WP/5/2015
WORKING PAPER
DAMPAK PENINGKATAN ATURAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP SPREAD SUKU BUNGA BANK MENGGUNAKAN ACCOUNTINGBASED ANALYSIS
Ndari Surhaningsih Tevy Chawwa Reni Indriani
Juni, 2015
Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.
DAMPAK PENINGKATAN ATURAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP SPREAD SUKU BUNGA BANK MENGGUNAKAN ACCOUNTING-BASED ANALYSIS Ndari Surjaningsih 1, Tevy Chawwa2, Reni Indriani3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan estimasi awal dampak perubahan kebijakan kecukupan modal terhadap spread suku bunga bank dengan pendekatan simulasi berbasis hubungan akuntansi pada neraca dan laporan laba rugi sebuah representative bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 persen peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) dapat di-cover dengan menaikkan spread suku bunga sebesar 6 basis point (bps). Hasil perhitungan tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa return on equity (ROE) dan biaya pinjaman bank tidak berubah serta tidak terdapat perubahan dalam total aset dan biaya nonoperasional bank. Jika ROE dan biaya pinjaman diasumsikan berubah, dampak terhadap spread suku bunga akan menjadi lebih kecil. Dengan menggunakan metode yang sama untuk representative bank berdasarkan BUKU, diperoleh bahwa BUKU 1 memerlukan kenaikan lending spread yang paling kecil (1 bps), sementara BUKU 4 memerlukan kenaikan lending spread paling besar (32 bps). Faktor yang mempengaruhi perbedaan dampak peningkatan aturan kecukupan modal ini adalah ROE bank saat ini. Semakin tinggi ROE, semakin tinggi pula kenaikan spread suku bunga yang diperlukan.
Key word
: banks, regulation, Basel III, capital, liquidity, lending spreads
JEL Classification : G21; G28; E51
dan 2: Peneliti Ekonomi Senior dan Peneliti Ekonomi di Grup Riset dan Pengaturan Makroprudensial (GRMP), Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP), Bank Indonesia. Pendapat dalam paper ini merupakan pendapat penulis dan bukan merupakan pendapat resmi DKMP atau Bank Indonesia. E-mail: ndari @bi.go.id dan
[email protected]. 1
Asisten Peneliti Grup Riset dan Pengaturan Makroprudensial (GRMP), Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP), Bank Indonesia. 3
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Direktorat Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Bank Indonesia saat ini
sedang melakukan pengembangan model untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel makroekonomi dan variabel perbankan berdasarkan data individual bank dengan nama Financial Macroeconometric Model Bank Indonesia (FMM BI). Model tersebut memetakan hubungan dan mengestimasi berbagai variabel perbankan, termasuk
di
antaranya
adalah
suku
bunga
kredit.
Dalam
penelitian
pengembangan FMM BI tahap 1 tahun 2014 lalu telah dilakukan estimasi suku bunga kredit dengan variabel penjelas yang terdiri atas biaya dana (suku bunga deposito) dan risiko kredit (rasio NPL). Dalam perkembangannya beberapa literatur menyebutkan adanya keterkaitan aturan kecukupan modal dari regulator dengan suku bunga perbankan. Pada tahun ini akan dilakukan penyempurnaan framework FMM yang antara lain termasuk review terhadap persamaan suku bunga kredit dengan mempertimbangkan penambahan aturan kecukupan modal sebagai variabel penjelas. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menjadi studi awal guna menunjang review persamaan tersebut. Latar belakang lain yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pascakrisis keuangan
global
Komite
Basel
terus
melakukan
penyempurnaan
untuk
memperkuat aspek permodalan bank. Permodalan menjadi aspek penting karena modal berfungsi sebagai penyerap (cushion) jika bank mengalami kerugian. Admati et al. dalam Swamy (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi modal, semakin rendah leverage dan risiko kebangkrutan bank. Beberapa kebijakan permodalan yang
akan
diterapkan
adalah
kebijakan
capital
surcharge
bagi
Domestic
Systemically Important Banks (DSIBs), countercyclical capital buffer (CCB), dan conservation buffer. Berbagai kebijakan permodalan tersebut akan diterapkan pada perbankan Indonesia secara bertahap mulai tahun 2016. Dalam
setiap
penerapan
kebijakan
permodalan,
terdapat
beberapa
perdebatan mengenai dampak dari kebijakan tersebut terhadap profitabilitas perbankan. Peningkatan kuantitas modal perbankan akan meningkatkan cost of capital (BIS dan Angelini et al, dalam Swamy, 2014) yang selanjutnya akan meningkatkan rata-rata biaya modal tertimbang. Kenaikan biaya itu kemudian akan disalurkan terhadap peminjam dalam bentuk kenaikan suku bunga kredit.
2
Dengan adanya hubungan tersebut, penting bagi regulator untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahan kebijakan modal terhadap interest income bank dan seberapa besar peningkatan spread suku bunga bank yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, penelitian ini juga merupakan langkah awal untuk melihat perilaku bank dalam menghadapi perubahan kebijakan permodalan, khususnya terkait dengan perubahan suku bunga.
1.2
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini ialah mengestimasi dampak perubahan
kebijakan
permodalan
terhadap
profitabilitas
sektor
perbankan
Indonesia,
terutama terhadap spread suku bunga bank. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyempurnaan kerangka kerja (framework) FMM yang sedang dikembangkan.
1.3
Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan dari simplifikasi asumsi dan metode yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut. (1) Penelitian ini berasumsi bahwa kenaikan biaya akibat modal ditransmisikan kepada nasabah melalui kenaikan suku bunga kredit. Dalam kenyataannya, bank memiliki pilihan strategi lain, seperti menurunkan suku bunga dana, melakukan realokasi aset, menurunkan biaya operasional, dll. (2) Hasil estimasi tidak didasarkan pada proses optimisasi dalam kondisi general equilibrium. (3) Penelitian ini berasumsi bahwa neraca dan laba rugi dari representative bank adalah pada kondisi steady state dan tidak mempertimbangkan periode transisi dalam memenuhi peningkatan ketentuan modal.
(4) Penelitian ini berasumsi bahwa bank akan mempertahankan besaran buffer selisih CAR dengan ketentuan modal sehingga meskipun saat ini posisi CAR telah berada di atas ketentuan, kenaikan ketentuan modal akan membuat bank tetap meningkatkan modalnya. Dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran awal mengenai respons bank terhadap perubahan ketentuan modal dengan pendekatan yang practical but acceptable.
3
1.4
Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam empat bagian. Bagian pertama membahas latar
belakang, tujuan, dan keterbatasan penelitian. Bagian kedua menjelaskan beberapa studi literatur serta penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian. Bagian ketiga membahas metodologi serta berbagai persamaan akuntasi
yang
digunakan
dalam
melakukan
estimasi
dampak
perubahan
ketentuan modal terhadap spread suku bunga. Selanjutnya pada bagian keempat akan dipaparkan gambaran umum perkembangan industri perbankan Indonesia saat ini serta hasil pengolahan data. Bagian kelima berupa simpulan dan saran.
4
II. STUDI LITERATUR
Literatur dasar yang umum digunakan sebagai dasar penelitian mengenai dampak biaya modal (cost of capital) terhadap keuangan perusahaan adalah penelitian Modigliani Miller (1958). Dalam penelitiannya, Modigliani menyatakan bahwa dalam kondisi pasar modal yang sempurna, yang ditandai dengan (i) tidak ada biaya transaksi; (ii) tidak ada pengenaan pajak; (iii) tidak ada asymmetric information; dan (iv) tidak ada possibility to default, nilai dan cost of fund perusahaan tidak dipengaruhi oleh komposisi utang dan modal dalam pembiayaan perusahaan. Dalam kenyataannya dengan adanya pajak, biaya modal menjadi lebih tinggi daripada utang (R equity > R debt). Hal itu disebabkan pembayaran bunga utang merupakan faktor biaya yang akan mengurangi besaran laba perusahaan yang kena pajak. Namun, utang yang terlalu tinggi akan berpengaruh pada peningkatan risiko. Oleh karena itu, perusahaan akan mencoba mendekati kombinasi utang dan modal yang optimal bagi perusahaan. Perbankan sebagai suatu perusahaan juga melakukan kombinasi sumber pendanaan dari modal dan utang. Berbeda dengan perusahaan lainnya, terdapat aturan bagi bank mengenai jumlah minimum modal bank untuk menjaga kelangsungan kegiatan bank secara prudent. Kecukupan modal perbankan secara internasional diatur oleh Basel Accords yang diterbitkan oleh Basel Committee on Banking Supervision. Terjadi beberapa perubahan aturan kecukupan modal, yaitu Basel I (sejak 1988), Basel II (sejak 2001), dan yang terbaru adalah Basel III (sejak krisis 2008, tetapi dilaksanakan secara bertahap pada tahun 2013β2019). Sesuai dengan Basel III, bank wajib meningkatkan modal agar lebih tahan dalam kondisi krisis. Terdapat 3 jenis tambahan modal yang akan diterapkan, yaitu Capital Surcharge
D-SIBs,
Countercyclical
Capital
Buffer,
dan
Conservation
Buffer.
Perubahan ketentuan Basel III tersebut diakomodasi dalam PBI 15/12/PBI/2013, yaitu sebagai berikut.
5
Sumber: Bahan Sosialisasi PBI 15/12/PBI/2013 Pengaturan Perbankan, OJK.
Departemen
Penelitian
dan
Gambar 1. Perubahan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
Terdapat beberapa penelitian mengenai implikasi kebijakan peningkatan jumlah modal sesuai dengan Basel III terhadap penetapan suku bunga kredit bank. Elliot (2010) dalam Swamy (2014) menggunakan accounting-based analysis untuk mengestimasi seberapa besar suku bunga kredit akan meningkat jika bank diminta
untuk
meningkatkan
equity-nya.
Di
dalam
modelnya,
Elliot
mengasumsikan bahwa bank hanya memegang pinjaman yang didanai oleh equity, deposito, dan wholesale funding, serta bahwa pendapatan bunga yang diperoleh dari kredit ditujukan untuk memenuhi target ROE. Penetapan suku bunga kredit dilakukan untuk memenuhi target ROE setelah menutupi cost of liabilities dan biaya tetap lain. Dengan menggunakan data FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation) untuk seluruh sistem perbankan Amerika Serikat (AS)βjika rasio common equity terhadap kredit naik sebesar 2% dan tidak ada perubahan lainβ bank perlu menaikkan lending spreads sebesar 39 bps untuk mempertahankan target ROE sebesar 15%. Jika target ROE dapat diturunkan menjadi 14,5%, lending spreads harus naik sebesar 9 bps. Berdasarkan analisis itu, Elliot menyimpulkan bahwa terdapat suatu kemungkinan sistem perbankan AS dapat menghadapi kebijakan kenaikan modal dan memastikan bahwa mereka tidak akan memberikan dampak yang besar terhadap penetapan suku bunga. Kesederhanaan dan juga intuisi dalam penetapan suku bunga kredit dan alternatif yang mungkin
6
dilakukan bank untuk memenuhi level modal yang lebih tinggi merupakan salah satu kekuatan dari pendekatan Elliot ini. Dalam penelitian lain, King (2010) melakukan analisis dampak kebijakan peningkatan modal terhadap lending spreads di 13 negara OECD. King menyusun sebuah representasi dari neraca dan laporan laba rugi bank berdasarkan rata-rata neraca dan laporan laba rugi mereka selama 15 tahun terakhir. Dengan rata-rata periode yang panjang tersebut, diasumsikan bahwa representasi neraca dan laporan laba rugi yang digunakan adalah kondisi steady state. Selanjutnya dilakukan pemetaan bagaimana perubahan struktur pemodalan bank dan komposisi aset mereka mempengaruhi komponen-komponen net income dengan menggunakan hubungan akuntansi. Bank diasumsikan akan mentransmisikan kenaikan biaya akibat peningkatan modal kepada beban bunga yang ditanggung oleh debitur. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, pendekatan yang digunakan King relatif sederhana dan dapat menjadi studi awal untuk memahami perilaku bank terhadap perubahan kebijakan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa biaya yang timbul dari peningkatan 1% rasio modal dapat di-cover oleh peningkatan lending spreads sebesar 15bps dengan asumsi ROE dan biaya utang tidak berubah. Apabila ROE dan biaya utang dimungkinkan untuk turun, dampak terhadap lending spread akan semakin kecil. Swamy (2014) mencoba untuk mengimplementasikan metode dalam paper King untuk perbankan India dan melakukan simulasi terhadap beberapa kelompok bank. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa 1 persen peningkatan modal dapat dicover oleh peningkatan lending spreads sebesar 11.4 bps dengan asumsi tidak ada perubahan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Sejak 2009 belum ada penelitian Bank Indonesia yang melihat dampak peningkatan ketentuan modal terhadap suku bunga bank.
Namun, terdapat beberapa penelitian yang
terkait dengan hubungan modal dengan suku bunga. Dalam penelitiannya mengenai
determinan
dari
spread
suku
bunga
bank,
Purwanto
(2009)
menggunakan variabel degree of risk aversion bank yang diproksikan dengan rasio (πΆπ΄π
π¦πππ ππππππππ β πΆπ΄π
π¦πππ πππ€πππππππ)/πΆπ΄π
π¦πππ πππ€πππππππ sebagai salah satu determinan. Penelitian menggunakan panel data bank Januari 2002βApril 2009 ini menemukan bahwa bank yang memiliki kelebihan CAR yang lebih tinggi akan memiliki spread suku bunga yang lebih rendah. Penelitian selanjutnya yang terkait adalah penelitian mengenai transmisi kebijakan moneter yang dilakukan oleh Dewati et al. (2009). Dengan menggunakan panel data bank Januari 2002βApril
7
2009, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa likuiditas dan besar aset mempengaruhi transmisi BI rate kepada suku bunga kredit, sementara kapitalisasi bank tidak signifikan dalam mempengaruhi transmisi tersebut. Selanjutnya, Gunadi,
Deriantino,
menggunakan
OLS
dan
Budiman
data industri
(2011)
melakukan
penelitian
dengan
bank September 2000βMaret 2011 dan
menemukan bahwa sensitivitas suku bunga kredit bank terhadap BI rate dipengaruhi kondisi CAR bank. Apabila CAR bank lebih dari 19,8%, respons terhadap peningkatan 1% BI rate adalah 0,1%. Sementara itu, apabila CAR bank kurang dari 19,8%, respons terhadap BI rate lebih tinggi, yaitu 0,22%. Dari penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa belum ada penelitian yang secara spesifik menjelaskan dampak perubahan kebijakan ketentuan modal terhadap spread suku bunga bank.
8
III. METODOLOGI
3.1
Data dan Kerangka Berpikir Penelitian ini dilakukan dengan mereplikasi metodologi yang digunakan oleh
King (2010) dan Swamy (2014), yaitu dengan menggunakan hubungan akuntansi standar di dalam neraca dan laporan laba rugi bank. Komponen-komponen neraca dan laporan laba rugi telah disesuaikan dengan data perbankan Indonesia. Data yang digunakan merupakan data neraca keuangan, laporan laba rugi, dan kinerja perbankan yang bersumber dari LBU dengan periode data tahun 2010β2014 (posisi Desember). Dalam penelitian ini bank syariah tidak diikutsertakan karena nature dari perbankan syariah tidak berbasis bunga. Berdasarkan data 107 bank yang ada disusun sebuah neraca dan laporan laba rugi representative bank yang merupakan rata-rata tertimbang neraca dan laporan laba rugi individual bank selama 5 tahun terakhir. Adapun bobot yang digunakan dalam penghitungan ratarata setiap komponen adalah total aset masing-masing bank. Selain itu, dilakukan pula penyusunan neraca dan laporan laba rugi representative untuk masingmasing BUKU bank. Penelitian ini fokus pada kondisi steady state dan tidak mempertimbangkan periode transisi ketika bank berusaha memenuhi ketentuan modal baru yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa bank telah melewati tahap transisi dan telah mampu memenuhi kewajiban kecukupan modal yang baru. Dampak dari perubahan kebijakan kecukupan modal akan diestimasi menggunakan simulasi perubahan komposisi aset dan liabilities serta laba rugi representative bank. Rasio modal terhadap ATMR dari representative bank dinaikkan 1 persen (1 pp) sehingga bank akan meningkatkan modalnya. Selanjutnya, dengan asumsi komposisi aset tidak berubah, kenaikan modal bank akan menyebabkan jumlah pinjaman bank turun. Hal tersebut menurunkan jumlah beban bunga pinjaman yang harus dikeluarkan bank dan meningkatkan net income bank. Di sisi lain terjadi penurunan rasio ROE bank karena net income tersebut dibagi dengan nilai modal yang lebih tinggi. Apabila bank tidak mengharapkan adanya penurunan ROE, bank harus mengambil langkah untuk meningkatkan net income-nya dari aset-aset yang ada. Terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan oleh bank, antara lain, mengurangi biaya operasional atau meningkatkan pendapatan nonbunga. Dalam penelitian ini bank diasumsikan
9
akan menaikan spread suku bunga dengan meningkatkan suku bunga kredit untuk
meng-offset
penurunan
ROE.
Kerangka
pikir
dari
penelitian
ini
diilustrasikan dalam skema di bawah ini.
Gambar 2. Kerangka Pikir Dampak Ketentuan Modal terhadap Spread Suku Bunga
Selanjutnya pemetaan hubungan antar komponen neraca bank dan laba rugi yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan dalam subbab berikut.
3.2
Pemetaan Hubungan Komponen Neraca Neraca bank yang digunakan dalam penelitian ini disederhanakan menjadi
sebagai berikut.
Tabel 1. Komponen Neraca Bank Asset ο§ Kas dan penempatan di BI ο§ Penempatan di Bank Lain ο§ Surat-surat Berharga ο§ Kredit ο§ Asset lainnya
Liabilities Dana Pihak Ketiga Kewajiban pada bank lain Kewajiban pada BI Surat berharga yang diterbitkan, spot, dan derivatif ο§ Pinjaman ο§ Kewajiban lainnya Modal ο§ ο§ ο§ ο§
10
a. Aset Aset bank terdiri atas komponen (i) kas dan penempatan di Bank Indonesia; (ii) penempatan pada bank lain; (iii) surat berharga yang terdiri atas tagihan spot dan derivatif, surat berharga, surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo), tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo); (iv) kredit yang diberikan; dan (v) aset lain yang terdiri atas tagihan akseptasi, penyertaan, cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan, aset tidak berwujud, aset tetap dan inventaris, properti terbengkalai, aset yang diambil alih, rekening tunda, aset antarkantor, cadangan kerugian penurunan niai aset lain, aset pajak tangguhan, dan ruparupa aset. π΄π ππ‘ = πΎππ πππ ππππππππ‘ππ ππ π΅πΌ + ππππππππ‘ππ ππ π΅πππ πΏπππ + ππ’πππ‘ π΅ππβππππ + πΎπππππ‘ + π΄π ππ‘ πΏπππππ¦π b. Liabilities: Total liabilities bank terdiri atas (i) dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri atas giro, tabungan, dan simpanan berjangka; (ii) kewajiban pada Bank Indonesia; (iii) surat berharga yang diterbitkan dan spot derivatif yang terdiri atas kewajiban spot derivatif, kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo), dan surat berharga yang diterbitkan; (iv) total pinjaman yang terdiri atas kewajiban pada bank lain+pinjaman; dan (v) kewajiban lain yang terdiri atas kewajiban akseptasi, setoran jaminan, kewajiban antarkantor4, kewajiban pajak tangguhan, dan rupa-rupa kewajiban. πΏπππππππ‘πππ = π·ππΎ + πΎππ€ππππππ ππππ π΅πΌ + ππ’πππ‘ π΅ππβππππ π¦πππ πππ‘πππππ‘πππ π πππ‘π ππππ‘ πππ π·ππππ£ππ‘ππ + πππ‘ππ ππππππππ + πΎππ€ππππππ πΏπππππ¦π c. Modal (Equity) Modal terdiri atas modal pinjaman, modal disetor, tambahan modal disetor, selisih penilaian kembali aset tetap, cadangan, laba/rugi tahun lalu, dan laba/rugi tahun berjalan. Jumlah modal dapat didekati dengan total aset dikurangi dengan liabilities. Untuk bank-bank domestik, perhitungan modal diambil langsung dari data neraca bank, sedangkan untuk bank asing,
Khusus untuk Kantor Cabang Bank Asing ada pengurangan nilai kewajiban antarkantor dengan nilai dana usahanya. 4
11
perhitungan modal dilakukan dengan mempertimbangkan total modal asing yang berasal dari data komponen modal bank asing (data KPMM).
3.3
Pemetaan Hubungan Komponen Laba Rugi dan Kinerja Bank Komponen laba rugi bank dalam penelitian ini disederhanakan sebagai
berikut.
Tabel 2. Komponen Laba Rugi Bank No Komponen Laba - Rugi 1 Pendapatan Bunga 2 Beban Bunga 3 Net Pendapatan Bunga (1-2) 4 5 6 7
Pendapatan Operasional Non Bunga Biaya Operasional Non Bunga Net Pendapatan Operasional Nonbunga (4-5) Net Pendapatan Operasional (3+6)
8 Pendapatan Non-Operasional 9 Beban Non-Operasional 10 Net Pendapatan Non-Operasional (8-9) 11 Total Laba (Laba Tahun Berjalan) (7+10) 12 Pajak Tahun Berjalan 13 Laba Bersih (11-12) 14 Tax Rate (terhadap Laba)
a. Net pendapatan Bunga πππ‘ ππππππππ‘ππ π΅π’πππ = ππππππππ‘ππ π΅π’πππ β π΅ππππ π΅π’πππ b. Net Pendapatan Operasional Nonbunga πππ‘ ππππππππ‘ππ ππππππ πππππ πππππ’πππ = ππππππππ‘ππ ππππππ πππππ πππππ’πππ β π΅ππππ ππππππ πππππ πππππ’πππ c. Net Pendapatan Operasional πππ‘ ππππππππ‘ππ ππππππ πππππ = πππ‘ ππππππππ‘ππ π΅π’πππ + πππ‘ ππππππππ‘ππ ππππππ πππππ πππππ’πππ
12
d. Net Pendapatan Non-Operasional πππ‘ ππππππππ‘ππ πππ -oπππππ πππππ = ππππππππ‘ππ πππ-ππππππ πππππ β π΅ππππ πππππππππ πππππ e. Total Laba πππ‘ππ πΏπππ = πππ‘ ππππππππ‘ππ ππππππ πππππ + πππ‘ ππππππππ‘ππ πππ-ππππππ πππππ f. Tax Rate π‘ππ₯ πππ‘π =
π‘πππ ππππ πππππ π‘πβπ’π ππππππππ ππππ π‘πβπ’π ππππππππ
g. Laba Bersih πΏπππ π΅πππ πβ = πΏπππ ππβπ’π π΅πππππππ Γ (1 β π‘ππ₯ πππ‘π) h. ROE Sumber terakhir pendanaan bank dan yang paling mahal adalah equity. Hubungan antara perubahan jumlah modal dan Return on Equity (ROE) bank digambarkan dalam persamaan berikut. π
ππΈ =
πΏπππ π΅πππ πβ πππ‘ππ πππππ ROE merupakan jumlah keuntungan yang akan diperoleh bank dari
equity yang dimiliki. Dengan meningkatnya jumlah modal bank, nilai ROE akan mengalami penurunan dan sebaliknya. i. CAR Hubungan peningkatan jumlah modal akan berakibat pada berubahnya nilai CAR sebagaimana digambarkan dalam persamaan berikut. πΆπ΄π
=
3.4
πππ‘ππ πππππ π΄πππ
Pemetaan Dampak Peningkatan Ketentuan Kecukupan Modal
a. Peningkatan modal πππ‘ππ ππππππ‘+1 = (βπΆπ΄π
Γ π΄πππ
π‘ ) + πππ‘ππ ππππππ‘
13
b. Peningkatan laba bersih yang diperlukan Peningkatan modal akan menyebabkan rasio ROE menurun, sementara bank diasumsikan ingin mempertahankan ROE-nya (ROEt+1 = ROEt). Oleh karena itu, bank harus meningkatkan laba bersih melalui peningkatan pendapatan bunga. πΏπππ ππππ πβπ‘+1 = πππ‘ππ ππππππ‘+1 Γ π
ππΈπ‘ c. Pengurangan beban bunga Dengan asumsi tidak terjadi perubahan aset, perhitungan nilai beban bunga mengikuti persamaan sebagai berikut. β πππ‘ππ ππππππππ = β πππ‘ππ πππππ = πππ‘ππ ππππππ‘+1 β πππ‘ππ ππππππ‘ π΅ππππ ππ’ππππ‘+1 = π΅ππππ ππ’ππππ‘ β β π‘ππ‘ππ ππππππππ Γ π π’ππ’ ππ’πππ ππππππππ d. Peningkatan spread suku bunga Sejalan dengan paper King (2010), suku bunga bank mengikuti hubungan sebagai berikut. RDPK < Rpinjaman < Rmodal Di
dalam keadaan ekonomi
normal, hubungan
itu
memberikan
gambaran bahwa perbedaan sumber modal akan memberikan expected return yang sesuai dengan risiko investasinya. Rata-rata suku bunga industri bank di Indonesia berdasarkan hasil perhitungan data 2010β2014 adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Rata-rata Suku Bunga Industri Bank r_dpk 4.56%
r_antarbank 5.01%
r_pinjaman 5.77%
ROE 8.54%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa ROE bank relatif lebih tinggi daripada suku bunga pinjaman sehingga meskipun terjadi penurunan beban bunga pinjaman, bank tetap memerlukan tambahan pendapatan bunga untuk mengompensasi kenaikan biaya akibat penambahan modal. Di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa bank akan merespons kebijakan peningkatan modal yang mengakibatkan jatuhnya nilai ROE dengan
14
meningkatkan lending spreads. Besar tambahan lending spreads (ο‘) yang diperlukan dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:5 ππππππππ‘ππ ππ’ππππ‘+1 = ππππππππ‘ππ ππ’πππ π‘ + πΌ Γ π‘ππ‘ππ ππππππ‘
πΌ=
3.5
[(ππππ βπππ‘ πππππ‘π πππ ππππ ππβπππ‘ πππππ‘π ππππ πππ πππ ππ’πππ)+πππ ππ’πππ]π‘+1 βπππππ‘π ππ’ππππ‘ π‘ππ‘ππ ππππππ‘
Analisis Ekonometrika Sebagai
tambahan,
dalam
penelitian
ini
akan
dilakukan
analisis
ekonometrika dampak perubahan kebijakan ketentuan modal dengan suku bunga kredit dengan model sebagai berikut.
πππππππ‘ = ππππ π‘πππ‘ + πΌπ + π½1 ππππππ‘β1+ π½2 πππΏππ‘β1 + π½3 π(πΆπ΄π
π
π’ππ)ππ‘βπ Metode yang digunakan adalah panel data 107 bank (di luar bank syariah) dengan periode data 2001Q1β2014Q4.
Dalam penelitian ini diasumsikan pendapatan non-operasional nonbunga dan net pendapatan operasional nonbunga tidak mengalami perubahan akibat kenaikan ketentuan modal. 5
15
IV. PENGOLAHAN DATA
4.1
Overview Perkembangan Industri Perbankan Indonesia6
4.1.1 Perkembangan Aset dan Pemodalan Bank Total aset perbankan Indonesia pada tahun 2014 mencapai sekitar 5.410 triliun rupiah. Total aset ini mencakup 78% dari total aset sektor keuangan di Indonesia. Selama lima tahun terakhir, terlihat bahwa sejak tahun 2010 hingga 2014 total aset industri perbankan cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 17%. Pertumbuhan terbesar terjadi antara tahun 2010 dan tahun 2011, yaitu sebesar 21%.
Total Asset
Triliun Rupiah
Total Asset per Buku
Triliun Rupiah
6000
3000
5000
2500
4000
2000
3000
1500
2000
1000
1000
500
0
0 2010
2011
2012 Total Asset
2013
2014
2010
2011 BUKU 1
2012 BUKU 2
BUKU 3
2013
2014
BUKU 4
Grafik 1. Total Aset Industri
Pada tahun 2014 pertumbuhan total aset terbesar terjadi pada kelompok bank BUKU 1 yang tumbuh sebesar 19% dari tahun sebelumnya, sementara bank BUKU 3 memiliki pertumbuhan terkecil, yaitu sebesar 7% dari tahun sebelumnya. Dari sisi permodalan, CAR perbankan sempat mengalami penurunan pada tahun 2011. Namun, sejak tahun 2012 modal industri perbankan kembali mengalami kenaikan dengan pencapaian nilai CAR sebesar 19,50% pada tahun 2014.
Angka-angka dalam subbab ini berasal dari pengolahan data individual bank yang digunakan dalam penelitian setelah melalui beberapa pembersihan data. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan sedikit perbedaan dengan data di publikasi/riset lainnya. 6
16
CAR
%
CAR per BUKU
%
25
35 30
20
25 15
20
10
15 10
5
5 0
0 2010
2011
2012
2013
2014
2010
CAR
2011
BUKU 1
2012
BUKU 2
BUKU 3
2013
2014
BUKU 4
Grafik 2. Total CAR Industri dan per Kelompok BUKU
Nilai CAR paling besar dimiliki oleh bank BUKU 2, yaitu sebesar 30,02% diikuti oleh bank BUKU 1 sebesar 17,70%, dan BUKU 4 sebesar 17,12%, sedangkan bank BUKU 3 memiliki nilai CAR paling kecil di antara BUKU lainnya, yaitu sebesar 17,00%. Jika melihat perkembangan CAR perbankan berdasarkan kelompok BUKU-nya, terlihat bahwa bank BUKU 2, BUKU 3, dan BUKU 4 mengalami kenaikan nilai CAR. Namun, di tengah kenaikan CAR industri perbankan dan kelompok BUKU lainnya, CAR bank BUKU 1 justru mengalami sedikit penurunan saat memasuki tahun 2014. Rasio modal minimum yang harus dimiliki bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) relatif tidak berubah sejak tahun 2008β2011, yaitu sebesar 8% dari ATMR. Namun, mulai tahun 2012 digunakan aturan penyediaan modal minimum yang baru, yaitu sebesar 8% dari ATMR dengan aturan tambahan sesuai dengan profil risiko (CAR risk profile). Dengan aturan baru ini nilai CAR risk profile yang paling rendah berada pada nilai 8%, sedangkan yang paling tinggi berada pada nilai 14%. Dengan membandingkan nilai CAR untuk tiap-tiap kelompok BUKU bank dengan nilai aturan modal minimum yang berlaku, perbankan Indonesia masih memiliki permodalan yang cukup kuat dan masih terjaga. Hal itu dapat terlihat dari nilai CAR tiap-tiap kelompok BUKU yang masih berada di atas nilai aturan modal minimumnya (Grafik 3).
17
CAR BUKU 1
%
CAR BUKU 2
%
35
35
30
30
25
25
20
20
15
15
10
10
5
5 0
0 2010 CAR
2011
2012
CAR Risk Profile (Min)
2013
2011
CAR
CAR Risk Profile (Max)
CAR BUKU 3
%
2010
2014
35
30
30
25
25
20
20
15
15
10
10
5
5
2013
2014
CAR Risk Profile (Max)
CAR BUKU 4
%
35
2012
CAR Risk Profile (Min)
0
0
2010 CAR
2011
2012
CAR Risk Profile (Min)
2013
2010
2014
CAR Risk Profile (Max)
2011
CAR
2012
CAR Risk Profile (Min)
2013
2014
CAR Risk Profile (Max)
Grafik 3. Perbandingan CAR per BUKU dengan Aturan CAR yang Berlaku
4.1.2 Perkembangan Suku Bunga dan ROE Bank Dari sisi suku bunga, perkembangan suku bunga kredit dan deposito cenderung mengalami kenaikan selama dua tahun terakhir (2013 dan 2014). Suku bunga kredit berada pada nilai 11,44% dan suku bunga deposito berada pada nilai 7,73%.
Suku Bunga Kredit dan Deposito
% 14 12
10 8 6
4 2 0 2010
2011
Suku Bunga Kredit
2012
2013
2014
Suku Bunga Deposito
Grafik 4. Rata-rata Tertimbang Suku Bunga Kredit dan Suku Bunga Deposito
18
Hal yang sama juga digambarkan oleh perkembangan suku bunga kredit dan suku bunga deposito untuk masing-masing BUKU. Suku bunga kredit dan suku bunga deposito untuk masing-masing BUKU cenderung mengalami kenaikan. Hingga tahun 2012 lending spread perbankan cukup besar meskipun setelah tahun 2012, lending spread-nya relatif mengecil. Pada tahun 2014 suku bunga kredit dan suku bunga deposito yang paling tinggi dimiliki oleh bank kelompok BUKU 1 dengan nilai mencapai 14,11% dan 9,27%. Secara rata-rata spread suku bunga yang paling tinggi, yaitu spread pada kelompok bank BUKU 1 (4,84%), diikuti BUKU 4 (4,04%), BUKU 3 (3,88%), dan yang paling rendah pada kelompok bank BUKU 2 (2,65%).
Suku Bunga BUKU 1
%
Suku Bunga BUKU 2
%
16
16
14
14
12
12
10
10
8
8
6
6
4
4
2
2
0
0 2010
2011
2012
Suku Bunga Kredit
2013
2011
2012
Suku Bunga Kredit
Suku Bunga Deposito
Suku Bunga BUKU 3
%
2010
2014
16
14
14
12
12
10
10
8
8
6
6
4
4
2
2
2014
Suku Bunga BUKU 4
%
16
2013 Suku Bunga Deposito
0
0 2010
2011
Suku Bunga Kredit
2012
2013
2014
2010
2011 Suku Bunga Kredit
Suku Bunga Deposito
2012
2013
2014
Suku Bunga Deposito
Grafik 5. Rata-rata Tertimbang Suku Bunga Kredit dan Suku Bunga Deposito per BUKU
Return
on
Equity
(ROE)
perbankan
Indonesia
sempat
mengalami
peningkatan dan penurunan nilai pada 5 tahun terakhir. Nilai ROE industri perbankan sempat mengalami peningkatan pada periode 2010β2011, tetapi mengalami penurunan sejak tahun 2012 hingga menyentuh nilai 8,41% pada tahun 2014. Penurunan ROE ini sejalan dengan penurunan lending spread bank yang dibahas sebelumnya.
19
ROE Industri
%
ROE per BUKU
%
9.20
25
9.00
20
8.80
15
8.60
10
8.40
5
8.20
8.00
0 2010
2011
2012
2013
2014
2010
ROE
2011 BUKU 1
2012 BUKU 2
2013 BUKU 3
2014 BUKU 4
Grafik 6. ROE Industri dan ROE per BUKU
4.2
Hasil Simulasi Representative Bank Tahap awal dari pengolahan data adalah penyusunan neraca dan laba rugi
representative bank dengan menggunakan rata-rata tertimbang data individual bank selama 5 tahun terakhir (Tabel 4). Representative bank ini dianggap mewakili kondisi industri perbankan di Indonesia secara umum.
Tabel 4. Neraca dan Laba Rugi Representative Bank (dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain)
20
Dari Tabel 4 terlihat bahwa komponen terbesar dari aset bank adalah kredit (sekitar 49,84%), diikuti oleh aset lainnya 7 (22,97%), kas dan penempatan di BI (12,99%), dan penempatan di bank lain (5,5%). Adapun sumber utama pendanaan aset-aset tersebut adalah berasal dari dana pihak ketiga (55,51%) serta kewajiban lainnya (23,43%) 8 . Sumber pendanaan yang berasal dari modal adalah sekitar 14,3% dari total aset. Sumber pendanaan lainnya relatif kecil, yaitu kewajiban pada bank lain (4,02%), pinjaman (1,57%), surat berharga (1,15%), dan kewajiban pada BI (0,03%). Secara rata-rata, ATMR bank adalah sekitar 53,98% dari total aset dan rasio modal/ATMR adalah sekitar 22,95%. Apabila dibandingkan dengan representative bank di India dan negara OECD9 , persentase kas dan penempatan di BI representative bank di Indonesia relatif lebih tinggi. Di India, persentase penempatan di kas dan bank sentral adalah sekitar 5,6%, sementara rata-rata negara OECD hanya sekitar 2,3%. Persentase penempatan di bank lain negara-negara OECD relatif besar, yaitu sekitar 12%, sedangkan di India relatif tidak jauh berbeda dengan Indonesia, yaitu sekitar 4,09%. Persentase kredit dalam neraca bank di India, OECD dan Indonesia relatif sama, yaitu sekitar setengah dari total aset. Dari sisi pendanaan, persentase sumber dana dari DPK di representative bank India jauh lebih banyak (75,65%), sementara bank negara OECD hanya sekitar 43,5%. Sumber dana dari pinjaman bank lain di Indonesia relatif lebih rendah daripada di India (9,16%) dan negara OECD (12,6%). Peran modal dalam pendanaan bank di Indonesia (14,30%) relatif jauh lebih tinggi dibandingkan bank di India (7,12%) ataupun di negara OECD (5,3%). Tabel 4 juga menunjukkan komposisi dari laba rugi bank representative. Komponen terbesar dari keuntungan bank adalah dari net pendapatan bunga (3,89% dari total aset). Selanjutnya, beban biaya operasional nonbunga yang dikeluarkan bank relatif lebih tinggi daripada pendapatan operasional nonbunga sehingga net pendapatan operasional nonbunga adalah negatif (-2,32%). Dengan demikian, total net pendapatan operasional bank hanya sekitar 1,57%. Setelah
Aset lainnya: tagihan akseptasi, penyertaan, cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan, aset tidak berwujud, aset tetap dan inventaris, properti terbengkalai, aset yang diambil alih, rekening tunda, aset antar kantor, cadangan kerugian penurunan nilai aset lainnya, aset pajak tangguhan, dan rupa-rupa aset. 7
Kewajiban lainnya: kewajiban akseptasi, setoran jaminan, kewajiban antarkantor, kewajiban pajak tangguhan, dan rupa-rupa kewajiban. 8
9
Berdasarkan paper King (2010) dan Swamy (2014).
21
ditambahkan pendapatan non-operasional dan dikurangi pajak, laba bersih bank dibandingkan total aset (ROA) adalah sekitar 1,25%. ROA representative bank di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan ROA di India (0,84%) dan di negara OECD (0,8%). Selain karena total labanya lebih tinggi, tingginya ROA di Indonesia juga diakibatkan oleh relatif lebih rendahnya rata-rata tax rate yang dikeluarkan bank (di Indonesia hanya sekitar 23% sementara di negara lain 33%). Dengan menggunakan neraca dan laporan laba rugi representative bank di atas, dilakukan simulasi atas dampak kebijakan kenaikan aturan 1% modal CAR terhadap spread suku bunga bank (Tabel 5). Terdapat dua pendekatan, yaitu (i) apabila bank tidak menaikkan suku bunga dan ROE-nya berkurang dan (ii) apabila bank mempertahankan ROE-nya dengan menaikkan suku bunga. Pendekatan pertama digambarkan dalam kolom B dan C. Kolom A merupakan nilai awal sebelum terjadi perubahan kebijakan modal yang nilainya berasal dari neraca dan laba rugi representative bank. Kolom B merupakan besar perubahan yang terjadi saat modal mengalami kenaikan sebesar 1%. Kolom C merupakan nilai-nilai komponen setelah mengalami perubahan kenaikan modal sebesar 1%. Pada kolom B terlihat bahwa dengan nilai ATMR sebesar 54,03% dari total aset, kenaikan modal sebesar 1% berdampak pada meningkatnya total modal sebesar 0,54% dari total aset. Dengan asumsi besar total aset tidak berubah, peningkatan jumlah modal membuat bank dapat menurunkan besar pinjaman dengan nilai yang sama dengan bertambahnya total modal. Penurunan nilai pinjaman berdampak pada berkurangnya besar beban bunga sebesar 0,03% sehingga terjadi kenaikan laba tahun berjalan sejumlah 0,03%. Setelah dikurangi dengan pajak, diperoleh nilai laba bersih mengalami kenaikan sebesar 0,02% menjadi 1,24%. Meskipun laba bersih menjadi semakin tinggi, karena adanya kenaikan total modal menjadi 14,84%, nilai ROE bank turun sebesar 0,15% menjadi 8,39%. Selanjutnya, perhitungan dengan pendekatan kedua diilustrasikan dalam kolom D dan E. Kolom D merupakan perubahan tiap-tiap komponen apabila terjadi kenaikan modal. Namun, ROE dikembalikan nilainya seperti nilai awal. Kolom E memperlihatkan bagaimana bank dapat mempertahankan penurunan ROE dengan meningkatkan spread suku bunga. Sebagai upaya untuk menjaga dan mengembalikan nilai ROE menjadi seperti nilai awal, laba bersih harus mengalami peningkatan sebesar 0,05%. Laba tahun berjalan meningkat menjadi 1,27% (naik sebesar 0,06%). Dengan asumsi tidak terjadi perubahan net
22
pendapatan operasional nonbunga dan net pendapatan non-operasional, nilai pendapatan bunga yang diperlukan untuk mencapai laba tersebut adalah sebesar 8,68%. Dengan total kredit sebesar 49,84% dari total aset, besar kenaikan lending spreads yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan bunga tersebut adalah sebesar 6 basis poin (bps). Karena hubungan perhitungan dampak kenaikan modal dengan menggunakan metode ini bersifat linier, dengan kenaikan setiap 1% modal CAR akan mengakibatkan kenaikan lending spread dengan kelipatan sekitar 6 bps. Dampak kenaikan modal sebesar 2% akan mengakibatkan kenaikan lending spread sebesar 11,56 bps. Analisis di atas dilakukan dengan asumsi bahwa bank tidak menginginkan penurunan ROE dan suku bunga pinjaman tidak berubah. Asumsi tersebut sangat konservatif karena seharusnya dengan modal yang lebih tinggi, risiko bank untuk default menjadi semakin rendah. Dengan risiko yang semakin rendah, ekspektasi ROE yang ditargetkan bank semestinya bisa lebih rendah. Suku bunga pinjaman juga bisa turun karena pihak yang memberikan pinjaman pada bank melihat bahwa risiko bank berkurang. Terkait dengan pemikiran tersebut, dilakukan simulasi tambahan, yaitu apabila ROE dan suku bunga pinjaman diasumsikan mengalami penurunan sebesar 5, 10, dan 15 bps untuk setiap kenaikan 1 pp ketentuan modal. Tabel 5 menunjukan bahwa kenaikan lending spread tidak akan sebesar saat ROE dan bunga pinjaman diasumsikan tidak mengalami perubahan. Jika ROE dan suku bunga pinjaman turun sebesar 5 bps untuk setiap kenaikan 1pp aturan modal, lending spread akan mengalami kenaikan sebesar 3,9 bps. Makin besar penurunan ROE dan suku bunga pinjaman, peningkatan lending spread akan semakin kecil.
23
Tabel 5. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal
Tabel 6. Dampak Kenaikan Aturan Modal terhadap Peningkatan Spread Suku Bunga (dalam bps)
4.3 Hasil Simulasi Representative Bank Berdasarkan BUKU Untuk melihat variasi dampak kenaikan modal terhadap lending spread perbankan di Indonesia terhadap spread suku bunga tiap-tiap kelompok bank, dilakukan penyusunan neraca dan laba rugi representative bank berdasarkan BUKU (dapat dilihat pada bagian lampiran). Komposisi neraca dan laba rugi bank
24
yang berbeda-beda membuat dampak kenaikan modal terhadap tiap-tiap BUKU bervariasi.
Tabel 7. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 1
Tabel 8. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 2
25
Tabel 9. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 3
Tabel 10. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 4
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7 sampai dengan Tabel 10, dapat dilihat bahwa kenaikan 1% aturan kecukupan modal memberikan dampak yang berbeda terhadap tiap-tiap BUKU. Apabila bank tidak menaikkan spread suku bunganya, peningkatan aturan modal sebesar 1% akan membuat penurunan ROE
26
yang besar (-1,18%) pada bank BUKU 4. Sementara itu, penurunan ROE terkecil dialami oleh BUKU 1 (-0,04%). Selanjutnya apabila bank merespons dengan menaikkan lending spread, besarnya kenaikan lending spread ini akan sangat sensitif terhadap besarnya penurunan nilai ROE. BUKU 1 akan melakukan kenaikan lending spread yang paling kecil (0,01%), sedangkan BUKU 4 akan menaikkan lending spread paling besar (0,32%). Menurut King (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan besarnya kenaikan lending spread antara lain proporsi kredit/total aset, perbedaan ATMR/total aset, dan perbedaan ROE awal bank. Untuk itu, berikut perbandingan variabel-variabel tersebut untuk industri bank, tiap-tiap BUKU bank dan hasil yang diperoleh dari paper rujukan.
Tabel 11. Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Lending Spread
Plot dari hubungan variabel-variabel tersebut terhadap perubahan lending spread ditampilkan dalam grafik di bawah ini.
35.00
Ξ Lending Spreads (bps)
30.00 25.00 20.00 15.00
10.00 RΒ² = 0.4501 5.00 0.00 30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
ATMR/Asset (%)
27
Grafik 7. Plot Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Lending Spread
Berdasarkan plot di atas, terlihat bahwa variabel yang menjadi pembeda besar perubahan lending spread yang diperlukan adalah variabel ROE. Secara umum, semakin tinggi ROE bank semakin besar perubahan spread suku bunga akibat peningkatan ketentuan modal.
4.4 Hasil Estimasi Ekonometrika Pengujian ekonometrika dilakukan untuk menambah analisis dampak perubahan aturan modal terhadap suku bunga kredit dan diharapkan dapat bermanfaat dalam penyusunan framework Financial Macro-econometric Model (FMM) yang sedang disusun. Terdapat dua alternatif model yang digunakan, yaitu menggunakan fixed effect panel data dan random effect panel data. Fixed effect panel
data
digunakan
untuk
mengakomodasi
adanya
perbedaan
perilaku
antarindividual bank sebagaimana yang diasumsikan dalam FMM, sedangkan random effect panel data digunakan karena berdasarkan pengujian Hausman diperoleh simpulan bahwa metode tersebut lebih baik untuk digunakan. Hasil kedua metode tersebut relatif sama.
Tabel 12. Hasil Estimasi Dampak Aturan Modal terhadap Suku Bunga Kredit Variabel
Fixed Effect
Random Effect
C
9.21***
9.18***
Suku bunga deposito (-1)
0.65***
0.65***
NPL (-1)
0.07***
0.07***
Perubahan aturan CAR(-3)
0.15***
0.15***
28
Berdasarkan hasil estimasi tersebut terlihat bahwa dampak perubahan aturan CAR terhadap suku bunga relatif kecil dan memerlukan waktu sekitar tiga triwulan. Dengan asumsi cateris paribus, 1% perubahan aturan CAR akan menyebabkan kenaikan suku bunga kredit sebesar 0,15%.
29
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Penelitan ini memberikan perhitungan awal mengenai dampak perubahan
kebijakan kecukupan modal terhadap spread suku bunga bank. Beberapa simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 % peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) dapat di-cover dengan menaikkan spread suku bunga sebesar 6 basis point (bps). Hasil perhitungan tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa return on equity (ROE) dan biaya pinjaman bank tidak berubah serta tidak terdapat perubahan dalam total aset dan biaya non-operasional bank. Jika ROE dan biaya pinjaman diasumsikan berubah, dampak terhadap spread suku bunga akan menjadi lebih kecil. 2. Dengan
menggunakan
metode
yang
sama
untuk
representative
bank
berdasarkan BUKU, diperoleh bahwa BUKU 1 memerlukan kenaikan lending spread yang paling kecil (1 bps), diikuti oleh BUKU 2 (7bps), BUKU 3 (11 bps), dan BUKU 4 memerlukan kenaikan lending spread paling besar (32 bps). Faktor yang mempengaruhi perbedaan dampak peningkatan aturan kecukupan modal ini adalah ROE bank saat ini. Semakin tinggi ROE, semakin tinggi pula kenaikan spread suku bunga yang diperlukan. 3. Analisis tambahan menggunakan metode ekonometrika panel data memberikan hasil bahwa dampak perubahan aturan CAR terhadap suku bunga relatif kecil dan memerlukan waktu sekitar tiga triwulan. Dengan asumsi cateris paribus, 1% perubahan aturan CAR akan menyebabkan kenaikan suku bunga kredit sebesar 0,15%. 4. Terkait dengan kegunaan penelitian ini untuk penyempurnaan framework FMM, dapat disimpulkan bahwa CAR dapat dipertimbangkan sebagai variabel penjelas dalam estimasi spread suku bunga meskipun dampaknya relatif kecil.
5. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara lain sebagaimana dijelaskan dalam studi literatur. Namun, dampak peningkatan rasio kecukupan modal di Indonesia (6 bps) relatif lebih kecil daripada di negara-negara OECD (15 bps) dan di India (11,4 bps). Hal itu diperkirakan ROE representative bank di kedua negara tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan di Indonesia.
30
5.2 Saran Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengestimasi respons bank terhadap perubahan ketentuan modal dengan pendekatan yang practical but acceptable sehingga memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan utama adalah asumsi bahwa kenaikan biaya akibat kenaikan modal hanya ditransmisikan terhadap nasabah melalui kenaikan suku bunga kredit. Sehubungan dengan keterbatasan tersebut, terdapat beberapa saran yang dapat digunakan dalam penelitian-penelitian
selanjutnya,
khususnya
ketika
regulator
ingin
mengimplementasikan kebijakan kecukupan modal yang baru, antara lain adalah sebagai berikut. (1) Melakukan survei terhadap bank mengenai respons/strategi mereka atas rencana implementasi aturan kecukupan yang baru berdasarkan Basel III. Dari survei tersebut dapat dianalisis respons aktual dari bank seperti menurunkan
suku
bunga
dana,
melakukan
realokasi
aset,
atau
menurunkan biaya operasional. (2) Melakukan analisis backtesting terhadap respons individual bank atas perubahan aturan kecukupan modal yang diberlakukan pada tahun 2012Q4. Hal itu dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan pada komponen neraca, laba rugi, serta kinerja bank setelah pemberlakuan aturan baru tersebut. Terkait
dengan
penyempurnaan
framework
FMM,
penelitian
ini
menyarankan untuk memasukan variabel CAR dalam melakukan estimasi suku bunga.
31
DAFTAR PUSTAKA
Dewati, Wahyu et. al. 2009. βRevisiting Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia: Bukti Empiris dengan pendekatan VAR dan Panel Dataβ. Working Paper Bank Indonesia Elliott D J. 2010.βQuantifying the effects on lending of increase capital requirementsβ. The Brookings Institutions, 21 September. Gunadi I, Deriantino E dan dan Budiman. 2011. βIncreasing Banking Capital for Promoting Financial Stability and Banking Response to Monetary Policy: Evidence from Indonesiaβ. Working Paper Bank Indonesia King, Michael R. 2010.βMapping Capital and Liquidity Requirements to Bank Lending Spreadsβ. BIS Working Papers No. 324 November 2010. Modigliani, F and Merton H. Miiler. 1958. βThe Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of Investmentβ The American Economic Review, Vol. 48, No. 3 (Jun., 1958), pp. 261-297 Purwanto, M. Noor Adhi.2009. β Faktor-faktor Penentu Spread Suku Bunga Bankβ. Occasional Paper Bank Indonesia Repullo R and Suarez J. 2004.βLoan pricing under Basel capital requirementsβ, Journal of Financial Intermediation 13(4): 496β521. Ruthenberg D and Landskroner Y. 2008. βLoan Pricing under Basel II in an Imperfectly Competitive Banking Marketβ, Journal of Banking and Finance 32: 2725β2733. Swamy, Vighneswara. 2014. βModelling the Impact of New Capital Regulations on Bank Profitabilityβ. MPRA Paper No. 58298 September 2014.
32
LAMPIRAN
Perubahan Ketentuan Aturan Modal di Indonesia Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 Nomor 10/15/PBI/2008 Nomor 14/18/PBI/2012 Nomor 15/12/PBI/2013
Pasal
Periode Berlaku
KPMM
Pasal 2 Ayat (1)
2001q4 β 2008q3
8% dari ATMR
Pasal 2 Ayat (1)
2008q4 β 2012q3
8% dari ATMR
Pasal 2 Ayat (3)
2012q4 β 2013q3
Pasal 2 Ayat (3)
2013q4 sekarang
8% dari ATMR β ditambah adds on sesuai profil risiko 8% dari ATMR β ditambah adds on sesuai profil risiko
33
Neraca dan Laporan Laba Rugi Representative Bank Masing-masing BUKU BUKU1 (dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain) Neraca Keuangan Kas dan penempatan di BI Penempatan di Bank Lain Surat-surat Berharga Kredit Asset lainnya Total Asset Dana Pihak Ketiga Kewajiban pada bank lain Kewajiban pada BI Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif Pinjaman Kewajiban lainnya Total Kewajiban (Total Liabilities) Modal (Total Equity) Penyesuaian Modal Total Modal Total Kewajiban dan Total Modal RWA/Total Asset KPMM/Total Asset KPMM/RWA KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier)
2010 18.23 6.65 6.56 51.42 17.15 100.00
2011 19.00 6.20 6.87 50.85 17.07 100.00
2012 15.54 6.23 6.43 53.08 18.72 100.00
2013 12.51 4.90 6.88 55.89 19.82 100.00
2014 13.27 5.33 7.22 54.21 19.97 100.00
Rata2 15.71 5.86 6.79 53.09 18.55 100.00
62.26 4.54 0.02 0.82 0.55 16.32 84.50
62.96 4.83 0.01 0.71 0.68 16.08 85.25
61.17 5.76 0.00 0.83 0.59 17.78 86.13
60.66 5.04 0.05 0.70 0.48 19.05 85.98
61.64 4.35 0.00 0.75 0.47 19.83 87.04
61.74 4.90 0.01 0.76 0.55 17.81 85.78
15.50 0.00 15.50 100.00
14.75 0.00 14.75 100.00
13.87 0.00 13.87 100.00
14.02 0.00 14.02 100.00
12.96 0.00 12.96 100.00
14.22 0.00 14.22 100.00
55.50 16.46 29.65 25.20
55.31 13.98 25.27 24.04
53.68 12.99 24.20 21.82
55.70 13.23 23.75 20.86
54.23 11.61 21.40 19.48
54.88 13.65 24.87 22.28
Laba - Rugi Pendapatan Bunga Beban Bunga Net Pendapatan Bunga (1-2)
2010 10.76 5.59 5.28
2011 10.05 5.56 4.58
2012 10.00 5.61 4.47
2013 10.33 5.79 4.60
2014 11.09 6.93 4.20
Rata2 10.45 5.90 4.55
Pendapatan Operasional Non Bunga Biaya Operasional Non Bunga Net Pendapatan operasional non-bunga Net Pendapatan operasional
1.33 5.15 -3.82 1.46
1.00 4.08 -3.09 1.50
0.94 3.94 -3.01 1.46
0.68 3.83 -3.16 1.44
0.65 3.69 -3.04 1.16
0.92 4.14 -3.22 1.33
Pendapatan non-operasional Beban non-operasional Net Pendapatan non-operasional
0.44 0.47 -0.03
0.44 0.35 0.09
0.37 0.33 0.04
0.40 0.32 0.08
0.37 0.34 0.03
0.40 0.36 0.04
Total laba (Laba tahun berjalan) Pajak tahun berjalan Laba Bersih
1.42 0.32 1.11
1.59 0.36 1.23
1.50 0.33 1.18
1.53 0.32 1.20
1.19 0.25 0.93
1.44 0.32 1.13
7.14 22.35
8.32 22.60
8.48 21.67
8.58 21.13
7.18 21.51
7.94 21.87
ROE Tax Rate
34
BUKU 2 (dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain) Neraca Keuangan Kas dan penempatan di BI Penempatan di Bank Lain Surat-surat Berharga Kredit Asset lainnya Total Asset Dana Pihak Ketiga Kewajiban pada bank lain Kewajiban pada BI Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif Pinjaman Kewajiban lainnya Total Kewajiban (Total Liabilities) Modal (Total Equity) Penyesuaian Modal Total Modal Total Kewajiban dan Total Modal RWA/Total Asset KPMM/Total Asset KPMM/RWA KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier)
2010 13.18 8.62 11.21 45.18 21.81 100.00
2011 13.53 7.69 11.04 45.63 22.11 100.00
2012 12.12 6.63 8.95 49.09 23.21 100.00
2013 10.45 5.34 10.15 51.05 23.01 100.00
2014 10.13 5.24 10.30 49.31 25.01 100.00
Rata2 11.88 6.71 10.33 48.05 23.03 100.00
53.21 4.52 0.00 0.88 0.82 22.01 81.43
54.13 3.19 0.00 1.20 1.41 24.34 84.27
53.03 4.40 0.18 1.06 1.13 24.79 84.58
50.28 3.83 0.00 2.01 1.15 25.23 82.51
49.17 4.17 0.00 1.27 2.13 27.42 84.16
51.96 4.02 0.04 1.28 1.33 24.76 83.39
17.76 0.81 18.57 100.00
14.89 0.84 15.73 100.00
14.63 0.79 15.42 100.00
16.84 0.65 17.49 100.00
15.13 0.72 15.84 100.00
15.85 0.76 16.61 100.00
55.43 17.70 31.94 23.62
55.72 14.29 25.65 23.53
54.18 13.88 25.61 24.03
56.02 16.19 28.91 22.84
54.99 14.47 26.32 24.93
55.27 15.31 27.70 23.79
Laba - Rugi Pendapatan Bunga Beban Bunga Net Pendapatan Bunga (1-2)
2010 8.18 4.18 4.00
2011 7.69 4.14 3.55
2012 7.46 4.04 3.41
2013 7.48 3.97 3.51
2014 8.06 4.65 3.41
Rata2 7.77 4.20 3.57
Pendapatan Operasional Non Bunga Biaya Operasional Non Bunga Net Pendapatan operasional non-bunga Net Pendapatan operasional
2.48 4.46 -1.98 2.02
2.22 4.04 -1.82 1.73
2.05 3.81 -1.77 1.65
2.76 4.63 -1.87 1.64
3.08 4.70 -1.62 1.79
2.52 4.33 -1.81 1.76
Pendapatan non-operasional Beban non-operasional Net Pendapatan non-operasional
0.20 0.14 0.06
0.16 0.08 0.09
0.14 0.09 0.05
0.25 0.13 0.12
0.15 0.14 0.02
0.18 0.12 0.07
Total laba (Laba tahun berjalan) Pajak tahun berjalan Laba Bersih
2.07 0.51 1.57
1.82 0.43 1.38
1.70 0.41 1.29
1.76 0.44 1.32
1.80 0.44 1.36
1.83 0.45 1.38
8.44 24.44
8.80 23.79
8.35 24.24
7.56 24.81
8.59 24.46
8.33 24.35
ROE Tax Rate
35
BUKU 3 (dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain) Neraca Keuangan Kas dan penempatan di BI Penempatan di Bank Lain Surat-surat Berharga Kredit Asset lainnya Total Asset Dana Pihak Ketiga Kewajiban pada bank lain Kewajiban pada BI Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif Pinjaman Kewajiban lainnya Total Kewajiban (Total Liabilities) Modal (Total Equity) Penyesuaian Modal Total Modal Total Kewajiban dan Total Modal RWA/Total Asset KPMM/Total Asset KPMM/RWA KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier)
2010 10.04 3.35 8.94 47.82 29.86 100.00
2011 10.92 2.10 8.23 48.61 30.14 100.00
2012 10.07 1.84 8.86 48.22 31.01 100.00
2013 8.60 1.99 9.76 50.50 29.16 100.00
2014 7.77 1.47 9.61 52.57 28.58 100.00
Rata2 9.48 2.15 9.08 49.54 29.75 100.00
53.51 3.19 0.12 1.79 2.09 29.70 90.39
50.69 2.48 0.07 1.96 5.09 29.90 90.19
49.20 3.02 0.04 1.79 5.47 31.13 90.65
49.86 1.88 0.03 2.62 6.13 29.58 90.10
49.37 1.78 0.03 1.99 6.65 29.49 89.32
50.53 2.47 0.06 2.03 5.09 29.96 90.13
9.58 0.03 9.61 100.00
9.76 0.04 9.81 100.00
9.30 0.05 9.35 100.00
9.88 0.02 9.90 100.00
10.63 0.04 10.68 100.00
9.83 0.04 9.87 100.00
48.67 9.87 20.27 20.03
52.45 8.98 17.12 17.09
49.48 8.51 17.20 17.34
52.75 9.29 17.61 17.52
55.49 9.92 17.88 17.65
51.77 9.31 17.99 17.93
Laba - Rugi Pendapatan Bunga Beban Bunga Net Pendapatan Bunga (1-2)
2010 7.37 4.26 3.11
2011 7.21 4.27 2.95
2012 6.66 3.76 2.90
2013 6.98 4.14 2.84
2014 8.07 5.18 2.89
Rata2 7.26 4.32 2.94
Pendapatan Operasional Non Bunga Biaya Operasional Non Bunga Net Pendapatan operasional non-bunga Net Pendapatan operasional
2.70 4.32 -1.62 1.49
2.13 3.65 -1.52 1.43
1.62 3.01 -1.39 1.51
1.99 3.39 -1.40 1.44
1.86 3.47 -1.61 1.28
2.06 3.57 -1.51 1.43
Pendapatan non-operasional Beban non-operasional Net Pendapatan non-operasional
0.50 0.50 0.00
0.63 0.52 0.12
0.52 0.46 0.06
0.57 0.52 0.05
0.54 0.55 -0.01
0.55 0.51 0.04
Total laba (Laba tahun berjalan) Pajak tahun berjalan Laba Bersih
1.49 0.32 1.17
1.54 0.36 1.18
1.57 0.37 1.19
1.49 0.34 1.15
1.27 0.28 0.98
1.47 0.34 1.14
12.13 21.56
12.08 23.28
12.76 23.91
11.62 22.77
9.22 22.34
11.51 22.80
ROE Tax Rate
36
BUKU 4 (dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain) Neraca Keuangan Kas dan penempatan di BI Penempatan di Bank Lain Surat-surat Berharga Kredit Asset lainnya Total Asset Dana Pihak Ketiga Kewajiban pada bank lain Kewajiban pada BI Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif Pinjaman Kewajiban lainnya Total Kewajiban (Total Liabilities) Modal (Total Equity) Penyesuaian Modal Total Modal Total Kewajiban dan Total Modal RWA/Total Asset KPMM/Total Asset KPMM/RWA KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier)
2010 10.60 2.77 10.23 29.65 46.75 100.00
2011 11.93 1.85 10.11 33.45 42.66 100.00
2012 10.43 1.58 9.46 36.63 41.90 100.00
2013 8.34 1.54 9.19 41.05 39.88 100.00
2014 8.03 1.50 10.26 37.90 42.30 100.00
Rata2 9.86 1.85 9.85 35.74 42.70 100.00
44.92 0.73 0.02 0.06 0.71 47.57 94.01
47.45 0.90 0.02 0.03 1.05 43.49 92.93
48.18 0.71 0.01 0.12 0.84 42.60 92.46
49.34 0.68 0.01 0.53 1.01 40.30 91.87
47.03 0.78 0.02 0.89 1.30 41.96 91.98
47.38 0.76 0.02 0.32 0.98 43.18 92.65
5.99 0.00 5.99 100.00
7.07 0.00 7.07 100.00
7.54 0.00 7.54 100.00
8.13 0.00 8.13 100.00
8.02 0.00 8.02 100.00
7.35 0.00 7.35 100.00
33.56 5.37 15.99 16.49
40.55 5.76 14.22 14.54
41.01 6.41 15.63 15.69
44.84 7.17 15.98 15.93
41.36 7.09 17.15 17.08
40.26 6.36 15.79 15.95
Perbandingan Suku Bunga antar-BUKU
37