya dalam kelompok dimana dimuiai dari masukan ke keluaran melalui variabelvariabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feed-back). Berikut ini adalah penjabaran teori prestasi yang terbagi atas beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, yaitu : Input atau Masukan dari anggota Masukan dari anggota merupakan sumber input.Menurut Stogdill, kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan-tindakan anggota dan hubungan antara anggota. Ada tiga elemen penting yang termasuk dalam masukan anggota, yaitu : a. interaksi sosial (menyatakan suatu hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, interaksi ini terdiri atas aksi dan reaksi antara anggota-anggota kelompok yang berinteraksi);
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. hasil perbuatan (bagian dari suatu interaksi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk kerja sama, berencana, menilai, berkomunikasi, membuat kepetusan); c. dan harapan (kesediaan untuk mendapatkan suatu penguat, fungsi dari harapan ini adalah sebagai dorongan (drive), perkiraan tentang menyenangkan
atau tidaknya hasil, dan perkiraan tentang
kemungkinan hasil itu akan benar-benar terjadi). Variabel media. Variabel media menjelaskan mengenai beroperasi dan berfungsinya suatu kelompok. Elemen-elemen yang ada di dalamnya, yaitu : a. struktur formal (struktur formal mencakup fungsi dan status dimana kelompok
terdiri
atas
individu-individu
yang
masing-
masingmembawa harapan dan perbuatannya sendiri) b. struktur peran (struktur peran mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki posisi tertentu hampir tidak berpengaruh pada status dan fungsi posisi tersebut). Outputatau prestasi kelompok. Prestasi kelompok merupakan output atau tujuan dari kelompok. Ada tiga unsur yang menentukan prestasi kelompok, yaitu : a. produktivitas (derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok), b. moral (derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya), dan commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. kesatuan (tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan (stress).44 Peneliti melihat pada faktor yang mempengaruhi kelompok (input), apa yang terjadi di dalam kelompok (proses), dan hasil (output). Berdasarkan pendekatan kelompok Bales, model ini menunjukkan bahwa tugas kelompok dihadapkan dengan dua masalah, yakni rintangan tugas dan rintangan antarpersonal.45 Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat induvidu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil, sehingga dalam sebuah komunikasi kelompok pasti juga berhubungan/terjalin dengan komunikasi antarpersonal/ komunikasi antar pribadi.Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi, melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun nonverbal. Akan tetapi komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antar dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur di mana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai ChoiruL Umam. 2010 “Komunikasi Kelompok”.http://newchoi.blogspot.com/2010/05/komunikasi-kelompok.html, diakses tanggal 25 Desember 2013 44
45
Littlejohn.Op. Cit hal 330-331
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesadaran tinggi tentang sasaran bersama. Komunikasi kelompok lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Komunikasi organisasional tidak perlu langsung, dan seringkali memang tidak.Komunikasi kelompok agak kurang dipengaruhi emosi dan lebih cenderung melibatkan pengaruh antarpribadi sebagai kebalikan dari permuasan sasaran-sasaran organisasi yang rasional. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan komunikasi organisasional, komunikasi kelompok kecil biasanya lebih spontan, kurang berstruktur, serta kurang berorientasi pada tujuan. Komunikasi organisasional sebaliknya lebih cenderung terjadi pada tatanan yang permanen, lebih mencerminkan adanya identitas daripada komunikasi kelompok kecil. Teori keseimbagan dari heider (balance theory) ialah mengenai hubungan-hubungan antar pribadi. Teori ini berusaha menerangkan bagaimana individu-individu sebagai bagian dari stuktur sosial (misalnya sebagai suatu kelompok) cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain. Tentunya salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan ialah dengan menjalin komunikasi secara terbuka46. Konsep-konsep variabel yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dapat dibagai dalam 3 kategori besar sebagai berikut:
46
Alvin A, Goldberg. Op. Cit. Hal 8 - 49
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Variabel tingkah laku – yakni segala sesuatu yang saling dikatakan, isyarat, ekspresi wajah, nada suara dan lain – lain yang mereka pakai serta tindakan komunikasi terbuka. b. Variabel persepsi – keadaan internal dari para anggota kelompok seperti kepercayaan dan sikap, keinginan dan perasaan serta kekakuan dan introversi; maupun variabel yang terdapat pada masing-masing anggota – seperti kualitas suara, keterbukaan hati, konsep diri kepekaan serta kecenderungan untuk membuka diri. c. Ciri-ciri kelompok – seperti misalnya umpan balik antar pribadi tingkat keseringan interaksi kelompok, fase, norma, suasana dan kepemimpinan47. Dalam
suatu
kelompok
pastilah
terdapat
suatu
pemimpin,
kepemimpinan Imam Suroso sebagai ketua APFAL merupakan kepemimpinan demokratis, karena ia berpendapat orang mampu mengarahkan diri sendiri dan berusaha menyajikan kepada pengikutpengikutnya suatu kesempatan untuk tumbuh, berkembang dan bertindak sendiri. Dalam penelitian Lewin, Lippitt, dan White, pemimpin demokratis mendukung komunikasi di antara para anggota kelompok dengan
cara
mendorong
mereka
untuk
menentukan
sendiri
kebijakansanaan dan kegiatan kelompok48.. Tracey T Manning dalam Journal of Leadership & Organization Studies mengemukakan sebuah pendapat yang menarik tentang 47
Ibid. Hal 73 Ibid. Hal 162
48
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karakteristik kepemimpinan. Dalam tulisanya berjudul Leadership across cultures: Attachment style influences ia menulis: Aditya & House (2002) describe the characterristic as "interpersonal acumen" ability to understand others' motives and behavior. Leader were described by "encouraging, positive, motivational, confidence builder, dynamic, and coordinating. Echoing these results, Hopkins & Hopkins (1998) found that successfull diversity leaders are sensitive to all followers, pantient and supportive, able to mediate fairly, and involved with their employees49. Dari apa yang ditulis oleh Trace T Manning karakteristik kepemimpinan dinilai sebagai "kecerdasan interpesonal", kemampuan untuk memahami motif dan perilaku orang lain. Pemimpin yang menonjol digambarkan dengan kemampuan "mendorong, positif, memotivasi, kepercayaan diri pembina, dinamis, dan tinjauan kemasa depan", bersama dengan pembetukan tim berkomunikasi, dan koordinasi. Hopkins & Hopkins (1998) menemukan bahwa para pemimpin keragaman sukses sensitif terhadap semua pengikut, sabar dan mendukung, mampu menengahi secara adil, dan terlibat dengan karyawan mereka Hal tersebutlah yang dilakukan Imam Suroso sebgai ketua APFAL selama dua periode kepengurusan. Beliau memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk berkembang sendiri, beliau bahkan turut serta dalam menuntun perkembangan tiap anggotanya, dengan memberikan otoritas kepada pemenang hunting untuk mengatur dan menentukan hunting berikutnya, berarti beliau secara tidak langsung 49
Manning, Tracey T. Leadership acros cultures : attachment style influences dalam journal of leadership & organization studies vol.9, edisi 3, 2003.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendorong anggotanya untuk menentukan sendiri kegiatan kelompok. Imam Suroso sebagai ketua ingin menjalin hubungan baik dengan seluruh anggotanya, untuk itu Imam Suroso memberikan kebebasan berpendapat yang terarah kepada seluruh anggotanya. "throughout history communication and information have been fundamental sources of power and counter-power, of domination and social change. This is because the fundamental battle being fought in society is the bettle over the minds of people. The way people think determines the fate of norms and values on which societies are constructed. While coercion and fear are critical sources for imposing the will of the dominants over the dominated, few institutional systems can last long if they are predominantly based on sheer repression.50 (Sepanjang sejarah komunikasi dan informasi adalah sebuah sumber pokok kekuasaan dan kekuasaan balasan dari dominasi dan perubahan sosial.Ini karena pokok dari perjuangan sosial adalah melalui perjuangan dari pemikiran manusia. Cara orang berfikir menentukan norma dan nilai yang terbentuk dalam masyarakat. Sementara itu, kekerasaan dan kekuatan adalah sumber-sumber yang mengesankan pemaksaan dominasi kemauan diri yang mendominasi, sistem institutional dapat bertahan lama jika mereka mengutamakan berdasarkan penekanan tajam). Hal yang penting diperhatikan oleh seorang pemimpin yang pada suatu ketika bertindak sebagai komunikator yang sedang menghadapi kelompok, ialah bahwa setiap kelompok mempunyai norma-norma sendiri-sendiri.Norma mempunyai fungsi ganda, yakni pertama mengikat rasa persatuan dan kedua memperteguh rasa persatuan51.
50
Manuel Castells, 2007, Communication Power and Counter-power in the Network Society, Jurnal Interpersonal Communication, Vol.1, Hal. 238.
51 Onong Uchjana Effendy. Op. Cit. Hal 66
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Apresiasi Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris “apreciation”, istilah tersebut berasal dari disiplin psikologi, namun dalam perkembangnya istilah apresiasi sangat populer dan mengandung pengertian yang luas. Secara harfiah dapat diartikan sebgai pemahaman, pengenalan, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang berisi evaluasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “apresiasi” berarti (1) kesadaran terhadap nilai seni atau budaya; (2) penilaian (penghargaan) terhadap suatu. Apresiasi tidak hanya berkaitan dengan aspek afektif dalam psikologi, namun juga aspek kognitif dengan berupa memahami dan menghayati secara kognisinya, dan juga dapat berupa tindakan (psikomotor), yaitu dengan kegiatan apresiasi. Dengan kata lain kata apresiasi yang terendah adalah berkaitan dengan pemahaman, sedangkan pada tingkat tertinggi berkaitan dengan tindakan atau kegiatan. Menurut Dissick (1975), ada 4 tingkatan apresiasi, yaitu (1) tingkat menggemari; (2) tingkat menikmati; (3) tingkat mereaksi; dan (4) tingkat produktif52. Apresiasi sehubungan dengan fotografi, atau penghargaan kita terhadap fotografi ditentukan oleh daya persepsi kita. Terlepas dari bentuk atau sifat apresiasi kita, yang jelas sebuah foto telah menyampaikan sesuatu.Lebih jelas lagi, si pembuat foto melalui fotonya telah mengkomunikasikan sesuatu kepada yang melihat foto. Sebuah
52
Herman Waluyo,J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan UNS, hal 29-30
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
foto, karena sifatnya visual itu, oleh pembuatnya diperuntukkan bagi orang lain untuk dipahami dan dinikmati,itu disebabkan karena fotografi mempunyai fungsi social untuk menyampaikan sesuatu.Fotografi menggunakan bahasa, bahasa Fotografi tidak sama dengan bahasa tulis atau bahasa lisan. Bahasa tulisan menggunakan kata-kata yang bermakna abstrak, sedang bahasa visual menggunakan benda-benda, lambanglambang kokrit dan obyektif. Misalnya dalam bahasa tulis ada tentang kemiskinan, kemerdekaan, kesadaran, kepahitan, kecantikan, keburukan dan sebagainya, sedang bahasa visual harus memperlihatkannya melalui hal-hal yang konkrit, nyata.Bagaimana misalnya menterjemahkan sebuah kemiskinan di sebuah daerah53. Hal tersebut merupakan apresiasi fotografi dalam memberikan penghargaan terhadap sebuah karya foto, pengapresiasian dalam fotografi juga dapat berupa sebuah bentuk kegiatan, yakni hunting, lomba foto, ataupun pameran fotografi. Seperti pada pengertian apresiasi diatas bentuk sebuah pengapresian selain memberikan sebuah penghargaan terhadap karya seni, dan juga dapat berupa sebuah tindakan atau kegiatan yang merepresantikan karya seni tersebut.
Adhitama, Muhammad. “Apresiasi Visual dalam Fotografi – Subyek memandang foto”, http://jendelarealita.wordpress.com/2009/09/22/apresiasi-visualdalam-fotografi-subyek-memandang-foto, diakses tanggal 1 Mei 2013 53
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. DEFINISI KONSEP Definisi konsep adalah definisi yang dipakai penulis untuk mengambarkan fenomena sosial atau fenomena alamiah secara acak, adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Pola komunikasi Pola komunikasi adalah cara suatu masyarakat atau komunitas dalam melakukan komunikasi untuk mempertahankan komunitasnya, bisa berupa pertemuan rutin, hubungan timbal balik yang berupa partisipasi aktif, berkesinambungan serta terencana dari perusahaan atau institusi kepada komunitas disekitarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan lingkungan bagi organisasi serta masyarakat disekitar organisasi. Dimana pola komunikasi adalah suatu kecenerungan gejala umum yang mengambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam kelompok sosial tertentu.
b.
Komunitas Komunitasadalah bagian dari kelompok sosial masyarakat yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.
c.
Apresiasi Apresiasi
sehubungan dengan fotografi, atau penghargaan kita
terhadap fotografi ditentukan oleh daya persepsi kita. Fotografer melalui fotonya telah mengkomunikasikan sesuatu kepada yang melihat commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
foto.Apresiasi fotografi dalam memberikan penghargaan terhadap sebuah karya foto, pengapresiasian dalam fotografi juga dapat berupa sebuah bentuk kegiatan, yakni hunting, lomba foto, ataupun pameran fotografi. d.
Fotografi Fotografi sebagai suatu teknik komunikasi, terutama digunakan sebagai perekaman suatu kejadian yang penting.Jenis pertama dalam foto adalah memberi nilai dokumenter, dan jenis kedua adalah memberi nilai estetika dan artistic kepada hasil karya tersebut, baik sebagai suatu hasil karya seni maupun dokumenter.
G. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi memiliki arti pengetahuan, tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan objek studi ilmu yang bersangkutan. Sehingga dengan kata lain metodologi menjelaskan tata cara dan langkah yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan dari penelitian. 1.
Metode dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptifdengan
jenis
penelitian
kualitatif.Krik
and
Miller
mendefinisikan penelitiankualitatif adalah sebuah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secarafundamental bergantungan pada
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
orang-orang tersebut dalam bahasanya dandalam peristilahannya 54.Oleh karena itu, strategi penelitian ini terarah padapenelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Disebut diskriptif, sebab dalam penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegitan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh
dari
suatu
fenomena55.
Bogdan
dan
Taylor
mengatakanmetodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang digunakan untukmenghasilkan data deskriptif, yang ditulis atau yang diucapkan orang danperilaku-perilaku yang dapat diamati56.Studi deskriptif kualitatif adalah suatumetode untuk menggambarkan suatu gejala-gejala sosial atau berusahamendiskripsikan fenomena sosial tertentu secara terperinci.
2.
Lokasi Penelitian APFAL merupakan komunitas fotografi di Kabupaten Nganjuk, terletak di propinsi Jawa Timur, pulau Jawa, Indonesia. Memiliki jumlah anggota kurang lebih 118 orang yang tersebar di setiap kecamtan di Kabupaten Nganjuk. Kantor kesekertariatan APFAL untuk saat ini
54
Lexy J Moleong.2002, MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT Rosdakarya.
hal. 3 55
MohNazir. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 55 Pawito.Op. Cit. hal. 84
56
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertempat di AN-NA Studio, depan Kantor PM Sukorejo – Mbesuk, Loceret, Kabupaten Nganjuk. Sebagian besar anggota dari APFAL adalah fotografer senior dengan rata-rata usia di atas 40 tahun, dengan usia yang sudah tidak lagi muda mereka harus berjuang untuk mengikuti perkembangan teknologi khususnya dalam bidang fotografi, yakni digitalisasi. Penelitian ini
dilakukan meliputi lokasi tempat berkumpul
APFAL dalam berbagai arisan yang dilakukan bergilir pada beberapa rumah anggota, serta rumah – rumah pribadi masing dalam melakukan wawancara, dan beberapa peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas APFAL di Kabupaten Nganjuk.
3.
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi kata- kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan dokumentasi. Dimanakata-kata dan tindakan merupakan data utama yang diperoleh melalui wawancara maupun observasi. Main source penelitian ini adalah Asosiasi Profesi Fotografi dan Videografi Anjuk Ladang/APFAL di Kabupaten Nganjuk, dengan informan yang terdiri dari ketua APFAL, anggota senior APFAL, dan anggota muda APFAL. Adanya beragam informasi yang dikejar dalam penelitian ini, dikumpulkan dari beberapa jenis sumber data, sebagai berikut: commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh peneliti dengan menggunakan wawancara dan observasi denganobjek penelitian utama yakni APFAL, dengan narasumber adalah ketua dan beberapa anggota APFAL, yang dibedakan menjadi anggota senior dan angota muda. Dimana anggota senior yang dipilih merupakan anggota dengan usia diatas 40 tahun, yang diantaranya mengalami kesulitan dalam digitalisasi, dan anggota muda dimana mereka tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan digitalisasi. Dalam observasi peneliti melihat interaksi antara anggota senior dan anggota muda dalam mengapresiasikan digitalisasi yang terjadi di APFAL. b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini berupa sumber data tertulis, foto dan dokumentasi. Sumber tertulis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yakni meliputi kutipan buku, dokumen, arsip, foto dan catatan yang ditulis peneliti ketika melakukan observasi langsung di tempat penelitian, serta hasil rekaman dari informan yang peneliti gunakan untuk mendukung data-data sebelumnya.
4.
Teknik Pengumpulan Data Data dalam sebuah penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan menjadi komponen utama dalam melaksanakan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebuah riset. Menurut J. Suprapto, pada dasarnya bahwa data sebagai alat pengambil keputusan atau pemecah permasalahan itu harus secara tepat dan benar57. Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain, dengan demikian jenis data dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik58. Di penelitian ini jenis data yang digunakan adalah berupa kata-kata, tindakan, sumber tertulis, dan foto. Pengumpulan data dilakukan dalam penelitian berlangsung mulai dari awal penulisan sampai dengan hasil jadi. Perkembanganperkembangan yang berkaitan dengan permasalahan selama proses penelitian ini
berlangsung akan selalu menjadi sumber data.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif bersifat lentur dan terbuka dengan menekan analisis induktif yang meletakan data penelitian bukan sebagai alat dasar pembuktian tetapi sebagai modal dasar pemahaman59. Penelitian tentang pola komunikasi komunitas fotografi APFAL ini dilakukan observasi dan wawancara maka dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara :
57
Ruslan Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal 27 58 Lexy J Moleong.Op. Cit. hal. 112 59 H. B Sutopo. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal 47.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Observasi Observasi
dilakukan
sebelum
dan
selama
penelitian
ini
berlangsung yang meliputi gambaran umum berupa peristiwa, tempat dan lokasi serta benda-benda dan rekaman audio.Dilakukan secara langsung dan menggunakan komunikasi interpersonal.Dikatakan secara langsung karena memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi. Metode observasi sendiri ada dua jenis, yaitu: observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunitas yang dileliti (participant observation)
dan
observasi
tidak
terlibat
(non
participant
observation). Metode observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunitas yang diteliti (participant observation) masih dibedakan menjadi dua jenis dengan berdasarkan tingkat keterlibatan/tingkat partisipasi, yakni berpartisipasi secara aktif dan penuh (total participant observation), serta berpartisipasi aktif (active participant observation)60 Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan aktif (active participant observation), peneliti ikut aktif dalam
kegiatan
komunitas
APFAL
serta
melakukan
pengamatan.Observasi yang akandilakukan menghasilkan catatancatatan lapangan yangkemudian akan menjadi arsip dan dokumen
60
Pawito, Op. Cit. Hal 114-115
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertulis dari setiap perilaku yang teramati selama masa observasi, serta menjadi sumber data yang cukup penting. b. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview) Sumber data penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi ini berperan sebagai narasumber atau informan.Maka untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan, penggunaan teknik wawancara digunakan untuk menambah informasi mengenai masalah yang sedang diteliti.Data yang dikumpulkan dalam wawancara ini biasanya bersifat kompleks, sensitive, dan kotroversial sehingga dapat menyebabkan kurang mendapat respon dari subjeknya.Teknik wawancara dapat dilakukan dengan bertatap muka secara langsung (face to face interviews) dan melalui saluran telepon (telephon interviews)61. Wawancara mendalam dilakukan dengan beberapa anggota komunitas APFAL yang dirasa memiliki peran penting dalam memberikan informasi pada masalah yang sedang di teliti. c. Studi Kepustakaan Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan data yang diperoleh orang lain melalui penelitian sebelumnya, atau yang diperoleh dari sumber tertulis yang terdapat dalam berbagai referensi buku. surat kabar, internet dan lain sebagainya.
61
Ruslan Rosady. Op. Cit. Hal 23
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Teknik Pengambilan Sempel Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang nonkualitatif.Menurut Lincoln dan Guba, peneliti pada penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri62. Teknik sampling berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis data yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil bersifat selektif. Peneliti mendasarkan pada landasan teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi dan sebagainya. Cuplikan tidak digunakan sebagai usaha untuk melakukan generalisasi statistik atau untuk mewakili
populasinya,
tetapi
lebih cenderung untuk
mewakili
informasinya. Dengan demikian tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik, sampling dimaksudkan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul pada penelitian. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sempel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling)63. Dalam penelitian komunikasi kualitatif prinsip keterwakilan dengan mendasarkan diri pada random dan probabilitas tidak dibutuhkan
62
Lexy J Moleong.Op. Cit. hal 165 Ibid. hal 165
63
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena dinilai tidak efisien dan justru dapat menimbulkan kesesatan64. Oleh karena itu teknik pengambilan sampel dalam penelitian komunikasi kualitatif berbeda dengan kuantitatif, lebih mendasarkan diri pada alasan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sifat metode sampling dari penelitian kualitatif adalah purposive sampling65. Purposive Sampling (Sampel Purposif), yakni pemilihan sampel yang berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakterisrik populasi yang sudah diketahui sebelumnya66.Lebih jelasnya, teknik purposive sampling, adalah teknik pengambilan sampel dengan kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Berkenan dengan hal tersebut, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah menentukan informasi kunci (Key informan) atau situasi sosial yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian67, sehingga beberapa anggota APFAL yang dipilih memiliki keterwakilan untuk memenuhi data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah beberapa
anggotaAsosiasi
Fotografi
64
dan
Videografi
Anjuk
Pawito.Op. Cit. Hal 87 Ibid. Hal 88 66 Ruslan Rosady. Op. Cit. Hal 156 - 157 67 Bugin Burhan. 2003 Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal 53 65
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ladang/APFAL di Kabupaten Nganjukdengan melakukan indeph interview dan observasi terkait pola komunikasi yang dilakukan dalam aktivitas apresiasi yang terjadi pada komunitas APFAL di Kabupaten Nganjuk terhadap digitalisasi dibidang fotografi. Dengan informan yang akan dijadikan narasumber dalam penelitian terbagi meliputi: 1.
Ketua APFAL Ketua
APFAL
saat
ini
sudah
menduduki
dua
periode
kepengurusan, beliau merupakan salah satu pendiri APFAL sejak tahun 1998, serta ikut dalam
memperjuangkan APFAL untuk
terdaftar sebagai sebuah organisasi resmi yang berlandaskan dasar hukum Negara pada tahun 2002. Beliau adalah Imam Suroso, pemilik studio Adi Foto yang terletak di Desa Ngrajek, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk. 2.
Anggota APFAL senior (usia) Beberapa anggota senior APFAL dipilih dari pengurus dan beberapa pendiri APFAL yang ikut serta dalam mengatasi dan terlibat langsung dalam mengatasi digitalisasi yang terjadi dari sekitar tahun 2005 hingga saat ini, dimana beberapa diantara mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan digitalisasi yang ada. Diantaranya yakni, a. Damiri M, pemilik Soes Foto. Bergabung dengan APFAL sejak pertama kali APFAL berdiri hingga jabatan sekarang ini yakni penasehat APFAL. Damiri dalam kesehariannya berpfofesi commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai guru di SMPN 1 Nganjuk. Damiri ditunjuk oleh ketua APFAL pertama kali untuk menjadi pengajar teknik fotografi dan pengenalan digitalisasi dan komputer kepada seluruh anggota APFAL saat belajar bersama. b. Darmanto, pemilik studio Army Jaya Foto. Bergabung dengan APFAL sejak terbentuk pertama kali, merupakan salah satu tokoh yang ikut serta dalam mendirikan APFAL. c. Mengku Budi, pemilik studio Dita Foto. Bergabung dengan APFAL sejak tahun pertama kali APFAL berdiri, juga merupakan salah satu tokoh yang ikut berperan serta dalam mendirikan APFAL. Keseharian Pak Mengku selain memiliki studio foto juga merupakan Pegawai Negeri Sipil di BPS (Badan Pusat Statistik) Nganjuk. 3.
Anggota APFAL muda Beberapa anggota baru yang tergabung dalam APFAL, mereka merupakan anggota yang tidak mengalami masalah dengan adanya digitalisasi, dan beberapa di antara anggota muda ini telah ditunjuk sebagai pengisi untuk memberikan informasi dan pengajaran seputar digitalisasi dalam forum belajar bersama dan program apresiasi lainnya. Walau demikian mereka saling bertukar ilmu seputar fotografi dari yang senior maupun anggota – anggota baru yang masih muda. Beberapa anggota ini yang dipilih oleh peneliti untuk menjadi narasumber diantaranya yakni, commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Junaedy Ikhsan S. Pemilik An-Na Studio di Kecamatan Loceret Nganjuk, bergabung dengn APFAL sejak tahun 2005. Juned ditunjuk oleh ketua APFAL untuk menjadi pengajar dan pengenalan digitalisasi dan komputer kepada seluruh anggota APFAL lain saat belajar bersama. Jabatan kepengurusan saat ini adalah wakil ketua APFAL periode 2011 – 2014.
b.
Denny K. pemilik studio One Photography, di Kecamatan Ploso, Kabupaten Nganjuk, bergabung dengan APFAL sejak tahun 2005. Denny ditunjuk oleh ketua APFAL untuk menjadi pengajar dalam program editing photoshop serta program editing lain kepada seluruh anggota APFAL lain saat belajar bersama.
c.
Bintoro, pemilik studio Cahaya Studio, Kecamatan Kertosono, bergabung dengan APFAL sejak tahun 2006.Bintoro ditunjuk oleh ketua APFAL untuk menjadi pengajar dalam pengaturan dan pengenalan kamera digital kepada seluruh anggota APFAL lain saat belajar bersama.
d.
Sigit Ari Wibowo. Pemilik 85 Photowoks di kawasan Brebek. bergabung dengan apfal sejak tahun 2009.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Teknik Analisis Data Analisa data pada penelitian ini menggunakan proses analisis data model interaktif Miles and Huberman68, yaitu analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan secara bersamaan, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Dalam analisa interaktif, peneliti bergerak diantara tiga kompenen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Model analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu
model analisa interaktif yang didukung proses trianggulasi mancakup metode–metode, kajian ulang dan meliputi praktek-praktek yang biasanya diikuti
untuk memperkirakan validitas dan rehabilitas data
dalam penelitian. Analisa data dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu : a. Reduksi Data Merupakan proses analisa yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak perlu dan mengatur data sedemikian rupa sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan. Proses reduksi berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun69. Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan
68
Pawito.Op. Cit. Hal 104 Sulistia ML, et al, 1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Penerbit IKIP Semarang Press, hal 338 69
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang70. b. Sajian Data Merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan peneliti berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar, skema, dan tabel sebagai pendukung narasinya. Semua itu dirancang untuk menyusun informasi yang didapat dengan rapi dan teratur agar mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang lebih kompak. c. Penarikan simpulan dan verifikasi Dari sajian data yang telah tersusu, peneliti dapat menarik kesimpulan akhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pamantapan dan penelusuran data kembali dengan cepat. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan bisa dipercaya.Penarikan kesimpulan merupakan proses
70
Lexy J Moleong.Op. Cit. hal 190
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat padat71. Penyajian Data
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan/pengu jian kesimpulan Gambar 1:
Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman72
7.
Validitas Data
Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti73.Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas data digunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber. Hal ini menunjuk pada sumber-sumber yang bervariasi guna memperoleh data dengan persoalan yang sama. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Ini dapat dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, 71
Sulistia ML, Op.Cit. hal 338 Pawito.Op. Cit. Hal 105 73 Ibid, hal 97 72
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan, membandingkan hasil wawancara dan observasi dengan isi dalam suatu sub bab dokumen yang berkaitan. Dalam penelitian ini informan diambil selain anggota komunitas juga ketua berikut pengurus komunitas sebagai sumber menguji validitas data. Validitas data dalam penelitian ini mengunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi
merupakan
teknik
yang didasari
pada
pola
fikir
fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Menurut patton (1984) teknik trianggulasi dibedakan menjadi : a. Triangulasi Data (Sumber) Teknik yang mengarah pada beragam sumber data yang tersedia. Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Trianggualasi Metode Mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Ditekankan pada metode pengumpulan data
yang berbeda untuk
menguji
kemantapan
informasinya pada sumber data yang sama. Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dibandingkan dengan data yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi74. Dalam analisis data hasil observasi dipilah dan disesuaikan dengan rumusan masalah pada peneltian.
74
Lexy J Moleong.Op. Cit. hal 190
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. KERANGKA BERFIKIR Dalam penelitian ini kerangka berfikir yang terbentuk digambarkan dengan diagram berikut ini. Komunitas Fotografi
APFAL
Perkembangan Teknologi Digital
Pola Komunikasi
-
Apresiasi
-
Komunikasi Kelompok Komunikasi interpersonal
Arisan Belajar Bersama Hunting
Gambar 2: Model Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir ini peneliti menguraikan dari awal adanya berbagai macam komunitas fotografi saat ini yang terbentuk dari kecintaan mereka terhadap fotografi,sehinggahal tersebutlah yang mendasari sebuah komunitas terbentuk, karena adanya kesamaan minat, visi dan misi terhadap suatu commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bidang yang sama.Diantara banyaknya komunitas fotografi yang ada, APFAL merupakan salah satu komunitas fotografi satu-satunya yang ada di Kabupaten Nganjuk. APFAL sebagai sebuah komunitas yang telah berdiri sejak 1998 menghadapi tantangan perubahan zaman dengan berkembangnya teknologi menjadi serba digital, termasuk didalam fotografi.Hal ini menjadi masalah yang menjadi perhatian utama dalam komunitas APFAL, bersama-sama mereka mencoba untuk menguraikan masalah tersebut dengan beradaptasi menggunakan teknologi digital, tentunya hal tersebut bukanlah suatu yang mudah. Berbagai macam cara telah dilalui dengan berkembangnya jaman, dan seiring waktu, APFAL mengalami perubahan, atau kesulitan dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital dalam bidang fotografi. Untuk menguraikan masalah tersebut, peneliti melihat dari pola komunikasi yang terbentuk dan kegiatan apresiasi komunitas APFAL dalam menghadapi tantangan digitalisasi didalam organisasinya.Pola komunikasi yang terbentuk dari kegiatan apresiasi komunitas APFAL yakni komunikasi kelompok, dalam aktifitas apresianya seperti arisan, belajar bersama dan hunting, dimana didalamnya juga terdapat komunikasi interpersonal. Bentuk apresiasi APFAL sendiri berupa program kegiatan yakni arisan, belajar bersama dan hunting.
commit to user