PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP TAYANGAN LIPUTAN 6 TENTANG DUKUN CILIK PONARI DI SCTV (Survey terhadap warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S-1) Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting
Disusun Oleh : Nama
: Sesilia Belliana CDG
Nim
: 4410401 – 052
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BROADCASTING JAKARTA 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Judul
: Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Liputan 6 Tentang Dukun Cilik Ponari Di SCTV (survey terhadap warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang)
Nama
: Sesilia Belliana Cipta DG
Nim
: 4410401 – 052
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Jakarta, 25 Agustus 2009
Disetujui Oleh
Pembimbing I
(Drs. A. Rahman, MM)
Pembimbing II
(Atmadji Soemarkidjo, MM)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI Judul
: Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Liputan 6 Tentang Dukun Cilik Ponari Di SCTV (survey terhadap warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang)
Nama
: Sesilia Belliana Cipta DG
Nim
: 4410401 – 052
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Jakarta, 25 Agustus 2009 Ketua Sidang Feni Fasta SE, M.Si
(............................................. )
Penguji Ahli Afdal Makuraga S.sos, MM
(..............................................)
Pembimbing I Drs. A. Rahman, MM
(............................................. )
Pembimbing II Atmadji Soemarkidjo, MM
(..............................................)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Judul
: Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Liputan 6 Tentang Dukun Cilik Ponari Di SCTV Kelurahan
(survey terhadap warga RW 03
Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang) Nama
: Sesilia Belliana Cipta DG
Nim
: 4410401 – 052
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting Jakarta, 29 Agustus 2009 Disetujui dan Diterima Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
(Drs. A. Rahman, MM)
(Atmadji Soemarkidjo, MM) Mengetahui
Dekan FIKOM
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
Ketua Program Studi
(Ponco B. Sulistyo, S.Sos. M.Comm)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
Sesilia Belliana Cipta DG (4410401 – 052) PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP TAYANGAN LIPUTAN 6 TENTANG DUKUN CILIK PONARI DI SCTV (survey terhadap warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang ) xvi + 89 halaman + 36 tabel + 1 bagan + 6 lampiran
ABSTRAKSI Televisi berfungsi sebagai media penyebar informasi baik peristiwaperistiwa yang terjadi didalam maupun diluar negeri. Liputan 6 merupakan salah satu media jurnalistik televisi yang ditayangkan oleh SCTV. Pada periode 10 – 27 Febuari 2009 Liputan 6 sangat gencar menyajikan berita tentang Dukun Cilik Ponari yang sangat fenomenal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap tayangan tersebut. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Jadi persepsi adalah salah satu bentuk dari respon yang diberikan oleh seseorang atau khalayak yang menonton suatu tayangan. Maka dari itu teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model S-O-R. Dimana khalayak yang merupakan Organisme atau pihak penerima Stimulus yang diberikan oleh stasiun televisi memberikan Respon berupa persepsi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dari responden mengenai tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari dengan mengisi kuisioner. Sebanyak 95 responden dari warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang diambil sebagai sampel. Dan digunakan tehnik analisis Likers untuk mengukur persepsi khalayak. Dari penelitian ini diperoleh hasil persepsi dari sebanyak 55 responden atau 58% dari 95 sampel warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV adalah persepsi yang positif.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kehendaknya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP TAYANGAN LIPUTAN 6 DI SCTV (survey terhadap warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang tentang Dukun Cilik Ponari). Adapun tujuan dari skripsi ini adalah untuk memenuhi pesyaratan yang diajukan oleh Universitas Mercu Buana dalam memperoleh gelar strata satu (S1) Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta. Pada penyusunan ini, peneliti telah mendapatkan banyak pengetahuan baru, bimbingan, serta bantuan berupa doa, dukungan dan semangat dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada: 1. Bapak Drs. A. Rahman, MM dan Bapak Atmadji Soemarkidjo, MM. selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dan memberikan masukan berupa ide dan motivasi sehingga sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Sutang Suprianto selaku Lurah serta jajaran pegawai Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang. 3. Bapak Sugiyo selaku Ketua RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang. 4. Ibu Feni Fasta, SE, M.Si selaku ketua sidang skripsi.
5. Bapak Afdal Makuraga, M.Si selaku dosen penguji ahli sidang skripsi. 6. Kepada kedua orangtua peneliti, dan kakak – adik (Bernadeth dan Yosep) serta keluarga Besar Sawud dan Delang Tolipung terima kasih atas segala doa, bimbingan dan dukungan yang begitu besar baik materil dan materi. 7. Keluarga Besar Teater Amoeba (kak Zarah, kak Mpy, kak Hilda) khususnya tim D’Pecunners (Chubby, Momy, Mimi, dede N9ex”, Maks, Mut2, Aming, Eka n Ichi) yang selalu memberi kegembiraan disela-sela kegamangan penulis saat mengerjakan skripsi ini serta support yang humoris. 8. Teman-teman angkatan Broadcast 2004 dan 2003 yang selalu saling mendukung dan mengisi kekurangan dalam menjalankan tugas skripsi ini. 9. Karyawan TU yang selalu membantu dalam urusan birokrasi. 10. Kepada semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu-persatu khususnya laki-laki yang telah menyejukkan mata dan hati ini disela kegilaan yang melanda, peneliti mengucapkan terima kasih atas semangat yang telah diberikan. Akhirnya penulis hanya bisa berharap bahwa laporan ini nantinya akan bermanfaat bagi pembaca dan atas segala kekurangan yang terdapat pada laporan ini penulis mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT. Jakarta, 18 Agustus 2009 Peneliti
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI .........................................
i
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI ........................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ................................. iii ABSTRAKSI................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 11 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 12 1.4.1. Akedemis ................................................................................. 12 1.4.2. Praktis .................................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13 2.1. Komunikasi Massa .............................................................................. 13 2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa ................................................. 13 2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ............................................. 13 2.1.3. Fungsi Komunikasi Massa ....................................................... 16 2.1.4. Proses Komunikasi Massa ....................................................... 18 2.1.5. Media Komunikasi Massa ........................................................ 19 2.2. Televisi ................................................................................................ 20 2.2.1. Pengertian Televisi ................................................................... 20 2.2.2. Karaketeristik Televisi ............................................................. 21 2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Televisi ........................................ 23 2.2.4. Fungsi Televisi ......................................................................... 25 2.3. Program .............................................................................................. 25
2.3.1. Pengertian Program ................................................................. 25 2.3.2. Karakteristik Program .............................................................. 26 2.3.3. Jenis-Jenis Program.................................................................. 27 2.4. Berita .................................................................................................. 28 2.5. Persepsi .............................................................................................. 33 2.6. Khalayak ............................................................................................. 35 2.6.1. Pengertian Khalayak ................................................................ 35 2.6.2. Karakteristik Khayalak............................................................. 36 BAB III METOLOGI .................................................................................... 41 3.1. Sifat Penelitian ................................................................................... 41 3.2. Metode Penelitian ............................................................................... 41 3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................... 42 3.3.1. Populasi .................................................................................... 42 3.3.2. Sampel ...................................................................................... 44 3.4. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................. 45 3.5. Definisi dan Operasional Konsep ....................................................... 45 3.5.1. Definisi konsep ........................................................................ 45 3.5.2. Operasional Konsep ................................................................. 48 3.6. Teknik Analisi Data ............................................................................ 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 59 4.1. Gambaran Umum SCTV..................................................................... 59 4.1.1. Liputan 6 ................................................................................... 61 4.2. Pembahasan ........................................................................................ 62 4.3. Identitas Responden ............................................................................ 62 4.3.1. Jenis Kelamin .......................................................................... 62 4.3.2. Usia .......................................................................................... 63 4.3.3. Pendidikan Terakhir ................................................................. 64 4.3.4. Jenis Pekerjaan ........................................................................ 64 4.4. Persepsi Khalayak RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tanggerang dalam Tahap Penginderaan atau Sensasi
65
4.4.1. Liputan 6 merupakan salah satu tayangan berita yang menyiarkan berita tentang Dukun Cilik Ponari .......................... 65 4.4.2. Muhammad Ponari adalah bocah sepuluh tahun warga Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur yang memperoleh batu petir saat dirinya sedang bermain hujan dan tersambar petir ............... 66 4.4.3. Sejak tiga pekan lalu, praktek pengobatan Ponari sangat diminati masyarakat dari berbagai daerah hingga mencapai 50 ribu orang ..................................................................................... 66 4.4.4. Banyak masyarakat yang berharap mendapat kesembuhan dari praktek pengobatan Ponari .................................................. 67 4.4.5. walaupun dapat menyembuhkan berbagai penyakit, tidak semua pasien Ponari merasa puas dengan pengobatan tersebut .. 68 4.4.6. Banyak orang yang memperoleh keuntungan dari praktek pengobatan Ponari ....................................................................... 68 4.4.7. Masyarakat mengnggap pengobatan yang dilakukan oleh Ponari lebih cepat, efektif dan murah .......................................... 69 4.4.8. Bagi Komisi Perlindungan Anak, praktek dukun yang melibatkan Ponari tidak la yak dilanjutkan karena mengandung unsur eksploitas dan terlanggarnya hak-hak anak ....................... 69 4.5. Persepsi Khalayak RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tanggerang dalam Tahap Atensi .................................. 70 4.5.1. Masyarakat yang antusias dengan pengobatan ala Ponari rela antri berhari-hari demi memperoleh kesembuhan ....................... 70 4.5.2. Akibat telah jatuhnya korban jiwa, praktek Ponari ditutup pada hari selasa 11 Februari 2009 oleh masyarakat .................... 71 4.5.3. Ribuan masyarakat dari berbagai daerah masih mengantri dan berharap praktek Ponari dibuka kembali ..................................... 71 4.5.4. Ayah Ponari, Khomsin dirawat di rumah sakit akibat perkalihan dengan tetangganya yang diduga ingin menguasai Ponari ........................................................................................... 72
4.5.5. Kini Ponari lebih senang bermain handphone dan laptop yang diperoleh hasil prakteknya dibandingkan bermain dengan teman-temannya dan mendengarkan cerita Kak Seto. ................. 73 4.5.6. Atas desakan dari masyarakat, praktek Ponari dibuka kembali pada 17 Februari 2009 ............................................................
73
4.5.7. Dari praktek Ponari ini disusun tempat Ponari tinggal mendapat masukan hingga Rp. 500 juta dari retribusi yang ditari oleh panitia dari pasien ...................................................... 74 4.5.8. Demi keamanan Kepolisian Sektor Megaluh dan Kepolisian Resor Jombang menurunkan 300 personel ................................. 74 4.5.9. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi atau yang lebih akrab disapa Kak Seto turut ambil andil dalam kasus Ponari dengan mengunjungi Ponari disekolah................... 75 4.6. Persepsi Khalayak RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tanggerang dalam Tahap Interpretasi ......................... 75 4.6.1. Praktek pengobatan Ponari menelan 4 korban jiwa, yaitu Curul Miftadi (Jombang, 42); Rumiadi (Kediri, 58); Muhtasor (Blitar, 56) dan Marwud (Jombang, 55) ...................................... 76 4.6.2. Maraknya pemberitaan Ponari dimedia-media membuat banyaknya Ponari-Ponari baru yang bermunculan ...................... 76 4.6.3. Desa Balongsari yang dulu merupakan Desa tertinggal kini menjadi Desa yang ramai dengan adanya praktek Ponari ........... 77 4.6.4. Peristiwa Ponari ini menarik perhatian masyarakat luas termasuk Sosiolog Universitas Indonesia Robert MZ. Lawang dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulayadi 77 4.6.5. Karena terlalu lelah berpraktek, Ponari jatuh sakit .................. 78 4.6.6. Dengan adanya praktek pengobatan ini Ponari menjadi kehilangan keceriaan masa kecilnya untuk bermain dan belajar seperti teman-teman sebayanya ................................................... 78 4.6.7. Dengan bermunculannya praktek klenik Ponari dan sejenisnya membuktikan bahwa minimnya fasilitas kesehatan
yang diberikan pemerintah terhadap rakyatnya, khususnya rakyat menengah kebawah ........................................................... 79 4.6.8. Dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisi mistis ............................................ 79 4.6.9. Mengapa dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisional mistis? ........................... 80 4.7. Hasil Akumulasi.................................................................................... 81 4.7.1. Hasil Akumulasi Penginderaan atau Sensasi ............................. 81 4.7.2. Akumulasi Atensi ....................................................................... 82 4.7.3. Akumulasi Interpretasi ............................................................... 82 4.7.4. Akumulasi Persepsi .................................................................... 83 4.8. Analisa ................................................................................................ 84 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 87 5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 87 5.2. Saran-Saran ......................................................................................... 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN IDENTITAS PRIBADI
DAFTAR TABEL Tabel Operasional Konsep ............................................................................... 48 Tabel 4.3.1 Jenis Kelamin ............................................................................ 63 Tabel 4.3.2 Usia ........................................................................................... 63 Tabel 4.3.3. Pendidikan Terakhir Responden ................................................ 64 Tabel 4.3.4. Pekerjaan Respoden ................................................................... 64 Tabel 4.4.1. Liputan 6 merupakan salah satu tayangan berita yang menyiarkan berita tentang Dukun Cilik Ponari ........................ 65 Tabel 4.4.2. Muhammad Ponari adalah bocah sepuluh tahun warga Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur yang memperoleh batu petir saat dirinya sedang bermain hujan dan tersambar petir ... 66 Tabel 4.4.3. Sejak tiga pekan lalu, praktek pengobatan Ponari sangat diminati masyarakat dari berbagai daerah hingga mencapai 50 ribu orang............................................................................. 67 Tabel 4.4.4. Banyak masyarakat yang berharap mendapat kesembuhan dari praktek pengobatan ponari ................................................ 67 Tabel 4.4.5. Walaupun dapat menyembuhkan berbagai penyakit, tidak semua pasien Ponari merasa puas dengan pengobatan tersebut ..................................................................................... 68 Tabel 4.4.6. Banyak orang yang memperoleh keuntungan dari praktek pengobatan Ponari .................................................................... 68 Tabel 4.4.7. Masyarakat menganggap pengobatan yang dilakukan oleh Ponari lebih cepat, efektif dan murah ....................................... 69 Tabel 4.4.8. Bagi Komisi Perlindungan Anak, praktek dukun yang melibatkan Ponari tidak layak dilanjutkan karena mengandung unsur eksploitasi dan terlanggarnya hak-hak anak........................................................................................... 70 Tabel 4.5.1. Masyarakat yang antusias dengan pengobatan ala Ponari rela antri berhari-hari demi memperoleh kesembuhan ............. 70
Tabel 4.5.2. Akibat telah jatuhnya korban jiwa, praktek Ponari ditutup pada hari Selasa. 11 Febuari 2009 oleh Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Jombang. Jawa Timur ................ 71 Tabel 4.5.3. Ribuan masyarakat dari berbagai daerah masih mengantri dan berharap praktek Ponari dibuka kembali ........................... 72 Tabel 4.5.4. Ayah Ponari, Khomsin dirawat di rumah sakit akibat perkelahian dengan tetangganya yang diduga ingin menguasai Ponari...................................................................... 72 Tabel 4.5.5. Kini Ponari lebih senang bermain handphone dan laptop yang diperoleh dari hasil prakteknya dibandingkan bermain dengan teman-temannya dan mendengarkan cerita Kak Seto .. 73 Tabel 4.5.6. Atas desakan dari masyarakat, praktek Ponari dibuka kembali pada tanggal 17 Febuari 2009 ..................................... 73 Tabel 4.5.7. Dari praktek Ponari ini, dusun tempat Ponari tinggal mendapat masukan hingga Rp. 500 juta dari retribusi yang ditarik oleh panitia dari pasien ................................................. 74 Tabel 4.5.8. Demi keamanan Kepolisian Sektor Megaluh dan Kepolisian Resor Jombang menurunkan 300 personel ............ 74 Tabel 4.5.9. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi atau yang lebih akrab disapa Kak Seto turut ambil andil dalam kasus Ponari dengan mengunjungi Ponari disekolah..... 75 Tabel 4.6.1. Praktek pengobatan Ponari menelan 4 korban jiwa yaitu Curul Miftadi (Jombang, 42); Rumiadi (Kediri, 58); Muhtasor (Blitar, 56) dan Marwud (Jombang, 55)................... 76 Tabel 4.6.2. Maraknya pemberitaan Ponari dimedia-media membuat banyaknya Ponari-Ponari baru yang bermunculan ................... 76 Tabel 4.6.3. Desa Balongsari yang dulu merupakan Desa tertinggal kini menjadi Desa yang ramai dengan adanya praktek Ponari ........ 77 Tabel 4.6.4. Peristiwa Ponari ini menarik perhatian masyarakat luas termasuk Sosiolog Universitas Indonesia Robert MZ.
Lawang dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulayadi ........................................................................... 77 Tabel 4.6.5. Karena terlalu lelah berpraktek, Ponari jatuh sakit .................. 78 Tabel 4.6.6. Dengan adanya praktek pengobatan ini Ponari menjadi kehilangan keceriaan masa kecilnya untuk bermain dan belajar seperti teman-teman sebayanya .................................... 78 Tabel 4.6.7. Dengan bermunculannya praktek klenik Ponari dan sejenisnya membuktikan bahwa minimnya fasilitas kesehatan yang diberikan pemerintah terhadap rakyatnya, khususnya rakyat menengah kebawah...................................... 79 Tabel 4.6.8. Dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisi mistis ......................................... .80 Tabel 4.6.9. Mengapa dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisional mistis? ....... 80 Tabel 4.7. Hasil Akumulasi .......................................................................... 81 Tabel 4.7.1.
Akumulasi Penginderaan atau Sensasi .................................... 81
Tabel 4.7.2.
Akumulasi Atensi .................................................................... 82
Tabel 4.7.3.
Akumulasi Interpretasi ............................................................ 82
Tabel 4.7.4.
Akumulasi Persepsi ................................................................. 83
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1.4 Model Gebner ............................................................................... 19
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Pustaka Kartu Bimbingan Skripsi Surat Permohonan Data Skripsi Surat Keterangan RW 03 Logo SCTV dan Liputan 6 Coding Sheet Kuisioner
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dunia saat ini dilena oleh media massa, khususnya media televisi. Hal ini dikarenakan media televisi dirasakan sangat bermanfaat.
Melalui
televisi, masyarakat dapat mengetahui informasi – informasi penting dan hangat dari berbagai belahan dunia pada waktu bersamaan.
Selain itu,
masyarakat juga mendapatkan hiburan gratis yang tidak perlu mengeluarkan biaya dan energi. Awal perkembangan media televisi di Indonesia adalah ketika lahirnya stasiun televisi Rajawali Citra Televisi (RCTI), kemudian disusul dengan Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Dan saat ini ditambah dengan kehadiran Andalas Televisi (ANTV), Indosiar, Metro TV, Trans TV, Trans 7, dan Global. Televisi adalah media massa yang bersifat satu arah dalam penyampaian pesannya.
Feedback yang diperoleh dari media ini bersifat
tertunda atau tidak langsung. Namun, untuk beberapa tayangan feedback dapat diperoleh secara langsung.
Hal ini dikarenakan, program tersebut
melakukan hubungan interaktif dengan pemirsa saat penyiaraannya. Contoh program tersebut adalah Suara Anda (Metro TV). Televisi berfungsi sebagai media penyebar informasi, yaitu ketika telelvisi menyebarkan berita yang terjadi baik didalam maupun diluar negeri.
Misalnya peristiwa tentang peristiwa-peristiwa sosial, ekonomi dan politik. Dalam mengemas isi berita televisi harus mengacu pada pola 5W+1H (What, Who, Where, When, Which and How) agar informasi yang disampaikan kepada khalayak benar-benar sebagai berita yang akurat. Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan Siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif sebagai sumber), Mengatakan Apa (isi informasi yang disampaikan), Kepada Siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran perima), Melalui Saluran Apa (alat atau saluran penyampaian informasi) dan Dengan Akibat Apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.1 ”Jurnalistik” yang berasal dari kata ”journalistiek” dalam bahasa Belanda dan ”journalism” dalam bahasa Inggris bersumber dari bahasa Latin ”diurnal” yang berarti harian atau setiap hari.2 Sudirman Teba dalam bukunya Jurnalistik Baru mengatakan bahwa
Jurnalistik
adalah
kegiatan
mengumpulkan
bahan
berita,
mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada khalayak. Berita yang disebarkan dapat berupa peristiwa atapun pernyataan dari seseorang yang memiliki pengaruh di masyarakat luas. 3 Sedangkan
menurut
Astrid
S.
Susanto
melalui
bukunya,
Komunikasi Massa (186:73) mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. 1
S. Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2004 Sudirman Teba, Jurnalistik Baru, Kalam Indonesia, hal. 9 3 ibid. hal. 9 2
Begitu juga dengan A. W Widjaja (1986:27)
menyebutkan bahwa
jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepatcepatnya.
4
Hasil dari kegiatan jurnalistik adalah berita. Berita dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu hard news dan soft news. Berita yang disampaikan dapat menyangkut hal apa saja baik sosial budaya, hukum, politik, kesehatan dan sebagainya. Sangat sulit untuk memberi batasan tentang yang dimaksud dengan berita. Sebuah informasi layak disebut berita bila telah memenuhi nilai-nilai dan kualitas berita diantarannya benar dan tepat (accurate), menarik (interesting) dan baru (actual). Liputan 6 adalah salah satu media jurnalistik televisi di Indonesia yang disiarkan oleh stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV). Program berita yang dikenal dengan slogan Aktual, Tajam dan Terpecaya-nya ini hadir setiap hari dan dibagi mejadi empat sesi yaitu:
Liputan 6 Pagi,
Liputan 6 Siang, Liputan 6 Petang dan Liputan 6 Malam. Sejak tanggal 10 – 27 Febuari 2009 Liputan 6 secara berkala sangat gencar menyiarkan perkembangan peristiwa fenomenal yang sedang hangat – hangatnya dibicarakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan di Indonesia, yaitu peristiwa Dukun Cilik Ponari. Peristiwa ini sangat menarik perhatian khalayak, tidak hanya dari kalangan masyarakat biasa tapi juga sampai ke 4
Kustandi Suhandang, Pengantar Jurnalistik; Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik, Nuansa, 2004, hal. 21 - 22
kalangan selebritis, infotaiment bahkan membuat Ketua Komisi Nasional Perlindugan Anak, Kak Seto Mulyadi turun tangan dan juga Menteri Kesehatan Fadilah Supari pun menanggapi peristiwa ini. Bahkan peristiwa ini telah menelan empat korban jiwa, yang merupakan pasien yang hendak berobat kepada Ponari. Berikut adalah uraian berita yang disiarkan oleh Liputan 6 SCTV5: Tanggal
Uraian Berita Liputan 6
10
Seorang bocah bernama Muhammad Ponari (10) yang mendapatkan
Febuari 2009
batu ajaib seusai disambar petir, kini menjadi fenomena yang mencengangkan. Ponari menjelma menjadi juru sembuh. Puluhan ribu orang berjejal dirumahnya di Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur. Mereka berdatangan dari berbagai kota di Jawa Timur, bahkan dari hingga Jawa Tengah. Banyak orang berharap batu ajaib di tangan Ponari bisa menyembuhkan segala macam penyakit.
11
Dua orang meninggal dunia saat antri berobat di rumah Ponari, bocah
Febuari 2009
yang diduga dukun di Jombang, Jawa Timur, baru-baru ini. Dua warga yang meninggal adalah Muhtasor (56) asal Blitar dan Marwi (53) dari Jombang. Sejauh ini belum diketahui secara pasti penyebab kematian dua warga berusia 56 dan 53 tahun tersebut. Namun diduga mereka kelelahan saat antre untuk berobat di depan rumah Ponari di Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang. Pekan silam, dua orang juga meninggal saat berdesakan dengan ribuan warga lainnya. Dengan terulangnya peristiwa serupa untuk kedua kalinya, polisi kembali menutup praktik pengobatan yang dijalankan Ponari, bocah berusia 10 tahun tersebut. tewasnya empat warga ini.
5
www.liputan6.com
Polisi pun masih menyelidiki kasus
12
Polisi terpaksa mengumumkan penutupan praktik dukun cilik Ponari,
Febuari 2009
Rabu (11/2). Hal ini dilakukan karena ribuan orang masih memadati bekas tempat praktik Ponari di Desa Bolangsari, Jombang, Jawa Timur. Padahal penutupan praktik sudah diumumkan melalui tulisan di beberapa tempat. Warga yang datang dari berbagai daerah sudah ada di Desa Balongsari sejak dua hingga tiga hari sebelumnya. Ponari kini dilaporkan dalam keadaan sakit. Ia pun ingin kembali sekolah. Selain itu pihak keluarga menutup praktik pengobatan ini karena tidak ingin ada korban jiwa lagi. Apalagi masyarakat di sekitar rumah Ponari terganggu karena banyak warga yang datang untuk meminta pengobatan.
13
Praktik Ponari, dukun cilik asal Jombang Jawa Timur sudah ditutup
Febuari 2009
sejak selasa lalu. Namun, warga dari berbagai kota tetap datang dan memaksa meminta pengobatan. Polisi yang menghalau pun tidak digubris. Ribuan orang tiap hari antri di rumah Ponari mengharapkan kesembuhan. Caranya hanya batu dicelupkan ke air. Batu ini bukan sembarang batu menurut keluarga Ponari. Batu ini datang saat Ponari tersambar petir dua bulan lalu. Air yang dicelupi batu ajaib Ponari inilah yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Untuk praktik ini, tiap orang hanya dipungut bayaran Rp. 1000,-.
Tapi
kemudian ada tragedi. Empat orang tewas saat mengantri menunggu pengobatan. Tewasnya empat orang tidak membuat masyarakat takut untuk antre berobat ke sang dukun cilik. Antropolog Unair Surabaya L. Dyson mengatakan banyaknya orang yang berobat ke Ponari karena menganggap jimat sangat bermakna.
Ponari boleh saja
dilarang berpraktik. Tetapi selama kesehatan masih mahal di negara ini bukan tidak mungkin Ponari-Ponari lain muncul lagi.
Apalagi
masyarakat masih percaya pada hal berbau klenik.
15
Praktik pengobatan ala Ponari di Desa Balongsari, Jombang, Jawa
Febuari 2009
Timur, sudah ditutup. Ribuan warga dari berbagai kota yang antri
menunggu penyembuhan dari Ponari sudah tak bisa bertemu sang dukun cilik. Tapi bagi keluarga dan warga sekitar masih ada masalah yang belum selesai.
Ayah Ponari, Khomsin, bersengketa dengan
warga yang rumahnya dipinjam untuk praktik pengobatan. Si pemilik rumah dikabarkan berusaha menguasai Ponari. Akibat perselisihan itu Khomsin harus dirawat di rumah sakit.
Ia mengaku dipukul
rivalnya. ”Kepala [dipukul]..pakai tubantanga,” kata Khomsin, Ahad (15/2). Mengapa Ponari jadi rebutan? Rupiah mungkin jawabnya. Selama tiga pekan berpraktik terkumpul lebih dari setengah miliar rupiah. Ponari, bocah kelas tiga sekolah dasar ini tentunya belum memikirkan keuntungan apapun dari batuntya yang dipercaya bisa menyembuhkan. Tapi kondisi membuat Ponari terenggut dari masa kecilnya. Bahkan sekolah pun tak diikutinya selama ia berpraktik.
16
Meski praktik dukun cilik, Mohammad Ponari, sudah ditutup sejak
Febuari 2009
pekan lalu ribuan warga masih berdiam di sekitar rumahnya di Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur, Senin (16/2). Mereka berharap kesembuhan dari batu ajaib milik Ponari. Diserbu ribuan orang tiap hari, Ponari pun bersembunyi. Dikabarkan, bocah sembilan tahun tersebut sakit akibat terlalu lelah.
Komisi Nasional Perlindungan
Anak turun tangan. Apa yang terjadi dengan Ponari dinilai Komnas sudah membahayakan perkembangan sebagai anak. Tapi masalahnya orang yang masih menunggu Ponari, walau ini sebenarnya mengedepankan kepercayaan klenik. Masalahnya kemudian akankah Bupati Jombang, Suyanto, bertanggungjawab bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan dengan pembangunan tandon air dan membiarkan ponari tetap berpraktik.
17
Setelah didesak masyarakat, praktek dukun cilik Muhammad Ponari
Febuari 2009
di Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur, Selasa (17/2), kembali dibuka. Walau banyak yang meragukan proses penyembuhan dengan menggunakan sebuah batu yang dicelupkan ke air, ribuan warga terus memenuhi halaman sekitar rumah Ponari. Namun, wartawan tidak
diperkenankan masuk dikarenakan dianggap telah menyebabkan praktek Ponari ditutup polisi. Sebelum ditutup, sekitar 50 ribu orang telah dilayani Ponari dengan batu yang dianggap berkhasiat. Ada yang sembuh, ada pula yang mengaku tak mendapat khasiat apapun. Kesembuhan memang belum bisa dipastikan. Namun, rezeki batu Ponari kini menjadi rebutan kerabat dan tetangganya. Akibatnya, ayah ponari dipukul tetangganya. Bahkan, pendidikan Ponari juga terganggu.
Sudah sebulan ia tak bersekolah.
Miharso, Kepala
Sekolah Dasar Balongsari 1 Jombang, mengimbau Ponari segera masuk sekolah. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menolak jika fenomena Ponari diduga akibat mahalnya biaya kesehatan saat ini. Menurut Menkes, pengobatan Ponari adalah suatu fenomena terhadap kepercayaan mistis. Yakni, cerminan dari masyarakat yang sakit dan terbelah antara modern realistis serta tradisional mistis.
21
Fenomena dukun cilik Ponari asal Jombang, Jawa Timur kini mulai
Febuari 2009
mewabah di sejumlah daerah. Maraknya berita tentang Ponari yang gencar diekspos di sejumlah media membuat munculnya ”PonariPonari baru”. Seperti yang terjadi di Desa Medokan, Tuban, Jawa Timur. Seorang anak bernama Mohammad Vista Alkusma mengaku telah menemukan makam-makam kecil di depan rumahnya.
Dari
kejadian itu, Vista kemudian dipercaya warga bisa menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan mengoleskan bunga sepatu yang digosokkan ke seluruh tubuh pasiennya.
Meski mengaku sering
didatangi pasien yang ingin berobat, Vista masih bisa bermain dan sekolah bersama teman sebayanya. Dari berita mulut ke mulut inilah, konon banyak warga yang berdatangan ke rumah Vista untuk meminta kesembuhan. Demikian juga yang terjadi di Kampung Baru Kamal, Bangkalan, Madura. Warga daerah itu digemparkan pengakuan Rido’i alias Irvan Maulana. Bocah berumur 6 tahun itu mengaku memiliki batu petir persisi seperti batu Ponari. Kini Rido’i juga telah buka praktik serius dari pemerintah serta instansi terkait seperti di bidang kedokteran dan
keagamaan. Alhasil warganya yang sedang sakit fisik tidak ikut sakit mentalnya karena terlalu percata kepada benda-benda yang Belem teruji kebenarannya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jombang
bertindak pro aktif terhadap maraknya dukun Tiban Nurohman yang menggunakan media batu sebagai alat penyembuh.
Dihadapan
ratusan pasien yang akan berobat, Ketua MUI Jombang terangterangan menyatakan perbuatan syirik jira percata kepada kekuatan batu.
23 Febuari 2009
Ada yang untung dan rugi Sejas Ponari berpraktik di Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur. Beruntung karena desa yang tadinya termasuk kawasan desa tertinggal kini lebih maju. Namun irosinnya, Ponari harus kehilangan masa-asa berain bersama teman-teman sebayanya. Ponari bukanlah seorang dukun, tapi ia hanya bocah yang kehilangan hak sebagai anak. Ia mendadak terkenal setelah mendapat batu ajaib yang bisa membawa kesembuhan.
Ponari kini tak lagi lugu.
Ia
bahkan tergila-gila dengan telepon selular yang baru dimilikinya. Sampai-sampai, tak memperhatikan guru saat mengajar. Meski begitu Ponari tetap idola bagi teman-temannya dan puluhan ribu orang . pada awalnya Ponari senang bisa menyembuhkan orang. Namun, semakin lama ia jenuh dan lelah. Bahkan, tangannya harus dipegang dan diarahkan orang lain untuk mencelupkan batu. Tangannya harus dipijat dan keceriaannya terenggut. Lalu, mengapa praktik Ponari tetap dibuka? Rupiah mungkin jawabnya. Desa Balongsari yang dulu tertinggal dengan sebagian besar penduduk bermata pencarian sebagai petani kacang kini berubah. Lebih dari setengah miliar rupiah sudah terkumpul.
Jumlah ini hanya dari pengobatan.
Ditambah lagi
pendapatan dari parkir dan penjualan air serta buku. Kepercayaan klenik masyarakat telah mengorbankan Ponari. Itu tak bisa disangkal. Jadwal sekolah pun harus disesuaikan dengan jam pengobatan. Padahal, Ponari juga manusia. Akankah senyum riang khas anak-anak milik Ponari hilang selamanya?
27
Dukun cilik Ponari masih menjadi perhatian publik, meski kini
praktik Ponari sudah ditutup Musyawarah Pimpinan Daerah
Febuari 2009
(Muspida) Jombang, Jawa Timur. Belakangan, Ponari telah aktif kembali bersekolah. Baru-baru ini, Ponari dikunjungi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto. Bersama teman sekolahnya, Ponari terlihat asyik mendengarkan cerita dongeng dan pertunjukan sulap yang khusus ditampilkan Kak Seto untuk menghibur Ponari dan teman-temannya. Meski itu tidak berlangsung lama karena Ponari lebih tertarik pada telepon genggam dan handie talkie milik polisi. Menurut Kak Seto, Ponari juga manusia biasa dan merupakan anak yang cerdas serta aktif. ”Ponari harus diberi kesempatan belajar dan bermain seperti sedia kala,” ucapk Kak Seto.
Bukan berpraktik
layaknya dukun yang membuat keceriaan bocah sembilan tahun itu terenggut, melainkan keceriaan masa kecilnya saat harus belajar dan bermain.
Berdasarkan pemberitaan tersebut peristiwa ini sangat menarik perhatian khalayak, bukan hanya karena peristiwa ini merupakan sebuah praktek klenik, tetapi lebih dikarenakan pelaku dari praktek ini adalah seorang bocah berusia 10 tahun, yakni Muhammad Ponari. Bocah ini dapat menyembuhkan
pasiennya
dari
berbagai
penyakit
hanya
dengan
mencelupkan sebuah batu yang diperolehnya saat dirinya tersambar petir kedalam air. Dan juga dikarenakan banyaknya masyarakat yang berminat dengan pengobatan ini dengan jumlah mencapai kurang lebih lima puluh ribu jiwa.
Selain itu akibat dari maraknya pemberitaan peristiwa ini
sehingga banyak melahirkan Ponari-Ponari baru. Peristiwa Ponari ini tidak hanya disiarkan oleh program-program berita televisi nasional atau lokal tetapi juga merambat ke program-program
infotaiment yang notabene merupakan program yang menayangkan tentang kehidupan selebritis, salah satu program tersebut adalah Silet.
Dalam
program-program
Ponari
tersebut
dipaparkan
dari
awal
peristiwa
mendapatkan batu petir tersebut hingga akhirnya menjadi Dukun Cilik dari Jombang. Selain itu, khalayak yang mengikuti perkembangan pemberitaan tersebut khususnya warga RW 03 sering membicarakannya di waktu luang bersama-sama, dan terkadang menjadikan peristiwa tersebut sebagai bahan becandaan.
Tidak hanya khalayak umum yang menggunakan peristiwa
Ponari ini sebagai guyonan tetapi juga para entertaiment pun juga menggunakannya.
Seperti khalayaknya Tessy Srimulat menggunakan
guyonan saat di salah satu sesi acara Kick Andy. Sehingga peristiwa ini terkesan sangat fenomenal bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dari tayangan-tayangan tersebut dapat menimbulkan persepsi bagi khalayak. Padjadjaran
Persepsi menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Universitas
mengungkapkan bahwa acara televisi pada umumnya
mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan penonton : ini adalah wajar.6 Persepsi timbul disebabkan peran otak yang menstimulus pesan-pesan yang diterima khalayak saat menonton acara tersebut. Ketika menonton acara tersebut, secara tidak langsung otak ikut berpikir tentang masalah-masalah yang disiarkan.
6
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal. 174
Alasan peneliti mengambil judul ini dikarenakan besarnya efek atau dampak yang terjadi dikalangan khalayak, khususnya warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apakah peristiwa ini termasuk dari masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap klenik atau akibat dari mahalnya biaya rumah sakit serta merebaknya maal praktek saat-saat ini? Sampel yang diambil adalah warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan, Pondok Aren, Tangerang dengan batasan usia mulai dari usia 20 tahun keatas. Hal ini selain dikarenakan peneliti bertempat tinggal di wilayah tersebut juga karena banyaknya hal-hal yang peneliti lihat di tengah-tengah warga RW 03 berkaitan dengan peristiwa Ponari, seperti membahas peristiwa tersebut dan menjadikannya bahan guyonan.
Dan
dipilihnya warga yang berusia 20 tahun keatas dikarenakan menurut peneliti warga tersebut dapat membuat kesimpulan dari peristiwa yang mereka lihat atau tonton khususnya peristiwa Ponari ini.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan pokok permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi khalayak khususnya warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang terhadap tayangan Liputan 6 tentang dukun cilik Ponari di SCTV?
1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat khususnya warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang dalam menyikapi tayangan Liputan 6 tentang ”Dukun Cilik : Ponari” di SCTV.
1.4 1.4.1
Signifikansi Penelitian Signifikansi Akademis Secara akademis penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu komunikasi dalam bidang penyiaran khususnya broadcasting televisi yang berkaitan dengan program berita.
1.4.2
Signinfikansi Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada peneliti dan diharapkan dapat memberikan masukan kepada semua media khususnya SCTV dengan program berita Liputan 6 – nya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Massa Didalam kehidupan saat ini, masyarakat memiliki delapan model dasar komunikasi, salah satunya adalah model komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan
secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).7 Komunikasi massa juga dapat diartikan dalam dua cara yaitu: pertama, komunikasi oleh media dan kedua, komunikasi untuk massa. Jadi komunikasi massa tidak harus diperuntukkan kepada setiap orang, karena media cenderung menentukan khalayaknya, dan khalayakpun memilih-milih media.
2.1.2
Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut:
7
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 75
1. Ditujukan ke khalayak luas, heterogen, anonim, tersebar, serta tidak mengenal batas geografis cultural. Khalayak yang dimaksudkan disini adalah masyarakat yang dituju oleh media massa tersebar diberbagai daerah, bermacam – macam latar belakang (pendidikan, sosial, dan lain – lain), berada di tempat terpisah dan tidak saling mengenal satu dengan yang lain, dan tidak dibatasi oleh usia, tempat tinggal, golongan dan lain – lain. 2. Bersifat umum bukan perorangan atau pribadi Pesan yang disampaikan oleh media massa adalah pesan yang menyangkut kepentingan khalayak umum, bukan hanya untuk perorangan atau pribadi. Isi pesan dari media massa adalah peristiwa – peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, seperti ekonomi, sosial, kebudayaan, dan sebagainya. 3. Pola penyampaian pesan media massa Media massa dapat juga disebut messages multiplier karena pola penyampaian media massa dilakukan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, dan tidak terbatas oleh geografis dan kultural. Sebagai contoh, ketika Casey Stoner berhasil meraih gelar juara dunianya di MotoGP saat berlomba di Sirkuit Philips Island, Australia.
Dan melalui siaran langsung di Trans7 dalam acara
MotoGP masyarakat penggila balap motor mengetahui hasil tersebut. 4. Penyampaian pesan melalui media massa cenderung berjalan satu arah
Dalam penyampaiannya, media massa memiliki kecendurungan berjalan satu arah.
Hal ini dikarenakan komunikan dari proses
komunikasi ini tersebar luas, heterogen dan berada ditempat yang berbeda – beda. Maka tanggapan yang diharapkan akan tertunda. Dan bila adanya tanggapan, tidak terjadi secara langsung.
Tanggapan
tersebut hanya dapat berupa tindakan – tindakan dari khalayak untuk meneruskan atau berhenti membaca, mendengar atau menonton, bisa juga mendiskusikan pesan tersebut. Umpan balik dari penyampaian media massa bisa berupa mempermasalahkan kebenaran suatu pesan/berita, kritik atas cara – cara penyampaian pesan, atau dukungan terhadap suatu pesan. Bila dulu, untuk menyampaikan umpan baliknya khalayak hanya dapat berinteraksi melalui surat, tidak secara langsung menanggapi setelah pesan disebarkan.
Namun, saat ini dapat
dilakukan ketika program interactive pada siaran televisi. 5. Komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terorganisasi Dalam komunikasi massa panyebaran pesan melalui media massa yang sebelumnya pesan tersebut harus diproses dibagian redaksi (gatekeeper)
yaitu
bagian
yang
membaca,
menyeleksi
dan
memutuskan hal – hal yang layak siar kepada khalayak banyak. Dan disebarkan sesuai dengan jadwal yang terbentuk. 6. Penyampaian pesan melalui media massa
Dalam penyampaiannya komunikasi massa memiliki jadwal secara berkala, tidak bersifat temporer. Seperti contohnya program – program televisi, misalnya program tayangan berita liputan 6 siang yang disiarkan oleh stasiun televisi SCTV setiap hari pukul 12.00 WIB, secara berkala setiap hari dan pada pukul 12.00 WIB program berita tersebut akan terus ditayangkan dan tidak akan diubah – ubah bila diperlukan. 7. Isi pesan yang disampaikan melalui media massa Pesan – pesan yang disampaikan oleh media massa mencakup berbagai aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi, budaya dan lain – lain yang bersifat informative dan edukatif maupun hiburan.8
2.1.3
Fungsi Komunikasi Massa Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder.
Komunikasi massa
mendecode lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek – efek dari hiburan. Komunikasi massa menginterprestasikan hal – hal yang di – decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungsnya interaksi serta membantu anggota – anggota menikmati kehidupannya.9
8
S. Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2004,
9
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta, hal. 10
Sedangkan menurut Charles R. Wright, seorang ahli sosiologi mengatakan
bahwa
terdapat
fungsi
transmission
yaitu,
“Mengkomunikasikan informasi nilai – nilai dan norma – norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota – anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Dari pernyataan tersebut dapat diindetifikasikan bahwa fungsi dari komunikasi massa sebagai pendidikan yang mengarahkan media massa memberikan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan khalayak. Selain kedua pernyataan diatas, komunikasi massa juga memiliki fungsi-fungsi pokok yang dibagi menjadi dua yaitu fungsi terhadap masyarakat yaitu: 1. Pengawas lingkungan 2. Korelasi antara bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungan. 3. Sosialisasi atau pewarisan nilai – nilai. 4. Hiburan. Sedangkan fungsi komunikasi massa terhadap individu adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan atau pencarian informasi. 2. Mengembangkan konsep diri. 3. Fasilitas dalam hubungan sosial. 4. Subtitusi dalam hubungan sosial 5. Membantu melegakan emosi.
6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan. 7. Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi.10
2.1.4 Proses Komunikasi Massa Menurut Gebner proses komunikasi mencakup sebelas (11) komponen, yaitu: Pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan), objek peristiwa, persepsi terhadap objek peristiwa, reaksi, situasi, saluran/media, distribusi, bentuk/struktur/pola, konteks, makna isi pesan, dan akibat/hasil. Dengan demikian komunikasi menurut Gebner adalah suatu
proses
dimana
seseorang
(komunikator
atau
komunikan),
mempersepsikan suatu objek peristiwa, dan beraksi dalam suatu situasi, dengan menggunakan alat atau saluran tertentu agar sesutau yang disampaikan itu menjadi ada, dalam bentuk dan konteks tertentu, dengan makna atau arti tertentu, dan dengan tujuan memperoleh suatu akibat.11 Persepsi yang terbentuk merupakan akibat atau efek yang diterima dari seorang komunikan atau khalayak saat atau setelah menyaksikan sebuah tayangan yang disiarkan oleh pihak media massa.
Proses
terjadinya persepsi menurut model S-O-R adalah sebagai berikut: S ------ O ----- R Model ini memberikan gambaran tiga (3) elemen penting: Stimulus (S), yakni pesan; Organisme (O), pihak penerima; dan Response
10
S. Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2004, hal. 7.24 – 7.27
11
ibid. hal. 3.13
(R), yakni akbat atau pengaruh yang terjadi. Model S-R ini ada kaitannya dengnan asumsi dari model jarum suntik yang berpandangan bahwa media massa mempunyai pengaruh langsung kepada khalayaknya.
Isi media
amssa diibaratkan sebagai jarum yang disuntikkan ke tubuh khalayak, sehingga menghasilkan pengaruh yang sesuai dengan isinya.12 Model Gebner Bagan 2.1.4
M
M E1
Seleksi, Konteks, Keberadaan Saluran, Media, Pengendalian Dimensi control dan alat; Hubungan antara perilaku komunikasi dan produk komunikasi S
E2
2.1.5 Media Komunikasi Massa Media massa yang beredar saat ini pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Dari kedua kategori media massa tersebut terdapat lima jenis media massa yang dikenal dengan “the big live of mass media”, yaitu sebagai berikut:
12
ibid. hal. 3.24 – 3.25
1. Surat kabar 2. Majalah 3. Radio 4. Televisi 5. Film13
2.2 2.2.1
Televisi Pengertian Televisi Pengertian sebagai media massa yang banyak diminati khalayak saat ini.
Banyak khalayak yang meluangkan waktunya hanya untuk
menonton acara televisi, baik acara berita maupun hiburan. Televisi adalah alat komunikasi massa yang digunakan dalam proses komunikasi dengan ciri-ciri berlangsung satu arah, komunikator melembaga, pesan bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dengan komunikan yang heterogen.14 Sedangkan JB. Wahyudi dalam bukunya menjelaskan bahwa “Televisi merupakan sarana komunikasi massa dimana terjadi komunikasi antara komunikator dan komunikan. Sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki ciri sebagai berikut: 1. Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses perencanaan. 2. Isi pesan audiovisual, artinya dapat didengar dan dilihat secara bersamaan pada waktu ada siaran. 13 Elvinaro Ardianto – Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal. 97-147 14 Onong Uchjana Effendym, TV Siaran Teori dan Praktek, Bandung Alumni, 1984, hal. 17
3. Sifatnya periodik, tidak dapat diulang. 4. Sifatnya transitori (hanya meneruskan). Pesan-pesan yang diterima hanya dilihat dan didengar secara sekilas.. 5. Serentak dan global. 6. Meniadakan jarak dan waktu. 7. Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi secara langsung/orisinil. 8. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur). 9. Kalimat singkat jelas dan sederhana. 10. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur, mendidik, konrtrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi.15
2.2.2
Karakteristik Televisi Ditinjau dari stimuli alat indera, televisi memiliki karakteristik yang dapat mencakup dua alat indera utnama dalam menerima informasi yaitu pendengaran dan penglihatan. Karakteristik ini tidak dimiliki oleh media massa lainnya seperti radio yang hanya dapat menstimulus indera pendengaran, juga dengan surat kabar dan majalah yang hanya dapat menstimulus indera penglihatan. Hal ini dikarenakan televisi memiliki karakteristik sebagai berikut:16 1. Audiovisual
15
JB. Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio Dan Televisi, Grafitri, Jakarta, 1996 hal. 8 – 9. Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, Duta Wawancara University Pers, 1994, hal. 1-2
16
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual).
Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar
kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari pada kata-kata.
Keduanya harus ada kesesuaian secara
harmonis. Betapa menjengkelkan apabila televisi hanya dapat terlihat gambarnya tanpa suara, atau tanpa gambar. Karena sifatnya yang audiovisual auto pula, maka siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar-gambar diam seperti goto, gambar peta, (Still Picture), maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Dengan adanya unsur visualisasi dari sebuah berita, sangat bermanfaat pula bagi khalayak guna memperoleh gambaran yang lengkap tentang berita yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran sebuah cerita. 2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar, yaitu: a. Visualisasi (Visualisazation), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi secara indivisdual. Seorang pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu (manusia, benda atau kegiatan lain) menjadi gambar yang jelas dan
menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung sebuah makna.. b. Penggambaran (Picturization), yakni kegiatan merangkai gambargambar sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Perpindahan dari satu gambar ke gambar lainnya juga bermacam-macam, bisa secara menyamping (panning), dari atas ke bawah atau sebaliknya (tilting), dan sebagainnya. c. Pengoperasian lebih kompleks. Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.
2.2.3
Kelebihan dan Kekurangan Televisi Walaupun televisi memiliki karakteristik yang lebih dari media massa lainnya (radio, surat kabar dan majalah), namun televisi juga memiliki dan kekurangan. Kelebihan dari televisi yaitu: 1. Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi realistis, dan tidak terbatas.
2. Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim. 3. Memiliki tokoh berwatak (riil maupun direkayasa), sementara media lain (film) hanya memiliki bintang yang direkayasa. 4. Kemampuan televisi dalam menjangkau wilayah yang sangat luas dalam waktu bersamaan.
Sehingga dapat menimbulkan suasana
kebersamaan. Sedangkan kelemahan dari televisi adalah: 1. Kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai obyek yang pasif sebagai penerima pesan. 2. Mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat hal ini terjadi tanpa memperitmbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradabannya yang ada di wilayah jangkauan. 3. Sifatnya sangat terbuka dan menjadikannya sulit untuk dikontrol dampak negatifnya. 4. Pergerakan
teknologi
penyiaran
televisi
yang
begitu
cepat
mendahului perkembangan masyarakat dan budaya khalayak pemirsa. 5. Kecenderungan para pengelola televisi yang memanfaatka kelebihankelebihan
televisi
dan
berorientasi
pada
pertimbangan
komersil/bisnis, sehigga faktor pendidikan dikesampingkan.
2.2.4
Fungsi Televisi Kekuatan media televisi ialah menguasai jarak dan ruang kerena teknologi televisi telah menggunkan gelombang elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Fungsi dari televisi yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk.
Pada televisi, fungsi menghibur lebih dominan
dibandingkan dengan media lainnya. Berdasarkan hasil penelitian pada umumnya khalayak menonton televisi yang utama adalah memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.17
2.3 2.3.1
Program Pengertian Program Kata program berasal dari bahasa Inggris yaitu programme, atau yang dikenal program dengan penulisan Amerika. Progam televisi adalah suatu acara yang memberikan informasi dan hiburan terhadap khalayak.
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya
diproduksi oleh suatu stasiun televisi yang bersangkutan, program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat khalayak atau audience tertarik, jadi orang yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah Departemen Programming.18
17
William L. Rivers, penerjemah : Hari Munanda & Dudi Priatna, Media Massa dan Masyarakat Modern, PT. Prenada Media, Jakarta, 2003, hal. 4 18 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003,hal. 7
2.3.2
Karakteristik Program Program merupakan produk output siaran televisi, maka dari itu karakteristik program mengacu pada pada khaedah siaran yang berlaku, yaitu memiliki sifat-sifat seperti: 1. Informatif, dimana suatu program siaran harus menginformasikan sebuah pesan yang termuat dari ide, gagasan dan opini. 2. Edukatif, dimana suatu program bersifat mendidik dan mengarahkan hal-hal yang positif. Program akan ditonton khalayak luas, maka prinsip program sama halnya dengan fungsi penyiaran yakni mendidik. 3. Persuasif, menghimbau, mengajak, dimana program bukan bersifat memproaktif namun mengajak khalayak dengan baik untuk memahami suatu hal atau mengajak pemirsa pada hal baik. 4. Akumulatif, menghitungkan, karena khalayak yang terdiri dari demografi yang berbeda, salah satunya usia. Melihat itu program diperhitungkan dan melihat segmentasi yang dituju agar tetap sasaran yang ingin ditujunya. 5. Komunikatif, program yang berhasil dapat dilihat dari antusias pemerisa yang menyaksikan suatu program disaksi, misalnya terjadi segmen program dalam interaktif dengan melibatkan siapa saja yang menyaksikan.
6. Simulatif, merangsang, memikat. Program dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian atau memikat khalayak untuk menyaksikan tayangan tersebut.
Sehingga dapat meningkatkan
rating dan sharing.19
2.3.3
Jenis-jenis Program Di dalam buku Deddy Iskandar Muda yang berjudul Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, acara-acara yang disiarkan oleh stasiun penyiaran televisi adalah: 1. News Reporting (Laporan Berita) Program News Reporting dibagi menjadi dua kategori yaitu: a. Hard News Berita yang ingin diketahui masyarakat tentang semua masalah yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Ada banyak kejadian di masyarakat yang dapat diberitakan yaitu masalah-masalah sosial lainnya. b. Soft News Biasanya program eerita berakhir dengan berita-berita ringan, yang fungsinya membantu pemirsa dari berita yang serius ke berita yang ringan dan menghibur.
Biasanya Soft News
memberitakan tentang kejadian yang unik, tempat-tempat rekreasi atau kejadian aneh.
19
Ibid
2. Talkshow Program televisi, tentang perbincangan antara satu tokoh masyarakat dengan permasalahan yang ada di masyarakat. Contoh : Republik BBM (Benar-Benar Mabok) 3. Musik Program yang menitikberatkan pada masalah musik. 4. Televisi Movies 5. Dokumentair Program yang menyajikan kehidupan seseorang dan film tentang suatu peristiwa. 6. Soap Opera (Sinetron) 7. Magazine/tabloid 8. Call – in show 9. Rural Program 10. Advertising 11. Education instructional 12. Art and Culture 13. Games Show/Kuis20
2.4
Berita (News) Berita yang secara etimologis dalam istilah bahasa Indonesia mendekati
20
Ibid
istilah
”bericht
(en)”
dalam
bahasa
Belanda
berarti
memberitahukan, mengumumkan atau membuat terkenal. Sedangkan dalam bahasa Inggris yang lebih dikenal dengan news yang berasal dari new atau baru. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ”berita (news”) adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak.21 Dalam buku yang berjudul Jurnalistik Televisi karangan Deddy Iskandar Muda, mendefinisikan berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton. Berita pada dasarnya bukan sesuatu kejadian yang faktual yang sering kita saksikan sendiri, tetapi berita adalah sebuah laporan tentang kejadian yang merupakan sebuah realita ”tangan kedua”, bukan realita (kenyataan) itu sendiri. Beberapa opini bisa kita temukan dalam isi pemberitaan 12 stasiun televisi di Indonesia yang memiliki pemberitaan yang berbeda-beda.22 Berita televisi memiliki ciri khas sehingga dapat dibedakan dari berita radio dan media cetak.
Ciri khas dari berita televise merupakan
gabungan dari tiga unsure, yaitu:23 1. Gambar
21
Kustandi Suhandang, Pengantar Jurnalistik; Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik, Nuansa, 2004, hal. 103 - 104 22 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003,hal. 7 23 Sudirman Teba, Jurnalistik Baru, Kalam Indonesia, Jakarta, 2005, hal.67 – 83
Gambar merupakan unsure pertama dalam berita televisi. Gambar itulah yang menjadi kekuatan berita televisi, karena gambar ikut berbicara, bahkan kadang lebih berbicara daripada naskah dan audio. Unsur-unsur gambar berita sebagai berikut: a. Aktualitas Gambar yang ditampilkan merupakan gambar terbaru bahkan gambar yang belum pernah ditayangkan oleh stasiun lain. b. Sinkronisasi Gambar berita harus sinkron dengan peristiwa yang diinformasikan agar sesuai antara naskah dengan gambarnya. c. Simbolis Gambar simbolis bukan gambar sesungguhnya, tetapi hanya menggambarkan kejadian yang diberitakan. Gambar ini digunakan apabila adanya berita penting namun belum memiliki gambar aktual. d. Ilustrasi Ilustrasi adalah gambar berita yang dibuat atau direkayasa berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambar yang aktual, sinkron dan simbolis tidak tersedia. e. Dokumentasi Dokumentasi gambar diperlukan jika peristiwa itu sangat penting, sementara tidak tersedia gambar aktual, sinkron, dan simbolis. Dokumentasi gambar berita televisi adal beberapa macam yaitu; dokumentasi peristiwa, simbolis, foto, dan profil.
f. Estetika Gambar berita harus memiliki sifat estetika agar enak dipandang mata. Estetika meliputi komposisi, fokus dan warna. Tetapi estetika gambar berita tidak mutlak. Dalam kondisi darurat unsur estetika dapat diabaikan. 2. Naskah Unsur kedua dalam berita televisi adalah naskah. Naskah berita televisi sebagaimana naskah berita pada umumnya juga harus memenuhi unsur berita 5W+1H (what, who, where, when, why dan how). Dilihat dari bentuk penyajian naskah berita televisi terbagi dua, yaitu naskah reading dan naskah voice over. Naskah reading adalah naskah berita yang seluruh isinya mulai dari lead sampai tubuhnya dibaca oleh presenter. Sedangkan naskah voice over adalah naskah berita yang leadnya dibaca presenter, sedangkan tubuhnya di-dubbing. Dari segi isinya, naskah berita televisi harus: a. Bercerita tentang gambar yang diinformasikan. b. Resume atau catatan-catatan penting. c. Lebih pendek dari gambar. d. Jeda di antara gambar. e. Naskah berita harus singkat, padat, jelas dan menarik. f. Mengandung unsur 5W+1H. g. Nama-nama atau istilah-istilah asing ditulis sesuai dengan cara pengucapannya.
h. Singkatan-singkatan
yang
belum
popular
ditulis
dengan
kepanjangannya. i. Singkatan-singkatan yang harus dibaca huruf demi huruf ditulis dengn huruf besar dan diberi tanda pemisah. j. Jabatan harus ditulis di depan nama orang yang menjadi sumber berita agar penonton tahu identitas orang tersebut. k. Nilai berita antara lain ditentukan oleh jarak antara penonton dan peristiwa. Makin dekat peristiwa dengan penonton, maka makin perlu peristiwa tersebut diceritakan secara rinci. l. Jika seorang tokoh memiliki banyak jabatan, maka yang perlu disebut adalah jabatan yang sesuai dengan kejadian. m. Semua tanda ditulis sesuai dengan cara baca agar presenter dan dubber tidak salah baca. n. Untuk menghindari kesalahan dalam membaca, ada beberapa angka yang harus ditulis dengan huruf. o. Angka yang terletak di awal kalimat harus ditulis dengan huruf. p. Jika waktu di negara lain harus ditulis persamaannya dengan waktu di Indonesia, biasanya menggunakan WIB. q. Angka yang dipakai adalah angka arab bukan angka romawi. Karena angka romawi semakin tinggi semakin sulit dibaca. r. Kutipan berita terbagi menjadi dua langsung dan tidak langsung. 3. Audio atau Suara
Unsur terakhir dalam berita televisi adalah audio atau suara. Ada dua unsur audio dalam berita televisi, yaitu atmosfir dan narasi. a. Atmosfir Atmosfir adalah suatu suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan. Atmosfir sangat penting dalam suatu gambar karena tanpa atmosfer sebuah gambar kehilangan ruhnya. b. Narasi Narasi audio adalah suara reporter, baik berdasarkan naskah yang dibaca maupun melaporkan tanpa naskah dan suara narasumber yang diwawancarai.
Narasi sangat penting karena jika reporter
melaporkan suatu berita dengan susunan kata yang tidak jelas atau kacau, maka berita akan menjadi kabur.
2.5
Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui inderaindera yang dimilikinya.24 Sedangkan dalam buku Jallaludin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi disebutkan persepsi adalah pengalaman tentang objek,
24
peristiwa
www.ilmukomunikasi.com
atau
hubungan-hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan dan menafsirkan pesan, persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi.25 Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang memiliki kesamaan persepsi antar komunikan dan komunikator.
Semakin tinggi
kesamaan persepsi antar individu maka semakin mudah dan sering mereka berkomunikasi. Persepsi meliputi: 1. Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai. 2. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan
dari
penginderaan,
ingatan
dan,
proses
kognitif
lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi
25
Jallaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Hal. 51
terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. 3. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).26 Menurut Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa terdapat tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Yang disebut seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai ”meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna”. Sedangkan menurut David Kreck and Richard S. Curthfield, faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:27 1. Faktor Fungsional Faktor ini berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, pendidikan, kebudayaan yang termasuk faktor personal. 2. Faktor Stuktural Faktor ini berasal dari faktor stimuli fisik yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila mempersepsikan sesuatu maka dipersepsikan secara keseluruhan 26 27
ibid Irwanto, Psikologi Umum. Gramedia, Jakarta, 1991, Hal. 88
2.6 2.6.1
Khalayak Pengertian Khalayak Konsepsi khalayak dalam konteks komunikasi saat ini adalah sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan yang jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak terbatas), tersebar secara luas, banyak diantaranya yang saling tidak mengenal satu dengan yang lain, dan juga heterogen (beragam) dalam hal ini ciri-ciri sosial ekonomi dan demografinya.28
2.6.2
Karakteristik Khalayak Karakteristik khalayak dibagi menjadi delapan, yaitu:29 1. Khalayak sebagai penggarap informasi. Situasi dimana pihak penerima pesan pada saat berhadapan dengan ”bentuk informasi” tertentu akan melakukan decoding (pemecahan atau penginterprestasian kode). Alhasil tidak seluruh isi informasi akan dapat diserap oleh penerima secara utuh. Satu atau hanya beberapa bagian dan isi pesan tersebut mungkin tidak akan dicerna dan diolah karena tidak masuk dalam kerangka pengetahuan, pengalaman hidupnya, atau karena tidak dipandang sesuai dengan keperluan, minat dan orientasinya.
Contoh ketika berita kematian
Michael Jackson disiarkan tidak semua khalayak yang menyaksikan 28
Sasa Djuarsa Sendjaja., Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2003, hal. 9.25 29 ibid. hal. 9.26-9.30
menonton karena memuja sang superstar tetapi lebih dikarenakan rasa ingin tahu apa penyebab kematian superstar tersebut. 2. Khalayak sebagai problem solver. Dari pihak penerima pesan/khalayak salah satu fungsi yang diharapkan dari penyebaran informasi melalui media massa bahwa informasi tersebut mampu membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Dengan demikian informasi atau pesan yang dipandang
tidak membantu mereka dalam memecahkan permasalahan atau mungkin malah menambah kesulitan/permasalahan baru, jelas tidak akan mendapatkan perhatian mereka. Dalam
kaitannya
dengan
sikap
permasalahan yang dihadapi, secara umum
khalayak
terhadap
terdapat tiga jenis
kelompok khalayak, yaitu: pertama, adalah mereka yang bersikap terlalu ”percaya diri”.
Orang-orang demikian pada umumnya
memiliki ego yang sangat tinggi dan sulit dipengaruhi pendapat serta sikapnya.
Mereka cenderung menyangsikan kredibilitas dan
komunikator sumber pengirim pesan. sebaliknya.
Kelompok kedua, bersikap
Kelompok khalayak ini justru tidak mempunyai rasa
percaya diri atau hanya memiliki kepercayaan diri rendah. Khalayak ini biasanya sulit untuk diyakinkan dan dipengruhi pendapat dan sikapnya karena mereka besikap ”apatis” serta diliputi rasa penuh ketidakpastian labil/tidak konsisten. 3. Khalayak sebagai mediator.
Pada dasarnya proses penebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran langsung sebagai barisan pertama.
Anda
penyebaran informasi bisa melalui berbagai tahap dan barisan. Proses penyebaran informasi yang demikian ini lazim disebut sebagai multi step flow communication model Schramm, (1973). Seorang warga khalayak selelah menerima informasi dari suatu medium kemungkinan besar akan kembali meneruskan informasi tersebut ke orang-orang lainnya. Dan orang-orang yang menerima informasi inipun selanjutnya akan menyampaikannya kembali ke orang-orang lainnya. Demikianlah proses ini terus berlanjut. 4. Khalayak yang mencari pembela. Pada suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan, dan diliputi rasa ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu yang baru mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor-faktor lainnya. Dalam keadaan demikian orang tersebut akan berupaya mencari data dan informasi yang dipandang bisa mendukung atau memperkuat keyakinannya. Dengan kata lain, seseorang memilih suatu medium tertentu dengan alasan bahwa informasi yang diperoleh, dari
medium
tersebut
mampu
mendukung
atau
memperkuat
keyakinannya. 5. Khalayak sebagai anggota kelompok. Sebagai mahluk sosia, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai kelompok yang diikuti baik secara formal (ABRI, KORPRI,
Serikat Buruh dan lain-lain)ataupun informal (Kelompok Pencinta Alam, Kelompok Olah Raga Tenis, dan kelompok-kelompok hobi lainnya) . Dengan demikian pesan atau informasi yang diperoleh seorang khalayak melalui suatu medium akan diproses melalui dua dimensi, yaitu: dimensi pertama berkaitan dengan nilai-nilai yang dipegang
secara
individual/pribadi,
dan
dimensi
kedua
yang
berhubungan dengan kedudukannya sebagai anggota kelompok. 6. Khalayak sebagai kelompok. Secara sosiologi, masyarakat dibedakan berdasarkan ciri-ciri demografisnya (jenis kelamin, usia, pekerjaan, asal suku, dan lainglain) dan juga dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri non-demografis (nilai-nilai, ideology, orientasi, kesukaan/hobi dan lain-lain).
Maka
dalam konteks penyebaran informasi melalui media massa, diperlukan “segmentasi” khalayak. Dengan demikian penyajian pesan/informasi dengan sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik dari kelompok khalayak sasaran. 7. Selera khalayak. Adalah manusiawi sifatnya apabila tiap orang emmepunyai selera yang berbeda satu-sama lainnya. Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya terlebih dahulu perlu diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan dijangkau. Selera khalayak ini juga bisa berubah-ubah. Oleh karena itu para
pengelola media massa seyogyanya secara berkala melakukan studi/penelitian mengenai apa yang menjadi preferensi dari khalayk sasarannya. Hasil studi/penelitian semacam ini perlu strategi umpan balik dalam upaya peningkatan dan penyempurnaan isi dan teknis penyajian media yang sesuai dengan harapan dan preferensi khalayaknya. 8. Khalayak sebagai khalayaknya suatu medium. Sejumlah orang dalam masyarakat telah menjadi khalyak yang stetia dan satu atau beberapa media massa tertentu. Tingkata affinitas terhadap media massa tersebut sudah sedemikian ketatnya sehingga sulit untuk berallih atau berpindah ke media massa lainnya.
BAB III METODOLOGI
3.1
Sifat Penelitian Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel-variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.30 Sedangkan
penelitian
kuantitatif
adalah
penelitian
yang
informasinya atau data-datanya dikelola dengan cara statistik, dan hipotesis pada penelitian kuantatif diuji dengan menggunakan teknik-teknik statistik.31
Penelitian ini bertujuan untuk menyoroti dan menjelaskan
hubungan antar variabel-variabel penelitian dan hasilnya merupakan suatu analisa sederhana.32
3.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei dapat digunakan untuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya bertujuan memaparkan distribusi daya yang diteliti.
Menurut
Kerlinger (1973), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada
30
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D, CV. Alfabet, hal. 11 31 Ronny Kountour, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, CV. Teruna Grafica, PPM 2003, hal. 105 32 Koejaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1985, hal. 29
populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadiankejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologi maupun psikologis.33 Survei
deskriptif
dilakukan
semata-mata
bertujuan
untuk
memberikan gambaran tentang suatu survei. Survei deskriptif mempunyai beberapa ciri, antara lain: 1. Berkaitan dengan aturan yang memerlukan tehnik pengumpulan data tertentu seperti wawancara, angket atau observasi. 2. Walaupun metode survei deskriptif didasarkan pada tehnik pengumpulan data tersebut, data yang diperoleh harus disuruh dan dikajikan sistematik sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar dan teliti.34
3.3 Populasi dan Sample Penelitian 3.3.1
Populasi Menurut Jalaludin Rahkmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi, populasi adalah kumpulan objek penelitian.35 Populasi yang dipilih oleh peneliti adalah warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang, Banten
33
Sugiyono., Metode Penelitian Administrasi dilengkapi Dengan Metode R&D, CV. Alfabeta, hal. 7 34 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 53-54 35 Jalalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 hal. 78
dengan jumlah warga 1.739 jiwa36 yang berumur diatas 20 tahun keatas dan mengenal program berita Liputan 6 yang disiarkan SCTV. Peneliti menganmbil populasi dan sampel dari RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang yang berusia 20 tahun keatas karena alasan berikut: 1. Kawasan RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang mudah diakses sehingga memudahkan peneliti untuk mencari data dan sampel penelitian. 2. Rata-rata warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang merupakan pengguna televisi dan lebih menyukai televisi sebagai sarana mencari berita. 3. Warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang
merupakan
khalayak
yang
menyaksikan
tayangan
pemberitaan Ponari, dan mereka juga suka membahas peristiwa tersebut. 4. Pada usia tersebut, khalayak yang menyaksikan sebuah tayangan televisi telah dapat mengambil kesimpulan dari tayangan yang ditontonnya.
Dalam hal ini khususnya tayangan berita Liputan 6
tentang Dukun Cilik Ponari dari Jombang. 5. Peneliti mengambil tentang tayangan berita Liputan 6 di SCTV tentang Dukun Cilik Ponari sebagai dan sebagai tolak ukur dalam penelitian
36
Data Kependudukan Kelurahan Pondok Karya tahun 2009
ini.
Karena peneliti ingin mengukur sejauh mana tayangan berita
tersebut dalam mempengaruhi khalayak.
3.2.1
Sampel Salah satu hal yang menakjubkan dalam melakukan penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu.37 Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil adalah menggunakan tehnik tertentu. Dalam pengambilan sampel terdapat dua syarat yaitu: sampel harus representatif (mewakili) dan berat besarnya sampel memadai.38 Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik pengambilan sample random sederhana. Dengan tehnik ini pengambilan sample tidak dipilah-pilah atau distratakan terlebih dahulu, semua populasi langsung dipilih secara random39 Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil sampel 10% dari jumlah populasi penduduk. 1.739 1.739(0.1)2 + 1
37
=
1.739 18.4
= 94.51
Jalalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 hal. 78 38 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 58 39 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi Dengan Metode R&D, CV. Alfabeta, hal. 93
95 responden
3.3
Tehbik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam tehnik pengumpulan data yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah dengan membagikan quisioner kepada responden yang terpilih merupakan sumber data utama dalam penelitian ini.
Di dalam quisioner yang akan dibagikan terdapat pertanyaan-
pertanyaan yang akanmembantu peneliti dalam mendapatkan data-data mengenai penelitian ini. Quisioner akan disebarkan secara langsung kepada responden yang sudah terpilih sebagai sampel. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat di perpustakaan dengan cara mencari dan mempelajari lebih dalam lagi buku-buku yang dapat membantu penelitian ini berjalan dengan baik.
Guna mendapatkan
sedikit tambahan informasi mengenai penelitian agar lebih baik lagi dalam mencari data-data pendukung dalam membuat penelitian.
3.4 3.4.1
Definisi dan Operasional Konsep Definisi Konsep
1. Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan dan menafsirkan pesan, persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indereawi.40 Dalam buku Psikologi Komunikasi, Jallaludin Rakhmat, M.Sc. efek media massa (persepsi, -red) dapat diukur berdasarkan tiga tahap yaitu :itu: a. Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu
mempunyai
andil
bagi
berlangsungnya
komunikasi
manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai. b. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan
dari
penginderaan,
ingatan
dan,
proses
kognitif
lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi
40
Jallaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 51
terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. c. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbolsimbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).41 2. Berita Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton. Berita pada dasarnya bukan sesuatu kejadian faktual yang sering kita saksikan sendiri, tetapi berita adalah sebuah laporan tentang kejadian yang merupakan sebuah realita ”tangan kedua”, bukan realita (kenyataan) itu sendiri.42 3. Khalayak Khalayak adalah sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan jumlah besar (bahkan mungkin tidak terbatas), tersebar secara luas, banyak diantaranya yang saling tidak mengenal satu dengan yang lain, dan juga heterogen (beragam) dalam hal ini ciri-ciri sosial ekonomi dan demografinya.43
41
ibid. Hal. 51 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003 43 Sasa Djuarsa Sendjaja., Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2003, hal. 9.25 42
3.4.2
Operasional Konsep Dalam penelitian ini persepsi masyarakat akan diukur dengan mengajukan sejumlah pertanyaan melalui kuisioner. Data yang diperoleh akan menyimpulkan pokok permasalahan. Berikut adalah tabel operasional konsep: Tabel 3.3.2 Gambaran Operasional Konsep
No.
Variabel
1.
Penginderaan
Indikator
Skor
1. Liputan 6 Petang merupakan
2.
salah satu tayangan berita
b. Setuju
yang
c. Kurang Setuju
menyiarkan
berita
tentang Dukun Cilik Ponari.
d. Tidak Setuju
Muhammad
e. Sangat Tidak Setuju
Ponari
adalah
bocah sepuluh tahun warga Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur yang memperoleh batu Petir saat dirinya sedang bermain hujan dan tersambar petir. 3.
Sejak tiga pekan lalu, praktek pengobatan diminati berbagai
Ponari
sangat
masyarakat daerah
dari hingga
mencapai 50 ribu orang. 4.
a. Sangat Setuju
Banyak
masyarakat
yang
berharap
mendapat
kesembuhan
dari
praktek
pengobatan Ponari. 5.
Walaupun
dapat
menyembuhkan
berbagai
penyakit, tidak semua pasien Ponari merasa puas dengan pengobatan tersebut. 6.
Banyak
orang
yang
memperoleh keuntungan dari praktek pengobatan Ponari. 7.
Masyarakat
menganggap
pengobatan yang dilakukan oleh
Ponari
lebih
cepat,
efektif dan murah. 8.
Bagi
Komisi
Perlindungan
Anak, praktek dukun yang melibatkan Ponari tidak layak dilanjutkan
karena
mengandung unsur eksploitasi dan
terlanggarnya
hak-hak
anak.
2.
Atensi
9.
Masyarakat
yang
antusias
a. Sangat setuju
dengan pengobatan ala Ponari
b. Setuju
rela antri berhari-hari demi
c. Kurang setuju
memperoleh kesembuhan.
d. Tidak setuju
10. Akibat telah jatuhnya korban jiwa, praktek Ponari ditutup pada hari Selasa, 11 Febuari 2009
olehMusyawarah
Pimpinan Daerah (Muspida) Jombang, Jawa Timur. 11. Ribuan
masyarakat
berbagai
dari
daerah
mengantri
dan
praktek
masih berharap
Ponari
dibuka
kembali. 12. Ayah
Ponari,
Khomsin
dirawat dirumah sakit akibat perkelahian
dengan
tetanggannya
yang
diduga
ingin menguasai Ponari. 13. Kini
Ponari lebih senang
bermain
handphone
dan
laptop yang diperoleh dari hasil
prakteknya
dibandingkan dengan temanteman dan mendengar cerita Kak Seto. 14. Atas desakan dari masyarakat, praktek kembali
Ponari pada
Febuari 2009.
dibuka
tanggal
17
e. Sangat tidak setuju
15. Dari
praktek
Ponari
ini,
Dusun tempat Ponari tinggal memdapat masukan hingga Rp. 500 juta dari retribusi yang ditarik oleh panitia dari pasien. 16. Demi keamanan Kepolisian Sektor
Megaluh
dan
Kepolisian Resor Jombang menurunkan 300 personel. 17. Ketua
Komisi
Perlindungan
Nasional
Anak,
Seto
Mulyadi atau yang lebih akrab disapa Kak Seto turut ambil andil dalam kasus Ponari dengan mengunjungi Ponari disekolah.
3.
Interpretasi
18. Praktek pengobatan Ponari
a. Sangat setuju
menelan 4 korban jiwa yaitu
b. Setuju
Nurul Miftadi (Jombang, 42),
c. Kurang setuju
Rumiadi
d. Tidak setuju
(Kediri,
58),
Muhtasor (Blitar, 56) dan Marwud (Jombang, 55). 19. Maraknya pemberitaan Ponari dimedia-media munculnya
membuat Ponari-ponari
e. Sangat tidak setuju
baru. 20. Desa Balongsari yang dulu merupakan Desa tertinggal kini menjadi Desa yang maju dengan
adanya
praktek
Ponari. 21. Peristiwa Ponari ini menarik perhatian
masyarakat
luas
termasuk Sosiolog Universitas Indonesia
Robert
MZ.
Lawang dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan anak Seto Mulyadi. 22. Karena
terlalu
lelah
berpraktek, Ponari jatuh sakit. 23. Dengan
adanya
praktek
pengobatan ini Ponari menjadi kehilangan keceriaan masa kecilnya untuk bermain dan belajar seperti teman-teman sebayanya. 24. Dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih
percaya
dengan
tradisional mistis. 25. Mengapa dizaman modern ini
a. Banyak masyarakat yang
banyak masyarakat Indonesia
masih percaya dengan
yang masih percaya dengan
pengobatan
tradisional mistis?
mistis
tradisional daripada
kedokteran. b.
Pengobatan mistis
tradisional
lebih
mudah
diakses oleh masyarakat. c.
Hasil
yang
diperoleh
dari pengobatan mistis ini
lebih
cepat
dirasakan/diperoleh. d. Biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada biaya rumah sakit e. Hanya sekedar mencobacoba.
3.6
Tehnik Analisis Data Tehnik analisa data yang digunakan adalah tehnik “Skala Jumlahan” dengan menggunakan Skala Likers.
Tehnik Skala Likers
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.44
Oleh karena itu, tehnik
analisa data ini sangat cocok untuk menganalisa data dalam penelitian ini. Ada lima pengkodean dalam penilaian Gambaran Operasional Konsep diatas dengan menggunakan Skala Likerts, sebagai berikut: 44
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi Dengan Metode R&D, CV. Alfabeta, hal. 107
1. Nilai 5
: Sangat setuju adalah orang yang benar-benar sangat setuju dengan
pernyataan yang ada dikuisioner tentang
dukun cilik Ponari. 2. Nilai 4
: Setuju adalah orang yang setuju dengan pernyatan yang ada dikuisioner,
3. Nilai 3
: Kurang setuju adalah orang yang berpersepsi bahwa orang tersebut setuju namun tidak begitu setuju dengan pernyataan tersebut.
4. Nilai 2
:
Tidak setuju adalah orang yang berpersepsi bahwa
pernyataan yang ada dikuisioner tidak sesuai dengan persepsi dirinya. 5. Nilai 1
:
Sangat tidak setuju adalah orang yang berpendapat
bahwa pernyataan tersebut sangat tidak mewakili persepsinya. Tabel Penilaian dari setiap kategori jawaban dengan skor 1 – 5 Jawaban
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Kurang Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Tingkat ukuran yang akan digunakan adalah ukuran ordinal. Ukuran ordinal mengurutkan responden dari tingkatan “paling rendah” ke
tingkatan “paling tinggi” menurut suatu atribut tertentu tanpa ada petunjuk yang jelas tentang berapa jumlah absolute atribut yang dimiliki oleh masingmasing responden tersebut dan berapa interval antara responden dengan yang lain.45 Proses analisa yang peneliti lakukan akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Mengolah setiap jawaban pertanyaan dari kuisioner yang disebarkan kepada khalayak untuk dihitung frekuensi dan presentasenya. 2. Menentukan interval untuk setiap tingkatan dengan cara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah, kemudian dibagi dengan jumlah skala. Rumus46 : i = Jarak Pengukuran (R) Jumlah Interval Keterangan: i
= Interval
R
= Nilai Tertinggi (NT) – Nilai Terendah (NR)
NT
= 26 pernyataan x Skor tertinggi yaitu 5 26
NR
x
5
=
130
= 26 pernyataan x Skor tertinggi yaitu 1 26
x
1
=
26
Jumlah Interval = 5 i
45 46
= 130 – 26 5
= 104 5
= 20.8
=
21
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1982, hal. 71 Rachmat Kriantono, Riset Media Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal. 134
Akumulasi Persepsi Pada akumulasi persepsi diperoleh skor terendah 26 dan tertinggi 135 dari 26 pernyataan yang ada di kuisioner. Maka diperoleh hasi sebagai berikut: No.
Persepsi
I
1
Sangat Positif
114 – 135
2
Positif
92 – 113
3
Netral
70 – 91
4
Negatif
48 – 69
5
Sangat Negatif
26 – 47
Akumulasi Penginderaan atau sensasi dan Interpretasi Pada tahap penginderaan atau sensasi dengan jumlah 8 pernyataan, maka diperoleh jumlah skor terendah 8 dan skor tertinggi 42. klasifikasi untuk tingkat penginderaan diuraikan sebagai berikut: No.
Persepsi
I
1
Sangat Tinggi
36 – 42
2
Tinggi
29 – 35
3
Netral
22 – 28
4
Rendah
15 – 21
5
Sangat Rendah
8 – 14
Akumulasi Atensi
Jadi
Dan untuk tahap atensi dan interpretasi dengan jumlah 9 pernyataan pada kuisioner, maka diperoleh skor terendah 9 dan 48. Jadi berikut adalah uraian dari klasifikasi untuk tingkat atensi dan interpretasi No.
Persepsi
I
1
Sangat Tinggi
41 – 48
2
Tinggi
33 – 40
3
Netral
25 – 32
4
Rendah
17 – 24
5
Sangat Rendah
9 – 16
Persepsi Sangat Positif Jika tingkat penginderaan atau sensasi, atensi dan interpretasi responden terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari sangat tinggi, yaitu apabila memperoleh nilai 114 – 135 point. Persepsi Positif Jika tingkat penginderaan atau sensasi, atensi dan interpretasi responden terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari tinggi, yaitu apabila memperoleh nilai 92– 113 point. Netral Jika tingkat penginderaan atau sensasi, atensi dan interpretasi responden terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari sedang, yaitu apabila memperoleh nilai 70 – 91 point.
Negatif Jika tingkat penginderaan atau sensasi, atensi dan interpretasi responden terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari rendah, yaitu apabila memperoleh nilai 48 – 69 point. Sangat Negatif Jika tingkat penginderaan atau sensasi, atensi dan interpretasi responden terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari sangat rendah, yaitu apabila memperoleh nilai 26 – 47 point.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SCTV SCTV sebagai salah satu stasiun televisi yang sudah cukup lama bersiaran secara nasional, kian hari kian menyadari bahwa eksistensi industri pertelevisian dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV mencoba menangkap dan mengekspresikannya melalui berbagai program berita dan feature. Produksi divisi pemberitaan seperti Liputan 6, Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan sebagainya.
Dan selain itu juga kelebihan SCTV dalam
menayangkan programnya selalu memberikan arahan dan tuntunan kepada pemirsanya untuk memilih tayangan yang sesuai dan juga SCTV telah secara selektif memilih serta menentukan jam tayang programnya.
Tujuan yaitu
agar program-program tersebut ditayangkan sesuai dengan kebutuhan serta sesuai dengan tingkatan usia sehingga program acara tersebut dapat dinikmati sesuai dengan audience. Awal keberadaannya SCTV sebagai stasiun televisi dan dapat diterima oleh khalayak yaitu pada bulan agustus tahun 1990 dengan jangkauan siaran hanya mencapai wilayah Surabaya dan sekitarnya, lalu setelah mendapat izin dari Departemen Penerangan, jangkauan siaran SCTV meluas mencapai pulau Bali dan sekitarnya. Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia. Untuk mengantisipasi
perkembangan
industri
televisi
dan
juga
dengan
mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi
siaran
nasionalnya
dari
Surabaya
ke
Jakarta.
Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah
pada
multimedianya
konvergensi dengan
media
meluncurkan
SCTV situs
mengembangkan
potensi
http://www.liputan6.com,
http://www.liputanbola.com Melalui ketiga situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk (SCM), SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media baru. Sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk Semua. Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial audience.
Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu
mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya. SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efesiensi operasional.
Dengan
mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efesiensi
operasional memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemukan di Indonesia. Visi SCTV Menjadi stasiun televisi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pencerdasan kehidupan bangsa. Misi SCTV Membangun SCTV sebagai jaringan stasiun televise swasta terkemuka di Indonesia dengan: 1.
Menyediakan beragam program kreatif, inovatif dan berkualitas yang membangun bangsa.
2.
Melaksanakan tata kota kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
3.
4.1.1
Memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholder.
Liputan 6 Liputan 6 adalah program berita televisi Indonesia yang disiarkan di SCTV. Dikenal sebagai program berita yang populer, slogannya adalah "Aktual, Tajam, dan Terpercaya". Liputan 6 pertama kali hadir pada pertengahan tahun 1995. Liputan 6 disiarkan 4 kali sehari: pagi, siang, sore dan malam. Meski namanya menggunakan angka "6", namun waktu tayangannya tidak semuanya tepat pada pukul enam. Liputan 6 Pagi (hadir pertama kali pada 24 Agustus 1996) disiarkan sejak pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 06.30 WIB. Liputan 6 Siang (hadir sejak 1997)
disiarkan pada pukul 12.00-12.30 WIB, sedangkan Liputan 6 Petang (hadir mulai 20 Mei 1996) disiarkan pada pukul 17.30-18.00 WIB. Yang paling larut adalah Liputan 6 Malam (hadir pertama kali pada Juli 2003) pada pukul 00.00-00.30 WIB. Program yang pada awal tahun 2009 telah berganti logo ini dipandu oleh penyiar berita televisi handal sebut saja Rosiana Silalahi dan Arief Suditomo. Dengan keberadaan penyiar berita tersebut menjadikan Liputan 6 sebagai program berita televisi unggulan.
4.2 Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meringkas hasil penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang dengan jumlah sampel responden sebanyak 95 orang. dilakukan dengan pendekatan kuantitatif.
Analisa penelitian
Data diperoleh dengan cara
menyebarkan kuisioner di RW 03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang pada tanggal 24 – 26 Juli 2009.
4.3 Identitas Responden Berdasarkan karakteristik responden dapat dijelaskan dalam berbagai kriteria sebagai berikut:
4.3.1
Jenis Kelamin Tabel 4.3.1 Jenis Kelamin n = 95 No. Jenis Kelamin F 1 Laki-laki 55 2 Perempuan 40 Jumlah 95
% 58 42 100
Berdasarkan tabel 4.3.1 dapat dijelaskan bahwa data yang diperoleh dari 95 responden adalah 54 responden atau 58% yaitu responden laki-laki dan 40 responden atau 42%, responden perempuan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki.
4.3.2
Usia Tabel 4.3.2 Usia n = 95 No. 1 2 3 4
Usia 20 – 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun > 50 tahun Jumlah
F 59 18 15 3 95
% 62 19 16 3 100
Berdasarkan tabel 4.3.1 data yang diperoleh dari 95 responden adalah 62% berusia antara 20 – 29 tahun, sebanyak 19% berusia antara 30 – 39 tahun, sebanyak 16% berusia antara 40 -49 tahun, sebanyak 3% berusia 50 tahun keatas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah responden yang berusia antara 20 – 29 tahun.
4.3.3
Pendidikan Terakhir Responden Tabel 4.3.3 Pendidikan Terakhir Responden n = 95 No. Pendidikan Terakhir F 1 SD 4 2 SLTP 11 3 SLTA 67 4 D I/II/III 8 5 S1 5 Jumlah 95
% 4 12 71 8 5 100
Berdasarkan tabel 4.3.3 dapat dijelaskan bahwa data yang diperoleh dari 95 responden adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir SD berjumlah 4 responden
atau 4% , SLTP berjumlah 11
responden atau 12%, SLTA berjumlah 66 responden atau 71%, D I/II/III berjumlah 8 responden atau 8% dan S1 berjumlah 5 responden atau 5%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir SLTA.
4.3.4
Pekerjaan Responden Tabel 4.3.4 Pekerjaan Responden n = 95 No. Pekerjaan F 1 Mahasiswa 35 2 Pegawai Negeri 5 3 Karyawan Swasta 24 4 Ibu Rumah Tangga 14 5 Lain-lain 17 Jumlah 95
% 37 5 25 15 18 100
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa perkerjaan dari 95 responden beragam. Responden yang berstatus sebagai mahasiswa sebesar 37%, Pegawai Negeri 5%, Karyawan Swasta 25%, Ibu rumah tangga 15% dan lain-lain sebesar 18%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah responden terbanyak dalam penelitian ini.
4.4 Persepsi Khalayak RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang dalam Tahap Penginderaan atau Sensasi Setelah data mengenai identitas responden diketahui berikut akan dijelaskan mengenai penginderaan atau sensasi responden terhadap tayangan. Pernyataan yang diajukan kepada responden meliputi isi berita tentang dukun cilik Ponari.
4.4.1
Liputan 6 merupakan salah satu tayangan berita yang menyiarkan berita tentang Dukun Cilik Ponari. Tabel 4.4.1 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 25 43 16 8 3 95
% 27 46 16 8 3 100%
Berdasarkan tabel 4.4.1 43 responden atau 46% responden dari 95 responden setuju bahwa Liputan 6 merupakan salah satu tayangan berita yang menyiarkan berita tentang Dukun Cilik Ponari.
Sedangkan
25
responden atau 27% responden menyatakan sangat setuju, 16 responden atau 16% responden kurang setuju, 8 responden atau 8% responden tidak setuju dan 3 responden atau 3% responden sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
4.4.2
Muhammad Ponari adalah bocah sepuluh tahun warga Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur yang memperoleh batu petir saat dirinya sedang bermain hujan dan tersambar petir. Tabel 4.4.2 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 11 48 21 7 8 95
% 12 50 22 7.5 8.5 100%
Dari tabel 4.4.2 dapat disimpulkan bahwa 50% responden setuju bahwa Ponari adalah bocah sepuluh tahun warga Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur yang memperoleh batu petir saat dirinya sedang bermain hujan dan tersambar petir. Sedangakan 12% responden sangat setuju, 22% responden kurang setuju, 7.5% responden tidak setuju dan 8.5% responden sangat tidak setuju.
4.4.3
Sejak tiga pekan lalu, praktek pengobatan Ponari sangat diminati masyarakat dari berbagai daerah hingga mencapai 50 ribu orang.
Tabel 4.4.3 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 19 50 16 6 4 95
% 20 53 17 6 4 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 20% responden sangat setuju, 53% responden setuju, 17% responden kurang setuju, 6% responden tidak setuju dan 4% sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa sejak tiga pekan lalu, praktek pengobatan Ponari sangat diminati masyarakat dari berbagai daerah hingga mencapai 50 ribu orang.
4.4.4
Banyak masyarakat yang berharap mendapat kesembuhan dari praktek pengobatan ponari. Tabel 4.4.4 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 17 38 24 8 8 95
% 18 40 25 8.5 8.5 100%
Berdasarkan data tabel 4.4.4 tentang banyaknya masyarakat yang berharap mendapat kesembuhan dari praktek pengobatan Ponari dapat disimpulkan bahwa sebanyak 40% responden setuju, 25% responden
kurang setuju, 18% responden sangat setuju dan pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju masing-masing 8.5%.
4.4.5
Walaupun dapat menyembuhkan berbagai penyakit, tidak semua pasien Ponari merasa puas dengan pengobatan tersebut. Tabel 4.4.5 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 22 50 11 6 6 95
% 23 53 12 6 6 100%
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa 23% responden sangat setuju, 53% responden setuju, 12% responden kurang setuju, 6% responden tidak setuju, dan sangat tidak setuju 6% responden.
4.4.6
Banyak
orang
yang
memperoleh
keuntungan
dari
pengobatan Ponari. Tabel 4.4.6 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 23 34 27 8 3 95
% 24 36 28.5 8.5 3 100%
praktek
Banyak orang yang memperoleh keuntungan dari praktek pengobatan Ponari, berdasarkan tabel 4.4.6 dijelaskan sebanyak 36% responden setuju, 28.5% responden kurang setuju, 24 responden sangat setuju, 8.5% tidak setuju dan 3% sangat tidak setuju dari pernyataan tersebut.
4.4.7
Masyarakat menganggap pengobatan yang dilakukan oleh Ponari lebih cepat, efektif dan murah. Tabel 4.4.7 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 25 36 22 9 3 95
% 26.5 38 23 9.5 3 100%
Berdasarkan data tabel 4.4.7 dapat disimpulkan sebanyak 26.5% responden sangat setuju, 38% responden setuju, 23% responden kurang setuju, 9.5% responden tidak setuju dan 3% responden sangat tidak setuju.
4.4.8
Bagi Komisi Perlindungan Anak, praktek dukun yang melibatkan Ponari tidak layak dilanjutkan karena mengandung unsur eksploitasi dan terlanggarnya hak-hak anak.
Tabel 4.4.8 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 47 31 10 3 4 95
% 49 33 11 3 4 100%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 49% responden sangat setuju, 33% responden setuju, 11% responden kurang setuju, 3% responden tidak setuju dan 4% sangat tidak setuju.
4.5 Persepsi Khalayak RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang dalam Tahap Atensi Setelah data mengenai identitas responden dan penginderaan atau sensasi terhadap tayangan diketahui berikut akan dijelaskan mengenai atensi terhadap tayangan.
Pernyataan tentang atensi yang diajukan kepada
responden meliputi pemberitaan tentang dukun cilik Ponari .
4.5.1
Masyarakat yang antusias dengan pengobatan ala Ponari rela antri berhari-hari demi memperoleh kesembuhan. Tabel 4.5.1 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 12 43 22 11 7 95
% 13 45 23 12 7 100%
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 13% responden sangat setuju, 45% responden setuju, 23% responden kurang setuju, 12% tidak setuju dan 7% sangat tidak setuju.
4.5.2
Akibat telah jatuhnya korban jiwa, praktek Ponari ditutup pada hari Selasa. 11 Febuari 2009 oleh Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Jombang. Jawa Timur. Tabel 4.5.2 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 26 48 9 7 5 95
% 28 51 9 7 5 100%
Dari pernyataan diatas terlihat dari tabel 4.5.2 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 28% responden sangat setuju, 51% responden setuju, 9% responden kurang setuju, 7% responden tidak setuju dan 5% responden sangat tidak setuju.
4.5.3
Ribuan masyarakat dari berbagai daerah masih mengantri dan berharap praktek Ponari dibuka kembali.
Tabel 4.5.3 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 9 33 34 8 11 95
% 9 35 36 8 12 100%
Data-data diatas menyimpulkan bahwa sebanyak 9% responden sangat setuju, 35% responden setuju, 36% responden kurang setuju, 8% responden tidak setuju dan 12% responden sangat tidak setuju.
4.5.4
Ayah Ponari, Khomsin dirawat di rumah sakit akibat perkelahian dengan tetangganya yang diduga ingin menguasai Ponari. Tabel 4.5.4 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 7 46 17 19 6 95
% 7.5 48.5 18 20 6 100%
Berdasarkan data-data diatas sebanyak 48.5% responden setuju bahwa ayah Poanari, Khomsin dirawat di rumah sakit akibat perkelahian dengan tetangganya yang diduga ingin menguasai Ponari.
4.5.5
Kini Ponari lebih senang bermain handphone dan laptop yang diperoleh dari hasil prakteknya dibandingkan bermain dengan teman-temannya dan mendengarkan cerita Kak Seto. Tabel 4.5.5 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 9 33 19 26 8 95
% 10 35 20 27 8 100%
Berdasarkan tabel 4.5.5 tersebut dapat disimpulkan bahwa 10% responden sangat setuju, 35% responden setuju, 20% responden kurang setuju, 27% tidak setuju dan 8% sangat tidak setuju.
4.5.6
Atas desakan dari masyarakat, praktek Ponari dibuka kembali pada tanggal 17 Febuari 2009. Tabel 4.5.6 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 8 36 18 25 8 95
% 8 38.5 19.5 26 8 100%
Dari tabel 4.5.6 menjelaskan bahwa sebanyak 8% responden sangat setuju, 38.5% responden setuju, 19.5% responden kurang setuju, 26% responden tidak setuju dan 8% responden sangat tidak setuju.
4.5.7
Dari praktek Ponari
ini, dusun tempat Ponari tinggal mendapat
masukan hingga Rp. 500 juta dari retribusi yang ditarik oleh panitia dari pasien. Tabel 4.5.7 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 11 56 17 8 3 95
% 12 59 18 8 3 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 11% responden sangat setuju, 59% responden setuju, 18% responden kurang setuju, 8% tidak setuju dan 3% sangat tidak setuju.
4.5.8
Demi keamanan Kepolisian Sektor Megaluh dan Kepolisian Resor Jombang menurunkan 300 personel. Tabel 4.5.8 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 13 62 8 10 2 94
% 14 65 8 11 2 100%
Berdasarkan tabel 4.5.8 disimpulkan bahwa sebanyak 14% responden dari 95 sampel menyatakan sangat setuju. Sedangkan 65%
responden setuju, 8% responden kurang setuju, 11% responden tidak setuju dan 2 sangat tidak setuju.
4.5.9
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi atau yang lebih akrab disapa Kak Seto turut ambil andil dalam kasus Ponari dengan mengunjungi Ponari disekolah. Tabel 4.5.9 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 33 46 9 5 2 95
% 35 48 10 5 2 100%
Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa 35% responden sangat setuju, 48% responden setuju, 10% responden kurang setuju, 5% responden tidak setuju dan 2% responden sangat tidak setuju.
4.6 Persepsi Khalayak RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang dalam Tahap Interpretasi Setelah mengetahui identitas responden, penginderaan atau sensasi dan atensi terhadap tayangan.
Berikut ini akan diuraikan pembahasan hasil
penelitian mengenai interpretasi terhadap tayangan tentang dukun cilik Ponari. Berikut adalah pembahasan tentang interpertasi terhadap tayangan tersebut.
4.6.1
Praktek pengobatan Ponari menelan 4 korban jiwa yaitu Curul Miftadi (Jombang, 42); Rumiadi (Kediri, 58); Muhtasor (Blitar, 56) dan Marwud (Jombang, 55). Tabel 4.6.1 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 10 28 29 16 12 95
% 11 29 30 17 13 100%
Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa 11% responden sangat setuju, 29% responden setuju, 30% responden kurang setuju, 17% responden tidak setuju dan 13% responden sangat tidak setuju.
4.6.2
Maraknya pemberitaan Ponari dimedia-media membuat banyaknya Ponari-Ponari baru yang bermunculan. Tabel 4.6.2 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 13 27 15 21 19 95
% 14 28 16 22 20 100%
Berdasarkan tabel 4.6.2 diperoleh data sebagai berikut; sebanyak 14% responden Sangat setuju, 28% responden setuju, 16% responden
kurang setuju, 22% responden tidak setuju dan 20% responden Sangay tidak setuju.
4.6.3
Desa Balongsari yang dulu merupakan Desa tertinggal kini menjadi Desa yang ramai dengan adanya praktek Ponari. Tabel 4.6.3 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 12 55 8 16 4 95
% 13 58 8 17 4 100%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 13% respoden sangat setuju, 58% respoden setuju, 8% responden kurang setuju, 17% responden tidak setuju dan 4% responden sangat tidak setuju.
4.6.4
Peristiwa Ponari ini menarik perhatian masyarakat luas termasuk Sosiolog Universitas Indonesia Robert MZ. Lawang dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulayadi. Tabel 4.6.4 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 23 58 9 1 3 95
% 24 62 10 1 3 100%
Berdasarkan tabel 4.6.4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 24% responden sangat setuju, 62% responden setuju, 10% responden kurang setuju, 1% responden tidak setuju dan 3% responden sangat tidak setuju.
4.6.5
Karena terlalu lelah berpraktek, Ponari jatuh sakit. Tabel 4.6.5 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 23 41 20 3 8 95
% 24 43 21 3 8 100%
Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa sebanyak 24% responden sangat setuju, 43% responden setuju, 21% responden tidak setuju dan 8% responden sangat tidak setuju.
4.6.6
Dengan adanya praktek pengobatan ini Ponari menjadi kehilangan keceriaan masa kecilnya untuk bermain dan belajar seperti temanteman sebayanya. Tabel 4.6.6 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 27 34 10 16 8 95
% 28 36 11 17 8 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 28% responden sangat setuju, 36% responden setuju, 11% responden kurang setuju, 17% responden tidak setuju dan 8% responden sangat tidak setuju.
4.6.7
Dengan bermunculannya praktek klenik Ponari dan sejenisnya membuktikan bahwa minimnya fasilitas kesehatan yang diberikan pemerintah terhadap rakyatnya, khususnya rakyat menengah kebawah. Tabel 4.6.7 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 33 43 11 1 7 95
% 35 45 12 1 7 100%
Berdasarkan tabel 4.6.1 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 45% responden setuju dengan pernyataan diatas. Sedangkan 35% responden sangat setuju, 12% responden kurang setuju, 1% responden tidak setuju dan 7% responden sangat tidak setuju.
4.6.8
Dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisi mistis.
Tabel 4.6.8 n = 95 No. 1 2 3 4 5
Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 33 35 18 2 7 95
% 35 37 19 2 7 100%
Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 35% responden sangat setuju, 37% responden setuju, 19% responden kurang setuju, 2% responden tidak setuju dan 7% sangat tidak setuju.
4.6.9
”Mengapa dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisional mistis?” Tabel 4.6.9 n = 95 No. Jawaban 1 Banyak masyarakat yang masih percaya dengan pengobatan tradisional mistis. 2 Pengobatan tradicional mistis lebih mudah diakses oleh masyarakat. 3 Hasil yang diperoleh dari pengobatan mistis ini lebih cepat dirasakan oleh masyarakat yang berobat. 4 Biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada biaya rumah sakit 5 Hanya sekedar mencoba-coba Jumlah
F 28
% 29
10
11
11
12
46
48
0 95
0 100%
Berdasarkan hasil data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 29% responden memilih pernyataan ”banyaknya masyarakat yang masih percaya dengan pengobatan tradisional mistis”; sedangkan sebanyak 11% responden memilih pernyataan ”pengobatan tradisional
mistis lebih mudah diakses oleh masyarakat”; sebanyak 12% responden memilih pernyataan ”hasil yang diperoleh dari pengobatan mistis lebih cepat dirasakan oleh masyarakat yang berobat”;
dan sebanyak 48%
responden memilih pernyataan ”biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada biaya rumah sakit.
4.7 Hasil Akumulasi 4.7.1
Akumulasi Penginderaan atau Sensasi Tabel 4.7 Akumulasi Penginderaan atau Sensasi
No.
Persepsi
I
F
%
1
Sangat Tinggi
36 – 42
13
14
2
Tinggi
29 – 35
54
57
3
Netral
22 – 28
19
20
4
Rendah
15 – 21
7
7
5
Sangat Rendah
8 – 14
2
2
95
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.7 tentang akumulasi penginderaan atau sensasi, dapat diketahui bahwa 54 responden atau 57% responden dari 95 responden memiliki penginderaan atau sensasi yang tinggi terhadap tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV. Oleh karena itu mayoritas responden memilih pernyataan setuju ketika diajukan pernyataan mengenai penginderaan atau sensasi terhadap tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV
4.7.2
Akumulasi Atensi Tabel 4.8 Akumulasi Atensi
No.
Persepsi
I
F
%
1
Sangat Tinggi
41 – 48
3
3
2
Tinggi
33 – 40
37
39
3
Netral
25 – 32
48
51
4
Rendah
17 – 24
5
5
5
Sangat Rendah
9 – 16
2
2
95
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.8 tentang akumulasi atensi, dapat diketahui bahwa 48 responden atau 51% responden dari 95 responden memiliki atensi yang sedang atau netral terhadap tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV. Oleh karena itu mayoritas responden memilih pernyataan kurang setuju ketika diajukan pernyataan mengenai atensi tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV 4.7.3
Akumulasi Interpretasi Tabel 4.9 Akumulasi Interpretasi
No.
Persepsi
I
F
%
1
Sangat Tinggi
41 – 48
2
2
2
Tinggi
33 – 40
44
46
3
Netral
25 – 32
40
42
4
Rendah
17 – 24
5
5
5
Sangat Rendah
9 – 16
4
4
95
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.9 tentang akumulasi interpretasi , dapat diketahui bahwa 44 responden atau 46% responden dari 95 responden memiliki atensi yang tinggi terhadap tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV. Oleh karena itu mayoritas responden memilih pernyataan setuju ketika diajukan pernyataan mengenai atensi tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV
4.7.4
Akumulasi Persepsi Tabel 4.10 Akumulasi Persepsi
No.
Persepsi
I
F
%
1
Sangat Positif
114 – 135
6
6
2
Positif
92 – 113
55
58
3
Netral
70 – 91
27
29
4
Negatif
48 – 69
6
6
5
Sangat Negatif
26 – 47
1
1
95
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.10 tentang akumulasi persepsi, dapat diketahui bahwa 55 responden atau 58% responden dari 95 responden memberikan persepsi positif terhadap tayangan berita Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV. Jadi dari hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa Persepsi Khalayak terhadap Tayangan Liputan 6 survey terhadap RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang tentang Dukun Cilik Ponari menunjukkan persepsi positif.
4.8
Analisa Program berita merupakan segala bentuk siaran yang dibuat oleh stasiun televisi untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas. Maka tidak mengherankan jika presentase program sebuah stasiun televisi didominasi oleh program berita, dibandingkan dengan jenis program lainnya. Liputan 6 merupakan program berita yang dihadirkan oleh SCTV ketengah-tengah audiensnya, selain bersifat informasi juga dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri. Berita televisi sangat menarik dibandingkan dengan format berita media lainnya. Hal ini dikarenakan berita televisi memiliki tiga unsur ciri khas dalam penyajiannya, yaitu gambar, naskah dan suara. Dengan tiga unsur tersebut mempermudah masyarakat atau khalayak untuk menangkap berita yang disajikan, baik dari segi penginderaan, atensi dan interpretasi. Sehingga dapat dengan mudah pula khalayak mempersepsikan berita yang disampaikan, dalam hal ini berita tentang Dukun Cilik Ponari yang ditayangkan oleh Liputan 6 di SCTV pada periode 10 – 27 Febuari 2009 di setiap sesi program Liputan 6, baik pagi, siang, petang dan malam. Persepsi merupakan proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu responden sehingga responden sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui inderaindera yang dimilikinya.
Bagi khalayak yang menyaksikan tayangan
tersebut khususnya warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan
Pondok Aren Tangerang,memiliki persepsi yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Dan dapat dilihat dari hasil penelitian diatas baik dari tiap tabel pernyataan dan dari tabel akumulasi penginderaan atau sensasi, atensi dan interpretasi yang menunjukkan bahwa setiap individu memiliki persepsinya masingmasing. Setiap responden ada yang memiliki persepsi sangat positif, positif, netral, rendah dan sangat rendah. Seperti halnya sebuah kutipan dari buku Immor(T)alitas Media (Keith Tester, 120 – 121)47, karakteristik anggota dan aktivitas audien media selalu tidak jelas.
Orang bisa saja membuat penjelasan atau bisa saja
membuat gambaran. Tapi, karena berdasarkan kemungkinan bahwa dua posibilitas ini tidak akan bermanfaat untuk digabungkan, maka akan selalu ada persoalan tentang audien yang masih belum terjawab. Dan kelihatannya juga tidak bisa dihindari bahwa diskusi apa pun tentang audien akan terbuka untuk diragukan, malahan serta merta ditolak. Tapi ini bukanlah suatu hal yang buruk. Sebenarnya perlu sedikit ditegaskan bahwa audien media pasti selalu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipahami.
Harus diakui, bahwa adanya ambiguitas dalam berbagai
penafsiran tentang audien boleh jadi bukan suatu yang menarik bagi para peneliti dan sosiolog yang ingin mendapatkan jawaban yang betul-betul pasti, tentang segala sesuatu dimana saja. Tapi bagi sebagian dari kita,
47
Keith Tester, Immor(T)alitas Media, Penerbit Jutaxpose, 2009, hal. 120 - 121
kemustahilan untuk berbicara apa pun tentang audien mungkin akan lebih membantu untuk menarik dan mengarahkan kesepakatan universal. Disatu sisi, menegaskan bahwa telah dilakukan usaha yang secara metodologis dan teoritis adalah cara yang logis dan bisa dipahami, namun tetap saja mustahil untuk membuktikan bahwa berbagai penafsiran dan pemahaman tentang audien adalah sepenuhnya salah. Selama rangkaian kesimpulan tentang media dibangun di atas pondasi yang kukuh, maka ia sama validnya dengan kesimpulan lainnya. Di sisi lain, ambiguitas dan ketidakberbandingan tersebut sebenarnya menjadi lebih menarik untuk dilakukan penelitian tentang audien media.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Tayangan Liputan 6 merupakan tayangan berita yang disiarkan oleh stasiun televisi SCTV.
Tayangan berita yang disajikan oleh Liputan 6
adalah tayangan yang menginformasikan kepada masyarakat tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam ataupun diluar negeri, baik dari segi sosial, hukum, ekonomi, kesehatan dan lain-lain.
Dalam penelitian ini
khususnya dalam hal kesehatan tapi juga dapat dilihat dari segi sosial. Berdasarkan dari hasil penelitian tentan persepsi khalayak terhadap tayangan Liputan 6 di SCTV (survey terhadap warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang). Dalam penelitian ini melibatkan 95 responden dari 1739 warga yang bertempat tinggal di RW 03 Kelurahan Pondok Karya.
Dari hasil penelitian dilapangan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahap penginderaan atau sensasi dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi positif. Hal ini dikarenakan mayoritas dari responden sebanyak 54 responden atau 57% setuju dengan pernyataan mengenai penginderaan atau sensasi tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV 2. Pada tahap atensi dapat diketahui responden memiliki persepsi netral atau sedang.
Hal dikarenakan mayoritas responden sebanyak 48
responden atau 51% dari jumlah sampel yakni 95 responden memilih pernyataan kurang setuju dengan pernyataan yang diajukan mengenai atensi terhadap tayangan Liputan 6 tentang Dukun Cilik Ponari di SCTV. 3. Pada tahap interpretasi diketahui responden memiliki persepsi positif. Hal ini dikarenakan mayoritas responden sebanyak 44 responden atau 46% dari jumlah sampel atau 95 responden setuju terhadap pernyataanpernyataan yang ada ditahap interpretasi. Dan ditahap ini pada nomor 30 dapat disimpulkan pula bahwa masyarakat lebih memmilih pengobatan tradisional mistis daripada rumah sakit dikarenakan biaya yang lebih murah. Hal dikarenakan sebanyak 46 respoden atau 48% memilih jawaban tersebut. 4. Setelah mengetahui hasil dari ketiga unsur, peneliti kemudian mengolahnya
dan
diperoleh
hasil
bahwa
mayoritas
responden
memberikan jawaban positif terhadap program Liputan 6 mengenai pemberitaan tentang dukun cilik Ponari yaitu dengan jumlah responden sebanyak 55 responden atau 58% dari 95 responden.
5.2 Saran – Saran Liputan
6 merupakan tayangan yang memberikan informasi dari
berbagai segi baik ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya dari berbagai belahan dunia, khususnya dari dalam negeri.
Berdasarkan hasil penelitian
ini peneliti ingin memberikan saran berdasarkan dari segi ilmiah dan praktisi, sebagai berikut: 1. Dari
segi
ilmiah
berdasarkan
hasil
penelitian
diatas,
peneliti
menyarankan untuk pengembangan ilmu komunikasi umumnya dan broadcasting khususnya, agar para khalyak yang memiliki persepsi yang sangat positif dan positif dalam menyaksikan program tayangan Liputan 6 khususnya mengenai tayangan berita tentang Dukun Cilik Ponari, untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan penginderaan, atensi dan interpretasinya. Sedangkan untuk khalayak yang memiliki persepsi netral, rendah dan sangat rendah agar terus meningkatkan penginderaan, atensi dan interpretasinya dalam menyaksikan program tayangan Diputan 6 di SCTV. Dan berharap pemerintah menambahkan fasilitasfasilitas kesehatan bagi rakyat menengah kebawah, yaitu dengan memberikan kemudahan dalam proses perizinan pelayanan kesehatan seperti Asuransi Kesehatan (AsKes), pemberian Surat Keterangan Tidak Mampu untuk berobat ke rumah sakit dan sebagainya. 2. Dari segi praktisi, peneliti menyarankan kepada SCTV khususnya divisi Diputan 6 untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan efektifitas penayangan berita, sehingga khalayak yang menonton tayangan tersebut dapat menerima tayangan tersebut dengan baik.
Namun dari segi
penayangan diharapkan stasiun televisi dapat menjaga intensitas penayangan berita secara proposional dan tidak berlebihan agar tidak mempengaruhi persepsi dan tingkah laku khalayak.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku Ardianto, Elvinaro – Komala Erdiyana, Lukiati, Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004 Djuarsa Sendjaja, Sasa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2004 Irwanto, Psikologi Umum. Gramedia, Jakarta, 1991 Iskandar Muda, Deddy, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003 Koejaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1985 Kountour, Ronny, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, CV. Teruna Grafica, PPM 2003 Kriantono, Rachmat, Riset Media Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ramdina Prakasa, 2004 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 Rakhmat, Jallaludin, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 Rakhmat, Jallaludin, M. Sc, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Rivers, William L., penerjemah : Hari Munanda & Dudi Priatna, Media Massa dan Masyarakat Modern, PT. Prenada Media, Jakarta, 2003 Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1982 Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998 Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Duta Wawancara University Pers, 1994
Sugiyono. Prof. Dr., Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D, CV. Alfabet, Suhandang, Kustandi, Pengantar Jurnalistik; Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik, Nuansa, 2004 Teba, Sudirman, Jurnalistik Baru, Kalam Indonesia, 2005 Tester, Keith, Immor(T)alitas Media, Penerbit Jutaxpose, 2009 Uchjana Effendi, Onong, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 Uchjana Effendy, Onong, TV Siaran Teori dan Praktek, Bandung Alumni, 1984 Wahyudi, JB, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio Dan Televisi, Grafitri, Jakarta, 1996 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta
Referensi lain-lain Profil stasiun televisi ”SCTV” diakses dari http : // www.sctv.co.id ”Liputan 6” diakses dari http : //www.liputan6.com Data Kependudukan Kelurahan Pondok Karya
LOGO
LOGO SCTV
LOGO LIPUTAN 6
NO. RESPONDEN ....................
PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP TAYANGAN LIPUTAN DI SCTV (Survey Terhadap Warga RW 03 Kelurahan Pondok Karya Kecamatan Pondok Aren Tangerang Tentang ”Dukun Cilik: Ponari”)
DAFTAR KUISIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian : 1. Berilah tanda silang ( X ) pada lembar kuisioner yang anda anggap benar dan sesuai dengan hati nurani anda. 2. Seluruh pertanyaan yang tertera pada lembar kuisioner ini harus dijawab. 3. Apabila ada pertanyaan yang kurang jelas, jangan segan-segan untuk bertanya pada peneliti.
DATA RESPONDEN 1. Apakah jenis kelamin Anda ? Laki – laki
Perempuan
2. Berapakah usia Anda ? 20 – 29 tahun
40 – 49 tahun
30 – 39 tahun
>50 tahun
3. Apakah pendidikan terakhir Anda ? SD
SLTA
SLTP
D I/II/III
4. Apakah pekerajaan anda? Mahasiswa Pegawai Negeri Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Lainnya :………………….
Strata 1
c. Kurang Setuju PENGINDERAAN atau SENSASI 5. Liputan 6 Petang merupakan salah satu tayangan berita yang
menyiarkan
berita
d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju 8. Banyak
masyarakat
berharap
yang
mendapat
tentang Dukun Cilik Ponari
kesembuhan
dari
a. Sangat Setuju
pengobatan Ponari.
praktek
a. Sangat Setuju
b. Setuju
b. Setuju c. Kurang Setuju
c. Kurang Setuju
6.
d. Tidak Setuju
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
Muhammad Ponari adalah
9. Walaupun
dapat
bocah sepuluh tahun warga
menyembuhkan
Desa Balongsari, Jombang,
penyakit, tidak semua pasien
Jawa
Ponari merasa puas dengan
Timur
yang
memperoleh batu Petir saat
pengobatan tersebut.
dirinya sedang bermain hujan
a. Sangat Setuju
berbagai
b. Setuju
dan tersambar petir.
c. Kurang Setuju
a. Sangat Setuju b. Setuju
d. Tidak Setuju
c. Kurang Setuju
e. Sangat Tidak Setuju 10. Banyak
d. Tidak Setuju
7. Sejak tiga pekan lalu, praktek
diminati berbagai
Ponari
sangat
masyarakat daerah
dari hingga
mencapai 50 ribu orang. a. Sangat Setuju b. Setuju
yang
memperoleh keuntungan dari
e. Sangat Tidak Setuju
pengobatan
orang
praktek pengobatan Ponari. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
11. Masyarakat
menganggap
pengobatan yang dilakukan oleh
Ponari
lebih
cepat,
e. Sangat tidak setuju 14. Akibat telah jatuhnya korban jiwa, praktek Ponari ditutup
efektif dan murah.
pada hari Selasa, 11 Febuari
a. Sangat Setuju
2009
b. Setuju
oleh
Musyawarah
Pimpinan Daerah (Muspida)
c. Kurang Setuju
Jombang, Jawa Timur.
d. Tidak Setuju
a. Sangat setuju
e. Sangat Tidak Setuju
b. Setuju
12. Bagi Komisi Perlindungan
c. Kurang setuju
Anak, praktek dukun yang melibatkan Ponari tidak layak dilanjutkan
karena
mengandung
unsur
d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 15. Ribuan
masyarakat
berbagai
daerah
eksploitasi dan terlanggarnya
mengantri
hak-hak anak.
praktek
a. Sangat Setuju
kembali.
b. Setuju
dari
dan
masih berharap
Ponari
dibuka
a. Sangat setuju
c. Kurang Setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
c. Kurang setuju
e. Sangat Tidak Setuju
d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 16. Ayah
ATENSI 13. Masyarakat
yang
antusias
Ponari,
Khomsin
dirawat dirumah sakit akibat
dengan pengobatan ala Ponari
perkelahian
rela antri berhari-hari demi
tetanggannya
memperoleh kesembuhan.
ingin menguasai Ponari.
a. Sangat setuju
a. Sangat setuju
b. Setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
dengan yang
d. Tidak setuju
diduga
c. Kurang setuju
e. Sangat tidak setuju 17. Kini
d. Tidak setuju
Ponari lebih senang
bermain
handphone
dan
laptop yang diperoleh dari hasil
prakteknya
e. Sangat tidak setuju 20. Demi keamanan Kepolisian Sektor
Megaluh
dan
dibandingkan dengan teman-
Kepolisian Resor Jombang
teman dan mendengar cerita
menurunkan 300 personel.
Kak Seto.
a. Sangat setuju
a. Sangat setuju
b. Setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju d. Tidak setuju
c. Kurang setuju
e. Sangat tidak setuju
d. Tidak setuju
21. Ketua
e. Sangat tidak setuju 18. Atas
desakan
dari
Komisi
Perlindungan
Nasional
Anak,
Seto
yang
lebih
masyarakat, praktek Ponari
Mulyadi
dibuka kembali pada tanggal
akrab disapa Kak Seto turut
17 Febuari 2009.
ambil
a. Sangat setuju
Ponari dengan mengunjungi
dalam
kasus
a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
c. Kurang setuju
e. Sangat tidak setuju praktek
andil
Ponari disekolah.
b. Setuju
19. Dari
atau
Ponari
ini,
Dusun tempat Ponari tinggal
d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju
memdapat masukan hingga Rp. 500 juta dari retribusi yang ditarik oleh panitia dari
INTERPRETASI 22. Praktek pengobatan Ponari
pasien.
menelan 4 korban jiwa yaitu
a. Sangat setuju
Nurul Miftadi (Jombang, 42),
b. Setuju
Rumiadi
(Kediri,
58),
Muhtasor (Blitar, 56) dan
Komisi
Marwud (Jombang, 55).
Perlindungan
a. Sangat setuju
Mulyadi.
b. Setuju
a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
Seto
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju pemberitaan
Ponari
anak
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
23. Maraknya
Nasional
dimedia-media
e. Sangat tidak setuju 26. Karena
terlalu
lelah
membuat munculnya Ponari-
berpraktek, Ponari jatuh sakit.
ponari baru.
a. Sangat setuju
a. Sangat setuju
b. Setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju d. Tidak setuju
c. Kurang setuju
e. Sangat tidak setuju
d. Tidak setuju
27. Dengan
e. Sangat tidak setuju 24. Desa Balongsari yang dulu
pengobatan
adanya
praktek
ini
Ponari
merupakan Desa tertinggal
menjadi kehilangan keceriaan
kini menjadi Desa yang ramai
masa kecilnya untuk bermain
dengan
dan belajar seperti teman-
adanya
praktek
Ponari.
teman sebayanya.
a. Sangat setuju
a. Sangat setuju
b. Setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
c. Kurang setuju d. Tidak setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
e. Sangat tidak setuju 25. Peristiwa Ponari ini menarik perhatian
masyarakat
termasuk
luas
Sosiolog
28. Dengan
bermunculannya
praktek klenik Ponari dan sejenisnya
Universitas Indonesia Robert
bahwa
MZ.
kesehatan
Lawang
dan
Ketua
membuktikan
minimnya yang
fasilitas diberikan
pemerintah
terhadap
a. Banyak masyarakat yang
rakyatnya, khususnya rakyat
masih
menengah kebawah.
pengobatan
a. Sangat setuju
mistis
b. Setuju
kedokteran.
c. Kurang setuju d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 29. Dizaman modern ini banyak
percaya
dengan
tradisional daripada
b. Pengobatan mistis
tradisional
lebih
mudah
diakses oleh masyarakat. c. Hasil yang diperoleh dari
masyarakat Indonesia yang
pengobatan
masih percaya dengan tradisi
lebih cepat dirasakan oleh
mistis.
masyarakat yang berobat.
a. Sangat setuju
mistis
d. Biaya yang dikeluarkan
b. Setuju
lebih
c. Kurang setuju
biaya rumah sakit.
d. Tidak setuju
ini
murah
daripada
e. Hanya sekedar coba-coba
e. Sangat tidak setuju 30. Mengapa dizaman modern ini banyak masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tradisional mistis?
LAMPIRAN FOTO – FOTO PONARI
CURRICULUM VITAE
Tamat 1997 dari SD Negeri Kramat Pela 15 Pagi, Jakarta
Tamat 2000 dari SLTP Negeri 11, Jakarta
Tamat 2003 dari SMK Katolik Takaranita, Jakarta
Sesilia Belliana CDG Jakarta, 29 Mei 1985
Pengalaman
Praktek Kerja Industri di
Jl. Nawi, Rt. 003 Rw. 08
PT
No. 30 Kel. Cipadu Kec. Larangan, Tangerang
Juli – September 2002
BAKRIE
COMMUNICATION
Juli 2003 – Juli 2004
Magang di PT ALTRAK
1978 Badminton, basket, tari dan nyanyi
[email protected] Pendidikan Formal
Bendahara Teater Amoeba periode 2005‐2006
bagian
Administrasi Marketing
pada
Febuari Mei 2008 Praktek Magang di Cahaya TV Banten
CODING SHEET VARIABEL
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
5 5 4 4 4 2 4 5 5 4 4 3 4 3 3 3 5 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 1 4 1 4 2 4 2 5 2 4 4
6 5 4 4 3 1 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 3 4 4 4 4 1 1 2 4
7 2 3 3 2 2 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 3 4 5 1 4 4
8 2 4 3 4 3 3 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3 4 1 1 2 2
9 3 4 4 4 5 1 5 5 5 2 4 5 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 1 5 4
10 2 3 5 4 1 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 5 4
11 5 4 4 4 1 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 5 4
12 3 5 4 3 5 1 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5
13 5 4 4 2 2 2 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 1 3 4 3 4 2 1 5 2
14 3 4 5 2 2 3 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 1 4 5 4
15 3 3 3 3 2 5 4 5 3 4 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 1 3 3 3 3 4 1 4 2
16 1 2 2 2 2 5 5 4 3 3 4 4 3 3 5 5 5 4 4 4 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4 2 4 2 4 3 4 5 2
17 2 4 3 4 3 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4 4 1 4 1 1 1 5 4
18 5 3 3 3 2 5 4 5 4 4 2 2 4 4 1 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 1 3 1 3 1 2 1 4 2
TOTAL 19 4 1 4 4 2 5 4 5 3 4 4 2 4 3 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 5 4 4 4 4 3 1 5 4
20 2 2 4 2 4 1 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 3 4 3 4 4 4 5 4
21 4 5 5 5 4 2 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5
22 2 3 2 2 4 2 4 5 3 3 4 4 3 3 4 5 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 2 1 5 4
23 5 4 3 1 4 2 4 5 4 1 4 5 3 3 5 3 5 3 5 3 4 4 4 4 4 4 1 1 1 3 5 1 5 1 1 1 5 4
24 2 4 4 3 2 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 5 4
25 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5
26 5 4 4 3 4 2 5 4 4 1 4 5 5 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 1 5 1 3 1 5 5
27 2 4 5 4 4 2 4 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 3 1 3 1 4 1 4 5
28 5 5 5 3 2 1 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 3 1 3 1 5 1 5 5
29 3 3 5 5 4 1 4 4 3 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 1 5 1 4 1 4 5
30 2 2 2 2 5 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 5 5 2 2 2 2 5 2 2 4
87 93 98 82 76 84 116 118 100 89 107 107 102 105 111 111 110 108 113 96 101 101 101 100 101 98 96 87 100 97 93 73 93 73 82 52 115 101
VARIABEL
NO. 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
5 2 5 5 4 5 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 4 3 3 4 5 5 5 5 4 4 3 4 4 1
6 2 5 4 4 4 5 4 4 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 1 4 3 1
7 2 5 5 4 4 4 5 4 5 3 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 5 4 5 4 5 4 4 4 1 1 4 3 1
8 2 3 5 4 5 1 4 4 4 3 1 3 3 1 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 5 3 5 4 3 5 3 4 4 4 3 1 4 3 1
9 2 4 5 4 4 5 5 4 5 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 1 4 4 4 4 5 5 5 5 4 1 1 3 2 1
10 3 4 2 4 5 4 4 5 5 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 5 3 5 3 4 5 3 5 5 5 5 5 5 3 1 3 2 1
11 3 3 5 4 5 5 5 2 3 5 3 3 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 4 5 3 4 3 4 4 3 4 5 5 4 4 5 2 2 3 2 1
12 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 5 5 4 1 4 5 5 5 5 5 3 4 3 3 4 1
13 3 4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 1 1 4 2 1
14 5 4 5 4 4 5 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 2 4 4 4 5 5 5 3 1 1 2 4 1
15 2 4 5 4 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 4 1 5 4 3 3 4 4 4 4 4 1 1 4 2 1
16 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 2 2 1 2 4 4 5 4 4 3 1 1 4 3 1
17 3 5 5 4 4 5 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 4 2 1 3 4 5 4 4 3 2 1 4 2 1
18 2 3 5 4 5 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 2 1 3 5 2 4 4 4 3 4 4 2 3 4 2 1
TOTAL 19 3 4 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 5 5 4 5 5 3 3 4 2 1
20 4 4 4 4 4 5 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 3 4 3 5 5 5 4 4 2 4 3 2 4 2
21 5 5 5 4 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 5 5 4 5 5 4 1 4 5 4 5 4 5 3 4 5 2 4 2
22 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 3 1 3 2 1 1
23 3 4 5 1 5 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 1 1 5 4 3 2 1 2 3 1 1 3 2 1 1
24 5 5 5 4 5 5 4 3 4 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 1
25 5 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 3 1 1 3 4 1
26 3 4 4 3 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 5 1 4 5 4 4 1 3 5 4 5 4 5 3 3 1 3 3 5
27 4 5 5 4 4 5 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 5 1 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 3 1 1 3 3 2
28 4 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 5 5 5 3 3 5 1 1 4 4 1
29 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 3 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 4 5 5 4 3 3 5 4 5 2 3 5 3 3 4 3 1
30 2 3 3 2 5 3 3 2 4 5 2 5 5 5 3 5 3 5 5 5 5 4 2 4 3 2 2 5 3 2 2 2 4 5 2 2 5 5 2 4 2
84 106 116 97 115 109 101 86 98 86 79 86 88 86 92 92 90 92 90 92 93 90 97 92 86 109 89 102 85 87 107 109 119 104 107 92 57 51 85 72 34
VARIABEL
NO. 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4
6 1 3 2 1 2 2 4 2 1 3 4 3 4 4 4 4
7 3 3 2 2 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4
8 1 3 2 2 5 5 4 5 5 3 3 4 4 4 2 2
9 2 3 2 2 5 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4
10 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 5 3 4 2 2
11 4 3 2 2 5 5 4 5 5 3 3 3 3 2 2 2
Keterangan: 5 = A; 4 = B; 3 = C; 2 = D; 1 = E
12 2 3 2 2 5 5 4 5 5 5 4 5 3 5 4 4
13 1 3 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 2
14 1 3 2 2 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4
15 1 3 2 3 1 1 4 1 1 2 4 2 4 4 4 4
16 1 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4
17 1 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
18 1 3 2 3 2 2 4 2 2 2 4 3 2 4 4 4
TOTAL 19 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4
20 1 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 1 3 2 2 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4
22 1 3 2 3 5 5 4 5 3 3 3 3 4 5 4 4
23 5 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 1 4 4 4 4
24 4 3 3 2 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4
25 4 3 3 2 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4
26 5 3 5 1 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4
27 4 3 1 1 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4
28 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4
29 3 3 1 3 5 5 5 5 5 2 4 4 4 5 4 4
30 3 5 4 5 5 5 5 5 5 2 3 3 2 2 2 2
62 82 62 66 107 107 107 107 103 83 98 98 96 105 94 94