BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan sebuah karya seni, kata fotografi berasal dari kata Yunani yakni ”photo” yang berarti cahaya dan ”graphein” yang berarti menggambar (Edi, 2008:5). Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film. Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Dalam fotografi, untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dalam menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Foto prewedding adalah cuplikan masa-masa indah calon kedua pengantin sebelum memasuki jenjang pernikahan. Kelak, hasil karya dari foto-foto prewedding ini akan bermakna sekali untuk kedua calon pasangan. Dimana hasil karya foto prewedding ini akan menjadi kisah masa lalu yang indah untuk diceritakan kepada anak dan cucu. Hasil karya foto prewedding juga bisa menjadi obat penawar ketika sebuah rumah tangga memasuki saat yang suram dan getir. Dengan melihat hasil karya foto-foto masa lampau yang penuh kebahagiaan,
kekuatan terhadap komitmen yang telah dibuat sebelumnya bisa menyala dan kembali “hidup”. Hasil karya foto prewedding di luar ruangan mampu memberikan pemandangan, lokasi yang bervariasi, lebih rileks dan lebih natural. Foto di luar ruangan bisa dilakukan di pantai, di gunung, di sawah, pasar tradisional, halte, jembatan penyebrangan, taman kota, SPBU dan area publik lainnya. Jika fotografer mengambil tema di luar ruangan maka fotografer harus menggunakan lampu pencahayaaan portabel, gunakan concealer di bawah mata, dan gunakan foundation yang sesuai. Dibandingkan dengan fotografi di dalam ruangan, tentunya fotografi di luar ruangan memiliki keunggulan tersendiri. Meskipun sang fotografer dalam fotografi di dalam ruangan dapat mengatur sendiri sumber dan arah cahaya lampu kilat (blitz), hasil karya fotonya tidak bisa menyamai hasil karya fotografi di luar ruangan. Agar hasil karya foto di luar ruangan lebih menarik maka harus betul-betul memperhatikan faktor yang pertama (www.google.co.id) yaitu konsep yang matang, konsep foto yang paling sederhana adalah menerapkan tema casual. Dimana calon pengantin cukup mengenakan pakaian santai/casual seolah-olah calon pengantin sedang berlibur di sebuah tempat atau daerah yang menyenangkan atau konsepnya bisa diciptakan sesuai dengan kehendak hati seperti profesi atau hobi. Kedua adalah sang fotografer dituntut untuk pandai memilih sudut, memilih lokasi, dan tentunya mahir dalam men-setting kamera agar bisa memotret obyek sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan seperti sumber cahaya,
arah lampu, serta angle juga termasuk di dalamnya dan yang lebih penting adalah fotografer harus benar-benar berpengalaman dalam foto landscape atau pemandangan. Ketiga adalah fotografer harus betul-betul menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti kamera mulai dari kamera RLT (refleks lensa tunggal), SLR (single Lens reflex) dan lain-lain dan keberadaan peta (atau mungkin GPS) juga membantu fotografer dalam menentukan tempat atau spot bagus, khususnya bila sedang melakukan pemotretan di daerah yang tidak diketahui atau lokasi baru dan jangan lupa bawa laptop untuk lebih jelas melihat hasilnya. Keempat adalah jangan asal memilih lokasi pemotretan. Pilih lokasi yang betul-betul indah untuk diabadikan, perhatikan cuaca di lokasi pemotretan karena ini juga akan berpengaruh sekali terhadap keindahan hasil akhir foto. Bisa memilih lokasi tempat favorit yang biasa dikunjungi kedua calon pasangan pengantin misalnya tempat makan atau tempat untuk menghabiskan waktu. Meskipun tempat itu hanyalah sebuah rumah makan kecil di sudut kota. Kelima adalah pose dan ekspresi. Faktor ini juga tidak kalah penting. Sebab seindah-indahnya sebuah foto, jika model yang difoto tidak bisa berpose dan berekspresi, tentunya keindahan hasil foto jadi berkurang. Banyak pasangan pengantin yang tidak biasa menjalankan sesi ini. Berposelah senyaman mungkin, jika kedua pasangan pengantin merasa tidak fotogenik, maka cobalah untuk berpikir bahwa tidak ada orang lain selain kedua calon pasangan pengantin saat sesi pemotretan. Karena hasil karya foto prewedding ini akan dikenang seumur hidup, maka tidak ada salahnya jika mempersiapkannya sebagus mungkin.
Istilah fenomenologis mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat (Littlejohn dan Karena, 2009:57). Oleh karena itu, fenomenologis merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Fenomenologis berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya. Dengan demikian, fenomenologis membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Oleh karena itu, seiring waktu, maka kita telah terpisah dari kejadian-kejadian dimasa lalu. Maka cara kita untuk melihat sesuatu dimasa kini dapat dilihat dari hasil karya foto. Setiap potongan gambar atau foto prewedding yang dihasil oleh fotografer akan mempunyai makna tersendiri. Dari hasil karya foto prewedding, maka kita melihat hasil foto akan terlihat tidak asing, tetapi terlihat asing pada saat yang sama. Misalnya, kita mengenali muka dan pakaian dan fitur-fitur dalam hasil karya foto itu walaupun hasil karya foto sudah sangat tua atau kusam. Dan dengan melihat hasil karya foto itu maka kita akan mengetahui, membaca atau mendengar tentang trend fashion di masa tersebut. Makna yang dapat dilihat dari sebuah hasil karya foto prewedding merupakan hasil dari sebuah pembicaraan antara makna saat ini dan semua yang ditanamkan dalam hasil karya foto prewedding. Kita dapat memahami dan mengenali sebuah baju tua dari hasil karya foto itu karena keistimewaannya yang masih memiliki makna, tetapi pada saat yang sama, kita juga menerapkan pemahaman kita sendiri tentang baju tersebut, bahwa baju itu tidak nyaman, panas, berat, dan tidak praktis, tetapi tetap menawan. Pemahaman kita dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman kita tentang masa kini.
Foto prewedding di luar ruangan merupakan salah satu yang paling populer dan sangat diminati pada saat ini. Momen pernikahan umumnya diharapkan hanya satu kali saja oleh setiap pasangan yang akan segera melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu memiliki foto-foto sebelum pernikahan sangat didambakan oleh setiap kedua calon pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan. Karena itulah peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap makna-makna apa yang terlihat atau terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang difoto oleh fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan dengan wacana fenomelogis.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: ”Makna apa saja yang terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan”.
1.3. Pembatasan Masalah 1. Penelitian ini terbatas pada makna hasil karya foto prewedding di luar ruangan di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan. 2. Yang menjadi subjek penelitian adalah hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan oleh fotografer .
3. Yang menjadi objek penelitian adalah fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan. 4. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2010 – Maret 2011
1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui makna apa saja yang terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan oleh fotografer. 2. Untuk mengetahui pemaknaan hasil karya foto prewedding dalam perspektif wacana fenemenologis.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian diharapkan dapat memberikan data empiris dan menambah pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya program studi Hubungan Masyarakat (Public Relation). 2. Secara akademis, diharapkan dapat menambah masukan pengetahuan makna-makna apa saja yang terkandung dalam hasil karya foto prewedding yang dihasilkan oleh fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melakukan foto prewedding di luar ruangan.
1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Komunikasi Selama orang-orang masih bertanya tentang dunia, mereka telah ditipu oleh misteri-misteri sifat manusia. Kegiatan yang paling biasa dalam kehidupan kita-hal-hal yang kita dapatkan secara cuma-cuma bisa sangat membingungkan ketika kita mencoba memahaminya secara sistematis. Kehidupan manusia tidak lepas dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktivitas ini dapat terlihat jelas pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia, yaitu sejak dari bangun tidur hingga manusia beranjak tidur pada malam hari. Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris disebut dengan communication, yang berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator (H.A.W Widjaja, 2002 : 8). Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwasanya komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima informasi dapat memahami. Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagi kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, maka komunikasi memiliki fungsi dalam setiap sistem sosial, yakni sebagai berikut (dalam H.AW. Widjaja, 2002: 9):
a. Informasi. Pengumpulan, penyajian, pemprosesan, penyebaran berita, data. Gambar, fakta, dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. b. Sosialisasi (pemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. c. Motivasi. Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang,
mendorong
orang
menentukan
pilihannya
dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. d. Pendidikan. perkembangan
Pengalihan
ilmu
intelektual,
pengetahuan
pembentukan
sehingga
watak
dan
mendorong pendidikan
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. e. Hiburan. Penyebaran sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga permainan dan lain-lain. f. Integrasi. Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
1.6 2. Komunikasi Intrapribadi Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemprosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdoa, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
1.6. 3. Foto Prewedding Foto prewedding yang unik namun juga penuh arti, mungkin itulah yang dicari sebagian besar kedua calon pasangan pengantin. Memang agak sulit untuk
menentukan sebuah tema foto prewedding, dibutuhkan kreatifitas dan tentu saja masukan-masukan dari orang sekitar atau pun sang fotografer. Pada umumnya, fotografer yang disewa akan membimbing kedua calon pengantin, menentukan tema untuk foto, namun akan lebih baik lagi jika kedua calon pasangan pengantin telah memiliki ide atau tema tersendiri sehingga semua berjalan seperti yang kedua calon pasangan pengantin inginkan. Berikut ini beberapa ide menarik yang dapat dijadikan tema foto prewedding kedua calon pasangan pengantin: a. Jadikan hobi dan minat menjadi tema foto prewedding, misalnya jika kedua calon pasangan pengantin hobi traveling, lokasi pemotretan bisa ditempat yang pernah menjadi kenangan calon pengantin, tentunya tempat yang paling berkesan. Atau hobi bermusik, bisa mengambil tema sedang bermain musik. b. Apa profesi kedua calon pasangan pengantin. Menghubungkan pekerjaan dengan tema foto prewedding tidak kalah menariknya. Misalnya, jika salah satu dari keduan calon pasangan pengantin guru, bisa mengambil lokasi di sekolah tempat mengajar. Atau seorang arsitek, mengambil lokasi pemotretan di gedung yang sedang dibangun, atau bertempat di konstruksi gedung favorit kedua calon pasangan pengantin. c. Jika ingin menghemat biaya foto prewedding, kedua calon pasangan pengantin bisa mengambil satu lokasi saja, yaitu tempat “nongkrong” favorit. Misalnya di cafe, bersama teman-teman, bioskop, taman, dan lainlain.
d. Kenangan masa lalu bisa juga dijadikan tema foto prewedding. Dengan mengabadikan di mana pertama kali bertemu, berkenalan, pacaran, sampai dilamar. e. Menjadikan area publik sebagai lokasi pemotretan, seperti pasar tradisional, halte, jembatan penyebrangan, taman kota, SPBU, dan area publik lainya. Tema area publik ini dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dari kedua calon pasangan pengantin, juga keahlian sang fotografer. Jangan lupa untuk mengenakan kostum yang eye catching, lain dari yang lainnya, akan sangat menarik. f. Mengabadikan foto secara candid akan lebih seru lagi. Di mana kedua calon pasangan pengantin melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya, berpura-pura seperti tidak sedang “diikuti”, dan biarkan sang fotografer mengambil foto-foto secara diam-diam.
1.6.4. Teori Fenomenologis Istilah fenomenologis mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu fenomenologis merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Menurut Maurice Merleau-Poonty dalam Littejohn dan Keren (2009:57) pakar dalam tradisi ini, menuliskan bahwa: “semua pengetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari beberapa pengalaman dunia”. Dengan demikian, fenomenologis membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat anda ketahui adalah apa yang anda alami.
Fenomenologis berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya. Misalnya jika kita ingin mengetahui apa arti cinta, maka kita jangan bertanya kepada ahli psikologi, kita harus berpegang pada pengalaman kita tentang cinta. Menurut Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis, yaitu: 1. Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar-kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya. 2. Makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda. 3. Bahasa merupakan kenderaan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Kita mengetahui kunci karena bahasa yang kita hubungkan dengannya: ”menutup”, ”membuka”, ”besi”, ”berat” dan sebagainya (Littejohn dan Keren (2009:57). Tiga kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis yaitu: a. Fenomenologis klasik, yaitu biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl,
pendiri
fenomenologi
modren.
Dimana
dia
berusaha
mengembangkan metode yang menyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus.
b. Fenomenologis persepsi, yaitu suatu reaksi yang menentang objektivitas sempit milik Husserl. Baginya manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia. Kita mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan benda tersebut. c. Fenomenologis hermeneutik, yaitu agak mirip dengan keduanya, tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada