Dampak Perubahan Perilaku (Setia Damayanti)
DAMPAK PERUBAHAN PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN SEWA (Studi kasus Rumah Susun Sewa Cinta Kasih Cengkareng Jakarta) IMPACT OF CHANGES IN RESIDENTS BEHAVIOR AT A SIMPLE HOUSE RENTAL FLATS (Studi cases Flats Rental Cinta Kasih Cengkareng Jakarta) Setia Damayanti1), Setyo Sarsanto Moersidik2), dan Sarlito Wirawan Sarwono3) 1) Program Studi Arsitektur Lansekap, FTSP-ISTN, Jakarta 2) Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, Jakarta 3) Program Studi Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta Jalan Jeruk, Utan Kayu, Jakarta Email: 1)
[email protected] Diterima Juni 2013, diterima setelah perbaikan Juli 2013 Disetujui untuk diterbitkan Januari 2013 Abstrak: Keberhasilan pengelola Rumah Susun Sewa Cinta Kasih Cengkareng dalam memindahkan masyarakat dari bantaran Sungai Angke 10 tahun lalu sejak tahun 2003 dan upaya merubah persepsi serta perilaku penghuni berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah semula tinggal di rumah tidak layak huni baik secara fisik maupun fasilitas sarana prasarananya ke rumah sehat dan layak huni. Akses pendidikan yang mudah dan terjakau seta berkualitas. Akses kesehatan serta sanitasi yang mudah dan terjangkau merupakan indikator keberhasilan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah. Tujuan dari penelitian ini untuk menemukenali dampak yang terjadi akibat perubahan perilaku penghuni rumah susun sewa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan dampak yang terjadi dari perubahan perilaku penghuni. Pendekatan penelitian awal ini menggunakan metoda observasi dan wawancara mendalam kepada pengelola dan beberapa orang penghuni. Hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan kualitas hidup penghuni Rumah susun sewa Cinta Kasih Cengkareng Jakarta yang berdampak pada perubahan gaya hidup remaja, kecenderungan berpoligami dan peningkatan angka kelahiran. Kesimpulan dari perubahan perilaku berupa perubahan gaya hidup remaja, kecenderungan berpoligami dan peningkatan angka kelahiran berdampak pada gaya hidup konsumtif dan boros, perubahan fungsi lahan, angka kepadatan hunian meningkat. Kata kunci : dampak perubahan perilaku, penghuni rumah susun, dan Rumah Susun Sederhana Sewa.
Abstract: The successful management a Simple house rental flats Cinta Kasih Cengkareng in moving people from River banks Angke last 10 years ago since 2003 and to changes the perception and behavior of occupants effect on improving quality of life. Improved quality of life for low-income people living in uninhabitable housing, both physically and infrastructure facilities to house healthy and livable. Accessibility for affordable education and quality is easy. Easy and affordable to Health and sanitation access are an indicator of success in improving the quality of life for low-income people. The aim this study to identify impacts that occur due to changes in the behavior of occupants. This study used a qualitative approach to explain the impact of changes in behavior that occupants. This initial research approaches using methods of observation and in-depth interviews to the management and some of the residents. The result is an increase in quality of life for residents of rental flats Cinta Kasih Cengkareng Jakarta affecting adolescent lifestyle changes, a polygamous tendency and increasing the birth rate. Conclusions of behavioral changes such as changes in teen lifestyles, polygamous tendencies and increasing birth rates have an impact on consumptive and wasteful lifestyles, changes in land use, increased residential density figures. Keywords: impact of changes in behavior, residents of flats, and simple Flats Rent
1
Lingkungan Tropis, vol 8, no. 1, Maret 2014: 1-12
PENDAHULUAN Salah satu isu dalam perencanaan perkotaan adalah peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kualitas perumahan merupakan aspek yang dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup dari penduduk perkotaan. Salah satu alternatif untuk memecahkan kebutuhan rumah di perkotaan yang memiliki keterbatasan yakni daya dukung dan daya tampung adalah dengan mengembangkan model hunian secara vertikal berupa bangunan Rumah susun. Di atas lahan seluas 5,1 hektar dari pemerintah daerah DKI Jakarta, dibangun rumah susun yang dapat menampung 1.100 KK. Setahun kemudian, tanggal 25 Agustus 2003, Rumah Susun Cinta Kasih Cengkareng diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Kehidupan ribuan warga yang dulu tinggal di bantaran Kali Angke, berubah sejak itu. Mereka mendapat hak untuk menempati perumahan ini. Warga setiap bulan cukup membayar uang pengelolaan sebesar Rp 90 ribu, sedangkan iuran listrik dan air dibayar sesuai pemakaian. Perumahan yang dibangun di atas pondasi cinta kasih ini, dilengkapi dengan fasilitas sekolah, rumah sakit, kios/lapak, pasar, dan pusat daur ulang. Saat diserahkan, setiap rumah dengan luas 36 m2 tersebut telah diisi dengan perabotan meja, kursi, dan tempat tidur. (Sarwono, 2009) Keberhasilan pengelola Rusun Cinta Kasih dalam membina penghuni sehingga kualitas hidupnya menjadi meningkat adalah pada mengubah persepsi dan perilaku penghuni sehingga tingkat kepuasan penghuni meningkat. Secara detail keberhasilan pengelolaan rumah susun adalah pada kinerja rumah susun. Kinerja rumah susun memiliki indikator kinerja faktor fisik, kinerja faktor sosial, kinerja faktor ekonomi dan kinerja faktor pengelola. Keberhasilan kinerja rumah susun ada pada pengukuran persepsi, kepuasan dan perilaku penghuni rumah susun. (Moersidik, 2011; Damayanti, 2011). Kunci keberhasilan dari pemindahan masyarakat berpenghasilan rendah ke rumah susun adalah pada sistem pengelolaan dan andil dari pengelola dalam mengubah persepsi, dan perilaku penghuni. Perubahan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi adalah dengan mengajarkan nilai-nilai keteladanan. Contohnya adalah tata cara makan pada anak-anak, tata cara
berperilaku untuk menghargai sesama, daur ulang, pentingnya pelestarian lingkungan, rasa syukur dan membayar IPL tepat waktu. Tinggal di Rusun juga memungkinkan penduduk meningkatkan harga diri karena pergaulannya dengan orang lain. Karena merasa mapan seorang bapak berniat menikah lagi malah ada yang sudah menikah lagi dan istri pertamanya berniat melaporkan ke pengelola untuk tidak diijinkan tinggal di rusun. Ada pengakuan bapak yang sudah menikah ke dua kalinya tapi istri pertama dan pengelola tidak mengetahui. Anak-anak mudanya sekarang lebih percaya diri untuk bergaya hidup metropolitan yang konsumtif seperti nongkrong di mall. Memiliki kebiasaan makan junct food di akhir minggu, memiliki Hp, berkendaraan motor ke sekolah. Perilaku manusia disini lebih jauh berkaitan dengan proses-proses fisiologis, psikologis dan perilaku itu sendiri. Proses fisiologis meliputi: kematian, detak jantung, respon kulit dan sebagainya; Proses psikologis meliputi: stress, perubahan sikap, kepuasan dan sebaginya; Proses perilaku meliputi: agresi, kinerja, altruisme dan sebagainya. Dari penjabaran di atas, maka dapat didefisinikan bahwa psikologi lingkungan adalah ilmu perilaku yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial. (Ghozlane, 2008) Untuk masalah baru yang timbul akibat keberhasilan pihak pengelola dalam merubah persepsi dan perilaku penghuni dapat berdampak pada gaya hidup dan lingkungan. Perubahan gaya hidup, tingkat kelahiran tinggi dan kecenderungan berpoligami (Damayanti, 2011) perlu diwaspadai dan diantisipasi agar tidak berdampak buruk bagi penghuni maupun pada pengelola. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian terdahulu (Dom 2010; Moersidik, 2011; Damayanti, 2011) maka penelitian awal ini bertujuan untuk menemukenali dampak yang terjadi akibat perubahan perilaku penghuni rumah susun sewa Cinta Kasih Cengkareng Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam terhadap penghuni rumah susun Cinta Kasih Cengkareng.
2
Dampak Perubahan Perilaku (Setia Damayanti)
METODE Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Pengembangan yang bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan suatu model baru atau yang sudah ada dalam rangka penyempurnaan dan pengembangan sehingga diperoleh hasil yang lebih produktif, efektif dan efisien, yang diawali dari cara mengekplorasi teori dan konsep ekologi manusia terkait dengan psikologi lingkungan dimana manusia sebagai modal sosial bagi pembangunan keberlanjutan. Pendekatan penelitian awal ini menggunakan metoda observasi dan wawancara mendalam kepada pengelola dan beberapa orang penghuni. Fokus penelitian ini pada persepsi penghuni, dan kepuasan penghuni dan perilaku penghuni untuk kemudian mengembangkan suatu model yang tepat bagi keberlanjutan pembangunan rumah susun di perkotaan. Pendekatan kualitatif melalui psikologi didasarkan pada persepsi, dan perilaku penghuni terhadap pengelola untuk menemukenali dampak yang terjadi akibat perubahan perilaku penghuni rumah susun sewa. Populasi dalam penelitian ini adalah penghuni rumah susun di lokasi penelitian. Kriteria yang ditetapkan dalam pengambilan populasi adalah Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga dari unit rumah susun. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagian dari populasi penghuni rumah susun di lokasi penelitian dengan jumlah populasi sebanyak 692 kepala keluarga dan jumlah sampel adalah sebanyak 20% yaitu 138 kepala keluarga Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi, sebab objek yang diukur merupakan atribut psikologi. Fokus lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah susun Cinta kasih Cengkareng dengan pertimbangan bahwa Rusun tersebut terindikasi Rusun yang berhasil dan memiliki ciri berkelanjutan Teknik analisis menggunakan Model persamaan struktural adalah model yang menggambarkan hubungan kausal antara variabel eksogen (variabel penyebab) dan variabel endogen (variabel akibat). Pada analisis model persamaan struktural hubungan antara variabelvariabel penelitian didasarkan pada variabel laten yang memiliki indikator-indikator yang baik, dengan demikan analisis model persamaan struktural dilakukan setelah analisis model pengukuran. Pada penelitian ini digunakan program SIMPLIS (SIMPLE LISREL) 8.50 for windows.
PEMBAHASAN Cheng Yen menaruh perhatian besar pada penduduk di Kali Angke, ia mendorong Tzu Chi Indonesia untuk melakukan 5P: Pembersihan sampah, Penyedotan air, Pembasmian racun, Pengobatan amal, dan Pembangunan perumahan. Hal ini menjadi titik awal dibangunnya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang pertama di Cengkareng, Jakarta Barat, tanggal 8 Juli 2002. Di atas lahan seluas 5,1 hektar dari pemerintah daerah DKI Jakarta, dibangun rumah susun yang dapat menampung 1.100 KK. Setahun kemudian, tanggal 25 Agustus 2003, Perumahan Cinta Kasih Cengkareng diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Kehidupan ribuan warga yang dulu tinggal di bantaran Kali Angke, berubah sejak itu. Mereka mendapat hak untuk menempati perumahan ini. Warga setiap bulan cukup membayar uang pengelolaan sebesar Rp 90 ribu, sedangkan iuran listrik dan air dibayar sesuai pemakaian. Perumahan yang dibangun di
Kondisi Rumah Susun Cinta Kasih Cengkareng Sejarah Tahun 2002 diawali dengan banjir besar yang melanda Jakarta. Sejak itu pula, nama Kali Angke mencuat ke permukaan, sebab banyak sekali warga bantaran kali ini yang menjadi korban banjir. Air telah menghanyutkan rumah dan harta benda para warga. Daerah bantaran kali memang rawan banjir, di samping sering pula menjadi korban gusuran. Namun apa daya, kepadatan penduduk di Jakarta memaksa sebagian orang untuk tinggal di tempat-tempat seperti ini. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut maka pemda DKI Jakarta bekerjasama dengan pihak ketiga yakni Yayasan Buddha Tzu Chi membangun rumah susun Cinta Kasih di Cengkareng Saat banjir menghanyutkan segalanya, Tzu Chi mulai memberi bantuan ke daerah ini. Master 3
Lingkungan Tropis, vol 8, no. 1, Maret 2014: 1-12
atas pondasi cinta kasih ini, dilengkapi dengan fasilitas sekolah, poliklinik, kios/lapak, pasar, dan pusat daur ulang. Saat diserahkan, setiap rumah dengan luas 36 m2 tersebut telah diisi dengan perabotan meja, kursi, dan tempat tidur. Terdapatnya sekolah, poliklinik, dan pusat daur ulang dalam komplek perumahan, menjadi tempat untuk memberdayakan warga perumahan, terutama para ibu rumah tangga. Dengan demikian mereka dapat memanfaatkan waktunya untuk menambah nafkah sekaligus dapat mengurus rumah tangga mereka. Perubahan yang terpenting bukan pada apa yang tampak di luar, namun apa yang terjadi di dalam. Tak hanya kehidupan warga pindah dari „pinggiran‟ menjadi „gedongan‟, namun cara hidup warga juga mulai bergeser menjadi lebih memperhatikan kebersihan, pendidikan, dan ketertiban. Dalam setiap pemberian bantuan bencana, Tzu Chi memegang prinsip Langsung, Prioritas, dan Menghargai Jiwa. Prinsip „langsung‟ mengkondisikan relawan untuk berinteraksi langsung dengan penerima bantuan. Prinsip „prioritas‟ menjadi pegangan relawan saat harus menentukan pihak yang dibantu. Tzu Chi lebih mengutamakan untuk membantu orang-orang yang benar-benar layak dibantu dan memiliki harapan berubah lebih baik. Sedangkan prinsip „menghargai jiwa‟ menunjukkan bahwa Tzu Chi tidak hanya memandang penerima bantuan sebagai obyek, tapi memperhatikan fisik dan batinnya.
dengan jumlah penduduk 3400 jiwa. Penghuni Rusun Cnita Kasih dapat dirinci sebagai berikut (data 2003): 1. Agama: Islam, 3059 jiwa, 96%; Katolik, 12 jiwa, 0%; Kristen, 79 jiwa, 2%; Buddha, 77 jiwa, 2%; Hindu 0 jiwa. 0% 2. Etnis: Betawi, 398 jiwa, 13%; Betawi Jawa, 226 jiwa, 7%; Betawi keturunan, 97 jiwa, 3%; Jawa keturunan. 65 jiwa, 2%; Jawa Sunda, 398 jiwa, 13%; Betawi Sunda, 129 jiwa, 4%; Sunda, 613 jiwa, 19%; Sunda keturunan, 32 jiwa, 1%; Chinese, 65 jiwa, 2% Lain-lain, 129 jiwa, 4%; Chinese keturunan, 65 jiwa, 1% 3. Pekerjaan: Buruh, 358, 11%; Keamanan, 4, 0%; Pegawai, 497, 15%; Ketergantungan , 2227, 69%;; Sopir, 16, 0%; TNI, 4, 0%; PNS, 2, 0%; Wirausaha, 157, 5%; Perawat, 5, 0%; Guru, 15, 0% 4. Jumlah murid di TK – SMK,SMA Cinta Kasih Cengkareng: 1236 TK, 152, 12,5%; SD, 509, 41%; SMP, 276, 22,3%; SMK (adm perkantoran dan akuntansi), 249, 20,1%; SMA 50, 4%. Data tahun 2013 (sumber: pengelola Rusun Cinta Kasih Cengkareng) telah terjadi peningkatan kelahiran bayi terbukti telah disediakannya fasilitas untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) bagi anak usia 3-4 tahun sebanyak 82 orang. Hal ini membuktikan telah terbukti terjadi peningkatan angka kelahiran akibat kelahiran yang berasal dari orang tua asli maupun berasal dari generasi kedua.
Demografi Rusun Cinta Kasih Cengkareng berda di kelurahan Cengkareng Timur, kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Rusun Cinta Kasih Cengkareng di huni oleh 692 Kepala Keluarga
4
Dampak Perubahan Perilaku (Setia Damayanti)
Kondisi Lingkungan Fisik
Gambar 1. Gambar master plan Rusun Cinta Kasih Cengkareng Sumber: Pengelola Rusun Cinta Kasih, 2003.
Massa bangunan Rusun Cinta Kasih Cengkareng berbentuk box dengan desain bangunan yang sama di semua bloknya. Terdapat 2 blok besar (A dan B). Blok A. terdiri dari 17 tower dan blok B terdiri dari 38 tower dimana setiap tower memiliki 20 unit hunian yang terbagi dalam 5 lantai. Luasan masing-masing unit adalah 36 m2. Satu unit terdiri dari dua kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Ventilasi pada rumah susun Cinta Kasih terdiri dari dua jenis. Pertama, jendela jenis swing yang dapat terbuka lebar, sehingga keseluruhan jendela dapat menjadi sirkulasi udara sekaligus tempat masuknya cahaya matahari. Ukurannya cukup besar yaitu 120cm x 75cm dan dilengkapi dengan teralis sebagai sarana keamanan, kawat nyamuk, serta tirai untuk menjamin privasi penghuni. Kedua, adanya lubang angin yang terdapat di setiap ruangan sebagai sirkulasi udara. Ukuran lubang angin umumnya 16cm x 16cm dan dilengkapi dengan kawat nyamuk. Tetapi lubang angin pada kamar mandi agak berbeda, dibuat dua kaca buram sejajar dengan ukuran 20cm x 30cm yang memiliki fungsi untuk menjaga privasi, sebagai lubang angin, dan masuknya cahaya. Pengadaan air minum di rumah susun Cinta Kasih dengan tersedianya air Perusahaan Air Minum (PAM). Kualitas air PAM dinilai baik oleh warga dan bisa dipakai untuk air baku air minum. Namun, permasalahan air pada kenyataannya belum berhenti, dimana penggunaan air dibatasi untuk para penghuni.
Penggunaan air dibatasi pada tower-tower yang terisi penuh, sehingga menjelang jam 18.00 WIB biasanya air sudah habis dan tidak bisa keluar lagi. Air akan bisa keluar lagi (dipompakan lagi) setelah jam 05.00 pagi hari. Bagi para penghuni ternyata siklus ketersediaan air yang terbatas tidak menjadi masalah besar. Para penghuni rumah susun Cinta Kasih telah memiliki manajemen air penyimpanan air dengan cara menyimpan air untuk dipakai pada malam hari. Sarana pembuangan limbah warga dibagi menjadi dua yaitu pembuangan limbah padat dan cair. Sebagai sarana pembuangan limbah padat, terdapat tempat sampah yang tersebar di seluruh kawasan rumah susun Cinta Kasih. Terdapat pemisahan antara sampah organik dan bukan organik pada petunjuk pembuangan sampah, 3 tong untuk sampah organik dan 3 tong untuk sampah bukan organik. Namun hasil observasi menunjukan bahwa warga tidah memisahkan sampah mereka pada tong-tong sampah. Limbah padat ini pada nantinya dikumpulkan setiap hari pada pengumpulan sampah dan diangkut oleh truk sampah seminggu sekali. Hanya saja khusus untuk RT 9 terdapat program untuk memilah sampah plastik dari sampah rumah tangga. Para penghuni masingmasing menyediakan karung beras yang diikat pada pegangan tangga di depan rumah mereka sebagai tempat mengumpulkan sampah plastik. Jika sampah tersebut sudah penuh maka akan dikumpulkan pada pusat daur ulang khusus RT 9 yang letaknya di belakang warung ketua RT. Pengumpulan sampah plastik ini selanjutnya
5
Lingkungan Tropis, vol 8, no. 1, Maret 2014: 1-12
dijual dan selanjutnya uang yang didapat dari penjualan disimpan ke Kas RT. Hasil dari penjualan sampah plastik ini dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatan RT tersebut. Sedangkan untuk sarana pembuangan limbah cair dipusatkan pada saluran drainase utama dan septik tank. Terdapat 3 pekerja yang khusus berkerja untuk membersihkan drainase di sekitar rumah susun Cinta Kasih (lihat lampiran Foto 14). Selain itu, terdapat juga penyedotan septik tank secara rutin oleh pengelola. Pada masingmasing unit tidak terdapat bau tidak sedap, namun pada saluran drainase utama terkadang terdapat bau tidak sedap jika septik tank sudah cukup penuh terisi. Dari segi tata letak ruang, desain ruang rumah susun Cinta Kasih dirancang dengan pendekatan zonasi, ruang tamu, kamar, dan kamar mandi dalam ruang yang berdekatan satu sama lain sehingga akan efektif. Sedangkan ruang dapur dan ruang cuci diletakkan terpisah dari ruang utama. Jadi terdapat pemisahan antara ruang depan dan ruang belakang. Kedekatan antara ruang tamu dan kamar menciptakan ruang tamu sebagai pusat dari tiap unit rumah. Ukuran ruang tamu juga cukup besar sebagai ruang tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Kemudahan aksesibilitas menuju unit rumah adalah dengan penyediaan tangga pada setiap rumah sebagai sarana sirkulasi. Dari segi sarana prasarana rumah susun Cinta Kasih mempunyai sarana yang cukup banyak. Untuk pembuangan limbah padat pengelola menyediakan tempat sampah. Tempat sampah pada rumah susun Cinta Kasih tersebar pada 24 lokasi, pada 21 lokasi terdapat 6 tong sampah dengan penjelasan 3 untuk sampah organik dan 3 untuk sampah bukan organik. Lokasi tong sampah ini cukup strategis karena berada di setiap gang atau ruang antara gedung. Tong sampah sendiri terbuat dari plastik berwarna biru sehingga mudah dikenali dan dengan kapasitas besar sehingga dapat menampung sampah warga. Dari hasil observasi tidak pernah ada sampah yang tidak tertampung (overload) oleh tong sampah ini. Rumah susun Cinta Kasih mempunyai unit daur ulang, namun yang didaur ulang bukanlah limbah padat dari penghuni rumah susun melainkan dari perumahan mewah. Jadi unit daur ulang ini sebagai penyerap tenaga kerja saja karena yang berkerja disana umumnya penghuni rumah susun. Pembuangan limbah cair melalui selokan yang besar di setiap blok. Drainase kawasan
rumah susun Cinta Kasih tertutup dari tata air di luar, hal ini dikarenakan daerah rumah susun Cinta Kasih adalah daerah paling rendah di kawasan ini, jadi inlet ke kawasan rumah susun ditutup, sehingga tidak akan mengakibatkan banjir. Sedangkan untuk outlet akan dialirkan ke kali di Barat Laut kawasan rumah susun (rusun) setelah sebelumnya air limbah cair tersebut diolah pada Waste Water Treatment Point (WWTP). Jika terjadi hujan lebat dan kawasan rumah susun tergenang air maka pengelola akan menyedot air dengan 4 buah pompa. Hasil wawancara mendalam menyatakan bahwa genangan akan segera surut setelah 1 jam. Pompa ini memang disediakan untuk mengatasi banjir akibat hujan tersebut. Tempat parkir yang disediakan oleh pengelola bagi penghuni hanyalah tempat parkir motor, sedangkan penghuni yang mempunyai mobil akan memparkir mobilnya di jalanan kosong sekitar kawasan rumah susun. Tempat parkir motor dibuat pada 17 lokasi. 16 lokasi terdapat pada gang antara bangunan dan 1 lagi terdapat di samping kantor pengelola. Tempat parkir ini dilengkapi dengan atap dari fiber sehingga tempat parkir motor terhindar dari panas dan hujan. Namun, seiring dengan pertambahan motor, maka banyak motor yang tidak diparkir di luar tempat parkir tersebut (overload). Selain itu, atap tempat parkir juga digunakan sebagai tempat untuk menjemur pakaian oleh penghuni. Untuk masalah sirkulasi jalanan yang terdapat di rumah susun adalah jalan yang lebar dan bebas hambatan. Hambatan yang cukup berarti hanya terdapat pada kawasan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di sekitar taman bermain anak yang tercipta secara spontan sebagai tempat berjualan para penghuni. Meski begitu jalan yang tersisa masih cukup luas untuk kepentingan darurat seperti keluar masuknya mobil pemadam kebakaran. Hanya saja pada waktu malam ataupun pada hari libur terdapat beberapa mobil yang diparkir di jalanan yang mungkin akan sedikit menyulitkan pada keadaan darurat. Sarana olah raga terdapat sebuah lapangan bola yang merupakan titik sentral dari kawasan rumah susun. Dari segi ukuran lapangan ini agak lebih pendek dari ukuran sebenarnya, namun masih baik sebagai sarana olah raga dan sarana berkumpul pada pagi hari atau malam minggu. Lapangan bola ini mempunyai rumput yang dijaga oleh para penghuni sehingga lapangan ini masih tetap hijau dan nyaman untuk 6
Dampak Perubahan Perilaku (Setia Damayanti)
dipakai berolahraga. Lapangan ini dilengkapi dengan dua gawang yang kokoh terbuat dari besi. Meski tidak terdapat tribun tempat menonton namun letak lapangan ini yang berdekatan dengan blok A menjadikan bangku antara gedung blok A tempat yang pas untuk menonton pertandingan sepak bola. Selain itu, terdapat pohon besar di sekitar lapangan yang memungkinkan penghuni berteduh sambil menonton pertandingan. Lapangan ini terletak di luar dan terbuka (tidak memakai penutup) menjadikan lapangan ini juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di kawasan rumah susun Cinta Kasih. Selain lapangan bola terdapat pula 2 lapangan Volley yang satunya terletak di samping lapangan bola dan satunya lagi di dalam sekolah Cinta Kasih. Lapangan Volley yang terletak di dalam sekolah tidak dapat diakses oleh umum, namun bisa diakses oleh siswa yang pada umumnya penghuni rumah susun juga. Sedangkan lapangan Volley yang terdapat di sebelah lapangan bola dapat diakses oleh umum. Pada hari pagi hari lapangan ini dipakai sebagai sarana berjemur bagi penghuni yang mempunyai balita dan pada sore serta malam hari lapangan ini dipakai anak-anak bermain sepak bola. Terdapat juga 2 lapangan Basket sekaligus lapangan Futsal. Yang satu terdapat di dalam sekolah Cinta Kasih dan yang satunya terdapat di blok Tomat. Namun lapangan basket yang terdapat di blok Tomat sudah tidak digunakan lagi. Tiang basket dan garis lapangan masih ada dan baik, namun ring dan gawang Futsal sudah tidak ada. Hasil wawancara mendalam menyebutkan awalnya daerah ini boleh dipakai, namun karena penyalahgunaan wilayah ini pada malam minggu oleh pemuda-pemudi maka blok Tomat dan balai warga menjadi wilayah tertutup. Daerah ini dilengkapi dengan pagar dan ditutup (digembok) setiap malam hari. Penggunaan lapangan ini hanya terbatas 1 bulan sekali untuk keperluan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan seminggu 2 kali untuk kegiatan Pencak Silat. Terdapat pula lapangan Bulutangkis yang sebenarnya tidak disediakan oleh pengelola. Lapangan lapangan Bulutangkis ini dibuat swadaya oleh warga di gang antar bangunan mereka. Jadi seharusnya terdapat pohon di gang antara bangunan tersebut yang disampingsampingnya disemen melingkar untuk tempat duduk-duduk warga. Setelah beberapa lama karena gangguan manusia pohon itu mati, maka inisiatif warga pohon tersebut dicabut dan disemen menjadi bangku bundar. Saat ini, setelah
keperluan parkir meningkat bangku bundar tersebut dirasa menghalangi sirkulasi sepeda motor, maka bangku bundar itu di beberapa gang disingkirkan sebagian, salah satu juga yang memicu penyingkiran ini adalah dibuatnya lapangan Bulutangkis. Lapangan ini dilengkapi tiang dan net yang dapat dibongkar-pasang, serta penerangan berupa lampu yang diikatkan pada tiang bambu. Selain sebagai lapangan Bulutangkis ruang ini juga dipakai untuk pengajian jika malam jumat dan tempat parkir motor pada pagi dan siang hari. Disamping itu, terdapat balai warga yang saat ini hanya dipakai untuk kegiatan Posyandu. Sedangkan kegiatan rapat warga dialihkan ke pos RW 17 yang terdapat di blok Pisang tepatnya di B36 yang juga merupakan kawasan Kios. Penutupan balai warga untuk umum dipicu hal yang sama dengan penutupan lapangan Basket dan Futsal yang sudah dijelaskan di atas. Namun bagi beberapa penghuni balai warga masih dijadikan sarana duduk-duduk pada siang hari karena sifat bangunannya yang teduh. Dan pada hari libur terkadang digunakan oleh pemuda yang berinteraksi dengan sesamanya. Di rumah susun Cinta Kasih terdapat 2 pos penjagaan. Pos pertama terdapat di pintu masuk utama menuju rumah susun, Rumah Sakit dan Sekolah. Pintu masuk utama ini dilengkapi dengan portal untuk mobil, tapi untuk sepeda motor dan pejalan kaki bisa langsung masuk setelah mengambil kartu parkir. Sedang pos belakang hanya untuk pejalan kaki atau sepeda. Pos ini berbatasan langsung dengan pasar Basah yang terdapat persis di pintu belakang rusun. Pos penjagaan ini tidak pernah kosong dan dilengkapi dengan sarana penerangan yang cukup memadai. Sistem pengamanan sendiri dibagi menjadi 2 shifts, yaitu jam 08.00 WIB – 20.00 WIB dan jam 20.00 WIB – 08.00 WIB. Personil keamanan pun memadai dan berpatroli setiap pagi serta sore hari. Untuk keamanan penghuni maka setiap penghuni mempunyai kartu parkir yang berisikan plat nomor kendaraannnya (sepeda motor), sedang untuk pengunjung dari luar akan diberi kartu parkir biasa. Sebagai tempat rekreasi kawasan rumah susun Cinta Kasih mempunyai Taman Bermain Anak yang awalnya lengkap dengan ayunan, perosotan, jungkat jungkit, dll. Namun dikarenakan penyalahgunaan oleh pemuda dan orang tua akhirnya kelengkapan Taman Bermain tersebut dilucuti oleh pengelola. Yang tertinggal hanyalah bangku-bangku tempat duduk dan 7
Lingkungan Tropis, vol 8, no. 1, Maret 2014: 1-12
beberapa kelengkapan yang fix dan tak dapat dilepaskan. Taman ini masih ramai oleh para pemuda-pemudi dan beberapa ibu-ibu yang memberi makan anak balitanya setiap hari. Terdapat pula Pujasera yang tercipta secara spontan oleh penghuni rumah susun. Kawasan Pujasera selalu ramai sepanjang waktu, terlebih pada malam hari. Penghuni diperbolehkan oleh pengelola untuk berjualan disekitar area dengan syarat membayar uang kebersihan kepada pihak pengelola. Walau begitu kebersihan tempat ini dijaga oleh para pedagang dan pembeli sendiri.
Pengukuran jumlah pengeluaran keluarga per bulannya cenderung disesuaikan dengan tingkat pendapatan keluarga dalam satu bulannya. Jumlah tanggungan keluarga Ukuran keluarga adalah jumlah anggota yang menjadi tanggungan suatu keluarga atau banyaknya anggota keluarga. Pada Rusun Cinta Kasih Cengkareng jumlah anggota pada masingmasing unit pada awalnya 4-6 anggota keluarga. Bila jumlah penghuni melebihi ketentuan mereka disarankan untuk mengambil 2 unit. Kondisi lingkungan social Latar belakang (agama Islam, imigran, mendapatkan karena relokasi) antara warga Kapuk Muara dan Teluk Gong memungkinkan mereka untuk bergaul dengan mudah dan harmonis masih menerapkan budaya tradisional yang digunakan untuk diterapkan di lokasi baru mereka. Masih mempertahankan nilai-nilai lama dari kegiatan masyarakat, khususnya kegiatan keagamaan. Keseragaman unit rumah dan mebel yang telah meningkatkan rasa harga diri menjadi lebih percaya diri dalam berpartisipasi dan berkontribusi dalam masyarakat. Kehidupan vertikal juga menciptakan lingkungan yang lebih dekat, semuanya terjadi di masyarakat dengan mudah dipantau (dan dinilai) oleh orang lain seperti konflik terbuka (tawuran) dan kecanduan alkohol merupakan bagian dari stereotip daerah Angke berkurang karena pengaruh perubahan tempat tinggal. Kemampuan kehidupan sosial budaya warga permukiman dalam mendukung keberlanjutan dan keberlangsungan lingkungannya, meliputi : Akses terhadap pelayanan publik : Terdapat organisasi sosial seperti paguyuban warga, Rt/Rw, Pengajian mingguan, Pengajian bulanan, Pos yandu, PKK untuk ibu-ibu Pendidikan. Sekolah Cinta Kasih Cengkareng menyediakan wadah pendidikan dimulai dari TK sampai SMK dan ditambah dengan SMU dan melayani umum serta penghuni rusun. Perkembangan jumlah kelahiran berdampak kepada peningkatan fasilitas pendidikan bagi usia dini seperti PAUD. Kesehatan. Di lokasi Rusun Cinta Kasih Cengkareng terdapat Rumah Sakit Khusus Bedah yang dapat menangani semua jenis penyakit dan melayani pasien umum maupun penghuni Rusun. Khusus Rumah Sakit dan Pendidikan penghuni Rusun mendapat subsidi, sebagai contoh untuk
Kondisi Lingkungan Ekonomi Mayoritas penghuni rumah susun adalah masyarakat miskin, sebagian besar adalah korban gusuran Kali Angke. Mata pencaharian mereka adalah sebagai buruh kasar, sopir, tukang bangunan dan bahkan ada yang pengangguran. Kemampuan kehidupan ekonomi komunitas dalam mendukung dan mempertahankan kehidupan untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya. Indikatornya adalah : Jenis pekerjaan adalah jenis kegiatan/pekerjaan yang digeluti dan merupakan sumber pendapatan utama kepala keluarga. Pada saat mereka dipindahkan dari bantaran sungai ke Rusun Cinta Kasih banyak yang tidak memiliki pekerjaan (pengangguran). Dengan misi amalnya Yayayan Buddha Tzu Chi membantu penghuni yang tidak memiliki pekerjaan untuk di pekerjakan di pusat daur ulang dan pabrik hastakarya Tzu Chi, sebagai sopir jika mereka memiliki keahlian mengendarai mobil di perusahaan-perusahaan relawan Tzu Chi, sebagai petugas keamanan, kebersihan di lingkungan Rusun, Rumah sakit dan Sekolah, sebagai guru, sebagai perawat dan lain lain. Tingkat penghasilan perbulan Pendapatan keluarga diukur dengan banyaknya akumulasi pendapatan semua anggota keluarga, setelah dikonversikan menjadi perbulan, jadi satuannya adalah rupiah per bulan (Rp/bulan). Rata-rata penghuni memiliki pendapatan bulanan berkisar Rp 700.000,sampai Rp 1.5000.000,- nett. Tingkat pengeluaran perbulan Pengeluaran yang dipakai untuk mencukupi kebutuhan keluarga selama sebulan, seperti makan, pembayaran listrik/telpon/air/, transportasi, pakaian, kesehatan dan hiburan.
8
Dampak Perubahan Perilaku (Setia Damayanti)
penghuni rusun mendapatkan subsidi biaya sekolah untuk maksimal dua anak per unitnya. Mereka cukup membayar sepuluh ribu rupiah perbulannya untuk kelas satu sampai kelas tiga SD dan tiga puluh ribu rupiah untuk kelas empat sampai enam, dari biaya sekolah untuk umum yang mencapai sembilan puluh ribu rupiah. Rumah Ibadah. Terdapat mushollah di lingkungan rusun yang digunakan sebulan sekali sebagai kegiatan pengajian bulanan, untuk pengajian rutin mingguan bapak-bapak dan ibuibu biasanya dilakukan di pelataran parkir per RT Ruang terbuka Hijau/lapangan. Digunakan sebagai area berinteraksi antar penghuni bila ada kegiatan yang bersifat masal separti perayaan hari besar dan lain-lain Sehingga kualitas keakraban penghuni terbentuk ketika sering melakukan interaksi sosial yang di dasari oleh kepercayaan untuk memecahkan berbagai persoalan di lingkungan secara bersama-sama. Keamanan dan kenyamanan. Terdapat pos penjagaan yang bekerja 24 jam untuk menjaga keamanan lingkungan rusun.
Cengkareng dan sesuai dengan harapan penghuni sehingga meningkatkan kualitas hidup serta tercipta rumah susun yang berkelanjutan. Perubahan yang dilakukan oleh pengelola rusun dengan memberikan aturan-aturan yang harus dikuti oleh penghuni, salah satu contohnya adalah membayar Iuran Pengelolaan Lingkungan tepat waktu, kebersihan dan kesehatan. Berbeda dengan kondisi rumah susun yang lain maka pengembangan rumah susun Cinta Kasih Cengkareng yang dibangun oleh yayasan Buddha Tzu Chi menerapkan prinsip (1) Bangunan yang mengutamakan penghijauan (kelestarian lingkungan), (2) Bangunan kokoh yang berkesinambungan dan tahan lama, (3) Bangunan yang menjaga keseimbangan ekosistem serta (4) Bangunan yang menunjang kehidupan yang sehat. Tzu Chi dalam membangun memegang prinsip Langsung, Prioritas, dan Menghargai Jiwa. Prinsip „langsung‟ mengkondisikan relawan untuk berinteraksi langsung dengan penerima bantuan. Prinsip „prioritas‟ menjadi pegangan relawan saat harus menentukan pihak yang dibantu, sedangkan prinsip „menghargai jiwa‟ menunjukkan bahwa Tzu Chi tidak hanya memandang penerima bantuan sebagai obyek, tapi memperhatikan fisik dan batinnya. Pembangunan rumah susun Cinta Kasih Cengkareng merupakan salah satu contoh model pembangunan rumah susun yang berkelanjutan di perkotaan yakni Pembangunan rumah susun ramah lingkungan dan berkelanjutan yang memperhatikan dimensi lingkungan, dimensi sosial dan dimensi ekonominya dengan menyediakan ruang-ruang terbuka hijau di antara blok bangunan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota, lapangan olahraga, taman bermain anak, dan ruang evakuasi bencana, serta mengedepankan peubahan fisik dan batin dari penghuninya. Rusun Cinta Kasih Cengkareng yang dibangun dan dikelola oleh Yayasan Buddha Tzu Chi terbagi menjadi dua pengelolaan. Pada pembangunan dan pengelolaan fisik rusun dilakukan oleh suatu badan usaha yang disebut PT. Graha Bina Mandiri. Pada pembangunan dan pengelolaan non fisik dalam hal ini manusia atau penghuni dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi melalui para relawan Tzu Chi. Perubahan yang diterapkan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi ada pada aspek persepsi dan perilaku melalui pendidikan. Di bawah ini merupakan hasil wawancara kepada penghuni terhadap perubahan tersebut.
Menganalisis konstruk-konstruk berpengaruh yang diterapkan kepada penghuni rumah susun agar terjadi perubahan kualitas hidup. Kunci keberhasilan dari pemindahan masyarakat berpenghasilan rendah yang berasal dari bantaran sungai Angke ke rumah susun Cinta Kasih Cengkareng adalah pada sistem pengelolaan dan andil pengelola dalam mengubah persepsi dan perilaku penghuni. Perubahan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi adalah dengan mengajarkan nilai-nilai keteladanan, seperti memberikan contoh dalam melakukan kegiatan nyata bersama-sama tanpa membedakan atau diskriminasi. Salah satu contohnya adalah tata cara makan pada anakanak, tata cara berperilaku untuk menghargai sesama, daur ulang dengan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan bagi generasi selanjutnya, rasa syukur atas semua berkah yang diterima merupakan ungkapan terima kasih untuk Sang Pencipta. Hal tersebut menggeser pola pikir penghuni dalam membuat rencana masa depan mereka. Dampak yang terjadi adalah perubahan kualitas lingkungan dan kualitas hidup penghuninya, sehingga tujuan pembangunan untuk meningkatkan modal manusia (human capital), yaitu kesejahteraan, kesehatan, ketenteraman, menjadi tercapai. Dengan Sistem Pengelolaan yang tegas, berwibawa serta penanganan yayasan yang humanis tercipta rumah susun Cinta Kasih 9
Lingkungan Tropis, vol 8, no. 1, Maret 2014: 1-12
bentuk kebersihan lingkungan, pos yandu, pkk. Sinergi dahsyat yang sekarang ada berkat kepemimpinan yang berasaskan kemurnian tekad dan keteladanan serta konsistensi ini. Penyerapan nilai-nilai seperti yang diajarkan oleh Master Cheng Yen (seperti nilai kedisiplin, kebersihan, suka menolong, setia teman, taat pada guru) adalah pada anak-anak. Di Cengkareng, pendidikan dilakukan lewat sekolah dengan harapan perubahan perilaku pada generasi kedua ini akan menjadi generasi yang lebih baik dari generasi orangtua mereka. Pendidikan yang diberikan oleh Tzu Chi kepada para penguhi mantan penghuni bantaran Kali Angke melalui Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, ternyata telah memberikan banyak dampak positif bagi penghuni. Tidak hanya peningkatan pendidikan ketrampilan dan pengetahuan, para orangtua murid yang awalnya tidak memiliki kepedulian terhadap pendidikan, kini mereka bisa lebih aware (peduli) terhadap pendidikan putra-putri mereka. Mereka mengakui, setelah anak-anak mereka bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, banyak perubahan positif yang terjadi. “Anak-anak yang tadinya kasar dan cenderung kurang menghormati orangtua, sekarang menjadi lebih lembut, rajin belajar, dan lebih menghormati serta menyayangi mereka,” jelas Pak Imun, salah satu penghuni. Bila dahulu mereka tidak pernah memberi salam atau berbuat sopan sekarang lebih memiliki rasa sopan santun bukan pada orangtua saja tetapi juga pada orang lain yang lebih tua. Hal positif ini banyak ditiru dan diteladani oleh anak-anak yang terlahir di Rusun Cinta Kasih. Melihat perubahan ini, para orangtua kini cenderung bertahan untuk tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi mematuhi peraturan yang ada karena demi pendidikan putra-putri mereka. “Di mana lagi mereka bisa memberikan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau untuk anak-anak mereka selain di Sekolah Tzu Chi,” Di saat yang sama, Helmi, salah satu guru di Sekolah Cinta kasih, juga menuturkan kebahagiaannya melihat perubahan pola pikir para orangtua. “Dulu, ketika anakanak mereka tidak mau bersekolah, mereka hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan. Tapi kini, mereka selalu memberikan semangat putraputri mereka untuk terus bersekolah. Bahkan ada yang bilang kepada saya, kalau mereka ingin anak mereka menjadi guru seperti kami,” ucapnya tergetar. Pendidikan telah menjadi salah satu jalan menuju perubahan bagi penghuni, secara tidak langsung, pendidikan budi pekerti
Aspek-aspek Perubahan Aspek Persepsi Persepsi mereka miskin, mereka kumuh, mereka tidak berpendidikan, segala yang negatif melekat diri mereka, sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang mereka memiliki percaya diri dan memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan dengan prestasi. Mengubah cara berpikir hingga berdampak pada perubahan perilaku dalam gaya hidup mereka merupakan bentuk kinerja pengelola oleh yayasan melalui para relawan Tzu Chi. Perubahan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi dengan mengajarkan keteladanan, dengan memberikan contoh, dengan melakukan kegiatan nyata bersama-sama tanpa membedakan atau diskriminasi membuat persepsi yang buruk terhadap diri mereka sekarang berubah bahwa mereka merupakan manusia yang juga memiliki hak azazi sebagai manusia. Perubahan persepsi bukan hanya melekat didiri para orang tua tetapi juga pada kaum mudanya sebagai contoh: ”Sekarang aku punya cita-cita mau jadi pilot karena aku sekarang udah sekolah kelas 4” kata seorang anak kecil sambil memperhatikan pesawat terbang yang melintas di angkasa. Atau ” aku mau kayak kakakku yang pergi ke luar negri naik kapal terbang” sela seorang anak kecil lainnya melihat kakaknya pergi ke Taiwan karena berprestasi hingga berkesempatan mengunjungi Master Cheng Yen. Aspek Perilaku Berbeda dari rohaniwan-rohaniwan lainnya, Master Cheng Yen berkhotbah dengan perbuatan. Perbuatan itu dilaksanakan secara persisten, dan Master hanya melakukan perbuatan yang nyata dan terukur, walaupun kecil. Karena hasilnya nyata dan terukur, maka orang tertarik untuk menirunya, dan ternyata juga berhasil. Dengan cara ini relawan Tzu Chi merubah perilaku penghuni rusun yang berasal dari bantaran sungai Angke menjadi penghuni rusun Salah satu contohnya adalah perubahan perilaku yang tidak teratur menjadi teratur dan patuh pada aturan yang berlaku. Salah satu contoh lainnya adalah program daur ulang. Kebiasaan untuk memilah-milah limbah dan mendaur ulangnya sesuai dengan sifat masingmasing limbah, sekarang menjadi gerakan daur ulang yang didukung penghuni. Penghuni membantu dengan memilah-milah sejak dari rumah masing-masing. Relawan-relawan yang masih aktif datang sesuai dengan jam senggang mereka. Mereka bekerja bersama-sama dalam 10
Dampak Perubahan Perilaku (Setia Damayanti)
Dengan semangat menjadikan “Empat kemuliaan hati” sebagai titik awal memulai langkah dan menjadikannya alam suci di dunia yang fana ini sebagai titik akhir, hal ini merupakan suatu jalan yang harus ditempuh oleh relawan Tzu Chi dengan tetap melangkah maju meskipun sulit dan memerlukan kesabaran yang tinggi. Akhirnya membuahkan hasil yang cukup menggembirakan walaupun belum sempurna. Merupakan suatu proses perubahan menuju ke kehidupan yang lebih baik dan berkesenambungan. Banyak nilainilai kehidupan positif yang diajarkan Yayasan Buddha Tzu Chi melalui para relawan Tzu Chi kepada penghuni yang berawal dari bantaran kali Angke, seperti secara rutin melakukan kegiatan yang bermanfaat. Tinggal di Rusun juga memungkinkan penduduk meningkatkan harga diri karena pergaulannya dengan orang lain (jaringan Tzu Chi, relawan dan simpatisan). Karena merasa mapan seorang bapak berniat menikah lagi malah ada yang sudah menikah lagi dan istri pertamanya berniat melaporkan ke pengelola untuk tidak diijinkan tinggal di rusun. Ada pengakuan bapak yang sudah menikah ke dua kalinya tapi istri pertama dan pengelola tidak mengetahui. Anak-anak muda sekarang lebih percaya diri untuk bergaya hidup metropolitan yang konsumtif seperti nongkrong di mall. Memiliki kebiasaan makan junct food di akhir minggu, memiliki Hp, berkendaraan motor ke sekolah. Perubahan lingkungan sangat terasa pada pemikiran anak-anak mereka yang sekarang mereka rata-rata memiliki percaya diri dan citacita.
yang diberikan di Sekolah Cinta Kasih telah mengubah karakter anak Kali Angke menjadi anak-anak yang penuh dengan cinta kasih dan bertanggung jawab. Melalui perubahan generasi kedua Kali Angke, diharapkan dapat menuju kehidupan yang lebih baik. Menurut Mulyono, pendidikan telah memberikan pengaruh positif kepada warga Kali Angke. "Mereka mau bertahan dan mematuhi peraturan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, demi kelangsungan pendidikan anak-anak mereka." Pembelajaran budi pekerti yang diberikan sejak dini kepada para siswa siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi diharapkan dapat membentuk karakter mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik Dampak Perubahan Kualitas Hidup Diawal perpindahan para mantan penghuni bantaran kali Angke, mereka memiliki pemikiran bahwa sekarang menjadi miskin karena harus membayar sewa, yang tadinya mereka memiliki petakan rumah untuk disewakan sekarang tidak ada lagi. Sejak berada di Rusun ini mereka mau tidak mau harus berubah dalam bertingkah laku, ditempat lama mereka melakukan apapun juga tanpa aturan sedangkan di Rusun harus hidup dengan banyak aturan. Salah satunya adalah dengan membayar IPL, awalnya mereka tidak mau membayar karena kepindahan mereka dijanjikan gratis ternyata membayar sewa. perilaku anak-anak yang membuang sampah dari kamarnya di lantai atas atau buang air kecil langsung dari jendela rumahnya merupakan pemandangan sehari-hari.
KESIMPULAN Berdasarkan pembuktian hasil penelitian dengan realita di lapangan serta Pembuktian hasil penelitian dengan teori ekologi maka Rusun Cinta Kasih telah memasuki tahap berkelanjutan yang ditandai dengan pembangunan yang mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, kepedulian lingkungan, kesejahteraan penghuni sehingga pembangunan yang terjadi menjadi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dalam model persamaan struktural menggambarkan hubungan kausal antara variabel eksogen (variabel penyebab) dan variabel endogen (variabel akibat) yang terbukti fit berdasarkan hasil penelitian ini adalah (1)
perubahan persepsi penghuni oleh pengelola (2) perubahan perilaku penghuni oleh pengelola. Perubahan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi adalah dengan mengajarkan nilai-nilai keteladanan berdampak pada tata cara makan pada anak-anak, tata cara berperilaku untuk menghargai sesama, pengetahuan daur ulang, pentingnya pelestarian lingkungan, rasa syukur dan membayar Iuran Pemeliharaan Lingkungan tepat waktu. Untuk masalah baru yang timbul akibat berhasilnya pihak pengelola dan yayasan dalam mengelola perlu diwaspadai dan diantisipasi seperti perubahan gaya hidup, tingkat kelahiran tinggi, perilaku menyimpang dari kaum 11
Lingkungan Tropis, vol 8, no. 1, Maret 2014: 1-12
mudanya. Pemecahan masalahnya adalah perlunya sosialisasi tentang pembatasan kelahiran dengan risiko-risiko yang akan dihadapi, sosialisasi gaya hidup hemat dan
bermanfaat, sosialisasi kelestarian lingkungan hidup di sekolah dan karang taruna.
DAFTAR PUSTAKA Al-Momani, A. “Housing quality: implications for design and management”, Journal of Urban Planning and Development, Vol. December, (2003): 177-194. Day, Linda L. “Choosing a House: The Relationship between Dwelling Type, Perception of Privacy and Residential Satisfaction.” Journal of Planning Education and Research 19 (3) (2000): 265-275. Damayanti, Setia. “Model Keberlanjutan Pembangunan Rumah Susun Di Perkotaan (Kajian Persepsi, Kepuasan dan Perilaku Penghuni Rumah Susun Cinta Kasih di DKI Jakarta).” Disertasi, Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. (2011). Dom, Mikhail Gorbachev. ”Hubungan Kondisi Fisik Bangunan dengan Interaksi Sosial Penghuni pada Pemukiman Vertikal (Kajian pada Rumah Susun Cinta Kasih, Cengkareng).” Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, (2010) Ghozlane Fleury-Bahi, Marie-Line Félonneau, and Dorothée Marchand. “Processes of Place Identification and Residential Satisfaction.” Journal of Environment and Behavior 40 (2008): 669 – 682. Gondokusumo, Madrim D., “Perkembangan teoriteori perencanaan kota sejak revolusi industri”. Pengarang : Ing, Arch, Judul jurnal/majalah : Jurnal ilmiah univ.pelita harapan 5(1) April (2002): 33-44 Misun H. & Hazel Morrow-Jones, , “Factors That Influence Residents' Satisfaction With
Neighborhoods”, Journal of Environment and Behavior, Sep 2008; vol. 40 (2008): 619 - 635 Lance F. and Hilary B., “Subsidized Housing And Neighborhood Impact”. Journal of Planning Literature, Sage Publication, New York. Volume 16 No. 3.(2002), Feb 2002. Moersidik, S.S., Damayanti, dan S. Sarwono, S.W. “Sustainability Flats For Low-Income Communities Development.” Proceeding of CIB International Conference-Architectural Department-DWCU. Indonesia: Yogyakarta, 2011. Sarwono, dan S. Wirawan. “Socio-Psychological Variables Relating Living in Rusun Tzu Chi.” Proceeding Internasional Seminar Towards Humanistic-Approach Relocation, Jakarta. 2009. Szymanski, D M & David H. Henard, "Customer Satisfaction: A Meta-Analysis of the Empirical Evidence”, Journal of Academy of Marketing Science, Vol. 29, No.1. (2001): 1635. Wijanto, Setyo. H. Structural Equation Modelling dengan LISREL 8.8: Konsep dan tutorial. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. Yuan, L.L., “Quality of Life Case Studies for University Teaching in Sustainable Development”, International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 2 No. 2, (2001): 127-138.
12