DAMPAK TAYANGAN INBOX DI SCTV TERHADAP REMAJA KELURAHAN CIBODASARI TANGERANG
DISUSUN OLEH : IKA NATALIA PURBA 44106120001
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JAKARTA 2009
U
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama
: Ika Natalia Purba
NIM
: 44106120001
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Dampak tayangan inbox di SCTV terhadap remaja kelurahan Cibodasari Tangerang Jakarta, 26 Februari 2009
Disetujui dan Diterima oleh : Pembimbing,
(Feni Fasta, SE, MSi) Mengetahui Ketua Bidang Studi
(Ponco Budi Sulistyo, S.Sos,M.Comn)
Dekan Faklutas Ilmu Komunikasi
(Dra.Diah Wardhani, M. Si)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
: Ika Natalia Purba
NIM
: 44106120001
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Dampak tayangan inbox di SCTV terhadap remaja kelurahan Cibodasari Tangerang
Jakarta, 26 Februari 2009
Ketua Sidang Nama : Ponco Budi Sulistyo, S.Sos,M.Comn
(…………………………….)
Penguji Ahli Nama : Riswandi, MSi
(…………………………….)
Pembimbing Nama : Feni Fasta, SE, MSi
(…………………………….)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BROADCASTING Ika Natalia Purba Dampak Tayangan Inbox di SCTV Terhadap Remaja kelurahan Cibodasari Tangerang VIII+ 92 HAL+ 20 LAMPIRAN;BAB I;5;1985-2008 ABSTRAK
Media masa adalah sarana untuk menyampaikan pesan dari komunikator terhadap komunikan. Salah satu contohnya adalah Televisi. Kelebihan televisi dari media massa lainnya, adalah bersifat audio visual, dapat dilihat dan didengar mengambarkan kenyataan. Tayangan musik adalah salah satu program dari televisi yang sangat penting keberadaannya. Salah satu bentuk program hiburan adalah musik. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Tayangan musik inbox di SCTV memberikan inspirasi dan menambah wawasan kecanggihan teknologi. Pokok permasalahan penelitian ini adalah mengetahui dampak Kognitif, afektif dan konatif remaja Kelurahan Cibodasari Tangerang setelah menonmton tayangan Inbox di SCTV. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan formulasi laswell, yang mengungkapkan cara sederhana untuk memahami bagaimana sebuah pesan dikelola. Ungkapan terkenal laswell ”who says what to whom in what channel with what effect” telah memberikan sebuah pemahaman terhadap bagaimana pengemasan sebuah pesan yang disiarkan melalui media dapat mempunyai dampak bagi orang yang menontonnya Peneliti menggunakan sifat penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei, teknik pengambilan sampel secara acak. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak yang didapat setelah menonton tayangan Inbox di SCTV dapat menambah pengetahuan dan menambah referensi dalam bersifat berprilaku dan kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian survei dilapangan, diketahui bahwa dampak kognitif, afektif dan konatif tayangan Inbox di SCTV terhadap remaja Kelurahan Cibodasari Tangerang adalah positif. Kesimpulan ini didapat berdasarkan rangkuman hasil penjumlahan data survei yang telah peneliti olah yaitu Dampak Kognitif, terdapat 48 orang responden / 84 % beranggapan positif dan terdapat 9 orang responden / 16 % beranggapan netral terhadap tayangan inbox, Untuk Dampak Afektif terdapat 48 orang responden / 84 % beranggapan positif dan terdapat 9 orang responden / 16 % beranggapan netral terhadap tayangan inbox, dampak Konatif terdapat 39 orang responden / 68 % beranggapan positif dan terdapat 18 orang responden / 32 % beranggapan netral terhadap tayangan inbox Harapan peneliti kualitas tayangan Inbox di SCTV dapat ditingkatkan agar tetap mendapat tempat dihati para penontonnya.
i
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera, Puji dan syukur Peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, semangat serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, Peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada, antara lain : 1. Dosen pembimbing skripsi yang juga merupakan staf pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, Feni Fasta, M.Si. 2. Ponco Budi Sulistyo, S.Sos,M.Comn, selaku Ketua Sidang Skripsi dan ketua Bidang Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 3. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, “Terima kasih atas pengetahuan yang telah diberikan pada peneliti”. 4. Papa dan Mama tercinta, terima kasih untuk doa dan dukungannya selalu, serta memberikan semangat pada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh teman dan sahabat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan pengertiannya. 6. Teman-teman Program Kelas Karyawan, khususnya buat Agatha Christi Octina.M dan Donny Garnida Arifin -Bunda Susan, thanx banget wat kebersamaannya selama ini, dan membantu peneliti dengan sepenuh hati, “Salam Kompak Selalu buat kita Ber_3” . ii
7. HRD dan Public Relation SCTV, yang telah memberikan informasi yang berharga. 8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Komunikasi, yang telah membantu kelancaran skripsi ini. 9. Sahabatku, Liztia Purba ,dan okta Haloho, yang telah memberikan dukungan dan doa, serta turut membantu peneliti dalam pembuatan skripsi . 10. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungannya demi terlaksananya penyelesaian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu Peneliti menerima segala saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia Broadcasting dan subyek penelitian serta menjadi inspirasi, masukan, dan wawasan bagi pembacanya maupun bagi Peneliti sendiri.
Jakarta, 08 Februari 2009
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................................i KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iii DAFTAR ISI...................................................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Rumusan Masalah
7
1.3
Tujuan Penelitian
7
1.4
Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
8
2.2
Komunikasi Massa
9
2.2.1
Pengertian Komunikasi Massa
9
2.2.2
Unsur-unsur Komunikasi Massa
10
2.2.3
Karekteristik Komunikasi Massa
12
2.2.4
Fungsi Komunikasi Massa
15
2.3
Media Penyiaran
18
2.3.1
Sejarah Media Penyiaran
20
2.3.2
Organisasi Media Penyiaran
21
2.4
Media Massa
23
2.4.1
Karakteristik Media Massa
23 iv
2.4.2
Televisi sebagai Media Massa
26
2.4.3
Fungsi Televisi sebagai Media Massa
28
2.4.4
Dampak Komunikasi Media Massa
30
2.5
Stasiun Televisi
32
2.5.1
Pengertian Televisi
32
2.5.2
Sejarah Televisi
32
2.5.3
Sifat Televisi
34
2.5.4
Kelebihan dan kelemahan Media Televisi
35
2.6
Program Televisi
37
2.6.1
Program Hiburan
38
2.6.2
Program Musik
38
2.7
Audience Televisi
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe dan Sifat Penelitian
43
3.2
Metode Penelitian
44
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
45
3.3.1
Populasi
45
3.3.2
Sampel
46
3.4
Teknik Pengumpulan Data
47
3.4.1
Data Primer
47
3.4.2
Data Sekunder
48
3.5
Definisi dan Operasionalisasi Konsep
48 v
3.5.1
Definisi Konsep
48
3.5.2
Operasionalisasi Konsep
48
3.5.3
Terpaan Media
49
3.6
Analisis Data dan Pengolahan data
53
3.6.1
Analisis Data
53
3.6.2
Pengolahan Data
54
BAB IV
V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Profil Perusahaan
56
4.1.1
Sejarah SCTV
56
4.1.2
Struktur SCTV
59
4.2
Hasil Kuesioner
60
4.2.1
Data responden
61
4.2.2
Pola Menonton Inbox
62
4.2.3
Dampak Kognitif Tayangan Inbox di SCTV
64
4.2.4
Dampak Afektif Tayangan Inbox di SCTV
71
4.2.5
Dampak Konatif Tayangan Inbox di SCTV
79
4.2.6
Analisis dan Pembahasan
87
SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan
93
5.2
Saran
94
vi
DAFTAR LAMPIRAN
KUESIONER..............................................................................................................Lampiran 1 TABULASI DATA....................................................................................................Lampiran 2 FREQUENCIES.........................................................................................................Lampiran 3 RELIABILITY...........................................................................................................Lampiran 4 CV................................................................................................................................Lampiran 5 ORGANIZATION CHART SCTV..........................................................................Lampiran 6
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan. Seiring dengan perkembangan jaman, komunikasi pun mulai berkembang. Komunikasi sudah merupakan suatu kebutuhan pokok, karena komunikasi saat ini bukan hanya sebagai penyebar informasi, mengenal orang lain dan dunia luar serta menghindari diri tidak terisolir, tetapi komunikasi juga berfungsi sebagai hiburan. Berdasarkan Pendapat yang dikemukakan William I. Golden, Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualitas diri untuk kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain1. Majunya teknologi di bidang komunikasi membuat orang satu sama lain dapat mengirim pesan dalam waktu singkat melalui media. Komunikasi yang menggunakan media di sebut komunikasi massa. Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan dari institusi atau lembaga (komunikator) kepada khalayak (komunikan) bersifat heterogen dan disiarkan secara serempak melalui media massa.
1
2
Media massa seperti televisi, radio, dan lainnya serta proses komunikasi massa semakin banyak dijadikan sebagai objek studi. Gejala ini seiring dengan perkembangan dan kian meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu institusi penting dalam kehidupan masyarakat. Serta media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma – norma2. Televisi merupakan bagian dari alat komunikasi massa, tentunya juga memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan media massa lain, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai media atau alat informasi, pendidikan, dan hiburan. Televisi sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi massa yang memiliki kelebihan dalam proses penyampaian pesannya. Karena menyangkut teknik produksi yang menyajikan gambar – gambar visual secara khusus serta membutuhkan indera penglihatan dan pendengaran. Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas – batas negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos. Kelebihan dari pesawat televisi ialah dengan adanya satelit komunikasi cakrawala informasi menjadi semakin luas. Peristiwa di suatu tempat dapat dilihat di tempat lain melalui televisi dengan pola teknologi baru yaitu “Direct Broadcasting Satelite” (DBS)3.
1
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Rosdakarya, Bandung, 2000, Hal 5 Dennis MC Quail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi kedua, (Jakarta: Erlangga), 1996. Hal 4 3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Medria Televisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, Hal 8
2
3
Globalisasi teknologi televisi memang sulit dihindari dan menurut beberapa pernyataan para pakar serta media cetak, dengan menghindari globalisasi media, televisi justru akan dianggap ketinggalan zaman. Keberadaan televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai saran untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di dalam belahan dunia. Dalam hal ini, massa menjadi objek utama dari liputan media televisi, terlepas apakah dalam tayangan liputannya, media tersebut bertujuan mempropaganda ideologi suatu negara atau masyarakat. Bagi khalayak televisi merupakan suatu perbandingan yang sangat dipercaya karena apa yang ditayangkan mereka pandang sebagai sesuatu yang benar adanya dan merupakan sesuatu yang selamanya dianggap benar tanpa cacat. Kepercayaan inilah yang harus tetap dipelihara oleh orang-orang televisi dengan hanya menyiarkan segala sesuatu yang telah diperiksa kebenarannya. Khalayak akan lebih mudah menangkap informasi melalui pandangan sekaligus pendengaran di banding hanya melalui pandangan atau pendengaran saja. Hal ini dimungkinkan apabila kita mengasumsikan bahwa seorang buta huruf belum tentu dapat menikmati informasi yang disajikan oleh surat kabar4. Sudah umum diketahui bahwa siaran televisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap penontonnya, sehingga pendidikan masyarakat yang baik diharapkan sebagai penangkal masuknnya unsur-unsur negatif dari media televisi (isi berita). Melihat kenyataan banyaknya berbagai acara maka secara tidak langsung, masyarakat telah terpropaganda dengan media televisi.
4
Media televisi sebagai sarana tayangan realitas sosial menjadi penting artinya bagi manusia untuk memantau diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Pemantauan itu bisa dalam bentuk perilaku, mode, bahkan sikap terhadap ideologi tertentu. Hal ini tergantung dari bagaimana kesiapan manusianya untuk menghadapi informasi televisi. Faktor pendidikan manusia adalah salah satu pemecahan paling utama sebagai “filter” untuk mencegah efek negatif materi tayangan televisi. Selain itu kualitas informasi tersebut benar-benar memiliki arti penting bagi hidup manusia secara manual maupun edukasi5. Stasiun Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audience, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik6. Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu : Program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik dan permainan (game)7.
4
Astrid S. Susanto, Komunikasi Kontemporer, Binacipta, Bandung, 1992, Hal 69 Wawan Kkuswandi, Op cit Hal 10 6 Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi, Ramdina Prakarsa, 2005. Hal 100 7 Morissan, Op cit Hal 102 5
5
Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audience. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik8. Dari berbagai program yang disajikan televisi, musik merupakan salah satu program yang sedang marak ditayangkan di beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia. Tampaknya program musik berhasil mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Musik kini telah menjadi komoditas penting dalam industri hiburan, khususnya di televisi. Ada 2 tayangan musik di dua stasiun televisi swasta di Indonesia yang ditayangkan pada pagi hari dan jam yang sama. Dengan maraknya tayangan musik menimbulkan suatu permasalahan yang biasa terjadi dalam persaingan. Tekanan rating seperti dituntut stasiun televisi dan pengiklan memacu pengelola musik untuk lebih kreatif mungkin juga agresif. Pemutaran videoklip, pemilihan bintang tamu, dan pengambilan gambar yang menarik, ternyata efektif meraih rating, maka itulah yang dipersembahkan. Bagi acara televisi masa depan ditentukan oleh beberapa poin rating yang bisa diraih. Inbox adalah tayangan program musik yang ditayangkan pada stasiun televisi, yaitu SCTV. Mulai senin sampai jumat pukul delapan pagi. Tayangan berdurasi satu jam setengah ini ditayangkan secara langsung setiap hari selama lima kali sepekan, berselang-seling antara luar ruangan (outdoor) atau dalam ruangan (indoor), Baru-baru ini SCTV memilih dua lokasi shooting, yakni Ciwalk Bandung dan Ambarukmo Plaza di Yogyakarta, masing-masing selama satu bulan.
8
Morissan, Op cit Hal 107
6
Program musik, inbox dapat ditampilkan dalam dua format yaitu videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di luar ruangan (outdoor) ataupun di dalam ruangan (indoor). Inbox juga memutar videoklip pilihan pemirsa yang disampaikan melalui SMS. Ada pula dialog interaktif dengan memakai teknologi 3G antara Host dan pemirsa televisi. Pada setiap episode, program ini menghadirkan 20 tangga lagu yang sedang hit. Penonton diminta memilih lagu, dan jika ada lagu yang kurang diminati, tingkatannya akan turun hingga akhirnya terdepak dari tangga lagu . Setiap episode menghadirkan bintang tamu yang menyanyi secara langsung di depan penonton, seperti Maia Ratu atau Mulan. Di Televisi, tayangan yang muncul adalah pertunjukkan selang-seling antara musik Live dan Videoklip. Ada pula wawancara antara Host dan bintang tamu, misalnya Maia, Nidji, dan Mulan. Saat ini fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia yaitu musik telah menjadi tayangan terfavorit pada jam-jam tertentu bagi penontonnya. Dari fenomena tersebut, Peneliti sangat Tertarik untuk meneliti Pengaruh tayangan Inbox di SCTV terhadap Remaja di kelurahan Cibodasari, Tangerang. Berdasarkan pretest sebelum penelitian, peneliti mengetahui bahwa remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang menonton program musik Inbox di SCTV.
7
1.2
Rumusan Masalah Dengan melihat permasalahan yang tertuang di latar belakang, peneliti
merumuskan : “ Sejauh mana Dampak Tayangan Inbox di SCTV terhadap Remaja di kelurahan Cibodasari, Tangerang ? ”
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian diarahkan untuk mengetahui Bagaimana Dampak tayangan Inbox
di SCTV terhadap Remaja di kelurahan Cibodasari, Tangerang.
1.4
Manfaat Penelitian Dengan melakukan Penelitian ini, maka di dapat manfaat penelitian sebagai berikut :
1
Akademis Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memperkaya khasanah keilmuan dalam kajian broadcasting atau media massa khususnya televisi, khusus mengenai Dampak Tayangan musik di televisi bagi remaja.
2
Praktis Sebagai bahan masukan bagi Produser Inbox dan
SCTV. Diharapkan
melalui penelitian ini nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pembuatan tayangan Musik ke dalam kemasan yang lebih menarik.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Arti sama di sini adalah sama makna.9 Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan
komunikatif
apabila
keduanya
selain
mengerti
bahasa
yang
dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.
9
Onong Uchyana Effendy.Ilmu Komunikasi-Teori dan Praktek (PT.Remaja Rosdakarya,Bandung 2007). Hal.9
8
9
2.2.
Komunikasi Massa
2..2.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi communication,
massa
sebagai
diadopsi
dari
kependekan
dari
istilah
bahasa
inggris,
mass
mass
media
communication
(komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependenkan dari media of mass communication.10 Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk dari komunikasi yaitu berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan ‘feed back’ (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri Massa yaitu: a. Jumlahnya besar b. Antara individu tidak ada hubungan organisatoris dan c. Memiliki latar belakang yang berbeda11 Komunikasi massa cenderung diartikan sama dengan alat atau bendabenda fisik yang berfungsi sebagai media massa seperti radio, televisi, film, surat kabar, dan sebagainya. Padahal komunikasi massa diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi atau pesan-pesan
10 11
yang ditujukkan khalayak massa
Wiryanto,Pengantar Ilmu Komunikasi,Grasindo, Jakarta 2004,Hal 69 Wawan Kuswandi Op cit Hal 16
10
dengan karakteristik yang tertentu. Sedangkan media massa merupakan salah satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang di maksud12. Joseph A Devito dalam bukunya Communication : An Introduction to the Study of Communication memberikan definisinya mengenal komunikasi massa lebih tegas yakni sebagai berikut13 : 1. Komunikasi massa yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau menonton televisi. 2. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar audio. Seperti dikatakan oleh Severin dan Tanka d Jr. Bahwa komunikasi massa itu adalah keterampilan seni dan ilmu. Apabila dikaitkan dengan pendapat Devito, maka komunikasi massa mempunyai ciri khusus yang disebabkan sifat-sifat komponennya.
2.2.2.
Unsur-Unsur Komunikasi Massa Komunikasi massa terdiri dari unsur-unsur sumber (source), pesan
(message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect). Menurut Harold D Lasswell, unsur-unsur tersebut untuk memahami komunikasi massa. Untuk itu kita harus mengerti unsur-unsur yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan berikut 14 :
12
Zulkarimein Nasution, Komunikasi Politik Suatu Penganter, Ghalia Indonesia, 1990, Hal 14 Onong Uchjana, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Penerbit Mansiar Maju, 1993, Bandung, Hal 14 14 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2004, Hal 70-77
13
11
1. Who Sumber utama dalam komunikasi masa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalited person). 2. Says What Organisasi sanggup melalukan encode ribuan atau jutaan pesan yang sama pada saat yang bersamaan. Jadi pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audience yang sangat banyak 3. In Which Channel Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan
pesan-pesan komunikasi massa. Seperti majalah, surat
kabar, televisi, Film, radio, dan media massa. 4. To Whom Unsur ini adalah menyangkut sasaran-sasaran komunikasi massa, ia adalah pembaca surat kabar ataupun majalah, serta penonton televisi atau radio, dan pengguna internet. 5. With What Effect ? Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media.
12
2.2.3. Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa menurut Dennis McQuail (1975), dalam sosiologi komunikasi massa, mempunyai karekteristik sebagai berikut : 1. Biasanya
membutuhkan
organisasi
formal
yang
kompleks
untuk
operasionalnya. Produksi suatu surat kabar, atau Penyiaran Televisi, menyangkut penggunaan sumber modal dan kemudian pengendalian keuangan, juga memerlukan pengembangan personal yang berketrampilan tinggi, lalu manajemen penerimaan dan penerapan pengawasan normatif dan untuk itu, suatu mekanisme akuntabilasi atau pertanggungjawaban terhadap otoritas eksternal dan khalayak yang dilayani. Didalamnya harus ada alokasi kewenangan, suatu struktur yang menjamin kontinuitas dan kerjasama. Persyaratan seperti itu hanya dapat dipenuhi dengan suatu organisasi formal, dan dalam hal ini merupakan sesuatu yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi informal, yaitu tidak terstruktur dan bersifat antar pribadi. 2. Komunikasi Massa ditujukan kepada khalayak yang luas. Hal ini merupakan lanjutan dari penerapan teknologi yang dimaksudkan untuk produksi massa dan diseminasi yang luas, serta ekonomi komunikasi massa. Ukuran yang pasti dari khalayak atau kelompok pembaca yang menumbuhkan komunikasi massa tidak dapat diterapkan, tetapi luas secara teater atau ceramah dan luas dengan hubungan komunikator. Keluasan ini bukan saja merupakan suatu dimensi sosio psikologis, tapi juga berkaitan dengan kecenderungan kearah standarisasi dan stereotifikasi dalam media. 3. Komunikasi massa bersifat publik, dalam arti isinya terbuka bagi semua orang dan distribusinya relatif tidak berstruktur serta bersifat informal.
13
4. Komposisi khalayak komunikasi massa bersifat heterogen. Menurut Wirth (1948), Massa terdiri dari anggota yang heterogen dalam arti meliputi orang yang hidup dalam kondisi yang berbeda, dengan budaya yang beranekaragam, datang dari strata masyarakat yang bervariasi mempunyai pekerjaan yang berbeda, sehingga mempunyai minat standar hidup tingkat prestise, kekuasaan, dan pengaruh yang berbeda-beda pula. 5. Media massa dapat melakukan kontak yang stimulan dengan orang dalam jumlah yang besar dan jauh dari sumber, serta amat terpisah-pisah satu sama lain. 6. Dalam komunikasi massa, hubungan antar komunikator dengan khalayak adalah bersifat impersonal, karena khalayak yang anonim dituju oleh komunikator yang dikenal hanya dalam peranan publiknya (public role) sebagai komunikator. 7. Khalayak komunikasi massa merupakan suatu kolektifitas yang merupakan keunikkan masyarakat modern dengan beberapa sifatnya yang distinktif.15 Sesungguhnya setiap jenis media massa memilki karekteristik baik secara fisik maupun dampak yang diakibatkannya. Karena penelitian yang dilakukan adalah dampak dari media massa televisi, maka penting kiranya untuk memahami televisi secara fisik, yang dapat dijelaskan sebagi berikut : 1. Media televisi adalah media elektronik. Medium televisi bekerja secara elektris. Bermula dari signer yang dikenakan pada obyek/benda, terbentuklah signer pantul. Sinar pantul dilewatkan dengan sistem lensa sehingga terbentuklah gambar proyeksi. Didalam pick up tube 15
Zulkarmein Nasution, Sosiologi Komunikasi mass, (Jakarta :Universitas terbuka,1993), Hal 7
14
(tabung pengambil gambar). Gambar proyeksi (gejala signer) diubah menjadi signal listrik/gelombang elektromagnetik (gejala listrik) melalui pendekatan photo elektrik cell. Signal listrik dipancarkan (broadcast) dan kemudian diterima oleh system antena dan diteruskan ke catrode ray tube (RCTI) yang ada di dalam pesawat penerima televisi dan dalam RCTI itulah signal listrik (gejala listrik) diubah kembali menjadi gambar proyeksi (gejala sinar) Gambar proyeksi di dalam RCTI terbentuk dari garis-garis horizontal yang lazim disebut scan line yang berasal dari electron berkecepatan tinggi yaitu 30 kali per detik per frame. Karena sifatnya pemancaran, maka signal listrik ini mendatangi khalayak dimanapun berada tanpa bias dibatasi ruang dan waktu. Sarana pengirim, pemancar transmisi dan sarana penerima semuanya bekerja secara elektris. 2. Media Televisi adalah media audio visual gerak Media televisi mengutamakan setiap gambar yang disajikan dipilih yang mengandung unsur gerak. 3. Media Televisi adalah media transitory Media televisi hanya meneruskan isi pesan, yang berarti isi pesan hanya didengar atau dilihat sekilas, maka penyusun naskah untuk karya jurnalistik harus tepat, ringkas, jelas, sederhana, dan dapat dipercaya. 4. Media Televisi adalah media non rinci Medium televisi tidak dapat menyajikan sisi pesan secara rinci karena sifat pesan/informasi televisi hanya lewat begitu saja (transitory). Itulah sebabnya medium televisi tidak menguasai waktu tetapi menguasai ruang, oleh karena itu berita televisi disajikan sangat ringkas tiap berita.
15
5. Media televisi memiliki ukuran ratio layar 4:3. Gambar yang mengandung unsur gerak atau lebih menarik ditonton dalam layar televisi relatif kecil (ukuran 4:3). 6. Media televisi adalah media pandang dengar. Media televisi menyajikan informasi dalam bentuk audio visual secara sinkron. 7. Media Televisi adalah media personal (close up media) Visual yang diliput sangat mengutamakan gambar-gambar close up (jarak dekat) karena ukuran layar televisi relatif kecil. 8. Media Televisi adalah incorporate media. Media yang dapat untuk menyajikan media lain (slide, fotografik dan lainlain).16
2.2.4. Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa berarti komunikasi lewat media massa, media massa sebagai elemen terpenting dalam media massa. Maka fungsi komunikasi massa juga dapat sekaligus diartikan sama dengan fungsi media massa. Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1998) antara lain : to inform (menginformasikan), to entertain (memberi hiburan), to persuase (membujuk), dan transmission of the culture (transmisi budaya). Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold Lasswell yakni : surveillance of environment (fungsi pengawasan), dan
16
Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi,(Jakarta:pustaka Utama Grafiti,1996,Hal 23-24
16
transmission of the social hetigate from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial)17. 1. Fungsi Informasi Fungsi Informasi adalah fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Istilah informasi adalah untuk menunjukkan fakta dan data yang dapat diperoleh selama tindak komunikasi18.Fungsi Informasi ini bisa dalam bentuk berita-berita yang disediakan oleh media massa. Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik ( J.B Wahyudi )19. Sedangkan menurut Micthel V Charnley dalam bukunya “Reporting” menyebutkan, berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.20 Unsur-unsur berita yaitu21 : 1. Akurat (terpercaya) Merupakan unsur terpenting dalam sebuah berita, karena berita itu sebuah fakta dari kejadian atau peristiwa yang terjadi di masyarakat. 2. Aktual (baru) Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi, kejadian yang masih
17
Nurudin, Komunikasi Massa, Penerbit Cespur, 2003, Yogyakarta, Hal 62-82 Jalaludin Rakhmat, Teori-teori Komunikasi,remaja Karya, Hal 421 19 Muslimin dan Totok Djuroto,Teknik Mencari dan menulis berita, Dahara Prize, Semarang,2000,Hal 6 20 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal 22 21 Op cit, Muslimin dan Totok Djuroto, Hal 12 18
17
hangat dibicarakan masyarakat lebih menarik dibandingkan kejadian atau peristiwa yang sudah lama berlangsung. 3. Terkenal atau ternama (prominence) Penting atau tidaknya suatu peristiwa atau kejadian untuk diberitakan, tidak hanya terletak pada besar kecilnya peristiwa, menarik kejadiannya atau peristiwa itu, tetapi juga tidaknya
terkenal subjek yang terkait dengan
peristiwa tersebut. 2. Fungsi Hiburan Fungsi hiburan adalah fungsi yang paling dominan dalam media televisi karena masyarakat Indonesia sudah menjadikan televisi sebagai media hiburan. Infotainment merupakan tayangan pemberitaan dalam bentuk hiburan yang berisi berita-berita ringan seputar dunia entertainment. Pentingnya aspek hiburan dalam komunikasi massa juga diakui oleh charle R Wright. 3. Fungsi persuasi Fungsi persuasi dari komunikasi massa yaitu mempengaruhi sikap, pendapat, dan tingkah laku seseorang atau orang banyak. Joseph A Devito (1997), fungsi persuasi dianggap sebagai bentuk yang paling penting. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk : 1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. 2. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang 3. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu 4. Memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu Memperkuat, mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku (behavior) memerlukan suatu rangkaian proses yang mesti mulai dicetuskan dari
18
dalam orang yang hendak dipengaruhi, oleh karena tingkah laku ditentukan oleh pendapat, kepercayaan, dan sikap yang sudah dimiliki oleh orang yang bersangkutan, ditentukan oleh kebutuhan, tujuan serta nilai-nilai yang sudah ada padanya, serta ditentukan pula oleh situasi sosial22.
2.3.
Media Penyiaran Secara umum dipahami bahwa istilah “media” mencakup sarana
komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema. Namun, terdapat
rentang
media
yang
luas
mencakup
pelbagai
jenis
hiburan
(entertainment) dan informasi untuk audience yang besar-majalah atau industri musik.23 Media merujuk pada pelbagai institusi atau bisnis yang berkomunikasi dengan para audience, terutama dalam menyediakan pengisi waktu luang/hiburan. Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Secara tradisional jenis-jenis media massa adalah : a. Surat kabar Surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas Koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik.
22
23
Roekomy, Dasar-dasar Persuasi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992
Graeme Burton. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer.(Jalasutra Anggota IKAPI,2008).Hal.1
19
b. Majalah Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasanya diterbitkan mingguan, dwi mingguan atau bulanan. c. Radio Radio adalah Teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara). d. Televisi Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh dan tampak. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi dianggap penemuan yang mampu mengubah peradaban dunia. e. Film (Layar Lebar) Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (artinya perpindahan gambar). Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dan hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda termasuk fantasi dan figur palsu dengan kamera dan atau oleh animasi.24
24
http://wikipedia.org/wiki/media massa
20
2.3.1. Sejarah Media Penyiaran Perkembangan media komunikasi melalui media penyiaran modern dewasa ini telah memungkinkan orang diseluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran yaitu radio dan televise merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audience-nya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa. Pada dasarnya sejarah media adalah tentang informasia dan interpretasi : 1. Informasi adalah tentang bukti dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer dapat berupa wawancara dengan seorang produsen film atau satu eksemplar Undang-undang penyiaran 1991. Hal ini adalah informasi tangan pertama. Sumber sekunder dapat berupa contoh materi media apapun- Suatu majalah atau acara televisi. Hal ini adalah informasi tangan kedua karena berasal dari para produsen, Institusi. Kita dapat mendeduksi pelbagai hal dari membaca suatu artikel Koran, tetapi hal ini tidak sama dengan berbicara kepada reporter dan editor yang mula-mula memproduksinya. 2. Interpretasi adalah tentang pemahaman seseorang akan bukti tersebut, teoriteori yang dibentuk tentang signifikansi informasi tersebut.
21
2.3.2. Organisasi Media Penyiaran Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai obyek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa, disamping itu ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oeh karena itu, seperti politik dan ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan sistem tersendiri merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.25 Terdapat beberapa istilah yang terkait dengan organisasi penyiaran sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang penyiaran yang berlaku saat ini yaitu Undang-undang No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Pertama adalah istilah “lembaga penyiaran”. Apa yang dimaksud dengan lembaga penyiaran menurut Undang-undang penyiaran di Indonesia adalah penyelenggara penyiaran yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1, butir, 9, Ketentuan Umum, Undang-undang No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran). Dari sini dapat disimpulkan bahwa pengertian lembaga penyiaran adalah sama dengan penyelenggara penyiaran.
25
Morissan. Media Penyiaran-Strategi Mengelola Radio dan Televisi.(Penerbit : Ramdina Prakarsa,Tangerang,2005). Hal.11-12
22
Penyiaran yaitu kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. (Pasal , butir,2, Ketentuan umum, Undang-undang No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran). Ada pula istilah “jasa penyiaran” yang dalam peraturan perundangundangan terbagi atas jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi. Undangundang tidak memberi definisi mengenai apa yang dimaksud dengan jasa penyiaran, dan apa yang membedakan antara lembaga penyiaran dan jasa penyiaran. (Pasal 13,Undang-undang No.32 Tahun 2002). Istilah lainnya adalah “Stasiun penyiaran”, di dalam pasal 31 Undangundang No. 32 Tahun 2002-“Lembaga Penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun penyiaran lokal”.26 Di Amerika serikat keempat istilah diatas tersebut hanya dirangkum dalam satu istilah yaitu broadcast station atau stasiun penyiaran. Head-Sterling (1982) mendefinisikan stasiun penyiaran sebagai : an entity (individual, partnership, corporation, or non-federal governemental authority) that is licensed by the federal governement to organize and schedule program for a specific community in accordance with an approved plan and to transmit them over desifnated radio facilities in accordance with specified standards. Artinya suatu kesatuan (secara sendiri, bersama, korporasi, atau lembaga yang bukan lembaga pemerintahan pusat) yang diberi izin oleh pemerintahan pusat untuk mengorganisir dan menjadwal program bagi komunitas tertentu sesuai dengan rencana yang sudah disetujui dan menyiarkannya untuk penerima radio tertentu sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan27.
26 27
Opcit, Morissan, Hal 55 Opcit, Morissan, Hal 56
23
Definisi ini memberikan pengertian yang menunjukkan unsur-unsur elemen stasiun penyiaran yang mencakup atau meliputi : kepemilikan perijinan, fungsi, kegiatan menyiarkan (Transmit), bahkan juga sasaran siaran (Target audience) yang ingin dituju. Definisi ini juga menunjukkan bahwa suatu stasiun siaran dapat dikelola oleh perorangan atau bersama-sama atau dikelola perusahaan atau lembaga tertentu. Namun bagi masyarakat awam di Indonesia istilah “Satasiun Penyiaran” terkesan terlalu menekankan pada aspek teknik yaitu segala hal yang terkait dengan pemancaran sinyal siaran atau transmisi.
2.4
Media Massa Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak (penerima), dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi. 2.4.1. Karakteristik media massa 1.
Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat
satu
arah,
artinya
komunikasi
yang
dilakukan
kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Jika terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu tertunda28. Pengertian media massa ada dua, yaitu media massa dan media nirmassa29. Media artinya alat komunikasi. Sedangkan massa merupakan kependekan dari masyarakat (orang banyak). Jadi, media massa berarti alat komunikasi yang boleh dimanfaatkan untuk masyarakat. 28
Hafied CangaraHafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal 134 29 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Banung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2000. Hal 10
24
Maksud dari boleh disini adalah tidak ada larangan bagi masyarakat untuk membaca dan memanfaatkan surat kabar secara bersamaan. Demikian juga dengan radio dan televisi yang termasuk media massa siarannya boleh dilihat dan didengar semua orang. Sedangkan media nirmassa adalah alat komunikasi yang tidak boleh digunakan secara bersamaan karena bersifat individu. Alat komunikasi yang termasuk dalam media nirmassa adalah telepon, surat, e-mail dan lainnya. Dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, Denis McQuail, fungsi media massa bagi individu30 : Informasi: a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. b.Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu d. Belajar, pendidikan diri sendiri e. Penambahan pengetahuan Hiburan : a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan b. Mengisi waktu c. Bersantai d. Sarana relaksasi e. Memperoleh hiburan
30
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996
25
McQuail menguatkan pandangan efek terbatas media massa, yang diperoleh dari hasil penelitiannya sebagai berikut : 1. Persuasi komunikasi massa hanya memperkuat opini yang telah dimiliki khalayak dari pada mengubah opini 2. Khalayak cenderung melihat dan mendengar komunikasi bila menyenangkan atau menguntungkan predisposisinya. 3. Khalayak akan memberikan tanggapan terhadap komunikasi persuasi yang berhubungan dengan predisposisinya dan berubah atau mempertahankan sesuai predisposisi itu31. Menurut Joseph Klapper (1960)32. Pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum: 1. Pengaruh
komunikasi
massa
diantarai
oleh
faktor-faktor
seperti
predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok (faktor personal) 2. Karena faktor-faktor tersebut, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah (Agent of Change). 3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap lebih umum terjadi dari pada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah kesisi yang lain. 4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap bidang-bidang dimana pendapat orang lemah.
31
Op cit Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Hal 79
32
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, Hal 232
26
5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh. (oskamp, 1977 :149)
2.4.2. Televisi sebagai media massa Televisi juga merupakan salah satu perangkat ( alat teknis) yang digunakan dalam komunikasi massa. Pesan-pesan yang disampaikan ditujukan untuk khalayak umum, sehingga siapa saja bisa menyaksikan apa yang ditayangkan oleh televisi tersebut33. Televisi merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio34. Istilah televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh dan “ visi” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup dapat bergerak (moving picture), maupun gambar diam (still picture)35. Menurut Skonis dalam bukunya “: An Television And Society Incuest And Agenda, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis seperti diungkapkan diatas bisa pula informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.
33
Ruedi Hofmann, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi (Jakarta:Grasindo), 1999, Hal 60 P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, Grasindo, Jakarta, 1993, Hal 1 35 Onong Uchjana, Op cit Hal 22 34
27
Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi. Akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual36. Kehadiran televisi dapat menjadi hiburan di setiap rumah. Sebagai sumber hiburan, keberadaan televisi sanggup mengambil waktu seseorang untuk melihat dan mendengarkan acara-acara yang sedang berlangsung. Bahkan kehadirannya di tengah-tengah keluarga mampu membuat televisi sebagai anggota-anggota baru satu keluarga. Pengiriman isi pesan melalui media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat individu yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan dengan efisien dan efektif, sehingga kemungkinan pesan itu sampai kepada massa pun akan semakin besar37. Dalam penyampaian isi pesannya, media televisi memiliki sifat-sifat yaitu publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas, dan komunitas. Isi pesan media massa televisi berasal dari sumber resmi tentang suatu isu yang terjadi dalam masyarakat. Pendapat sumber resmi ini, apabila sudah ditayangkan menimbulkan pendapat umum38.
36
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, PT Rineka Cipta, 1996, Hal 8 37 Wawan Kuswandi, Op cit, Hal 18 38 Wawan Kuswandi, Op cit, Hal 18
28
2.4.3. Fungsi televisi sebagai media massa a. Fungsi penerangan ( the information function ) Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor. Faktor pertama adalah immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung, faktor kedua adalah realism mengandung makna kenyataan. Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan. b. Fungsi Pendidikan ( the Educational fuction) Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara stimulant. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan pendidikan masyarakat. c. Fungsi hiburan ( The entertainment function ) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampaknya dominant. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan39. Seperti yang disimpulkan Patricia Edgar, televisi sebagai salah satu dari sekian banyak media massa yang ada mempunyai sifat serta ciri-ciri tersendiri yaitu 40
39
:
Onong Uchjana Effendy Op cit, Hal 24 patricia Edgar, ”Families without Television”, dalam Journal Of Communication, vol 27 no. 3. 977, dalam skripsi Mediana Hutomo, FISIP UI 40
29
1) Televisi bersifat audio visual. Televisi dapat dilihat dan didengar. Dengan demikian televisi seakan-akan memberikan dimensi yang sama sekali baru pada audience-nya. Karena selain mendengar, melihat pun merupakan salah satu faktor yang dapat membantu seseorang. Terutama mereka yang buta huruf dapat mengerti pesan-pesan atau siaran-siaran yang disajikan. Melalui panca indera televisi memberikan pengalaman yang langsung dan konkrit. Televisi ternyata juga merangsang tumbuhnya minat-minat baru, kesadarankesadaran baru terhadap keadaan sekeliling kita. 2) Menonton televisi sifatnya kolektif atau berkelompok dan biasanya terdiri dari satu keluarga. Sehingga menonton televisi kadang timbul bahan diskusi diantara penonton. Televisi mempersatukan pikiran dan perbuatan (idea and action), lagi pula cara mengamati atau menangkap pesan dalam televisi dibutuhkan kemampuan daya tangkap yang lebih baik dari audience-nya. Program siaran televisi tidak dapat atau jarang sekali diulang kecuali bila ada acara-acara yang dianggap penting. Lain halnya kalau kita membaca surat kabar, jika tidak mengerti kita dapat membaca ulang. 3) Televisi mampu menembus batas-batas geografis, ruang dan waktu, menjadikan infomasi mudah dibawa serta siap disajikan kepada audience-nya. 4) Televisi dapat menimbulkan kegiatan dari masyarakat dan mempercepat proses menarik perhatian masyarakat terhadap barang konsumtif. Komunikator dalam hal penyelenggara siaran televisi harus menjalankan proses komunikasi efektif, yaitu melalui sajian-sajian yang menarik sesuai dengan ideologi. Norma, etika, dan estetika yang berlaku agar kepentingan komunikan dapat berimpit (overlapping) dengan kepentingan pihak komunikator.
30
Agar kepentingan komunikator dapat berimpit dengan kepentingan komunikan, maka pihak komunikator perlu mengadakan langkah empati, yaitu berusaha mengetahui sebanyak-banyaknya tentang komunikan melalui langkahlangkah penelitian khalayak. Program yang disajikan harus berorientasi pada selera khalayak, karena khalayak merupakan konsumen komoditas siaran dan merekalah yang menentukan menonton atau tidak. Khalayak tidak dapat dipaksa dan mereka memiliki hak sepenuhnya untuk menonton acara yang diinginkan.
2.4.4. Dampak komunikasi Media massa Seringnya terpaan televisi, menimbulkan kekhawatiran dari berbagai kalangan terutama mengenai dampak buruk televisi terhadap audience-nya. Meskipun tidak dapat mengelak juga bahwa dampak dari hadirnya televisi-televisi swasta telah menggairahkan roda perekonomian nasional. Karena dengan media televisi, segala informasi, pengetahuan, hiburan, teknologi, perindustrian, perekonomian akan dapat disiarkannya yang tentunya sedikit banyak akan menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat. Secara umum ada tiga jenis dampak yang bisa ditimbulkan dari televisi, jika dikaji dari pandangan ilmu komunikasi, yang juga merupakan dampak komunikasi massa. Dampak ini yang paling sering dibicarakan oleh pakar-pakar komunikasi antara lain mengenai dampak kognitif (pengetahuan), Afektif (sikap), dan Konatif (Perilaku/tindakan). Dampak kognitif meliputi penangkapan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Dampak Afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude
31
(sikap). Sedangkan dampak konatif adalah berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu41. a) Dampak kognitif Menurut Melvin De Fleur & Sandra Ball Rokcach, bahwa apa yang disebut dengan dampak kognitif adalah dampak terdapat mental. Dampak ini menjadi pusat perhatian dalam membicarakan masalah persuasi psikologi. Dampak ini berbeda dengan kelakuan, meskipun keduanya berkaitan satu dengan yang lain. Dampak kognitif ini menimbulkan perasaan orang merasakan kemenduan (Ambiquitas) instrumennya adalah sikap, kepercayaan, dan nilai42. Dampak kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi43. b) Dampak Afektif Sedangkan dampak afektif adalah proses yang mengarah pada berbagai perasaan orang dan emosi tertentu. Manusia, suka atau tidak suka mereka akan selalu merasakan benci, cinta, dan senang, yang kesemuanya itu dapat terlihat dari air mukanya44. c) Dampak Konatif Sedangkan Dampak Konatif ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.45
41
Ronald E Rice dan Charles K Atkin, Op cit, Hal 358 Melvin L De Fleur dan Sandra Ball-Rokcach, Theory of Mass Communication, (third edition), New York and London, 1975, Hal 263 43 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), Hal 219 44 Melvin L. De Fleur dan Sandra Ball-Rokcach, Op cit Hal 208 45 Sunarjo dan Djoenasih S.Sunarjo, ibid Hal 71 42
32
2.5.
Stasiun Televisi
2.5.1
Pengertian Televisi Sebagai media Informasi, televisi dapat diartikan sebagai media yang
dapat semakin mendekatkan masyarakat pada permasalahan kemanusiaan di berbagai belahan penjuru dunia. Hal ini berhubungan pula dengan status televisi sebagai bentuk jurnalisme baru. Televisi menjadi bukti bagaimana perkembangan teknologi media komunikasi dalam masyarakat tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu. Sebagai sebuah symbol dari kemajuan teknologi, televisi, secara diam-diam, pun memiliki hubungan yang erat dengan proses pembentukan kesadaran kultural dalam masyarakat. 2.5.2
Sejarah Televisi Televisi bukan sekedar fenomena teknologis. Bagi masyarakat modern,
televisi juga merupakan fenomena sosiologis, politis, ekonomis, dan kultural yang terpenting di abad ke-20. Sebagai sebuah fenomena teknologis, ia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari revolusi informasi setelah penemuan mesin cetak oleh Gutenberg dan penemuan radio. Beberapa literatur menyebutkan bahwa teknologi televisi dimulai oleh Paul Nipkow dari jerman pada tahun 1884. Paul Nipkow menemukan sebuah alat yang disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Alat ini menjadi cikal bakal dari sistem televisi mekanik.46
46
Opcit, Tim Redaksi LP3ES,15
33
Siaran Televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno. Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selam 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha bimantara untuk membuka stasiun televise RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, Anteve, dan TPI. Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hamper secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV-7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri. Setelah Undang-undang penyiaran disahkan pada Tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah, yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu televisi publik, swasta, berlangganan, dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki
34
pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi. Televisi merupakan salah satu medium terfavorit bagi para pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja.47
2.5.3
Sifat Televisi Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat diikuti secara audio dan
visual (suara dan gambar) secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat maka siaran televisi tidak dapat memuaskan semua lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat membuat kagum dan memukau sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu program mungkin disukai oleh kelompok masyarakat terdidik namun program itu akan ditinggalkan kelompok masyarakat lainnya.48
2.5.4. Kelebihan dan kelemahan media televisi Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi secara memuaskan. Hal ini disebabkan faktor yang terdapat pada media massa televisi yakni: 47 48
Opcit,Morissan,8 Opcit, Morissan,10
35
a. Immediacy menyangkut pengertian langsung dan dekat, yakni peristiwa disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa tersebut berlangsung. b. Realism mengandung makna kenyataan, ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya audio visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai kenyataan49. Televisi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan televisi bisa dilihat dari sisi programatis dan teknologis50. Kelebihan televisi dari sisi programatis adalah : 1) Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realistis, dan tidak terbatas. 2) Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya, dan intim. 3) Memiliki tokoh berwatak (riil maupun rekayasa). Kelebihan televisi dari sisi teknologis adalah kemampuan televisi dalam menjangkau wilayah yang sangat luas dalam waktu bersamaan. Sehingga televisi dapat mengantarkan langsung peristiwa di suatu tempat lain yang berjarak sangat jauh. Televisi juga mampu menciptakan suasana yang bersamaan di berbagai wilayah jangkauannya, mendorong pemirsa untuk mendapatkan infomasi dan berinteraksi secara langsung Dibalik kelebihan televisi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari media massa televisi adalah :
49 50
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Penerbit Erlangga, 1998, Hal 21 JB. Wahyudi : Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Grafiti, Jakarta, 1996, Hal 8-9
36
1) Kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai objek yang pasif, sebagai penerima pesan. 2) Mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat. Hal ini terjadi tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradaban yang ada di wilayah jangkaunnya. 3) Sifatnya sangat terbuka dan menjadikannya sulit untuk dikontrol dampak negatifnya. 4) Pergerakan teknologi penyiaran Televisi yang begitu cepat mendahulu perkembangan masyarakat dan budaya khalayak pemirsanya. Hal ini pada gilirannya melahirkan pro kontra tentang implikasi kultural dari televisi. 5) Kecenderungan para pengelola televisi yang memanfaatkan kelebihankelebihan televisi dan lebih berorientasi pada pertimbangan komersil/bisnis, sehingga mengenyampingkan faktor pendidikan.
2.5. Program Televisi Stasiun Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audience, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreatifitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.
37
Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu51 : 1) Program Informasi (berita) dan 2) Program Hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema diatas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi : program berita, dokumenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.
2.6.1. Program hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik dan permainan (game)52.
51 52
Morissan, Media penyiaran strategi Mengelola radio & televisi, 2005, hal 100 Morissan Op cit Hal 102
38
2.6.2
Program Musik Program musik dapat ditampilkan dalam dua format yaitu videoklip atau
konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audience. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik53. Menurut Vane-Gross : The programmer who wish to present music shows would do well to be cautious. They should select an artist with wide demographic appeal, supply as much visual support as possible, and not let a sequence go too long. (Programer yang ingin menyajikan pertunjukkan musik haruslah cermat, Mereka harus memilih artis yang memiliki daya tarik demografis yang luas, menyajikan sebanyak mungkin dukungan visual, dan tidak membiarkan satu gambar ditampilkan terlalu lama)54. Dengan demikian
menurut Vane-Gross, Programmer yang ingin
menyajikan acara musik harus mempertimbangkan beberapa hal agar acara itu bisa mendapatkan sebanyak mungkin audience yaitu : 1. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar. Misalnya artis yang memiliki banyak penggemar pria atau artis yang banyak digandrungi para wanita, kelompok remaja (ABG), kalangan orang tua. 2. Pengambilan gambar yang menarik secara visual. Televisi harus menampilkan sebanyak mungkin gambar pendukung dan tidak membiarkan suatu pengambilan gambar (sekuen) yang terlalu lama. Mengambil gambar artis yang sedang menyanyi tidak sama dengan mewawancarai artis. Dalam shooting musik, maka gambar harus berganti-ganti secara dinamis.
53 54
Morissan, Media penyiaran strategi Mengelola radio & televisi, 2005, hal 107 Vane-Gross, Programming for Tv, Radio and cable, focal press, boston, london, 1994
39
Dari berbagai program yang disajikan televisi, musik merupakan salah satu program yang sedang marak ditayangkan di beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia. Tampaknya program musik berhasil mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Musik kini telah menjadi komoditas penting dalam industri hiburan, khususnya di televisi. Ada 2 tayangan musik di dua stasiun televisi swasta di Indonesia yang ditayangkan pada pagi hari dan jam yang sama.
2.7.
Audience Televisi Pada awal perkembangannya, semua stasiun televisi di indonesia
melakukan segmentasi dan targeting audience secara luas atau lebih tepat lagi tidak memiliki segmentasi audience. Tidak jarang stasiun televisi yang berbeda menyiarkan program musik yang sama55. Harus diakui bahwa dunia televisi ketika itu belum menerapkan betul-betul strategi segmentasi dan target audience. Salah satu sebabnya adalah industri pertelevisian indonesia masih sangat muda. Tenaga-tenaga ahli pembuat program musik masih sangat langka, demikian pula para programer. Semua stasiun televisi nasional masih mengandalkan pada paket-paket program musik yang berasal dari Amerika, India, Hongkong, dan jepang. Sehingga
tak heran
jika semuanya
memiliki nafas siaran dan program yang sama. Akibatnya stasiun-stasiun televisi mengalami kesulitan dalam melakukan segmentasi audience yang jelas dan tajam.56
55
Morissan Op cit Hal 157
56
Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia, ibid
40
Menjelang tahun 2000 sejumlah stasiun televisi baru muncul57, Dan walaupun pada awalnya beberapa stasiun televisi baru itu mencoba untuk menjadi televisi dengan target kelompok pemirsa tertentu namun hingga tahun 2004 belum ada televisi yang betul-betul menjadi televisi yang memiliki segmen khusus.58 Stasiun televisi umumnya menyajikan program acara yang bersifat beragam. Segmentasi audience televisi biasanya hanya terjadi pada waktu siaran tertentu, misalnya pada sore hari, sementara pagi hari waktu siaran lebih banyak diisi dengan program telenovela yang disukai ibu-ibu dan pembantu rumah tangga yang tinggal di rumah. Pada tahun 2005 beberapa stasiun televisi di indonesia mulai terarah (fokus) dalam menentukan segmen audiennya. Stasiun televisi mulai melakukan segmentasi dan berupaya mengarahkan programnya pada target audience tertentu.59 Pengelola televisi lebih serius memikirkan segmentasi audiens yang ingin ditujunya. Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa hanya stasiun televisi yang memiliki segmentasi yang jelas dan mampu melayani segmen itu dengan baik yang akan berhasil. Dari berbagai program yang disajikan televisi, musik merupakan salah satu program yang sedang marak ditayangkan di beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia. Tampaknya program musik berhasil mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Musik kini telah menjadi komoditas penting dalam industri hiburan, khususnya di televisi.
57
Stasiun Televisi yang muncul menjelang tahun 2000 itu adalah : Lativi, Metro Tv, Trans Tv,Global Tv,Tv 7 58 Metro Tv 59 Beberapa stasiun lokal di jakarta (misalnya O Channel) yang secara ketat membidik segmen audien kelas atas
41
Audience Televisinya adalah Remaja. Istilah Remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari Bahasa Inggris) yang di pergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1997), Piaget (dalam Hurlock, 1999) Mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk di dalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa. Selanjutnya, Kartono (1990) mengatakan bahwa masa remaja juga sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak – kanak dengan masa dewasa. Pada periode remaja terjadi perubahan – perubahan besar dan esensial mengenai fungsi – fungsi rohaniah dan jasmaniah. Yang sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri, dimana remaja mulai menyakini kemampuannya, potensi dan cita – cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai – nilai tertentu, seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, dan keindahan.
42
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Remaja adalah tahap – tahap atau proses menuju kedewasaan, yang dimana sifatnya cenderung overaktif (berlebihan). 60
60
Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Jakarta, edisi ke-3, Oktober 1989
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1.
Tipe/Sifat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui nilai variable madiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable lain61. Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif untuk judul yang diajukan karena hanya membahas pengungkapan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Sehingga penelitian ini bersifat pengungkapan fakta, hasil penelitian tersebut menekankan pada pemberian gambaran secara objektif mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Dalam hal ini dampak tayangan Inbox di SCTV tehadap remaja di kelurahan Cibodasari Tengerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring), misalnya terdapat dalam skala pengukuran62. Penelitian deskriptif bertujuan untuk : 1.
Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
2.
Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang berlaku.
61 62
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV Alfabeta, Bandung, 2007) Hal 11 Ibid Sugiyono, 13
43
44
3. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 4. Membuat perbandingan atau evaluasi63.
3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Kerlinger
mengemukakan bahwa, penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil. Data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis64. Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survei ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sample yang representatif65.
Dalam
penelitian
survei
ini,
dilakukan
evaluasi
serta
perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah serupa. Dan hasil survei dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penelitian survei ini dilakukan terhadap sejumlah individu, atau unit, baik secara sensus maupun dengan sample66.
63
Jalaludin Rakhmat, Metode penelitian Komunikasi. (Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995). Hal.24 64 Opcit, Sugiyono, 7 65 Opcit, Sugiyono, 72 66 M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. (Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002). Hal.13
45
Melalui data yang ada secara faktual, penelitian ini akan mengukur dampak tayangan dengan cara menyebarkan kuisioner (daftar pertanyaan) atau melakukan wawancara secara pribadi. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penyebaran kuisioner kepada remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah
penduduk, Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata populasi yang sesungguhnya Kemudian pada perkembangan selanjutnya, kata populasi menjadi amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu. Dalam metode peneliian kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruham (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewam, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Karena pengertian populasi yang demikian di atas, maka populasi menjadi amat beragam. Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber dat, maka populasi dapat dibedakan : populasi terbatas dan populasi tak terhingga67.
67
H.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta :Gajah Mada University Press, 1983, Hal 141
46
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan68. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimilki oleh subyek atau obyek itu. Populasi penelitian ini adalah remaja yang berjumlah 227 orang69, adalah remaja berusia 15-20 tahun di kelurahan Cibodasari Tangerang. 3.3.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Apa yang dipelajari dari sample itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi70. Teknik Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Teknik Sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian. Walaupun demikian, untuk menggunakan teknik ini peneliti seharusnya orang yang pakar terhadap karakteristik populasi. Berdasarkan pengetahuan yang jeli terhadap populasi, maka unit-unit populasi yang dianggap “kunci” diambil sebagai sampel penelitian71.
68
Opcit Sugiyono, Hal 75 Data remaja dari kelurahan Cibodasari Tangerang 70 Opcit, Sugiyono, 73 71 H.M.Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008) Hal 115 69
47
Menurut Suharsini Arikunto “Sekedar ancer-ancer, jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populsi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30 % dari subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Akan tetapi apabila peneliti menggunakan teknik wawancara (interviu) atau pengamatan (observasi), jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti72.
Melalui pendapat, tersebut, peneliti mengambil sampel sebesar 25 % dari jumlah populasi, yaitu : 227 x 25 % = 56,76 = 57 responden
3.4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1
Data Primer Data primer didapat dari penyebaran kuesioner yang digunakan sebagai
data utama penelitian. Daftar pertanyaan diberikan kepada 57 orang responden dipilih berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh responden. Peneliti memilih Remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang, karena responden tersebut menonton tayangan musik Inbox di SCTV. Keuntungannya adalah remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang merupakan bagian dari penonton Inbox di SCTV. 3.4.2
Data Sekunder Data sekunder adalah data tambahan guna menunjang kelancaran proses
penelitian pengumpulan data sekunder dilakukan dengan riset pustaka, seperti buku-buku referensi dan sumber-sumber lainnya.
72
Suharsini Arikunto. Manajemen Penelitian. (Rineka Cipta, Jakarta, 2007). Hal. 95
48
3.5.
Definisi Konsep dan Operasionalisasi Konsep
3.5.1. Definisi Konsep Untuk pelaksanaan penelitian ini, berbagai konsep dari penelitian ini akan diperjelas secara rinci sebagai berikut73 : 1. Dampak adalah sesuatu yang berpengaruh 2. Program musik adalah susunan cara kerja yang menyangkut point-point bagaimana bisa membuat daya tarik tersendiri bagi dunia musik di kalangan remaja. 3. Remaja adalah tahap-tahap atau proses menuju kedewasaan, yang dimana sifatnya cenderung overaktif (berlebihan)74.
3.5.2. Operasionalisasi Konsep 1. Konsep pemahaman : Diukur dari pemahaman terhadap dampak tayangan Inbox pengukurannya dilakukan dengan mengetahui khalayak terhadap elemen-elemen tayangan Inbox, yang terdiri dari: a. Host b. Lokasi Tayangan c. Bintang Tamu d. Video Klip 2. Citra produk diukur dari : Citra khalayak terhadap tayangan Inbox. Pengkurannya dilakukan dengan mengetahui bagaimana citra khalayak terhadap tayangan musik yang terdiri dari : 73
Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Jakarta, 1997
74
Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Jakarta, edisi ke-3, Oktober 1989
49
a. Kualitas Program Musik b. Kecanggihan Teknologi c. Kemudahan Menonton Program Acara Musik d. Kemasan Yang Dibuat Dalam Acara Musik e. Jangkauan Khalayak 3.5.3. Terpaan Media 3.5.3.1 Tabel terpaan Media No 1.
Daftar pertanyaan Frekuensi Menonton
Jawaban a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering
2.
Intensitas Menonton
a. Menonton
seluruh
tayangan
yang
ditampilkan b. Menonton
tayangan
yang
dinilai
menarik saja 3.
Durasi Menonton
a. Setengah Jam b. Satu Jam c. Satu Setengah Jam d. Lebih Dari Dua Jam
Dari keterangan diatas, penulis membuat klasifikasi, sebagai berikut : 1. Frekuensi Menonton a. Tinggi, jika Menonton tiga kali dalam seminggu, tayangan Inbox ditayangkan dalam sebulan b. Rendah, jika Menonton satu kali dalam seminggu 2. Intensitas Menonton a. Tinggi, jika Menonton seluruh tayangan yang ditampilkan b. Rendah, jika Menonton tayangan yang dinilai menarik saja 3. Durasi Menonton a. Tinggi, jika Menonton selama satu jam dan lebih dari satu jam b. Rendah, jika Menonton selama 15 menit dan setengah jam
50
3.5.3.2. Tabel Operasionalisasi Konsep Variabel Penelitian Dampak Kognitif
Dampak Afektif
Dimensi
Indikator
Pengetahuan
Pengetahuan terhadap format acara yang di suguhkan oleh Inbox
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
Pengetahuan terhadap isi program acara musik Inbox
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
Pengetahuan terhadap tema tayangan musik Inbox di SCTV
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
Pengetahuan terhadap host pada acara musik Inbox
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
Pengetahuan tentang bintang tamu yang dihadirkan oleh Inbox
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
Pengetahuan tentang pemutaran video klip di acara musik Inbox
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
Pengetahuan terhadap teknologi yang digunakan pada acara musik Inbox
a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak tahu
Sikap
Skala
Sikap terhadap format acara a. Setuju b. Kurang Setuju yang disuguhkan oleh inbox c. Tidak Setuju Sikap terhadap isi program a. Setuju b. Kurang Setuju acara musik Inbox c. Tidak Setuju Sikap terhadap tema musik a. Setuju Inbox di SCTV b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju Sikap terhadap host pada a. Setuju acara musik Inbox b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
51
Sikap terhadap bintang tamu a. Setuju b. Kurang Setuju yang dihadirkan oleh Inbox c. Tidak Setuju Sikap terhadap pemutaran a. Setuju videoklip di acara musik b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju Inbox Sikap terhadap teknologi a. Setuju yang digunakan pada acara b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju musik Inbox di SCTV
Dampak Konatif
Perilaku
Preferensi musik *)
terhadap
genre a. pop b. Rock c. Jazz
Preferensi terhadap musik **)
a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
Preferensi terhadap lagu pop indonesia
a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
Respek Terhadap Bintang tamu yang dihadirkan pada acara musik Inbox ***)
a. Respek b. Kurang Respek c. Tidak Respek
Melakukan Dialog interaktif dengan host dan pemirsa televisi
a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering
Melakukan request pemutaran videoklip yang disampaikan melalui sms
a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering
Menonton Langsung lokasi Shooting Inbox
ke a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering
*Jenis Musik yang paling disukai remaja kelurahan Cibodasari Tangerang **Inbox menghadirkan tangga lagu pop yang sedang hits, dalam keseharian remaja kelurahan Cibodasari tangerang mendengar dan memilih dan menentukan jenis musik pop menjadi pilihan mereka ***Inbox menghadirkan tamu selebritis pilihan. Contoh respek terhadap bintang tamu 3.6. Analisis Data bintang dan Pengolahan Data adalah Afgan hadir pada acara Inbox, penonton respek terhadap Afgan, maka si penonton tersebut tetap stand by atau tetap menunggu setelah commercial break untuk melihat performance dari Afgan.
52
3.6.1. Analisis Data Metode analisa yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis kuantitatif. Dari pengolahan data yang terkumpul, hasil penyebaran kuesioner dapat dikelompokkan dalam 3 langkah yaitu : persiapan, tabulasi, penerapan data pada saat penelitian. Persiapan adalah mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan lembar kuesioner serta memeriksa kebenaran cara pengisian. Tabulasi adalah melakukan perhitungan hasil kuesioner dan memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian kuantitatif setiap instrumen mempunyai skala. Peneliti menggunakan skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial75. Dengan Likert variable yang akan diukur, dijabarkan menjadi indikator variable, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak dalam menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Setiap jawaban diberi skor 3-1 dinilai secara gradasi dari positif sampai negatif. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan 3 dimensi, yaitu Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Setiap dimensi terdiri dari 7 indikator, yang telah disebutkan dalam operasionalisasi konsep untuk mengukur dampak tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang. Contoh : Untuk dampak kognitif, skor yang diberikan sebagai berikut : - Jawaban “Tahu” diberi nilai 3 - Jawaban “Kurang tahu” diberi nilai 2 - Jawaban “Tidak tahu” diberi nilai 1 3.6.2. Pengolahan data 75
Opcit, Jalaluddin Rakhmat, 219
53
Selanjutnya untuk mengetahui secara akumulatif data kuesioner “Dampak tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang”, maka dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus interval, yaitu 76:
Interval = (NT X P) – (NR X P) Skala Keterangan : NT
: Nilai Tinggi
NR
: Nilai Rendah
P
: Pertanyaan
1. Hasil kuesioner pada Dampak Kognitif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang : Interval
= (3x7)-(1x7) 3 = (21)-(7) 3 = 4,6 – dibulatkan ke atas menjadi 5
Akumulatif data kuesioner terhadap Dampak Kognitif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang :
a) Positif
= 13 sampai dengan 17
b) Netral
= 8 sampai dengan 12
c) Negatif
= 3 sampai dengan 7
76
Sutrisno Hadi. Statistik. (Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM). Hal 12
54
2. Hasil kuesioner pada Dampak Afektif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang : Interval
= (3x7)-(1x7) 3 = (21)-(7) 3 = 4,6 – dibulatkan ke atas menjadi 5
Akumulatif data kuesioner terhadap Dampak Afektif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang : a) Positif
= 13 sampai dengan 17
b) Netral
= 8 sampai dengan 12
c) Negatif
= 3 sampai dengan 7
3. Hasil kuesioner pada Dampak Konatif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang : Interval
= (3x7)-(1x7) 3 = (21)-(7) 3 = 4,6 – dibulatkan ke atas menjadi 5
Akumulatif data kuesioner terhadap Dampak Konatif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang : a) Positif
= 13 sampai dengan 17
b) Netral
= 8 sampai dengan 12
c) Negatif
= 3 sampai dengan 7
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Profile Perusahaan
4.1.1
Sejarah SCTV Bermula dari Jl. Darmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV
diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen
Penerangan
No.
1415/RTF/K/IX/1989
dan
SK
No.
150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai-Pulau-Dewata,Bali-dan-sekitarnya. Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya-ke-Jakarta. Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah
pada
multimedianya
konvergensi dengan
media
meluncurkan
SCTV situs
mengembangkan
potensi
http://www.liputan6.com,
http://www.liputanbola.com Melalui ketiga situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk (SCM), SCTV mengembangkan potensi 56
57
usahanya hingga mancanegara dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju-konsep-industri-media-baru. SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV menangkap dan mengekspresikannya melalui berbagai program berita dan feature produksi Divisi Pemberitaan seperti Liputan 6 (Pagi, Siang, Petang dan Malam), Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih tayangan yang sesuai. Untuk itu, dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri atas ada bimbingan untuk orangtua sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No: 32/2002 tentang Penyiaran yang terdiri dari BO (Bimbingan Orangtua), D (Dewasa) dan SU (Semua Umur). Jauh sebelum ketentuan ini diberlakukan, SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai dengan karakter programnya. Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai prestasi diraih dari dalam dan luar negeri antara lain: Asian Television Awards (2004 untuk program kemanusian Titian Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil), Majalah Far Eastern Economic Review (3 kali berturut-turut sebagai satu dari 200 perusahaan terkemuka di Asia Pasific), Panasonic Awards (untuk program berita, pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya. Semua itu menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Untuk itu, manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya sebagai stasiun televisi keluarga. Maka sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk Semua. Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus
58
mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya. SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakkan penekanan yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia.
VISI SCTV yakni Menjadi stasiun televisi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pencerdasan kehidupan bangsa MISI SCTV yaitu Membangun SCTV sebagai jaringan stasiun televisi swasta terkemuka di Indonesia dengan : 1. Menyediakan beragam program yang kreatif, inovatif dan berkualitas yang membangun bangsa. 2. Melaksanakan tata kelola perusahan yang baik (good corporate governance). 3. Memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholder.
59
4.1.2
Struktur SCTV
President Commissioner Audit Committee President Director
Div. Internal Audit
Director Programming
Div. Broadcast Engineering
Director Marketing & Sales
Director Keuangan
Div. Research & Development
Sumber : HRD SCTV diambil dari Company Profile SCTV
60
4.2
Hasil Kuesioner Tentang Dampak Tayangan Inbox di SCTV terhadap remaja Kelurahan Cibodasari Tangerang
4.2.1.1 Data Responden Gambaran hasil penelitian mengenai identitas responden memaparkan tentang jenis kelamin,dan usia responden.
Tabel 4.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin
(f)
(%)
Laki-laki
27
47
Perempuan
30
53
Total
57
100
Jk 1 2
1 2
52.63% 30.0
47.37% 27.0
Hasil penelitian pada tabel 4.2.1 diketahui bahwa persentase responden perempuan yang menonton Inbox lebih besar dibandingkan persentase responden laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa tayangan Inbox lebih diminati oleh responden perempuan.
61
Tabel 4.2.2 Data Responden Berdasarkan Usia
20
Usia
(f)
(%)
15 Tahun
10
17
16 Tahun
7
12
17 Tahun
18
32
18 Tahun
6
11
19 Tahun
6
11
20 Tahun
10
17
Total
57
100
17.54% 10.0
15
Usia
17.54% 10.0
15 16 17 18 19
19
20
10.53% 6.0
18
16
12.28% 7.0
10.53% 6.0
17
31.58% 18.0
Dari tabel 4.2.2 diatas dapat diketahui bahwa tayangan musik Inbox diminati dan digemari oleh para remaja yang berusia dari 15 tahun hingga 20 tahun. Hal ini membuktikan bahwa tayangan Inbox tepat untuk para remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
62
4.2.2
Pola menonton Inbox Peneliti juga meneliti bagaimana pola menonton responden dalam menilai
bagaimana tayangan musik Inbox di SCTV terhadap Remaja kelurahan Cibodasari Tangerang. Pola menonton dibagi menjadi dua point, yakni lamanya responden dalam menyaksikan tayangan musik Inbox (dalam ukuran menit), intensitas responden dalam menonton tayangan musik Inbox. Tabel 4.2.3 Lamanya menonton tayangan musik Inbox di SCTV Penilaian
(f)
(%)
< 30 menit
1
2
30-60 menit
17
30
60-90 menit
11
19
90 menit
28
49
Total
57
100 La ma m enonton < 30 menit 30-60 menit 60-90 menit 90 m enit Pies show counts
Dari table 4.2.3 diatas dapat diketahui bahwa persentase lamanya responden menonton tayangan Inbox selama 90 menit lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan persentase lamanya responden menonton tayangan Inbox selama 60-90 menit. Hal ini membuktikan bahwa responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang menikmati tayangan Inbox, sehingga mereka meluangkan waktunya untuk menonton Inbox.
63
Tabel 4.2.4 Intensitas Menonton Tayangan Musik Inbox di SCTV Penilaian
(f)
(%)
2 kali
12
21
3 kali
8
14
4 kali
9
16
5 kali
28
49
Total
57
100
Intensitas menonton 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali Pies show counts
Dari table 4.2.4 diatas dapat diketahui bahwa persentase intensitas responden menonton tayangan Inbox sebanyak 5 kali lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan persentase intensitas responden menonton tayangan Inbox sebanyak 2 kali.
64
4.2.3
Dampak Kognitif Tayangan Musik Inbox di SCTV Untuk subbab ini peneliti akan membahas dampak kognitif, yaitu dampak
media massa (Tayangan musik Inbox di SCTV) yang berpengaruh pada audience. Jika terjadi perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipresepsikan kepada audience. Tabel 4.2.5 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Format Acara Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Tahu
33
58
Kurang Tahu
24
42
Total
57
100
Dampak Kognitif 1 kurang tahu tahu Pies show counts
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa format acara musik Inbox sudah diketahui oleh sebagian besar responden penelitian. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yaitu sebanyak 58 % responden menyatakan mengetahui format acara inbox. Ini lebih besar dari responden yang menyatakan kurang mengetahui mengenai format acara inbox yaitu sebanyak 42 %.
65
Tabel 4.2.6 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Isi Program Acara Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Tahu
26
46
Kurang Tahu
30
53
Tidak Tahu
1
2
Total
57
100
2 tidak tahu kurang tahu tahu Pies show counts
Dari data yang tersaji pada table 4.2.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian kurang mengetahui isi program acara musik inbox. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kuesioner yaitu sebanyak 53 % responden menyatakan kurang mengetahui isi program acara musik inbox. Ini lebih besar dari responden yang menyatakan mengetahui tentang isi program acara musik inbox, yaitu sebanyak 46 %. Hal ini dikarenakan responden hanya ingin menyaksikan dan menikmati tayangan inbox, tanpa perduli dengan isi programnya.
66
Tabel 4.2.7 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Tema Tayangan Musik Inbox di SCTV Penilaian
(f)
(%)
Tahu
18
31
Kurang Tahu
38
61
Tidak Tahu
1
2
Total
57
100
3 tidak tahu kurang tahu tahu Pies show counts
Dari data yang tersaji pada tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengetahui tema tayangan musik Inbox lebih kecil dari pada persentase responden yang kurang tahu tentang tema tayangan musik Inbox. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak peka terhadap tema yang ada di inbox. Sebab responden hanya ingin menonton tayangan inbox, tanpa perlu mengetahui temanya.
67
Tabel 4.2.8 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Host Pada Acara Musik Inbox Pada Setiap Episodenya Penilaian
(f)
(%)
Tahu
22
39
Kurang Tahu
30
53
Tidak Tahu
5
9
Total
57
100
4 tidak tahu kurang tahu tahu Pies show counts
Hasil penelitian pada tabel 4.2.8 diketahui bahwa mayoritas responden penelitian kurang mengetahui host pada acara musik inbox pada setiap episodenya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yaitu sebanyak 53 %. sebab inbox selalu menghadirkan host yang berbeda-beda pada setiap episodenya, maka responden kurang mengetahui siapa saja host yang mengisi pada acara Inbox.
68
Tabel 4.2.9 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Bintang Tamu Yang Dihadirkan Oleh Inbox Pada Setiap Episodenya Penilaian
(f)
(%)
Tahu
13
23
Kurang Tahu
34
60
Tidak Tahu
10
17
Total
57
100
5 tidak tahu kurang tahu tahu Pies show counts
Dari tabel di atas diketahui bahwa persentase responden yang mengetahui tentang bintang tamu yang dihadirkan oleh Inbox lebih kecil dari pada persentase responden yang kurang mengetahui tentang bintang tamu yang dihadirkan oleh Inbox. Hal ini dikarenakan penonton inbox tidak diberitahu sebelumnya, siapa bintang tamu yang akan hadir di Inbox.
69
Tabel 4.2.10 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Tentang Pemutaran Video Klip Di Acara Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Tahu
9
16
Kurang Tahu
32
56
Tidak Tahu
16
28
Total
57
100
6 tidak tahu kurang tahu tahu Pies show counts
Dari data yang tersaji pada tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa persentase responden kurang mengetahui tentang pemutaran video klip di acara musik Inbox lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan persentase responden yang tahu dan tidak tahu tentang pemutaran video klip. Karena pemutaran video klip adalah permintaan (request) para penonton, sehingga video klip diputar sesuai permintaan penonton dan langsung ditampilkan.
70
Tabel 4.2.11 Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Teknologi Yang Digunakan Pada Acara Inbox Penilaian
(f)
(%)
Tahu
3
5
Kurang tahu
21
37
Tidak Tahu
33
58
total
57
100
7 tidak tahu kurang tahu tahu Pies show counts
Dari data yang tersaji pada tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian tidak tahu tentang teknologi 3G yang digunakan pada acara Inbox. Hal ini dikarenakan para responden masih belum memiliki handphone dengan teknologi yang canggih, yang dipakai pada acara musik Inbox
71
4.2.3
Dampak Afektif Tayangan Musik Inbox di SCTV Untuk mengetahui bagaimana terpaan dampak afektif tayangan musik
Inbox di SCTV terhadap kalangan remaja kelurahan Cibodasari Tangerang. Semuanya akan tertuang dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 4.2.12 Sikap Responden Terhadap Format Acara Musik Inbox Di SCTV Penilaian
(f)
(%)
Setuju
27
47
Kurang Setuju
27
47
Tidak Setuju
3
5
total
57
100
Dampak Afektif 8 tidak setuju kurang setuju setuju Pies show counts
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian setuju terhadap format acara musik Inbox di SCTV. Hal ini menunjukkan bahwa format acara Inbox sudah baik dan dapat menarik perhatian remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
72
Tabel 4.2.13 Sikap Responden Terhadap Tema-tema Acara Musik Inbox Pada Setiap Episodenya Penilaian
(f)
(%)
Setuju
20
35
Kurang Setuju
30
53
Tidak Setuju
7
12
total
57
100
9 t idak set uju kurang setuju setuju Pies show counts
Dari table 4.2.13 dapat diketahui bahwa persentase responden yang kurang setuju terhadap tema-tema acara musik Inbox lebih besar dari pada persentase responden yang setuju terhadap tema-tema acara musik Inbox. Hal ini dikarenakan tema-tema yang ada pada Inbox kurang kreatif.
73
Tabel 4.2.14 Sikap Responden Terhadap Isi Program Acara Musik Inbox Pada Setiap Episodenya Penilaian
(f)
(%)
Setuju
14
24
Kurang Setuju
32
56
Tidak Setuju
11
19
total
57
100
10 tidak setuju kurang setuju setuju Pies show counts
Berdasarkan pengolahan data-data yang diperoleh dapat diketahui bahwa persentase responden yang kurang setuju terhadap isi program acara musik Inbox lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan persentase responden yang setuju dan tidak setuju terhadap isi program acara musik Inbox.
74
Tabel 4.2.15 Sikap Responden Terhadap Host Pada Acara Musik Inbox Pada Setiap Episodenya Penilaian
(f)
(%)
Setuju
30
53
Kurang Setuju
22
39
Tidak setuju
5
9
total
57
100
11 tidak setuju kurang setuju setuju Pies show counts
Berdasarkan data pada tabel 4.2.15 diatas diketahui bahwa mayoritas responden penelitian setuju terhadap host pada acara musik Inbox pada setiap episodenya. Hal ini menjadi bukti bahwa host yang mengisi acara Inbox pada setiap episodenya menarik perhatian remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
75
Tabel 4.2.16 Sikap Responden Terhadap Bintang Tamu Yang Dihadirkan Oleh Inbox Setiap Episodenya Penilaian
(f)
(%)
Setuju
36
63
Kurang Setuju
17
30
Tidak Setuju
4
7
total
57
100
12 tidak setuju kurang setuju setuju Pies show counts
Berdasarkan tabel yang tersaji di atas diketahui bahwa persentase responden yang setuju terhadap bintang tamu yang hadir pada acara Inbox setiap episodenya lebih besar dua kali lipat dari pada persentase responden yang kurang setuju dan tidak setuju terhadap bintang tamu yang hadir pada acara Inbox setiap episodenya. Sebab bintang tamu yang dihadirkan oleh Inbox menarik dan menjadi idola bagi responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
76
Tabel 4.2.17 Sikap Responden Terhadap Pemutaran Video Klip Di Acara Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Setuju
3
5
Kurang Setuju
33
57
Tidak Setuju
21
37
total
57
100
13 t idak setuju kurang set uju setuju Pies show counts
Dengan memperhatikan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian kurang setuju terhadap pemutaran video klip di Inbox. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yaitu sebanyak 57 % responden menyatakan kurang setuju terhadap pemutaran video klip di Inbox. Ini lebih besar dari responden yang menyatakan setuju dan tidak setuju terhadap pemutaran video klip Hal ini dikarenakan
video klip yang ditampilkan bukan sesuai dengan
kesukaan atau keinginan responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
77
Tabel 4.2.18 Sikap Responden Terhadap Teknologi Yang Digunakan Pada Acara Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Kurang Setuju
22
39
Tidak Setuju
35
61
total
57
100
14 tidak setuju kurang setuju Pies show counts
Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian tidak setuju terhadap teknologi yang digunakan pada acara Inbox. Sebab responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang, tidak memiliki handphone dengan teknologi canggih (bisa menggunakan fasilitas 3G).
78
4.2.5
Dampak Konatif Tayangan Musik Inbox di SCTV Perubahan pada pola perilaku merupakan perubahan paling akhir yang
terjadi pada audience akibat terpaan media terhadapnya, dan inilah yang dinamakan dengan dampak konatif yang ditimbulkan oleh media terhadap audience. Ada 7 pertanyaan yang peneliti ajukan kepada responden untuk mengetahui bagaimana dampak konatif yang ditimbulkan oleh terpaan tayangan musik inbox di SCTV terhadap remaja Kelurahan Cibodasari Tangerang. Tabel 4.2.19 Jenis musik yang paling disukai oleh responden Penilaian
(f)
(%)
Jazz
10
17
Rock
20
35
Pop
27
47
Total
57
100
Dampak Konatif 15 jazz rock pop Pies show counts
Dengan memperhatikan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian menyukai jenis musik Pop. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kuesioner yaitu sebanyak 47 % responden menyatakan menyukai jenis musik Pop.
79
abel 4.2.20 Responden Memilih Musik Pop, Karena Menonton Tayangan Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Setuju
1
2
Kurang Setuju
25
43
Tidak Setuju
31
54
Total
57
100
16 t idak setuju kurang setuju setuju Pies show counts
Berdasarkan data pada table 4.2.20 tersebut di atas dapatdiketahuibahwa mayoritas responden penelitian tidak setuju dengan pernyataan bahwa “Responden Memilih Lagu-lagu Pop Indonesia, Karena Menonton Tayangan Musik Inbox”. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kuesioner yaitu sebanyak 54 % responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Sebab sebelum ada tayangan Inbox, responden penelitian sudah memilih jenis musik Pop.
80
Tabel 4.2.21 Responden Memilih Lagu-lagu Pop Indonesia, Karena Menonton Tayangan Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Kurang Setuju
23
40
Tidak setuju
34
60
total
57
100
17 tidak setuju kurang setuju Pies show counts
Dengan memperhatikan tabel yang tersaji di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian tidak setuju dengan pernyataan bahwa “Responden Memilih Lagu-lagu Pop Indonesia, Karena Menonton Tayangan Musik Inbox”. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase kuesioner yaitu sebanyak 60 % responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Karena sebelum tayangan Inbox ada, responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang, sudah memilih lagu-lagu Pop Indonesia.
81
Tabel 4.2.22 Respek Responden Terhadap Bintang Tamu Yang Dihadirkan Pada Acara Musik Inbox Penilaian
(f)
(%)
Respek
29
51
Kurang Respek
23
40
Tidak Respek
5
9
total
57
100
18 tidak respek kurang respek respek Pies show counts
Hasil penelitian dari table 4.2.22 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian respek terhadap bintang tamu yang hadir pada acara Inbox. Hal ini dikarenakan bintang tamu yang hadir di Inbox menarik dan menjadi idolanya para remaja kelurahan Cibodasari Tangerang.
82
Tabel 4.2.23 Tingkat Keseringan Responden Melakukan Dialog Interaktif Dengan Host Dan Pemirsa Televisi Penilaian
(f)
(%)
Sering
1
2
Kurang Sering
34
60
Tidak Sering
22
39
total
57
100
19 tidak sering kurang sering sering Pies show counts
Hasil penelitian pada table 4.2.23 dapat diketahui bahwa persentase responden yang sering melakukan dialog interaktif dengan host sangat kecil dibandingkan dengan persentase responden yang kurang sering dan tidak sering melakukan dialog interaktif dengan host. Sebab responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang tidak memiliki handphone berteknologi canggih (bisa menggunakan 3G).
83
Tabel 4.2.24 Tingkat Keseringan Responden Melakukan Request Pemutaran Video Klip Yang Disampaikan Melalui SMS Penilaian
(f)
(%)
Sering
2
3
Kurang sering
30
53
Tidak Sering
25
14
Total
57
100
20 tidak sering kurang sering sering Pies show counts
Hasil penelitian pada tabel 4.2.24 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden penelitian kurang sering melakukan request pemutaran video klip melalui SMS. Sebab responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang merasa bosan dan kurang tertarik untuk mengirim SMS, karena pada saat merequest video klip hampir tidak pernah dibacakan oleh hostnya.
84
Tabel 4.2.25 Tingkat Keseringan Responden Menonton Langsung Ke Lokasi Shooting Inbox Penilaian
(f)
(%)
Sering
34
60
Kurang sering
16
28
Tidak Sering
7
12
Total
57
100
21 tidak sering kurang sering sering Pies show counts
Berdasarkan tabel yang tersaji di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang sering menonton langsung ke lokasi shooting Inbox lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan persentase responden yang kurang sering dan tidak sering menonton langsung ke lokasi shooting Inbox. Hal ini dikarenakan responden remaja kelurahan Cibodasari Tangerang ingin menonton secara live (langsung) acara Inbox.
85
4.2.6
Analisis dan Pembahasan Seperti yang telah disebutkan pada bab II tentang komunikasi massa,
komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikasi secara masal, berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Begitu pula dengan penayangan musik Inbox di SCTV merupakan sarana informasi, khususnya hiburan yang masuk dalam kategori non drama. Televisi yang merupakan media audio visual yaitu media elektronik yang bisa menghadirkan gambardan mengeluarkan suara, sangat menarik perhatian massa. Sedemikian besarnya daya tarik televisi,hingga mampu merubah pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi. Kekuatan yang dimiliki media ini adalah bisa menguasai jarak dan ruang, serta daya rangsang sesorangpun bisa diketahui dengan cepat dan menyentuh aspek psikologis pemirsa. Dampak siaran televisi pada audience secara umum diakui bahwa siaran televisi mempunyai pengaruh yang besar, termasuk para remaja. Bagi remaja, khususnya remaja sekolah menengah umum, siaran televisi merupakan suatu standard kaca perbandingan antara realita media dan realita asli yang sangat dipercaya dapat menimbulkan perubahan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan. Stasiun televisi SCTV selaku penyelenggara dan penggagas menyiarkan acara musik Inbox, mampu memberikan hiburan yang berbeda dari acara musik sekarang yang ada. Dampak kognitif dapat dilihat dari terpaan informasi mengenai Tayangan musik Inbox melalui media massa, sehingga menimbulkan perhatian terhadap tayangan musik Inbox.
86
Lalu dampak kognitif juga dapat dilihat dari ketertarikan audience untuk menyaksikan tayangan musik Inbox di SCTV. Remaja yang mengetahui format acara musik inbox lebih besar dari pada remaja yang kurang mengetahui fomat acara, mayoritas responden kurang mengetahui isi program musik inbox yaitu sebesar 30 orang responden / 53 %, dari tema tayangan musik inbox diketahui bahwa remaja kurang mengetahui tema Inbox dari pada remaja yang mengetahui, dan banyak remaja yang kurang mengetahui
host pada acara musik inbox,
mayoritas remaja kurang mengetahui bintang tamu yang hadir di Inbox sebesar 34 orang responden / 60 %, pengetahuan remaja terhadap pemutaran video klip lebih besar remaja yang kurang mengetahui dari pada remaja yang mengetahui, kemudian pengetahuan remaja terhadap teknologi yang digunakan pada Inbox, banyak remake yang tidak mengetahui sebanyak 33 orang responden / 58 %, sedangkan remaja yang mengetahui hanya 3 orang responden / 5 % Dampak afektif dapat diketahui setelah responden menonton tayangan musik Inbox di SCTV yang menimbulkan sikap sangat setuju terhadap format acara musik inbox. Jumlah remaja yang setuju dan kurang setuju terhadap format acara Inbox sama besarnya, Sikap kurang setuju remaja lebih besar dari pada remaja yang setuju terhadap tema-tema acara Inbox, Sikap kurang setuju remaja terhadap isi program inbox lebih besar yakni 32 orang responden dari pada remaja yang setuju terhadap isi program inbox, Untuk host yang ada di Inbox, mayoritas remaja setuju yakni sebanyak 30 orang responden, Sikap setuju para remaja terhadap Bintang tamu yang hadir di Inbox lebih besar dari pada remaja yang tidak setuju sebesar 4 orang responden, Sikap kurang setuju remaja terhadap pemutaran video kilp lebih besar dari pada sikap setuju, Kemudian Sikap tidak
87
setuju remaja terhadap teknologi yang digunakan pada Inbox lebih besar yakni 35 orang responden / 61 % Terakhir Dampak konatif dapat diketahui, ketika responden melakukan tindakan atau berbuat sesuatu. Mayoritas remaja menyukai jenis musik pop, Remaja tidak setuju terhadap preferensi terhadap music lebih besar dari pada remaja yang setuju yakni 1 orang responden / 2 %, sedangkan preferensi terhadap lagu pop Indonesia jumlah remaja yang tidak setuju lebih besar dari pada yang kurang setuju, kemudian untuk respek terhadap bintang tamu, remaja yang respek lebih besar dari pada remaja yang kurang respek, mayoritas remaja kurang sring melakukan dialog interaktif, hanya ada 1 orang responden yang sering melakukan dialog interaktif, mayoritas remaja kurang sering melakukan request pemutaran video klip melalui SMS, terdapat 2 orang responden yang sering melakukan request pemutaran video klip melalui SMS, mayoritas remaja sering menonton langsung ke lokasi shooting Inbox, yakni sebesar 34 orang responden / 60 %. Peneliti berasumsi bahwa remaja kelurahan Cibodasari Tangerang, sering menonton langsung ke lokasi shooting Inbox, karena ingin menonton secara langsung (live) bintang tamu yang hadir pada acara musik Inbox di SCTV, selain itu juga remaja kelurahan Cibodasari Tangerang ingin masuk televise, agar teman-teman dan keluarga di rumah dapat melihat mereka berada di layar kaca.
88
4.2.6.1. Tabel Akumulatif Kuesioner pada Dampak Kognitif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang No
Akumulatif Kuesioner pada Dampak
Frekuensi
%
48
84
9
16
0
0
57
100
Kognitif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang 1.
Tinggi (13-17)
2.
Sedang (8-12)
3.
Rendah (3-7) Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 48 responden atau 84 % menyatakan Tinggi pada Dampak Kognitif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang. Sedangkan responden yang menjawab Sedang pada Dampak Kognitif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang, sebanyak 9 responden atau 16 %.
89
4.2.6.2. Tabel Akumulatif Kuesioner pada Dampak Afektif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang NO
Akumulatif Kuesioner pada
Frekuensi
%
48
84
9
16
0
0
57
100
Dampak Afektif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang 1.
Tinggi (13-17)
2.
Sedang (8-12)
3.
Rendah (3-7) Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 48 responden atau 84 % menyatakan Tinggi pada Dampak Afektif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang. Sedangkan responden yang menjawab sedangl pada Dampak Afektif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang, sebanyak 9 responden atau 16 %.
90
4.2.6.3. Tabel Akumulatif Kuesioner pada Dampak Konatif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang No.
Akumulatif Kuesioner pada
Frekuensi
%
39
68
18
32
0
0
57
100
Dampak Konatif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang 1.
Positif (13-17)
2.
Netral (8-12)
3.
Negatif (3-7) Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 39 responden atau 68 % menyatakan positif pada Dampak Konatif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang. Sedangkan responden yang menjawab netral pada Dampak Konatif tayangan musik Inbox di SCTV terhadap remaja di kelurahan Cibodasari Tangerang, sebanyak 18 responden atau 32 %.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan pada tayangan Inbox di
SCTV dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dalam tataran Dampak Kognitif, diketahui ukuran untuk konsep pengetahuan para remaja kelurahan Cibodasari Tangerang yaitu tinggi, hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 48 orang responden / 84 %, kemudian ukuran sedang untuk konsep pengetahuan adalah 9 orang responden / 16 %. 2. Dalam tataran Dampak Afektif, diketahui ukuran untuk sikap para remaja kelurahan Cibodasari Tangerang yaitu tinggi, hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 48 orang responden / 84 %, kemudian ukuran sedang untuk konsep sikap remaja adalah 9 orang responden / 16 %. 3. Dalam tataran Dampak Konatif, diketahui ukuran untuk tindakan para remaja kelurahan Cibodasari Tangerang yaitu positif, hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 39 orang responden / 68 %, kemudian ukuran netral untuk konep tindakan adalah 18 orang responden / 32 %.
91
92
5.2
Saran Dari keseluruhan data dan permasalahn serta penelitian yang sudah
dikemukakan, maka peneliti ingin menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Tingkat keseringan responden melakukan dialog interaktif dengan host dan pemirsa televisi sangatlah kurang. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 1 responden atau 2 % saja yang sering melakukan dialog interaktif dengan host dan pemirsa televisi. Agar responden sering melakukan dialog interaktif dengan host dan pemirsa televisi, maka harus diperhatikan dan direncanakn dengan baik sebelumnya. 2. Tingkat keseringan responden melakukan request pemutaran video klip yang disampaikan melalui SMS sangatlah kurang. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 2 responden atau 3 % saja yang sering melakukan request pemutaran video klip yang disampaikan melalui SMS, Agar responden sering melakukan request pemutaran video klip yang disampaikan melalui SMS, maka harus diseleksi dan dibacakan SMS yang masuk ke Inbox. 3. Tingkat keseringan responden menonton langsung ke lokasi shooting Inbox. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 34 responden atau 60 % responden sering menonton langsung ke lokasi shooting Inbox, supaya Inbox mendapatkan responden yang lebih banyak menonton langsung ke lokasi shooting Inbox, maka lokasi shooting Inbox haruslah strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
MC Quail Denis, 1996, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga. Kuswandi Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta :Rineka Cipta. Susanto Astrid S, 1992, Komunikasi Kontemporer, Bandung : Binacipta. Morissan, 2005, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi, Tangerang : Ramdina Prakarsa. Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Grasindo. Nasution Zulkarimein, 1990, Komunikasi Politik Suatu Penganter, Ghalia Indonesia. Uchyana Onong, 1993, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung : Penerbit Mansiar Maju. CangaraHafied , 2003, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Roekomy, 1992, Dasar-dasar Persuasi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Djuroto Totok, 2000, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya. McQuail Denis,1996, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Penerbit Erlangga. Nurudin, Komunikasi Massa, 2003, Yogyakarta : Penerbit Cespur. Rahmat Jalaludin, 1996, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hofmann Ruedi, 1999, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi, Jakarta : Grasindo. Kuswandi Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta : PT Rineka Cipta. Uchyana Effendy Onong, 1998, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Jakarta : Penerbit Erlangga. Wahyudi JB, 1996, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta : Grafiti. Rahmat Jalaludin, 1995, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Rosdakarya.
Arikunto Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta. Hasan M Iqbal, 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Pene;itian dan Aplikasinya, Jakarta : Ghalia Indonesia. Nawawi H Hadari, 1983, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hadi Sutrisno, Statistik, Yayasan Penerbitan Fgakultas Psikologi UGM. Uchyana Effendy Onong, 2007, Ilmu Komunikasi-Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Burton Graeme, 2008, Pengantar untuk Memahami media dan budaya populer, Jalasutra Anggota IKAPI. Arikunto Suharsini, 2007, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, Jakarta : PT Gramedia
KUESIONER
Identitas Responden Nama
:
Jenis Kelamin : Umur
:
No.Telepon
:
Daftar Pertanyaan
*)
Apakah Anda pernah menonton Tayangan Inbox di SCTV ? a. Pernah b. Tidak Pernah
Pada pertanyaan berikut ini kami ingin menanyakan seberapa besar perhatian yang biasa anda curahkan terhadap kategori jenis dibawah ini, ketika anda menonton acara inbox di SCTV (beri tanda X pada jawaban yang tersedia).
I Pola menonton Inbox 1. Berapa kali dalam lima hari sepekan anda menonton Inbox ? a. 5 kali b. 4 kali c. 3 kali d. 2 kali 2. Seberapa lama anda menonton acara inbox dalam satu kali menonton ? a. 90 menit b. 60-90 menit c. 30-60 menit d. < 30 menit
II. Dampak Kognitif 1) Bagaimanakah Pengetahuan anda terhadap format acara yang di suguhkan oleh Inbox ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu 2) Bagaimanakah Pengetahuan anda terhadap isi program acara musik Inbox ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu 3) Bagaimanakah Pengetahuan anda terhadap tema tayangan musik Inbox di SCTV ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu 4) Bagaimanakah Pengetahuan anda terhadap host pada acara musik Inbox ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu 5) Bagaimanakah Pengetahuan anda tentang bintang tamu yang dihadirkan oleh Inbox ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu 6) Bagaimanakah Pengetahuan anda tentang musik Inbox ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
pemutaran video klip di acara
7) Bagaimanakah Pengetahuan anda terhadap teknologi yang digunakan pada acara musik Inbox ? a. Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu
III Dampak Afektif 1) Bagaimanakah Sikap anda terhadap format acara yang disuguhkan oleh inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 2) Bagaimanakah Sikap anda terhadap isi program acara musik Inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 3) Bagaimanakah Sikap anda terhadap tema musik Inbox di SCTV ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 4) Bagaimanakah Sikap anda terhadap host pada acara musik Inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 5) Bagaimanakah Sikap anda terhadap bintang tamu yang dihadirkan oleh Inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 6) Bagaimanakah Sikap anda terhadap pemutaran videoklip di acara musik Inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 7) Bagaimanakah Sikap anda terhadap teknologi yang digunakan pada acara musik Inbox di SCTV ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju
IV. Dampak Konatif 1) Apa jenis musik yang paling anda sukai ? a. Pop b. Rock c. Jazz 2) Saya memilih musik pop,karena menonton tayangan inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 3) Saya memilih lagu-lagu pop indonesia, karena menonton tayangan inbox ? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 4) Apakah anda respek terhadap bintang tamu yang dihadirkan pada acara musik inbox ? a. Respek b. Kurang respek c. Tidak Respek 5) Apakah anda pernah Melakukan Dialog interaktif dengan host dan pemirsa televisi ? a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering
6) Apakah anda pernah Melakukan request pemutaran videoklip yang disampaikan melalui sms ? a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering 7) Apakah anda pernah Menonton Langsung ke lokasi Shooting Inbox ? a. Sering b. Kurang Sering c. Tidak Sering
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Usia Jenis Kelamin 20 L 20 P 17 L 17 P 17 P 17 L 17 P 17 L 15 L 18 L 15 P 15 L 19 P 19 P 16 P 20 L 15 L 16 P 20 P 17 L 15 P 16 P 19 L 18 L 20 P 17 L 17 P 18 L 16 P 20 P 17 L 15 L 15 P 16 L 17 P 19 L 16 P 18 L 19 P 15 L 15 L 17 L 19 L 17 L 17 P 18 P 17 P
P1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3
P2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2
Dampak Kognitif P3 P4 P5 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1
P6 2 2 3 2 1 3 2 1 2 2 1 1 1 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2
P7 1 3 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1
P1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3
P2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 2 2 3 3 2 2 3
Dampak Afektif P3 P4 P5 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 3 3 1 3 1 2 3 2 1 3 1 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 1 1 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 3 3
P6 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1
P7 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1
P1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 1 3 3 3 2 1 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 1 2 1 2 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3
P2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2
Dampak Konatif P3 P4 P5 2 3 2 1 3 2 2 3 2 1 3 1 1 3 2 1 3 1 2 3 2 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 3 2 2 3 1 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 1 1 3 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 1 1 3 2 1 2 2 1 3 2 1 3 1 1 3 2 2 3 3 1 3 1 2 3 2 2 3 2 1 3 2 1 3 1 2 3 1 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2
P6 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2
P7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
17 16 19 19 15 18 18 16 18 16
L P P P P L L P P P
3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
3 3 2 2 3 3 3 3 2 2
3 2 2 2 2 3 2 3 3 2
3 1 2 3 2 3 2 3 3 3
2 2 3 3 2 2 2 2 1 3
2 3 3 2 2 2 2 2 2 3
1 2 1 1 2 1 2 1 3 2
3 2 3 1 1 2 3 1 2 3
2 2 3 3 2 3 3 3 2 1
3 2 1 1 1 1 2 2 1 2
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 1 2 2 2 2 2 2 1 1
1 1 2 1 2 1 1 1 2 2
3 3 3 2 2 3 1 3 3 3
1 1 2 1 2 3 1 1 2 1
1 2 1 2 2 1 2 1 1 2
1 2 2 1 2 1 2 2 1 1
1 2 1 2 2 2 2 1 1 2
2 1 2 1 2 2 1 1 1 1
3 2 1 2 1 3 1 1 2 2
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid
57
% 100.0
0
.0
Excluded (a) Total
57 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.671
N of Items
.685
6
Item Statistics
Dampak Kognitif 1 Total Dampak kognitif Dampak Afektif 8 Total Dampak Afektif Dampak Konatif 15 Total Dampak konatif
Mean 4.44
Std. Deviation .732
N
30.02
2.716
57
4.44
.627
57
30.44
2.673
57
4.46
.734
57
29.23
2.062
57
57
Inter-Item Correlation Matrix Dampak Kognitif 1 1.000
Total Dampak kognitif .580
Total Dampak kognitif
.580
Dampak Afektif 8
.196 .210 -.047
Dampak Kognitif 1
Total Dampak Afektif Dampak Konatif 15 Total Dampak konatif
Dampak Afektif 8 .196
Total Dampak Afektif .210
1.000
.394
.394
1.000
.471
.597
.130
-.093 .266
.051 .490 The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Dampak Konatif 15 -.047
Total Dampak konatif .051
.471
.130
.490
.597
-.093
.266
1.000
-.067
.413
-.067
1.000
.402
.413
.402
1.000
Inter-Item Covariance Matrix
Dampak Kognitif 1 Total Dampak kognitif
Dampak Kognitif 1 .536
Total Dampak kognitif 1.153
Dampak Afektif 8 .090
Total Dampak Afektif .411
Dampak Konatif 15 -.025
Total Dampak konatif .077 2.746
1.153
7.375
.671
3.421
.260
Dampak Afektif 8
.090
.671
.393
1.001
-.043
.345
Total Dampak Afektif
.411
3.421
1.001
7.143
-.132
2.273
-.025
.260
-.043
-.132
.538
.608
.345
2.273
.608
4.251
Maximum / Minimum 6.858
Variance 194.466
N of Items 6
Dampak Konatif 15 Total Dampak konatif
.077 2.746 The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Summary Item Statistics
Mean 17.170
Item Means Item Variances
Minimum 4.439
Maximum 30.439
Range 26.000
3.373
.393
7.375
6.981
18.742
11.192
6
Inter-Item Covariances
.857
-.132
3.421
3.553
-25.874
1.168
6
Inter-Item Correlations
.266
-.093
.597
.690
-6.399
.053
6
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted 98.58
Scale Variance if Item Deleted 41.998
Corrected Item-Total Correlation .359
Squared Multiple Correlation .409
Cronbach's Alpha if Item Deleted .664
Total Dampak kognitif
73.00
22.071
.647
.591
.522
Dampak Afektif 8
98.58
41.427
.511
.379
.651
Total Dampak Afektif
72.58
24.855
.523
.471
.592
Dampak Konatif 15
98.56
44.072
.137
.235
.691
Total Dampak konatif
73.79
29.598
.539
.468
.575
Dampak Kognitif 1
Scale Statistics Mean 103.02
Variance 45.946
Std. Deviation
N of Items
6.778
6
Intraclass Correlation Coefficient
95% Confidence Interval
Single Measures
Intraclass Correlation(a) .254(b)
Lower Bound .152
F Test with True Value 0
Upper Bound .382
Value 3.044
df1 56.0
df2 280
Average Measures
.671(c) .519 .788 3.044 56.0 280 Two-way mixed effects model where people effects are random and measures effects are fixed. a Type C intraclass correlation coefficients using a consistency definition-the between-measure variance is excluded from the denominator variance. b The estimator is the same, whether the interaction effect is present or not. c This estimate is computed assuming the interaction effect is absent, because it is not estimable otherwise.
Sig .000 .000
Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Dampak Kognitif 1 57
Dampak Afektif 8 57
Dampak Konatif 15 57
Total Dampak kognitif 57
Total Dampak Afektif 57
0
0
0
0
0
Mean
4.44
4.44
4.46
30.02
30.44
Std. Error of Mean
.097
.083
.097
.360
.354
Median
5.00
5.00
5.00
30.00
30.00
Mode
5
5
5
29
30
Std. Deviation
.732
.627
.734
2.716
2.673
Variance
.536
.393
.538
7.375
7.143
-.911
-.660
-.968
.009
.260
Skewness Std. Error of Skewness
.316
.316
.316
.316
.316
Range
2
2
2
11
10
Minimum
3
3
3
24
25
Maximum
5
5
5
35
35
253
253
254
1711
1735
25
4.00
4.00
4.00
28.00
28.00
50
5.00
5.00
5.00
30.00
30.00
75
5.00
5.00
5.00
32.00
32.50
Sum Percentiles
Frequencies Statistics
N
Total Dampak kognitif 57
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean
Total Dampak Afektif 57
Total Dampak konatif 57
0
0
0
30.02
30.44
29.23
.360
.354
.273
Median Mode
30.00
30.00
29.00
29
30
29
Std. Deviation
2.716
2.673
2.062
Variance
7.375
7.143
4.251
Skewness
.009
.260
.354
Std. Error of Skewness
.316
.316
.316
Range
11
10
10
Minimum
24
25
25
Maximum
35
35
35
Sum Percentiles
1711
1735
1666
25
28.00
28.00
28.00
50
30.00
30.00
29.00
75
32.00
32.50
30.00
Frequency Table Total Dampak kognitif
Valid
Cumulative Percent 1.8
24
Frequency 1
Percent 1.8
Valid Percent 1.8
25
1
1.8
1.8
3.5
26
5
8.8
8.8
12.3
27
3
5.3
5.3
17.5
28
6
10.5
10.5
28.1
29
10
17.5
17.5
45.6
30
6
10.5
10.5
56.1
31
9
15.8
15.8
71.9
32
4
7.0
7.0
78.9
33
6
10.5
10.5
89.5
34
2
3.5
3.5
93.0
35
4
7.0
7.0
100.0
57
100.0
100.0
Total
Total Dampak Afektif
Valid
Percent 1.8
Valid Percent 1.8
Cumulative Percent 1.8
25
Frequency 1
26
1
1.8
1.8
3.5
27
6
10.5
10.5
14.0
28
7
12.3
12.3
26.3
29
7
12.3
12.3
38.6
30
11
19.3
19.3
57.9
31
6
10.5
10.5
68.4
32
4
7.0
7.0
75.4
33
4
7.0
7.0
82.5
34
3
5.3
5.3
87.7 100.0
35 Total
7
12.3
12.3
57
100.0
100.0
Total Dampak konatif
Valid
Cumulative Percent 5.3
25
Frequency 3
Percent 5.3
Valid Percent 5.3
26
1
1.8
1.8
7.0
27
5
8.8
8.8
15.8
28
11
19.3
19.3
35.1
29
15
26.3
26.3
61.4
30
10
17.5
17.5
78.9
31
3
5.3
5.3
84.2
32
6
10.5
10.5
94.7
33
1
1.8
1.8
96.5
34
1
1.8
1.8
98.2 100.0
35 Total
1
1.8
1.8
57
100.0
100.0
Histogram
Total Dampak kognitif
10
Frequency
8
6
4
2
Mean = 30.02 Std. Dev. = 2.716 N = 57
0 22
24
26
28
30
32
Total Dampak kognitif
34
36
Total Dampak Afektif
12
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = 30.44 Std. Dev. = 2.673 N = 57
0 24
26
28
30
32
Total Dampak Afektif
34
36
Total Dampak konatif
15
Frequency
12
9
6
3
Mean = 29.23 Std. Dev. = 2.062 N = 57
0 24
26
28
30
32
Total Dampak konatif
34
36
IKA NATALIA Jl. Empu Barada 1 No.6 Perumnas II Tangeramg Banten-15810 Hp. 0819.320.371.52 Telp (021) 591 2230 Data Pribadi Tempat / Tanggal Lahir
: Jakarta / 24 Desember 1985
Umur
: 23 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Pendidikan Formal 2007-2009
: Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Broadcasting (S1) Universitas Mercu Buana, Jakarta
2007-2010
: Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Broadcasting (D3) Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta
2000-2003
: SMU Strada St. Thomas Aquino, Tangerang
1997-2000
: SLTP Strada Slamet Riyadi, Tangerang
1990-1997
: SDN Kota Bambu 01 Pagi, Jakarta
Pengalaman Organisasi 2000-2003
: Sekretaris pemuda Gereja Kristen Protestan Simalungun, (GKPS) Tangerang
2003-2004
:Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta
2004-2005
:Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta
2004-2006
:Humas Ikatan Pemuda Empu Barada (Karang Taruna)
Pengalaman Kerja 2005
: Training Di PT. Metro TV, Sebagai Staff Produksi
Kegiatan Kepanitiaan
2004
: Pengenalan Studi Akademik / Pesta (Orientasi Mahasiswa) Universitas Indonusa Esa
Unggul, Jakarta, Bertanggung jawab atas
Koordinasi tim dokumentasi Universitas
2004
: “Journey For The TOP Mentos “Final kompetisi Band Surabaya, Bandar lamung, Bali, Jakarta di Indonusa Esa Unggul, Jakarta, Bertanggung jawab sebagai tim dokumentasi
2005
: Panitia Camping Rohani pemuda GKPS se dekanat Tangerang di Cipelang, Bertanggung jawab sebagai Bendahara
2006
: Panitia Bible Camp pemuda GKPS Tangerang, bertanggung jawab sebagai sekretaris
Kemampuan Aplikasi Komputer
: Microsoft Office (MS Word, MS Excel), Adobe photoshop, Corell Draw
Hobi Musik, Jalan-jalan, Fashion, Menonton