Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
0
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
ANALISIS KARYA FOTOGRAFI MAHASISWA SENI RUPA ANGKATAN 2008 JURUSAN SENI RUPA UNIVERSITAS NEGERIMEDAN DITINJAU DARI TEKNIK PENCAHAYAAN (LIGHTING) Niken Theresia Simamora dan Drs. Onggal Sihite, M.Si ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah pemotretan Fotografi pada Karya-karya Mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan yang telah dipamerkan masih memiliki kekurangan dari aspek pencahayaan (lighting) . Hal ini disebabkan ketidak sinkronan pengaturan teknis pencahayaan, khususnya dalam menentukan bukaan diafragma dan kecepatan (rana shutter), serta rendahnya kreativitas penempatan sumbersumber pencahayaan baik outdoor maupun indoor pada saat pemotretan.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana kemampuan mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan menggunakan pengaturan diafragma, kecepatan (rana shutter), serta kreativitas penempatan sumbersumber pencahayaan baik outdoor maupun indoor dalam pemotretan karya-karya seni fotografi.Popoulasi dalam penelitian adalah karya-karya fotografi mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan sebanyak 181 foto yang terdiri dari 28 foto karya Affandi, 7 foto karya Diarni, 8 foto karya Ebenezer, 12 foto karya Faisal Muda, 19 foto karya Farida, 55 foto karya Febby Ruth, 12 foto karya Khaeru Ananta, 32 foto Lulu, dan 8 foto karya Yashar. Dan dengan teknik purposive random sampling dengan memilih masing-masing 1 buah karya foto terbaik .Selanjutnya analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif berdasarkan indikator yang berkaitan dengan aspek pencahayaan yaitu yang meliputi pengaturan diafragma, kecepatan (rana shutter) serta pengaturan sumber-sumber cahaya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan belum secara konsisten menerapkan pengaturan pencahayaan yang berkaitan dengan diafragma, kecepatan (rana shutter) sebesar 60 % menggunakan diafragma di atas f/4.0 (4.0 – 4.97). Sedangkan yang menggunakan bukaan diafragma dibawah f/4.0 hanya 10% (3.61), dan sekitar 30% menggunakan bukaan diafragma f/5.66 – f/6.34. Demikian juga bahwa sekitar 7 foto (70%) yang memanfaatkan cahaya samping (side light), dan 1 foto (10%) memanfaatkan cahaya atas (top light), dan 2 foto (20%) tidak melakukan pengaturan pencahayaan (lighting) dengan menempatkan sumber-sumber cahaya alami (outdoor) dan indoor berupa cahaya samping (side light), cahaya belakang (back light, front light) maupuncahaya dari atas (top light). Kata Kunci :Fotografi, Pencahayaan PENDAHULUAN Dalam fotografi bahwa unsur utama yang paling dominan adalah aspek pencahayaan (lighting).Pencahayaan merupakan gejala visual yang
1
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
memberikan citra atau gambar dari sebuah bentuk atau rupa. Seperti halnya dengan malam hari yang gelap pekat kita tidak akan mampu menangkap sebuah rupa atau bentuk apapun kecuali dengan memberinya penerangan atau pencahayaan. Sebagaimana umumnya bahwa foto-foto yang baik secara estetik sebagian besar adalah karena aspek pencahayaan yang terorganisir dengan baik. Pada pemotretan dalam studio, aspek pencahayaan merupakan bagian yang mutlak untuk didesain sedemikian rupa sehingga mampu menghadirkan sensasi fotografi yang luar biasa. Salah satu diantaranya adalah Darwis Triadi yang sangat tergantung pada penataan cahaya ketika ia hendak mengabadikan moment dari model fotonya di studio (indoor). Demikian juga halnya dengan para fotografer outdoor lainnya seperti Arbain Rambey, Oscar Matulloh, Ensel Adam, dll.Secara umum sangat memanfaatkan cahaya sebagai aspek dominan pada karya-karyanya. Oleh karena itu, dalam hal ini bahwa pencahayaan bagi Fotografer indoor maupun outdoor adalah proses penghayatan yang akan melahirkan bentuk kreativitas dalam berkarya fotografi. Sehingga seluruh foto-foto yang dihadirkan merupakan karya-karya yang memiliki kekuatan makna dan rupa yang mendalam. Bahkan sejak abad ke 18 fotografi terinspirasi karena fenomena cahaya yang mampu merefleksikan gambar (image) ke ruang kedap cahaya.Inilah yang selanjutnya berkembang dalam dunia fotografi. Lalu dalam perkembangan seni dan kreativitas , cahaya bagaikan medium cat bagi pelukis ketika menorehkan kuasnya pada kanvas. Bagi fotografer cahaya kemudian merupakan arena kreativitas yang terus berkembang hingga kini. Aspek cahaya secara khusus sangat menentukan kekuatan sebuah subjek foto, sebab cahaya tidak sekedar memberi penyinaran pada subjek foto, tetapi arah cahaya mampu menghadirkan dimensi yang lebih dramatis sehingga subjek foto yang hadir mampu menyiratkan kedalaman suasana dari foto tersebut. Arah cahaya akan mempengaruhi mood/suasana sebuah foto. (Enche Tjin, 2011 : 56) Sebagai karya seni, fotografi bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja.Kehadiran sebuah foto yang baik adalah sangat tergantung pada kemampuan fotografer menempatkan maupun mengatur intensitas cahaya serta penempatan sudut pandang cahaya itu sendiri.Bagi fotografer pemula, umumnya pencahayaan pada fotografi masih berkutat sekitar gelap (under exposure) dan terang (over exposure), pengecualian hanya pada penggunaan kamera otomatic atau lazim disebut kamera saku. Gelap terang sebuah foto umumnya akan berdampak pada isi foto tersebut. Misalnya foto tersebut terlalu terang (over)atau terlalu kontras sehingga foto terkesan putih dan menyilaukan, atau sebaliknya minim cahaya (under exposure) sehingga foto terlalu gelap. Demikian juga halnya dalam pengaturan arah pencahayaan baik dari cahaya alami maupun buatan masih belum sepenuhnya dilakukan oleh mahasiswa, khususnya pada mata kuliah studi khusus fotografi. Dalam pendidikan seni rupa di Unimed bahwa salah satu mata kuliahnya adalah fotografi.Perkuliahan fotografi di jurusan seni rupa Unimed dimulai dengan mata kuliah fotografi dasar, dan sebagai lanjutannya adalah mata kuliah studi khusus fotografi I dan II. Fotografi Dasar di jurusan Unimed dilaksanakan pada semester tiga (Gasal) dengan bobot 3 sks.Selanjutnya bagi mahasiswa yang ingin meneruskan mata kuliah fotografi ini, maka dilanjutkan pada mata kuliah studi khusus secara
2
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
berjenjang.Dengan demikian mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan dalam pengaturan cahaya pada fotografi sehingga diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi yang baik sebagai fotografer baik dari sisi komersil maupun sisi edukasi. Dalam perkuliahan fotografi dasar sebenarnya aspek-aspek pencahayaan telah diajarkan, baik bersifat teoretis maupun praktis.Sebagai indikatornya adalah foto-foto yang dihasilkan mahasiswa menghasilkan gambar yang cukup terang dan tajam. Dengan kata lain foto yang dihasilkan tidak gelap (under exposure)atau kontras (over exposure) dan memiliki ketajaman fokus yang baik. Pengaturan cahaya sebenarnya sangat dipengaruhi oleh pengaturan diafragma dan kecepatan (rana shutter). Namun dari pengamatan peneliti sekitar 80 % mahasiswa studi khusus II fotografi kurang memperhatikan aspek pengaturan diafragma maupun kecepatan (speed) dalam melakukan pemotretan. Padahal jika kombinasi keduanya tidak sesuai maka memberikan efek yang tidak sesuai pula dengan pencahayaan pada foto tersebut. Misalnya jika pemotretan di pantai pada saat cuaca normal menggunakan diafragma 3,5 dan speed 1/30 maka foto yang dihasilkan akan bersifat sangat kontras bahkan cenderung putih (over exposure) sehingga detil obyek pada foto tersebut tidak tampak. Demikian juga sebaliknya jika pemotretan di bawah pohon rindang seperti berawan jika pemotretan dengan menggunakan diafragma 16 dengan speed 1/1000, maka foto tersebut akan kelihatan gelap (underr exposure) termasuk juga detilnya tidak akan kelihatan. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap studi khusus II fotografi karya-karya mahasiswa seni rupa angkatan 2008 sekitar 97 karya kurang memperhatikan aspek pencahayaan yang berkaitan dengan pengaturan diafragma dan speed termasuk juga penempatan sumber atau arah cahaya apakah yang berasal dari samping, dari depan atau dari belakang. Padahal selain pengaturan diafragma dan speed maka penempatan sumber cahaya juga menunjukan kreativitas fotografernya. Berdasarkan kompetensi ini seharusnya pada mata kuliah studi khusus, mahasiswa sudah cukup mampu menghasilkan karya-karya fotografi khususnya yang berkaitan dengan kemampuan penataan cahaya (light) sehingga melahirkan kualitas foto dengan fokus yang tajam, kejernihan foto dan warna yang dihasilkan Karya-karya mahasiswa studi khusus ini umumnya dapat dilihat pada saat mereka melakukan pameran tunggal atau dari kumpulan tugastugas mereka kepada dosen. Sebagaimana halnya pada karya-karya mahasiswa studi khusus II fotografi angkatan 2008 memperlihatkan kualitas pencahayaan yang beragam, seperti ada yang under maupun over,demikian juga salah penempatan arah cahaya baik cahaya atas (toplight), cahaya samping (sidelight), maupun cahaya belakang (backlight) Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk menganalisis/mengkaji bagaimanakah karya fotografi mahasiswa khususnya ditinjau dari aspek pencahayaan (lighting), apakah mahasiswa telah menerapkan dasar-dasar teknis pengaturan cahaya berdasarkan pengaturan diafragma, kecepatan (rana shuter) maupun penggunaan kepekaan cahaya (ISO), serta penempatan sumber-sumber cahaya apakah cahaya berasal dari penyinaran samping (side light), penyinaran depan (front light), penyinaran atas (hair light) maupun penyinaran belakang (back light) Dengan demikian melalui
3
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan aspek penggunaan cahaya. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa seni rupa angkatan 2008 kurang melakukan pengaturan cahaya (lighting) berdasarkan bukaan diafragma dan speed dalam menghasilkan karya-karya fotografi. 2. Mahasiswa kurang melakukan penempatan sumber atau arah pencahayaan alami (outdoor) sidelight, backlight, front light, maupun toplight dalam menghasilkan karya-karya fotonya. Pembatasan Masalah Berdasarkan indentifkasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada aspek pencahayaan baik yang bersumber dari cahaya buatan maupun cahaya alami. Sehingga dengan demikian penelitian difokuskan pada Analisis Fotografi Karya Mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan Ditinjau Dari Teknik Pencahayaan (lighting). Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Bagaimanakah pengaturan diafragma dan kecepatan (rana shutter) pada karya-karya Fotografi Mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan Ditinjau Dari Aspek Pencahayaan (lighting) ? 2. Apakah Mahasiswa mengembangkan variasi pencahayaan dengan menempatkan sumber-sumber cahaya alami (outdoor) dan indoor berupa cahaya samping (side light), cahaya belakang (back light, front light) maupuncahaya dari atas (top light) dalam menghasilkan karya-karya fotonya. Tujuan Penelitian Sesuai perumusan masalah maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan bagaimana teknik dan kemampuan fotografi mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Medan angkatan 2008 khususnya pada aspek pencahayaan (lighting) 3. Mendeskripsikan gambaran nyata tentang pengembangan variasi pencahayaan dengan menempatkan sumber-sumber cahaya alami (outdoor) dan indoor berupa cahaya samping (side light), cahaya belakang (back light, front light) maupuncahaya dari atas (top light) dalam menghasilkan karya-karya fotonya. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
4
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
1.
2. 3.
Sebagai referensi mahasiswa seni rupa yang mengambil mata kuliah studi khusus fotografi dalam memahami dan penerapan aspek-aspek pencahayaan (lighting). Menjadi bahan masukan dalam bidang Fotografi, baik untuk pendidikan fotografi maupun untuk masyarakat umum. Sebagai bahan masukan bagi Mahasiswa Fotografi Seni Rupa Unimed untuk mewujudkan karya – karya foto yang baik dalam pemotretan foto.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Analisis Analisis adalah kegiatan mencari inti dari apa yang ada dibalik data yang hanya bersifat permukaan. Tugas peneliti adalah menggali data dalam sebuah cara yang membantu mengidentifikasi komponen-komponen penting yang dapat digunakan menjelaskan sifat dari hal-hal yang dipelajari yang pada akhirnya menghasilkan prinsip-prinsip umum. Dalam pengertian analisis terdapat pengertian analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan , dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2010 : 335). Dalam hal ini Nasution (1988) dalam kutipan Sugiyono menyatakan “ Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian” (Sugiyono, 2010 : 336). Pengertian Fotografi Istilah fotografi berasal dari bahasa Yunani yang menggabungkan pengertian photos (cahaya) dan graphos (garis atau gambar). Dan dalam perkembangan makna kosakatanya menjadi pengertian menulis atau melukis dengan cahaya. Karena pengertian dan esensi yang demikian maka fotografi adalah sebuah karya visual yang sangat ditentukan oleh aspek cahaya. Keindahan sebuah foto maka akan semakin kuat karena aspek pencahayaan yang baik. Oleh karena itu bagian penting yang harus dikuasai oleh seorang fotografer adalah pencahayaan, karena pada dasarnya fotografi adalah melukis dengan cahaya. Cahaya atau lazimnya disebut sinar merupakan awal terjadinya proses suatu objek (benda) dapat terlihat oleh mata telanjang (Santoso, 2010 : 29) Namun demikian pencahayaan pada fotografi bukan sesuatu yang hadir begitu saja, melainkan harus dilakukan pengaturan cahaya sehingga gambar yang muncul dari fotografi dapat memenuhi keinginan dari Fotografer.Kehadiran cahaya dalam fotografi merupakan aspek yang memiliki kajian tersendiri karena sifat dan sumber cahaya yang sangat beragam.Oleh karena itu dalam pembahasan aspek cahaya pada fotografi perlu merangkum berbagai kajian teoritis untuk menyimpulkan tentang hakikat cahaya dan fungsinya pada karya fotografi. Secara mekanis fotografi merupakan produk gambar yang dihasilkan oleh sebuah kamera, dan pada kamera tersebut telah dilengkapi pengaturan mekanis tentang pencahayaan (lighting) untuk membentuk karakter foto. Fotografi alat perekam gambar atau seni yang mengolah dan pengerjaannya dengan memakai kamera foto (Sutanto, 2000).Dalam kehadirannya sebagai
5
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
sebuah karya, fotografi menampilkan dimensi baru berdasarkan realitas teknologi dan garapannya.Foto-foto yang dihasilkan merupakan refleksi dari alam/kenyataan sekitarnya. Dengan demikian Asa 200, Speed 125 F.5,6 maka foto akan merekam model dengan hasil yang lebih tajam begitu juga latar belakangnya (draferi) sehingga memudahkan mahasiswa menyelesaikan model berikut dengan latar belakangnya. Sedangkan menggunakan Asa 200, Speed 60, F. 3,5 maka hasil foto akan lebih tajam dan detail karena mampu merekam tekstur permukaan kulit tubuh, pori-pori serta bulu roma dari model “ sebuah foto secara praktis diandalkan menghadirkan kembali realitas visual, dan dengan bagitu citra yang tercetak di atas lempengan dua dimensi diterima sebagai realitias itu sendiri’, (Adjidarma, 2000:1). Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasaan ( selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk pada gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran lighting yang tepat, seorang Fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA ( ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma &Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Pengertian ini dijelaskan oleh Giwandra (2001:2) yang menjelaskan bahwa “pada dasarnya fotografi merupakan karya seni, artinya fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya”. Maka fotografi yang menghasilkan berbagai macam foto merupakan karya seni secara visual.Dengan anggapan demikian dapat dimanfaatkan fotografi untuk menjadi model/contoh suatu objek untuk digambar kembali secara manual dengan keterampilan tangan, minimal fotofoto tersebut memberikan kontribusi pada penciptaan karya seni lainnya. Konsep-konsep Dasar Pencahayaan (Lighting) Sebagaimana yang disebutkan dalam pengertian fotografi, bahwa unsur cahaya merupakan aspek utama dalam proses pencitraan gambar dari sebuah kamera foto. Pencahayaan dalam fotografi disebut sebagai lighting, dalam pengertian ini cahaya tidak hanya dipahami sebagai sumber penerangan, tetapi juga sebagai unsur utama dalam menentukan kualitas teknis dan estetis sebuah gambar. Pencahayaan dalam fotografi merupakan bagian kreativitas yang menentukan kualitas sebuah foto.Oleh karena itu para Fotografer selalu berusaha menampilkan fotonya dengan mengetengahkan aspek dramatis baik dari sumber cahaya alami maupun buatan. Karakteristik cahaya dapat mempengaruhi suasana gambar dengan intensitas warna yang berbeda..Misalnya warna tertentu mampu menggungah perasaan sedih, gembira, haru dan sebagainya akibat dari aspek pencahayaan (lighting) yang cukup dramatis. Seperti halnya dalam film Dinasti Qing China. Didalam film itu banyak menggunakan warna yang merefleksikan atmosfer saat itu. Misalnya sutradara memilih warna-warna cerah seperti kuning dan jingga pada saat tokoh “Puyi” kaisar Dinasti Qing dari kecil sampai tua pemeran dalam film tersebut melukiskan masa-masa bahagianya (Enche, 2011:23)
6
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
Karakteristik cahaya sesungguhnya dibentuk oleh efek cahaya yang jatuh menimpa objek gambar tersebut. Misalnya cahaya samping (side light), cahaya depan (front linght), cahaya atas (top light), cahaya belakang (back light). Sebagaimana yang diungkapkan (Santoso, 2010 : 29) bahwa sumber cahaya ada dua jenis yaitu cahaya alam (Natural Light ) dan cahaya buatan ( Artficial Light) . Pencahayaan alam adalah berdasarkan pencahayaan yang dihasilkan oleh matahari atau bulan yang dibedakan berdasarkan sifat jatuhnya cahaya, yaitu cahaya langsung menyinari objek maupun cahaya yang dipantulkan melalui benda lain untuk menerangi objek foto. Sedangkan pada sumber pencahayaan buatan (Artficial Light) adalah terdiri dari dua macam yaitu lampu studio dan lampu kilat (flash). Yang membedakan kedua lampu ini adalah bahwa lampu studio merupakan rekayasa bentuk dan fungsi pencahayaan yang diinginkan seperti soft box, hai light, fill in light, honey comb, main light, dsb. Adapun fungsi-fungsi lampu tersebut adalah untuk memberikan efek pada fotografi. Sedangkan lampu flash, adalah lampu yang secara teknis melekat pada kamera maupun ditambahkan pada kamera, umumnya fungsi lampu ini hanya sebagai fungsi utama penerangan foto maupun sebagai pemicu pada penggunaan lampu studio. Bahkan menurut Fuad Erdansyah (50) dosen fotografi Universitas Negeri Medan, “bahwa cahaya adalah jiwa pada fotografi”, Fuad juga menambahkan bahwa “foto yang tidak mengetengahkan aspek pencahayaan bagaikan melihat museum” yaitu obyekobyek yang difoto tidak realistis bahkan seperti melihat benda mati.(Wawancara Fuad Erdansyah, 15 Desember 2012 di Unimed) Dengan demikian bahwa pencahayaan pada fotografi memiliki sumber cahaya yang cukup luas, hanya tergantung kepada kreativitas Fotografernya memanfaatkan pencahayaan tersebut berdasarkan kepekaan esetetisnya. Sebelum membahas aspek pencahayaan pada fotografi, penting untuk mengetahui apa yang dimaksud cahaya (light). Secara awam cahaya hanya dimengerti sebagai unsur yang menerangi suatu benda. Bahkan tanpa cahaya kita tidak akan pernah melihat suatu objek apapun secara kasat mata. Sebagaimana yang dijelaskan Langford (2007 : 32) bahwa cahaya adalah Light is fundamental to seeing and making images. The word ‘photography’ itself means ‘drawing with light’. Yet we are so familiar with light we almost take it for granted. Light is something your eyes are sensitive to, just as your ears relate to sound and your tongue to taste. Light translates the world for us to view through our eyes. Using light selectively you can show up selected aspects of a subject in front of the camera, and suppress others. Visual information is transmitted as modulated light via the camera lens onto photographic material,and light reflected from the final result, (the print), allows us to see and appreciate it. At this moment light reflected off this page carries the shape of words to your eyes, just as sound would form the link if we were talking. But what exactly is light?Visible light is a stream of energy radiating away from the sun or similar radiant source. Dalam terjemahan bebasnya disebutkan bahwa cahayamerupakan dasar ntukmelihat danmembuat gambar.'Fotografi' berarti'menggambar dengan cahaya'.Namunkitabegitu akrabdengan dan hampirmenerima begitu saja. Cahayaadalah sesuatuyang sensitif terhadap mata anda, sepertitelinga andaberhubungan dengansuara, danlidah dengan rasa. Cahaya ditangkap oleh mata kita dan memperlihatkan suatu subyek di depan kamera.Informasi visualditransmisikansebagai cahayayang termodulasimelaluilensa
7
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
kamerakematerifotografi, dancahaya yang dipantulkan akan membentuk hasil cetak. Pada saatinicahaya yang dipantulkandari halamanmembentukkata-kata untukmata anda, sepertisuaraakanmembentuk pemahaman ketika kita berbicara. Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan cahaya ?.Cahaya adalahaliran energiyang memancar menjauh darimatahariatau sumberradiasiyang sama. Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan cahaya adalah sebagai pengantar subyek yang ada di depan kamera kedalam mata kita, demikian juga dalam proses pencetakan gambarnya. Dengan kata lain cahaya adalah rangkaian kata-kata yang menjelaskan tentang benda – benda yang ada di depan mata kita. Pada dasarnya, cahaya sebagai unsur utama dalam penciptaan fotografi, tapi banyak fotografer pemula belum mengetahui bagaimana menggunakan dan memanfaatkan cahaya.Banyak fotografer yang mengabaikan Lighting. Hal ini karena kemajuan teknologi kamera digital.Kamera digital zaman sekarang memiliki mode Otomatis yang membiarkan kamera memutuskan barapa cayaha yang masuk.Lampu kilat juga memiliki fungsi otomatis yang praktis. Karena dimanjakan oleh fungsi otomatis, kita menjadi malas belajar fotografi secara manual (Enche 2011:1) Cahaya yang keras, lembut, dan menyebar tergantung dari ukuran sumber cahaya relatif terhadap subjek foto.Jadi bila sumber cahayanya besar, tapi jaraknya jauh sekali seperti matahari dan bumi, maka cahaya yang terbentuk adalah cahaya yang bersifat keras. Sedangkan bila ukuran sumber cahayanya relatif sama besar terhadap subjek foto, maka cahaya yang dihasilkan akan bersifat lembut. Bila ukuran sumber cahayanya jauh lebih besar dari subjek foto, maka cahaya yang dihasilkan akan bersifat menyebar. Perbedaan warna cahaya dan cara mengatur komposisi cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnet yang diterima oleh indra penglihatan (mata) yang kemudian diteruskan keotak yang akan merespon, menanggapi rangsangan cahaya tersebut.,tanpa cahaya maka benda tidak akan kelihatan. Menyinari objek artinya memberikan pencahayaan agar objek atau subjek terlihat jelas.Tidak semua bayangan itu diperlukan dan tidak semua bayangan tidak diperlukan.Dengan pencahayaan tertentu bayangan bisa dihilangkan, dikurangi, atau bahkan ditambah.Adanya keseimbangan antara gelap dan terang.ada keseimbangan antara bentuk padat dan ruang terbuka, dan ada keseimbangan antara warna cerah dan warna gelap. Teknik Pencahayaan(lighting) Lighting adalah salah satu elemen terpenting dalam fotografi.Jika kita memotret diruang gelap tidak ada sama sekali cahaya, maka akibatnya tidak ada satu imaji pun yang ditangkap,sama sekali gelap total. Sebaliknya jika film mendapat lighting yang cukup dengan porsi yang tepat ( tidak terlalu terang, tidak juga terlalu gelap) akan menangkap imaji yang baik yaitu kesesuaian gelap dan terangnya, maupun kesesuaian kontras warna. Dalam teknik pencahayaan normal dijelaskan oleh Fuad (2012 : 31) bahwa kecepatan rana/shutter speed ini untuk mengimbangi bukaan diafragma sehingga menghasilkan gambar dengan pencahayaan yang normal. Namun dalam seni fotografi pengaturan kecepatan rana tersebut diatur sesuai ekspresi
8
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
fotografernya. Bahkan terdapat beberapa komponen yang berkaitan dalam mengatur intensitas pencahayaan, yaitu yang terdiri sebagai berikut : Kecepatan Shutter speed Jika dalam pemotretan kita ingin membekukan gerakan dari objek (stop action) yang kita foto, mis.balap mobil, maka pengatur kecepatan pada kamera harus diset pada nilai kecepatan yang tinggi, mis. 1/500, 1/2000 dan seterusnya.Jika kita menggunakan kecepatan yang rendah, mis. 1/30, 1/15 dan seterusnya, maka mobil yang akan kita foto tidak akan terekam dengan baik. Gambar yang tampak pada hasil foto mungkin hanya berupa bayangan panjang yang sekilas tampak menyerupai mobil.Demikian pula sebaliknya, jika kita ingin memperlihatkan gerak lambat (show action) dari objek yang kita foto, mis.gerakan air yang jatuh pada air terjun, maka kamera harus diset dengan kecepatan yang lambat, mis. 1/8, ¼ dan seterusnya.Jika kita menggunakan kecepatan yang tinggi pada pemotretan ini, maka gambar yang dihasilkan tidak memperlihatkan gerakan air yang jatuh, tetapi yang tampak adalah air yang berhenti bergerak. (Erdansyah, 2012 : 31). Shutter speed atau kecepatan rana menentukan lamanya cahaya yang terekam oleh film. Pada kebanyakan kamera, rana adalah tirai yang bergerak horizontal atau vertikal yang berada didepan film atau image sensor untuk kamera digital. Kecepatan rana dinyatakan dalam angka pecahan mulai yang paling lambat hingga paling cepat, yaitu : 1/1 detik, ¼ detik , 1/8 detik, 1/15 detik, 1/30 detik , 1/60 detik, 1/125 detik, 1/250 detik, 1/500 detik, 1/1000 detik, 1/2000 detik, 1/4000 detik, dst. Misalnya shutter speed 1/320 membuat pencahayaan sangat terbatas sehingga warna foto kurang tampak cerah, tetapi jika diturunkan 2 stop lebih kurang menjadi 1/125 maka cahaya pada foto akan semakin cerah (Erdansyah, 2012 : 30) Diafragma Besar kecilnya bukaan diafragma akan berpengaruh pada ruang ketajaman (depth of field) dari foto yang dihasilkan. Jika kita memotret suatu objek dengan bukaan besar,maka pada bagian latar belakang dan latar depan objek akan terlihat kabur pada foto.Hal ini disebabkan oleh karena semakin besar bukaan diafragma, maka semakin sempit ruang ketajamannya. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil bukaannya, semakin luas ruang tajamnya. Dengan kata lain fungsi diafragma (f) untuk mengatur volume cahaya melalui lensa. Volume tersebut dikendalikan oleh gelang kamera dengan diameter yang diberi angka 1, 4, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22. Dst. Fungsi utama diafragma juga untuk menentukan kedalam visual sebuah foto yang disebut Deep of Field .(Erdansyah, 2012 : 29) Pencahayaan pada kamera dapat diumpamakan seperti kran air yang mengisi suatu wadah.Semakin besar kita membuka tutup kran, semakin cepat pula wadah kita terisi penuh.Sebaliknya, semakin kecil kita membuka kran, semakin lama pula wadah terisi penuh.Besarnya cahaya yang masuk dalam kamera diatur melalui kombinasi antara diafragma dan kecepatan. Pada kondisi normal misalnya pada siang hari yang cerah, jika kita membuka diafragma pada bukaan besar (angkanya kecil, mis. 3,4), maka secara relative diperlukan kecepatan yang tinggi agar tidak terjadi kelebihan cahaya didalam kamera (over expose). Sebaliknya, jika kita membuka diafragma pada bukaan kecil (angkanya besar, mis. 22), maka relatif dibutuhkan waktu yang lebih lama
9
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
untuk memenuhi kebutuhan cahaya di dalam kamera sehingga film tidak kekurangan cahaya (underexpose). (Enche, 2011 : 43) Besarnya bukaan diafragma menentukan jumlah cahaya yang diteruskan kefilm. Bukaan diafragma lensa diatur sesuai kebutuhan yang dinyatakan dalam angka – angka f, dan disebut sebagai f/ stop.Urutan angka f/ stop dari bukaan yang terbesar sampai terkecil adalah:f/1 – f/1,4 – f/2 – f/2,8 – f/4 – f/5,6 – f/8 – f/11 – f/16 – f/22..( Erdansyah, 2012 : 29) Melihat hubungan pengaturan shutter speed dengan pilihan bukaan diafragma merupakan hubungan yang sangat erat kaitannya dan saling mempengaruhi terhadap intensitas pencahayaan. Sebagai contoh, jika lightmeter menunjukan pencahayaan yang tepat dan akurat biasanya akan ditandai dengan lampu pada viewfinder (jendela bidik) dengan bulatan cahaya LCD berwarna hijau atau merah. Pada saat itu kita dapat melihat cincin diafragma pada lensa berada pada angka tertentu, dan kecepatan rana juga dapat dilihat pada bodi kamera. Maka berdasarkan petunjuk lightmeter tersebut, seorang Fotografer dapat mengkorvesikannya berdasarkan perubahan (stop) naik atau turun. Misalnya diketahui angka pada shutter speed 250, dan pada cincin lensa 5,6, maka umumnya ditulis 1/250, f5.6. Karena angka ini sebagai indikator pemotretan dengan pencahayaan normal, maka untuk mengkorvesikannya dapat dilakukan dengan pergeseran silang antara shutter speed dengan diafragma.Lihat gambar dibawah ini. (Erdansyah, 2012 : 31)
Exposure (pencahayaan) Exposure adalah banyaknya sinar yang diterima oleh film. Apabila kurang sinarnya maka foto akan terlihat cenderung gelap/ under, sedangkan apabila kelebihan maka foto akan terlihat cenderung terang/ over. (Pramana, 2011 :68) ISO ISO (International standard Organization) /kepekaan film berkaitan dengan tingkat kepekaan sensor terhadap lighting yang diterima. Semakin rendah ISO, maka semakin kurang peka film terhadap cahaya dan menyebabkan semakin banyk cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut.ISO rendah yang tidak peka cahaya sangat cocok digunakan pada tempat lightingnya sangat tinggi. Sedangkan ISO tinggi yang peka cahaya cocok digunakan pada tempat yang bercahaya rendah sehingga gambar yang diperoleh pun menjadi jelas (Pramana, 2011 : 71) Jenis – jenis Lighting Jenis lighting dalam fotografi serta efeknya ada dua jenis: Available lighting photography Available lighting photography adalah memotret suatu objek foto dengan memanfaatkan cahaya yang ada. Baik cahaya alami yang berasal dari matahari(natural ligh), maupun cahaya yang berasal dari sumber cahaya untuk menerangi objek foto. Hasil foto tercipta dengan memanfaatkan cahaya yang ada yang menerangi objek. (Enche, 2011 : 39)
10
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
Artifical Lighting photografi Arttifical Lighting Photografi adalah proses memotret suatu objek foto dengan menggunakan sumber cahaya yang sengaja ditambahkan seperti penggunaan flash,strobist,studio light, dan alat pendukung lainnya. Jenis pencahayaan seperti ini biasanya digunakan ketika ingin memotret objek foto yang kurang maksimal tanpa lighting tambahan, biasanya untuk objek dalam ruangan yang minim cahayanya. (Enche, 2011 : 40) Film Memilih film yang akan digunakan dalam pemotretan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan. Untuk itu sangat penting bagi seorang Fotografer mengenali karakter dari beragam jenis film yang ada dipasaran.Film berdasarkan kecepatan/kepekaannya,Ukuran kepekaan film terhadap cahaya di beberapa negara ditandai dengan satuan yang berbeda.Ada yang menggunakan DIN (Jerman dan beberapa negara Eropalainnya), ASA (Amerika, Eropa, Negara Asia), dan lain sebagainya.Di Indonesia yang sering digunakan adalah ASA, sedangkan standar yang berlaku secara Internasional adalah ISO. (catatan: ISO menggunakan standar yang sama dengan ASA). Semakin tinggi ASA/ISO dari suatu film, semakin peka film tersebut terhadap cahaya.Oleh karena itu film dengan ASA/ISO tinggi disebut juga dengan Film Cepat, dan sebaliknya film dengan ASA/ISO rendah disebut juga film lambat ASA/ISO film yang terdapat dipasaran adalah : ASA/ISO 50, 100, 200, 400, 800, 1600,3200. Tiap kenaikan 1 tingkatan (mis. ASA 100 ke 200) disebut naik 1 stop dan ini setara dengan kenaikan 1 stop pada diafragma maupun shuterspeed. Dasar-dasar cahaya Materi utama fotografi adalah cahaya.Karakter benda-benda dapat terekam oleh kamera berkat pantulan cahaya.Beberapa yang menjadi dasar utama cahaya adalah meliputi : sumber cahaya, kualitas cahaya, sudut jatuh/arahcahaya serta temperatur cahaya yang mempengaruhi hasil foto. Sumber cahaya Sumber cahaya adalah matahari, secara umum sumber cahaya ada dua yaitu cahaya alami dan cahaya buatan.Cahaya alami yaitu cahaya yang bersumber dari alam, dalam hal ini matahari, sedangkan cahaya buatan yaitu semua cahaya yang bersumber dari benda buatan manusia. Kualitas Cahaya Kualitas cahaya berkaitan dengan keras atau lembutnya pencahayaan itu sendiri. Secara garis besar ada dua kualitas lighting,yaitu cahaya keras, cahaya lembut, dan cahaya menyebar.Cahaya keras terbentuk dari sumber cahaya berukuran relatif kecil,cahaya keras menimbulkan bayangan yang jelas dan tajam.Perbedaan daerah yang terang (highlight) dan gelap (shadow) sangat besar/kontras. Dialam terbuka,bayangan sifat cahaya yang keras bisa kita amati ditanah, dipermukaan wajah,diranting pohon,dan sebagainya. Selain itu cahaya keras memperlihatkan detail subjek jelas. Cahaya lembut dibentuk dari sumber cahaya matahari,cahaya lembut akan menghasilkan bayangan yang tidak begitu jelas.Kontras dan situasi warna tidak setinggi cahaya keras. Didalam ruangan, cahaya yang lembut dapat menutupi tekstur kulit yang kurang merata sehingga terlihat mulus dan lembut.
11
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
Cahaya menyebar dibentuk dari sumber cahaya yang sangat besar, jauh lebih besar dari subjek fotonya.Di alam terbuka, cahaya yang menyebar itu bisa ditemukan di saat cuaca mendung atau sangat berawan. Karena sumber cahaya yaitu cahaya matahari, disaring oleh awan dan ukuran awan relatif besar dilihat dari bumi,cahaya akan menyelubungi bumi, menerangi semua bayangan yang ada. Arah cahaya dari lighting akan bergantung pada ketinggian dan sudut dari sumber cahaya. Dari atas, bawah atau rata dengan objek, dengan demikian kita akan tahu bayangan yang dihasilkan cahaya tadi jatuh dimana. Peletakan sumber cahaya diatas subjek akan menghasilkan efek yang berbeda jika dibandingkan dengan peletakan sumber cahaya dari arah bawah subjek. Arah cahaya biasanya disebut sebagai down angle dan up angle. Dengan down angle akan menghasilkan bayangan yang jatuh kearah tubuh ( kalau subjeknya orang), sedangkan up angle akan menghasilkan pencahayaan yang kurang lazim,namun dengan penempatan lighting subjek akan kelihatan powerfull. Perbedaan intensitas cahaya, mempengaruhi temperatur warna pada cahaya tersebut.Perbedaan temperatur warna mengakibatkan perbedaan warna.Temperatur warna yang tinggi membuat foto menjadi kebiruan, sedang temperatur cahaya yang rendah membuat foto cenderung kuning kemerahan. Temperatur warna terbaik untuk sebuah foto berada pada kisaran 5500- 60000 kalvin. Pada cahaya matahari, temperatur warna ini dihasilkan pada kisaran jam 08.00 – 10.00 serta 14.00 – 16.00.Dipagi dan sore hari temperatur warna berkisar pada2500 – 43000 K. Hal ini yang menyebabkan warna dari foto yang dibuat pada saat sunset maupun sunrise cenderung kemerahan.Hal yang sama juga dapat kita lihat pada cahaya yang bersumber pada lampu tungsteendan cahaya lilin/api. Hal lain dari cahaya yang berpengaruh pada foto yaitu arah sumber cahaya. Perbedaan arah sumber cahaya, mempengaruhi penampakkan karakter objek foto. Arah sumber cahaya dari samping objek foto akan memperlihatkan dimensi objek foto tersebut. Sumber cahaya dari belakang akan memperlihatkan bentuk outline objek, sedang dari depan akan memperlihatkan karakter objek. Selain kedua hal tersebut diatas, hal lain yang juga penting dalam pencahayaan adalah kualitas cahaya. Cahaya yang langsung jatuh kepermukaan objek akan membentuk karakter cahaya yang berbeda dengan cahaya yang tidak langsung ke permukaan objek. Cahaya langsung cenderung menghasilkan gambar dengan kontras yang tinggi, sebaliknya cahaya tidak langsung akan menghasilkan gambar dengan kontras yang rendah. Teori pencahayaan yang tepat, Cahaya yang datang dari depan objek akan menyinari objek secara merata dan objek akan tampak jelas, namun sinar yang terlalu kuat mengakibatkan foto menjadi over exposure.Selain itu intensitas pencahayaan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kecepatan rana(shutter speed) yang menentukan lamanya cahaya dalam menyinari film. Menurut Langford, dijelaskan bahwa :“.Light translates the world for us to view through our eyes”. Cahayamenerjemahkanduniabagi kitauntuk melihatmelalui mata kita. Ungkapan Langford ini dapat disimpulkan bahwa, tanpa cahaya mata kita tidak akan melihat .Hal ini menunjukan bahwa fotografi
12
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
merupakan sarana pemindai gambar yang mutlak memanfaatkan aspek pencahayaan (lighting). (Langford, 2010 : 32) Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan.Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Sering kali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah.Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama.Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil.Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan. (Langford,2010 : 147) Dalam fotografi aspek komposisi tidak hanya meliputi bentuk, rupa maupun warna, tetapi komposisi permainan cahaya merupakan unsur dramatis yang membuat sensasi foto menjadi lebih kuat. Bahkan unsur cahaya dapat membentuk suatu bentuk abstrak yang diakibatkan karena perbandingan dua keadaan cahaya yang berbeda yang disebut Michael Langfords dalam buku Basic Photography bahwa bentuk abstrak tersebut adalah disebut shape. Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar. Kita bisa ambil contoh foto yang mengandung unsur shape adalah foto silhouette, foto tersebut membandingkan objek yang dalam keadaan terang dan gelap dimana objek yang gelap atau tidak terkena cahaya atau objek di depan cahaya itu akan membentuk shape. Mengontrol kontras pencahayaan. Ketiga gambar diterangi oleh lampu sorot satu menyebar sekitar 90°dari satu sisi. Kiri: Tidak mengisi. Pusat: Sebuah matt putih besar reflektor ditambahkan kiri, langsung menghadap cahaya. Kanan: Menggunakan merah bukan putih reflektor papan. Pengaturan cahaya dalam fotografi dapat dibedakan menjadi 4 yaitu : 1. Frontlight : cahaya yang datangnya dari arah depan 2. Sidelight : cahaya yang datangnya dari arah samping 3. Backlight : cahaya yang datangnya dari arah belakang 4. Highlight : cahaya yang datangnya dari arah atas obyek umumnya paling banyak dilakukan pada saat pemotretan dalam studio (indoor) dengan cara menempatkan sumber – sumber cahaya dari berbagai sisi. Meskipun pada umumnya pemotretan banyak mengambil foto-foto model maupun produk. Namun tidak sedikit juga fotografer yang menempatkan sumber cahaya outdoor seperti foto-foto arsitektur, pemandangan maupun human interest dengan mengatur jadwal pemoteratan sehingga diperoleh efek cahaya samping (side light) cahaya atas (high light) maupun cahaya belakang (back light) (Budhi Santoso, 2010 : 32) Kerangka Konseptual Dalam pemotretan fotografi bahwa aspek pencahayaan merupakan faktor utama dan sangat menentukan kecerahan sebuah gambar.Mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Medan yang memilih mata kuliah studi khusus fotografi dimulai secara bertahap yaitu dari studi khusus I fotografi sampai studi khusus III. Selama proses perkuliahan mahasiswa dibekali pengetahuan fotografi baik
13
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
teori maupun praktek lebih intensif dan mendalam. Salah satu model pembelajaran yang diterapkan dalam perkuliahan ini adalah pemanfaatan dan pengaturan aspek-aspek cahaya . Model pemanfaatan cahaya ini meliputi pengaturan diafragma, pengaturan iso, pengaturan speed ( rana shutter), penempatan sumber-sumber cahaya baik indoor maupun pengaturan penempatan cahaya pada saat pemotretan outdoor. Dengan melakukan penelitian ini yang ingin dicapai adalah mengetahui kemampuan penguasaan teknis fotografi pada Mahasiswa Seni Rupa yang berhubungan dengan pengaturan diafragma, pengaturan iso, pengaturan speed ( rana shutter),serta penempatan sumber-sumber cahaya baik indoor maupun pengaturan penempatan cahaya pada saat pemotretan outdoor. Dari berbagai bahan dan sumber kepustakaan yang menjelaskan tentang hakikat pencahayaan (lighting) pada fotografi dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa aspek yang menentukan kualitas pencahayaan pada fotografi.Pertama adalah ketersediaan cahaya baik yang bersumber dari alam maupun cahaya buatan.Kedua adalah ketersediaan perangkat mekanis yang terdapat pada kamera, khususnya kamera SLR sehingga mampu mengatur pencahayaan pada hasil fotografi sesuai dengan efek yang diharapkan.Oleh karena itu sebagai indikator dalam penguatan pencahayaan fotografi, maka berbagai variabel yang digunakan adalah yang relevan dengan kedua aspek tersebut yaitu aspek sumber cahaya dan kerja kamera. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif terhadap karyakarya foto Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr. V, maka penelitian ini dilaksanakan di Universitas Negeri Medan. Lama penelitian dilaksanakan selama 1 bulan karena keterbatasan waktu yang tersedia serta sebagai upaya penuntasan program studi peneliti di Universitas Negeri Medan. Populasi dan Sampel Populasi Menurut Arikunto (2010:174) bahwa “populasi adalah keseluruhansubjek penelitian”. Dalam penelitian ini jumlah populasi merupakan karya foto mahasiswa Seni Rupa Unimed Angkatan 2008 yang berjumlah 181 karya foto Mahasiswa yang terdiri dari karya Affandi 28 foto, Diarni 7 foto, Ebenezer 8 foto, Faisal Muda 12 foto, Farida 19 foto, Febby Ruth 55 foto, Khaeru Ananta 12 foto, Lulu 32 foto, dan Yashar 8 foto. Sampel Menurut Arikunto ( 2010:174) dijelaskan bahwa : “ Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang akan diteliti”. Demikian juga menurut Sugiono (2008 : 219), bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan”. Dari setiap karya mahasiswa dipilih 1 foto sehingga jumlah sampel yang diteliti sebanyak 10 buah foto.
14
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
Selanjutnya alasan penetapan 10 buah foto mahasiswa ini sebagai adalah berdasarkan kategorisasi foto yang dibuat di lapangan (outdoor) maupun didalam ruangan (indoor). Demikian juga dari segi waktu pemotretannya terdiri dari pemotretan pagi hari, siang hari hingga malam hari.Dari segi tema dapat dikategorikan kedalam tema human interest, arsitektur, maupun panorama. Penetapan sampel ini untuk memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti (Sugiono, 2008 : 219) Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 karya foto Mahasiswa,.dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan kedalam sampel dilakukan berdasarkan pertimbangkan-pertimbangan karya-karya fotografi yang berkaitan dengan aspek pencahayaan. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Hadeli (2005:63) ”metode deskriptif adalah metode penelitian yang bermaksud untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktafakta, situasi-situasi, atau kejadian-kejadian dan karakteristik populasi”. Metode deskriptif ini menggunakan metode observasi atau metode survey, yaitu metode yang menggunakan kemampuan untuk mengamati suatu hal, melalui panca indra, bathiniah maupun rohaniah (Naibaho, (2003:39). Jadi penulis bermaksud mendeskripsikan hasil karya fotografi mahasiswa yang menjadi sampel penelitian dengan cara mengamati dan menyesuaikan dengan kajian teori yang telah dikemukakan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode observasi, dokumentasi, klasifikasi dan selanjutnya dilakukan analisis deskriptif kualitatif guna menjawab rumusan masalah penelitian. Alat dan Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi.Teknik observasi yang dimaksud adalah observasi pengamatan langsung terhadap hasil karya fotografi mahasiswa yang diambil, berdasarkan lembaran pengamatan atau penilaian. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini, maka dilakukan pengamatan terhadap karya-karya mahasiswa dengan menggunakan tabel analisis yang terdapat aspek pengamatan berdasarkan kajian teori yang sudah dikemukakan, yaitu cara pengaturan pencahayaan. Untuk memperoleh data penelitian, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan karya fotografi mahasiswa sebanyak 10 karya foto mahasiswa seni rupa Unimed angkatan 2008 yang meliputi pengaturan diafragma, iso dan speed, serta pemotretan dengan pemanfaatan sumbersumber cahaya indoor maupun outdoor. 2. Mengamati aspek pencahayaan yang dinilai pada masing-masing karya foto mahasiwa. Teknik Analisis Data Salah satu tahap penelitian adalah analisis data. Menurut Wirartha (2006:99) Mengemukakan bahwa “ analisis bertujuan memahami dan menjelaskan arti data yang telah dikumpulkan oleh peneliti”. Jadi analisis yang dilakukan oleh
15
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
penulis dalam penelitian ini di sesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai yaitu untuk mengetahui teknik pencahayaan pada karya fotografi mahasiswa. Untuk itu, penulis menggunakan teknik analisis data untuk memperoleh suatu penjelasan dalam penelitian. Dimana peneliti mengumpulkan data terlebih dahulu dilapangan kemudian dilakukan pengolahan data kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriftif kualitatif. Deskripsi berikutnya dibuat dalam bentuk tabel sesuai dengan sifat data yang diperoleh untuk dipertanggung jawabkan dalam menjawab pertanyaaan dalam penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab ini secara khusus akan membahas tentang Teknik Pencahayaan pada Karya- karya Fotografi Mahasiswa Seni Rupa Angkatan 2008 Universitas Negeri Medan. Bentuk pembahasan ini adalah menganalisis sebanyak 10 karyaKarya fotografi dari Affandi 28 foto, Diarni 7 foto, Ebenezer 8 foto, Faisal Muda 12 foto, Farida 19 foto, Febby Ruth 55 foto, Khaeru Ananta 12 foto, Lulu 32 foto, Yashar 8 foto sehingga jumlah keseluruhan 181 foto. Sesuai dengan aspek pencahayaan peneliti memilih masing-masing 1 foto dari setiap Mahasiswa sehingga jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 10 karya foto. Dan sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa aspek pencahayaan sangat menentukan kualitas estetis fotografi yang berkaitan dengan aspek-aspek tersebut adalah faktor-faktor teknis yang meliputi penguasaan diafragma, kecepatan (rana/shutter) pada jenis kamera SLR (Single Lens Reflex), sekaligus tentang penempatan sumber-sumber cahaya alami (outdoor) dan indoor berupa cahaya samping (side light), cahaya belakang (back light, front light) maupuncahaya dari atas (top light) dalam menghasilkan karya-karya fotonya. Sehubungan dengan sumber foto yang berasal dari kamera digital, maka untuk menemukan database yang berkaitan dengan teknis foto, maka untuk mengetahuinya peneliti menggunakan software pelacak photo database dari situs http://www.collectorz.com/photo/installcompleted.php. Informasi data tersebut meliputi keterangan jenis dan type kamera, panjang lensa (focal lens), exposure time/rana speed, dan aperture/diafragma. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa fotografi karya-karya Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Medan Angkatan 2008 ditinjau dari teknik pencahayaan yang berhubungan dengan pengaturan diafragma dan kecepatan (shutter speed) dapat disimpulkan masih sangat bervariasi serta belum menunjukan konsistensi/sinkronisasi terhadap bukaan diafragma berdasarkan lembar pengamatan data base sebesar 60 % menggunakan diafragma di atas f/4.0 (4.0 – 4.97). Sedangkan yang menggunakan bukaan diafragma dibawah f/4.0 hanya 10% (3.61), dan sekitar 30% menggunakan bukaan diafragma f/5.66 – f/6.34. Dilihat dari segi pengaturan kecepatan (shutter speed)
16
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
2.
bahwa sebesar 20% menggunakan kecepatan lambat yaitu ½, dan 1/8, dan sebesar 20% menggunakan kecepatan sedang 1/6, dan selanjutnya sebesar 60% menggunakan kecepatan di atas 1/200 (1/200 – 1/320). Dengan demikian bahwa pengaturan diafragma dan penggunaan kecepatan pemotretan yang dilakukan mahasiswa belum sesuai dengan kondisi pencahayaan yang ada di lokasi pemotretan, sehingga pencahayaan pada karya-karya mahasiswa fotografi seni rupa Unimed angkatan 2008 cenderung under exposure dan over exposure. Bahwa terdapat sekitar 7 foto (70%) yang memanfaatkan cahaya samping (side light), dan 1 foto (10%) memanfaatkan cahaya atas (top light), dan 2 foto (20%) tidak melakukan pengaturan pencahayaan (lighting) dengan menempatkan sumber-sumber cahaya alami (outdoor) dan indoor berupa cahaya samping (side light), cahaya belakang (back light, front light) maupuncahaya dari atas (top light) dalam menghasilkan karyakarya fotonya.
SARAN 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk menghasilkan foto yang baik maka sebaiknya Mahasiswa harus lebih kreatif dengan mengembangkan variasi-variasi pencahayaan (lighting) untuk menghasilkan efek cahaya samping (side light), cahaya belakang (back light, front light) maupuncahaya dari atas (top light). Agar aspek pencahayaan tidak menjadi over exposure atau under exposure, sebaiknya mahasiswa melakukan pengaturan (sinkronisasi) yang tepat antara shutter speed dengan bukaan diafragma. Selain pencahayaan (lighting) kelihatan realistis juga memiliki kualitas ketajaman yang maksimal. Pemotretan model maupun obyek foto yang bukan foto jurnalistik sebaiknya menggunakan perangkat tambahan lighting berupa lampu sorot (spotlight), reflektor untuk menambah kesan dramatis pada foto. Dengan penggunaan perangkat tambahan lighting berupa lampu sorot (spotlight),maupun reflektor maka akan mudah untuk membentuk efek cahaya seperti Frontlight, cahaya yang datangnya dari arah depan, Sidelight dari arah samping, Backlight cahaya dari arah belakang maupun Highlight cahaya dari arah atas obyek. Untuk pemotretan yang memiliki pencahayaan yang lemah sebaiknya fotografer menggunakan perangkat tambahan yaitu monopod atau tripod, hal ini guna menghindari guncangan atau efek blur pada saat menggunakan kecepatan yang lambat (slow speed). Sebaiknya sebelum melakukan pemotretan, mahasiswa terlebih dahulu melakukan survey dan melakukan pengukuran cahaya dengan penggunakan indicator lightmeter baik yang terdapat pada jendela bidik (view fender) kamera maupun lightmeter eksternal.
DAFTAR PUSTAKA Brata, T B, Vincent. (2007). Tips Membuat Foto Indah Dan Menarik. Jakarta. Media Kita. Erdansyah, Fuad (2012), Mengenal Fotografi, Diktat, Seni Rupa, FBS Universitas Negeri Medan. Galer, Mark (2008), Digital Photography, Focal Press, Jordan Hill Oxford, Burlington MA 10803 Hedgecoes, John (1993), New Book of Photography, Doding Kindersley Publishing, New York, USA
17
Niken dan Onggal:Analisis Karya Fotografi...
Hurter, Bill (2007), Professional Photography, Published by: Amherst Media, Inc.P.O. Box 586 Buffalo, N.Y. 14226 Fax: 716-874-4508 Kamal, M. Nasrul, Belajar Fotografi Dokumenter, Antara Seni dan Kebutuhan Sehari-hari, Jurnal Bahasa Dan Seni, Vol.7 No. 2, 2006 (98-106) Langford, Michael (2008), Basic Photography ,Kidlington, Oxford, OX5 1GB, UK 30 Corporate Drive, Suite 400, Burlington, MA 01803, USA Pramana, Darwis Roy. (2011). Fotografi Digital Untuk Pemula. Yogyakarta. Klik Publishing. Peres, Michael R. (2007), Focal Encyclopedia of Photography, Published by:Amherst Media, Inc.P.O. Box 586 Buffalo, N.Y. 14226 Fax: 716-874-4508 Rusli, Edial, Simbol Penyalahgunaan Kekuasaan Dalam Penciptaan Karya Fotografi, Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni,Vol.2, No.1 September 2006 Saleh, Khaerul, Seni Fotografi Sebagai Dokumentasi, Jurnal Seni Rupa, Vol. 1, No.2 Desember 2004 : 121-129, FBS-Universitas Negeri Medan. Saleh, Khaerul, Estetika Post Modernisme Dalam Fotografi, Jurnal Seni Rupa, Vol. 2, No.1 Juni 2005, FBS-Universitas Negeri Medan. Santoso, Budhi (2010), Bekerja Sebagai Fotografer, Penerbit Erlangga Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R D D. Bandung. Alfabeta Sugiyono (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Alfabeta Syndicate Rudiyant. (2011). Belajar Mudah Fotografi Digital. Jakarta. Jal Publishing Tjin Enche. (2011). Lighting Itu Mudah. Jakarta. Bukune. Tjin Enche. (2011). Kamera DSLR Itu Mudah. Jakarta. Bukune. Triadi, Darwis. Dasar Photografi. Jakarta. School Of Photography Yulian, Ardiansyah (2005) Tip dan Trik Fotografi, PT. Grasindo, Jakarta
18