Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
DAMPAK KEUSANGAN PERSEDIAAN & PERPUTARAN PERSEDIAAN: STUDI EMPIRIS DI INDUSTRI FARMASI Fanny Noviani School of Accounting Harapan Bangsa Business School, Bandung Email:
[email protected] Bobby W Saputra School of Accounting Harapan Bangsa Business School, Bandung Email:
[email protected] Bambang Rismadi Jurusan Akuntansi STIE Ekuitas, Bandung Email:
[email protected]
ABSTRACT Inventory is one of the most influential element in the assets in the financial statements of a company. The main reason companies need to manage its inventory because the inventory is one of the largest investment companies, and this is around 25-30% of all assets. Inventories are assets that are sensitive to obsolescence, decline in market prices, theft and damage. The purpose of this study was to determine the impact of inventory obsolescence and inventory turnover of return on assets (ROA) in the pharmaceutical industry firms listed on the Indonesia Stock Exchange the period 2007-2011. The method in this research is descriptive method with quantitative approach. Tests are performed to analyze the test data is a multiple linear regression which included the t test, F test and the coefficient of determination test using SPSS. These results indicate that the inventory obsolescence (X1) and inventory turnover (X2) simultaneously significant effect on ROA (Y) by 28% while the remaining 72% is the influence of other variables not examined such as turnover, asset turnover and working capital. It is expected in the presence of so obsolete inventory management becomes less and less inventory turnover it will cause ROA to rise. Keywords: inventory, obsolescene, ROA, turnover.
ABSTRAK Persediaan merupakan salah satu unsur aset perusahaan yang sangat berdampak pada laporan keuangan suatu perusahaan. Alasan perusahaan harus mengatur persediaannya adalah karena persediaan merupakan salah satu investasi terbesar perusahaan, dan jumlahnya sekitar 25-30% dari seluruh aset. Persediaan merupakan aset yang sensitif terhadap keusangan, penurunan harga pasar, pencurian dan kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengujian yang dilakukan untuk menganalisis data adalah uji regresi linier berganda dimana di dalamnya termasuk uji t, uji F dan uji koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keusangan persediaan (X1) dan perputaran persediaan (X2) secara simultan berdampak signifikan terhadap ROA (Y) sebesar 28% sedangkan sisanya 72% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti seperti perputaran piutang, perputaran aset dan modal kerja. Diharapkan dengan adanya pengelolaan persediaan, persediaan usang menjadi lebih sedikit dan perputaran persediaan lebih kecil maka akan menyebabkan ROA meningkat. ISSN # 2252-6242
11
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Kata kunci: keusangan, perputaran, persediaan, ROA.
I.
PENDAHULUAN Dalam industri farmasi, jumlah persediaan yang terlalu banyak dapat membawa dampak buruk karena obat-obatan adalah barang yang memiliki tanggal kadaluwarsa, mudah mengalami kerusakan karena rentan dalam hal penyimpanan (www.farmasiku.com, 2011). Persediaan yang sudah kadaluwarsa tentunya tidak dapat dijual kembali dan menjadi beban yang mengurangi pendapatan perusahaan dalam bentuk persediaan usang. Fokus manajemen persediaan untuk menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan yang menyebabkan terhentinya proses produksi, menghitung jumlah persediaan agar biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar (Assauri, 2004). Tujuan dari manajemen persediaan adalah menyediakan suplai barang yang dibutuhkan dengan biaya yang minimum agar tidak ada persediaan yang terbuang dalam bentuk persediaan usang. Menurut Burja (2010) persediaan merupakan faktor penting dalam sebuah aset, jika diatur secara akurat dapat menentukan kinerja keuangan perusahaan. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat inkonsistensi hasil penelitian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samiloglu dan Demirgunes (2008) disebutkan bahwa inventory period (INVP) berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin tinggi perputaran persediaan yang dimiliki perusahaan, maka semakin rendah ROA, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Padachi (2006) inventory period memberikan pengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal ini mengandung arti apabila terjadi peningkatan perputaran persediaan, maka akan diikuti dengan peningkatan ROA. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Boute, Lambrechts dan Stercks (2007) bahwa kinerja berpengaruh negatif dengan persediaan dalam sebuah perusahaan. Dalam penelitian tersebut menlakukan perbandingan antara persediaan di industri whosale dan retail. Berdasarkan pendahuluan di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya manajemen persediaan yang baik maka akan berdampak pada kurangnya biaya-biaya yang tidak diperlukan serta menekan angka persediaan usang. Sedangkan perputaran persediaan yang baik dan memenuhi kebutuhan perusahaan juga berdampak pada ROA. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap ROA pada perusahaan terbuka di industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). II. II.1.
LANDASAN TEORI KEUSANGAN PERSEDIAAN Menurut Departemen Keuangan RI (2006) keusangan persediaan adalah persediaan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan operasional bukan hanya karena usianya tapi juga karena ketinggalan teknologi atau ketidaksesuaian spesifikasi.
II.2.
RISIKO DAN BIAYA PERSEDIAAN Manajemen persediaan yang efektif adalah pertukaran antara memiliki terlalu sedikit atau terlalu banyak persediaan. Untuk mencapai pertukaran ini harus dicermati risiko dan biaya yang terkait. Beberapa biaya seperti biaya pembelian dapat dihitung di awal dengan cermat namun biaya lainnya seperti biaya kerusakan barang akan diperhitungkan jika kemungkinan risiko terjadinya cukup besar. Ada lima kategori biaya yang berhubungan dengan menyimpan persediaan menurut Sundjaja dan Barlian (2003) adalah sebagai berikut: 1. Biaya bahan, biaya ini meliputi biaya pembelian barang ditambah biaya transportasi dan biaya penanganan barang. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian (dikurangi diskon) dan biaya ISSN # 2252-6242
12
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
pengiriman. 2. Biaya pesanan, biaya ini merupakan biaya variabel penempatan atau pesanan barang. Sebagai contoh, yang termasuk biaya pesanan adalah biaya pengetikan pesanan dan pemeriksaan barang ketika barang tiba. 3. Biaya penyimpanan, biaya ini merupakan biaya penyimpanan barang. Beberapa contoh biaya penyimpanan barang adalah: a. Biaya gudang, perusahaan memerlukan ruangan untuk penyimpanan barang dan mempekerjakan petugas untuk membersihkan, menghitung, memindahkan, mencatat dan menjaga barang. Aktivitas-aktivitas ini berkaitan dengan penanganan secara fisik dengan barang yang dikategorikan sebagai biaya gudang. b. Asuransi, perusahaan perlu melindungi barang-barang yang disimpan di gudang dari risiko kebakaran, pencurian, bencana alam atau hal-hal tak terduga lainnya. Premi asuransi tersebut merupakan biaya penyimpanan. c. Keusangan dan kerusakan, karena barang dalam persediaan memiliki kemungkinan tidak laku. Biaya keusangan merupakan biaya karena barang tidak dapat dijual yang disebabkan faktor pasar seperti ketinggalan mode, selera, dan faktor lainnya. Jika produk tersebut tidak dikehendaki lagi maka perusahaan harus menjual dengan potongan atau menghancurkannya. Kerusakan produk pun dapat terjadi ketika persediaan disimpan di gudang sehingga menyebabkan barang tidak dapat dijual kembali. d. Kehilangan, walaupun sudah banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjaga persediaan, kemungkinan barang hilang tetaplah ada. Biaya ini menjadi kerugian bagi perusahaan. 4. Dana yang tersimpan dalam persediaan ketika perusahaan memiliki persediaan sehingga dana tersebut tidak dapat digunakan untuk maksud lainnya. Sebagai contoh, jika perusahaan membeli persediaan dengan dana pinjaman maka perusahaan harus membayar bunga atas dana tersebut. Jika perusahaan menambah persediaan dengan menjual saham maka terdapat biaya kesempatan, yaitu kesempatan mendapat dividen. Apapun sumber dananya persediaan mengandung biaya yang menggunakan dana, kelebihan persediaan merupakan biaya yang tidak diperlukan. 5. Biaya kehilangan penjualan, hal ini terjadi apabila perusahaan kekurangan barang. Persediaan yang mencukupi mengurangi biaya tambahan persediaan dan mengurangi kehilangan penjualan karena kekurangan persediaan. II.3.
TINGKAT PERPUTARAN PERSEDIAAN Tingkat perputaran persediaan dapat diukur dengan rasio perputaran persediaan (inventory turnover). Perputaran persediaan adalah besarnya rasio harga pokok penjualan aras persediaan rata-rata selama periode tertentu. Rasio ini bertujuan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaannya. Rasio ini juga menggambarkan kecepatan perputaran persediaan sehingga semakin besar rasio akan semakin baik (Kuswadi, 2006). Tingkat perputaran persediaan dan hari dalam persediaan dapat dihitung dengan cara: Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = ........................................................(2.1) Rata - Rata Persediaan ISSN # 2252-6242
13
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Hari dalam Persediaan =
365 Perputaran Persediaan ..........................................................(2.2)
Pengertian harga pokok penjualan menurut Bustami dan Nurlela (2007) adalah harga pokok produk yang sudah terjual dalam periode waktu berjalan yang diperoleh dengan menambahkan harga pokok produksi dengan persediaan produk selesai awal dan dikurangi dengan persediaan produk akhir. Rata-rata persediaan dihitung dengan cara menambahkan persediaan di awal periode dengan persediaan di akhir periode lalu dibagi dua. Rasio perputaran persediaan menunjukkan apabila semakin cepat perputarannya semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat dan efektif sehingga menghasilkan laba. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan oleh Warren, et al., (2005) bahwa perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. II.4.
RETURN ON ASSET (ROA) Untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat menggunakan pendekatan berdasarkan rasio. Produktivitas aset keseluruhan dapat dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas total aset (ROA), selain itu ROA dapat diartikan sebagai tingkat efektivitas pengelolaan aset perusahaan. Semakin besar nilai ROA maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aset yang ada untuk mendapatkan laba bersih (Mardiyanto, 2009).
ROA merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba setelah bunga dan pajak. ROA dihitung dengan rumus berikut:
ROA =
Laba Bersih x 100% .........................................................................(2.3) Total Aset
II.5.
PENELITIAN SEBELUMNYA Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang juga memberikan dasar atas penelitian yang sedang dilakukan sekarang ini. Tabel 2.1: Penelitian Sebelumnya Variabel dan Hasil Penelitian Indikator Variabel X: • Manajemen persediaan yang diukur Manajemen dengan perputaran persediaan Persediaan, dengan menunjukkan rata-rata 15,55 kali indikator perputaran perputaran persediaan persediaan • ROI rata-rata pada perusahaan Variabel Y: Tingkat industri makanan dan minuman Pengembalian sebesar 9,98%. Investasi dengan indikator ROI • Manajemen persediaan memiliki pengaruh sebesar 31,25% dengan tingkat pengembalian investasi. Nopy Sukmana Putri Variabel X1: • Tingkat perputaran persediaan (2011) di dalam Perputaran mengalami fluktuasi namun tetap penelitiannya yang persediaan, dengan tinggi dan dapat menghasilkan laba.
Penulis dan Judul No Penelitian 1 Mulyasari (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Persediaan Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi (Kasus pada perusahaan industri makanan dan minuman di BEI)” 2
ISSN # 2252-6242
14
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
No
Penulis dan Judul Penelitian berjudul “Dampak Perputaran Persediaan dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Divisi Mijas PT. Pindad Persero Bandung)”
Variabel dan Indikator indikator rasio perputaran persediaan Variabel X2: Likuiditas, dengan indikator current ratio
Hasil Penelitian •
Perusahaan dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya hal ini dipengaruhi oleh manajemen persediaan yang baik sehingga menghasilkan modal kerja berupa kas.
•
Perputaran persediaan berpengaruh signifikan pada profitabilitas secara simultan memberikan pengaruh pada ROA. Namun jika likuiditas meningkat maka profitabilitas menurun. Variabel perputaran aset tetap memiliki hubungan negatif dengan ROI namun tidak signifikan.
Variabel Y: Profitabilitas, dengan indikator ROA 3.
Yenni Andriani (2009) didalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Hubungan Rasio Aktivitas Terhadap Kemampulabaan Pada PT. Unilever Indonesia, Tbk”
Variabel X1: Perputaran Aset Tetap
•
Variabel X2 : Perputaran Total Aset
•
Variabel perputaran total aset memiliki hubungan positif dengan ROI namun tidak signifikan.
Variabel X3 : Rasio Perputaran Piutang
•
Variabel perputaran piutang memiliki hubungan negatif dengan ROI dan signifikan.
Variabel X4 : Rasio Perputaran Persediaan
4.
5.
Muhammad Iswandi (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perputaran Persediaan Dampaknya Terhadap Laba Bersih Pada Apotek Nusa Indah Bandung” Niken Hastuti (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan
ISSN # 2252-6242
Variabel Y : ROI Variabel X1: Perputaran Persediaan Variabel Y: Laba Bersih
Variabel X1: Periode Perputaran Persediaan
•
Variabel perputaran persediaan memiliki hubungan negatif terhadap ROI namun tidak signifikan. Variabel perputaran persediaan memiliki dampak negatif terhadap laba bersih namun tidak signifikan, hal ini mungkin disebabkan karena adanya persediaan usang yang mengurangi laba bersih.
•
Variabel periode perputaran persediaan, periode perputaran
•
hutang dagang, rasio lancar, leverage, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap ROA.
•
Berdasarkan hasil uji t, variabel periode perputaran persediaan,
Variabel X2: Periode Perputaran Hutang Variabel X3: Rasio Lancar
15
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
No
Penulis dan Judul Penelitian Penjualan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008)”
Variabel dan Indikator Variabel X4: Leverage, dengan indikator rasio utang Variabel X5: Pertumbuhan Penjualan
Hasil Penelitian periode perputaran hutang dagang, rasio lancar dan leverage memiliki koefisien regresi yang negatif. Sedangkan pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi yang positif.
Variabel X6: Ukuran Perusahaan
Variabel Y: Profitabilitas, dengan indikator ROA Sumber: Andriani (2009), Hastuti (2010), Mulyasari (2010), Iswandi (2010), Putri (2011) II.6.
KERANGKA KONSEPTUAL Gambar 2.1: Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2011) kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Penelitian ini mengkaji tentang keusangan persediaan dan perputaran persediaan yang mungkin memiliki dampak terhadap ROA suatu perusahaan. Nilai persediaan dalam suatu perusahaan berbeda-beda jumlahnya, namun persediaan memiliki nilai yang cukup besar sekitar 25-35% dari total aset. II.7.
HIPOTESA Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut: H1 : Ada dampak yang signifikan dari keusangan persediaan terhadap ROA pada perusahaan terbuka di industri farmasi yang terdaftar di BEI. H2 : Ada dampak yang signifikan dari perputaran persediaan terhadap ROA pada perusahaan terbuka di industri farmasi yang terdaftar di BEI. H3 : Ada dampak yang signifikan dari keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap ROA pada perusahaan terbuka di industri farmasi yang terdaftar di BEI. ISSN # 2252-6242
16
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
III. METODE PENELITIAN III.1. OBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah 6 perusahaan terbuka di industri farmasi yang terdaftar di BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data persediaan usang, perputaran persediaan, dan ROA. Perusahaan tersebut adalah PT. Indofarma, Tbk, PT. Kimia Farma, Tbk, PT. Merck, Tbk, PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk, PT. Tempo Scan Pacific, Tbk dan PT. Kalbe Farma, Tbk. III.2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk melakukan analisa data dengan cara memberikan deskripsi. III.3. OPERASIONAL VARIABEL Untuk mempermudah mendapatkan data bagi masalah dalam penelitian, perlu adanya operasionalisasi variabel. Operasionalisasi variabel ini memecah variabel-variabel yang terkandung dalam masalah menjadi bagian-bagian kecil. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan operasionalisasi masing-masing variabel.
Variabel Keusangan Persediaan (X1)
Perputaran Persediaan (X2)
ROA (Y)
Tabel 3.1: Operasionalisasi Variabel Konsep Variabel Indikator Persediaan yang telah usang adalah persediaan yang tidak dapat dimanfaatkan Penyisihan persediaan untuk kegiatan operasional bukan hanya usang per karena usianya tapi juga karena ketinggalan total persediaan teknologi atau ketidaksesuaian spesifikasi. (Departemen Keuangan RI, 2006) Rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran persediaan sehingga semakin Harga pokok penjualan besar maka semakin baik. per rata-rata persediaan (Kuswadi, 2006) Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan ROA = laba bersih per dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. total aset (Harahap, 2009)
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
Sumber: Departemen Keuangan RI (2006), Kuswadi (2006), Harahap (2009)
III.4. JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui beragam sumber literatur, buku, serta dokumen-dokumen perusahaan (Sugiyono, 2011). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan konsolidasi yang telah diaudit dan berbagai artikel yang berhubungan dengan data perusahaan yang diperoleh dari internet dan studi literatur. Sumber data penelitian berupa laporan keuangan perusahaan industri farmasi pada periode 2007-2011 yang diperoleh dari situs BEI (www.idx.co.id). III.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan mencari data dan menyelidiki hal-hal yang berupa catatan, transkrip, bukubuku, majalah, dokumen, peraturan dan sebagainya (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini data diambil dari laporan keuangan perusahaan industri farmasi yang terdaftar di BEI melalui situs www.idx.co.id.
ISSN # 2252-6242
17
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
III.6. POPULASI DAN SAMPEL Di dalam penelitian ini, populasinya meliputi perusahaan terbuka di industri farmasi yang terdaftar di BEI (www.sahamok.com, 2012). Teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini berdasarkan kepada teknik purposive sampling mengingat memang pengumpulan sampel ini memiliki maksud atau tujuan tertentu. (Sugiyono, 2011). Kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang terdaftar di industri farmasi di BEI periode tahun 2007-2011. 2. Memiliki kelengkapan data-data yang akan diteliti. 3. Memiliki nilai ROA yang positif. Berdasarkan kriteria sampel di atas, maka daftar perusahaan yang menjadi sampel adalah sebagai berikut: Tabel 3.2: Sampel Perusahaan Farmasi No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan 1. PT. Indofarma (Persero), Tbk INAF 2. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk KAEF 3. PT. Merck, Tbk MERK 4. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk SQBI 5. PT. Tempo Scan Pacific, Tbk TSPC 6. PT. Kalbe Farma, Tbk KLBF Sumber: www.idx.co.id, 2010, data diolah
Tanggal Listing 17-04-2001 04-07-2001 23-07-1981 29-03-1983 17-06-1994 30-07-1991
III.7. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian adalah alat atau perangkat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lengkap, cermat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian dapat berupa lembar observasi, survei, kuisioner dan wawancara. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan berupa uji statistik dengan software SPSS. III.8. METODE ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka. Dalam penelitian ini dilakukan analisis atas data-data keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan analisis dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap ROA. Menurut Sugiyono (2011) dalam analisis kuantitatif, analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan non-parametris. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi atas data-data yang telah disajikan. III.8.1. METODE ANALISIS Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi Klasik Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi linier berganda sebagai alat untuk menganalisis dampak variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi tersebut diantaranya adalah: a. Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi ISSN # 2252-6242
18
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik (Wijaya, 2011). b. Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF nya kurang dari 5 maka dalam data tidak terdapat multikolinearitas (Wijaya, 2011). c. Uji Heteroskedastisitas untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masingmasing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) yang signifikan, kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (Gujarati, 2003). d. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi adanya autokorelasi dari suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya, akibatnya model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel terikat. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji run test. 2. Analisa Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menerangkan besarnya dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap ROA. III.8.2. PENGUJIAN HIPOTESIS Rancangan pengujian hipotesis ini dimulai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif lalu penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya dampak variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesa nol (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan, dan hipotesa alternatif (Ha) menunjukkan adanya dampak antara variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesa yang akan diuji dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesa Secara Simultan (Uji Statistik F) Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat maka pengujian dilakukan dengan uji statistik F dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa secara keseluruhan antara variabel bebas Keusangan Persediaan dan Perputaran Persediaan terhadap variabel terikat ROA. - H0: β1,2 = 0; tidak terdapat dampak yang signifikan antara Keusangan Persediaan dan Perputaran Persediaan terhadap ROA. - Ha: β1,2 ≠ 0; terdapat dampak yang signifikan antara Keusangan Persediaan dan Perputaran Persediaan terhadap ROA b. Menentukan nilai signifikansi ISSN # 2252-6242
19
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Nilai signifikansi ditentukan 5% atau 0,05 untuk mengetahui daerah Ftabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan. c. Menganalisa hasil regresi linear berganda dalam tabel Anova. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria: - H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α 5% untuk koefisien positif. - H0 ditolak jika Fhitung < Ftabel pada α 5% untuk koefisien negatif. - H0 ditolak jika nilai F-sign ≤ 0,05 2. Pengujian Hipotesa Secara Parsial (Uji Statistik t) Untuk menguji apakah ada dampak yang signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, selanjutnya pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa parsial antara variabel bebas keusangan persediaan terhadap variabel terikat ROA. Hipotesa statistik dari penelitian ini adalah: - H0 : β1 = 0; tidak terdapat dampak yang signifikan antara keusangan persediaan terhadap ROA. -
Ha : β1 ≠ 0; terdapat dampak yang signifikan antara keusangan persediaan terhadap ROA.
b. Menentukan hipotesa parsial antara variabel bebas perputaran persediaan terhadap variabel terikat ROA. Hipotesa statistik dari penelitian ini adalah: - H0: β2 = 0; tidak terdapat dampak yang signifikan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA. - Ha: β2 ≠ 0; terdapat dampak yang signifikan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA. c. Menentukan tingkat signifikan Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n-k-1, untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesa. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam suatu penelitian. d. Melakukan analisa hasil dari regresi linear berganda dalam tabel coefficients. Kemudian dibuat kesimpulan mengenai diterima atau tidaknya hipotesa setelah dibandingkan antara thitung dan ttabel dengan kriteria: - Ho ditolak jika thitung > ttabel pada α 5% untuk koefisien positif. - Ho ditolak jika thitung < ttabel pada α 5% untuk koefisien negatif. - Ho ditolak jika t-sign ≤ 0,05 3. Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R2) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang terbaik dalam analisa regresi dalam hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase dampak variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil uji ini akan diketahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Untuk menghindari bias, maka digunakan nilai adjusted R2 karena adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model. ISSN # 2252-6242
20
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. OBJEK PENELITIAN Berdasarkan data dari situs BEI (www.idx.co.id) jumlah perusahaan industri farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 tercatat sebanyak 9 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang diteliti sebanyak 6 perusahaan. Dengan demikian, jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 data yang diperoleh dari perkalian antara jumlah sampel dengan jumlah tahun dalam pengamatan; 6 perusahaan dikali 5 tahun pengamatan. IV.2. UJI ASUMSI KLASIK Sebelum menguji regresi linear berganda, diperlukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. IV.2.1. UJI NORMALITAS Gambar 4.1: Hasil Uji Normalitas
Sumber: Hasil SPSS, 2012, diolah Pada penelitian ini digunakan uji parametrik untuk menguji normalitas model regresi. Untuk pengujian normalitas data digunakan pendekatan P-P Plot antara expected cumulative probability dengan observed cumulative probability. Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat titik-titik koordinat antara nilai observasi dengan nilai ekspektasi menunjukkan penyebaran titiktitik di sekitar garis diagonal, sehingga mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas. IV.2.2. UJI HETEROSKEDASTISITAS Dalam model regresi yang baik diharapkan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat pola titik-titik pada scatterplot regresi. Seperti yang ditampilkan di dalam gambar berikut, hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan scatterplot pada regresi dapat diketahui bahwa pola titik menyebar acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan di dalam penelitian ini bebas dari gejala heteroskedastisitas.
ISSN # 2252-6242
21
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Gambar 4.2: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: SPSS, 2012, diolah IV.2.3. UJI MULTIKOLINEARITAS Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan tabel coefficients berikut ini dapat dilihat nilai VIF sebesar 1,032 yang berarti lebih kecil dari 5. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 4.1: Hasil Uji Multikolinearitas - Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model t Sig. Std. B Beta Tolerance VIF Error 1 (Constant) 42,281 8,703 4,858 ,000 X1 -,838 ,686 -,203 -1,223 ,232 ,969 1,032 X2 -5,317 1,945 -,454 -2,734 ,011 ,969 1,032 a.
Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah Tabel 4.2: Hasil Uji Multikolinearitas – Coefficient Correlationsa Model X2 X1 1 Correlations X2 1,000 -,177 X1 1,000 -,177 Covariances X2 3,781 -,236 X1 -,236 ,470 a.
Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah Berdasarkan tabel coefficient correlationsa diatas dapat dilihat walaupun tidak terjadi multikolinearitas, terdapat korelasi sesama variabel bebas sebesar -0,177. Berdasarkan hasil pada tabel colinearity diagnostic dibawah ini, dapat dilihat bahwa nilai eigenvalue sebesar 2,640 berada jauh di atas 0 pada model 1. Hal ini menunjukkan tidak ada pengeluaran variabel bebas. Dari seluruh hasil analisis uji multikolinearitas, disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
ISSN # 2252-6242
22
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Tabel 4.3: Hasil Uji Multikolinearitas - Collinearity Diagnostica Variance Proportions Condition Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) X1 X2 1 1 1,000 ,01 ,05 ,01 2,640 2 ,334 2,814 ,02 ,95 ,02 3 ,026 10,064 ,97 ,00 ,97 a.
Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah IV.2.4. UJI AUTOKORELASI Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas autokorelasi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila hasil menunjukkan probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima dan tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian, pengujian hipotesa sehubungan dengan autokorelasi adalah; H0: residual (res_1) acak Ha: residual (res_1) tidak acak Tabel 4.4: Hasil Uji Autokorelasi – Runs Testa X1 X2 a Test Value 2.05 4.62 Cases < Test Value 15 15 Cases >= Test Value 15 15 Total Cases 30 30 Number of Runs 14 16 Z -.557 .000 Asymp. Sig. (2-tailed) .577 1.000 a. Median
Sumber: SPSS, 2012, diolah Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada X1 sebesar 0,577 lebih besar dari 0,05 dan pada X2 sebesar 1,00 lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesa nol diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa residual acak/random atau tidak terjadi autokorelasi. Dari seluruh uji asumsi klasik yang dilakukan, seluruh uji asumsi klasik tidak bermasalah dan hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang ada layak dan dapat diuji ke dalam model regresi linier berganda. Untuk mengetahui hubungan dan dampak dari setiap variabel, akan dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan metode analisis regresi berganda secara parsial dan simultan. IV.3. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA Analisis regresi digunakan untuk menguji dampak variabel bebas yaitu keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap ROA dengan tingkat signifikansi sebesar 5 persen. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah: Y = a+b1X1+b2X2...……………………………………...…...……………………….(4.1) Dimana: Y = ROA; a = konstanta; X1 = keusangan persediaan; X2 = perputaran persediaan; b1,2: besaran koefisien regresi masing-masing variabel Berdasarkan hasil dari SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: ISSN # 2252-6242
23
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Tabel 4.5: Hasil Koefisien Regresi Berganda - Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model t Sig. Std. B Beta Tolerance VIF Error 1 (Constant) 8,703 4,858 ,000 42,281 X1 -,838 ,686 ,969 1,032 -,203 -1,223 ,232 X2 -5,317 1,945 -2,734 ,011 ,969 1,032 -,454 a.
Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah Berdasarkan hasil diatas diperoleh nilai a sebesar 42,281 dan nilai b1 sebesar -0,203 dan b2 sebesar -0,454. Dengan demikian maka dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 42,281 -0,203 X1 -0,454 X2 .......……………….……………………….………..(4.2) Nilai a, b1 dan b2 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: • a = 42,281 berarti jika perusahaan tidak memiliki persediaan yang usang, dan tidak terjadi perputaran persediaan, maka ROA akan bernilai 42,281. Secara manajerial, nilai ini tidak memberikan informasi yang relatif berguna bagi proses pengambilan keputusan manajemen. Dalam satu sisi, memang pada saat perusahaan tidak memiliki persediaan yang usang, maka seharusnya memang nilai ROA semakin tinggi. Dalam hal ini, secara manajerial dapat diterima, yaitu pada saat keusangan persediaan tidak terjadi, maka nilai ROA dapat mencapai 42%. Namun, di sisi sebaliknya, pada saat persediaan di dalam perusahaan tidak berputar, nilai ROA seharusnya mengalami penurunan drastis karena perusahaan tidak menjual dan/atau melakukan proses produksi sama sekali. Kontradiktif dengan pemahaman sebelumnya mengenai keusangan persediaan, dalam hal ini, secara manajerial tidak dapat diterima, dimana pada saat persediaan perusahaan tidak berputar, maka menjadi tidak mungkin nilai ROA dapat mencapai 42%. •
b1 = -0,203 artinya jika keusangan persediaan meningkat 1%, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 20%. Secara manajerial, hal ini dapat diterima karena dengan semakin usang persediaan sebuah perusahaan, maka persediaan tersebut tidak dapat dijual dengan harga maksimal, sehingga mengurangi jumlah pendapatan perusahaan.
•
b2 = -0,454 artinya jika perputaran persediaan meningkat 1%, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 45%. Secara manajerial, hal ini sulit dimengerti mengingat peningkatan perputaran persediaan seharusnya dianggap baik karena perusahaan dapat melakukan penjualan dan/atau menjalankan proses produksi. Namun, hasil statistik ini menunjukkan perkiraan sebaliknya. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
IV.3.1. UJI SIGNIFIKANSI SIMULTAN (UJI F-TEST) Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui dampak secara bersama-sama atas variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan tabel berikut ini, dapat diketahui nilai Fhitung sebesar 5,244. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel. Dengan tingkat α= 0,05, db1= 2 dan db2= 27, diketahui nilai Ftabel sebesar 3,35. Dari nilai-nilai diatas diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 5,244 adalah lebih besar daripada nilai Ftabel sebesar 3,35. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengandung arti bahwa keusangan persediaan (diwakili oleh X1) dan perputaran persediaan ISSN # 2252-6242
24
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
(diwakili oleh X2) memberikan dampak simultan yang signifikan terhadap ROA (diwakili oleh Y).
Model 1
a. b.
Regression Residual Total
Tabel 4.6: Hasil Uji F - ANOVAb Sum of Mean Df Squares Square 1223,148 2 611,574 3148,975 27 116,629 4372,123 29
F 5,244
Sig. ,012a
Predictors: (Constant), X2, X1 Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah IV.3.2. UJI SIGNIFIKANSI PARSIAL (UJI T-TEST) Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji parsial akan dibagi ke dua bagian yaitu sebagai berikut: 1. Dampak Keusangan Persediaan (X1) terhadap ROA (Y) Hipotesa: • H0 : β1 = 0 Tidak terdapat dampak yang signifikan antara Keusangan Persediaan terhadap ROA. •
Ha : β1 ≠ 0 Terdapat dampak yang signifikan antara Keusangan Persediaan terhadap ROA
Berdasarkan tabel coefficients berikut ini dapat dilihat bahwa nilai X1 terhadap Y berada pada signifikansi 0,232, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat toleransi alpha sebesar 0,05. Hal ini mengandung arti bahwa H0 diterima. Jadi, tidak ada dampak yang signifikan antara keusangan persediaan (diwakili oleh X1) terhadap ROA (diwakili oleh Y).
Model 1
a.
(Constant) X1 X2
Tabel 4.7: Hasil Uji t – Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t B Std. Error Beta 42,281 8,703 4,858 -,838 ,686 -,203 -1,223 -5,317 1,945 -,454 -2,734
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF ,000 ,969 1,032 ,232 ,969 1,032 ,011
Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah 2. Dampak Perputaran Persediaan (X2) terhadap ROA (Y) Hipotesa: • H0 : β2 = 0 Tidak terdapat dampak yang signifikan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA. •
Ha : β2 ≠ 0 Terdapat dampak yang signifikan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA.
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi X2 terhadap Y berada pada nilai 0,011, dimana nilai ini lebih kecil dari tingkat toleransi alpha sebesar 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak sehingga hal ini menunjukan bahwa terdapat dampak yang signifikan antara perputaran persediaan dengan ROA. ISSN # 2252-6242
25
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Berdasarkan hasil tabel 4.8. dapat dilihat bahwa perputaran persediaan berhubungan negatif dan signifikan dengan ROA sebesar -0,490, hal ini didukung dengan nilai probabilitas 0,006 yang relatif jauh lebih kecil dari tingkat toleransi alpha sebesar 0,05. Secara parsial, dampak X2 terhadap Y dapat dihitung dengan cara mengkuadratkan nilai korelasi. Dengan demikian dampak X2 terhadap Y adalah (0,490)2 = 0,240 atau sebesar 24%. Secara parsial, perputaran persediaan memiliki dampak atas ROA sebesar 24%. Tabel 4.8: Hasil Uji Korelasi X2 dengan Y - Correlations X2 ROA X2 Pearson Correlation 1 -,490** Sig. (2-tailed) ,006 N 30 30 ** ROA Pearson Correlation 1 -,490 Sig. (2-tailed) ,006 N 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Sumber: SPSS, 2012, diolah IV.3.3. ANALISIS KOEFISIEN DETERMINASI Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi atau disebut juga sebagai R-Square. Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa besar dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan secara simultan terhadap ROA. Dengan menggunakan SPSS diperoleh koefisien determinasi yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9: Hasil Uji Koefisien Determinasi – Model Summaryb Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson a 1 10,79948 1,205 ,529 ,280 ,226 a. b.
Predictors: (Constant), X2, X1 Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS, 2012, diolah Berdasarkan tabel 4.9. diatas diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,28 atau 28%. Hal ini menunjukkan bahwa keusangan persediaan dan perputaran persediaan secara simultan memberikan dampak terhadap variabel ROA sebesar 28% sedangkan sisanya sebesar 100%-28% = 72% merupakan dampak dari variabel lain yang tidak diteliti. IV.4. ANALISIS DAMPAK KEUSANGAN PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP ROA Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial keusangan persediaan tidak berdampak signifikan terhadap ROA sedangkan perputaran persediaan berdampak signifikan terhadap ROA dengan korelasi negatif. Dan secara simultan keusangan persediaan dan perputaran persediaan berdampak signifikan terhadap ROA dengan dampak sebesar 28%. Hasil secara parsial yang menyatakan perputaran persediaan berdampak negatif terhadap ROA tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin tinggi pula profitabilitas perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI, peningkatan ISSN # 2252-6242
26
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
perputaran persediaan akan menyebabkan menurunnya ROA. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Perputaran persediaan (X2) hanya diuji dampaknya secara parsial terhadap ROA (Y) sehingga dapat dianalisa bahwa walaupun perputaran persediaan menjadi semakin baik, namun ROA semakin turun karena adanya nilai persediaan usang (X1) yang cukup tinggi (naik terus menerus). Peningkatan perputaran persediaan seolah-olah membuat ROA semakin menurun karena adanya peningkatan persediaan usang (X1). 2. Ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai perputaran persediaan yang tinggi dengan ROA yang sangat rendah. Sedangkan 2 perusahaan farmasi terbaik memiliki nilai perputaran persediaan yang rendah dengan ROA yang sangat tinggi. Hal ini juga menyebabkan dampak perputaran persediaan terhadap ROA menjadi negatif. 3. Walaupun berdasarkan hasil uji parsial keusangan persediaan (X1) tidak berdampak signifikan terhadap ROA (Y). Namun ketika diuji secara simultan, X1 dan X2 memberikan dampak terhadap Y sebesar 28%. Sedangkan jika hanya X2 terhadap Y saja hanya memberikan dampak sebesar 24%. Hal ini membuktikan bahwa keusangan persediaan (X1) memberikan tambahan dampak terhadap ROA (Y). 4. Adanya peningkatan total aset dari tahun ke tahun. Walaupun dari tahun ke tahun terjadi peningkatan laba bersih, namun peningkatan total aset melebihi persentase peningkatan laba bersih. Hal ini menyebabkan nilai ROA menjadi menurun. Walaupun perusahaan meningkatkan kinerjanya dengan peningkatan perputaran persediaan, namun rasio ROA tetap menurun. Perputaran persediaan yang berdampak negatif terhadap ROA ini pun mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2009) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan memiliki dampak negatif terhadap ROI walaupun tidak signifikan. Hasil penelitian ini juga serupa dengan penelitian Iswandi (2010) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan berkorelasi negatif terhadap laba bersih walaupun hasilnya tidak signifikan. Dalam penelitian Iswandi (2010) yang memiliki objek penelitian apotek, disarankan untuk meneliti mengenai keusangan persediaan karena diprediksi bahwa persediaan yang rusak akan menyebabkan penurunan laba bersih. Karena dalam penelitian sebelumnya, apotek tersebut memiliki banyak stock persediaan yang sudah kadaluwarsa, rusak karena disimpan terlalu lama yang menyebabkan menurunnya laba. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diteliti mengenai dampak keusangan persediaan terhadap ROA yang memiliki hasil korelasi negatif walaupun tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap ROA sebesar 28% sedangkan sisanya sebesar 72% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti perputaran piutang, pertumbuhan penjualan dan modal kerja (Hastuti, 2010). V. V.1.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ditarik kesimpulan dari rumusan masalah yang dihipotesiskan sebagai berikut: 1. Variabel keusangan persediaan pada industri farmasi berbeda-beda di tiap perusahaan. Dalam kurun waktu 5 tahun, persentase persediaan usang di industri farmasi beragam mulai dari 0,2% hingga 10%, dengan rata-rata keusangan persediaan sebesar 3,2%. Dari hasil uji parsial didapat hasil bahwa tidak ada dampak yang signifikan atas keusangan persediaan terhadap ROA pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di BEI. Adapun korelasi keusangan persediaan terhadap ROA merupakan korelasi negatif dimana dengan meningkatnya ISSN # 2252-6242
27
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
keusangan persediaan maka akan penyebabkan penurunan ROA demikian pula sebaliknya. 2. Variabel perputaran persediaan pada industri farmasi beragam mulai dari 2,7x hingga 6,6x dengan rata-rata 4,4x dalam kurun waktu 5 tahun. Perputaran persediaan yang paling cepat dimiliki oleh PT. Indofarma, Tbk dan PT. Kimia Farma, Tbk dimana keduanya adalah perusahaan milik negara. Dari hasil uji parsial didapat hasil bahwa ada dampak yang signifikan atas perputaran persediaan terhadap ROA pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di BEI. Korelasi perputaran persediaan terhadap ROA merupakan korelasi negatif dimana dengan meningkatnya perputaran persediaan maka akan menyebabkan penurunan ROA. Dampak perputaran persediaan terhadap ROA secara parsial adalah 24%. Hasil yang sama dilakukan Hu, et al (2010) bahwa kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan berhubungan langsung dengan perputaran persediaan 3. Secara simultan keusangan persediaan dan perputaran persediaan memiliki dampak yang signifikan terhadap ROA. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan hasil bahwa dampak keusangan persediaan dan perputaran persediaan sebesar 28% terhadap ROA. Sedangkan 72% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti perputaran aset, perputaran piutang, dan modal kerja. V.2.
SARAN Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini maka diajukan saran sebagai berikut: 1. Keusangan persediaan dan perputaran persediaan sama-sama memiliki korelasi negatif dengan ROA. Oleh karena itu, perusahaan perlu menekan jumlah persediaan usang dan perputaran persediaan. Tentunya peran dari manajemen akan sangat membantu, khususnya dalam upaya mengatur persediaan. 2. Untuk perusahaan milik pemerintah khususnya perlu menekan jumlah persediaan usang karena jumlah persediaan usang yang dimiliki jumlahnya sangat tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Hal ini menyebabkan kecilnya ROA yang dihasilkan walaupun perputaran persediaan sudah sangat baik. Karena jumlah persediaan usang yang dimiliki oleh perusahaan milik pemerintah yaitu PT. Indofarma, Tbk dan PT. Kimia Farma, Tbk merupakan jumlah yang terbesar di industri farmasi dan juga diimbangi dengan perolehan ROA yang terkecil pula. Dapat dilihat jika perusahaan memiliki persediaan usang yang kecil seperti PT. Kalbe Farma, Tbk dan PT. Tempo Scan Pacific, Tbk maka walaupun tingkat perputaran persediaannya tidak terlalu tinggi namun dapat menghasilkan ROA yang diatas rata-rata industri tersebut. Perusahaan dapat menurunkan jumlah persediaan usang dengan memilih pembelian barang-barang sehingga barang tersebut tidak ketinggalan jaman dan dapat dijual kembali, juga mengatur kesesuaian permintaan dengan jadwal produksi sehingga persediaan obat-obatan tidak terlalu banyak menumpuk di gudang. 3. Disamping itu pula, penelitian selanjutnya dapat mempelajari dampak dari tingkat keusangan persediaan dan perputaran persediaan terhadap rasio nilai pasar, yang tentunya berbeda dengan ROA, sebagai salah satu rasio akuntansi yang berdasarkan nilai buku saja. DAFTAR PUSTAKA Andriani, Yenni. (2009). “Analisis Hubungan Rasio Aktivitas Terhadap Kemampulabaan Pada PT. Unilever Indonesia, Tbk”. (Skripsi Jurusan Manajemen, Universitas Sumatera Utara). Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/11356, pada tanggal 17 Maret 2012. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ISSN # 2252-6242
28
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Assauri, Sofyan. (2004). Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep dan Strategi). Jakarta: PT. Grafindo Persada. Boute, Robert, Lambrecht, Marc, Lambrechts, Olivier and Sterckx, Peter (2007), An Analysis of Inventory Turnover in the Belgian Manufacturing Industry, Wholesale and Retail and the Financial Impact on Inventory Reduction, working papers, available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1089005 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1089005 Burja, Camelia, Vasile Burja. (2010). Analysis Model for Inventory Management. Annals of the University of Petroşani, Economics, Vol. 10 No. 1, pp. 43-50 Bustami, Bastian dan Nurlaela. (2007). Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cara Menyimpan Obat. Diunduh pada tanggal 22 Februari 2012 dari http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Cara_Menyimpan_Obat. Departemen Keuangan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006. Diunduh dari http://ibau.bappenas.go.id/data/peraturan Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga. Harahap, Sofyan Syafri. (2009). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hastuti, Niken. (2010). “Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan Penjualan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008)”. (Skripsi Jurusan Manajemen, Universitas Diponegoro). Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/23254/, pada tanggal 19 Februari 2012. Hu, Shanshan, Ye, Qing, Chi, Wei and Flynn, Barbara B. (September 1, 2010), Supply Chain Structure, Inventory Turnover, and Financial Performance: Evidence from Manufacturing Companies in China, working papers, available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1670261 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1670261 Iswandi, Muhammad. (2010). “Analisis Perputaran Persediaan Dampaknya Terhadap Laba Bersih Pada Apotek Nusa Indah Bandung”. (Skripsi Jurusan Manajemen, UNIKOM). Diunduh dari http://elib.unikom.ac.id, pada tanggal 17 Maret 2012. Kuswadi. (2006). Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta: Elex Media Komputindo. Mardiyanto, Handono. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Mulyasari. (2010). “Pengaruh Manajemen Persediaan Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi (Kasus pada perusahaan industri makanan dan minuman di BEI)” (Skripsi Jurusan Akuntansi, UNIKOM). Diunduh dari http://elib.unikom.ac.id, pada tanggal 2 Februari 2012. Padachi, Kesseven (2006). Trends in Working Capital Management and Its Impact on Firm’s Performance: An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=20721861&ref_url= Putri, Nopy Sukmana. (2011). “Dampak Perputaran Persediaan dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada Divisi Mijas PT. Pindad Persero Bandung)”. (Skripsi Jurusan Akuntansi, UNIKOM). Diunduh dari http://elib.unikom.ac.id, pada tanggal 2 Februari 2012. Saham Oke. (2012). Daftar Emiten Sektor Barang Konsumsi (Consumer Good) di BEI. Diunduh dari http://sahamok.com/pasar-modal/emiten, pada tanggal 20 April 2012. Samiloglu, F., K. Demirgunes.2008. The Effect of Working Capital Management on Firm Profitability: Evidence from Turkey. Diunduh dari http://scialert.net. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Cetakan ke-16. Bandung: Alfabeta. Sundjaja, Ridwan S dan Barlian, Inge. (2003). Manajemen Keuangan Satu, Edisi Lima. Jakarta: ISSN # 2252-6242
29
Finance & Accounting Journal, Vol. 2, No. 1, Maret 2013
Literata Lintas Media. Warren, Carl, James M. Reeve, Philip E. Fess. (2005) Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Wijaya, Tony. (2011). Cepat Menguasai SPSS 19. Yogyakarta: Cahaya Atma.
ISSN # 2252-6242
30